• Tidak ada hasil yang ditemukan

nventarisasi dan Identifikasi Tungau pada Cicak di Sekitar dan di Luar Kawasan Industri Tambun Kota Bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "nventarisasi dan Identifikasi Tungau pada Cicak di Sekitar dan di Luar Kawasan Industri Tambun Kota Bekasi"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TUNGAU PADA CICAK

DI SEKITAR DAN DI LUAR KAWASAN INDUSTRI TAMBUN

KOTA BEKASI

SURYA FITRIANA

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Inventarisasi dan Identifikasi Tungau pada Cicak di Sekitar dan di Luar Kawasan Industri Tambun Kota Bekasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

Surya Fitriana

(4)

ABSTRAK

SURYA FITRIANA. Inventarisasi dan Identifikasi Tungau pada Cicak di Sekitar dan di Luar Kawasan Industri Tambun Kota Bekasi. Dibimbing oleh TARUNI SRI PRAWASTI dan ACHMAD FARAJALLAH.

Tungau merupakan organisme yang dapat berasosiasi dengan hewan. Tungau pada reptil kebanyakan hidup sebagai ektoparasit. Tujuan penelitian ini adalah untuk menginventarisasi, mengidentifikasi, dan mempelajari spesifitas tungau ektoparasit pada cicak di sekitar kawasan industri Tambun dan di luar kawasan industri yaitu pasar dan perumahan Kelurahan Kayuringin Jaya dan Kranji Kota Bekasi. Cicak yang diperoleh termasuk ke dalam spesies Cosymbotus platyurus, Hemidactylus frenatus, Hemidactylus garnotii dan Gehyra mutilata. Tungau cicak dipreparasi dengan metode sediaan utuh. Penelitian ini mendapati tujuh spesies tungau yaitu Geckobia sp.1 (G1), Geckobia sp.2 (G2) atau Geckobia glebosum, Geckobia sp.4 (G4), Geckobia sp.5 (G5), Geckobia sp.6 (G6),

Geckobia sp.10 (G10), dan Geckobia sp.14 (G14). Berdasarkan kaetotaksi tungkai tungau G2, G4, dan G6 termasuk Geckobia grup 1. Tungau G10 dan G14 sama dengan G. gleadoviana, dan tungau G5 sama dengan Geckobia indica. Situs pelekatan tungau pada cicak dominan pada bagian paha (37.4%) dan ruang antar lamela dengan cakar (71.1%).

Kata kunci: cicak, ektoparasit, Geckobia, industri Tambun.

ABSTRACT

SURYA FITRIANA. Inventarytation and Identification mites of lizard around and outside industrial area in Tambun Bekasi. Supervised by TARUNI SRI PRAWASTI and ACHMAD FARAJALLAH.

Mites are organisms that can be associated with animals. Mites usually live as ectoparasites in gecko lizard. The aim of this study are to inventory, identify of mites and learn about their specificity on gecko that it found in Tambun industrial area, and residential area. Gecko species were found during the captured, e.g. Cosymbotus platyurus, Hemidactylus frenatus, Hemidactylus garnotii and Gehyra mutilata. Mites were preserved using whole mount method. The study found seven species of mites, they were Geckobia sp.1 (G1), Geckobia

sp.2 (G2) or Geckobia glebosum, Geckobia sp.4 (G4), Geckobia sp.5 (G5),

Geckobia sp.6 (G6), Geckobia sp.10 (G10), and Geckobia sp.14 (G14). Leg chaetotaxy observations indicated that mites G2, G4, and G6 were classified into

Geckobia group 1, G10 and G14 as G. gleadoviana, and G5 as Geckobia indica. Mites on gecko dominant at hind limb of the leg; the thigh (37.4%) and the space between the lamella with claws (71.1%).

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Biologi

SURYA FITRIANA

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TUNGAU PADA CICAK DI

SEKITAR DAN DI LUAR KAWASAN INDUSTRI TAMBUN KOTA

(6)
(7)
(8)

Judul Skripsi : Inventarisasi dan Identifikasi Tungau pada Cicak di Sekitar dan di Luar Kawasan Industri Tambun Kota Bekasi

Nama : Surya Fitriana

NIM : G34090004

Disetujui oleh

Dra Taruni Sri Prawasti, MSi Pembimbing I

Dr Ir Achmad Farajallah, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Iman Rusmana, MSi Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2012 ini ialah tungau ektoparasit, dengan judul Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di Sekitar Kawasan Industri dan di Luar Kawasan Industri Tambun Kota Bekasi.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dra Taruni Sri Prawasti, Msi dan Bapak Dr Ir Achmad Farajallah, MSi selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan, serta Bapak Prof Dr Ir Alex Hartana sebagai penguji yang telah memberi saran dan masukan. Ungkapan terima kasih yang sebesarnya juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, kakak, adik, serta kepada keluarga besar Zoologi (Pak Bambang, Mba Kanthi, Kak Sinyo, Ibu Tini, Mba Ani, Kak Sarah, Kak Nunus, Kak Agus H, Kak Traya, Ziah, Nurul H, Mamiok, Hera, Ipeh, Heca, Kania, Yovitha, Della, Ria, Abduh, Ari, Dimas, Adimas, Ical, Mames, Haris, Echa, Mirah, Hana, Theo, Najmi, Arvina, Baher, Yuli, Haifa), Biologi 46, dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan seluruhnya atas segala bantuan dan dukungan kepada penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

METODE 2

Waktu dan Tempat 2

Koleksi Cicak dan Tungau Ektoparasit 2

Pembuatan Preparat 2

Identifikasi Cicak dan Tungau Ektoparasit 2

Analisis Data 4

HASIL 4

Distribusi dan Identifikasi Cicak 4

Inventarisasi Tungau pada Cicak 5

Identifikasi Tungau 5

Kunci Determinasi Spesies Geckobia 9

Distribusi Tungau Geckobia pada Tubuh Cicak 10

PEMBAHASAN 10

SIMPULAN 12

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 15

(11)

DAFTAR TABEL

1 Karakter morfologi tungau yang diidentifikasi 2

2 Distribusi cicak di sekitar dan di luar kawasan industri Tambun Kota

Bekasi 4

3 Nilai prevalensi, dan intensitas infestasi total cicak dari sekitar dan luar

kawasan industri Tambun Kota Bekasi 5

4 Perbandingan ciri-ciri morfologi spesies tungau Geckobia 8 5 Presentase distribusi 1318 fase perkembangan tungau Geckobia (larva,

nimfa, dan dewasa) pada tubuh cicak 10

DAFTAR GAMBAR

1 Karakter morfologi tungau 3

2 Kaetotaksi tungkai tungau 3

3 Tungau Famili Pterygosomatidae 6

4 Tungau genus Geckobia 6

5 Beberapa spesies tungau Geckobia yang ditemukan di sekitar dan di

luar kawasan industri 7

DAFTAR LAMPIRAN

1 Bentuk seta yang tersebar pada tubuh tungau Geckobia 16

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Simbiosis merupakan suatu asosiasi antara dua individu atau lebih dengan salah satu individu berfungsi sebagai habitat (Walter & Proctor 1999). Simbiosis parasitisme merupakan simbiosis yang menguntungkan salah satu organisme dan merugikan simbion lainnya. Organisme yang melakukan interaksi parasitisme diantaranya tungau dan cicak (Walter dan Proctor 1999). Tungau pada cicak hidup sebagai ektoparasit, yaitu hidup dipermukaan tubuh inang, mencari makan pada permukaan kulit, serta menghisap darah atau cairan tubuh inang (Triplehorn dan Johnson 2005). Tungau dari genus Geckobia merupakan tungau yang spesifik menginfestasi cicak (Hirst 1917 dan Lawrence 1936). Tungau Geckobia

dilaporkan menginfestasi spesies cicak yang tersebar di wilayah Indonesia. Beberapa kelompok spesies tungau yang sudah dilaporkan di Indonesia adalah

Geckobia sp.1 (G1), Geckobia sp.2 (G2), Geckobia sp.3 (G3), Geckobia sp.4 (G4), Geckobia sp.5 (G5), Geckobia sp.6 (G6), Geckobia sp.7 (G7), Geckobia

sp.8 (G8), Geckobia sp.9 (G9), Geckobia sp.10 (G10), Geckobia sp.11 (G11),

Geckobia sp.12 (G12), dan Geckobia sp.14 (G14) (Soleha 2006; Abdussalam 2012; Anggraini 2012; Heryanto 2013; dan Prawasti 2013).

Spesies cicak yang dominan dan tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia adalah Cosymbotus platyurus, Hemidactylus frenatus, dan

Hemidactylus garnotii (Prawasti 2013). Cicak C. platyurus dan H. frenatus

menyebar di wilayah Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara, sedangkan H. garnotii menyebar di Jawa, Sumatra, dan Kalimantan (Rooij 1915).

Penyebaran tungau ektoparasit yang menginfestasi cicak bisa terjadi melalui interaksi fisik berupa kontak seksual, berkelahi, dan hidup bersama dalam mencari makan (Rivera et al. 2003). Keberadaan cicak yang sangat dekat dengan manusia menyebabkan terjadinya penyebaran cicak antar lokasi mengikuti pola perpindahan aktivitas manusia (Jesus et al. 2001). Bekasi merupakan kota yang memiliki aktivitas manusia yang beragam pada berbagai tipe lokasi diantaranya industri, pasar dan perumahan (non industri). Aktivitas manusia pada tipe lokasi yang berbeda diduga dapat memberikan pengaruh terhadap keberadaan dan keanekaragaman tungau ektoparasit pada cicak di Bekasi. Hal ini dikarenakan cicak merupakan jenis hewan anthroposentris yang penyebarannya berpusat pada manusia.

Tujuan Penelitian

(13)

2

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2012 sampai dengan bulan Juni 2013. Pengambilan sampel dilakukan di sekitar kawasan industri Tambun dan di luar kawasan industri, yaitu pasar dan perumahan Kelurahan Kayuringin Jaya serta Kranji Kota Bekasi. Identifikasi cicak dan tungau, serta pembuatan preparat tungau dilakukan di Laboratorium Mikroteknik, Bagian Biosistematika dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA IPB.

Koleksi Cicak dan Tungau Ektoparasit

Sampel cicak diperoleh dari sekitar kawasan industri, pasar, dan perumahan. Penangkapan cicak dilakukan berdasarkan metode road sampling dengan menangkap secara langsung menggunakan air sabun yang disemprotkan ke tubuh cicak. Cicak diberi label berdasarkan wilayah penangkapan kemudian diawetkan dalam alkohol 70%. Tungau yang melekat pada setiap individu cicak yaitu di bagian (a) kepala, (b) telinga, (c) ketiak, (d) badan, (e) paha, (f) ekor, (g) tungkai depan, dan (h) tungkai belakang diambil dengan menggunakan sonde. Kemudian tungau disimpan dalam alkohol 70% secara terpisah sesuai lokasi pelekatan pada tubuh cicak.

Pembuatan Preparat

Preparat tungau dibuat dengan metode sediaan utuh menggunakan media polivinil alkohol. Tungau yang telah diawetkan dalam alkohol 70% diletakkan di atas gelas objek kemudian ditetesi dengan media polivinil alkohol dan ditutup dengan gelas penutup. Preparat dikeringkan pada hot plate dengan suhu 40oC selama satu minggu (Zhang 1963).

Identifikasi Cicak dan Tungau Ektoparasit

Cicak diidentifikasi dengan menggunakan kunci determinasi Rooij (1915), Pengelompokan spesies tungau berdasarkan karakter morfologi menggunakan kunci determinasi Krantz (1978) dan Lawrence (1936) (Tabel 1, Gambar 1) dan rumus sebaran seta pada tungkai (kaetotaksi tungkai) dibuat berdasarkan Jack (1964) (Gambar 2).

Tabel 1 Karakter morfologi tungau yang diidentifikasi

No Karakter No Karakter

Tipe seta dan spur pada palpa tibia Ukuran kelisera

3 Motif kutikula 9 tipe-jumlah seta dan spur pada koksa 4 Ukuran skutum dorsal 10 spur pada trochanter

5 6

Tipe dan ukuran seta dorsal Tipe dan ukuran seta ventral

(14)

3

Gambar 1 Karakter morfologi tungau. tubuh dorsal (a), tubuh ventral (b), gnathosoma (c), koksa (d).

5 5 5 5 0 0 0 0 2 1 1 1 1 1 1 1 Rumus kaetotaksi : (5-5-5-5) (0-0-0-0) (2-1-1-1) (1-1-1-1)

(15)

4

Analisis Data

Analisis jumlah tungau pada tubuh cicak dilakukan dengan menghitung nilai prevalensi (P), dan intensitas total (It) (Barton & Richards 1996). Nilai prevalensi adalah presentase cicak yang terinfestasi tungau. Intensitas infestasi total adalah jumlah total tungau yang menginfestasi per individu cicak.

P = x 100% It =

Keterangan :

P = Prevalensi

n = Jumlah cicak yang terinfestasi tungau N = Jumlah cicak yang diperiksa

It = Intensitas infestasi total

T = Jumlah total tungau yang menginfestasi cicak

HASIL

Distribusi dan Identifikasi Cicak

Cicak yang berhasil ditangkap berjumlah 149 ekor, sebanyak 30 ekor cicak berasal dari sekitar kawasan industri, 59 ekor dari pasar, dan 60 ekor dari perumahan. Hasil identifikasi menunjukkan cicak yang ditemukan di sekitar kawasan industri terdiri atas C. platyurus, H. frenatus, H. garnotii dan G. mutilata, sedangkan pada kawasan pasar tidak ditemukan cicak H. garnotii, dan di kawasan perumahan tidak ditemukan cicak G. mutilata. Spesies cicak yang mendominasi wilayah penelitian adalah cicak C. platyurus (Tabel 2).

Tabel 2 Distribusi cicak di sekitar dan di luar kawasan industri Tambun kota Bekasi

Cicak Daerah Industri Daerah Non Industri Total Industri Tambun Pasar Rumah

Cp 20 54 32 106

Hf 5 3 20 28

Hg 3 - 8 11

Gm 2 2 - 4

(16)

5

Inventarisasi Tungau pada Cicak

Tungau ektoparasit yang berhasil diinventarisasi sebanyak 1318 tungau. Cicak asal sekitar kawasan industri memiliki nilai prevalensi (presentase cicak diinfestasi tungau) yang lebih besar (93.33%) dibandingkan dengan cicak asal luar kawasan industri (78.99%). Pada luar kawasan industri, nilai prevalensi cicak asal pasar sebesar 74.58%, sedangkan cicak asal perumahan sebesar 83.33%. Intensitas infestasi total tertinggi terjadi pada cicak asal non industri yaitu sebesar 3.5, sedangkan intensitas infestasi total cicak asal industri sebesar 2.9 (Tabel 3). Tabel 3 Nilai prevalensi, dan intensitas infestasi total cicak dari sekitar dan luar

kawasa industri Tambun Kota Bekasi

Lokasi ∑ Cicak ∑ Terinfestasi P (%) It Industri Industri Tambun 30 28 93.33 2.9

Non Industri

Pasar 59 44 74.58 1.6

Perumahan 60 50 83.33 4.4

Total P(%) 78.99

Total It 3.5

nilai prevalensi (P), intensitas infestasi total (It)

Identifikasi Tungau

Semua tungau yang ditemukan adalah anggota famili Pterygosomatidae. Ciri-ciri anggota famili ini yaitu tubuh terbagi menjadi gnathosoma, podosoma, dan opisthosoma; gnathosoma ada kelisera, palpi, stigmata, dan peritrema; palpi dilengkapi dengan cakar, seta pada tubuh memiliki bentuk dan ukuran bervariasi (Gambar 3, Lampiran 1). Identifikasi lebih lanjut mengelompokkan tungau ke dalam genus Geckobia. Ciri-ciri genus Geckobia yaitu terdapat skutum dorsal, mulut, koksa dengan spur, koksa tungkai 1 dan 2 menyatu sebagai koksa anterior, koksa tungkai 3 dan 4 menyatu sebagai koksa posterior, serta seta pada tarsus 1 bervariasi (Gambar 4).

Berdasarkan pengamatan 11 karakter morfologi dan kaetotaksi tungkai diperoleh tujuh kelompok tungau Geckobia, yaitu tungau Geckobia sp.1 (G1),

(17)

6

Gambar 3 Tungau Famili Pterygosomatidae. pembagian tubuh (a), gnathosoma dorsal (b), gnathosoma ventral (c).

Gambar 4 Tungau genus Geckobia. tubuh dorsal (a), tungkai ventral (b). palpi kelisera

30 µm

mulut Skutum dorsal a

b

c

a

(18)

7

Gambar 5 Beberapa spesies tungau Geckobia yang ditemukan di sekitar dan di luar kawasan industri (Perbandingan ciri morfologi ketujuh spesies tungau Geckobia dapat dilihat pada Tabel 4).

G14

100 µm

100 µm

G2 G4 100 µm

100 µm

G5

100 µm

G6

100 µm

100 µm

(19)

7

3 Motif kutikula Lineate Lineate Lineate Lineate Lineate Lineate Lineate

4 Skutum Dorsal Besar-14 Serrate Sedang-8 Pilose Kecil-4 Serrate Besar-14 Pilose Sedang-8 Serrate Besar-16 Pilose Besar-25 Pilose

5

Seta dorsal

a. Anterior (tipe-ukuranµm) Tidak ada tidak ada tidak ada Tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

b. Median (tipe-ukuran µm) Serrate-42 Pilose-27,5 Serrate-42,5 Pilose-33,5 Serrate-27,5 Pilose-34 Pilose-41,2

c. Posterior (tipe-ukuran µm) Serrate-40,5 Pilose-42 Serrate-40 Pilose-50 Serrate-38,7 Pilose-50 Pilose-47,5

6 Seta ventral Serrate-30 Pilose-42,5 Serrate-27,5 Pilose-43,5 Serrate-43,7 Pilose-48,5 Pilose-45

7

Gnathosoma

a. Spur palpal tibia tidak ada Serrate Pilose Serrate Pilose tidak ada Serrate

b. Seta palpal tibia (µm) Simple Simple Simple Pilose Simple Pilose Simple

c. Panjang kelisera (µm) 105 55 47,5 75 50 75 87,5

8

Tungkai 1

a. Seta pada koksa 2-Simple 2-Pilose 2-Simple 2- Simple 2- Serrate 2-Simple 2–Simple

b. Spur pada trochanter tidak ada Pilose Serrate Serrate Serrate Serrate Serrate

9

Tungkai 2

a. Jumlah spur pada koksa 2-Serrate 2-Pilose 2-Pilose 2-Pilose 2-Pilose 2-Pilose 2-Pilose

b. Spur spur trochanter tidak ada Pilose Serrate Serrate Serrate Serrate Serrate

10

Tungkai 3 dan 4

a. Jumlah spur pada koksa 3-Serrate 5-Pilose 3-4 Pilose 6-Pilose 4-Pilose 5-Pilose 6-Pilose

b. Spur pada trochanter tidak ada Pilose Serrate Serrate Serrate Serrate Serrate

(20)

9 koksa tungkai 1 berjumlah 2 dan bertipe pilose, spur pada koksa tungkai 2 berjumlah 2 dan bertipe pilose, spur pada koksa tungkai 3 dan 4 berjumlah 5 dan bertipe pilose, spur pada trochanter bertipe

pilos...Geckobia sp. 2 2a Panjang tubuh lebih panjang dari lebar tubuh...3 2b Panjang tubuh lebih pendek dari lebar tubuh...5 3a Seta dorsal dan ventral bertipe serrate, kaetotaksi tungkai (5555) (0000) (2111) (1111), panjang tubuh ±540µm, lebar tubuh ±535µm, skutum dorsal dengan seta berjumlah 14 dan bertipe serrate, seta palpa tibia bertipe simple, panjang kelisera 105 µm, seta pada koksa tungkai 1 berjumlah 2 dan bertipe simple, spur pada koksa tungkai 2 berjumlah 2 dan bertipe serrate, spur pada koksa tungkai 3 dan 4 berjumlah 3 dan bertipe

serrate... Geckobia sp. 1 3b Seta dorsal dan ventral bertpe serrate, kaetotaksi tungkai (5555) (1001)

(3222) (1111)...4

pada koksa berjumlah 4, seta pada koksa tungkai 1 berjumlah 2 dan bertipe

serrate, panjang tubuh ±390µm, lebar tubuh ±360µm, seta dorsal dan ventral bertipe serrate, seta dan spur palpa tibia bertipe simple dan pilose, spur pada koksa tungkai 2 berjumlah 2 dan bertipe pilose, spur pada

trochanterserrate... Geckobia sp. 6 5a Seta palpa tibia bertipe simple, panjang kelisera 87.5µm, panjang tubuh ±620µm, lebar tubuh ±680µm, skutum dorsal dengan seta berjumlah 25 dan bertipe pilose, seta dorsal dan ventral bertipe pilose, spur palpa tibia bertipe serrate, seta pada koksa tungkai 1 berjumlah 2 dan bertipe

simple, spur pada koksa tungkai 2 berjumlah 2 dan bertipe pilose, spur pada koksa tungkai 3 dan 4 berjumlah 6 dan bertipe pilose, spur pada

trochanter bertipe serrate... Geckobia sp. 14 5b Seta palpa tibia bertipe pilose, panjang kelisera 75µm...6 6a Spur pada koksa berjumlah 6, kaetotaksi tungkai (5555) (1000) (3222) (1111), panjang tubuh ±300µm, ±320µm, skutum dorsal dengan seta berjumlah 14 dan bertipe pilose, seta dorsal dan ventral bertipe pilose, spur palpa tibia bertipe serrate, seta pada koksa tungkai 1 berjumlah 2 dan bertipe simple, spur pada koksa tungkai 2 berjumlah 2 dan bertipe pilose, spur pada koksa tungkai 3 dan 4 berjumlah 6 dan bertipe pilose, spur pada

(21)

10

6b Spur pada koksa berjumlah 5, kaetotaksi tungkai (5555) (0000) (3222) (1111), panjang tubuh ±500µm, ±510µm, skutum dorsal dengan seta berjumlah 16 dan bertipe pilose, seta dorsal dan ventral bertipe pilose, seta palpa tibia bertipe pilose, seta pada koksa tungkai 1 berjumlah 2 dan bertipe simple, spur pada koksa tungkai 2 berjumlah 2 dan bertipe pilose, spur pada trochanter bertipe

serrate... Geckobia sp. 10

Distribusi Tungau Geckobia pada Tubuh Cicak

Fase perkembangan tungau Geckobia yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri atas larva, nimfa, dan dewasa. Distribusi tungau Geckobia pada tubuh cicak dapat dilihat pada Tabel 5. Secara umum pelekatan tungau Geckobia pada tubuh cicak banyak terjadi di bagian paha (33.7%) dan tungkai belakang (37.4%). Tungau yang banyak melekat pada bagian paha cicak didominasi oleh fase larva dan nimfa, sedangkan pada bagian tungkai belakang cicak didominasi oleh tungau dewasa.

Situs pelekatan tungau G1, G10, dan G14 dominan pada bagian tungkai belakang yaitu di bagian ruang antar lamela dengan cakar. Pelekatan tungau G4 dan G6 dominan pada bagian telinga, sedangkan tungau G2 pada bagian badan. Situs pelekatan tungau G5 belum dapat diketahui kecenderungan pelekatannya karena ditemukan dalam jumlah kecil.

Tabel 5 Presentase distribusi 1318 fase perkembangan tungau Geckobia (larva, nimfa, dan dewasa) pada tubuh cicak

Lokasi

kepala (A), telinga (B), ketiak (C), badan (D), paha (E), ekor (F), jari depan (G), dan jari belakang (H)

PEMBAHASAN

(22)

11

cicak tersebut. Aktivitas manusia dapat memicu perpindahan cicak (Menke 2003). Keberadaan spesies cicak di sekitar kawasan industri kemungkinan dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Aktivitas pengiriman barang di kawasan industri Tambun diduga menjadi penyebab utama perpindahan cicak. Sangat dimungkinkan, cicak yang berada di sekitar kawasan industri Tambun berasal dari berbagai tempat. Cicak C. platyurus mendominasi ketiga lokasi penelitian. Dominasi cicak C. platyurus di Indonesia terjadi di wilayah Pekalongan, Tuban, dan Lamongan (Prawasti 2013). Selain itu, cicak C. platyurus juga dominan di wilayah Bogor, Cianjur, Tanggerang, dan Kalijati (Soleha 2006, Abdussalam 2012, Anggraini 2012, dan Heryanto 2013). Hasil penelitian ini menambah laporan mengenai dominansi cicak C. platyurus di Indonesia.

Cicak asal sekitar kawasan industri diketahui lebih banyak diinfestasi tungau ektoparasit dibandingkan dengan cicak asal luar kawasan industri. Infestasi tungau pada cicak dapat terjadi akibat adanya interaksi fisik diantara cicak (Rivera

et al 2003). Kehadiran cahaya lampu dalam suatu habitat cicak dapat menciptakan interaksi persaingan mencari pakan berupa perkelahian. Hal ini dikarenakan cahaya lampu dapat membuat distribusi serangga yang merupakan pakan cicak menjadi berkelompok (Petren dan Case 1998). Serangga merupakan kategori makanan yang dominan dikonsumsi oleh cicak di beberapa wilayah pulau jawa (88.73%) (Wafa 2007). Tingginya infestasi cicak asal sekitar kawasan industri kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi pencahayaan yang lebih terang dibandingkan luar kawasan industri sehingga interaksi persaingan antar spesies cicak menjadi lebih tinggi. Selain itu, perbandingan kontruksi bangunan sekitar kawasan industri dan luar kawasan industri diduga ikut mempengaruhi terjadinya interaksi antar cicak. Luas kontruksi bangunan berbanding lurus dengan interaksi antar cicak, karena daya jelajah cicak menjadi lebih luas sehingga memberikan peluang terjadinya pertemuan antar spesies cicak.

Intensitas infestasi total tertinggi terjadi pada cicak asal non industri. Jika dibandingkan antara nilai prevalensi dan nilai intensitas infestasi total cicak asali sekitar kawasan industri maupun luar kawasan industri, keduanya tidak saling berkaitan. Kondisi ini sesuai dengan laporan Ruiz-Fons et al. (2006) yaitu nilai prevalensi yang tinggi tidak selalu berkaitan dengan intensitas infestasi. Selain itu, Prevalensi cicak diinfestasi tungau sebesar 100% tidak selalu diikuti dengan intensitas infestasi yang tinggi (Prawasti 2013).

Tungau yang ditemukan dalam penelitian ini termasuk kedalam famili Pterygosomatidae dan genus Geckobia. Ciri-ciri yang menandai bahwa tungau yang ditemukan termasuk famili Pterygosomatidae adalah tubuh terbagi menjadi

gnathosoma, podosoma, dan opisthosoma. Pada gnathosoma terdapat kelisera, palpi, stigmata, dan peritrema. Palpi dilengkapi dengan cakar, bentuk dan ukuran seta pada tubuh bervariasi (Krantz 1978). Ciri-ciri tungau Geckobia adalah terdapat skutum dorsal, mulut, koksa dengan spur, koksa tungkai 1 dan 2 menyatu, koksa tungkai 3 dan 4 menyatu, serta seta pada tarsus 1 bervariasi (Lawrence 1936). Hasil penelitian ini menegaskan bahwa tungau dari genus

(23)

12

Kaetotaksi tungkai merupakan salah satu ciri dari spesies tungau yang bertujuan untuk memberikan karakter diagnostik terhadap banyak spesies dari genus Geckobia. Selain itu, kaetotaksi berfungsi untuk menunjukan hubungan dalam spesies menuju suatu konvergensi (Jack 1964). Pengamatan kaetotaksi tungkai terhadap spesies tungau yang ditemukan menunjukan bahwa tungau G2, G4, dan G6 termasuk Geckobia grup 1. Tungau G10 dan G14 memiliki kaetotaksi yang sama dengan G. gleadoviana. Tungau G5 memiliki kaetotaksi yang sama denganGeckobia indica. Belum ada laporan mengenai rumus kaetotaksi yang sama dengan kaetotaksi tungau G1. Berdasarkan Prawasti (2013), tungau G2 memiliki ciri-ciri morfologi yang sangat mirip dengan tungau Geckobia glebosum yang ditemukan Bertrand et al. (1999). Pengamatan kaetotaksi tungkai tungau G2 pada penelitian ini memperkuat kesimpulan bahwa tungau G2 adalah G.glebosum, dengan rumus (5-5-5-5) (1-0-0-1) (3-2-2-2) (1-1-1-1).

Tungau memiliki fase perkembangan yang dapat dibedakan ke dalam larva, nimfa, dan dewasa (Gerson et al. 2003). Tingkat perkembangan tungau

Geckobia menentukan kecenderungan pelekatan pada tubuh cicak (Bauer et al. 1990). Perlekatan tungau ke inang banyak dipengaruhi oleh struktur kelisera (Evans 1992). Tungau fase larva memiliki struktur kelisera yang sederhana (Shatrov 2011). Pada penelitian ini diketahui bahwa tungau Geckobia fase larva dan nimfa dominan melekat pada bagian paha cicak. Diperkirakan bahwa struktur kulit cicak pada bagian paha memiliki ketebalan yang sesuai dengan struktur dan ukuran kelisera larva dan nimfa tungau Geckobia.

Pelekatan tungau dewasa pada penelitian ini dominan pada bagian tungkai belakang (di ruang antara lamela dengan cakar) dan telinga. Tungau yang dominan melekat pada bagian tungkai belakang adalah tungau G1, G10, dan G14, sedangkan pada bagian telinga cicak adalah tungau G4 dan G6. Keberadaan tungau dewasa pada tungkai belakang (ruang antar lamela dengan cakar) berfungsi sebagai tempat berlindung tungau dari berbagai gesekan. Pelekatan tungau pada bagian telinga kemungkinan karena struktur kulit telinga yang tipis sehingga mempermudah tungau untuk mengakses pembuluh darah sebagai sumber makanan (Soleha 2006). Tungau G. glebosum diketahui dominan melekat pada bagian badan. Pelekatan tungau G. glebosum pada bagian badan dan tungau G1 pada bagian tungkai belakang sesuai dengan laporan Prawasti (2011).

SIMPULAN

Cicak yang berhasil ditangkap tergolong kedalam spesies cicak C. platyurus, H. frenatus, H. garnotii, dan Gehyra mutilata. Cicak asal sekitar kawasan industri lebih banyak diinfestasi tungau ektoparasit dibandingkan luar kawasan industri (93.33% dan 78.99%). Intensitas infestasi total cicak tertinggi terjadi di sekitar kawasan industri (3.5). Tungau ektoparasit pada cicak termasuk famili Pterygosomatidae dan genus Geckobia. Spesies tungau yang ditemukan yaitu

(24)

13

Tungau G5 memiliki kaetotaksi yang sama dengan Geckobia indica. Situs pelekatan tungau G1, G10, dan G14 dominan pada bagian tungkai belakang cicak yaitu di bagian ruang antar lamela dengan cakar. Tungau G4 dan G6 dominan melekat pada bagian telinga cicak, sedangkan tungau G. glebosum pada bagian badan cicak.

DAFTAR PUSTAKA

Abdussalam RA. 2012. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak di Kabupaten Cianjur [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Anggraini S. 2012. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak di

perumahan dan pasar di Kota Tanggerang [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Barton DP, Richards SJ. 1996. Helminth infracommunities in Litoria genima- culata (Amphibia: Anura) from Birthday Crek, an upland rainforest stream in Northern Queensland, Australia. Int J Parasitol.26:1381-1385.

Bauer AM, Russell AP, Dollaho NR. 1990. Skin folds in the gekkonid lizard genus Rhacodactylus: a natural test of the damage limitation hypothesis of mite pocket function. Can J Zool.68:1196-1201.

Bertrand M, Paperna I, Finkelman S. 1999. Pterygosomatidae: Description et observ-ations sur les genres Pterygosoma, Geckobia, Zonurobia et Hirstiella (Acari: Actinedida). Acarologia.60:277-304.

Evans GO. 1992. Principles of Acarology. Wallingfor: CAB International.

Gerson U, Smiley RL, Ochoa R. 2003. Mites (Acari) for Pest Control. Oxford (UK): Black-well Science Ltd.

Heryanto A. 2013. Telaah korelasi bagian integumen cicak terhadap distribusi tungau ektoparasit [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Hirst AS. 1917. On some new mites of the suborder Prostigmata living on lizards.

Ann Mag Nat Hist.19:136-143.

Jack KM. 1964. Leg-chaetotaxy with special reference to the Pterygogomatidae (Acarina). Ann Ntal Mus. 16:152-171.

Jesus J, Brehm A, Pinheiro M, Harris DJ. 2001. Relationships of Hemidactylus

(Reptilia: Gekkonidae) from the Cape Verde Islands: What mitochondrial DNA data indicate. J Herpetol.35: 672-675.

Krantz GW. 1978. A Manual of Acarology. 2th ed. Covallis (US): Oregon Univ Pr.

Lawrence RF. 1936. The prostigmatic mites of South African lizard. Parasitology.

28:1-39.

Menke SB. 2003. Lizard community structure across a grassland-creosote bush ecotone in the Chihuahuan Desert. Can J Zool.81:1829-1838.

Petren K, Case TJ. 1998. Habitat structure determines competition intensity and invasion success in gecko lizards. Proc. Natl. Acad. Sci. 95: 11739–11744. Prawasti TS. 2011. Distribusi dan keanekaragaman tungau ektoparasit pada cicak

di Indonesia [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(25)

14

Rivera CCM, Negron AG, Bertrand M, Acosta J. 2003. Hemidactylus mabouia

(Sauria: Gekkonidae), Host of Geckobia hemidactyli (Actinedida: Pterygosomatidae), throughout the Caribbean and South America. Caribbean J Sci.39:321-326.

Rooij N de. 1915. The Reptiles of the Indo-Australian Archipelago. I. Lacertilia. Chelonia. Emydosauria. Leiden (NL): EJ. Brill.

Ruiz-Fons F, Fernandez-de-Mera IG, Acevedo P, Höfle U, Vicente J, de la Fuente J, Gortazar C. 2006. Ixodid ticks parasitizing Iberian red deer (Cervuselaphus hispanicus) and European wild boar (Sus scrofa) from Spain: Geographical and temporal distribution. Vet Parasitol.140:133-142.

Shatrov AB. 2011. Comparative and functional morphology of the mouthparts in larvae of Parasitengona (Acariformes). Zoosymposia.6:14–23.

Soleha I. 2006. Inventarisasi dan identifikasi tungau ektoparasit pada cicak di Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Triplehorn CA, Johnson NF. 2005. Borror and Delong’s Introduction to the Study

of Insect. Ed. 7. Belmont (US): Thomson Brooks/Cole.

Wafa Z. 2007. Komposisi makanan pada tiga spesies cicak (Cosymbotus platyurus

Schneider, Hemidactylus frenatus Dumb. Bibr, dan Gehyra mutilata Weigm.) melalui analisis makanan dalam lambung [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Walter DE, Proctor HC. 1999. Mites: Ecology, Evolution, and Behaviour. Wallingford (NZ): CABI.

Zhang ZQ. 1963. Mites of Greenhouses: Identification, Biology and Control.

(26)
(27)

16

Lampiran 1 Bentuk seta yang tersebar pada tubuh tungau Geckobia

Lampiran 2 Glosari

Cakar : Pasangan lateral yang terlekatkan ke pretarsi tungkai.

Dorsum : Permukaan dorsal dari tubuh atau anggota tubuh.

Gnathosoma : Bagian tubuh anterior terhadap idiosoma, mempunyai palpus dan

keliserae yang digunakan sebagai alat penangkap makanan.

Koksa : Segmen basal dari kaki dan palpus.

Kaetotaksi : Jumlah dan pola penyebaran setae.

Kelisera : Pasangan anggota tubuh anterior pada gnatosoma yang digunakan

untuk menusuk atau mengunyah mangsa.

Mulut : Bagian mulut adalah struktur di distal terhadap gnatosoma yang

terlibat dalam penangkapan makanan.

Opisthosoma : Bagian dari tubuh posterior terhadap podosoma.

Palpi : Pasangan kedua anggota tubuh pada gnatosoma, digunakan untuk

peraba dan penanganan bahan makanan. juga sebagai pulpus.

Peritrema : Struktur seperti got atau tabung yang terasosiasi dengan sebuah stigmata.

Podosoma : Bagian idiosoma yang mempunyai kaki.

Spur : Berkas seta kaku.

Stigmata : Bukaan luar dari sistem respirasi.

Tarsus : Segmen subterminal dari kaki dan palpus, distal terhadap tibia dan mengandung apotele.

(28)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 18 April 1991 dari pasangan Bapak Achyar dan Ibu Herwani. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Martia Bhakti dan diterima di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Penulis memiliki pengalaman sebagai asisten praktikum pada mata kuliah Sistematika Tumbuhan Berpembuluh pada tahun 2012 dan Avertebrata pada tahun 2013. Penulis juga aktif dalam Himpunan Profesi Mahasiswa Biologi (Himabio) sebagai staf PAMABI (Paguyuban Mahasiswa Biologi) pada tahun 2010-2011 dan sebagai ketua PAMABI pada tahun 2011-2012. Disamping itu, penulis juga aktif dalam kegiatan bina desa sebagai staf pendidikan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011.

Selama menempuh studi di Departemen Biologi, penulis melakukan penelitian dalam studi lapang mengenai Keanekaragaman Cacing Tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada tahun 2011 dan praktik lapang di PT Sinar Sosro

Tambun Bekasi mengenai Proses Produksi Minuman Teh ‘Tebs dan Fruit Tea

dalam Kemasan Polyethylene Therepthalate (PET) di PT Sinar Sosro KPB Tambun, Bekasi-Jawa Barat pada tuhan 2012.

Penulis pernah memperoleh prestasi akademik yaitu sebagai juara umum selama menjadi siswi SMA Martia Bhakti Bekasi pada tahun 2006-2009. Selain itu, penulis juga pernah mendapatkan juara proposal terbaik dalam kegiatan

Communication Day yang diselenggaakan Departemen Komunikasi dan

Gambar

Gambar 1  Karakter morfologi tungau. tubuh dorsal (a), tubuh ventral (b),
Gambar 3  Tungau Famili Pterygosomatidae. pembagian tubuh (a), gnathosoma
Gambar 5  Beberapa spesies tungau Geckobia yang ditemukan di sekitar dan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

 Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan

Perbandingan berbalik nilai yaitu perbandingan antara a dan b berbanding terbalik yang artinya jika nilai a naik maka nilai b turun demikian juga sebaliknya. No Banyaknya Mangga

Order Today and SAVE UP TO 80% OFF Sea stars , also know as starfish , are echinoderms belonging to the class Asteroidea , The names “sea star” and “starfish”

Skripsi ini berjudul Peranan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Dalam Upaya Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Suplemen Fitnes Tanpa Ijin Edar di Wilayah BBPOM Di

A (2010) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pemakai dalam pengembangan sistem informasi akuntansi pada Koperasi Setia Bhakti Wanita di Surabaya

kemampuan penalaran dan kretivitas belajar matematika melalui upaya. penerapan teknik pembelajaran Brainstorming siswa kelas

Maka untuk mengatasi hal tersebut diperlukan pengembangan media dari yang semula hanya menggunakan buku paket dan papan tulis menjadi media pembelajaran audio