• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Dalam Meningkatkan Pelayanan Publik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Dalam Meningkatkan Pelayanan Publik"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Pustaka

Abdurrahmat, Fathoni. 2006. Organisasi dan Managemen Sumber Daya Manusia.

Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Armstrong, M. 1991. A Hand Book on personnel Management Practice ( 4th ed), London Hogan Page: London.

Hasibuan, S.P. Malayu. 2003. Managemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta:

Bumi Aksara.

I.G. Wursanto. 1999. Managemen Kepegawaian. Yogyakarta: Kenisisus.

Iral Soedjono. 2000. Teknik Memimpin Pegawai dan Pekerja. Cemerlang: Jakarta.

Nugroho. D, Riant. 2004. Kebijakan Publik : Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta: Elek Media Komputindo.

Prijodarminto, Soegeng. 1994. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Bandung: Pradynya Paramita

Revida, Erika. 2010. Managemen SDM Aparatur di Indonesia. USU: Medan.

Robert. 1996. Pelayanan publik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Saydam, Gouzali. 1996. Managemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Toko Gunung

Agung.

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Siswanto, Bedjo. 2002. Managemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Subarsono, A.G. 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial (Berbagai Pendekatan Alternatif).

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta: Lukman

Offset YPAPI.

(2)

Widodo, Joko. 2001. Etika birokrasi dalam pelayanan publik. Jakarta: CV. Mitra Malang.

Zuriah, N. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori Aplikasi. Jakarta:

Bumi Aksara.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin PNS

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 Tentang

(3)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI

3.1Sejarah Singkat Kota Tebing Tinggi

Kira-kira seratus lima puluh tahun yang lalu kota Tebing Tinggi sudah didiami suku

bangsa Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dari arsip lama, dimana dalam cacatan tersebut

dinyatakan bahwa kota Tebing Tinggi telah menjadi tempat pemukiman, tepatnya pada tahun

1864. Pada tahun 1910, sebelum dilaksanakannya Zelf Bestuur Padang (Kerajaan Padang),

maka telah dibuat titik Pole Gruth yaitu pusat perkembangan kota sebagai jarak ukur antara

kota Tebing Tinggi dengan kota sekitarnya. Patok Pole Gruth tersebut terletak

ditengah-tengah taman bunga di lokasi rumah sakit umum Herna. Untuk menunjang jalannya roda

pemerintahan maka diadakan kutipan-kutipan berupa kutipan pekan, iuran penerangan dan

lain-lain yang berjalan dengan baik. Dan untuk mengadakan pengutipan-pengutipan tersebut

yang kemudian disebut sebagai setoran retribusi dan pajak daerah, maka diangkatlah pada

waktu itu penghulu pekan.

Tugas penghulu pekan ini juga termasuk menyampaikan perintah-perintah atau

kewajiban-kewajiban kepada rakyat kota Tebing Tinggi yang masuk daerah Zelfbestuur.

Dalam perkembangan selanjutnya kota Tebing Tinggi sebagai kota otonom dapat kita baca

dari tulisan Jj. Mendelaar, dalam Nota Bertrefende Degemente Tebing Tinggi yang dibuat

sekitar bulan juli tahun 1930. Dalam salah satu bab dari tulisan tersebut dinyatakan setelah

beberapa tahun dalam keadaan vakum mengenai perluasan pelaksanaan Desentralisasi, maka

pada tanggal 1 Juli 1917 berdasarkan Desentralisasi tersebut berdirilah Gementee Tebing

(4)

Setelah keluarnya undang-undang nomor 5 tahun 1974, tentang pokok-pokok

pemerintahan didaerah, pelaksanaan pemerintah di kota Tebing Tinggi sudah jauh lebih maju

dibandingkan pada masa-masa sebelumnya. Pemerintahan Daerah mempunyai perangkat

yang cukup baik. Sebagai suatu daerah otonom yang berhak mengatur dan mengurus rumah

tangganya sendiri pemerintah kota Tebing Tinggi di dalam melaksanakan dan menjalankan

roda pemerintahan di daerah ternyata masih banyak mengalami hambatan, oleh karena

terbatasnya kemampuan daerah dalam mendukung pengadaan dalam berbagai fasilitas yang

dibutuhkan. Pada tahun 1980 presiden Republik Indonesia telah menganugerahkan tanda

kehormatan “Parasamya Purna Karya Nugraha” kepda kotamadya II Tebing Tinggi sebagai

penghargaan tertinggi atas hasil kerjanya dalam melaksanakan hasil kerjanya di lima tahun

kedua, sehingga dinilai telah memberikan kemampuan bagi pembangunan, demi kemajuan

Negara Indonesia pada umumnya daerah khususnya.

3.2 Lokasi dan Keadaan Geografis

Kota Tebing Tinggi adalah satu dari tujuh kota yang ada di provinsi Sumatera Utara,

yang berjarak sekitar 78 kilometer dari kota Medan. Kota Tebing Tinggi terletak pada 30°9'3"

- 30°4'50" Lintang Utara dan 99°4'1" - 99°0'0" Bujur Timur. Kota Tebing Tinggi berada di

tengah kecamatan Serdang Bedagai yang dibatasi oleh PTPN III Rambutan di sebelah utara,

PT. Soefindo Kebun Tanah Besih di sebelah timur, PTPN III Kebun Pabatu di sebelah

selatan, dan PTPN III Kebun Gunung Pamela di sebalah barat.

Hingga Desember 2009, kota Tebing Tinggi terdiri dari 5 kecamatan yaitu: kecamatan

Padang Hulu, Tebing Tinggi Kota, Rambutan, Bajenis, dan Padang Hilir. Kota Tebing Tinggi

(5)

Tebing Tinggi. Sebagian besar (50,93%) lahan di kota Tebing Tinggi digunakan sebagai

lahan pertanian.

Tabel 3.1 : Luas wilayah, jumlah kelurahan, dan lingkungan di kota Tebing Tinggi No. Kecamatan Luas Wilayah

(KM²)

Jumlah Kelurahan

Jumlah Lingkungan

1 Padang Hulu 8,511 7 39

2 Tebing Tinggi Kota

3,473 7 43

3 Rambutan 5,935 7 28

4 Bajenis 9,078 7 34

5 Padang Hilir 11,441 7 35

Jumlah 38,438 35 179

(6)

3.3 Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi

Manifestasi sikap aparat yang terobsesi untuk mempertahankan status quo adalah

takut menghadapi perubahan, tidak inovatif dan tidak mau mengambil resiko. Ketakutan

dalam menghadapi perubahan yang timbul di dalam diri aparat birokrasi biasanya disebabkan

oleh faktor kapabilitas mereka yang sangat terbatas. Perubahan yang terjadi seperti dalam hal

reorganisasi, peningkatan pemanfaatan teknologi dan tuntutan akan pengetahuan dan

ketrampilan dianggap merupakan ancaman nyata terhadap kedudukan, jabatan, karir dan

penghasilannya.

Kebijakan reorganisasi birokrasi di daerah sebagai konsekuensi dari penerapan

undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah, memberikan gambaran kepada

aparat agar memahami bahwa kebijakan tersebut bertujuan untuk lebih meningkatkan

efisiensi dan kinerja aparat birokrasi dalam memberikan pelayanan publik.

Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah sebagai

penyempurnaan dari undang-undang nomor 22 tahun 1999 memberikan penegasan bahwa

pemberian otonomi daerah merupakan upaya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang

semakin kepada masyarakat, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan.

Dan guna meningkatkan kualitas pelayanan, pemerintah kota Tebing Tinggi membentuk

Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan yang sebelumnya adalah bagian Kepegawaian

(7)

Gambar 3.1 : Struktur Organisasi Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi

(8)

A. Tugas dan Fungsi Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan

Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan mempunyai tugas pokok membantu

Walikota dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang

kepegawaian, pendidikan, dan pelatihan.

Adapun fungsi dari Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan yaitu:

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang kepegawaian, pendidikan, dan pelatihan;

2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan atas pemerintahan daerah di bidang

kepegawaian, pendidikan, dan pelatihan;

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kepegawaian, pendidikan, dan pelatihan;

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

B. Tugas dan Fungsi Kepala Badan

Kepala Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan mempunyai tugas

melaksanakan tugas umum pemerintahan di bidang pembinaan, pengembangan, kepangkatan,

penggajian, kesejahteraan, kedudukan hukum, informasi kepegawaian, pendidikan

penjenjangan dan pendidikan teknis fungsional sesuai dengan Peraturan

Perundang-undangan.

Untuk menyelenggarakan tugas, Kepala Badan Kepegawaian, Pendidikan dan

Pelatihan mempunyai fungsi :

a) Pelaksanaan urusan ketatausahaan Badan;

b) Penyusunan program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang;

c) Perumusan kebijakan teknis kepegawaian, pendidikan dan pelatihan serta

evaluasi;

(9)

f) Penyiapan penyusunan rancangan qanun di bidang kepegawaian sesuai dengan norma

standar dan prosedur yang ditetapkan pemerintah;

g) Penyusunan formasi dan pengadaan pegawai;

h) Penyiapan mutasi jabatan struktural instansi pemerintah dan penyelesaian konsultasi

jabatan struktural pemerintah ;

i) Pembinaan dan pengembangan jabatan fungsional;

j) Penyiapan dan pelayanan administrasi serta pelaksanaan pengangkatan,

pemindahan dan pemberhentian pegawai negeri sipil daerah sesuai dengan

norma, standar dan prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-

undangan;

k) Penyelenggaraan rekuitmen dan seleksi pendidikan tenaga kader dan diklat

kepemimpinan;

l) Penyelenggaraan administrasi mutasi wilayah kerja pegawai negeri sipil;

m) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap pengelolaan manajemen

kepegawaian kabupaten/kota;

n) Penyiapan dan penetapan pensiun pegawai;

o) Penetapan gaji, tunjangan dan kesejahteraan serta perumahan pegawai sesuai dengan

norma, standar prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang- undangan;

p) Penyelenggaraan administrasi kepangkatan pegawai;

q) Penyusunan kebijakan pembinaan disiplin dan penilai kinerja aparatur;

r) Pengelolaan sistem informasi kepegawaian daerah;

s) Pelaksanaan pengembangan tenaga kader;

t) Pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan atau lembaga terkait lainnya di bidang

(10)

C. Tugas dan Fungsi Sekretaris

Sekretaris Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan mempunyai tugas

melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan dengan fungsi sebagai berikut:

1) Penyusunan rencana dan program kerja bidang kesekretariatan.

2) Pengelolaan dan pelaksanaan administrasi umum, keuangan, perlengkapan,

kepegawaian, kearsipan, dan kerumah tanggaan, program dan perundang-undangan.

3) Pengkoordinasian penyusunan program dan penyelenggaraan tugas-tugas bidang

secara terpadu dan pelayanan administratif.

4) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan.

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

Sekretariat terdiri dari:

1. Sub bagian umum dan kepegawaian

2. Sub bagian program dan perundang-undangan

3. Sub bagian keuangan

1. Tugas dan Fungsi Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok menyelenggarakan

pengelolaan dan pengolahan administrasi umum meliputi surat menyurat, kearsipan, rumah

tangga, dan administrasi kepegawaian. Penjabaran dari tugas pokok tersebut yaitu:

a) Membantu Sekretaris mengoordinasikan penyiapan bahan perumusan kebijakan

teknis;

(11)

d) Mendistribusikan tugas, memberikan petunjuk dan arahan kepada bawahan;

e) Melaksanakan administrasi umum, surat menyurat, kearsipan, dokumentasi;

f) Melaksanakan administrasi kepegawaian dan membantu mengoordinasikan

penanganan pelanggaran disiplin kepegawaian;

g) melaksanakan kegiatan kerumahtanggaan dan menyiapkan pelaksanaan perjalanan

dinas;

h) Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja Subbagian Umum dan Kepegawaian;

i) Membina, mengawasi dan menilai kinerja bawahannya termasuk memberikan

Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3); dan

j) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai bidang tugasnya.

Adapun fungsi dari sub bagian umum dan kepegawaian yaitu:

1) Penyusunan rencana dan program kerja bidang umum dan kepegawaian.

2) Pengelolaan dan pelaksanaan administrasi umum, perlengkapan, kepegawaian,

kearsipan, dan kerumah tanggaan

3) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan.

4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

2. Tugas dan Fungsi Sub Bagian Program dan Perundang-Undangan

Sub bagian program dan perundang-undangan dipimpin oleh seorang kepala sub

bagian yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian fungsi kesekertariatan di bidang

program dan perundang-undangan. Dimana meliputi:

a) Memimpin pelaksanaan tugas sub bagian program dan perundang-undangan.

b) Menyusun rencana dan program kerja sub bagian program dan perundang-undangan.

(12)

d) Membimbing, mengendalikan dan mengevaluasi hasil kerja bawahan dalam upaya

meningkatkan produktivitas kerja.

e) Menyusun konsep naskah dinas yang berkaitan dengan sub bagian program dan

perundang-undangan.

f) Melaksanakan koordinasi dengan biadng-bidang melalui sekretaris dalam menyiapkan

bahan penyusunan system dan prosedur, standar pelayanan minimal beserta indicator

kinerja.

g) Melaksanakan tugas dinas lainnya.

Adapun fungsi dari sub bagian program dan perundang-undangan, yaitu:

1) Penyusunan rencana dan program kerja bidang program dan perundang-undangan.

2) Pengkoordinasian penyiapan bahan penyusunan perencanaan, program, pedoman dan

petunjuk teknis serta laporan.

3) Penyiapan bahan penyusunan kebijakan bidang perencanaan, monitoring dan evaluasi.

4) Pelaksanaan dan pengoordinasian perumusan perundang-undangan, telaahan hukum,

pengembangan hukum serta penyiapan bahan pertimbangan atas masalah yang timbul

dalam pelaksanaan tugas.

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

3. Tugas dan Fungsi Sub Keuangan

Sub keuangan dipimpin oleh seorang kepala sub bagian yang mempunyai tugas

melaksanakan sebagian fungsi kesekertariatan di bidang pengelolaan keuangan. Dimana

meliputi:

(13)

c) Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada

bawahan dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja.

d) Membimbing, mengendalikan dan mengevaluasi hasil kerja bawahan dalam upaya

meningkatkan produktivitas kerja.

e) Menyusun konsep naskah dinas yang berkaitan dengan sub bagian keuangan.

f) Melaksanakan penyusunan dan pengelolaan anggaran.

g) Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan yang meliputi penerimaan,

pembukuan, penyimpanan, pembayaran dan penyetoran pendapatan.

h) Mengelolah gaji dan tunjangan pegawai.

h) Melaksanakan tugas dinas lainnya.

Adapun fungsi dari sub bagian keuangan, yaitu:

1) Penyusunan rencana dan program kerja bidang keuangan.

2) Pengelolahan administrasi keuangan dan anggran badan.

3) Pelayanan di bidang keuangan.

4) Pelaksanaan laporan sub bagian keuangan.

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

D. Tugas dan Fungsi Bidang Formasi, Mutasi, Pembinaan dan Kesejahteraan Pegawai

Bidang formasi, mutasi, pembinaan dan kesejahteraan pegawai melaksanakan

sebagian tugas kepala badan dengan fungsi sebagai berikut:

1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis bidang formasi, mutasi, pembinaan dan

(14)

2) Penyiapan bahan pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah

bidang formasi, mutasi, pembinaan dan kesejahteraan pegawai.

3) Pelaksanaan dan pengoordinasian kegiatan formasi, mutasi, pembinaan dan

kesejahteraan pegawai.

4) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan.

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala badan sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

Bidang formasi, mutasi, pembinaan dan kesejahteraan pegawai terdiri dari:

1. Sub bagian formasi, mutasi dan pengembangan karir.

2. Sub bagian pembinaan disiplin dan kesejahteraan pegawai.

1. Sub Bagian Formasi, Mutasi dan Pengembangan Karir

Sub bagian formasi, mutasi dan pengembangan karir mempunyai tugas sebagian

fungsi bidang formasi, mutasi, pembinaan dan kesejahteraan pegawai dibidang formasi,

mutasi dan pengembangan karir. Dimana meliputi:

a) Memimpin pelaksanaan tugas sub bidang formasi, mutasi, dan pengembangan karir.

b) Menyusun rencana dan program kerja sub bidang formasi, mutasi, dan pengembangan

karir.

c) Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada

bawahan dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja.

d) Membimbing, mengendalikan dan mengevaluasi hasil kerja bawahan dalam upaya

meningkatkan produktivitas kerja.

(15)

g) Menyiapkan dan melaksanakan pengumuman secara luas dalam rangka penerimaan

pegawai negeri sipil.

h) Melaksanakan tugas dinas lainnya.

Adapun fungsi sub bagian formasi, mutasi dan pengembangan karir, yaitu:

1. Pengumpulan dan pengolahan bahan perumusan kebijakan teknis bidang formasi,

mutasi dan pengembangan karir.

2. Pelakasanaan kegiatan formasi, mutasi dan pengembangan karir.

3. Pelaksanaan pelaporan kegiatan formasi, mutasi dan pengembangan karir.

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang formasi, mutasi, pembinaan

dan kesejahteraan pegawai sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Tugas dan Fungsi Sub Bagian Pembinaan Disiplin dan Kesejahteraan Pegawai Sub bagian pembinaan disiplin dan kesejahteraan pegawai mempunyai tugas sebagian

fungsi bidang formasi, mutasi dan pembinaan dan kesejahteraan pegawai dibidang

pembinaan disiplin dan kesejahteraan pegawai. Dimana meliputi:

a) Memimpin pelaksanaan tugas sub bidang pembinaan disiplin dan kesejahteraan

pegawai.

b) Menyusun rencana dan program kerja sub bidang pembinaan disiplin dan

kesejahteraan pegawai.

c) Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada

bawahan dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja.

d) Membimbing, mengendalikan dan mengevaluasi hasil kerja bawahan dalam upaya

meningkatkan produktivitas kerja.

e) Menyusun konsep kebijakan teknis dibidang kesejahteraan pegawai dan menyiapkan

(16)

f) Memproses, menyiapkan bahan yang dibutuhkan dalam pembinaan dan memfasilitasi

penjatuhan sanksi kepada PNS yang melanggar peraturan disiplin PNS.

g) Melaksanakan tugas dinas lainnya.

Adapun fungsi dari sub bagian pembinaan disiplin dan kesejahteraan pegawai, yaitu:

1. Pengumpulan dan pengolahan bahan perumusan kebijakan teknis bidang pembinaan

disiplin dan kesejahteraan pegawai.

2. Pelakasanaan kegiatan pembinaan disiplin dan kesejahteraan pegawai.

3. Pelaksanaan pelaporan pembinaan disiplin dan kesejahteraan pegawai.

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang formasi, mutasi, pembinaan

dan kesejahteraan pegawai sesuai dengan tugas dan fungsinya.

E. Tugas dan Fungsi Bidang Kepangkatan dan Pensiun

Bidang kepangkatan dan pensiun melaksanakan sebagian tugas kepala badan dengan

fungsi sebagai berikut:

1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis bidang kepangkatan dan pensiun.

2) Penyiapan bahan pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah

dalam bidang kepangkatan dan pensiun..

3) Pelaksanaan dan pengoordinasian kegiatan kepangkatan dan pensiun.

4) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan.

5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala badan sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

Bidang kepangkatan dan pensiun terdiri dari:

(17)

1. Tugas dan Fungsi Sub Bidang Kepangkatan dan Gaji Berkala

Sub bidang kepangkatan dan gaji berkala mempunyai tugas sebagian fungsi bidang

kepangkatan dan pensiun dibidang kepangkatan dan gaji berkala. Dimana meliputi:

a) Memimpin pelaksanaan tugas sub bidang kepangkatan dan gaji berkala.

b) Menyusun rencana dan program kerja sub bidang kepangkatan dan gaji berkala.

c) Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada

bawahan dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja.

d) Membimbing, mengendalikan dan mengevaluasi hasil kerja bawahan dalam upaya

meningkatkan produktivitas kerja.

e) Menyelesaikan dan memproses administrasi kepangkatan dan kenaikan gaji berskala

pegawai negeri sipil.

f) Menyiapkan bahan yang dibutuhkan dalam penetapan kenaikan pangkat pegawai

negeri sipil.

g) Melaksanakan tugas dinas lainnya.

Adapun fungsi dari sub bidang kepangkatan dan gaji berkala, yaitu:

1. Pengumpulan dan pengolahan bahan perumusan kebijakan teknis bidang kepangkatan dan gaji berkala.

2. Penyiapan bahan pelaksanaan kegiatan kepangkatan dan gaji berskala. 3. Pelaksanaan pelaporan pemberdayaan kepangkatan dan gaji berkala.

(18)

2. Tugas dan Fungsi Sub Bidang Pensiun

Sub bidang pensiun mempunyai tugas sebagian fungsi bidang kepangkatan dan

pensiun dibidang pensiun. Dimana meliputi:

a) Memimpin pelaksanaan tugas sub bidang pensiun.

b) Menyusun rencana dan program kerja sub bidang pensiun.

c) Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja.

d) Membimbing, mengendalikan dan mengevaluasi hasil kerja bawahan dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja.

e) Menyelesaikan dan memproses administrasi usulan pensiun pegawai negeri sipil. f) Menyiapkan bahan yang dibutuhkan dalam penetapan pegawai negeri sipil. g) Melaksanakan tugas dinas lainnya.

Adapun fungsi dari sub bidang pensiun, yaitu:

1. Pengumpulan dan pengolahan bahan perumusan kebijakan teknis bidang pensiun.

2. Penyiapan bahan pelaksanaan kegiatan pensiun.

3. Pelaksanaan pelaporan kegiatan pensiun.

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang kepangkatan dan pensiun

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3.4 Keadaan Pegawai

Jumlah pegawai di kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing

Tinggi berjumlah 38 orang pegawai dan 1 kepala pimpinan diman jumlah 39 orang tersebut

dijadikan informan. Pegawai yang bekerja di kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan

(19)

Tabel 3.2: Jumlah Pegawai Menurut Kedudukan/Jabatan Pada Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi

No. Tingkat Kedudukan Jumlah Informan (Orang)

Frekuensi (%)

1 Kepala Badan 1 2,56%

2 Sekretaris 1 2,56%

3 Kepala Bidang 3 7,70%

4 Kepala Sub Bidang 6 15,38%

5 Kepala Sub Bagian 2 5,13%

6 Staf 26 66,67%

Jumlah 39 100%

(20)

BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1 Identitas Informan

Seperti yang telah diuraikan dari bab sebelumnya bahwa tujuan penelitian adalah

untuk mengetahui implementasi disiplin kerja pegawai negeri pada Kantor Badan

Kepegawaian Pendidikan dan Penelitian Kota Tebing Tinggi. Untuk mengetahui

implementasi disiplin kerja tersebut maka terlebih dahulu dikemukakan identitas informan

dalam penelitian ini.

Informan yang dijadikan objek dalam penelitian pada Kantor Badan Kepegawaian

Pendidikan dan Pelatihan di Kota Tebing Tinggi diambil sebanyak 39 orang termasuk atau

jumlah keseluruhan pegawai negeri sipil termasuk informan kunci yaitu pimpinan kantor

BKPP tersebut. Hal ini dilakukan untuk menjamin keabsahan dan informasi yang diperoleh

selama penelitian.

A. Usia

Dalam suatu penelitian ini juga sangat menentukan dalam pelaksanaan disiplin kerja

pegawai karena semakin bertambahnya usia seseorang maka semakin disiplin baik sikap

maupun tingkah lakunya, karena dari umur kelihatan sudah mempunyai pengalaman di dalam

pekerjaannya. Selanjutnya untuk lebih jelas dapat dilihat identitas informan dari tingkat

(21)

Tabel 4.1: Identitas Informan Berdasarkan Usia di Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi

No. Umur Jumlah Informan

(Orang)

Frekuensi (%)

1 21-30 Tahun 12 30,77%

2 31-40 Tahun 19 48,72%

3 41-50 Tahun 5 12,82%

4 51-60 Tahun 3 7,69%

Jumlah 39 100%

Sumber: Hasil penelitian, 2014.

Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat yang diperoleh dari tingkat usia, maka

informan dikelompokkan menjadi empat bagian tingkat usia. Pada Kantor Badan

Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi bahwa informan terbanyak

berusia 31-40 tahun sebanyak 19 orang (48,72%), 21-30 tahun sebanyak 12 orang (30,77%),

41-50 tahun sebanyak 5 orang (12,82%) dan 51-60 tahun sebanyak 3 orang (7,69%). Jadi

mayoritas pegawai di Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing

Tinggi berusia 31-40 tahun.

B. Jenis Kelamin

Komposisi pegawai dalam hal jenis kelamin di dalam sesuatu ditentukan oleh badan

kerja yang ada, khususnya pegawai Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan

Kota Tebing Tinggi. Yang tersebar kedalam bagian-bagian kerja yang ada. Komposisi

(22)

Tabel 4.2: Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin di Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi

No. Jenis Kelamin Jumlah Informan (Orang)

Frekuensi (%)

1 Laki-laki 26 66,67%

2 Perempuan 13 33,33%

Jumlah 39 100%

Sumber: Hasil penelitian, 2014

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa informan terbanyak adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 26 orang (66,67%) dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 13 orang (33,33%). Jadi mayoritas pegawai di Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi berjenis kelamin laki-laki.

C. Masa Kerja

Hal yang tidak kalah penting dalam hal pelaksanaan kerja pegawai adalah masa kerja

pegawai pada Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi.

Semakin lama masa kerja seorang pegawai semakin berpengalaman pegawai tersebut dalam

melaksanakan tugas-tugasnya dan akan terampil dan professional dalam upaya meningkatkan

disiplin kerjanya.

Bagi seorang pegawai yang memiliki masa kerja yang belum lama akan merasa

kesulitan dalam melaksakan pekerjaannya karena belum dapat beradaptasi dengan

pekerjaannya dan belum trampil dalam melaksanakan tugas-tugas yang diembannya.

Selanjutnya untuk mengetahui masa kerja pegawai pada Kantor Badan Kepegawaian

(23)

Tabel 4.3: Identitas Responden Berdasarkan Masa Kerja di Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi

No. Masa Kerja (Tahun)

Jumlah Informan (Orang)

Frekuensi (%)

1 0-3 12 30,77%

2 4-7 11 28,20%

3 8-11 2 5,13%

4 >11 14 35,90 %

Jumlah 39 100%

Sumber: Hasil penelitian, 2014

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa informan terbanyak adalah masa kerja

11 tahun keatas dimana pada masa kerja 11 tahun keatas berjumlah 14 orang (35,90%), masa

kerja 0-3 tahun sebanyak 12 orang (30,77%), masa kerja 4-7 tahun sebanyak 11 orang

(28,20%), dan masa kerja 8-11 tahun sebanyak 2 orang (5,13%). Jadi mayoritas pegawai di

Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi memiliki masa

kerja lebih dari 11 tahun.

D. Pendidikan Terakhir

Dalam suatu kantor, pendidikan terakhir juga menjadi faktor dalam mencari pegawai

yang benar atau sesuai dengan posisi yang akan diduduki oleh pegawai yang baru. Semakin

tinggi pendidikan seseorang biasanya semakin tinggi pula ilmu pengetahuan seseorang

tersebut. Sehingga sebuah kantor dalam mencari pegawai sesuai pendidikan terkahir, maka

dari itu untuk mengetahui tingkat pendidikan terakhir pegawai pada kantor Kepegawaian

(24)

Tabel 4.4: Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir Kantor Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi

No. Pendidikan Terakhir Jumlah Informan (Orang)

Frekuensi (%)

1 SMA/STM 12 30,77%

2 DIII 9 23,08%

3 S1 14 35,90%

4 S2 4 10,25%

Jumlah 39 100%

Sumber: Hasil penelitian, 2014

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan terakhir responden

terbanyak adalah tingkat pendidikan terakhir S1 sebanyak 14 orang (35,90%), tingkat

pendidikan terakhir SMA/STM sebanyak 12 orang (30,77%), tingkat pendidikan terakhir DIII

sebanyak 9 orang (23,08%), dan tingkat pendidikan terakhir S2 sebanyak 4 orang (10,25%).

Jadi mayoritas tingkat pendidikan terakhir pegawai di Kantor Kepegawaian Pendidikan dan

(25)

4.2 Distribusi Jawaban Informan Tentang Implementasi Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Kantor Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi

Dalam meningkatkan pelayanan publik pemerintah mengeluarkan berbagai macam

kebijakan dikarenakan masyarakat tidak merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh

pegawai negeri sipil. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu kebijakan untuk meningkatkan

pelayanan publik yang diberikan. Salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah

adalah peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai negeri sipil.

Dengan adanya peraturan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pelayanan publik yang

diberikan oleh pegawai negeri sipil.

Dalam penelitian ini, peneliti membagikan angket atau kuesioner kepada informan

sebanyak 38 angket kepada pegawai di Kantor Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota

Tebing Tinggi yang telah disusun berdasarkan indikator-indikator yang sesuai. Informan

yang mendapatkan angket adalah para pegawai di Kantor Kepegawaian Pendidikan dan

Pelatihan kota Tebing Tinggi. Dimana setiap informan telah menjawab

pertanyaan-pertanyaan mengenai implementasi disiplin pegawai negeri sipil dalam meningkatkan

pelayanan publik di Kantor Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing Tinggi.

Adapaun indicator-indikator tersebut yaitu:

1. Komunikasi (Communication)

Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari komunikator kepada

komunikan. Sementara itu, komunikasi kebijakan berarti merupakan proses penyampaian

informasi kebijakan dari pembuat kebijakan (policy makers) kepada pelaksana kebijakan

(policy implementors). Informasi perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan agar pelaku

(26)

berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan, agar proses implementasi kebijakan bisa

berjalan dengan efektif serta sesuai dengan tujuan kebijakan itu sendiri.

Adapun pengertian indicator komunikasi ini yaitu mengetahui dan memahami

bagimana disiplin kerja yang terdapat pada Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2010

tentang disiplin pegawai negeri.

Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Informan Tentang Adanya Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil

No. Kategori Jumlah Informan (Orang)

Frekuensi (%)

1 Tahu 39 100%

2 Tidak Tahu 0 0

Jumlah 39 100%

Sumber: Hasil penelitian, 2014

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jawaban informan terbanyak adalah

yang menyatakan bahwa mereka tahu mengenai adanya peraturan pemerintah nomor 53

tahun 2010 tentang disiplin pegawai negeri sipil sebanyak 39 orang (100%). Jadi, dapat

disimpulkan bahwa pegawai di Kantor Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing

Tinggi sangat tahu adanya peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin

pegawai negeri sipil.

Kemudian berdasarkan hasil wawancara dari informan kunci tentang bagaimana

pegawai mengetahui serta memahami akan peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010, yaitu

(27)

2. Sumber Daya (Resources)

Sumber daya memiliki peranan penting dalam implementasi kebijakan. Edward III

mengemukakan bahwa bagaimanapun jelas dan konsistensinya ketentuan-ketentuan dan

aturan serta bagaimanapun akuratnya penyampaian ketentuan-ketentuan atau

aturan-aturan tersebut, jika para pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan

kebijakan kurang mempunyai sumber-sumber daya untuk melaksanakan kebijakan secara

efektif maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif. Sumber daya di sini

berkaitan dengan segala sumber yang dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan

implementasi kebijakan. Sumber daya ini mencakup sumber daya manusia, anggaran,

fasilitas, informasi dan kewenangan.

Adapun indicator sumber daya ini adalah untuk mengetahui sumber daya apa saja

yang mendukung untuk melaksanakan displin kerja. Kemudian berdasarkan hasil wawancara

dari informan kunci tentang apakah sarana dan prasarana yang ada kantor ini mendukung

adanya pelaksanaan disiplin kerja, yaitu bahwa sarana dan prasarana yang ada di kantor ini

mendukung adanya pelaksanaan disiplin kerja dengan sedang diusahakan one man one

computer, BKPP sudah memiliki website dan semua komputer sudah terhubung antara satu komputer yang satu dengan yang lain (LAN). Di kantor ini juga terdapat server data sebesar 1

terabyte dan semua kabid sudah mempunyai email masing-masing.

3. Disposisi (Disposition)

Kecenderungan perilaku atau karakteristik dari pelaksana kebijakan berperan penting

untuk mewujudkan implementasi kebijakan yang sesuai dengan tujuan atau sasaran. Karakter

penting yang harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan misalnya kejujuran dan komitmen yang

(28)

mereka selalu antusias dalam melaksanakan tugas, wewenang, fungsi, dan tanggung jawab

sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat

berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Apabila implementator memiliki sikap yang baik

maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh

pembuat kebijakan, sebaliknya apabila sikapnya tidak mendukung maka implementasi tidak

akan terlaksana dengan baik.

Adapun indicator disposisi ini adalah merupakan sikap penerimaan atau penolakan

dari agen pelaksana kebijakan yang sangat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan

implementasi kebijakan publik.

Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Dukungan Terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil

No. Kategori Jumlah Informan (Orang)

Frekuensi (%)

1 Setuju 39 100%

2 Tidak Setuju 0 0

Jumlah 39 100%

Sumber: Hasil penelitian, 2014

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jawaban informan terbanyak adalah

yang menyatakan bahwa mereka setuju terkait adanya peraturan pemerintah nomor 53 tahun

2010 tentang disiplin pegawai negeri sipil sebanyak 39 orang (100%). Jadi, dapat

disimpulkan bahwa pegawai di Kantor Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing

Tinggi sangat setuju terkait adanya peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang

(29)

pegawai disini setuju dengan adanya pelaksanaan disiplin kerja. Itu dapat dilihat dari antusias

atau perilaku dari pegawai yang mematuhi disiplin kerja yang ada. Dengan melaksanakan

tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, memakai pakaian dinas, sadar dan bertanggung

jawab dengan tugas masing-masing, serta tidak membuang waktu dalam pelaksanaan

pekerjaan.

4. Struktur Birokrasi (Bureucratic Structure)

Struktur organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan.

Aspek struktur organisasi ini melingkupi dua hal yaitu mekanisme dan struktur birokrasi itu

sendiri. Aspek pertama adalah mekanisme, dalam implementasi kebijakan biasanya sudah

dibuat standart operation procedur (SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementator

dalam bertindak agar dalam pelaksanaan kebijakan tidak melenceng dari tujuan dan sasaran

kebijakan. Aspek kedua adalah struktur birokrasi, struktur birokrasi yang terlalu panjang dan

terfragmentasi akan cenderung melemahkan pengawasan dan menyebabkan prosedur

birokrasi yang rumit dan kompleks yang selanjutnya akan menyebabkan aktivitas organisasi

menjadi tidak fleksibel.

Adapun indicator struktur birokrasi ini adalah untuk melihat bagaimana

mekanisme-mekanisme yang ada di kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing

Tinggi. Kemudian berdasarkan wawancara dari informan kunci tentang

mekanisme-mekanisme pelayanan yang ada dikantor ini yaitu, bahwa mekanisme-mekanisme pelayanan yang ada di

akntor ini sudah cukup baik dimana apabila masyarakat atau pegawai dari kantor lain ingin

(30)

4.3 Hasil Wawancara

4.3.1 Hasil Wawancara dengan Informan Kunci (Kepala Pimpinan Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi)

Wawancara dilakukan dengan informasi kunci yaitu oleh Kepala Pimpinan Badan

Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi, bapak Erwin Damanik, S.Sos.

M.Sp. Wawancara ini dilakukan pada hari senin, 16 Juni 2014 pukul 10.00 WIB di Kantor

Badan kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi dengan memberikan

sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan judul penelitian.

Terkait dengan tentang disiplin kerja pegawai negeri sipil, penulis menanyakan

tentang bagaimana pendapat beliau mengenai disiplin kerja pegawai negeri sipil dan bapak

Erwin Damanik menyatakan bahwa:

“Disiplin kerja pegawai negeri sipil sangat perlu untuk dilaksanakan karena hal tersebut (disiplin) dapat meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan yang diberikan pegawai kepada masyarakat”.

Kemudian bapak Erwin Damanik menjelaskan keterkaitan peraturan pemerintah

nomor 53 tahun 2010 terhadap implementasi disiplin kerja pegawai negeri sipil di kantor

Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan di Kota Tebing Tinggi, yaitu:

“Bahwa Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai dibutuhkan dalam melaksanakan disiplin kerja pegawai karena Peraturan tersebut memuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP) untuk penjatuhan hukuman. Dan dalam penjatuhan hukuman itu ada tahapan-tahapannya dari hukuman rendah, sedang, dan berat.”

Dan beliau juga menjelaskan bagaimana para pegawai mengetahui dan memahami peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010, yaitu:

(31)

Terkait dengan model implimentasi George mengenai indicator komunikasi, penulis

menanyakan bagaimana cara bapak menyampaian peraturan pemerintah nomor 53 tahun

2010 kepada para pegawai sehingga implementasi peraturan tersebut dilaksanakan, yaitu

bahwa:

“Cara penyampaian isi ataupun peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai negeri sipil yaitu disampaikan ketika ada agenda rapat, dan para pegawai dapat mengetahui dan memahami peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010 karena peraturan tersebut dimuat dalam berita acara pemeriksaan”.

Kemudian terkait dengan indikator sumber daya pada model implementasi George,

penulis menanyakan apakah sumber daya yang ada di kantor Badan Kepegawaian Pendidikan

dan Pelatihan di kota Tebing Tinggi dapat menunjang terhadap implementasi disiplin

pegawai negeri bahwa:

”Adapun sumber daya berupa sarana dan prasarana yang ada di kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Kepegawaian di kota Tebing Tinggi sangatlah menunjang atau mendukung adanya implementasi disiplin kerja yang dilakukan di kantor ini yaitu dikantor ini sudah diterapkan one man one computer untuk meningkat disiplin kerja yang secara otomatis juga akan meningkatkan produktivitas ataupun layanan publik yang dilakukan. Setiap komputer yang ada di kantor ini saling berhubungan melalui LAN yang membuat data tidak ada yang tidak terpakai, arsib data juga akan lebih terjamin daripada arsib manual. Di kantor ini juga sudah memiliki server data sebesar 1 terabyte dan semua kepala bidang sudah mempunyai email masing-masing dan juga Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan sudah memiliki website (www.bkpptebingtinggi.net) jadi kalau ingin mencari informasi mengenai kantor ini sudah mudah.”

Terkait dengan model implimentasi George mengenai indicator disposisi, penulis

menanyakan bagaimana sikap dari pegawai di kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan

Pelatihan di kota Tebing Tinggi, yaitu bahwa:

“Sikap para pegawai disini setuju dengan adanya pelaksanaan disiplin kerja. Itu dapat dilihat dari antusias atau perilaku dari pegawai yang mematuhi disiplin kerja yang ada. Yaitu dengan melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, memakai pakaian dinas, sadar dan bertanggung jawab dengan tugas masing-masing, serta tidak membuang waktu dalam pelaksanaan pekerjaan.”

(32)

“Pegawai negeri sipil bekerja berdasarkan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Jadi tugas saya adalah melihat atau mengawasi pelaksanaan disiplin kerja tersebut.”

Terkait dengan model implimentasi George mengenai indicator Birokrasi, penulis

menanyakan bagaimana pelayanan atau hubungan tiap bagian yang ada di kantor Badan

Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan di kota Tebing Tinggi, yaitu bahwa:

“Pelayanan yang diberikan pegawai kantor disini sudah cukup baik. Untuk mengetahui informasi bisa melihat website BKPP kemudian melengkapi syarat yang ada, dating ke BKPP kalau lengkap maka terjadi proses, jika tidak lengkap maka batal dan kembali untuk melengkapi syarat-syarat.”

Dan untuk melihat hubungan instansi atau badan lain yang terkait dalam pelaksanaan

dan peningkatan disiplin kerja pegawai di Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan

Pelatihan di kota Tebing Tinggi, yaitu :

“Ada, yaitu Inspektorat, Asisten administarsi umum, Kabag hukum, Kabag keuangan mengenai gaji pegawai. Jadi kalau tidak disiplin maka gaji pegawai negeri akan diberhentikan”.

4.3.2 Hasil Wawancara dengan Pegawai Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi)

Berdasarkan wawancara dengan informan kunci yaitu pimpinan Badan Kepegawaian

Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi, penulis berusaha melakukan wawancara

secara mendalam dengan pegawai Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan

Kota Tebing Tinggi yaitu bu Ros di Bidang Kepangkatan dan Gaji Berkala. Tujuan dari

wawancara ini juga agar penulis memperoleh berbagai informasi yang berkaitan dengan judul

penelitian. Wawancara dilakukan pada hari senin 16 Juni 2014 pukul 11.00 WIB, di Kantor

(33)

“Disiplin kerja sangat diperlukan karena disiplin kerja dapat meningkatkan kinerja pegawai dan disiplin kerja juga diperlukan untuk melihat konsistensi pegawai dalam kinerjanya”

Terkait akan implementasi disiplin kerja pegawai negeri sipil yang dilaksanakan di

Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan di Kota Tebing Tinggi, beliau

menyatakan bahwa :

“Implementasi disiplin kinerja pegawai sudah dilaksanakan di Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan di Kota Tebing Tinggi. Dan implementasi dari disiplin kinerja pegawai merupakan hal yang wajib dilaksanakan karena menyangkut dengan peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai negeri sipil.”

Terkait dengan model implimentasi George mengenai indicator komunikasi, penulis

menanyakan bagaimana penyampaian peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010

disampaikan kepada para pegawai sehingga implementasi peraturan tersebut dilaksanakan,

beliau mengatakan bahwa:

“Semua pegawai yang ada di Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan di Kota Tebing Tinggi sudah semestinya tahu akan peraturan pemeritah tersebut dan cara penyampaian peraturan pemerintah tersebut telah dimuat dalam berita acara pemeriksaan.”

Penulis juga menanyakan sumber daya yang ada di Kantor Badan Kepegawaian

Pendidikan dan Pelatihan untuk melihat indicator sumber daya yang terdapat pada model

implementasi George dan beliau menjawab bahwa:

“Sumber daya yaitu sarana dan prasarana yang ada di Kantor Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan di Kota Tebing Tinggi sudah lah baik dan dapat menunjang terhadap pelaksanaan implementasi disiplin kinerja pegawai negri sipil”

Terkait dengan model implementasi George mengenai indicator disposisi, penulis

menanyakan bagaimana sikap dari pegawai di kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan

Pelatihan di Kota Tebing Tinggi, dan beliau menjawab bahwa:

(34)

Penulis juga menanyakan bagaimana pelayanan yang diberikan di Kantor Badan

Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan untuk melihat indicator Birokrasi yang terdapat pada

model implementasi George dan beliau menjawab bahwa:

“Pelayanan yang diberikan pegawai kantor disini sudah cukup baik. Untuk mengetahui informasi bisa melihat website BKPP kemudian melengkapi syarat yang ada, dating ke BKPP kalau lengkap maka terjadi proses, jika tidak lengkap maka batal dan kembali untuk melengkapi syarat-syarat.”

4.3.3 Hasil Wawancara dengan Masyarakat

Dalam penelitian ini penulis juga melakukan wawancara dengan masyarakat atau

informasn tambahan, yaitu masyarakat yang berada di Kantor Badan Kepegawaian

Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi dan menurut peneliti paham dan mengetahui

permasalahan yang sedang diteliti.

Berdasarkan wawancara dengan informan tambahan yaitu 2 orang yang mengetahui

permasalahan yang sedang diteliti, penulis berusaha melakukan wawancara secara mendalam

dengan masyarakat yaitu dengan orang pertama adalah dengan bu Delima. Tujuan dari

wawancara ini juga agar penulis memperoleh berbagai informasi yang berkaitan dengan judul

penelitian. Wawancara dilakukan pada hari Selasa 17 Juni 2014 pukul 11.00 WIB, di Kantor

Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi.

Pada saat itu penulis memulai pertanyaan dengan menanyakan bagaimana pendapat

informan mengenai disiplin kerja, kemudian beliau menjawab:

(35)

Terkait akan implementasi disiplin kerja pegawai negeri sipil yang dilaksanakan di

Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan di Kota Tebing Tinggi, beliau

menyatakan bahwa :

“Saya rasa implementasi disiplin kinerja pegawai sudah dilaksanakan di Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan di Kota Tebing Tinggi. Itu dapat dilihat dari setiap pegawai memakai seragam, masuk kerja sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan memberikan pelayanan kepada masyarakat.”

Penulis juga menanyakan bagaimana pelayanan yang diberikan di Kantor Badan

Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan jika dilihat dengan diimplementasikan disiplin kerja

pegawai negeri sipil:

“Pelayanan yang diberikan pegawai kantor disini sudah cukup baik. Tapi ya itu tadi pekerjaaan yang bisa diselesaikan dengan satu hari kerja bisa diselesaikan dengan beberapa hari kerja.”

Kemudian melanjutkan wawancara dengan informan tambahan selanjutnya yaitu

dengan bapak Jarwo. Dan pada saat itu juga penulis memulai pertanyaan dengan menanyakan

bagaimana pendapat informan mengenai disiplin kerja, kemudian beliau menjawab:

“Kalau menurut saya disiplin kerja itu mematuhi semua aturan-aturan yang ada dan melaksanakan semua kewajiban yang diberikan atau yang dibebankan kepadanya.”

Terkait akan implementasi disiplin kerja pegawai negeri sipil yang dilaksanakan di

Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan di Kota Tebing Tinggi, beliau

menyatakan bahwa :

“Ya saya rasa implementasi disiplin kerja pegawai negeri di Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi mungkin sudah dilaksanakan. Ya karena pegawai negeri itu harus diawasi agar kinerjanya masksimal dan dengan adanya peraturan tersebut jadi pegawai-pegawai disini tidak semenah-menah dengan jabatannya.”

Penulis juga menanyakan bagaimana pelayanan yang diberikan di Kantor Badan

Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan jika dilihat dengan diimplementasikan disiplin kerja

(36)
(37)

BAB V

ANALISIS DATA

Pada bab ini, dari hasil penyajian data yang ada akan dianalisis dengan tetap mengacu

kepada hasil interpretasi data tersebut sesuai dengan fokus kajian dalam penelitian. Dari

seluruh data yang disajikan secara menyeluruh yang diperoleh selama penelitian, baik dengan

melakukan studi pustaka, pemberian kusioner kepada informan kemudian melakukan

wawancara kepada informan kunci dan juga melakukan pengamatan-pengamatan atau

observasi terhadap fenomena yang ada terkait dengan masalah implementasi kerja pegawai,

maka dapat dianalisis bahwa disiplin kerja pegawai pada kantor Badan Kepegawaian

Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing Tinggi.

5.1. Analisis Implementasi Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi

Respon pegawai di kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing

Tinggi dengan adanya peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin kerja

pegawai negeri sipil adalah mendukung secara penuh kebijakan tersebut. Secara keseluruhan,

sebenarnya pelaksanaan disiplin ini sangat membantu pegawai dalam memaksimalkan

kinerjanya. Dari kuesioner yang telah penulis berikan kepada pegawai di kantor Badan

Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing Tinggi. Mereka menyatakan bahwa

dengan pelaksanaan disiplin kerja dapat membuat mereka untuk rajin atau giat bekerja, maka

secara tidak langsung akan berdampak pada kegiatan dan kinerja yang mereka lakukan.

Mereka juga sadar akan manfaat adanya pelaksanaan disiplin terhadap kinerja mereka,

sehingga mereka berusaha memberikan pelayanan yang sebaik mungkin. Namun ada juga

(38)

Model implementasi kebijakan Edward George di dalam Subarsono (2005:90),

melihat implementasi kebijakan sebagai suatu proses yang dinamis, dimana terdapat banyak

faktor yang saling berinteraksi dan mempengaruhi implementasi kebijakan. Faktor-faktor

tersebut perlu ditampilkan guna mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut

terhadap implementasi. Oleh karena itu, Edward menegaskan bahwa dalam studi

implementasi terlebih dahulu harus diajukan dua pertanyaan pokok yaitu:

a) Apakah yang menjadi prasyarat bagi implementasi kebijakan?

b) Apakah yang menjadi faktor utama dalam keberhasilan implementasi kebijakan?

Guna menjawab pertanyaan tersebut, Edward mengajukan empat faktor yang berperan

penting dalam pencapaian keberhasilan implementasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan yaitu faktor communication, resources,

disposition, dan bureucratic structure.

(39)

Adapun implementasi disiplin kerja pegawai yang ada di Kantor Badan Kepegawaian

Pendidikan dan Pelatihan berjalan dengan baik. Ini dilihat dari beberapa indikator seperti

berikut:

1. Komunikasi

Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari komunikator kepada

komunikan. Sementara itu, komunikasi kebijakan berarti merupakan proses penyampaian

informasi kebijakan dari pembuat kebijakan (policy makers) kepada pelaksana kebijakan

(policy implementors). Informasi perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan agar pelaku

kebijakan dapat memahami apa yang menjadi isi, tujuan, arah, kelompok sasaran (target

group) kebijakan, sehingga pelaku kebijakan dapat mempersiapkan hal-hal apa saja yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan, agar proses implementasi kebijakan bisa

berjalan dengan efektif serta sesuai dengan tujuan kebijakan itu sendiri.

Kepala Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi yang

sering berkomunikasi dengan pegawai-pegawai yang ada di kantor Badan Kepegawaian

Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing Tinggi dalam hal pelaksana kebijakan ini sudah

berjalan dengan baik. Disiplin kerja pegawai negeri sipil sangat perlu untuk dilaksanakan

karena hal tersebut (disiplin) dapat meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan yang

diberikan pegawai kepada masyarakat. Penyampaian informasi mengenai pelaksanaan

disiplin kerja disampaikan pada saat rapat kerja. Para pegawai juga dapat mengetahui

pelaksanaan disiplin kerja tersebut dengan cara melihat Berita Acara Pemeriksaan. Dan para

pegawai negeri sipil juga harus sudah tahu dan paham akan peraturan pemerintah nomor 53

tahun 2010, karena pada peraturan tersebut termuat akan larangan dan kewajiban yang harus

(40)

kepada pegawai yang melanggar pelaksanaan disiplin kerja tersebut. Akibat dari pegawai

yang masih melakukan pelanggaran tersebut dapat memicu keikutsertaan pegawai-pegawai

yang lainnya untuk melakukan pelanggaran, sehingga kinerja dari pegawai tersebut dapat

menurun.

2. Sumber Daya

Sumber daya memiliki peranan penting dalam implementasi kebijakan. Edward

George mengemukakan bahwa bagaimanapun jelas dan konsistensinya ketentuan-ketentuan

dan aturan-aturan serta bagaimanapun akuratnya penyampaian ketentuan-ketentuan atau

aturan-aturan tersebut, jika para pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab untuk

melaksanakan kebijakan kurang mempunyai sumber-sumber daya untuk melaksanakan

kebijakan secara efektif maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif. Sumber

daya di sini berkaitan dengan segala sumber yang dapat digunakan untuk mendukung

keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber daya ini mencakup sumber daya manusia,

anggaran, fasilitas, informasi dan kewenangan.

Dalam implementasi disiplin kerja pegawai di kantor Badan Kepegawaian

Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing Tinggi, ketersediaan sarana dan prasarana yang

dimiliki di kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing Tinggi adalah

sudah baik. Adapun sumber daya berupa sarana dan prasarana yang ada di kantor Badan

Kepegawaian Pendidikan dan Kepegawaian di kota Tebing Tinggi sangatlah menunjang atau

mendukung adanya implementasi disiplin kerja yang dilakukan di kantor ini yaitu dikantor ini

sudah diterapkan one man one computer untuk meningkat disiplin kerja yang secara otomatis

(41)

sebesar 1 Terabyte untuk penyimpanan data-data yang penting. Dan semua kepala bidang

sudah mempunyai email masing-masing dan juga Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan

dan Pelatihan sudah memiliki website (www.bkpptebingtinggi.net) jadi kalau ingin mencari

informasi mengenai kantor ini sudah mudah.

3. Disposisi

Kecenderungan perilaku atau karakteristik dari pelaksana kebijakan berperan penting

untuk mewujudkan implementasi kebijakan yang sesuai dengan tujuan atau sasaran. Karakter

penting yang harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan misalnya kejujuran dan komitmen yang

tinggi. Kejujuran mengarahkan implementor untuk tetap berada dalam asa program yang

telah digariskan, sedangkan komitmen yang tinggi dari pelaksana kebijakan akan membuat

mereka selalu antusias dalam melaksanakan tugas, wewenang, fungsi, dan tanggung jawab

sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat

berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Apabila implementator memiliki sikap yang baik

maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh

pembuat kebijakan, sebaliknya apabila sikapnya tidak mendukung maka implementasi tidak

akan terlaksana dengan baik.

Respon pegawai di kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing

Tinggi dengan adanya implementasi disiplin kerja pegawai negeri sipil adalah mendukung

secara penuh kebijakan tersebut. Secara keseluruhan, sebenarnya pelaksanaan disiplin ini

sangat membantu pegawai dalam memaksimalkan kinerjanya. Dari kuesioner dan

wawancara yang telah penulis dilakukan kepada pegawai di kantor Badan Kepegawaian

Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing Tinggi, mereka menyatakan bahwa dengan

(42)

sadar akan manfaat adanya pelaksanaan disiplin terhadap kinerja mereka, sehingga mereka

berusaha memberikan pelayanan yang sebaik mungkin.

4. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi

kebijakan. Aspek struktur birokrasi ini melingkupi dua hal yaitu mekanisme dan struktur

birokrasi itu sendiri. Aspek pertama adalah mekanisme, dalam implementasi kebijakan

biasanya sudah dibuat standart operation procedur (SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap

implementator dalam bertindak agar dalam pelaksanaan kebijakan tidak melenceng dari

tujuan dan sasaran kebijakan. Aspek kedua adalah struktur birokrasi, struktur birokrasi yang

terlalu panjang dan terfragmentasi akan cenderung melemahkan pengawasan dan

menyebabkan prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks yang selanjutnya akan

menyebabkan aktivitas organisasi menjadi tidak fleksibel.

Adapun indicator struktur birokrasi ini adalah untuk melihat bagaimana

mekanisme-mekanisme yang ada di kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing

Tinggi. Dan mekanisme-mekanisme pelayanan yang ada dikantor ini sudah baik yaitu,

bahwa mekanisme pelayanan yang ada di kantor ini sudah cukup baik dimana apabila

masyarakat atau pegawai dari kantor lain ingin melihat informasi yang ada cukup datang ke

(43)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis menyajikan data dan juga menganalisis data tentang implementasi

disiplin pegawai negeri sipil pada kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota

Tebing Tinggi, maka selanjutnya penulis dapat memberikan kesimpulan dan saran guna

kesempurnaan pelaksanaan disiplin kerja pegawai negeri sipil di kantor Badan Kepegawaian

Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing Tinggi.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penulis pada kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan

Pelatihan kota Tebing Tinggi maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:

1. Bahwa implementasi disiplin kerja pegawai dalam meningkatkan pelayanan publik

pada Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing Tinggi pada

umumnya sudah dilaksanakan dengan baik oleh pegawai kantor tersebut sesuai

dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan yang dilakukan maka diketahui bahwa pelaksanaan disiplin kerja

pegawai pada kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing

Tinggi dalam kategori yang baik, hal ini dilihat dari kumulatif jawaban informan

tentang implementasi disiplin kinerja pegawai negeri sipil dalam meningkatkan

pelayanan publik. Dengan demikian implementasi disiplin kerja pegawai negeri sipil

Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing Tinggi sudah berjalan

dengan semaksimal mungkin dan sudah terlaksana dengan baik.

(44)

masih ada pegawai yang melanggar peraturan, itu disebabkan karena belum adanya

sanksi yang tegas dalm penerapan disiplin kerja pegawai negeri di kantor tersebut.

Sehingga sebagian pegawai beranggapan pelanggaran tersebut tidak ada konsekuensi

bagi para pegawai yang bersangkutan. Kemudian kurangnya pengawasan dari kepala

pimpinan bagian-bagian tertentu yang memungkinkan para pegawai keluar masuk

kantor pada jam-jam kerja atau setidak-tidaknya mengulur-ngulur waktu dalam

menyelesaikan tugas.

6.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan penulis dalam penelitian ini sehubungan

dengan implementasi disiplin kerja pegawai negeri sipil dalam meningkatkan pelayanan

publik pada kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing Tinggi antara

lain:

1. Agar pelaksanaan disiplin kerja pegawai negeri sipil pada kantor Badan Kepegawaian

Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing Tinggi berjalan dengan baik lagi dan tidak ada

lagi kemungkinan pegawai yang melanggar peraturan yang ditetapkan maka

disarankan untuk mempertegas sanksi kepada pegawai yang melanggar disiplin kerja,

kemudian pemimpin beserta pegawainya harus punya disiplin yang tinggi sehingga

dapat memberikan contoh dan dapat meningkatkan pelayanan yang efektif atau

berdaya guna bagi pegawai lain yang ingin berurusan dengan kantor tersebut.

2. Memperketat pengawasan dari pimpinan bagian kepada pegawai dimana atasan juga

(45)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif

dengan pendekatan kualitatif. Menurut Zuriah (2006:31), penelitian dengan menggunakan

metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala,

fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau

daerah tertentu.

Berdasarkan pengertian diatas, maka penelitian ini adalah penelitian yang diarahkan

untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan

akurat mengenai sifat-sifat populasi serta menganalisis kebenarannya berdasarkan data yang

diperoleh.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan

Kota Tebing Tinggi yang terletak di Jalan Gunung Bromo Nomor 1 Kota Tebing Tinggi

Provinsi Sumatera Utara.

2.3 Informan Penelitian

Pada penelitian kualitatif, tidak ada penggunaan istilah populasi maupun sampel

seperti yang terdapat pada penelitian kuantitatif.

Menurut Suyanto (2005:171) informan penelitian meliputi :

(46)

2. Informan utama yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial

yang diteliti.

3. Informan tambahan yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak

langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.

Berdasarkan uraian diatas, maka informan dalam penelitian ini terdiri atas:

1. Informan kunci yaitu Kepala Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota

Tebing Tinggi.

2. Informan utama yaitu semua pegawai negeri sipil yang bekerja di Kantor Badan

Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi.

3. Informan tambahan yaitu masyarakat Tebing Tinggi yang dianggap mengetahui dan

paham akan permasalahan penelitian.

2.4 Teknik Pengolahan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian.

Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan instrument:

a) Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara

langsung kepada pihak-pihak yang terkait, dan berhadapan langsung dengan

informan kunci yang dianggap mengerti mengenai permasalahan yang diteliti.

b) Observasi

(47)

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh untuk mendukung data primer. Data sekunder yang

digunakan antara lain:

a) Studi Kepustakaan

Yaitu pengumpulan data-data dengan cara mempelajari, mendalami dan mengutip

teori-teori dan konsep-konsep dari sejumlah literature baik buku, jurnal, majalah,

koran, ataupun karya tulis lainnya yang relevan dengan topik penelitian.

b) Dokumentasi

Yaitu pemanfaatan dokumen tertulis, gambar, foto atau benda-benda lain yang

berkaitan dengan aspek-aspek yang diteliti.

2.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan penulis adalah teknik analisa data deskriptif

kualitatif yaitu berusaha menyimpulkan data berhubungan dengan objek penelitian serta

berusaha menjelaskan data menggambarkan variabel penelitian secara mendalam dan

mendetail, kemudian selanjutnya diberi interpretasi yang sesuai dengan tujuan yang telah

(48)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa globalisasi ini terutama dalam pengelolaan administrasi publik, kinerja

pelayanan dari pemerintah masih lemah, pemahaman tentang pemerintahan yang baik tidak

mampu dijalankan dengan yang diharapkan oleh masyarakat akibat yang terjadi penguna jasa

tidak merasa puas dengan apa yang di berikan kepada mereka. Perbaikan dalam

penyelenggaraan pemerintah harus terus dilakukan terutama dalam hal disiplin pegawai,

bagaimana menimbulkan dan menguatkan kinerja aparat sebagai abdi negara dan abdi

masyarakat yang mau tidak mau harus berupaya meningkatkan kemampuan kerjanya

semaksimal mungkin, karena pelaksanaan tugas pelayanan oleh pemerintah sangat tergantung

pada kinerja aparaturnya. Sedangkan masyarakat harus dapat menilai kinerja kantor

pemerintah dari kualitas pelayanan yang diterimanya.

Sehubungan dengan jumlah aparatur pemerintah yang kurang memadai atau tidak

sebanding dengan volume atau beban kerja yang diterima, terutama dalam hal pelayanan

kepada masyarakat, maka perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan kinerja aparat

pemerintah terhadap pelayanan kepada masyarakat demi tercapainya pelayanan yang baik.

Peningkatan kualitas pelayanan yang menjadi tuntutan masyarakat harus dipenuhi oleh aparat

pegawai sebagai penyelenggara pemerintah. Karena pada dasarnya menerima pelayanan yang

memuaskan dari aparat pemerintah merupakan hak yang dimiliki setiap warga negara dan

(49)

ketaatan kepada hukum, norma-norma, etika dan aturan yang berlaku dalam kerangka

persatuan dan kesatuan nasional. Didalam menegakkannya harus ditopang oleh kesadaran

hukum yang konsisten dan konsekuen seluruh masyarakat. Di dalam peningkatan pelayanan

publik juga diperlukan pegawai negeri sipil yang berdisiplin tinggi dan berdedikasi tinggi

untuk menghadapi permasalahan yang timbul dan besarnya godaan terhadap pegawai negeri

sipil yang terkadang dapat menyimpang dari etika pemerintahan.

Dalam Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai negeri,

pada pasal 1 bahwa Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan

yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang

apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin. Pada peraturan ini juga telah

diatur dengan jelas kewajiban yang harus ditaati dan larangan yang tidak boleh dilanggar oleh

setiap pegawai negeri sipil yang melakukan pelanggaran disiplin. Selain daripada itu dalam

peraturan pemerintah itu diatur pula tentang tata cara pemeriksaan, tata cara penjatuhan

hukuman dan penyampaian hukuman disiplin serta tata cara pengajuan keberatan apabila

pegawai negeri sipil yang dijatuhi hukuman disiplin itu merasa keberatan atas hukuman

disiplin yang dijatuhkan kepadanya.

Bila diperhatikan dari pemikiran dan kehendak masyarakat tentang kepemerintahan

yang baik serta disiplin pegawai yang telah diatur dengan Peraturan Pemerintah no. 53 tahun

2010 masih banyak juga pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai negeri sipil

yang akan menjadi penghambat dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional dan

penciptaan pemerintah yang bersih, berwibawa, profesional, akuntabel sehingga akan

menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Bila kurangnya disiplin pegawai

dalam suatu instansi pemerintah, hal ini juga menunjukan bahwa kurang menghargai dan

Gambar

Tabel 3.1 : Luas wilayah, jumlah kelurahan, dan lingkungan di kota Tebing Tinggi
Gambar 3.1 : Struktur Organisasi Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota
Tabel 3.2: Jumlah Pegawai Menurut Kedudukan/Jabatan Pada Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi
Tabel 4.1: Identitas Informan Berdasarkan Usia di Kantor Badan Kepegawaian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel diatas, dapat dilihat dari jenis pembiayaan, Ternyata pasien ginekologi onkologi di HCU/ICU RSUP Dr Karyadi Semarang selama periode februari 2010 -

mendudukkan kampus sebagai lembaga social religious, maka perlu penciptaan kegiatan-kegiatan keagamaan Islam di lingkungan lembaga pendidikan (kampus). Kedua mengingat

〔民事訴訟法九〕定期預金の差押と預金の特定 昭和三六年六月一六日東京地裁民七部判決、棄却 石川, 明Ishikawa, Akira 慶應義塾大学法学研究会

Implementation capacity merupakan kemampuan suatu organisasi/ aktor untuk melaksanakan keputusan kebijakan ( policy decision ) sedemikian rupa sehingga ada jaminan bahwa tujuan

Voluntary Auditor Switching di Perusahaan Manufaktur Indonesia (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2008-2012..

handout , diharapkan siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan dapat. menghubungkan pokok bahasan yang sedang dipelajari dengan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pendistribusian dengan menggunakan algoritma Prim menghasilkan biaya pengiriman lebih rendah daripada pola pendistribusian

Gaya visual ilustrasi dalam buku adalah semi-realis dengan line-art. Seperti yang dibahas pada bab sebelumnya, gaya gambar mempengaruhi penyerapan informasi dari apa