HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 JATI AGUNG
TAHUN PELAJARAN 2011-2012
Oleh
FREDY AMRYANSYAH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan IPS Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 JATI AGUNG
TAHUN PELAJARAN 2011-2012
Oleh
FREDY AMRYANSYAH
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS siswa SMP Negeri 3 Jati Agung tahun 2011-2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yaitu penelitian yang menggambarkan hubungan antara kebiasaan belajar di rumah dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar siswa. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 159 siswa. Sedangkan, sampel diambil dengan cara proportional random Sampling berjumlah 25% yaitu sebanyak 40 siswa. Dengan analisis data menggunakan korelasi product moment
dan korelasi ganda.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Ada hubungan positif yang erat dan signifikan antara kebiasaan belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Jati Agung dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,711. (2) Ada hubungan positif yang erat dan signifikan antara lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Jati Agung dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,624. (3) Ada hubungan positif yang erat dan signifikan antara kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Jati Agung dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,784.
DAFTAR ISI
2. Teknik Dokumentasi ... 34
6. Keadaan Responden Berdasarkan Kebiasaan Belajar IPS ... 48
7. Keadaan Responden Berdasarkan Lingkungan Belajar di Rumah ... 50
8. Keadaan Responden Berdasarkan Prestasi Belajar IPS ... 51
B. Analisis Data, Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ... 52
1. Hubungan Antara Kebiasaan Belajar Dengan Prestasi Belajar IPS siswa ... 52
2. Hubungan Antara Lingkungan Belajar di Rumah Dengan Prestasi Belajar IPS Siswa ... 58
3. Hubungan Antara Kebiasaan Belajar dan Lingkungan Belajar IPS di rumah Dengan Prestasi Belajar IPS ... 64
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Proses belajar merupakan hal yang dialami siswa yang merupakan suatu respon
terhadap segala cara pembelajaran yang diprogramkan oleh guru dan pengelolaan pembelajaran bertujuan untuk mencapai tujuan belajar. Berkenaan dengan
pembelajaran di SMP Negeri 3 Jati Agung tahun ajaran 2011-2012 untuk siswa kelas VIII menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Untuk pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) diidealkan pembentukan
guru IPS yang berpandangan integratif. Sebenarnya tidak seluruh topik pengajaran harus mengandung suatu integrasi. Untuk melakukan integrasi guru tidak saja
membutuhkan wawasan pengetahuan yang cukup luas, tetapi juga kadang-kadang diperlukan pertimbangan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu
para guru IPS wajib mendalami berbagai ilmu sosial termasuk teori-teorinya.
Penerapan pembelajaran IPS mengharuskan siswa untuk aktif dalam kegiatan belajarnya. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan psikis, kegiatan fisik
berupa membaca, mendengar, menulis, dan berlatih sedangkan kegiatan psikis seperti menggunakan khasanah pengetahuan untuk memecahkan masalah,
Kegiatan belajar berkenaan dengan kegiatan fisik merupakan keaktifan siswa
belajar, di dalam mempelajari IPS kebiasaan belajar yang perlu diterapkan adalah rajin membaca, karena dengan membaca dapat meningkatkan pengetahuan
sehingga siswa dapat berpikir kritis terhadap masalah kehidupan yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebab menurut N. Daldjoeni (1997:12) menyatakan bahwa
materi IPS bersumber pada pusat kegiatan hidup manusia, seperti manusia dengan alam lingkungannya, manusia dengan kelompoknya, manusia dengan manusia lainya dalam usaha mencari nafkah, usaha mengadakan inpuls agama dan
seterusnya. Itu menyangkut pusat-pusat kehidupan yang universal maupun yang dalam lingkungan konkritnya sendiri.
Membaca terkait dengan membuat catatan, setelah membaca siswa dapat
mempertahankan daya ingat tentang materi pelajaran IPS dengan cara membuat catatan tersebut. Catatan yang dibuat harus teratur dan rapi agar memudahkan
untuk lebih memahami materi pelajaran. Selain itu, mengulang materi pelajaran IPS perlu dijadikan kebiasaan belajar agar materi dapat dikuasai dengan baik guna
tercapainya prestasi belajar yang baik juga.
Banyak faktor yang mempengaruhi belajar dan tercapainya prestasi belajar. Faktor tersebut baik yang berasal dari dalam diri siswa maupun faktor dari luar. Hal ini
sesuai dengan pendapat Slameto (2003:54) yang mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. Faktor Intern
a. Faktor jasmaniah, seperti kesehatan, dan cacat tubuh.
2. Faktor Ekstern
a. Faktor keluarga, yaitu cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
b. Faktor sekolah, yaitu metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
c. Faktor masyarakat, yaitu kegiatan siswa dalam dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan.
Selanjutnya Roestiyah (1994:2) mengatakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Faktor internal ialah faktor yang timbul dalam diri anak itu sendiri, seperti kesehatan, rasa aman, kemampuan, kebiasaan, minat, aktivitas dan sebagainya. Faktor ini berwujud juga sebagai kebutuhan dari anak itu.
2. Faktor eksternal ialah faktor yang datang dari luar diri si anak, seperti kebersihan rumah, udara yang panas, lingkungan dan sebagainya.
Dengan demikian, jelas bahwa prestasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh dua
faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi belajar dalam penelitian ini adalah kebiasaan belajar dan faktor eksternal yang berasal dari luar siswa antara lain yaitu lingkungan belajar di
rumah. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Djaali, bahwa:
Kebiasaan belajar cenderung menguasai perilaku siswa pada setiap kali mereka
melakukan kegiatan belajar. Sebabnya ialah karena kebiasaan mengandung motivasi yang kuat. Kebiasaan belajar yang teratur akan berdampak pada prestasi belajar yang baik pula (Djaali, 2008:128).
Berdasarkan pendapat di atas bahwa prestasi yang dicapai oleh siswa salah satunya ditentukan oleh kebiasaan belajar siswa tersebut. Pelaksanaan belajar
kebiasaan belajar yang baik. Pentingnya pembentukan kebiasaan belajar yang baik
ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Hutabarat (1986:36) yaitu: “Kegiatan pendidikan banyak menyangkut pembentukan kebiasaan yang baik”.
Selanjutnya Ahmadi, Abu (1991:161) mengemukakan bahwa “Kebiasaan belajar
yang baik dari segi cara belajar, waktu belajar, keteraturan belajar, suasana belajar
dan lain-lain, merupakan faktor penunjang keberhasilan belajar peserta didik”. Berdasarkan pendapat tersebut bahwa kebiasaan belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.
Kebiasaan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kebiasaan siswa dalam pelaksanaan jadwal belajar IPS di rumah, kebiasaan siswa membaca buku pelajaran IPS, kebiasaan siswa mengulang pelajaran IPS, dan kebiasaan siswa
mengerjakan tugas secara mandiri.
Setiap siswa memiliki kebiasaan belajar yang berbeda-beda. Kebiasaan yang
kurang baik yang biasaanya diterapkan siswa adalah bermalas-malasan dalam belajar, mengulangi materi pelajaran hanya menjelang ujian saja, tidak rajin membaca dan kurang berkonsentrasi dalam belajar. Kebiasaan belajar yang
dilakukan setiap siswa di SMP Negeri 3 Jati Agung berbeda, karena berdasarkan observasi sementara pada 12 siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung hanya
1 siswa yang mempunyai jadwal belajar IPS dan melaksanakan jadwal belajar yang telah dibuatnya. Kemudian dalam hal mengulang pelajaran di rumah ada dua
dari 12 siswa tersebut yang mengulang kembali pelajaran IPS di rumah. Jadi kesimpulannya masih ada siswa yang belum memiliki jadwal belajar sebagai pedoman untuk setiap kegiatan dalam belajarnya, dan masih ada siswa pula
akan ujian atau ulangan. Dengan kebiasaan yang kurang baik tersebut siswa akan
kurang beristirahat, dengan keadaan tersebut setiap siswa perlu belajar secara teratur setiap hari hendaknya materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru
hari itu pula diulang, kemudian dengan pembagian waktu yang baik dan memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajarnya.
Prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Jati Agung pada mata pelajaran
IPS tidak sama, karena masih saja ada sebagian besar siswa yang memperoleh prestasi yang kurang memuaskan. Dalam hal ini dapat ditunjukan pada penelitian
pendahuluan siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Jati Agung pada mata pelajaran IPS seperti yang tercantum pada Tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Jumlah Siswa Berdasarkan Kriteria Ketuntasan dan Kelas Bidang Studi IPS Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011-2012
No Kriteria Penilaian
Kelas
Jumlah %
VIII.A VIII.B VIII.C VIII.D
1 ≥ 65 19 3 1 6 29 18,24
2 < 65 21 37 38 34 130 81,76
Jumlah 40 40 39 40 159 100
Sumber: Dokumentasi Guru mata pelajaran IPS Kelas VIII SMP Negeri 3 Jati Agung
Dari Tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa prestasi belajar IPS yang dicapai siswa termasuk dalam kategori tidak tuntas. Tercatat hanya 29 siswa (18,24%)
yang tuntas, sedangkan yang nilainya tidak tuntas sebanyak 130 siswa (81,76%). Hal ini dapat terjadi disebabkan beberapa faktor, salah satunya adalah kebiasaan
Hal yang sama juga terlihat pada nilai yang diperoleh pada masing-masing siswa
dengan rentang nilai yang cukup jauh antara nilai tertinggi dan nilai terendah untuk setiap kelasnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Nilai Rata-rata Kelas Pada Mata Pelajaran IPS, Nilai Tertinggi dan
Sumber : Dokumentasi Guru mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMP Negeri 3 Jati Agung
Dari Tabel 2 dapat terlihat bahwa prestasi belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung belum merata. Hal ini terlihat dari jauhnya perbedaan nilai antar
siswa, yaitu siswa yang mendapat nilai tinggi dan siswa yang mendapat nilai terendah untuk setiap kelasnya. Nilai rata-rata kelasnya masih belum cukup
optimal.
Selain kebiasaan belajar, faktor lain yang berhubungan terhadap rendahnya prestasi belajar IPS adalah lingkungan belajar. Lingkungan belajar yang dimaksud
dalam penelitian ini kondisi dan suasana tempat belajar siswa di rumah yang mencakup: kurangnya pengawasan orang tua terhadap anaknya di rumah, hubungan antar keluarga, kesehatan ruang belajar yang tidak terjaga dengan baik,
sarana belajar siswa di rumah.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa pencapaian prestasi belajar IPS siswa yang
dalam belajarnya dan lingkungan belajar siswa yang kurang mendukung menarik bagi peneliti untuk mengadakan penelitian yang berjudul “ Hubungan Antara
Kebiasaan Belajar dan Lingkungan Belajar siswa di rumah dengan Prestasi
Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung Tahun Pelajaran 2011-2012”.
B.Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan permasalahan siswa di SMP Negeri 3 Jati Agung adalah sebagai berikut:
1. Kebiasaan belajar siswa dalam hal melaksanakan jadwal belajar IPS,
membaca buku pelajaran IPS, mengulangi pelajaran IPS, mengerjakan tugas IPS secara mandiri cenderung tidak teratur.
2. Lingkungan belajar siswa di rumah dalam hal kurangnya pengawasan orang tua terhadap anaknya, hubungan antar keluarga, kebersihan ruang belajar yang tidak terjaga dengan baik, sarana belajar siswa yang tidak lengkap.
3. Kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan positif yang erat dan signifikan antara kebiasaan
2. Apakah ada hubungan positif yang erat dan signifikan antara lingkungan
belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung?
3. Apakah ada hubungan positif yang erat dan signifikan antara kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS siswa
kelas VIII di SMP Negeri Jati Agung.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan menganalisis hubungan antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar IPS siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis hubungan antara lingkungan belajar di
rumah dengan prestasi belajar IPS siswa kelas VIII di SMP Negri 3 Jati Agung. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis hubungan antara kebiasaan belajar dan
lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung.
D. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai saran kepada siswa dalam kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di
rumah dengan prestasi belajar IPS sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam strategi belajar IPS.
3. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pada Program Studi
Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Sebagai bahan masukan bagi siswa dalam meningkatkan prestasi belajar IPS agar dapat meningkatkan hasil belajar kearah yang lebih baik.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini terbagi atas:
1. Objek penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah hubungan kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS.
2. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 3 Jati Agung.
3. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Jati Agung. 4. Waktu penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun 2012. 5. Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah Pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial hakikatnya yaitu pembelajaran Suatu perubahan perilaku yang relatif permanen, dari sekelompok disiplin akademis
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A.Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.
Hampir semua pakar bidang psikologi dan pendidikan menyepakati bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku. Menurut Oemar Hamalik (2001:37)
menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Sesuai dengan pendapat tersebut Slameto (2003:2) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang lain secara keseluruhan, sebagaimana pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali, baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang
Terhadap masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi, yaitu:
a) Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
b) Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
Dari pengertian di atas, jelas bahwa belajar adalah suatu proses dari yang tidak tahu menjadi tahu suatu hal.
2. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori belajar Konstruktivisme merupakan pengelompokan atas teori-teori baru
dalam psikologi pendidikan, walau demikian teori konstruktivisme berkaitan dengan teori perkembangan mental peaget. Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami
dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan
ide-ide.
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir yang dipergunakan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak begitu saja. Siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas
guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan:
1. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,
2. Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri,
3. Menyadarkan siswa agar menerapakan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Dengan demikian, kaitannya terhadap penelitian ini adalah bahwa dari variabel
penelitian yang akan diteliti bisa saja hasil yang didapat berbeda dengan kondisi siswa dalam kebiasaan belajar, dengan lingkungan belajar, terhadap prestasi
belajar IPS.
3. Kebiasaan Belajar
Kebiasaan merupakan cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang, yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis.
Perbuatan kebiasaan tidak memerlukan konsentrasi, perhatian, dan pikiran dalam melakukannya. Kebiasaan dapat berjalan terus, sementara individu memikirkan atau memperhatikan hal-hal lain. Hal ini sejalan dengan pendapat slameto,
(2003:53) bahwa banyak siswa dan mahasiswa gagal atau tidak mendapat hasil yang baik dalam pelajarannya karena mereka tidak mengetahui cara-cara belajar
yang tidak efektif. Mereka hanya mencoba untuk menghafal pelajaran.
Selain itu juga, bagaimana kebiasaan belajar seseorang dapat ditentukan dari kondisi atau situasi yang sedang dihadapi, seperti yang dikemukakan oleh Wasty
namun tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan sangat dipengaruhi oleh situasi.
Setiap situasi ciri manapun dan kapan saja memberi kesempatan kebiasaan belajar kepada seseorang.
Kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan
pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan. (Djaali, 2008:128).
Kebiasaan belajar cenderung menguasai perilaku siswa pada setiap kali mereka melakukan kegiatan belajar. Sebabnya ialah karena kebiasaan mengandung
motivasi yang kuat. Pada umumnya setiap orang bertindak berdasarkan force of habit, sekalipun ia tahu bahwa ada cara lain yang mungkin lebih menguntungkan. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan sebagai cara yang mudah dan tidak
memerlukan konsentrasi dan perhatian yang besar.
Kebiasaan belajar yang teratur akan berdampak pada prestasi belajar yang baik.
Sesuai dengan law of effect dalam belajar, perbuatan yang menimbulkan kesenangan cenderung untuk diulangi, yang paling penting adalah siswa mempraktekannya dalam belajar sehari-hari, sehingga lama kelamaan menjadi
kebiasaan.
a. Perencanaan jadwal belajar IPS dan pelaksanaannya
Merupakan suatu rancangan waktu untuk sejumlah kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang setiap harinya. Agar belajar dapat berjalan dengan baik dan berhasil maka seseorang siswa perlu mempunyai jadwal belajar dan
Adapun cara membuat jadwal yang baik menurut Slameto (2003:82) sebagai
berikut:
1) Memperhitungkan waktu setiap hari untuk keperluan-keperluan tidur, belajar,
makan, mandi, olah raga, dan lain-lain.
2) Menyelidiki dan menentukan waktu-waktu yang tersedia setiap hari.
3) Merencanakan penggunaan belajar itu dengan cara menetapkan jenis-jenis mata pelajarannya dan urutan-urutan yang harus dipelajari.
4) Menyelidiki waktu-waktu mana yang dapat dipergunakan untuk belajar
dengan hasil terbaik. Sesudah waktu itu diketahui, kemudian dipergunakan untuk mempelajari pelajaran yang dianggap sulit. Pelajaran yang dianggap
mudah dipelajari pada jam belajar lain.
5) Berhematlah dengan waktu, setiap siswa janganlah ragu-ragu untuk memulai
pekerjaan, termasuk juga belajar.
Supaya berhasil dalam belajar, jadwal yang sudah dibuat haruslah dilaksanakan secara teratur, disiplin dan efisien. Dengan demikian, perencanaan jadwal
merupakan hal yang termaksuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Membaca Buku Pelajaran IPS
Kegiatan membaca merupakan bagian yang tak terpisahkan dari belajar, karena
hampir sebagian besar kegiatan belajar adalah dengan membaca. Dengan membaca teratur, diharapkan siswa memperoleh pengetahuan yang luas.
Akhirnya, hasil belajar yang dicapai menjadi lebih baik.
Agar siswa dapat membaca dengan efisien perlu memiliki cara-cara yang baik.
1) Mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam membaca, artinya
memperhatikan kesehatan membaca dan memberi tanda-tanda pada buku pelajaran.
2) Mengerti betul buku yang dibaca.
3) Sehabis membaca dapat mengingat sebagian besar dari pokok-pokok apa yang dibacanya.
4) Dapat membaca dengan cepat.
Lebih lanjut Surya Hendra mengatakan bahwa ada hubungan yang pasti dan penting antara kesanggupan membaca dengan angka hasil ujian para siswa di
sekolah. Siswa yang sanggup secara efisien dan teratur membaca buku-buku yang diwajibkan biasanya memperoleh angka yang baik dan akhirnya sukses dalam
studinya.
c. Mengulangi Bahan Pelajaran IPS
Mengulangi besar pengaruhnya dalam belajar, karena dengan adanya pengulangan
akan tetap tertanam dalam otak seseorang, seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam. Mengulang dapat secara langsung sesudah membaca tetapi
juga mempelajari kembali bahan pelajaran yang sudah dipelajari.
Agar dapat mengulang dengan baik maka perlulah kiranya disediakan waktu untuk mengulang dan menggunakannya dengan sebaik-baiknya. Untuk menghafal
dengan bermakna dan memahami bahan yang diulang secara sungguh-sungguh. Menghafal dapat dengan cara diam tapi otaknya berusaha mengingat-ingat, dapat
d. Mengerjakan Tugas IPS
Salah satu prinsip dalam belajar adalah ulangan atau latihan-latiahan. Mengerjakan tugas dapat berupa pengerjaan tes, ulangan atau ujian yang diberikan
guru, tetapi juga termasuk membuat atau mengerjakan latihan-latihan yang ada dalam buku atau soal-soal buatan sendiri. Agar siswa berhasil dalam belajarnya, perlulah mengerjakan tugas secara teratur. Tugas ini mencakup mengerjakan PR,
menjawab soal latihan, tes atau ulangan harian, ulangan umum dan ujian.
4. Lingkungan Belajar di Rumah
Lingkungan menurut Ngalim Purwanto (1990:28) adalah “semua kondisi dalam dunia ini dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan dan perkembangan”. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang
sangat menunjang keberhasilan siswa dalam mencapai studinya. Seorang siswa
hidup di dalam lingkungan masyarakat yang tidak lepas dari lingkungan fisik dan sosial, baik keluarga maupun masyarakat luas maka dapat diduga lingkungan belajar sangat berkaitan dengan siswa dalam mencapai prestasi belajar yang
diinginkan.
Lingkungan merupakan suatu keadaan yang dapat memberikan pengaruh besar
kepada suatu individu baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Menurut Slameto (2003:57) lingkungan yang baik perlu diusahakan agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap anak atau siswa sehingga dapat belajar dengan
bagian penting dari kehidupan anak didik, karna baik buruknya lingkungan akan
berpengaruh pada anak didik.
Jadi yang dimaksud dengan lingkungan belajar adalah kesatuan ruang atau kondisi
yang dipergunakan oleh perubahan tingkah laku dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Lingkungan belajar ini merupakan penciptaan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang baik.
Dengan adanya lingkungan yang baik, tentu akan dapat mendukung lancarnya kegiatan belajar. Agar siswa mengalami proses belajar yang berhasil, harus sesuai
dengan tujuan yang mesti dicapainya salah satunya yaitu harus dapat menyesuaikan dengan lingkungan belajarnya.
Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang sangat menunjang
keberhasilan siswa. Lingkungan belajar yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini merupakan salah satu faktor eksternal yang ada di luar diri siswa
yang dapat mempengaruhi belajar. Siswa hidup dalam masyarakat tidak akan lepas dari lingkungan baik fisik maupun sosial, baik keluarga maupun masyarakat luas diduga lingkungan belajar sangat berkaitan bagi siswa dalam mencapai
prestasi belajar yang diinginkannya. Untuk itu lingkungan belajar yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah lingkungan belajar yang ada di rumah yang
dapat mempengaruhi kegiatan belajarnya.
Lingkungan belajar di rumah menurut Bimo Walgito (1987:25) adalah “Semua kondisi atau keadaan tempat belajar seseorang yang ada di sekitar rumah tempat tinggal yang mencakup hubungan dengan keluarga dan masyarakat sekitarnya”.
yang pertama kali bagi siswa dalam kehidupanya. Keadaan keluarga akan
memegang peranan penting dalam menentukan berhasil tidaknya siswa mencapai prestasi yang diinginkannya di sekolah.
Menurut Hutabarat (1986:21) lingkungan rumah adalah “Keadaan keluarga dan suasana tempat belajar seseorang yang ada di rumah tempat tinggal yang mencakup hubungan dengan keluarga”. Hubungan yang kurang serasi dengan
keluarga dapat mengganggu konsentrasi pikiran dalam belajar. Siswa dengan latar belakang kehidupan yang harmonis, hubungan anggota keluarga sangat terbuka
satu dengan yang lain, hal ini sangat berpengaruh terhadap sikap maupun pribadi siswa, kebiasaan-kebiasaan yang dipelajari di rumah dan cara mendidik orang tua akan memberi corak kepada keadaan pribadi siswa yang kemudian berinteraksi
dengan siswa lain yang mungkin keadaannya berlainan, sehingga hal tersebut dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa lingkungan belajar di rumah adalah semua keadaan dan suasana tempat belajar siswa di rumah tempat tinggal termasuk hubungan antar anggota keluarga. Lingkungan belajar di rumah
dalam penelitian ini akan diuraikan sebagai berikut:
a. Pengawasan orang tua
Oemar Hamalik menyatakan bahwa:
“ Orang tua turut bertanggung jawab atas kemajuan studi anaknya. Pengawasan yang kurang bisa menimbulkan kecendrungan adanya bebas mutlak pada sekelompok siswa dan hal ini sangat tidak menguntungkan bagi siswa itu sendiri. Pengawasan itu tidak berarti menghambat atau menekan akan tetapi mendorong ke arah kesadaran diri. Karena itu pengawasan akan berkurang apabila kita telah menunjukan rasa tanggung jawab terhadap belajar”.
“ Orang tua harus bersedia mendampingi anak-anak pada waktu yang demikian kepada mereka yang diberikan nasehat, bertujuan agar mereka meningkatkan kegairahan belajar baik di rumah maupun di sekolah. Anak-anak haruslah diberi motivasi untuk belajar lebih giat, lebih semangat. Dengan demikian si anak lebih percaya diri, di samping rasa bangga karena mendapat perhatian dari orang tua”.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa perlakuan orang tua ini adalah suasana hubungan antar anggota keluarga di rumah. Dalam hal pengawasan yang
dilakukan orang tua terhadap anak di rumah.
b. Hubungan dengan keluarga
Roestiyah (1994:155) menyatakan bahwa:
“ Hubungan antara keluarga yang kurang harmonis akan menimbulkan suasana kaku, tegang di dalam keluarga dan menyebabkan seseorang kurang semangat dalam belajar. Suasana yang menyenangkan, akrab, dan penuh kasih sayang akan memberi semangat yang mendalam pada seseorang untuk melakukan kegiatan belajar”.
Menurut Aziz Hastari hubungan antarsaudara (kakak-adik) yang harmonis
menunjukan:
1. Adanya perasaan saling menyayangi dan saling mengasihi antaranak.
2. Adanya keinginan dan kebutuhan untuk saling melindungi diantara anak
3. Munculnya perasaan saling menghormati dan menghargai kewajiban dan hak
antarsaudara
4. Saling membantu satu sama lain (kakak-adik) yang diwujudkan melalui
pemberian bimbingan dari kakak kepada adik dan sebaliknya.
menimbulkan suasana yang kaku dalam keluarga, yang menyebabkan siswa
kurang bersemangat untuk belajar di rumah.
c. Ruang belajar di rumah
Menurut pendapat Surya Hendra (2004:32) bahwa sebuah syarat untuk dapat belajar dengan sebaik-baiknya adalah tersedianya tempat belajar. Selanjutnya Slameto (2003:76) mengungkapkan bahwa untuk dapat belajar yang efektif
diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur. Lingkungan fisik tersebut berkaitan erat dengan penyediaan fasilitas belajar bagi siswa, misalnya:
1. Ruang belajar harus bersih, tak ada bau-bauan yang mengganggu konsentrasi pikiran.
2. Ruangan cukup terang, tidak gelap yang dapat mengganggu mata.
3. Cukup sarana yang diperlukan untuk belajar, misalnya alat pelajaran, buku-buku, dan sebagainya.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ruang belajar erat hubungannya dengan kegiatan belajar siswa, dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan tersedianya ruang belajar yang bersih, memiliki sirkulasi udara yang
lancar, tidak ada bau-bauan dalam ruangan yang dapat mengganggu konsentrasi pikiran maka akan menggairahkan siswa untuk belajar sehingga prestasi
belajarnya akan lebih baik.
d. Sarana belajar IPS di rumah
Menurut Hasbullah Tabrani (1994:48) sarana belajar adalah segala kebutuhan
dari gangguan, situasi dan suhu udara yang baik, dan penerangan serta
perlengkapan yang baik dan cukup.
Selanjutnya menurut pendapat Roestiyah (1994:151) bahwa belajar juga
memerlukan sarana secukupnya, jika sarana belajar yang dibutuhkan siswa tidak tercukupi maka siswa tersebut dapat terganggu belajarnya. sebab sarana belajar yang memadai akan dapat mendorong siswa bergairah dalam belajar sehingga
tujuan belajar dapat tercapai.
Dari pendapat di atas belajar memerlukan sarana belajar yang lengkap yang akan
menunjang keberhasilan dalam belajar. Sarana belajar yang lengkap akan membuat siswa bergairah dalam belajar sehingga prestasi belajarnya akan lebih baik, sebaliknya apabila sarana belajar yang dimiliki siswa tidak lengkap maka
siswa akan terganggu dalam belajarnya.
Selanjutnya Oemar Hamalik (2001:196) menyebutkan bahwa suatu lingkungan
belajar memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut: 1. Fungsi Psikologis
Stimulus berfungsi dari lingkungan yang merupakan rangsangan terhadap individu sehingga terjadi respons dan pada gilirannya menjadi suatu stimulus baru yang menimbulkan respons baru demikian seterusnya. Ini berarti lingkungan mengandung makna dan melaksanakan fungsi psikologis tertentu. 2. Fungsi Pedagogis
Lingkungan memberikan pengaruh yang bersifat mendidik, khususnya lingkungan yang sengaja disiapkan sebagai suatu lembaga pendidikan, misalnya keluarga, sekolah dan lembaga latihan. Masing-masing lembaga tersebut memiliki program pendidikan, baik tertulis maupun yang tidak tertulis. 3. Fungsi Instruksional
Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan lingkungan belajar yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah kondisi dan suasana tempat belajar siswa di lingkungan rumah yang mencakup pengawasan orang tua, hubungan dengan
keluarga, ruang belajar di rumah, sarana belajar di rumah. Lingkungan belajar merupakan penciptaan suatu sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya
proses belajar yang baik. Dengan adanya lingkungan belajar yang baik, maka akan dapat mendukung lancarnya kegiatan belajar.
5. Prestasi Belajar
Pengertian prestasi belajar menurut Abu Ahmadi (1998:21) adalah hasil yang
dicapai dalam suatu usaha kegiatan belajar, dan kegiatan belajar itu sendiri adalah berusaha mengadakan perubahan situasi dalam proses perkembangan dirinya
untuk mencapai tujuan. Sedangkan Muhibin (2009:141) menyebutkan bahwa prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh hasil tes
mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.
Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa dalam suatu usaha (kegiatan
belajar) dan perwujudan belajar siswa dapat dilihat pada nilai yang diperoleh siswa setelah mengikuti tes (Abu Ahmadi, 1991:21). Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar ialah hasil yang dicapai siswa setelah
mengikuti kegiatan belajar dari sejumlah materi yang diberikan guru dalam bentuk nilai atau angka selama waktu tertentu.
program studi diperguruan tinggi yang identik dengan istilah “socialstudies”. Jadi
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan disesuaikan bagi pengguna program pendidikan di sekolah atau bagi kelompok
belajar lainnya yang sederajat. Jadi pengertian tentang prestasi belajar dan IPS yang telah dikemukakan di atas maka diperoleh pengertian prestasi belajar IPS
adalah nilai yang dicapai siswa dalam mata pelajaran IPS setelah seorang siswa selesai mengikuti kegiatan belajar.
B.Kerangka Pikir
Setiap kebiasaan belajar yang teratur dapat berhubungan dengan prestasi belajar. Adapun indikator dalam menentukan kebiasaan belajar adalah perencanaan jadwal
dan pelaksanaannya, membaca buku pelajaran IPS, mengulangi bahan pelajaran IPS, mengerjakan tugas IPS, tetapi pada dasarnya, kemauan dan keteraturan dalam
kebiasaan belajar ini, serta lingkungan belajar di rumah yang mendukung menjadi suatu motivasi yang diduga berhubungan terhadap pencapaian prestasi belajar pada setiap siswa. Atas hal tersebut, maka ada ketertarikan dari peneliti untuk
mengadakan penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Kebiasaan Belajar dan
Lingkungan Belajar di Rumah dengan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung”.
Dalam penelitian ini akan terlihat hubungan dari variabel bebas (X), yaitu kebiasaan belajar (X1) dan lingkungan belajar di rumah (X2), terhadap variabel
Gambar 1. Diagram alir kerangka pikir hubungan antara kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar siswa.
C.Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji adalah:
1. Ada hubungan positif yang erat dan signifikan antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar IPS siswa Kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung.
2. Ada hubungan positif yang erat dan signifikan antara lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS siswa Kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung.
3. Ada hubungan positif yang erat dan signifikan antara kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS siswa Kelas VIII di
SMP Negeri 3 Jati Agung. Kebiasaan belajar (X1)
Lingkungan belajar di rumah (X2)
III. METODE PENELITIAN
A. Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasi.
Menurut Iskandar (2008:63) penelitian korelasi yaitu penelitian hubungan sebab akibat. Menurut Sumadi Suryabrata, (2003:82). Tujuan penelitian korelasi adalah
untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau lebih faktor berdasarkan koefisien korelasi.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:130) yang dimaksud dengan populasi adalah
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Suharsimi Arikunto (2006:131) menyatakan bahwa untuk sekadar ancer-ancer, maka apabila
subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat
diambil antara 10-15%, atau 20-25, atau lebih.
Melihat jumlah populasi yang cukup banyak, maka dalam penelitian ini akan diambil sampel sebesar 25% dari jumlah populasi 159 siswa, yaitu berjumlah 40
siswa dengan sampel cadangan pada masing-masing kelas sebanyak 2 siswa. Sementara itu, pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik
Proporsional Random Sampling, yaitu pengambilan sampel dengan
memperhatikan jumlah populasi dalam tiap-tiap kelas yang dilakukan secara acak (random) dengan diundi untuk penarikan calon responden sesuai dengan jumlah
yang ditentukan.
Adapun cara pengambilan sampelnya yaitu sebagai berikut:
1. Menentukan jumlah sampel setiap kelas dengan cara: jumlah siswa
masing-masing kelas yang merupakan anggota populasi dikalikan banyaknya sampel yang akan diambil yaitu sebesar 25%.
2. Menulis nama populasi per kelas pada kertas kemudian digulung dan dimasukan ke dalam kotak untuk diundi. Nama yang keluar diambil sebagai responden untuk sampel tiap kelas, setelah itu dimasukkan lagi sehingga
responden lain. Jika nama sampel sebelumnya keluar kembali maka tidak
ditulis lagi sebagai sampel. Demikian seterusnya sampai jumlah sampel dan cadangannya sebanyak yang sudah ditentukan. Untuk selanjutnya jumlah
sampel dan cadangan tiap kelas dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3. Jumlah Populasi, Sampel, dan Sampel Cadangan Penelitian menurut Kelas
No Kelas Populasi Sampel Cadangan
1 VIII..A 40 10 2
2 VIII. B 40 10 2
3 VIII. C 39 10 2
4 VIII. D 40 10 2
Jumlah 159 40 8
Sumber: Hasil Perhitungan
C.Variabel Penelitian
Variabel penelitian diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian, sering juga dinyatakan variabel penelitian ini sebagai
faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala-gejala yang akan diteliti. (Sumadi Suryabrata, 2003:25). Variabel dalam penelitian ini ada tiga variabel,
yaitu dua variabel bebas dan satu variabel terikat:
1. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah kebiasaan belajar siswa (X1) dan lingkungan belajar siswa di rumah (X2)
D. Definisi Operasional Variabel
1. Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang yang pada akhirnya menjadi
menetap dan bersifat otomatis. Dalam penelitian ini, keteraturan kebiasaan belajar yang dimaksud mencakup:
a. Pelaksanaan jadwal IPS, merupakan perencanaan pembagian waktu untuk
sejumlah kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang setiap harinya secara teratur.
1. Dikategorikan sebagai kebiasaan belajar yang baik, apabila siswa melaksanakan jadwal IPS yang telah dibuatnya, maka diberi skor 3.
2. Dikategorikan sebagai kebiasaan belajar yang kurang baik, apabila siswa jarang melaksanakan jadwal IPS yang telah dibuatnya, maka diberi skor 2. 3. Dikategorikan sebagai kebiasaan belajar yang buruk, apabila siswa tidak
pernah malaksanakan jadwal IPS yang telah dibuatnya, maka diberi skor 1.
b. Membaca buku pelajaran IPS, merupakan suatu kegiatan memahami isi
(makna) dari apa yang tertulis pada buku tersebut.
1. Dikategorikan sebagai kebiasaan belajar yang baik, apabila siswa rajin membaca buku pelajaran IPS, maka diberi skor 3.
2. Dikategorikan sebagai kebiasaan belajar yang kurang baik, apabila siswa jarang rajin membaca buku pelajaran IPS, maka diberi skor 2.
c. Mengulangi bahan pelajaran IPS, merupakan kegiatan mempelajari kembali
materi pelajaran yang telah didapatnya, baik hasil dari membaca atau mendengarkan penjelasan yang telah disampaikan oleh guru.
1. Dikategorikan sebagai kebiasaan belajar yang baik, apabila siswa mengulangi bahan pelajaran IPS di rumah, maka diberi skor 3.
2. Dikategorikan sebagai kebiasaan belajar yang kurang baik, apabila siswa jarang mengulangi bahan pelajaran IPS di rumah, maka diberi skor 2. 3. Dikategorikan sebagai kebiasaan belajar yang buruk, apabila siswa tidak
pernah mengulangi bahan pelajaran IPS di rumah, maka diberi skor 1. d. Mengerjakan tugas, adalah melakukan kegiatan yang telah diperintahkan oleh
guru dan wajib dikerjakan oleh siswa.
1. Dikategorikan sebagai kebiasaan belajar yang baik, apabila siswa mengerjakan tugas IPS secara mandiri, maka diberi skor 3.
2. Dikategorikan sebagai kebiasaan belajar yang kurang baik, apabila siswa jarang mengerjakan tugas IPS secara mandiri, maka diberi skor 2.
3. Dikategorikan sebagai kebiasaan belajar yang buruk, apabila siswa tidak
pernah mengerjakan tugas IPS secara mandiri, maka diberi skor 1.
Untuk mendapatkan data mengenai keteraturan kebiasaan belajar siswa, siswa
diberi 22 pertanyaan dalam bentuk angket. Skor yang diberikan untuk tiap item adalah skor 3 untuk jawaban yang digolongkan kebiasaan belajar yang baik, skor 2 untuk jawaban yang digolongkan kebiasaan belajar yang kurang baik, dan skor 1
untuk jawaban yang digolongkan kebiasaan belajar yang buruk.
Rumus interval yang digunakan untuk menentukan kategori kebiasaan belajar ini
Keterangan:
NT = Skor yang paling tinggi NR = Skor yang paling rendah K = Kelas interval
Jadi:
Berdasarkan rumus interval di atas, maka kebiasaan belajar dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
Skor 52-66 = Kebiasaan belajar yang baik Skor 37-51 = Kebiasaan belajar kurang baik Skor 22-36 = Kebiasaan siswa yang buruk
2. Lingkungan Belajar di Rumah
Lingkungan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi dan
suasana tempat belajar siswa di rumah. Kondisi lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik maupun sosial yang berasal dari keluarga. Indikatornya adalah
sebagai berikut pengawasan orang tua, hubungan dengan keluarga, ruang belajar di rumah, sarana belajar di rumah.
a. Kurangnya pengawasan orang tua terhadap anaknya di rumah, adalah kontrol
atau pengawasan orang tua yang hubungannya dengan kegiatan belajar, dalam rangka mencapai prestasi belajar yang baik. Seperti orang tua selalu
1. Dikategorikan sebagai lingkungan belajar yang mendukung, apabila orang
tua mengawasi atau mengontrol kegiatan belajar anaknya setiap hari, maka diberi skor 3.
2. Dikategorikan sebagai lingkungan belajar yang kurang mendukung, apabila orang tua jarang mengawasi atau mengontrol kegiatan belajar anaknya
setiap hari, maka diberi skor 2.
3. Dikategorikan sebagai lingkungan belajar yang tidak mendukung, apabila orang tua tidak pernah sama sekali mengawasi atau mengontrol kegiatan
belajar anaknya dengan baik, tidak pernah berkomunikasi dengan guru, maka diberi skor 1.
b. Hubungan dengan keluarga, merupakan hubungan antar keluarga dengan siswa
dan sikap keluarga dalam mendukung aktivitas belajar siswa seperti relasi antar anggota keluarga yang baik, memberikan bantuan kepada siswa apabila siswa
mengalami kesulitan dalam belajar, dan suasana rumah yang damai dan tentram.
1. Dikategorikan sebagai lingkungan belajar yang mendukung, apabila
hubungan dengan keluarga selalu dalam keadaan harmonis dan keluarga selalu memberi dukungan dalam aktivitas belajar, maka diberi skor 3.
2. Dikategorikan sebagai lingkungan belajar yang kurang mendukung, apabila hubungan dengan keluarga kurang harmonis dan keluarga jarang memberi
dukungan dalam aktivitas belajar, maka diberi skor 2.
3. Dikategorikan sebagai lingkungan belajar yang tidak mendukung, apabila hubungan dengan keluarga tidak harmonis dan keluarga tidak pernah
c. Ruang belajar di rumah, merupakan kondisi atau keadaan ruang tempat siswa
belajar di rumah. Keadaan ruang belajar yang bersih tidak berbau, ventilasi yang baik sehingga sirkulasi udara lancar dan penerangan matahari yang
cukup.
1. Dikategorikan sebagai lingkungan belajar yang mendukung, apabila apabila
siswa setiap hari selalu membersihkan ruang belajarnya sehingga kondisi ruangan belajarnya selalu terjaga, maka diberi skor 3.
2. Dikategorikan sebagai lingkungan belajar yang kurang mendukung, apabila
apabila siswa jarang membersihkan ruang belajarnya sehingga kondisi ruangan belajarnya kurang terjaga, maka diberi skor 2.
3. Dikategorikan sebagai lingkungan belajar tidak mendukung, apabila apabila siswa tidak pernah membersihkan ruang belajarnya sehingga kondisi
ruangan belajarnya tidak terjaga, maka diberi skor 1.
d. Sarana belajar siswa di rumah yang tidak lengkap, merupakan alat yang digunakan siswa yang mendukung dalam proses belajar di rumah. Sarana belajar yang tersedia di rumah dapat mendukung keberhasilan siswa dalam
belajar.
1. Dikategorikan sebagai lingkungan belajar yang mendukung, apabila sarana
belajar siswa di rumah selalu terpenuhi dengan baik atau lengkap, maka diberi skor 3.
3. Dikategorikan sebagai lingkungan belajar yang tidak mendukung, apabila
sarana belajar siswa di rumah tidak pernah terpenuhi dengan baik atau lengkap, maka di beri skor 1.
Untuk mendapatkan data mengenai lingkungan belajar siswa, maka diberi 18 pertanyaan dalam bentuk angket. Skor yang diberikan untuk setiap item adalah 3 untuk jawaban yang digolongkan lingkungan belajar yang mendukung, skor 2
untuk lingkungan belajar yang kurang mendukung, dan skor 1 untuk lingkungan belajar yang tidak mendukung.
Keterangan:
NT = Skor yang paling tinggi NR = Skor yang paling rendah
K = Kelas interval
Jadi:
Berdasarkan rumus interval di atas, maka lingkungan belajar dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
Skor 43–54 = Lingkungan belajar yang mendukung
Skor 31–42 = Lingkungan belajar yang kurang mendukung
3. Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dipakai dalam penelitian ini adalah nilai ujian siswa pada semester ganjil yang berkisar antara 0-100 yang dicapai siswa pada bidang studi IPS di kelas VIII SMP Negeri 3 Jati Agung tahun pelajaran 2011-2012. Dengan
interval nilai tinggi apabila berada pada ≥ 62, interval nilai sedang apabila berada pada 46-61, dan interval nilai rendah apabila berada pada ≤ 45.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang keadaan sekolah, proses belajar mengajar serta gejala-gejala atau fenomena yang terjadi pada subjek penelitian mengenai objek yang akan diteliti.
2. Teknik Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:158) teknik dokumentasi yang artinya
barang-barang tertulis, seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Pendapat serupa juga diungkapkan
oleh Riduwan (2008:105) dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan dengan
Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data
mengenai masalah yang sedang diteliti. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data tentang jumlah siswa dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS, peta
monografi sekolah SMP Negeri 3 Jati Agung.
3. Teknik Angket
Dalam bukunya Iskandar (2008:77), angket adalah seperangkat pertanyaan yang disusun secara logis, sistematis tentang konsep yang menerangkan tentang
variabel-variabel yang diteliti. Jenis angket yang akan digunakan pada penelitian ini adalah angket tertutup, artinya jawaban sudah disediakan sehingga responden
tinggal memilih. Tujuan penggunaan pengumpulan data ini adalah untuk mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah yang berkaitan dengan
responden.
Dalam penelitian ini teknik angket digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai kebiasaan belajar siswa dan lingkungan belajar di rumah siswa kelas
VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung.
F. Uji Persyaratan Instrumen
1. Uji Coba Angket
a) Uji Validitas Angket
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:168) validitas adalah suatu ukuran yang
diteliti secara tepat. Teknik uji validitas dalam penelitian ini menggunakan
Korelasi Product Moment dengan rumus:
Keterangan:
rxy = Koefisien Korelasi X = Variabel bebas Y = Variabel terikat
N = Jumlah sampel yang diteliti ∑X2
= Jumlah kuadrat dari nilai X ∑Y2
= Jumlah kuadrat dari nilai Y
Kriteria pengujian validitas angket:
1. Jika rxy > rtabel untuk taraf signifikan α = 0,05 yaitu 0,576 dengan n=12, artinya
item valid, dapat digunakan sebagai angket.
2. Jika rxy < rtabel untuk taraf signifikan α =0,05 yaitu 0,576 dengan n=12, artinya
item tidak valid, tidak digunakan sebagai angket.
Sebelum instrumen penelitian digunakan untuk mengumpulkan data dari responden, instrument terlebih dahulu diuji cobakan kepada 12 siswa yang
merupakan populasi dari siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Jati Agung Lampung Selatan. Uji coba ini dilakukan sebanyak satu kali. Pengujian angket ini
uji validitas seluruh item berjumlah 50 soal yang terdiri dari 28 soal untuk
variabel kebiasaan belajar dan 22 soal untuk variabel lingkungan belajar di rumah. Uji coba angket dilakukan kepada 12 siswa yang diambil dari 4 kelas yang akan
diteliti. Sementara itu perhitungan dilakukan secara manual, dan berikut adalah hasil perhitungan yang telah dilakukan:
Tabel 4. Hasil Uji Coba Validitas Angket Kebiasaan Belajar Kebiasaan Belajar (X1)
Berdasarkan Tabel 4 di atas diketahui bahwa dari 28 soal yang diujikan terdapat 6
butir soal pada variabel kebiasaan belajar yang tidak valid yaitu soal nomor 8,13,18,19,23, dan 27 yang diketahui r hitung < r tabel. Dengan demikian pada 6 soal
yang tidak valid maka peneliti bermaksud untuk membuang soal tersebut, karena soal tersebut sudah terwakili pada nomor soal yang lain.
Tabel 5. Hasil Uji Coba Validitas Angket Lingkungan Belajar di Rumah Lingkungan Belajar di Rumah (X2)
Sumber: Data Perhitungan Uji Coba angket Tahun 2012
Berdasarkan Tabel 5 di atas diketahui bahwa dari 22 soal yang diujikan terdapat 4 butir soal pada variabel lingkungan belajar di rumah yang tidak valid yaitu soal
yang tidak valid maka peneliti bermaksud untuk membuang soal tersebut, karena
soal tersebut sudah terwakili pada nomor soal yang lain.
b) Uji Reliabilitas Angket
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki taraf kepercayaan yang tinggi dan keajegan. Untuk mengukur tingkat reliabilitas menggunakan
rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:
Kriteria pengujian reliabilitas angket:
1. Jika r11 > rtabel untuk taraf signifikan α = 0,05 yaitu 0,576 dengan n=12, artinya item reliabel, dapat digunakan sebagai angket.
2. Jika r11 < rtabel untuk taraf signifikan α = 0,05 yaitu 0,576 dengan n=12 artinya
item tidak reliabel, tidak digunakan sebagai angket.
Berdasarkan hasil perhitungan secara manual diketahui bahwa pada variabel
kuesioner dapat digunakan sebagai alat pengumpul data tentang kebiasaan belajar
dan lingkungan belajar di rumah.
G. Analisis Data Penelitian
Analisa data yang digunakan dalam pengujian hipotesis pertama dan kedua pada penelitian ini adalah analisa Korelasi Produck Moment dengan rumus sebagai
berikut:
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi X = Variabel bebas
Y = Variabel terikat ∑X2
= Jumlah kuadrat dari nlai X ∑Y2
= Jumlah kuadrat dari nilai Y N = Jumlah sampel yang diteliti
Kriteria pengujian dapat dilihat dari:
1. Ada hubungan antara X dan Y jika koefisien korelasi tidak sama dengan 0 (nol) atau (rxy≠0), dan tidak ada hubungan jika rxy sama dengan 0 (nol) atau
(rxy=0).
3. Untuk tingkat hubungan X dan Y dapat diketahui setelah nilai r diperoleh yang
dikonsultasikan pada Tabel 6 interprestasi nilai r.
4. Untuk mengetahui signifikan dengan taraf kesalahan 0,05% adalah apabila r
hitung sama atau lebih besar dari r tabel (r hitung ≥rtabel).
Tabel 6. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r.
No Besarnya Nilai r Interpretasi
1 Antara 0,80 sampai dengan 1,000 Sangat Kuat/sangat tinggi 2 Antara 0,60 sampai dengan 0,799 Kuat/tinggi
3 Antara 0,40 sampai dengan 0,599 Sedang/cukup 4 Antara 0,20 sampai dengan 0,399 Rendah
5 Antara 0,00 sampai dengan 0,199 Sangat Rendah (tidak berkolerasi) (Suharsimi Arikunto, 2006:276)
Rumus Korelasi Ganda
Keterangan:
Rx1.x2.y : Nilai Korelasi Antar Variabel dan Variabel Ganda r2x1.y : Nilai Korelasi Kuadrat X1 terhadap Y
r2x2.y : Nilai Korelasi Kuadrat X2 terhadap Y (rx1.y) : Nilai Korelasi X1 terhadap Y
(rx2.y) : Nilai Korelasi X2 terhadap Y
(rx1.x2) : Nilai Korelasi X1 dan X2
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil pembahasan penelitian mengenai hubungan antara kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung tahun pembelajaran 2011-2012 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan positif yang erat dan signifikan antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung, yang ditunjukan dengan rxy=0,711 dengan tingkat
keeratan hubungan yang erat dan signifikan yaitu rhitung 0,711 > rtabel0,312. Dengan taraf signifikan (α) = 0,05. Hal ini berarti ada kecenderungan semakin
baik kebiasaan belajar IPS siswa maka semakin tinggi prestasi belajar IPS yang
dicapai. Sebaliknya semakin buruk kebiasaan belajar IPS siswa maka semakin rendah prestasi belajar IPS yang dicapai siswa.
2. Terdapat hubungan positif yang erat dan signifikan antara lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati
0,05. Hal ini berarti ada kecendrungan semakin mendukungnya lingkungan
belajar IPS siswa di rumah maka semakin tinggi prestasi belajar yang dicapai. Sebaliknya semakin tidak mendukungnya lingkungan belajar IPS siswa di
rumah maka semakin rendah prestasi belajar yang dicapai siswa.
3. Terdapat hubungan positif yang erat dan signifikan antara kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran IPS kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati Agung, yang ditunjukan dengan rx1.x2.y=0,784 dengan tingkat keeratan hubungan yang erat dan signifikan yaitu
rhitung 0,784 > rtabel 0,312. Sementara itu, dari hasil perhitungan yang telah dilakukan juga dapat diketahui bahwa untuk hipotesis pertama bernilai 0,711 lebih besar dari hipotesis kedua yang bernilai 0,624. Ini menunjukkan bahwa
antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar memiliki hubungan yang lebih erat jika dibandingkan dengan hubungan antara lingkungan belajar di rumah
dengan prestasi belajar.
B.Saran
Berdasarkan data dan hasil penelitian tentang kebiasaan belajar dan lingkungan belajar di rumah dengan prestasi belajar IPS siswa kelas VIII di SMP Negeri 3 Jati
Agung, maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Hendaknya siswa dapat menerapkan kebiasaan belajar yang baik dengan cara
suatu pola perilaku yang menetap dan bersifat otomatis. Karena dalam hal
belajar, kebiasaan dapat meningkatkan prestasi.
2. Hendaknya kepada guru untuk memberi tahukan kepada orang tua siswa untuk
selalu memberikan pengawasan, dukungan dan perhatian saat anaknya belajar di rumah sehingga anak lebih semangat dalam belajar. Bagi keluarga perlunya kerjasama yang baik antar anggota keluarga demi tercapainya prestasi belajar
yang baik seperti membantu siswa apabila mengalami kesulitan dalam belajar di rumah. Orang tua selalu memenuhi kebutuhan belajar khususnya sarana
belajar di rumah bagi anaknya agar anak lebih bersemangat dalam belajar sehingga prestasi belajarnya dapat meningkat.
3. Siswa hendaknya dapat meningkatkan kebiasaan belajar dan juga memperbaiki
lingkungan belajar yang kurang mendukung. Karena kebiasaan belajar yang teratur dan lingkungan belajar yang mendukung dapat meningkatkan prestasi
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi. 1998. Psikolog Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Bimo Walgito. 1987. Psikologi Sosial. Yayasan Penerbit Fakultas UGM. Yogyakarta.
Djaali, 2008. Psikologi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Hasbullah Tabrani. 1994. Rahasia Sukses belajar. Raja Grafindo. Jakarta.
Hutabarat EP. 1986. Cara Belajar Pedoman Praktis Untuk Belajar Secara Efisien dan Efektif. PT. BPK Gunung Mulia. Jakarta
Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Gaung Persada Press. Jakarta
Muhibin Syah. 2009. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Nana Sudjana.1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.
N. Dadljoeni. 1997. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Alumni. Bandung.
Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Remaja Karya. Bandung.
Nursid Sumaatmadja. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Alumni. Bandung.
Oemar Hamalik. 2001. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara. Jakarta.
Riduwan. 2008. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta. Bandung.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Bumi Aksara. Jakarta.
Soegyarto Mangkuatmodjo. 1997. Pengantar Statistik. Rineka Cipta. Jakarta. Soemanto Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan. Rhineka Cipta. Jakarta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.
Sumadi Suryabrata. 2003. Metodologi Penelitian. Raja Grafindo Persada. Jakarta Surya Hendra. 2004. Kiat-Kiat Mengatasi Kesulitan Belajar. Elex Media
Kaputindo Group Gramedia. Jakarta.
Tim Penyusun. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.