PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA
KAMPUNG SADE, Dl LOMBOK TENGAH,
NUSA TENGGARA BARAT
Oleh:
~ i t n o Keksi Wulandari
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
RETNO KEKSl WULANDARI, 2002. Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Karnpung Sade, Lornbok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Dibawah birnbingan SIT1 NURISJAH dan NURHAYATI H.S ARIFIN.
Kampung Sade rnerupakan karnpung tradisional suku Sasak di Pulau Lombok, terletak di Kecarnatan Pujut Kabupaten Lornbok Tengah.
Penelitian ini bertujuan: rnengidentifikasi tatanan lanskap pernukirnan tradisional Karnpung Sade, rnengidentiikasi fasilitas sirkulasi penunjang kegiatan wisata budaya dan rnenyusun rencana lanskap yang rnendukung pelestarian tatanan lanskap tradisional dan kegiatan wisata budaya.
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA KAMPUNG SADE, Dl LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, Januari 2001
Retno Keksi Wulandari
PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA
KAMPUNG SADE, Dl LOMBOK TENGAH,
NUSA TENGGARA BARAT
Oleh:
Retno Keksi Wulandari
Tesis
Sebagai salah satu syarirt untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi ArsiteMur Lanskap
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Karnpung Sade, di Lornbok Tengah,
Nusa Tenggara Barat
Narna : Retno Keksi Wulandari
NRP : 99079
Program Studi : Arsitektur Lanskap
Menyetujui,
1. Kornisi Pernbirnbing
lr. Nurhavati H.S. Ariin. M.Sc..Ph.D. Anggota
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Program Pascasarjana
Arsitektur Lanskap
Ir. Hadi Susilo Arifin. MS. Ph.D.
..
Ir. Siafrida Manuwoto.M.Sc.Penulis dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 18 Agustus 1961 sebagai anak ketiga dari pasangan R. Poedjonarto Admosoedirdjo dan R.Ngt. Boentartie. Pendidikan Sarjana ditempuh pada Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta lulus tahun 1986. Pada tahun 1999, penulis diterima pada Program Studi Arsitektur Lanskap pada Program Pascasarjana IPB. Penulis menyelesaikan studi pada Januari 2002. Beasiswa pendidikan Pascasarjana diperoleh dari Proyek Due-Like Direktorat Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.
PRAKATA
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini berjudul Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Kampung Sade, di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Program Pascasarjana lnstiiut Pertanian Bogor.
Tesis ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan di Kampung Sade Kabupaten Lombok Tengah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat duadikan masukan bagi Pernerintah Daerah dalam rangka pemanfaatan ternpat wisata budaya sebagai pengembangan tujuan wisata.
Dalam penyusunan tesis ini penulis mendapat masukan, arahan petunjuk dan bimbingan serta saran dan kritik dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
=, lbu Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA. sebagai Ketua Kornisi Pembimbing, Ibu Ir. Nurhayati H.S. Arifin, M.Sc. PhD. sebagai anggota Komisi Pembimbing atas pengarahan, bimbingan dan saran yang telah diberikan.
+ Proyek Due-Like yang telah mernberikan beasiswa tugas belajar.
Mas Kuswan, suami fercinfa, Agriska, lntan dan Gita anak-anakku fercinfa yang telah memberikan kesempatan, dorongan, semangat dan kasih sayang serta doa.
=, Atha, Beria, Cri, Novi, Oly, Puji, atas kerjasama dan kebersamaan dalam melewati masa perkuliahan.
=, Pak. Jaya, Pak. Deden, Dik Abas dan Pak. Saptono atas saran dan
kritiknya.
Kepada pihak-pihak yang telah turut memberi bantuan baik secara materil maupun moril.
Penulis berharap semoga Tesis ini dapat bermanfaat dan dapat duadikan masukan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Januari 2002
DAFTAR IS1
Halaman DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
BAB I
.
PENDAHULUAN...
1...
1
.
1. Latar Belakang 11.3. Manfaat
...
41.4. Kerangka Pikir Penelitian ... 5
BAB il . TINJAUAN PUSTAKA
...
72.1. Lanskap Budaya
...
72.2. Pelestarian Lanskap Budaya
...
9...
2.3. Pemukiman Tradisional 9
2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pariwisata
...
102.5. Wisata Budaya ...
.
.
...
11 2.6. Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya...
12...
2.7. Keadaan Umum Kepariwisataan NTB 13
...
2.8. lklim dan Kenyamanan 16
...
BAB Ill . METODE PENELlTlAN 18
...
3.1 . Tempat dan Waktu 18
...
3.2. Jenis Data...
...
19...
3.3. Metode dan Analisis Data 20
...
...
3.4. Metode Perencanaan
....
21...
BAB IV
.
KEADAAN UMUM DAERAH PENELlTlAN ... 24 4.1. Letak Geografis dan Keadaan Topografi ... 244.2. Kependudukan ... 25
4.3. Arah Perkembangan Ekonomi Wilayah ... 26
4.4. Kondisi Sumberdaya Alam ... 28
4.4.1. Kondisi Tanah a
.
Penunjang...
b . Penunjang Konstruksi Bangunan 29
4.4.2. Keadaan Hidrologis ... 30 4.4.3. Kondisi Ikl'
BAB V
.
HASlL DAN PEMBAHASAN ....
.
... 33 5.1. Perkembangan Kepariwisataan...
33 5.1.
1 . Kecenderungan Kepariwisataan ... 33 5.1.2. Obyek Wisata...
37 5.1.3. Kunjungan Wisatawan...
395.2. Aksesibilitas dan Fasilitas Transportasi ...
.
.
... 39 5.3. Pandangan Penduduk terhadap Wisatawan...
435.4. Lanskap Kampung Sade ... 46
...
5.4.1. Sejarah terbentuknya 46
...
5.4.2. Tata Guna Lahan 48
...
...
5.4.3. Elemen Lanskap Kampung Sade
..
..
50...
5.4.4. Kegiatan Sosial Budaya 76
...
5.4.4.1. Kegiatan Ritual Keagamaan 76
...
5.4.4.2. Kegiatan Kultural 79
...
5.4.5. Analisis Potensi Wisata Budaya 83
...
5.5. Daya Dukung Obyek Wisata 87
... 5.6. Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya 89
5.6.1. Pendekatan
...
89...
5.6.2. Konsep Pengembangan Lanskap 89
...
5.6.2.1. Konsep Ruang Wisata 89
5.6.2.2. Konsep Sirkulasi Penunjang Kegiatan Wisata
...
Budaya 90
BAB
.
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN...
100 6.1. Kesimpulan...
1006.2. Saran
...
100DAFTAR TABEL
Halaman
Jumlah wisatawan ke Indonesia dan dampak ekonominya
... .
3 Perkembangan perjalanan wisatawan nusantara 1991-
1997...
3 Komponen data dan sumber data yang digunakan ... 19Kriteria penilaian obyek wisata
...
21Pendapatan regional perkapita dan laju pertumbuhan atas
dasar harga berlaku dan harga konstan.
...
27Rata-rata hari hujan, curah hujan, suhu, kelembaban dan THI di Kecamatan Pujut
...
31Kontribusi sektor pariwisata terhadap pendapatan asli daerah
(PAD) di Kabupaten Lombok Tengah ... 33
Realisasi kunjungan wisatawan ke Lombok Tengah menurut
kelompoknya tahun 1996-2000
...
35Perkembangan tingkat penghunian kamar dan tempat tidur
hotel serta lama menginap tamu di Kabupaten Lombok Tengah
...
36Jenis dan nama tempat kegiatan obyek wisata di Kabupaten
Lombok Tengah
...
39Realisasi kunjungan wisatawan ke Kampung Sade
tahun 1996-2000
...
40. .
Karakter~st~k responden ..
...
44Pendapat dan harapan responden terhadap wisatawan
...
45Lama dan alasan tinggal serta letak sawah dan ladang
responden di Kampung Sade
...
48Tanggapan penduduk terhadap rancangan, arah dan
kelestarian rumah
...
58Jenis tanaman di Kampung Sade 59
Kegiatan ritual keagamaan dan penggunaan ruangnya
...
7919. Elemen -elemen lanskap di Kampung Sade dan keunikannya
...
84DAFTAR GAMBAR
Halaman
Kerangka pikir penelitian ... 5
Kawasan wisata di NTB
...
14 Peta penyebaran kawasan pariwisata di Pulau Lombok...
15 Peta lokasi Kampung Sade...
18Peta orientasi Kampung Sade
...
24Bentuk baji pada tanah vertisol
...
29Peta penyebaran kawasan pariwisata di Kabupaten
Lombok Tengah ... 37
Akses wisatawan ke Pulau Lombok ... 40
Jalur transportasi ke Kampung Sade
...
42Diagram penggunaan lahan dan gambar potongan
...
49Pembagian ruang dalam rumah tradisional Sasak
...
52Bale Jamak
...
54Bale Bonter
...
.
.
.
...
55 Bale Kodong...
56...
Lumbung berbentuk lengkung (alang) 60
...
Lumbung berbentuk segi empat (ayung) 61
...
Berugak sekepat 63
...
Masjid Sade 64
...
Bale pertemuan 65
...
Masjid kuno di Rambitan dibangun abad mi 66
...
Makam Nyatok 69
...
Kamar mandi dan sumur komunal 71
...
Diagram tatanan awal elemen lanskap Kampung Sade 7425 . Konsep tata ruang wisata ... 90
26
.
Konsep sirkulasi penunjang wisata ... 91 27.
Konsep pengembangan ruang wisata budaya... 94
28.
Blockplan lanskap wisata budaya Kampung Sade ... 98...
.
BAB I. PENDAHULUAN
1 .I. Latar Belakang
Indonesia rnernpunyai banyak kawasan wisata yang unik dan ekslusif,
berupa wisata alam maupun wisata budayaltradisional. Kawasan wisata
budayanya antara lain berbentuk desa, kampung dan ternpat bersejarah.
Tempat-tempat tersebut memiliki perpaduan dari aspek sosial, budaya, ekonomi,
dan sejarah yang merniliki karakter alarni yang rnasih dorninan, dan potensial
untuk rnenjadi tempat tujuan wisata. Akan tetapi banyak dari kawasan wisata
tersebut yang terabaikan, bahkan beberapa sudah hilang identitasnya. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melestarikan kawasan wisata
tersebut untuk mernpertahankan keberadaan dan identitasnya.
Aspek budaya, kerarnahan alami dan rnanusiawi pada ruang-ruang suatu
wilayah rnengalarni proses degradasi yang diakibatkan oleh pernbangunan di
wilayah tersebut yang sering rnelenyapkan identitas dan karakter budaya
masyarakat. Disarnping itu proses tersebut dipicu juga oleh akulturisasi
rnasyarakat dan adanya standarisasi fasilitas perkotaan.
Tindakan pemugaran dan konservasi terhadap lingkungan, terrnasuk
terhadap lingkungan cagar budaya, dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
budaya rnasyarakat yaitu dengan rnelihat dan merasakan eksistensi rnasyarakat
dalam arus kesinambungan masa lampau, kini dan yang akan datang.
Dalarn pengernbangan suatu kawasan wisata, maka yang harus
diperhatikan adalah hubungan timbal balik antara pengunjung dan aset wisata,
terrnasuk aset wisata yang dilindungi serta kornunitas yang terdapat di sekitarnya
(Gunn, 1994). Karena itu dalam pembangunan dan pengembangan kawasan
bersifat multidimensional dengan mengintegrasikan aspek-aspek sosial,
ekonomi, antropologis dan fisik.
Dalam World Trade and Tourism Council atau WITC (1992), dinyatakan
bahwa pariwisata merupakan industri terbesar di dunia yang menghasilkan
pendapatan dunia lebih dari US $ 3,5 trilyun pada tahun 1993 atau 6 % dari
pendapatan kotor dunia (WTO, 1992 diacu dalam Wibowo 2001). Selanjutnya
dinyatakan bahwa kegiatan pariwisata ini merupakan industri yang lebih besar
daripada industri kendaraan, baja, elektronik maupun pertanian. lndustri
pariwisata diperkirakan memberi peluang kerja terhadap 127 juta pekerja dunia
(satu dari 15 pekerja di dunia).
Diramalkan pariwisata internasional, yang mengalami pertumbuhan 57%
dalam dekade 1980-an akan mengalami pertumbuhan sebesar 50% dalam
dekade 1990an (WTO, 1992 diacu dalam Wibowo 2001). Meskipun laju
pertumbuhan lebih lambat dengan rata-rata pertumbuhan 3,7% pada tahun 1990
dan jumlah wisatawan internasional 450 juta orang pada tahun 1991, namun
diharapkan akan mengalami pertumbuhan menjadi 650 juta wisatawan
internasional pada tahun 2000. Realisasi dari prediksi tersebut cukup akurat
dengan tercapainya 657 juta kunjungan wisata internasional di tahun 1999 dan
bila kondisi stabil diperkirakan pada tahun 2010 kunjungan antar negara akan
meningkat menjadi 937 juta (WTO, 1992 diacu dalam Wibowo, 2001).
Kecenderungan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke
Indonesia cenderung meningkat dengan laju yang cukup mengesankan. Pada
awal Pelita IV (tahun 1984) jumlah wisman 700.910 dengan jumlah devisa
US $ 519,7 juta, kemudian pada tahun 1994 angka itu sudah berlipat menjadi
empat juta lebih dengan devisa
5
4,6 milyar. Ini berarti jumlah wisman dalamjangka waktu sepuluh tahun meningkat sebesar 570 %, sementara perolehan
visi pariwisata lndonesia pada tahun 2005 sebagai penghasil devisa utarna
diperkirakan akan meraih US$ 15 rnilyar dari 11 juta orang dengan pengeluaran
rata-rata US $ 1.375 perkunjungan (Kornpas, 28 April 1999). Jumlah kunjungan
wisman ke lndonesia dan dampak ekonomi yang diakibatkan dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah wisatawan ke lndonesia dan dampak ekonorninya
'uta)
11,84
1996 11 9,30
1997 97,20
4 1998 4,30 97 70
No.
I
PengeluaranI
I
lkunjungan/
Tahun Devisa
(juta US $) tinggal
I
Jumlahkedatangan
Sumber : Kompas, 28 April 1999
Pengeluaran I han
Perkernbangan perjalanan wisatawan nusantara semakin rneningkat
terlihat pada jumlah wisatawan yang berkunjung ke lndonesia yang cenderung
rneningkat terutarna wisatawan nusantara. Pendapatan yang diperoleh dari
wisatawan diharapkan juga dapat rneningkat. Hal ini disebabkan oleh
kernampuan ekonorni dan kesibukan kerja yang semakin bertarnbah sehingga
sebagian penduduk sudah mulai berpikir perlunya berekreasi (Kompas, 28 April
1999). Perkernbangan perjalanan wisatawan nusantara tahun 1991
-
1997 dapat dilihat pada Tabel 2.Tabel 2. Perkembangan perjalanan wisatawan nusantara 1991
-
1997 Tahun/
Jumlah wisnu,
l"",,
--,- ,--, . -Surnber : Pariwisata Indonesia, 1999
Salah satu bentuk kampung tradisional yang unik dan turistik di Pulau
Lornbok ini adalah Kampung Sade. Luas kampung ini kurang lebih 10 ha,
berpenduduk 124 KK, dan terletak di Desa Rarnbitan Kecarnatan Pujut,
Kabupaten Lombok Tengah. 1991
1994
1007
Jumlah perjalanan (juta) Tidak ada data
100,40 I ~ R in
(juta) 72,lO 83,60
QR ?.
Jumlah pengeluaran (triliun Rp.)
Sampai dengan saat ini Kampung Sade telah dikunjungi oleh banyak
wisatawan, baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Kunjungan wisatawan yang cenderung meningkat ini telah menunjukkan
gangguan spasial yang cenderung meningkat yang selanjutnya dapat mengubah
lanskap tradisional kampung ini. Contoh yang dapat dikemukakan antara lain
adalah berdirinya kios-kios "dadakan", perubahan-perubahan elemen asal,
terjadinya penambahan tempat hunian tanpa pertimbangan arsitektural dan lain-
lain. Untuk menjaga karakter yang unik Kampung Sade dari dampak aktifitas
wisata yang telah berkembang saat ini diperlukan adanya perencanaan yang
baik.
1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan:
1. Mengidentifikasi tatanan lanskap pemukiman tradisional Kampung Sade.
2. Mengidentifikasi fasilitas sirkulasi penunjang kegiatan wisata budaya.
3. Menyusun rencana lanskap yang mendukung pelestarian tatanan lanskap
tradisional dan kegiatan wisata budaya.
1.3. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bahan masukan dalam usaha melestarikan lanskap budaya di Kampung Sade pada khususnya dan Kawasan Cagar Budaya di Lombok pada
umumnya.
2. Merupakan masukan bagi Pemerintah Daerah dan Dinas-dinas terkait dalam
usaha pengelolaan dan pengembangan Kampung Sade maupun kawasan
1.4. Kerangka Pikir Penelitian
Alur pemikiran dalam penelitian ini dapat diuraikan seperti dibawah ini dan
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.
I
PerencanaanI
I
-
Kampung [image:145.605.121.470.189.448.2]Sistem kehidupan pemukim
Gambar 1. Kerangka pikir penelitian
-
Sistem wisata budaya
Kampung Sade merupakan salah satu unit pemukirnan tradisional yang
terbentuk berdasarkan sistem sosial budaya yang berlangsung dalam kehidupan
masyarakatnya yang juga diketahui sebagai satu bentuk dari lanskap budaya.
Unit pemukiman ini mernpunyai keunikan dan kekhasan yang tercermin dari
tatanan lanskapnya, yang selanjutnya berbagai aspek sosial yang terdapat dan
mernbentuk tatanan lanskap ini akan menjadi atraksi dari wisata budaya ini.
Kampung Sade, juga direncanakan akan menjadi suatu kawasan wisata
dengan mempertimbangkan aspek tata ruang wisata untuk kenyamanan
pengunjung dan mempertimbangkan aspek arsitektur lanskap sehingga
terbentuk suatu atraksi yang khas. Dalam merencanakannya diperlukan
penataan terhadap atraksi wisata budaya tersebut yang didukung dengan jalur
sirkulasi yang tepat dengan mempertimbangkan keutuhan unit lanskap
pemukiman Kampung Sade serta arah dan keinginan wisatawan, sehingga
konsewasi sumberdaya wisata budaya Kampung Sade maupun kenyamanan
wisatawan dapat tercapai. Selanjutnya output tersebut diperikan dalam tata
ruang wisata sehingga dengan demikian diperoleh suatu rencana lanskap
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Lanskap Budaya
Kebesaran suatu bangsa tidak hanya cukup diukur oleh tingkat
kesejahteraan dan kemantapan ekonominya saja tetapi juga oleh apresiasi dan
sikapnya dalam melestarikan nilai dan warisan budaya lama serta
keanekaragaman biologis dan ekosistemnya. Warisan alam dan budaya, yang
memberikan warna dan atmosfer tersendiri dari suatu wilayah atau bagian
wilayah, merupakan sumber yang sangat penting bagi eksistensi biologis dan
hidup manusia. Kedua bentuk warisan yang dilestarikan ini dapat
menggabungkan masa lampau dengan masa kini sehingga menghasilkan
kesinambungan yang dapat mengikat satu generasi dengan generasi berikutnya.
JJA Worsea seorang ahli hukum muda dari Universitas Kopenhagen, Denmark,
pada abad 19 menyatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak
hanya melihat masa kini dan masa datang saja, tetapi juga mau berpaling ke
masa lampau untuk menyimak perjalanan yang telah dilaluinya. Hasil dari
pernyataan itu ialah gambaran jelas mengenai perjalanan suatu bangsa, kapan
dan dari mana bermula, bagaimana dan berapa panjang langkah yang telah
ditempuhnya. Hal-ha1 ini selanjutnya dapat menemukan dan mempertebal
identitas bangsa, serta dapat mempertinggi rasa nasionalisme (Widianto, 1987).
Lanskap adalah bentang alam yang memiliki karakter tertentu, yang
beberapa unsurnya dapat digolongkan menjadi unsur utama atau unsur mayor
dan unsur penunjang atau unsur minor. Unsur utama atau unsur mayor adalah
unsur yang relatif sulit untuk diubah, sedangkan unsur penunjang atau minor
adalah unsur yang relatif kecil dan mudah untuk diubah (Simonds, 1983). Lebih
lanjut Rachman (1984) menerangkan bahwa lanskap adalah wajah dan karakter
saja yang ada di dalamnya, baik bersifat alami dan buatan manusia beserta
makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, segenap indera dapat
menangkap serta sejauh imajinasi kita dapat membayangkan.
Lanskap budaya (culfural landscape) adalah segala sesuatu yang berada
di ruang luar yang dekat dan dapat dilihat. Menurut definisi ini, lingkungan
lanskap budaya adalah semua yang sudah mendapat campur tangan atau
diubah oleh manusia (Lewis, 1978 diacu dalam Melnick, 1983). Selain itu berarti
juga istilah yang menunjukkan suatu kawasan lanskap yang tersusun oleh
budaya manusia. Budaya adalah cipta, karya dan karsa manusia yang
mempengaruhi kehidupannya. Dengan demikian lanskap budaya adalah segala
bagian dari muka bumi yang sudah mengalami campur tangan atau diubah oleh
manusia.
Lanskap budaya menurut (Sauers, 1978 diacu dalam Tishler 1982) adalah
suatu kawasan geografis dimana ditampilkan ekspresi lanskap alami oleh suatu
kebudayaan tertentu, dimana budaya adalah agennya, kawasan alami sebagai
medium dan lanskap budaya sebagai hasilnya. Jika kita kehilangan lanskap yang
menggambarkan tentang budaya dan tradisi kita, maka kita akan kehilangan
bagian penting dari diri kita sendiri dan akar kiia pada masa lalu. Sebagai arsitek
lanskap merupakan tanggung jawab profesional untuk menentukan lingkungan
khusus ini, setelah diidentikasi, apakah akan dilindungi atau digunakan
sebijaksana mungkin untuk dapat mempertahankan kelangsungan suatu
lambang atau simbol warisan sejarah manusia di dunia.
Lanskap budaya menggambarkan perjalanan sejarah suatu kawasan
budaya dan akan selalu berubah dengan berubahnya tingkat peradaban manusia
yang mendiaminya. Lanskap budaya sangat erat kaitannya dengan lanskap
sejarah. Lanskap sejarah dapat diartikan sebagai suatu kawasan geografis yang
2.2. Pelestarian Lanskap Budaya
Kegiatan pelestarian adalah kegiatan konsewasi. Konsewasi diartikan
sebagai segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang
dikandungnya terpelihara dengan baik. Konsewasi dapat meliputi seluruh
kegiatan pemeliharaan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat (Sidharta dan
Budihardjo, 1989). Motif pelestarian adalah melindungi warisan budaya kita yang
mempunyai nilai sejarah. Bila peninggalan masa lalu tidak dilindungi dengan
peraturan-peraturan, maka proses-proses perubahan alami akan merubah atau
bahkan melenyapkannya, ditambah lagi pembangunan yang semakin pesat
.
Melalui proses identifikasi lanskap maka dapat diketahui informasi
mengenai lanskap tersebut dan pengaruhnya terhadap kelompok budaya yang
ada. Hal ini memerlukan ahli khusus dari banyak disiplin ilmu yang berbeda yaiiu
arsitektur lanskap, arkeologi, antropologi budaya, geografi budaya dan arsitektur
sejarah.
2.3. Pemukiman Tradisional
Menurut Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah dan Direktorat Penyelidikan
Masalah Bangunan (1979) pemukiman adalah lingkungan yang terdiri dari
kumpulan bangunan rumah tinggal dan bangunan lain yang dilatarbelakangi oleh
kondisi dan situasi alam dan sekitarnya serta dipengaruhi oleh sosial budaya.
Pemukiman adalah kelompok unit kediaman orang-orang atau kelompok
manusia pada suatu wilayah termasuk kegiatan-kegiatan serta fasilitas-fasilitas
sebagai akibat dari proses terbentuknya pemukiman ini (Wayong, 1981).
Dibedakan tiga bentuk pola perkarnpungan berdasarkan pemusatan
masyarakatnya, yaitu pola perkampungan yang penduduknya hidup dan tinggal
secara menggerombol membentuk suatu kelompok, pola yang penduduknya
rnernbentuk sederetan perurnahan, dan pola yang penduduknya tinggal
rnenyebar di suatu daerah pertanian. Daerah perbukitan rnenyebabkan penduduk
harus rnencari ternpat yang rata untuk rnendirikan rurnah, bila tidak ada rnaka
sedikit lahan diratakan, sedangkan lahan pekarangan dibiarkan tetap berbukii.
Tradisional adalah doktrin, pengetahuan, kebiasaan, adat-istiadat dari
masa lalu yang diturunkan dari generasi berikutnya, yang terdiri dari elemen
budaya tradisional. Elernen budaya tradisional dapat berupa bangunan
tradisional, kelornpok bangunan, struktur, kelornpok struktur, distrik bersejarah
rnaupun obyek yang berdiri sendiri (Parker dan King, 1988). Budaya yang dirniliki
oleh suatu rnasyarakat tertentu yang mencakup tradisi, keyakinan, kebiasaan
cara hidup, seni, kerajinan tangan dan lernbaga sosial terrnasuk dalarn elernen
budaya tradisional. Budaya yang bersifat tradisional berarti kegiatan budaya
tersebut sudah berlangsung turun-ternurun.
2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pariwisata
Pariwisata diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan
perjalanan untuk rekreasi, pelancongan dan turisme. Pariwisata adalah industri
yang kelangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh baik buruknya lingkungan.
Selanjutnya disebutkan bahwa tujuan pariwisata pada hakekatnya adalah untuk
rnendapatkan rekreasi (Soernaiwoto, 1996)
Menurut Wahab (1987), pengertian pariwisata rnengandung tiga unsur
yaitu :
1. Manusia (unsur insani sebagai pelaku kegiatan pariwisata),
2. Tempat (unsur fisik yang sebenarnya tercakup dalarn kegiatan itu sendiri)
3. Waktu (unsur tempo yang dihabiskan dalarn perjalanan itu sendiri selarna
MacKinnon et a1 (1986) menyatakan bahwa faktor-faktor yang membuat
suatu kawasan menarik bagi pengunjung adalah:
1. Letak Ijarak kawasan terhadap kota.
2. Aksesibilitas ke kawasan tersebut mudah dan nyaman. 3. Keaslian, keistirnewaanlkekhasan kawasan.
4. Atraksi yang rnenonjol di kawasan tersebut rnisalnya atraksi yang berkaitan
dengan kegiatan religi dan budaya, dimana atraksi tersebut dikembangkan
menurut Koentjaraningrat (1974) dengan 7 unsur kebudayaan rnasyarakat.
Tujuh unsur kebudayaan masyarakat tersebut adalah: 1) sistim religi, 2)
sistirn kernasyarakatan, 3), sistern rnata pencaharian 4) kesenian, 5) bahasa,
6) peralatan dan perlengkapan hidup dan 7) sistim sistim pengetahuan.
5. Daya tank dan keunikan serta penarnpilan kawasan.
6. Fasilitas, sarana dan prasarana di lokasi yang mendukung bagi wisatawan.
Wisatawan adalah individu atau kelompok yang rnernpertimbangkan dan
merencanakan tenaga beli yang dimilikinya untuk melakukan perjalanan rekreasi
berlibur. Pada urnumnya wisatawan tertarik dengan motivasi perjalanan yang
dilakukan, selain itu untuk rnenarnbah pengetahuan. Pelayanan yang didapatkan
dari suatu tujuan wisata kemungkinan dapat menarik pengunjung dirnasa yang
akan datang.
2.5. Wisata Budaya
Wisata (tour) adalah perpindahan orang untuk sementara dalarn jangka
waktu tertentu ke tujuan-tujuan di luar tempat dimana mereka biasa tinggal dan
bekerja. Pelaku wisata atau wisatawan pergi ke suatu obyek wisata didasari
motivasi yang bersifat rekreatif (motif tamasya dan rekreasi) dan non-rekreatif
(motif kebudayaan, olahraga, bisnis, konvensi, spiritual, kesehatan, dan
Obyek wisata budaya merupakan tempat yang diwariskan dari kegiatan
manusia di masa lalu dengan cara merubah nilai
-
nilai alami yang ada dandisesuaikan dengan kebutuhan mereka sehingga kawasan tersebut menjadi lebih
harmonis, menyenangkan dan mempunyai keindahan (Haber, 1995).
Soekadgo (1996) menyatakan suatu obyek dapat menjadi tujuan wisata
budaya karena memiliki atraksi wisata, yang terdiri dari sumber daya
kepariwisataan dalam bentuk budaya, yang dapat berupa peninggalan-
peninggalan atau tempat-tempat bersejarah (artifact) maupun perikehidupan 1
adat-istiadat yang berlaku di tengah-tengah masyarakat (kebudayaan hidup)
Wisata budaya merupakan salah satu tumpuan pembangunan
kepariwisataan di Nusa Tenggara Barat. Untuk menunjang berlangsungnya
wisata tersebut maka diperlukan komponen pendukung, salah satunya adalah
obyek dan daya tarik budaya (Diparda Kab. Loteng, 2000). Agar kegiatan
kepariwisataan dapat terus berlangsung, maka obyek dan daya tarik budaya
tersebut perlu untuk dilestarikan.
2.6. Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya
Merencanakan suatu pengelolaan areal rekreasi atau pariwisata dapat
dilakukan dengan analisis terhadap permintaan dan penawaran pariwisata (Gold,
1980). Tersedianya rekreasi merupakan gambaran tentang ruang, fasilitas dan
pelayanan, sedangkan permintaan rekreasi merupakan gambaran tentang
kegiatan dan perilaku rekreasi.
Perencanaan merupakan suatu alat yang sistematis dan dapat digunakan
untuk menentukan awal suatu keadaan, dan merupakan cara terbaik untuk
mencapai keadaan tersebut (Gold, 1980). Menurut Laurie (1990) di dalam
program harus dilengkapi dan dihubungkan satu dengan lainnya, disertai
imajinasi serta kepekaan terhadap replikasi analisis tapak.
Perencanaan multidimensional bertujuan untuk mengintegrasikan semua
aspek pendukung, rneliputi aspek sosial, ekonomi, antropologi serta fisik yang
terpusat pada masa lalu , sekarang dan yang akan datang (Gunn, 1994).
Dalam peningkatanl pengembangan wisata yang harus diperhatikan
adalah bagaimana menarik turis sekaligus dapat mempertahankan lingkungan,
oleh karena itu perencanaan bertujuan agar terdapat integritas I hubungan tirnbal
balik antara pengunjung dan aset wisata termasuk yang dilindungi serta
komunitas disekiarnya (Gunn, 1994).
Lanskap budaya, seperti halnya lanskap yang lainnya , tidak berdiri sendiri,
tetapi secara estetis, ekologi dan fungsionai berkaitan dengan lingkungan
sekitarnya membentuk kesatuan organ yang luas. Sehingga dalam perencanaan
lanskap budaya perlu dipertimbangkan nilai-nilai budaya yang ada didalamnya
agar keberadaannya tetap lestari (Anagnostopoulos, 1985).
2.7. Keadaan Umum Kepariwisataan di NTB
Kebijaksanaan pernbangunan kawasan pariwisata di daerah Nusa
Tenggara Barat dalam Peraturan Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat No. 9
tahun 1989 tentang pembangunan kawasan pariwisata, telah menetapkan 15
kawasan pariwisata di daerah tingkat I Nusa Tenggara Barat (Garnbar 2) :
Kawasan pariwisata yang dimaksud adalah:
1. Kawasan Pariwisata Sire, Gili Air, Senggigi
2. Suranadi
3. Gili Gede
4. Kawasan Pantai Kuta, Seger, Aan
6. Kawasan Rinjani
7. Gili lndah
8. Gili Sulat
9. Dusun Sade
10. Pulau Moyo
11. Pantai Maluk
12. Pantai Hu'u
13. Sape
14. Teluk Birna
15. Kawasan Pariwisata Tarnbora dan sekitarnya.
Kawasan pariwisata yang telah disebutkan diatas yaitu no 1
-
9 terletak diPulau Lombok (Gambar 3) sedangkan kawasan pariwisata no 10
-
15 terletak diPulau Sumbawa, seperti kia ketahui bahwa Provinsi NTB terdiri dari 2 pulau
besar yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Kawasan pariwisata yang
terletak di kedua pulau ini sebagian besar sudah dikenal oleh wisatawan
mancanegara.
Samodra Hindia
2rs2525
Surnber : Bappeda Kabupaten Lombok Tengah,] 994
Legenda.
Batas Kabupaten
m
IbukotaPropinsi NTB Ibukota Kabupaten [image:155.595.80.497.226.721.2]Kawasan Pariwisata
Provinsi NTB mempunyai prospek yang sangat baik terhadap kunjungan
wisatawan di masa datang, baik wisatawan nusantara maupun dari
mancanegara, karena didukung oleh fasilitas sarana dan prasarana perhubungan
I transportasi. Dengan adanya jalur penerbangan langsung ke Bandara
Selaparang di Provinsi NTB dari Malaysia dan Singapura, rnaka membuka
peluang masuknya wisatawan dari mancanegara semakin mudah, disamping
wisatawan yang melalui Bandara Ngurah Rai di Denpasar. Fasilitas sarana dan
prasarana diatas hendaknya didukung pula oleh SDM daerah provinsi NTB
khususnya dibidang pariwisata dan perhotelan selain itu faktor keamanan juga
perlu ditingkatkan, karena ha1 ini sangat berpengaruh terhadap wisatawan
khususnya dari mancanegara.
Obyek wisata yang ada saat ini dapat dengan mudah dikunjungi karena
prasaranalsarana perhubunganlangkutan menuju lokasi cukup tersedia.
Kemudahan ini menjadi modal awal dalam memperjuangkan adanya suatu
bentuk manajemen pengelolaan yang memberikan peluang untuk memfungsikan
obyek wisata sebagai mesin pendorong pembangkitan ekonomi masyarakat
setempat, penciptaan perkembangan spasial, maupun pembentukan obyek-
obyek baru bagi penerimaan daerah dan lain-lain (Diparda, 2000).
2.8.
lklim
dan Kenyamananlklirn merupakan salah satu faktor kenyamanan suatu tempat, iklim yang
besar pengaruhnya terhadap kenyamanan adalah iklim mikro. Faktor-faktor
pengendali unsur iklim adalah:
1. Radiasi surya
2. Suhu udara
3. Tekanan udara
5. Presipitasi
6. Evaporasi
7. Kelernbaban udara
Kenyamanan adalah pengaruh keadaan lingkungan fisik atmosfir atau iklim
terhadap rnanusia dan bersifat subyektif I tergantung penilaian individu. Keadaan
yang nyaman dapat diperoleh apabila sebagian energi manusia dibebaskan
untuk kerja produktif dan usaha pengaturan suhu tubuh berada pada tingkat
BAB Ill. METODE PENELlTlAN
3.1. Ternpat dan Waktu
Peneliian ini dilaksanakan di Karnpung Sade, Desa Rambiian, Kabupaten
Lornbok Tengah (Gambar 4). Lokasi penelitian merupakan suatu kawasan
perkarnpungan yang berbatasan di sebelah Utara dengan Dusun Selak, sebelah
Selatan Dusun Selernang, sebelah Barat Dusun Penyalu dan sebelah Tirnur Dusun Lentak. Luas kawasan studi 10 ha.
Gambar 4. Peta Lokasi Karnpung Sade.
Peneliian dilaksanakan selama 8 (delapan) bulan dimulai sejak Februari
[image:158.602.75.494.149.791.2]3.2. Jenis Data
Data yang dikumpulkan berbentuk data primer dan data sekunder. Data
primer dikumpulkan langsung di lapangan melalui wawancara dengan responden
yang dipilih secara purposive. Data tersebut adalah: latar belakang budayal
sejarah, aktifitas religi dan adat budaya. Sedangkan data luas tapak dan
topografi diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung secara fisik di
lapangan. Data sekunder yaitu: letak geografis, iklim, tanah, hidrologi, peta rupa
bumi, data penduduk, data wisatawan. Jenis dan informasi data yang
[image:159.599.79.513.344.802.2]dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Komponen data dan sumber data yang digunakan
Sumber data Kantor Statistik Kantor Statistik Kantor Statistik Kantor Statistik Kantor Statistik Dinas Purbakala &
Ahli sejarah Diparda Diparda Diparda
Bappeda & Diparda Bappeda & Diparda Bappeda & Diparda Bappeda & Diparda
Bappeda Bappeda BMG BPN BPN Dinas Pengairan Survey lapangan Bappeda Diparda Jenis data Sistem kehidupan pemukiman Sistem wisata budaya
Tata ruang wisata
Lanskap wisata budaya
Unsur data
-
Jumlah penduduk- Kepadatan penduduk
-
Mata pencaharian-
Jenis kelamin- Umur
-
Latar belakang budayalsejarah-
Aktifitas dalam adat budaya-
Jumlah wisatawan-
Karakter wisatawan- Jenis kegiatan wisata - Sirkulasi & transportasi
-
Fasilitas-
Obyek & atraksi wisata-
Rencana pengembanganpariwisata oleh Pemda
- Peta geografis
-
Peta administratif-
Data lklim-
Peta Topografi-
Peta Tanah-
Peta Hidrologi-
Potensi fisik wisata budaya-
Sistem pengelolaan3.3. Metode dan Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, dengan analisis secara deskriptif, spasial dan rnenggunakan skoring.
1. Analisis deskriptif, digunakan untuk mengetahui model lanskap dan atraksi budaya yang ada di kawasan studi.
2. Analisis spasial dilakukan untuk menentukan tataruang lanskap dan
tataruang wisata di kawasan studi.
3. Analisis penentuan titik obyek wisata dilakukan dengan metode skoring
berdasarkan kriteria MacKinnon et a/. (1986) dengan beberapa modifikasi
yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan penelitian yakni:
a. Letak Ijarak kawasan terhadap kota.
b. Aksesibilitas ke kawasan tersebut mudah dan nyaman.
c. Keasiian, keistimewaanlkekhasan kawasan.
d. Atraksi yang menonjol di kawasan tersebut misalnya atraksi yang
berkaiian dengan kegiatan religi dan budaya, dirnana atraksi tersebut
dikembangkan menurut Koentjaraningrat (1974) dengan 7 unsur
kebudayaan masyarakat. Tujuh unsur kebudayaan masyarakat tersebut
adalah: 1) sistim religi, 2) sistim kemasyarakatan, 3), sistern mata
pencaharian 4) kesenian, 5) bahasa, 6) peralatan dan perlengkapan hidup
dan 7) sistirn sistim pengetahuan.
e. Daya tarik dan keunikan serta penampilan kawasan.
f. Fasilitas, sarana dan prasarana di lokasi yang mendukung bagi
wisatawan.
Untuk menetapkan obyek wisata terpilih yang potensial untuk
dipromosikan sebagai bagian dari kawasan wisata Kampung Sade, dilakukan
proses evaluasi obyek wisata. Evaluasi ini dilakukan dengan menilai letak.
ditentukan dengan nilai 1 sampai dengan 4. Skor 1 untuk kriteria sangat buruk, 2
untuk kriteria buruk, 3 untuk kriteria baik dan 4 untuk kriteria sangat baik.
Dasar pemberian nilai skor dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kriteria Penilaian Obyek Wisata No.
1.
2.
3.
ternpat lain ternpat lain
Faktor
Letak
4.
tersedia tersedia
kondisi kurang baik
Aksesibilias
Keaslian
Terdapat ( < 3
lokasi) di
ternpat lain Nilai Atraksi Prasarana dan sarana tersedia kondisi baik
1 (sangat
bumk)
Jalan tanah
Lanskap dan
budaya asli
Kampung Sade sudah berubah
Sade Hanya sama sekali
Terdapat ( > 5
lokasi) di
tempat lain
terdapat di
Jarak > 1 krn / Jarak 500- / Jarak 50
-
/ Jarak < 50 rn 2 (buruk)1000rn
Jalan batu
(rnaxadarn) Asirnilasi, dorninan
budaya luar
Karnpung
~arnpung Sade Prasarana Sade
Terdapat ( 3
-
5 lokasi) di
ternpat lain
dan sarana
tersedia dan kondisi sangat baik
3 (baik)
500 rn
Jalan aspal
lebar < 3 rn Asirnilasi, dorninan
budaya asli
Karnpung
Selanjutnya dilakukan penjumlahan nilai skor pada masing-masing kriteria
4 (sangat
baik)
Jalan aspal
lebar > 3 rn Lanskap dan
budaya asli
Karnpung Sade Sade
Terdapat ( < 3
lokasi) di
ternpat lain
Jumlah skor total 1-7 termasuk dalam kategori tidak potensial, skor 8-14 Hanya
terdapat di
Kampung
termasuk dalam kategori kurang potensial, skor 15-21 termasuk dalam kategori
cukup potensial, dan skor 22-28 termasuk dalam kategori sangat potensial
3.4. Metode Perencanaan
Metode perencanaan lanskap yang digunakan adalah metode
perencanaan menggunakan pendekatan sisi sediaan wisata budaya (Gunn,
1994). Proses perencanaan meliputi identikasi potensi obyek, analisis tapak,
Data yang diperoleh pada tahap inventarisasi atau identifikasi adalah
sistim kehidupan pemukiman dan sistim wisata budaya. Selanjutnya dilakukan
analisis terhadap sistirn kehidupan pemukirnan yang akan diperoleh deskripsi
lanskap Kampung Sade yang didalamnya terdapat atraksi wisata serta analisis
terhadap sistem wisata budaya akan diperoleh konsep sirkulasi dengan arus
wisatawannya. Kemudian dilakukan perencanaan terhadap hasil yang telah
diperoleh diatas sehingga diperoleh rencana lanskap wisata budaya.
3.5. Batasan
Batasan kawasan studi:
Kawasan Kampung Sade yang dianggap sebagai uniffsatuan lanskap
budaya yang meliputi permukiman, lahan pertanian, Masjid Kuno dan Makam
leluhur.
Batasan istilah:
Lanskap budaya adalah suatu kawasan geografis yang merupakan hasil
interaksi lanskap alami oleh suatu kebudayaan tertentu, dimana budaya adalah.
agennya, kawasan alami sebagai medium dan lanskap budaya sebagai hasilnya.
Pemukiman adalah kelompok unit kediaman orang-orang atau kelornpok
manusia pada suatu wilayah termasuk kegiatan-kegiatan serta fasilitas-fasilitas
sebagai akibat dari proses terbentuknya pemukiman ini.
Pariwisata adalah industri yang memanfaatkan lingkungan, budaya
maupun aset wisata lainnya dengan tujuan agar wisatawan mendapatkan
rekreasi.
Obyek wisata budaya merupakan tempat yang diwariskan dari kegiatan
manusia di masa lalu dengan cara merubah nilai
-
nilai alami yang ada dandisesuaikan dengan kebutuhan mereka sehingga kawasan tersebut menjadi lebih
Perencanaan multidimensional yaitu mengintegrasikan sernua aspek
pendukung, meliputi aspek sosial, ekonomi, antropologi serta fisik yang terpusat
pada masa lalu , sekarang dan yang akan datang.
Sirkulasi, yaitu jalur yang dirancang pada suatu lokasi wisata dengan
tujuan untuk mengoptimalkan kepuasan pengunjung dan melindungi sumberdaya
wisata.
Arus wisatawan, yaitu jumlah kunjungan wisatawan pada suatu lokasi
wisata.
Atraksi wisata, segala sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan melalui
suatu pertunjukan (shows) yang khusus diselenggarakan untuk para wisatawan .
Sistem kehidupan pemukiman, yaitu suatu sistem yang terkait dengan
nilai dan norma kehidupan sosial yang dianut dan dikembangkan oleh suatu
masyarakat pada suatu lokasi permukiman.
Sistem wisata budaya, merupakan kegiatan wisata yang mernanfaatkan
nilai-nilai alami yang ada dan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat
setempat sehingga kegiatan tersebut menjadi lebih harmonis, menyenangkan
bagi wisatawan dan mempunyai keindahan.
Tataruang wisata, wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang wisata,
baik direncanakan maupun tidak.
Lanskap wisata budaya adalah suatu kawasan geografis dimana
ditampilkan ekspresi lanskap alami oleh suatu kebudayaan tertentu dan telah
memiliki permintaan secara ekonorni terhadapnya untuk kebutuhan wisata
BAB IV. KEADAAN
UMUM
DAERAH PENELlTlAN
4.1. Letak Geografis dan Keadaan Topografi
Karnpung Sade rnerupakan salah satu dusun yang terdapat pada Desa
Rambitan, Kecarnatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, 50 krn ke arah
Tenggara dari Matararn (Ibukota Nusa Tenggara Barat), 19 krn dari Praya
(Ibukota Kabupaten Lombok Tengah). Karnpung Sade terletak di pinggir jalan
menuju ke Pantai Kuta di Selatan Pulau Lornbok (Garnbar 5). Luas kawasan
Kampung Sade adalah sebesar 10 ha. Secara Geografis Karnpung Sade terletak
pada koordinat 08'50' LS dan 116' BT dengan batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Barat : Dusun Penyalu
Sebelah Utara : Dusun Selak
Sebelah Timur : Dusun Lentak
Sebelah Selatan : Dusun Selemang
Pernukirnan Karnpung Sade terletak pada ketinggian 120rn
-
126rn dpldengan topografi yang berbuki dan bergelombang. Di sebelah Utara dan Selatan
pernukirnan terletak persawahan dan iadang penduduk. Pernukirnan Karnpung
Sade terletak pada sebuah bukit sehingga pernukirnan dibuat berteras untuk
rnenghindari terjadinya erosi, berbeda dengan lahan persawahan yang
merupakan lahan datar.
4.2. Kependudukan
Karnpung Sade terdiri dari 124 KK dengan jumlah penduduk 625 jiwa,
rnayoritas penduduknya rnernpunyai rnata pencaharian utarna sebagai petani.
Karnpung Sade terrnasuk salah satu wilayah Desa Rarnbitan yang rnernpunyai
perturnbuhan penduduk sebesar 5,42 % atau 35 jiwa pertahun. Sedangkan untuk
laju perturnbuhan penduduk kecamatan sebesar 11,91 % atau 2.117 jiwa
pertahun. Jurnlah penduduk desa Rarnbitan 5.291 orang dengan kornposisi
penduduk laki-laki sejurnlah 2.551 orang dan penduduk perernpuan 2.740 orang
(BPS Loteng, 1998).
Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan perernpuan dalam analisis
dernografi diperoleh hasil sex ratio 0,89, yang berarti terdapat 100 penduduk
perernpuan berbanding 89 penduduk laki-laki. Jurnlah penduduk usia rnuda relatif
lebih besar dibanding dengan penduduk usia lanjut (Bappeda, 2000). Hal ini
menggambarkan bahwa potensi tenaga kerja yang tersedia di kawasan studi
cukup besar dan sebagian besar adalah tenaga kerja wanita. Hal ini diharapkan
dapat rnenunjang Pendapatan Regional Kabupaten Lornbok Tengah terutarna
dengan rnenggalakkan sektor pariwisata yang pada akhirnya dapat rnernacu
sektor-sektor lainnya, khususnya industri kerajinan sebagai cindera mata
Kegiatan industri yang ada di kawasan studi adalah kegiatan industri
rakyat berupa kerajinan tenun kain khas dan kegiatan jasa perdagangan cindera
maia berupa kerajinan dan ienun. Kegiatan ini merupakan kegiafan sampingan
penduduk dengan menjual hasil kerajinan kepada pengunjung yang datang ke
kawasan studi.
Penghasilan penduduk relatii rendah karena hanya rnengandalkan hasil
pertanian yang urnurnnya kurang baik pertumbuhannya. Untuk rnemperbaiki
perekonornian penduduk perlu dukungan sektor pariwisata sebagai penunjang,
dengan tetap rnernpertahankan sektor pertanian sebagai pekerjaan 1 penghasilan
utarna.
4.3. Arah Perkembangan Ekonomi Wilayah
Kabupaten Lornbok Tengah merupakan salah satu daerah otonomi
percontohan dari 7 KabupatenlKotarnadya yang ada di Propinsi Nusa Tenggara
Barat. Luas Wilayah Lombok Tengah 120.840 ha yang terdiri dari lahan sawah
sekitar 4399% dan lahan keting 56,51%. Menurut penggunaan lahan
sebarannya per kecamatan tidak rnerata rnenyebabkan tingkaffkondisi sosial
ekonorni masyarakat juga berbeda antar wilayah kecamatan.
Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lombok Tengah
mengalarni perturnbuhan positif sebesar 3,45 % pada tahun 1997 tetapi pada
tahun 1998 laju pertumbuhan ekonomi kabupaten ini menurun, bahkan defisit
sebesar 1,67 %. Pada tahun 1999 laju perturnbuhan ekonorni positi hingga
1,72 %. Terjadinya defisit terhadap pertumbuhan ekonorni ini rnerupakan dampak
dari krisis ekonorni yang rnelanda negara Indonesia, karena sektor pariwisata ini
merupakan kegiatan yang telah berskala nasional bahkan internasional
Mengenai kondisi pendapatan regional per kapita dan laju pertumbuhan
atas dasar harga berlaku dan harga konstan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Pendapatan regional perkapita dan laju pertumbuhan atas dasar harga berlaku dan harga konstan
Surnber : Renstra Kabupaten Lombok Tengah 2001-2005
Dari Tabel 5 dapat dilihat laju pertumbuhan pendapatan per kapita
Kabupaten Lombok Tengah tahun 1996 sebesar 6,74 % dan terus mengalarni
penurunan hingga -3,17 pada tahun 1998, tetapi pada tahun 1999 seiring
dengan pulihnya kondisi perekonomian di Indonesia, maka sudah mulai
mengalami kenaikan kembali hingga 0,04 %. Kabupaten Lornbok Tengah bila
dibandingkan dengan daerah lain di Pulau Lornbok rnaka angka defisit
pertumbuhan ekonorninya relatif lebih kecil. Hal ini disebabkan karena kabupaten
ini didominasi oleh :
a. Sektor usaha kecil dan kerajinan rumah tangga.
b. Sektor pertanian.
c. Sektor industri pengolahan.
d. Sektor pariwisata yang dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan
sektorlsub sektor lain yang terkait.
Sektor pertanian rnemberikan kontribusi yang besar terhadap
pembentukan PDRB, yaitu sebesar 41,66 % pada tahun 1998 dan 40,39 % pada
tahun 1999. Sedangkan sektor pariwisata dan perhotelan hanya rnernberi
kontribusi sebesar 18,04 % dan 17,42 % pada tahun 1998 dan 1999 (Bappeda
2000). Hal ini menunjukkan bahwa sektor yang lebih dorninan di Kabupaten
untuk wilayah dengan jenis tanah vertisol dan curah hujanlirigasi yang relatif
sedikit seperti kawasan Kampung Sade. Menurut Hardjowigeno (1993) tanah
vertisol akan efektif jika mendapat pengairan yang baik, karena tanah ini cocok
diolah sebagai sawah dengan komoditi padi dan akan menjadi pecah-pecah
dalam kondisi kering. Untuk mengatasi keterbatasan sektor pertanian dalam
meningkatkan PDRB ini maka diharapkan sektor pariwisata dapat mengambil
peranan yang lebih besar pada waktu mendatang.
4.4. Kondisi Sumberdaya Alam
4.4.1.Kondisi Tanah
Tanah di Kampung Sade bersifat keras dan retak-retak pada musim
kemarau, liat dan plastis di musim hujan. Berdasarkan klasifikasi tanah menurut
(FAOIUNESCO, 1974 dan USDA Soil Taxonomy, 1975 diacu dalam
Hardjowigeno 1993) jenis tanah seperti yang terdapat di Kampung Sade adalah
vertisol. Bahan induk tanah ini pada umurnnya bersifat alkalis, seperti batuan
sedimen berkapur, batuan beku basa, atau endapan aluvium dari bahan-bahan
tersebut.
Proses pembentukan tanah ini menghasilkan suatu bentuk mikritopografi
yang khusus yang terdiri dari cekungan dan gundukan kecil yang biasa disebut
topografi gilgai, disebut juga topografi poliginal, crabhole, Bay of Biscay, atau
hushabye. Kandungan liat pada tanah vertisol cukup tinggi yakni >30 % yang
didominasi oleh mineral liat 2 : 1 yang mudah mengembang dan mengkerut.
Pada musim kering tanah akan retak-retak karena mengkerutnya mineral liat
2 : 1. Retakan yang terjadi dapat mencapai kedalaman 1 m atau lebih, pada saat
itu tanah yang ada di permukaan bisa jatuh mengisi tempat yang kosong. Pada
musim hujan liat yang menjadi basah mengembang sehingga retakan tertutup.
tersebut bertambah. Proses ini menyebabkan terjadinya struktur-struktur bentuk
baji yang terjadi karena adanya gesekan antar agregat tanah. Perkembangan
tersebut dapat mendorong tanah ke samping atas sehingga terbentuklah mikro
relief yang disebut gilgai (Gambar. 6 ).
- -
.. - - .- .-I
-
Bahan lndukp Bahan lnduk [image:169.602.92.472.158.384.2]I
Gambar 6. Bentuk baji pada tanah vertisol
a. Penunjang Kegiatan Pertanian
Adanya kandungan liat yang mudah mengembang dan mengkerut yang
tinggi pada tanah vertisol merupakan masalah dalam pengelolaan tanah. Oleh
karenanya pertanian yang terdapat pada kawasan studi merupakan pertanian
lahan kering atau pertanian tadah hujan, dimana proses pelaksanaan kegiatan
penanaman dilakukan pada musim penghujan untuk padi dan penanaman pada
musim berikutnya adalah kedele kemudian pada musirn kemarau tidak ditanarni
(bero). Dalarn siklus tanam pada sistim pertanian dapat diiuliskan sebagai
berikut: padi
-
kedele-
bero.b. Penunjang Kontruksi Bangunan
Dalam bidang engineering, jenis tanah seperti pada lokasi studi banyak
menimbulkan masalah. Retakan yang tejadi dapat menyebabkan retaknya
mendirikan bangunan dengan bahan yang menyesuaikan dengan kondisi tanah
setempat yakni terbuat dari bedeg yang relatif lebih ringan dan elastis
dibandingkan dengan material lain. Adaptasi masyarakat yang lainnya adalah
membuat pemukiman pada daerah perbukitan. Hal ini terkait dengan upaya
pemanfaatan lahan datar sebagai lahan pertanian.
4.4.2. Keadaan Hidrologis
Kawasan Kampung Sade merupakan daerah kliiis air, sumber-sumber air
terbatas dan kering dimusim kemarau. Untuk kebutuhan hidup sehari-hari yaitu
untuk air minum, mandi dan cuci berasal dari sumur (mata air) dengan
kedalaman 6
-
12 m dan sebagian lagi dari embung. Sedangkan untukpengairan sawah berasal dari air hujan dan aliran irigasi yang berasal dari air
hujan yang ditampung dalam penampungan (embung).
Embung yang terdapat di Kampung Sade adalah Embung Tantih, terletak
850 m di Selatan pemukiman. Embung Tantih diresmikan pada tahun 1973,
dengan luas 2 ha, ketinggian air 7 m pada saat musim hujan dan 4,5 m pada
musim kemarau. Sumber air Embung Tantih berasal dari air hujan dan air dari
sungai Lenjer. Embung ini dapat mengairi sawah seluas 200 ha, akan tetapi saat
ini (tahun 2001) Embung Tantih mengalami pendangkalan, sehingga ketinggian
air hanya 1 m. Dengan ketinggian air 1 m di musim hujan dan kering pada saat
kemarau, maka volume air hanya 2.000.000 m3. sehingga sawah yang bisa diairi
hanya 0,14 % dari luas daerah layanan air semula.
Sangat sedikitnya air yang dapat ditampung oleh Embung Tantih
mengakibatkan sawah di kampung ini tidak dapat ditanami pada musim kemarau.
Hal ini disebabkan air yang tertampung pada musim hujan cepat habis I kering
tanarnan palawija dan juga karena proses evaporasi. Pertanian di daerah ini
dikenal dengan nama pertanian padi gogo rancah.
4.4.3 Kondisi lklim
Kawasan studi beriklirn tropis dengan rnusirn kernarau yang kering. Musirn
penghujan jatuh pada bulan Nopernber sarnpai dengan bulan Mei, dengan
jurnlah curah hujan 1000 sarnpai 1500 rnrn per tahun. Curah hujan diketahui
berpengaruh terhadap perencanaan dan perancangan suatu tapak untuk
kawasan wisata terutarna terhadap faktor kenyarnanan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika
Matararn, diketahui data rata-rata hari hujan dan curah hujan, rata-rata 8 sarnpai
dengan 13 hari hujan dan 101 sarnpai dengan 173 rnm curah hujan pertahun.
Data rata-rata penyinaran rnatahari 76 %, suhu dengan kisaran 21.6 sarnpai
27,6'C pertahun. Sedangkan rata-rata kelernbaban adalah 80,75 % sarnpai
83,58 % pada tahun 1996
-
2000 (Tabel 6).Tabel 6. Rata-rata hari hujan, curah hujan, suhu, dan kelernbaban di Kecarnatan Pujut
Surnber: BMG Rernbiga, Arnpenan, 2001
a. Penunjang Pertanian
Kondisi iklirn sangat rnernpengaruhi aktifias kehidupan penduduk, antara
lain: (1) pertanian Gogo Rancah, ha1 ini disebabkan oleh tidak adanya sistem
pengairan yang rnernadai sehingga hanya tergantung curah hujan, dan (2) pola
tanam yang hanya dua kali setahun yaitu pada saat rnusirn hujan rnenanarn padi
b. Perumahan dan Pemukiman
Pola dan bentuk pemukiman serta perumahan Kampung Sade terlihat
menyesuaikan dengan pola iklim, antara lain: (1) rumah dibuat dengan bahan
yang berpori-pori (bedeg), sehingga sirkulasi angin ke dalam rumah lancar,
(2) atap rumah dibuat menjurai ke bawah, sehingga panas terik matahari dapat
ditahan oleh atap, (3) atap rumah dibuat dengan bahan alang-alang yang dapat
menyalurkan angin dan (4) tempat duduk untuk santai dan tamu dibuat di luar
BAB V. HASlL DAN PEMBAHASAN
5.1. Perkembangan Kepariwisataan
5.1.1. Kecenderungan Kepariwisataan
Kebijakan nasional menetapkan bahwa Provinsi Nusa Tenggara Barat
merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Indonesia, disamping
Bali, Tanah Toraja, Komodo dan daerah tujuan wisata lain di lndonesia.
Kebijakan ini merupakan satu peluang yang sangat besar dan harus
dimanfaatkan bagi kepentingan pembangunan pariwisata daerah terutama dalam
kaitannya dengan pengembangan ekonomi masyarakat serta upaya peningkatan
penerimaan daerah (Bappeda Kab.Loteng, 799411995)
Menurut Dinas Pariwisata Lombok Tengah (2000), pendapatan yang
berasal dari sektor pariwisata memberi kontribusi yang cukup besar terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lombok Tengah dan
kecenderungannya meningkat setiap tahun. Secara lebih terperinci mengenai
kondisi ini dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Kontribusi sektor pariwisata terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Lombok Tengah
Tahun Pendapatan asli daerah
I R n \
-
37,36Sumber : Diparda Kab. Loteng, 2000
Penerimaan sektor pariwisata
10.238.300 12.372.550
160.858.929 4,12
859.523.490 24,Ol