• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Karnpung Sade, di Lornbok Tengah, Nusa Tenggara Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Karnpung Sade, di Lornbok Tengah, Nusa Tenggara Barat"

Copied!
242
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA

KAMPUNG SADE, Dl LOMBOK TENGAH,

NUSA TENGGARA BARAT

Oleh:

~ i t n o Keksi Wulandari

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(128)

ABSTRAK

RETNO KEKSl WULANDARI, 2002. Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Karnpung Sade, Lornbok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Dibawah birnbingan SIT1 NURISJAH dan NURHAYATI H.S ARIFIN.

Kampung Sade rnerupakan karnpung tradisional suku Sasak di Pulau Lombok, terletak di Kecarnatan Pujut Kabupaten Lornbok Tengah.

Penelitian ini bertujuan: rnengidentifikasi tatanan lanskap pernukirnan tradisional Karnpung Sade, rnengidentiikasi fasilitas sirkulasi penunjang kegiatan wisata budaya dan rnenyusun rencana lanskap yang rnendukung pelestarian tatanan lanskap tradisional dan kegiatan wisata budaya.

(129)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA KAMPUNG SADE, Dl LOMBOK TENGAH, NUSA TENGGARA BARAT

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Januari 2001

Retno Keksi Wulandari

(130)

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA

KAMPUNG SADE, Dl LOMBOK TENGAH,

NUSA TENGGARA BARAT

Oleh:

Retno Keksi Wulandari

Tesis

Sebagai salah satu syarirt untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi ArsiteMur Lanskap

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(131)

Judul Tesis Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Karnpung Sade, di Lornbok Tengah,

Nusa Tenggara Barat

Narna : Retno Keksi Wulandari

NRP : 99079

Program Studi : Arsitektur Lanskap

Menyetujui,

1. Kornisi Pernbirnbing

lr. Nurhavati H.S. Ariin. M.Sc..Ph.D. Anggota

Mengetahui,

2. Ketua Program Studi Program Pascasarjana

Arsitektur Lanskap

Ir. Hadi Susilo Arifin. MS. Ph.D.

..

Ir. Siafrida Manuwoto.M.Sc.
(132)

Penulis dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 18 Agustus 1961 sebagai anak ketiga dari pasangan R. Poedjonarto Admosoedirdjo dan R.Ngt. Boentartie. Pendidikan Sarjana ditempuh pada Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta lulus tahun 1986. Pada tahun 1999, penulis diterima pada Program Studi Arsitektur Lanskap pada Program Pascasarjana IPB. Penulis menyelesaikan studi pada Januari 2002. Beasiswa pendidikan Pascasarjana diperoleh dari Proyek Due-Like Direktorat Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.

(133)

PRAKATA

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini berjudul Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya Kampung Sade, di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Program Pascasarjana lnstiiut Pertanian Bogor.

Tesis ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan di Kampung Sade Kabupaten Lombok Tengah. Hasil penelitian ini diharapkan dapat duadikan masukan bagi Pernerintah Daerah dalam rangka pemanfaatan ternpat wisata budaya sebagai pengembangan tujuan wisata.

Dalam penyusunan tesis ini penulis mendapat masukan, arahan petunjuk dan bimbingan serta saran dan kritik dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

=, lbu Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA. sebagai Ketua Kornisi Pembimbing, Ibu Ir. Nurhayati H.S. Arifin, M.Sc. PhD. sebagai anggota Komisi Pembimbing atas pengarahan, bimbingan dan saran yang telah diberikan.

+ Proyek Due-Like yang telah mernberikan beasiswa tugas belajar.

Mas Kuswan, suami fercinfa, Agriska, lntan dan Gita anak-anakku fercinfa yang telah memberikan kesempatan, dorongan, semangat dan kasih sayang serta doa.

=, Atha, Beria, Cri, Novi, Oly, Puji, atas kerjasama dan kebersamaan dalam melewati masa perkuliahan.

=, Pak. Jaya, Pak. Deden, Dik Abas dan Pak. Saptono atas saran dan

kritiknya.

Kepada pihak-pihak yang telah turut memberi bantuan baik secara materil maupun moril.

Penulis berharap semoga Tesis ini dapat bermanfaat dan dapat duadikan masukan bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2002

(134)

DAFTAR IS1

Halaman DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I

.

PENDAHULUAN

...

1

...

1

.

1. Latar Belakang 1

1.3. Manfaat

...

4

1.4. Kerangka Pikir Penelitian ... 5

BAB il . TINJAUAN PUSTAKA

...

7

2.1. Lanskap Budaya

...

7

2.2. Pelestarian Lanskap Budaya

...

9

...

2.3. Pemukiman Tradisional 9

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pariwisata

...

10

2.5. Wisata Budaya ...

.

.

...

11 2.6. Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya

...

12

...

2.7. Keadaan Umum Kepariwisataan NTB 13

...

2.8. lklim dan Kenyamanan 16

...

BAB Ill . METODE PENELlTlAN 18

...

3.1 . Tempat dan Waktu 18

...

3.2. Jenis Data

...

...

19

...

3.3. Metode dan Analisis Data 20

...

...

3.4. Metode Perencanaan

....

21

...

(135)

BAB IV

.

KEADAAN UMUM DAERAH PENELlTlAN ... 24 4.1. Letak Geografis dan Keadaan Topografi ... 24

4.2. Kependudukan ... 25

4.3. Arah Perkembangan Ekonomi Wilayah ... 26

4.4. Kondisi Sumberdaya Alam ... 28

4.4.1. Kondisi Tanah a

.

Penunjang

...

b . Penunjang Konstruksi Bangunan 29

4.4.2. Keadaan Hidrologis ... 30 4.4.3. Kondisi Ikl'

BAB V

.

HASlL DAN PEMBAHASAN ...

.

.

... 33 5.1. Perkembangan Kepariwisataan

...

33 5.1

.

1 . Kecenderungan Kepariwisataan ... 33 5.1.2. Obyek Wisata

...

37 5.1.3. Kunjungan Wisatawan

...

39

5.2. Aksesibilitas dan Fasilitas Transportasi ...

.

.

... 39 5.3. Pandangan Penduduk terhadap Wisatawan

...

43

5.4. Lanskap Kampung Sade ... 46

...

5.4.1. Sejarah terbentuknya 46

...

5.4.2. Tata Guna Lahan 48

...

...

5.4.3. Elemen Lanskap Kampung Sade

..

..

50

...

5.4.4. Kegiatan Sosial Budaya 76

...

5.4.4.1. Kegiatan Ritual Keagamaan 76

...

5.4.4.2. Kegiatan Kultural 79

...

5.4.5. Analisis Potensi Wisata Budaya 83

...

5.5. Daya Dukung Obyek Wisata 87

... 5.6. Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya 89

5.6.1. Pendekatan

...

89

...

5.6.2. Konsep Pengembangan Lanskap 89

...

5.6.2.1. Konsep Ruang Wisata 89

5.6.2.2. Konsep Sirkulasi Penunjang Kegiatan Wisata

...

Budaya 90

(136)

BAB

.

VI

.

KESIMPULAN DAN SARAN

...

100 6.1. Kesimpulan

...

100

6.2. Saran

...

100
(137)

DAFTAR TABEL

Halaman

Jumlah wisatawan ke Indonesia dan dampak ekonominya

... .

3 Perkembangan perjalanan wisatawan nusantara 1991

-

1997

...

3 Komponen data dan sumber data yang digunakan ... 19

Kriteria penilaian obyek wisata

...

21

Pendapatan regional perkapita dan laju pertumbuhan atas

dasar harga berlaku dan harga konstan.

...

27

Rata-rata hari hujan, curah hujan, suhu, kelembaban dan THI di Kecamatan Pujut

...

31

Kontribusi sektor pariwisata terhadap pendapatan asli daerah

(PAD) di Kabupaten Lombok Tengah ... 33

Realisasi kunjungan wisatawan ke Lombok Tengah menurut

kelompoknya tahun 1996-2000

...

35

Perkembangan tingkat penghunian kamar dan tempat tidur

hotel serta lama menginap tamu di Kabupaten Lombok Tengah

...

36

Jenis dan nama tempat kegiatan obyek wisata di Kabupaten

Lombok Tengah

...

39

Realisasi kunjungan wisatawan ke Kampung Sade

tahun 1996-2000

...

40

. .

Karakter~st~k responden ..

...

44

Pendapat dan harapan responden terhadap wisatawan

...

45

Lama dan alasan tinggal serta letak sawah dan ladang

responden di Kampung Sade

...

48

Tanggapan penduduk terhadap rancangan, arah dan

kelestarian rumah

...

58

Jenis tanaman di Kampung Sade 59

Kegiatan ritual keagamaan dan penggunaan ruangnya

...

79
(138)

19. Elemen -elemen lanskap di Kampung Sade dan keunikannya

...

84
(139)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Kerangka pikir penelitian ... 5

Kawasan wisata di NTB

...

14 Peta penyebaran kawasan pariwisata di Pulau Lombok

...

15 Peta lokasi Kampung Sade

...

18

Peta orientasi Kampung Sade

...

24

Bentuk baji pada tanah vertisol

...

29

Peta penyebaran kawasan pariwisata di Kabupaten

Lombok Tengah ... 37

Akses wisatawan ke Pulau Lombok ... 40

Jalur transportasi ke Kampung Sade

...

42

Diagram penggunaan lahan dan gambar potongan

...

49

Pembagian ruang dalam rumah tradisional Sasak

...

52

Bale Jamak

...

54

Bale Bonter

...

.

.

.

...

55 Bale Kodong

...

56

...

Lumbung berbentuk lengkung (alang) 60

...

Lumbung berbentuk segi empat (ayung) 61

...

Berugak sekepat 63

...

Masjid Sade 64

...

Bale pertemuan 65

...

Masjid kuno di Rambitan dibangun abad mi 66

...

Makam Nyatok 69

...

Kamar mandi dan sumur komunal 71

...

Diagram tatanan awal elemen lanskap Kampung Sade 74
(140)

25 . Konsep tata ruang wisata ... 90

26

.

Konsep sirkulasi penunjang wisata ... 91 27

.

Konsep pengembangan ruang wisata budaya

... 94

28

.

Blockplan lanskap wisata budaya Kampung Sade ... 98

...

.

(141)

BAB I. PENDAHULUAN

1 .I. Latar Belakang

Indonesia rnernpunyai banyak kawasan wisata yang unik dan ekslusif,

berupa wisata alam maupun wisata budayaltradisional. Kawasan wisata

budayanya antara lain berbentuk desa, kampung dan ternpat bersejarah.

Tempat-tempat tersebut memiliki perpaduan dari aspek sosial, budaya, ekonomi,

dan sejarah yang merniliki karakter alarni yang rnasih dorninan, dan potensial

untuk rnenjadi tempat tujuan wisata. Akan tetapi banyak dari kawasan wisata

tersebut yang terabaikan, bahkan beberapa sudah hilang identitasnya. Salah

satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melestarikan kawasan wisata

tersebut untuk mernpertahankan keberadaan dan identitasnya.

Aspek budaya, kerarnahan alami dan rnanusiawi pada ruang-ruang suatu

wilayah rnengalarni proses degradasi yang diakibatkan oleh pernbangunan di

wilayah tersebut yang sering rnelenyapkan identitas dan karakter budaya

masyarakat. Disarnping itu proses tersebut dipicu juga oleh akulturisasi

rnasyarakat dan adanya standarisasi fasilitas perkotaan.

Tindakan pemugaran dan konservasi terhadap lingkungan, terrnasuk

terhadap lingkungan cagar budaya, dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan

budaya rnasyarakat yaitu dengan rnelihat dan merasakan eksistensi rnasyarakat

dalam arus kesinambungan masa lampau, kini dan yang akan datang.

Dalarn pengernbangan suatu kawasan wisata, maka yang harus

diperhatikan adalah hubungan timbal balik antara pengunjung dan aset wisata,

terrnasuk aset wisata yang dilindungi serta kornunitas yang terdapat di sekitarnya

(Gunn, 1994). Karena itu dalam pembangunan dan pengembangan kawasan

(142)

bersifat multidimensional dengan mengintegrasikan aspek-aspek sosial,

ekonomi, antropologis dan fisik.

Dalam World Trade and Tourism Council atau WITC (1992), dinyatakan

bahwa pariwisata merupakan industri terbesar di dunia yang menghasilkan

pendapatan dunia lebih dari US $ 3,5 trilyun pada tahun 1993 atau 6 % dari

pendapatan kotor dunia (WTO, 1992 diacu dalam Wibowo 2001). Selanjutnya

dinyatakan bahwa kegiatan pariwisata ini merupakan industri yang lebih besar

daripada industri kendaraan, baja, elektronik maupun pertanian. lndustri

pariwisata diperkirakan memberi peluang kerja terhadap 127 juta pekerja dunia

(satu dari 15 pekerja di dunia).

Diramalkan pariwisata internasional, yang mengalami pertumbuhan 57%

dalam dekade 1980-an akan mengalami pertumbuhan sebesar 50% dalam

dekade 1990an (WTO, 1992 diacu dalam Wibowo 2001). Meskipun laju

pertumbuhan lebih lambat dengan rata-rata pertumbuhan 3,7% pada tahun 1990

dan jumlah wisatawan internasional 450 juta orang pada tahun 1991, namun

diharapkan akan mengalami pertumbuhan menjadi 650 juta wisatawan

internasional pada tahun 2000. Realisasi dari prediksi tersebut cukup akurat

dengan tercapainya 657 juta kunjungan wisata internasional di tahun 1999 dan

bila kondisi stabil diperkirakan pada tahun 2010 kunjungan antar negara akan

meningkat menjadi 937 juta (WTO, 1992 diacu dalam Wibowo, 2001).

Kecenderungan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke

Indonesia cenderung meningkat dengan laju yang cukup mengesankan. Pada

awal Pelita IV (tahun 1984) jumlah wisman 700.910 dengan jumlah devisa

US $ 519,7 juta, kemudian pada tahun 1994 angka itu sudah berlipat menjadi

empat juta lebih dengan devisa

5

4,6 milyar. Ini berarti jumlah wisman dalam

jangka waktu sepuluh tahun meningkat sebesar 570 %, sementara perolehan

(143)

visi pariwisata lndonesia pada tahun 2005 sebagai penghasil devisa utarna

diperkirakan akan meraih US$ 15 rnilyar dari 11 juta orang dengan pengeluaran

rata-rata US $ 1.375 perkunjungan (Kornpas, 28 April 1999). Jumlah kunjungan

wisman ke lndonesia dan dampak ekonomi yang diakibatkan dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah wisatawan ke lndonesia dan dampak ekonorninya

'uta)

11,84

1996 11 9,30

1997 97,20

4 1998 4,30 97 70

No.

I

Pengeluaran

I

I

lkunjungan

/

Tahun Devisa

(juta US $) tinggal

I

Jumlah

kedatangan

Sumber : Kompas, 28 April 1999

Pengeluaran I han

Perkernbangan perjalanan wisatawan nusantara semakin rneningkat

terlihat pada jumlah wisatawan yang berkunjung ke lndonesia yang cenderung

rneningkat terutarna wisatawan nusantara. Pendapatan yang diperoleh dari

wisatawan diharapkan juga dapat rneningkat. Hal ini disebabkan oleh

kernampuan ekonorni dan kesibukan kerja yang semakin bertarnbah sehingga

sebagian penduduk sudah mulai berpikir perlunya berekreasi (Kompas, 28 April

1999). Perkernbangan perjalanan wisatawan nusantara tahun 1991

-

1997 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan perjalanan wisatawan nusantara 1991

-

1997 Tahun

/

Jumlah wisnu

,

l"",

,

--,- ,--, . -

Surnber : Pariwisata Indonesia, 1999

Salah satu bentuk kampung tradisional yang unik dan turistik di Pulau

Lornbok ini adalah Kampung Sade. Luas kampung ini kurang lebih 10 ha,

berpenduduk 124 KK, dan terletak di Desa Rarnbitan Kecarnatan Pujut,

Kabupaten Lombok Tengah. 1991

1994

1007

Jumlah perjalanan (juta) Tidak ada data

100,40 I ~ R in

(juta) 72,lO 83,60

QR ?.

Jumlah pengeluaran (triliun Rp.)

(144)

Sampai dengan saat ini Kampung Sade telah dikunjungi oleh banyak

wisatawan, baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

Kunjungan wisatawan yang cenderung meningkat ini telah menunjukkan

gangguan spasial yang cenderung meningkat yang selanjutnya dapat mengubah

lanskap tradisional kampung ini. Contoh yang dapat dikemukakan antara lain

adalah berdirinya kios-kios "dadakan", perubahan-perubahan elemen asal,

terjadinya penambahan tempat hunian tanpa pertimbangan arsitektural dan lain-

lain. Untuk menjaga karakter yang unik Kampung Sade dari dampak aktifitas

wisata yang telah berkembang saat ini diperlukan adanya perencanaan yang

baik.

1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan:

1. Mengidentifikasi tatanan lanskap pemukiman tradisional Kampung Sade.

2. Mengidentifikasi fasilitas sirkulasi penunjang kegiatan wisata budaya.

3. Menyusun rencana lanskap yang mendukung pelestarian tatanan lanskap

tradisional dan kegiatan wisata budaya.

1.3. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bahan masukan dalam usaha melestarikan lanskap budaya di Kampung Sade pada khususnya dan Kawasan Cagar Budaya di Lombok pada

umumnya.

2. Merupakan masukan bagi Pemerintah Daerah dan Dinas-dinas terkait dalam

usaha pengelolaan dan pengembangan Kampung Sade maupun kawasan

(145)

1.4. Kerangka Pikir Penelitian

Alur pemikiran dalam penelitian ini dapat diuraikan seperti dibawah ini dan

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.

I

Perencanaan

I

I

-

Kampung [image:145.605.121.470.189.448.2]

Sistem kehidupan pemukim

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian

-

Sistem wisata budaya

Kampung Sade merupakan salah satu unit pemukirnan tradisional yang

terbentuk berdasarkan sistem sosial budaya yang berlangsung dalam kehidupan

masyarakatnya yang juga diketahui sebagai satu bentuk dari lanskap budaya.

Unit pemukiman ini mernpunyai keunikan dan kekhasan yang tercermin dari

tatanan lanskapnya, yang selanjutnya berbagai aspek sosial yang terdapat dan

mernbentuk tatanan lanskap ini akan menjadi atraksi dari wisata budaya ini.

Kampung Sade, juga direncanakan akan menjadi suatu kawasan wisata

dengan mempertimbangkan aspek tata ruang wisata untuk kenyamanan

pengunjung dan mempertimbangkan aspek arsitektur lanskap sehingga

(146)

terbentuk suatu atraksi yang khas. Dalam merencanakannya diperlukan

penataan terhadap atraksi wisata budaya tersebut yang didukung dengan jalur

sirkulasi yang tepat dengan mempertimbangkan keutuhan unit lanskap

pemukiman Kampung Sade serta arah dan keinginan wisatawan, sehingga

konsewasi sumberdaya wisata budaya Kampung Sade maupun kenyamanan

wisatawan dapat tercapai. Selanjutnya output tersebut diperikan dalam tata

ruang wisata sehingga dengan demikian diperoleh suatu rencana lanskap

(147)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Lanskap Budaya

Kebesaran suatu bangsa tidak hanya cukup diukur oleh tingkat

kesejahteraan dan kemantapan ekonominya saja tetapi juga oleh apresiasi dan

sikapnya dalam melestarikan nilai dan warisan budaya lama serta

keanekaragaman biologis dan ekosistemnya. Warisan alam dan budaya, yang

memberikan warna dan atmosfer tersendiri dari suatu wilayah atau bagian

wilayah, merupakan sumber yang sangat penting bagi eksistensi biologis dan

hidup manusia. Kedua bentuk warisan yang dilestarikan ini dapat

menggabungkan masa lampau dengan masa kini sehingga menghasilkan

kesinambungan yang dapat mengikat satu generasi dengan generasi berikutnya.

JJA Worsea seorang ahli hukum muda dari Universitas Kopenhagen, Denmark,

pada abad 19 menyatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak

hanya melihat masa kini dan masa datang saja, tetapi juga mau berpaling ke

masa lampau untuk menyimak perjalanan yang telah dilaluinya. Hasil dari

pernyataan itu ialah gambaran jelas mengenai perjalanan suatu bangsa, kapan

dan dari mana bermula, bagaimana dan berapa panjang langkah yang telah

ditempuhnya. Hal-ha1 ini selanjutnya dapat menemukan dan mempertebal

identitas bangsa, serta dapat mempertinggi rasa nasionalisme (Widianto, 1987).

Lanskap adalah bentang alam yang memiliki karakter tertentu, yang

beberapa unsurnya dapat digolongkan menjadi unsur utama atau unsur mayor

dan unsur penunjang atau unsur minor. Unsur utama atau unsur mayor adalah

unsur yang relatif sulit untuk diubah, sedangkan unsur penunjang atau minor

adalah unsur yang relatif kecil dan mudah untuk diubah (Simonds, 1983). Lebih

lanjut Rachman (1984) menerangkan bahwa lanskap adalah wajah dan karakter

(148)

saja yang ada di dalamnya, baik bersifat alami dan buatan manusia beserta

makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang, segenap indera dapat

menangkap serta sejauh imajinasi kita dapat membayangkan.

Lanskap budaya (culfural landscape) adalah segala sesuatu yang berada

di ruang luar yang dekat dan dapat dilihat. Menurut definisi ini, lingkungan

lanskap budaya adalah semua yang sudah mendapat campur tangan atau

diubah oleh manusia (Lewis, 1978 diacu dalam Melnick, 1983). Selain itu berarti

juga istilah yang menunjukkan suatu kawasan lanskap yang tersusun oleh

budaya manusia. Budaya adalah cipta, karya dan karsa manusia yang

mempengaruhi kehidupannya. Dengan demikian lanskap budaya adalah segala

bagian dari muka bumi yang sudah mengalami campur tangan atau diubah oleh

manusia.

Lanskap budaya menurut (Sauers, 1978 diacu dalam Tishler 1982) adalah

suatu kawasan geografis dimana ditampilkan ekspresi lanskap alami oleh suatu

kebudayaan tertentu, dimana budaya adalah agennya, kawasan alami sebagai

medium dan lanskap budaya sebagai hasilnya. Jika kita kehilangan lanskap yang

menggambarkan tentang budaya dan tradisi kita, maka kita akan kehilangan

bagian penting dari diri kita sendiri dan akar kiia pada masa lalu. Sebagai arsitek

lanskap merupakan tanggung jawab profesional untuk menentukan lingkungan

khusus ini, setelah diidentikasi, apakah akan dilindungi atau digunakan

sebijaksana mungkin untuk dapat mempertahankan kelangsungan suatu

lambang atau simbol warisan sejarah manusia di dunia.

Lanskap budaya menggambarkan perjalanan sejarah suatu kawasan

budaya dan akan selalu berubah dengan berubahnya tingkat peradaban manusia

yang mendiaminya. Lanskap budaya sangat erat kaitannya dengan lanskap

sejarah. Lanskap sejarah dapat diartikan sebagai suatu kawasan geografis yang

(149)

2.2. Pelestarian Lanskap Budaya

Kegiatan pelestarian adalah kegiatan konsewasi. Konsewasi diartikan

sebagai segenap proses pengelolaan suatu tempat agar makna kultural yang

dikandungnya terpelihara dengan baik. Konsewasi dapat meliputi seluruh

kegiatan pemeliharaan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat (Sidharta dan

Budihardjo, 1989). Motif pelestarian adalah melindungi warisan budaya kita yang

mempunyai nilai sejarah. Bila peninggalan masa lalu tidak dilindungi dengan

peraturan-peraturan, maka proses-proses perubahan alami akan merubah atau

bahkan melenyapkannya, ditambah lagi pembangunan yang semakin pesat

.

Melalui proses identifikasi lanskap maka dapat diketahui informasi

mengenai lanskap tersebut dan pengaruhnya terhadap kelompok budaya yang

ada. Hal ini memerlukan ahli khusus dari banyak disiplin ilmu yang berbeda yaiiu

arsitektur lanskap, arkeologi, antropologi budaya, geografi budaya dan arsitektur

sejarah.

2.3. Pemukiman Tradisional

Menurut Direktorat Tata Kota dan Tata Daerah dan Direktorat Penyelidikan

Masalah Bangunan (1979) pemukiman adalah lingkungan yang terdiri dari

kumpulan bangunan rumah tinggal dan bangunan lain yang dilatarbelakangi oleh

kondisi dan situasi alam dan sekitarnya serta dipengaruhi oleh sosial budaya.

Pemukiman adalah kelompok unit kediaman orang-orang atau kelompok

manusia pada suatu wilayah termasuk kegiatan-kegiatan serta fasilitas-fasilitas

sebagai akibat dari proses terbentuknya pemukiman ini (Wayong, 1981).

Dibedakan tiga bentuk pola perkarnpungan berdasarkan pemusatan

masyarakatnya, yaitu pola perkampungan yang penduduknya hidup dan tinggal

secara menggerombol membentuk suatu kelompok, pola yang penduduknya

(150)

rnernbentuk sederetan perurnahan, dan pola yang penduduknya tinggal

rnenyebar di suatu daerah pertanian. Daerah perbukitan rnenyebabkan penduduk

harus rnencari ternpat yang rata untuk rnendirikan rurnah, bila tidak ada rnaka

sedikit lahan diratakan, sedangkan lahan pekarangan dibiarkan tetap berbukii.

Tradisional adalah doktrin, pengetahuan, kebiasaan, adat-istiadat dari

masa lalu yang diturunkan dari generasi berikutnya, yang terdiri dari elemen

budaya tradisional. Elernen budaya tradisional dapat berupa bangunan

tradisional, kelornpok bangunan, struktur, kelornpok struktur, distrik bersejarah

rnaupun obyek yang berdiri sendiri (Parker dan King, 1988). Budaya yang dirniliki

oleh suatu rnasyarakat tertentu yang mencakup tradisi, keyakinan, kebiasaan

cara hidup, seni, kerajinan tangan dan lernbaga sosial terrnasuk dalarn elernen

budaya tradisional. Budaya yang bersifat tradisional berarti kegiatan budaya

tersebut sudah berlangsung turun-ternurun.

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pariwisata

Pariwisata diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan

perjalanan untuk rekreasi, pelancongan dan turisme. Pariwisata adalah industri

yang kelangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh baik buruknya lingkungan.

Selanjutnya disebutkan bahwa tujuan pariwisata pada hakekatnya adalah untuk

rnendapatkan rekreasi (Soernaiwoto, 1996)

Menurut Wahab (1987), pengertian pariwisata rnengandung tiga unsur

yaitu :

1. Manusia (unsur insani sebagai pelaku kegiatan pariwisata),

2. Tempat (unsur fisik yang sebenarnya tercakup dalarn kegiatan itu sendiri)

3. Waktu (unsur tempo yang dihabiskan dalarn perjalanan itu sendiri selarna

(151)

MacKinnon et a1 (1986) menyatakan bahwa faktor-faktor yang membuat

suatu kawasan menarik bagi pengunjung adalah:

1. Letak Ijarak kawasan terhadap kota.

2. Aksesibilitas ke kawasan tersebut mudah dan nyaman. 3. Keaslian, keistirnewaanlkekhasan kawasan.

4. Atraksi yang rnenonjol di kawasan tersebut rnisalnya atraksi yang berkaitan

dengan kegiatan religi dan budaya, dimana atraksi tersebut dikembangkan

menurut Koentjaraningrat (1974) dengan 7 unsur kebudayaan rnasyarakat.

Tujuh unsur kebudayaan masyarakat tersebut adalah: 1) sistim religi, 2)

sistirn kernasyarakatan, 3), sistern rnata pencaharian 4) kesenian, 5) bahasa,

6) peralatan dan perlengkapan hidup dan 7) sistim sistim pengetahuan.

5. Daya tank dan keunikan serta penarnpilan kawasan.

6. Fasilitas, sarana dan prasarana di lokasi yang mendukung bagi wisatawan.

Wisatawan adalah individu atau kelompok yang rnernpertimbangkan dan

merencanakan tenaga beli yang dimilikinya untuk melakukan perjalanan rekreasi

berlibur. Pada urnumnya wisatawan tertarik dengan motivasi perjalanan yang

dilakukan, selain itu untuk rnenarnbah pengetahuan. Pelayanan yang didapatkan

dari suatu tujuan wisata kemungkinan dapat menarik pengunjung dirnasa yang

akan datang.

2.5. Wisata Budaya

Wisata (tour) adalah perpindahan orang untuk sementara dalarn jangka

waktu tertentu ke tujuan-tujuan di luar tempat dimana mereka biasa tinggal dan

bekerja. Pelaku wisata atau wisatawan pergi ke suatu obyek wisata didasari

motivasi yang bersifat rekreatif (motif tamasya dan rekreasi) dan non-rekreatif

(motif kebudayaan, olahraga, bisnis, konvensi, spiritual, kesehatan, dan

(152)

Obyek wisata budaya merupakan tempat yang diwariskan dari kegiatan

manusia di masa lalu dengan cara merubah nilai

-

nilai alami yang ada dan

disesuaikan dengan kebutuhan mereka sehingga kawasan tersebut menjadi lebih

harmonis, menyenangkan dan mempunyai keindahan (Haber, 1995).

Soekadgo (1996) menyatakan suatu obyek dapat menjadi tujuan wisata

budaya karena memiliki atraksi wisata, yang terdiri dari sumber daya

kepariwisataan dalam bentuk budaya, yang dapat berupa peninggalan-

peninggalan atau tempat-tempat bersejarah (artifact) maupun perikehidupan 1

adat-istiadat yang berlaku di tengah-tengah masyarakat (kebudayaan hidup)

Wisata budaya merupakan salah satu tumpuan pembangunan

kepariwisataan di Nusa Tenggara Barat. Untuk menunjang berlangsungnya

wisata tersebut maka diperlukan komponen pendukung, salah satunya adalah

obyek dan daya tarik budaya (Diparda Kab. Loteng, 2000). Agar kegiatan

kepariwisataan dapat terus berlangsung, maka obyek dan daya tarik budaya

tersebut perlu untuk dilestarikan.

2.6. Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Budaya

Merencanakan suatu pengelolaan areal rekreasi atau pariwisata dapat

dilakukan dengan analisis terhadap permintaan dan penawaran pariwisata (Gold,

1980). Tersedianya rekreasi merupakan gambaran tentang ruang, fasilitas dan

pelayanan, sedangkan permintaan rekreasi merupakan gambaran tentang

kegiatan dan perilaku rekreasi.

Perencanaan merupakan suatu alat yang sistematis dan dapat digunakan

untuk menentukan awal suatu keadaan, dan merupakan cara terbaik untuk

mencapai keadaan tersebut (Gold, 1980). Menurut Laurie (1990) di dalam

(153)

program harus dilengkapi dan dihubungkan satu dengan lainnya, disertai

imajinasi serta kepekaan terhadap replikasi analisis tapak.

Perencanaan multidimensional bertujuan untuk mengintegrasikan semua

aspek pendukung, rneliputi aspek sosial, ekonomi, antropologi serta fisik yang

terpusat pada masa lalu , sekarang dan yang akan datang (Gunn, 1994).

Dalam peningkatanl pengembangan wisata yang harus diperhatikan

adalah bagaimana menarik turis sekaligus dapat mempertahankan lingkungan,

oleh karena itu perencanaan bertujuan agar terdapat integritas I hubungan tirnbal

balik antara pengunjung dan aset wisata termasuk yang dilindungi serta

komunitas disekiarnya (Gunn, 1994).

Lanskap budaya, seperti halnya lanskap yang lainnya , tidak berdiri sendiri,

tetapi secara estetis, ekologi dan fungsionai berkaitan dengan lingkungan

sekitarnya membentuk kesatuan organ yang luas. Sehingga dalam perencanaan

lanskap budaya perlu dipertimbangkan nilai-nilai budaya yang ada didalamnya

agar keberadaannya tetap lestari (Anagnostopoulos, 1985).

2.7. Keadaan Umum Kepariwisataan di NTB

Kebijaksanaan pernbangunan kawasan pariwisata di daerah Nusa

Tenggara Barat dalam Peraturan Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat No. 9

tahun 1989 tentang pembangunan kawasan pariwisata, telah menetapkan 15

kawasan pariwisata di daerah tingkat I Nusa Tenggara Barat (Garnbar 2) :

Kawasan pariwisata yang dimaksud adalah:

1. Kawasan Pariwisata Sire, Gili Air, Senggigi

2. Suranadi

3. Gili Gede

4. Kawasan Pantai Kuta, Seger, Aan

(154)

6. Kawasan Rinjani

7. Gili lndah

8. Gili Sulat

9. Dusun Sade

10. Pulau Moyo

11. Pantai Maluk

12. Pantai Hu'u

13. Sape

14. Teluk Birna

15. Kawasan Pariwisata Tarnbora dan sekitarnya.

(155)

Kawasan pariwisata yang telah disebutkan diatas yaitu no 1

-

9 terletak di

Pulau Lombok (Gambar 3) sedangkan kawasan pariwisata no 10

-

15 terletak di

Pulau Sumbawa, seperti kia ketahui bahwa Provinsi NTB terdiri dari 2 pulau

besar yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Kawasan pariwisata yang

terletak di kedua pulau ini sebagian besar sudah dikenal oleh wisatawan

mancanegara.

Samodra Hindia

2rs2525

Surnber : Bappeda Kabupaten Lombok Tengah,] 994

Legenda.

Batas Kabupaten

m

IbukotaPropinsi NTB Ibukota Kabupaten [image:155.595.80.497.226.721.2]

Kawasan Pariwisata

(156)

Provinsi NTB mempunyai prospek yang sangat baik terhadap kunjungan

wisatawan di masa datang, baik wisatawan nusantara maupun dari

mancanegara, karena didukung oleh fasilitas sarana dan prasarana perhubungan

I transportasi. Dengan adanya jalur penerbangan langsung ke Bandara

Selaparang di Provinsi NTB dari Malaysia dan Singapura, rnaka membuka

peluang masuknya wisatawan dari mancanegara semakin mudah, disamping

wisatawan yang melalui Bandara Ngurah Rai di Denpasar. Fasilitas sarana dan

prasarana diatas hendaknya didukung pula oleh SDM daerah provinsi NTB

khususnya dibidang pariwisata dan perhotelan selain itu faktor keamanan juga

perlu ditingkatkan, karena ha1 ini sangat berpengaruh terhadap wisatawan

khususnya dari mancanegara.

Obyek wisata yang ada saat ini dapat dengan mudah dikunjungi karena

prasaranalsarana perhubunganlangkutan menuju lokasi cukup tersedia.

Kemudahan ini menjadi modal awal dalam memperjuangkan adanya suatu

bentuk manajemen pengelolaan yang memberikan peluang untuk memfungsikan

obyek wisata sebagai mesin pendorong pembangkitan ekonomi masyarakat

setempat, penciptaan perkembangan spasial, maupun pembentukan obyek-

obyek baru bagi penerimaan daerah dan lain-lain (Diparda, 2000).

2.8.

lklim

dan Kenyamanan

lklirn merupakan salah satu faktor kenyamanan suatu tempat, iklim yang

besar pengaruhnya terhadap kenyamanan adalah iklim mikro. Faktor-faktor

pengendali unsur iklim adalah:

1. Radiasi surya

2. Suhu udara

3. Tekanan udara

(157)

5. Presipitasi

6. Evaporasi

7. Kelernbaban udara

Kenyamanan adalah pengaruh keadaan lingkungan fisik atmosfir atau iklim

terhadap rnanusia dan bersifat subyektif I tergantung penilaian individu. Keadaan

yang nyaman dapat diperoleh apabila sebagian energi manusia dibebaskan

untuk kerja produktif dan usaha pengaturan suhu tubuh berada pada tingkat

(158)

BAB Ill. METODE PENELlTlAN

3.1. Ternpat dan Waktu

Peneliian ini dilaksanakan di Karnpung Sade, Desa Rambiian, Kabupaten

Lornbok Tengah (Gambar 4). Lokasi penelitian merupakan suatu kawasan

perkarnpungan yang berbatasan di sebelah Utara dengan Dusun Selak, sebelah

Selatan Dusun Selernang, sebelah Barat Dusun Penyalu dan sebelah Tirnur Dusun Lentak. Luas kawasan studi 10 ha.

Gambar 4. Peta Lokasi Karnpung Sade.

Peneliian dilaksanakan selama 8 (delapan) bulan dimulai sejak Februari

[image:158.602.75.494.149.791.2]
(159)

3.2. Jenis Data

Data yang dikumpulkan berbentuk data primer dan data sekunder. Data

primer dikumpulkan langsung di lapangan melalui wawancara dengan responden

yang dipilih secara purposive. Data tersebut adalah: latar belakang budayal

sejarah, aktifitas religi dan adat budaya. Sedangkan data luas tapak dan

topografi diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung secara fisik di

lapangan. Data sekunder yaitu: letak geografis, iklim, tanah, hidrologi, peta rupa

bumi, data penduduk, data wisatawan. Jenis dan informasi data yang

[image:159.599.79.513.344.802.2]

dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Komponen data dan sumber data yang digunakan

Sumber data Kantor Statistik Kantor Statistik Kantor Statistik Kantor Statistik Kantor Statistik Dinas Purbakala &

Ahli sejarah Diparda Diparda Diparda

Bappeda & Diparda Bappeda & Diparda Bappeda & Diparda Bappeda & Diparda

Bappeda Bappeda BMG BPN BPN Dinas Pengairan Survey lapangan Bappeda Diparda Jenis data Sistem kehidupan pemukiman Sistem wisata budaya

Tata ruang wisata

Lanskap wisata budaya

Unsur data

-

Jumlah penduduk

- Kepadatan penduduk

-

Mata pencaharian

-

Jenis kelamin

- Umur

-

Latar belakang budayalsejarah

-

Aktifitas dalam adat budaya

-

Jumlah wisatawan

-

Karakter wisatawan

- Jenis kegiatan wisata - Sirkulasi & transportasi

-

Fasilitas

-

Obyek & atraksi wisata

-

Rencana pengembangan

pariwisata oleh Pemda

- Peta geografis

-

Peta administratif

-

Data lklim

-

Peta Topografi

-

Peta Tanah

-

Peta Hidrologi

-

Potensi fisik wisata budaya

-

Sistem pengelolaan
(160)

3.3. Metode dan Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, dengan analisis secara deskriptif, spasial dan rnenggunakan skoring.

1. Analisis deskriptif, digunakan untuk mengetahui model lanskap dan atraksi budaya yang ada di kawasan studi.

2. Analisis spasial dilakukan untuk menentukan tataruang lanskap dan

tataruang wisata di kawasan studi.

3. Analisis penentuan titik obyek wisata dilakukan dengan metode skoring

berdasarkan kriteria MacKinnon et a/. (1986) dengan beberapa modifikasi

yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan penelitian yakni:

a. Letak Ijarak kawasan terhadap kota.

b. Aksesibilitas ke kawasan tersebut mudah dan nyaman.

c. Keasiian, keistimewaanlkekhasan kawasan.

d. Atraksi yang menonjol di kawasan tersebut misalnya atraksi yang

berkaiian dengan kegiatan religi dan budaya, dirnana atraksi tersebut

dikembangkan menurut Koentjaraningrat (1974) dengan 7 unsur

kebudayaan masyarakat. Tujuh unsur kebudayaan masyarakat tersebut

adalah: 1) sistim religi, 2) sistim kemasyarakatan, 3), sistern mata

pencaharian 4) kesenian, 5) bahasa, 6) peralatan dan perlengkapan hidup

dan 7) sistirn sistim pengetahuan.

e. Daya tarik dan keunikan serta penampilan kawasan.

f. Fasilitas, sarana dan prasarana di lokasi yang mendukung bagi

wisatawan.

Untuk menetapkan obyek wisata terpilih yang potensial untuk

dipromosikan sebagai bagian dari kawasan wisata Kampung Sade, dilakukan

proses evaluasi obyek wisata. Evaluasi ini dilakukan dengan menilai letak.

(161)

ditentukan dengan nilai 1 sampai dengan 4. Skor 1 untuk kriteria sangat buruk, 2

untuk kriteria buruk, 3 untuk kriteria baik dan 4 untuk kriteria sangat baik.

Dasar pemberian nilai skor dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kriteria Penilaian Obyek Wisata No.

1.

2.

3.

ternpat lain ternpat lain

Faktor

Letak

4.

tersedia tersedia

kondisi kurang baik

Aksesibilias

Keaslian

Terdapat ( < 3

lokasi) di

ternpat lain Nilai Atraksi Prasarana dan sarana tersedia kondisi baik

1 (sangat

bumk)

Jalan tanah

Lanskap dan

budaya asli

Kampung Sade sudah berubah

Sade Hanya sama sekali

Terdapat ( > 5

lokasi) di

tempat lain

terdapat di

Jarak > 1 krn / Jarak 500- / Jarak 50

-

/ Jarak < 50 rn 2 (buruk)

1000rn

Jalan batu

(rnaxadarn) Asirnilasi, dorninan

budaya luar

Karnpung

~arnpung Sade Prasarana Sade

Terdapat ( 3

-

5 lokasi) di

ternpat lain

dan sarana

tersedia dan kondisi sangat baik

3 (baik)

500 rn

Jalan aspal

lebar < 3 rn Asirnilasi, dorninan

budaya asli

Karnpung

Selanjutnya dilakukan penjumlahan nilai skor pada masing-masing kriteria

4 (sangat

baik)

Jalan aspal

lebar > 3 rn Lanskap dan

budaya asli

Karnpung Sade Sade

Terdapat ( < 3

lokasi) di

ternpat lain

Jumlah skor total 1-7 termasuk dalam kategori tidak potensial, skor 8-14 Hanya

terdapat di

Kampung

termasuk dalam kategori kurang potensial, skor 15-21 termasuk dalam kategori

cukup potensial, dan skor 22-28 termasuk dalam kategori sangat potensial

3.4. Metode Perencanaan

Metode perencanaan lanskap yang digunakan adalah metode

perencanaan menggunakan pendekatan sisi sediaan wisata budaya (Gunn,

1994). Proses perencanaan meliputi identikasi potensi obyek, analisis tapak,

(162)

Data yang diperoleh pada tahap inventarisasi atau identifikasi adalah

sistim kehidupan pemukiman dan sistim wisata budaya. Selanjutnya dilakukan

analisis terhadap sistirn kehidupan pemukirnan yang akan diperoleh deskripsi

lanskap Kampung Sade yang didalamnya terdapat atraksi wisata serta analisis

terhadap sistem wisata budaya akan diperoleh konsep sirkulasi dengan arus

wisatawannya. Kemudian dilakukan perencanaan terhadap hasil yang telah

diperoleh diatas sehingga diperoleh rencana lanskap wisata budaya.

3.5. Batasan

Batasan kawasan studi:

Kawasan Kampung Sade yang dianggap sebagai uniffsatuan lanskap

budaya yang meliputi permukiman, lahan pertanian, Masjid Kuno dan Makam

leluhur.

Batasan istilah:

Lanskap budaya adalah suatu kawasan geografis yang merupakan hasil

interaksi lanskap alami oleh suatu kebudayaan tertentu, dimana budaya adalah.

agennya, kawasan alami sebagai medium dan lanskap budaya sebagai hasilnya.

Pemukiman adalah kelompok unit kediaman orang-orang atau kelornpok

manusia pada suatu wilayah termasuk kegiatan-kegiatan serta fasilitas-fasilitas

sebagai akibat dari proses terbentuknya pemukiman ini.

Pariwisata adalah industri yang memanfaatkan lingkungan, budaya

maupun aset wisata lainnya dengan tujuan agar wisatawan mendapatkan

rekreasi.

Obyek wisata budaya merupakan tempat yang diwariskan dari kegiatan

manusia di masa lalu dengan cara merubah nilai

-

nilai alami yang ada dan

disesuaikan dengan kebutuhan mereka sehingga kawasan tersebut menjadi lebih

(163)

Perencanaan multidimensional yaitu mengintegrasikan sernua aspek

pendukung, meliputi aspek sosial, ekonomi, antropologi serta fisik yang terpusat

pada masa lalu , sekarang dan yang akan datang.

Sirkulasi, yaitu jalur yang dirancang pada suatu lokasi wisata dengan

tujuan untuk mengoptimalkan kepuasan pengunjung dan melindungi sumberdaya

wisata.

Arus wisatawan, yaitu jumlah kunjungan wisatawan pada suatu lokasi

wisata.

Atraksi wisata, segala sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan melalui

suatu pertunjukan (shows) yang khusus diselenggarakan untuk para wisatawan .

Sistem kehidupan pemukiman, yaitu suatu sistem yang terkait dengan

nilai dan norma kehidupan sosial yang dianut dan dikembangkan oleh suatu

masyarakat pada suatu lokasi permukiman.

Sistem wisata budaya, merupakan kegiatan wisata yang mernanfaatkan

nilai-nilai alami yang ada dan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat

setempat sehingga kegiatan tersebut menjadi lebih harmonis, menyenangkan

bagi wisatawan dan mempunyai keindahan.

Tataruang wisata, wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang wisata,

baik direncanakan maupun tidak.

Lanskap wisata budaya adalah suatu kawasan geografis dimana

ditampilkan ekspresi lanskap alami oleh suatu kebudayaan tertentu dan telah

memiliki permintaan secara ekonorni terhadapnya untuk kebutuhan wisata

(164)

BAB IV. KEADAAN

UMUM

DAERAH PENELlTlAN

4.1. Letak Geografis dan Keadaan Topografi

Karnpung Sade rnerupakan salah satu dusun yang terdapat pada Desa

Rambitan, Kecarnatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, 50 krn ke arah

Tenggara dari Matararn (Ibukota Nusa Tenggara Barat), 19 krn dari Praya

(Ibukota Kabupaten Lombok Tengah). Karnpung Sade terletak di pinggir jalan

menuju ke Pantai Kuta di Selatan Pulau Lornbok (Garnbar 5). Luas kawasan

Kampung Sade adalah sebesar 10 ha. Secara Geografis Karnpung Sade terletak

pada koordinat 08'50' LS dan 116' BT dengan batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Barat : Dusun Penyalu

Sebelah Utara : Dusun Selak

Sebelah Timur : Dusun Lentak

Sebelah Selatan : Dusun Selemang

(165)

Pernukirnan Karnpung Sade terletak pada ketinggian 120rn

-

126rn dpl

dengan topografi yang berbuki dan bergelombang. Di sebelah Utara dan Selatan

pernukirnan terletak persawahan dan iadang penduduk. Pernukirnan Karnpung

Sade terletak pada sebuah bukit sehingga pernukirnan dibuat berteras untuk

rnenghindari terjadinya erosi, berbeda dengan lahan persawahan yang

merupakan lahan datar.

4.2. Kependudukan

Karnpung Sade terdiri dari 124 KK dengan jumlah penduduk 625 jiwa,

rnayoritas penduduknya rnernpunyai rnata pencaharian utarna sebagai petani.

Karnpung Sade terrnasuk salah satu wilayah Desa Rarnbitan yang rnernpunyai

perturnbuhan penduduk sebesar 5,42 % atau 35 jiwa pertahun. Sedangkan untuk

laju perturnbuhan penduduk kecamatan sebesar 11,91 % atau 2.117 jiwa

pertahun. Jurnlah penduduk desa Rarnbitan 5.291 orang dengan kornposisi

penduduk laki-laki sejurnlah 2.551 orang dan penduduk perernpuan 2.740 orang

(BPS Loteng, 1998).

Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan perernpuan dalam analisis

dernografi diperoleh hasil sex ratio 0,89, yang berarti terdapat 100 penduduk

perernpuan berbanding 89 penduduk laki-laki. Jurnlah penduduk usia rnuda relatif

lebih besar dibanding dengan penduduk usia lanjut (Bappeda, 2000). Hal ini

menggambarkan bahwa potensi tenaga kerja yang tersedia di kawasan studi

cukup besar dan sebagian besar adalah tenaga kerja wanita. Hal ini diharapkan

dapat rnenunjang Pendapatan Regional Kabupaten Lornbok Tengah terutarna

dengan rnenggalakkan sektor pariwisata yang pada akhirnya dapat rnernacu

sektor-sektor lainnya, khususnya industri kerajinan sebagai cindera mata

(166)

Kegiatan industri yang ada di kawasan studi adalah kegiatan industri

rakyat berupa kerajinan tenun kain khas dan kegiatan jasa perdagangan cindera

maia berupa kerajinan dan ienun. Kegiatan ini merupakan kegiafan sampingan

penduduk dengan menjual hasil kerajinan kepada pengunjung yang datang ke

kawasan studi.

Penghasilan penduduk relatii rendah karena hanya rnengandalkan hasil

pertanian yang urnurnnya kurang baik pertumbuhannya. Untuk rnemperbaiki

perekonornian penduduk perlu dukungan sektor pariwisata sebagai penunjang,

dengan tetap rnernpertahankan sektor pertanian sebagai pekerjaan 1 penghasilan

utarna.

4.3. Arah Perkembangan Ekonomi Wilayah

Kabupaten Lornbok Tengah merupakan salah satu daerah otonomi

percontohan dari 7 KabupatenlKotarnadya yang ada di Propinsi Nusa Tenggara

Barat. Luas Wilayah Lombok Tengah 120.840 ha yang terdiri dari lahan sawah

sekitar 4399% dan lahan keting 56,51%. Menurut penggunaan lahan

sebarannya per kecamatan tidak rnerata rnenyebabkan tingkaffkondisi sosial

ekonorni masyarakat juga berbeda antar wilayah kecamatan.

Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lombok Tengah

mengalarni perturnbuhan positif sebesar 3,45 % pada tahun 1997 tetapi pada

tahun 1998 laju pertumbuhan ekonomi kabupaten ini menurun, bahkan defisit

sebesar 1,67 %. Pada tahun 1999 laju perturnbuhan ekonorni positi hingga

1,72 %. Terjadinya defisit terhadap pertumbuhan ekonorni ini rnerupakan dampak

dari krisis ekonorni yang rnelanda negara Indonesia, karena sektor pariwisata ini

merupakan kegiatan yang telah berskala nasional bahkan internasional

(167)

Mengenai kondisi pendapatan regional per kapita dan laju pertumbuhan

atas dasar harga berlaku dan harga konstan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Pendapatan regional perkapita dan laju pertumbuhan atas dasar harga berlaku dan harga konstan

Surnber : Renstra Kabupaten Lombok Tengah 2001-2005

Dari Tabel 5 dapat dilihat laju pertumbuhan pendapatan per kapita

Kabupaten Lombok Tengah tahun 1996 sebesar 6,74 % dan terus mengalarni

penurunan hingga -3,17 pada tahun 1998, tetapi pada tahun 1999 seiring

dengan pulihnya kondisi perekonomian di Indonesia, maka sudah mulai

mengalami kenaikan kembali hingga 0,04 %. Kabupaten Lornbok Tengah bila

dibandingkan dengan daerah lain di Pulau Lornbok rnaka angka defisit

pertumbuhan ekonorninya relatif lebih kecil. Hal ini disebabkan karena kabupaten

ini didominasi oleh :

a. Sektor usaha kecil dan kerajinan rumah tangga.

b. Sektor pertanian.

c. Sektor industri pengolahan.

d. Sektor pariwisata yang dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan

sektorlsub sektor lain yang terkait.

Sektor pertanian rnemberikan kontribusi yang besar terhadap

pembentukan PDRB, yaitu sebesar 41,66 % pada tahun 1998 dan 40,39 % pada

tahun 1999. Sedangkan sektor pariwisata dan perhotelan hanya rnernberi

kontribusi sebesar 18,04 % dan 17,42 % pada tahun 1998 dan 1999 (Bappeda

2000). Hal ini menunjukkan bahwa sektor yang lebih dorninan di Kabupaten

(168)

untuk wilayah dengan jenis tanah vertisol dan curah hujanlirigasi yang relatif

sedikit seperti kawasan Kampung Sade. Menurut Hardjowigeno (1993) tanah

vertisol akan efektif jika mendapat pengairan yang baik, karena tanah ini cocok

diolah sebagai sawah dengan komoditi padi dan akan menjadi pecah-pecah

dalam kondisi kering. Untuk mengatasi keterbatasan sektor pertanian dalam

meningkatkan PDRB ini maka diharapkan sektor pariwisata dapat mengambil

peranan yang lebih besar pada waktu mendatang.

4.4. Kondisi Sumberdaya Alam

4.4.1.Kondisi Tanah

Tanah di Kampung Sade bersifat keras dan retak-retak pada musim

kemarau, liat dan plastis di musim hujan. Berdasarkan klasifikasi tanah menurut

(FAOIUNESCO, 1974 dan USDA Soil Taxonomy, 1975 diacu dalam

Hardjowigeno 1993) jenis tanah seperti yang terdapat di Kampung Sade adalah

vertisol. Bahan induk tanah ini pada umurnnya bersifat alkalis, seperti batuan

sedimen berkapur, batuan beku basa, atau endapan aluvium dari bahan-bahan

tersebut.

Proses pembentukan tanah ini menghasilkan suatu bentuk mikritopografi

yang khusus yang terdiri dari cekungan dan gundukan kecil yang biasa disebut

topografi gilgai, disebut juga topografi poliginal, crabhole, Bay of Biscay, atau

hushabye. Kandungan liat pada tanah vertisol cukup tinggi yakni >30 % yang

didominasi oleh mineral liat 2 : 1 yang mudah mengembang dan mengkerut.

Pada musim kering tanah akan retak-retak karena mengkerutnya mineral liat

2 : 1. Retakan yang terjadi dapat mencapai kedalaman 1 m atau lebih, pada saat

itu tanah yang ada di permukaan bisa jatuh mengisi tempat yang kosong. Pada

musim hujan liat yang menjadi basah mengembang sehingga retakan tertutup.

(169)

tersebut bertambah. Proses ini menyebabkan terjadinya struktur-struktur bentuk

baji yang terjadi karena adanya gesekan antar agregat tanah. Perkembangan

tersebut dapat mendorong tanah ke samping atas sehingga terbentuklah mikro

relief yang disebut gilgai (Gambar. 6 ).

- -

.. - - .- .-

I

-

Bahan lndukp Bahan lnduk [image:169.602.92.472.158.384.2]

I

Gambar 6. Bentuk baji pada tanah vertisol

a. Penunjang Kegiatan Pertanian

Adanya kandungan liat yang mudah mengembang dan mengkerut yang

tinggi pada tanah vertisol merupakan masalah dalam pengelolaan tanah. Oleh

karenanya pertanian yang terdapat pada kawasan studi merupakan pertanian

lahan kering atau pertanian tadah hujan, dimana proses pelaksanaan kegiatan

penanaman dilakukan pada musim penghujan untuk padi dan penanaman pada

musim berikutnya adalah kedele kemudian pada musirn kemarau tidak ditanarni

(bero). Dalarn siklus tanam pada sistim pertanian dapat diiuliskan sebagai

berikut: padi

-

kedele

-

bero.

b. Penunjang Kontruksi Bangunan

Dalam bidang engineering, jenis tanah seperti pada lokasi studi banyak

menimbulkan masalah. Retakan yang tejadi dapat menyebabkan retaknya

(170)

mendirikan bangunan dengan bahan yang menyesuaikan dengan kondisi tanah

setempat yakni terbuat dari bedeg yang relatif lebih ringan dan elastis

dibandingkan dengan material lain. Adaptasi masyarakat yang lainnya adalah

membuat pemukiman pada daerah perbukitan. Hal ini terkait dengan upaya

pemanfaatan lahan datar sebagai lahan pertanian.

4.4.2. Keadaan Hidrologis

Kawasan Kampung Sade merupakan daerah kliiis air, sumber-sumber air

terbatas dan kering dimusim kemarau. Untuk kebutuhan hidup sehari-hari yaitu

untuk air minum, mandi dan cuci berasal dari sumur (mata air) dengan

kedalaman 6

-

12 m dan sebagian lagi dari embung. Sedangkan untuk

pengairan sawah berasal dari air hujan dan aliran irigasi yang berasal dari air

hujan yang ditampung dalam penampungan (embung).

Embung yang terdapat di Kampung Sade adalah Embung Tantih, terletak

850 m di Selatan pemukiman. Embung Tantih diresmikan pada tahun 1973,

dengan luas 2 ha, ketinggian air 7 m pada saat musim hujan dan 4,5 m pada

musim kemarau. Sumber air Embung Tantih berasal dari air hujan dan air dari

sungai Lenjer. Embung ini dapat mengairi sawah seluas 200 ha, akan tetapi saat

ini (tahun 2001) Embung Tantih mengalami pendangkalan, sehingga ketinggian

air hanya 1 m. Dengan ketinggian air 1 m di musim hujan dan kering pada saat

kemarau, maka volume air hanya 2.000.000 m3. sehingga sawah yang bisa diairi

hanya 0,14 % dari luas daerah layanan air semula.

Sangat sedikitnya air yang dapat ditampung oleh Embung Tantih

mengakibatkan sawah di kampung ini tidak dapat ditanami pada musim kemarau.

Hal ini disebabkan air yang tertampung pada musim hujan cepat habis I kering

(171)

tanarnan palawija dan juga karena proses evaporasi. Pertanian di daerah ini

dikenal dengan nama pertanian padi gogo rancah.

4.4.3 Kondisi lklim

Kawasan studi beriklirn tropis dengan rnusirn kernarau yang kering. Musirn

penghujan jatuh pada bulan Nopernber sarnpai dengan bulan Mei, dengan

jurnlah curah hujan 1000 sarnpai 1500 rnrn per tahun. Curah hujan diketahui

berpengaruh terhadap perencanaan dan perancangan suatu tapak untuk

kawasan wisata terutarna terhadap faktor kenyarnanan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika

Matararn, diketahui data rata-rata hari hujan dan curah hujan, rata-rata 8 sarnpai

dengan 13 hari hujan dan 101 sarnpai dengan 173 rnm curah hujan pertahun.

Data rata-rata penyinaran rnatahari 76 %, suhu dengan kisaran 21.6 sarnpai

27,6'C pertahun. Sedangkan rata-rata kelernbaban adalah 80,75 % sarnpai

83,58 % pada tahun 1996

-

2000 (Tabel 6).

Tabel 6. Rata-rata hari hujan, curah hujan, suhu, dan kelernbaban di Kecarnatan Pujut

Surnber: BMG Rernbiga, Arnpenan, 2001

a. Penunjang Pertanian

Kondisi iklirn sangat rnernpengaruhi aktifias kehidupan penduduk, antara

lain: (1) pertanian Gogo Rancah, ha1 ini disebabkan oleh tidak adanya sistem

pengairan yang rnernadai sehingga hanya tergantung curah hujan, dan (2) pola

tanam yang hanya dua kali setahun yaitu pada saat rnusirn hujan rnenanarn padi

(172)

b. Perumahan dan Pemukiman

Pola dan bentuk pemukiman serta perumahan Kampung Sade terlihat

menyesuaikan dengan pola iklim, antara lain: (1) rumah dibuat dengan bahan

yang berpori-pori (bedeg), sehingga sirkulasi angin ke dalam rumah lancar,

(2) atap rumah dibuat menjurai ke bawah, sehingga panas terik matahari dapat

ditahan oleh atap, (3) atap rumah dibuat dengan bahan alang-alang yang dapat

menyalurkan angin dan (4) tempat duduk untuk santai dan tamu dibuat di luar

(173)

BAB V. HASlL DAN PEMBAHASAN

5.1. Perkembangan Kepariwisataan

5.1.1. Kecenderungan Kepariwisataan

Kebijakan nasional menetapkan bahwa Provinsi Nusa Tenggara Barat

merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Indonesia, disamping

Bali, Tanah Toraja, Komodo dan daerah tujuan wisata lain di lndonesia.

Kebijakan ini merupakan satu peluang yang sangat besar dan harus

dimanfaatkan bagi kepentingan pembangunan pariwisata daerah terutama dalam

kaitannya dengan pengembangan ekonomi masyarakat serta upaya peningkatan

penerimaan daerah (Bappeda Kab.Loteng, 799411995)

Menurut Dinas Pariwisata Lombok Tengah (2000), pendapatan yang

berasal dari sektor pariwisata memberi kontribusi yang cukup besar terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lombok Tengah dan

kecenderungannya meningkat setiap tahun. Secara lebih terperinci mengenai

kondisi ini dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Kontribusi sektor pariwisata terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Lombok Tengah

Tahun Pendapatan asli daerah

I R n \

-

37,36

Sumber : Diparda Kab. Loteng, 2000

Penerimaan sektor pariwisata

10.238.300 12.372.550

160.858.929 4,12

859.523.490 24,Ol

Gambar

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian
Gambar 3. Peta Penyebaran Kawasan Pariwisata di Pulau Lombok.
Gambar 4. Peta Lokasi Karnpung Sade.
Tabel 3. Komponen data dan sumber data yang digunakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan Peta sebaran lokasi obyek wisata warisan budaya di Kawasan Kotagede, serta rekomendasi arahan pengembangan pada Kawasan Kotagede antara lain : pengoptimalan area

Permasalahan yang menjadi dasar pemikiran dalam kajian ini ialah bagaimana menggali potensi kawasan agar dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata pesisir, bagaimana

Desa Loyok merupakan kawasan industri kerajinan bambu yang memiliki potensi sebagai kawasan wisata budaya yang dapat dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata yang dapat

Judul Tesis : Analisis Pengelolaan dan Pemanfaatan lrigasi Embung pada Usahatani Sawah Tadah Hujan di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat1. Nama Lalu

• Fasilitas pendukung wisata tinggi (3) = Desa yang memiliki aksesibilitas dan sirkulasi yang sangat mendukung menuju kawasan tersebut dengan adanya lebih dari 2 fasilitas wisata

“Bentuk Perubahan Sosial Masyarakat sebagai Dampak Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika di Desa Kuta, Lombok Tengah – Nusa Tenggara Barat” berjalan lancar dengan adanya

Kesimpulan dari penelitian Peran Pemerintah Dalam Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah pemerintah

Konsep Perencanaan Wisata Konsep perencanaan pengembangan wisata pesisir Teluk Konga adalah ekowisata pesisir dimana pengem- bangan wisata didasarkan pada po- tensi lingkungan dan obyek