SKRIPSI
Oleh:
Ahmad Ikhsanuddin 20120210115
Program Studi Agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA
ii
PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI SUMBER KALIUM PADA BUDIDAYA KEDELAI EDAMAME (Glycine max L. Merrill)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian
Oleh:
Ahmad Ikhsanuddin 20120210115
Program Studi Agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA
iii
akan kelihatan nantinya. (Q.S. An Najm ayat 39-40)
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui. (Q.S Al-Baqarah 216)
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
iv
PERSEMBAHAN
Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku, sedih, bahagia, dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman bagiku, yang
telah memberi w arna-w arni kehidupanku. Engaku berikan aku kesempatan untuk bisa sampai
Di penghujung aw al perjuanganku Segala Puji bagi Mu ya Allah,
Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillahirobbil’alamin..
Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Tuhan yang Maha Agung nan Maha Tinggi nan Maha Adil nan Maha Penyayang, atas takdirmu telah kau jadikan aku manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah aw al bagiku untuk meraih cita-cita besarku.
Lantunan A l-fatihah beriring Shalaw at dalam silahku merintih, menadahkan
doa dalam syukur yang tiada terkira, terima kasihku untukmu. Kupersembahkan
sebuah karya kecil ini untuk Ayahanda dan Ibundaku tercinta, yang tiada pernah
hentinya selama ini memberiku semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang
serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku.,, Ayah,.. Ibu...terimalah bukti kecil ini sebagai kado
keseriusanku untuk membalas semua pengorbananmu.. dalam hidupmu demi hidupku
kalian ikhlas mengorbankan segala perasaan tanpa kenal lelah, dalam lapar berjuang
separuh nyaw a hingga segalanya
Terimakasih kuucapkan Kepada Teman seperjuangan Agrotek nologi C’12.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya bagi
penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan proses penyusunan skripsi yang
merupakan salah satu prasyarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya
kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segenap
kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak berikut.
1. Ir. Sarjiyah, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian dan pembimbing II, yang
telah meluangkan waktu dan pemikirannya dalam membimbing penulis sejak
usulan penelitian, pelaksanaan percobaan hingga menyelesaikan skripsi ini.
2. Ir. Mulyono, M. P selaku pembimbing I, terima kasih bimbingan, dan saran
kepada penulis sejak usulan penelitian, pelaksanaan percobaan hingga penulisan
skripsi ini selesai.
3. Semua dosen Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian UMY, terima kasih atas
semua jasa Bapak dan Ibu dosen.
4. Kepada Bapak, Ibu beserta seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan
moril, material dan doa yang tiada putus
5. Seluruh teman-teman Agroteknologi 2012 yang dengan semangat membantu
proses penelitian ini.
6. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah memberikan
kontribusinya dalam membantu pelaksanaan penelitian ini.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amalan
yang akan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Yogyakarta, Januari 2017
viii
x
xii
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas pemberian abu sekam padi sebagai sumber kalium pengganti pupuk KCl pada budidaya Kedelai Edamame. Penelitian telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian UMY, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y pada bulan Juli sampai Oktober 2016.
Penelitian dilakukan dengan percobaan dalam polybag menggunakan Rancangan faktor tunggal yang disusun dalam Rancangan Lingkungan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang dicobakan : 100 % KCl + 0 % abu sekam padi, 75 % KCl + 25 % abu sekam padi, 50 % KCl + 50 % abu sekam padi, 75 % KCl + 25 % abu sekam padi, 0 % KCl + 100 % abu sekam padi. Setiap perlakuan diulang 3 kali, dan setiap ulangan terdiri dari 4 sampel. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (Analysis Of Variance) pengamatan pada taraf 5 % untuk mengetahui pengaruh perlakuan, apabila hasil yang diperoleh ada beda nyata maka dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5 %.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Aplikasi abu sekam padi efektif dapat menggantikan peran pupuk KCl sebagai sumber K dari 25 % sampai dengan 100 % pada budidaya kedelai edamame
xiii
source of Kalium substitute from KCl fertilizer on the cultivation of Edamame Soybean. This research was conducted in the experimental land of Faculty of Agriculture UMY, Tamantirto, Kasihan, Bantul, D.I.Y in July to October 2016.
This research was conducted by experiment in polybag using single factor pattern compiled in complete randomized environmental design (CRD). The treatment tested was : 100 % KCl + 0 % rice husk ash, 75 % KCl + 25 % rice husk ash, 50 % KCl + 50 % rice husk ash, 75 % KCl + 25 % rice husk ash, 0 % KCl + 100 % rice husk ash. every treatment was repeated 3 times, and every replications consisting of 4 samples. Data research were analyzed using ANOVA (Analysis Of Variance) observations at the level of 5% to determine the effect of treatment, the results obtained when there is a real difference then continued with Duncan Multiple Range Test (DMRT) at the 5% significance level.
The results showed that the application of rice husk ash can effectively replace the role of KCl fertilizer as a source of K from 25 % to 100 % on the cultivation of edamame soybean.
1
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedelai edamame atau kedelai sayur (vegetable soybean) termasuk salah
satu spesies (Glycine max (L.) Merr). Kedelai sayur adalah jenis kedelai yang
dipanen ketika polongnya masih muda, yaitu ketika pengisian biji sudah hampir
penuh (80–90 % pengisian). Kedelai edamame memiliki peranan yang penting
sebagai bahan makanan dan untuk kesehatan. Edamame mempunyai kandungan
protein yang kandungan proteinnya yang tinggi, yaitu antara 35-45 % serta
mengandung zat anti kolesterol sehingga sangat baik untuk dikonsumsi.
Masyarakat Indonesia pada umumnya mengkonsumsi kedelai dalam bentuk
olahan, hanya sebagian kecil masyarakat menengah ke atas yang mengkonsumsi
kedelai segar. Penggunaan kedelai segar sekitar 5 % dari total hasil panen
(Soewanto et al, 2007).
Edamame mempunyai peluang sebagai komoditas ekspor dengan nilai jual
yang tinggi yang dapat meningkatkan devisa negara. Hal ini dapat disebabkan,
Impor edamame ke Jepang mencapai 60.000-70.000 ton/tahun (Soewanto 2007).
Kebutuhan tersebut dipenuhi, sebagian dipasok dari Cina yang menguasai 50 %,
Taiwan 35 % sisanya disuplai oleh Thailand, Vietnam dan termasuk Indonesia.
Pada tahun 2005 Indonesia mengekspor 665 ton edamame segar beku, setara
dengan 0,96 % kebutuhan impor edamame Jepang. hal tersebut menggambarkan
pasar ekspor edamame masih terbuka luas. Selain itu, harga edamame di pasar
karena di Jepang edamame termasuk tanaman tropis dan dijadikan sebagai sayuran
serta cemilan kesehatan, begitu juga di Amerika kedelai ini dikategorikan sebagai
healthy food. Berdasarkan peranan dan tingginya permintaan membuat tanaman ini
memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi sehingga tanaman ini potensial untuk
dikembangkan. Kedelai edamame dapat tumbuh baik di daerah beriklim tropis dan
subtropis pada suhu cukup panas dan curah hujan yang relatif tinggi, sehingga kedelai
ini cocok ditanam di Indonesia.
Pupuk kalium merupakan sumber dari salah satu nutrisi makro yang penting
untuk tanaman edamame yang terus mengalami peningkatan harga dipasaran, karena
fakta bahwa pupuk K harus diimpor dari negara lain. Di sisi lain tanaman edamame
juga perlu nutrisi dalam jumlah besar dalam aplikasi di lapangan, kebutuhan
edamame yang dominan terhadap pasokan kalium sebesar 100–140 kg ha-1 yang
sebagian besar dalam bentuk pupuk KCl dibanding nitrogen hanya 50–80 kg ha-1
(Konovsky et al., 1994). Oleh karena itu, dibutuhkan alternatif pupuk K lainnya untuk memenuhi kebutuhan K untuk tanaman edamame. Salah satu kemungkinan
untuk menggantikan pupuk KCl yang umum digunakan dalam budidaya edamame
adalah penggunaan abu sekam padi.
Sekam padi merupakan produk samping yang melimpah dari hasil
penggilingan padi dan selama ini banyak digunakan sebagai bahan bakar untuk
pembakaran batu bata, pembakaran untuk memasak atau dibuang begitu saja.
3
lingkungan, 20 % dari berat padi adalah sekam padi dan bervariasi dari 13-29 % dari
sekam padi adalah abu sekam yang selalu dihasilkan setiap kali sekam padi
dibakar (Hara, 1986; Krishnarao, dkk 2000 dalam Putro dan Prastyoko, 2007).
Abu sekam padi mengandung beberapa unsur hara yaitu P 0,20 %; K 1,21 %; Ca dan
Mg (me/100g) 0,26 dan 0,12 (Raihan dkk.,2005). Abu sekam padi merupakan bahan
organik yang dapat menambahkan unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan
untuk proses metabolism tanaman. Pemberian abu sekam padi sebagai sumber unsur
hara terutama sebagai pupuk kalium dan silikon, merupakan alternatif bagi petani
untuk mengurangi dosis penggunaan pupuk anorganik NPK dan lebih berorientasi
pada pertanian berwawasan lingkungan.
Pemberian abu sekam padi dapat meningkatkan produksi kedelai telah
dilaporkan antara lain oleh Sudaryono (2002), kombinasi 5 ton pupuk kandang
dengan 2 ton abu sekam/h dapat meningkatkan hasil biji kedelai tertinggi. Abu sekam
padi tersebut dengan dosis 2 ton/h mempunyai pengaruh yang sama dengan KCl pada
dosis 150 kg/h. Akan tetapi pemberian abu sekam padi tanpa kombinasi juga dapat
meningkatkan produksi tomat yaitu 50 g/tanaman seperti yang dilaporkan oleh
Kiswondo (2011). Hasil penelitian Adri dan Veronica (2005) menunjukkan bahwa
pemupukan kalium memberikan respon yang baik pada pertumbuhan dan hasil
jagung manis, pemberian kalium dosis 100 kg/h memberikan hasil tertinggi dan
terendah pada pemberian dosis kalium 0 kg/h. Berbagai hasil penelitian ini
menunjukkan pentingnya untuk mempelajari lebih lanjut penggunaan abu sekam padi
B. Perumusan Masalah
Ekspor kedelai sayur atau kedelai edamame yang semakin meningkat maka
perlu meningkatkan produksi terhadap edamame. Salah satu upaya untuk
meningkatkan produksi kedelai edamame adalah dengan mengembangkan tanaman
edamame Indonesia secara intensif agar dapat memenuhi kebutuhan pasar. Usaha
meningkatkan produksi dan kualitas tanaman edamame ini, salah satunya dilakukan
dengan penambahan abu sekam padi, sebagai sumber Kalium alami ke dalam media
tanam edamame.
Peran kalium dalam pertumbuhan telah diakui berpengaruh terhadap hasil
beberapa tanaman kacang-kacangan. Akan tetapi, pemberian kalium sebagian besar
dalam bentuk pupuk KCl yang terus mengalami peningkatan harga di pasaran, karena
fakta bahwa pupuk K harus impor dari negara lain (Sujarwo, dkk. 2009) untuk itu
penambahan kalium perlu menggunakan alternatif dengan kalium alami yaitu abu
sekam padi. Pemberian abu sekam yang optimal pada tanaman diharapkan mampu
memasok unsur hara kalium yang dibutuhkan tanaman sehingga akan meningkatkan
produksi dan kualitas tanaman edamame indonesia. Dengan demikian pemberian
pupuk KCl diharapkan dapat dikurangi.
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui efektifitas pemberian abu sekam padi sebagai sumber kalium
5
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Kedelai Edamame (Glycine max L. Merril)
1. Klasifikasi dan Morfologi Kedelai
Tanaman kedelai dikenal dengan beberapa nama botani Glycine soja dan
Soja max. Kedelai termasuk dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta,
sub-divisi Angiospermae, kelas Dicotyledoneae, ordo Rosales, famili Leguminosae,
sub-famili Papilionaceae, genus Glycine, spesies Glycine max (L.) Merr.
(Adisarwanto 2005). Berbagai varietas edamame yang pernah dikembangkan di
Indonesia antara lain Ocunami, Tsuronoko, Tsurumidori, Taiso dan Ryokkoh.
Warna bunga varietas Ryokkoh adalah putih, sedangkan varietas yang lainnya
ungu. Saat ini varietas yang dikembangkan untuk produk edamame beku adalah
Ryokkoh asal Jepang dan R 75 asal Taiwan (Soewanto et al. 2007)
Edamame merupakan tanaman semusim, tumbuh tegak, daun lebat,
dengan beragam morfologi. Tinggi tanaman edamame berkisar antara 30 sampai
lebih dari 50 cm, bercabang sedikit atau banyak, bergantung pada varietas dan
lingkungan hidupnya. Tanaman kedelai memiliki daun majemuk yang terdiri atas
tiga helai anak daun (trifoliolat) dan umumnya berwarna hijau muda atau hijau
kekuning-kuningan (Irwan 2006). Bentuk daun kedelai ada yang bulat (oval) dan
lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik
(Andrianto dan Indarto 2004). Daun pertama yang keluar dari buku sebelah atas
Daun-daun yang terbentuk kemudian adalah daun-daun trifoliolat (Soewanto et al.
2007).
Tanaman kedelai memiliki sistem perakaran tunggang, yang bercabang
membentuk akar sekunder. Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar
adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Akar tunggang pada kedelai
umumnya tumbuh mencapai kedalaman 30-50 cm, bahkan dapat mencapai 2 meter
pada kondisi tanah yang optimal. Akar sekunder tumbuh mencapai 20-30 cm ke
dalam tanah. Pada akar cabang terdapat bintil akar yang merupakan simbiosis bakteri
Rhizobium dengan tanaman kedelai, bintil akar berfungsi untuk menambat N2 dari
udara bebas (Andrianto dan Indarto 2004).
Pertumbuhan batang kedelai memiliki dua tipe yaitu determinate dan
indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan atas keberadaan
bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate dicirikan dengan
tidak tumbuhnya lagi batang setelah tanaman mulai berbunga, sedangkan tipe
indeterminate dicirikan dengan masih tumbuhnya batang dan daun setelah tanaman
berbunga (Adisarwanto 2005). Selain itu terdapat varietas tanaman kedelai hasil
persilangan yang mempunyai tipe batang yang mirip keduanya sehingga
dikategorikan sebagai semi-determinate atau semi-indeterminate (Irwan 2006).
Kedelai berbunga sempurna, yaitu memiliki benang sari dan putik dalam satu
bunga. Mahkota bunga akan rontok sebelum membentuk polong (Rukmana dan
Yuniarsih 1996). Bunga kedelai menyerupai kupu-kupu, berwarna putih atau ungu.
7
setiap ketiak daun beragam antara 2-25 bunga bergantung pada kondisi lingkungan
tumbuh dan varietas. Bunga kedelai pertama pada umumnya terbentuk pada buku ke
lima, ke enam, atau pada buku yang lebih tinggi. Periode berbunga pada tanaman
kedelai cukup lama yaitu 3-5 minggu untuk daerah subtropik dan 2-3 minggu di
daerah tropik (Departemen Pertanian 1989). Tanaman kedelai di Indonesia mulai
berbunga pada umur 30-50 hari setelah tanam (Fachruddin 2000).
Polong kedelai terbentuk 7-10 hari setelah munculnya bunga mekar. Jumlah
polong yang terbentuk pada setiap ketiak daun beragam antara 1-10 polong. Jumlah
polong pada setiap tanaman dapat mencapai lebih dari 50 bahkan ratusan. Kulit
polong kedelai berwarna hijau, sedangkan biji bervariasi dari kuning, hijau sampai
hitam. Pada setiap polong terdapat biji yang berjumlah 1, 2 dan 3 biji, polong kedelai
berukuran 5,5 cm sampai 6,5 cm bahkan ada yang mencapai 8 cm. Biji berdiameter
antara 5 mm sampai 11 mm (Andrianto dan Indarto 2004).
Berdasarkan ukuran bijinya, kedelai dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok:
a. Berbiji kecil, bobot biji 6-15 g/100 biji, umumnya dipanen dalam bentuk biji
(grain soybean), pada saat tanaman berumur tiga bulan.
b. Berbiji besar, dengan bobot biji 15-29 g/100 biji, ditanam di daerah tropik
maupun subtropik, dipanen dalam bentuk biji. Hasil biji umumnya digunakan
sebagai bahan baku minyak, susu dan makanan lain.
c. Berbiji sangat besar, bobot 30-50 g/100 biji, biasanya ditanam di daerah
polong segar masih berwarna hijau, disebut juga kedelai sayur (vegetable
soybean), dipanen pada umur dua bulan. Kelompok kedelai ini di Jepang
disebut edamame (Chen et al. 1991).
Persyaratan kedelai edamame lebih ditekankan kepada ukuran polong muda
(lebar 1,4-1,6 cm, dan panjang 5,5-6,5 cm), warna biji kuning hingga hijau, bentuk
biji bulat hingga bulat telur dan warna hillum gelap hingga terang
(Shanmugasundaram et al. 1991).
2. Syarat Tumbuh dan Budidaya Kedelai Edamame
Pertumbuhan tanaman kedelai sangat dipengaruhi oleh curah hujan, radiasi
matahari dan suhu (Baharsjah 1980). Tanaman kedelai cocok ditanam di lahan
terbuka pada suhu 24-30 0C. Suhu yang optimal dalam proses perkecambahan kedelai
sekitar 30 °C, sedangkan untuk pembungaan 24-25 °C. Kedelai termasuk tanaman
hari pendek sehingga tidak akan berbunga bila panjang hari melebihi batas kritis yaitu
15 jam perhari. Jika varietas kedelai yang berproduksi tinggi dari daerah subtropik
dengan panjang hari 14-16 jam, ditanam di daerah tropik dengan rata-rata panjang
hari 12 jam maka varietas tersebut akan mengalami penurunan produksi, karena masa
bunganya menjadi pendek yaitu dari umur 50-60 hari menjadi 35 hari sampai 40 hari
setelah tanam (Rubatzky dan Yamaguchi 1998).
Di Indonesia, tanaman kedelai dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran
rendah sampai daerah dengan ketinggian 1200 m dari atas permukaan laut
9
pada pada ketinggian tidak lebih dari 500 meter di atas permukaan laut. Kedelai dapat
tumbuh baik pada tanah-tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol, dan andosol.
Selain itu kedelai menghendaki tanah yang subur, gembur dan kaya bahan organik,
dengan keasamaan tanah (pH) yang cocok berkisar antara 5,8-7,0 (Nazzarudin 1993).
Menurut Samsu (2001), budidaya tanaman kedelai edamame sebagai berikut :
a. Persiapan bahan tanam
Kualitas benih sangat menentukan keberhasilan usaha tani kedelai. Pada
penanaman kedelai, biji atau benih ditanam secara langsung, sehingga apabila
kemampuan tumbuhnya rendah, jumlah populasi persatuan luas akan berkurang.
Di samping itu, kedelai tidak dapat membentuk anakan sehingga apabila benih
tidak tumbuh, tidak dapat ditutup oleh tanaman yang ada. Oleh karena itu, agar
dapat memberikan hasil yang memuaskan, harus dipilih varietas kedelai yang
sesuai dengan kebutuhan, mampu beradaptasi dengan kondisi lapang, dan
memenuhi standar mutu benih yang baik. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan
dalam pemilihan varietas yaitu umur panen, ukuran dan warna biji, serta tingkat
adaptasi terhadap lingkungan tumbuh yang tinggi.
b. Persiapan media tanam
Tanah yang digunakan untuk media tanam diambil dari lapisan atas dengan
kedalaman 0-20 cm, lalu dikering anginkan selama 2-4 hari. Kemudian ditumbuk
dan disaring dengan saringan berukuran 2 mm lalu tanah ditimbang sebanyak
tanah dilakukan untuk mendapatkan media tanam yang bersih (dari ranting, akar
tanaman, dan batu) sebelum dimasukkan ke dalam polybag.
c. Penanaman
Penanaman benih kedelai edamame dilakukan dengan cara ditugal, dengan
kedalaman ± 3 cm. Benih kedelai edamame ditanam 3 biji/lubang tanam dan
ditutup dengan tanah secara merata dan tidak dipadatkan. Penanaman yang
dilakukan sesuai dengan pernyataan Susila (2006), bahwa benih cukup ditanam 3
biji/lubang tanam untuk setiap lubang. Penanaman kedelai edamamedengan jarak
tanam 20 x 20 cm.
d. Pemeliharaan
1. Penyulaman
Penyulaman tanaman kedelai edamame dilakukan 1 minggu setelah tanam
(MST). Tanaman kedelai yang tidak tumbuh atau kena hama dan penyakit
dilakukan penyulaman. Penyulaman kedelai edamame dilakukan dengan
mengganti benih yang tidak tumbuh dengan cara pindah tanaman dari
tanaman kedelai edamame yang tumbuh dua tanaman perlubang.
Penyulaman yang dilakukan sesuai pernyataan Mashar (2010) yaitu pindah
tanam dari tanaman yang seumuran merupakan cara penyulaman terbaik.
Dilakukan pada saat tanaman berumur 8 hari setelah tanam (HST).
2. Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 7 HST, penyiangan
11
dilakukan penyiangan agar tidak menggugurkan bunga dan dilakukan setelah
tanaman berhenti berbunga. Penyiangan dilakukan dengan cara
membersihkan gulma yang berada disekitar tanaman.
3. Pemupukan
Pemupukan kedelai edamame meliputi, pupuk kandang, pupuk dasar dan
pupuk susulan. Pemberian pupuk kandang dilakukan 7 hari sebelum tanam,
disebar rata diatas permukaan bedengan atau dicampur rata dengan media
tanam, dengan dosis 20 ton pupuk kandang /h. Pupuk dasar diberikan 3 hari
sebelum tanam dengan cara ditaburkan secara merata di sekitar perakaran
tanaman. Pupuk dasar yang digunakan adalah SP-36 200 kg/ha. Pemupukan
susulan dilakukan pada saat tanaman berumur 10 HST terdiri dari KCl 50
kg/ha, Urea 150 kg/ha dan Za 50 kg/ha. Pemupukan susulan yang kedua
pada saat tanaman berumur 21 HST terdiri dari KCl 100 kg/ha, Urea 50
kg/ha dan Za 100 kg/ha. (cybex.pertanian.go.id).
4. Penyiraman
Penyiraman dilakukan sampai air dalam kapasitas lapang, penyiraman
dilakukan sehari sekali serta memperhatikan kondisi tanaman.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Edamame tidak luput terkena serangan organisme pengganggu tanaman
(OPT) baik hama maupun penyakit. Pengendalian dilakukan secara terpadu
sesuai dengan jenis hama maupun penyakitnya. Penggunaan pestisida
edamame biasanya sama dengan OPT yang menyerang kedelai, sehingga
pengendaliannya tidak jauh berbeda dengan pengendalian pada kedelai.
Lalat pucuk, ulat grayak, penggerek batang, dan jamur dapat dikendalikan
dengan Reegent 50 C dengan dosis 1 g/liter air dan Ingrofol 50 WP dengan
dosis 1,5 l/ha.
e. Panen
Kedelai edamame umumnya dipanen pada umur 65-68 hari setelah tanam (HST)
pada saat polongnya masih berwarna hijau, pengisian polong masih belum
maksimal dan kadar air biji masih tinggi yaitu pada tahap pertumbuhan R6 (Adie
dan Krisnawati, 2007).
3. Kandungan Gizi dan Manfaat Kedelai
Setiap 100 gram kedelai edamame mengandung protein 30,20 g, kalori 286
kal, lemak 15,6 g, kalsium 196 mg, fosfor 506 mg, besi 6,90 mg, vitamin A 95 SI,
vitamin B1 0,93 mg, karbohidrat 30,1 g dan air 20 g (Samsu 2001).
Kedelai berperan penting dalam penyediaan bahan pangan bergizi bagi
penduduk dunia, sehingga disebut “ Gold from the soil “ dan disebut juga “ The
world’s miracle “ karena kandungan asam aminonya yang tinggi. Tiap satu gram
asam amino kedelai mengandung 340 mg isoleusin, 480 mg leusin, 400 mg lisin, 310
mg fenilalanin, 200 mg tirosin, 80 mg metionin, 110 sistin, 250 mg treonin, 90 mg
triptofan dan 330 mg valin. Selain berguna untuk mencukupi kebutuhan gizi tubuh,
13
menunjukkan bahwa kedelai berkhasiat mencegah kanker dan jantung koroner.
Senyawa fenolik dan asam lemak tak jenuh yang terdapat dalam kedelai dapat
menghalangi munculnya bentuk senyawa nitrosiamin (senyawa karsinogenik
penyebab kanker). Di samping itu, kadar lecitin dalam kedelai juga dapat
menghancurkan timbunan lemak dalam tubuh, sehingga secara tidak langsung dapat
menekan penyakit darah tinggi dan diare. Kandungan kalsium yang tinggi pada
edamame dapat menjadikan tulang dan gigi kuat dan membantu mencegah penyakit
jantung dan kanker usus besar. Edamame juga mengandung kadar zat besi yang
cukup tinggi, folate dan vitamin B yang berguna untuk memperlancar aliran darah
dan meningkatkan kandungan oksigen di dalam darah. Dengan demikian otak dan
otot dapat bekerja secara optimal (Samsu 2001).
Kedelai juga dapat meningkatkan metabolisme dan kadar energi, dan
membantu membangun otot dan sel-sel sistem imun. Selain itu, kedelai edamame
juga mengandung isoflavon. Isoflavon dalam kedelai merupakan antioksidan
penangkal radikal bebas, meningkatkan sistim kekebalan dan menurunkan resiko
pengerasan arteri (artherosclerosis) dan tekanan darah tinggi. Berbagai hasil
penelitian yang telah dilakukan di Jepang menyatakan, bahwa wanita Jepang yang
mengkonsumi kedelai secara rutin memiliki resiko terserang kanker payudara pada
tingkat lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi kedelai
(Stephan 2009). Oleh karena itu kebutuhan kedelai segar akan terus meningkat
seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan makanan
B. Kalium
Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah nitrogen dan fosfor. Ia diserap
tanaman dalam jumlah mendekati atau bahkan kadang-kadang melebihi jumlah
nitrogen seperti tanaman umbi-umbian walaupun kalium tersedia dalam tanah
terdapat dalam jumlah yang terbatas. Jika kalium di dalam tanah tidak mencukupi
untuk pertumbuhan maka tanaman akan menderita kekurangan kalium dan
produksinya berkurang (Hakim dkk,1986)
Fungsi utama kalium (K) ialah membantu pembentukan protein dan
karbohidrat. Kalium juga berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun,
bunga, dan buah tidak mudah gugur. Yang tidak bisa dilupakan ialah kalium pun
merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan
penyakit (Lingga dan Marsono, 2004).
Kalium diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Di dalam tanah, ion
tersebut bersifat sangat dinamis. Tak mengherankan jika mudah tercuci pada tanah
berpasir dan tanah dengan pH rendah. Dari ketiga unsur hara makro yang diserap oleh
tanaman (N, P, K), kaliumlah yang jumlahnya paling melimpah di permukaan bumi
(Novizan, 2005).
Dalam pemupukan kalium, perlu diperhatikan jumlah kalium yang tersedia di
dalam tanah (hasil analisa tanah). Pada tanah ber-pH rendah ketersediaan kalium
15
basa (alkali) yang menunjukkan pencucian kalium dapat ditukar terbatas (Gardner
dkk, 1991).
C. Abu Sekam Padi
Menurut Badan Pusat Statistik (2011), Indonesia memiliki sawah seluas 12,84
juta hektar yang menghasilkan padi sebanyak 65,75 juta ton. Limbah sekam padi
yang dihasilkan sebanyak 8,2 sampai 10,9 ton. Potensi limbah yang besar ini hanya
sedikit yang baru dioptimalkan. Secara tradisional, sekam padi biasanya hanya
digunakan sebagai bahan bakar konvensional (Danarto, et al., 2010).
Sekam padi merupakan bagian pelindung terluar dari padi (Oryza sativa). Dari
proses penggilingan dihasilkan sekam sebanyak 20-30 %, dedak 8-12 % dan beras
giling 52 % bobot awal gabah (Hsu dan Luh, 1980). Pada proses penggilingan padi,
sekam akan terpisah dari butiran beras dan menjadi bahan sisa atau limbah
penggilingan. Karena bersifat abrasif, nilai nutrisi rendah, bulk density rendah, serta
kandungan abu yang tinggi membuat penggunaan sekam padi terbatas. Diperlukan
tempat penyimpanan sekam padi yang luas sehingga biasanya sekam padi dibakar
untuk mengurangi volumenya. Jika hasil pembakaran sekam padi ini tidak
digunakan, akan menimbukan masalah lingkungan (Hsu dan Luh, 1980).
Salah satu proses untuk meningkatkan manfaat sekam padi adalah sebagai
pupuk organik berupa abu sisa pembakaran sekam padi. Abu sekam padi berwarna
putih keabuan, abu sekam merupakan bahan berserat mengandung selulosa, lignin,
87-97 %, serta mengandung hara yaitu P 0,20 %; K 1,21 %; Ca dan Mg (me/100g)
0,26 dan 0,12 (Raihan dkk, 2005).
D. Hipotesis
Aplikasi 50 % abu sekam padi efektif dapat menggantikan sumber kalium 50 % dari
16
III.
TATA CARA PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul,
D.I.Y. Waktu pelaksanaannya pada bulan Juli sampai dengan Oktober 2016.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan–bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai
Edamame, abu sekam padi, polybag, pupuk Urea, Za, SP36, KCl dan insektisida.
Alat–alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah hand sprayer, cangkul,
penggaris, alat tulis, timbangan, kertas label dan alat-alat yang mendukung
penelitian ini.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental dalam polybag
menggunakan Rancangan perlakuan faktor tunggal dan disusun dalam Rancangan
Lingkungan Acak Lengkap. Perlakuan yang dicobakan adalah imbangan abu
sekam padi dan pupuk KCl sebagai sumber K yang terdiri dari 5 perlakuan yaitu :
100 % KCl + 0 % Abu Sekam Padi, 75 % KCl + 25 % Abu Sekam Padi, 50 %
KCl + 50 % Abu Sekam Padi, 25 % KCl + 75 % Abu Sekam Padi, dan 0 % KCl
+ 100 % Abu Sekam Padi.
Setiap perlakuan diulang 3 kali, sehingga terdapat 15 unit perlakuan dan
setiap ulangan terdiri dari 4 sampel, sehingga jumlah keseluruhan unit penelitian
D. Cara Penelitian
1. Persiapan Media Tanam
Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah Regosol dari lahan
percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Tanah tersebut sebelum digunakan, dikeringanginkan terlebih dahulu,
kemudian diayak dengan ayakan yang berukuran 2 mm. sampel tanah tersebut
diambil untuk diukur kadar air tanahnya. Kebutuhan tanah per polybag
didapatkan dari perbandingan antara lubang tanam per hektar dengan jarak
tanam 20 x 20 cm dengan berat tanah satu hektar adalah 2,8 x 105 kg jika
diasumsikan kedalaman akar adalah 20 cm. Adapun perhitungan kebutuhan
tanah per polybag (lampiran 2.)
2. Perlakuan (Aplikasi Abu Sekam Padi)
Aplikasi abu sekam padi dilakukan satu kali selama penanaman yaitu 7 hari
perhitungan. Abu sekam padi yang telah ditimbang kemudian aplikasikan
18
persiapan media tanam yaitu 7 hari sebelum tanam. Sedangkan pupuk KCl
diaplikasikan dengan cara ditabur diatas media tanam. Pemupukan pertama
diberikan 1/3 dosis KCl pada saat 10 HST dan pemupukan kedua diberikan 2/3
dosis KCl pada saat 21 hari setelah tanam.
3. Penanaman
Sebelum dilakukan kegiatan penanaman terlebih dahulu dilakukan penyiraman
air hingga 100 % kapasitas lapang, pemupukan serta pemasangan label pada
setiap polybag. Pemupukan ini meliputi pupuk kandang dan pupuk dasar.
Pemberian pupuk kandang dilakukan 7 HST, dicampur rata pada media tanam
masing-masing polybag dengan dosis 20 ton/ha dan pemupukan 200 kg/h SP36.
Pemupukan dilakukan dengan mencampurkan pupuk secara merata pada tanah
dalam setiap polybag. penanaman benih kedelai edamame dilakukan dengan
cara ditugal, dengan kedalaman ± 3 cm. Benih kedelai edamame ditanam 3
biji/lubang tanam (Gambar 7.b) dan ditutup dengan tanah secara merata dan tidak
dipadatkan. Setelah tanaman berumur dua minggu setelah tanam, dilakukan
penjarangan dengan menyisakan satu tanaman yang pertumbuhannya terbaik.
4. Pemupukan
Pemupukan susulan dilakukan pada saat 10 HST yaitu pupuk urea 150 kg/h, Za
50 kg/h dan 50 KCl. Susulan kedua pada saat 21 HST yaitu Urea 50 kg/h,
Za 100 kg/h dan KCl 100 kg/h (lampiran 4)
5. Penyiraman
dilakukan sehari sekali serta memperhatikan kondisi tanaman.
6. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pada fase vegetatif terjadi gejala serangan belalang dan ulat grayak ditandai
dengan daun yang berlubang (Gambar 7.f). Sedangkan hama ulat perusak daun
menggerombol yang menyerang tanaman lebih menyukai pucuk tanaman. Akibat
serangan hama tersebut, daun muda dan pucuk tanaman berlubang-lubang.
Pengendalian dilakukan secara mekanis dengan membersihkan lahan dan
memusnahkan telur dan larva atau pupa ulat grayak dan melakuan penyemprotan
dengan insektisida Regent. Pengendalian dilakukan sedini mungkin untuk
mencegah serangan yang lebih meluas lagi pada tanaman yang lain. Serangan M.
dolichostigma yaitu larva menggerek pucuk batang kedelai yang berumur 2-8
minggu, sehingga pucuk tanaman menjadi layu dan kering (Gambar 7.g).
Pengendalian yang dilakukan adalah dengan cara aplikasi Reegent 50 C dengan
dosis 1 g/liter air.
7. Panen
Panen dilakukan pada saat umur 65-75 hari setelah tanam (HST). Panen
dilakukan secara bertahap dengan interval 4 hari sekali. Dengan ciri panen warna
polong hijau terang agak sedikit keabu-abuan, ukuran panjang ± 5 cm dan lebar
1,4 cm dengan jumlah biji dua atau lebih. Panen polong dilakukan secara manual
20
E. Parameter yang Diamati 1. Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang yang berbatasan dengan
permukaan tanah sampai titik tumbuh atau ujung batang utama. Pengamatan
dimulai saat tanaman berumur 14-42 hari setelah tanam, dengan interval 4 hari
sekali.
2. Jumlah Daun (Helai)
Jumlah daun dihitung berdasarkan banyaknya daun yang tumbuh, dan dilakukan
saat tanaman berumur berumur 14-42 hari setelah tanam, dengan interval 4 hari
sekali.
3. Jumlah Cabang (Cabang)
Perhitungan dilakukan untuk menentukan jumlah cabang pada setiap tanaman
yaitu dengan menghitung cabang pada bagian tanaman yang tumbuh.
pengamatan dilakukan saat tanaman berumur berumur 14-42 hari setelah tanam,
dengan interval 4 hari sekali.
4. Bobot Segar Tajuk (g)
Bobot segar tanaman merupakan bobot bagian tajuk tanaman setelah dipanen
yaitu 68 HST. Bagian tajuk dipisahkan dari akar tanaman dengan cara memotong
pada pangkal batang kemudian ditimbang dengan menggunakan timbangan
analitik.
Bobot kering tajuk merupakan bobot bagian tajuk tanaman setelah dioven pada
suhu 70 ºC selama 48 jam , kemudian ditimbang dengan menggunakan
timbangan analitik.
6. Bobot Segar Akar (g)
Bobot segar akar diperoleh setelah dilakukan panen pada umur 68 HST dengan
cara menimbang bagian akar yang sudah dipisahkan dari tajuk dan dibersihkan
dari kotoran yang ada, kemudian akar ditimbang dengan menggunakan
timbangan analitik.
7. Berat Kering Akar (g)
Bobot kering akar diperoleh dengan cara menimbang bagian akar yang sudah
dipisahkan dari tajuk dan dibersihkan dari kotoran yang ada, kemudian dioven
pada suhu 70 ºC selama 48 jam (sampai kering mutlak), kemudian ditimbang
dengan menggunakan timbangan analitik.
8. Jumlah Polong Isi per Tanaman (polong)
Perhitungan dilakukan pada saat panen dengan menghitung total polong isi per
tanaman
9. Persentase Polong Isi (%)
Perhitungan persenrase polong isi dilakukan dengan menghitung jumlah polong
isi dalam satu tanaman dibagi dengan jumlah polong yang terbentuk kemudian
dikalikan 100%. Rumus :
22
10.Bobot Segar Polong Isi per Tanaman (g)
Perhitungan dilakukan pada saat panen dengan menimbang total polong isi yang
dipanen.
11.Hasil polong per Satuan Luas (ton/ha)
Hasil polong per satuan luas diperoleh dari bobot segar polong kemudia n
dikonversikan ke dalam ton/h. Rumus yang digunakan adalah :
Hasil kedelai/h : 10.000 m2 x bobot segar polong/tanaman Jarak tanam (m2)
F. Analisa Data
Analisis data hasil pengamatan dilakukan dengan Sidik Ragam (Analysis Of Variance) yang disajikan dalam bentuk tabel anova dengan taraf nyata 5 %. Apabila
diperoleh hasil beda nyata antar perlakuan yang dicobakan maka dilakukan uji lanjut
23
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tinggi Tanaman
Hasil sidik ragam tinggi tanaman disajikan pada Lampiran 6.a. Hasil sidik
ragam tinggi tanaman menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata kombinasi
perlakuan dosis pupuk KCl dan abu sekam padi terhadap tinggi tanaman kedelai
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa pemberian kombinasi pupuk
KCl dan Abu sekam padi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman
kedelai. Pada semua perlakuan (100 % KCl + 0 % Abu Sekam Padi, 75 % KCl +
25 % Abu Sekam Padi, 50 % KCl + 50 % Abu Sekam Padi, 25 % KCl + 75 %
Abu Sekam Padi, dan 0 % KCl + 100 % Abu Sekam Padi) menunjukan hasil
pertumbuhan yang relatif sama. Dengan tidak adanya perbedaan tersebut,
menunjukkan bahwa abu sekam padi dapat menggantikan atau mensubstitusi
pupuk KCl dalam budidaya kedelai edamame.
Berdasarkan kenyataan ini jelas terlihat bahwa unsur kalium yang terdapat
24
maka memberikan pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman
kedelai edamame. Menurut Tisdale dan Nelson (1963) unsur kalium lebih berperan
terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman terutama pada bagian yang sedang aktif
bertumbuh yaitu pada bagian meristim ujung (pucuk) dan terdapatnya juga dalam
jumlah yang lebih banyak pada jaringan tersebut dibandingkan dengan bagian yang
lebih tua. Grafik pertumbuhan vegetatif yaitu tinggi tanaman kedelai dapat dilihat
pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman Kedelai Terhadap Pemberian Pupuk KCl dan Abu Sekam Padi
pertumbuhan terlihat melambat. Hal tersebut dikarenakan pada umur tersebut kedelai
edamame sudah memasuki fase berbunga sehingga perkembangan tinggi tanaman
kemudian melambat, karena sebagian besar asimilat digunakan untuk organ generatif
untuk pembentukan polong dan pengisian biji.
B. Jumlah Daun
Hasil sidik ragam jumlah daun disajikan pada Lampiran 6.b. Hasil sidik
ragam jumlah daun menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata kombinasi perlakuan
dosis pupuk KCl dan abu sekam padi terhadap pertambahan jumlah daun tanaman
kedelai pada akhir pengamatan umur 42 HST. Rerata jumlah daun kedelai umur 42
HST disajikan pada Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2., dapat dilihat bahwa pemberian kombinasi pupuk KCl
dan Abu sekam padi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman kedelai.
Pada semua perlakuan (100 % KCl + 0 % Abu Sekam Padi, 75 % KCl + 25 % Abu
Sekam Padi, 50 % KCl + 50 % Abu Sekam Padi, 25 % KCl + 75 % Abu Sekam Padi,
dan 0 % KCl + 100 % Abu Sekam Padi) menunjukan hasil pertambahan daun yang
relatif sama. Dengan tidak adanya perbedaan tersebut, menunjukkan bahwa abu
sekam padi dapat menggantikan atau mensubstitusi pupuk KCI dalam budidaya
Kedelai Edamame.
Dari hasil diatas diketahui bahwa perlakuan kombinasi pupuk KCl dan Abu
Sekam Padi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur 42 HST, hal
ini dikarenakan pupuk KCl dan Abu Sekam Padi sebagai sumber K tersedia pada
semua perlakuan sehingga memberikan pengaruh yang sama terhadap jumlah daun.
26
untuk mengaktifkan kerja beberapa enzim (seperti enzim asetik thiokinase,
aldolase, piruvat kinase, sintesa tepung, glutamil sintetase, suksinil Co-A dan
ATP-ase), sehingga memacu translokasi karbohidrat dari akar tanaman ke
organ tanaman yang lain, sehingga mempengaruhi pertumbuhan daun tanaman
juga menambah jumlah daun dan luas daun tanaman.
Menurut penelitian Suyamto (1999), bahwa dengan mengkombinasikan antara
air tersedia dan pupuk KCl menghasilkan kenyataan bahwa pada 75–100 % kapasitas
lapang dengan pupuk KCl dapat meningkatkan ketahanan terhadap hama dan
penyakit tanaman, memperbanyak jumlah daun, memperlebar luas daun,
meningkatkan laju pertumbuhan tanaman dan memperbanyak jumlah polong isi
beberapa varietas yang berbeda. Grafik pertumbuhan vegetatif yaitu jumlah daun
tanaman kedelai dapat dilihat pada Gambar 2.
K2 = 50 % KCl + 50 % Abu Sekam Padi K3 = 25 % KCl + 75 % Abu Sekam Padi K4 = 0 % KCl + 100 % Abu Sekam Padi HST = Hari Setelah Tanam
Gambar 2, menunjukkan bahwa jumlah daun yang diamati secara periodik
pada setiap empat hari sekali mengalami peningkatan mulai dari hari ke-14 sampai
dengan hari ke-38, dan pada hari ke 38-42 peningkatan jumlah daun sudah mulai
terlihat stagnan. Pada kondisi umur 42 HST, tanaman sudah memasuki fase generatif
sehingga asimilat yang diproduksi lebih banyak dialokasikan pada organ generatif
yaitu biji, sehingga pertumbuhan organ vegetatif termasuk daun sudah terhambat.
C. Jumlah Cabang
Hasil sidik ragam jumlah cabang disajikan pada Lampiran 6.c. Hasil sidik
ragam jumlah cabang menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata kombinasi perlakuan
dosis pupuk KCl dan Abu Sekam Padi terhadap pertambahan jumlah cabang tanaman
kedelai pada akhir pengamatan umur 42 HST. Rerata jumlah cabang kedelai umur 42
HST disajikan pada Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa pemberian kombinasi pupuk KCl
dan Abu Sekam Padi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang tanaman
kedelai. Pada semua perlakuan (100 % KCl + 0 % Abu Sekam Padi, 75 % KCl + 25
% Abu Sekam Padi, 50 % KCl + 50 % Abu Sekam Padi, 25 % KCl + 75 % Abu
Sekam Padi, dan 0 % KCl + 100 % Abu Sekam Padi) menunjukan hasil pertambahan
28
bahwa Abu Sekam Padi dapat menggantikan atau mensubstitusi pupuk KCI dalam
budidaya Kedelai Edamame.
Banyaknya jumlah daun tanaman edamame berpengaruh atau berkorelasi
dengan jumlah cabang, karena cabang kedelai tumbuh diatas tangkai daun pada
buku-buku, akan tetapi jumlah cabang akan lebih sedikit dengan jumlah daun. Hal ini
disebabkan tumbuhnya daun pada buku-buku, selanjutnya akan diikuti oleh
tumbuhnya cabang dan bunga, atau salah satu cabang atau bunga. Banyaknya jumlah
buku per tanaman berpengaruh banyaknya jumlah daun. Meningkatnya jumlah daun
berpengaruh pada banyaknya jumlah cabang dan jumlah polong yang terbentuk pada
setiap ketiak tangkai daun (Bakhtiar dkk, 2014 ; Fattah, 2010 ; Pakpahan, 2009).
Hasil pengamatan jumlah cabang tanaman Kedelai Edamame dapat dilihat pada
Gamba
r 3.
K0 = 100 % KCl + 0 % Abu Sekam Padi K1 = 75 % KCl + 25 % Abu Sekam Padi K2 = 50 % KCl + 50 % Abu Sekam Padi K3 = 25 % KCl + 75 % Abu Sekam Padi K4 = 0 % KCl + 100 % Abu Sekam Padi HST = Hari Setelah Tanam
Berdasarkan Gambar 3., terlihat jumlah cabang tanaman Kedelai Edamame
perlakuan 75 % KCl + 25 % Abu Sekam Padi dan 25 % KCl + 75 % Abu Sekam
Padi pada umur 14 hari setelah tanam sudah muncul cabang, selanjutnya pada umur
18-22 hari setelah tanam jumlah cabang kedelai perlakuan 100 % KCl + 0 % Abu
Sekam Padi, 50 % KCl + 50 % Abu Sekam Padi dan 0 % KCl + 100 % Abu Sekam
Padi baru mulai muncul. Pada saat berumur 2-8 minggu tanaman edamame terkena
Serangan M. dolichostigma yaitu larva menggerek pucuk batang kedelai. Serangan
penggerek pucuk pada tanaman kedelai mengakibatkan pucuk tanaman mati. Matinya
pucuk menyebabkan pertumbuhan tunas apikal terhambat sehingga merangsang
terbentuknya cabang baru
Menurut Matthew dkk., (2000), Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor , antara lain adalah Zat Pengatur Tumbuh pada tanaman
(plant regulator). Auksin dibentuk di koleoptil atau ujung batang dan akar yang
berfungsi pada pemanjangan tunas apikal (tunas pertama yang tumbuh cepat), akibat
dari dominansi apikal, yaitu terhambatnya per tumbuhan tunas lateral (tunas ketiak
30
Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa pemberian kombinasi pupuk KCl
dan Abu Sekam Padi tidak berpengaruh nyata terhadap bobot segar dan kering tajuk
kedelai. Pada semua perlakuan (100 % KCl + 0 % Abu Sekam Padi, 75 % KCl + 25
% Abu Sekam Padi, 50 % KCl + 50 % Abu Sekam Padi, 25 % KCl + 75 % Abu
Sekam Padi, dan 0 % KCl + 100 % Abu Sekam Padi) menunjukan hasil bobot segar
dan kering tajuk yang relatif sama. Dengan tidak adanya perbedaan tersebut,
menunjukkan bahwa Abu Sekam Padi dapat menggantikan atau mensubstitusi pupuk
KCI dalam budidaya Kedelai Edamame.
Bobot segar tajuk merupakan hasil akumulasi fotosintat dalam bentuk
biomasa tanaman dan kandungan air pada daun. Menurut Lahadassy (2007), untuk
maupun unsur hara agar peningkatan jumlah maupun ukuran sel dapat mencapai
optimal serta memungkinkan adanya peningkatan kandungan air tanaman yang
optimal pula. Dijelaskan oleh Loveless (1987), bahwa sebagian bobot segar tajuk
disebabkan oleh kandungan air. Air berperan dalam turgiditas sel, sehingga sel-sel
daun akan membesar.
Menurut Simatupang (1992), unsur hara yang tersedia saat pertumbuhan
menyebabkan proses fotosintesis berjalan dengan aktif, sehingga pemanjangan dan
pembelahan sel-sel akan lebih cepat. Seiring dengan bertambahnya sel tanaman maka
akan diikuti dengan bertambahnya jumlah daun dan tinggi tanaman. Unsur K dapat
berpengaruh terhadap pembentukan meristem sehingga mempengaruhi laju
fotosintesis yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman baik vegetatif maupun
generatif. Selain itu unsur K berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim, reaksi
fotosintesis dan respirasi, serta berperan dalam translokasi karbohidrat ke dalam
tubuh tanaman (Lakitan, 1993).
Produksi tanaman biasanya lebih akurat dinyatakan dengan ukuran bobot
kering daripada dengan bobot basah, karena bobot basah sangat dipengaruhi oleh
ketersedian air (Sitompul dan Guritno, 1995). Hasil bobot kering merupakan
keseimbangan antara fotosintesis dan respirasi. Fotosintesis mengakibatkan
peningkatan berat kering tanaman karena pengambilan CO2 sedangkan respirasi
mengakibatkan penurunan bobot kering karena pengeluaran CO2 (Gardner
dkk.,1991). Semua Perlakuan memiliki ketersedian unsur hara makro K yang sama
32
Hal ini berkaitan dengan adanya kation K+ pada sel-sel di dalam daun
mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata, sehingga mengakibatkan proses
fotosintesis dapat berlangsung dan menghasilkan fotosintat yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Fotosintat yang terbentuk ditranslokasikan
ke bagian-bagian vegetatif tanaman yaitu untuk pemeliharaan dan pembentukan
organ-organ baru, termasuk didalamnya daun yang bertambah lebar dan akan
memperluas permukaan untuk proses fotosintesis. Dijelaskan pola oleh Wolf et al.,
(1976 dalam Gardner et al., 1991), bahwa Kalium berperan penting dalam
fotosintesis karena secara tidak langsung meningkatkan pertumbuhan dan indeks luas
daun, meningkatkan asimilasi CO2 serta meningkatkan translokasi hasil fotosintesis
ke luar daun. Peningkatan unsur Kalium sampai batas tertentu akan meningkatkan
25 % KCl + 75 % Abu Sekam Pad 19,50 3,29
0 % KCl + 100 % Abu Sekam Padi 15,45 2,81
Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa pemberian kombinasi pupuk KCl
dan Abu Sekam Padi tidak berpengaruh nyata terhadap bobot segar dan kering akar
kedelai. Pada semua perlakuan (100 % KCl + 0 % Abu Sekam Padi, 75 % KCl + 25
% Abu Sekam Padi, 50 % KCl + 50 % Abu Sekam Padi, 25 % KCl + 75 % Abu
Sekam Padi, dan 0 % KCl + 100 % Abu Sekam Padi) menunjukan hasil bobot segar
dan kering akar yang relatif sama. Dengan tidak adanya perbedaan tersebut,
menunjukkan bahwa Abu Sekam Padi dapat menggantikan atau mensubstitusi pupuk
KCI dalam budidaya Kedelai Edamame.
Perlakuan pupuk KCl, Abu Sekam Padi dan kombinasi keduanya berpengaruh
tidak nyata terhadap bobot segar dan kering akar. Tidak berpengaruhnya seluruh
perlakuan terhadap bobot segar dan kering akar disebabkan karena jumlah unsur hara
terutama unsur K diberikan dalam dosis yang sama sesuai dengan rekomendasi yaitu
150 kg/h yang dapat tersedia dari suplai KCl maupun Abu Sekam Padi.
Unsur hara K selain berfungsi meningkatkan pertumbuhan generatif tanaman
juga dapat meningkatkan pertumbuhan akar. Menurut Sari, dkk (2012) unsur kalium
berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan akar. Leiwakabessy, dkk (2003)
menambahkan bahwa unsur kalium yang cukup akan memperbesar pertumbuhan
akar. semakin banyaknya unsur kalium yang tersedia bagi tanaman maka
34
Meningkatnya bobot segar dan kering akar tanaman dipengaruhi oleh
pemberian unsur kalium, karena unsur kalium merupakan unsur hara yang penting
terutama pada pertumbuhan awal tanaman untuk perkembangan reproduksinya.
Unsur hara kalium yang cukup berhubungan dengan pertumbuhan akar tanaman
(havlin et al, 1999). Pengaruh yang sama pada semua perlakuan (100 % KCl + 0 %
Abu Sekam Padi, 75 % KCl + 25 % Abu Sekam Padi, 50 % KCl + 50 % Abu Sekam
Padi, 25 % KCl + 75 % Abu Sekam Padi, dan 0 % KCl + 100 % Abu Sekam Padi)
terhadap bobot segar dan kering akar dikarenakan pupuk kalium dapat menstimulasi
pertumbuhan akar dan dapat memperbaiki struktur tanah (hsieh,1990).
F. Jumlah dan Presentase Polong Isi per Tanaman
25 % KCl + 75 % Abu Sekam Padi 35,25 97,24
0 % KCl + 100 % Abu Sekam Padi 32,00 99,47
Berdasarkan Tabel 5., dapat dilihat bahwa pemberian kombinasi pupuk KCl
dan Abu Sekam Padi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah dan persentase polong
isi kedelai. Pada semua perlakuan (100 % KCl + 0 % Abu Sekam Padi, 75 % KCl +
25 % Abu Sekam Padi, 50 % KCl + 50 % Abu Sekam Padi, 25 % KCl + 75 % Abu
Sekam Padi, dan 0 % KCl + 100 % Abu Sekam Padi) menunjukan jumlah dan
persentase polong isi yang relatif sama. Dengan tidak adanya perbedaan tersebut,
menunjukkan bahwa Abu Sekam Padi dapat menggantikan atau mensubstitusi pupuk
KCI dalam budidaya Kedelai Edamame.
Pengaruh yang sama pada seluruh perlakuan terhadap jumlah polong isi
kedelai hal ini diduga karena semua perlakuan mampu memenuhi ketersedian unsur
K di dalam tanah. Pemberian pupuk kalium berhubungan dengan pembentukan biji
dalam polong tanaman. Pemberian Kalium berperan sebagai katalisator dalam
pembentukan tepung, gula dan lemak serta dapat meningkatkan kualitas hasil yang
berupa terbentuknya bunga dan polong isi tanaman, seperti yang dilaporkan oleh
Setyamidjaya (1986). Penambahan pupuk Kalium yang tepat juga akan
mempengaruhi penampakan fisik polong yang besar dan bernas, karena cadangan
makanan yang ditimbun semakin banyak, selain itu unsur Kalium juga dapat
membantu meningkatkan serapan unsur lainnya khususnya N dan P.
Pada semua perlakuan (100 % KCl + 0 % Abu Sekam Padi, 75 % KCl + 25
36
Sekam Padi, dan 0 % KCl + 100 % Abu Sekam Padi) menunjukan hasil persentase
yang sama. Dengan tidak adanya perbedaan tersebut, menunjukkan bahwa Abu
Sekam Padi dapat menggantikan atau mensubstitusi pupuk KCI dalam budidaya
Kedelai Edamame.
Peningkatan polong isi tersebut sangat dipengaruhi oleh adanya cadangan
unsur Kalium yang cukup, seperti yang sudah dibahas pada pembahasan sebelumnya
bahwa unsur kalium merupakan unsur essensial yang diperlukan tanaman dalam
jumlah yang cukup banyak pada saat pembentukan biji berlangsung, terutama pada
tanaman kacang-kacangan.
Firmansyah, 2007 menyatakan kekurangan unsur K menyebabkan tanaman
cepat menjadi tua, pemasakan biji yang tidak merata, ukuran biji yang tidak normal
dan persentase kehampaan biji yang tinggi.
G. Bobot Segar dan Hasil Polong Isi
Hasil sidik ragam bobot segar polong isi per tanaman dan hasil polong (ton/h)
disajikan pada Lampiran 6.j dan 6.k. Hasil sidik ragam bobot segar polong isi per
tanaman dan hasil polong (ton/h) menunjukkan bahwa tidak ada beda nyata
kombinasi perlakuan dosis pupuk KCl dan Abu Sekam Padi terhadap bobot segar
polong isi per tanaman dan hasil polong (ton/h) kedelai setelah panen pada umur 68
HST. Rerata bobot segar polong isi per tanaman dan hasil polong (ton/h) kedelai
umur 68 HST disajikan pada Tabel 6.
Perlakuan Bobot Segar
Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa pemberian kombinasi pupuk KCl
dan Abu Sekam Padi tidak berpengaruh nyata terhadap bobot segar polong isi dan
hasil polong (ton/h) kedelai. Pada semua perlakuan (100 % KCl + 0 % Abu Sekam
Padi, 75 % KCl + 25 % Abu Sekam Padi, 50 % KCl + 50 % Abu Sekam Padi, 25 %
KCl + 75 % Abu Sekam Padi, dan 0 % KCl + 100 % Abu Sekam Padi) menunjukan
hasil bobot segar polong isi dan hasil polong (ton/h) yang relatif sama. Dengan tidak
adanya perbedaan tersebut, menunjukkan bahwa Abu Sekam Padi dapat
menggantikan atau mensubstitusi pupuk KCI dalam budidaya Kedelai Edamame.
Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah polong isi yang dihasilkan
mempengaruhi bobot segar polong yang dihasilkan. Hasil jumlah polong isi yang
tidak berbeda nyata maka menyebabkan bobot segar polong isi tidak berbeda pula.
Dimana dalam hal ini pupuk yang diberikan pada tanaman kedelai cukup atau
terserap oleh tanaman sehingga berat yang dihasilkan juga meningkat. Haryanto
(1985) menjelaskan fosfor dapat meningkatkan jumlah bunga yang terbentuk dan
bobot kering biji kedelai. Pemberian Kalium juga berperan sebagai katalisator dalam
38
berupa terbentuknya bunga dan polong isi tanaman, seperti yang dilaporkan oleh
Setyamidjaya (1986).
Hasil polong per luasan (ton/ha) perlakuan 100 % KCl + 0 % Abu Sekam Padi
diperoleh yaitu 19,32 ton/h, 75 % KCl + 25 % Abu Sekam Padi : 18,61 ton/h, 50 %
KCl + 50 % Abu Sekam Padi : 17,85 ton/h, 25 % KCl + 75 % Abu Sekam Padi :
20,27 ton/h dan 0 % KCl + 100 % Abu Sekam Padi : 19,75 ton/h. Berdasarkan
deskripsi tanaman kedelai (Lampiran 5.) Hasil produksi Kedelai Edamame ditempat
asalnya produksi edamame dapat mencapai 8-9 ton/h.
Raintung (2010) menyatakan hasil yang tinggi diduga karena tanaman mampu
memanfaatkan P dan K yang tersedia dalam tanah. Pupuk KCl yang mengandung
unsur K yang mempunyai peranan dapat menghalangi efek rebah dan memberikan
ketahanan tanaman terhadap penyakit (Mapegau, 2006).
Sama halnya dengan KCl, Abu Sekam Padi juga memiliki kandungan K selain
itu abu sekam juga memiliki kandungan Si. Si juga dapat menguatkan batang
sehingga tanaman tahan rebah (Yamaji et al., 2007). Sehingga pemberian unsur hara
Si dan K dapat memperkuat dan memperkeras jaringan tanaman yang berakibat pada
ketegaran tanaman sehingga batang dan daun-daun tanaman dapat tumbuh tegak dan
lurus (Fairhust et al., 2007), hal tersebut mengakibatkan proses fotosintesis dapat
berlangsung dengan baik dan menghasilkan fotosintat sehingga dapat meningkatkan
38
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :
Aplikasi Abu Sekam Padi efektif dapat menggantikan peran pupuk KCl
sebagai sumber K dari 25 % sampai dengan 100 % pada budidaya Kedelai Edamame.
B. Saran
Untuk mendapatkan potensi hasil kedelai yang baik, disarankan menggunakan
Abu Sekam Padi sebagai sumber K karena Abu Sekam Padi lebih ramah lingkungan,
39
DAFTAR PUSTAKA
Adie, M.M dan A. Krisnawati. 2007. Peluang peningkatan kualitas biji kedelai. Prosiding. Risalah Seminar. 23 November 2008. Badan Litbang Pertanian. pp.216-230.
Adisarwanto, T., 2005. Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.
Adri Haris dan Veronica Krestiani. 2005. Studi Pemupukan Kalium Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt) Varietas Super Bee. Jurnal Ilmiah Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus. ISSN : 1979-6870.
Andrianto, T.T. dan N. Indarto, 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang, Absolut, Yogyakarta
Baharsjah JS. 1980. Pengaruh naungan pada berbagai tahap perkembangan dan populasi tanaman terhadap pertumbuhan, hasil dan komponen hasil kedelai (Glycine max (L) Merr) [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Bakhtiar, Taufan, Hidayat, dan Y. Jufri. 2014. Keragaan pertumbuhan dan komponen hasil beberapa varietas unggul kedelai di Aceh Besar. Universitas Syiah Kuala, Aceh. Jurnal Floratek 9: 46 – 52.
Chen, T. H., M. S. Chen, et al. (1991). "Distribution system power flow analysis-a rigid approach." IEEE Transactions on Power Delivery 6(3): 1146-1152
Cybex.pertanian.go.id (Kementerian Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian). 2014. Budidaya Edamame
http://cybex.pertanian.go.id/materilokalita/detail/9125/budidaya-edamame, diakses pada tanggal 5 November 2016
Danarto, Y.C., Nur, A., Setiawan, D.P., dan Kuncoro, N.D. (2010). Pengaruh Waktu Operasi Terhadap Karakterstik Char Hasil Pirolisis Sekam Padi Sebagai Bahan Pembuatan Nano Struktur Supermikrosporous Carbon. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia. Yogyakarta. Hal. 1-2.
Departemen Pertanian. 1989. Upaya Peningkatan Produksi Kedelai. Balai Informasi Pertanian Sumatra Utara. Medan. diakses pada tanggal 5 November 2016
40
Kalium. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Gardner, F. P. ; R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan: Herawati Susilo. UI Press, Jakarta.
Hakim N.Nyakpa M.Y.Nugroho S.G.B.Barley H.H. 1986. Dasar-dasar Imu Tanah.Penerbit Universitas Lampung, Lampung. Penebar
Hara, 1986; Krishnarao, dkk 2000 dalam Putro, A.L., dan Prasetyoko, D., 2007. Abu Sekam Padi Sebagai Sumber Silika Pada Sintesis Zeolit ZSM-5 Tanpa Menggunakan Templat Organik. Akta Kimindo. Vol. 3(1), hal. 33-36
Haryanto. 1985. “Pengaruh Pemupukan Fosfor pada Tiga Metoda Pengolahan Tanah terhadap Hasil dan Komponen Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merr.)”. Laporan Karya Ilmiah. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Insititut Pertanian Bogor
Havlin, J.L., J.D Beaton ., S.L Tisdale., and W.l. Nelson. 1999. Soil Fertility and Fertilizers. An Introduction to Nutrient Management. Sixth ed. Prentice Hall, New Jersey
Hsieh, S.C and C. F. Hsieh. 1990. The Uses of Organic Matter In Crop Production. Paper Presented at Seminar on The Uses of Organic Fertilizers in Crop Production, at Suweon, South Korea, 18-24 June 1990.
41
Lahadassy J, Mulyati AM, Sanaba AH. (2007). Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Padat Daun Gamal terhadap Tanaman Sawi, Jurnal Agrisistem, Vol 3.
Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT Raja grafindo Persada,Jakarta
Leiwakabessy M., U.M. Wahjudin, Suwarno. 2003. Kesuburan Tanah. IPB, Bogor
Lingga dan Marsono, 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk, Redaksi Agromedia, jakarta
Loveless A.R.1987. Prinsip-prinsip Fisiologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik. Jakarta : Gramedia
Mapegau. 2006. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai.Fakultas Pertanian. Universitas Jambi. Jambi
Mashar A Z. 2010. Budidaya kedelai dengan teknologi bio perforasi.
diaksespada tanggal 5 November 2016
Mathew, J.P., S.J. Herbert, S. Zhang, A.A.F. Rautenkranz, G.V. Litchfield. 2000.
Nazarudin. 1993. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Jakarta. Penebar Swadaya.
Novizan, 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Pakpahan, G.T. 2009. Evaluasi karakter agronomi beberapa varietas tanaman kedelai (Glycine max L.). Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Raihan, S., Hairunsyah, A. Noor, dan Y. Raihana. 2005. Peranan Beberapa Macam Bahan Organik dan Pupuk Kalium terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung di Lahan Kering. http://www.google.com/scholar, diakses pada tanggal 5 November 2016
42
Samsu, H. S. 2001. Membangun Agroindustri Bernuansa Ekspor: Edamame ( vegetable soybean). Graha Ilmu dan Florentina. Jember.
Sari, Diana Novita., Kurniasih, Surti., Rostikawati, Teti. 2012. Pengaruh Pemberian Mikroorganisme Lokal (MOL) Bonggol Pisang Nangka
Terhadap Produksi Rosela (Hibiscus
sabdariffa l). http://ejournal.unpak.ac.id. Program Studi biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan Bogor.
Setyamidjaja, D., 1986. Pupuk dan Pemupukan. Simplex, Jakarta
Simatupang, S. 1992. Pengaruh Beberapa Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Wortel (Daucus carota). Jurnal Hortikultura 2(1) : 16-18 Sitompul, S.M dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Soewanto, H., A. Prasongko dan Sumarno 2007. Agribisnis edamame untuk ekspor. p.416-443. Dalam Sumarno, Suyamto, A. Widjono, Hermanto dan H. Kasim (Eds.): Kedelai. Teknik Produksi dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. 521 p.
Sudaryono, 2002. Sumber K Alternatif dan Peranan Pupuk Kandang pada Tanaman Kedelai di Lahan Kering Alfisol dan Vertisol. Prosiding Seminar Hasil Penelitian. Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor
Susila A D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Bagian Produksi Tanaman Departemen Agronomi dan Horticultura, IPB