• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Klinis Pasien Gastroenteritis Dewasa Yang Dirawat Inap Di Rsud Dr. Pirngadi Medan Periode Juni 2013 - Desember 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Klinis Pasien Gastroenteritis Dewasa Yang Dirawat Inap Di Rsud Dr. Pirngadi Medan Periode Juni 2013 - Desember 2013"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Sumatera Utara

GAMBARAN KLINIS PASIEN GASTROENTERITIS DEWASA

YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

PERIODE JUNI 2013 - DESEMBER 2013

OLEH :

LUSIA A TARIGAN

110100243

NIM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Universitas Sumatera Utara

GAMBARAN KLINIS PASIEN GASTROENTERITIS DEWASA

YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

PERIODE JUNI 2013 - DESEMBER 2013

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

OLEH :

LUSIA A TARIGAN

110100243

NIM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ii

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Gastroenteritis merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dijumpai pada negara maju dan berkembang. Gastroenteritis merupakan peradangan pada saluran pencernaan dengan gejala utama diare dan muntah. Di Indonesia gastroenteritis masih menjadi masalah kesehatan karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran klinis pasien gastroenteritis yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Periode Juni 2013 sampai Desember 2013.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan melihat data rekam medik dan variabel yang dicatat berupa usia, jenis kelamin, pekerjaan, gambaran klinis, dan status dehidrasi. Sampel dipilih secara acak dengan teknik simple random sampling sebanyak 97 sampel.

Hasil penelitian didapatkan distribusi proporsi tertinggi adalah pada usia 18-27 tahun (24,7%), jenis kelamin perempuan (60,8%), pekerjaan ibu rumah tangga (32%), gambaran klinis diare (91,8%), dan status dehidrasi sedang (56,7%).

Kesimpulan dari penelitian ini gejala klinis terbanyak pada pasien gastroenteritis adalah diare dengan status dehidrasi sedang. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan faktor risiko dan etiologi gastroenteritis untuk pencegahan dan tindakan pengobatan.

(5)

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Gastroenteritis is one of the common health problems in both developed countries and developing countries. Gastroenteritis is defined as the inflammation of the gastrointestinal tract and is characterized by diarrhea or vomiting.. In Indonesia gastroenteritis is still a public health problem because its morbidity and mortality are still high. This study aims to determine the clinical features of hospitalized gastroenteritis patient in Dr. Pirngadi Medan General Hospital from June 2013 to Desember 2013.

This research was a descriptive study by looking at medical records and recorded variables such as age, sex, occupation, clinical features and dehydration status. Samples were randomly selected by using simple random sampling technique as much as 97 samples.

The results of this study indicated that the highest proportion was at 18-27 years old (24,7%), female (60,8%), work as housewive (32%), presents with diarrhea (91,8%) and moderate dehydration status(56,7%).

The conclution of this study was diarrhea with moderate dehydration status is the main symptoms of gastroenteritis. Further study was needed to determine the various risk factors and etiology associated with gastroenteritis for prevention and therapy purposes.

(6)

iv

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih dan berkat-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Gambaran Klinis Pasien Gastroenteritis Dewasa yang Dirawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Periode Juni 2013-Desember 2013”.

Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, Karya Tulis ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini terdapat beberapa kesulitan dan masalah yang dihadapi, namun atas bantuan yang diperoleh dari berbagai pihak akhirnya Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Armon Rahimi, Sp.PD-KPTI selaku dosen pembimbing dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini yang telah meluangkan waktu dan memberikan gagasan, komentar, kritik dan saran yang membantu dalam proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Prof. dr. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A(K) dan dr. Yoan Carolina Panggabean selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang bermanfaat bagi penulis

4. RSUD Dr. Pirngadi Medan yang telah memberi ijin untuk mengambil data rekam medis untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

(7)

Universitas Sumatera Utara 6. Orang tua tercinta Drs. C. Tarigan dan J. Sitepu, S.Ag yang selalu

memberikan doa dan dukungan berupa moril dan material serta memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Sahabat dan teman-teman, serta seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara atas bantuan, semangat, dukungan, dan cerita selama menjalani pendidikan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Semua pihak yang mendukung dan membantu penulisan Karya Tulis Ilmiah ini baik langsung atau tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang ilmu kedokteran.

Medan, 8 Desember 2014

(8)

vi

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 4

2.1. Definisi ... 4

2.2. Epidemiologi ... 4

2.3. Etiologi ... 4

2.3.1. Faktor infeksi ... 5

2.3.2. Faktor makanan ... 10

2.4. Gambaran Klinis ... 10

2.4.1. Diare ... 11

2.4.2. Mual dan Muntah ... 11

2.4.3. Nyeri Perut ... 12

2.4.4. Demam ... 12

2.5. Penegakan Diagnosa ... 13

2.5.1. Anamnesa ... 13

2.5.2. Pemeriksaan fisik ... 14

2.5.3. Pemeriksaan penunjang ... 14

2.6. Komplikasi ... 14

2.6.1. Dehidrasi ... 14

2.6.2. Gangguan Keseimbangan Asam Basa ... 16

2.6.3. Hipoglikemia ... 16

2.6.4. Gangguan sirkulasi ... 16

2.7. Penatalaksanaan ... 17

2.8. Pencegahan ... 17

(9)

Universitas Sumatera Utara

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 18

3.2. Definisi Operasional ... 18

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 22

4.1. Jenis Penelitian ... 22

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

4.3. Populasi dan Sampel ... 22

4.3.1. Populasi ... 22

4.3.2. Sampel ... 22

4.3.2.1. Perhitungan besar sampel ... 23

4.3.3. Teknik Pengumpulan Sampel ... 23

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 24

4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 24

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

5.1. Hasil Penelitian ... 25

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 25

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ... 25

5.1.2.1. Distribusi Berdasarkan Usia ... 26

5.1.2.2. Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin ... 26

5.1.2.3. Distribusi Berdasarkan Pekerjaan ... 27

5.1.2.4. Distribusi Berdasarkan Gejala Klinis ... 28

5.1.2.5. Distribusi Berdasarkan Status Dehidrasi... 29

5.2. Pembahasan ... 29

5.2.1. Usia ... 29

5.2.2. Jenis Kelamin ... 30

5.2.3. Pekerjaan ... 31

5.2.4. Gambaran Klinis... 32

5.2.5. Status Dehidrasi ... 34

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

6.1. Kesimpulan ... 35

6.2. Saran ... 35

(10)

viii

Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Gejala Klinis berdasarkan kuman patogen ... 13

Tabel 2.2. Klasifikasi dehidrasi ... 15

Tabel 2.3. Penentuan derajat dehidrasi menurut Maurice King ... 15

Tabel 5.1. Distribusi proporsi penderita gastroenteritis berdasarkan usia ... 26

Tabel 5.2. Usia rerata pasien gastroentritis dewasa ... 26

Tabel 5.3. Distribusi proporsi penderita gastroenteritis berdasarkan Jenis kelamin ... 27

Tabel 5.4. Distribusi proporsi penderita gastroenteritis berdasarkan Pekerjaan ... 27

Tabel 5.5. Distribusi proporsi penderita gastroenteritis berdasarkan ada tidaknya gejala klinis ... 28

(11)

Universitas Sumatera Utara DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(12)

x

Universitas Sumatera Utara DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup

2. Surat Persetujuan Komisi Etik

3. Surat izin penelitian di RSUD Dr. Pirngadi Medan 4. Surat selesai penelitian di RSUD Dr. Pirngadi Medan 5. Master data

(13)

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Gastroenteritis merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dijumpai pada negara maju dan berkembang. Gastroenteritis merupakan peradangan pada saluran pencernaan dengan gejala utama diare dan muntah. Di Indonesia gastroenteritis masih menjadi masalah kesehatan karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran klinis pasien gastroenteritis yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Periode Juni 2013 sampai Desember 2013.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan melihat data rekam medik dan variabel yang dicatat berupa usia, jenis kelamin, pekerjaan, gambaran klinis, dan status dehidrasi. Sampel dipilih secara acak dengan teknik simple random sampling sebanyak 97 sampel.

Hasil penelitian didapatkan distribusi proporsi tertinggi adalah pada usia 18-27 tahun (24,7%), jenis kelamin perempuan (60,8%), pekerjaan ibu rumah tangga (32%), gambaran klinis diare (91,8%), dan status dehidrasi sedang (56,7%).

Kesimpulan dari penelitian ini gejala klinis terbanyak pada pasien gastroenteritis adalah diare dengan status dehidrasi sedang. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan faktor risiko dan etiologi gastroenteritis untuk pencegahan dan tindakan pengobatan.

(14)

iii

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

Gastroenteritis is one of the common health problems in both developed countries and developing countries. Gastroenteritis is defined as the inflammation of the gastrointestinal tract and is characterized by diarrhea or vomiting.. In Indonesia gastroenteritis is still a public health problem because its morbidity and mortality are still high. This study aims to determine the clinical features of hospitalized gastroenteritis patient in Dr. Pirngadi Medan General Hospital from June 2013 to Desember 2013.

This research was a descriptive study by looking at medical records and recorded variables such as age, sex, occupation, clinical features and dehydration status. Samples were randomly selected by using simple random sampling technique as much as 97 samples.

The results of this study indicated that the highest proportion was at 18-27 years old (24,7%), female (60,8%), work as housewive (32%), presents with diarrhea (91,8%) and moderate dehydration status(56,7%).

The conclution of this study was diarrhea with moderate dehydration status is the main symptoms of gastroenteritis. Further study was needed to determine the various risk factors and etiology associated with gastroenteritis for prevention and therapy purposes.

(15)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gastroenteritis adalah penyakit yang terjadi akibat adanya peradangan pada saluran pencernaan dengan gejala utama diare dan muntah (chow et al., 2010). Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Simadibrata et al., 2009). Gastroenteritis merupakan penyebab utama muntah pada anak,bisa terjadi akibat langsung dari gastroenteritis ataupun akibat diare pada penderita gastroenteritis (Ismail et al., 1988).

Gastroenteritis merupakan salah satu penyakit yang sangat sering dijumpai dan menyebabkan mortalitas yang berarti pada negara berkembang dan menjadi beban ekonomi pada negara maju. Di dunia penyakit ini mengenai 3-5 miliar anak setiap tahun dan menyebabkan sekitar 1,5-2,5 juta kematian per tahun atau merupakan 12 % dari seluruh penyebab kematian pada anak-anak pada usia di bawah 5 tahun. Secara epidemiologi penyakit ini dapat dijumpai di seluruh daerah baik negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia (chow et al., 2010).

Di negara maju seperti Amerika Serikat, gastroenteritis akut merupakan salah satu alasan utama anak-anak dirawat di rumah sakit, dengan angka rawat jalan sekitar 4 juta per tahun, angka rawat inap 220.000 dan jumlah kematian sekitar 300 per tahun (zolotor et al., 2007). Kasus gastroenteritis pada orang dewasa yang dirawat inap di Amerika Serikat juga meningkat kejadiannya seperti yang digambarkan dalam salah satu penelitian tentang peningkatan kejadian gastroenteritis selama tahun 1996-2007 (Lopman et al., 2011).

(16)

2

Universitas Sumatera Utara penyebab pasien di rawat inap di rumah sakit dengan angka kejadian 200.412 kasus. Pada tahun 2010 diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu masih menduduki peringkat pertama penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di Indonesia yaitu sebanyak 96.278 kasus dengan angka kematian (Case Fatality Rate/CFR) sebesar 1,92%. Penyakit ini juga menduduki peringkat kelima penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit Indonesia tahun 2010(Kemenkes RI,2012).

Di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan data dari dinas kesehatan Sumatera Utara pada tahun 2013 terdapat 203.317 kasus diare di sarana kesehatan dengan angka kematian sebanyak 12 kasus (Dinkes Sumatera Utara, 2014).

Di Medan pada tahun 2013 terdapat 26.243 kasus diare pada sarana kesehatan (Dinkes Sumatera Utara, 2014).

Di RSUD Dr. Pirngadi Medan berdasarkan survei awal dari data RSUD tersebut, angka kejadian penyakit gastroenteritis dari bulan Juni 2013 sampai Desember 2013 adalah sebanyak 351 kasus.

Manifestasi klinis penyakit gastroenteritis bervariasi. Berdasarkan salah satu hasil penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mual (93%), muntah (81%) atau diare (89%), dan nyeri abdomen (76%) adalah gejala yang paling sering dilaporkan oleh kebanyakan pasien. Tanda-tanda dehidrasi sedang sampai berat, seperti membran mukosa yang kering, penurunan turgor kulit, atau perubahan status mental, terdapat pada <10 % pada hasil pemeriksaan. Gejala pernafasan, yang mencakup radang tenggorokan, batuk, dan rinorea, dilaporkan sekitar 10% (Bresee et al., 2012).

Berdasarkan hasil penelitian lain yang dilakukan pada anak yang dirawat inap karena terinfeksi rotavirus, 63% dari mereka mengalami diare,muntah dan demam,21% mengalami diare dan muntah, 7% diare dan demam, 4% muntah dan demam, 3% demam saja, 2% muntah saja, dan 0,4% diare saja (chow et al., 2010).

(17)

Universitas Sumatera Utara dr. Pirngadi Medan kasus gastroenteritis cukup banyak sehingga peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran klinis penderita gastroenteritis yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan untuk mengetahui bagaimana gejala klinis pasien gastroenteritis dewasa yang dirawat inap di RSU tersebut pada bulan Juni 2013 sampai Desember 2013.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan yaitu : Bagaimana gambaran klinis pasien gastroenteritis dewasa yang dirawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Mengetahui gambaran klinis pasien gastroenteritis dewasa yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan

1.3.2. Tujuan khusus

1. Mengetahui angka kejadian dan karakteristik pasien gastroenteritis dewasa yang dirawat inap RSU dr. Pirngadi Medan

2. Mengetahui persentase pasien gastroenteritis dewasa yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan yang mengalami diare, demam, mual, muntah atau nyeri perut

3. Mengetahui derajat dehidrasi pada pasien gastroenteritis dewasa yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan

1.4. Manfaat Penelitian

1. Menambah pengetahuan dalam bidang gastroenterologi tentang gambaran klinis penderita gastroenteritis

2. Diketahuinya gambaran klinis pasien gastroenteritis yang dirawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi

Gastroenteritis adalah adanya inflamasi pada membran mukosa saluran pencernaan dan ditandai dengan diare dan muntah (Chow et al., 2010).

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Simadibrata K et al., 2009).

2.2. Epidemiologi

Gastroenteritis akut merupakan salah satu penyakit yang sangat sering ditemui. Penyakit ini lebih sering mengenai anak-anak. Anak-anak di negara berkembang lebih beresiko baik dari segi morbiditas maupun mortalitasnya.Penyakit ini mengenai 3-5 miliar anak setiap tahun dan menyebabkan sekitar 1,5-2,5 juta kematian per tahun atau merupakan 12 % dari seluruh penyebab kematian pada anak-anak pada usia di bawah 5 tahun (Chow et al., 2010).

Pada orang dewasa, diperkirakan 179 juta kasus gastroenteritis akut terjadi setiap tahun, dengan angka rawat inap 500.000 dan lebih dari 5000 mengalami kematian (Al-Thani et al., 2013).

Secara umum , negara berkembang memiliki angka rawat inap yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju. Ini dimungkinkan berdasarkan fakta bahwa anak-anak di negara maju memiliki status gizi dan layanan kesehatan primer yang lebih baik (chow et al., 2010).

Di Indonesia pada tahun 2010 diare dan gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu masih menduduki peringkat pertama penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di Indonesia yaitu sebanyak 96.278 kasus dengan angka kematian (Case Fatality Rate/CFR) sebesar 1,92% (kemenkes RI, 2012).

2.3. Etiologi

(19)

Universitas Sumatera Utara yaitu :

2.3.1. Faktor infeksi a. Virus

Sejak tahun 1940-an, virus sudah dicurigai sebagai penyebab penting dari gastroenteritis. Tetapi peranannya belum jelas sampai Kapikian et al. (1972) mengidentifikasi adanya virus (Norwalk virus) pada feses sebagai penyebab gastroenteritis. Satu tahun kemudian, Bishop et al., mengobservasi keberadaan rotavirus pada mukosa usus anak dengan gastroenteritis, dan pada tahun 1975, astrovirus dan adenovirus diidentifikasi pada feses anak yang mengalami diare akut. Sejak saat itu, jumlah virus yang dihubungkan dengan gastroenteritis akut semakin meningkat (Wilhelmi et al., 2003).

Beberapa virus yang sering menyebabkan gastroenteritis adalah : a.1 Rotavirus

Rotavirus adalah virus yang paling sering menyebabkan diare yang parah pada anak-anak di Amerika Serikat (Tucker et al., 1998). Hampir semua anak pernah terinfeksi virus ini pada usia 3-5 tahun (Parashar dan Glass, 2012). Virus ini tercatat menyebabkan sekitar 1/3 kasus diare yang dirawat inap dan menyebabkan 500.000 kematian di dunia setiap tahun (WGO guideline, 2012).

Infeksi pada orang dewasa biasanya bersifat subklinis. Pada tahun 1973, Bishop dan rekannya melihat dengan mikroskop elektron, pada epitel duodenum anak yang mengalami diare, adanya virus berukuran 70 nm yang kemudian dikenal sebagai rotavirus (dalam bahasa Latin , rota = wheel) karena tampilannya (Parashar et al., 1998).

Rotavirus adalah anggota suku Reoviridae dengan struktur non-enveloped icosahedral dan ketika diobservasi di bawah mikroskop elektron, mereka memiliki bentuk seperti roda (Wilhelmi et al., 2003).

(20)

6

Universitas Sumatera Utara Rotavirus menginfeksi enterosit yang matur pada ujung vili usus halus dan menyebabkan atrofi epitelium vilus, hal ini dikompensasi dengan repopulasi dari epitelium oleh immature secretor cell, dengan hiperplasia sekunder dari kripta. Sudah dikemukakan bahwa terjadi kerusakan selular yang merupakan akibat sekunder dari iskemi vilus. Mekanisme yang menginduksi terjadinya diare akibat virus ini belum sepenuhnya dimengerti, tetapi ada yang mengatakan bahwa diare muncul dimediasi oleh penyerapan epitelium vilus yang relatif menurun berhubungan dengan kapasitas sekretori dari sel kripta. Terdapat juga hilangnya permeabilitas usus terhadap makromolekul seperti laktosa, akibat penurunan disakaridase pada usus. Sistem saraf enterik juga distimulasi oleh virus ini, menyebabkan induksi sekresi air dan elektrolit. Hal ini menyebabkan terjadinya diare (Wilhelmi et al., 2003).

a.2 Enterik adenovirus

Virus ini menyebabkan 2-12% episode diare pada anak (Parashar dan Glass, 2012). Human adenovirus merupakan anggota keluarga Adenoviridae dan merupakan virus DNA tanpa kapsul, diameter 70 nm, dan bentuk icosahedral simetris. Ada 4 genus yaitu Mastadenovirus, Aviadenovirus, Atadenovirus, dan Siadenovirus. Pada waktu kini terdapat 51 tipe antigen human adenovirus yang telah diketahui. Virus ini diklasifikasikan ke dalam enam grup (A-F) berdasarkan sifat fisik, kimia dan kandungan biologis mereka (WHO, 2004). Serotipe enterik yang paling sering berhubungan dengan gastroenteritis adalah adenovirus 40 dan 41, yang termasuk dalam subgenus F. Lebih jarang lagi, serotipe 31, 12 dan 18 dari subgenus A dan serotipe 1, 2, 5 dan 6 dari subgenus C juga terlibat sebagai penyebab diare akut.

Sama dengan gastroenteritis yang disebabkan oleh rotavirus, lesi yang dihasilkan oleh serotipe 40 dan 41 pada enterosit menyebabkan atrofi vili dan hiperplasia kripta sebagai respon kompensasi, dengan akibat malabsorbsi dan kehilangan cairan (Wilhelmi et al., 2003).

a.3 Astrovirus

(21)

Universitas Sumatera Utara bulat kecil dengan diameter 28 nm dengan tampilan seperti bintang bila dilhat dengan mikroskop elektron. Genom virus ini terdiri dari single-stranded, positive-sense RNA. Astrovirus diklasifikasikan menjadi beberapa serotipe berdasarkan kereaktifan dari protein kapsid dengan poliklonal sera dan monoklonal antibodi.

Patogenesis penyakit yang diinduksi oleh astrovirus belum sepenuhnya dipahami, walaupun telah diduga bahwa replikasi virus terjadi di jaringan usus. Penelitian pada orang dewasa tidak memberikan gambaran mekanisme yang jelas. Penelitian yang dilakukan pada hewan, Didapati adanya atrofi pada vili usus juga infiltrasi pada lamina propria menyebabkan diare osmotik ( Wilhelmi et al., 2003).

a.4 Human calcivirus

Infeksi human calcivirus sangat sering terjadi dan kebanyakan orang dewasa sudah memiliki antibodi terhadap virus ini (Parashar dan Glass, 2012). Virus ini merupakan penyebab tersering gastroenteritis pada orang dewasa dan sering menimbulkan wabah. (Wilhelmi et al., 2003). Human calcivirus adalah anggota keluarga Calciviridae, dan dua bentuk umum sudah digambarkan yaitu Norwalk-like viruses(NLVs) dan Sapporo-like viruses (SLVs) yang sekarang disebut norovirus dan sapovirus. Virionnya disusun oleh single-structure capsid

Norovirus merupakan penyebab utama/terbanyak diare pada pasien dewasa dan menyebabkan 21 juta kasus per tahun (Monroe, 2011).

Pada penelitian yang pernah dilakukan, infeksi oleh calcivirus yang diobservasi mengakibatkan adanya ekspansi dari vili usus halus proksimal. Sel epitel masih intak dan terdapat pemendekan mikrovili. Mekanisme terjadinya diare masih belum diketahui, Diduga bahwa perlambatan waktu pengosongan lambung yang diobservasi pada gastroenteritis yang disebabkan Norwalk virus mungkin memiliki peranan.

(22)

8

Universitas Sumatera Utara a.5. Virus lain

Terdapat juga beberapa virus lain yang dapat menyebabkan penyakit gaastroenteritis seperti virus torovirus. Virus ini berhubungan dengan terjadinya diare akut dan persisten pada anak, dan mungkin merupakan penyebab diare nosokomial yang penting.Selain itu ada juga virus coronavirus, virus ini dihubungkan dengan diare pada manusia untuk pertama kalinya pada tahun 1975, tapi penelitian-penelitian belum mampu mengungkapkan peranan pastinya. Virus lainnya seperti picobirnavirus. Virus ini diidentifikasi untuk pertama kalinya oleh Pereira et al. pada tahun 1988 (Wilhelmi et al., 2003).

b. Bakteri

Infeksi bakteri menyebabkan 10%-20% kasus gastroenteritis. Bakteri yang paling sering menjadi penyebab gastroenteritis adalah Salmonella species,Campylobacter species, Shigella species and Yersina species (chow et al., 2010). Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan gastroenteritis adalah :

b.1 Salmonella

Infeksi salmonella kebanyakan melalui makanan atau minuman yang tercemar kuman salmonella (Noerasid, Suraatmadja dan Asnil, 1988). Sekitar 40000 kasus salmonella gastroenteritis dilaporkan setiap tahun (Tan et al., 2008). Salmonella mencapai usus melalui proses pencernaan. Asam lambung bersifat letal terhadap organisme ini tapi sejumlah besar bakteri dapat menghadapinya dengan mekanisme pertahanan. Pasien dengan gastrektomi atau sedang mengkonsumsi bahan yang menghambat pengeluaran asam lambung lebih cenderung mengalami infeksi salmonella. Salmonella dapat menembus lapisan epitel sampai ke lamina propria dan mencetuskan respon leukosit. Beberapa spesies seperti Salmonella choleraesuis dan Salmonella typhi dapat mencapai sirkulasi melalui sistem limfatik. Salmonella menyebabkan diare melalui beberapa mekanisme. Beberapa toksin telah diidentifikasi dan prostaglandin yang menstimulasi sekresi aktif cairan dan elektrolit mungkin dihasilkan (Harper dan Fleisher, 2010).

(23)

Universitas Sumatera Utara Ada dua bentuk yaitu bentuk diare (air) dan bentuk disentri (Noerasid dan Asnil, 1988). Shigella tertentu melekat pada tempat perlekatan pada permukaan sel mukosa usus. Organisme ini menembus sel dan berproliferasi. Multiplikasi intraepitel merusak sel dan mengakibatkan ulserasi mukosa usus. Invasi epitelium menyebabkan respon inflamasi. Pada dasar lesi ulserasi, erosi pembuluh darah mungkin menyebabkan perdarahan. Spesies Shigella yang lain menghasilkan exotoksin yang dapat menyebabkan diare (Harper dan Fleisher, 2010).

b.3 Campylobacter

Campylobacter memanfaatkan mobilitas dan kemotaksis untuk menelusuri permukaan epitel saluran cerna, tampak menghasilkan adhesin dan sitotoksin dan memiliki kemampuan untuk bertahan hidup pada makrofag, monosit dan sel epitel tetapi terutama dalam vakuola (Harper dan Fleisher, 2010).

b.4 E. coli

E. coli terdapat sebagai komensal dalam usus manusia mulai dari lahir sampai meninggal. Walaupun umumnya tidak berbahaya , tetapi beberapa jenis dapat menyebabkan gastroenteritis (Noerasid dan Asnil, 1988).

E. coli yang dapat menyebabkan diare dibagi dalam tiga golongan, yaitu: • Enteropathogenic (EPEC) : tipe klasik

• Enterotoxigenic (ETEC) • Enteroinvasive (EIEC) c. Parasit dan protozoa

Giardia lamblia adalah infeksi protozoa yang paling sering menyebabkan gastroenteritis. Protozoa yang lain mencakup Cryptosporidium dan Entamoeba hystolitica.

c.1 G. lamblia

(24)

10

Universitas Sumatera Utara Organisme ini ditransmisikan melalui berbagai cara yang mencakup fekal-oral, tangan ke mulut, dan orang ke orang melalui makanan, air, atau hewan peliharaan yang terkontaminasi terutama kucing.

c.3 Entamoeba histolytica

Protozoa ini ditransmisikan melalui jalur fekal-oral. Infeksi protozoa ini dimulai dengan tertelannya dalam bentuk kista. Eksitasi terjadi pada kolon kemudian dilepaskan dalam bentuk trofozoid yang selanjutnya menginvasi mukosa mengakibatkan peradangan dan ulserasi mukosa.

2.3.2. Faktor makanan a. Malabsorbsi

a.1 Malabsorbsi karbohidrat

a.2 Malabsorbsi lemak : terutama Long Chain Triglyceride a.3 Malabsorbsi protein : asam amino, B laktoglobulin a.4 Malabsorbsi vitamin dan mineral

(Noerasid dan Asnil, 1988) b. Keracunan makanan

Makanan yang beracun (mengandung toksin bakteri) merupakan salah satu penyebab terjadinya diare. Ketika enterotoksin terdapat pada makanan yang dimakan, masa inkubasi sekitar satu sampai enam jam. Ada dua bakteri yang sering menyebabkan keracunan makanan yang disebabkan adanya toksin yaitu: 1. Staphylococcus

Hampir selalu S. Aureus, bakteri ini menghasilkan enterotoksin yang tahan panas. Kebanyakan pasien mengalami mual dan muntah yang berat

2. Bacillus cereus

2.4. Gambaran Klinis

(25)

Universitas Sumatera Utara status mental, terdapat pada <10 % pada hasil pemeriksaan. Gejala pernafasan, yang mencakup radang tenggorokan, batuk, dan rinorea, dilaporkan sekitar 10% (Bresee et al., 2012).

Beberapa gejala klinis yang sering ditemui adalah : 2.4.1. Diare

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml dalam 24 jam (Simadibrata K et al., 2009).

Pada kasus gastroenteritis diare secara umum terjadi karena adanya peningkatan sekresi air dan elektrolit.

2.4.2. Mual dan Muntah

Muntah diartikan sebagai adanya pengeluaran paksa dari isi lambung melalui mulut. Pusat muntah mengontrol dan mengintegrasikan terjadinya muntah. Lokasinya terletak pada formasio retikularis lateral medulla oblongata yang berdekatan dengan pusat-pusat lain yang meregulasi pernafasan, vasomotor, dan fungsi otonom lain. Pusat-pusat ini juga memiliki peranan dalam terjadinya muntah. Stimuli emetic dapat ditransmisikan langsung ke pusat muntah ataupun melalui chemoreceptor trigger zone (chow et al., 2010).

Muntah dikoordinasi oleh batang otak dan dipengaruhi oleh respon dari usus, faring, dan dinding torakoabdominal. Mekanisme yang mendasari mual itu sendiri belum sepenuhnya diketahui, tetapi diduga terdapat peranan korteks

serebri karena mual itu sendiri membutuhkan keadaan persepsi sadar (Hasler, 2012).

(26)

12

Universitas Sumatera Utara mengirimkan impuls ke otot-otot abdomen, diafragma dan nervus viseral lambung dan esofagus untuk mencetuskan muntah (chow et al, 2010).

2.4.3. Nyeri perut

Banyak penderita yang mengeluhkan sakit perut. Rasa sakit perut banyak jenisnya. Hal yang perlu ditanyakan adalah apakah nyeri perut yang timbul ada hubungannnya dengan makanan, apakah timbulnya terus menerus, adakah penjalaran ke tempat lain, bagaimana sifat nyerinya dan lain-lain. Lokasi dan kualitas nyeri perut dari berbagai organ akan berbeda, misalnya pada lambung dan duodenum akan timbul nyeri yang berhubungan dengan makanan dan berpusat pada garis tengah epigastrium atau pada usus halus akan timbul nyeri di sekitar umbilikus yang mungkin sapat menjalar ke punggung bagian tengah bila rangsangannya sampai berat. Bila pada usus besar maka nyeri yang timbul disebabkan kelainan pada kolon jarang bertempat di perut bawah. Kelainan pada rektum biasanya akan terasa nyeri sampai daerah sakral (Sujono Hadi, 2002). 2.4.4. Demam

Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu ( set point ) di

hipotalamus (Dinarello dan Porat, 2012).

Temperatur tubuh dikontrol oleh hipotalamus. Neuron-neuron baik di preoptik anterior hipotalamus dan posterior hipotalamus menerima dua jenis sinyal, satu dari saraf perifer yang mengirim informasi dari reseptor hangat/dingin di kulit dan yang lain dari temperatur darah. Kedua sinyal ini diintegrasikan oleh thermoregulatory center di hipotalamus yang mempertahankan temperatur normal. Pada lingkungan dengan subuh netral, metabolic rate manusia menghasilkan panas yang lebih banyak dari kebutuhan kita untuk mempertahankan suhu inti yaitu dalam batas 36,5-37,5ºC (Dinarello dan Porat, 2012).

(27)

Universitas Sumatera Utara seperti prostaglandin E2, melewati blood brain barrier dan menyebar ke daerah termoregulator hipotalamus, mencetuskan serangkaian peristiwa yang meningkatkan set point hipotalamus. Dengan adanya set point yang lebih tinggi, hipotalamus mengirim sinyal simpatis ke pembuluh darah perifer, menyebabkan vasokonstriksi dan menurunkan pembuangan panas dari kulit ( Prewitt, 2005).

Mekanisme terjadinya demam :

Gambar 2.1 Mekanisme demam Tabel 2.1. Gejala Klinis berdasarkan patogen

Patogen Gejala Klinis

Nyeri Perut Demam Mual,muntah

Shigella ++ ++ ++

Shiga toksin E. coli

++ 0 +

Keterangan : ++,biasanya terjadi; +, dapat terjadi; +/-, bervariasi; -, tidak terjadi; 0, atipikal/ sering tidak terjadi.

2.5. Penegakan Diagnosa 2.5.1. Anamnesa

IL-1, IL-6, TNF, IFN Hipotalamus

PGE2 Siklik AMP

Peningkatan set point hipotalamus Produksi panas

(28)

14

Universitas Sumatera Utara Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas yaitu mual, muntah, nyeri abdomen, demam dan tinja yang sering, bisa air, malabsorbtif, atau berdarah tergantung bakteri yang menyebabkan (Simadibrata K et al., 2009).

Curiga terjadinya gastroenteritis apabila terjadi perubahan tiba-tiba konsistensi tinja menjadi lebih berair, dan/atau muntah yang terjadi tiba-tiba.

Pada anak biasanya diare berlangsung selama 5-7 hari dan kebanyakan berhenti dalam 2 minggu. Muntah biasanya berlangsung selama 1-2 hari, dan kebanyakan berhenti dalam 3 hari.

Tanyakan :

1. Kontak terakhir dengan seseorang yang mengalami diare akut dan/atau muntah

2. Pajanan terhadap sumber infeksi enterik yang diketahui (mungkin dari makanan atau air yang terkontaminasi)

3. Perjalanan atau bepergian 2.5.2. Pemeriksaan fisik

Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam menentukan keparahan penyakit. Status volume dinilai dengan menilai perubahan pada tekanan darah dan nadi, temperatur tubuh dan tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang seksama juga merupakan hal yang penting dilakukan (Simadibrata K et al., 2009).

2.5.3. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan tinja

Pemeriksaan tinja yang dilakukan adalah pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, biakan kuman, tes resistensi terhadap berbagai antibiotika, pH dan kadar gula, jika diduga ada intoleransi laktosa.

b. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah yang dilakukan mencakup pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan elektrolit, pH dan cadangan alkali, pemeriksaan kadar ureum.

(29)

Universitas Sumatera Utara Dehidrasi ialah komplikasi yang paling sering terjadi pada penderita gastroenteritis.

Penentuan derajat dehidrasi :

Tabel 2.2. Klasifikasi dehidrasi

Gejala/Tanda Klasifikasi dehidrasi

Tanpa dehidrasi Ringan-sedang Berat Keadaan

umum

Baik, Sadar Gelisah Letargi/Tidak sadar

Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat

(≥ 2 detik) Catatan :

• Pembacaan tabel dari kanan ke kiri.

• Kesimpulan derajat dehidrasi ditentukan bila dijumpai ≥ 2 gejala/tanda pada kolom yang sama.

Tabel 2.3. Penentuan derajat dehidrasi menurut Maurice King Bagian tubuh

yang diperiksa

Nilai gejala yang ditemukan

0 1 2

Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng, apatis, ngantuk

Mengigau, koma atau syok

Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang

Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung

Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung

Mulut Normal Kering Kering dan sianosis

Denyut nadi/menit

(30)

16

Universitas Sumatera Utara Catatan :

1. Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari dan telunjuk selama 30-60 detik, kemudian dilepas. Jika kulit kembali normal dalam waktu :

• 1 detik : turgor agak kurang (dehidrasi ringan) • 1-2 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang) • 2 detik : turgor sangat kurang (dehidrasi berat)

2. Berdasarkan skor yang terdapat pada seorang penderita dapat ditentukan derajat dehidrasinya :

• 0-2 : dehidrasi ringan • 3-6 : dehidrasi sedang • 7-12 : dehidrasi berat

3. Pada anak-anak dengan ubun-ubun besar sudah menutup, nilai untuk ubun-ubun besar diganti dengan banyaknya/ frekuensi kencing (Noerasid, Suraatmadja dan Asnil, 1988).

2.6.2. Gangguan keseimbangan asam basa (Metabolik asidosis)

Metabolik asidosis terjadi karena adanya kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja, adanya ketosis kelaparan akibat metabolisme lemak tidak sempurna sehingga terjadi penimbunan keton dalam tubuh, terjadi penimbunan asam laktat, produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria), dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.

Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernafasan. Pernafasan bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut pernafasan Kuszmaull (Noerasid, Suraatmadja dan Asnil, 1988).

2.6.3. Hipoglikemia

Gejala-gejala hipoglikemia berupa lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.

2.7.4 Gangguan sirkulasi

(31)

Universitas Sumatera Utara dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan dalam otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera ditangani penderita dapat meninggal.

2.7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang kita lakukan pada pasien dewasa berdasarkan WGO Guideline (2012), yaitu :

1. Melakukan penilaian awal 2. Tangani dehidrasi

3. Cegah dehidrasi pada pasien yang tidak terdapat gejala dehidrasi menggunakan cairan rehidrasi oral, menggunakan cairan yang dibuat sendiri atau larutan oralit.

4. Rehidrasi pasien dengan dehidrasi sedang menggunakan larutan oralit, dan pasien dengan dehidrasi berat dengan terapi cairan intravena yang sesuai 5. Pertahankan hidrasi dengan larutan rehidrasi oral

6. Atasi gejala-gejala lain

7. Lakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk analisis 8. Pertimbangkan terapi antimikroba untuk patogen spesifik

2.8. Pencegahan

(32)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Sebelum penelitian dilakukan peneliti terlebih dahulu mengurus ethical clearance. Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

a. Pasien gastroenteritis adalah pasien yang didiagnosis dengan gastroenteritis dan tercatat pada rekam medis RSUD dr. Pirngadi Medan.

b. Karakteristik pasien adalah spesifikasi pasien berdasarkan usia, jenis kelamin dan pekerjaan.

Pasien gastroenteritis yang dirawat inap di RSUD dr. Pirngadi Medan selama Juni 2013-Desember 2013

Karakteristik pasien • Usia

• Jenis Kelamin • Pekerjaan

(33)

Universitas Sumatera Utara b.1. Usia

Usia adalah umur penderita yang tercatat dalam kartu rekam medis Cara Ukur : Pengamatan data rekam medis

Alat Ukur : Rekam medis Hasil Ukur :

1. 18-27 tahun 2. 28-37 tahun 3. 38-47 tahun 4. 48-57 tahun 5. 58-67 tahun 6. 68-77 tahun 7. >77 tahun

Skala Ukur : Ordinal b.2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah ciri organ reproduksi yang tercatat dalam data rekam medis

Cara Ukur : Pengamatan data rekam medis Alat Ukur : Rekam medis

Hasil Ukur : 1. Laki-laki 2. Perempuan

Skala Ukur : Nominal b.3. Pekerjaan

Pekerjaan adalah pekerjaan pasien sesuai dengan yang tercatat pada data rekam medis

Cara Ukur : Pengamatan data rekam medis Alat Ukur : Rekam medis

Hasil Ukur : 1. PNS

(34)

20

Universitas Sumatera Utara 3. Ibu Rumah Tangga (IRT)

4. Wiraswasta 5. Pelajar 6. Mahasiswa 7. Pensiunan Skala Ukur : Nominal

c. Gejala klinis adalah keluhan atau gejala yang dialami pasien berupa diare, demam, mual, muntah, nyeri perut, lemas dan dehidrasi.

c.1. Diare

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam (Simadibrata dkk,2009)

Cara Ukur : Pengamatan data rekam medis Alat Ukur : Rekam medis

Hasil Ukur : 1. Ada 2. Tidak Ada Skala Ukur : Nominal c.2. Demam

Demam adalah peningkatan suhu tubuh dari variasi suhu tubuh normal sehari-hari (36,5-37,2ºC)

Cara Ukur : Pengamatan data rekam medis Alat Ukur : Rekam medis

Hasil Ukur : 1. Ada

2. Tidak ada

Skala Ukur : Nominal c.3. Mual

(35)

Universitas Sumatera Utara Alat Ukur : Rekam medis

Hasil Ukur : 1. Ada mual 2. Tidak ada

Skala Ukur : Nominal c.4. Muntah

Muntah adalah pengeluaran paksa isi lambung melalui mulut Cara Ukur : Pengamatan data rekam medis

Alat Ukur : Rekam medis Hasil Ukur :

1. Ada 2. Tidak ada

Skala Ukur : Nominal c.5. Nyeri Perut

Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di daerah perut Cara Ukur : Pengamatan data rekam medis

Alat Ukur : Rekam medis Hasil Ukur :

1. Ada 2. Tidak ada Skala Ukur : Nominal c.6. Dehidrasi

Dehidrasi adalah kondisi kehilangan cairan tubuh Cara Ukur : Pengamatan data rekam medis

Alat Ukur : Rekam medis Hasil Ukur :

(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional deskriptif, dimana peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat tertentu tanpa mempelajari hubungan antar-variabel untuk melihat gambaran klinis pasien gastroenteritis yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan menggunakan pendekatan retrospektif yaitu mengevaluasi peristiwa yang sudah berlangsung (Sastroasmoro dan Ismail, 2013).

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada September-Oktober 2014. 4.2.2. Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di bagian rekam medis RSUD Dr. Pirngadi Medan.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien gastroenteritis yang dirawat inap dan tercatat dalam data rekam medis di RSUD Dr. Pirngadi Medan periode Juni 2013-Desember 2013 yaitu 351 orang.

4.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah pasien gastroenteritis yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian.

Kriteria inklusi :

• pasien yang telah didiagnosa menderita gastroenteritis dan menjalani rawat inap periode Juni 2013 sampai Desember 2013 dan tercatat pada rekam medis di RSUD dr. Pirngadi Medan

(37)

Universitas Sumatera Utara Kriteria eksklusi :

• Usia dibawah 18 tahun

4.3.2.1. Perhitungan Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus perhitungan untuk data nominal untuk penelitian estimasi. Karena penelitian ini menggunakan sampel tunggal untuk estimasi proporsi maka cara perhitungan besar sampel adalah :

=

��

2

��

2

Keterangan :

n = besar sampel minimum ��

= deviat baku normal untuk � P = Proporsi

Q = (1-P)

d = tingkat ketepatan absolut

Pada penelitian ini tingkat kepercayaan yang dikehendaki adalah 95% dengan ketepatan relatif 10%. Sehingga nilai �� = 1,96 ; d=0,10 ; P=0,5, maka setelah dilakukan perhitungan didapatkan nilai n (besar sampel minimum) adalah sebanyak 97 orang.

4.3.3. Teknik Pengumpulan Sampel

Pengumpulan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik simple random sampling yang harus dihitung terlebih dahulu jumlah subyek dalam populasi yang akan dipilih subyeknya sebagai sampel penelitian. Setiap subjek yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diberi nomor dan dipilih sebagian dari mereka dengan teknik undian yaitu mengambil instrumen undian (kertas) yang telah dikocok terlebih dahulu.

(38)

24

Universitas Sumatera Utara Semua data yang dikumpulkan pada penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh melalui observasi data rekam medis.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah sakit umum daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Medan adalah suatu unit pelayanan kesehatan milik Pemerintah Kota Medan yang terletak di Jl. Prof. H M Yamin SH No. 47 Medan. Rumah Sakit ini merupakan rumah sakit umum kelas B dan resmi menjadi rumah sakit pendidikan sejak 10 April 2007 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 433/Menkes/SK/IV/2007.

RSUD dr. Pirngadi Medan didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda dengan nama Gemente Zieken Huis. Peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Maria Constantia Macky pada tanggal 11 Agustus 1928 dan diresmikan pada tahun 1930 dan sebagai pimpinan yang pertama dipegang oleh Dr. W. BAYS. Setelah masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942, rumah sakit yang memiliki moto aegroti salus lex suprema (kepentingan penderita adalah yang utama) ini diambil alih oleh pemerintah Jepang dan berganti nama menjadi Syuritsu Byusono Ince dan pimpinannya dipercayakan kepada seorang putera Indonesia yaitu dr. Raden Pirngadi Gonggo Putro yang namanya akhirnya dijadikan nama rumah sakit ini. Pada tanggal 27 Desember 2001, sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah rumah sakit yang memiliki luas tanah 38.495 m2 dan luas bangunan 42.997 m2 ini diserahkan kepemilikannya dari pemerintah Propinsi Sumatera Utara kepada pemerintah Kota Medan.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel 5.1.2.1. Distribusi berdasarkan usia

(40)

26

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.1. Distribusi proporsi penderita gastroenteritis berdasarkan usia

Usia (tahun) Frekuensi (n) Proporsi (%)

18-27 24 24,7

28-37 8 8,2

38-47 14 14,4

48-57 21 21,6

58-67 15 15,5

68-77 9 9,3

>77 6 6,2

Total 97 100,0

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa usia penderita gastroenteritis yang terbanyak pada rentang usia 18-27 tahun sebanyak 24 orang (24,7%) dan usia paling sedikit adalalh >77 tahun sebanyak 6 orang (6,2%).

Tabel 5.2. Usia rerata pasien gastroentritis dewasa

Mean 47,43

Median 48,00

Std. Deviation 19,17

Minimum 18

Maximum 91

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa usia rerata pasien gastroenteritis adalah 47,43 tahun (SD 19,17) dengan usia terendah 18 tahun dan usia maksimal 91 tahun.

5.1.2.2. Distribusi berdasarkan jenis kelamin

Distribusi penderita gastroenteritis berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.3. Distribusi proporsi penderita gastroenteritis berdasarkan Jenis kelamin Jenis Kelamin Frekuensi (n) Proporsi (%)

Laki-laki 38 39,2

Perempuan 59 60,8

(41)

Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa penderita gastroenteritis jenis kelamin perempuan sebanyak 59 orang (60,8%) sedangkan laki-laki sebanyak 38 orang (39,2%).

5.1.2.3. Distribusi berdasarkan pekerjaan

Distribusi penderita gastroenteritis berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5.4. Distribusi proporsi penderita gastroenteritis berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Frequency (n) Proporsi (%)

PNS 14 14,4

Pegawai Swasta 7 7,2

IRT 31 32,0

Wiraswasta 20 20,6

Pelajar 4 4,1

Mahasiswa 10 10,3

Pensiunan 11 11,3

Jumlah 97 100,0

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pekerjaan penderita gastroenteritis yang terbanyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 31 orang (32,0%),kemudian wiraswasta sebanyak 20 orang (20,6%), PNS sebanyak 14 orang (14,4%), Pensiunan sebanyak 11 orang (11,3%), mahasiswa sebanyak 10 orang (10,3%), Pegawai swasta sebanyak 7 orang (7,2%), dan pelajar sebanyak 4 orang (4,1%).

5.1.2.4. Distribusi berdasarkan gejala klinis

(42)

28

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.5. Distribusi proporsi penderita gastroenteritis berdasarkan ada tidaknya gejala klinis

Gambaran Klinis Frekuensi (n) Proporsi (%)

Diare Ada 89 91,8

tidak ada 8 8,2

Demam Ada 46 47,4

Tidak ada 51 52,6

Mual Ada 67 69,1

Tidak Ada 30 30,9

Muntah Ada 52 53,6

Tidak Ada 45 46,4

Nyeri Perut Ada 67 69,1

Tidak Ada 30 30,9

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa penderita gastroenteritis yang datang dengan keluhan diare/ berak cair adalah sebanyak 89 orang (91,8%) sedangkan 8 orang lainnya (8,2%) tidak memiliki keluhan diare. Penderita gastroenteritis yang datang dengan keluhan demam adalah sebanyak 46 orang (47,4%) sedangkan 51 orang lainnya (52,6%) tidak memiliki keluhan demam. Penderita gastroenteritis yang datang dengan keluhan mual adalah sebanyak 67 orang (69,1%) sedangkan 30 orang lainnya (30,9%) tidak memiliki keluhan mual. Penderita gastroenteritis yang datang dengan keluhan muntah adalah sebanyak 52 orang (53,6%) sedangkan 45 orang lainnya (46,4%) tidak memiliki keluhan muntah. Penderita gastroenteritis yang datang dengan keluhan nyeri perut adalah sebanyak 67 orang (69,1%) sedangkan 30 orang lainnya (30,9%) tidak memiliki keluhan nyeri perut.

5.1.2.5. Distribusi berdasarkan status dehidrasi

(43)

Universitas Sumatera Utara Tabel 5.6. Distribusi penderita gastroenteritis berdasarkan status dehidrasi

Status dehidrasi Frekuensi (n) Proporsi (%)

Dehidrasi ringan 41 42,3

Dehidrasi sedang 55 56,7

Dehidrasi berat 1 1,0

Jumlah 97 100,0

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa penderita gastroenteritis yang datang dengan status dehidrasi ringan sebanyak 41 orang (42,3%), dehidrasi sedang adalah sebanyak 55 orang (56,7%), dan dehidrasi berat sebanyak 1 orang (1%).

5.2. Pembahasan

5.2.1. Distribusi Berdasarkan Usia

Dalam Penelitian ini pada tabel 5.1 terlihat bahwa usia penderita gastroenteritis yang terbanyak adalah usia 18-27 tahun (24,7%) dan usia paling sedikit adalah >77 tahun (6,2%). Hasil ini mirip dengan hasil penelitian Breese et al yang mendapatkan dari 364 penerita gastroenteritis didapatkan 201 penderita yang berada pada kelompok usia 18-35 tahun (55%) dan hanya 12 penderita gastroenteritis (3,3 %) yang berusia >74 tahun dan prevalensi terendah pada kelompok usia 64-74 tahun yaitu sebanyak 6 orang (1,6%). Penelitian Breese et al ini juga mendapatkan rentang umur yang sama dengan hasil penelitian ini yaitu 18-91 tahun (Breese et al, 2012).

(44)

30

Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil penelitian Festy Adyanastri yang meneliti kejadian gastroenteritis di RSUP Dr. Kariadi Semarang mendapatkan kelompok usia terbanyak yang menderita gastroenteritis adalah usia 50-59 tahun sebanyak 20,20% (Adyanastri, 2012).

Secara umum usia sering dikaitkan dengan daya tahan tubuh, pola hidup dan pola konsumsi makanan. Bila dilihat dari daya tahan tubuh tentunya pasien lansia lebih berisiko terkena penyakit infeksi seperti gastroenteritis seperti yang terdapat pada data riskesdas namun hal ini tidak ditemukan pada penelitian ini dimana didapatkan hanya 6,2 % pasien yang berusia >77 tahun. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Breese et al yang mendapatkan hanya 3,3% pasien gastroenteritis yang berusia >75 tahun. Pola hidup yang kurang memperhatikan kebersihan dan pola konsumsi makanan yang tidak sehat mungkin lebih berperan dalam menyebabkan gastroenteritis pada kelompok usia 18-27 tahun sesuai dengan pernyataan kemenkes RI yang mengatakan bahwa faktor hygiene dan sanitasi lingkungan serta kesadaran untuk berperilaku hidup bersih menjadi faktor penting untuk pencegahan kejadian diare (Kemenkes RI, 2012).

Usia rata-rata pada penelitian ini seperti terlihat pada tabel 5.2 adalah 47,43 dengan rentang usia pada usia 18-91 tahun. Hasil ini mirip dengan hasil penelitian Chan et al yang mendapatkan usia rata-rata penderita gastroenteritis adalah 42 tahun (Chan et al, 2003). Sedangkan pada penelitian Breese et al didapatkan usia rata-rata penderita gastroenteritis adalah 34 tahun (Breese et al, 2012).

5.2.2. Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin

(45)

Universitas Sumatera Utara mendapatkan hasil yang sama yaitu 67,3 % penderita gastroenteritis adalah perempuan (Adyanastri, 2012). Pada penelitian Chan et al juga mendapatkan perbedaan yang sangat sedikit antara jenis kelamin perempuan dan laki-laki dimana didapatkan 52,3% penderita gastroenteritis adalah perempuan (Chan et al, 2003).

Namun pada beberapa penelitian lain justru mendapatkan hasil laki-laki lebih sering terkena gastroenteritis seperti penelitian Al Thani et al yang mendapatkan 53,1 % penderita gastroenteritis adalah laki-laki (Al Thani et al, 2013). Pada penelitian Korompis et al didapatkan 63,09% pasien gastroenteritis adalah laki-laki. Hal ini disebabkan karena laki-laki lebih banyak beraktivitas fisik sehingga menyebabkan penurunan daya tahan tubuh sehingga risiko terjadinya infeksi lebih tinggi pada laki-laki (Korompis et al, 2013). Penelitian Cakrawardi et al (2009) yang meneliti kejadian gastroenteritis di RSU Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar juga mendapatkan laki-laki lebih sering terkena gastroenteritis.

Jenis kelamin sering dikaitkan dengan aktivitas kerja, gaya hidup dan perilaku berisiko seperti merokok. Pada penelitian ini didapati bahwa prevalensi perempuan menderita gastroenteritis lebih tinggi daripada laki-laki namun berdasarkan penelitian yang lain seperti penelitian yang dilakukan ayuningtias yang meneliti kejadian diare akut pada anak sekolah dasar di depok tidak didapatkan hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian gastroenteritis (Ayuningtias, 2013). Hal ini sejalan dengan data riskesdas 2007 yang menyatakan bahwa penyakit diare tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin. Berdasarkan data riskesdas ini jenis kelamin prevalensi perempuan dan laki-laki hampir sama yaitu 8,9% pada laki-laki dan 9,1% pada perempuan (kemenkes RI, 2011). Sehingga bila dilihat berdasarkan jenis kelamin walaupun pada penelitian ini didapatkan perempuan lebih banyak daripada laki-laki namun secara umum penyebaran gastroenteritis tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin (Kemenkes RI, 2012).

(46)

32

Universitas Sumatera Utara Dalam penelitian ini pada tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pekerjaan penderita gastroenteritis dewasa yang datang berobat di RSUD Dr. Pirngadi Medan yang terbanyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 32,7%. Hal ini sesuai dengan penelitian Festy Adyanastri tahun 2012 yang juga mendapatkan 33,5 % penderita gastroenteritis memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga.

Data ini berbeda dengan data riskesdas yang mengatakan bahwa diare senderung lebih sering terjadi pada kelompok pekerjaan petani/nelayan atau buruh (8,7%). Namun pada data riskesdas juga didapatkan 8,1% penderita gastroenteritis bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Menurut penelitian Breese et al orang dewasa yang bekerja merawat anak atau menjadi pengasuh anak mengalami peningkatan kejadian gastroenteritis yang disebabkan oleh rotavirus. Hal ini terjadi akibat penularan dari anak yang sakit. (Breese et al, 2012).

5.2.4. Gambaran Klinis

Dalam penelitian ini didapati gambaran klinis pasien gasstroenteritis yang tersering adalah diare sebesar 91,8%. Hal ini sesuai dengan penelitian Festy tahun 2012 yang juga mendapatkan diare/berak cair sebagai gambaran klinis tersering pada pasien gastroenteritis sebesar 96,6%. Namun hal ini berbeda dengan hasil penelitian Breese et al yang mendapatkan gejala klinis terbanyak pada pasien gastroenteritis adalah mual sebesar 93% selanjutnya diikuti diare sebanyak 89%, muntah 81%, nyeri perut 76% dan demam hanya 14% (Breese et al, 2012).

Gastroenteritis adalah penyakit peradangan pada saluran cerna. Akibatnya akan terjadi gangguan dalam proses pencernaan makanan yang akan mengakibatkan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolik sehingga timbul manifestasi diare. Hal ini sesuai dengan temuan pada penelitian ini dimana 91,8% penderita mengalami diare.

(47)

Universitas Sumatera Utara klinis berak cair, demam, mual, muntah, dan nyeri perut. Ada 8,2% pasien yang datang tanpa keluhaan berak cair, 53,6% pasien datang tanpa keluhan demam, 30,9% pasien datang tanpa keluhan mual, 46,4% pasien datang tanpa keluhan muntah dan 30,9% pasien datang tanpa keluhan nyeri perut.

Ada 7 orang (7,2%) yang datang dengan semua gejala diare, demam, mual, muntah, dan nyeri perut dan hanya ada 4 orang (4,1%) yang datang hanya dengan keluhan diare.

Berdasarkan hasil penelitian Cakrawardi di salah satu RSU Semarang mendapatkan hasil pasien gastroenteritis yang datang dengan keluhan demam ada sebanyak 70,46% dan mual/muntah 81,2% (Cakrawardi et al, 2009).

Gejala klinis gastroenteritis bervariasi. Salah satu yang menjadi penyebabnya adalah perbedaan etiologi dari penyakit tersebut seperti yang dikemukan oleh Thielman bahwa gejala klinis gastroenteritis berhubungan dengan enteropatogen tertentu (Thielman et al, 2004).

Diare adalah gejala yang dominan pada penyakit gastroenteritis. Namun pada beberapa pasien gejala muntah lebih mendominasi dan pada pasien ini perlu dipertimbangkan kemungkinan penyebab penyakit adalah keracunan makanan (terinduksi toksin bakteri) atau gastroenteritis yang disebabkan oleh virus (Manatsathit et al, 2002).

Pada pasien yang mengalami keracunan makanan yang mengandung toksin bakteri tahan panas biasanya gejala mual dan muntah mendominasi. Diare dapat muncul namun biasanya tidak begitu parah. Nyeri perut bisa ada. Pada kebanyakan pasien biasanya tidak mengalami peningkatan suhu tubuh. Namun pada kasus keracunan makanan yang mengandung C. Perfringers gejala klinis sedikit berbeda, dimana pada pasien biasanya gejala muntah biasanya tidak dijumpai (Manatsathit et al, 2002).

(48)

34

Universitas Sumatera Utara 5.2.5. Status Dehidrasi

Dalam penelitian ini didapati 56,7% pasien datang dengan status dehidrasi sedang sedangkan 42,3% pasien datang dengan status dehidarsi ringan. Dan hanya 1% pasien yang datang dengan dehidrasi berat. Hal ini menunjukkan bahwa sangat jarang pasien datang sudah dalam keadaan dehidrasi berat. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Festy tahun 2012 yang mendapatkan hanya 5,4 % pasien yang datang dalam keadaan dehidrasi berat (Adyanastri, 2012).

(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan periode Juni 2013-Desember 2013 dapat diambil kesimpulan :

1. Angka kejadian gastroenteritis pada pasien dewasa yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan periode Juni 2013-Desember 2013 adalah 351 kasus

2. Karakteristik usia pasien gastroenteritis dewasa yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan periode Juni 2013-Desember 2013 yang terbanyak adalah usia 18-27 tahun (24,7%)

3. Karakteristik jenis kelamin pasien gastroenteritis dewasa yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan periode Juni 2013-Desember 2013 yang terbanyak adalah perempuan (60,8%)

4. Karakteristik pekerjaan pasien gastroenteritis dewasa yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan periode Juni 2013-Desember 2013 yang terbanyak adalah Ibu Rumah Tangga (32 %)

5. Gambaran klinis pasien gastroenteritis dewasa yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan periode Juni 2013-Desember 2013 yang tersering secara berurutan adalah diare/berak cair (91,8%), mual (69,1%), nyeri perut (69,1%), muntah (53,6%), dan demam (47,4%)

6. Status dehidrasi pasien gastroenteritis dewasa yang dirawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan periode Juni 2013-Desember 2013 adalah dehidrasi ringan (42,3%), dehidrasi sedang (56,7%), dan dehidrasi berat (1%)

6.2. Saran

(50)

36

Universitas Sumatera Utara 2. Kepada masyarakat umum untuk lebih memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan sehingga angka kejadian gastroenteritis dapat dikurangi

(51)

Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

Adyanastri, Festy, 2012. Etiologi dan Gambaran Klinis Diare Akut di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Al-Thani, A., Boris, M., Al-Lawati, N. Dan Al-Dhahry. S., 2013. Characterising the aetiology of severe acute gastroenteritis among patients visiting a hospital in Qatar using real-time polymerase chain reaction. BMC infectious Disease, 13 : 329

Ayuningtyas, N. V., 2012. Hubungan Frekuensi Jajan Anak dengan Kejadian Diare Akut pada Anak Sekolah Dasar di SDN Sukatani 4 dan SDN Sukatani 7 Kelurahan Sukatani, Depok Tahun 2012. FKM Universitas Indonesia.

Bresee, J. S., et al., 2012. The Etiology of Severe Acute Gastroenteritis Among Adults Visiting Emergency Departments in the United States. The Journal of Infectious Disease. 205 : 1374-1381.

Cakrawardi, Wahyudin, E., Saruddin, B., 2009. Pola Penggunaan Antibiotik pada Gastroenteritis Berdampak Diare Akut Pasien Anak Rawat Inap di Badan Layanan Umum Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 15, No. 2,Juli 2011,69 – 72.

Chan,S.S.W., Ng, K.C., Lyon, D.J., Cheung, W.L., Cheng, AFB., Rainer, T.H., 2003. Acute bacterial gastroenteritis: a study of adult patients with positive stool cultures treated in the emergency department. Emerg Med J, 20:335–338

Chow, C. M., Leung, A. K. C., Hon, K. L., 2010. Acute Gastroenteritis : From Guideline to Real Life. Clinical and Experimental Gastroenterology,3:97-112 Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Profil Kesehatan Indonesia Tahun

2011. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

(52)

38

Universitas Sumatera Utara Harrison’s Principles of Internal Medicinie. 18�ℎ ed. USA : The Mc Graw-Hill Companies,Inc.

Dinas Kesehatan Sumatera Utara, 2014. Rekapitulasi Laporan Penyakit Diare Tingkat Propinsi.

Hadi, S., 2002. Gastroenterologi. Bandung : Penerbit P.T. Alumni.

Harper, M. B., Fleisher, G. R., 2010. Infectious Disease Emergencies. Dalam : Fleisher G. R., Ludwig, S. (eds). Textbook of Pediatric Emergency Medicine. Philadelphia : Wolters/Kluwer/Lippincott Williams and Wilkins.

Hasler, W. L., 2012. Nausea, Vomiting, and Indigestion. Dalam : Longo, D. L., Fauci, A. S., Kasper, D. L., Hauser, S. L., Jameson, J. L., Loscalzo, J. (eds). 2012. Harrison’s Principles of Internal Medicinie. 18�ℎ ed. USA : The Mc Graw-Hill Companies,Inc.

Ismail, R., Wahyu, H., 1988. Muntah Pada Anak. Dalam : Suharyono, Boediarso, A., Halimun, E.M. (eds). 1988. Gasteroenterologi Anak Praktis. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta :109-115.

Kementerian Kesehatan RI, 2011. Situasi diare di Indonesia. Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Korompis, F., Tjitrosantoso, H., Goenawi, L.R., 2013. Studi Penggunaan Obat pada Penderita Diare Akut di Instalasi Rawat Inap BLU RSUP Prof. Dr. R. Kandou Manaso Periode Januari-Juni 2012. Jurnal Ilmiah Farmasi Unsrat (2) : 2302-2493.

Lopman, B. A., Hall, A. J., Curns, A. T., dan Parashar, U. D., 2011. Increasing Rates of Gastroenteritis Hospital Discharges in US Adults and the Contribution of Norovirus, 1996-2007. Clinical Infectious Disease 52 (4): 466-474.

(53)

Universitas Sumatera Utara Monroe, S. S., 2011. Control and Prevention of Viral Gastroenteritis.Emerging

Infectious Disease 17 (8) : 1347-1348.

Noerasid, H., Suraatmadja, S. Dan Asnil, P.O., 1988. Gasteroenteritis (Diare) Akut. Dalam : Suharyono, Boediarso, A., Halimun, E.M. (eds). 1988. Gasteroenterologi Anak Praktis. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta : 51-76.

Parashar, U. D., Bresee, J. S., Gentsch, J. R dan Glass, R. I., 1998. Rotavirus. Emerging Infectious Disease. Vol 4, No. 4, October-December 1998.

Parashar, U. D., Glass, R. I., 2012. Viral Gastroenteritis. Dalam : Longo, D. L., Fauci, A. S., Kasper, D. L., Hauser, S. L., Jameson, J. L., Loscalzo, J. (eds). 2012. Harrison’s Principles of Internal Medicinie. 18�ℎ ed. USA : The Mc Graw-Hill Companies,Inc.

Prewitt, E. M., 2005. Fever : Facts, Fiction, Pathophysiology. Critical Care Nurse. Ohio : Summa Health System.

Sastroasmoro, S., dan Ismail, S., 2013. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-4. Jakarta : Sagung Seto.

Simadibrata K, M., Daldiyono, 2009. Diare Akut. Dalam : Sudoyono, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata K, M., Setiasi, S. (eds). 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing, Jakarta : 548-556.

Tan, J. S., File, T. M. Salata, R. A., Tan, M. J., 2008. Expert Guide to Infectious Disease. 2�� ed. USA : American College of Physicians.

Tucker, A. W., Haddix, A. C. Bresee, J. S., Holman, R. C., Parashar, U. D., Glass, R. I., 1998. Cost-Effectiveness Analysis of a Rotavirus Immunization Program for United States. JAMA. 279 : 1371-1376.

Wahyuni, A., 2007. Statistika Kedokteran. Jakarta : Bamboedoea.

(54)

40

Universitas Sumatera Utara WHO, 2004. Guidelines for Drinking-Water Quality. Volume 1: Recommendations.

3�� ed. Geneva : World Health Organization.

Wilhelmi, I., Roman, E., Sanchez-Fauquier, A., 2003. Virus Causing Gasteroenteritis. Clinical Microbiology dan Infection. 9 : 247-262.

Yusuf, S., 2011. Profil Diare di Ruang Rawat Inap Anak. Sari Pediatri. 13(4) : 265-270.

Zolotor, A. J., Randolph, G. D., Johnson, J. K., Wegner, S., Edwards, L., Powell, C., Esporas, M. H., 2007. Effectiveness of a Practice-Based, Multimodal Quality Improvement Intervention for Gastroenteritis Within a Medicaid Managed Care Network. Pediatric. American Academy of Pediatric. Available from :

[Accessed 15

(55)

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Lusia A Tarigan

Tempat / Tanggal Lahir : Medan/ 13 Desember 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Katolik

Alamat : Jl. Besar Delitua No. 91 Medan Riwayat Pendidikan :

1. SD Swasta Budi Murni Delitua 1999-2005 2. SMP St. Yoseph Pemuda Medan 2005-2008

3. SMA St. Thomas 1 Medan 2008-2011

Riwayat Organisasi : - Riwayat Pelatihan : -

(56)
(57)
(58)
(59)
(60)

Universitas Sumatera Utara Lampiran 5 : Master Data

MASTER DATA

Gambaran Klinis Pasien Gastroenteritis Dewasa yang Dirawat Inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan Periode Juni 2013-Desember 2013 No No RM Usia JK Pekerjaan

Gejala Klinis

Diare Demam Mual Muntah

Nyeri

Perut Dehidrasi

(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)

Lampiran 6 : Hasil Output Data Penelitian Hasil Output Data

Frequency Table

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid laki-laki 38 39.2 39.2 39.2

perempuan 59 60.8 60.8 100.0

Total 97 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid PNS 14 14.4 14.4 14.4

Pegawai Swasta 7 7.2 7.2 21.6

IRT 31 32.0 32.0 53.6

Wiraswasta 20 20.6 20.6 74.2

Pelajar 4 4.1 4.1 78.4

Mahasiswa 10 10.3 10.3 88.7

Pensiunan 11 11.3 11.3 100.0

Total 97 100.0 100.0

Diare

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid ada 89 91.8 91.8 91.8

tidak ada 8 8.2 8.2 100.0

Gambar

Gambar 2.1 Mekanisme demam
Tabel 2.2. Klasifikasi dehidrasi
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 5.1. Distribusi proporsi penderita gastroenteritis berdasarkan usia
+4

Referensi

Dokumen terkait

Omid Safi menyebutkan beberapa isu penting yang harus dijawab oleh muslim progresif, antara lain adalah ketidakadilan gender, diskriminsasi terhadap kelompok

Hasil dari penelitian ini adalah deskripsi kemampuan berpikir logis mahasiswa climber dalam pemecahan masalah geometri, yang meliputi: (1) Mahasiswa climber dalam

Pada mata kuliah kapita selekta mahasiswa dituntut untuk bisa menganalisis, membuat peta konsep, dan menjelaskan konsep yang terdapat di dalam buku SMA kelas X dan XI..

Peserta yang mewakili cabang olahraga dan seni wajib didaftarkan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kab/Kota atau Pimpinan Instansi bersangkutan dan ditujukan kepada

Anggota komunitas NU maupun Muhammadiyah tidak memiliki pandangan yang jauh berbeda mengenai sosok Ustad Maulana dan acara “Islam Itu Indah.” Pandangan informan tidak

Bahwa dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dalam sektor pajak Bangsa Asing yang telah tidak sesuai lagi dengan situasi Perekonomian dewasa ini, perlu mencabut

Disiplin XJ, motivasi X 2 dan kesejahteraan X 3 memiliki pengaruh positif dan sangat signifikan terhadap kinerja pegawai t Y pada Biro Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi

a). Yakin pada diri sendiri. Memiliki kesadaran diri yang baik. Merasa puas dengan dirinya sendiri. Aktualisasi Diri.. Aktualisasi diri diartikan sebagai kemampuan dalam