• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBERONTAKAN ANGKATAN PERANG RATU ADIL(APRA) DI BANDUNG TAHUN 1950

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBERONTAKAN ANGKATAN PERANG RATU ADIL(APRA) DI BANDUNG TAHUN 1950"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PEMBERONTAKAN ANGKATAN PERANG RATU ADIL(APRA) DI BANDUNG TAHUN 1950

Oleh:

UTAMI TRIMULYA

Pembubaran KNIL dan bersatunya TNI dengan mantan prajurit KNIL menjadi APRIS ternyata telah menimbulkan serentetan ketegangan-ketegangan yang terjadi. Dikalangan TNI sediri ada tantangan dan keengganan untuk bekerja sama dengan bekas anggota tetara belanda yang mereka anggap adalah musuh bangsa. Sedangka sebaliknya di pihak mantan prajurit KNIL ada tuntutan agar bekas-bekas kesatuanya menjadi bagian penting dalam pemerintahan, hal ini mejadi salah satu factor yang mempengaruhi timbulnya kerusuhan-kerusuhan di dalam tubuh Negara Republik Indonesia Serikat (RIS). salah satunya datang dari mantan kapten KNIL yakni Kapten Raymond Westerling, yang mendirikan sebuah

500.000 orang yang bertujuan ingin mendirikan Negara pasundan dan meminta agar tentara pasundan diakui, dan menolak pembubaran Negara boneka oleh Belanda. Sehingga timbulah pemberontakan yang terjadi di Bandung.

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Proses Terjadinya Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Bandung tahun 1950. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana proses terjadinya pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Badung tahun 1950. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Historis karena penelitian yang mengambil obyek masa lampau pada umumnya menggunakan metod Historis.

(2)

menyerang markas Devisi siliwangi dan akan melakukan penyerbuan ke Jakarta untuk menduduki pemerintahan RIS. Pada tanggal 23 Januari 1950 tentara APRA berhasil menyerang Markas Devisi Siliwangi mereka membunuh setiap anggota TNI yang mereka temui. Dan pada hari itu pula kota Bandung berhasil di kuasali oleh mereka, dan pada keesokan harinya pada tanggal 24 januari 1950 tentara APRA bersiap akan menyerbu Jakarta, namun karena rencana ini berhasil diketahui oleh Pemerintah maka TNI yang berada di pos penjagaan di sekitar perbatasan kota Bandung dan Jakarta sudah bersiap-siap menghadang gerombolan APRA yang akan melintasi jalan tersebut, ketika gerombolan APRA sudah tiba di Cipeyem mereka di hadang oleh TNI yang sudah berjaga-jaga, terjadi baku tembak anatara TNI dan APRA, karena persoil APRA lebih banyak sayangnya mereka berhasil meloloskan diri dan melanjutkan perjalanan menuju Jakarta, mendapat informasi bahwa gerombolan APRA akan melintasi Ciranjang maka anggota TNI sudah mersiap mengepung mereka hingg akhirnya pasukan APRA mengalami kekelahan dan bersembunyi di kebun Vada Cikalong Kulon, TNI yang bersenjata lengkap langsung mengepung mereka dan menghabisi semua anggota APRA sehingga peyerbuan APRA ke Jakarta berhasil di gagalkan. Sedangkan westerling yang sudah menunggu di Jakarta bersama Sultan Hamid II mengetahui pasukannya kalah dalam penyerbuan di cikalong langsung melarikan diri dengan pesawat tempur milik belanda.

(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya oleh Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, maka pada tahun 1950 KNIL dibubarkan. Berdasarkan keputusan kerajaan tanggal 20 Juli 1950, pada 26 Juli 1950 pukul 00.00, setelah berumur sekitar 120 tahun, atau KNIL dinyatakan dibubarkan. Berdasarkan hasil keputusan Konferensi Meja Bundar, mantan tentara KNIL yang jumlahnya diperkirakan sekitar 60.000 yang ingin masuk ke "Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat" (APRIS) harus diterima dengan pangkat yang sama. Beberapa dari mereka kemudian di tahun 70-an mencapai pangkat Jenderal Mayor TNI. Jumlah orang KNIL dari Ambon diperkirakan sekitar 5.000 orang, yang sebagian besar ikut dibawa ke Belanda.

(4)

Di tinjau dari bidang politik militer pembubaran KNIL merupakan suatu kemenangan bagi bangsa Indonesia, akan tetapi apabila ditinjau secara teknis dan psikologis sangat berat untuk dilaksanakan. Jumlah KNIL yang puluhan ribu, dengan tata organisasi dan mentalitas yang berbeda, menyebabkan timbulnya ketegangan antara bekas-bekas KNIL dengan para tentara APRIS. Dalam rangka pembubaran KNIL termasuk pula didalamnya pemulangan para anggota KL ke Nederland, hal ini juga menjadikan beban bangsa Indonesia karena pemulangan KL ini banyak melahirkan masalah-masalah baru, selain menyita biaya yang besar untuk ransum makanan dan biaya angkutam, sikap kolonialistis dari KL ini banyak melahirkan ketegangan terhadap kedua belah pihak. Dari sini dimulai ketegangan-ketegangan dan pertikaian-pertikaian antara anggota KNIL dan APRIS. Pertikaian ini dipicu oleh berbagai faktor, diantarannya seperti mereka (APRIS) menganggap anggota KNIL adalah tentara-tentara yang tidak sama dengan APRIS, TNI adalah pejuang yang berjuang demi Negara, demi rakyat, dan demi Negara kesatuan Indonesia, sedangkan bekas-bekas KNIL adalah musuh yang mengabdi pada Belanda, yang selalu melawan karena mereka tidak memiliki rasa cinta terhadap Negara.

(5)

Dari sinilah Indonesia harus menghadapi rongrongan dari dalam yang dilakukan oleh beberapa golongan yang mendapat dukungan dan bantuan dari pihak belanda atau meraka yang takut akan kehilangan hak-haknya bila belanda meninggalkan Indonesia.

Salah satu dari gangguan tersebut datang dari sebuah gerakan yang di pimpin oleh seorang bekas kapten Tentara Kerajaan Belanda (KNIL) yang berama Raymond Pierre Westerling. Westerling sendiri adalah seorang tentara kerajaan Belanda keturunan Turki yang pernah terlibat dalam berbagai misi dari tentara sekutu dan terlibat dalam pembantaian 40.000 orang di Sulawesi Selatan. Westerling telah mendirikan organisasi rahasia yang beranggotakan sekitar 500.000 orang dan menyebutkan bahwa nama organisasi bentukan Westerling adalah "Ratu Adil Persatuan Indonesia" (RAPI) dan memiliki satuan bersenjata yang dinamakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA). Westerling juga mengklaim bahwa dia bisa mengumpulkan 8000 tentara, meskipun jumlah ini diragukan karena pada kenyataannya hanya ada 800 serdadu yang meneror bandung, dan sekitar 2000 tentara serdadu yang dipersiapkan westerling untuk mengerbu Jakarta, meskipun ternyata tentara yang datang ke Jakarta hanya sekitar 100 orang.

didukung oleh masyarakat. Westerling memahami bahwa sebagian besar rakyat Indonesia yang telah lama menderita karena penjajahan, baik di bawah Belanda maupun Jepang, mendambakan datangnya suatu masa kemakmuran seperti yang terdapat dalam ramalan Jayabaya. Menurut ramalan tersebut itu akan datang seorang pemimpin yang disebut Ratu Adil, yang akan memerintah rakyat dengan damai dan rakyat akan

(6)

Tujuan APRA dan kaum kolonialis yang ada di belakangnya ialah mempertahakan betuk federal di Indonesia dan mempertahankan adanya tetara tersendiri pada Negara-negara bagian RIS. Padahal pada konferensi antara-Indonesia di Yogya telah disetujui bahwa APRIS adalah Angkatan Perang Nasional.Dalam usahanya menyusun kekuatan dan membentuk pasukan APRA, Westerling memperoleh bantuan secara langsung dari pimpinan KNIL di Bandung yaitu Jenderal Engels.

Dukungan dari Engels memperlihatkan bahwa pemerintah Belanda masih belum puas atas apa yang telah di capai Republik Indonesia. secara tersirat memperlihatkan bahwa usaha-usaha Westerling dalam mengkampanyekan gerakan anti negara kesatuan Indonesia telah mendapat persetujuan dan dukungan dari pemerintah Belanda.

(AH, Nasution.1968: 136)

Selain itu Westerling juga mampu menyediakan kebutuhan pasukan-pasukannya dengan baik dengan menyediakan persenjataan, makanan dan perlengkapan perang lainnya, hal ini tentu saja memerlukan dana yang besar. Apabila tidak dibantu oleh pihak Belanda dari mana Westerling memperoleh dana operasional pasukannya. Keterlibatan pemerintah Belanda ini terlihat dari surat dukungan yang diberikan Engels untuk Westerling.

(7)

Pada umumnya anggota militer belanda yang menjadi pendukung gerakan Westerling disebabkan oleh kekecewaan mereka terhadap kegagalan Belanda dalam Agresi militer II dan mereka juga berusaha untuk menghancurkan Republik Indonesia Serikat, dengan berbagai cara serta ingin mempertahankan keberadaan Negara Federal.

Westerling juga memanfaatkan pihak-pihak yang sakit hati seperti para elit feodal yang ingin mempertahankan status istimewa mereka yang selama ini didapatkan dari belanda seperti Sultan Hamid II dan golongan islam yang ingin mendirikan sebuah Negara islam seperti Darul Islam, untuk dijadikan sekutu. Sultan Hamid II sendiri merupakan seorang menteri Negara tanpa departemen yang merupakan perwakilan dari BFO (Bijeenkomst voor federaloverleg) atau Majelis Pemusyawarah Federal.

(8)

Maka pada tanggal 23 Januari 1950 pagi-pagi benar dengan diperkirakan membawahi 800 tentara KNIL, terdiri dari pelarian-pelarian pasukan payung, barisan pengawal "Stoottroepen" dan polisi Belanda dengan dilindungi oleh kendaraan berlapis baja, mereka "menyerbu" kota Bandung. Dan untuk beberapa lamanya mereka dapat "kuasai" kota Bandung.

Setiap anggota APRIS (TNI) yang mereka temui-baik itu bersenjata atau tidak ditembak mati di tempat. Perlawanan dapat dikatakan tidak ada, karena penyerbuan tersebut tidak terduga sama sekali. Pun mengingat kesatuan-kesatuan Siliwangi baru beberapa saat saja memasuki kota Bandung, setelah perdamaian terdapat sebagai hasil KMB. Staf Divisi Siliwangi yang pada hari itu hanya dijaga 15 prajurit, diserang dengan tak terduga. Pada hari itu juga TNI dapat mengkonsolidasi kekuatannya, dan akhirnya gerombolan APRA dapat dipaksa mengundurkan diri kota Bandung.

Operasi penumpasan dan pengejaran gerombolan APRA ini yang sedang melakukan gerakan mundur, segera dilakukan oleh Kesatuan TNI. Dalam suatu pertempuran di daerah Pacet pada tanggal 24 Januari 1950 pasukan TNI berhasil menghancurkan sisa-sisa gerombolan APRA.

(9)

dapat digagalkan, dan ternyata bahwa "otaknya" adalah Sultan Hamid II, yang juga duduk di Kabinet RIS, tapi zonder portofolio

.

Sultan Hamid II dapat segera ditangkap, sedangkan Westerling setelah melihat kegagalannya APRA di Bandung dan juga gagal usahanya "menangkap" para Menteri RIS dalam Sidang Kabinet RIS di Jakarta, sempat melarikan diri ke luar negeri dengan menumpang pesawat Catalina milik Angkatan Laut Belanda, dan dengan demikian berakhirlah "petualangan" Westerling untuk mengacau di Indonesia yang telah membawa korban Rakyat Indonesia beribu-ribu banyaknya, dan tak akan dilupakan oleh Bangsa Indonesia selama-lamanya.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis tertarik menarik kesimpulan untuk melihat bagaimana terjadinya pemberontakan Angkata Perang Ratu Adil (APRA) di Bandung tahun 1950.

B. Analisis Masalah

1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor terjadinya pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Badung Tahun 1950

2. Proses terjadinya pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Bandung Tahun 1950

(10)

4. Dampak dari pembrontakan angkatan Perang Ratu Adil (APRA) bagi masyarakat Bandung khususnya dan Republik Indonesia pada umumnya.

2 Pembatasan Masalah

Agar permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini tidak terlalu luas maka penulis membatasi permasalahan ini pada, Proses terjadinya pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Bandung Tahun 1950

3 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini Bagaimana Proses terjadinya pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Bandung Tahun 1950?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana terjadinya pemberontakan angkatan perang ratu adil (APRA) di Bandung tahun 1950

D. Kegunaan Penelitian

1. Untuk menambah wawasan, ilmu pengetahuan dan informasi penulis mengenai pembrontakan Angkatan Ratu Adil (APRA) di Bandung Tahun 1950

(11)

E. Ruang Lingkup Penelitian

Tema yang diambil oleh penulis adalah pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Bandung tahun 1950. Tema yang dikaji berkaitan dengan mata kuliah Sejarah Militer. Dengan manggunakan dua pendekatan yaitu ilmu politik dan ilmu sejarah. penulis akan mencoba memahami pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil(APRA) di Bandung tahun 1950 .

(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pembrontakan

Pembrontakan terjadi karena adaya konflik, konflik antar kelompok sering kali timbul karena adanya sejarah persaingan, prasangka, dan rasa benci, baik itu sifatya pribadi, politis, maupun ideologi yang melatar belakanginya

Menurut W.J.S. Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, pemberontakan adalah perlawanan atau penentangan kepada kekuasaan (pemerintah, dan sebagainya) (W.J.S. Poerwadarminta, 1982:129). Sedangkan menurut Ricklefs M.C pemberontakan dapat terjadi karena adanya sebab umum terjadinya konflik seperti adanya berbagai tuntutan untuk diperlakukan secara adil, sehingga muncul rasa tidak puas terhadap suatu keadaan dan menginginkan sebuah perubahan yang biasa diikuti oleh rasa diskriminasi dalam politik, ekonomi dan budaya, dan kehadiran kelompok yang menggalang pemberontakan.

(13)

Penegertian pemberontakan diartikan sebagai perjuangan untuk mencapai kemerdekaan, kebebasan dari segala tekanan yang dihadapinya. Perjuangan dalam mencapai sebuah kebebasan dan kemerdekaan, suatu kelompok akan melakukan pemberontakan atau perlawanan secara non fisik dan fisik.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pemberontakan adalah penolakan terhadap otoritas dan penentangan terhadap kekuasaan yang sah, pembebasan dari segala bentuk tekanan yang dihadapi.

B. Konsep Ratu Adil

Westerling menggunakan nama Ratu Adil dalam gerakan yang dibentuknya, hal tersebut cukup mengherankan mengingat Westerling adalah seorag Belanda dan tidak mempuyai kaitan emosionl dengan ramalan Ratu Adil. Konsep Ratu Adil termasuk dalam gerakan millenarian. Tipe gerakan ini ditandai dengan adanya sosok pemimpin yang identik sebagai seoang Nabi atau seorang Ratu Adil yang membawa kelompoknya pada kemenagan dan kesejahteraan. Pada umumnya gerakan ini muncul sebagai reaksi terhadap tekanan dan kebijakan penguasa yang menyengsarakan kelompok yang bersangkutan

Ratu Adil merupakan gerakan millenarian, Gerakan ini merupakan akibat dari adanya rasa ketidak puasan dari golongan masyarakat terhadap para penguasa yang dianggap telah menidas mereka, sehingga muncul reaksi perlawanan (Ekadjati,E.1984:24)

(14)

Jayabaya adalah seorang raja dan peramal yang meramalkan bencana-bencana dan penghinaan-penghinaan yang akan dialami oleh orang-orang jawa sebelum mereka memperoleh kekuasaan dan kehormatan dan akan datang seorang pemimpin yang disebut Ratu Adil, yang akan memerintah rakyat dengan adil dan bijaksana, sehingga keadaan aman damai dan rakyat akan makmur dan sejahtera. (Bernhard Dahm,1987:3)

Kepercayaan ini merupakan sebuah harapan masyarakat yang tidak puas terhadap kondisi social dan ekonomiya dan kekecewaan mereka terhadap penguasa yang diaggap telah menindas mereka. Fenomena tersebut dimanfaatkan oleh Westerling dengan memanfaatkan symbol Ratu Adil sebagai nama gerakannya untuk menampung golongan-golongan yang tidak puas terhadap Republik Indonesia Serikat sekaligus untuk menarik masyarakat (Matanasi,2007:8-9)

Jadi dapat disimpulkan bawa Ratu Adil merupakan sebuah kepercayaan turun temurun dari nenek moyang yang datang dari sebuah ramalan Jayabaya yang menjelaskan bahwa akan datang seorang juru selamat yang akan melepaskan rakyat dari tirani, dan kesengsaraan. Ratu Adil akan membawa pengikutnya pada kejayaan dan kemakmuran

C. Konsep Angkata Perang Ratu Adil (APRA)

Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) adalah milisi dan tentara swasta pro-Belanda

yang didirikan pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Milisi ini didirikan oleh

mantan Kapten DST KNIL Raymond Westerling setelah demobilisasinya dari

kesatuan Depot Speciale Troepen (depot pasukan khusus KNIL) pada tanggal 15

Januari 1949. Nama milisi ini berasal dari bagian dari kitab ramalan Jawa Kuna

(15)

merupakan keturunan Turki. Karena mempunyai warisan darah campuran Turki,

Westerling memandang dirinya sebagai sang "Ratu Adil" yang diramalkan akan

membebaskan rakyat Indonesia dari "tirani".

Ajakan yang dibuat Westerling untuk menarik simpati dari masyarakat yang berlandaskan kepada kepercayaan masyarakat merupakan suatu metode yang hampir mirip dengan ajakan dari para nabi pemimpin spiritual dari gerakan millenarian seperi gerakan gerakan Pai Maire di Selandia Baru pada tahun 1864-1867, gerakan Munda dan Birsa di Chotta Nagpur, India pada tahun 1899-1900, Pemberontakan Maji-Maji di Afrika Timur, Tanzania pada tahun 1905-1906 dan Pemberontakan Saya San di Birma pada tahun 1930-1932 (Adas:1979: 1-51).

Model ajakan yang dilakukan Westerling adalah mengajak semua lapisan masyarakat untuk menganggap bahwa misi yang akan dijalankan oleh tentara-tentara APRA adalah misi suci untuk menggulingkan ketidak adilan di Indonesia.

Westerling berusaha untuk mempertahankan adanya negara-negara federal

dalam Republik Indonesia Serikat melawan kesatuan Republik Indonesia yang

dipimpin oleh Sukarno dan Hatta yang dianggapnya didominasi oleh orang Jawa.

APRA direkrut dari 18 faksi anti-Republik yang beragam, termasuk personel

mantan gerilyawan Republik, Darul Islam, Ambon, Melayu, Minahasa, KNIL yang

telah didemobilisasi,Regiment Speciale Troepen(Resimen Pasukan Khusus KNIL),

dan Tentara Kerajaan Belanda. Tahun 1950, APRA telah berevolusi dari

serangkaian unit pertahanan diri pedesaan menjadi kekuatan tempur berjumlah

(16)

Jadi dapat ditarik kesimpuan bahwa Gerakan Angkatan Perang Ratu Adil yang di

pimpim oleh Westerling merupakan sebuah gerakan millenarian yang pada

umumnya akan membawa pengikutnya pada kesejahteraan, akan tetepi Klaim

dari westerling sebagai seorang ratu adil yang akan membawa rakyat pada

kesejahteraan merupakan suatu langkah yang berani mengingat dia adalah

seorang belanda yang pernah menjajah Indonesia, namun dengan

kecerdasannya westerling dapat menarik simpati rakyat pasundan untuk ikut

bergabung dengan Gerakan Angkatan Perang Ratu Adil.

D. Kerangka Pikir

Pembentukan APRIS ternyata telah menimbulkan ketegangan-ketegangan yang

mengakibatkan terjadinya serentetan pertumpahan darah. Dikalangan TNI

sendiri ada tentangan dan keengganan untuk bekerja sama dengan bekas

anggota tentara Belanda KNIL yang dilebur ke dalam APRIS. Sebaliknya, di pihak

KNIL ada tuntutan agar bekas-bekas kesatuannya ditetapkan sebagai alat dari

negara bagian. Ketegangan ini dipertajam oleh pertentangan politik antara

golongan "federalis" yang ingin tetap mempertahankan eksistensi negara bagian

dengan golongan "unitaris" yang menginginkan negara kesatuan.

Di Bandung apa yang menamakan dirinya " Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)"

yang didirikan oleh kapten Raymond Westerling. Tujuan APRA dan kaum

kolonialis yang ada di belakangnya ialah mempertahakan betuk federal di

Indonesia dan mempertahankan adanya tentara tersendiri pada Negara-negara

(17)

bahwa APRIS adalah Angkatan Perang Nasionalmemberikan "ultimatum" kepada

Pemerintah RIS dan Negara Pasundan supaya mereka diakui sebagai "Tentara

Pasundan" dan menolak usaha-usaha untuk membubarkan negara boneka

tersebut. Ultimatum itu dengan sendirinya tidak dihiraukan oleh Pemerintah RIS.

Pada pagi hari tanggal 23 Januari 1950 gerombolan APRA melancarkan

serangannya terhadap kota Bandung. Gerombolan ini dipimpin oleh Kapten

Raymond Westerling, yang pada bulan Desember tahun 1946 telah memimpin

gerakan pembunuhan massal terhadap rakyat Sulawesi Selatan. Gerombolan

yang menyerang kota Bandung berjumlah kurang lebih 800 orang dan terdiri dari

bekas KNIL,

(18)

E. Paradigma

D

Keterangan:

= garis proses

= garis Tahapan

Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil di Bandung Tahun 1950

1. Persiapan APRA dalam Melakukan Aksi Perlawanan

Pelaksanaan

1. Penyerangan APRA ke Markas Devisi Siliwangi

2. Penyerbuan Ke Jakarta

(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam setiap penelitian metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan suatu penelitian. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, karena penelitian yang mengambil obyek masa lampau pada umumnya meggunakan metode historis. Adapun metode historis menurut Louis Gottschalk, metode historis adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis reekaman dari masa lampau (Gottschalk, 1986:32).

Sedangkan menurut Abdurahman D, metode penelitian historis adalah prosedur memecahkan masalah dengan menggunakan data masalampau atau peninggalan-peniggalan, aik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan yang berlangsung pada masa lalu terlepas dari keadaa masa sekarang mupun untuk memahami kejadian atau keadaan masa sekarang dalam hubunganya dengan kejadian atau keadaan masa lalu (Abdurrahman,D. 1999:68)

(20)

Dari pendapat para ahli dapat dinyatakan bahwa yang di maksud dengan metode historis adalah suatu prisip dan aturan yang sistematis serta evaluasi yang objektif dari data yang di gunakan dalam proses menguji dan meganalisis hipotesis yang berkaitan degan rekaman dan kejadian-kejadian masa lampau untuk menjelaskan kejadian yang di alami saat ini dan masa yang akan dating.

Langkah dalam metode historis adalah

1. Heuristik, yaitu kegiatan menghimpun jejak-jejak masa lampau

2. Kritik (sejarah) yakni menyelidiki apakah jejak-jejak itu sejati, baik bentuk maupu isinya

3. Interpretasi, yakni yang menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta-fakta yang di peroleh itu

4. Historiografi, adalah suatu kegiatan penulisan dalam bentuk laporan hasil penelitian (Abdurrahman,D.1999:46)

1. Heuristik

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mencari, menemukan, atau menggumpulkan data, fakta dan jejak sejarah yang berhubungan dengan tema penulisan dan obyek penelitian yang sedang dilakukan.

2. Kritik

(21)

pemilihan sumber-sumber tersebut sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh penulis.

3. Interpretasi

Setelah melakukan tahap kritik dilakukan pemberian terhadap data-data yang telah dipeoleh dan diurutkan sehingga menjadi sebuah urutan peristiwa yang dapat di terima akal sehat.

4. Historiografi

Setelah mengumpulkan bahan melakukan kritik, dan penafsiran, maka hal terakhir yang dilakukan adalah melakukan proses penyusunan dan penungan seluruh hasil penelitian kedalam bentuk tulisan.

A. Variabel Penelitian

Menurut Kuntowijoyo dan Mimi Martini yang di

adalah himpunan beberapa gejala yang berfungsi sama dalam suatu masalah ( kuntowijoyo.1994:49). Sedangkan , menurut Syamsudin.H yang dimaksud dengan variabel penelitian adalah segala sesuatu yang menjadi objek penelitian (syamsudin H. , 1996:81).

Berdasarkan dua pendapat diatas maka dapat dikemukakan bahwa variabel penelitian adalah obyek penelitian atau pengamatan yang menjadi titik perhatiandalam suatu penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel tunggal dengan focus penelitian tentang Pemberontakan Angkatan perang ratu adil di bandung tahun 1950.

(22)

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik guna memperoleh data yang diinginkan yaitu :

1. Teknik Kepustakaan

Menurut Koetjaraningrat teknik kepustakaan merupakan cara pengumpulan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang terdapat di ruang perpustakaan misalnya: Koran, majalah, naskah, catatan-catatan, kisah sejarah, dokumentasi, dan sebagainya yang relevan dengan penelitian

Jadi teknik kepustakaan adalah membaca literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang akan di teliti, dengan maksud untuk memperoleh atau mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan macam-macam materi yang ada hubungannya dengan permasalahan yang dibahas.

2. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan teknik penelitian yang penting dalam penelitian ilmiah. Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan permasalahan penelitian, baik dari sumber dokumen maupun buku-buku, Koran, majalah, dan lain-lain.

(23)

melalui diperbaharui. Pencarian data melalui internet akan dilakukan dengan menggunkan bantuan mesin pencari (searh engine) seperti www.google.com dan www.wikipedia.com

3. Teknik Analisis Data

Data-data yang terkumpul kemudian dianalisis, tujuan dari analisis adalah untuk membuat suatu kesimpulan dari masalah yang akan diteliti. Data dalam penelitian ini merupakan data kualitatif, maka analisis yang di gunakan adalah analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif adalah data yang muncul berupa kata-kata bukan rangkaian kata, data tersebut dikumpulkan melalui cara atau teknik yang di gunakan oleh penulis apakah yang diperoleh dari hasil observasi dan siap diproses.

Langkah-langkah dalam mengnalisis data dapat dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:

(24)

berhubungan dengan pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil di Bandung tahun 1950.

2. Klasifikasi data

Kasifikasi data merupakan usaha dari peneliti untuk menggolong-golongkan data berdasarkan pada ketegorisasi tertentu yag di buat oleh peneliti.

3. Pengolaan data

Setelah data digolongkan atau dipisahkan berdasarkan jenisnya kemudian peneliti mengolah kedalam suatu susunan kalimat secara sistematis dan kronologis sehingga mudah untuk dipahami dan dimengerti.

4. Penafsiran dan penyimpulan

(25)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan data yang telah dibahas, diperoleh kesimpulan yaitu proses terjadinya pemberontakan angkatan perang ratu adil di Bandung tahun 1950 di awali dari mempersiapkan. Yakni pada tanggal 5 november 1949 mengadakan rapat tertutup oleh Westerling dengan pihak belanda yang ingin memberikan bantuan persejatan setelah itu pada tanggal 22 januari 1950 menyiapkan personal tentara APRA yang berjumlah sekitar 500 orang prajurit. 300 diataranya dipersiapkan untuk menyerbu markas devisi siliwangi dan sisanya bersiap untuk meyerbu Jakarta dan mengambil alih kekuasaan RIS.

(26)
(27)

✢✣ ✤✥ ✦✧✧ ★ ✩ ★✦✪ ★✫ ✫✣ ✦✬ ★✭ ★ ✬★✦ ✫ ✣ ✢✮ ✭✥ ✯ ★✦ ✪ ★✦✧ ✤★✰✮ ✢ ✬✥ ✤★✬ ★✱✥ ✤✥ ✦✧✧ ★ ✱★✬★ ★✫ ✤✥ ✰ ✦✪★✲✣✦✧ ★✭ ★✲✥✫✣✧ ★✧ ★✭★✦✳

B. Saran

(28)

PEMBERONTAKAN ANGKATAN PERANG RATU ADIL (APRA) DI BANDUNG TAHUN 1950

SKRIPSI

Oleh Utami Trimulya

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(29)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... DAFTAR LAMPIRAN ...

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Analisis Masalah ... 7

1. Identifikasi Masalah ... 7

2. Pembatasan Masalah ... 8

3. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kegunaan Penelitian ... 8

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembrontakan ... 10

B. Konsep Ratu Adil ... 11

C. Konsep Angkata Perang Ratu Adil (APRA) ... 12

(30)

E. Paradigma ... 16

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 17

A. Variabel Penelitian ... 19

B. Teknik Pengumpulan Data ... 20

1. Teknik Kepustakaan... 20

2. Teknik Dokumentasi ... 20

3. Teknik Analisis Data... 21

VI. HASIL DAN PEBAHASAN A. Hasil ... 23

1. Latar Belakang Terjadinya Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Bandung Tahun 1950 ... 23

1.1.Kegagalan Mobilisasi KNIL kedalam APRIS ... 23

1.2. Sosok Raymond Pierre Westerling ... 26

1.3 Kemunculan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) ... 31

2. Proses Terjadinya Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil ... 36

2.1 Persiapan APRA dalam Melakukan Aksi Perlawanan... 36

2.1.1 Mengeluarkan Surat Ultimatum ... 42

2.2 Pelaksanaan Penyerangan APRA Ke Markas Kwartier Divisi Siliwangi 43 2.2.1 Penyerbuan ke Jakarta ... 50

(31)

2.2.1.2 Pertempuran di Ciranjang... 51

2.2.1.3 Pertempuran di Perkebunan Vada, Cikalong Kulon... 52

2.3 Berakhirnya Perlawanan APRA... 54

✴ ✵✶ ✵✷✸✹✺ ✻✼✽✾✿❀ ✺ ❁✽ ✺ ❂✼✾✿❃✻✿❀❄❅✽ ✼✹✼ ❅✸✾ ❆ ✸✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵ ❇❈ ✴ ✵✶✵✷✵✷✵❉✺ ❊✼ ❅❋✾ ❄●✺✽ ✺ ✹ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵ ❇❈ ✴ ✵✶✵✷✵✴❉✺ ❊✼ ❅❋❍❄❁✺ ✼ ●✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵✵ ✵✵✵ 60

2.3.1.3 Bidang Ekonomi ... 62

B. Pembahasan ... 63

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 68

B. Saran ... 70

(32)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Adas.M.1988. Ratu Adil Tokoh Dan Gerakan Milenarian Menentang Kolonialisme Eropa.Jakarta: Rajawali Press.

Abdurahma, D.1999.Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos

Berhard, Dahm.1987.Sukarno dan Perjuaangan kemerdekaan. Jakarta:LP3ES Ekadjati,E. 1980. Sejarah Revolusi Kemerdekaan Derah Jawa Barat. Jakarta:

Depdikbud

Gootshalk, L.1986.Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press

Kahil, G.T. 1995. Nasional Dan Revolusi Di Indonesia Refleksi Pergumunan Lahirnya Republik. Surabaya: UNS Press

Kuntowijoyo. 1984.Metodelogi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana

Nasution, AH.1968.Tentar Nasional Indonesia II. Jakarta: Seruling Bangsa Pusat Sejarah Militer Angkatan Darat.1979.Sejarah TNI-AD 1945-1973 bagian 2.

Bandung. Pusat Sejarah Angkatan Darat

Pusat Sejarah Militer Angkatan Darat. 1965. Peranan TNI AD Dalam Perang Kemerdekaan, Revolusi Pisik 1945-1950. Bandung : Pusat Sejarah Angkatan Darat

Pusat Sejarah Militer Angkatan Darat.1979.Sejarah TNI-AD 1945-1973 bagian 2. Bandung. Pusat Sejarah Angkatan Darat.

Poesponegoro,M.D. Notosusanto.N,1993. Sejrah Nasional Indonesia. Jakarta: Balai. Pustaka.

Poerwadamita.W.J.S.1982.Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakrata: Gramedia Sejarah Militer Kodam VI. 1968. Siliwangi Dari Masa ke Masa. Jakarta: Fakta Mahjuma

Sundhussen,U.1988. Politik Militer Indonesia 1945-1967 Menuju Dwi Fungsi ABRI. Jakarta: LP3ES

(33)

SURAT KABAR

---. 1950. Anti- Suara Bogor. Bogor 21 Januari 1950

--- Algodjo Sulawesi Selatan Hendak Megulang Lakonnja Kembali Di Majalah Merdeka Januari thn III No

--- Sekitar Urusan Westerling dan APRA-nja.APRA terdiri dari 60 Anggauta

---Januari1950

---Bogor. 26 Januari 1950. --- 1950.

Indonesi. 26 Januari 1950

(34)
(35)

Gambar:2

(36)
(37)
(38)

Moto

Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi

Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka

oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang

besar .

(Q.S. Al Hujuraat, Ayat 4)

(39)

Judul :PEMBERONTAKAN ANGKATAN PERANG RATU ADIL (APRA) DI BANDUNG TAHUN 1950

Nama Mahasiswa :Utami Trimulya No. Pokok Mahasiswa : 0743033042

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi : Pendidikan Sejarah

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Iskandar Syah, M.H M. Basri, S.Pd.M.Pd

NIP.195710111987031001 NIP.197311202005011001

2. Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Ketua Program Studi

Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan Sejarah

Drs. Buchori Asyik, M.Si Drs. Maskun, M.H.

(40)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Iskandar Syah, M.H ..

Sekretaris : M. Basri, S.Pd., M.Pd. ..

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Maskun, M.H. ..

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(41)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedungmeneng Bandarlampung Telepon (0721) 704 624Faximile(0721) 704 624

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, adalah :

1. Nama : Utami Trimulya

2. NPM : 0743033042

3. Program Studi : Pendidikan Sejarah

4. Jurusan : Pendidikan IPS-FKIP Unila

5. Alamat : JL Samratulangi no 25 RT/ RW 02 Penengahan Tanjung

Karang Pusat Bandar Lampung

(42)

PERSEMBAHAN

Bismillahirohmanirohim,

Sebuah karya kecil ku ini ku persembahkan untuk :

Allah SWT yang telah memberikan dan memenuhi

kebutuhan hamba-Nya.

Kedua orang tua ku tersayang Bapak H.Darsono dan

Ibu Hj. Sumini yang selalu mecurahkan kasih

sayangnya setiap waktu untuk ku. Terimakasih atas doa

dan kasih sayang yang selalu kalian berikan untuk ku.

Kakak ku Budi Santoso S.Pel dan Kakak Ipar ku Surya

Ningum tersayang yang selalu membantu dan membagi

banyak pengalaman hidup. Serta Mbak ku Maya Nurya

Budi yanti S.H dan Kakak Ipar ku Tri Joko Sucahyo

S.H. M.H. yang selalu menjadi motivator untuk ku. Aku

sayang kalian.

(43)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bandar Lampung Kecamatan Tanjung Karang

Pusat Provinsi Lampung, pada tanggal 28 Oktober 1988 dari pasangan

H.Darsono dan Hj. Sumini sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara.

Jenjang pendidikan penulis ditempuh di Bandar Lampung, tahun 1994 di TK

Syamratulangi, tahun 2001 menyelesaikan pendidikan di SDN 5 Gedung Air

Tanjung Karang, tahun 2004 menyelesaikan pendidikan Madrasah Tsanawiah di

Ponpes Diniyyah Putri Lampung , dan tahun 2007 menyelesaikan pendidikan di

Madrasah Aliyah di Ponpes Diniyyah Putri Lampung juga,

Pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa FKIP Universitas Lampung

pada Program Studi Pendidikan Sejarah melalui jalur Non SPMB atau yang di

kenal dengan Non Reguler. Pada tahun 2011 Penulis melaksanakan PPL di SMA

(44)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul, PEMBERONTAKAN ANGKATAN PERANG RATU ADIL (APRA) DI BANDUNG TAHUN 1950 Pada Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga banyak mendapatkan petunjuk dan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S. selaku pembantu dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si Selaku pembantu dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(45)

5. Bapak Drs. H Buchori Asyik, M.Si selaku ketua jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Bapak Drs Maskun, M.H Selaku ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus selaku penguji peulis.

7. Bapak M Basri S.Pd. M.Pd selaku Pembimbing II, terimakasih atas segala bantuan, bimbingan dan nasehat-nasehat yang diberikan kepada penulis sehingga penulis bisa terus semangat sampai skripsi ini dapat terselesaikan 8. Bapak dan ibu dosen Pendidikan Sejarah Bapak Ali Imron, Bapak Wakidi,

Bapak Maskun, Ibu Risma Sinaga, Bapak Syaiful, Bapak Henri, Bapak Basri, Ibu Riri dan Bapak Suparman Arif, terima kasih atas segala ilmu yang telah kalian berikan, semoga ilmu yang telah diberikan kepada penulis selama ini dapat bermanfaat dan menjadi bekal di masa depan.

9. Untuk keluarga besarku (bopo,sepupu-sepupuku, Dwi, Mbk Ani, Mbak Ana, Agung, Antok, Andi,) terimakasih untuk segala bentuk semangatnya.

(46)

11. Untuk sahabatku Oktavianti Subbing, Anis Marestiana, Teteh Faradia, Nunik Alima, Septiana Yanti Lestari, Dona Oktamia. Semoga persahabaan ini selalu untuk selamanya.

12. Untuk kakak-kakak 2006 mbak, wina, mbak vee, mbk rian, mbak nina, mbak tessa, mbak mita dan untuk adik-adik 2008 Berta, Anggun, Rina, Ina, een, betri terimakasih utuk bantuannya.

13. Untuk sahabat MA ku. Ayuk Nova, Ayuk Tina, Iken, Dee, Via, Jevvi, Merry. Dan Mbk fitri. Terimakasih untuk segala dukungannya.

14. Seluruh rekan-rekan mahasiswa pendidikan Sejarah, kalian adalah saudara seperjuangan semoga keberhasilan dalam mencapai cita-cita akan menyertai kalian.

15. Teman-teman PPL di SMA BUDAYA. Buk Rina, Buk Nina, Buk Yuli, Buk Fara, Pak Izal, Pak Taufik, Pak Heri, Pak Happy, dan Buk Yeni. Kebersamaan kita kan selalu dikenang

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu atas terselesainya skripsi ini.

17. Seseorang yang terkadang menjengkelkan namun selalu memberikan semangat, dan dukungan dalam segala bentuk. Terimakasih banyak.

Penulis berharap semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Wassalamualaikum Wr. Wb.

(47)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh dari 136 mahasiswa angkatan 2012 fakultas psikologi universitas “X” di Kota Bandung sebagian besar memiliki academic adjustment

Dari 36 orang mahasiswa Buton tingkat I angkatan 2012 di Politeknik ‘X’ Bandung, 47.2% mahasiswa Buton mengalami culture shock dengan derajat yang rendah, yang artinya

* Masa berlaku Surat Tidak di Dipidana dari Pengadilan Negeri, 6 Bulan sejak tanggal di terbitkan (Sesuai Ketentuan dari Pengadilan