SKRIPSI
Oleh : Livi Takliviyah
20120210016
Program Studi Agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Oleh : Livi Takliviyah
20120210016
Program Studi Agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA
ii
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
guna memenuhi syarat untuk memperoleh Derajat Sarjana Pertanian
Oleh : Livi Takliviyah
20120210016
Program Studi Agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA
v 3. Bapak Lili Sadeli
4. Ibu Elis Holisah
vi
.) di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul”. Penelitian skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan S1 di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang berkenan membantu, sehingga penulisan penelitian ini dapat terwujud. Ucapan terimakasih ditujukan kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P. selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan arahan dan bimbingan skripsi
2. Ibu Lis Noer Aini, S.P., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan arahan dan bimbingan skripsi
3. Bapak Ir. Mulyono, M.P. selaku dosen penguji skripsi dan yang telah memberikan arahan terkait materi-materi penelitian
4. Bapak Yuliantoro selaku Laboran Tanah yang selalu mengingatkan terkait analisis tanah di laboratorium
5. Dekan dan segenap civitas akademika Fakultas Pertanian UMY
6. Pengelola Kebun Buah Mangunan khususnya Ibu Rujiatmi dan Bapak Sugiarto yang berkenan memberikan informasi dan memandu dalam survei lapangan di Kebun Buah Mangunan
7. Pihak BAPPEDA Kabupaten Bantul, BMKG Daerah Istimewa Yogyakarta, DIPERTAHUT Kabupaten Bantul, Kantor Kecamatan Dlingo, Kantor Desa Mangunan, Laboratorium BPTP Yogyakarta, dan seluruh pihak yang berkenan memberikan informasi data dan kerjasamanya.
8. Ardi Luthfi Kautsar yang bersedia membantu dalam penelitian ini dari awal hingga akhir penelitian.
9. Ayah, Ibu, Adik, dan Kakak yang tidak hentinya memberikan dukungan
berupa materi dan moril serta mendo’akan ku dalam penyelesaian skripsi ini
10. Teh Sussy Lintiarsasih dan kontrakan “Bascom Butut” yang bersedia berbagi kamar dan wifinya dalam proses penyusunan skripsi ini.
11. Gumilang, Sandri, Shinta, dan Wikan serta teman-teman Agroteknologi A 2012 lainnya yang selalu memberikan dukungan dan semangat
12. Teh Rosdiana Rachma dan Siti Hanifah yang bersedia meminjamkan buku Evaluasi Lahannya dan memberikan informasi terkait penelitian ini
13. Vidya Mar’atusolikha yang telah memberikan semangat dan bekerjasama dalam bimbingan skripsi
14. Elin, Eva dan anak-anak BARAYA lainnya yang telah memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini
vii
viii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
INTISARI ... xii
ABSTRACT ... xiii
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Batasan Studi ... 4
F. Kerangka Pikir Penelitian ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Tanaman Durian (Durio zibhethinus Murr.) ... 7
B. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Durian ... 11
III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI ... 15
A. Karakteristik Wilayah Studi ... 15
B. Potensi Kecamatan Dlingo sebagai Lahan Budidaya Durian ... 17
IV. TATA CARA PENELITIAN ... 19
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 19
B. Metode Penelitian dan Analisis Data ... 19
C. Jenis Data ... 22
D. Luaran Penelitian ... 23
E. Jadual Penelitian... 23
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25
A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah ... 25
B. Kondisi Eksisting Lahan Pertanaman Durian ... 26
C. Evaluasi Kesesuaian Lahan Pertanaman Durian di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul ... 37
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 48
A. Kesimpulan ... 48
B. Saran ... 48
DAFTAR PUSTAKA ... 49
ix
Tabel 4. Suhu Udara Reta-rata di Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul ... 26
Tabel 5. Rata-rata Curah Hujan di Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul ... 27
Tabel 6. Kelembaban Rata-rata di Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul... 28
Tabel 7. Kadar N total, Kadar P2O5, dan Kadar K2O ... 34
Tabel 8. Kriteria penilaian hasil analisis tanah ... 34
Tabel 9. Kelas Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tanaman Durian di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul... 39
Tabel 10. Jenis usaha perbaikan kualitas/karakteristik lahan aktual untuk menjadi potensial menurut tingkat pengelolaannya ... 41
x
xi
xiii
study entitled “Study of Land Suitability for Durian in Mangun
District, Bantul Regency” conducted from Desember 2015 up to March 2016. The results showed that the Mangunan orchard actually quite suitable for cultivation of durian and have a class of land suitability for durian S2o, r-3, n-1, e-1 with soil drainage, effective soil depth, cation exchangable capacity and slope as the limiting factors. The recommendation to increase durian production in the region are sub-surface soil tillage, organic matter application, terracing, contour parallel planting and crop cover planting.
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Bantul memiliki potensi objek wisata yang tak kalah menarik
dibanding daerah-daerah lain yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Objek-objek wisata yang terdapat di Kabupaten Bantul yaitu meliputi Objek-objek wisata alam,
wisata budaya/sejarah, pendidikan, taman hiburan dan sentra industri kerajinan
(Pemerintah Kabupaten Bantul, 2015).
Objek wisata alam yang dimiliki Kabupaten Bantul selain berupa pantai,
pegunungan, goa, hutan juga meliputi agrowisata atau wisata pertanian. Salah satu
agrowisata yang terdapat di kabupaten ini yaitu Kebun Buah Mangunan yang
berlokasi di Dusun Mangunan, Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten
Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kebun Buah Mangunan merupakan wisata
alam yang berada di perbukitan Mangir dengan ketinggian antara 150-400 meter
dpl. serta luas lahan 24 hektar (Munawaroh, 2013). Menurut Erfanto Linangkung
(2015) sampai saat ini setidaknya ada sekitar 4.235 batang pohon buah yang
dibudidayakan di Kebun Buah Mangunan meliputi buah durian, belimbing,
rambutan, sirsak madu, jambu, pisang, dan srikaya. Kepala Dinas Pertanian dan
Kehutanan Bantul, Partogi Pakpahan menyatakan bahwa dari seluruh tanaman
yang dibudidayakan banyak yang tumbuh subur namun tidak berbuah, termasuk
di dalamnya buah durian (Berita Jateng, 2014). Pada tahun 2013 hasil panen
durian di Kebun Buah Mangunan bahkan menurun drastis dibandingkan tahun
40 buah, namun pada tahun 2013 satu pohonnya hanya menghasilkan 4 buah saja
(Tika, 2013).
Di Indonesia durian merupakan salah satu buah yang paling banyak
digemari. Pada tahun 2004 produksi durian mencapai 675.902 ton dengan luas
52.008 hektar. Walaupun produksi cenderung meningkat ternyata impor durian
juga mengalami peningkatan dari 11.086 ton dengan nilai US$ 11.730.903 pada
tahun 2004 dan menjadi 24.679 ton dengan nilai US$ 30.829.557 pada tahun
2008. Kecenderungan impor durian meningkat dan produksi durian nasional
meningkat menggambarkan konsumsi durian masyarakat Indonesia meningkat
(Sukamertayasa, 2011). Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
akan buah durian dan menekan angka impor buah durian, produksi buah durian di
Indonesia harus ditingkatkan termasuk produksi di Kebun Buah Mangunan.
Menurut Gunawan Budiyanto (2014) proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman membutuhkan dua faktor pendukung utama, yaitu kondisi
agroklimat dan daya dukung lahan. Dalam satuan pemanfaatan lahan atau
kawasan, kondisi agroklimat lebih banyak menentukan kecocokkan dan
kesesuaian iklim terhadap persyaratan lingkungan yang dibutuhkan tanaman,
sedangkan daya dukung lahan menentukan bagaimana upaya agar suatu tanaman
dapat tumbuh dan memberikan produksi maksimal. Sementara itu Erfanto
Linangkung (2015) menyebutkan bahwa kawasan Mangunan mempunyai lahan
yang kritis dan dulunya sering terjadi longsor. Dengan demikian tanaman yang
dibudidayakan di Kebun Buah Mangunan khususnya buah durian supaya dapat
sesuai. Oleh karena itu perlu adanya evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman
durian di Kebun Buah Mangunan untuk mengetahui seperti apa daya dukung
iklim dan lahan saat ini.
B. Perumusan Masalah
Kawasan Kebun Buah Mangunan yang diusahakan menjadi tempat
wisata pertanian atau agrowisata merupakan langkah baik untuk mengenalkan
masyarakat terhadap tanaman buah, namun alangkah lebih baik lagi jika tanaman
buah yang dibudidayakan dapat menghasilkan produksi yang maksimal, sehingga
dapat membantu memenuhi kebutuhan buah secara nasional khususnya terhadap
buah durian yang dominan ditanam di kawasan tersebut. Untuk menghasilkan
produksi yang baik tentunya faktor yang mendukung tanaman itu sendiri yaitu
dari kualitas lahan yang digunakan sebagai medium tumbuh harus sesuai dengan
syarat tumbuh yang harus dipenuhi untuk tanaman durian. Untuk mengetahui
kualitas lahan yang digunakan perlu adanya evaluasi lahan dengan menetapkan
karakteristik lahan sebagai dasar penentuan kesesuaian lahan untuk tanaman
durian di Kebun Buah Mangunan.
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini mempunyai permasalahan:
1. Bagaimana karakteristik lahan bagi pertanaman durian di Kebun Buah
Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul
2. Bagaimana tingkat kesesuaian lahan bagi pertanaman durian di Kebun Buah
C. Tujuan Penelitian
1. Menetapkan karakteristik lahan bagi pertanaman durian di Kebun Buah
Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul
2. Mengevaluasi tingkat kesesuaian lahan bagi pertanaman durian di Kebun
Buah Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
karakteristik lahan, tingkat kesesuaian lahan dengan tanaman durian, dan
mengetahui pembatas-pembatas kesesuaian lahan di Kebun Buah Mangunan
Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul, sehingga potensi produksi buah durian
dapat dihasilkan secara maksimal.
E. Batasan Studi
Penelitian ini dilakukan di Kawasan Kebun Buah Mangunan Kecamatan
Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas areal
pertanaman durian 2,7 hektar.
F. Kerangka Pikir Penelitian
Menurut Gunawan Budiyanto (2014) untuk melangsungkan pertumbuhan
dan perkembangannya, tanaman membutuhkan dua faktor pendukung utama,
yaitu kondisi agroklimat dan daya dukung lahan. Kondisi agroklimat banyak
matahari, temperatur, kelembaban udara, perilaku angin dan sebaran curah hujan.
Sementara daya dukung lahan secara prinsip dapat memberikan sumbangan pada
peran tanah sebagai lumbung lengas dan hara (moisture and nutrient resources).
Oleh karena itu lahan dengan kata lain dapat disebut juga sebagai media tanam,
sedangkan media tanam yang baik harus memilki sifat-sifat fisik, kimia dan
biologi yang sesuai dengan kebutuhan tanaman (Alamtani, 2015). Tanaman agar
menghasilkan produk yang maksimal maka harus ada kecocokkan antara tanaman
dengan media tanam, begitu juga dengan tanaman durian yang memiliki
karakteristik lahan tertentu yang dapat mendukung syarat pertumbuhannya yang
optimal. Suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan
menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji disebut dengan
evaluasi lahan (Fagundez, 2011). Evaluasi lahan ini ditujukan untuk mengkaji
sejauh apa batasan-batasan yang harus dilakukan sehingga lahan tersebut dapat
digunakan sebagai media tanam tanaman tertentu, termasuk lahan yang berada di
Kawasan Kebun Buah Mangunan yang difungsikan sebagai media tanam durian.
Menurut Tahtia Sarasmi (2013) dasar dari evaluasi lahan adalah
membandingkan persyaratan tumbuh yang diperlukan untuk penggunaan suatu
lahan dengan potensi dari lahan tersebut. Oleh karena itu kerangka pikir evaluasi
lahan ini pada dasarnya menganalisis potensi lahan yang datanya dapat diperoleh
dari analisis kondisi fisiografi wilayah serta analisis sampel tanah kemudian
membandingkannya dengan persyaratan tumbuh pertanaman durian. Kerangka
Pikir penelitian yang disajikan dalam gambar 1 menjelaskan bahwa hal pertama
fisiografi wilayah adalah mengkaji kondisi iklim dan tanah secara fisik yang
berada di wilayah penelitian yaitu dengan cara mengetahui data karakteristik dan
fisiografi wilayah Kawasan Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo,
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, data ini dapat diperoleh dari
BMKG setempat. Kemudian selanjutnya analisis sampel tanah yang didasari dari
kondisi eksisting lahan pertanaman durian di kawasan tersebut, hal ini dilakukan
untuk mengetahui kesuburan tanah yang meliputi kesuburan fisik, kimia, dan
biologi. Persyaratan tumbuh pertanaman durian yang digunakan sebagai acuan,
diperoleh dari studi literatur. Data-data tersebut kemudian dievaluasi dengan cara
mencocokkan/ membandingkan antara kondisi fisiografi wilayah dan analisis
sampel tanah dengan persyaratan tumbuh pertanaman durian. Hasil akhir dari
penelitian diperoleh kelas kesesuaian lahan durian di Kawasan Kebun Buah
Mangunan dan rekomendasi terhadap permasalahan yang ada.
Kawasan Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo, Kabupaten
Bantul, D.I.Y.
Karakteristik dan Fisiografi Wilayah
Kondisi Eksisting Lahan Pertanaman
Durian
Persyaratan Tumbuh Pertanaman Durian
Analisis Kondisi
Fisiografi Wilayah Analisis Sampel Tanah
Evaluasi Lahan
Penyajian Hasil dan Rekomendasi
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.)
1. Karakteristik Tanaman Durian
Durian (Durio zibethinus Murray) merupakan buah-buahan tropika
asli Asia Tenggara, terutama Indonesia. Sumber diversifikasi genetik tanaman
durian terletak di Kalimantan dan Sumatera. Di Indonesia tanaman durian
tersebar luas di berbagai daerah dataran rendah sampai ketinggian 600 meter
dpl. (Nurbani, 2012). Adapun klasifikasi tanaman durian yaitu Kingdom
Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Magnoliopsida, Ordo Malvales, Famili
Bombacaceae, Genus Durio, dan Spesies Durio zibethinus (Budiyanto, 2015).
Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka (2015)
menyatakan bahwa tanaman durian berbentuk pohon, berumur panjang
(perenial) dengan tinggi 27 - 40 m, berakar tunggang, batang berkayu dengan
bentuk silindris dan tegak, serta kulit pohon pecah-pecah dan memiliki
permukaan kasar. Pohon durian mempunyai percabangan simpodial,
bercabang banyak, dan arah mendatar. Disamping itu tanaman durian juga
berdaun tunggal, bertangkai pendek yang tersusun berseling (alternate)
dengan permukaan atas berwarna hijau tua dan permukaan bawah berwarna
cokelat kekuningan, bentuk jorong hingga lanset dengan ujung runcing,
pangkal membulat (rotundatus), tepi rata, pertulangan menyirip (pinnate),
Selain itu tanaman durian mempunyai bunga yang muncul di batang atau
cabang yang sudah besar, bertangkai, kelopak berbentuk lonceng
(campanulatus) berwarna putih hingga cokelat keemasan, dan biasanya
berbunga sekitar bulan Januari. Buah durian sendiri memiliki karakteristik
bulat atau lonjong dengan panjang 15-30 cm, kulit dipenuhi duri-duri tajam
dan berwarna coklat keemasan atau kuning, serta biji berbentuk lonjong
dengan ukuran 2-6 cm dan berwarna cokelat. Tanaman durian akan berbuah
setelah berumur 5-12 tahun yang diperbanyak secara generatif (biji).
2. Syarat Tumbuh Optimal Tanaman Durian
Menurut Ivanastuti (2015) syarat tumbuh bagi durian yaitu berada
pada curah hujan maksimum berkisar antara 3.000-3.500 mm/tahun dan
minimal 1.500-3.000 mm/tahun. Curah hujan merata sepanjang tahun, dengan
kemarau 1-2 bulan sebelum berbunga lebih baik daripada hujan terus
menerus. Intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan durian adalah 60-80%.
Sewaktu masih kecil (baru ditanam di kebun), tanaman durian tidak tahan
terik sinar matahari di musim kemarau, sehingga bibit harus
dilindungi/dinaungi. Tanaman durian cocok pada suhu rata-rata 20-30° C.
Pada suhu 15° C durian dapat tumbuh tetapi pertumbuhan tidak optimal. Bila
suhu mencapai 35° C daun akan terbakar.
Tanaman durian menghendaki tanah yang subur (tanah yang kaya
bahan organik). Partikel penyusun tanah seimbang antara pasir liat dan debu
sehingga mudah membentuk remah. Tanah yang cocok untuk durian adalah
keabu-abuan kelam, struktur tanah lapisan atas berbutir-butir, sedangkan
bagian bawah bergumpal, dan kemampuan mengikat air tinggi (Ivanastuti,
2015). Menurut Onny Untung (1996) tanaman durian dapat beradaptasi
dengan berbagai jenis tanah, namun tanah yang paling cocok ialah tanah jenis
geluh atau geluh berpasir yaitu tanah yang memiliki komposisi tekstur pasir,
debu dan lempung seimbang yang banyak dijumpai di lereng-lereng bukit.
Tanah liat juga dapat diusahakan, dengan syarat dilengkapi drainase. Derajat
keasaman tanah yang dikehendaki tanaman durian adalah (pH) 5-7, dengan
pH optimum 6-6,5. Tanaman durian termasuk tanaman tahunan dengan
perakaran dalam, maka membutuhkan kandungan air tanah dengan
kedalaman cukup, (50-150 cm) dan (150-200 cm). Jika kedalaman air tanah
terlalu dangkal/dalam, rasa buah tidak manis/tanaman akan
kekeringan/akarnya busuk akibat selalu tergenang. Pemupukan dilakukan
dengan membuat parit kecil di sekeliling pohon lalu ditaburi pupuk kimia.
Pupuk kandang diberikan pada waktu penanaman bibit. Pemupukan dengan
kadar NPK yang sama diberikan segera setelah musim berbuah, sedangkan
pemupukan dengan kadar P yang lebih tinggi diberikan setelah flushing
selesai untuk mempersiapkan pembungaan. Ketinggian tempat untuk
bertanam durian tidak boleh lebih dari 800 m.dpl. Tetapi ada juga tanaman
durian yang cocok ditanam diberbagai ketinggian. Tanah yang berbukit/yang
kemiringannya kurang dari 15 kurang praktis daripada lahan yang datar rata
Faktor yang mempengaruhi produksi buah durian tidak hanya faktor
agroklimat saja melainkan cara perawatan tanaman juga mempengaruhi
produksi. Onny Untung (1996) menyatakan bahwa perawatan tanaman durian
meliputi pemangkasan, pemupukan, penyiraman, penyerbukan, dan
perawatan buah di pohon.
a. Pemangkasan
Pemangkasan ditujukan untuk membentuk struktur pohon yang
seimbang, kokoh, memaksimalkan cabang-cabang produktif, serta
menjaga ketinggian dan tajuk pohon. Kondisi pohon tersebut memiliki
keuntungan antara lain memacu pertumbuhan pohon lebih cepat,
mempercepat masa pembungaan dan pembuahan.
b. Penyiraman
Penyiraman perlu dilakukan saat tanaman masih muda karena
tanaman pada masa ini sangat peka terhadap kekurangan air, namun saat
tanaman mulai berbuah, pengairan harus dikurangi supaya tidak terlalu
memacu pembungaan, sebab pembungaan yang baru akan menyebabkan
kerontokan pada buah yang baru muncul.
c. Pemupukan
Pemupukan harus dilakukan sesuai dosis dan umur tanaman agar
menghasilkan produksi buah yang memuaskan. Pada masa pertumbuhan,
pohon durian diberi pupuk dalam jumlah sedikit tetapi sering. Semakin
dewasa dosis pupuk semakin banyak namun frekuensinya berkurang. Jenis
diberikan pupuk 0,6-2 kg/tanaman dengan frekuensi 4-6 kali dalam satu
tahun. Pada umur tanaman 5-8 tahun diberikan pupuk 4,5-9 kg/tanaman
dengan frekuensi 3-4 kali dalam setahun. Pada umur 9 tahun keatas
frekuensi pemupukan hanya 3 kali dalam satu tahun namun dosisnya 10
kg/tanaman.
d. Penyerbukan
Penyerbukan dilakukan secara manual apabila banyak faktor yang
menyebabkan kegagalan penyerbukan secara alami. Kegagalan
penyerbukan dapat mengakibatkan berkurangnya produksi tanaman
durian.
e. Perawatan Buah di Pohon
Buah yang berkualitas dan bagus dapat diupayakan melalui
pemilihan buah pada saat pentil buah muncul. Jika dalam satu tangkai
terdapat 8-10 pentil buah maka harus dipilih satu pentil buah yang terbaik
untuk memaksimalkan penyerapan nutrisi yang akan dibentuk menjadi
daging buah.
B. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Durian
Fagundez (2011) menyatakan bahwa kesesuaian lahan adalah tingkat
kecocokkan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kondisi lahan tersebut
dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan
perbaikan (kesesuaian lahan potensial). Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian
tersebut diberikan masukan-masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala.
Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan
dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial
menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan
usaha-usaha perbaikan.
Evaluasi kesesuaian lahan memiliki tingkat survei seperti halnya survei
tanah, mulai dari tingkat eksplorasi sampai tingkat detail. Evaluasi lahan tingkat
semi detail evaluasinya bersifat kuantitatif. Sedangkan kategori lebih tinggi
evaluasinya bersifat kualitatif. Dua metode evaluasi yang dikenal ialah metode
pendekatan dua tahap dan paralel. Metode pendekatan dua tahap biasa digunakan
untuk mengevaluasi sumberdaya dan bersifat kualitatif. Setelah itu dilanjutkan
dengan analisis sosial ekonomi. Sedangkan metode pendekatan paralel biasa
digunakan dalam studi kelayakan (Tatat Sutarman Abdullah, 1992).
Lahan sangat mempengaruhi terhadap hasil suatu tanaman sebab dalam
proses produksi tanaman, tanaman dapat memperoleh unsur hara dan kebutuhan
lainnya dari lahan dan lingkungan sekitar, namun kondisi lahan yang dibutuhkan
oleh setiap tanaman berbeda-beda, sebab kondisi fisiologis setiap tanaman tidak
selalu sama sehingga setiap tanaman menghendaki kondisi lingkungan yang
berbeda, begitupula dengan tanaman durian yang menghendaki kondisi lahan
tertentu, berikut dalam tabel 1 disajikan kriteria kesuaian lahan untuk tanaman
Tabel 1. Kriteria Kesesuaian Tanaman Durian
Persyaratan penggunaan/ karakteristik lahan
Kelas kesesuaian lahan
S1 S2 S3 N
Temperatur (t)
Temperatur rata-rata (°C) 25 – 28 28 – 32 32 - 35 > 35 22 – 25 20 - 22 < 20
Ketersediaan air (w)
Curah hujan (mm) 2.000 - 3.000 1.750 - 2.000 1.250 - 1.750 < 1.250 3.000 - 3.500 3.000 - 4.000 > 4.000
Kelembaban (%) > 42 36 – 42 30 - 36 < 30
Ketersediaan oksigen (o)
Drainase baik,
sedang agak terhambat terhambat, agak cepat sangat terhambat, cepat
Media perakaran (r)
Tekstur sedang,
agak halus,
halus
- agak kasar kasar
Bahan kasar (%) < 15 15 – 35 35 - 55 > 55 Kedalaman tanah (cm) > 100 75 – 100 50 - 75 < 50
Gambut:
Ketebalan (cm) < 60 60 – 140 140 - 200 > 200 Ketebalan (cm), jika ada
sisipan bahan mineral/ pengkayaan
< 140 140 – 200 200 - 400 > 400
Kematangan saprik+ saprik, hemik, fibrik
hemik+ fibrik+
Retensi hara (n)
KTK tanah (cmol/kg) > 16 ≤ 16
Kejenuhan basa (%) > 35 20 – 35 < 20
pH H2O 5,5 - 7,8 5,0 - 5,5 < 5,0
7,8 - 8,0 > 8,0
C-Organik (%) > 1,2 0,8 - 1,2 < 0,8
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m) < 4 4 – 6 6 – 8 > 8
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%) < 15 15 – 20 20 - 25 > 25
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm) > 125 100 – 125 60 - 100 < 60
Bahaya erosi (e)
Lereng (%) < 8 8 – 16 16 - 30 > 30
rendah sedang berat
Bahaya banjir (f)
Genangan F0 - - > F0
Penyiapan lahan (l)
Batuan di permukaan (%) < 5 5 – 15 15 - 40 > 40 Singkapan batuan (%) < 5 5 – 15 15 - 25 > 25
Sumber Data : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP), 2015
Menurut Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011) pembagian
kelas dan definisinya secara kualitatif yaitu sebagai berikut :
1. Kelas S1 : Sangat sesuai (highly suitable). Lahan tidak mempunyai pembatas
yang besar untuk pengelolaan yang diberikan, atau hanya mempunyai
pembatas yang tidak secara nyata berpengaruh terhadap produksi dan tidak
akan menaikkan masukan yang telah biasa diberikan.
2. Kelas S2 : cukup sesuai (moderately suitable). Lahan mempunyai
pembatas-pembatas yang agak besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang
harus dierapkan. Pembatas akan mengurangi produk atau keuntungan dan
meningkatkan masukan yang diperlukan.
3. Kelas S3 : sesuai marginal (marginally suitable). Lahan mempunyai
pembatas-pembatas yang besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan
yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan
atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan.
4. Kelas N : tidak sesuai (not suitable). Lahan mempunyai pembatas yang sangat
besar, masih memungkinkan diselesaikan, tetapi tidak dapat diperbaiki dengan
tingkat pengelolaan dan modal normal. Keadaan pembatas sedemikian
besarnya, sehingga mencegah penggunaan lahan yang lestari dalam jangka
15
III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI
A. Karakteristik Wilayah Studi
1. Letak, Luas, dan Batas Wilayah Penelitian
Secara geografis Kawasan Kebun Buah Mangunan di Dusun
Mangunan, Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta dengan koordinat 7°56'12.66" Lintang Selatan dan
110°25'40.98" Bujur Timur serta dengan luas kawasan 23,4 hektar. Tanaman
durian merupakan tanaman utama di kawasan ini, dengan luas kebun durian
yaitu 2,7 hektar. Tanaman lain yang ada di Kebun Buah Mangunan yaitu
mangium, rambutan, jeruk, mangga, sawo, belimbing, kelengkeng, petai,
cempedak dan lain-lain. Tanaman-tanaman tersebut ditempatkan di beberapa
area Kebun Mangunan. Lahan untuk kebun durian sendiri ditanam secara
tumpangsari dengan tanaman kacang tanah, hal ini ditujukan supaya tanah
tidak mudah mengalami longsor walaupun sudah dibuat terasering.
Penanaman kacang tanah ini juga ditujukan untuk memanfaatkan lahan
kosong antara tanaman durian yang jarak tanamnya mencapai 10 meter.
Kawasan Kebun Buah Mangunan memiliki batas-batas sebagai
berikut :
a. Sebelah Barat : Pedukuhan Mangunan
b. Sebelah Utara : Desa Mangunan
c. Sebelah Timur : Pedukuhan Kanigoro
Adapun Kawasan Kebun Buah Mangunan ditunjukkan oleh gambar 2.
Gambar 2. Peta Desa Mangunan Kecamatan Dlingo
2. Iklim, Topografi, dan Tanah
Kawasan Kebun Buah Mangunan memiliki suhu antara 24° C sampai
32° C dan berada pada ketinggian 300 m.dpl dengan kemiringan 44° serta
termasuk ke dalam bentang wilayah yang berbukit dan berombak. Kondisi
lahan demikian cukup menghambat untuk diusahakan sebagai lahan
pertanian, sehingga dalam pengelolaannya Kebun Buah Mangunan
membentuk lahan terasering sejajar kontur dan penanaman tanaman penutup
tanah berupa kacang tanah. Selain itu, Kawasan Kebun Buah Mangunan juga
mempunyai tanah yang didominasi oleh lempung, berwarna merah dan padas.
Tanah dengan karakter tersebut ketika musim hujan mudah jenuh air, namun
ketika kemarau tanah mengalami kekeringan.
B. Potensi Kecamatan Dlingo sebagai Lahan Budidaya Durian
Kecamatan Dlingo pada umumnya berpotensi sebagai lahan budidaya
durian, sebab kondisi lahan Kecamatan Dlingo sesuai dengan syarat tumbuh
tanaman durian. Tanaman durian menghendaki ketinggian tempat yang tidak lebih
dari 800 meter dpl., sedangkan menurut Pemerintah Kabupaten Bantul Kecamatan
Dlingo (2015) Kecamatan Dlingo memiliki ketinggian 320 meter dpl. Disamping
itu juga Kecamatan Dlingo memiliki suhu antara 24° C sampai 32° C, dan tanaman
durian cocok pada suhu rata-rata 20-30° C. Kemudian tanah yang cocok untuk
tanaman durian adalah jenis tanah grumosol dan andosol. Kecamatan Dlingo
menurut Rian Wicaksono dkk. (2013) memiliki jenis tanah mediteran dan latosol,
dan bahkan selama ini Kecamatan Dlingo merupakan kecamtan yang cukup
dikenal sebagai penghasil durian di Kabupaten Bantul.
Pemerintah Kabupaten Bantul (2015) menyatakan bahwa sampai saat ini
Kecamatan Dlingo dihuni oleh 8.894 kepala keluarga, dengan jumlah keseluruhan
penduduk Kecamatan Dlingo sebanyak 36.514 orang yang terdiri dari jumlah
penduduk laki-laki sebanyak 17.718 orang dan penduduk perempuan sebanyak
18.796 orang, dengan demikian tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Dlingo
yaitu 650 jiwa/km2 dimana sebagian besar penduduk adalah petani. Dari data
monografi Kecamatan tercatat 7.625 orang atau 20,88% penduduk Kecamatan
Dlingo bekerja di sektor pertanian.
Saat ini sistem pengelolaan di Kebun Buah Mangunan setiap tahunnya
dalam hal perawatan tanaman selalu diberikan pupuk 2 kali dalam setahun yaitu
pemupukan pertama menggunakan pupuk kandang sebanyak 100-200 gram/pohon
dan SP-36 sebanyak 100-200 gram/pohon yang dilakukan pada awal musim
hujan, pemupukan yang kedua pada saat ahir musim hujan menggunakan pupuk
kandang saja 100-200 gram/pohon. Cara pemupukan tersebut telah dilakukan
sejak awal berdirinya Kebun Buah Mangunan. Adapun pengairan yang dilakukan
disini hanya mengandalkan air hujan saja, sehingga pada saat musim kemarau
tanaman tidak diberikan pengairan, sebab sampai saat ini tidak ada alat atau
19
IV. TATA CARA PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Maret 2016
di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
B. Metode Penelitian dan Analisis Data
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang telah dilakukan menggunakan metode survei.
Survei menurut Webster adalah belajar secara menyeluruh (general study),
belajar secara komprehensif atau pengujian (Tatat Sutarman Abdullah, 1992).
Masri Singarimbun (1989) menyatakan bahwa metode penelitian survei
dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi
untuk mewakili seluruh populasi.
2. Metode Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi observasi dengan cara purposive.Purposive adalah
suatu teknik penentuan lokasi penelitian secara sengaja berdasarkan atas
pertimbangan–pertimbangan tertentu (Antara, 2009 dalam Sugaepi, 2013).
Lokasi yang dipilih pada penelitian ini yaitu di lahan kebun durian di
Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul, pemilihan
lokasi ini sengaja dipilih berdasar tujuan penelitian yaitu evaluasi kesesuaian
Kabupaten Bantul dan penetapan karakteristik lahannya. Lokasi yang dipilih
[image:33.595.140.507.167.362.2]ditunjukkan dalam Gambar 3.
Gambar 3. Peta Lahan Kebun Buah Mangunan
Sumber : Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL), 1999
3. Metode Penentuan Sampel Tanah
Sampel tanah diambil dari beberapa titik lahan yang ditentukan
dengan cara komposit pada kawasan ditanami durian untuk selanjutnya
dianalisis di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian UMY. Masri
Singarimbun (1989) menyatakan bahwa sampel yang diambil harus memiliki
sifat dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh
populasi yang diteliti. Pada penelitian ini sampel tanah diambil dari 4 titik
lahan, yang kemudian sampel tanah dikomposit, sehingga terdapat satu
sampel tanah untuk satu luasan kebun. Berikut titik lahan yang digunakan
dalam pengambilan sampel tanah :
a. A1 : 7°56'11.10" Lintang Selatan dan 110°25'40.36" Bujur Timur
c. A3 : 7°56'13.34" Lintang Selatan dan 110°25'39.81" Bujur Timur
d. A4 : 7°56'13.74" Lintang Selatan dan 110°25'42.06" Bujur Timur
Pada penelitian ini sampel tanah yang diambil digunakan untuk
analisis kesuburan tanah di laboratorium sebagaimana disajikan dalam Tabel
[image:34.595.130.505.262.405.2]2 berikut.
Tabel 2. Macam Analisis Kesuburan Tanah
No Faktor Analisis Metode/Cara
1 Tekstur Hydrometer 2 KTK tanah Destilasi IK. 5.4.f 3 Kejenuhan Basa Kalkulasi
4 pH tanah pH meter
5 C-Organik Walkley and Black
6 Kadar N Kjeldahl 7 Kadar P HCl 25 % 8 Kadar K HCl 25 %
4. Analisis Data
Lahan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan tanah mineral
sehingga tidak semua karakteristik lahan yang terdapat pada tabel 1 dianalisis.
Oleh karena itu data yang dapat diperoleh dari karakteristik dan fisiografi
wilayah berupa data temperatur rata-rata, curah hujan, kelembaban,
kedalaman tanah, drainase tanah, batuan di permukaan dan singkapan batuan,
bahan kasar. Sedangkan untuk data kondisi eksisting lahan pertanaman durian
diperoleh dari analisis kesuburan tanah di laboratorium yang tersaji dalam
tabel 2 berupa tekstur tanah, KTK tanah, kejenuhan basa, pH tanah,
C-Organik, kadar N, kadar P, dan kadar K. Dengan demikian analisis data yang
digunakan pada penelitian ini yaitu dengan cara mencocokkan serta
fisiografi wilayah dan analisis sampel tanah atau kesuburan tanah (tabel 2)
dengan kriteria kesesuaian lahan tanaman durian yang tersaji dalam tabel 1,
sehingga dapat diperoleh kelas kesesuaian lahan durian di kawasan Kebun
Buah Mangunan.
C. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer yang
diperoleh dari hasil observasi dan wawancara secara langsung, dan data sekunder
yang berasal dari studi pustaka atau literatur. Berikut data yang digunakan dalam
[image:35.595.109.506.393.756.2]penelitian ini disajikan dalam tabel 3.
Tabel 3. Jenis Data Penelitian
No Jenis Data Lingkup Bentuk Data Sumber
1 Temperatur Temperatur rata-rata (oC)
Hard copy BMKG (Badan
Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika) Stasiun Geofisika Klas I Yogyakarta
2 Ketersediaan air
Curah hujan (mm)
Hard copy BMKG (Badan
Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika) Stasiun Geofisika Klas I Yogyakarta
Kelembaban (%) Hard copy BMKG (Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika) Stasiun Geofisika Klas I Yogyakarta
3 Ketersediaan oksigen
Drainase Hard copy Survei Lapangan
4 Media perakaran
Kejenuhan basa Hard copy Analisis Laboratorium
pH H2O Hard copy Analisis Laboratorium
C-Organik Hard copy Analisis Laboratorium 6 Bahaya erosi Lereng (%) Hard copy Survei Lapangan
Bahaya erosi Hard copy Survei Lapangan 7 Bahaya
banjir
Genangan Hard copy Survei Lapangan
8 Penyiapan lahan
Batuan di permukaan (%)
Hard copy Survei Lapangan
Singkapan batuan (%)
Hard copy Survei Lapangan
9 Hara tersedia
Kadar N total (%) Hard copy Analisis Laboratorium P2O5 (mg/100g) Hard copy Analisis Laboratorium
K2O (mg/100g) Hard copy Analisis Laboratorium
D. Luaran Penelitian
Luaran penelitian yang diharapkan dari penelitian ini yaitu berupa
laporan penelitian dan naskah akademik yang dipublikasikan melalui jurnal
ilmiah.
E. Jadual Penelitian
No Kegiatan Bulan
Desemb er 2015 Januari 2016 Februar i 2016 Maret 2016
1 Survei lokasi 2 Pengambilan data
a. Kondisi fisik wilayah b. Bentuk lahan c. Karakteristik lahan d. Kualitas Lahan e. Syarat tumbuh
tanaman durian 3 Pengolahan dan analisis
data
a. Tingkat kesesuaian lahan
b. Tabel kesesuaian
lahan 4 Penyusunan laporan
25
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa
faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon dan
genetik tanaman juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berupa nutrisi
tanaman dan lingkungan. Nutrisi tanaman dapat diperoleh dari tanah sedangkan
lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.
Kondisi fisiografi wilayah mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman karena kondisi fisiografi berhubungan dengan kondisi
iklim, misalnya ketinggian tempat, semakin tinggi suatu tempat maka
temperaturnya mengalami penurunan, sedangkan bentuk bumi mempengaruhi
pola penyinaran matahari. Di samping itu setiap tanaman memiliki kehendak
kondisi fisiografi yang berbeda karena setiap tanaman memiliki karakter yang
berbeda dan kebutuhan persyaratan tumbuh yang berbeda. Dengan demikian
tanaman dapat tumbuh dan memproduksi hasil secara optimal hanya di wilayah
yang kondisi fisiografinya dikendaki.
Tanaman durian dapat tumbuh dan memproduksi hasil yang optimal juga
dipengaruhi oleh kondisi fisiografi tertentu, yaitu tanaman durian menghendaki
kondisi fisiografi dengan ketinggian tempat tidak lebih dari 800 meter dpl. dengan
suhu rata-rata 20-30o C. Pada suhu yang lebih rendah tanaman durian dapat
tumbuh namun pertumbuhannya tidak optimal, sedangkan pada suhu yang lebih
kemiringan lahan yang tidak lebih dari 15o, hal ini ditujukan untuk mempermudah
pengelolaan lahan dan perawatan tanaman durian.
Kawasan Kebun Buah Mangunan memiliki ketinggian tempat 300 meter
dpl. dengan suhu antara 24-32o C, disamping itu kawasan ini juga memiliki tanah
yang didominasi lempung, berwarna merah dan padas serta dengan kemiringan
44o yang bentang wilayahnya termasuk ke dalam berbukit dan berombak, namun
dengan kondisi lahan demikian, Wilayah Kebun Buah Mangunan sebagian besar
lahan dibuat terasering. Dengan demikian Kawasan Kebun Buah Mangunan
secara fisiografis dapat ditanami tanaman durian.
B. Kondisi Eksisting Lahan Pertanaman Durian
1. Temperatur
Temperatur sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman durian. Tanaman durian cocok pada suhu rata-rata
20-30oC, pada suhu 15oC tanaman durian dapat tumbuh namun tidak optimal,
sedangkan pada suhu 35oC daun tanaman durian dapat terbakar. Berikut tabel 4
menyajikan kondisi temperatur rata-rata tahunan di Kecamatan Dlingo
[image:39.595.139.505.620.728.2]Kabupaten Bantul.
Tabel 4. Suhu Udara Rata-rata di Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul
Tahun Suhu Udara (oC)
2011 26,1
2013 26,3
2014 26,2
2015 26,1
Rata-rata 26,2
Berdasar data pada tabel 4, rata-rata suhu udara tahunan di Kecamatan
Dlingo dari tahun 2011 sampai 2015 yaitu 26,2oC. Kondisi suhu tersebut jika
disesuaikan dengan kelas kesesuaian untuk tanaman durian termasuk ke dalam
kelas S1, yaitu sangat sesuai (higly suitable) atau lahan tidak mempunyai
pembatas yang besar untuk pengelolaan yang diberikan.
2. Ketersediaan Air
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya tanaman durian
juga membutuhkan air untuk memperoleh hasil yang optimal. Air dapat
diperoleh dari sistem pengairan yang sengaja dibuat oleh petani maupun dari
air hujan yang turun dan kemudian disimpan di dalam tanah.
a. Curah Hujan
Tanaman durian dapat tumbuh baik pada intensitas curah hujan
maksimal antara 3.000-3.500 mm/tahun dan minimal 1.500-3.000
mm/tahun. Curah hujan yang terlalu tinggi tidak baik untuk tanaman durian
karena akan mengakibatkan kebusukan pada akar tanaman. Berikut rata-rata
[image:40.595.150.496.565.675.2]curah hujan di Kecamatan Dlingo disajikan dalam tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata Curah Hujan di Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul
Tahun Curah Hujan (mm)
2011 2.157
2012 2.222
2013 3.043
2014 2.080
2015 1.939
Rata-rata 2.288,2
Sumber : Badan Meterorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Klas I Yogyakarta, 2016
Berdasarkan data pada tabel 5, rata-rata curah hujan pertahun di
dicocokkan dengan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman durian termasuk
ke dalam kelas S1, artinya lahan tidak mempunyai pembatas yang besar
atas pengelolaan yang diberikan.
b. Kelembaban
Tanaman durian menghendaki kelembaban lebih dari 40% untuk
proses pertumbuhannya. Kelembaban udara ini berpengaruh terhadap laju
transpirasi tanaman, yaitu jika kelembaban udara terlalu rendah maka laju
transpirasi meningkat untuk mempertahankan supaya tanaman tidak
mengalami kekeringan. Tabel 6 berikut ini menyajikan data rata-rata
[image:41.595.152.512.402.523.2]kelembaban di Kecamatan Dlingo.
Tabel 6. Kelembaban Rata-rata di Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul
Tahun Kelembaban (%)
2011 78,7
2013 85,9
2014 83,8
2015 82,8
Rata-rata 82,8
Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Klas I Yogyakarta, 2016
Berdasarkan data tersebut kelembaban di Kecamatan Dlingo untuk
tanaman durian termasuk ke dalam kelas sangat sesuai atau S1 dimana lahan
tidak memiliki pembatas yang besar atas pengelolaan yang diberikan.
3. Ketersediaan Oksigen
Tanaman durian selain faktor pendukung dari kondisi iklim juga
tanaman durian membutuhkan unsur-unsur lain untuk masa pertumbuhannya
salah satunya yaitu kebutuhan oksigen. Oksigen dapat diperoleh dari udara
dilihat dari banyak pori makro dan mikro tanah, dimana pori makro tanah
berarti banyak ketersediaan udara, sedangkan pori mikro banyak menahan air.
Oleh karena itu untuk mengetahui pori makro dan mikro dalam tanah dapat
dilihat dari proses drainase.
Tanaman durian menghendaki kondisi drainase yang baik yaitu tanah
yang tidak dapat meloloskan air dengan cepat namun tidak menahan air dengan
sangat lama. Berdasar survei lapangan yang dilakukan pada tanggal 3 Maret
2016 lahan kebun durian mempunyai kondisi drainase yang agak terhambat,
oleh karena itu jika dicocokkan dengan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman
durian kondisi drainase ini termasuk ke dalam kelas S2 atau cukup sesuai, yaitu
lahan mempunyai pembatas yang agak besar untuk mempertahankan tingkat
pengelolaan yang harus diterapkan.
4. Media Perakaran
a. Tekstur
Lahan kebun durian di Kebun Buah Mangunan berdasar hasil
analisis tanah di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta memiliki
kadar pasir 17%, debu 31%, dan lempung 52%. Berdasar ketetapan klas
tekstur segitiga USDA, lahan tersebut termasuk ke dalam tanah bertekstur
lempung atau termasuk ke dalam lahan bertekstur halus. Oleh karena itu,
tekstur lahan ini jika dicocokkan dengan kelas kesesuaian untuk tanaman
b. Bahan Kasar
Bahan kasar yaitu batuan yang berukuran lebih dari 2 mm yang
terdapat di permukaan tanah dan dalam lapisan 20 cm. survei yang telah
dilakukan menyatakan bahwa lahan kebun durian memiliki jumlah bahan
kasar sebanyak 6,58%. Dengan demikian bahan kasar yang ada di lahan ini
jumlahnya sedikit dan memudahkan dalam pengelolaan lahan. Bahan kasar
di lahan ini termasuk ke dalam kelas S1 atau sangat sesuai untuk tanaman
durian karena bahan kasar yang optimal untuk tanaman durian yaitu
sebanyak kurang dari 15%.
c. Kedalaman Tanah
Kedalaman tanah yaitu ketebalan tanah yang diukur dari
permukaan tanah sampai bahan induk. Kedalaman tanah ini menunjukkan
dalamnya tanah yang dapat ditembus oleh akar tanaman. Tanaman durian
menghendaki tanah dengan kedalaman lebih dari 100 cm, supaya akar
tanaman durian tidak mudah roboh dan mendapatkan banyak unsur hara.
Survei lapangan menunjukkan bahwa kedalaman tanah di lahan kebun
durian Kebun Buah Mangunan hanya 20-100 cm. Oleh karena itu lahan ini
termasuk ke dalam kelas S2 atau cukup sesuai, dengan faktor pembatas
yang agak besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus
5. Retensi Hara
a. KTK Tanah
Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah yaitu kemampuan koloid
tanah dalam menjerap dan menukarkan kation. Kation tersebut kemudian
ditukarkan dengan ion H+ hasil respirasi akar tanaman. KTK biasanya
dinyatakan dalam miliekuivalen/100 g tanah atau me%, tetapi sekarang
diubah menjadi cmolc/kg tanah (centimoles of charge per kilogram of dry
soil) (Iman Syahrul Gunawan, 2014). Tanaman durian menghendaki nilai
KTK tanah yang baik yaitu lebih dari 16 cmol/kg. Hal ini dikarenakan
semakin tinggi nilai KTK tanah maka akan memudahkan tanah dalam
menjerap kation. Hasil analisis terhadap tanah di lahan kebun durian
menyatakan bahwa lahan ini memiliki KTK tanah 10,70 cmol/kg. Menurut
Novizan (2005) humus yang berasal dari bahan organik mempunyai KTK
jauh lebih tinggi (100-300 meq/100 g). Koloid yang bersal dari batuan
memiliki KTK lebih rendah (3-150 meq/100 g). Tanah Mangunan berasal
dari batuan induk batu breksi sehingga memiliki KTK yang termasuk
rendah. Oleh sebab itu lahan ini termasuk ke dalam kelas S2 atau cukup
sesuai.
b. Kejenuhan Basa
Kejenuhan basa merupakan presentase dari total KTK yang
ditempati oleh kation-kation basa seperti Ca2+, Mg2+, K+, dan Na+.
Kejenuhan basa dapat mengindikasikan kesuburan tanah, yaitu kejenuhan
artinya tanah memiliki kesuburan sedang, dan kejenuhan basa kurang dari
50% artinya tanah tidak subur (Windawati Alwi, 2011). Hasil analisis pada
lahan kebun durian di Kebun Buah Mangunan menyatakan kejenuhan basa
95,9 %, artinya dengan nilai kejenuhan basa tersebut lahan ini termasuk
sangat subur. Kejenuhan basa yang tinggi menunjukkan banyaknya jumlah
kation basa yang dapat ditukarkan dengan ion H+ hasil respirasi tanaman,
sehingga unsur hara dapat mudah tersedia bagi tanaman. Kelas kesesuaian
durian kejenuhan basa lahan ini menyatakan kelas S1 atau sangat sesuai
karena tanaman durian menghendaki kejenuhan basa yang optimal yaitu
lebih dari 35%.
c. pH Tanah Aktual
pH tanah merupakan ukuran kemasaman tanah atau kebasaan
tanah. Tanah ber pH 7 adalah tanah bereaksi netral, tanah ber pH lebih dari
7 adalah tanah bereaksi basa dan tanah ber pH lebih rendah dari 7
merupakan tanah bereaksi asam atau yang dikenal sebagai tanah masam
(acid soils) (Abdul Madjid, 2016). Syarat tumbuh tanaman durian
menghendaki pH tanah yang optimum yaitu 5,5-7,8. Pada kondisi pH tanah
demikian, unsur hara yang terdapat dalam tanah dapat dengan mudah larut
dalam air, sehingga unsur hara mudah diserap tanaman. Hasil analisis di
laboratorium menyatakan bahwa pH tanah di kebun durian Kebun Buah
Mangunan yaitu 6,30 artinya tanah ini merupakan tanah cukup netral dan
d. C-Organik
C-Organik yaitu senyawa karbon yang berasal dari bahan organik
di dalam tanah. Kadar C-organik tanah cukup bervariasi, tanah mineral
biasanya mengandung C-organik antara 1-9%, sedangkan tanah gambut dan
lapisan organik tanah hutan dapat mengandung 40-50% C-organik dan
biasanya <1% di tanah gurun pasir (Fadhilah, 2010 dalam Muhammad
Fadhli, 2014). Hasil analisis laboratorium menyatakan bahwa tanah kebun
durian ini mengandung kadar C-Organik sebesar 1,49%. Hasil analisis
menunjukkan bahwa tanah ini memiliki kadar C-Organik yang cukup
rendah namun bila dicocokkan dengan kadar C-Organik yang dibutuhkan
tanaman durian lahan ini termasuk kelas S1 sangat sesuai, karena tanaman
durian menghendaki kadar C-Organik dalam tanah yaitu lebih besar dar 1,2
%.
6. Hara Tersedia
Tanaman durian dalam pertumbuhan dan perkembangannya juga
membutuhkan unsur hara. Unsur hara yang dibutuhkan terdiri dari unsur hara
makro dan mikro. Unsur hara makro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam
jumlah banyak, misalnyanya C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S. Sedangkan
unsur hara mikro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit,
misalnya Fe, Zn, Cu, Cl, Co, dan Mo. Unsur-unsur tersebut didapatkan dari air
dan dalam tanah, atau dapat pula ditambahkan melalui pemupukan. Kebutuhan
unsur hara setiap tanaman berbeda-beda tergantung karakter tanaman dan
tanaman diatas 10 tahun menurut Onny Untung (1996) yaitu pupuk NPK
(15:15:15) sebanyak 10 kg/pohon dalam satu kali pemberian dan frekuensi
pemberian 3 kali dalam setahun. Dengan grade tersebut maka pupuk yang
dibutuhkan yaitu urea sebanyak 3,26 kg, SP-36 sebanyak 4,17 kg, dan KCl 2,5
kg serta pembawanya 0.07 kg. Sedangkan pemupukan yang dilakukan di
Kebun Buah Mangunan terhadap tanaman durian yaitu pemupukan pertama
menggunakan pupuk kandang sebanyak 100-200 gram/pohon dan SP-36
sebanyak 100-200 gram/pohon yang dilakukan pada awal musim hujan,
pemupukan yang kedua pada saat ahir musim hujan menggunakan pupuk
kandang saja 100-200 gram/pohon. Dengan sistem pemupukan tersebut berikut
tabel 7 menyajikan hasil analisis di laboratorium terhadap kadar unsur N total,
Kadar P2O5, dan Kadar K2O pada lahan kebun durian di kebun Buah
[image:47.595.169.475.480.545.2]Mangunan.
Tabel 7. Kadar N total, Kadar P2O5, dan Kadar K2O Unsur Hara Kadar Hara N total 0,46 %
P2O5 38 mg/100g
K2O 27 mg/100g
Menurut Balai Penelitian Tanah (2009) kriteria penilaian hasil analisis
[image:47.595.126.505.618.743.2]tanah yaitu sebagai berikut dalam tabel 8.
Tabel 8. Kriteria penilaian hasil analisis tanah Parameter
Tanah
Nilai Sangat
Rendah Rendah Sedang Tinggi
Sangat Tinggi N (%) <0,1 0,1-0,2 0,21-0,5 0,75 >0,75 P2O5 HCl 25%
(mg/100g) <15 15-20 21-40 41-60 >60 K2O HCl 25%
Berdasarkan tabel tersebut maka hasil analisis unsur hara untuk kadar
N, P2O5 dan K2O pada tanah Kebun Mangunan mempunyai nilai sedang.
Seiring dengan semakin berkembangnya tanaman durian maka unsur hara yang
ada di dalam tanah akan berkurang, sehingga perlu dilakukan pemupukan.
Pemupukan yang dilakukan seharusnya tidak hanya menggunakan SP-36 saja
melainkan ditambah pupuk yang mengandung unsur lain supaya kebutuhan
unsur hara tanaman durian dapat terpenuhi.
7. Bahaya Erosi
a. Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng untuk kebun durian di Kebun Buah Mangunan
berdasar survei lapangan yaitu 14,4%, sedangkan tanaman durian
menghendaki kemiringan lereng kurang dari 8%, sehingga lahan ini
termasuk ke dalam kelas S2 atau cukup sesuai. Lahan dengan kemiringan
yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya erosi dan hilangnya
lapisan tanah teratas atau top soil, disamping itu juga lahan dengan
kemiringan yang tinggi dapat menyulitkan dalam pengolahan tanah,
sehingga tanah di Kebun Buah Mangunan dibuat terasering dan menanam
tanaman durian dengan searah kontur, serta adanya tanaman kacang tanah
sebagai tanaman penutup tanah.
b. Bahaya Erosi
Kawasan Kebun Buah Mangunan beradasar hasil survei lapangan
yaitu dengan cara wawancara dengan pengelola kebun tersebut memiliki
kemiringan yang cukup tinggi tanah di Kebun Buah Mangunan sejak awal
penanaman dibuat terasering dan ditanam searah kontur. Dengan demikian
untuk kesesuaian lahannya termsuk ke dalam kelas S1 atau sangat sesuai.
8. Bahaya Banjir
Berdasar hasil survei lapangan, tingkat bahaya banjir di Kawasan
Kebun Buah Mangunan termasuk ke dalam kelas S1 atau sangat sesuai untuk
tanaman durian karena tidak pernah terjadi genangan atau banjir di kawasan
ini. Tanah yang tergenang akan mengakibatkan kebusukan pada akar tanaman
durian, sehingga tanah yang baik untuk tanaman durian yaitu tanah yang tidak
tergenang.
9. Penyiapan Lahan
Hasil survei lapangan yang telah dilakukan di kebun durian
menyatakan bahwa jumlah batuan di permukaan yaitu sebanyak 0,4% dan
singakapan batuan 0%, sehingga jumlah batuan di permukaan dan juga
singkapan batuan termasuk ke dalam kelas kesesuaian S1 atau sangat sesuai
untuk tanaman durian. Permukaan tanah yang terlalu banyak bebatuan akan
mengakibatkan terhambatnya pengolahan tanah. Oleh sebab itu kondisi lahan
di Kebun Buah Mangunan tersebut tidak menjadi hambatan dalam hal
C. Evaluasi Kesesuaian Lahan Pertanaman Durian di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul
Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan untuk menganalisis potensi lahan
yang kemudian dibandingkan dengan persyaratan tumbuh tanaman durian, dengan
demikian dapat diperoleh kelas kesesuaian lahan di Kebun Buah Mangunan untuk
tanaman durian. Penentuan kelas kesuaian lahan menurut Sarwono Hardjowigeno
dan Widiatmaka (2011) salah satu metode yang dapat digunakan yaitu dengan
metode FAO (1976), dimana kerangka dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini
mengenal 4 (empat) kategori, yaitu:
1. Ordo : menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk
penggunaan tertentu.
2. Kelas : menunjukkan tingkat kesesuaian suatu lahan.
3. Sub-kelas : menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus
dijalankan dalam masing-masing kelas.
4. Unit : menunjukkan perbedaan-perbedaan besarnya faktor penghambat yang
berpengaruh dalam pengelolaan suatu sub-kelas.
Kesesuaian lahan yang dianalisis ada dua macam yaitu kesesuaian lahan
aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual yaitu kelas
kesesuaian alami yang ada pada saat ini atau belum dilakukan usaha perbaikan
atau pengelolaan terhadap pembatas-pembatas, sedangkan kesesuaian lahan
potensial yaitu kondisi lahan yang akan dicapai setelah adanya usaha perbaikan.
Kesesuaian lahan aktual dianalisis dengan menggunakan metode matching atau
kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman durian. Tabel 9 menyajikan kelas
kesesuaian lahan aktual untuk tanaman durian di Kebun Buah Mangunan,
sedangkan untuk jenis usaha perbaikan dan tingkat perbaikan kualitas lahan
akatual untuk menjadi potensial sebagaimana disajikan dalam tabel 10 dan tabel
39 Tabel 9. Kelas Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tanaman Durian di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul
No Karakteristik Lahan Simbol Kelas Kesesuaian Lahan Nilai
Data Kelas
S1 S2 S3 N
1 Temperatur (t) S1
Temperatur rata-rata (OC) 25 - 28 28 - 32 32 - 35 > 35 26,2 S1 22 - 25 20 - 22 < 20
2 Ketersediaan air (w) S1
1. Curah hujan (mm) 2.000 - 3.000
1.750 - 2.000
1.250 - 1.750
< 1.250 2.288,2 S1
3.000 - 3.500
3.000 - 4.000
> 4.000
2. Kelembaban (%) > 42 36 - 42 30 - 36 < 30 82,8 S1
3 Ketersediaan oksigen (o) S2
Drainase baik, sedang agak terhambat terhambat, agak cepat sangat terhambat, cepat agak terhambat S2
4 Media perakaran (r) S2
1. Tekstur sedang, agak halus,
halus
- agak kasar Kasar halus S1
2. Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 - 55 > 55 6,58 S1 3. Kedalaman tanah (cm) > 100 75 - 100 50 - 75 < 50 100 S2
5 Retensi hara (n) S2
1. KTK tanah (cmol/kg) > 16 ≤ 16 10,70 S2 2. Kejenuhan basa (%) > 35 20 - 35 < 20 95,90 S1 3. pH tanah 5,5 - 7,8
40 4. C-Organik (%) > 1,2 0,8 - 1,2 < 0,8 1,49 S1
6 Bahaya erosi (e) S2
1. Kemiringan lereng (%) < 8 8 - 16 16 - 30 > 30 14,4 S2 2. Bahaya erosi sangat
rendah
rendah - sedang
Berat sangat berat sangat rendah
S1
7 Bahaya banjir (f) S1
Genangan F0 - - > F0 F0 S1
8 Penyiapan lahan (l) S1
1. Batuan di permukaan (%)
< 5 5 - 15 15 - 40 > 40 0,4 S1
2. Singkapan batuan (%) < 5 5 - 15 15 - 25 > 25 0 S1 Kelas kesesuaian lahan aktual tingkat sub-kelas S2o, r, n, e
Kelas kesesuaian lahan aktual tingkat unit S2o, r-3,
Tabel 10. Jenis usaha perbaikan kualitas/karakteristik lahan aktual untuk menjadi potensial menurut tingkat pengelolaannya
No Karakteristik Lahan Jenis Usaha Perbaikan Tingkat Pengelolaan 1 Temperatur
Temperatur rata-rata Tidak dapat dilakukan perbaikan
-
2 Ketersediaan air
1. Curah hujan Sistem irigasi/pengairan Sedang, tinggi 2. Kelembaban Tidak dapat dilakukan
perbaikan
3 Ketersediaan oksigen
Drainase Perbaikan sistem drainase seperti pembuatan saluran drainase
Sedang, tinggi
4 Media perakaran
1. Tekstur Tidak dapat dilakukan perbaikan
-
2. Bahan kasar Pengaturan kelembaban tanah untuk mempermudah pengolahan tanah
Sedang, tinggi
3. Kedalaman tanah Umumnya tidak dapat dilakukan perbaikan kecuali pada lapisan padas lunak dan tipis dengan
membongkarnya waktu pengolahan tanah
Tinggi
5 Retensi hara
1. KTK tanah Pengapuran atau
penambahan bahan organik
Sedang, tinggi
2. Kejenuhan basa Pengapuran atau
penambahan bahan organik
Sedang, tinggi
3. pH tanah Pengapuran Sedang 4. C-Organik Penambahan bahan organik Sedang, tinggi
6 Bahaya erosi
1. Kemiringan lereng Usaha pengurangan laju erosi, pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, penanaman penutup tanah
Sedang, tinggi
2. Bahaya erosi Usaha pengurangan laju erosi, pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, penanaman penutup tanah
[image:54.595.122.506.139.723.2]7 Bahaya banjir
Genangan Pembuatan tanggul penahan banjir serta pembuatan saluran drainase untuk mempercepat pengaturan air
Tinggi
8 Penyiapan lahan
1. Batuan di permukaan
Pengaturan kelembaban tanah untuk mempermudah pengolahan tanah
Sedang, tinggi
2. Singkapan batuan Pengaturan kelembaban tanah untuk mempermudah pengolahan tanah
Sedang, tinggi
Sumber : Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011 Keterangan :
- Tingkat pengelolaan rendah: pengelolaan dapat dilaksanakan oleh petani dengan biaya yang relatif rendah
- Tingkat pengelolaan sedang: pengelolaan dapat dilaksanakan pada tingkat petani menengah memerlukan modal menengah dan teknik pertanian sedang
- Tingkat pengelolaan tinggi: pengelolaan hanya dapat dilaksanakan dengan modal yang relatif besar, umumnya dilakukan oleh pemerintah atau perusahaan besar atau menengah
Tabel 11. Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual untuk menjadi potensial menurut tingkat pengelolaannya
No Karakteristik Lahan
Tingkat Pengelolaan
Jenis Perbaikan Sedang Tinggi
1 Temperatur
Temperatur rata-rata - - -
2 Ketersediaan air
1. Curah hujan + ++ Irigasi 2. Kelembaban - - -
3 Ketersediaan oksigen
Drainase + ++ Saluran drainase *)
4 Media perakaran
1. Tekstur - - -
2. Bahan kasar - + Mekanisasi 3. Kedalaman tanah - + -
5 Retensi hara
[image:55.595.123.506.109.290.2]6 Bahaya erosi
1. Kemiringan lereng
+ ++ Usaha konservasi tanah 2. Bahaya erosi + ++ Usaha konservasi
tanah
7 Bahaya banjir
Genangan + ++ -
8 Penyiapan lahan
1. Batuan di permukaan
- + Mekanisasi
2. Singkapan batuan - + Mekanisasi Sumber : Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011
Keterangan :
- (-) tidak dapat dilakukan perbaikan
- (+) perbaikan dapat dilakukan dan akan dihasilkan kenaikan kelas satu tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S2)
- (++) kenaikan kelas dua tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S1)
- *) drainase jelek dapat diperbaiki menjadi drainase lebih baik dengan membuat saluran drainase, tetapi drainase baik atau cepat sulit dirubah menjadi drainase jelek atau terhambat
1. Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tanaman Durian di Kebun Buah Mangunan
Kesesuaian lahan aktual yaitu kelas kesesuaian alami yang ada pada
saat ini atau belum dilakukan usaha perbaikan atau pengelolaan terhadap
pembatas-pembatas.
Berdasarkan data pada tabel 9, kelas kesesuaian lahan aktual untuk
tanaman durian di Kebun Buah Mangunan berada pada tingkat sub-kelas S2o,
r, n, e dengan tingkat unit S2o, r-3, n-1, e-1 artinya lahan ini termasuk ke dalam
lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas drainase, kedalaman tanah, KTK
tanah dan kemiringan lereng.
a. Drainase
Tanaman durian menghendaki kondisi drainase yang baik,
sedangkan lahan durian di Kebun Buah Mangunan memiliki kondisi
disebabkan oleh tekstur tanah yang halus dan kondisi aliran air yang
mengarah kedalam tanah sehingga air banyak mengisi pori mikro tanah.
Drainase yang agak terhambat akan mengakibatkan busuk akar pada
tanaman durian, sehingga perlu dilakukan perbaikan kondisi drainase tanah
supaya tanaman durian dapat tumbuh dengan baik.
b. Kedalaman tanah
Lahan durian di Kebun Buah Mangunan memiliki kedalaman tanah
antara 20-100 cm. Tanaman durian menghendaki tanah dengan kedalaman
lebih dari 100 cm, hal ini ditujukan supaya tanaman durian tidak mudah
roboh dan mendapat banyak unsur hara. Kedalaman tanah yang cukup
dangkal di Kebun Buah Mangunan dikarenakan pada lapisan bawah terdapat
tanah padas yang mengakibatkan akar tanaman tidak dapat menembus
lapisan tersebut.
c. KTK tanah
Tanaman durian menghendaki Kapasitas Tukar Kation (KTK) lebih
dari 16 cmol/kg. Hasil analisis menunjukkan bahwa KTK tanah di Kebun
Buah Mangunan yaitu 10,70 cmol/kg. KTK tanah yang rendah
mengakibatkan tanah sulit menjerap kation, dimana kation tersebut akan
diserap tanaman sebagai unsur hara.
d. Kemiringan lereng
Kebun Buah Mangunan memiliki kemiringan lereng 14,4%,
sedangkan tanaman durian menghendaki kemiringan lereng kurang dari 8%.
dalam pengolahan tanah dan memudahkan terjadinya longsor sehingga
lapisan tanah yang paling atas cepat hilang.
Faktor pembatas tersebut dapat diselesaikan dengan berbagai usaha
perbaikan supaya lahan dapat dimanfaatkan secara maksimal sesuai dengan
syarat tumbuh tanaman durian. Penentuan jenis usaha yang dapat dilakukan
harus memperhatikan karakteristik lahan yang tergabung dalam masing-masing
kualitas lahan. Karakteristik lahan dapat dibedakan menjadi karakteristik lahan
yang dapat diperbaiki dengan masukan sesuai dengan tingkat pengelolaan
(teknologi) yang akan diterapkan, dan karakteristik lahan yang tidak dapat
diperbaiki (Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011). Tingkat
pengelolaan lahan dibedakan ke dalam tingkat pengelolaan rendah, sedang dan
tinggi. Tingkat pengelolaan rendah artinya pengelolaan yang dilakukan
membutuhkan biaya yang relatif rendah dan teknologi yang cukup mudah.
Tingkat pengelolaan sedang artinya teknologi yang digunakan sedang dan
memerlukan biaya yang sedang. Tingkat pengelolaan tinggi artinya teknologi
yang digunakan tinggi dengan biaya yang cukup tinggi.
Usaha perbaikan dilakukan untuk meningkatkan kualitas lahan
sehingga sesuai dengan syarat tumbuh tanaman durian. Usaha perbaikan ini
dilakukan sesuai dengan pembatas pada kelas kesesuaian lahan aktual tanaman
durian, yaitu drainase, kedalaman tanah, KTK tanah dan kemiringan lereng.
Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi pembatas-pembatas di
a. Pe