• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI METODE PIKTOGRAFI, IDEOGRAFI, DAN PENYUSUNAN KARAKTER GABUNGAN RADIKAL FONETIK UNTUK MEMPERMUDAH MEMAHAMI MAKNA AKSARA MANDARIN DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI METODE PIKTOGRAFI, IDEOGRAFI, DAN PENYUSUNAN KARAKTER GABUNGAN RADIKAL FONETIK UNTUK MEMPERMUDAH MEMAHAMI MAKNA AKSARA MANDARIN DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

IMPLEMENTASI METODE PIKTOGRAFI, IDEOGRAFI, DAN PENYUSUNAN KARAKTER GABUNGAN RADIKAL-FONETIK UNTUK MEMPERMUDAH MEMAHAMI MAKNA AKSARA MANDARIN DI SMA

NEGERI 1 KARANGANYAR

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Ahli Madya pada Diploma III Bahasa China Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Oleh : Oko Kahana

C9607005

PROGRAM DIPLOMA III BAHASA CHINA FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

PENGESAHAN PEMBIMBING

Disetujui untuk diuji,

Program Diploma III Bahasa China Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Judul : IMPLEMENTASI METODE PIKTOGRAFI, IDEOGRAFI, DAN PENYUSUNAN KARAKTER GABUNGAN RADIKAL-FONETIK UNTUK MEMPERMUDAH MEMAHAMI MAKNA AKSARA MANDARIN DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR

Nama : Oko Kahana

NIM : C9607005

Pembimbing:

Teguh Sarosa, S.S., M.Hum. ( ……….) Pembimbing I NIP. 197302052006041001

(3)

commit to user

PENGESAHAN UJIAN

Diterima dan Disahkan oleh Dewan Penguji

Program Diploma III Bahasa China Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Judul : IMPLEMENTASI METODE PIKTOGRAFI, IDEOGRAFI, DAN PENYUSUNAN KARAKTER GABUNGAN RADIKAL-FONETIK UNTUK MEMPERMUDAH MEMAHAMI MAKNA AKSARA MANDARIN DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR

Nama : Oko Kahana NIM : C9607005 Tanggal Ujian : 2 Agustus 2010

Dewan Penguji:

Teguh Sarosa, S.S., M.Hum. ( ……….) Penguji Utama NIP. 197302052006041001

Christina, S.E. (………..) Penguji Kedua NIP. -

Drs. Y. Suwanto, M.Hum. (……….) Sekretaris NIP. 1961110121987031002

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Drs. Sudarno, MA. . NIP. 195303141985061001

(4)

commit to user

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan pujian yang penuh kebaikan dan keberkahan. Pujian yang pantas bagi-Nya sebagaimana yang Dia sukai dan ridhai. Shalawat dan salam bagi kekasih tercinta, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi

Wassalam beserta keluarga dan para sahabat beliau.

Terwujudnya laporan ini tidak lepas dari bantuan serta dukungan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Drs. Sudarno, MA. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

2. Dra. Endang Tri Winarni, M.Hum. selaku Ketua Program Diploma III Bahasa China Universitas Sebelas Maret serta selaku Pembimbing Akademik Program Diploma III Bahasa China Universitas Sebelas Maret.

3. Drs. Y. Suwanto, M.Hum. selaku Sekretaris Program Diploma III Bahasa China Universitas Sebelas Maret.

4. Teguh Sarosa, S.S., M.Hum. dan Christina, S.E. selaku pembimbing dalam penyusunan laporan ini.

5. Drs. H. Sobirin M, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Karanganyar. 6. Ibu Anita Kundariati selaku Guru Mata Pelajaran Bahasa Mandarin SMA

Negeri 1 Karanganyar.

7. Ayah dan Ibu penulis yang penulis demikian cintai serta teman-teman Program Diploma III Bahasa China Universitas Sebelas Maret.

Surakarta, 7 Juli 2010

(5)

commit to user

ABSTRAK

Oko Kahana. 2010. IMPLEMENTASI METODE PIKTOGRAFI, IDEOGRAFI, DAN PENYUSUNAN KARAKTER GABUNGAN RADIKAL-FONETIK UNTUK MEMPERMUDAH MEMAHAMI MAKNA AKSARA MANDARIN DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR Program Diploma III Bahasa China, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret.

Permasalahan umum yang dihadapi siswa dalam mempelajari bahasa Mandarin adalah perbendaharaan aksaranya yang demikian banyak. Ada kira-kira enam ribu huruf Mandarin yang harus dihafal oleh seseorang yang ingin menguasai Bahasa Mandarin. Hal ini menyebabkan banyak pemula mengambil jalan pintas dengan menggunakan Hanyu Pinyin (sitem romanisasi bahasa Mandarin) untuk mempelajari percakapan Bahasa Mandarin. Padahal Hanyu Pinyin lebih tepat digunakan sebagai pendamping huruf Mandarin, yaitu untuk membantu melafalkan huruf Mandarin dan kurang cocok dipelajari secara terpisah. Oleh karena itu, diperlukan metode-metode yang lebih efektif untuk mempermudah pembelajar menghafal aksara Mandarin, yaitu suatu metode yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman pembelajar tentang makna di balik aksara Mandarin. Dengan mempelajari bentuk terawal dari aksara Mandarin beserta tahap-tahap evolusinya diharapkan menjadikan pembelajar lebih mudah memahami aksara Mandarin.

Bentuk terawal dari aksara Mandarin bersifat piktografik, yaitu gambar objek yang distilisasi. Simbol-simbol grafis ditambahkan pada piktograf untuk mewakili pemikiran abstrak yang sederhana. Kemudian, untuk menjabarkan gagasan yang rumit, dibuatlah ideograf dari aksara-aksara sederhana yang sudah lebih dulu ada. Ideograf dibuat untuk menyampaikan gagasan dengan cara menjajarkan unsur-unsur yang bisa saling dipertukarkan. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan akan ribuan aksara baru, Bahasa Mandarin mengambil cara penulisan fonetik atau harmonik, dengan cara mengandalkan radikal sebagai penunjuk makna dan fonetik sebagai penunjuk bunyi.

Penerapan metode piktografi, ideografi, dan penyusunan karakter gabungan radikal-fonetik di kelas X (sepuluh) SMA Negeri 1 Karanganyar telah menunjukkan hasil yang positif, dimana seluruh pembelajar mengalami peningkatan kemampuan yang signifikan dalam pelajaran Bahasa Mandarin. Hal ini terlihat dari hasil nilai tes sebelum dan sesudah pembelajaran ketiga metode tersebut. Selain itu seluruh pembelajar juga mengaku telah merasakan manfaat dari penerapan metode-metode ini.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa implementasi metode piktografi, ideografi, dan penyusunan karakter gabungan radikal-fonetik sangat efektif dalam mengatasi kesulitan yang dihadapi pembelajar dalam belajar bahasa Mandarin.

(6)

commit to user

论文摘要奴

Oko

_

Kahana

2010

应用 象形法 指事法 和形声法 为了把

学生更简便掌握汉字的意思 梭罗国立大学文学和艺术系中文

科 奴

目前在印尼学习汉语的浪潮越来越大 很多人说汉语是难学的

,特别是因为它的词汇很多 大概有六千汉字必须掌握的 这

件事使很多初学者用汉语拼音走捷径学习汉语 其实汉语拼音

的用处是帮助初学者正确地念汉字 汉字和汉语拼音不能各个

学习得 所以需要有校的方法让学生更简便记住汉字 就是能

提高学生汉语能力的一种方法 钻研最初形的汉字和它的过渡

阶段,希望能让学生更简便学习汉语 奴

最初形的汉字是建设性的 象形 ,就是相合适话题的画 后来,

据那些象形,制造了 指事 为了 分抽象的设想 而,为了装满

以前为单位新词汇的需要,制造了 形声 就是用部首为指示意

思的

是用语音为指示声音的 奴

笔者在

_

Karanganyar

_

国立中学,一年 ,教导汉语时应用 象形

法 指事法 和形声法 从考试成绩看出学生了解这种方法后

,他们掌握汉字的能力提升了很大 并 可以知道全班学生都

认为这种方法对学汉语有很大的帮助 奴

(7)

commit to user

DAFTAR ISI

PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN UJIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 3

C. Perumusan Masalah ... 5

D. Tujuan ... 5

E. Manfaat ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Metode Pengajaran ... 7

B. Metode Pengajaran Bahasa ... 21

1. Metode Pengajaran Bahasa Secara Umum ... 21

2. Metode Pengajaran Bahasa Mandarin ... 29

(8)

commit to user

1. Metode Piktografi ... 40

2. Metode Ideografi ... 43

3. Metode Penyusunan Karakter Gabungan Radikal-Fonetik ... 44

BAB III KEGIATAN DAN HASIL PENGAMATAN ... 50

A. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Karanganyar... 50

1. Identitas SMA Negeri 1 Karanganyar ... 50

2. Visi Sekolah ... 52

3. Misi Sekolah ... 52

4. Tujuan Sekolah ... 53

5. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Karanganyar ... 53

B. Pelaksanaan Pembelajaran Metode Piktografi, Ideografi, dan Penyusunan Karakter Gabungan Radikal-Fonetik ... 59

1. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran ... 59

2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Pembelajaran ... 61

3. Proses Belajar Mengajar Mata Pelajaran Bahasa Mandarin di Kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar ... 62

C. Penyajian Data Hasil Tes Siswa ... 111

1. Penyajian Data Hasil Tes Siswa Sebelum Pembelajaran Metode Piktografi, Ideografi, dan Penyusunan Karakter Gabungan Radikal-Fonetik... 112

(9)

commit to user

3. Penyajian Data Peningkatan Hasil Tes Siswa dalam Memahami

Aksara Mandarin ... 114

D. Pembahasan... 115

BAB IV PENUTUP ... 117

A. Simpulan ... 117

B. Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 120

(10)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun

Pelajaran 2010/2011... 54

Gambar 3.2 Piktograf: Tian ... 79

Gambar 3.3 Piktograf: Li ... 80

Gambar 3.4 Piktograf: Ri ... 80

Gambar 3.5 Piktograf: Yue ... 80

Gambar 3.6 Piktograf: Ren ... 81

Gambar 3.7 Ideograf: Nan ... 81

Gambar 3.8 Ideograf: Ming ... 81

Gambar 3.9 Ideograf: Dan ... 82

Gambar 3.10 Piktograf: Gong ... 83

Gambar 3.11 Piktograf: Er ... 83

Gambar 3.12 Piktograf: Shi... 83

Gambar 3.13 Piktograf: Ren ... 84

Gambar 3.14 Piktograf: Gu ... 84

Gambar 3.15 Ideograf: You ... 84

Gambar 3.16 Ideograf: Qu ... 85

Gambar 3.17 Ideograf: Zuo ... 85

Gambar 3.18 Piktograf: Xin ... 86

Gambar 3.19 Piktograf: Shen ... 86

Gambar 3.20 Piktograf: Shi... 87

Gambar 3.21 Piktograf: Yan ... 87

Gambar 3.22 Piktograf: Chuan ... 87

Gambar 3.23 Ideograf: Bu ... 88

Gambar 3.24 Ideograf: Nu ... 88

Gambar 3.25 Ideograf: Nu ... 88

Gambar 3.26 Piktograf: Nu ... 89

Gambar 3.27 Piktograf: Chu ... 90

Gambar 3.28 Piktograf: Ren ... 90

Gambar 3.29 Piktograf: Tu ... 90

Gambar 3.30 Piktograf: Bei ... 91

Gambar 3.31 Ideograf: Xing ... 91

(11)

commit to user

Gambar 3.33 Ideograf: Sheng ... 92

Gambar 3.34 Piktograf: Niao ... 93

Gambar 3.35 Piktograf: Shan ... 93

Gambar 3.36 Piktograf: Yu ... 93

Gambar 3.37 Piktograf: Yu ... 94

Gambar 3.38 Piktograf: Shui... 94

Gambar 3.39 Ideograf: Dao ... 94

Gambar 3.40 Ideograf: Yu ... 95

Gambar 3.41 Ideograf: Yong ... 95

Gambar 3.42 Piktograf: Yu ... 96

Gambar 3.43 Piktograf: Yu ... 96

Gambar 3.44 Piktograf: Yang ... 96

Gambar 3.45 Piktograf: Zi ... 97

Gambar 3.46 Piktograf: Da ... 97

Gambar 3.47 Ideograf: Mei ... 97

Gambar 3.48 Ideograf: Xi ... 98

Gambar 3.49 Ideograf: Xian ... 98

Gambar 3.50 Piktograf: Shang ... 99

Gambar 3.51 Piktograf: Ren ... 99

Gambar 3.52 Piktograf: Tian ... 100

Gambar 3.53 Piktograf: Huo ... 100

Gambar 3.54 Piktograf: Yan ... 100

Gambar 3.55 Ideograf: Miao ... 101

Gambar 3.56 Ideograf: Tan ... 101

(12)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Metode Penyusunan Karakter Gabungan Radikal-Fonetik

dengan penyusun fonetik yang sama ... 45

Tabel 2.2 Metode Penyusunan Karakter Gabungan Radikal-Fonetik dengan penyusun radikal yang sama ... 47

Tabel 3.1 Identitas SMA Negeri 1 Karanganyar ... 50

Tabel 3.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran ... 61

Tabel 3.3 Materi Pembelajaran Kelas X2 Pertemuan Pertama ... 63

Tabel 3.4 Materi Pembelajaran Kelas X4 Pertemuan Pertama ... 64

Tabel 3.5 Materi Pembelajaran Kelas X5 Pertemuan Pertama ... 65

Tabel 3.6 Materi Pembelajaran Kelas X6 Pertemuan Pertama ... 66

Tabel 3.7 Materi Pembelajaran Kelas X7 Pertemuan Pertama ... 67

Tabel 3.8 Materi Pembelajaran Kelas X8 Pertemuan Pertama ... 67

Tabel 3.9 Materi Pembelajaran Kelas X9 Pertemuan Pertama ... 68

Tabel 3.10 Soal Tes I Kelas X2 Pertemuan Pertama ... 70

Tabel 3.11 Soal Tes II Kelas X2 Pertemuan Pertama ... 70

Tabel 3.12 Soal Tes I Kelas X4 Pertemuan Pertama ... 71

Tabel 3.13 Soal Tes II Kelas X4 Pertemuan Pertama ... 71

Tabel 3.14 Soal Tes I Kelas X5 Pertemuan Pertama ... 72

Tabel 3.15 Soal Tes II Kelas X5 Pertemuan Pertama ... 73

(13)

commit to user

Tabel 3.17 Soal Tes II Kelas X6 Pertemuan Pertama ... 74

Tabel 3.18 Soal Tes I Kelas X7 Pertemuan Pertama ... 74

Tabel 3.19 Soal Tes II Kelas X7 Pertemuan Pertama ... 75

Tabel 3.20 Soal Tes I Kelas X8 Pertemuan Pertama ... 76

Tabel 3.21 Soal Tes II Kelas X8 Pertemuan Pertama ... 76

Tabel 3.22 Soal Tes I Kelas X9 Pertemuan Pertama ... 77

Tabel 3.23 Soal Tes II Kelas X9 Pertemuan Pertama ... 77

Tabel 3.24 Dua Aksara dengan Metode Penyusunan Karakter Gabungan Radikal-Fonetik: Jing dan Ban ... 82

Tabel 3.25 Dua Aksara dengan Metode Penyusunan Karakter Gabungan Radikal-Fonetik: Tian dan Wen ... 85

Tabel 3.26 Dua Aksara dengan Metode Penyusunan Karakter Gabungan Radikal-Fonetik: Ji dan Gong ... 89

Tabel 3.27 Dua Aksara dengan Metode Penyusunan Karakter Gabungan Radikal-Fonetik: Jian dan Gui ... 92

Tabel 3.28 Dua Aksara dengan Metode Penyusunan Karakter Gabungan Radikal-Fonetik: Ling dan Han ... 95

Tabel 3.29 Dua Aksara dengan Metode Penyusunan Karakter Gabungan Radikal-Fonetik: Chi dan Gao ... 98

Tabel 3.30 Dua Aksara dengan Metode Penyusunan Karakter Gabungan Radikal-Fonetik: Hua dan Bo ... 102

Tabel 3.31 Soal Tes I Kelas X2 Pertemuan Kedua ... 102

(14)

commit to user

Tabel 3.33 Soal Tes I Kelas X4 Pertemuan Kedua ... 104

Tabel 3.34 Soal Tes II Kelas X4 Pertemuan Kedua ... 104

Tabel 3.35 Soal Tes I Kelas X5 Pertemuan Kedua ... 105

Tabel 3.36 Soal Tes II Kelas X5 Pertemuan Kedua ... 105

Tabel 3.37 Soal Tes I Kelas X6 Pertemuan Kedua ... 106

Tabel 3.38 Soal Tes II Kelas X6 Pertemuan Kedua ... 107

Tabel 3.39 Soal Tes I Kelas X7 Pertemuan Kedua ... 107

Tabel 3.40 Soal Tes II Kelas X7 Pertemuan Kedua ... 108

Tabel 3.41 Soal Tes I Kelas X8 Pertemuan Kedua ... 108

Tabel 3.42 Soal Tes II Kelas X8 Pertemuan Kedua ... 109

Tabel 3.43 Soal Tes I Kelas X9 Pertemuan Kedua ... 109

Tabel 3.44 Soal Tes II Kelas X9 Pertemuan Kedua ... 110

Tabel 3.45 Hasil Tes Siswa Sebelum Pembelajaran Metode Piktografi, Ideografi, dan Penyusunan Karakter Gabungan Radikal-Fonetik... 112

Tabel 3.46 Hasil Tes Siswa Sesudah Pembelajaran Metode Piktografi, Ideografi, dan Penyusunan Karakter Gabungan Radikal-Fonetik... 113

(15)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Tugas ... 124

Lampiran 2 Penilaian Praktek Kerja ... 125

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas X2 Pertemuan

Pertama ... 126

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas X2 Pertemuan

Kedua ... 130

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas X4 Pertemuan

Pertama ... 136

Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas X4 Pertemuan

Kedua ... 140

Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas X5 Pertemuan

Pertama ... 146

Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas X5 Pertemuan

Kedua ... 150

Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas X6 Pertemuan

Pertama ... 156

Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas X6 Pertemuan

Kedua ... 160

Lampiran 11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas X7 Pertemuan

Pertama ... 166

Lampiran 12 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas X7 Pertemuan

Kedua ... 170

Lampiran 13 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas X8 Pertemuan

(16)

commit to user

Lampiran 14 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas X8 Pertemuan

Kedua ... 180

Lampiran 15 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas X9 Pertemuan

Pertama ... 186

Lampiran 16 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas X9 Pertemuan

Kedua ... 190

Lampiran 17 Hasil Tes Awal ... 191

(17)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perbendaharaan aksara Mandarin yang demikian banyak membuat banyak pemula yang mempelajari bahasa Mandarin merasa sangat kesulitan. Menurut Tan Huay Peng (2008) ada kira-kira 6000 huruf Mandarin yang harus dihafal oleh seseorang yang ingin menguasai bahasa Mandarin. Hal ini menyebabkan banyak pemula mengambil jalan pintas dengan menggunakan Hanyu Pinyin (sitem romanisasi bahasa Mandarin) untuk mempelajari percakapan bahasa Mandarin. Padahal Hanyu Pinyin lebih tepat digunakan sebagai pendamping huruf Mandarin, yaitu untuk membantu melafalkan huruf Mandarin dan kurang cocok dipelajari secara terpisah.

Oleh karena itu, diperlukan metode-metode yang lebih efektif untuk mempermudah pembelajar menghafal aksara Mandarin. Yaitu suatu metode yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman pembelajar tentang makna di balik aksara Mandarin. Dengan mempelajari bentuk terawal dari aksara Mandarin beserta tahap-tahap evolusinya diharapkan menjadikan pembelajar lebih mudah memahami aksara Mandarin.

Menurut Dr.Ong Tee Wah (1980:vii) bentuk terawal dari aksara Mandarin bersifat piktografik, yaitu gambar objek yang distilisasi. Simbol-simbol grafis ditambahkan pada piktograf untuk mewakili pemikiran abstrak yang sederhana. Kemudian, untuk menjabarkan gagasan yang rumit, dibuatlah ideograf dari aksara-aksara sederhana yang sudah lebih dulu ada. Ideograf dibuat untuk menyampaikan gagasan dengan cara menjajarkan unsur-unsur yang bisa saling dipertukarkan.

(18)

commit to user

Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan akan ribuan aksara baru, bahasa Mandarin mengambil cara penulisan fonetik atau harmonik, dengan cara mengandalkan radikal sebagai penunjuk makna dan fonetik sebagai penunjuk bunyi.

Pemahaman dan penguasaan aksara Mandarin menjadi dasar yang penting dalam mempelajari bahasa Mandarin. Dengan memahami dan menguasai aksara Mandarin, tentu pembelajaran bahasa Mandarin akan jadi lebih mudah. Sebaliknya, tanpa pemahaman yang baik, pembelajaran bahasa Mandarin hanya akan bersifat superfisial (dangkal) karena hasil dari menghafal saja. Jelaslah hal ini menjadi sangat tidak efektif dan akan jadi membosankan, karena sesuatu yang dipahami lebih mudah untuk diingat daripada sesuatu yang dihafalkan.

(19)

commit to user

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan metode-metode ini dalam membantu pembelajar memahami makna aksara Mandarin dengan lebih mudah, penulis menerapkan metode ini dalam pelajaran bahasa Mandarin di SMA Negeri 1 Karanganyar.

B. Pembatasan Masalah

Metode piktografi, ideografi, dan penyusunan karakter gabungan radikal-fonetik yang penulis maksud di sini adalah tiga metode penyusunan utama dalam penulisan aksara Mandarin. Tiga metode utama ini selanjutnya disebut sebagai san shu (tiga kategori penulisan). Dalam sejarah penulisan aksara Mandarin, Dr.Ong Tee Wah (1980:vii) menyebutkan bahwa tiga kategori penulisan ini oleh ahli kamus Han yang bernama Xu Shen (30 Masehi sampai 124 Masehi) diistilahkan sebagai berikut:

i. Piktografi (metode penyusunan piktograf) = Xiang xing ii. Ideografi (metode penyusunan ideograf) = Zhi shi

iii. Metode Penyusunan Karakter Gabungan Radikal-Fonetik = Xing sheng

Sejatinya, ada enam metode penyusunan aksara Mandarin yang ditemukan oleh

Liu Xin dan Xu Shen di akhir Dinasti Han (25 Masehi sampai 220 Masehi). Enam

(20)

commit to user

fonetik); ketiga kategori penulisan tersebut digolongkan bukan berdasarkan susunan maupun sifatnya, tetapi digolongkan berdasarkan penggunaan karakter tersebut.

Kenyataannya, karakter-karakter dengan metode penyusunan hui yi, zhuan zhu, dan jia jie tetaplah terdiri dari satu penunjuk rasa, yaitu radikal, dan satu penunjuk bunyi alias fonetik. Secara susunan, mereka tergolong dalam metode penyusunan karakter gabungan radikal-fonetik. Mengingat cakupan pembelajaran Bahasa Mandarin yang sangat luas, maka penulis merasa perlu untuk melakukan pembatasan masalah.

Dalam penulisan ini penulis tidak akan membahas mengenai pemahaman pengucapan aksara Mandarin dengan alasan bahwa kemampuan memahami pengucapan dapat dipelajari secara lebih rinci dalam pelajaran membaca maupun dalam pelajaran pelafalan. Penulis tidak akan membahas mengenai keindahan penulisan aksara Mandarin, karena menurut hemat penulis kemampuan menulis indah bukanlah suatu kebutuhan yang mutlak. Alasan lainnya adalah apabila aksara Mandarin ditulis menurut aturan yang baku maka akan dihasilkan tulisan aksara Mandarin yang relatif indah. Penulis juga tidak akan membahas mengenai penggunaan karakter tertentu dalam suatu kalimat.

(21)

commit to user

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah serta pembatasan masalah, maka rumusan masalah yang menjadi pokok pembahasan dalam penulisan ini adalah:

1. Apakah implementasi metode piktografi, ideografi, dan penyusunan karakter gabungan radikal-fonetik dapat memudahkan pembelajar untuk memahami makna aksara Mandarin?

2. Hambatan apa saja yang dijumpai selama penerapan metode piktografi, ideografi, dan penyusunan karakter gabungan radikal-fonetik serta bagaimana solusinya?

D. Tujuan

1. Untuk mengetahui sejauh mana manfaat implementasi metode piktografi, ideografi, dan penyusunan karakter gabungan radikal-fonetik dalam upaya meningkatkan kemampuan pembelajar untuk memahami aksara Mandarin. 2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dijumpai selama implementasi

metode piktografi, ideografi, dan penyusunan karakter gabungan radikal-fonetik, serta mencari solusi untuk mengatasinya.

E. Manfaat

1. Manfaat Teoritis:

(22)

commit to user

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pengajar bahasa Mandarin

Memberi wawasan kepada para pengajar dalam mengarahkan anak didiknya agar lebih mudah menghafal dan memahami makna aksara Mandarin.

b. Bagi mahasiswa dan pembelajar bahasa Mandarin

Memberi inspirasi kepada para mahasiswa dan pembelajar bahasa Mandarin tentang bagaimana cara menghafal dan memahami aksara Mandarin secara lebih mudah serta mengetahui sejarah dan asal-usul lahirnya aksara Mandarin.

c. Bagi siswa

Memberi wawasan kepada para siswa tentang:

1) Metode-metode belajar bahasa Mandarin yang lebih efektif. 2) Sejarah dan asal-usul lahirnya aksara Mandarin.

3) Bagaimana cara memahami dan menghafal aksara Mandarin

(23)

commit to user

BAB II LANDASAN TEORI

A. Metode Pengajaran

Beberapa metode pengajaran yang digunakan penulis pada waktu magang di SMA Negeri 1 Karanganyar adalah sebagai berikut:

1. Metode Ceramah

Metode ceramah menurut Muhibbin Syah (2000) yaitu sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan paham siswa. Metode ini berbentuk penjelasan konsep, prinsip dan fakta pada akhir perkuliahan ditutup dengan tanya jawab antara dosen dan mahasiswa.

Metode ini dapat dilakukan :

a. Untuk memberikan pengarahan atau petunjuk di awal pembelajaran.

b. Waktu terbatas, sedangkan materi atau informasi yang akan disampaikan banyak.

c. Lembaga pendidikan sedikit memiliki staf pengajar dengan siswa yang banyak.

(24)

commit to user

Alasan penggunaan metode ceramah antara lain:

a. Agar perhatian siswa tetap terarah selama penyajian berlangsung. b. Penyajian materi pelajaran sistematis (tidak berbelit-belit).

c. Untuk merangsang siswa belajar aktif. d. Untuk memberikan feed back (balikan). e. Untuk memberikan motivasi belajar.

Metode ceramah digunakan dengan tujuan untuk:

a. Menyampaikan informasi atau materi pelajaran.

b. Membangkitkan hasrat, minat, dan motivasi siswa untuk belajar. c. Memperjelas materi pelajaran.

Kelebihan metode ceramah :

a. Guru mudah menguasai kelas.

b. Mudah mengorganisasikan tempat duduk atau kelas. c. Dapat diikuti oleh siswa dalam jumlah besar.

d. Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya. e. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.

Keterbatasan metode ceramah adalah :

a. Membuat siswa pasif (peran serta siswa dalam pembelajaran rendah).

b. Keberhasilan siswa tidak terukur (sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar anak didik).

(25)

commit to user

d. Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.

e. Perhatian dan motivasi siswa sulit diukur. f. Pembicara sering melantur.

g. Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata). h. Bila sering digunakan dan terlalu lama membosankan.

2. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah suatu metode dimana guru menggunakan atau memberi pertanyaan kepada murid dan murid menjawab, atau sebaliknya murid bertanya pada guru dan guru menjawab pertanyaan murid itu (Soetomo, 1993 : 150).

Metode tanya jawab merupakan cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru (Syaiful Bahri Djamarah 2000: 107). Metode ini dipandang lebih baik dari pada metode pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah. Alasannya karena metode ini dapat merangsang siswa untuk berfikir dan berkreativitas dalam proses pembelajaran. Metode Tanya jawab juga dapat digunakan untuk mengukur atau mengetahui seberapa jauh materi atau bahan pengajaran yang telah dikuasai oleh siswa.

(26)

commit to user

berusaha menanyakan apakah peserta telah mengetahui fakta tertentu yang sudah diajarkan, atau apakah proses pemikiran yang dipakai oleh peserta. Jadi bukan sekedar kesempatan di mana peserta diperbolehkan menanyakan sesuatu mengenai hal yang kurang jelas bagi mereka (Surakhmad, 1998 : 103).

Menurut Sudjana (2004: 78) mendefinisikan metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa, guru bertanya siswa menjawab, atau siswa bertanya guru menjawab. Sehingga terlihat adanya timbal balik secara langsung antara guru dengan siswa.

Metode tanya jawab sebagai sebuah bentuk interaksi edukatif, mempunyai kebaikan dan kelemahan yang perlu diperhatikan. Diantara sifatnya yang baik yaitu:

a. Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun ketika itu siswa sedang ribut, yang mengantuk kembali tegar dan hilang kantuknya.

b. Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan daya pikir, termasuk daya ingatan.

c. Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.

Langkah-langkah penggunaan metode tanya jawab:

a. Merumuskan tujuan tanya jawab sejelasnya dalam bentuk khusus dan berpusat pada tingkah laku anak didik.

(27)

commit to user

c. Menetapkan kemungkinan pertanyaan yang akan dikemukakan.

d. Menetapkan kemungkinan jawaban untuk menjaga agar tidak menyimpang dari pokok persoalan.

e. Menyediakan kesempatan bertanya oleh anak didik.

Berdasarkan langkah-langkah diatas, maka tindakan guru dalam menggunakan metode tanya jawab harus dipersiapkan secermat mungkin dalam bentuk rencana pengajaran yang detail dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menyebutkan alasan penggunaan metode tanya jawab.

b. Mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai tujuan pembelajaran khusus.

c. Menyimpulkan jawaban siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus. d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada hal-hal yang belum

dipahami.

e. Memberi pertanyaan atau kesempatan kepada siswa untuk bertanya pada hal-hal yang sifatnya pengembangan atau pengayaan.

f. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang relevan dan sifatnya pengembangan atau pengayaan.

g. Menyimpulkan materi jawaban yang relevan. h. Pemberian tugas.

(28)

commit to user

Rancangan pembelajaran tanya jawab:

a. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa dalam kelas. Pertanyaan tersebut dimulai dengan pertanyaan berfokus luas, kemudian diikuti dengan pertanyaan yang lebih khusus, yang berfokus terbatas sesuai dengan tujuan yang telah diterapkan.

b. Sesudah mengajukan satu pertanyaan kepada seluruh siswa, guru memberikan waktu beberapa detik untuk siswa berpikir, kemudian salah satu siswa menjawab dengan kesadaran sendiri atau guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab.

c. Salah satu siswa menjawab, guru memberikan kesempatan kepada siswa lainnya untuk menyatakan persetujuan, penolakan, atau kolaborasi dengan alasan-alasannya terhadap pandangan atau jawaban yang disampaikan oleh temannya. Bila jawaban siswa belum tepat, guru memilih siswa meninjau kembali jawaban yang telah dikemukakan siswa dengan pertanyaan khusus agar jawaban siswa menjadi lebih akurat.

d. Bila siswa memberikan jawaban salah atau tidak dapat memberikan jawaban, guru memberikan tuntunan agar siswa dapat menemukan jawaban yang benar.

Menurut Usman dan Setiawati (1993 : 123), seorang guru dalam memberikan tanya jawab harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Ciri pertanyaan yang baik antara lain : 1) Merangsang siswa untuk berpikir.

(29)

commit to user

4) Disesuaikan dengan kemampuan siswa. b. Teknik mengajukan pertanyaan antara lain :

1) Pertanyaan ditujukan pada seluruh siswa.

2) Memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir. 3) Usahakan setiap siswa diberikan giliran menjawab. 4) Dilakukan dalam suasana rileks, tidak tegang. c. Sikap guru terhadap jawaban siswa antara lain :

1) Tafsirkan jawaban siswa ke arah yang baik.

2) Hargai secara wajar sekalipun jawaban siswa kurang tepat.

3) Pada saat tertentu berikan kesempatan kepada siswa lain untuk menilai jawaban yang diberikan temannya.

Kelebihan metode tanya jawab ini :

a. Lebih mengaktifkan siswa dibandingkan dengan metode ceramah.

b. Siswa akan lebih cepat mengerti, karena memberi kesempatan siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas atau belum dimengerti sehingga guru dapat menjelaskan kembali.

c. Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.

d. Mengetahui perbedaan pendapat antara siswa dan guru, dan akan membawa ke arah suatu diskusi.

e. Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa.

Keterbatasan metode ini adalah :

(30)

commit to user

b. Mempersyaratkan siswa memiliki latar belakang yang cukup tentang topik atau masalah yang didiskusikan.

c. Dapat menimbulkan beberapa masalah baru. d. Mudah menyimpang dari pokok persoalan.

e. Metode ini tidak tepat digunakan pada tahap awal proses belajar bila siswa baru diperkenalkan kepada bahan pembelajaran yang baru.

f. Apatis bagi siswa yang tidak terbiasa dalam forum. 3. Metode Diskusi

Muhibbin Syah (2000) mendefinisikan bahwa metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitation).

Metode diskusi dapat pula diartikan sebagai siasat penyampaian bahan ajar yang melibatkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Guru, peserta didik atau kelompok peserta didik memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan dalam diskusi.

Metode diskusi diaplikasikan dalam proses belajar mengajar untuk:

a. Mendorong siswa berpikir kritis.

b. Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.

(31)

commit to user

d. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.

Kelebihan metode diskusi sebagai berikut:

a. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai jalan.

b. Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh keputusan yang lebih baik.

c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap toleransi.

(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

Kelemahan metode diskusi sebagai berikut:

a. Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar. b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas. c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara. d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.

(Syaiful Bahri Djamarah, 2000)

(32)

commit to user

a. Dapat mendorong partisipasi peserta didik secara aktif baik sebagai partisipan, penanya, penyanggah maupun sebagai ketua ataupun moderator. b. Menimbulkan kreativitas dalam ide, pendapat, gagasan, prakarsa ataupun

terobosan-terobosan baru dalam pemecahan masalah.

c. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis dan partisipasi demokratis.

d. Melatih kestabilan emosi dengan menghargai dan menerima pendapat orang lain dan tidak memaksakan pendapat sendiri sehingga tercipta kondisi memberi dan menerima (take dan give).

e. Keputusan yang diambil kelompok akan lebih baik daripada berfikir sendiri.

Sedangkan kelemahan metode ini adalah :

a. Sulit menentukan topik masalah yang sesuai dengan tingkat berfikir peserta didik yang memiliki relevansi dengan lingkungan.

b. Memerlukan waktu yang tidak terbatas.

c. Pembicaraan atau pembahasan sering meluas dan mengambang. d. Didominasi oleh orang-orang tertentu yang biasanya aktif.

e. Kadang tidak membuat penyelesaian yang tuntas walaupun kesimpulannya telah disepakati namun implementasi sangat sulit dilaksanakan.

f. Perbedaan pendapat dapat mengundang reaksi di luar kelas bahkan dapat menimbulkan bentrokan fisik.

(33)

commit to user

Yang dibutuhkan bila menggunakan metode ini adalah:

a. Menyediakan bahan atau topik atau masalah yang akan didiskusikan.

b. Menyebutkan pokok-pokok masalah yang akan dibahas atau memberikan penugasan studi khusus kepada siwa sebelum menyelenggarakan diskusi. c. Menugaskan siswa untuk menjelaskan, menganalisis dan meringkas. d. Membimbing diskusi, tidak memberi ceramah.

e. Sabar terhadap kelompok yang lamban dalam mendiskusikannya.

f. Waspada terhadap kelompok yang tampak kebingungan atau berjalan dengan tidak menentu.

g. Melatih siswa dalam menghargai pendapat orang lain.

Model ini cocok digunakan :

a. Siswa berada di tahap menengah atau tahap akhir proses belajar. b. Pelajaran normal atau magang.

c. Perluasan pengetahuan yang telah didiskusikan.

d. Belajar mengidentifikasi dan memecahkan masalah serta mengambil keputusan.

(34)

commit to user

4. Metode Penugasan

Metode resitasi adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukankegiatan belajar. Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak, sementara waktu sedikit.

Metode pemberian tugas adalah cara dalam proses belajar mengajar dengan jalan memberi tugas kepada siswa. Tugas-tugas itu dapat berupa mengikhtisarkan karangan (dari surat kabar, majalah atau buku bacaan), membuat kliping, mengumpulkan gambar, perangko, dan dapat pula menyusun karangan.

Metode pemberian tugas, dianjurkan antara lain untuk mendukung metode ceramah. Penggunaan metode ini memerlukan pemberian tugas dengan baik, baik ruang lingkup maupun bahannya. Pelaksanaannya dapat diberikan secara individual maupun kelompok.

Penggunaan metode pemberian tugas bertujuan:

a. Menumbuhkan proses pembelajaran yang eksploratif. b. Mendorong perilaku kreatif.

c. Membiasakan berpikir komprehensif.

d. Memupuk kemandirian dalam proses pembelajaran.

(35)

commit to user

a. Menumbuhkan kebiasaan belajar secara mandiri dalam lingkungan bersama (kolektif) maupun sendiri.

b. Melatih cara mencari informasi secara langsung dari sumber belajar yang terdapat di lingkungan sekolah, rumah dan masyarakat.

c. Menumbuhkan suasana pembelajaran yang menggairahkan (rekreatif).

Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah (PR), tetapi jauh lebih luas.

Langkah-langkah yang harus diikuti metode tugas dan resitasi adalah :

a. Fase pemberian tugas

1) Tujuan yang akan dicapai. 2) Jenis tugas yang jelas dan tepat. 3) Sesuai dengan kemampuan siswa.

4) Ada petunjuk atau sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa. 5) Sediakan waktu yangcukup untuk mengerjakan tugas tersebut. b. Langkah pelaksanaan tugas

1) Diberikan bimbingan atau pengawasan oleh guru. 2) Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja.

3) Diusahakan atau dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain.

4) Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh. c. Fase mempertanggungjawabkan tugas

1) Laporan siswa baik lisan atau tertulis dari apa yang dikerjakannya. 2) Ada tanya jawab atau diskusi kelas.

(36)

commit to user

Kelebihan Metode ini adalah :

a. Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun kelompok.

b. Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru. c. Dapat membina tanggung jwab dan disiplin siswa.

d. Dapat mengembangkan kreativitas siswa.

Kekurangannya adalah :

a. Siswa sulit dikontrol mengenai pengerjaan tugas.

b. Khusunya untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikan adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik.

c. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan pervedaan individu siswa.

(37)

commit to user

B. Metode Pengajaran Bahasa 1. Metode Pengajaran Bahasa Secara Umum

Teori pembelajaran (mengajar dan belajar) bahasa menurut Alwasilah (1993) pada umumnya didasarkan kepada empat konsep kunci: bahasa, belajar, mengajar bahasa, dan konteks;

a. Pembelajaran bahasa membutuhkan suatu konsep tentang hakikat bahasa. b. Pembelajaran bahasa membutuhkan pandangan dan wawasan tentang pelajar

dan hakikat belajar bahasa.

c. Pembelajaran bahasa mengimplikasikan pandangan tentang pengajar bahasa dan pengajaran bahasa.

d. Pembelajaran bahasa terjadi pada konteks tertentu. Penafsiran konteks amat penting dalam teori ini. Bahasa, belajar, dan mengajar pasti selalu dipandang dari satu konteks, latar, dan latar belakang.

Metodologi secara ringkas dapat diartikan sebagai ilmu mengenai metode. Pengkajian metodologi pengajaran bahasa bersumber dari:

a. pemerian bahasa yang dihasilkan oleh linguistik umum; b. teori pembelajaran yang dikaji oleh psikologi;

c. teori pembelajaran bahasa yang disumbangkan oleh psikolinguistik; dan d. teori pemakaian bahasa dalam masyarakat yang diambil dari sosiolinguistik.

(38)

commit to user

a. Approach adalah seperangkat asumsi yang berhubungan dengan hakikat bahasa, belajar, dan mengajar.

b. Method ialah suatu rencana menyeluruh mengenai panyajian bahasa yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu.

c. Technique ialah kegiatan-kegiatan khusus yang diwujudkan di dalam kelas yang

konsisten dengan metode, dan olehnya itu juga sejalan dengan pendekatan.

Richards, dkk. (1985:177) memberikan batasan mengenai metodologi pengajaran bahasa sebagai kajian praktik dan prosedur yang digunakan dalam pengajaran, dan prinsip-prinsip dan keyakinan yang melandasinya. Metodologi meliputi:

a. Kajian tentang hakikat keterampilan berbahasa (yaitu listening, speaking, reading dan writing) dan prosedur pengajarannya.

b. Kajian tentang penyiapan rencana pembelajaran, materi ajar, buku teks untuk pengajaran keterampilan berbahasa.

c. Evaluasi dan perbandingan metode pengajaran bahasa (misalnya Audiolingual method).

Metode dalam pengajaran bahasa menurut Richards, dkk. (1985:176) adalah cara mengajarkan suatu bahasa yang didasarkan kepada prinsip dan prosedur yang sistematis, yakni penerapan pandangan tentang cara bahasa diajarkan dan dipelajari.

Metode pengajaran bahasa yang berbeda seperti direct method, audio-lingual method, grammar translation method, the silent way dan communicative

(39)

commit to user

bahasa; (b) hakikat belajar bahasa; (c) tujuan pengajaran; (d) jenis silabus yang digunakan; (e) peran guru, pelajar, dan materi pembelajaran; dan (f) teknik dan prosedur yang digunakan.

Richards dan Rodgers (1982, 1986) mengajukan hasil kajian mereka yang merumuskan kembali konsep metode. Istilah Anthony, approach, method dan technique, dilabel menjadi approach, design dan procedure secara berturut-turut dengan payung istilah method yang menjelaskan proses tiga-langkah ini.

Menurut Richards dan Rodgers (1982:154), metode adalah istilah yang memayungi spesifikasi dan hubungan antara teori dan praktik. Approach adalah asumsi, keyakinan, dan teori mengenai hakikat bahasa dan belajar bahasa. Procedures merupakan teknik dan praktik yang diturunkan dari approach dan

design.

a. Hakikat Bahasa

Hakikat bahasa dalam kaitannya dengan pengajaran bahasa menurut aliran linguistik strukturalisme adalah:

1) language is speech, not writing;

2) a language is what its native speakers say, not what someone thinks they ought to say;

3) languages are different;

4) a language is a set of habit; dan

(40)

commit to user

Aliran linguistik transformational mengemukakan bahwa:

1) A living language is characterized by rule-giverned creativity. 2) The rules of grammar are psychologically real.

3) Man is specially equipped to learn languages. Secara biologis manusia lahir dengan suatu kemampuan belajar bahasa sehingga bahasa dapat dipelajari kapan saja sepanjang hidup manusia dalam situasi pemakaian yang bermakna.

4) A living language is a language in which we can think. Bahasa mengikat makna dan pikiran.

b. Beberapa Pandangan Tentang Hakikat Bahasa

Bahasa bersifat lisan yang telah tertata dalam sistem simbol pandang dan dengar. Anak belajar menggunakan simbol ini secara kumulatif, pertama dalam mendengar (menyimak) dan berbicara, kemudian membaca dan menulis. Oleh karena itu, program pembelajaran bahasa mulai dengan kegiatan komunikasi lisan. Setelah anak menguasai keterampilan dalam aspek mendengar dan berbicara, barulah instruktur memulai kegiatan komunikasi tertulis.

Bahasa mencerminkan lingkungan sosial tempat yang ditinggali anak, baik dari segi linguistik maupun tingkatan budaya serta pengaruh berbagai macam dialek dan geografis. Oleh karena itu, pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan pribadi, sosial, dan komunikasi siswa, serta mempertimbangkan pengaruh regional terhadap wicara, kosakata, dan penggunaan.

(41)

commit to user

mengakibatkan perubahan terhadap keberterimaan item pemakaian khusus dan konstruksi bahasa. Oleh karena itu, bahasa diajarkan untuk mencerminkan penggunaan dan struktur kontemporer; alfabet, tulisan, kata dan ejaannya digunakan untuk merangsang minat siswa terhadap bahasa.

Setiap bahasa memiliki struktur sendiri.Hubungan antara kata, urutan kata, pola kalimat dipelajari melalui pengalaman praktis dan kajian khusus. Oleh karena itu, program pembelajaran harus mencakup pembelajaran penggunaan bahasa dan struktur bahasa baku melalui pengalaman dalam percakapan, diskusi, laporan, wawancara, dan karangan. Pembelajaran itu meliputi konstruksi kalimat dan paragraf, dan secara bertahap memperkenalkan prinsip dan terminologi tata bahasa.

c. Penggunaan Bahasa

Bahasa merupakan suatu bentuk perilaku, perlambang konsep diri dan sikap sosial seseorang yang menyimbolkan pikiran, keinginan, dan kepercayaannya. Kemampuan mempelajari bahasa sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan pribadi dan perkembangan pemahaman dasar manusia. Oleh karena itu, program pembelajaran bahasa menekankan penciptaan iklim yang hangat dan bersahabat yang mendorong setiap siswa berpartisipasi dalam kegiatan berbahasa lisan dan tulisan.

(42)

commit to user

klasifikasi, menarik kesimpulan, menanggung resiko penebakan, memprakirakan hasil, merumuskan kesimpulan, dan membuat generalisasi.

Bahasa merupakan media pengembangan dan pertukaran gagasan. Pengalaman itu harus mendorong interaksi antara siswa dan orang lain, yang tentunya menekankan tujuan komunikasi, penataan gagasan yang logis, dan kesensitifan terhadap reaksi pendengar atau pembaca.

Bahasa merupakan alat kekuasaan dan kekuatan sosial yang mempengaruhi kepercayaan, sikap, dan tingkah laku. Oleh karena itu, siswa diajarkan pentingnya tanggung jawab sosial dan integritas pribadi dalam penggunaan bahasa.

Bahasa dalam bentuk tertulis merupakan catatan pikiran manusia sepanjang zaman yang dapat memperkenalkan setiap anak kepada karya-karya sastra sehingga dapat menumbuhkan apresiasi keindahan bahasa sebagai media komunikasi. Oleh karena itu, program pengajaran bahasa melengkapi siswa dengan pengalaman dalam prosa dan puisi untuk menumbuhkembangkan pemahamannya terhadap masalah manusia dan seperangkat nilai pribadi.

d. Prinsip Pembelajaran (Belajar dan Mengajar) Bahasa 1) Prinsip Kognitif

a) Otomatisitas

(43)

commit to user

sadar berlama-lama pada kaidah dan aturan-aturan bahasa cenderung menghambat peningkatan ke arah otomatisitas.

b) Pembelajaran Bermakna

Pembelajaran bermakna akan menuntun kepada retensi jangka panjang yang lebih baik dibandingkan dengan rote learning. Beberapa kemungkinan penerapan prinsip di atas di dalam kelas sebagai berikut ini.

1. Gunakan kekuatan pembelajaran bermakna dengan menarik minat pelajar, tujuan akademik, dan tujuan karir pelajar;

2. Apabila topik atau konsep baru diperkenalkan, upayakan untuk menanamkannya dengan mempertimbangkan pengetahuan dan latar belakang pelajar sehingga topik baru itu dapat dikaitkan dengan apa yang diketahuinya;

3. Hindari kelemahan pembelajaran menghafal. c) Antisipasi Penghargaan

Manusia secara umum terdorong untuk bertindak atau bertingkah-laku dengan mengharapkan semacam penghargaan nyata atau tidak nyata, jangka pendek atau jangka panjang yang akan terjadi sebagai akibat perilaku itu.

2) Prinsip Motivasi Intrinsik

(44)

commit to user

Penguasaan bahasa kedua yang sukses sebagian besar disebabkan oleh investasi perorangan pelajar sendiri dari aspek waktu, upaya, dan perhatian kepada bahasa kedua dalam bentuk deretan strategi perorangan guna memahami dan memproduksi bahasa.

3) Prinsip Afektif a) Ego Bahasa

Sementara manusia belajar menggunakan bahasa kedua, mereka juga mengembangkan suatu modus baru berpikir, berperasaan dan bertindak-identitas kedua. Ego bahasa kedua yang bergandeng dengan bahasa kedua dengan mudah dapat menciptakan dalam diri pelajar suatu perasaan kerapuhan, kedefensivan, dan peningkatan hambatan.

b) Kepercayaan Diri

Keberhasilan yang dicapai pelajar dalam suatu tugas sebahagiannya merupakan faktor keyakinannya bahwa mereka benar-benar mampu menyelesaikan tugas itu.

c) Pengambilan Resiko

Pelajar bahasa yang sukses saat menilai diri mereka sendiri secara realistik merupakan orang yang rentan namun mampu menyelesaikan tugas harus sudi menjadi “penjudi” dalam permainan bahasa, mencoba menghasilkan dan menafsirkan bahasa sedikit di luar batas keyakinan mutlak mereka.

d) Hubungan Bahasa dengan Budaya

(45)

commit to user

keberhasilan yang pelajar biasakan terhadap lingkungan budaya yang baru akan mempengaruhi keberhasilan pemerolehan bahasanya, begitu pula sebaliknya.

4) Prinsip Linguistik

Prinsip linguistik dipengaruhi antara lain oleh efek bahasa ibu, antarbahasa, dan kompetensi komunikatif.

2. Metode Pengajaran Bahasa Mandarin a. Pengenalan Huruf Mandarin

Huruf mandarin menurut Silvia (2007:xiii) adalah sistem penulisan bahasa mandarin yang berupa simbol-simbol. Setiap simbol melambangkan ide, bisa berupa kata seru, dan sebagainya.

Pada mulanya huruf Mandarin dibuat meniru bentuk benda atau

objek yang mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, semisal

(pohon),

(orang),

(matahari),

(bulan),

(sawah),

(api), dan

lain-lain. Huruf-huruf seperti ini dikenal dengan sebutan piktograf, sudah dikenal sejak lebih dari 3.500 tahun lalu. Karena pembuatan berdasarkan imajinasi bentuk dirasa terbatas untuk melambangkan setiap benda, selain itu sulit menjangkau ide abstrak seperti perasaan hati, suasana jiwa, sifat-sifat, dan sebagainya, kemudian dibuatlah ideograf yang dibentuk dari

penggabungan piktograf. Contoh :

(matahari) +

(bulan) =

(46)

commit to user

Namun, dalam perkembangan selanjutnya, cara penggabungan ini dianggap kurang memadai bagi perkembangan bahasa yang demikian pesat, seiring kemajuan peradaban dan kebudayaan masyarakat. Oleh karena itu, dibuatlah huruf yang mengandung unsur bermakna dan unsur fenotik. Unsur bermakna menentukan makna huruf Mandarin, sedangkan unsur fonetik membantu pelafalan huruf tersebut. Penciptaan huruf Mandarin dengan metode ini memungkinkan terciptanya huruf-huruf Mandarin dengan metode ini memungkinkan terciptanya huruf-huruf baru yang tak terbatas.

Dalam perkembangannya, Bahasa Mandarin tidak lepas dari pengaruh bahasa asing, terutama Inggris. Pengaruh ini memunculkan huruf yang dibentuk dari peminjaman bunyi bahasa asing.

Contoh :

咖啡

kāfēi kopi, berasal dari bahasa Inggris “coffee”

吉他

jítā gitar, berasal dari bahasa Inggris “guitar”

Untuk menuliskan nama tempat dan nama orang dalam bahasa asing juga digunakan peminjaman bunyi.

Contoh : Suoluo Solo Afandi Efendi

b. Pengenalan Unsur Bermakna Sebagai Radikal dan Unsur Fonetik

(47)

commit to user

Contoh:

hán keringat

hé sungai

Kedua huruf diatas mengandung unsur air (

), sehingga kita bisa menebak

makna kedua huruf ini berhubungan dengan air. Dapat disimulkan bahwa dengan bantuan unsur ini kita dapat menguasai huruf Mandari melalui pemahaman, tidak hanya sekedar menghafal saja.

Walaupun bisa kita manfaatkan untuk melafalkan huruf Mandarin, unsur fenotik tidak bisa diandalkan sepenuhnya, sebab dalam perkembangannya terjadi perubahan-perubahan pelafalan huruf Mandarin.

Contoh :

yì keadilan; arti

yì rupa; upacara

yì pendapat; mendiskusikan

Dari contoh diatas kita dapat disimpulkan bahwa huruf

merupakan unsur fenotik bagi kedua huruf dibawahnya, dalam hal ini

dan

. Walaupun mengandung unsur yang berbeda, kedua huruf tersebut

dilafalkan dengan bunyi yang sama, hanya saja intonasinya berbeda.

(48)

commit to user

Seperti kita ketahui, bahasa Mandarin tidak ditulis dalam huruf Latin seperti bahasa Indonesia atau bahasa-bahasa Eropa pada umumnya. Oleh karena itu, diciptakan cara untuk menuliskan bunyi atau pelafalan huruf Mandarin dalam huruf Latin. Inilah yang disebut Hànyŭ Pīnyīn.

Hànyŭ Pīnyīn seperti yang dikutip oleh Silvia (2007:xiv) merupakan system romanisasi bahasa Mandarin yang paling standar dan paling akurat pelafalannya. Tujuan penyusunannya adalah membantu orang asing atau anak-anak mempelajari bahasa Mandarin. Biasanya Hànyŭ Pīnyīn digunakan sebagai pelengkap huruf mandarin untuk mempermudah pelafalannya.

Contoh :

奴奴奴公

gōng

qián

Namun, perlu diingat Hànyŭ Pīnyīn tidak bisa dilafalkan apa adanya seperti yang tertulis, sebab pelafalannya yang seperti itu akan menghasilkan bunyi yang janggal. Untuk mengucapkannya dengan tepat ada beberapa aturan. Berikut petunjuk praktisnya.

Konsonan

b dibaca p, contoh:

爸爸

bà ba dibaca pa pa

p dibaca ph, contoh:

陪奴

péi dibaca phei
(49)

commit to user

t dibaca th, contoh:

田奴

tián dibaca thien

g dibaca k, contoh:

告奴

gào dibaca kau

k dibaca kh, contoh:

看奴

kān dibaca khan

f dibaca f, contoh:

饭奴

fàn dibaca fan

h dibaca h, contoh:

合奴

hé dibaca he

j dibaca c, contoh:

今奴

jīn dibaca cin

l dibaca l, contoh:

礼奴

lĭ dibaca li

m dibaca m, contoh:

妈奴

mā dibaca ma

n dibaca n, contoh:

男奴

nán dibaca nan

q dibaca ch, contoh:

千奴

qiān dibaca chien

c dibaca ch, contoh:

菜奴

cài dibaca chai

r dibaca r (diucapkan dengan lembut, tanpa tekanan).

contoh :

rén

s dibaca s, contoh:

sān dibaca san

x dibaca s, contoh:

现奴

xiàn dibaca sien

z dibaca c, contoh:

走奴

zŏu dibaca cou

ch dibaca ch, contoh:

(50)

commit to user

sh dibaca sh (tidak digetarkan)

contoh:

shén dibaca shen

zh dibaca c, contoh:

煮奴

zhŭ dibaca cu

Vokal

a dibaca a, contoh:

牙奴

yá dibaca ya

i dibaca i, contoh:

衣奴

yī dibaca yi

Pengecualian:

Jika diawali konsonan zh, ch, sh, z, c, s, dan r, i dibaca seperti e dalam “empat”

Contoh ;

zhī chí

shì

u dibaca u, contoh:

女奴

nŭ dibaca nu

Pengecualian:

Jika diawali l dan n, u ditulis lü, nü. Cara menghasilkan bunyiü adalah ucapan I dengan bentuk bibir seperti mengucapkan u (bibir

membentuk bulatan kecil). Contoh

Jika diawali huruf j, q, x, dan y, u tetap ditulis ju, qu, xu, dan yu, namun pengucapannya sama seperti mengucapkan ü.

Contoh ;

e

dibaca seperti e dalam “empat”, contoh:

(51)

commit to user

Jika diawali konsonan y, e dibaca seperti e dalam “enak”. Contoh:

yé dibaca ye

o dibaca uo (diucapkan dengan cepat dan halus). Contoh:

bō dibaca puo

Vokal dan Konsonan

ai dibaca ai, contoh:

爱奴

ái dibaca ai

an dibaca an, contoh

安奴

ān dibaca an

Pengecualian:

Jika diawali konsonan y, an dibaca en sepertie dalam “enak”.

Contoh:

言奴

yán dibaca yen

ang dibaca ang, contoh:

样奴

yáng dibaca yang

ao dibaca aw (ucapan cepat seperti jika kesakitan).

Contoh:

要奴

yáo dibaca yau

ei dibaca ei, dengan e seperti dalam “enak”. Contoh:

尾奴

wĕi dibaca wei

eng dibaca eng, dengan e seperti dalam “empat”. Contoh:

哼奴

hēng dibaca heng
(52)

commit to user

Contoh:

qiè dibaca chie (chye)

ian dibaca yen, dengan e seperti dalam “enak”, ucapan ie dengan cepat.

Contoh:

剪奴

jiăn dibaca cien (cyen)

ing dibaca ing Contoh

应奴

yìng dibaca ying

ong dibaca ung, Contoh

用奴

yòng dibaca yung

ou dibaca ow ucapkan dengan cepat. contoh:

有奴

yŏu dibaca yow (you)

uan dibaca uan (wan) diucapkan dengan cepat

Contoh:

算奴

suàn dibaca suan

Pengecualian:

Jika diawali konsonan j, q, x, dan y, u dibaca seperti I, namun dengan bentuk bibir seperti mengucapkan u. A dibaca seperti e dalam “enak”. Contoh:

绢奴

juan

dibaca cuen

泉奴

quan

dibaca chuen

选奴

xuăn dibaca suen

原奴

yuăn

dibaca yuen

Ue jika diawali konsonan j, q, x, dan y, ue ditulis menjadi jue, que, xue, dan yue. Ue dibaca seperti huruf i, namun dengan bentuk bibir seperti mengucapkan u. e dibaca seperti e dalam “enak”.

Contoh :

决奴

juédibaca

cue

确奴

què dibaca
(53)

commit to user

血奴

xuè

dibaca sue

月奴

yuè

dibaca yue

Ui Dibaca wei, dengan huruf e seperti dalam “enak” Contoh:

对奴

duì dibaca twei

Un Dibaca wen, dengan huruf e seperti dalam “empat”. Contoh:

吨奴

dùn dibaca twen (ucapkan dengan cepat).

Pengecualian:

Jika diawali konsonan j, q, x, dan y, u dibaca seperti huruf I, namun dengan bentuk bibir mengucapkan u.

Contoh:

军奴

jdibaca ūn

cǖn

裙奴

qúndibaca

chǘn

巡奴

xúndibaca

sǘn

云奴

yúndibaca

yǘn

Walaupun cara pelafalan di atas belum tepat seratus persen, setidaknya pembelajar pemula punya bayangan bagaimana seharusnya melafalkan Hànyǔ Pīnyīn, sehingga pembelajar tidak melakukan kesalahan

lagi.

公公奴

gōng gōng (kakek) tidak dibaca gong gong (seperti anjing

menggonggong), melainkan dilafalkan kung kung.

(54)

commit to user

d. Intonasi

Dalam bahasa Mandarin terdapat empat intonasi yang berbeda, ditambah satu intonasi netral.

1. Intonasi Pertama ( ̵ )

Merupakan intonasi dengna suara tinggi datar. Caranya: ucapkan a dengan nada tinggi, pastikan posisi kepala tidak berubah. Bayangkan garis lurus mendatar ketika mengucapkannya.

2. Intonasi Kedua ( ̷ )

Merupakan intonasi dengan suara naik atau meninggi. Caranya: ucapkan a sambil mengangkat kepala.

Pastikan a yang ucapkan nadanya meninggi seiring dengan terangkatnya kepala.

3. Intonasi Ketiga ( v )

Merupakan intonasi dengan suara turun-naik. Caranya: ucapkan a sambil menundukkan kepala. Pastikan a yang diucapkan nadanya menurun seiring dengan gerakan kepala. Naikkan kepala, pastikan a yang diucapkan nadanya meninggi seiring dengan terangkatnya kepala. Setelah terbiasa, bisa dilakukan dengan cepat.

4. Intonasi Keempat ( \ )

Merupakan intonasi dengan suara menurun. Caranya: ucapkan a sambil menyentakkan kepala ke bawah (anggukkan kepala dengan cepat). Pastikan a yang diucapkan nadanya menurun seiring dengan hentakan kepala Anda.

(55)

commit to user

Caranya: ucapkan a dengan nada netral tanpa tekanan dan pendek.

Sesudah terbiasa mengucapkan ā, á, ă, à, dan a (intonasi netral), pembelajar dapat berlatih mengucapkan huruf vokal, i, u, e, o, dan ü dalam lima intonasi yang berbeda. Setelah merasa cukup menguasainya, dapat dicoba melafalkan huruf-huruf berikut.

qīng (chīng) hijau

qíng (chíng) perasaan; cinta

qῐng (chῐng) memohon; harap

qìng (chìng) merayakan; perayaan

Walaupun keempat huruf di atas dilafalkan dengan bunyi ching

intonasinya berbeda. Dari perbedaan ini kita bisa membedakannya hanya dengan mendengar bagaimana huruf tersebut dilafalkan. Misalnya: qing (ching) yang dilafalkan dengan intonasi naik bermakna perasaan atau cinta,

sementara qing (ching) yang dilafalkan dengan intonasi turun-naik memiliki arti memohon atau harap.

Membedakan keempat intonasi di atas (ditambah intonasi netral) memang cukup sulit. Namun, dengan giat berlatih mengucapkan dan mendengarkan, tidak mustahil pembelajar pemula bisa menguasainya.

C. Metode Piktografi, Ideografi, dan Penyusunan Karakter Gabungan

(56)

commit to user

Perubahan struktural dari sistem penulisan aksara China menurut Dr. Ong Tee Wah (1980) berlangsung sangat lama, namun dapat dibagi menjadi 4 tahap berikut :

i Tahap primitif (atau Periode Legendaris): ini adalah tahap paling awal penulisan aksara China, di mana piktograf berasal dari penggambaran objek langsung.

Walaupun kami tak memiliki bukti arkeologis untuk ini, Táng Lán

唐闌奴

memperkirakan bahwa tahap ini terjadi lebih dari 10.000 tahun yang lalu.

ii Tahap arkais (atau Periode Prasejarah): ini adalah periode ideograf yang meliputi periode dari muncul sampai lengkapnya simbol tak langsung. Tidak hanya ada alasan yang bagus, tetapi juga ada bukti bahwa ini terjadi kira-kira 5.000-6.000 tahun yang lalu.

iii Tahap Neo-Arkais (atau Periode Setelah Sejarah): ini adalah periode karakter radikal-fonetik, yang berlangsung dalam jangka waktu 1.600 tahun sejak masa Dinasti Yin akhir (1384 SM – 1112 SM) sampai Dinasti Han (206 SM – 220 M). Hampir seluruh bahan dari naskah China kuno yang ada saat ini berasal dari periode panjang ini. Bukan hanya dalam masa ini aksara China menyelesaikan perkembangan strukturalnya, namun menjelang akhir tahapan ini, aksara China akhirnya melengkapi evolusi bentuknya.

iv Tahap Kontemporer (atau Periode Modern)

(57)

commit to user

楷書

kaῐ shū (penulisan standar), yang masih merupakan bentuk tulisan

normal dan dasar dari bentuk cetakan yang digunakan sekarang, telah mengalami perubahan kecil sejak periode Dinasti Wei dan Jin (221 M – 580 M). Pada awal tahun 1950-an, pemerintah Republik Rakyat China mulai memperkenalkan bentuk yang disederhanakan untuk 2000 buah aksara China. Ini dilakukan dengan alas an penyederhanaan dan kenyamanan, namun di sisi lain mengorbankan keindahan dan susunan logis dari aksara China.

Metode penyusunan utama dalam penulisan aksara China secara umum dibagi dalam tiga kategori utama yaitu piktograf, ideograf, dan karakter gabungan

radikal-fonetik. Dr. Ong Tee Wah (1980) menyebutnya sebagai sān shū

(tiga

kategori penulisan). 1. Metode Piktografi

Awal mula dari aksara China sangatlah panjang. Sangat sedikit yang kita ketahui mengenai sejarah dan asal-usulnya karena kurangnya dokumentasi. Dari bermacam legenda tentang munculnya aksara China, legenda yang relatif bisa

diterima mengatakan bahwa Cāng Jí

倉頡

, salah seorang menteri dari Kaisar

Huáng Dì

皇帝

lah yang pertama kali menemukan system aksara tersebut. Ini [image:57.612.127.512.219.459.2]
(58)

commit to user

dengan mode. Dengan kata lain, gambar-gambar tersebut disederhanakan menjadi beberapa guratan saja. Gambar-gambar ini sering kali, terutama dalam bentuk kunonya, sangat penuh dengan arti dan disebut sebagai xiàng xíng

象形

, yang berarti “menyerupai bentuk” oleh ahli kamus Han yang bernama

Xŭ Shèn奴

許慎奴

(30 M – 124 M); atau “piktografi” oleh banyak ahli paleografi [image:58.612.141.516.207.462.2]

kontemporer. Namun dalam beberapa kasus, yang disebut sebagai “karakter gambar” ini berubah bentuk sampat tak bisa dikenali lagi. Dapat dimengerti bahwa objek nyata seperti fenomena alam, manusia dan yang berhubungan dengannya, hewan dan tanaman, alat-alat, perkakas, dan sebagainya mudah digambar dan secara mengagumkan bisa menyesuaikan diri untuk melambangkan bahasa. Beberapa contoh sebagai berikut :

Untuk menggambarkan fenomena alam, ada piktograf seperti rì

(matahari) X X X , yùe (bulan) X X X , makin tua bentuk karakternya, makin dekat kemiripan antara karakter dengan objek yang diwakilinya. Karakter

shuῐ (air) X X (juga disingkat menjadi tiga titik air X saat ia berfungsi sebagai radikal) dan chuān (sungai) X X digambarkan sebagai air yang mengalir di sungai. Karakter shān (gunung) X X X jelas-jelas menggambarkan deretan gunung, begitu juga dengan karakter yŭ (hujan) yang digambarkan sebagai titik hujan yang turun dari langit.

(59)

commit to user

dilakukannya. Untuk nü (perempuan) X X dan mù (ibu) X X , adalah karakter yang digambarkan sebagai kesederhanaan, dengan karakter yang melambangkan mata (mù) X X X , telinga (ér) X X , tangan (shoŭ) X X X (juga disingkat menjadi X saat berfungsi sebagai radikal), mulut (koŭ) X X dan sebagainya.

Dunia binatang juga dilambangkan dengan luas. Ada binatang berkaki empat seperti hù (macan) X X X X X , yáng (domba) X X X X X ,

xiàng (gajah) X X X X , mă (kuda) X X dan quăn (anjing) X X (juga disingkat sebagai X saat berfungsi sebagai radikal). Untuk burung, aksaranya dibedakan antara niăo (burung biasa) X X X X dan zhuῐ (burung

berekor pendek) X X X . Sebagai tambahan, ada juga gambar lain, wū

(gagak) X X dengan menghilangkan titik dari kepala burung biasa.

Ada juga piktograf yang berarti tanaman dan buah. Contohnya mù

(pohon) X X X menonjolkan cabang dan akar pohon; caŏ (rumput) XX XX XX X menggambarkan tunas yang mencuat ke atas, sementara zhú

(bamboo) XX XX XX aksara mῐ (beras) X X X menggambarkan bulir-bulir padi di pucuk tanaman.

Ada banyak gambar yang menjadi saksi pertumbuhan peradaban di China Kuno. Lihatlah karakter untuk perkakas dan peralatan; contohnya, dāo

(pisau) XX , chē (kereta) X X X X , zhoŭ (sapu) X X , mῐng

(60)

commit to user

2. Metode Ideografi

Piktograf ini, yang dalam batas tertentu bisa dibandingkan dengan karakter hieroglif, kemudian berkembang menjadi jenis karakter yang oleh Xŭ

Shèn disebut dengan “zhῐ shì

指事

, yang berarti “menunjuk pada hal”. Di

barat ini disebut sebagai simbol tak langsung” atau “simbol yang menunjukkan”. Apa pun sebutan yang digunakan oleh ahli ilmu bahasa, karakter-karakter ini dicocokkan dengan mahir pada ide-ide yang abstrak oleh penemunya. Hasilnya, lingkup sistem aksara China menjadi berkembang lebih jauh.

Ada banyak metode untuk menciptakan ideograf: menggambar symbol yang memiliki arti, menambahkan tanda pada piktograf, membuat satu bagian mewakili keseluruhan, lambing untuk benda-benda, dampak untuk penyebab, alat untuk kegiatan, isyarat untuk tindakan adalah beberapa di antaranya. Singkatnya, ide-ide abstrak dibuat dengan cara metafora atau perlambangan.

Contohnya, dengan menggambar satu garis:

, dua garis: , tiga garis: ,

atau empat garis: XXXX (ideograf ini sekarang tidak digunakan lagi), sang pencipta ingin menemukan yī (satu), èr (dua), sān (tiga) dan sì (empat). Dengan menambahkan satu titik atau satu garis di atas sebuah garis horizontal: X X X

(61)

commit to user

mengemukakan shàng (atas) atau xià (bawah). Dengan cara yang mirip, yaitu

menambahkan sebuah guratan di atas piktograf “

“ (pohon) (

X X X X X X X ), atau di bagian bawahnya ( X X X X X X X X ), ia ingin mengemukakan mò (ranting, dahan atas) atau bĕn (akar). Sementara garis tegak lurus yang membelah sebuah lingkaran berarti zhōng

(pusat, tengah) X X . Tangan yang memegang busur dan panah, tak perlu dikatakan lagi, berarti shè (memanah) X X X . Mirip dengan itu, melempar tombak pada orang berarti fá (menyerang) X X X . Manusia dengan kaki bersilang melambangkan jiāo (menyeberangi, hubungan) X X ; demikian pula gambar orang berdiri, dengan jelas mewakili gagasan tentang

lì (berdiri) X X

.

3. Metode Penyusunan Karakter Gabungan Radikal-Fonetik

Sejalan dengan berkembangnya peradaban, perubahan sosial yang pesat terjadi. Benda-benda menjadi begitu rumit sehingga karakter hieroglif maupun ideograf tak bisa lagi mencukupi pengungkapan pengertian abstrak yang begitu lua

Gambar

Gambar-gambar tersebut disederhanakan menjadi bentuk biasa dan disesuaikan commit to user
gambar” ini berubah bentuk sampat tak bisa dikenali lagi. Dapat dimengerti
Tabel 2.1 Metode Penyusunan Karakter Gabungan Radikal-Fonetik
Tabel 2.2  Metode Penyusunan Karakter Gabungan Radikal-Fonetik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran kimia. Aktifitas

[r]

program pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan lulusan S1 kependidikan dan S1/D IV nonkependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru agar

implementasi dari pemahaman kisah keteladanan Nabi Muhammad SAW 2.5 Memiliki sikap percaya diri sebagai. implementasi dari

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 34 Tahun 2010 tentang Pola Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana pada Perguruan Tinggi yang

Jeruk Siem Banjar di Kalimantan Selatan sudah diusahakan secara turun temuun, dalam perkembangannya, jeruk siem Banjar telah dibudidayakan oleh penangkar benih

Sugiyono, Statistika untuk Penelitian , Bandung: CV.. The writer observed the location, the number of class, the number of students, and class activities. After doing

Ketika konsumen mengeluarkan biaya untuk mendapatkan sebuah Produk, baik Barang ataupunJasa, maka akan muncul sebuah ekpektasi dari konsumen untuk mendapatkan barang dan