Daftar Pustaka
Abdurrahmat, Fathoni. 2006. Organisasi dan Managemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Armstrong, M. 1991. A Hand Book on personnel Management Practice ( 4th ed), London Hogan Page: London.
Hasibuan, S.P. Malayu. 2003. Managemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta:
Bumi Aksara.
I.G. Wursanto. 1999. Managemen Kepegawaian. Yogyakarta: Kenisisus.
Iral Soedjono. 2000. Teknik Memimpin Pegawai dan Pekerja. Cemerlang: Jakarta.
Nugroho. D, Riant. 2004. Kebijakan Publik : Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta: Elek Media Komputindo.
Prijodarminto, Soegeng. 1994. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Bandung: Pradynya Paramita
Revida, Erika. 2010. Managemen SDM Aparatur di Indonesia. USU: Medan.
Robert. 1996. Pelayanan publik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Saydam, Gouzali. 1996. Managemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Toko Gunung
Agung.
Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.
Siswanto, Bedjo. 2002. Managemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Subarsono, A.G. 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Suyanto, Bagong. 2005. Metode Penelitian Sosial (Berbagai Pendekatan Alternatif).
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Tangkilisan, Hesel Nogi. 2003. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta: Lukman
Offset YPAPI.
Widodo, Joko. 2001. Etika birokrasi dalam pelayanan publik. Jakarta: CV. Mitra Malang.
Zuriah, N. 2006. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori Aplikasi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin PNS
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 Tentang
BAB III
DESKRIPSI LOKASI
3.1Sejarah Singkat Kota Tebing Tinggi
Kira-kira seratus lima puluh tahun yang lalu kota Tebing Tinggi sudah didiami suku
bangsa Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dari arsip lama, dimana dalam cacatan tersebut
dinyatakan bahwa kota Tebing Tinggi telah menjadi tempat pemukiman, tepatnya pada tahun
1864. Pada tahun 1910, sebelum dilaksanakannya Zelf Bestuur Padang (Kerajaan Padang),
maka telah dibuat titik Pole Gruth yaitu pusat perkembangan kota sebagai jarak ukur antara
kota Tebing Tinggi dengan kota sekitarnya. Patok Pole Gruth tersebut terletak
ditengah-tengah taman bunga di lokasi rumah sakit umum Herna. Untuk menunjang jalannya roda
pemerintahan maka diadakan kutipan-kutipan berupa kutipan pekan, iuran penerangan dan
lain-lain yang berjalan dengan baik. Dan untuk mengadakan pengutipan-pengutipan tersebut
yang kemudian disebut sebagai setoran retribusi dan pajak daerah, maka diangkatlah pada
waktu itu penghulu pekan.
Tugas penghulu pekan ini juga termasuk menyampaikan perintah-perintah atau
kewajiban-kewajiban kepada rakyat kota Tebing Tinggi yang masuk daerah Zelfbestuur.
Dalam perkembangan selanjutnya kota Tebing Tinggi sebagai kota otonom dapat kita baca
dari tulisan Jj. Mendelaar, dalam Nota Bertrefende Degemente Tebing Tinggi yang dibuat
sekitar bulan juli tahun 1930. Dalam salah satu bab dari tulisan tersebut dinyatakan setelah
beberapa tahun dalam keadaan vakum mengenai perluasan pelaksanaan Desentralisasi, maka
pada tanggal 1 Juli 1917 berdasarkan Desentralisasi tersebut berdirilah Gementee Tebing
Setelah keluarnya undang-undang nomor 5 tahun 1974, tentang pokok-pokok
pemerintahan didaerah, pelaksanaan pemerintah di kota Tebing Tinggi sudah jauh lebih maju
dibandingkan pada masa-masa sebelumnya. Pemerintahan Daerah mempunyai perangkat
yang cukup baik. Sebagai suatu daerah otonom yang berhak mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri pemerintah kota Tebing Tinggi di dalam melaksanakan dan menjalankan
roda pemerintahan di daerah ternyata masih banyak mengalami hambatan, oleh karena
terbatasnya kemampuan daerah dalam mendukung pengadaan dalam berbagai fasilitas yang
dibutuhkan. Pada tahun 1980 presiden Republik Indonesia telah menganugerahkan tanda
kehormatan “Parasamya Purna Karya Nugraha” kepda kotamadya II Tebing Tinggi sebagai
penghargaan tertinggi atas hasil kerjanya dalam melaksanakan hasil kerjanya di lima tahun
kedua, sehingga dinilai telah memberikan kemampuan bagi pembangunan, demi kemajuan
Negara Indonesia pada umumnya daerah khususnya.
3.2 Lokasi dan Keadaan Geografis
Kota Tebing Tinggi adalah satu dari tujuh kota yang ada di provinsi Sumatera Utara,
yang berjarak sekitar 78 kilometer dari kota Medan. Kota Tebing Tinggi terletak pada 30°9'3"
- 30°4'50" Lintang Utara dan 99°4'1" - 99°0'0" Bujur Timur. Kota Tebing Tinggi berada di
tengah kecamatan Serdang Bedagai yang dibatasi oleh PTPN III Rambutan di sebelah utara,
PT. Soefindo Kebun Tanah Besih di sebelah timur, PTPN III Kebun Pabatu di sebelah
selatan, dan PTPN III Kebun Gunung Pamela di sebalah barat.
Hingga Desember 2009, kota Tebing Tinggi terdiri dari 5 kecamatan yaitu: kecamatan
Padang Hulu, Tebing Tinggi Kota, Rambutan, Bajenis, dan Padang Hilir. Kota Tebing Tinggi
Tebing Tinggi. Sebagian besar (50,93%) lahan di kota Tebing Tinggi digunakan sebagai
lahan pertanian.
Tabel 3.1 : Luas wilayah, jumlah kelurahan, dan lingkungan di kota Tebing Tinggi No. Kecamatan Luas Wilayah
(KM²)
Jumlah Kelurahan
Jumlah Lingkungan
1 Padang Hulu 8,511 7 39
2 Tebing Tinggi Kota
3,473 7 43
3 Rambutan 5,935 7 28
4 Bajenis 9,078 7 34
5 Padang Hilir 11,441 7 35
Jumlah 38,438 35 179
3.3 Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi
Manifestasi sikap aparat yang terobsesi untuk mempertahankan status quo adalah
takut menghadapi perubahan, tidak inovatif dan tidak mau mengambil resiko. Ketakutan
dalam menghadapi perubahan yang timbul di dalam diri aparat birokrasi biasanya disebabkan
oleh faktor kapabilitas mereka yang sangat terbatas. Perubahan yang terjadi seperti dalam hal
reorganisasi, peningkatan pemanfaatan teknologi dan tuntutan akan pengetahuan dan
ketrampilan dianggap merupakan ancaman nyata terhadap kedudukan, jabatan, karir dan
penghasilannya.
Kebijakan reorganisasi birokrasi di daerah sebagai konsekuensi dari penerapan
undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah, memberikan gambaran kepada
aparat agar memahami bahwa kebijakan tersebut bertujuan untuk lebih meningkatkan
efisiensi dan kinerja aparat birokrasi dalam memberikan pelayanan publik.
Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah sebagai
penyempurnaan dari undang-undang nomor 22 tahun 1999 memberikan penegasan bahwa
pemberian otonomi daerah merupakan upaya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang
semakin kepada masyarakat, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan.
Dan guna meningkatkan kualitas pelayanan, pemerintah kota Tebing Tinggi membentuk
Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan yang sebelumnya adalah bagian Kepegawaian
Gambar 3.1 : Struktur Organisasi Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi
A. Tugas dan Fungsi Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan
Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan mempunyai tugas pokok membantu
Walikota dalam melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang
kepegawaian, pendidikan, dan pelatihan.
Adapun fungsi dari Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan yaitu:
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang kepegawaian, pendidikan, dan pelatihan;
2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan atas pemerintahan daerah di bidang
kepegawaian, pendidikan, dan pelatihan;
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kepegawaian, pendidikan, dan pelatihan;
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.
B. Tugas dan Fungsi Kepala Badan
Kepala Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan mempunyai tugas
melaksanakan tugas umum pemerintahan di bidang pembinaan, pengembangan, kepangkatan,
penggajian, kesejahteraan, kedudukan hukum, informasi kepegawaian, pendidikan
penjenjangan dan pendidikan teknis fungsional sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan.
Untuk menyelenggarakan tugas, Kepala Badan Kepegawaian, Pendidikan dan
Pelatihan mempunyai fungsi :
a) Pelaksanaan urusan ketatausahaan Badan;
b) Penyusunan program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang;
c) Perumusan kebijakan teknis kepegawaian, pendidikan dan pelatihan serta
evaluasi;
f) Penyiapan penyusunan rancangan qanun di bidang kepegawaian sesuai dengan norma
standar dan prosedur yang ditetapkan pemerintah;
g) Penyusunan formasi dan pengadaan pegawai;
h) Penyiapan mutasi jabatan struktural instansi pemerintah dan penyelesaian konsultasi
jabatan struktural pemerintah ;
i) Pembinaan dan pengembangan jabatan fungsional;
j) Penyiapan dan pelayanan administrasi serta pelaksanaan pengangkatan,
pemindahan dan pemberhentian pegawai negeri sipil daerah sesuai dengan
norma, standar dan prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan;
k) Penyelenggaraan rekuitmen dan seleksi pendidikan tenaga kader dan diklat
kepemimpinan;
l) Penyelenggaraan administrasi mutasi wilayah kerja pegawai negeri sipil;
m) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap pengelolaan manajemen
kepegawaian kabupaten/kota;
n) Penyiapan dan penetapan pensiun pegawai;
o) Penetapan gaji, tunjangan dan kesejahteraan serta perumahan pegawai sesuai dengan
norma, standar prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang- undangan;
p) Penyelenggaraan administrasi kepangkatan pegawai;
q) Penyusunan kebijakan pembinaan disiplin dan penilai kinerja aparatur;
r) Pengelolaan sistem informasi kepegawaian daerah;
s) Pelaksanaan pengembangan tenaga kader;
t) Pelaksanaan koordinasi dengan instansi dan atau lembaga terkait lainnya di bidang
C. Tugas dan Fungsi Sekretaris
Sekretaris Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan dengan fungsi sebagai berikut:
1) Penyusunan rencana dan program kerja bidang kesekretariatan.
2) Pengelolaan dan pelaksanaan administrasi umum, keuangan, perlengkapan,
kepegawaian, kearsipan, dan kerumah tanggaan, program dan perundang-undangan.
3) Pengkoordinasian penyusunan program dan penyelenggaraan tugas-tugas bidang
secara terpadu dan pelayanan administratif.
4) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan.
5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Sekretariat terdiri dari:
1. Sub bagian umum dan kepegawaian
2. Sub bagian program dan perundang-undangan
3. Sub bagian keuangan
1. Tugas dan Fungsi Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok menyelenggarakan
pengelolaan dan pengolahan administrasi umum meliputi surat menyurat, kearsipan, rumah
tangga, dan administrasi kepegawaian. Penjabaran dari tugas pokok tersebut yaitu:
a) Membantu Sekretaris mengoordinasikan penyiapan bahan perumusan kebijakan
teknis;
d) Mendistribusikan tugas, memberikan petunjuk dan arahan kepada bawahan;
e) Melaksanakan administrasi umum, surat menyurat, kearsipan, dokumentasi;
f) Melaksanakan administrasi kepegawaian dan membantu mengoordinasikan
penanganan pelanggaran disiplin kepegawaian;
g) melaksanakan kegiatan kerumahtanggaan dan menyiapkan pelaksanaan perjalanan
dinas;
h) Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja Subbagian Umum dan Kepegawaian;
i) Membina, mengawasi dan menilai kinerja bawahannya termasuk memberikan
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3); dan
j) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai bidang tugasnya.
Adapun fungsi dari sub bagian umum dan kepegawaian yaitu:
1) Penyusunan rencana dan program kerja bidang umum dan kepegawaian.
2) Pengelolaan dan pelaksanaan administrasi umum, perlengkapan, kepegawaian,
kearsipan, dan kerumah tanggaan
3) Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan.
4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
2. Tugas dan Fungsi Sub Bagian Program dan Perundang-Undangan
Sub bagian program dan perundang-undangan dipimpin oleh seorang kepala sub
bagian yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian fungsi kesekertariatan di bidang
program dan perundang-undangan. Dimana meliputi:
a) Memimpin pelaksanaan tugas sub bagian program dan perundang-undangan.
b) Menyusun rencana dan program kerja sub bagian program dan perundang-undangan.
d) Membimbing, mengendalikan dan mengevaluasi hasil kerja bawahan dalam upaya
meningkatkan produktivitas kerja.
e) Menyusun konsep naskah dinas yang berkaitan dengan sub bagian program dan
perundang-undangan.
f) Melaksanakan koordinasi dengan biadng-bidang melalui sekretaris dalam menyiapkan
bahan penyusunan system dan prosedur, standar pelayanan minimal beserta indicator
kinerja.
g) Melaksanakan tugas dinas lainnya.
Adapun fungsi dari sub bagian program dan perundang-undangan, yaitu:
1) Penyusunan rencana dan program kerja bidang program dan perundang-undangan.
2) Pengkoordinasian penyiapan bahan penyusunan perencanaan, program, pedoman dan
petunjuk teknis serta laporan.
3) Penyiapan bahan penyusunan kebijakan bidang perencanaan, monitoring dan evaluasi.
4) Pelaksanaan dan pengoordinasian perumusan perundang-undangan, telaahan hukum,
pengembangan hukum serta penyiapan bahan pertimbangan atas masalah yang timbul
dalam pelaksanaan tugas.
5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
3. Tugas dan Fungsi Sub Keuangan
Sub keuangan dipimpin oleh seorang kepala sub bagian yang mempunyai tugas
melaksanakan sebagian fungsi kesekertariatan di bidang pengelolaan keuangan. Dimana
meliputi:
c) Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada
bawahan dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja.
d) Membimbing, mengendalikan dan mengevaluasi hasil kerja bawahan dalam upaya
meningkatkan produktivitas kerja.
e) Menyusun konsep naskah dinas yang berkaitan dengan sub bagian keuangan.
f) Melaksanakan penyusunan dan pengelolaan anggaran.
g) Melaksanakan pengelolaan administrasi keuangan yang meliputi penerimaan,
pembukuan, penyimpanan, pembayaran dan penyetoran pendapatan.
h) Mengelolah gaji dan tunjangan pegawai.
h) Melaksanakan tugas dinas lainnya.
Adapun fungsi dari sub bagian keuangan, yaitu:
1) Penyusunan rencana dan program kerja bidang keuangan.
2) Pengelolahan administrasi keuangan dan anggran badan.
3) Pelayanan di bidang keuangan.
4) Pelaksanaan laporan sub bagian keuangan.
5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
D. Tugas dan Fungsi Bidang Formasi, Mutasi, Pembinaan dan Kesejahteraan Pegawai
Bidang formasi, mutasi, pembinaan dan kesejahteraan pegawai melaksanakan
sebagian tugas kepala badan dengan fungsi sebagai berikut:
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis bidang formasi, mutasi, pembinaan dan
2) Penyiapan bahan pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah
bidang formasi, mutasi, pembinaan dan kesejahteraan pegawai.
3) Pelaksanaan dan pengoordinasian kegiatan formasi, mutasi, pembinaan dan
kesejahteraan pegawai.
4) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan.
5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala badan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Bidang formasi, mutasi, pembinaan dan kesejahteraan pegawai terdiri dari:
1. Sub bagian formasi, mutasi dan pengembangan karir.
2. Sub bagian pembinaan disiplin dan kesejahteraan pegawai.
1. Sub Bagian Formasi, Mutasi dan Pengembangan Karir
Sub bagian formasi, mutasi dan pengembangan karir mempunyai tugas sebagian
fungsi bidang formasi, mutasi, pembinaan dan kesejahteraan pegawai dibidang formasi,
mutasi dan pengembangan karir. Dimana meliputi:
a) Memimpin pelaksanaan tugas sub bidang formasi, mutasi, dan pengembangan karir.
b) Menyusun rencana dan program kerja sub bidang formasi, mutasi, dan pengembangan
karir.
c) Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada
bawahan dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja.
d) Membimbing, mengendalikan dan mengevaluasi hasil kerja bawahan dalam upaya
meningkatkan produktivitas kerja.
g) Menyiapkan dan melaksanakan pengumuman secara luas dalam rangka penerimaan
pegawai negeri sipil.
h) Melaksanakan tugas dinas lainnya.
Adapun fungsi sub bagian formasi, mutasi dan pengembangan karir, yaitu:
1. Pengumpulan dan pengolahan bahan perumusan kebijakan teknis bidang formasi,
mutasi dan pengembangan karir.
2. Pelakasanaan kegiatan formasi, mutasi dan pengembangan karir.
3. Pelaksanaan pelaporan kegiatan formasi, mutasi dan pengembangan karir.
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang formasi, mutasi, pembinaan
dan kesejahteraan pegawai sesuai dengan tugas dan fungsinya.
2. Tugas dan Fungsi Sub Bagian Pembinaan Disiplin dan Kesejahteraan Pegawai Sub bagian pembinaan disiplin dan kesejahteraan pegawai mempunyai tugas sebagian
fungsi bidang formasi, mutasi dan pembinaan dan kesejahteraan pegawai dibidang
pembinaan disiplin dan kesejahteraan pegawai. Dimana meliputi:
a) Memimpin pelaksanaan tugas sub bidang pembinaan disiplin dan kesejahteraan
pegawai.
b) Menyusun rencana dan program kerja sub bidang pembinaan disiplin dan
kesejahteraan pegawai.
c) Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada
bawahan dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja.
d) Membimbing, mengendalikan dan mengevaluasi hasil kerja bawahan dalam upaya
meningkatkan produktivitas kerja.
e) Menyusun konsep kebijakan teknis dibidang kesejahteraan pegawai dan menyiapkan
f) Memproses, menyiapkan bahan yang dibutuhkan dalam pembinaan dan memfasilitasi
penjatuhan sanksi kepada PNS yang melanggar peraturan disiplin PNS.
g) Melaksanakan tugas dinas lainnya.
Adapun fungsi dari sub bagian pembinaan disiplin dan kesejahteraan pegawai, yaitu:
1. Pengumpulan dan pengolahan bahan perumusan kebijakan teknis bidang pembinaan
disiplin dan kesejahteraan pegawai.
2. Pelakasanaan kegiatan pembinaan disiplin dan kesejahteraan pegawai.
3. Pelaksanaan pelaporan pembinaan disiplin dan kesejahteraan pegawai.
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang formasi, mutasi, pembinaan
dan kesejahteraan pegawai sesuai dengan tugas dan fungsinya.
E. Tugas dan Fungsi Bidang Kepangkatan dan Pensiun
Bidang kepangkatan dan pensiun melaksanakan sebagian tugas kepala badan dengan
fungsi sebagai berikut:
1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis bidang kepangkatan dan pensiun.
2) Penyiapan bahan pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah
dalam bidang kepangkatan dan pensiun..
3) Pelaksanaan dan pengoordinasian kegiatan kepangkatan dan pensiun.
4) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan.
5) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala badan sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
Bidang kepangkatan dan pensiun terdiri dari:
1. Tugas dan Fungsi Sub Bidang Kepangkatan dan Gaji Berkala
Sub bidang kepangkatan dan gaji berkala mempunyai tugas sebagian fungsi bidang
kepangkatan dan pensiun dibidang kepangkatan dan gaji berkala. Dimana meliputi:
a) Memimpin pelaksanaan tugas sub bidang kepangkatan dan gaji berkala.
b) Menyusun rencana dan program kerja sub bidang kepangkatan dan gaji berkala.
c) Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada
bawahan dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja.
d) Membimbing, mengendalikan dan mengevaluasi hasil kerja bawahan dalam upaya
meningkatkan produktivitas kerja.
e) Menyelesaikan dan memproses administrasi kepangkatan dan kenaikan gaji berskala
pegawai negeri sipil.
f) Menyiapkan bahan yang dibutuhkan dalam penetapan kenaikan pangkat pegawai
negeri sipil.
g) Melaksanakan tugas dinas lainnya.
Adapun fungsi dari sub bidang kepangkatan dan gaji berkala, yaitu:
1. Pengumpulan dan pengolahan bahan perumusan kebijakan teknis bidang kepangkatan dan gaji berkala.
2. Penyiapan bahan pelaksanaan kegiatan kepangkatan dan gaji berskala. 3. Pelaksanaan pelaporan pemberdayaan kepangkatan dan gaji berkala.
2. Tugas dan Fungsi Sub Bidang Pensiun
Sub bidang pensiun mempunyai tugas sebagian fungsi bidang kepangkatan dan
pensiun dibidang pensiun. Dimana meliputi:
a) Memimpin pelaksanaan tugas sub bidang pensiun.
b) Menyusun rencana dan program kerja sub bidang pensiun.
c) Mendistribusikan pekerjaan dan memberi petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahan dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja.
d) Membimbing, mengendalikan dan mengevaluasi hasil kerja bawahan dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja.
e) Menyelesaikan dan memproses administrasi usulan pensiun pegawai negeri sipil. f) Menyiapkan bahan yang dibutuhkan dalam penetapan pegawai negeri sipil. g) Melaksanakan tugas dinas lainnya.
Adapun fungsi dari sub bidang pensiun, yaitu:
1. Pengumpulan dan pengolahan bahan perumusan kebijakan teknis bidang pensiun.
2. Penyiapan bahan pelaksanaan kegiatan pensiun.
3. Pelaksanaan pelaporan kegiatan pensiun.
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang kepangkatan dan pensiun
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
3.4 Keadaan Pegawai
Jumlah pegawai di kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing
Tinggi berjumlah 38 orang pegawai dan 1 kepala pimpinan diman jumlah 39 orang tersebut
dijadikan informan. Pegawai yang bekerja di kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan
Tabel 3.2: Jumlah Pegawai Menurut Kedudukan/Jabatan Pada Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi
No. Tingkat Kedudukan Jumlah Informan (Orang)
Frekuensi (%)
1 Kepala Badan 1 2,56%
2 Sekretaris 1 2,56%
3 Kepala Bidang 3 7,70%
4 Kepala Sub Bidang 6 15,38%
5 Kepala Sub Bagian 2 5,13%
6 Staf 26 66,67%
Jumlah 39 100%
BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1 Identitas Informan
Seperti yang telah diuraikan dari bab sebelumnya bahwa tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui implementasi disiplin kerja pegawai negeri pada Kantor Badan
Kepegawaian Pendidikan dan Penelitian Kota Tebing Tinggi. Untuk mengetahui
implementasi disiplin kerja tersebut maka terlebih dahulu dikemukakan identitas informan
dalam penelitian ini.
Informan yang dijadikan objek dalam penelitian pada Kantor Badan Kepegawaian
Pendidikan dan Pelatihan di Kota Tebing Tinggi diambil sebanyak 39 orang termasuk atau
jumlah keseluruhan pegawai negeri sipil termasuk informan kunci yaitu pimpinan kantor
BKPP tersebut. Hal ini dilakukan untuk menjamin keabsahan dan informasi yang diperoleh
selama penelitian.
A. Usia
Dalam suatu penelitian ini juga sangat menentukan dalam pelaksanaan disiplin kerja
pegawai karena semakin bertambahnya usia seseorang maka semakin disiplin baik sikap
maupun tingkah lakunya, karena dari umur kelihatan sudah mempunyai pengalaman di dalam
pekerjaannya. Selanjutnya untuk lebih jelas dapat dilihat identitas informan dari tingkat
Tabel 4.1: Identitas Informan Berdasarkan Usia di Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi
No. Umur Jumlah Informan
(Orang)
Frekuensi (%)
1 21-30 Tahun 12 30,77%
2 31-40 Tahun 19 48,72%
3 41-50 Tahun 5 12,82%
4 51-60 Tahun 3 7,69%
Jumlah 39 100%
Sumber: Hasil penelitian, 2014.
Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat yang diperoleh dari tingkat usia, maka
informan dikelompokkan menjadi empat bagian tingkat usia. Pada Kantor Badan
Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi bahwa informan terbanyak
berusia 31-40 tahun sebanyak 19 orang (48,72%), 21-30 tahun sebanyak 12 orang (30,77%),
41-50 tahun sebanyak 5 orang (12,82%) dan 51-60 tahun sebanyak 3 orang (7,69%). Jadi
mayoritas pegawai di Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing
Tinggi berusia 31-40 tahun.
B. Jenis Kelamin
Komposisi pegawai dalam hal jenis kelamin di dalam sesuatu ditentukan oleh badan
kerja yang ada, khususnya pegawai Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan
Kota Tebing Tinggi. Yang tersebar kedalam bagian-bagian kerja yang ada. Komposisi
Tabel 4.2: Identitas Informan Berdasarkan Jenis Kelamin di Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi
No. Jenis Kelamin Jumlah Informan (Orang)
Frekuensi (%)
1 Laki-laki 26 66,67%
2 Perempuan 13 33,33%
Jumlah 39 100%
Sumber: Hasil penelitian, 2014
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa informan terbanyak adalah berjenis kelamin laki-laki sebanyak 26 orang (66,67%) dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 13 orang (33,33%). Jadi mayoritas pegawai di Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi berjenis kelamin laki-laki.
C. Masa Kerja
Hal yang tidak kalah penting dalam hal pelaksanaan kerja pegawai adalah masa kerja
pegawai pada Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi.
Semakin lama masa kerja seorang pegawai semakin berpengalaman pegawai tersebut dalam
melaksanakan tugas-tugasnya dan akan terampil dan professional dalam upaya meningkatkan
disiplin kerjanya.
Bagi seorang pegawai yang memiliki masa kerja yang belum lama akan merasa
kesulitan dalam melaksakan pekerjaannya karena belum dapat beradaptasi dengan
pekerjaannya dan belum trampil dalam melaksanakan tugas-tugas yang diembannya.
Selanjutnya untuk mengetahui masa kerja pegawai pada Kantor Badan Kepegawaian
Tabel 4.3: Identitas Responden Berdasarkan Masa Kerja di Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi
No. Masa Kerja (Tahun)
Jumlah Informan (Orang)
Frekuensi (%)
1 0-3 12 30,77%
2 4-7 11 28,20%
3 8-11 2 5,13%
4 >11 14 35,90 %
Jumlah 39 100%
Sumber: Hasil penelitian, 2014
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa informan terbanyak adalah masa kerja
11 tahun keatas dimana pada masa kerja 11 tahun keatas berjumlah 14 orang (35,90%), masa
kerja 0-3 tahun sebanyak 12 orang (30,77%), masa kerja 4-7 tahun sebanyak 11 orang
(28,20%), dan masa kerja 8-11 tahun sebanyak 2 orang (5,13%). Jadi mayoritas pegawai di
Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi memiliki masa
kerja lebih dari 11 tahun.
D. Pendidikan Terakhir
Dalam suatu kantor, pendidikan terakhir juga menjadi faktor dalam mencari pegawai
yang benar atau sesuai dengan posisi yang akan diduduki oleh pegawai yang baru. Semakin
tinggi pendidikan seseorang biasanya semakin tinggi pula ilmu pengetahuan seseorang
tersebut. Sehingga sebuah kantor dalam mencari pegawai sesuai pendidikan terkahir, maka
dari itu untuk mengetahui tingkat pendidikan terakhir pegawai pada kantor Kepegawaian
Tabel 4.4: Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir Kantor Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi
No. Pendidikan Terakhir Jumlah Informan (Orang)
Frekuensi (%)
1 SMA/STM 12 30,77%
2 DIII 9 23,08%
3 S1 14 35,90%
4 S2 4 10,25%
Jumlah 39 100%
Sumber: Hasil penelitian, 2014
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan terakhir responden
terbanyak adalah tingkat pendidikan terakhir S1 sebanyak 14 orang (35,90%), tingkat
pendidikan terakhir SMA/STM sebanyak 12 orang (30,77%), tingkat pendidikan terakhir DIII
sebanyak 9 orang (23,08%), dan tingkat pendidikan terakhir S2 sebanyak 4 orang (10,25%).
Jadi mayoritas tingkat pendidikan terakhir pegawai di Kantor Kepegawaian Pendidikan dan
4.2 Distribusi Jawaban Informan Tentang Implementasi Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Kantor Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi
Dalam meningkatkan pelayanan publik pemerintah mengeluarkan berbagai macam
kebijakan dikarenakan masyarakat tidak merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh
pegawai negeri sipil. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu kebijakan untuk meningkatkan
pelayanan publik yang diberikan. Salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah
adalah peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai negeri sipil.
Dengan adanya peraturan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pelayanan publik yang
diberikan oleh pegawai negeri sipil.
Dalam penelitian ini, peneliti membagikan angket atau kuesioner kepada informan
sebanyak 38 angket kepada pegawai di Kantor Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota
Tebing Tinggi yang telah disusun berdasarkan indikator-indikator yang sesuai. Informan
yang mendapatkan angket adalah para pegawai di Kantor Kepegawaian Pendidikan dan
Pelatihan kota Tebing Tinggi. Dimana setiap informan telah menjawab
pertanyaan-pertanyaan mengenai implementasi disiplin pegawai negeri sipil dalam meningkatkan
pelayanan publik di Kantor Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing Tinggi.
Adapaun indicator-indikator tersebut yaitu:
1. Komunikasi (Communication)
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari komunikator kepada
komunikan. Sementara itu, komunikasi kebijakan berarti merupakan proses penyampaian
informasi kebijakan dari pembuat kebijakan (policy makers) kepada pelaksana kebijakan
(policy implementors). Informasi perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan agar pelaku
berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan, agar proses implementasi kebijakan bisa
berjalan dengan efektif serta sesuai dengan tujuan kebijakan itu sendiri.
Adapun pengertian indicator komunikasi ini yaitu mengetahui dan memahami
bagimana disiplin kerja yang terdapat pada Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2010
tentang disiplin pegawai negeri.
Tabel 4.5 Distribusi Jawaban Informan Tentang Adanya Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
No. Kategori Jumlah Informan (Orang)
Frekuensi (%)
1 Tahu 39 100%
2 Tidak Tahu 0 0
Jumlah 39 100%
Sumber: Hasil penelitian, 2014
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jawaban informan terbanyak adalah
yang menyatakan bahwa mereka tahu mengenai adanya peraturan pemerintah nomor 53
tahun 2010 tentang disiplin pegawai negeri sipil sebanyak 39 orang (100%). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa pegawai di Kantor Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing
Tinggi sangat tahu adanya peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin
pegawai negeri sipil.
Kemudian berdasarkan hasil wawancara dari informan kunci tentang bagaimana
pegawai mengetahui serta memahami akan peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010, yaitu
2. Sumber Daya (Resources)
Sumber daya memiliki peranan penting dalam implementasi kebijakan. Edward III
mengemukakan bahwa bagaimanapun jelas dan konsistensinya ketentuan-ketentuan dan
aturan serta bagaimanapun akuratnya penyampaian ketentuan-ketentuan atau
aturan-aturan tersebut, jika para pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab untuk melaksanakan
kebijakan kurang mempunyai sumber-sumber daya untuk melaksanakan kebijakan secara
efektif maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif. Sumber daya di sini
berkaitan dengan segala sumber yang dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan
implementasi kebijakan. Sumber daya ini mencakup sumber daya manusia, anggaran,
fasilitas, informasi dan kewenangan.
Adapun indicator sumber daya ini adalah untuk mengetahui sumber daya apa saja
yang mendukung untuk melaksanakan displin kerja. Kemudian berdasarkan hasil wawancara
dari informan kunci tentang apakah sarana dan prasarana yang ada kantor ini mendukung
adanya pelaksanaan disiplin kerja, yaitu bahwa sarana dan prasarana yang ada di kantor ini
mendukung adanya pelaksanaan disiplin kerja dengan sedang diusahakan one man one
computer, BKPP sudah memiliki website dan semua komputer sudah terhubung antara satu komputer yang satu dengan yang lain (LAN). Di kantor ini juga terdapat server data sebesar 1
terabyte dan semua kabid sudah mempunyai email masing-masing.
3. Disposisi (Disposition)
Kecenderungan perilaku atau karakteristik dari pelaksana kebijakan berperan penting
untuk mewujudkan implementasi kebijakan yang sesuai dengan tujuan atau sasaran. Karakter
penting yang harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan misalnya kejujuran dan komitmen yang
mereka selalu antusias dalam melaksanakan tugas, wewenang, fungsi, dan tanggung jawab
sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat
berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Apabila implementator memiliki sikap yang baik
maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh
pembuat kebijakan, sebaliknya apabila sikapnya tidak mendukung maka implementasi tidak
akan terlaksana dengan baik.
Adapun indicator disposisi ini adalah merupakan sikap penerimaan atau penolakan
dari agen pelaksana kebijakan yang sangat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan
implementasi kebijakan publik.
Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Informan Mengenai Dukungan Terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
No. Kategori Jumlah Informan (Orang)
Frekuensi (%)
1 Setuju 39 100%
2 Tidak Setuju 0 0
Jumlah 39 100%
Sumber: Hasil penelitian, 2014
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jawaban informan terbanyak adalah
yang menyatakan bahwa mereka setuju terkait adanya peraturan pemerintah nomor 53 tahun
2010 tentang disiplin pegawai negeri sipil sebanyak 39 orang (100%). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa pegawai di Kantor Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing
Tinggi sangat setuju terkait adanya peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang
pegawai disini setuju dengan adanya pelaksanaan disiplin kerja. Itu dapat dilihat dari antusias
atau perilaku dari pegawai yang mematuhi disiplin kerja yang ada. Dengan melaksanakan
tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, memakai pakaian dinas, sadar dan bertanggung
jawab dengan tugas masing-masing, serta tidak membuang waktu dalam pelaksanaan
pekerjaan.
4. Struktur Birokrasi (Bureucratic Structure)
Struktur organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan.
Aspek struktur organisasi ini melingkupi dua hal yaitu mekanisme dan struktur birokrasi itu
sendiri. Aspek pertama adalah mekanisme, dalam implementasi kebijakan biasanya sudah
dibuat standart operation procedur (SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementator
dalam bertindak agar dalam pelaksanaan kebijakan tidak melenceng dari tujuan dan sasaran
kebijakan. Aspek kedua adalah struktur birokrasi, struktur birokrasi yang terlalu panjang dan
terfragmentasi akan cenderung melemahkan pengawasan dan menyebabkan prosedur
birokrasi yang rumit dan kompleks yang selanjutnya akan menyebabkan aktivitas organisasi
menjadi tidak fleksibel.
Adapun indicator struktur birokrasi ini adalah untuk melihat bagaimana
mekanisme-mekanisme yang ada di kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing
Tinggi. Kemudian berdasarkan wawancara dari informan kunci tentang
mekanisme-mekanisme pelayanan yang ada dikantor ini yaitu, bahwa mekanisme-mekanisme pelayanan yang ada di
akntor ini sudah cukup baik dimana apabila masyarakat atau pegawai dari kantor lain ingin
4.3 Hasil Wawancara
4.3.1 Hasil Wawancara dengan Informan Kunci (Kepala Pimpinan Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi)
Wawancara dilakukan dengan informasi kunci yaitu oleh Kepala Pimpinan Badan
Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi, bapak Erwin Damanik, S.Sos.
M.Sp. Wawancara ini dilakukan pada hari senin, 16 Juni 2014 pukul 10.00 WIB di Kantor
Badan kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi dengan memberikan
sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan judul penelitian.
Terkait dengan tentang disiplin kerja pegawai negeri sipil, penulis menanyakan
tentang bagaimana pendapat beliau mengenai disiplin kerja pegawai negeri sipil dan bapak
Erwin Damanik menyatakan bahwa:
“Disiplin kerja pegawai negeri sipil sangat perlu untuk dilaksanakan karena hal tersebut (disiplin) dapat meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan yang diberikan pegawai kepada masyarakat”.
Kemudian bapak Erwin Damanik menjelaskan keterkaitan peraturan pemerintah
nomor 53 tahun 2010 terhadap implementasi disiplin kerja pegawai negeri sipil di kantor
Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan di Kota Tebing Tinggi, yaitu:
“Bahwa Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai dibutuhkan dalam melaksanakan disiplin kerja pegawai karena Peraturan tersebut memuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP) untuk penjatuhan hukuman. Dan dalam penjatuhan hukuman itu ada tahapan-tahapannya dari hukuman rendah, sedang, dan berat.”
Dan beliau juga menjelaskan bagaimana para pegawai mengetahui dan memahami peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010, yaitu:
Terkait dengan model implimentasi George mengenai indicator komunikasi, penulis
menanyakan bagaimana cara bapak menyampaian peraturan pemerintah nomor 53 tahun
2010 kepada para pegawai sehingga implementasi peraturan tersebut dilaksanakan, yaitu
bahwa:
“Cara penyampaian isi ataupun peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai negeri sipil yaitu disampaikan ketika ada agenda rapat, dan para pegawai dapat mengetahui dan memahami peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010 karena peraturan tersebut dimuat dalam berita acara pemeriksaan”.
Kemudian terkait dengan indikator sumber daya pada model implementasi George,
penulis menanyakan apakah sumber daya yang ada di kantor Badan Kepegawaian Pendidikan
dan Pelatihan di kota Tebing Tinggi dapat menunjang terhadap implementasi disiplin
pegawai negeri bahwa:
”Adapun sumber daya berupa sarana dan prasarana yang ada di kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Kepegawaian di kota Tebing Tinggi sangatlah menunjang atau mendukung adanya implementasi disiplin kerja yang dilakukan di kantor ini yaitu dikantor ini sudah diterapkan one man one computer untuk meningkat disiplin kerja yang secara otomatis juga akan meningkatkan produktivitas ataupun layanan publik yang dilakukan. Setiap komputer yang ada di kantor ini saling berhubungan melalui LAN yang membuat data tidak ada yang tidak terpakai, arsib data juga akan lebih terjamin daripada arsib manual. Di kantor ini juga sudah memiliki server data sebesar 1 terabyte dan semua kepala bidang sudah mempunyai email masing-masing dan juga Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan sudah memiliki website (www.bkpptebingtinggi.net) jadi kalau ingin mencari informasi mengenai kantor ini sudah mudah.”
Terkait dengan model implimentasi George mengenai indicator disposisi, penulis
menanyakan bagaimana sikap dari pegawai di kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan
Pelatihan di kota Tebing Tinggi, yaitu bahwa:
“Sikap para pegawai disini setuju dengan adanya pelaksanaan disiplin kerja. Itu dapat dilihat dari antusias atau perilaku dari pegawai yang mematuhi disiplin kerja yang ada. Yaitu dengan melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, memakai pakaian dinas, sadar dan bertanggung jawab dengan tugas masing-masing, serta tidak membuang waktu dalam pelaksanaan pekerjaan.”
“Pegawai negeri sipil bekerja berdasarkan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Jadi tugas saya adalah melihat atau mengawasi pelaksanaan disiplin kerja tersebut.”
Terkait dengan model implimentasi George mengenai indicator Birokrasi, penulis
menanyakan bagaimana pelayanan atau hubungan tiap bagian yang ada di kantor Badan
Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan di kota Tebing Tinggi, yaitu bahwa:
“Pelayanan yang diberikan pegawai kantor disini sudah cukup baik. Untuk mengetahui informasi bisa melihat website BKPP kemudian melengkapi syarat yang ada, dating ke BKPP kalau lengkap maka terjadi proses, jika tidak lengkap maka batal dan kembali untuk melengkapi syarat-syarat.”
Dan untuk melihat hubungan instansi atau badan lain yang terkait dalam pelaksanaan
dan peningkatan disiplin kerja pegawai di Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan
Pelatihan di kota Tebing Tinggi, yaitu :
“Ada, yaitu Inspektorat, Asisten administarsi umum, Kabag hukum, Kabag keuangan mengenai gaji pegawai. Jadi kalau tidak disiplin maka gaji pegawai negeri akan diberhentikan”.
4.3.2 Hasil Wawancara dengan Pegawai Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi)
Berdasarkan wawancara dengan informan kunci yaitu pimpinan Badan Kepegawaian
Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi, penulis berusaha melakukan wawancara
secara mendalam dengan pegawai Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan
Kota Tebing Tinggi yaitu bu Ros di Bidang Kepangkatan dan Gaji Berkala. Tujuan dari
wawancara ini juga agar penulis memperoleh berbagai informasi yang berkaitan dengan judul
penelitian. Wawancara dilakukan pada hari senin 16 Juni 2014 pukul 11.00 WIB, di Kantor
“Disiplin kerja sangat diperlukan karena disiplin kerja dapat meningkatkan kinerja pegawai dan disiplin kerja juga diperlukan untuk melihat konsistensi pegawai dalam kinerjanya”
Terkait akan implementasi disiplin kerja pegawai negeri sipil yang dilaksanakan di
Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan di Kota Tebing Tinggi, beliau
menyatakan bahwa :
“Implementasi disiplin kinerja pegawai sudah dilaksanakan di Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan di Kota Tebing Tinggi. Dan implementasi dari disiplin kinerja pegawai merupakan hal yang wajib dilaksanakan karena menyangkut dengan peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai negeri sipil.”
Terkait dengan model implimentasi George mengenai indicator komunikasi, penulis
menanyakan bagaimana penyampaian peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010
disampaikan kepada para pegawai sehingga implementasi peraturan tersebut dilaksanakan,
beliau mengatakan bahwa:
“Semua pegawai yang ada di Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan di Kota Tebing Tinggi sudah semestinya tahu akan peraturan pemeritah tersebut dan cara penyampaian peraturan pemerintah tersebut telah dimuat dalam berita acara pemeriksaan.”
Penulis juga menanyakan sumber daya yang ada di Kantor Badan Kepegawaian
Pendidikan dan Pelatihan untuk melihat indicator sumber daya yang terdapat pada model
implementasi George dan beliau menjawab bahwa:
“Sumber daya yaitu sarana dan prasarana yang ada di Kantor Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan di Kota Tebing Tinggi sudah lah baik dan dapat menunjang terhadap pelaksanaan implementasi disiplin kinerja pegawai negri sipil”
Terkait dengan model implementasi George mengenai indicator disposisi, penulis
menanyakan bagaimana sikap dari pegawai di kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan
Pelatihan di Kota Tebing Tinggi, dan beliau menjawab bahwa:
Penulis juga menanyakan bagaimana pelayanan yang diberikan di Kantor Badan
Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan untuk melihat indicator Birokrasi yang terdapat pada
model implementasi George dan beliau menjawab bahwa:
“Pelayanan yang diberikan pegawai kantor disini sudah cukup baik. Untuk mengetahui informasi bisa melihat website BKPP kemudian melengkapi syarat yang ada, dating ke BKPP kalau lengkap maka terjadi proses, jika tidak lengkap maka batal dan kembali untuk melengkapi syarat-syarat.”
4.3.3 Hasil Wawancara dengan Masyarakat
Dalam penelitian ini penulis juga melakukan wawancara dengan masyarakat atau
informasn tambahan, yaitu masyarakat yang berada di Kantor Badan Kepegawaian
Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi dan menurut peneliti paham dan mengetahui
permasalahan yang sedang diteliti.
Berdasarkan wawancara dengan informan tambahan yaitu 2 orang yang mengetahui
permasalahan yang sedang diteliti, penulis berusaha melakukan wawancara secara mendalam
dengan masyarakat yaitu dengan orang pertama adalah dengan bu Delima. Tujuan dari
wawancara ini juga agar penulis memperoleh berbagai informasi yang berkaitan dengan judul
penelitian. Wawancara dilakukan pada hari Selasa 17 Juni 2014 pukul 11.00 WIB, di Kantor
Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi.
Pada saat itu penulis memulai pertanyaan dengan menanyakan bagaimana pendapat
informan mengenai disiplin kerja, kemudian beliau menjawab:
Terkait akan implementasi disiplin kerja pegawai negeri sipil yang dilaksanakan di
Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan di Kota Tebing Tinggi, beliau
menyatakan bahwa :
“Saya rasa implementasi disiplin kinerja pegawai sudah dilaksanakan di Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan di Kota Tebing Tinggi. Itu dapat dilihat dari setiap pegawai memakai seragam, masuk kerja sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan memberikan pelayanan kepada masyarakat.”
Penulis juga menanyakan bagaimana pelayanan yang diberikan di Kantor Badan
Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan jika dilihat dengan diimplementasikan disiplin kerja
pegawai negeri sipil:
“Pelayanan yang diberikan pegawai kantor disini sudah cukup baik. Tapi ya itu tadi pekerjaaan yang bisa diselesaikan dengan satu hari kerja bisa diselesaikan dengan beberapa hari kerja.”
Kemudian melanjutkan wawancara dengan informan tambahan selanjutnya yaitu
dengan bapak Jarwo. Dan pada saat itu juga penulis memulai pertanyaan dengan menanyakan
bagaimana pendapat informan mengenai disiplin kerja, kemudian beliau menjawab:
“Kalau menurut saya disiplin kerja itu mematuhi semua aturan-aturan yang ada dan melaksanakan semua kewajiban yang diberikan atau yang dibebankan kepadanya.”
Terkait akan implementasi disiplin kerja pegawai negeri sipil yang dilaksanakan di
Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan di Kota Tebing Tinggi, beliau
menyatakan bahwa :
“Ya saya rasa implementasi disiplin kerja pegawai negeri di Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi mungkin sudah dilaksanakan. Ya karena pegawai negeri itu harus diawasi agar kinerjanya masksimal dan dengan adanya peraturan tersebut jadi pegawai-pegawai disini tidak semenah-menah dengan jabatannya.”
Penulis juga menanyakan bagaimana pelayanan yang diberikan di Kantor Badan
Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan jika dilihat dengan diimplementasikan disiplin kerja
BAB V
ANALISIS DATA
Pada bab ini, dari hasil penyajian data yang ada akan dianalisis dengan tetap mengacu
kepada hasil interpretasi data tersebut sesuai dengan fokus kajian dalam penelitian. Dari
seluruh data yang disajikan secara menyeluruh yang diperoleh selama penelitian, baik dengan
melakukan studi pustaka, pemberian kusioner kepada informan kemudian melakukan
wawancara kepada informan kunci dan juga melakukan pengamatan-pengamatan atau
observasi terhadap fenomena yang ada terkait dengan masalah implementasi kerja pegawai,
maka dapat dianalisis bahwa disiplin kerja pegawai pada kantor Badan Kepegawaian
Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing Tinggi.
5.1. Analisis Implementasi Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi
Respon pegawai di kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing
Tinggi dengan adanya peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin kerja
pegawai negeri sipil adalah mendukung secara penuh kebijakan tersebut. Secara keseluruhan,
sebenarnya pelaksanaan disiplin ini sangat membantu pegawai dalam memaksimalkan
kinerjanya. Dari kuesioner yang telah penulis berikan kepada pegawai di kantor Badan
Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing Tinggi. Mereka menyatakan bahwa
dengan pelaksanaan disiplin kerja dapat membuat mereka untuk rajin atau giat bekerja, maka
secara tidak langsung akan berdampak pada kegiatan dan kinerja yang mereka lakukan.
Mereka juga sadar akan manfaat adanya pelaksanaan disiplin terhadap kinerja mereka,
sehingga mereka berusaha memberikan pelayanan yang sebaik mungkin. Namun ada juga
Model implementasi kebijakan Edward George di dalam Subarsono (2005:90),
melihat implementasi kebijakan sebagai suatu proses yang dinamis, dimana terdapat banyak
faktor yang saling berinteraksi dan mempengaruhi implementasi kebijakan. Faktor-faktor
tersebut perlu ditampilkan guna mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut
terhadap implementasi. Oleh karena itu, Edward menegaskan bahwa dalam studi
implementasi terlebih dahulu harus diajukan dua pertanyaan pokok yaitu:
a) Apakah yang menjadi prasyarat bagi implementasi kebijakan?
b) Apakah yang menjadi faktor utama dalam keberhasilan implementasi kebijakan?
Guna menjawab pertanyaan tersebut, Edward mengajukan empat faktor yang berperan
penting dalam pencapaian keberhasilan implementasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan yaitu faktor communication, resources,
disposition, dan bureucratic structure.
Adapun implementasi disiplin kerja pegawai yang ada di Kantor Badan Kepegawaian
Pendidikan dan Pelatihan berjalan dengan baik. Ini dilihat dari beberapa indikator seperti
berikut:
1. Komunikasi
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari komunikator kepada
komunikan. Sementara itu, komunikasi kebijakan berarti merupakan proses penyampaian
informasi kebijakan dari pembuat kebijakan (policy makers) kepada pelaksana kebijakan
(policy implementors). Informasi perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan agar pelaku
kebijakan dapat memahami apa yang menjadi isi, tujuan, arah, kelompok sasaran (target
group) kebijakan, sehingga pelaku kebijakan dapat mempersiapkan hal-hal apa saja yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan, agar proses implementasi kebijakan bisa
berjalan dengan efektif serta sesuai dengan tujuan kebijakan itu sendiri.
Kepala Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi yang
sering berkomunikasi dengan pegawai-pegawai yang ada di kantor Badan Kepegawaian
Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing Tinggi dalam hal pelaksana kebijakan ini sudah
berjalan dengan baik. Disiplin kerja pegawai negeri sipil sangat perlu untuk dilaksanakan
karena hal tersebut (disiplin) dapat meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan yang
diberikan pegawai kepada masyarakat. Penyampaian informasi mengenai pelaksanaan
disiplin kerja disampaikan pada saat rapat kerja. Para pegawai juga dapat mengetahui
pelaksanaan disiplin kerja tersebut dengan cara melihat Berita Acara Pemeriksaan. Dan para
pegawai negeri sipil juga harus sudah tahu dan paham akan peraturan pemerintah nomor 53
tahun 2010, karena pada peraturan tersebut termuat akan larangan dan kewajiban yang harus
kepada pegawai yang melanggar pelaksanaan disiplin kerja tersebut. Akibat dari pegawai
yang masih melakukan pelanggaran tersebut dapat memicu keikutsertaan pegawai-pegawai
yang lainnya untuk melakukan pelanggaran, sehingga kinerja dari pegawai tersebut dapat
menurun.
2. Sumber Daya
Sumber daya memiliki peranan penting dalam implementasi kebijakan. Edward
George mengemukakan bahwa bagaimanapun jelas dan konsistensinya ketentuan-ketentuan
dan aturan-aturan serta bagaimanapun akuratnya penyampaian ketentuan-ketentuan atau
aturan-aturan tersebut, jika para pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan kebijakan kurang mempunyai sumber-sumber daya untuk melaksanakan
kebijakan secara efektif maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif. Sumber
daya di sini berkaitan dengan segala sumber yang dapat digunakan untuk mendukung
keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber daya ini mencakup sumber daya manusia,
anggaran, fasilitas, informasi dan kewenangan.
Dalam implementasi disiplin kerja pegawai di kantor Badan Kepegawaian
Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing Tinggi, ketersediaan sarana dan prasarana yang
dimiliki di kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing Tinggi adalah
sudah baik. Adapun sumber daya berupa sarana dan prasarana yang ada di kantor Badan
Kepegawaian Pendidikan dan Kepegawaian di kota Tebing Tinggi sangatlah menunjang atau
mendukung adanya implementasi disiplin kerja yang dilakukan di kantor ini yaitu dikantor ini
sudah diterapkan one man one computer untuk meningkat disiplin kerja yang secara otomatis
sebesar 1 Terabyte untuk penyimpanan data-data yang penting. Dan semua kepala bidang
sudah mempunyai email masing-masing dan juga Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan
dan Pelatihan sudah memiliki website (www.bkpptebingtinggi.net) jadi kalau ingin mencari
informasi mengenai kantor ini sudah mudah.
3. Disposisi
Kecenderungan perilaku atau karakteristik dari pelaksana kebijakan berperan penting
untuk mewujudkan implementasi kebijakan yang sesuai dengan tujuan atau sasaran. Karakter
penting yang harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan misalnya kejujuran dan komitmen yang
tinggi. Kejujuran mengarahkan implementor untuk tetap berada dalam asa program yang
telah digariskan, sedangkan komitmen yang tinggi dari pelaksana kebijakan akan membuat
mereka selalu antusias dalam melaksanakan tugas, wewenang, fungsi, dan tanggung jawab
sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Sikap dari pelaksana kebijakan akan sangat
berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Apabila implementator memiliki sikap yang baik
maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh
pembuat kebijakan, sebaliknya apabila sikapnya tidak mendukung maka implementasi tidak
akan terlaksana dengan baik.
Respon pegawai di kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing
Tinggi dengan adanya implementasi disiplin kerja pegawai negeri sipil adalah mendukung
secara penuh kebijakan tersebut. Secara keseluruhan, sebenarnya pelaksanaan disiplin ini
sangat membantu pegawai dalam memaksimalkan kinerjanya. Dari kuesioner dan
wawancara yang telah penulis dilakukan kepada pegawai di kantor Badan Kepegawaian
Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing Tinggi, mereka menyatakan bahwa dengan
sadar akan manfaat adanya pelaksanaan disiplin terhadap kinerja mereka, sehingga mereka
berusaha memberikan pelayanan yang sebaik mungkin.
4. Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi
kebijakan. Aspek struktur birokrasi ini melingkupi dua hal yaitu mekanisme dan struktur
birokrasi itu sendiri. Aspek pertama adalah mekanisme, dalam implementasi kebijakan
biasanya sudah dibuat standart operation procedur (SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap
implementator dalam bertindak agar dalam pelaksanaan kebijakan tidak melenceng dari
tujuan dan sasaran kebijakan. Aspek kedua adalah struktur birokrasi, struktur birokrasi yang
terlalu panjang dan terfragmentasi akan cenderung melemahkan pengawasan dan
menyebabkan prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks yang selanjutnya akan
menyebabkan aktivitas organisasi menjadi tidak fleksibel.
Adapun indicator struktur birokrasi ini adalah untuk melihat bagaimana
mekanisme-mekanisme yang ada di kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing
Tinggi. Dan mekanisme-mekanisme pelayanan yang ada dikantor ini sudah baik yaitu,
bahwa mekanisme pelayanan yang ada di kantor ini sudah cukup baik dimana apabila
masyarakat atau pegawai dari kantor lain ingin melihat informasi yang ada cukup datang ke
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah penulis menyajikan data dan juga menganalisis data tentang implementasi
disiplin pegawai negeri sipil pada kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota
Tebing Tinggi, maka selanjutnya penulis dapat memberikan kesimpulan dan saran guna
kesempurnaan pelaksanaan disiplin kerja pegawai negeri sipil di kantor Badan Kepegawaian
Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing Tinggi.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian penulis pada kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan
Pelatihan kota Tebing Tinggi maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Bahwa implementasi disiplin kerja pegawai dalam meningkatkan pelayanan publik
pada Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing Tinggi pada
umumnya sudah dilaksanakan dengan baik oleh pegawai kantor tersebut sesuai
dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang dilakukan maka diketahui bahwa pelaksanaan disiplin kerja
pegawai pada kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing
Tinggi dalam kategori yang baik, hal ini dilihat dari kumulatif jawaban informan
tentang implementasi disiplin kinerja pegawai negeri sipil dalam meningkatkan
pelayanan publik. Dengan demikian implementasi disiplin kerja pegawai negeri sipil
Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing Tinggi sudah berjalan
dengan semaksimal mungkin dan sudah terlaksana dengan baik.
masih ada pegawai yang melanggar peraturan, itu disebabkan karena belum adanya
sanksi yang tegas dalm penerapan disiplin kerja pegawai negeri di kantor tersebut.
Sehingga sebagian pegawai beranggapan pelanggaran tersebut tidak ada konsekuensi
bagi para pegawai yang bersangkutan. Kemudian kurangnya pengawasan dari kepala
pimpinan bagian-bagian tertentu yang memungkinkan para pegawai keluar masuk
kantor pada jam-jam kerja atau setidak-tidaknya mengulur-ngulur waktu dalam
menyelesaikan tugas.
6.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan penulis dalam penelitian ini sehubungan
dengan implementasi disiplin kerja pegawai negeri sipil dalam meningkatkan pelayanan
publik pada kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing Tinggi antara
lain:
1. Agar pelaksanaan disiplin kerja pegawai negeri sipil pada kantor Badan Kepegawaian
Pendidikan dan Pelatihan kota Tebing Tinggi berjalan dengan baik lagi dan tidak ada
lagi kemungkinan pegawai yang melanggar peraturan yang ditetapkan maka
disarankan untuk mempertegas sanksi kepada pegawai yang melanggar disiplin kerja,
kemudian pemimpin beserta pegawainya harus punya disiplin yang tinggi sehingga
dapat memberikan contoh dan dapat meningkatkan pelayanan yang efektif atau
berdaya guna bagi pegawai lain yang ingin berurusan dengan kantor tersebut.
2. Memperketat pengawasan dari pimpinan bagian kepada pegawai dimana atasan juga
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Bentuk Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Menurut Zuriah (2006:31), penelitian dengan menggunakan
metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala,
fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau
daerah tertentu.
Berdasarkan pengertian diatas, maka penelitian ini adalah penelitian yang diarahkan
untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan
akurat mengenai sifat-sifat populasi serta menganalisis kebenarannya berdasarkan data yang
diperoleh.
2.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan
Kota Tebing Tinggi yang terletak di Jalan Gunung Bromo Nomor 1 Kota Tebing Tinggi
Provinsi Sumatera Utara.
2.3 Informan Penelitian
Pada penelitian kualitatif, tidak ada penggunaan istilah populasi maupun sampel
seperti yang terdapat pada penelitian kuantitatif.
Menurut Suyanto (2005:171) informan penelitian meliputi :
2. Informan utama yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial
yang diteliti.
3. Informan tambahan yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak
langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti.
Berdasarkan uraian diatas, maka informan dalam penelitian ini terdiri atas:
1. Informan kunci yaitu Kepala Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota
Tebing Tinggi.
2. Informan utama yaitu semua pegawai negeri sipil yang bekerja di Kantor Badan
Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi.
3. Informan tambahan yaitu masyarakat Tebing Tinggi yang dianggap mengetahui dan
paham akan permasalahan penelitian.
2.4 Teknik Pengolahan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Teknik Pengumpulan Data Primer
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian.
Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan instrument:
a) Wawancara
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya jawab secara
langsung kepada pihak-pihak yang terkait, dan berhadapan langsung dengan
informan kunci yang dianggap mengerti mengenai permasalahan yang diteliti.
b) Observasi
2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh untuk mendukung data primer. Data sekunder yang
digunakan antara lain:
a) Studi Kepustakaan
Yaitu pengumpulan data-data dengan cara mempelajari, mendalami dan mengutip
teori-teori dan konsep-konsep dari sejumlah literature baik buku, jurnal, majalah,
koran, ataupun karya tulis lainnya yang relevan dengan topik penelitian.
b) Dokumentasi
Yaitu pemanfaatan dokumen tertulis, gambar, foto atau benda-benda lain yang
berkaitan dengan aspek-aspek yang diteliti.
2.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan penulis adalah teknik analisa data deskriptif
kualitatif yaitu berusaha menyimpulkan data berhubungan dengan objek penelitian serta
berusaha menjelaskan data menggambarkan variabel penelitian secara mendalam dan
mendetail, kemudian selanjutnya diberi interpretasi yang sesuai dengan tujuan yang telah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada masa globalisasi ini terutama dalam pengelolaan administrasi publik, kinerja
pelayanan dari pemerintah masih lemah, pemahaman tentang pemerintahan yang baik tidak
mampu dijalankan dengan yang diharapkan oleh masyarakat akibat yang terjadi penguna jasa
tidak merasa puas dengan apa yang di berikan kepada mereka. Perbaikan dalam
penyelenggaraan pemerintah harus terus dilakukan terutama dalam hal disiplin pegawai,
bagaimana menimbulkan dan menguatkan kinerja aparat sebagai abdi negara dan abdi
masyarakat yang mau tidak mau harus berupaya meningkatkan kemampuan kerjanya
semaksimal mungkin, karena pelaksanaan tugas pelayanan oleh pemerintah sangat tergantung
pada kinerja aparaturnya. Sedangkan masyarakat harus dapat menilai kinerja kantor
pemerintah dari kualitas pelayanan yang diterimanya.
Sehubungan dengan jumlah aparatur pemerintah yang kurang memadai atau tidak
sebanding dengan volume atau beban kerja yang diterima, terutama dalam hal pelayanan
kepada masyarakat, maka perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan kinerja aparat
pemerintah terhadap pelayanan kepada masyarakat demi tercapainya pelayanan yang baik.
Peningkatan kualitas pelayanan yang menjadi tuntutan masyarakat harus dipenuhi oleh aparat
pegawai sebagai penyelenggara pemerintah. Karena pada dasarnya menerima pelayanan yang
memuaskan dari aparat pemerintah merupakan hak yang dimiliki setiap warga negara dan
ketaatan kepada hukum, norma-norma, etika dan aturan yang berlaku dalam kerangka
persatuan dan kesatuan nasional. Didalam menegakkannya harus ditopang oleh kesadaran
hukum yang konsisten dan konsekuen seluruh masyarakat. Di dalam peningkatan pelayanan
publik juga diperlukan pegawai negeri sipil yang berdisiplin tinggi dan berdedikasi tinggi
untuk menghadapi permasalahan yang timbul dan besarnya godaan terhadap pegawai negeri
sipil yang terkadang dapat menyimpang dari etika pemerintahan.
Dalam Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai negeri,
pada pasal 1 bahwa Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan
yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang
apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin. Pada peraturan ini juga telah
diatur dengan jelas kewajiban yang harus ditaati dan larangan yang tidak boleh dilanggar oleh
setiap pegawai negeri sipil yang melakukan pelanggaran disiplin. Selain daripada itu dalam
peraturan pemerintah itu diatur pula tentang tata cara pemeriksaan, tata cara penjatuhan
hukuman dan penyampaian hukuman disiplin serta tata cara pengajuan keberatan apabila
pegawai negeri sipil yang dijatuhi hukuman disiplin itu merasa keberatan atas hukuman
disiplin yang dijatuhkan kepadanya.
Bila diperhatikan dari pemikiran dan kehendak masyarakat tentang kepemerintahan
yang baik serta disiplin pegawai yang telah diatur dengan Peraturan Pemerintah no. 53 tahun
2010 masih banyak juga pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai negeri sipil
yang akan menjadi penghambat dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional dan
penciptaan pemerintah yang bersih, berwibawa, profesional, akuntabel sehingga akan
menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Bila kurangnya disiplin pegawai
dalam suatu instansi pemerintah, hal ini juga menunjukan bahwa kurang menghargai dan