EVALUASI PENENTUAN TARIF SEWA BIS PARIWISATA
Studi Kasus pada Perusahaan Jasa Transportasi Po BIMO dengan alamat JL. Berbah, Kadisono, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
.
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Cicilia Kadia Suci Trisnowati NIM: 021334096
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
EVALUASI PENENTUAN TARIF SEWA BIS PARIWISATA
Studi Kasus pada Perusahaan Jasa Transportasi Po BIMO dengan alamat JL. Berbah, Kadisono, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
.
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Cicilia Kadia Suci Trisnowati NIM: 021334096
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
”KETABAHAN”
Ketik a seluruh dunia semak in suram
Dan semua tampak tidak begitu jelas,
Ketik a bay ang-bay ang tampak mulai menggantung
Tuhan, tabahk anlah ak u.
Ketik a segalany a telah dicoba
Dan k elihatanny a tidak ada jalan,
Buatlah ak u tetap ingat
Kadang-k adang perjalanan memang lambat.
Ak u mungk in hany a perlu berhenti dan beristirahat
Sepanjang lintasan y ang k utempuh,
Saatny a untuk mencoba mengerti
Dan berbincang dengan Tuhan.
Setelah k udapat k ek uatan baru untuk lanjut
Tanpa ragu atau tak ut,
Bagaimanapun ak u tahu masalah ak an beres,
Mak a, tabahk anlah ak u.
By Anne Stortz
Skr ipsi ini kuper sembahkan unt uk:
§ Tuhan Yesus Kr ist us
§ Mama sama Bapak (alm)
§ Mba At ie, Mba Dede dan Ar ie
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 15 September 2007
Penulis
vi
ABSTRAK
EVALUASI PENENTUAN TARIF SEWA BIS PARIWISATA
Studi Kasus pada Perusahaan Jasa Transportasi Po BIMO dengan alamat JL. Berbah, Kadisono, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Cicilia Kadia Suci Trisnowati Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah prosedur penentuan tarif sewa bis pariwisata Po BIMO sudah tepat, dan (2) apakah penentuan besar tarif sewa bis pariwisata Po BIMO sudah tepat.
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang dilakukan pada Po BIMO yang berlokasi di Jl. Berbah, Kadisono, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, pada bulan November sampai dengan Desember 2006. Data dikumpulkan dengan metode: (1) wawancara, (2) observasi, dan (3) dokumentasi. Teknik analisis data yang dilakukan adalah analisis deskriptif dan analisis komparatif. Analisis deskriptif digunakan untuk menyajikan prosedur penentuan tarif sewa bis pariwisata pada Po BIMO. Analisis komparatif digunakan untuk membandingkan prosedur dan hasil perhitunga n tarif sewa bis pariwisata antara perusahaan dengan teori yang menggunakan metode cost plus pricing dengan pendekatan full costing.
vii
ABSTRACT
EVALUATION OF DETERMINING THE FARE COST OF
TOURIST BUS
A Case Study at Po BIMO Transport Enterprise
Jalan Berbah, Kadisono, Berbah District, Sleman Regency, Yogyakarta.
Cicilia Kadia Suci Trisnowati Sanata Dharma University
2007
The purposes of this research are to know whether: (1) Po BIMO has already determined the procedure of determining the fare cost of tourist bus in appropriate way and, (2) whether the amount of the fare cost of tourist bus determined by Po BIMO has been in appropriate way.
This research is a case study done at Po BIMO which lies on jalan Berbah, Kadisono, Berbah District, Sleman Regency Yogyakarta from November until December 2006. The techniques of data collection were: (1) interview, (2) observation, and (3) documentation. The techniques of analyzing the data were is descriptive and comparative. Descriptive analysis applied to present the procedure of determining the fare cost of tourist bus of Po BIMO, while comparative analysis used to compare the procedure and the result of calculation of the fare cost of tourist bus determined by the company and determined according to the theory. In comparing this case, cost plus pricingmethod was applied by using full cost approch.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan atas karunia dan berkatNya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul EVALUASI
PENENTUAN TARIF SEWA BIS PARIWISATA. Penelitian dan penulisan skripsi ini bertujuan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan,
saran dan nasehat dari berbagai pihak yang sangat bermanfaat bagi penulis di
dalam menyelesaikan penyusunan skripsi. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial.
3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Pendidikan Akuntansi
dan Dosen Pembimbing II yang telah memberikan inspirasi, saran dan
kritiknya.
4. Bapak Drs. FX. Muhadi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya, memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran,
ix
5. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan saran dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Akuntansi Sanata Dharma yang telah
mendidik dan ilmunya sangat berarti dalam penulisan skripsi ini.
7. Bapak Edy Suhandono selaku staf accounting dan administrasi dan para staf
Po BIMO telah banyak memberikan waktu untuk penulis dalam mendapatkan
data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.
8. Seluruh Staf Tata Usaha Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma,
terima kasih pula atas bantuannya.
9. Seluruh Staf Perpustakaan Sanata Dharma, yang telah banyak membantu
dalam meminjamkan buku-buku sebagai referensi pembuatan skripsi sehingga
skripsi dapat terselesaikan.
10.
Mama
samaBapak
(alm) yang selalu memberikan semangat, doa, kasihsayang, perhatian dan dorongan serta bantuan materi dan moral, sehingga
penulis dapat menyelesaikan pendidikan dengan penuh perjalanan yang sangat
panjang.
11.Untuk kedua
kakak’u
mba atie sama mba dede dan adik’u arie………… Thanks for love and money
?
……12.Mas Koe cayankoeee(Adhie) terima kasih atas semua cinta dan
semangat yang telah diberikan selama ini for me (Uchie).
13.Keluarga besar di Godean city (mbah kakung, mbah putrie sama bule, pa’le
x
14.Sahabat-sahabat’u Bunga (wah udah kerja nie), anak-anak kontrakan concat
(I ge, kir un, bimo, danang, mbah, adhie sama ibu kosèwah kita wisuda
bareng
?
).15.Teman- t eman angkat an Pak 2002 khususnya kelas C Ciayo!! ....anak”
kos Arimbi 5 (tietiek, lia, tieties, tasya, mita,
aie, nova, neko, winda, ana, diah, weni) Jogja
Poenya Ninja (akta, ibnu, deny) and king’s of Ninja
thanks for everything.
16.Beserta semua pihak yeng telah memberikan bantuan dan dorongan sehingga
skripsi ini selesai dan semua pihak yang tidak bisa satu persatu disebutkan.
……….thanks a lot………….
Semoga Tuhan membalas kebaikan dan jasa-jasa yang telah diberikan
selama penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna
karena terbatasnya kemampuan serta pengetahuan yang ada. Untuk itu semua
saran dan kritik sangat diharapkan untuk dapat membangun penulisan ini. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, 15 September 2007
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT... vii
KATA PENGANTAR... viii
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah... 3
C. Rumusan Masalah... 3
D. Tujuan Penelitian... 4
E. Manfaat Penelitian... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6
A. Tarif dan Harga Jual... 6
1. Pengertian Tarif dan Harga Jual... 6
xii
3. Tujuan Penetapan Harga/Tarif ... 10
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penentuan Harga/Tarif.. 11
5. Metode- metode Penetapan Harga/Tarif ... 14
6. Kebijaksanaan Penetapan Harga/Tarif ... 19
B. Biaya ... 21
1. Pengertian Biaya ... 21
2. Penggolongan Biaya ... 21
3. Memanfaatkan informasi biaya penuh ... 23
C. Jasa... 24
1. Pengertian Jasa ... 24
2. Karakteristik Jasa ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
A. Jenis Penelitian... 26
B. Tempat dan Waktu Penelitian... 26
C. Subjek dan Objek Penelitian... 26
D. Teknik Pengumpulan Data... 27
E. Teknik Analisis Data ... 28
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 30
A. Sejarah Perkembangan Perusahaan... 30
B. Lokasi Perusahaan... 32
C. Struktur Organisasi Perusahaan ... 32
D. Pemasaran... 35
xiii
F. Bidang Usaha dan Operasional Perusahaan... 38
G. Permodalan Perusahaan... 40
H. Data Biaya ... 41
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 43
A. Prosedur Penentuan Tarif Sewa Bis Pariwisata ... 43
1. Prosedur-prosedur penentuan tarif sewa bis pariwisata yang telah ditetapkan oleh Po BIMO Yogyakarta ... 43
2. Prosedur-prosedur penentuan tarif sewa bis pariwisata menurut teori dengan menggunakan metode cost plus pricing pendekatan full costing... 44
3. Perbandingan prosedur-prosedur penentuan tarif sewa bis pariwisata yang berlaku di Po BIMO dengan penentuan tarif sewa bis pariwisata berdasarkan teori ... 46
B. Penentuan Besar Tarif Sewa Bis Pariwisata ... 51
1. Penentuan besar tarif sewa bis pariwisata menurut Po BIMO ... 51
2. Penentuan besar tarif sewa bis pariwisata menurut teori ... 57
3. Perbandingan besar tarif sewa bis pariwisata yang berlaku di Po BIMO dengan besar tarif sewa bis pariwisata berdasarkan teori ... 63
C. Pembahasan ... 66
BAN VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 70
xiv
B. Keterbatasan Penelitian... 73
C. Saran... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 75
LAMPIRAN ... 76
Lampiran 1 Daftar Pertanyaan ... 77
Lampiran 2 Neraca Po BIMO Transport... 80
Lampiran 3 Rugi Laba dan Aliran Kas Po BIMO Transport ... 81
Lampiran 4 Perhitungan Aktiva per km... 83
Lampiran 5 Surat Keterangan Penelitian ... 84
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 3.1 Karyawan Po BIMO……….……….. 36
Tabel 5.1 Taksiran biaya-biaya pada Po BIMO…..……… 51
Tabel 5.2 Taksiran biaya kantor dan armada……...………... 53
Tabel 5.3 Penentuan Besar Tarif Sewa Bis Pariwisata Po BIMO pada bis besar……...……….. 55
Tabel 5.4 Penentuan Besar Tarif Sewa Bis Pariwisata Po BIMO pada bis mikro……...………...……….. 55
Tabel 5.5 Tarif Sewa Bis Pariwisata Po BIMO…...………... 56
Tabel 5.6 Taksiran biaya-biaya pada Po BIMO…...………. 57
Tabel 5.7 Taksiran Biaya Produksi dan Non Produksi…...………… 59
Tabel 5.8 Perhitungan biaya penuh untuk setiap Jenis Bis….……… 60
Tabel 5.9 Laba yang diharapkan Po BIMO….…...……… 61
Tabel 5.10 Perhitungan % Mark-up…………….…...……… 62
Tabel 5.11 Perhitungan Mark-up dalam satuan rupiah………. 62
Tabel 5.12 Perhitungan tarif sewa bis pariwisata...…….………. 63
Tabel 5.13 Besar tarif sewa bis pariwisata Po BIMO dengan teori….. 63
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang bertujuan mencari
laba dengan mempergunakan faktor-faktor produksi menghasilkan barang
atau jasa untuk keperluan masyarakat (Wasis, 1978:16). Berdasarkan
pengertian perusahaan ini, perusahaan dapat digolongkan berdasarkan
produk yang dihasilkan menjadi dua macam yaitu perusahaan yang
menghasilkan produk barang dan produk jasa. Perusahaan dapat juga
ditinjau dari aspek jenis kegiatannya yaitu perusahaan dagang, perusahaan
manufaktur, dan perusahaan jasa. Dalam perusahaan dagang dan
perusahaan manufaktur, output perusahaan berupa produk atau barang.
Sedangkan perusahaan jasa, output perusahaan berupa jasa.
Peranan sektor jasa semakin penting atau dalam perekonomian
Indonesia dewasa ini. Membaiknya perekonomian bangsa kian memberi
peluang bagi sektor jasa untuk terus berkembang. Salah satu industri jasa
yang berkembang cukup pesat adalah industri pariwisata di Indonesia baik
yang ada di Bali, Lombok dan Yogyakarta. Sejalan dengan perkembangan
pariwisata yang ada di Yogyakarta, maka diperlukan infrastruktur yang
menunjang. Salah satu infrastruktur tersebut adalah penyedia bis
pariwisata. Ada banyak perusahaan yang bergelut di bidang jasa
bersaing. Salah satu strategi bersaing adalah penentuan tarif sewa bis
pariwisata.
Penentuan tarif seharusnya tidak hanya dilakukan berdasarkan
perkiraan saja, tetapi dengan berdasarkan perhitungan tarif yang benar.
Apabila tarif terlalu tinggi, maka berakibat pindahnya konsumen ke
perusahaan lain yang lebih murah. Tetapi, apabila tarif yang ditetapkan
terlalu rendah maka berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan.
Perusahaan menjadi rugi dan dalam jangka panjang akan tidak
menguntungkan perusahaan. Maka dari itu, diperlukan manajemen yang
dapat menentukan strategi dan kebijakan penetapan harga yang tepat.
Standarisasi tarif yang berlaku pada masing- masing perusahaan
mempunyai relevansi yang akan dapat membawa kemajuan perusahaan.
Tarif yang telah disepakati oleh konsumen dan perusahaan akan membawa
dampak yang cukup baik bagi kelancaraan perusahaan. Pada dasarnya
dalam keadaan normal harga jual produk atau jasa harus dapat menutup
biaya penuh perusahaan baik biaya langsung atau tidak langsung.
Pengertian biaya penuh adalah total pengorbanan sumber ekonomi untuk
menghasilkan produk atau jasa.
Penelitian ini akan dilaksanakan di Po BIMO, di mana perusahaan
tersebut bergerak di bidang jasa. Perusahaan itu memberikan jasa
persewaan bis. Po BIMO adalah salah satu perusahaan otobis yang
memiliki banyak armada dan banyak sekali perusahaan-perusahaan atau
terjadi penurunan jumlah konsumen, hal ini menyebabkan banyak armada
yang tidak dioperasikan. Hal tersebut disebabkan tarif perusahaan Po
BIMO lebih tinggi dari yang lainnya. Penulis ingin menyelidiki apakah
tarif yang tinggi tersebut disebabkan prosedur dan besar tarif sudah tepat
atau belum. Oleh karena itu, penulis tertarik ingin mengetahui bagaimana
penentuan tarif yang dibuat oleh Po BIMO apakah sesuai dengan
penghitungan yang dilakukan oleh penulis menggunakan metode cost plus
pricing dengan pendekatan full costing.
Berdasarkan uraian masalah di atas, serta adanya ketertarikan dan
keinginan penulis untuk mendalami masalah tersebut, maka penulis
mengambil judul penelitian EVALUASI PENENTUAN TARIF SEWA BIS PARIWISATA. Penelitian ini merupakan cara studi kasus di Po BIMO dengan alamat Jl. Berbah, Kadisono, Kecamatan Berbah,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
B. Identifikasi Masalah
Penelitian ini dibatasi pada penentuan tarif sewa bis pariwisata pada
perusahaan jasa transportasi Po BIMO Yogyakarta dengan menggunakan
metode cost plus pricing dengan pendekatan full costing.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diajukan
1. Apakah prosedur penentuan tarif sewa bis pariwisata pada Po BIMO
Yogyakarta sudah tepat?
2. Apakah penentuan besar tarif sewa bis pariwisata pada Po BIMO
Yogyakarta sudah tepat?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah prosedur penentuan tarif sewa bis pariwisata
pada Po BIMO Yogyakarta sudah tepat.
2. Untuk mengetahui apakah penentuan besar tarif sewa bis pariwisata
pada Po BIMO Yogyakarta sudah tepat.
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti
Dengan penelitian ini, penulis dapat memperluas pengetahuan tentang
penentuan tarif dengan cara mempertemukan antara teori-teori yang
ada dengan praktek yang sesungguhnya di perusahaan.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan bagi
mahasiswa USD serta bahan pertimbangan dan acuan untuk penelitian
3. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tarif dan Harga Jual
1. Pengertian Tarif dan Harga Jual
Pengertian tarif secara etimologis adalah harga (sewa, ongkos, dan
sebagainya), sedangkan tarif wisata adalah tarif yang dikenakan
kepada seseorang yang melakukan kunjungan singkat, biasanya
kunjungan untuk bersenang-senang (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
1995:1011). Tarif menurut Kamus Ekonomi (Winardi, 1980:289)
adalah suatu bea impor atau pajak, yang dikenakan terhadap
benda-benda, bilamana benda-benda tersebut memasuki (atau meninggalkan)
sebuah negara. Harga jual jasa atau lebih dikenal dengan tarif terdiri
dari dua pengertian yaitu harga jual dan jasa.
Kata harga sudah sering kita dengar sehari- hari dan dipahami
secara mudah oleh masyarakat luas. Jika seseorang ingin membeli
barang atau jasa maka ia harus mengorbankan sejumlah uang tertentu
sebagai pengganti barang atau jasa tersebut. Maka pengertian harga
adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang
dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan
pelayannya (Basu Swastha dan Irawan, 2005:241).
Harga jual menurut (Supriyono, 1989:332) adalah jumlah moneter
atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan. Sementara harga
menurut (Alex S. Nitisemito, 1981:55) adalah nilai suatu barang atau
jasa yang diukur dengan sejumlah uang di mana berdasarkan nilai
tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau
jasa yang dimiliki kepada pihak lain.
Harga jual (sale price) adalah harga yang ditentukan untuk barang
atau jasa yang akan dijual (Kamus Istilah Ekonomi, 1984:62).
Sedangkan jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat
ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya
bersifat intangible dan tidak dapat menghasilkan kepemilikan sesuatu
(Fandy Tjiptono, 1996:6). Dari pengertian harga jua l dan jasa tersebut
dapat disimpulkan pengertian tarif adalah harga yang ditentukan untuk
suatu tindakan atau perbuatan yang ditawarkan yang pada dasarnya
bersifat intangible dan tidak dapat menghasilkan kepemilikan sesuatu.
2. Prosedur-prosedur Penetapa n Tarif.
Penetapan tarif merupakan salah satu keputusan tersulit yang
dihadapi oleh perusahaan, karena penetapan tarif merupakan hal yang
cukup fatal di dalam kebijaksanaan manajemen. Jika manajemen salah
dalam menentukan tarif maka kemungkinan besar yang terjadi adalah
pangsa pasar perusahaan akan berkurang bahkan semakin menjauh.
Prosedur-prosedur untuk menentukan tarif sewa bis pariwisata
menurut metode pendekatan biaya dan pendekatan pasar sebagai
berikut:
a. Penetapan Harga Biaya Plus (Cost Plus Pricing Method) dengan
pendekatan full costing, yaitu:
1) Mempertimbangkan harga jual atau tarif yang sering
dipengaruhi oleh keadaan persaingan yang ada. Perusahaan
otobis tidak dapat menentukan harga tanpa melihat harga dari
pesaing (Basu Swastha dan Irawan, 2005:244).
2) Membuat taksiran biaya-biaya yang akan terjadi dalam satu
tahun.
3) Memisahkan taksiran biaya ke dalam biaya produksi dan non
produksi, kemudian menghitung total biaya produksi dan non
produksi untuk mendapatkan biaya penuh untuk setiap jenis
bis.
4) Menentukan mark-up dengan cara:
a) Menentukan laba yang diharapakan.
b) Menghitung persentase mark-up yang diperoleh dari biaya
non produksi ditambah dengan laba diharapkan dibagi
dengan biaya produksi dan dikali 100%.
c) Menghitung mark-up dalam rupiah dapat dihitung dengan
mengalikan persentase mark-up dengan total biaya
produksi.
5) Menentukan besar tarif menurut harga jual normal dengan cara
menambahkan mark-up pada biaya produksi. Harga jual normal
menurut pendekatan full costing per unit dirumuskan:
Harga Jual (per unit) = biaya produksi (per unit) + % mark-up
6) Mempertimbangkan keadaan perekonomian. Apabila makin
besar daya beli konsumen, semakin besar pula kemungkinan
bagi penjual untuk menetapkan tingkat harga yang lebih tinggi
(Basu Swastha, 2002:148).
b. Penetapan Harga Mark-Up
1) Prosedur penetapan harga mark-up ini hampir sama dengan
penetapan harga biaya plus.
2) Menghitung laba dengan mengurangkan jumlah pendapatan
dengan jumlah biaya dalam suatu periode sama.
c. Penetapan Harga Break-Even
1) Seluruh taksiran biaya dimasukkan ke dalam biaya variabel dan
tetap.
2) Menetapkan harga perusahaan melihat pada permintaan pasar.
3) Jika perusahaan mendapatkan laba bilamana penjualan yang
4) Jika penjualan berada di bawah titik break-even, maka
perusahaan akan menderita rugi.
d. Penetapan Harga Pasar
1) Melihat harga dari pesaing untuk menentukan taksiran biaya
yang telah dikeluarkan.
2) Menentukan harga dengan tingkat harga dari pesaing agar
dapat bersaing dengan perusahaan lain.
3) Laba yang diinginkan, yang merupakan sumber penghasilan.
3. Tujuan Penetapan Harga atau Tarif
Sebelum harga itu ditetapkan, terlebih dahulu manajer harus
menetapkan tujuan penetapan harga tersebut. Adapun tujuan penetapan
harga menurut Basu Swastha ( 2002:148-149) yaitu:
a. Mendapatkan laba maksimum.
Dalam praktik, terjadinya harga memang ditentukan oleh penjual
dan pembeli. Makin besar daya beli konsumen, semakin besar pula
kemungkinan bagi penjual untuk menetapkan tingkat harga yang
lebih tinggi. Dengan demikian penjual mempunyai harapan untuk
mendapatkan keuntungan maksimum sesuai dengan kondisi yang
ada.
b. Mendapatkan pengembalian investasi yang ditargetkan.
Harga yang dapat dicapai dalam penjualan dimaksudkan pula
dipakai untuk mengembalikan investasi hanya bisa diambilkan dari
laba perusahaan, dan laba hanya bisa diperoleh bilamana harga jual
lebih besar dari jumlah biaya seluruhnya.
c. Mencegah atau mengurangi persaingan.
Tujuan mencegah atau mengurangi persaingan dapat dilakukan
melalui kebijaksanaan harga. Hal ini dapat diketahui bilamana para
penjual menawarkan barang dengan harga yang sama. Oleh karena
itu persaingan hanya mungkin dilakukan tanpa melalui
kebijaksanaan harga, tetapi dengan servis lain.
d. Mempertahankan atau memperbaiki market share.
Hal ini dapat dilakukan apabila kemampuan dan kapasitas produksi
perusahaan masih terbuka luas. Dalam hal ini harga merupakan
faktor yang paling penting. Biasanya harga digunakan untuk
mempertahankan market share.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penentuan Harga atau Tarif Dalam menetapkan harga banyak sekali faktor yang
mempengaruhi, menurut (Basu Swastha dan Irawan, 2005:242-246)
faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat harga adalah:
a. Keadaan perekonomian.
Keadaan perekonomian sangat mempengaruhi tingkat harga yang
berlaku, misal suatu periode di mana harga berada pada suatu
dari Rp. 8.500,00 menjadi Rp. 9.500,00 terjadilah reaksi-reaksi di
kalangan masyarakat, khususnya masyarakat bisnis.
b. Penawaran atau Permintaan.
Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli oleh pembeli pada
tingkat harga tertentu. Pada umumnya, tingkat harga yang lebih
rendah akan mengakibatkan jumlah yang diminta lebih besar.
Penawaran merupakan kebalikan dari permintaan, yaitu suatu
jumlah yang ditawarkan oleh penjual pada suatu tingkat harga
tertentu. Pada umumnya, harga yang lebih tinggi mendorong
jumlah yang ditawarkan lebih besar.
c. Elastisitas Permintaan.
Suatu sifat permintaan pasar yang mempengaruhi penentuan harga
dan juga mempengaruhi volume yang dijual. Elastisitas permintaan
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Inelastis
Jika permintaan itu bersifat inelatis, maka perubahan harga
yang mengakibatkan perubahan yang lebih kecil pada volume
penjualannya.
2) Elastis
Apabila permintaan itu bersifat elastis, maka perubahan harga
akan menyebabkan terjadinya perubahan volume penjualan
3) Unitary elasticity
Apabila permintaan itu bersifat unitary elasticity, maka
perubahan harga akan menyebabkan perubahan jumlah yang
dijual dalam proporsi yang sama.
d. Persaingan
Harga jual atau tarif sering juga dipengaruhi oleh keadaan
persaingan yang ada. Perusahaan otobis tidak dapat menentukan
harga tanpa melihat harga dari pesaing. Beberapa macam
persaingan, yaitu:
1) Persaingan tidak sempurna
Keadaan di mana barang yang dihasilkan dari pabrik dengan
merk tertentu kadang-kadang mengalami kesulitan dalam
pemasarannya.
2) Oligopoli
Dalam keadaan oligopoli beberapa penjual menguasai pasar,
sehingga harga yang ditetapkan dapat lebih tinggi daripada
kalau dalam persaingan sempurna.
3) Monopoli
Dalam keadaan monopoli jumlah penjual yang ada di pasar
hanya satu, sehingga penentuan harga sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti:
a) Permintaan barang yang bersangkutan.
c) Peraturan harga dari pemerintah.
e. Biaya
Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat
harga yang tidak dapat menutup biaya akan mengakibatkan
kerugian. Sebaliknya, apabila suatu tingkat harga melebihi semua
biaya, baik biaya produksi, biaya operasi maupun biaya non
operasi, akan menghasilkan keuntungan.
f. Tujuan Perusahaan
Setiap perusahaan tidak selalu mempunyai tujuan yang sama
dengan perusahaan lainnya. Tujuan-tujuan yang hendak dicapai
tersebut antara lain:
1) Laba maksimum.
2) Volume penjualan tertentu.
3) Penguasaan pasar.
4) Kembalinya modal ya ng tertanam dalam jangka waktu tertentu.
g. Pengawasan Pemerintah.
Pengawasan pemerintah juga merupakan faktor penting dalam
penentuan harga, karena pengawasan pemerintah tersebut dapat
mencegah atau mendorong usaha-usaha ke arah monopoli.
5. Metode -Metode Penetapan Harga atau Tarif.
Ada dua pendekatan pokok dalam penentuan harga jual, yaitu 1)
mark-up, dan penetapan harga break-even), serta 2) pendekatan pasar atau
persaingan (Basu Swastha, 1982:188-193) yaitu:
a. Penetapan Harga Biaya Plus (Cost plus Pricing Method).
Harga Jual per unit ditentukan dengan menghitung jumlah seluruh
biaya per unit ditambah jumlah tertentu untuk menutup laba yang
dikehendaki pada unit tersebut (disebut marjin). Dapat dihitung
dengan rumus : Harga Jual = Biaya Total + Laba yang dikehendaki Ada 2 pendekatan unt uk menghitung taksiran biaya, yaitu:
1) Pendekatan Variable Costing.
Pendekatan ini bila digunakan dalam penentuan harga pokok
produksi, maka harga jual produksi harus dapat menutup biaya
penuh yang merupakan biaya variabel dan tetap. Harga jual
dapat dihitung dengan rumus:
Persentase Mark-up:
Biaya tetap xx
Berikut ini langkah perhitungan harga jual dengan metode cost
plus pricing berdasarkan pendekatan variable costing yang
Biaya Variabel:
2). PendekatanFull Costing.
Pendekatan ini bila digunakan sebagai penentuan harga jual
pokok produksi, maka harga jual harus dapat menutupi biaya
penuh yang merupakan jumlah biaya produksi dan non
produksi ditambah laba yang wajar. Harga jual dapat dihitung
dengan rumus:
Berikut ini langkah perhitungan harga jual dengan metode cost
plus pricing berdasarkan pendekatan full costing yang
Biaya Produksi:
Biaya Non Produksi:
Biaya adm dan umum tetap xx Biaya pemasaran xx +
Total biaya non produksi xx + Taksiran total biaya penuh xx
b. Penetapan Harga Mark-Up(Mark-Up Pricing Method).
Penetapan harga mark-up ini hampir sama dengan penetapan harga
biaya plus, hanya saja para pedagang atau perusahaan perdagangan
lebih banyak menggunakan penetapan harga dengan sejumlah
mark-up. Dapat dihitung dengan rumus:
Harga Jual = Harga Beli + Mark-Up
Laba adalah selisih jumlah pendapatan dengan jumlah biaya dalam
suatu periode sama. Terdapat tiga pendekatan dan perencanaan
tingkat pencapaian laba bersih menurut Supriyono (1989:522)
yaitu:
a. Pencapaian tingkat laba bersih dari penjualan
Rumus:
b. Pencapaian tingkat laba bersih dari biaya variabel
Rumus:
c. Pencapaian tingkat laba bersih dari total biaya
Unsur yang dipertimbangkan dalam menentukan laba yang
diharapkan menurut Mulyadi (1992:264-265) yaitu:
a. Cost of Capital ( Biaya Modal).
Biaya yang dikeluarkan untuk investasi yang diharapkan,
besarnya dipengaruhi oleh sumber aktiva yang ditanam dalam
perusahaan.
b. Risiko Bisnis.
Semakin besar risiko bisnis yang dihadapi oleh perusahaan,
maka semakin besar pula persentase yang ditanamkan pada
cost of capital dalam perhitungan laba yang diharapkan.
c. Besarnya Capital Employed.
Semakin besar yang ditanamkan dalam memproduksi dan
memasarkan produk atau jasa merupakan faktor yang
menentukan besarnya laba yang diharapkan dalam perhitungan
harga jual.
c. Penetapan Harga Break-Even(Break-Even Pricing).
Perusahaan akan memperoleh laba bila penjualan berada di atas
titik break-even, apabila berada di bawah titik break-even
perusahaan akan menderita rugi.
Metode penetapan harga break-even ini dapat diterapkan dengan
menggunakan beberapa anggapan tertentu, yaitu:
1) Seluruh biaya dapat digolongkan ke dalam biaya variabel dan
2) Seluruh barang yang diproduksi akan terjual.
3) Biaya variabel per unitnya tetap.
d. Penetapan Harga dalam Hubungannya dengan Pasar.
Dalam hal ini, penentuan harga tidak didasarkan pada biaya, tetapi
justru harga yang menentukan biaya bagi perusahaan. Penjual atau
perusahaan dapat menentukan harga sama dengan tingkat harga
pasar agar dapat bersaing atau dapat juga ditentukan lebih tinggi
atau lebih rendah dari tingkat harga dalam persaingan.
6. Kebijaksanaan Penetapan Harga atau Tarif.
Beberapa politik penetapan harga (Basu Swastha, 1982:193-195)
dapat terbagi dalam:
a. Penentuan Harga Psikhologis.
Kebijaksanaan ini biasanya digunakan untuk penjualan barang
pada tingkat pengecer. Dalam metode ini, hanya ditetapkan dengan
angka yang ganjil atau janggal.
b. Price Lining.
Price lining banyak digunakan oleh pengecer dari pada pedagang
besar atau produsen. Disini, penjual menentukan beberapa tingkat
harga pada semua barang yang dijual, karena dapat memudahkan
dalam pengambilan keputusan bagi konsumen untuk membeli
c. Potongan Harga atau discount.
Potongan harga sering disebut juga discount merupakan
pengurangan dari harga yang ada.
Adapun jenis-jenis potongan yang dapat diberikan oleh penjual
yaitu:
1) Potongan kuantitas adalah potongan harga yang ditawarkan
penjual agar konsumen membeli dalam jumlah yang besar.
2) Potongan dagang adalah potongan harga yang ditawarkan pada
pembeli atas pembayaran untuk fungsi- fungsi pemasaran yang
mereka lakukan.
3) Potongan tunai adalah potongan yang diberikan pada pembeli
atas pembayaran rekeningnya pada satu periode dan melakukan
pembayaran yang tepat waktunya.
4) Potongan musiman adalah potongan yang diberikan kepada
pembeli yang melakukan pembelian di luar musim tertentu.
d. Penetapan Harga Geografis.
Penjual harus mempertimbangkan ongkos angkut atau ongkos
kirim untuk barang-barang yang disampaikan kepada pembeli.
Ongkos angkut ini dapat ditanggung seluruhnya oleh pembeli atau
oleh penjual saja atau mereka menanggung sebagian. Salah satu
penetapan harga geografis adalah free on board (F.O.B) yang
1) F.O.B tempat asal (F.O.B shipping point) di mana seluruh
ongkos angkut ditanggung oleh pembeli.
2) F.O.B tujuan (F.O.B destination) di mana seluruh angkut
ditanggung oleh penjual termasuk keamanan dalam perjalanan.
B. Biaya
1. Pengertian Biaya
Biaya (Mulyadi, 1983:3) adalah pengorbanan sumber ekonomis,
yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan
akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Penggolongan Biaya
Penggolongan biaya diperlukan untuk pengembangan suatu data
biaya yang berguna bagi manajemen, karenanya biaya digolongkan
menjadi 5 menurut (Mulyadi, 1993:14-17) sebagai berikut:
a. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran.
Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan
dasar penggolongan biaya. Misalnya objek pengeluarannya adalah
bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan
bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”.
b. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan.
Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok ya itu fungsi
Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur biaya dapat
dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu biaya produksi, biaya
pemasaran dan biaya administrasi dan umum.
c. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang
dibiayai.
Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat
digolongkan menjadi dua yaitu:
1) Biaya langsung (direct cost).
Biaya ini adalah biaya ya ng penyebab satu-satunya adalah
karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai
tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi.
2) Biaya tidak langsung (indirect cost)
Biaya ini adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan
oleh sesuatu yang dibiayai.
d. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya
dalam volume kegiatan
Biaya ini dapat digolongkan menjadi:
1) Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap tidak
berubah (constant) dalam kisar volume kegiatan tertentu.
Contoh biaya tetap adalah biaya gaji direktur produksi.
2) Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah
perubahan tersebut searah dan proporsional. Contoh biaya
variabel adala h biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung.
3) Biaya semivariabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah
bersamaan dengan berubahnya volume kegiatan dimana
perubahan tersebut searah tetapi tidak proporsional. Contoh
biaya semivariabel adalah biaya mengandung unsur biaya tetap
dan variabel seperti biaya listrik dan telepon.
e. Penggolongan biaya dalam hubungan dengan periode pembukuan.
Dalam hubungannya dengan periode pembukuan, biaya dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu:
1) Pengeluaran modal (capital expenditure) adalah pengeluaran
biaya yang manfaatnya dapat dinikmati untuk lebih dari satu
periode akuntansi. Contoh biaya perbaikan gedung.
2) Pengeluaran penghasilan (revenue expenditure) adalah
pengeluaran biaya yang manfaatnya hanya dinikmati pada
periode bersangkutan, yaitu periode terjadinya biaya tersebut.
Contoh biaya pemeliharaan bangunan dan biaya pemeliharaan
mesin.
3. Manfaat informasi biaya penuh dalam keputusan penentuan harga jual.
Dalam keadaan normal, harga jua l produk atau jasa harus dapat
menghasilkan laba yang dikehendaki. Biaya penuh adalah total
pengorbanan sumber ekonomi untuk menghasilkan produk atau jasa
sehingga semua pengorbanan ini harus dapat ditutup oleh pendapatan
yang diperoleh dari penjualan produk atau jasa. Informasi biaya penuh
memberi manfaat bagi manajer penentu harga jual dalam mengambil
keputusan penentuan harga jual (Mulyadi,1992:260) yaitu:
a. Biaya penuh merupakan titik awal untuk mengurangi
ketidakpastian yang dihadapi oleh pengambil keputusan.
b. Biaya penuh memberi perlindungan bagi perusahaan dari
kemungkinan kerugian.
c. Biaya penuh memberi informasi yang memungkinkan manajer
penentu harga jual melihat struktur biaya perusahan pesaing.
d. Biaya penuh merupakan dasar untuk pengambilan keputusan
perusahaan memasuki pasar.
C. Jasa
1. Pengertian jasa
Jasa adalah setiap kegiatan atau perbuatan yang dapat ditawarkan
oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat
intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan
2. Karakteristik Jasa
Ada empat karakteristik jasa yang membedakan dengan produk
(Fandy Tjiptono, 1996:15-18) yaitu:
a. Tidak berwujud (intangibility).
Konsep intangibility memiliki 2 pengertian, yaitu:
1) Sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat dirasa.
2) Sesuatu yang tidak dapat dengan mudah didefinisikan,
diformulasikan atau dipahami secara rohani.
b. Tidak terpisahkan (inseparability).
Umumnya jasa diproduksi dan dikonsumsi pada waktu bersamaan.
Barang umumnya diproduksi. Kemudian dijual, lalu dikonsumsi.
Sedangkan jasa dilain pihak biasanya dijual terlebih dahulu, baru
kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara simultan.
c. Variabilitas (variability).
Jasa bersifat sangat variabel, artinya banyak variasi bentuk,
kualitas dan tergantung pada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut
dihasilkan.
d. Tidak tahan lama (perishability)
Jasa tidak dapat disimpan. Hal ini tidak menjadi masalah bila
permintaannya tetap karena mudah menyiapkan pelayanan untuk
permintaan sebelumnya bila permintaan berfluktuasi berbagai
26 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah studi kasus yaitu penelitian yang
dilakukan dengan mengambil perusahaan yang telah ditentukan sebagai
tempat penelitian sehingga kesimpulan yang ditarik hanya berlaku bagi
perusahaan yang bersangkutan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada perusahaan jasa transportasi Po BIMO di Jl.
Berbah, Kadisono, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman,
Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November sampai dengan
Desember tahun 2006.
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah manager, bagian keuangan, bagian
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah:
a. Prosedur penentuan tarif sewa bis pariwisata pada Po BIMO.
b. Penentuan besar tarif sewa bis pariwisata pada Po BIMO.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
mengadakan tanya jawab secara langsung oleh pihak-pihak yang
terkait untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Pada teknik ini
digunakan untuk mengetahui secara jelas tentang gambaran umum
perusahaan.
2. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan langsung pada objek penelitian untuk memperjelas
wawancara serta untuk memperoleh gambaran yang nyata mengenai
kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan jasa transportasi Po
BIMO.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara melihat dan menyalin data atau catatan diperusahaan otobis
sehingga dapat dijadikan sebagai pendukung untuk memecahkan
E. Teknik Analisis Data
Dalam proses menganalisis data, prosedur-prosedur yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Teknik analisis deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan dengan cara menyajikan data hasil
penelitian mengenai elemen-elemen yang berkaitan dengan penentuan
tarif sewa bis pariwisata.
2. Teknik analisis komparatif
Analisis komparatif dilakukan dengan cara memahami data dan
membandingkan antara hasil temuan lapangan dengan teori yang ada.
Prosedur-prosedur yang ditempuh, yaitu:
a. Untuk menjawab masalah pertama
1) Mendeskripsikan prosedur-prosedur penentuan tarif sewa bis
pariwisata yang telah diterapkan oleh Po BIMO Yogyakarta.
2) Mendeskripsikan prosedur-prosedur penentuan tarif sewa bis
pariwisata menurut teori. Dalam hal ini menggunakan metode
cost plus pricing pendekatan full costing.
3) Melakukan analisis kritis, yaitu melakukan perbandingan
antara prosedur-prosedur penentuan tarif sewa bis pariwisata
yang telah ditentukan oleh pihak perusahaan dengan
prosedur-prosedur penentuan tarif sewa bis pariwisata sesuai dengan
apakah dalam prosedur-prosedur penentuan tarif sewa bis
pariwisata tersebut sudah tepat atau belum.
b. Untuk menjawab masalah yang kedua.
1) Menyajikan data tarif sewa bis pariwisata berdasarkan
perhitungan pihak perusahaan.
2) Menghitung tarif sewa bis pariwisata berdasarkan perhitungan
peneliti dengan metode cost plus pricing dengan pendekatan
full costing.
3) Melakukan analisis kritis, yaitu melakukan perbandingan
antara penentuan besar tarif sewa bis pariwisata yang berlaku di
Po BIMO, dengan penentuan besar tarif sewa bis pariwisata
berdasarkan metode cost plus pricing dengan pendekatan full
costing, kalau ada selisih maka dinyatakan dengan persentase,
dengan rumus:
% selisih tarif =
Keterangan: A = Tarif sewa bis pariwisata menurut teori.
B = Tarif sewa bis pariwisata menurut Po BIMO
Untuk menilai ketepatan tarif sewa bis pariwisata yang berlaku
di perusahaan, peneliti menetapkan kriteria sebagai berikut:
a) Kurang tepat, apabila selisih < -5 % atau selisih > 5 %
b) Tepat, apabila selisih = -5 % atau selisih = 5 %
Angka-angka tersebut diatas diambil berdasarkan batas-batas
penyimpangan yang lazim dapat diterima.
30 BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Perkembangan Perusahaan
Po BIMO adalah salah satu perusahaan bis di Daerah Istimewa
Yogyakarta yang bergerak di bidang transportasi yang khusus melayani
angkutan pariwisata.
Po BIMO transport didirikan di Yogyakarta pada tanggal 12 Juni
1986 oleh Bapak Subagyo HS dengan NPWP 07.840.453.0-542.000
dengan nama Po BIMO. Dengan berjalannya waktu ada lima kali
penggantian kepengurusan di Po BIMO yaitu yang pertama Bapak
Masudiono, Ibu Sri, Bapak Sutrisno, Bapak Hanifudin, Ibu Anata, dan
terakhir yang menjadi pengurus sekarang adalah Bapak Wibowo sebagai
General Manager.
Perusahaan mulai beroperasi pada tanggal 12 Juni 1986 yang awal
mulanya berlokasi di Jl. Wonosari km 7,2 di Banguntapan Bantul
Yogyakarta. Pemilihan tempat daerah Banguntapan sebagai tempat
pendirian kantor perusahaan sekaligus sebagai garasi kendaraan. Di tempat
tersebut menjadi keuntungan bagi pemilik Karena tempatnya strategis dan
di pinggir jalan sehingga memudahkan dalam pengawasan. Po BIMO
mempunyai visi dan misi, yaitu:
1. Visi
b) Memberikan pelayanan terbaik dalam menggunakan bis dari Po
BIMO.
c) Mensejahterakan karyawan.
2. Misi
a) Mempererat hubungan kerjasama antara biro jasa lain.
b) Melaksanakan tugas dalam bidang transportasi untuk menghasilkan
perusahaan yang diminati oleh masyarakat.
Pada awal mula pendirian usaha ini adalah angkutan Antar Kota
Dalam Propinsi (AKDP) yang melayani jurusan Yogyakarta-Wonosari
yang mulai dirintis tahun 1986. Tahun 1986 perusahaan memulai usahanya
dengan membeli bis non AC sebanyak 5 unit. Pada tahun 1993 perusahaan
mulai menekuni angkutan pariwisata yang pada saat itu membeli 2 unit bis
AC, karena perkembangannya semakin bagus dari tahun ke tahun maka
jumlah bisnya semakin tambah hingga pada akhir tahun 1999 jumlah
bisnya adalah non AC 5 unit, bis AC 8 unit bis besar dan 2 unit mikro bis.
Pada tahun 2000 karena dinilai tidak efisien bis non AC yang melayani
angkutan Antar Kota Dalam Propinsi dijual, hasil penjualannya dibelikan
bis AC sebanyak 3 unit. Pada tahun 2001 perusahaan menambah 4 unit bis
kemudian pada tahun 2002 menambah lagi 2 unit bis. Pada tahun 2003
perusahaan menambah 10 unit bis sehingga total armada kita sebanyak 27
unit bis terdiri dari 25 bis besar dan 2 unit mikro bis. Untuk tahun 2004
menambah armada lagi sebanyak 5 unit sehingga total bis sampai saat ini
B. Lokasi Perusahaan
Sejak berdirinya pada tanggal 12 Juni 1986 sampai tahun 2005 Po
BIMO memiliki kantor di Jl. Wonosari km 7,2 Banguntapan Bantul
kemudian pindah ke tempat baru pada tanggal 15 April 2005 dengan
alamat Jl. Berbah, Kadisono, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman,
Yogyakarta.
Pemilihan lokasi kantor yang baru sudah menjadi pertimbangan
karena di lokasi yang baru memiliki tempat yang lebih luas sekitar 3000 m
dan tanahnya lebih murah sehingga kantor beserta armada dapat
tertampung semua karena di tempat yang lama armada tidak dapat
tertampung semua.
C. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi merupakan perwujudan yang menunjukkan
hubungan diantara fungsi- fungsi dalam suatu organisasi serta wewenang
dan tugas jabatan setiap anggota organisasi yang menjalankan tugasnya.
Struktur organisasi yang digunakan oleh Po BIMO dapat dilihat pada
Gambar 1 Struktur Organisasi Po BIMO
Adapun tugas dan wewenang masing- masing bagian dalam organisasi Po
BIMO sebagai berikut:
1. General Manager
a. Bertanggung jawab penuh atas seluruh kegiatan perusahaan.
b. Mengelola perusahaan dan membuat keputusan serta kebijaksanaan
penting lainnya.
c. Bertanggung jawab atas seluruh keuntungan dan kerugian.
d. Mengkoordinator perusahaan serta penilaian kinerja karyawan.
2. Marketing
a. Memasarkan dan menjual jasa.
b. Bertanggung jawab atas pemasaran secara total.
3. Administrasi dan keuangan
a. Mencatat semua biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam setiap
operasinya. Kepala Bengkel Kepala Transport
Kepala Supir/Kernet
Montir Supir dan
b. Mencatat semua pemasukan perusahaan.
c. Membuat laporan keuangan dan neraca perusahaan.
4. Operasional
Mengawasi kelancaran kegiatan perusahaan dilapangan.
5. Kepala bengkel
Mengatur tugas-tugas dan kewajiban para montir.
6. Kepala Transport
Melakukan pengelolaan dan tata usaha kendaraan serta mengendalikan
dan memelihara sarana transportasi yang diperlukan sehingga
operasional kendaraan dapat berjalan lancar.
7. Kepala Sopir atau Kernet.
Mengatur tugas-tugas dan kewajiban para pengemudi dan kernet.
8. Montir
Memperbaiki mesin- mesin kendaraan yang rusak.
9. Sopir
a. Menjalankan kendaraan yang dipercayakan kepadanya dengan
sebaik-baiknya.
b. Menjaga keselamatan dan ketentraman penumpang serta kondisi
kendaraan yang menjadi tanggung jawabnya.
c. Melapor kepada pimpinan bila terjadi kerusakan pada kendaraan.
10.Kernet
a. Bertanggung jawab atas keberhasilan operasional bis baik sebelum
b. Membantu konsumen yang membutuhkan pertolongan atau
pelayanan mendadak.
c. Turut membantu sopir sebagai navigator dalam perjalanan.
11.Pembantu montir.
Melaksanakan tugas yang berkaitan dengan perbengkelan untuk
menunjang kegiatan operasional kendaraan.
D. Pemasaran
Perusahaan otobis di Yogyakarta sekarang ini semakin banyak, maka
setiap perusahaan otobis harus berusaha untuk mengatasi persaingan.
Demikian juga ha lnya dengan Po BIMO. Usaha yang dilakukan oleh Po
BIMO untuk mengatasi persaingan adalah dengan meningkatkan kualitas
pelayanan kepada konsumen, menjaga kesepakatan harga, dan
melaksanakan promosi.
Promosi yang dilakukan oleh Po BIMO melalui:
1. Yello Page.
2. Televisi.
3. Radio.
4. Menyebarkan brosur di kantor-kantor, Biro perjalanan, kampus,
sekolah dan tempat-tempat umum.
5. Memasang spanduk yang besar di depan kantor.
Dalam operasi sehari- hari, Po BIMO melayani berbagai kalangan
mahasiswa dan pelajar. Dalam luas jangkauan pasarnya Po BIMO meliputi
daerah di pulau Jawa Bali dan Sumatera. Untuk daerah pulau Jawa dari
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur. Untuk Pulau
Sumatera meliputi Jambi, Lampung dan pulau Bali. Untuk wilayah Jawa
Tengah meliputi beberapa kota dari Tegal, Pekalongan, Semarang,
Salatiga, Jepara, Rembang, Pati, Surakarta, Klaten, Magelang, Wonosobo,
Purwokerto, Majenang, Cilacap dan Purworejo. Untuk wilayah Jawa
Timur meliputi beberapa kota dari Surabaya, Malang, Kediri, Madiun,
Ngawi dan Ponorogo.
E. Personalia
Bagian personalia dalam perusahaan merupakan bagian yang sangat
mutlak, karena bagian inilah yang menjalankan perusahaan.
Po BIMO memiliki banyak karyawan atau pekerja untuk membantu
dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya. Jumlah karyawan yang
bekerja sampai sekarang sebanyak 21 orang karyawan tetap dan 74
karyawan tidak tetap dengan perincian:
Nama Jabatan Karyawan
General Manager 1
Operasional 1
Marketing 1
Administrasi dan Keuangan 1
Staff Kantor 2
Sopir 36
Mekanik 3
Satpam 9
Officeboy 3
Jumlah 95
Untuk pembayaran gaji dan upah karyawan Po BIMO dipisahkan menjadi
2 bagian:
1. Karyawan tetap seperti General Manager, Operasional, Marketing,
Administrasi dan Keuangan, Staff Kantor, mekanik, satpam dan office
boy. Karyawan ini digaji secara bulanan yang dibayarkan setiap akhir
bulan.
2. Karyawan tidak tetap seperti sopir dan kernet. Pembayaran upah
karyawan ini dilaksanakan berdasarkan persentase pendapatan operasi
yang diperoleh yaitu untuk sopir 10,5 % dan kernet 4,5 % dari
penjualan bersih.
Disamping itu pimpinan perusahaan telah menjalankan beberapa kebijakan
tambahan demi terciptanya suasana kerja yang aman dan nyaman serta
loyalitas karyawan yang tinggi. Kebijakan tersebut:
1. Mengasuransikan keselamatan jiwa setiap karyawan.
2. Memberikan tunjanga n pada hari raya.
3. Memberikan seragam kerja.
4. Memberikan kesempatan untuk mengutarakan pendapat bagi para
5. Memberikan bantuan kepada karyawan bila ada keperluan keluarga
misalnya pernikahan, kematian dan lain- lain.
Adapun jumlah jam kerja yang berlaku di perusahaan ini dibagi menjadi
dua kelompok:
1. Bagi karyawan tetap, jam kerja yang berlaku mulai dari jam 08.00
sampai 16.00 WIB.
2. Bagi karyawan tidak tetap, jam kerja yang berlaku berbeda dengan
karyawan tetap. Karyawan ini bekerja berdasarkan ada tidaknya
pesanan yang masuk. Jika ada pesanan, mereka akan bekerja sesuai
dengan lamanya waktu yang telah disepakati antara perusahaan dengan
konsumen. Selain itu perusahaan juga memberi keleluasaan bagi
karyawan untuk tidak bekerja pada hari libur yaitu hari minggu dan
hari libur nasional.
F. Bidang Usaha dan Operasional Perusahaan
Po BIMO adalah suatu perusahaan jasa transportasi yang bergerak di
bidang penyewaan bis. Kendaraan yang dimiliki perusahaan adalah Bis
dengan seat 40-50 buah, mikro bis dengan seat 16-20 buah.
Perusahaan ini melayani permintaan konsumen meliputi beberapa
daerah di pulau Jawa-Bali dan Sumatera, tetapi tidak menutup
kemungkinan melayani konsumen yang berniat mengadakan perjalanan
keluar wilayah itu. Pengoperasian kendaraan tidak dapat ditetapkan
ada pesanan yang masuk. Apabila tidak ada pesanan yang masuk,
kendaraan tidak beroperasi dan akan ada di bengkel.
Untuk meningkatkan usahanya Po BIMO mengadakan kerjasama
dengan biro perjalanan tour dan instansi seperti:
1. Kalangan akademisi meliputi: UGM, UII, UPN, UNY, UMY,
ATMAJAYA, SANATA DHARMA, UTY, UST, STIE YKPN, STIE
WIWAHA dan masih banyak yang lainnya.
2. Kalangan Perbankan meliputi: Bank BPD DIY, BPD Jateng, BNI 46,
BCA dan Danamon.
3. Kalangan sekolah meliputi: Sekolah Menengah Umum, Sekolah
Menengah Kejuruan, Sekolah Menengah Pertama di Jawa Tengah,
Jawa timur maupun Daerah Istimewa Yogyakarta.
4. Kalangan Rumah Sakit meliputi: Rumah Sakit PKU, Rumah Sakit
Sardjito.
5. Kalangan Pemerintahan maliputi PEMDA, Departemen Tenaga Kerja,
Departemen Pertanian, PDAM, Departemen Kehutanan, Kejaksaan
DPRD.
6. Artis seperti JIKUSTIK.
Mengingat selera konsumen terus meningkat dan persaingan yang
ketat diantara sesama perusahaan jasa maka perusahaan dituntut agar dapat
menerapkan konsep pemasaran dengan tepat. Keuntungan perusahaan
dapat diperoleh hanya dengan memuaskan kebutuhan konsumen. Oleh
1. Penyediaan kendaraan.
a. Mengoperasikan kendaraan yang masih memenuhi syarat dan
peraturan yang berlaku.
b. Mengoperasikan kendaraan pada jam yang sesuai dengan
permintaan konsumen.
c. Bis AC, TV, DVD, TAPE, dan Karaoke.
2. Pelayanan crew pada konsumen.
a. Pengemudi yang berpengalaman dalam pelayanan seperti
menjalankan kendaraan dengan kecepatan yang teratur agar
konsumen merasa aman dan nyaman.
b. Memberikan pelayanan dan fasilitas yang baik pada konsumen.
G. Permodalan Perusahaan
Po BIMO Yogyakarta merupakan perusahaan besar dan merupakan
perusahaan keluarga. Kepemilikan perusahaan oleh Bapak Subagyo HS
dan dalam bentuk perseorangan. Permodalan pada perusahaan ini terdiri
atas modal sendiri dan pinjaman dari Bank. Jadi dalam pengembangan
usaha Po BIMO tidak mengalami kesulitan keuangan atau dana yang
dibutuhkan karena sebagian menggunakan modal sendiri. Modal sendiri
menurut (Bambang Riyanto, 1995:240) adalah modal yang berasal dari
pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu
H. Data Biaya
Biaya-biaya yang terjadi di Po BIMO terdiri dari:
1. Biaya Ban.
2. Biaya electrical.
3. Biaya STNK dan Jasa Raharja.
4. Biaya oli mesin.
5. Biaya sparepart mesin.
6. Biaya pemeliharaan AC.
7. Biaya perbaikan interior dan body repair.
8. Biaya pajak KIR.
9. Biaya sparepart understeel dan kampas rem.
10.Biaya air accu.
11.Biaya pemeliharaan mesin.
12.Biaya oli gardan.
13.Biaya Audio.
14.Biaya Solar.
15.Biaya Jasa.
16.Biaya penyusutan kendaraan bis.
17.Biaya penyusutan kendaraan kantor.
18.Biaya administrasi kantor.
19.Biaya telepon, listrik dan air.
20.Biaya gaji pegawai.
22.Biaya penyusutan bangunan.
23.Biaya penyusutan inventaris.
24.Biaya penyusutan peralatan
25.Biaya porsneling.
26.Biaya operasional.
43 BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab sebelumnya telah dikemukakan bahwa teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif dan teknik komparatif.
Teknik deskriptif adalah menyajikan data hasil penelitian mengenai
elemen-elemen yang berkaitan dengan penentua n tarif sewa bis pariwisata. Sedangkan
teknik komparatif digunakan untuk memahami data dan membandingkan
antara hasil temuan lapangan di perusahaan jasa transportasi Po BIMO dengan
teori yang digunakan yaitu metode cost plus pricing dengan pendekatan full
costing.
A. Prosedur Penentuan Tarif Sewa Bis Pariwisata
1. Prosedur-prosedur penentuan tarif sewa bis pariwisata yang telah
ditetapkan oleh Po BIMO Yogyakarta.
a. Mempertimbangkan standar tarif sewa bis pariwisata pesaing agar
tarif yang ditentukan tidak terlalu tinggi ataupun tidak terlalu
rendah.
b. Membuat taksiran biaya-biaya yang akan terjadi dalam satu tahun.
c. Memisahkan taksiran biaya ke dalam biaya kantor dan armada.
d. Menentukan laba yang diharapkan bagi perusahaan, yaitu sebesar
e. Menentukan besar tarif sewa bis pariwisata dengan cara
menjumlahkan seluruh taksiran biaya-biaya untuk setiap jenis bis
ditambah laba yang diharapkan.
f. Mempertimbangkan keadaan perekonomian dan kepariwisataan.
Apabila daya beli konsumen tinggi maka perusahaan akan
menaikkan tarif sewa bis pariwisata dan bila daya beli konsumen
rendah maka perusahaan akan menurunkan tarif sewa bis
pariwisata.
2. Prosedur-prosedur penentuan tarif sewa bis pariwisata menurut teori
dengan menggunakan metode cost plus pricing pendekatan full
costing.
a. Mempertimbangkan harga jual atau tarif yang sering dipengaruhi
oleh keadaan persaingan yang ada. Perusahaan otobis tidak dapat
menentukan harga tanpa melihat harga dari pesaing (Basu Swastha
dan Irawan, 2005:244).
b. Membuat taksiran biaya-biaya yang akan terjadi dalam satu tahun.
c. Memisahkan taksiran biaya ke dalam biaya produksi dan non
produksi, kemudian menghitung total biaya produksi dan non
produksi untuk mendapatkan biaya penuh untuk setiap jenis bis.
d. Menentukan mark-up dengan cara:
2) Menghitung persentase mark-up yang diperoleh dari biaya non
produksi ditambah dengan laba diharapkan dibagi dengan biaya
produksi dan dikali 100%.
Persentase Mark-up:
3) Menghitung mark-up dalam rupiah dapat dihitung dengan
mengalikan persentase mark-up dengan total biaya produksi.
e. Menentukan besar tarif menurut harga jual normal dengan cara
menambahkan mark-up pada biaya produksi. Harga jual normal
menurut pendekatan full costing per unit dirumuskan:
Harga Jual (per unit) = Biaya Produksi (per unit) + mark-up (per unit)
f. Mempertimbangkan keadaan perekonomian. Apabila makin besar
daya beli konsumen, semakin besar pula kemungkinan bagi penjual
untuk menetapkan tingkat harga yang lebih tinggi (Basu Swastha,
sewa bis pariwisata berdasarkan teori yang diajukan adalah:
Prosedur-prosedur penentuan tarif sewa bis pariwisata menurut teori.
Prosedur-prosedur penentuan tarif sewa bis pariwisata
menurut perusahaan. Interpretasi a. Mempertimbangkan harga jual atau tarif yang sering
dipengaruhi oleh keadaan persaingan yang ada.
Perusahaan otobis tidak dapat menentukan harga tanpa
melihat harga dari pesaing (Basu Swastha dan Irawan,
2005:244).
a. Mempertimbangkan standar tarif sewa bis pariwisata
pesaing agar tarif yang ditentukan tidak terlalu tinggi
ataupun tidak terlalu rendah.
Tepat
b. Membuat taksiran biaya-biaya yang akan terjadi dalam
satu tahun.
b. Membuat taksiran biaya-biaya yang akan terjadi dalam
satu tahun. Tepat
c. Memisahkan taksiran biaya ke dalam biaya produksi dan
non produksi, kemudian menghitung total biaya produksi
dan non produksi untuk mendapatkan biaya penuh untuk
setiap jenis bis.
c. Memisahkan taksiran biaya ke dalam biaya kantor dan
armada.
Kurang
1) Menentukan laba yang diharapkan.
2) Menghitung persentase mark-up yang diperoleh dari
biaya non produksi ditambah dengan laba diharapkan
dibagi dengan biaya produksi dan dikali 100%.
3) Menghitung mark-up dalam rupiah dapat dihitung
dengan mengalikan persentase mark-up dengan total
biaya produksi.
sebesar 20 % dari total biaya yang ditaksir. Tepat
e. Menentukan besar tarif menurut harga jual normal
dengan cara menambahkan mark-up pada biaya produksi.
Harga jual normal menurut pendekatan full costing per
unit dirumuskan:
Harga Jual (per unit) =
Biaya Produksi (per unit)+ % mark-up
e. Menentukan besar tarif sewa bis pariwisata menurut harga
jual dengan cara menjumlahkan seluruh taksiran
biaya-biaya untuk setiap jenis bis ditambah laba yang
diharapkan.
makin besar daya beli konsumen, semakin besar pula
kemungkinan bagi penjual untuk menetapkan tingkat
harga yang lebih tinggi (Basu Swastha, 2002:148).
kepariwisataan. Apabila daya beli konsumen tinggi maka
perusahaan akan menaikkan tarif sewa bis pariwisata,
dan bila daya beli konsumen rendah maka perusahaan
akan menurunkan tarif sewa bis pariwisata.
Berdasarkan data dari hasil penelitian pada Po BIMO dan di analisis
menggunakan metode cost plus pricing dengan pendekatan full costing,
dapat diambil kesimpulan bahwa prosedur penentuan tarif sewa bis
pariwisata Po BIMO dapat diinterpretasikan kurang tepat dan tepat.
Interpretasi kurang tepat menurut cost plus pricing dengan pendekatan full
costing, karena perusahaan tidak memisahkan taksiran biaya-biaya ke
dalam biaya produksi dan non produksi, tetapi hal tersebut tidak
mempengaruhi penentuan besar tarif sewa bis pariwisata yang dilakukan
oleh perusahaan.
Selain itu terdapat lima pernyataan yang mendukung interpretasi tepat
pada prosedur penentuan tarif sewa bis pariwisata yang telah disimpulkan
menurut perusahaan dan teori di bawah ini, yaitu:
a. Pada bagian pertama dapat diinterpretasikan tepat dalam
mempertimbangkan harga jual, karena dalam hal ini menurut teori dan
perusahaan mempertimbangkan harga jual yang dipengaruhi oleh
keadaan persaingan yang ada, karena perusahaan otobis tidak bisa
menentukan harga tanpa melihat harga pesaing.
b. Pada bagian kedua dapat diinterpretasikan tepat dalam membuat
taksiran biaya, karena dalam hal ini menurut teori dan perusahaan
membuat taksiran-taksiran biaya yang akan dikeluarkan untuk tarif
sewa bis pariwisata dala m satu tahun.
c. Pada bagian ketiga dapat diinterpretasikan tepat dalam menentukan
laba yang digunakan untuk menghitung tarif sewa bis pariwisata yang
diinginkan konsumen.
d. Pada bagian keempat dapat diinterpretasikan tepat dalam menentukan
besar tarif, karena dalam hal ini menurut teori dan perusahaan
menghitung tarif sewa bis pariwisata. Akan tetapi, terdapat sedikit
perbedaan dalam menghitung tarif sewa bis pariwisata jika menurut
perusahaan tarif dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh taksiran
biaya-biaya untuk setiap jenis bis ditambah laba yang diharapkan
namun menurut teori dengan cara menambahkan mark-up pada biaya
produksi.
e. Pada bagian kelima dapat diinterpretasikan tepat dalam
mempertimbangkan keadaan perekonomian karena dalam hal ini
menurut teori dan perusahaan bila daya beli konsumen yang besar
menentukan tingkat harga yang lebih tinggi akan berpengaruh pada
kenaikan tarif sewa bis pariwisata begitu sebaliknya bila daya beli
rendah akan menurunkan tarif sewa bis pariwisata.
Walaupun pada praktiknya perusahaan sudah melakukan
pengumpulan, pencatatan serta memisahkan taksiran biaya-biaya tersebut
ke dalam biaya kantor dan armada, nyatanya pemisahan biaya tersebut
masih belum bisa memberikan keterangan taksiran biaya mana saja yang
berpengaruh langsung terhadap biaya produksi dan non produksi.
Sebagian taksiran biaya-biaya yang berpengaruh untuk biaya armada oleh