• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP BERBAGAI TIPE VEGETASI YANG DIRANCANG UNTUK PUSAT KEGIATAN OLAH RAGA (PKOR) WAY HALIM BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP BERBAGAI TIPE VEGETASI YANG DIRANCANG UNTUK PUSAT KEGIATAN OLAH RAGA (PKOR) WAY HALIM BANDAR LAMPUNG"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bandar Lampung merupakan kota yang sedang berkembang. Keadaan kota berkembang menggambarkan suatu bentuk tatanan kehidupan yang kompleks. Berbagai aktivitas manusia seperti pemukiman, perindustrian, transportasi dan sebagainya yang terus meningkat menyebabkan dampak lingkungan yang tidak lagi bersahabat, seperti pecemaran udara, kebisingan, menurunnya kualitas udara di perkotaan, dsb. Untuk mengatasi kondisi lingkungan kota seperti ini sangat diperlukan RTH sebagai suatu teknik bioengineering dan bentukan biofilter yang relatif lebih murah, aman, sehat, dan menyamankan. RTH diharapkan mampu menjadi kesatuan ruang terhadap aktivitas manusia yang sehat, selain itu mampu menjadi ruang konservasi eksitu, yakni konservasi secara buatan yang dilakukan di luar habitat alaminya.

(2)

umum dengan luasan 20% dan RTH privat sebesar 10% (UU RI No.26 Tahun 2007).

Data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandar Lampung tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH), menunjukan bahwa Kota Bandar Lampung masih membutuhkan alokasi RTH sampai dengan tahun 2030 sebesar 3.731,01 Ha, yang terdiri dari 1.682,50 Ha RTH Privat dan 2.048,51 Ha RTH Publik, sedangkan ketersediaan ruang terbuka yang berpotensi untuk dijadikan RTH di Kota Bandar Lampung belum dioptimalkan dengan baik.

Salah satu lokasi yang perlu dioptimalkan menjadi RTH di Kota Bandar Lampung adalah Pusat Kegiatan Olah Raga (PKOR) Way Halim. Lokasi ini sangat

strategis dan menjadi pusat ruang publik masyarakat Kota Bandar Lampung.

Melihat keberadaan RTH publik di Kota Bandar Lampung, dapat dikatakan perencanaan dan pembangunan RTH di Kota Bandar Lampung belum memiliki acuan mengenai karakteristik vegetasi yang dianggap masyarakat memiliki nilai estetis/ keindahan (Utami, 2004). Karena dari itu untuk mengasilkan RTH yang bernilai estetsis hendaknya melibatkan aspirasi masyarakat, berupa pendekatan dan penilaian terhadap tipe vegetasi yang paling disukai, dan dicirikan dengan tingginya apresiasi berupa nilai yang diberikan masyarakat Kota Bandar Lampung.

(3)

3

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi masyarakat terhadap rancangan tipe vegetasi yang sesuai di PKOR Way Halim.

C. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan untuk menentukan kebijakan pemilihan tipe vegetasi yang sesuai di PKOR Way Halim terutama oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung.

2. Sebagai sarana konservasi secara buatan di luar habitat alami (eksitu) berupa koleksi tanaman.

D. Kerangka Pemikiran

Pusat Kegiatan Olah Raga (PKOR) Way Halim merupakan areal ruang terbuka publik terbesar yang ada di Kota Bandar Lampung, dengan lokasi yang sangat strategis dan berdekatan dengan taman hutan kota.

Lokasi ini berpotensi untuk dijadikan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) terutama pada bagian areal terbuka yang belum dimanfaatkan secara optimal.

(4)

Cara untuk mengetahui RTH yang bernilai estetis, yakni melibatkan aspirasi preferensi masyarakat terhadap rancangan tipe vegetasi, yang dilakukan melalui pendekatan estimasi keindahan Scenic Beauty Estimation (SBE).

Output yang dihasilkan dengan metode SBE adalah tipe vegetasi yang memiliki preferensi keindahan yang tinggi.

Gambar 1. Bagan Alur Kerangka Pemikiran PKOR Way

Halim

Didasarkan preferensi masyarakat Tipe vegetasi yang Benilai estetis tinggi

Dilakukan dengan Metode

Scenic Beauty Estimation (SBE)

Tipe vegetasi RTH yang memiliki preferensi tinggi

(5)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban space) dengan unsur vegetasi yang dominan. Perancangan ruang hijau kota harus memperhatikan karakter ruang terbuka (public space),ruang kota (urban space) dan ruang terbuka (open space) serta elemen rancangan kota lainnya.

1. Keterkaitan Fungsi RTH dengan Kawasan Perkotaan

Menurunya kualitas lingkungan perkotaan yang disebabkan seperti, tingginya polusi udara dan suara yang dihasilkan dari aktivitas manusia serta dampak negatif terhadap lingkungan lainnya perlu diimbangi dengan pembangunan wilayah perkotaan yang mengusung aspek penghijauan seperti RTH. Karena sebagaimana yang dijelaskan di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 Tahun 2008, bahwa RTH mempunyai fungsi :

(6)

satwa, penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta penahan angin.

b. Fungsi tambahan (Ekstrinsik), yakni fungsi sosial budaya, ekonomi, dan fungsi Karakteristik visual atau estetika RTH, seperti :

meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari skala mikro ( halaman rumah, lingkungan permukimam), maupun makro (lansekap kota secara keseluruhan).

menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota.

pembentuk faktor keindahan arsitektural.

menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun.

Beberapa kebijakan sudah dibuat oleh pemerintah guna mengatur

ketersediaan ruang terbuka hijau terutama wilayah perkotaan dikarenakan pentingnya RTH bagi wilayah kota. Seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002, bahwa ruang terbuka hijau (RTH) wilayah perkotaan adalah ruang di dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk areal memanjang/jalur atau mengelompok, dimana penggunaannya lebih bersifat terbuka, berisi hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan yang tumbuh secara alami atau tanaman budidaya.

(7)

7

diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika.

2. Pembagian RTH

Secara kepemilikan Ruang terbuka hijau terbagi menjadi dua, yakni : a. RTH publik adalah ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola

oleh pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum.

b. RTH privat adalah RTH milik institusi tertentu atau orang

perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman rumah/ gedung milik masyarakat/ swasta yang ditanami tumbuhan (PERMEN PU No. 5 Th 2008).

Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, yang termasuk ruang terbuka hijau publik, antara lain taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai sedangkan yang termasuk ruang terbuka hijau privat, antara lain, adalah kebun atau halaman rumah/ gedung milik masyarakat/ swasta yang ditanami tumbuhan.

B. Tanaman dan Vegetasi

Tanaman dan vegetasi adalah elemen utama pengisi di dalam RTH. Menurut Dirjen Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum dalam makalah

(8)

diseleksi dan disesuaikan dengan lokasi serta rencana dan rancangan peruntukkannya. Lokasi yang berbeda (seperti pesisir, pusat kota, kawasan industri, sempadan badan-badan air, dll) akan memiliki permasalahan yang juga berbeda yang selanjutnya berkonsekuensi pada rencana dan rancangan RTH yang berbeda.

Dalam perancangan RTH, seleksi jenis tanaman penyusun RTH harus dipertimbangkan, karena tanaman dapat menghadirkan ciri arsitektural tertentu yang terkesan alamiah yang terbentuk oleh garis, bentuk, warna, dan tekstur yang ada dari tajuk, daun, batang, cabang, kulit batang, akar, bunga, buah. Selain itu jika dilihat dari sisi konservasi diluar habitat alami (eksitu), pemilihan jenis dapat dilakukan dengan memprioritaskan jenis-jenis tanaman tertentu yang sudah langka, pemilihan tanaman endemik atau tanaman khas daerah tersebut. Tujuan dari pemilihan tanaman endemik sendiri untuk memperkuat identitas yang berdasarkan iklim dan budaya setempat

Terdapat beberapa bentuk pembagian tanaman sebagai pengisi utama ruang terbuka. Djamal (2005) menjelaskan, bahwa fungsi tanaman dalam

membentuk dan mengisi ruang dapat meliputi : a. Tanaman Pelantai (Ground Cover)

b. Tanaman Pendidinding, Pembatas dan Pengarah c. Tanaman Pengatap atau Peneduh

d. Tanaman sebagai Ornamen dan Pengisi Ruang

(9)

9

Tabel 1. Prinsip pembagian tanaman RTH

Menurut jenis tanaman

Menurut penggunaan Menurut fungsi Semak belukar (pohon di pinggir jalan)

Fungsi higiene mental

C. Preferensi Mayarakat

Tanaman dengan berbagai bentuk arsitekturalnya dapat menjadi daya tarik dan kesukaan bagi masyarakat. Hal ini erat kaitanya dengan keindahan/ estetika yang dihasilkan dari vegetasi. Arti dari estetika sendiri adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya.

Perkembangan lebih lanjut menyadarkan bahwa keindahan tidak selalu memiliki rumusan tertentu. Keindahan berkembang sesuai penerimaan

masyarakat terhadap ide yang dimunculkan oleh pembuat karya. Karena itulah selalu dikenal dua hal dalam penilaian keindahan, suatu karya yang memang diakui banyak pihak memenuhi standar keindahan, suatu karya yang sama sekali tidak memenuhi standar keindahan dan oleh masyarakat banyak biasanya dinilai buruk, namun jika dipandang dari banyak hal ternyata

(10)

mengenai keindahan sehingga dalam penilaian lansekap menggunakan skala angka (Lothian (1999) dalam Utami, 2004).

Berbicara masyarakat artinya perlu melihat sisi latar belakang dari masyarakat itu sendiri, agar pembentukkan dari RTH tidak dianggap gagal. Laurence (2004) menjelaskan yang harus diperhatikan dalam desain adalah tidak memaksakan pemuasan estetika sebagai kebutuhan dasar, tetapi lebih mempertimbangkan keindahan sebagai suatu persyaratan desain yang baik. Untuk memusatkan hierarki kebutuhan manusia, dalam perancangan, arsitek harus berfikir akan kebutuhan pengguna, bukan kebutuhan manusia secara umum. Arsitek dapat mencatat apa yang sesunguhnya menjadi preferensi dari pengguna. Karena beragamnya preferensi dan tingkat kebutuhan seseorang maka akan sangat bermanfaat jika dilakukan penelitian kebutuhan pengguna secara kasus demi kasus, daripada sekedar memakai data yang umum.

C. Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandar Lampung

Hasil analisa terhadap ketersediaan ruang terbuka hijau di Kota Bandar Lampung menunjukkan bahwa Kota Bandar Lampung masih membutuhkan alokasi ruang untuk memenuhi kebutuhan ruang terbuka hijau sesuai dengan amanah UU No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang.

(11)

11

Tabel 2. Ketersediaan dan Kebutuhan RTH di Kota Bandar Lampung tahun 2009.

Total Kebutuhan 3.647,57

Pemenuhan RTH Kota Bandar Lampung bertujuan untuk menjaga

keseimbangan ekosistem kota, menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup, serta sebagai saran publik dengan fungsi sosial ekonomi. Oleh

karenanya berdasarkan kondisi eksisting dan hasil analisa yang telah dilakukan maka arah pengembangan RTH Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut :

a. Mempertahankan dan merevitalisasi RTH publik maupun privat yang ada, seperti Taman Dwipangga, TAHURA WAR, kawasan Batuputu, dan lainnya.

b. Pengembangan lahan terbangun pada kawasan ex-Hutan Kota Way Halim diarahkan pada KDB maksimum 50%.

c. Mengoptimalkan kawasan Enggal (lapangan merah) sebagai RTH-Taman Kota dan mencegah terjadinya alih fungsi lahan.

(12)

e. Membangun RTH publik baru berupa taman-taman kota.

f. Melakukan penghijauan pada lahan tidur, pekarangan, jalur hijau dan pemakaman sesuai ketentuan yang telah diuraikan sebelumnya. g. Penghijauan pada permukiman dapat dilakukan pada media terbatas

(pot) dan lahan pekarangan.

h. Mengembangkan taman-taman di atap gedung, rumah, perkantoran, dan sarana publik lainnya.

i. Kerjasama dengan masyarakat dan sektor swasta/ dunia usaha dalam penentuan RTH.

(13)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di halaman Pusat Kegiatan Olah Raga (PKOR) Way Halim Bandar Lampung pada bulan Agustus 2011.

B. Objek dan Alat Penelitian

Objek penelitian ini adalah pengunjung dan ruang terbuka PKOR Way Halim, sedangkan alat yang digunakan adalah kamera digital, kuisioner, komputer, sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah foto objek areal lokasi dan foto yang diberi rancangan tipe vegetasi.

C. Jenis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer

Preferensi masyarakat mengenai tipe vegetasi di PKOR Way Halim. 2. Data Sekunder

(14)

D. Batasan Penelitian

1. Areal halaman yang dipilih di PKOR Way Halim Kota Bandar Lampung. 2. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Agustus tahun 2011.

3. Penilaian hanya dilakukan oleh masyarakat pengunjung areal penelitian di PKOR Way Halim terhadap 10 gambar vegetasi RTH yang ditawarkan.

E. Langkah Pengambilan Data

1. Tahap pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah survei dan pemilihan ruang terbuka di PKOR Way Halim.

2. Pemotretan areal lokasi dengan anggle yang mewakili secara keseluruhan. 3. Perancangan desain sepuluh gambar tipe vegetasi pada lokasi.

4. Penilaian rancangan tipe vegetasi oleh pengunjung PKOR Way Halim. Untuk menentukan responden digunakan metode Accidental sampling yaitu teknik pengambilan sample berdasarkan ketersediaan responden untuk mengisi kuisioner baik dari sisi waktu maupun pemikiran. Jenis penarikan sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak (random). Jumlah responden yang

dintentukan 50 orang dan pengambilan data dilakukan dengan wawancara, dengan rincian :

(15)

15

kisaran penilaian dan foto yang akan dinilai, sebelum penilaian dilakukan. Pada saat penilaian dilakukan oleh responden, setiap foto akan ditampilkan selama 10 detik. Tujuannya adalah agar responden memberikan penilaian hanya berdasarkan pada penglihatanya/secara visual.

b. Pada bagian pertama ini responden akan diminta memberikan penilaian terhadap tiap foto dengan skor 1–10. Skor 1 menyatakan nilai rendah, untuk skor 3 menyatakan nilai lebih baik dari skor 2, begitu seterusnya hingga skor 10 menyatakan tipe vegetasi paling baik. 6. Pada bagian kedua kuisioner berisi tentang karakteristik sosial ekonomi

responden sebagai bahan pertimbanganya. Selain itu pada bagian kedua ini berisi pertanyaan mengenai preferensi responden tentang unsur – unsur visual fisik tipe vegetasi.

7. Hasil penilaian responden akan diolah dengan metode Scenic Beauty Estimation (Daniel and Boster, 1976). Cara tersebut yakni :

a. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan nilai Z dengan rumus sebagai berikut :

Zij = (Rij–Rj)/sj Keterangan :

Zij : standar nilai Z untuk penilaian ke i dari pengamatan ke j Rij : rata–rata nilai dari penilaian pengamatan ke j

Rj : nilai ke i dari pengamatan ke j

sj : stadar deviasi dari seluruh nilai pengamatan ke

(16)

1

c. Rumus umum standar deviasi adalah :

Keterangan:

S = Standar deviasi Yi = Nilai pengamatan ke–i = Nilai tengah

n = Jumlah pengamatan

F. Analisis Data

Analisis yang dilakukan dalam penelitian kali ini adalah :

a. Analisis penilaian terhadap gambar rancangan tipe vegetasi berdasarkan latar belakang karakteristik pekerjaan dan tingkat pendidikan responden.

b. Analisis preferensi responden terhadap karakteristik faktor visual vegetasi. Unsur–unsur visual tersebut berupa warna tumbuhan, ketinggian pohon, bentuk tajuk, kerapatan pohon, kerapatan vegetasi, strata vegetasi, susunan spasial dan keanekaragaman jenis tumbuhan. Hasil penilaian unsur visual tersebut diolah dengan rumus sebagai berikut :

X (%) =

Jumlah responden yang memilih salah satu unsur visual

x 100% Jumlah seluruh responden (50)

(17)

17

c. Analisis penilaian responden terhadap tingkat keindahan tipe vegetasi yang dirancang untuk PKOR Way Halim dengan klasifikasi gambar tipe vegetasi yang memiliki preferensi tinggi, sedang dan rendah. Adapun untuk memperoleh kesimpulan klasifikasi dari nilai SBE dilakukan dengan cara :

1. Vegetasi yang memiliki preferensi tinggi yang memiliki

SBE > (Y s)

2. Vegetasi yang memiliki preferensi sedang yang memiliki SBE

antara (Y s)dan (Y s)

3. Vegetasi yang memiliki preferensi rendah yang memiliki

(18)

IV. GAMBARAN UMUM

A. Kondisi Geografis

Kota Bandar Lampung adalah Ibu Kota Provinsi Lampung yang merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan, kebudayaan, dan pusat kegiatan perekonomian Provinsi Lampung. Secara Geografis, kota Bandar Lampung terletak pada 5º 20’ LS−5º 30’ LS dan 105º 28 BT−105º 37’ BT (Balai Pusat Statistik, 2010).

Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah 192 km² terdiri dari 13

kecamatan dan 98 kelurahan. Secara administratif, batas daerah kota Bandar Lampung adalah :

Sebelah utara : berbatasan dengan kecamatan Natar

Sebelah selatan : berbatasan dengan kecamatan Padang cermin, Katibung dan Teluk Lampung.

Sebelah barat : berbatasan dengan Kecamatan Gedong Tataan dan Kecamatan Padang Cermin.

(19)

19

B. Kondisi Topografi

Secara Topografi, wilayah kota Bandar lampung terletak pada ketinggian 0-700 mdpl dengan luas wilayah yang datar sampai landai mencapai 60 % landai sampai miring 35%, dan sangat miring sampai curam 4% (Balai Pusat

Statistik, 2010).

Topografi Kota Bandar Lampung terdiri atas :

1. Daerah pantai, yaitu sekitar Teluk Betung bagian selatan dan Panjang. 2. Daerah perbukitan, yaitu sekitar Teluk Betung Bagian utara.

3. Daerah dataran tinggi serta sedikit bergelombang terdapat di sekitar Tanjung Karang bagian barat yang dipengaruhi oleh Gunung Balau serta perbukitan Batu Serampok di bagian timur−selatan.

4. Teluk Lampung dan pulau-pulau kecil bagian selatan.

Secara keseluruhan kondisi penggunaan lahan di Kota Bandar Lampung dikelompokkan dalam kawasan terbangun (34%) dan ruang terbuka (66%). Kawasan terbangun terdiri dari lahan pekarangan, perkantoran, perdagangan dan jasa, dan industri. Sedangkan ruang terbuka berupa tegalan, kebun, hutan, kuburan, dan lapangan (BAPPEDA, 2010).

C. Kondisi Iklim

(20)

(>100mm/bulan) terjadi selama builan November-Mei dan musim kemarau (CH<100 mm/bulan) terjadi selama bulan Juni-Oktober.

D. Tata Ruang Kota Bandar Lampung

Rencana pengembangan Kota Bandar Lampung diatur dalam bagian wilayah kota (BWK) yang membagai wilayah Kota Bandar Lampung menjadi

beberapa area yang sesuai dengan penggunaan masing-masing. Perencanaan perumusan BWK merupakan kewenangan BAPPEDA (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah). Adapun pembagian BWK Kota Bandar lampung menjadi beberapa area yang sesuai dengan pengunaan masing-masing.

Perencanaan dan perumusan BWK Kota Bandar Lampung yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung tahun 2015-2015 pada Tabel 3 :

Tabel 3. Pembagian BWK Kota Bandar Lampung

BWK Wilayah Fungsi utama Fungsi lain A Kedaton, Raja Basa B Sukarame Perumahan skala besar,

perdagangan skala kecil

C Panjang Pusat pelabuhan

samudera, perdagangan,

(21)

21

Tabel 3. Lanjutan

BWK Wilayah Fungsi utama Fungsi lain E Tanjung Karang Pusat Perdagangan/ Jasa Perumahan

fungsi ganda, budaya dan taman F Tanjung Karang Barat Perdagangan/ Jasa Perumahan G Kemiling Pengembangan

Hortikultura, pemukiman Sumber : Bappeda Kota Bandar Lampung (2004)

Berdasarkan rencana pengembangan Kota Bandar Lampung seperti tertuang dalam BWK tersebut di atas, fungsi pendukung Kota Bandar Lampung ditetapkan BWK C, G dan H, yakni area Panjang, Langkapura/ Kemiling, dan Teluk Betung.

Konsep pengembangan ruang Kota Bandar Lampung secara garis besar dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung 2005-2015 adalah :

1. Salah satu zona dalam pengembangan Water Front City (WFC) di wilayah pesisir adalah zona pelabuhan, pergudangan dan industri terpadu yang berada di wilayah Teluk Betung Selatan (BWK H). 2. Pola yang digunakan adalah gabungan pola konsentrik dan pola

(22)

ditekankan pada daerah utara, timur dan barat. Pengembangan wilayah pantai dilakukan dengan reklamasi pantai.

3. Pusat Kota diperuntukkan bagi kegiatan perdagangan, jasa dan

pemerintahan/ perkantoran dengan skala pelayanan regional dan lokal. Kawasan Pendidikan akan dialokasikan pada daerah yang mempunyai hubungan yang tinggi dengan kawasan lain terutama pemukiman. 4. Kegiatan hiburan dan rekreasi diklasifikasikan menjadi dua, yakni

ruang tertutup dan ruang terbuka.

5. Kawasan perumahan direncanakan menyebar ke sejumlah kota yang disesuaikan dengan perkembangan penduduk dan daya dukung lahannya.

6. Kawasan Konservasi dan penghijauan akan diarahkan di sepanjang aliran sungai, irigasi, dan daerah kemiringan ≥ 40%

E. Kondisi Sosial Ekonomi

1. Keadaan Penduduk

Penduduk Kota Bandar Lampung merupakan masyarakat yang heterogen yang terdiri atas banyak suku bangsa antara lain Lampung, Jawa, Sunda, Batak, Banten dan lain-lain. Keadaan tersebut menyebabkan keadaan sosial budaya/kultur setiap wilayah menjadi sangat majemuk.

(23)

23

jumlah rumah tangga (KK) sebesar 192.447 KK dengan rata-rata jiwa per-rumah tangga sebesar 5,0 jiwa.

Persebaran penduduk antar kecamatan sangat bervariasi, hal ini dapat dilihat dari tingkat kepadatan penduduk antar kecamatan yang menunjukkan sebagian besar penduduk Kota Bandar Lampung berada di wilayah

Kecamatan Tanjung Karang Pusat dengan kepadatan penduduk 15.431 jiwa/km², Kecamatan Teluk Betung Selatan dengan kepadatan penduduk 12.834 jiwa/km², Kecamatan Kedaton dengan kepadatan penduduk 10.358 jiwa/km², dan Kecamatan Teluk Betung Utara dengan kepadatan penduduk 6.925 jiwa/km². Penduduk menurut kelompok umur menunjukkan bahwa 29% penduduk Kota Bandar Lampung berusia muda (0-14 tahun), 58% berusia produktif (umur 15-64 tahun), dan hanya 3% yang berumur 65 tahun lebih, sehingga diperoleh angka ketergantungan (dependency ratio) penduduk Kota Bandar Lampung sebesar 2,1. Yang artinya setiap 100 penduduk usia produktif menanggunng sekitar 21 orang penduduk usia tidak produktif.

2. Kondisi Ekonomi

Secara umum kinerja pertumbuhan perekonomian Kota Bandar Lampung selama tahun 2007 berdasarkan data dari BPS Kota Bandar Lampung, jumlah penduduk miskin di Kota Bandar Lampung pada tahun 2007

(24)

F. Data Fisik Tapak PKOR Way Halim

PKOR merupakan pusat berbagai aktifitas olah raga masyarakat Kota Bandar Lampung, areal ini termasuk ke dalam kawasan Gelanggang Sumpah Pemuda, Luas PKOR Way Halim sendiri adalah 32,427 ha, yang di dalamnya terdapat berbagai sarana prasarana kegiatan olah raga, seni budaya Lampung dan Taman Hutan Kota Way Halim.

Lokasi tapak berada di sebelah Timur Laut Tanjung karang Pusat. Secara administratif PKOR Way Halim berada di Kelurahan Way Halim, Kecamatan Kedaton, Kota Bandar Lampung. Untuk topografi tapak berkontur relatif datar.

Posisi sebelah utara berbatasan dengan Perumnas Way Halim, sebelah selatan berbatasan dengan Jl. Sultan Agung, lahan PT. Way Halim dan Perumahan Way halim Permai. Sebelah barat berbatasan dengan komplek Perumahan Way Halim Permai dan Perumnas Way Halim. Sebelah timur berbatasan dengan Jl. Soekarno Hatta (By Pass) dan jalur Taman Hutan Kota Way Halim (Dinas Permukiman Provinsi Lampung, 2005).

G. Kondisi Vegetasi PKOR Way Halim

(25)

25

dan kurang terawat sehingga kurang memenuhi sebagai penangkal kebisingan maupun polusi udara.

Kondisi lansekapnya dipenuhi hard material yakni paving block, nyaris tidak ada pohon dan rumput. Kecuali lahan yang dipakai bangunan sebagai pusat informasi budaya Lampung, lansekapnya sudah terhampar rumput gegajahan yang kurang terawat, dan pohon-pohon palem yang ditanam sangat jarang, sehingga berfungsi sebagai peneduh (Dinas Permukiman Provinsi Lampung, 2005).

H. Tingkat Polusi

Polusi udara kotor, bisa datang dari arah timur yaitu adanya jalan Soekarno Hatta dengan lalu lintas yang cukup padat. Juga dari arah selatan yaitu jalan Sultan Agung, yang sudah mulai kentara kecenderungan arus lalu lintas yang semakin ramai. Dengan adanya Jl. Sultan Agung dan Soekarno Hatta yang mengapit lokasi PKOR, ditambah dengan lalu lintas yang cukup padat, maka kebisingan yang diakibatkan suara kendaraan berpotensi sebagai polusi suara. Selain itu polusi sampah pada areal ini cukup mengkhawatirkan (Dinas

Permukiman Provinsi Lampung, 2005)

I. Zonasi & Saran Prasarana PKOR Way Halim

(26)

Tabel 4. Konsep Zona Pengembangan PKOR No Cabang Olah Raga

Lainya

Luas Bangunan Tinggi Bangunan

(Dinas Permukiman Prov. Lampung 2005)

Penggunaan lahan PKOR yang ada sekarang adalah sebagai berikut : 1. Stadion Sumpah Pemuda, lapangan sepak bola mini, lapangan volly

(27)

27

Sumpah Pemuda, seperti arena berbagai olah raga balap lari, lempar lembing, tolak peluru, lempar cakram, lompat jauh dan berbagai sarana olah raga atletik lainya.

2. Gedung Sumpah Pemuda, tempat parkir berikut lansekapnya, sekitar 6,5 %.

3. Pusat informasi budaya lampung berikut lansekapnya, sekitar 5,6 %. 4. Bangunan-bangunan pameran daerah/ kota (10 unit) berikut halaman

dan lansekapnya, sekitar 7,9 %.

5. Bangunan-bangunan untuk pameran lainya (yang sudah jadi ada 2 unit) berikut lansekapnya, sekitar 6,0 %.

6. Buffer area yang memungkinkan untuk digunakan sebagai sebagai hutan kota, ada sekitar 9,5 %.

7. Lahan yang digunakan untuk jalan utama, diperkirakan sekitar 15,0% dari luas yang ada.

Rencana penggunaan lahan untuk pengembangan PKOR mendatang adalah sebagai berikut :

1. Luas lahan baru untuk pengembangan PKOR yang ada sekarang adalah sekitar 11,43 hektar.

2. Peruntukkan zona A yaitu : perkantoran KONI dan Pengda wisma atlit berikut tempat parkir dan lansekapnya, sekitar 11,57 %.

(28)

4. Peruntukkan zona E : tennis lapangan, volly ball, pajat tebing berikut lansekapnya, sekitar 4,75 %.

5. Fasilitas sarana dan prasarana jalan, sekitar 10,44 %. 6. Buffer area dan hutan kota, sekitar 13,54%.

7. Jika diperhitungkan tersendiri, khususnya untuk keperluan parkir diperkirakan ada sekitar 11,58 % dari luas lahan keseluruhan. (Dinas Permukiman Provinsi Lampung, 2005)

(29)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Tipe vegetasi yang memiliki nilai estetika/ keindahan paling tinggi adalah tipe vegetasi campuran tersusun dengan nilai SBE 134,1.

2. Sebagian besar responden berdasarkan latar belakang tingkat pendidikan dan latar belakang pekerjaan menyukai tipe vegetasi campuran tersusun, sedangkan yang tidak disukai adalah tipe vegetasi rumput.

3. Faktor visual vegetasi yang disukai Responden adalah keanekaragaman jenis tumbuhan (26%), susunan spasial vegetasi (24%) dan warna tumbuhan (16%).

B. Saran

1. Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang, Pemerintah Kota Bandar Lampung perlu memaksimalkan ruang terbuka yang tersedia dan kosong untuk menghasilkan RTH di PKOR Way Halim yang bernilai estetika/ keindahan tinggi.

(30)
(31)

PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP BERBAGAI TIPE VEGETASI YANG DIRANCANG UNTUK PUSAT KEGIATAN OLAH

RAGA (PKOR) WAY HALIM BANDAR LAMPUNG

Oleh

Tanjung Trimukti1), Agus Setiawan2)

ABSTRAK

Sampai dengan tahun 2030 Kota Bandar Lampung masih membutuhkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) 3.731,01 ha, yang terdiri dari 1.682,50 ha RTH privat dan 2.048,51 ha RTH publik. Salah satu ruang terbuka yang potensial dikembangkan menjadi RTH adalah Pusat Kegiatan Olah Raga (PKOR) Way Halim. Tujuan penelitian ini adalah menentukan tipe vegetasi yang sesuai berdasarkan preferensi masyarakat. Untuk mengetahui preferensi masyarakat terhadap tipe vegetasi digunakan metode Scenic Beauty Estimation, yaitu dengan meminta masyarakat menilai berbagai tipe vegetasi yang ditawarkan. Hasil penelitian menunjukan faktor-faktor visual yang paling disukai oleh masyarakat (pengunjung PKOR) adalah keanekaragaman jenis tumbuhan 26% (13 orang), susunan spasial vegetasi 24% (12 orang) dan warna tumbuhan 16% (8 orang). Sedangkan berdasarkan latar belakang pekerjaan dan tingkat pendidikan responden, secara umum menyukai rancangan tipe vegetasi campuran tersusun. Berdasarkan hasil analisis dengan metode SBE diperoleh rancangan tipe vegetasi campuran tersusun yang memiliki nilai keindahan (estetika) paling tinggi.

(32)

ABSTRACT

PREFERENCE AGAINST VARIOUS TYPES OF VEGETATION THAT IS DESIGNED FOR A PUSAT KEGIATAN OLAH RAGA

(PKOR) WAY HALIM BANDAR LAMPUNG

By

TANJUNG TRIMUKTI

Up to 2030 Bandar Lampung still need green open space 3.731,01 ha, with details of 1.682,50 ha private green open space and 2.048,51 public green open space. One of potential open space developed into green open Space is Pusat Kegiatan Olah Raga Way Halim. The propose of this observation is for determining the appropriate type of vegetation based on the preferences of the society. To know the preferences of the society against the type of vegetation used method Scenic Beauty Estimation, ask to society to assesing various type of vegetation that offered. The result showed visual factors of various vegetation type most liked by society are variety type of plants 26% (13 people), special arrangement of

vegetation (12 people) and color of plants (8 people). While based of respondents background of job and level of education, generally liked the design of mixed composed type of vegetation. Based on the results of analysis by scenic beauty estimation method obtained the mixed composed type of vegetation have high esthetic value.

(33)

Preferensi Masyarakat terhadap Berbagai Tipe Vegetasi yang

Dirancang untuk Pusat Kegiatan Olah Raga (PKOR) Way Halim

Bandar Lampung

(Hasil Penelitian)

Oleh

Tanjung Trimukti

Fakultas Pertanian

Universitas Lampung

(34)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Alur Kerangka Penelitian ………..………...……… 4 2. Grafik Klasifikasi Penilaian Tipe Vegetasi Berdasarkan

Pekerjaan ...………...….………. 31 3. Grafik Hasil Penilaian Tipe Vegetasi Berdasarkan

Tingkat Pendidikan ………...……. 32 4. Grafik nilai SBE Gambar Rancangan Tipe Vegetasi ..………….. 34 5. Gambar 1 Eksisting (Tipe Vegetasi Rumput)………..………….. 50

6. Gambar Tipe Vegetasi Sejenis Jalur/ Memagar ……….. 50

7. Gambar Tipe Vegetasi 2 jenis Jalur/Memagar ………. 50 8. Gambar Tipe Vegetasi Pohon Bergerombol

Beragam Jenis Acak ………. 51 9. Gambar Tipe Vegetasi Pohon Beragam Jenis

Beragam Tersusun ………... 51

10.Gambar Tipe Vegetasi Pohon Sejenis Menyebar

Tersusun ……….. 51 11.Gambar Tipe Vegetasi Pohon Beragam Jenis &

Perdu Acak ………. 52 12.Gambar Tipe Vegetasi Pohon 2 Jenis &

(35)

13. Gambar Tipe Vegetasi Belukar/Perdu ……… 52 14. Gambar Tipe Vegetasi Campuran ……….. 53 15. Peta Penataan Kawasan (MASTER PLAN) PKOR

(36)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... .. vii

DAFTAR GAMBAR ... .. xii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B.Tujuan Penelitian ... 3

C.Manfaat Penelitian ... 3

D.Kerangka Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A.Ruang Terbuka dan Ruang Publik ... 5

1. Keterkaitan Fungsi RTH dengan Kawasan Perkotaan ……… 5

2. Pembagian RTH ... . 7

B.Tanaman dan Vegetasi ... 7

C.Preferensi Masyarakat ... 9

D.Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandar Lampung ... . 10

III. METODE PENELITIAN ... 13

A.Tempat dan Waktu ... 13

B. Objek dan Alat ... 13

C. Jenis Data ... 13

D.Batasan Penelitian ... 14

E. Langkah Pengambilan Data ... 14

(37)

IV. GAMBARAN UMUM ... .. 18

A. Kondisi Geografis ... 18

B.Kondisi Topografi .... ... 19

C.Kondisi Iklim .... ... 19

D.Tata Ruang Kota Bandar Lampung .... ... 20

E. Kondisi Sosial Ekonomi .... ... 22

1. Keadaan Penduduk ………. .. 22

2. Keadaan Ekonomi .... ... 23

F. Data Fisik Tapak PKOR Way Halim .... ... 24

G.Kondisi Vegetasi PKOR Way Halim.... ... 24

H.Tingkat Polusi.... ... 25

I. Zonasi & Sarana Prasarana PKOR Way Halim.... ... 25

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

A.Penilaian Terhadap Faktor Visual ... 29

B.Penilaian Berdasarkan Latar Belakang Pekerjaan Responden ... 30

C.Penilaian Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Responden ... 32

D.Penilaian Dengan Metode Scenic Beauty Estimation ... 34

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

A.Kesimpulan ... 38

B.Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 40

(38)

DAFTAR PUSTAKA

BAPPEDA. 2011. Evaluasi dan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung 2010-2030. BAPPEDA. Bandar Lampung.

Daniel T.C and Boster R.S. 1976. Measuring Landscape Esthetics The scenic Beauty Estimaton Method. USDA Forest Service Research Paper RM-167 Rocky Mountain Forest and Range Experiment Station Forest Service U.S. Departemen of Agriculture.

Dahlan E. 2004. Membangun Kota Kebun (Garden City) Bernuansa Hutan Kota. Bogor.

Utami M.R. 2004. Penilaian Kualitas Visual Vegetasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Bandar Lampung dengan Metode Scenic Beauty

Estimation. Skripsi Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Pertanian Unila. Tidak Dipublikasikan.

Dinas Pertamanan Kota Bandar Lampung, 1998. Pengenalan Bentuk Tanaman Pemukiman (Penghijauan dan Keindahan).

Dinas Permukiman Provinsi Lampung, 2005. Penataan Kawasan (Master Plan) PKOR Way Halim Bandar lampung.

Frick H dan Mulyani T.H. 2006. Konsep Arsitektur Ekologis di Iklim Tropis, Penghijauan Kota Ekologis, Serta Energi Terbaharukan (Arsitektur Ekologis).

Hilmanto R. 2001 Respon Mahasiswa Universitas Lampung tentang Lingkungan Hijau Perkotaan. Skripsi. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Pertanian. Unila. Bandar Lampung.

Indriyanto. 2001. Dendrologi. Buku Ajar. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

(39)

42

Setiawan A, Utami M.R, Widagdo S, Gunawan A. 2004. Nilai Estetika Berbagai Tipe Vegetasi Menurut Masyarakat Kota Bandar Lampung. Fakultas Pertanian. Unila. Bandar Lampung.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 4 Tahun 2008. Tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 Tahun 2007. Tentang Penataan Ruang

Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan.

Undang- Undang Republik Indonesia No. 26 tahun 2007. Tentang Penataan Ruang.

Undang- Undang Republik Indonesia No. 41 tahun 1999. Tentang Kehutanan. BPS Kota Bandar Lampung. 2010. Kota Bandar Lampung Dalam Angka 2010.

Badan Pusat Statistik Kota Bandar lampung.

Laurence J.M. 2004. Arsitektur dan Perilaku Manusia. Grasindo. Jakarta. Helmi A.F. 1999. Beberapa Teori Psikologi Lingkungan (Buletin Psikologi).

(40)

PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP BERBAGAI TIPE VEGETASI YANG DIRANCANG UNTUK PUSAT KEGIATAN OLAH

RAGA (PKOR) WAY HALIM BANDAR LAMPUNG

Oleh

Tanjung Trimukti

Skripsi

sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(41)

Judul Skripsi

:

Preferensi Masyarakat terhadap

Berbagai Tipe Vegetasi yang

Dirancang Untuk Pusat Kegiatan

Olah Raga (PKOR) Way Halim

Bandar Lampung

Nama Mahasiswa

:

Tanjung Trimukti

Nomor Pokok Mahasiswa :

0614081058

Jurusan

:

Kehutanan

Fakultas

:

Pertanian

Menyetujui,

1.

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si.

NIP 195908111986031001

2.

Ketua Jurusan Kehutanan

Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si.

(42)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si.

Sekretaris : -

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Christine Wulandari, M.P.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001

(43)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 29 Maret 1988, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Sugeng Riyanto, S.Ip dan Ibu Tri Yanti.

Pendidikan yang diselesaikan adalah Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Taruna Jaya Bandar Lampung pada tahun 1994, kemudian tingkat Sekolah Dasar (SD) di Xaverius Way Halim Bandar Lampung pada tahun 2000, pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP N 10 Bandar Lampung pada tahun 2003, Sekolah Menengah Atas (SMA) di Surya Dharma 2 Bandar Lampung pada tahun 2006 dan menjadi mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jurusan Manajemen Hutan (sekarang jurusan Kehutanan) tahun 2006 melalui jalur SPMB. Pada tahun 2010 melakukan praktek umum di KPH Cianjur Perum

Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, BKPH Sukanagara Selatan.

(44)

SANWACANA

Assalamualaikum war. wab.

Alhamdullilah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Preferensi Masyarakat terhadap Berbagai Tipe Vegetasi yang Dirancang untuk Pusat

Kegiatan Olah Raga (PKOR) Way Halim Bandar Lampung”. Skripsi ini sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Sholawat dan salam penulis sampaikan kepada Allah SWT untuk Rasulallah Muhammad SAW atas tuntunan dan syafaatnya.

Dalam kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si, selaku dosen pembimbing tunggal

sekaligus Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, atas bimbingan, arahan, dan motivasi yang telah diberikan hingga selesainya penulisan skripsi ini.

2. Ibu Dr. Ir. Christine Wulandari, M.P, selaku dosen penguji dan selaku pembimbing akademik atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan hingga saya menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas

(45)

4. Kedua orang tua saya, yaitu Bapak Sugeng Rianto, S.Ip dan Ibu Tri Yanti, kakakku Jati dan Daru serta adikku Bakti atas doa dan kasih sayangnya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan ibu dosen Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas ilmu yang telah diberikan dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.

6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Pertanian. Terimakasih atas semua bantuan, kesabaran dan kerjasama yang terjalin.

7. Sahabat serta keluarga besar Black Forest’06 Ershad, Ferdiansyah, Erwin, Rekha, Teguh, Sofyan, Ansory, Dianita, Tini, Fitri, Andi, Novi, Yuda, Anissa, Benita, Elen, Rara, Okta, Shabrina, Hendra, Febri, Ayu, Baiatur, Irwan, Doni, Rianto, Yanche, Wulan, Didi, Dian,Yuli, Yeni, Edi, Ibnu, Abdur, Agung M, Agung S, Hemi, Jimmy, Elisa, Desi, Ola, Ershad, Kiki, Laris, Ririn, Mira, Alm. Pipit, Rendi, Ichsan dan atas semua kisah

kebersamaannya yang telah diberikan selama ini.

8. Sahabat yang spesial Jl. Galunggung. Yasir, Ical, Sudung, Tata, Vitho, Welly, Nanda, Novitasari Darwin, dkk atas kebersamaannya sejak masa kecil dan kehangatan yang telah diberikan selama ini.

9. Sahabat Himasylva FP Unila yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu per satu atas kebersamaannya yang selama ini terbina, semoga akan tetap selalu bersama.

10. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Pertanian Unila Cabang Bandar Lampung, terima kasih atas semua kehangatan,

(46)

”.

11. Keluarga besar Garuda Sylva (GARSY) atas bantuan yang telah diberikan selama penulisan skripsi ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis selama ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amiiin.

Wassalamualaikum wr. wb.

Bandar Lampung, 8 Februari 2012

(47)

Kupersembahkan sebuah karya yang sangat berharga ini kepada kedua orang tua yang sangat kusayangi, yang telah mengasuh, membimbing dengan penuh kasih sayang dan kesabaran dalam mengarungi hidup selama ini. Terima kasih telah memberikan warisan ilmu pengetahuan yang kelak menjadi bekal di masa depan.

Untuk ketiga saudaraku mas Jati, mas Daru dan dek Bhakti. Semoga kelak kita kan berbakti kepada orang tua, berguna bagi bangsa dan negara dan bertaqwa

kepada Allah SWT.

Dan untuk semua manusia yang percaya akan Kebesaran dan Keagungan Yang Maha Kuasa. Untuk selalu senantiasa berada di jalan-Nya dan tiada pernah lelah

(48)

“Dan, Allah SWT Tidak akan mengubah nasib suatu kaum

sebelum kaum itu sendiri mengbahnya”

(Ar-ra’d : 11)

Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan

memudahkan baginya jalan ke surga.

Gambar

Tabel 1. Prinsip pembagian  tanaman RTH
Tabel 2. Ketersediaan dan Kebutuhan RTH di Kota Bandar Lampung
Tabel 3. Pembagian BWK Kota Bandar Lampung
Tabel 3. Lanjutan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Secara perekonomian, peserta didik klas VIII D dalam satu kelas yang mendapatkan Bantuan Peserta didik Miskin (BSM) sebanyak 6 anak dari 31peserta didik. Obyek penelitian

Varietas padi yang menunjukkan reaksi tahan, agak tahan, dan rentan, serta kontrol rentan TN1 dipilih dan digunakan sebagai sumber inokulum untuk ditularkan pada tanaman padi

Pada penelitian ini memakai metode penelitian hukum normatif dengan dengan memanfaatkan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder

Sedangkan motivasi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh manajer dalam menberikan inspirasi, semangat, dan dorongan kepada orang lain, untuk mengambil

Setelah menganalisis sistem yang sudah ada maka diperlukan sebuah aplikasi yang dapat memenuhi kebutuhan informasi masyarakat secara realtime, dengan adanya aplikasi ini

rendah. Penentuan besar tarif sewa bis pariwisata menurut teori. Membuat taksiran biaya-biaya yang akan terjadi dalam satu tahun.. Taksiran biaya yang disajikan ini berdasarkan

Strategi yang harus dilakukan oleh guru pendidikan Agama Islam dalam pembinaan akhlak anak didik, selain menggunakan beberapa metode dalam penyampaian materi juga harus ditunjang

Berdasarkan hasil analisis dan perancangan sistem informasi monitoring dan evaluasi bantuan sarana produksi dan modal usaha pertanian ini, simpulan yang dapat ditarik adalah: