PERBANDINGAN BOBOT LAHIR DAN MORTALITAS PRASAPIH ANTARA KAMBING BOERAWA G1 DAN G2 DI DESA CAMPANG
KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS ( Skripsi )
Oleh Dwi Jayanto
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PERBANDINGAN BOBOT LAHIR DAN MORTALITAS PRASAPIH ANTARA KAMBING BOERAWA G1 DAN G2 DI DESA CAMPANG
KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS
Oleh Dwi jayanto
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PETERNAKAN
pada
Jurusan Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : PERBANDINGAN BOBOT LAHIR DAN MORTALITAS PRASAPIH ANTARA
KAMBING BOERAWA G1 DAN G2 DI DESA CAMPANG KECAMATAN GISTING
KABUPATEN TANGGAMUS Nama Mahasiswa : Dwi Jayanto
Nomor Pokok Mahasiswa : 0814061034
Jurusan : Peternakan
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Ir. Idalina Harris, M.S.
Kusuma Adhianto, S.Pt., M.P. NIP 19520530 197710 2 001
NIP 19750611 200501 1 002
2. Ketua Jurusan Peternakan
MENSAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Ir. Idalina Harris, M.S.
...
Sekretaris : Kusuma Adhianto, S.Pt., M.P. ……….
Penguji
Bukan Pembimbing : Ir. Arif Qisthon, M.Si. ……….
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sidomukti, Kecamatan Abung Timur, Kabupaten Lampung Utara pada 10 April 1989, putra kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Ngatno dan Ibu Katmi.
Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 1 Sidomukti, Abung Timur, Lampung Utara pada 2002; sekolah menengah pertama di SMP LKMD, Abung Timur, Lampung Utara pada 2005; sekolah menengah umum di SMU N 1 Abung Semuli, Lampung Utara pada 2008.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian (FP), Universitas Lampung (Unila), Bandar Lampung pada 2008, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Pada Juli 2011, penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata Tematik di Desa Sidomulyo, Kecamatan Mesuji, Kabupaten Mesuji dengan tema “Revitalisasi Pertanian dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat (petani)”. Pada Januari 2012, penulis melaksanakan Praktik Umum di Sumber Sari Farm, Desa Siraman, Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur.
Demi Tuhan Yang Maha Mulia. Dengan segala kerendahan hati
dan penuh perjuangan aku persembahkan karya kecil
yang terindah dan sangat aku banggakan ini sebagai wujud rasa
terima kasih, rasa bakti, hormat dan kasih sayangku
kepada :
Kedua orang tuaku :
“
Bapak Ngatno dan Ibu Katmi
” yang dengan
penuh kesabaran, kasih sayang, dan selalu mendoakan
disetiap semua langkahku.
Kakak ku tersayang
“E
ko Susanto
” yang terus memberikan motivasi
tanpa henti dan untuk seorang yang nantinya akan menjadi teman
hidupku selamanya baik suka maupun duka.
Teman-teman seperjuanganku yang selalu memberikan dukungan,
bantuan, motivasi, dan doa kepadaku sehingga
selalu membuatku bangga akan kebersamaan dengan kalian.
Dan
Almamaterku tercinta “Universitas Lampung”
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya
(QS Al Baqarah: 286, Al An'am : 152)
Allah menghendaki kemudahan bagimu,
dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.
(Al Baqoroh : 185)
Bukan yang kuat, tetapi yang uletlah yang menjadikan
mereka “orang besar”
(Nicase)
“
Membangun sebuah Kerajaan kehidupan bukan berpondasi pada
sebuah ketakutan dan kekhawatiran karenanya itu hanya sia-sia,
dasar yang kuat hanya bisa menopang semuanya ialah sebuah
keberanian untuk memulai serta kejujuran”
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T. atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi.
Ucapan terima kasih yang tulus dan penulis sampaikan kepada:
1. Ibu Ir. Idalina Harris, M.S.--selaku pembimbing utama--atas kesabaran, petunjuk, bimbingan, dan arahannya;
2. Bapak Kusuma Adhianto, S.Pt., M.P.--selaku pembimbing anggota--atas bimbingan, petunjuk, dan sarannya;
3. Bapak Ir. Arif Qisthon, M.Si--selaku pembahas sekaligus Sekretaris Jurusan Peternakan--atas bimbingan, saran, dan bantuannya;
4. Bapak Ir.Yusuf Widodo, M.P.--selaku pembimbing akademik--atas motivasi, nasihat, dan perhatian yang diberikan kepada penulis selama menempuh pendidikan;
5. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.--selaku Ketua Jurusan Peternakan, FP, Unila--atas izin dan bimbingannya;
6. Bapak Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S.--selaku Dekan FP, Unila--atas izin yang telah diberikan;
8. Mas Feri, Mba Erni, dan Agus--atas bantuan dan fasilitas selama kuliah dan penyusunan skripsi;
9. Bapak, Mamak, dan kakakku tersayang beserta keluarga besarku atas kasih sayang, nasehat, dukungan, dan do'a tulus yang selalu tercurah tiada henti bagi penulis;
10.teman-teman seperjuangan Adi, Dedi P, Komeng, Adit, Dedi s, Febri, Zul, Satrio, Fazar, Arif, Anam, Andi, Trian, Hizkia, Ibnu, Zaky, Pram, Bayu, Dimas, Rudi, Cahyo, Fikri, Tegar, Budi, Deni, Oka, Yudi, Udin, Cintya, Nidia, Dwi Andriani, Putri, Aan, Ratih, Esti, Ana, Neka, Ari, Maulia, Irma, Nike, Elda, dan seluruh mahasiswa Jurusan Peternakan angkatan ’06, ’07, ’09, dan ’10 Unila atas motivasi, bantuan, kebersamaan, dan kasih sayang
yang diberikan.
Semoga semua yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dan rahmat dari Allah S.W.T. serta penulis berharap karya ini dapat bermanfaat. Amin.
Bandar lampung, 13 September 2012 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Kegunaan Penelitian ... 4
E. Kerangka Pemikiran ... 4
F. Hipotesis ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Deskripsi Kambing ... 7
1. Kambing Boer ... 8
2. Kambing Peranakan Etawa ... 9
3. Kambing Boerawa ... 10
B. Grading-up ... 11
C. Bobot Lahir Kambing ... 12
D. Mortalitas Kambing Prasapih ... 14
E. Pertumbuhan ... 15
III. BAHAN DAN METODE ... 17
A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 17
C. Alat Penelitian ... 17
D. Metode Penelitian... 17
E. Peubah yang Diamati ... 18
F. Prosedur Penelitian... 18
G. Analisis Data ... 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 21
B. Manajemen Pemeliharaan Kambing Boerawa ... 22
1. Manajemen pemberian pakan ... 22
2. Manajemen pemberian air minum ... 23
3. Perkandangan ... 23
4. Manajemen pencegahan penyakit ... 25
5. Manajemen pemeliharaan induk bunting ... 26
6. Manajemen prasapih ... 26
C. Bobot Lahir Kambing Boerawa G1 dan G2 ... 27
D. Mortalitas Prasapih Kambing Boerawa G1 dan G2………. 29
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 34
A. Simpulan ... 34
B. Saran ... ... 34
DAFTAR PUSTAKA ... 35
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah.
Laju pertumbuhan penduduk meningkat disertai dengan peningkatan pengetahuan dan pendapatan masyarakat yang berdampak terhadap kebutuhan pangan yang bergizi tinggi. Kondisi ini menuntut peningkatan ketersediaan pangan berprotein tinggi dari produk ternak (daging, susu, dan telur). Pada sisi lain, sumbangan peternakan terhadap pemenuhan kebutuhan daging Provinsi Lampung masih saja kekurangan sampai saat ini. Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian (2009) menyatakan bahwa produksi daging Provinsi Lampung 2.912 ton/tahun, sedangkan kebutuhan mencapai 4.334 ton/tahun. Upaya untuk meningkatkan produktivitas kambing lokal guna memenuhi kebutuhan hasil ternak dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat antara lain dengan menyilangkan kambing betina lokal atau yang sudah ada di masyarakat dengan kambing jantan yang memiliki produktivitas lebih baik.
Di Kabupaten Tanggamus, usaha kambing hampir seluruhnya dikelola oleh petani atau peternak kecil. Meskipun bukan sebagai sumber penghasilan utama, kambing menjadi komponen penting sebagai penyedia uang tunai untuk
2
tingkat kerugian yang rendah berdampak terhadap pemilihan kambing menjadi salah satu sumber penghasilan peternak (Devendra dan Burns 1994).
Menurut Edey (1983), kambing lokal--kambing Kacang dan Peranakan Etawa (PE) merupakan bangsa kambing yang mayoritas banyak dipelihara di Indonesia akan tetapi tingkat pertumbuhannya kurang baik, sedangkan kebutuhan akan daging kambing terus meningkat. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan produktivitas kambing lokal guna memenuhi kebutuhan akan daging dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat antara lain dengan menyilangkan kambing betina lokal dengan kambing jantan yang memiliki produktivitas lebih baik.
Kambing Boer merupakan salah satu bangsa kambing yang sangat baik untuk produksi daging. Hal ini telah dibuktikan bahwa kambing Boer memiliki konformasi tubuh yang baik, laju pertumbuhan yang cepat, dan kualitas karkas yang baik. Menurut Ted dan Shipley (2005), kambing Boer merupakan satu-satunya kambing tipe pedaging yang pertumbuhannya sangat cepat yaitu mencapai 0,20—0,40 kg/hari dan bobot badan pada umur 5—6 bulan dapat mencapai 35—40 kg. Kambing Boer memiliki sifat-sifat yang istimewa untuk memproduksi daging dibandingkan dengan bangsa kambing lainnya, karena sifat-sifat tersebut kambing Boer telah berhasil meningkatkan performan produksi kambing dari bangsa-bangsa lokal melalui hasil persilangan. Waldron (1997) menyatakan bahwa ada beberapa sifat utama yang memengaruhi produksi
3
peningkatan bobot lahir, sapih, dewasa; pertambahan bobot tubuh (PBT); jarak beranak; kualitas karkas.
Berdasarkan karakteristiknya, kambing Boer dapat digunakan untuk
meningkatkan produktivitas kambing di Indonesia dengan melakukan persilangan. Pemerintah Daerah Provinsi Lampung mengambil kebijakan melakukan grading-up, yakni mengawinkan pejantan Boer dengan kambing betina lokal PE dan keturunannya secara terus menerus dikawinkan dengan pejantan Boer. Peningkatan produktivitas kambing Boerawa G1 ditempuh melalui program
grading-up agar dihasilkan kambing Boerawa G2dan kambing hasil persilangan tersebut diharapkan memunyai performan lebih tinggi daripada induknya. Performan pertumbuhan yang tinggi tersebut merupakan hasil pewarisan genetik kambing Boer yang unggul dalam sifat pertumbuhan.
Keunggulan sifat pertumbuhan yang dimiliki kambing Boerawa G1 dengan komposisi darah 50% diharapkan juga diwariskan pada kambing Boerawa G2 dengan komposisi darah yang lebih tinggi yaitu sekitar 75%. Oleh karena itu, kambing Boerawa G2 diharapkan memiliki performan pertumbuhan yang lebih tinggi daripada kambing Boerawa G1 maupun kambing PE. Dengan lebih besarnya komposisi darah dalam tubuh kambing Boerawa G2 diharapkan bobot anak yang dilahirkan lebih besar daripada kambing Boerawa G1 dan
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, beberapa masalah yang dapat diidentifikasi pada kambing hasil persilangan antara Boer dan PE di Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus sebagai berikut:
1) apakah berbeda bobot lahir antara kambing Boerawa G1 dan G2?
2) apakah berbeda mortalitas prasapih antara kambing Boerawa G1 dan G2?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan: 1) bobot lahir antara kambing Boerawa G1dan G2;
2) mortalitas prasapih antara kambing Boerawa G1 dan G2.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang performan kambing Boerawa antar-generasi dalam upaya peningkatan produktivitas ternak ruminansia pada umumnya dan kambing pada khususnya.
E. Kerangka Pemikiran
Pada umumnya, usaha kambing di Indonesia masih hanya sebatas usaha
5
Keberhasilan usaha peternakan tidak terlepas dari pengaruh faktor genetik dan faktor lingkungan. Peranan faktor genetik sebesar 30% sedangkan faktor lingkungan sebesar 70%. Salah satu upaya yang dapat ditempuh guna
memperbaiki mutu genetik kambing yaitu melalui persilangan dengan program
grading-up. Grading-up adalah sistem perkawinan silang yang keturunannya selalu disilangbalikkan (back crossing) dengan bangsa pejantannya dengan maksud mengubah bangsa induk (lokal) menjadi bangsa pejantannya (Hardjosubroto, 1994). Pemerintah Daerah Provinsi Lampung mengambil kebijakan melakukan grading-up, yakni mengawinkan pejantan Boer dengan kambing betina lokal PE dan keturunannya secara terus menerus dikawinkan dengan pejantan Boer.
Kambing Boerawa merupakan hasil persilangan antara kambing Boer jantan dengan kambing PE betina. Peningkatan produktivitas kambing Boerawa G1 ditempuh melalui program grading-up agar dihasilkan kambing Boerawa G2dan kambing hasil persilangan tersebut diharapkan memunyai performan lebih tinggi daripada induknya. Kambing Boerawa G1 mengandung 50% komposisi darah kambing Boer, sedangkan kambing Boerawa G2 mengandung 75% komposisi darah kambing Boer, sehingga secara teoritis PBT kambing Boerawa G2 lebih tinggi daripada kambing Boerawa G1.
6
25% PE, sedangkan kambing Boerawa G1 mengandung komposisi darah Boer 50% dan PE 50%. Dengan semakin tingginya komposisi darah yang terdapat dalam tubuh kambing Boerawa G2, diharapkan mortalitas prasapihnya semakin rendah.
F. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) rata-rata bobot lahir kambing Boerawa G2 lebih tinggi daripada G1;
III. BAHAN DAN METODE
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada Maret—Juni 2012 di lokasi pengembangan Kambing Boerawa yakni di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung.
B. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini berupa anak kambing Boerawa G1 dan G2 masing-masing 42 ekor, berumur 3 bulan (siap sapih), dan memiliki data bobot lahir.
C. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini thermohygrometer dan alat tulis.
D. Metode Penelitian
18
kematian serta wawancara dengan peternak. Data sekunder diperoleh dari
rekording milik peternak yang meliputi nama pemilik serta tanggal dan bobot lahir kambing sampel.
E. Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati adalah sebagai berikut:
1. data bobot lahir (kg) diperoleh berdasarkan rekording milik peternak; 2. mortalitas prasapih (%) diperoleh dengan cara menghitung jumlah anak
kambing yang mati dibagi total anak kambing hidup dikali 100%;
3. manajemen pemeliharaan diperoleh dengan cara wawancara dengan peternak dan pengamatan secara langsung;
F. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. menentukan sampel dengan kriteria sebagai berikut:
a) anak kambing Boerawa G1 dan G2; b) lahir pada Januari--Februari;
c) memunyai data bobot lahir; d) kambing tersebut belum disapih.
2. melakukan pendataan kambing yang sesuai dengan kriteria;
3. pengumpulan data sekunder (bobot lahir) dan primer (mortalitas prasapih dan manajemen pemeliharaan di lokasi penelitian);
19
G. Analisis Data
Menurut menurut Kurnianto, et al. (2007) faktor koreksi digunakan untuk
menghindari bias yang ditimbulkan oleh sumber keragaman lain diantaranya jenis kelamin. Bobot lahir kambing Boerawa dikoreksi berdasarkan jenis kelamin.
Kurnianto, et al. (2007) menyatakan bahwa faktor koreksi bobot lahir dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
BLT = BL x FKJK x FKTK Keterangan:
BL :bobot lahir
BLT :bobot lahir terkoreksi
FKJK :faktor koreksi jenis kelamin, untuk jantan (1,00) dan betina (1,07) FKTK :faktor koreksi tipe kelahiran, untuk kembar 2 (1,15) dan kembar 3 (1,25)
Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan menggunakan uji-t student pada taraf nyata 5% dan atau 1% (Steel and Torrie,1993).
Rumus uji-t:
x1 : hasil pengamatan pertama (bobot lahir G1) x2 : hasil pengamatan kedua (bobot lahir G2)
20
Rumus jumlah kuadrat: SS =
n x
xi i
2
2 ( )
Keterangan:
xi : pengamatan variabel ke-i
n : besar sampel
29
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. rata-rata bobot lahir kambing Boerawa G2 (4,11± 0,32kg) sangat nyata
meningkat dibandingkan kambing Boerawa G1 (3,59± 0,21kg);
2. mortalitas prasapih kambing Boerawa G2 (9,52%) lebih rendah daripada kambing Boerawa G1(14,28%);
B. Saran
Berdasarkan pembahasan dan simpulan yang telah dikemukakan dapat
DAFTAR PUSTAKA
Abdulgani, I.K. 1983. Pedoman Beternak Kambing. Direktorat Bina Produksi Peternakan, Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta
American Boer Association. 2001. ”Standards for Improved Boer Goat”. http://www.abga.org/breedinfo.html. Diakses 10 September 2011 Barry, D. M. dan Goodke, R. A. 2005. “The Boer Goat the Potential for Cross
Breeding. Department of Animal Science”. LSU Agricultur Center Lousiana State University Baton Rouge. Lousiana.
http://.boergot.com//clean/articles/php. Diakses 20 september 2011 Budiasih, R. 2007. “Pengaruh Periode Kelahiran terhadap Persentase Heterosis
Bobot Lahir, Bobot sapih dan Pertumbuhan Sebelum Sapih pada Kambing Boerawa di Desa Campang Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus”. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Devendra, C. dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. ITB. Bandung. Direktorat Jendral Peternakan, Departemen Pertanian, Jakarta
.1993. Goat Production in the Tropics. Commonwealth Agricultural Bureaux. Farnham Royal. United Kingdom. Australia
Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian. 2009. Statistik Peternakan 2009. CV. Desindo Catur Pratama. Jakarta
Direktorat Pengembangan Ternak. 2004. ”Laporan Intensifikasi Usaha Ternak Kambing di Propinsi Lampung”.
http://www.disnakkeswan-lampung.go.id./publikasi/bplm. Diakses 10 September 2011
Donkin, E.F. and P.A. Boyazoglu. 2004. ”Diseases and mortality of goat kids in South Africa milk goat herd”.Journal Animal. Sci. 34 (suppl.):258- 261
Edey, T.N. 1983. “The Genetic pool of sheep and goats”. In: Edey. T.N (Ed).
36
Erasmus, J.A. 2000.”Adaptation to various environments and resistance to disease of improved Boer goat”. SmallRumi. Res. 36: 179-187.
Ginting, P.S. 2009. “Pedoman Teknis Pemeliharaan Induk dan Anak KambingMasa Pra-Sapih”. Loka Penelitian Kambing Potong.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Hadi. 2006. ”Perbandingan Nilai Most Probable Producing Ability (MPPA) Bobot Sapih Kambing Betina Boerawa G1 dengan G2 di Desa Campang Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus”. Skripsi.
Universitas Lampung. Bandar Lampung
Hammond, J. 1960. Farm Animal, their Growth, Breeding and Inherintance.
Adward Arnorld Publishers. Ltd. London
Harjosubroto, W. 1994. Pemuliaan ternak di Lapangan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Harris, I dan D. Rudiono. 2002. Manajemen Ternak Potong dan Kerja. Buku Ajar. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Kastasudjana. 2001. Teknik Produksi Ternak Ruminansia. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta
Kurnianto, E., S. Johari, dan H. Kurniawan. 2007. “Komponen ragam bobot badan kambing Peranakan Etawa di Balai Pembibitan Ternak Kambing Sumberejo Kabupaten Kendal”. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 34 (4) 236—244
Maharani, Rr. R. N. 2006. “Perbandingan Indeks Produktivitas Induk pada
Kambing Boerawa dan Kambing Peranakan Ettawa Berdasarkan Bobot Sapih di Desa Campang Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus”.
Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Matter, H.E. and Steinback. 1982. “Production Result of Boer Goat in Germany”. Boer Goat News. 4:25-26. http://boergoat.com/clean/articles. Diakses 5 September 2011
Monografi Desa Campang. 2006. “Pemerintah Daerah Kabupaten Tanggamus”. Kota Agung. Lampung
Moran. 2002. “ Manajemen Pemeliharaan Cempe Prasapih “Animal
37
Mulyono, S. 1999. Penggemukan Kambing Potong. Penebar Swadaya. Jakarta Murtidjo, B.A. 1993. Memelihara Kambing Sebagai Ternak Potong dan Perah.
Kanisius. Yogyakarta
Sarwono. 1999. Beternak Kambing Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta
Shosan, M. A. 2006. “Perbandingan Daya Produktivitas Induk Kambing Boerawa dengan Kambing Peranakan Etawah di Desa Campang Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus”. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Siregar, S. B. ”Aspek iklim tropis terhadap kemampuan berproduksi susu kambing perah”. Journal Wartazoa Majalah semi Ilmiah Peternakan. 6(2):33-37
Subakat, S.A. 1985. “Pengaruh Cara Pemberian Ransum terhadap Performan, Karkas, dan Komponen Karkas Kambing PE”. Jurnal Ilmiah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sulastri. 2007. ”Estimasi Parameter Genetik Sifat-sifat Pertumbuhan Kambing Boerawa di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten
Tanggamus”. Pustaka Ilmiah Universitas Lampung. Bandar Lampung
.2001.”Estimasi Parameter Genetik Sifat-sifat Pertumbuhan dan Hubungan Antara Sifat-sifat Kualitatif Dengan Kuantitatif Pada Kambing PE di Unit Pelaksanaan Teknis Ternak Singosari, Malang, Jawa Timur”. Tesis. Fakultas Pascasarjana. Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta
Steel, R.G.D. dan Torrie.1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Diterjemahkan oleh Bambang Sumantri.PT.Gramedia Pustaka Utama.Jakarta Tarwiyah. 2001. “Ternak Kambing” http://digilib.brawijaya.ac.id/virtual
library/mlg
warintek/ristekpdii-lipi/data/budidaya%20peternakan/dki/ternak kambing.pdf. Diakses 1 November 2011
Ted dan Shipley. 2005. “Mengapa Harus Memelihara Kambing Boer, Daging Untuk Masa Depan”. http://www.indonesiaboergoad.com/ind/ whyriseboergoat.html. Program BrawiBoer Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Diakses 15 September 2011
38
ABSTRAK
COMPARISON OF BIRTH WEIGHT AND PRE-WEANING MORTALITY BETWEEN BOERAWA G1 AND G2 IN CAMPANG VILLAGE, GISTING, TANGGAMUS
By
DWI JAYANTO
Increasment of local goat productivity can do by grading up, it is crossing male Boer and female PE whinch produce Boerawa G1 and than crossing again with male’s one and produce Boerawa G2. Therefore, Boerawa G2 expected have a better performance than Boerawa G1 and PE. More high blood content of
Boerawa G2 expected that birth weight of child will be bigger than Boerawa G1, and have lower mortality than Boerawa G1.This research is purporting to knowing comparison of birth weight and mortality in pre-weaning between Boerawa G1 and G2.
This research use survey method in Growing Center Boerawa goat in Campang Village, Gisting, Tanggamus, Lampung with 42 sample child of Boerawa G1 and G2 in March-June 2012. Observation is about birth weight, pre-weaning mortality, and goat management. Recording which used is primary recoeding and secondary recording. And than it’s analysed by t-student trial in 5% real level and or 1%.
ABSTRAK
PERBANDINGAN BOBOT LAHIR DAN MORTALITAS PRASAPIH ANTARA KAMBING BOERAWA G1 DAN G2 DI DESA CAMPANG
KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS
Oleh DWI JAYANTO
Peningkatan produktivitas kambing lokal dapat dilakukan dengan melakukan
grading-up, yakni mengawinkan pejantan Boer dengan betina PE yang hasil persilangannya dinamakan kambing Boerawa G1 dan selanjutnya disilangkan kembali dengan bangsa pejantannya menghasilkan kambing Boerawa G2. Oleh karena itu, kambing Boerawa G2 diharapkan memiliki performan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan kambing Boerawa G1 maupun kambing PE. Semakin tingginya komposisi darah yang dimiliki kambing Boerawa G2
diharapkan bobot anak yang dilahirkan lebih bsar daripada kambing Boerawa G1 sedangkan mortalitasnya lebih kecil dari pada kambing Boerawa G1. Penelitian in bertujuan untuk mengetahui perbandingan bobot lahir dan mortalitas prasapih antara kambing Boerawa G1 dan G2.
Penelitian ini menggunakan metode survey di lokasi pengembangan kambing Boerawa yakni di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung dengan sampel masing-masing 42 ekor anak kambing Boerawa G1 dan G2 pada Maret—Juni 2012. Peubah yang diamati yaitu bobot lahir,
mortalitas prasapih, dan manajemen pemeliharaan. Data yang digunakan adalah data primer dan data skunder. Selanjutnya data dianalisis menggunakan uji t-student pada taraf 5% dan atau 1%.