PENGEMBANGAN LKS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPESTADMATERI POKOK HUKUM HOOKE DENGAN
PENDEKATAN SAINTIFIK
(Skripsi)
Oleh:
ANTON SUHENRIYADI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Anton Suhenriyadi
ABSTRAK
PENGEMBANGAN LKS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPESTADMATERI POKOK HUKUM HOOKE DENGAN
PENDEKATAN SAINTIFIK
Oleh
ANTON SUHENRIYADI
Telah dilakukan penelitian untuk mengembangkan LKS dengan pendekatan saintifik pada materi Hukum Hooke untuk siswa SMA dengan tujuan mengetahui kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan LKS dengan pendekatan saintifik serta mengetahui keefektifan LKS. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan LKS model pembelajaran kooperatif tipeSTADmateri pokok Hukum Hooke dengan pendekatan saintifik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Penelitian dan Pengembangan (R & D). Penelitian ini dimulai dari analisis
Anton Suhenriyadi 2,75 dengan kategori baik dan kelayakan grafis LKS diproleh skor 3,00 dengan kategori baik. Hasil uji eksternal meliputi uji kemenarikan diperoleh skor 3,21 dengan kategori menarik, uji kemudahan diperoleh skor 3,23 dengan kategori mudah, dan uji kebermanfaatan diperoleh skor 3,31 dengan kategori bermanfaat. LKS yang dikembangkan efektif sebagai media belajar dilihat dari hasil belajar siswa setelah menggunakan LKS pembelajaran mencapai 100% siswa yang tuntas KKM.
PENGEMBANGAN LKS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPESTADMATERI POKOK HUKUM HOOKE DENGAN
PENDEKATAN SAINTIFIK
Oleh
ANTON SUHENRIYADI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di pulau panggung pada tanggal 03 maret 1992, anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Daryadi dan Ibu Siti Surmaida.
Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1997 di SD Negeri 1 Pulau Panggung, kemudian melanjutkan di SMP Negeri 3 Bukit Kemuning yang diselesaikan pada Tahun 2008 dan masuk SMA PGRI Bukit Kemuning yang diselesaikan pada Tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima di Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat-Nya. Dengan kerendahan hati, kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana karya kecilku ini kepada:
1. Ibunda Surmaida tercinta yang tanpa henti memperjuangkan nasib anak-anaknya terutama anak pertama yang menjadi harapan terakhirnya untuk mengangkat martabat keluarga.
2. Ayahanda Daryadi tercinta yang telah memberikan segala upaya demi kelangsungan hidup anak-anaknya.
3. Almarhum nenek Suhida dan Barmawi, nenek dan kakek terhebat yang pernah ada yang telah melimpah kanseluruh perhatian dan selalu berupaya
mewujudkan apa yang aku inginkan.
4. Adik-adikku yang selalu mendukungku baik dukungan moral maupun material.
5. Orang-orang yang meyertai penulis dalam perjalanan ini, yang telah memberikan warna melebihi indahnya langit biru di hari secerah apapun dalam kehidupan penulis.
MOTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan kepada Tuhan Mu’lah Kamu Berharap”
(Q.S. Al-Insyirah: 6-8)
“Tidak ada kata mundur sebelum melangkah, mencoba dan melaksansanakan
SANWACANA
Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT, atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Lembar Kerja
Siswa (LKS) Model Pembelajaraan Koopertif TipeSTADmateri pokok Hukum Hooke dengan pendekatan saintifik pada Kompetensi Dasar Menganalisis sifat– sifat elastisi bahan dalam kehidupan sehari-hari.Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Rosululloh SAW dan mudah-mudahan kelak kita mendapat syafa’atnya di yaumil akhir.Amiin ya Robbal’alamiin.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik (PA),
sekaligus Pembimbing I dan selaku Ketua program studi pendidikan Fisika, atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.
4. BapakIsmu Wahyudi, S.Pd., M.PFis., selaku Pembimbing II, atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.
6. Bapak Wayan Suana, M. Si.selaku evaluator uji ahli desain LKS, terimakasih atas waktu dan masukkannya untuk perbaiakan LKS hasil pengembangan penulis.
7. Ibu Yuliza Andriyani S.Pd, selaku evaluator uji spesifikasi LKS Sekaligus sebagai guru mitra, terimakasih atas waktu, kerjasama dan masukkannya untuk perbaiakan LKS hasil pengembangan penulis.
8. Ibu Partiyani S.Pd, selaku evaluator uji isi LKS, terimakasih atas waktu dan masukkannya untuk perbaiakan LKS hasil pengembangan penulis.
9. Bapak dan ibu dosen Pendidikan Fisika Universitas Lampung yang telah membimbing penulis dalam pembelajaran di Universitas Lampung. 10. Bapak Nurhaviza. S.Ag selaku Kepala SMA Negeri 1Abung Tinggi Kab.
Lampung Utara yang telah memberi izin dan arahan selama penelitian.
11. Bapak dan ibu dewan guru SMA Negeri 1Abung Tinggi Kab. Lampung Utara beserta staf tata usaha yang membantu penulis dalam melakukan penelitian. 12. Anak-anak siswa kelas X SMANegeri 1Abung Tinggi Kab. Lampung Utara
atas bantuan dan kerjasamanya.
13. Teman seperjuangan; Eka Pusvita Sari, S.Si., Haekal, Dian Shari Ramadhan, Lusi Wulandari,Fitri, Novita, S. Pd., Ridwan, Mba’ Mega, Junia, S. Pd., Irfan, S. Pd., Mawar, S. Pd., Cory, Gledys, Astari, Hadi, Made, Hamadin, Novrian, Retno, Diah, Ayu, Sri, Wisnu, Lufy, dan Dewi zumbrawi, septiaredy, asep sunariyo Ibu kost saya (ibu rodiya)
14. Almamater tercinta Universitas Lampung.
17. Adik-adik tingkat dan keluarga besar fisika, 2011, 2012, 2013 dan 2014. 18. Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Penulis berdo’a semoga semua amal dan bantuansaudara/i mendapat pahala serta balasan dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amiin.
Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis,
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
3.1. Skor penilaian terhadap pilihan jawaban ... 36
3.2. Konversi skor penilaian ke pernyataan Nilai Kualitas ... 36
4.1. Rekapitulasi Hasil Wawancara ... 38
4.2. Indikator pendekatan saintifik... 42
4.3. Hasil Uji Ahli Materi ... 43
4.4. Hasil Uji Ahli Desain ... 44
4.5. Uji Satu Lawan Satu... 46
4.6. Respon dan Penilaian Siswa dalam Uji Lapangan (kelompok kecil) terhadap Penggunaan Prototipe II ... 47
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Konsep Pendekatan Saintifik ... 20
2.2 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ... 20
2.3 Gambar Hubungan Pertambahan Panjang ... 22
2.4. Perbandingan gaya (F) terhadap pertambahan panjang pegas ... 23
2.5. Grafik hubungan antara gaya (f) dan pertambahan panjang pegas ... 23
3.1 Model Pengembangan Media ... 26
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lembar Observasi Inventarisasi Fasilita sekolah... 57
2. Angket Analisis Kebutuhan Guru ... 58
3. Hasil Analisis Kebutuhan Guru ... 59
4. Skenario Pengembangan ... 60
5. Instrumen Uji Materi... 63
6. Hasil Uji Materi ... 68
7. Instrumen Uji Desain ... 73
8. Hasil Uji Desain ... 93
9. Silabus... 114
10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 117
11. Instrumen Uji Keefektifan ... 123
12. Hasil uji Keefektifan ... 125
13. Instrumen Uji Kemenarikan Kemudahan dan kemanfaatan ... 126
14. Hasiluji Kemenarikan Kemudahandan kemanfaatan... 131
15. Angket uji satu lawan satu ... 134
16. Hasil Uji satu lawan satu... 136
17.Storyboard... 137
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI... i
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR... v
DAFTAR LAMPIRAN... vi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian... 3
D. Manfaat Penelitian... 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS)... 6
B. Manfaat Lembar Kerja Siswa... 8
C. Langkah-Langkah Penulisan LKS... 10
D. Prosedur Pengembangan LKS... 13
E. Struktur LKS ... 14
F. Pembelajaran Kooperatif TipeSTAD... 15
G. STAD(Student Teams Achievement Divisions)... 18
III. METODE PENELITIAN
A. Setting Pengembangan ... 25 B. Prosedur Pengembangan ... 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengembangan ... 38 B. Pembahasan ... 48
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan……….. 53
B. Saran……… 53
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI... i
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 6
B. Manfaat Lembar Kerja Siswa ... 8
C. Langkah-Langkah Penulisan LKS ... 10
D. Prosedur Pengembangan LKS ... 13
E. Struktur LKS ... 14
F. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 15
G. STAD (Student Teams Achievement Divisions) ... 18
III. METODE PENELITIAN
A. Setting Pengembangan ... 25 B. Prosedur Pengembangan ... 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengembangan ... 37 B. Pembahasan ... 48
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan……….. 53
B. Saran……… 53
DAFTAR PUSTAKA
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman, pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Berbagai macam cara telah dilakukan untuk mendorong minat siswa untuk belajar. Sebagai contoh kecil, berbagai media pembelajaran terus dikembangkan demi tercapainya kualitas pendidikan yang lebih baik. Salah satu media pembelajaran yang umumnya digunakan disekolah adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) Banyak sekali LKS yang beredar di sekolah, namun tidak semua LKS tersebut dirancang sesuai dengan kriteria pembelajaran yang ideal, baik dalam hal metode pembelajaran yang digunakan maupun sistematika penyajian materi pembelajaran yang terdapat didalamnya.
LKS merupakan media pembelajaran yang bermanfaat bagi guru terutama untuk memudahkan pemberian tugas baik yang berupa kegiatan maupun evaluasi, sedangkan bagi siswa bermanfaat sebagai pemandu dalam kegiatan belajar mengajar. LKS yang ada di sekolah-sekolah pada umumnya belum dirancang sesuai dengan pendekatan saintifik terutama pada model pembelajaran kooperatif tipeSTAD, maka dari itu penulis mencoba memberikan alternative dengan membuat LKS dengan pendekatan saintifik guna meningkatkan kualitas
2
sudah sering dilakukan oleh guru, tetapi pembelajaran yang bagaimanakah yang memenuhi pembelajaran kooperatif yang perlu diketahui oleh guru. Selain itu, materi yang akan dimuat di dalam sebuah LKS mencakup materi fisika yaitu tentang Hukum Hooke dengan pendekatan saintifik. Oleh karena itu, situasi di dalam kelas direncanakan dan dibangun sedemikian rupasehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Di dalam interaksi
tersebut akan terbentuk suatu komunitas yang memungkinkan siswa untuk
memahami proses belajar dan saling memahami satu sama lain (adanya interaksi
antara siswa dengan siswa, interaksi guru dengan siswa maupun interaksi siswa dengan sumber belajar). Dengan adanya interaksi tersebut, siswa diharapkan dapat membangun pengetahuan secara aktif, pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang serta dapat memotifasi peserta didik
sehingga mencapai kompetensi yang diharapkan.Selain itu, guru diharapkan dapat menciptakan situasi belajar sedemikian rupa sehingga siswa dapat
bekerjasama dalam kelompok serta mengembangkan wawasannya di dalam
pembelajaran kooperatif.
LKS yang beredar saat ini belum memungkinkan terbentuknya kerjasama antar
siswa dalam kegiatan pembelajaran. Siswa cenderung bekerja secara diri dengan
berbagai penugasan yang terdapat di dalam LKS yang dimilikinya, sehingga tidak
terjadi interaksi antara siswa dengan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
3
dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran. Yaitu menggunakan pendekatan ilmiah(scientific approach).Pendekatan ilmiah yang dimaksud memuat
pembelajaran yang mencakup tiga ranah, yaitu sikap. Keterampilan, dan pengetahuan. Selain itu, pendekatan saintifik sebagai dimaksud kanjugan meliputi: mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan menyimpulkan.
Pembelajaran berbasi sfakta dan fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika penalaran tertentu.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka penulis mencoba memberikan alternatif dengan membuat suatu lembar kerja siswa dengan metode pembelajaran
kooperatif tipeSTADdengan pendekatan saintifik materi pokok Hukum Hooke. Selanjutnya penulis mengangkat penelitian dengan judul“Pengembangan LKS Model Pembelajaran Kooperatif TipeSTADMateri Pokok Hukum Hooke dengan Pendekatan Saintifik”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah diperlukan LKS model pembelajaran kooperatif tipeSTAD dengan pendekatan saintifik yang tervalidasi.
C. Tujuan Penelitian
4
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi guru dan siswa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang berimplikasi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Melalui pengembangan LKS model pembelajaran kooperatif tipeSTADdengan pendekatan saintifik disamping untuk meningkatkan hasil prestasi belajar juga untuk meningkatkan interaksi antar siswa didalam proses pembelajaran.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan adalah proses menerjemahkan spesifikasi desain ke dalam suatu wujud fisik tertentu. Pengembangan yang dimaksud adalah
pengembangan LKS model pembelajaran kooperatif tipeSTADmateri pokok Hukum Hooke dengan pendekatan saintifik sesuai dengan standar isi dalam BSNP yang berisi cerita kontekstual, latihan soal, dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
2. Lembar kerja siswa (LKS) adalah suatu bentuk lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik dan seni yang menggunakan gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk jalinan cerita
5
4. Materi pokok yang disajikan dalam pembelajaran ini adalah materi Hukum Hooke mata pelajaran Fisika sesuai dengan Kompetensi Dasar dengan KD 1.3 yaitu menganalisis sifat elastisitas bahan dalam kehidupan sehari-hari pada Kurikulum 2013 untuk SMA.
5. Uji ahli materi dilakukan oleh guru bidang studi fisika di SMA Negeri 1 Abung Tinggi kabupaten Lampung Utara.
6. Uji ahli desain dilakukan oleh dosen pendidikan fisika Univesitas Lampung. 7. Uji keefektifan dilakukan pada siswa kelas X MIA SMA Negeri 1 Abung
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu sumber belajar yang
yangberbasis cetakan. LKS digunakan untuk membantu siswa dalam mencapai kompetensi dasar siswa. Trianto (2011: 222) mengungkapkan,
Lembar Kerja Siswa (LKS) memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian yang
ditempuh.Pengetahuan awal dari pengetahuan dan pemahaman siswa diberdayakan melalui penyediaan media belajar pada setiap kegiatan eksperimen sehingga situasi belajar menjadi lebih bermakna, dan dapat berkesan dengan baik pada pemahaman siswa. Karena nuansa keterpaduan konsep merupakan salah satu dampak pada kegiatan pembelajaran, maka muatan materi setiap lembar kerja siswa pada setiap kegiatannya
diupayakan dapat mencerminkan hal itu.
7
Karena nuansa keterpaduan konsep merupakan salah satu dampak pada kegiatan pembelajaran, maka muatan materi setiap LKS pada setiap kegiatannya
diupayakan dapat mencerminkan hal itu.
Format LKS disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. LKS yang disusun oleh guru maka formatnya dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi pembelajaran sehingga keberadaan LKS membuat siswa dapat memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian yang ditempuh. Guru yang mengetahui sejauh mana pengetahuan dan pemahaman siswa, membuat pemanfaatan LKS yang disusun oleh guru dapat membuat siswa memberdayakan pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh dan membuat siswa dapat mengaitkan konsep yang satu dengan yang lain.
LKS diharapkan dapat menjadikan peserta didik aktif dan cepat tanggap dan kreatif. LKS dapat digunakan pada peserta didik untuk mengamati kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Dapat pula digunakan oleh siswa berlatih mengumpulkan kosep sebanyak–banyaknya tentang materi yang akan dipelajari melalui LKS dan kemudian didiskusikan untuk memperoleh kesimpulan
mengenai definisi dan karakteristik materi yang dipelajari. Pemanfaatan LKS sebagai media pembelajaran dilakukan secara optimal, yaitu digunakan sebagai sumber perolehan informasi serta media dalam latihan soal.
Kelebihan LKS diungkapkan menurut Trianto (2011: 212), LKS untuk
8
alternatif cara penyajian materi pelajaran yang menekankan keaktifan siswa, serta dapat memotivasi siswa. Dilihat dari kelebihannya, LKS merupakan salah satu sumber belajar siswa yang dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan. Selain itu, LKS membuat pembelajaran yang dilakukan menjadi terstruktur karena LKS yang disusun disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
B. Manfaat LKS
Melalui LKS guru akan memperoleh kesempatan untuk memancing siswa agar secara aktif terlibat dengan materi yang dibahas. Siswa dirangsang untuk
memperhatikan pengorganisasian materi, membubuhkan tanda-tanda khusus pada materi yang diberikan. Misalnya siswa diminta membubuhkan tanda kurung pada ide utama, menggaris bawahi rincian yang menunjang ide utama, dan menjawab pertanyaan yang sudah disiapkan pada LKS.
Peran LKS sangat besar dalam proses pembelajaran karena dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar dan penggunaannya dalam pembelajaran Fisika dapat membantu guru untuk mengarahkan siswanya menemukan konsep-konsep melalui aktifitasnya sendiri. Selain itu LKS juga dapat mengembangkan dan
meningkatkan aktifitas siswa dan dapat mengoptimalkan hasil belajar. Manfaat secara umum menurut Sungkono (2010: 8) adalah:
(1) Membantu guru dalam menyusun rencana pembelajaran,(2)
9
sistematis, (6) Melatih peserta didik untuk menemukan dan
mengembangkan keterampilan proses, (7) Mengaktifkan peserta didik dalam mengembangkan konsep.
Secara umum LKS bermanfaat untuk guru dan peserta didik, baik sebagai pedoman dalam pembelajaran dan sebagai salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan di sekolah dalam proses belajar mengajar. LKS dengan pendekatan saintifik mengajarkan peserta didik untuk menemukan hal-hal baru secara langsung melalui suatu eksperimen dan penguasaan konsep.
Adapun manfaat secara khusus menurut Sungkono (2010: 9) adalah:
(a) Untuk tujuan latihan, siswa diberikan serangkaian tugas/aktivitas latihan. LKS seperti ini sering digunakan untuk memotivasi siswa ketika sedang melakukan tugas latihan.Untuk menerangkan penerapan (aplikasi), (b) Siswa dibimbing untuk menuju suatu metode penyelesaian soal dengan kerangka penyelesaian dari serangkaian soal-soal tertentu. Hal ini bermanfaat ketika kita menerangkan penyelesaian soal aplikasi yang memerlukan banyak langkah. LKS ini dapat digunakan sebagai pilihan lain dari metode tanya jawab, dimana siswa dapat memeriksa sendiri jawaban pertanyaan itu, (c) Untuk kegiatan penelitian, siswa ditugaskan untuk mengumpulkan data tertentu, kemudian menganalisis data tersebut.
Misalnya dalam penelitian statistika, (d) Untuk penemuan, dalam lembaran kerja ini siswa dibimbing untuk menyelidiki suatu keadaan tertentu, agar menemukan pola dari situasi itu dan kemudian menggunakan bentuk umum untuk membuat suatu perkiraan. Hasilnya dapat diperiksa dengan observasi dari contoh yang sederhana, (e) Untuk penelitian hal yang bersifat terbuka penggunaan LKS ini mengikutsertakan sejumlah siswa dalam penelitian dalam suatu bidang tertentu.
Secara khusus LKS digunakan untuk mengerjakan pertanyaan-pertanyaan konsep dan melakukan penelitian berdasarkan materi/ teori pembelajaran yang didapat dari buku paket maupun guru disekolah.
10
C. Langkah-Langkah Penulisan LKS
Dalam menulis LKS harusmelewati beberapa tahap/ langkah yaitu: Melakukan analisis kurikulum, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan materi pembelajaran. Langkah selanjutnya adalah proses pembuatan LKS yang meliputi menyusun peta kebutuhan LKS, menentukan judul LKS, menulis LKS, dan menentukan alat penilaian.
Menurut Siddiq (2010: 30) dalam pembuatan LKS perlu diperhatikan beberapa syarat dan hal-hal yang penting yaitu:
a. Mempunyai tujuan yang ingin dicapai berdasarkan GBPP, AMP, dan buku pegangan/paket, mengandung proses dan kemampuan yang dilatih, serta mengutamakan bahan-bahan yang penting.
b. Tata letak harus dapat menunjukkan urutan kegiatan secara logis dan sistematis, menunjukan bagian-bagian yang sudah diikuti dari awal sampai akhir, serta desainnya menarik dan indah.
c. Susunan kalimat dan kata-kata memenuhi kriteria berikut: sederhana dan mudah dimengerti, singkat dan jelas, istilah baru hendaknya
diperkenalkan, serta informasi/penjelasan yang panjang hendaknya dibuat dalam lembar catatan peserta didik.
d. Gambar ilustrasi dan skema sebaiknya membantu peserta didik,
menunjukkan cara, menyusun, dan merangkai sehingga membantu anak didik berpikir kritis.
Darmodjo danKaligis dalam Indriani (2013: 15) menjelaskan dalam penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan, yaitu syarat didaktik, syarat kontruksi dan syarat teknis.
11
menekankan pada proses untuk menemukan konsep-konsep sehingga LKS dapat berfungsi sebagai petunjuk jalan bagi siswa untuk mencari tahu, memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa, dapat
mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa, pengalaman belajarnya ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa (intelektual, emosional, dan sebagainya), bukan ditentukan oleh materi bahan pelajaran.
2) Syarat konstruksi, yang dimaksud dengan syarat konstruksi adalah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh peserta didik. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan peserta didik, menggunakan struktur kalimat yang jelas, memiliki taat urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat
12
3) Syarat teknis dari segi teknis memiliki beberapa pembahasan yaitu: a) Tulisan
Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruflatin atau romawi, menggunakan huruf tebal yang agak besar, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah, menggunakan tidak lebih dari 10 kata dalam satu baris,
menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban peserta didik, mengusahakan agar perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi.
b) Gambar
Gambar yang baik untuk LKS adalah yang dapat menyampaikan pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif kepada penguna LKS, yang lebih penting adalah kejelasan isi atau pesan dari gambar itu secara keseluruhan.
c) Penampilan
Penampilan adalah hal yang sangat penting dalam sebuah LKS. Apabila suatu LKS ditampilkan dengan penuh kata-kata, kemudian ada sederetan pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik, hal ini akan menimbulkan kesan jenuh sehingga membosankan atau tidak menarik. Apabila
ditampilkan dengan gambarnya saja, itu tidak mungkin karena pesannya atau isinya tidak akan sampai. Jadi yang baik adalah LKS yang memiliki kombinasi antara gambar dan tulisan.
13
(a) Melakukan analisis kurikulum baik SK, KD, indikator, maupun materi pokok, (b) Menyusun peta kebutuhan LKS yaitu pembuatan LKS harus membuat suatu konsep/rancangan terlebih dahulu guna mengetahui materi/komponen perihal yang akan dibahas di dalam LKS
tersebut,sehingga akan lebih mudah dalam pelaksanaannya, (c) Menentukan judul LKS dan menulis LKS dengan buku paduan yang jelas, (d) Mencetak lembar kerja siswa dan menentukan lembar penilaian.
LKS yang dibuat harus sesuai langkah-langkah pembuatan LKS. Pembuatan LKS dengan pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan berkomunikasi.
D. Prosedur Pengembangan LKS
Ada tiga langkah dalam mengembangkan LKS, yaitu: 1. Penentuan tujuan instruksional
Penentuan tujuan mestinya dimulai dengan melakukan analisis siswa, yaitu mengenali siapa siswa kita, perilaku awal dan karekteristik awal yang dimiliki siswa. Berdasarkan analisis ini akan diperoleh peta tentang kompetensi yang telah dan akan dicapai siswa, baik kompetensi umum maupun kompetensi khusus. Kedua kompetensi ini jika dirumuskan kembali dengan kaidah-kaidah yang berlaku, akan menjadi tujuan pembelajaran umum dan tujuan
pembelajaran khusus. Kaidah yang berlaku antara lain dengan melengkapi pola ABDC (Audience, Behavior, Condition, Degree). Tujuan pembelajaran ditulis untuk menunjukkan apa yang harus mampu dilakukan oleh seorang siswa yang berhasil belajar dengan baik, atau kompetensi yang akan dicapai siswa setelah melalui proses belajar. Dengan demikian kita harus menuliskan tujuan
14
lain-lain. Tujuan pembelajaran yang baik akan memandu kita dalam memilih topik pembelajaran, menyusun strategi pembelajaran, memilih media, dan metode pembelajaran serta mengembangkan alat evaluasi hasil belajar. 2. Pengumpulan materi
Tentukan materi dan tugas yang akan dimuat dalam LKS dan pastikan pilihan ini sejalan dengan tujuan instruksional. Kumpulkan bahan/materi dan buat rincian tugas yang harus dilaksanakan siswa. Bahan yang akan dimuat dalam LKS dapat dikembangkan sendiri atau memanfaatkan meteri yang sudah tersedia (menyusun).
3. Cek dan penyempurnaan.
Penyempurnaan merupakan suatu uji perbaikan LKS agar lebih sesuai dengan desain, spesifikasi LKS, dan materi yang akan disampaikan dalam
pembelajaran.
E. Struktur LKS
15
kelas, memberi semangat dan dorongan belajar dan memberi bimbingan pada setiap siswa.
LKS dapat digunakan sebagai pengajaran sendiri, mendidik siswa untuk mandiri, percaya diri, disiplin, bertanggung jawab, dan dapat mengambil keputusan. LKS dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimanfaatkan pada tahap penanaman konsep (menyampaikan konsep baru) atau pada tahap penanaman konsep (tahap lanjutan dari penanaman konsep). Pemanfaatan lembar kerja pada tahap
pemahaman konsep berarti LKS dimanfaatkan untuk mempelajari suatu topik dengan maksud memperdalam pengetahuan tentang topik yang telah dipelajari pada tahap sebelumnya yaitu penanaman konsep.
Karakteristik LKS menurut Sungkono (2010: 11) meliputi:
(1) LKS memiliki soal-soal yang harus dikerjakan siswa, dan kegiatan-kegitan seperti percobaan atau terjun ke lapangan yang harus siswa lakukan, (2) Merupakan bahan ajar cetak, (3) Materi yang disajikan merupakan rangkuman yang tidak terlalu luas pembahasannya tetapi sudah mencakup apa yang akan dikerjakan atau dilakukan oleh peserta didik, (4) Memiliki komponen-komponen seperti kata pengantar, pendahuluan, daftar isi, dan lain-lain.
Spesifikasi LKS dibuat sebagai media pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan metode pembelajaran yang mengajarkan siswa untuk mendapatkan pengalaman secara langsung.
F. Pembelajaran Kooperatif TipeSTAD
16
dilakukan dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari beberapa siswa yang memiliki karakter dan kemampuan yang berbeda-beda.
Students Team Achievement Division(STAD) dalam bahasa Indonesia adalah pembagian pencapaian tim siswa. Dalam model pembelajaran kooperatif tipeSTAD, siswa dibentuk dalam kelompok belajar yang terdiri dari empat atau lima anggota yang mewakili siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin berbeda (heterogen) siswa akan bekerja dalam kelompok dengan menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, bekerja satu sama lain atau melakukan diskusi. Menurut Slavin dalam Mahmuddin (2010: 11)
STADmerupakan model pembelajaran kooperatif yang cocok untuk dikuasai oleh guru ketika melakukan pendekatan dalam mengajar karena mudah untuk diterapkan. pada proses pembelajarannya, belajar kooperatif tipeSTADmelalui lima tahapan yang meliputi: (1) tahap penyajian materi, (2) tahap kegiatan kelompok, (3) tahap tes individual, (4) tahap
penghitungan skor perkembangan individu, dan (5) tahap pemberian penghargaan kelompok.
17
jeniskelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pembelajaran tersebut.Pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran IPA. di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain, kelas disusun dalam kelompok yang terdiri empat atau lima siswa, dengan
kemampuan yang Heterogen maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa,jenis kelamin, dan suku yang berbeda-beda .
Hal ini sangat bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. pada pembelajaran
kooperatif di ajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk di ajarkan, selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan.
18
G. Student Teams Achievement Divisions (STAD)
Dalam pengembangan ini, akan dibahas pembelajaran kooperatif tipeSTAD.
Alasan dipilih pembahasan pembelajaran kooperatif tipeSTADkarena
pembelajaran kooperatif tipeSTADmerupakan pembelajaran kooperatif yang
paling sederhana. Selain itu, dapat digunakan untuk memberikan pemahaman
konsep materi Fisika yang sulit kepada siswa dimana materi tersebut telah
dipersiapkan oleh guru melalui LKS atau perangkat pembelajaran yang lain.
Pembelajaran kooperatif tipeSTADdikembangkan oleh Slavin.
Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipeSTADmenurut Slavin
(2009: 15) adalah sebagai berikut.
1. Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai
kompetensi dasar yang akan dicapai. Guru dapat menggunakan
berbagai pilihan dalam menyampaikan materi pembelajaran ini kepada siswa. Misal, antara lain dengan metode penemuan terbimbing atau metode ceramah. Langkah ini tidak harus dilakukan dalam satu kali pertemuan, tetapi dapat lebih dari satu.
2. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu hingga akan diperoleh nilai awal kemampuan siswa.
3. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4–
5 anggota, dimana anggota kelompok mempunyai kemampuan
kademik yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari budaya atau suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
4. Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi
yang telah diberikan, mendiskusikannya secara bersama-sama, saling membantuan antar anggota lain, serta membahas jawaban tugas yang diberikan guru. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa setiap kelompok dapat menguasai konsep dan materi. Bahan tugas untuk kelompok dipersiapkan oleh guru agar kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai.
5. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu
6. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan,
dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
7. Guru memberi penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan
19
H. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Kegiatan
pendekatan saintifik dilakukan melalui proses mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Menurut Kemendikbud (2013: 35), proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:
(a) mengamati, (b) menanya, (c) mengumpulkan informasi, (d) mengasosiasi, dan (d) mengkomunikasikan.
Sani (2014: 53) mengungkapkan bahwa:
Dapat dikembangkanscientific approach dalam proses pembelajaran antara lain: 1) mengamati; 2) menanya; 3) mencoba/mengumpulkan informasi; 4) menalar/asosiasi; 5) membentuk jejaring (melakukan komunikasi).
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan (2013: 35) dalam penyampaiannya menyatakan terdapat 7 (tujuh) kriteria dalam konsep Pendekatan Saintifik, yaitu:
1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
20
[image:40.595.147.478.225.432.2]Selanjutnya langkah-langkah pembelajaran dengan Pendekatan saintifik menyentuh 3 (tiga) ranah, yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Konsep dan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan Saintifik dapat dilihat secara rinci pada gambar 2.1 dan gambar 2.2.
Gambar 2.1 Konsep Pendekatan Saintifik. Sumber: BPSDMPK (2013: 9)
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik berupa:
[image:40.595.149.491.500.640.2]21
1. Observing(mengamati)
Modul interaktif yang dibuat menyajikan beberapa fenomena elastisitas secara instruktif sehingga memacu siswa untuk mengamati fenomena tersebut. 2. Questioning(menanya)
Berdasarkan fenomena yang disajikan dan telah diamati oleh siswa pada modul interaktif, siswa terdorong untuk berpikir secara hipotetik seputar fenomena tersebut.
3. Experimenting(mencoba)
Dengan mengacu pada teori, konsep, dan fakta empiris mengenai fenomena elastisitas, siswa melakukan percobaan sebagai wujud pemahaman terhadap fenomena yang disajikan.
4. Associating(menalar)
Selanjutnya siswa memahami, menerapkan serta mengembangkan pola pikir sebagai bentuk respon terhadap fenomena yang disajikan.
5. Networking(membentuk jejaring)
Setelah keempat tahap di atas, siswa kemudian menyimpulkan hasil pemikiran dan percobaannya sebagai interpretasi hasil pemecahan masalah yang didapat dari fenomena yang dimuat dalam modul interaktif
I. Hukum Hooke
22
Elastisitas
Elastisitas adalah kemampuan suatu zat padat untuk kembali ke bentuk awal setelah setelah mendapat gangguan luar yang diterapkan dan kemudian dihilangkan. Sebuah benda dengan tingkat tinggi elastisitas mampu untuk memiliki banyak perubahan bentuknya, dan masih bisa kembali ke bentuk
aslinyaSeperti disebutkan di atas, untuk deformasi kecil, bahan yang paling elastis seperti pegas menunjukkan elastisitas linier dan dapat dijelaskan oleh hubungan linear antara tegangan dan regangan. Hubungan ini dikenal sebagai Hukum Hooke. Sebuah versi geometri tergantung terhadap gagasan pertama kali
dirumuskan oleh Robert Hooke pada tahun 1675, hubungan linear sering disebut sebagai Hukum Hooke. Hukum ini dapat dinyatakan sebagai hubungan antara gaya F dan perpindahan x,
F =-k x
[image:42.595.141.486.571.726.2]dimana k adalah konstanta yang dikenal sebagai tingkat atau konstanta pegas. Perhatikan gambar dibawah ini yaitu gambar yang menunjukan hubungan antara gaya dan pertambahan panjang pada gambar 2.3
23
Dan jika anda menarik karet gelang atau karet ban sampai batas tertentu, karet tersebut bertambah panjang. Setelah tarikanmu dilepaskan, panjang karet kembali seperti semula. Demikian juga ketika anda merentangkan pegas, pegas tersebut bertambah panjang. Setelah dilepaskan, panjang pegas kembali seperti semula. Pegas atau karet bertambah panjang ketika ditarik dan panjangnya kembali seperti semula setelah tarikan dilepaskan karena pegas atau karet bersifat
elastis. Elastis atau elastisitas adalah kemampuan sebuah benda untuk kembali ke bentuknya semula ketika gaya yang diberikan pada benda tersebut
dihilangkan.dengan besar gaya tarik (F). Dengan kata lain, semakin besar gaya tarik, semakin besar pertambahan panjang pegas. Perbandingan besar gaya tarik (F) terhadap pertambahan panjang pegas bernilai konstan.
y
[image:43.595.107.477.415.672.2]x
Gambar 2.4
Pegas ditarik ke kanan sehingga mengalami pertambahan panjang sebesar .
( )
F (Newton)
Grafik hubungan antara Gaya (F) dan pertambahan panjang pegas ( ),
F
24
Perbandingan antara gaya (F) terhadap pertambahan panjang pegas bernilai konstan, yang ditandai oleh kemiringan grafik yang sama (gambar 2.3).
Keterangan: F= gaya (Newton)
K = konstanta pegas (N/M)
X = jarak pergerakan dari posisi normalnya (dalam unit meter)
Hubungan ini pertama kali diamati oleh Robert Hooke (1635–1703) pada tahun 1678, karenanya dikenal sebagai Hukum Hooke berbunyi Jika besar gaya yang dikerjakan pada pegas melewati batas elastisitas pegas maka setelah gaya dihilangkan panjang pegas tidak kembali seperti semula. Hukum Hooke hanya berlaku hingga batas elastisitas. Batas elastisitas pegas merupakan gaya
III.METODE PENELITIAN
A. Setting Pengembangan
Pengembangan yang dilakukan adalah pembuatan LKS Fisika model pembelajaran kooperatif tipeSTADmateri pokok Hukum Hooke dengan
pendekatan saintifik. Dengan adanya LKS ini, siswa diharapkan akan lebih mudah memahami konsep yang diajarkan karena mereka dapat mempelajari materi fisika dengan belajar secara kelompok dengan pendekatan saintifik.
B. Prosedur Pengembangan
Metode penelitian yang digunakan mengacu pada prosedur pengembangan media intruksional pembelajaran menurut Suyanto dan Sartinem (2009: 1), yang memuat langkah-langkah pokok penelitian pengembangan yang bertujuan untuk
menghasilkan produk. Produk yang dihasilkan pada penelitian pengembangan ini berupa LKS. LKS yang dihasilkan diharapkan dapat digunakan sebagai sumber belajar bagi siswa SMA untuk memahami materi pelajaran dengan menerapkan pembelajaran berbasis keterampilan proses sains. Model pengembangan tersebut meliputi tujuh prosedur pengembangan produk dan uji produk, yaitu: (1) Analisis kebutuhan, (2) Identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan, (3)
26
produk, (5) Uji internal: Uji spesifikasi, Uji ahli desain dan Uji ahli isi, (6) Uji eksternal, Uji kemanfaatan produk oleh pengguna, dan (7) Produksi.
Untuk prosedur pengujian produk dalam hal ini uji operasionalisasi produk tidak dilaksanakan karena uji tersebut berlaku untuk produk yang memerlukan
pengoperasian dalam pengggunaannya, misalnya pada media-media berbasis non teks, sepertiVCDtutorial. Sedangkan untuk media berbasis teks seperti LKS dan modul pembelajaran, uji tersebut tidak perlu dilakukan.
[image:46.595.233.403.346.632.2]Dengan mengadaptasi model tersebut, maka prosedur pengembangan yang digunakan yaitu:
Gambar 3.1 Model Pengembangan Media Instruksional termodifikasi (diadaptasi dari prosedur pengembangan produk dan uji produk menurut
Suyanto (2009).
Analisis Kebutuhan
Identifikasi Sumber Daya
Identifikasi Spesifikasi Produk
Pengembangan Produk
Uji Internal
Uji Eksternal
27
1. Analisis Kebutuhan program Pengembangan
Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengumpulkan informasi bahwa diperlukana danya media pembelajaran di sekolah. Analisis kebutuhan ini dilakukan dengan cara observasi langsung dan wawancara dengan guru dan siswa SMA Negeri 1 Abung Tinggi kelas X MIA.
2. Identifikasi Sumberdaya
Identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan dilakukan dengan menginventarisir segala sumber daya yang dimiliki, baik sumberdaya guru maupun sumberdaya sekolah seperti perpustakaan dan laboratorium. Atas dasar potensi sumberdaya yang dimiliki peneliti dibidang desain grafis, ditetapkan suatu produk dengan spesifikasi tertentu. Spesifikasi tersebut telah disesuaikan dengan sumberdaya yang dimiliki sekolah, juga dengan kebutuhan yang ingin dipenuhi berdasarkan analisis kebutuhan. Sumberdaya sekolah yang diidentifikasi meliputi kelengkapan buku penunjang materi (kelengkapan sarana perpustakaan) dan kelengkapan peralatan laboratorium yang digunakan untuk melakukan percobaan atau eksperimen pengujian sesuai petunjuk dalam LKS. Identifikasi sumberdaya ini dilakukan dengan observasi langsung ke sekolah. Observasi yang dilaksanakan dengan memeriksa kelengkapan buku penunjang, keberadaan peralatan praktikum dan wawancara dengan guru mata pelajaran Fisika. Hasil identifikasi ini
28
3. Identifikasi Spesifikasi Produk
Identifikasi spesifikasi produk dilakukan untuk mengetahui ketersediaan sumber daya yang mendukung pengembangan produk, dengan memperhatikan hasil analisis kebutuhan dan identifikasi sumberdaya yang dimiliki oleh sekolah. Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Penentuan topik atau materi pokok pembelajaran yang akan dikembangkan. b. Mengidentifikasi kurikulum untuk mendapatkan identifikasi materi pelajaran
dan indikator ketercapaian dalam pembelajaran.
c. Menentukan buku-buku fisika yang akan dijadikan rujukan materi penunjang. d. Menentukan model pengembangan LKS.
4. Pengembangan Produk
Kegiatan pengembangan pada tahap ini dilakukan pembuatan LKS Fisika dengan pembelajaran kooperatif tipeSTADmateri pokok Hukum Hooke dengan
29
5. Uji Internal
Tahap lima pada pengembangan ini yaitu tahap uji internal. Uji internal yang dikenakan pada produk terdiri dari meliputi uji spesifikasi dan uji kualitas produk, yang dilakukan oleh ahli desain dan ahli isi/ materi pembelajaran. LKS fisika yang telah dibuat diberi nama prototipe 1. Kemudian dikenakan uji spesifikasi produk yang bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian produk yang direncanakan dengan berpedoman pada instrumen uji yang telah ditetapkan. Prosedur uji
spesifikasi produk menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan indikator penilaian yang akan digunakan untuk menilai prototipe 1 yang telah dibuat.
b. Menyusun instrumen uji spesifikasi berdasarkan indikator penilaian yang telah ditentukan.
c. Melaksanakan uji spesifikasi produk ini dilakukan oleh ahli desain pembelajaran.
d. Melakukan analisis terhadap hasil uji untuk mendapatkan perbaikan materi pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 dan prosedur
pengembangan yang sesuai dengan pendekatan saintifik.
e. Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan analisis hasiluji spesifikasi produk.
f. Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada ahli desain pembelajaran.
30
telah ditetapkan. Uji kualitas produk ini yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan indikator penilaian yang digunakan untuk menilai prototipe II hasil uji spesifikasi produk yang telah dibuat.
b. Menyusun instrumen uji kualitas produk berdasarkan indikator penilaian yang telah ditentukan.
c. Melaksanakan uji kualitas produk yang dilakukan oleh ahli isi/ materi, dalam hal ini dilakukan oleh guru mata pelajaran fisika, atau ahli desain media pembelajaran.
d. Melakukan analisis terhadap hasil uji kualitas produk untuk memperoleh perbaikan kualitas produk yang dihasilkan.
e. Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan hasil uji kualitas produk. f. Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada
ahli isi/ materi dan ahli desain media pembelajaran.
Setelah mengalami uji kualitas produk, maka prototipe II akan mendapat saran-saran perbaikan dari ahli isi/ materi dan akan diperoleh prototipe III.
6. Uji Eksternal
Hasil prototipe III akan dikenakan uji eksternal yaitu uji kemanfaatan produk oleh pengguna. Pada uji ini produk diberikan kepada siswa untuk digunakan sebagai sumber belajar sekaligus media belajar. Uji eksternal merupakan ujicoba kemanfaatan oleh pengguna, yaitu: (1) kemenarikan, (2) kemudahan
31
uji coba, maka akan dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap butir-butir pertanyaan. Dari hasil uji coba tersebut akan diperoleh saran atau masukan terkait manfaat produk yang dihasilkan. Berdasarkan masukan-masukan tersebut oleh pengembangakan dilakukan penyempurnaan sehingga dihasilkan prototipe IV yang merupakan produk akhir pengembangan.
7. PencetakanProduk
Pada tahap 7 dilakukan pencetakan produk setelah dilakukan perbaikan dari hasil uji internal dan uji eksternal dihasilkan LKS yang menarik untuk digunakan dalam pembelajaran selain itu LKS yang dihasilkan mudah untuk digunakan dalam pembelajaran dari hasil uji keefektifan didapatkan bahwa LKS tersebut efektif digunakan dalam suatu pembelajaran. Sehingga dapat diketahui LKS tersebut bermanfaat digunakan dalam suatu pembelajaran. Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian pengembangan.
C. Metode Pengumpulan Data
Penelitian pengembangan ini digunakan empat macam metode pengumpulan data. Keempat metode tersebut yaitu:
1. Metode Wawancara
Metode wawancara digunakan untuk mengetahui dan menganalisis kebutuhan media pembelajaran.
2. Metode Observasi
32
X O
3. Metode Angket
Metode angket digunakan untuk mengukur indikator program yang berkenaan dengan kriteria pendidikan, tampilan media, dan kualitas teknis. Instrumen meliputi angket uji ahli dan angket respon pengguna. Instrumen angket uji ahli digunakan untuk menilai dan mengumpulkan data kelayakan produk sebagai media pembelajaran. Sedangkan instrumen angket respon pengguna digunakan untuk mengumpulkan data tingkat kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk.
4. Metode Tes Khusus
Metode tes khusus digunakan untuk mengetahui tingkat efektifitas produk yang dihasilkan sebagai media pembelajaran. Tahap ini produk digunakan sebagai sumber belajar, pengguna (siswa) diambilsampel penelitian satu kelas siswa, dimana sampel diambil menggunakan tekniksampling jenuhyaitu semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
Untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan analisis kebutuhan dan
menggunakan desain penelitianOne-Shot Case Study. Gambar desain yang digunakan dapat dilihat pada gambar 3.2.
Gambar 3.2One-Shot Case Study
33
Tes khusus ini dilakukan oleh satu kelas sampel siswa kelas X MIA SMA SMA Negeri 1 Abung Tinggi, siswa menggunakan LKS sebagai media pembelajaran, selanjutnya siswa tersebut diberi soalpost-test. Hasil post-testdianalisis ketercapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan nilai KKM yang harus terpenuhi berdasarkan pada KKM yang ditentukan oleh satuan pendidikan atau sekolah. Berdasarkan data yang diperoleh dengan
wawancara kepada guru bidang studi mata pelajaran fisika, siswa dinyatakan lulus jika memperoleh nilai sesuai dengan KKM yang telah ditentukan yaitu 69.
D. Metode Analisis Data
Setelah diperoleh data, langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Data hasil wawancara dengan guru mata pelajaran fisika dan data hasil observasi langsung dijadikan sebagai latar belakang dilakukannya penelitian ini. Data kesesuaian desain dan materi pembelajaran pada produk diperoleh dari ahli desain dan ahli materi melalui uji/validasi ahli, yang selanjutnya data kesesuaian yang diperoleh tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang dihasilkan untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Data kemenarikan, kemudahan penggunaan, dan kemanfaatan produk diperoleh melalui hasil uji kemanfaatan kepada pengguna secara langsung.Data hasil belajar yang diperoleh melalui tes setelah penggunaan produk digunakan untuk menentukan tingkat efektivitas produk sebagai media pembelajaran.
34
1. Metode wawancara
Metode wawancara digunakan untuk mengetahui dan menganalisis kebutuhan media pembelajaran yang ada di sekolah tersebut yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab dengan guru fisika di SMA Negeri 1 Abung Tinggi
2. Metode Observasi
Metode observasi dilakukan untuk mengetahui keadaan sekolah dan melihat sarana dan prasarana di sekolah yang ditujukan sebagai objek uji coba pengembangan LKS.
3. Metode Angket
Metode angket analisis kebutuhan dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai kebutuhan sekolah, guru, dalam proses pembelajaran. Selanjutnya yaitu instrumen angket yang digunakan untuk mengukur indikator program yang berkenaan dengan kriteria pendidikan, tampilan program, dan kualitas teknis. Instrumen meliputi dua tahap, yaitu angket uji ahli dan angket respon pengguna. Instrumen angket uji ahli digunakan untuk menilai dan
mengumpulkan data tentang kelayakan produk yangdihasilkan sebagai suplemen pembelajaran.Sedangkan instrumen angket respon pengguna digunakan untuk mengumpulkan data tingkat kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk.
4. Metode Tes Khusus
35
teknik acak atas dasar kesetaraan subjek penelitian untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan analisis kebutuhan.
Selanjutnya untuk analisis data berdasarkan instrumen uji ahli dan uji kelompok kecil dilakukan untuk menilai sesuai atau tidaknya produk yang dihasilkan sebagai sumber belajar dan media pembelajaran. Instrumen uji ahli oleh ahli desain dan ahli isi/materi pembelajaran, memiliki 2 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu: “ya” dan “tidak”. Revisi dilakukan pada konten pertanyaan
yang diberi pilihan jawaban “tidak”, atau para ahli memberikan masukkan khusus
terhadap mediaprototipeyang sudah dibuat.
Analisis data berdasarkan instrumen uji satu lawan satu dilakukan untuk mengetahui respon dari siswa terhadap media yang sudah dibuat. Instrumen uji satu lawan satu memiliki 2 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu: “ya”
dan “tidak”. Revisi dilakukan pada konten pertanyaan yang diberi pilihan jawaban
“tidak”.Data kemenarikan, kemudahan, kemanfaatan, dan efektivitas media sebagai sumber belajar diperoleh dari uji kelompok kecil kepada siswa sebagai pengguna. Angket respon terhadap pengguna produk memiliki 4 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, yaitu: “sangat menarik”, “menarik”, “kurang menarik”
dan “tidak menarik” atau “sangat baik”, “baik”, “kurang baik” dan “tidak baik”.
Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna. Penilaian instrumen total dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah total skor, selanjutnya
36
Tabel 3.1 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban.
Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor
Sangat menarik Sangat baik 4
Menarik Baik 3
Kurang menarik Kurang baik 2
Tidak menarik Tidak baik 1
Suyanto (2009: 20)
Instrumen yang digunakan memiliki empat pilihan jawaban, sehingga skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:
Skor penilaian = Jumlah skor pada instrumen jumlah nilai total skor tertinggi X 4
Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk menentukan kualitas dan tingkat kemanfaatan produk yang dihasilkan berdasarkan pendapat pengguna. Pengkonversian skor dapat dilihat dalam Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi
4 3,26 - 4,00 Sangat Baik
3 2,51–3,25 Baik
2 1,76–2,50 Kurang Baik
1 1,01–1,75 Tidak Baik
Suyanto (2009: 20)
Data hasilpost-testdigunakan untuk mengukur tingkat efektivitas media, sebagai pembanding digunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran fisika di SMANegeri 1 Abung Tinggi. Apabila 75% nilai siswa yang diberlakukan uji coba telah mencapai KKM, dapat disimpulkan produk
[image:56.595.109.403.465.552.2]V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan, dapat disimpulkan bahwa dihasilkannya LKS materi Hukum Hooke menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan saintifik. LKS hasil pengembangan berkriteria sangat menarik digunakan dalam pembelajaran dengan perolehan skor 3,21. LKS yang dihasilkan berkriteria sangat mudah digunakan dengan perolehan skor 3,23. Setiap konten yang terdapat di dalam LKS menambah manfaat LKS dalam menambah pengetahuan siswa sehingga dengan perolehan skor 3,31 dapat dikatakan LKS berkriteria bermanfaat. LKS yang dikembangkan efektif
digunakan dalam suatu pembelajaran, halini ditunjukkan berdasarkan hasil evalua sisiswa setelah menggunakan LKS dalam pembelajaran dengan 100% siswa telah tuntas KKM yang telah ditentukan yaitu 69.
B. Saran
53
1. Hendaknya produk berupa LKS yang disertai panduan guru yang dikembangkan ini digunakan sebagai sumber belajara iternatif pada pembelajaran materi Hukum Hooke karena efektif untuk digunakan. 2. Bagi guru maupun siswa supaya dapat membaca dan memahami secara
DAFTAR PUSTAKA
BPSDMK. 2013. Pendekatan Saintifik (Scientific Approach). Jakarta: Kemendikbud.
Dinata, Agung. 2010. Pengembangan LKS. (Online),
(http://faridmuh.wordpress.com/2010/12/19/pengembangan-lks, diakses 24 Januari 2013)
Indriani, Irma Rosa. 2013. Pengembangan LKS Fisika Berbasis Siklus Belajar (Learning Cycle) 7E Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan
Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Siswa SMA Kelas X Pokok Bahasan Elektromagnetik. Tesis. Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.
Kemendikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud.
Mahmuddin. 2010. Belajar Jadi Manusia: Komponen Penilaian kooperatiftipe STAD. (on line), (http://mahmuddin.wordpress.com. diakses 03 Januari 2014).
Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Siddiq, M. Djauhar. 2010. Pengembangan BahanPembalajaran SD. Jakarta: Kemendiknas.
Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara.
Slavin. 2009. Students Team Achievement Division (STAD). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sungkono. 2010. Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
55
Keterampilan Proses Untuk SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2009. Bandar Lampung: Unila
Taniredja, T., Faridli, M.E., Harmianto,S. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.