• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengamanan dalam Pelaksanaan Kewenangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengamanan dalam Pelaksanaan Kewenangan"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Pengamanan dalam Pelaksanaan Kewenangan Jaksa selaku Pelaksana

Putusan Pidana Penjara

Oleh : Bagus Gede M.W.A

Calon Jaksa Pada Kejaksaan Negeri Sintang

Penegakan hukum adalah salah satu primadona dalam jagat jurnalistik indonesia. Beragam problematika hukum muncul silih berganti menjadi tajuk utama di berbagai media baik cetak maupun elektronik, antara lain terulangnya perseteruan kpk dan polri, polemik pelaksanaan eksekusi terpidana hukuman mati hingga kisah-kisah penghalangan eksekusi penjara yang dilakukan oleh Labora Sitorus. Pelaksanaan pidana, dalam hal ini pidana penjara dan pidana mati merupakan bagian dari definisi pidana dalam KUHP, menurut Pasal 10 KUHP pidana terdiri atas pidana pokok dan pidana tambahan. Adapun yang disebut dengan pidana pokok adalah pidana mati, pidana penjara dan pidana kurungan, dan pidana tambahan antara lain pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang-barang tertentu dan pengumuman putusan hakim. Pidana penjara adalah salah satu bentuk pidana perampasan kemerdekaan yang hanya boleh dijatuhkan oleh hakim melalui putusan pengadilan. Execution est juris secundum judicium: penjatuhan pidana merupakan penerapan hukum berdasarkan putusan (Eddy OS Hieraj, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, h.395).

(2)

Nominal yang fantastis dan profil pelaku yang tergolong sebagai orang pentinglah yang menyebabkan dua kasus tersebut terpantau radar jurnalis nasional.

Wewenang Kejaksaan untuk Mengeksekusi Pidana Penjara

Kejaksaan sebagai lembaga penegak hukum secara universal merupakan lembaga sentral dalam sistem penegakan hukum pidana (centre of criminal justice system) mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mengkoordinir/mengendalikan penyidikan, melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan/putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde), serta mempunyai tanggung jawab dan kewenangan atas seluruh barang bukti yang disita baik dalam tahap penuntutan untuk kepentingan pembuktian perkara, maupun kepentingan eksekusi.

Wewenang kejaksaan untuk melaksanakan putusan pengadilan diatur dalam dua undang-undang, yaitu KUHAP dan UU Kejaksaan No 16 tahun 2004. Kuhap Pasal 1 butir 6a : Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Lebih rinci lagi dalam UU Kejaksaan Nomor 16 tahun 2004 Pasal 1 angka 1 menambahkan definisi Jaksa dalam KUHAP dengan frasa “… serta wewenang lain berdasarkan undang-undang.” Ketentuan undang-undang tersebut diatas menegaskan bahwa disamping sebagai penyandang Dominus Litis (pengendali proses perkara), Kejaksaan juga merupakan satu-satunya instansi pelaksana putusan pidana (executive ambtenaar).

Namun walaupun disinggung dalam dua undang-undang dalam prakteknya saat mengeksekusi putusan pidana penjara Kejaksaan terkesan tergopoh-gopoh bahkan cenderung seporadis dalam bertindak dikala menemukan kendala-kendala baik teknis maupun yuridis yang menjadi batu sandungan dalam pelaksanaan eksekusi pidana penjara. Jika tidak didukung dengan persiapan yang memadai jaksa akan menghadapi pilihan sulit. Melaksanakan eksekusi dan masyarakat yang berpihak pada terpidana akan terpancing emosinya sehingga membahayakan keselamatan jaksa itu sendiri, tidak melaksanakan eksekusi dengan konsekuensi jaksa tersebut akan dianggap melakukan pembiaran yang kemudian oleh media dianggap kejaksaan takut dan menodai wibawa penegakan hukum Indonesia.

(3)

melaksanakan eksekusi pidana mati dimana kepolisian memiliki peraturan perkap 12 tahun 2010 tentang tata cara pelaksanaan pidana mati. Peraturan ini sebagaimana dalam Pasal 2 bertujuan untuk menyamakan persepsi dan cara bertindak dalam pelaksanaan pidana mati sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketiadaan aturan baku atau SOP ini dikhawatirkan apabila terjadi perbedaan persepsi antara jaksa eksekutor dan tim pengamanan saat melaksanakan tugas mengeksekusi pidana penjara eksekusi akan terhambat atau kemungkinan terburuk akan gagal dilaksanakan.

Selain itu perlu dipertimbangkan juga kemungkinan terburuk setelah eksekusi dilaksanakan. Jika tujuannya hanya untuk segera memasukkan terpidana ke dalam bui, kejaksaan dapat meminta bantuan pengamanan kepada TNI maupun Polri ketika melaksanakan eksekusi, suatu solusi yang praktis dan sangat mungkin untuk dilaksanakan. Tetapi perlu dipertimbangkan juga efek yang terjadi apabila warga yang mendukung terpidana yang dieksekusi tersebut mengamuk di kejaksaan eksekutor setelah tokoh yang dibelanya dimasukkan ke penjara. Keselamatan keluarga besar kejaksaan tentu patut dipertimbangkan juga. Tidak ada yang salah dari meminta bantuan kepada institusi lain, sepanjang hal tersebut guna kepentingan penegakan hukum. Tetapi ada baiknya memanfaatkan sumber daya manusia yang ada dalam institusi kejaksaan, karena apabila meminta bantuan dari pihak luar bantuan yang diberikan hanyalah sebatas apa yang kita minta. Tak mungkin kita meminta TNI atau Polri untuk berjaga selama 24 jam setiap harinya di kantor kejaksaan untuk melakukan pengamanan.

Memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki kejaksaan dimulai dari pemantauan gerak-gerik dan komunikasi terpidana guna mengetahui pola kebiasaan terpidana dalam kesehariannya dan mencari titik lengah dari terpidana tersebut yang dapat dilakukan oleh seksi intelijen kejaksaan yang dapat pula meminta bantuan pemantauan kepada

Adhyaksa Monitoring Center (AMC), dari penamaannya saja sudah dapat dilihat bahwa fungsi dari lembaga ini dominan dalam hal pengawasan atau monitoring.

(4)

memegang jabatan sebagai pengawal tahanan, para CPNS dan PNS dengan jabatan Calon Jaksa yang diperbantukan sebagai pengawal tahanan juga dapat dipergunakan tenaganya untuk menjadi pengaman pelaksana putusan pengadilan. Menugaskan CPNS dan PNS calon jaksa juga untuk menambah pengalaman dan melatih mental para calon jaksa untuk persiapan apabila nanti saat telah menjadi jaksa menghadapi situasi dimana terpidana melakukan perlawanan fisik saat pelaksanaan eksekusi pidana penjara.

Namun sayangnya dalam SOP Pengawalan dan Pengamanan Tahanan tidak dijelaskan bagaimana prosedur pengamanan proses eksekusi yang menurut Pasal 1 angka 8 merupakan salah satu tugas dari pengawal tahanan. Prosedur pengawalan dan pengamanan tahanan yang diatur dalam Bab IV SOP Pengawalan dan Pengamanan Tahanan dari Pasal 5 sampai dengan Pasal 8 hanya mengatur pengawalan dan pengamanan tahanan dalam hal penyidikan, pra penuntutan, penuntutan di persidangan serta pengamanan dalam pengembalian tahanan ke rutan setelah sidang. Hal ini perlu dibenahi dengan dirancangnya suatu aturan hukum internal kejaksaan yang mengatur mengenai SOP pelaksanaan pengamanan eksekusi putusan pengadilan, mengingat telah banyak kasus terpidana menolak untuk dilakukan eksekusi pidana penjara dan kemudian melakukan perlawanan fisik kepada jaksa eksekutor. Mengingat belum diatur secara rinci pengamanan pelaksanaan pidana penjara baik dalam SOP bidang Pidsus maupun Pidum serta dalam SOP Pengawalan dan Pengamanan Tahanan, maka sebagai dasar hukum dalam melakukan pengamanan perlu disusun suatu SOP baik dalam hal pelaksanaan eksekusi putusan pidana penjara secara keseluruhan maupun terhadap pengamanan tersendiri. SOP ini selain selain sebagai acuan baku dalam bertindak juga dimaksudkan agar tidak terjadi penyalahangunaan kewenangan baik oleh jaksa eksekutor maupun regu pengamanan dikemudian hari. Komposisi regu pengamanan ini baiknya diisi oleh staf tata usaha kejaksaan terutama jabatan pengawal tahanan dan tanpa menyertakan jaksa fungsional mengingat tugasnya untuk membantu melakukan pengamanan terhadap jaksa eksekutor, dan anggota pengamanan ini dengan suatu sertifikasi tertentu diperbolehkan untuk mempergunakan senjata api guna melindungi jaksa eksekutor dalam keadaan terdesak.

Referensi

Dokumen terkait

Dapat dilihat berat tongkol tanpa kelobot per plot jagung dengan pemberian mol keong mas dan ampas sagu tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan dan produksi tanaman

Gambar 1 Diagram Konteks Berjalan Diagram di atas menggambarkan bahwa sistem yang saat ini berjalan di mana data laporan kinerja karyawan dimasukkan pada sistem

Analisis proses bisnis pendaftaran menggunakan usulan sistem dilakukan oleh pasien melalui website. Tahap pertama pasien membuat akun terlebih dahulu, apabila pasien

Pada tabel 1 menunjukkan beberapa penelitian berkaitan dengan metode yang digunakan untuk memprediksi hambatan pada kapal cepat.. Penelitian ini akan menganalisis

Parameter yang diamati dalam pengawetan tahu dengan konsentrasi air kelapa hasil fermentasi dan lama penyimpanan yaitu analisis kimia (kadar air, kadar protein)

Perbaikan-perbaikan yang dirancang untuk dilaksanakan pada siklus II berdasarkan hasil refleksi siklus I disesuaikan dengan RPP dan LKS yang disusun. Beberapa perubahan yang

bahan cetak elastomer polieter dan silikon adisi yang menunjukkan bahwa bahan cetak silikon adisi lebih baik dalam kestabilan dimensinya dari pada bahan cetak