• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU DIET PASIEN DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU DIET PASIEN DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU DIET PASIEN DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:

DENDA FENTI ARISUWITA 20120320112

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU DIET PASIEN DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:

DENDA FENTI ARISUWITA 20120320112

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(3)
(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertandatangan di bawah ini

Nama : Denda Fenti Arisuwita

NIM : 20120320112

Program Studi : IlmuKeperawatan

Fakultas : KedokterandanIlmuKesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumberin formasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan daripenulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 30 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan rahmat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, karunia, dan hidayahNya, karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan kepada orang-orang tercinta yang telah mendukung skripsi ini terselesaikan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia penulis haturkan rasa syukur dan terimakasih kepada:

1. Allah SWT, karena hanya atas izin dan karuniaNyalah maka skripsi ini dapat dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada Tuhan penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan segala do’a.

2. Bapak dan Ibu,Raden Singgih dan Denda Ratnawa yang telah memberikan dukungan moril maupun materi serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan penulis, karena tiada kata seindah lantunan do’a dan tiada do’a yang paling khusuk selain do’a yang terucap dari orang tua. Ucapan terimakasih saja takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan orang tua, karena itu terimalah persembahan bakti dan cinta untuk kalian bapak ibuku.

3. Ibu Dosen pembimbing, Ibu Yanuar Primanda, S.Kep., Ns., MNS., HNC yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya menjadi lebih baik. Terimakasih banyak Ibu dosen atas jasa yang akan selalu terpatri di hati.

(6)

v

mengoreksi dan memberikan masukan serta saran untuk menyempurnakan karya tulis ilmiah ini.

5. Suami tercinta yang senantiasa memberikan dukungan, semangat yang tiada henti untuk saya, terimaksih atas semua yang telah diberikan selama ini, dari sebelum kita dihalalkan hingga kini kita telah dihalalkan dan dipersatukan, namun dukungan dan semangatmu tidak pernah surut sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya, trimaksih banyak suamiku tercinta dan sudah menjadi imam dalam hidupku.

6. Sahabat dan Teman Tersayang yaitu gank Bolang (Winda, Novia, Erna, Elok, Zuli, Muslim, Banu, Adel, Novi, Vicky, Desi), sahabat kos Mawar sahabat sekaligus saudara Vina Glaeli Pratiwi, Yayuk Wahyuni, Eka Widya Wati, Nurani Anggi Sagita, Zulfin Hriani, sahabat rempong Sely Febrianti, Asri, Novi, sahabat satu bimbingan Upik Mei, Nur Saadah, Nurdina (Dina Ryosuke), Agus gunadi (gugun) tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian semua tak akan mungkin penulis sampai disini, terimakasih untuk dukungan dan semangat kalian, dan perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih untuk kenangan manis yang telah mengukir selama ini.

(7)

vi MOTTO

Dan bila aku sakit Dialah yang menyembuhkanku “ (Q.S. AsySyua’ara 26:80)

“Setiap penyakit ada obatnya.Jika obat itu tepat mengenai sasarannya, maka dengan izin Allah penyakit itu sembuh (HR.Muslimdan Ahmad)

“Jadikanlah kegagalan suatupelajaran awa ldari keberhasilan dan bagi

orang-orang yang mampu belajar dari kegagalan akan lebih tegar dalam menghadapi

setiap cobaan, sehingga yakinlah kamu bahwa kegagalan merupakan sukses

yang tertunda makaberusahalah” (H.R Bukhari Muslim)

“Bacalah dengan menyebut namatu hanmu yang menciptakan, dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan Tuhan mulah yang

Maha Mulia, yang mengajar manusia dengan pena, Dia mengajarkan manusia

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, petunjuk, karunia serta Anugerah-Nya sehingga peneliti dapat menyusun proposal penelitian yang berjudul “Hubungan Persepsi Dukungan Keluarga Dengan Prilaku Diet Pasien Diabetes Melitus ” dengan baik dan lancar. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan nabi besar kita Nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya, sahabatnya dan Insya Allah kepada kita sebagai umatnya. Semoga ajaran yang beliau ajarkan dapat kita amalkan dalam kehidupan ini & semoga kita mendapatkan syafa’at beliau di akhirat nanti. Amiin.

Peneliti sadar tanpa bantuan dari berbagai pihak, proposal karya tulis ilmiah ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. dr Ardi Promono Sp. An., M. Kes., Selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

(9)

viii

3. Ibu Yanuar Primanda, S. Kep., Ns., MNS., HNC selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingannya pada proposal karya tulis ilmiah ini.

4. Yuni Permatasari Istanti, M. Kep, Ns. Sp.Kep.MB, CWCS (alamarhumah), selaku dosen penguji pertama, yang telah banyak memberikan masukan , dan banyak memberikan sumbangan pemikiran sehingga dari proposal hingga KTI ini bisa terselesaikan, semoga amal ibadah Ibu ditrima disisnya Amin.

5. Ibu Resti Yulianti Sutrisno, S.Kep., Ns., Sp.Kep.MB selaku dosen penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji, mengoreksi dan memberikan masukan serta saran terhadap proposal karya tulis ilmiah ini. 6. Keluarga yang senantiasa selalu memberikan dukungan moril, spiritual, serta,

materi sehingga memperlancar tersususunnya penelitian ini.

Wassalaamu’alaikum Wr.Wb

Yogyakarta, 30 Agustus 2016

(10)

ix

4. Perencanaan Makan atau Diet pada penderita DM ...27

B. Kerangka konsep ...37

C. Hipotesis ...37

BAB III METODE PENELITIAN ...38

A. Desain Penelitian ...38

B. Populasi dan Sampel ...38

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ...40

D. Variabel Penelitian ...40

E. Definisi Operasional ...40

(11)

x

G. Metode Pengambilan Data ...44

H. Uji Validitas Dan Reliabilitas ...45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...50

A. Hasil Penelitian ...50

B. Pembahasan ...55

C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian ...66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...67

A. Kesimpulan ...67

B. Saran ...67

DAFTAR PUSTAKA ...69

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi kuesioner dukungan keluarga ... 42

Tabel 2. Kisi-kisi kuesioner perilaku diet pasien DM ... 42

Tabel 3. Gambaran karakteristik responden DM ... 51

Tabel 4. Gambaran usua, berat badan, IMT, dan lama menderita DM ... 51 Tabel 5. Distribusi frekuensi dukungan keluarga pasien DM di wilayah Kerja Puskesmas Gamping 1 Sleman Yogyakarta…...

52

Tabel 6. Distribusi frekuensi perilaku diet pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Gamping 1 Sleman Yogyakarta...

53

Tabel 7. Hubungan dukungan keluarga dengan perilaku diet pasien DM di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping 1 Sleman Yogyakarta...

(13)

xii

DAFTAR SINGKATAN 1. ADA : American Diabetes Association

2. BAPPEDA : Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah 3. DM : Diabetes Mellitus

4. DINKES : Dinas Kesehatan

5. DMG : Diabetes Mellitus Gesrasional 6. IDF : International Diabetes Federation 7. HDL : High density lipoprotein

8. KEMENKES : Kementrian Kesehatan 9. DINKES : Dinas Kesehatan

10.PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia 11.RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

12.STP : Survailans Terpadu Penyakit 13.TGM : Terapi Gizi Medis

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1.Lembar persetujuan menjadi responden penelitian Lampiran2.Kuesioner data demografi

Lampiran3.Kuesioner dukungan keluarga terhadap diet diabetes melitus Lampiran4. Kuesioner perilaku diet pasien diabetes melitus yang di lakukakan selama 1 bulan terakhir berdasarkan 3J

(15)

xiv INTISARI

Latar Belakang: Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit paling kronis yang diderita oleh banyak orang di dunia. Salah satu manajemen DM adalah diet. Manajemen Dalam menangani diet DM, ada beberapa kendala seperti kurangnya dukungan keluarga. dukungan keluarga merupakan salah satu faktor pada pasien diabetes

untuk berperilaku baik dalam terapi DM diet.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku diet pasien DM.

Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016. Sampel dalam penelitian ini adalah 48 pasien DM di Puskesmas Gamping Sleman 1 Yogyakarta yang dipilih dengan menggunakan teknik total sampling.

Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas dukungan keluarga yang baik (91,7%), dan perilaku diet yang baik (81,3%). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji Kolmogorov-simirnov dengan p <0,05. Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dan perilaku diet pada pasien (p = 0.223).

Kesimpulan: Tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan perilaku diet DM pasien. peneliti selanjutnya disarankan untuk menganalisis faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku diet dan keluarga mendukung DM pasien.

(16)

15 ABSTRACT

Background: Diabetes mellitus (DM) is one of the most chronic diseases suffered by many people in the world. One of the DM management is diet. Management In handling the diet DM, there are some obstacles such as lack of family support. Family support is one factor in diabetic patient to behave well in DM diet therapy.

Objective: This study aimed to analyze the relationship between family support with the behavior of the DM patient's diet.

Methods: This study was a correlational study with cross sectional approach. This research was conducted in June 2016. The sample in this study was 48 DM patients in Puskesmas Gamping Sleman 1 Yogyakarta which were selected using total sampling technique.

Results:The results showed that the majority of family support was good (91.7%), and the behavior of diet was good (81.3%). The data was collected by using questionnaires and was analyzed by using Kolmogorov-simirnov test with p<0,05. There was no relationship between family support and dietary behavior among patients (p=0,223).

Conclusion: There is no significant correlation between family support with the behavior of the DM patient's diet. Further researchers are suggested to analyze other factors that influence the behavior of the DM patient's diet and family support.

(17)
(18)

ABSTRACT

Background: Diabetes mellitus (DM) is one of the most chronic diseases suffered by many people in the world. One of the DM management is diet. Management in handling the diet DM, there are some obstacles such as lack of family support. Family support is one factor in diabetic patient to behave well in DM diet therapy. Objective: This study aimed to analyze the relationship between family support with the behavior of the DM patient's diet.

Methods: This study was a correlational study with cross sectional approach. This research was conducted in June 2016. The sample in this study was 48 DM patients in Puskesmas Gamping Sleman 1 Yogyakarta which were selected using total sampling technique.

Results:The results showed that the majority of family support was good (91.7%), and the behavior of diet was good (81.3%). The data was collected by using questionnaires and was analyzed by using Kolmogorov-simirnov test with p<0,05. There was no relationship between family support and dietary behavior among patients (p=0,223).

Conclusion: There is no significant correlation between family support with the behavior of the DM patient's diet. Further researchers are suggested to analyze other factors that influence the behavior of the DM patient's diet and family support.

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang paling banyak dialami oleh penduduk di dunia. DM ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah dikarenakan kelainan dalam sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut kriteria diagnostik Perkumpulan Endokrin Indonesia (PERKENI) tahun 2006, seseorang menederita DM jika memiliki kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dl dan kadar glukosa darah puasa >126 mg/dl. Manifestasi klinis DM adalah frekuensi berkemih (poliuria) yang meningkat. Rasa haus berlebihan (polidipsia), rasa lapar yang semakin meningkat (polifagia), keluhan lelah mengantuk, serta menurunnya berat badan (Price & Wilson, 2005).

Penderita DM diperkirakan akan terus bertambah dari tahun ke tahun. Menurut laporan badan kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) tahun 2013 sebanyak 347 juta orang di seluruh dunia yang mengidap DM dengan estimasi glukosa puasa ≥ 7.0 mmol / L. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2013, Indonesia

(20)

2

pada kaum laki-laki yakni sebesar 3,6 juta penderita. Diperkirakan pada tahun 2035 dengan asumsi tanpa adanya perbaikan, angka DM di indonesia akan meningkat sebesar 165% pada masing-masing gender (IDF, 2013).

Pusat data dan informasi Kemenkes RI (2012) juga mencatat bahwa diabetes melitus merupakan penyakit yang masuk sepuluh besar dari daftar penyakit yang menyebebkan kematian di Indonesia setelah perdarahan intrakranial, strok, gagal ginjal, gagal jantung, dan penyakit jantung lainnya. Berdasarkan data Survailans Terpadu Penyakit (STP) RS rawat jalan di Yogyakarta tahun 2014, data penderita DM sebanyak 28.564 kasus, sedangakan di Puskesmas, DM menempati urutan keenam dari sepuluh besar penyakit rawat jalan Puskesmas tahun 2014 sebanyak 25.152 kasus (Dinas Kesehatan [DINKES] Yogyakarta, 2014).

(21)

3

apa yang boleh dimakan secara bebas, makanan mana yang harus dibatasi dan makanan apa yang harus di batasi secara ketat. Lebih lanjut penderita DM harus membiasakan diri untuk makan tepat waktu sesuai jadwal yang telah ditentukan, yaitu 3 kali makan utama, 3 kali makan selingan dengan interval waktu 3 jam (Perkeni, 2011).

Makanan sehat didalam Islam sangatlah penting, hal ini bukan hanya halal dan haram tetapi kandungan gizi dan efek kesehatan makanan terhadap tubuh. Allah berfirman dalam Al-Quran surat Al-A’raf ayat 31 :“Hai anak adam, kenakan pakaianmu yang indah disetiap memasuki masjid, makan makan dan minumlah dan jangan berlebih- lebihan. Sesungguhnya

Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan”. Hikmah dari surat Al –A’raf ayat 31 adalah kita sebagai manusia harus selalu berpakaian yang layak ketika memasuki masjid atau tempat ibadah lainya serta selalu makan dan minum secukupnya sesuai aturan yang berguna untuk memelihara kesehatan.

Penatalaksaan diet bagi penderita DM sangat penting untuk mengendalikan kadar gula darah, tetapi tidak semua penderita DM memiliki perilaku diet yang baik. Ridwan dan Putro (2012) meneliti tentang perilaku diet pasien DM di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Kediri. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perilaku diet DM bagi penderita DM yang paling banyak adalah dalam kategori cukup yaitu sebanyak 21 responden (47,7%) dan terdapat 7 responden (15,9%). yang termasuk dalam kategori kurang. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perilaku diet penderita DM masih belum sesuai dengan anjuran penatalaksanaan diet yang tepat bagi penderita DM.

(22)

4

lingkungan sosial yang paling berpangaruh adalah dukungan keluarga. Dukungan ini dapat membantu meningkatkan kepatuhan diet pasien atau program pengobatan yang akan dijalankan (Niven, 2002).

Senuk, Supit, dan Onibala (2013) yang meneliti tentang hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet pasien DM menunjukkan bahwa dari 69 responden didapatkan bahwa 61 (88,4%) responden mendapatkan dukungan keluarga dalam kategori baik, 8 (11,6%) responden mendapatkan dukungan keluarga kurang, 37 (53%) responden termasuk dalam kategori patuh, sedangkan 32 (46%) responden dalam kategori tidak patuh. Kesimpulan hasil penelitian ini menyatakan bahwa dukungan keluarga berhubungan dengan pelaksanaan program diet pasien diabetes melitus.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan terdapat 48 penderita DM yang melakukan kontrol di Puskesmas Gamping 1 Sleman Yogyakarta dari bulan Oktober sampai November 2015. Wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 1-3 Desember 2015 terhadap 5 pasien DM mendapatkan hasil bahwa 2 pasien diantar oleh keluarganya untuk kontrol rutin dan keluarga selalu memperhatikan pasien terkait makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan. Satu pasien mengatakan tidak pernah diperhatikan dalam pengaturan makan atau dietnya oleh keluarga. Pasien hanya tahu bahwa tidak boleh memakan makanan yang manis-manis. Dua pasien lainnya tidak diantar oleh keluarganya untuk kontrol, dan pasien merasa keluarga kurang memperhatikan dalam program diet pasien.

(23)

5

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah ”Adakah hubungan dukungan keluarga dengan perilaku diet pasien DM di Wilayah kerja Puskesmas Gamping 1 Sleman Yogyakarta”? C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan perilaku diet pasien DM di wilayah kerja Puskesmas Gamping 1 Sleman Yogyakarta.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui dukungan keluarga pasien DM di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping 1 Sleman Yogyakarta

b. Mengetahui perilaku diet pasien DM di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping 1 Sleman Yogyakarta

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi llmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan, pengetahuan dan pemahaman bagi perawat agar dapat memberikan pengetahuan, bimbingan, dan edukasi, terkait diet DM dengan melibatakan keluarga untuk meningkatkan perilaku diet pasien DM.

2. Bagi responden

Hasil penelitian ini dapat memotivasi pasien diabetes melitus agar menjalankan pola hidup sehat yaitu dengan penerapan diet yang telah diberikan.

(24)

6

Hasil penelitian dapat dijadikan rujukan bagi peneliti selanjutnya tentang hubungan dukungan keluarga terhadap perilaku diet pasien DM. Peneliti selanjutnya dapat pula meneliti tentang kepatuhan pasien terhadap perilaku dietnya

E. Keaslian Penelitian

1. Susanti (2013) melakukan penelitian dengan judul “Dukungan keluarga meningkatkan kepatuhan diet pasien diabetes melitus di ruang rawat inap RS. BAPTIS KEDIRI“. Penelitian ini merupakan penelitian kolerasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah pasien diabetes melitus di ruang rawat inap RS. Baptis Kediri yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel yang digunakan 25 orang dengan accidental sampling. Analisis data menggunakan uji “Wilcoxon Macth Pair”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga dapat meningkatkan kepatuhan diet pasien diabetes melitus di ruang rawat inap RS. Baptis Kediri ( =0,00). Kesimpulannya dukungan keluarga dapat meningkatkan kepatuhan diet pasien diabetes melitus di Ruang Rawat Inap RS. Baptis Kediri.

Perbedaan antara penelitian diatas dan penelitian saat ini adalah dalam hal lokasi penelitian, jumlah responden, dan variabel yang diteliti. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif dengan pendekatan cross sectional

2. Angina (2010) meneliti tentang “ Hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan kepatuhan pasien diabetes melitus dalam melaksanakan program diet di poli penyakit dalam RSUD Cibabat Cimahi”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif correlation dengan desain penelitian cross sectional. Sampel yang digunakan berjumlah

(25)

7

Cibabat Cimahi, yang diambil dengan menggunakan teknik pengambilan sampel accidental sampling. Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

berupa kuesioner dan food record. Berdasarkan hasil pengujian hubungan melalui Chi Square, menunjukan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan

kepatuhan pasien dalam melaksanakan program diet dengan derajat keeratan yang tinggi =0,603)

Perbedaan antara penelitian diatas dan penelitian saat ini adalah dalam hal lokasi penelitian, jumlah responden, instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan food record, dan variabel yang diteliti. Persamaan dengan penelitian ini adalah

(26)

1 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Diabetes Mellitus a. Pengertian

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2012, diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi kerana kelainan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah.

Kesimpulannya diabetes melitus adalah gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang ditandai oleh hiperglikemia, eterosklerotik, mikroangiopati dan neuripoati. Hiperglikemia terjadi akibat dari kekurangan insulin atau menurunya kerja insulin.

b. Klasifikasi diabetes mellitus

(27)

autoimun, infeksi virus, riwayat keluarga diabetes melitus (ADA, 2012).

2) Diabetes melitus tipe 2. Pada tipe ini pankreas relatif menghasilkan insulin tetapi insulin yang bekerja kurang sempurna karena adanya resistensi insulin akibat kegemukan. Faktor genetis dan pola hidup juga sebagai penyebabnya. Faktor resiko DM tipe 2 adalah : obesitas, stress fisik dan emosional, kehamilan umur lebih dari 40 tahun, pengobatan dan riwayat keluarga diabetes melitus. Hampir 90% penderita diabetes melitus adalah diabetes melitus tipe 2 (ADA, 2012). 3) Diabetes melitus dengan kehamilan atau Diabetes Melitus Gestasional (DMG),

merupakan penyakit diabetes melitus yang muncul pada saat mengalami kehamilan padahal sebelumnya kadar glukosa darah selalu normal. Tipe ini akan normal kembali setelah melahirkan. Faktor resiko pada DMG adalah wanita yang hamil dengan umur lebih dari 25 tahun disertai dengan riwayat keluarga dengan diabetes melitus, infeksi yang berulang, melahirkan dengan berat badan bayi lebih dari 4 kg (ADA, 2012).

(28)

c. Etiologi

1) Obesitas. Makanan yang berlebihan menyebabkan gula dan lemak dalm tubuh menumpuk dan menyebabkan kelenjar pankreas bekerja keras memproduksi insulin untuk mengolah gula yang masuk (Lanywati, 2011).

2) Kekurangan insulin. Kekurangan insulin disebabkan kerena tidak memadainya hasil sekresi insulin sehingga respon jaringan terhadap insulin berkurang. Hal ini merupakan gejala dari heperglikemia (American Diabetes Association, 2011). 3) Pada saat hamil. Seorang ibu secara naluri akan menambah konsumsi

makanannya, sehingga berat badan ibu otomatis akan naik 7-10 kg. Pada saat makanan ibu ditambah konsumsinya ternyata produksi insulin kurang mencukupi, maka akan terjadi gejala diabetes melitus (Lanywati, 2011).

d. Patofisologi Diabetes mellitus

Semua tipe diabetes melitus, sebab utamanya adalah hiperglikemi atau tingginya gula darah dalam tubuh yang di sebabkan oleh sekresi insulin, kerja dari insulin atau keduanya (Ignativicius & Workman, 2006).

Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu (ADA, 2012):

1) Rusaknya sel-sel β pankreas. Rusaknya sel beta dapat di karenakan genetic, imunologis atau dari lingkungan seperti virus. Karakteristik inii biasanya terdapat pada Diabetes Melitus tipe 1.

2)Penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas. 3)Kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer

(29)

1) Menurunnya transport glukosa melalui membran sel, keadaan ini mengkibatkan sel-sel kekurngan makanan sehingga meningkatkan metabolisme lemak dalam tubuh. Manifestasi yang muncul adalah penderita DM selalu merasa lapar atau nafsu makan meningkat atau yang biasa disebut poliphagia.

2) Meningkatnya pembentukan glikolisis dan glukogenesis, karena proses ini disertai nafsu makan meningkat atau poliphagia sehingga dapat mengkibatkan terjadinya hiperglikemi. Tingginya kadar gula dalam darah mengakibatkan ginjal tidak mampu lagi mengabsorbsi dan glukosa keluar bersama urin, keadaan ini yang disebut glukosuria. Manifestasi yang muncul yaitu penderita sering berkemih atau poliuria dan selalu merasa haus atau polidipsi.

3) Menurunnya glikogenesis, dimana pembentukan glikogen dalam hati dan otot terganggu.

4) Meningkatkan glikognolisis, glukogeogenesis yang memecah sumber selain karbohidrat seperti asam amino dan laktat.

5) Meningkatkan lipolisis, dimana pemecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas.

6) Meningkatkan ketogenesis (merubah keton dari asam lemak bebas.

7) Proteolisis, dimana merubah protein dan asam amino dan dilepaskan ke otot. e. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus

Manifestasi klinis Diabetes Melitus dapt di golongkan menjadi gejala akaut dan kronik (Perkeni, 2011).

(30)

Gejala penyakit diabetes melitus dari satu penderita ke penderita lain bervariasi, bahkan mungkin tidak menunjukkan gejala apapun sampai saat tertentu. Pemula gejala yang ditunjukkan yaitu banyak makan (poliphagia), banyak minum (polidipsi) dan banyak kencing (poliuria).

Keadaan tersebut, jika tidak segera diobati maka akan timbul gejala banyak minum, banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang/berat badan turun dengan cepat (turun 5 – 10 kg dalam waktu 3-4 minggu), mudah lelah, dan bila tidak segera diobati, akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh koma yang disebut dengan koma diabetik.

2) Gejala Kronik Diabetes Melitu

Gejala kronik yang sering dialami oleh penderiata diabetes melitus adalah kesemutan, kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit, kram, mudah mengantuk, mata kabur, biasanya sering ganti kaca mata, gatal di sekitar kemaluan terutama wanita, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun, bahkan impotensi dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau bayi lahir dengan berat 4 kg (Soegondo dkk, 2004).

f. Epidemiologi

(31)

Kesehatan Dasar [RISKESDAS], 2007). Di Yogyakarta angka kejadian diabetes melitus berdasarkan diagnosis dokter sebanyak 2,6% dan gejala akan meningkat sesuai bertambahnya umur, namun akan turun mulai umur >65 tahun (Riskesdas, 2013).

g. Komplikasi Diabetes Melitus

Kondisi kadar gula darah tetap tinggi akan timbul berbagai komplikasi. Komplikasi pada diabetes melitus dibagi menjadi dua yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronis. Komplikasi akut meliputi: Ketoasidosis diabetic, hiperosmolar non ketotik, dan hiperglikemia (Perkeni,2011).

Sedangkan yang termasuk komplikasi kronik adalah, makroangiopati, mikroangiopati dan neuropati. Makroangiopati terjadi pada pembuluh darah besar (makrovaskular) seperti jantung, darah tepi dan otak. Mikroangipati terjadi pada pembuluh darah kecil (mikrovaskular) seperti kapiler retina mata, dan kapiler ginjal (perkeni, 2011).

h. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Menurut Perkeni (2011), penataksanaan diabetes melitus terdiri dari : 1) Edukasi

(32)

a) Edukasi untuk pencegahan primer yaitu edukasi yang ditunjukkan untuk kelompok resiko tinggi.

b) Edukasi untuk pencegahan skunder yaitu edukasi yang ditunjukkan untuk pasien baru. Materi edukasi beruapa penegrtian diabetes, gejala, penatalaksanaan, mengenal dan mencegah komplikasi akut dan kronik.

c) Edukasi untuk penceghan tersier yaitu edukasi yang ditunjukkan pada pasien tingkat lanjut, dan materi yang diberikan meliputi : cara pencegahan komplikasi dan perawatan, upaya untuk rehabilitasi, dll.

2) Terapi gizi atau Perencanaan Makan

Terapi Gizi Medis (TGM) merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara total. Kunci keberhasilan TGM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain dan pasien itu sendiri). Menurut Smeltzer et al, (2008) bahwa perencanaan makan pada pasien diabetes meliputi:

a) Memenuhi kebutuhan energi pada pasien diabetes melitus

b) Terpenuhi nutrisi yang optimal pada makanan yang disajikan seperti vitamin dan mineral

c) Mencapai dan memelihara berat badan yang stabil

d) Menghindari makan makanan yang mengandung lemak, karena pada pasien diabetes melitus jika serum lipid menurun maka resiko komplikasi penyakit makrovaskuler akan menurun

(33)

3) Latihan jasmani

Latihan jasmani sangat penting dalam pelaksanaan diabetes karena dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko kardiovaskuler. Latihan menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin. Latihan jug adapt meningkatkan kadar HDL kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida (ADA, 2012).

Kegiatan sehari-hari dan latihan jasmani secra teratur (3-4 kali seminggu selama kurang dari 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes melitus. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti : jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknnya disesuiakan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Menurut ADA (2012), ada beberapa pedoman umum untuk melakukan latihan jasmani pada pasien diabetes yaitu:

a) Gunakan alas kaki yang tepat, dan bila perlu alat pelindungan kaki lainnya. b) Hindari latihan dalam udara yang sangat panas atau dingin

c) Periksa kaki setelah melakukan latihan.

d) Hindari latihan pada saar pengendalian metabolik buruk 4) Terapi farmakologis

(34)

atau tablet. Pasien diabetes memerlukan suntikan insulin pada kondisi tertentu, atau bahkan kombinasi suntikan insulin dan tablet (ADA, 2012).

5) Monitoring keton dan gula darah

Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri penderita diabetes dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah secara optimal. Monitoring glukosa darah merupakan pilar kelima dianjurkan kepada pasien diabetes melitus. Monitor level gula darah sendiri dapat mencegah dan mendeteksi kemungkinan terjadinya hipoglikemiadan hiperglikemia dan pasien dapat melakukan keempat pilar di atas untuk menurunkan resiko komplikasi dari diabetes melitus (Smeltzer et al, 2008).

2. Keluarga

a. Definisi keluarga

Keluarga merupakan dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta mengidentifikasi dirinya sebagai bagian anggota keluarga. Saat ini bentuk keluarga sudah beragam dan mempunyai tipe yang mencangkup keluarga inti, keluarga adopsi, keluaraga asuh, keluarga tanpa anak, keluarga homoseksual, keluarga orang tua tunggal, dan keluaraga binuklear (Friedman, 2014).

Friedman (2013) menambahkan beberapa penjelasan tentang definisi keluarga untuk memfasilitasi pemahaman tentang kelurga.

1) Keluarga inti (terkait dengan pernikahan)

(35)

2) Kelurga orientasi (keluarga asal)

Keluarga orientasi adalah unit keluarga tempat seseorang dilahirkan. 3) Extended family

Extended family adalah keluarga inti dan individu terkait lainnya (oleh

hubungan darah), yang biasanya merupakan anggota keluarga asal dari salah satu pesangan keluarga inti.Terdiri dari “sanak saudara” dan dapat mencakup nenek/kakek, bibi, paman, keponakan dan sepupu.

b. Fungsi peran keluarga

Fungsi peran keluarga adalah apa yang dikerjakan oleh anggota keluarga yang tinggal dalam keluarga dan sebagai hasil akhir atau akibat dari struktur keluarga (Friedman 2013). Menurut Friedman (2013) ada lima fungsi dasar dalam keluarga yaitu:

1) Fungsi efektif

Fungsi efektif merupakan fungsi mempertahankan keperibadian dimana memfasilitasi stabilitasi keperibadian orang dewasa dan memenuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga tersebut.

2) Fungsi sosialisasi dan status sosial

Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta memberikan status pada anggota keluarga.

(36)

Fungsi reproduksi yaitu fungsi dalam keluarga untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi keluarga dari menjaga kelangsungan hidup keluarga dan masyarakat.

4) Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi dalam keluarga seperti memenuhi kebutuhan hidup keluarga yang cukup dan alokasi efektifnya.

5) Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi ini bertujuan untuk mempertahankan kodisi kesehatan anggota keluarga, menyediakan kebutuhan fisik seperti makanan, pakaian, temapat tinggal dan perawatan kesehatan keluarga.

c. Definisi dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan sosial internal, seperti dukungan dari suami, istri atau dukungan dari saudara kandung dan dapat juga berupa dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti.Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal.sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2010).

d. Dukungan keluarga terhadap pasien Diabetes Melitus

(37)

mandiri, memelihara dan meningkatkan serta waspada akan munculnnya komplikasi DM (Rifki, 2009).

Dukungan keluarga sangat penting untuk memotivasi pasien dalam upaya menciptakan lingkungan yang terhindar dari stress akibat dari pengobatan yang dijalani. Dukungan sosial keluarga sebagai pelindung dalam faktor pencetus stress dan menciptakan lingkungan yang nyaman sehingga dapat menjaga kontrol gula darah. Penyakit DM jika tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit menahun, seperti penyakit serebrovaskuler, penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai, penyakit pada mata, ginjal syaraf. jika kadar glukosa darah dapat selalu dikendalikan dengan baik, diharapkan semua penyakit manahun tersebut dapat dicegah, paling sedikit dihambat (Waspadji, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Marie, Heisler, dan Piette (2011) menyebutkan bahwa dukungan keluarga dapat berpengaruh terhadap kesehatan penderita penyakit kronis.Pola komunikasi dan mekanisme koping keluarga yang baik meningkatkan motivasi klien untuk selalu menjaga kesehatannya (Marie et al, 2011).

e. Jenis dukungan keluarga

(38)

2) Dukungan infomasional yaitu keluarga berfungsi sebagai penyebar informasi kesehatan kepada anggota keluarga yang sakit yaitu dengan memberikan penyuluhan atau informasi tentang diet yang dijalani pasien diabetesdan memberikanpanduan program diet atau perencanaan makan yang sudah dibuat (Harnilawati, 2003).

3) Dukungan spiritual yaitu dengan memberikan dukungan spritual kepada anggota keluarga yang sedang mengalami suatu penyakit seperti mengajak ke tempat ibadah (Friedman, 2011).

4) Dukungan emosional merupakan bentuk dukungan atau bantuan keluarga yang dapat memberikan rasa aman, cinta kasih, membangkitkan semangat, mengurangi putus asa, rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik (penurunan kesehatan dan kelainan yang di alaminya) (Friedman, 2010). f. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Purnawan (2009) dalam Novitasari (2014) faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga yaitu:

1) Faktor internal

a) Tahap perkembangan. Tahap perkembangan artinya dukungan yang ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini pertumbuhan dan perkembangan b) Pendidikan atau tingkat pengetahuan. Pengetahuan atau tingkat pengetahuan

(39)

c) Emosi.Faktor emosi sangat berpengaruh dalam keyakinan terhadap dukungan keluarga dimana seseorang mengalami respon stress terhadap penyakit yang dideritannya

d) Spiritual. Aspek ini terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupananya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan hubungan dengan keluarga atau teman.

2) Faktor eksternal

a) Praktik keluarga yaitu keluarga memberikan dukungan yang biasaanya bisa mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.

b) Sosial ekonomi adalah faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit serta mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan penyakit yang dideritannya.

c) Budaya merupakan faktor yang mempengaruhi keyakinan, nilai, kebiasaan individu, dalam memberikan dukungan termasuk pelaksanaan kesehatan pribadinya.

3. Perilaku

a. Definisi perilaku

(40)

Bedasarkan respon stimulus perilaku dapat di bedakan menjadi 2 yaitu: 1) Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh oaring lain (Notoatmodjo, 2007).

2) Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam atau praktik (practice) yang dengan mudah diamati atau dilihat orang lain (Notoatmodjo,

2007).

b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu: 1) Faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, pekerjaan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

2) Faktor pendukung (enabling factors)

(41)

dsb.Termasuk juga dukungan sosial, baik dukungan suami maupun keluarga (Notoatmodjo, 2010).

3) Faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toma), sikap dan perilaku pada petugas kesehatan.Termasuk juga undang-undang peraturan baik dari pusat maupun dari pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2010).

c. Perilaku kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2010), perilaku kesehatan adalah suatu respon terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terjadi dari 3 aspek:

1) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bila telah sembuh dari sakit.

2) perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. 3) perilaku gizi (makanan) dan minuman.

4. Perencanaan Makan atau Diet pada penderita DM a. Definisi Diet

(42)

Dapat disimpulkan bahwa diet merupakan pengaturan cara makan yang mempunyai tujuan untuk mengurangi komplikasi penyakit contohnya pada diet diabetes melitus.

b. Penatalaksaan diet DM

Pada pasien diabetes melitus perlu ditekankan pentingnya keterturan makan dalam hal jumlah makan, jenis makan, dan jadwal makan (Perkeni, 2011). Dapat di uraikan yaitu sebagai berikut:

1) Jumlah makan

Jumlah makan yang diberikan disesuaikan dengan status gizi penerita DM, bukan berdasarkan tinggi rendahnya gula darah.Jumlah kalori yang di sarankan berkisar antara 1100-2900kkal (Waspadji, 2000). Sebelum menghitung beberapa kalori yang dibutuhkan seorang pasien diabetes melitus, terlebih dahulu harus diketahui berapa berat badan ideal (idaman) seseorang. Yang paling mudah adalah dengan rumus Brocca :Berat Badan Idaman: 90% X (tinggi badan dalam cm – 100) X 1 kg (Waspadji. 2000).

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) tahun 2011, telah menetapakan standar jumlah pada diet Diabetes melitus, dimana telah di tetapkan proporsi yang ideal untuk zat makanan seperti karbohidrat, protein, lemak, kolesterol, serat, garam dan pemanis dalam satu porsi makanan yang harus dikosumsi oleh penderita diabetes melitus sebagai berikut:

1. Karbohidrat

(43)

sukrosa lebih liberal. Buah dan susu sudah terbukti mempunyai respon glikemik yang lebih rendah dari pada sebagian besar tepung-tepungan. Walaupun berbagai tepung-tepungan mempunyai respon glikemik yang berbeda, prioritas hendaknya lebih pada jumlah total karbohidrat yang dikonsumsi dari pada sumber karbohiidrat. Anjuran konsumsi karbohidrat untuk orang dengan diabetes di Indonesia adalah 45-65% energi (Sukardji, 2011).

2. Protein

Protein merupakan bahan dasar untuk zat pambangun, pertumbuhan, hormone dan antibodi. Pada penderita diabetes melitus, kebutuhan protein akan meninngkat akibat digunakan sebagai energy. Sedangkan karbohidrat sendiri tidak dapat di serap oleh tubuh sehingga penderita merasa lemas.Berdasarkan hal tersebut, maka seorang penderita DM memerlukan protein sebanyak 10-15 % untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya (PERKENI, 2011).

3. Lemak

(44)

4. Kolesterol

Kadar kolesterol yang tinggi dalam tubuh dapat menimbulakan hiperkolesterolemia yang berkaitan dengan terjadinya arterosklerosis. Pada penderita DM, kadarkolesterol yang tinggi dapat memperberat penyakitnya. Oleh karena itu, konsumsi makanan yang berkolesterol harus dibatasi, dengan perkiraan jumlah yang dibutuhkan <300 mg per hari (PERKENI, 2011).

5. Serat

Serat yang di konsumsi sebanyak 25 gram per hari akan mempercepat pergerakan makanan di seluruh pencernaan pembentuk massa sehingga absorbs glukosa dan lemak di usus akan berkurang (PERKENI, 2011).

6. Garam

Penggunaan garam yang tinggi dalam makanan dapat meningkatkan kerja jantung.Oleh karena itu pada penderita Diabetes Melitus dengan hipertensi, pemakaian garam dibatasi. Jumlah asupan garam untuk penderita DM yaitu sama dengan orang biasa tidak lebih dari 3000 mgr sama dengan 6-7 g (1 sendok) garam dapur (Suyono, 2009).

7. Pemanis

(45)

fruktosa.oelh karena itu penggunaaanya harus di batasi atau di hindari.Gula masih dapat dikolesterol yang tinggi dapat memperberat penyakitnya.Oleh karena itu, konsumsi makanan yang berkolesterol harus dibatasi, dengan perkiraan jumlah yang dibutuhkan <300 mg per hari (PERKENI, 2011).

8. Serat

Serat yang di konsumsi sebanyak 25 gram per hari akan mempercepat pergerakan makanan di seluruh pencernaan pembentuk massa sehingga absorbs glukosa dan lemak di usus akan berkurang (PERKENI, 2011).

9. Garam

Penggunaan garam yang tinggi dalam makanan dapat meningkatkan kerja jantung.Oleh karena itu pada penderita Diabetes Melitus dengan hipertensi, pemakaian garam dibatasi. Jumlah asupan garam untuk penderita DM yaitu sama dengan orang biasa tidak lebih dari 3000 mgr sama dengan 6-7 g (1 sendok) garam dapur (Suyono, 2009).

10.Pemanis

(46)

hindari.Gula masih dapat di gunakan dalam jumlah terbatas, tidak melebihi 5% dari kalori (3-4 sendok makan) sehari, (Suyono, 2009). 2) Jenis Makanan

Penderita diabetes melitus harus mengetahui dan memahami jenis makanan apa yang boleh dimakan secara bebas, makanan yang mana harus dibatasi dan makanan apa yang harus di batasi secara ketat. Makanan yang mengandung karbohidrat mudah di serap seperti sirup, gula, sari buah harus dihindari.Sedangkan untuk buah-buahan semua jenis buah boleh di makan pasien diabetes dengan jumlah sesuai anjuran (kurang lebih 4 penukar sehari).Indeks glikemik semua macam-macam buah lebih rendah dari pada sukrosa. Sayuran yang boleh dikonsumsi adalah sayuran dengan kandungan kalori rendah seperti oyong, ketimun, kol, labu siam, lobak, sawi, rebung, selada, toge, terong dan tomat. Protein sebesar 0,8 g/kg BB ideal dapat mempertahankan proteogenesis, dengan catatan 50% daripadanya harus berasal dari protein hewani seperti daging tanpa lemak, ikan dan telur maksimal 2x/minggu. Sedangkan diet tinggi karbohidrat dan rendah lemak sangat baik untuk pasien diabetes, asupan lemak tidak lebih dari 30% dan kolesterol kurang dari 300 mg/hari (Soegondo, 2009).

3) Jadwal Makan

(47)

jadwal, yaitu 3 kali makan utama, 3 kali makan selingan denagn interval waktu 3 jam. Hal ini di maksudkan agar terjadi perubahan pada kandungan glukosa darah penderita DM, sehingga diharapakan dengan perbandingan jumlah makanan dan jadwal yang tepat maka kadar glukosa darah penderita DM, sehingga diharapkan dengan perbandingan jumlah makanan dan jadwal yang tepat maka kadar glukosa darah akan tetap stabil dan penderita DM tidak merasa lemas akibat kekurangan zat gizi. Jadwal makan standar yang dugunakan oleh penderita DM (Waspadji, 2000).

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku diet DM 1) Faktor Internal

a) Pendidikan dan Pengetahuan

(48)

seseorang akan sangat menentukan apakah seseorang berperilaku baik terhadap diet atau tidak, karena dengan penerimaan informasi yang efektif mengetahui apa akibat dari diet DM membuat seseorang mempunyai keyakinan untuk berperilaku baik dalam menjalankan diet (Bidari, 2010).

b) Keyakinan dan Sikap Positif

Semua syarat untuk menumbuhkan perilaku baik adalah mengemangkan tujuan perilaku dimana seseorang akan berperilaku baik apabila memiliki keyakinan dan sikap positif dari dalam diri terhadap diet. Sikap pengontrolan diri membutuhkan pamantauan terhadap diri sendiri, evaluasi diri, dan pennghargaan terhadap diri sendiri sehingga menumbuhkan perilaku sehat yang dipengaruhi oleh kebiasaan (Niven, 2002).

c) Kepribadian

(49)

diyakinkan terlebih dahulu untuk meninngkatkan motivasi perilaku (Feurstein et al. 1936 dalam Niven, 2002).

2) Faktor Eksternal

1. Interaksi Profesional Kesehatan dengan pasien

Pasien memerlukan penjelasan tentang kondisi saat ini baik penyebab maupun hal yang dapat dilakukan dalam kondisi tersebut.Hal ini merupakan suatu hal yang penting untuk memberikan umpan balik setelah memperoleh informasi diagnosis.Kualitas interaksi antara professional kesehatan dengan pasien merupakan hal yang penting dalam menentukan derajat perilaku yang baik (Niven, 2002).

2. Dukungan Keluarga

Keluarga dapat mejadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan serta nilai kesehatan individu.Kelompok penduduk dapat membantu perilaku terhadap pelaksanaan program– program pengobatan (Niven, 2002).Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang tidak dapat di abaikan begitu saja, karena dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang memiliki kontribusi yang cukup berarti dan sebagai faktor yang membuat pasien diabetes melitus menjalankan aturan yang di tetapkan.

3. Faktor Lingkungan

(50)

lingkungan kerja, dan lingkungan masyarakat. Situasi risiko tinnggi seperti lingkungan yang cenderung dapat membuat pasien melanggar aturan diet adalah pada saat liburan, makan di luar rumah, adanya kegiatan pesta tetapi tidak terlalu mempunyai pengaruh yang besar (Rafani, 2012).

Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga:

(51)

C. Hipotesis

(52)

1 BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah dekriptif kuantitatif non eksperimental bersifat correlational dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang menghubungkan dua variabel yaitu untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dan perilaku diet pasien diabetes melitus.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah penderita diabetes melitus yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Gamping Sleman Yogyakarta. Penderita DM yang melakukan pengobatan di puskesmas tersebut sebanyak 48 orang dari bulan Oktober sampai November 2015 (data Puskesmas 1 Gamping).

2. Sampel

Sampel dari penelitian ini adalah penderita diabetes melitus di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Gamping Sleman Yogyakarta. Pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel 48 orang. Menurut Sugiyono (2007), total sampling adalah teknik dengan mengambil seluruh populasi menjadi sampel. Cara ini dilakukan apabila populasinya kecil, berdasarkan kriteria inklusi yang telah di tentukan yaitu:

(53)
(54)

2) Usia 17-60 tahun

3) Penderita diabetes melitus yang tinggal bersama keluarga 4) Pasien diabetes melitus yang bersedia menjadi responden

Kriteria eksklusi

1) Pasien diabetes melitus yang tiba-tiba mengundurkan diri menjadi responden

2) Pasien tidak mengumpulkan kuesioner C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Gamping pada bulan Juni 2016.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2013). Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga.

2. Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2013). Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah perilaku diet pasien DM.

E. Definisi Operasional

(55)

informasional (saran, nasehat, informasi), maupun dalam bentuk dukungan instrumental (bantuan tenaga, dana, dan waktu) yang di rasakan oleh penderita DM selama 1 bulan terakhir. Dukungan keluarga akan diukur dengan menggunakan kuesioner tentang dukungan keluarga yang dibuat oleh peneliti. Skala data yang di gunakan adalah ordinal, yang dikelompokkan menjadi (Nursalam, 2013):

Dukungan keluarga baik : 76-100 % Dukungan keluarga cukup : 56-75 % Dukungan keluarga kurang : ≤56%

2. Perilaku diet adalah suatu bentuk tindakan penderita DM dalam melaksananakan perencanaan makan atau diet dengan memperhatikan 3J yaitu (jumlah, jenis dan jadwal makan sesuai dengan kebutuhan individu), perilaku diet yang dilakukan penderita DM selama 1 bulan terakhir. Perilaku diet akan diukur dengan menggunakan kuesioner tentang perilaku diet yang dibuat oleh peneliti. Nilai hasil pengukuran kuesioner perilaku diet menggunakan skala data ordinal, kemudian hasilnya dikelompokkan menjadi (Nursalam, 2013):

(56)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan oleh peneliti berupa kuesioner data demografi, kuesioner dukungan keluarga, dan kuesioner perilaku diet diabetes melitus pasien.

1. Kuesioner data demografi

Kuesioner ini dibuat sendiri oleh peneliti untuk mengetahui karakteristik responden yang meliputi usia, jenis kelamin, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, berat badan, tinggi badan, tingkat pendidikan, lama menderita DM, pernah mendapatkan edukasi. Jenis pertanyaan kuesioner ini adalah jawaban singkat dan pilihan.

2. Kuesioner dukungan keluarga

(57)

Tabel 1. Kisi-Kisi Kuesioner Dukungan Keluarga No

Komponen pertanyaan

Nomor item

pertanyaan Positif Negatif Jumlah

1 Dukungan

Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui perilaku diet pasien diabetes melitus berdasarkan 3j yaitu : jadwal, jumlah, dan jenis makan. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang dibuat oleh peneliti. Jumlah pertanyaan 10 item menggunakan skala likert dengan skor 1-4 Tidak Pernah (TP) dengan poin 1, Jarang (J) dengan poin 2, Sering (S) dengan poin 3, Selalu (SL) dengan poin 4 untuk item jawaban positif. Sedangkan item jawaban negatif terdiri dari Tidak Pernah (TP) dengan poin 4, Jarang (J) dengan poin 3, Sering (S) dengan poin 2, Selalu (SL) dengan poin 1.

(58)

No

Komponen pertanyaan

Nomor item pertanyaan

Positif Negatif Jumlah

1. Jadwal 1-4 1,4 2,3 4

2. Jenis 5-11 7,8,9,10 5 6

3. Jumlah 12-15 14,15 12,13 4

Total 14

G. Metode Pengambilan Data 1. Uji etik

Uji etik adalah suatu proses yang harus dilalui sebelum melakukan penelitian, karena menyangkut etik-etik dalam penelitian apakah penelitian layak untuk dilanjutkan atau diteliti. Penelitian ini sudah lolos uji etik, dan dinyataka layak etik dari Komisi Etika Penelitian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Nomor : 175/EP-FKIK-UMY/VI/2016.

2. Pra penelitian

Peneliti mengurus surat izin dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY dan Program Studi Ilmu Keperawatan keDinas Kesehatan Yogyakarta, BAPEDA, dan Puskesmas 1 Gamping Sleman Yogyakarta. Serta peneliti melakukan studi pendahuluan di Wilayah Kerja 1 Gamping dan merumuskan masalah.

(59)

Peneliti menentukan sampel dan populasi penelitian yang akan digunakan untuk penelitian, menentukan rancangan penelitian, serta teknik pengumpulan data yang akan diteliti. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni 2016 di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Gamping Sleman Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri tanpa bantuan asisten peneliti, peneliti mengumpulkan data dengan datang ke puskesmas dan door to door ke rumah pasien DM di Wilayah Kerja Puskesmas Gaming 1 Sleman Yogyakarta.

4. Pasca penelitian

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan menganalisis data yang telah diperoleh dari hasil akhir penelitian.

H. Uji Validitas Dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

(60)

skor 1 (relevan), skor 2 (agak relevan), skor 3 (cukup relevan), dan skor 4 (sangat relevan). Masing-masing item ditotal dengan cara total skor, tiap item akan dibagi skor maksimal yaitu 4. Total skor dari ketiga ahli dijumlah dan dibagi tiga. Apabila skor CVI 0,8-1 maka kuesioner valid untuk di gunakan (Polit dan Beck, 2008). Berdasarkan hasil uji valid, dari 42 butir soal kuesioner dukungan keluarga dan perilaku diet pasein DM mendapatkan skor 0,8. Sehingga kuesioner valid untuk digunakan.

2. Uji reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data (Arikunto, 2014). Kuesioner penelitian persepsi dukungan keluarga dengan perilaku diet pasien DM akan diuji reliabilitas menggunakan cronbach α. Dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha >0,60 (Arikunto, 2005). Uji reabilitas pada penelitian dilakukan di

Puskesmas Gamping 1 dengan 48 responden didapatkan hasil reliabilitas pada kuesioner dukungan keluarga yaitu 0,922 sedangkan kuesioner prilaku diet diadapatkan nilai reabilitas 0,771 sehingga kuesioner ini dikatakan reliabel.

B. Pengolahan dan analisis data

(61)

data yang berkualitas. Tahap-tahap pengolahan data seperti editing, coding, processing dan cleaning.

a. Editing yaitu data yang sudah terkumpul diperiksa kembali untuk memastikan kelengkapan, kesesuaian, dan kejelasan.

b. Coding yaitu mengklasifikasikan hasil pengamatan dengan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi kode berupa angka. Kemudian dimasukkan kedalam tabel supaya membacanya lebih mudah. Terdapat beberapa pengkodean dalam penelitian ini. Kode untuk Kode jenis kelamin, perempuan=1, laki-laki=2. Kode tingkat pendidikan SD=1, SMP=2, SMA=3, S1=4. Kode untuk pekerjaan, ibu rumah tangga=1, pensiunan=2, PNS=3, wiraswasta=4. Kode untuk penghasilan, <1.200.000=1, 1.200.000-2.400.000=2, >2.400.000=3.

c. Processing yaitu memasukkan data dari kuesioner kedalam komputer dengan menggunakan salah satu program computer.

d. Cleaning yaitu proses membersihkan data dilakukan dengan mengecek kembali data yang sudah entry. Pengecekan ini untuk melihat data yang hilang (mising) dengan melakukan list, koreksi kembali apakah data yang sudah dientry atau salah dengan dengan melihat variasi data atau kode yang digunakan.

(62)

2. Analisis Data

Data yang telah tersusun selanjutnya dilakukan analisis. Teknik analisis terdiri dari uji univariat dan bivariat .

1. Uji Univariat

Pada uji univariat menggunakan deskritif distribusi frekuensi yaitu untuk mendeksripsikan data demografi berupa usia, jenis kelamin, pekerjaan, berat badan, dan pendidikan terakhir, pendapatan perbulan. Dukungan keluarga yang berupa dukungan emosional, spiritual, informasi dan instrumental, serta perilaku diet yang dijalani selama 1 bulan terakhir. 2. Uji Bivariat

Analisis bivariat untuk menguji hubungan dukungan keluarga terhadap perilaku diet pada pasien diabetes melitus dengan menggunakan uji Kolmogorov-smirnov (Nursalam, 2013) uji ini dilakukan untuk mengetahui hubungan dua variabel yang menggunakan skala data ordinal. Tingkat signifikan digunakan untuk menyatakan apakah dua variabel mempunyai hubungan dengan syarat yaitu jika ρ> 0,05, maka H1 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan dan jika ρ < 0,05, maka H1 diterima, artinya ada hubungan.

(63)

Pada penelitian ini peneliti memberikan kebebasan bagi klien untuk menentukan keputusan apakah bersedia ikut dalam penelitian atau tidak dengan memberikan lembar informed consent.

2. Beneficence

Dalam penelitian ini peneliti memberikan penjelasan tentang manfaat penelitian ini serta keuntungan bagi responden dan peneliti.

3. Anominity

Peneliti tidak mencantumkan nama responden hanya menuliskan kode atau inisial nama pada lembar pengumpulan data. Peneliti juga menjamin kerahasiaan informasi hasil penelitian yang telah dikumpulkan.

4. Confidentiality

Informasi yang telah diberikan oleh responden serta semua data yang terkumpul dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, informasi tersebut tidak akan dipublikasikan atau diberikan kepada orang kepada orang lain tanpa seiijin responden.

5. Justice

(64)
(65)

1 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Tempat Penelitian

Puskesmas Gamping 1 merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang terletak di Kecamatan Gamping, Kelurahan Amberketawang, Kabupaten Sleman Yogyakarta.Puskesmas Gamping 1 beralamat di Delingsari, Ambarketawang, Gamping Sleman, Yogyakarta.Wilayah kerja Puskesmas Gamping 1 terdiri dari dua desa yaitu Desa Ambarketawang dan Desa Balecatur. Desa Ambarketawang terdiri dari 13 dusun dengan 110 RT dan Desa Balecatur terdiri dari 18 dusun dengan 127 RT. Puskesmas Gamping 1 berbatasan sebelah utara dengan Desa Sidoarum, Kecamatan Godean; sebelah timur berbatasan dengan Desa Banyuraden; sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sedayu, Bantul; dan sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Kasihan, Bantul.

(66)

Program Prolanis berupaya mengajak peserta diabetes melitus untuk mengelola kesehatannnya dengan baik agar kualitas hidup penderita DM tetap optimal. Pilar-Pilar prolanis pada penyakit DM adalah edukasi, pengaturan pola makan, olag raga, minum obat dan konsultasi pada dokter.

Karena luasanya wilayah kerja, Puskesmas Gamping I memiliki tiga Puskesmas pembantu yakni Mancasan, Gejayan dan Jatengan. Puskesmas Gamping I belum memiliki perkumpulan ataupun kegiatan terkait dengan diabetes melitus yang diadakan internal Puskesmas, sehingga pasien diabetes hanya mendapatkan informasi apabila berkonsultasi dengan dokter saat melakukan pemeriksaan saja.

(67)

2. Analisis Univariat

a. Karakteristik Demografi Responden

Tabel 3.Gambaran Karakteristik Responden DM di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping 1 Sleman Yogyakarta (N=48)

No Karakteristik Subyek Penelitian Jumlah (%) 1 Jenis Kelamin

Tabel 4. Gambaran Usia, Berat Badan, IMTPenderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping 1 (N=48)

Variabel Mean Median Modus Min-maks

Usia 51.41 52,00 60 31-60

Berat Badan 56.31 55,50 60 44-80

IMT 23.2 22,89 21,64 16-29

Lama menderita 6 4 3 0,1-32

(68)

Bedasarkan tabel 3 dan 4, dari jumlah total 48 responden diperoleh data hasil distribusi jenis kelamin sebagian besar perempuan yaitu 30 orang atau sebanyak (62,5%). Pendidikan terakhir paling banyak adalah SD sebanyak 30 orang atau (62.5%), sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 30 orang atau (62,5%), dan penghasilan perbulan rata-rata <1.200.000 sebanyak 41 orang atau (85,4%). Usia responden rata-rata yang mengalmi DM adalah 51,41 tahun dan paling banyak terjadi diusia 60 tahun, untuk berat badan responden rata-rata 56,31 kg, dan berat badan responden paling banyak adalah 60 kg. Responden didominasi oleh mereka yang belum pernah diberikan edukasi terstruktur dan lama menderita rata-rata 6 tahun.

b. Dukungan keluarga pasien diabetes melitus

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Pasien Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping 1 (N=48)

Kategori N (%)

Baik 44 91,7

Cukup 4 8,3

Total 48 100

Sumber: data primer 2016

(69)

c. Perilaku Diet Pasien Diabetes Melitus

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Perilaku Diet Pasien Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping 1 (N=48)

Kategori N (%)

Baik 39 81,3

Cukup 7 14,6

Kurang 2 4,2

Total 48 100

Sumber: data primer 2016

Berdasarkan tabel 6, sebagian besar responden menunjukkan perilaku baik dalam menjalankan diet sebanyak 36 orang (81,3%). 3. Analisis Bivariat

Tabel 7.Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Diet Pasien Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesas Gamping 1 (N=48)

Perilaku Diet Pasien DM

Baik Cukup Kurang p

Dukungan Keluarga N % n % n %

Baik 37 77 6 12,6 1 2,1 0,223

Cukup 2 4,2 1 2,1 1 2,1

Total 39 81,2 7 14,7 2 4,2

Sumber : Data Primer, 2016

(70)

signifikan sebesar 0,05. Sehingga dalam penelitian ini tidak ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap perilaku diet pasien DM.

B. Pembahasan

1. Karakteristik responden a. Usia

Berdasarkan Tabel 4, dari jumlah total 48 responden diperoleh data hasil distribusi usia paling banyak adalah usia lansia yaitu 60 tahun dengan persentase 20,8% atau sebanyak 10 orang. Hasil dominasi usia yang diperoleh pada penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Shofiyah & Kusuma (2014) yang juga memiliki responden terbanyak berusia 60 tahun. Kemudian, hasil yang didapat penelitian ini juga sesuai dengan hasil yang didapat pada penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2014) yang menyatakan bahwa mayoritas penderita diabetes melitus yang menjadi responden penelitian berusia 55-64 tahun.

(71)

intoleransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pancreas dalam memproduksi insulin. Selain itu pada individu yang berusia lebih tua terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot sebesar 35%. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot sebesar 30% dan memicu terjadinya resistensi insulin (Trisnawati & Setyorogo, 2013; Prabowo & Hastuti, 2014).

b. Pekerjaan

Berdasarkan tabel 3, dari jumlah total 48 responden diperoleh data hasil distribusi pekerjaan responden paling banyak adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 30 orang atau dengan persentase 62,5%. Hasil yang didapat pada penelitian ini sesuai dengan hasil yang didapatkan oleh Prabowo & Hastuti (2014) yang juga didominasi oleh ibu rumah tangga. Kemudian penelitian yang dilakukan Ferawati (2014) juga menunjukkan data pekerjaan responden DM terbanyak adalah ibu rumah tangga dengan persentase 52,6% atau sebanyak 20 orang dari total 38 responden.

Gambar

Tabel 1. Kisi-Kisi Kuesioner Dukungan Keluarga
Tabel 4. Gambaran Usia, Berat Badan, IMTPenderita DM di Wilayah Kerja Puskesmas Gamping 1 (N=48)
Tabel 7.Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Diet Pasien
Tabel 2. Gambaran Usia, Berat Badan,
+2

Referensi

Dokumen terkait

Namun bertentangan dengan hasil penelitian dari Husnul Khatimah 2011 , tentang " Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Nasabah Studi Pada Nasabah BRI Cabang

Makanan dan zat gizi yang terkandung di dalam makanan yang yang berguna bagi kesehatan dan di konsumsi ibu pada saat hamil disebut ….. Kebutuhan nutrisi ibu hamil adalah makanan

fidusia seluruh Indonesia dalam menjalankan tugas dan fungsinya tidak lagi menerima permohonan pendaftaran jaminan fidusia secara manual, tapi tetap turut

Hasil penelitian menunjukkan sintasan benih ikan betutu yang dipelihara pada berbagai padat tebar tidak berbeda secara nyata, pertumbuhan spesifik panjang (1,50 ± 0,37%/hari)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, promosi melalui media sosial yang terdiri dari personal relevance, interactivity, message, dan brand familiarity

“Functions of Parental Involvement and Effects of School Climate on Bullying Behaviors Among South Korean Middle School Students.” Journal of Interpersonal

Gejala atau peristiwa alam antara lain gunung meletus, banjir, gempa bumi, angin Gejala atau peristiwa alam antara lain gunung meletus, banjir, gempa bumi, angin topan, tsunami,

Pada saat ditanyakan mengenai apakah itu Fintech, hampir bisa dikatakan semua memberikan pendapat bahwa Financial Technology (fintech) adalah istilah yang