ABSTRAK
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
Oleh
Ketut Triyogi Kusumawati
Hasil belajar fisika siswa SMA Swadhipa Natar masih sangat rendah dan belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS; (2) Perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran PBL; (3) Perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan model pembelajaran PBL.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan bentuk Quasi
Eksperiment dengan tipe Pretest-Post test Non Equivalent Control Group Design dan lokasi penelitian di SMA Swadhipa Natar. Sampel diambil dua kelas yaitu kelas XI IPA1 dan XI IPA2. Teknik analisis data hasil belajar menggunakan skor pretest dan posttest, skor N-gain dan pengujian hipotesis menggunakan uji Paired Sampel t-test dan Independent Sample t-test.
Ketut Triyogi Kusumawati pembelajaran TPS adalah 56,66 dan sesudah diterapkannya model pembelajaran TPS adalah 78,78, (2) hasil belajar fisika siswa sebelum diterapkannya
pembelajaran PBL adalah 57,65 dan setelah diterapkannya pembelajaran PBL adalah 92,65, (3) hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS mengalami kenaikan sebesar 22% dan model pembelajaran pembelajaran PBL mengalami kenaikan sebesar 35%.
Ketut Triyogi Kusumawati
pembelajaran inkuiri terbimbing (kelas XI TKR CBT). Hasil belajar diukur dari nilai hasil evaluasi pretest dan posttest menggunakan skor N-gain dan pengujian hipotesis menggunakan uji Independent Sample T Test,
Berdasarkan skor rata-rata N-gain diperoleh rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen 1 (model pembelajaran kooperatif tipe GI) sebesar 0,58 (kate-gori sedang) dan berdasarkan skor gain diperoleh kenaikan skor rata-rata hasil belajar siswa sebesar 52%. Pada kelas eksperimen 2 (pembelajaran inkuiri terbimbing) diperoleh skor N-gain rata-rata hasil belajar siswa sebesar 0,73 (kategori tinggi) dengan kenaikan skor rata-rata sebesar 64%. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa ada perbedaan rata-rata hasil belajar pada setiap kelas eksperimen dan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih efektif digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran.
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MEDEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHERE (TPS)
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
Oleh
Ketut Triyogi Kusumawati
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHERE (TPS) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
Nama Mahasiswa : Ketut Triyogi Kusumawati
No. Pokok Mahasiswa : 0743022031
Jurusan : Pendidikan MIPA
Program Studi : Pendidikan Fisika
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
Komisi Pembimbing
Dr. Undang Rosidin, M.Pd Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc NIP. 196003011985031003 NIP. 195806031983031002
Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share ... 8
2. Model Problem Based Learning ... 12
3. Hasil Belajar....……... 17
B. Kerangka Pemikiran ... 20
C. Anggapan Dasar dan Hipotesis ... 23
III. METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian ... 24
B. Sampel Penelitian ... 24
C. Variabel Penelitian ... 25
D. Desain Penelitian ... 25
F. Analisis Instrumen ... 26
G. Teknik Pengumpulan Data... ... 29
H. Teknik Analisis Data ... 29
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 35
1) Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS ... 51
2) Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran PBL ... 52
3) Perbedaan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dengan Model Pembelajaran PBL ... 54
V. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 57
2. Saran ... 58
LAMPIRAN
1. Silabus ... 63
2. RPP Pembelajaran TPS ... 65
3. RPP Pembelajaran PBL ... 72
4. Kisi-Kisi Soal Pretest-Post test ... 80
5. Kisi-Kisi Soal Pretest-Post test ... 82
6. Lembar Kerja Kelompok pembelajaran TPS ... 90
7. Jawaban Lembar Kerja Kelompok pembelajaran TPS ... 94
8. Lembar Kerja Kelompok pembelajaran PBL ... 103
9. Jawaban Lembar Kerja Kelompok pembelajaran PBL ... 106
10. Soal Pretest-Post test TPS ... 107
11. Soal Pretest-Post test TPS ... 108
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan limpahan
rahmat dan karunia Nya. Dengan kerendahan hati kupersembahkan skripsi ini
kepada :
1. Kedua orang tuaku Bapak Made Yasjana, S.Pd dan Ibu Nyoman Kerti, S.Pd
tersayang, yang telah membesarkan, mendidik dan mendoakan ku dengan
kasih sayangnya. Mohon maaf karena selama ini telah banyak membuat
bapak dan ibu kecewa. Jasa bapak dan ibu tak mungkin dapat ananda balas
walau sampai akhir hayat. Mudah-mudahan kelak dapat membahagiakan
dan dapat membuat bapak dan ibu bangga telah melahirkanku.
2. Kakakku Made Eko Juliana, S.T dan mbakku Nyoman Dwi Ratnawati,
A.Md tersayang, atas doa dan dukungan kalian baik secara material
maupun non material bagi kesuksesanku.
SANWACANA
Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan ridho Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Perbandingan
Hasil Belajar Fisika Siswa Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)”.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Bapak Dr. Hi. Undang Rosidin, M. Pd. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Fisika dan sekaligus Pembimbing I atas kesedian dan
keikhlasannya memberikan bimbingan, saran, dan motivasi dalam proses
penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc selaku pembimbing II terima kasih
atas nasehat, kesabaran serta bimbingannya untuk membantu penulis dalam
menyusun skripsi ini.
5. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si selaku pembahas yang banyak memberikan
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung keluarga Pendidikan Fisika.
7. Rekan-rekan seperjuangan di Fisika NR 07 : Fatma, Nela, Dwi, Risky,
Vira, Eda bayu, Duwi, Netty, Dian, Risna, Nani, Bayu, Mas Arif H, Mas
Cahyo, Mas yudi, Dedo, Deo, Anwar, Arif S, Eko, Efriza, Yevi,
Masdalena, Eria, Lina, Rena, Eka Dani, Jufri, Novi, K Sapri, Mb. Erla, Sri,
Ana, Santi, Benetty, Rogandi, Raden, Nizom, Ferico, Rianto, Istika,
Endang, Ruslan, Sandy, atas kebersamaannya, semoga tetap kompak.
8. Kakak-kakak dan adik-adik tingkat di Pendidikan Fisika angkatan 2006,
2008 dan 2009, 2010, 2011 semoga selalu menjadi keluarga besar
pendidikan fisika yang solid dan bersahabat.
9. Teman-teman PPL ku: Dwi, Ema, Gede, Selfi, Erlin, kak Hendri, Mbak
Ocha, Indah, Mbk Febri, dan I’is terima kasih selalu menyayangiku selama
ini dan selalu memberiku semangat.
10.Ibu Dra. Hj. Nurpuri selaku Kepala Sekolah SMA Swadhipa 1 Natar
Lampung Selatan, terima kasih selalu mendukungku dan selalu memberikan
nasehat-nasehat kepadaku.
11.Ibu Intan Purnamawati, S.Pd. selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas XI
IPA1 dan XI IPA2 SMA Swadhipa 1 Natar Lampung Selatan, atas bantuan
dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.
Semoga Tuhan melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, serta
berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan
semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, Juli 2012
Penulis
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini adalah :
1.Nama : Ketut Tryogi Kusumawati 2.NPM : 0743022031
3.Program Studi : Pendidikan Fisika 4.Jurusan : Pendidikan MIPA
5.Alamat : Desa Restu Rahayu Kec. Raman Utara Kab. Lampung Timur.
Menyatakan bahwa Skripsi saya yang berjudul “Perbandingan Hasil Belajar Fisika Siswa Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Dengan Model Problem Based Learning (PBL)” bukan hasil penjiplakan dan di dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan disepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bandar Lampung, Juli 2012 Penulis
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi disertai arus globali-
sasi yang cepat, menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber informasi tidak
mungkin lagi dapat dipertahankan. Oleh karena itu, model dengan setrategi
belajar mengajar yang berpusat pada guru tidak sesuai lagi dengan
per-kembangan yang dihadapi dunia pendidikan saat ini. Guru bukan orang yang
serba tahu dan siswa bukan orang yang serba tidak tahu sehingga diperlukan
suatu pembelajaran yang berpusat pada siswa dan dapat mengarahkan peserta
didik untuk dapat terlibat secara langsung dan aktif dalam kegiatan belajar
mengajar.
Fisika merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang
sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu
pembelajaran harus mengajarkan Model, Strategi atau Metode yang dapat
membangkitkan hasil belajar fisika siswa.
Selama proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi pembelajaran
2 tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah
harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode,
strategi atau pendekatan dalam mengajar.
Selama pembelajaran, siswa dituntut hasil belajar yang maksimal, tetapi siswa
tidak diajarkan untuk megalami secara langsung dengan konsep materi yang
siswa pelajari, sehingga siswa hanya bisa mengerjakan soal latihan tetapi
tidak bisa menjelaskan konsep secara detail. Kemampuan lain tidak
dikembangkan dalam proses pembelajaran seperti sikap ilmiah.
Untuk mencapai hasil yang maksimal siswa diajarkan dalam memahami
konsep terlebih dahulu, sebelum diberikan tes akhir seperti ulangan harian dan
semester. Seharusnya siswa diajak untuk mengalami materi pelajaran secara
langsung seperti melakuan praktek membuat alat sederhana, sehingga materi
yang siswa pelajari akan lebih bermakna bagi diri siswa itu sendiri, maka
kemampuan untuk menganalisis suatu persoalan tidak asing untuk
menyelesaikannya.
Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa sebagian besar hasil belajar siswa
belum tercapai secara maksimal. Nilai rapotnya relatif tinggi tetapi siswa
belum berani mengemukakan pendapatnya, tidak obyektif, masih saja
memanipulasi data hasil pengukuran sehingga kejujurannya pun diragukan,
belum dapat menerima pendapat orang lain sehingga rasa egonya masih tinggi,
keaktifan dalam kelas atau kelompoknya belum tampak nyata sehingga fungsi
3 Di SMA Swadhipa 1 Natar hal ini terlihat jelas, bahwa hasil belajar IPA relatif
tinggi tetapi hasil belajar tersebut tidak diikuti dengan sikap ilmiah yang
seharusnya dapat tercapai. Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal
siswa dibimbing untuk menguasai rumus-rumus, konsep-konsep dan
permasalahan tertentu.
Langkah ini telah diupayakan dengan berbagai cara sehingga hasil belajar
yang dimaksud dapat tercapai. Namun pada proses akhir pelajaran, ternyata
sikap ilmiah sebagai konsekwensi dari ciri pembelajaran IPA belum sebanding
dengan hasil belajar yang dicapai siswa. Guru belum mampu mencapai dan
membentuk sikap ilmiah seperti yang diharapkan, walaupun variasi
pendekatan pembelajaran yang digunakan sudah diterapkan pada kegiatan
belajar mengajar. Pendekatan pembelajaran yang dipilih hanya mampu
meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat
memilih pendekatan pembelajaran agar hasil belajar yang dihasilkan tinggi.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti menganggap perlu diadakan
penelitian, guna meningkatkan hasil belajar IPA siswa melalui penggunaan
Strategi pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) membagi siswa
ke dalam kelompok-kelompok kecil terdiri empat siswa dengan tingkat
kemampuan yang berbeda. Siswa dapat lebih berperan aktif dalam kelompok
dengan jumlah anggota yang sedikit karena interaksi dalam kelompok
dipengaruhi juga oleh banyaknya anggota dalam kelompok. Makin besar
kelompok, makin kurang intensif interaksi dan makin lama proses kerja yang
4 Model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) menurut teori adalah suatu model pembelajaran yang
berpusat kepada siswa. Model pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang
untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada
siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk
mem-bantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah, dan
ketrampilan intelektual, yang melibatan mereka dalam pengalaman nyata atau
simulasi dan menjadi pelajar yang mandiri.
Penilaian pada pembelajaran PBL berorientasi pada proses dengan tujuan
untuk menilai ketrampilan berkomunikasi, bekerjasama, penerimaan siswa
terhadap tanggung jawab, kemampuan belajar (learning to learn),
penyelesaian dan penggunaan sumber belajar serta pengembangan ketrampilan
memecahkan masalah.
Kedua model pembelajaran ini diharapkan akan terjadi interaksi guru dengan
siswa akan terjalin, kemandirian siswa akan tumbuh dan kerja sama antar
siswa akan terbina. Penelitian ini akan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS dan model pembelajaran PBL yang akan diterapkan pada
siswa kelas XI IPA SMA Swadhipa 1 Natar. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar fisika siswa setelah diterapkannya kedua
5 B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
(1) Apakah ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa sebelum dan
sesudah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS?
(2) Apakah ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa sebelum dan
sesudah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL?
(3) Adakah perbedaan hasil belajar fisika siswa antara pembelajaran model
pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan model pembelajaran PBL?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui:
(1) Perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TPS.
(2) Perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PBL.
(3) Perbedaan hasil belajar fisika siswa antara pembelajaran model
6 D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, adapun manfaat yang
diharapkan adalah:
(1) Bagi Siswa
Meningkatkan hasil belajar fisika siswa melalui upaya memecahkan
permasalahan, sehingga siswa dapat memantapkan konsep pengetahuan yang
diperolehnya.
(2) Bagi Guru
Menjadi alternatif baru dalam menyajikan materi pembelajaran yang dapat
diterapkan di kelas untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
(3) Bagi Peneliti
penambahan wawasan ilmu pengetahuan bagi peneliti dengan terjun langsung
ke lapangan yang menjadi bakal untuk menjadi calon guru yang professional.
E. Ruang Lingkup Penelitian
(1) Model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan struktur
pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa,
agar tercipta suatu pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan
penguasaan akademik dan keterampilan siswa. Ada 3 tahap dalam model
pembelajaran TPS “Think (berpikir), siswa berpikir secara tradisional
terlebih dahulu terhadap masalah yang disajikan guru. Pair (berpasangan),
siswa diminta untuk membentuk pasangan dan mendiskusikan apa yang
dipikirkannya secara individual tadi. Share (berbagi), setelah tercapai
7 mempersentasikan apa yang telah berlangsung didalam kelompoknya dan
berbagi pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki.”
(2) Pembelajaran yang diterapkan pada penelitian ini adalah Model
Pembelajaran PBL. Karena merupakan suatu model pembelajaran yang
menggunakan masalah nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
belajar bagaimana cara berpikir kritis dan mempunyai keterampilan dalam
pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep
yang esensial dari materi pelajaran yang telah disampaikan. Sintaks
pendekatan pembelajaran berbasis masalah dalam penelitian ini adalah:
Orientasi siswa kepada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar,
membimbing penyelidikan individual maupun kelompok,
mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan menganalisis dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah.
(3) Hasil belajar Ranah kognitif terdiri dari enam jenis prilaku, yaitu:
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
(4) Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPA semester genap SMA
Swadhipa 1 Natar tahun pelajaran 2011/2012.
(5) Materi yang akan diberikan pada masing-masing kelas sama yaitu materi
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas XI IPA SMA Swadhipa 1
Natar pada semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 yang terdiri atas 4
kelas berjumlah 136 siswa.
B. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
Purposive Sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel
untuk tujuan tertentu saja. Berdasarkan populasi yang terdiri dari 4 kelas
diambil 2 kelas sebagai sampel, yaitu kelas XI IPA1 dan kelas XI IPA2.
C. Variabel Penelitian
Terdapat dua variabel pada penelitian ini, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe
TPS (X1) dan pembelajaran PBL (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah
hasil belajar melalui pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe TPS dan hasil
26
X : Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
2
D. Desain Penelitian
Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan bentuk Pre-Eksperimental
Design dengan tipe One-Group Pretest-Posttest Design. Pada desain ini, terdapat
pretest sebelum diberi perlakuan dan posttest setelah diberi
perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena
dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1 Desain eksperimen One-Group Pretest-Posttest Design
(Sugiyono, 2010: 110-111)
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan adalah lembar soal tes pada proses pembelajaran
untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa pada saat pretest dan posttest
dengan 5 nomor pertanyaan esay yang sama, yang diberikan pada awal dan
F. Analisis Instrumen
Sebelum instrumen
diuji terlebih dahulu
1. Uji Validitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan).
Sebuah tes dikatakan
arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.
Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi
moment yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:
Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih
dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika
korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen
tersebut dinyatakan tidak valid.
maka koefisien korelasi tersebut signifikan.
Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya sy
untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3. Analisis Instrumen
Sebelum instrumen digunakan untuk mengumpulkan data, instrumen
diuji terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan reliabilitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan).
Sebuah tes dikatakan valid jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam
arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.
Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi
yang dikemukakan oleh Pearson dengan rumus:
(Arikunto, 2008 : 72)
Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih
dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika
korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen
tersebut dinyatakan tidak valid. Jika r hitung > r tabel dengan α = 0,05
maka koefisien korelasi tersebut signifikan.
Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya sy
untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.
(Masrun dalam Sugiyono, 2010 : 188). 27
, instrumen tersebut
reliabilitasnya.
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (ketepatan).
n kriterium, dalam
arti memiliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium.
Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product
(Arikunto, 2008 : 72)
Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total lebih
dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau sebaliknya jika
korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka instrumen
r hitung > r tabel dengan α = 0,05
Item yang mempunyai kerelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3.
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program
SPSS 17.0 dengan kriterium uji bila
lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan
kuat (valid).
2. Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa
kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang
sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan
pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyataka
menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus
Di mana:
r11 = reliabilitas yang dicari Σσi2 = jumlah varians skor tiap σt2 = varians total
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat
pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen
diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran.
Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilita
menggunakan SPSS 17.0 dengan metode
berdasarkan skala
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program
SPSS 17.0 dengan kriterium uji bila correlated item – total correlation
besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan
Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa
kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang
sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan
pada pendapat Arikunto (2008: 109) yang menyatakan bahwa untuk
menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:
reliabilitas yang dicari
jumlah varians skor tiap-tiap item varians total
(Arikunto, 2008: 109)
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat
pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen
diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran.
Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan
menggunakan SPSS 17.0 dengan metode Alpha Cronbach’s
berdasarkan skala alpha cronbach’s 0 sampai 1.
28
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program
total correlation
besar dibandingkan dengan 0,3 maka data merupakan construck yang
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa
kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang
sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas instrumen didasarkan
n bahwa untuk
, yaitu:
(Arikunto, 2008: 109)
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat
pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen
diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran.
s dengan
29 Menurut Sayuti dikutip oleh Sujianto dalam Saputri (2010: 30), kuesioner
dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien alpha, maka digunakan
ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai berikut:
1. Nilai Alpha Cronbach’s 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang
reliabel.
2. Nilai Alpha Cronbach’s 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel.
3. Nilai Alpha Cronbach’s 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup
reliabel.
4. Nilai Alpha Cronbach’s 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel.
5. Nilai Alpha Cronbach’s 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat
reliabel.
Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada sampel
yang sesungguhnya. Skor rata-rata setiap siswa diperoleh dengan membagi
jumlah skor dengan jumlah soalnya.
G. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data
berbentuk tabel yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest.
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Analisis Data
Untuk menganalisis kategori tes hasil belajar siswa digunakan skor gain
30
dengan skor pretest dibagi oleh skor maksimum dikurang skor pretest.
Jika dituliskan dalam persamaan adalah
Keterangan:
Untuk menganalisis peningkatan hasil belajar siswa digunakan skor pretest
dan posttest. Peningkatan skor antara tes awal dan tes akhir dari variabel
tersebut merupakan indikator adanya peningkatan atau penurunan hasil
belajar pada pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif
tipe TPS dan Model pembelajaran PBL.
2. Pengujian Hipotesis
1. Uji Normalitas
Untuk menguji apakah sampel penelitian merupakan jenis distribusi
normal, dapat dilakukan dengan uji statistik non-parametrik
Kolmogrov-Smirnov. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu
31 O
H : data terdistribusi secara normal
1
H : data tidak terdistribusi secara normal
Pedoman pengambilan keputusan:
1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka
distribusinya adalah tidak normal.
2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka
distribusinya adalah normal.
2. Uji Hipotesis
Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dalam
penelitian menggunakan statistik parametrik tes.
1) Uji T Untuk Dua Sampel Berpasangan (Paired Sample t-Test)
Paired Sample t-Test digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang berpasangan
(berhubungan). Maksudnya di sini adalah sebuah sampel tetap
mengalami dua perlakuan yang berbeda. Adapun hipotesis yang
akan diuji adalah sebagai berikut:
Hipotesis Pertama
HO: Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa
sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS.
H1: Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa sebelum
dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model
32 Hipotesis Kedua
HO: Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa
sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran PBL.
H1: Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa sebelum
dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran PBL.
Rumus perhitungan Paired Sample t-Test adalah sebagai berikut:
= −
( − 1) + ( − 1)
+ − 2 1 + 1
Dimana t adalah hitung t . Kemudian tabel t dicari pada Tabel
distribusi t dengan α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat
kebebasan (df) n-1. Setelah diperoleh besar t hitungdan t tabelmaka
dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Kriteria pengujian
HOditerima jika - t tabel ≤t hitung ≤ t tabel
HO ditolak jika - t hitung< - t tabelatau t hitung> t tabel
Berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas:
Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO
33 Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO
ditolak.
2) Uji T untuk dua sampel bebas (Independent Sample t-Test)
Uji ini dilakukan untuk membandingkan dua sampel yang berbeda
(bebas). Independent Sample t-Test digunakan untuk mengetahui
ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel
yang tidak berhubungan.
Adapun hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:
Hipotesis Ketiga
HO: tidak ada perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan
model pembelajaran PBL.
H1 : Ada perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS
dengan model pembelajaran PBL.
Rumus perhitungan Independent Sample t-Test adalah sebagai
berikut:
= −
( − 1) + ( − 1)
+ − 2 1 + 1
Dimana t adalah thitung. Kemudian tabel t dicari pada tabel
distribusi t dengan α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat
34 maka dilakukan pengujian dengan kriteria pengujian sebagai
berikut:
Kriteria pengujian
HOditerima jika - t tabel ≤t hitung ≤ t tabel
HO ditolak jika - t hitung< - t tabelatau t hitung> t tabel
Berdasarkan nilai signifikansi atau nilai probabilitas:
Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka HO
diterima.
Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka HO
ditolak.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa sebelum diterapkannya
model pembelajaran TPS adalah 56,66 dan rata-rata nilai sesudah
diterapkannya model pembelajaran TPS adalah 78,78 pada materi pokok
Fluida sub bab Hukum Archimedes.
2. Ada perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa sebelum diterapkannya
pembelajaran PBL adalah 57,65 dan rata-rata nilai sesedah diterapkannya
pembelajaran PBL adalah 92,65 pada materi pokok Fluida sub bab Hukum
Archimedes.
3. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TPS yang mengalami kenaikan sebesar 22%
dengan model pembelajaran pembelajaran PBL yang mengalami kenaikan
60
B. Saran
Berdasarkan simpulan di atas penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Berdasarkan perbedaan rata-rata hasil belajar fisika siswa dengan kedua model
pembelajaran yang telah digunakan, sehingga guru harus menyesuaikan materi
yang akan diajarkan dengan pendekatan yang lebih efektif, maka hasil
pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai.
2. Pengelolaan waktu dalam pembelajaran harus tepat, sehingga pembelajaran
sesuai dengan rencana yang telah dibuat dan mendapatkan hasil yang optimal.
3. Pada saat pembelajaran kelompok, guru harus dapat mengantisipasi adanya
keributan di kelas agar tercipta suasana kelas yang dapat mendukung kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
As’ ari, A. 2003. Pembelajaran Cooperative Learning. Makalah. Jakarta
Brook, J.G & Martin, M.G.2002. In Search of Understanding: The Case for
Constructivist Classroom. ASCD: Alexandria.
Dimyati, Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Edukasiana. 2010. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah. Artikel Pendidikan.
Edukasiana. Diakses 10 Desember 2011 dari http://edukasiana.com/?p= 266.
Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Ibrahim, M dan Nur, M. 2003. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya:
University Press.
Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.
Meltzer D. E. 2010. The relationship between mathemathics preparation and conceptual learning gains in physics : A possible :hidden variable in
diagnostic pretest score. American Journal Physics. 70 (2), 1259–1268.
Nurhadi. 2004. Pembelajaran Konstektual dan Penerapannya dalam KBK.
Surabaya:Universitas Negeri Malang.
Pannen, Paulina, Mustafa, Dina, dan Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme
dalam Pembelajaran. Jakarta: Dikti.
Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta.
Ratnaningsih, N. (2003). Pengembangan Kemampuan Berfikir Fisika Siswa SMU Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis Program Pasca Sarjana UPI
Santoso, Singgih. 2001. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT Elex
Media Komputindo. Jakarta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sujianto, Agus Eko. 2010. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
Sukardi, H.N. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sulatra, I Made. 2005. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBI) dalam
Pembelajaran Matematika. Skripsi. Universitas Lampung. Diakses 10