KAJIAN KARAKTERISTIK EKOSISTEM MANGROVE DI
DESA TANJUNG REJO KECAMATAN PERCUT
SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI
Diajaukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Galar Sarjana Pendidikan
.
Oleh:
EMMA C SIREGAR NIM. 3123131015
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan kasih dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Kajian Karakteristik Ekosistem Mangrove Di Desa Tanjung Rejo Kecamatan
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang”. Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi
sebagian persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan bagi mahasiswa Jurusan
Pendidikan Geografi Universitas Negeri Medan.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menemukan kendala
namun berkat dan bantuan yang sangat berharga berupa petunjuk, bimbingan, dan
saran-saran dari berbagai pihak, semua dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu,
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri
Medan.
2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Medan.
3. Bapak Dr. Deny Setiawan, M.Si, selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan.
4. Bapak Drs. Ali Nurman, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Medan sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing selama perkuliahan.
5. Ibu Dra. Tumiar Sidauruk, M.Si, selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Geografi
iii
bermurah hati dan memberikan waktu, bimbingan, dan arahan serta masukan
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
6. Ibu Meilinda Suriani Harefa, S.Pd, M. Si yang telah meluangkan waktunya dan
pemikiran serta masukan kepada penulis kepada penulis dalam penyelesaian
skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Penguji atas saran dan arahan yang diberikan sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak Hayat Siagian sebagai pegawai administrasi Jurusan Pendidikan
Geografi yang telah membantu proses administrasi dan pemberian motivasi
selama perkuliahan penulis.
9. Bapak Kepala Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan yang telah
membantu proses penyelesaian skripsi dan bantuan selama penelitian.
10.Teristimewa kepada kedua orangtuaku tercinta, ayahanda R.H Siregar dan ibu
K. Sitinjak yang telah memberikan kasih sayang, semangat, nasihat motivasi
dan materi serta kepada abang-abang tercinta Renata Maywanto, ST Siregar dan
DanieL Binsar Marudut Siregar, S.Pd yang telah banyak memberikan motivasi
dan selalu memberikan dukungan doa kepada penulis.
11.Seluruh teman-teman pendidikan Geografi B regular 2012, teman-teman
konsentrasi Geografi Fisik 2012 dan Tim Hantu Mangrove yang telah
membantu penulis dalam penelitian.
Medan, Maret 2017
Penulis,
Emma C Siregar
v ABSTRAK
EMMA C SIREGAR. NIM 3123131015. Kajian Ekosistem Mangrove Di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui struktur dan zonasi mangrove, 2)mengetahui kerapatan vegetasi mangrove 3) mengetahui karakteristik lingkungan ekosistem mangrove.
Lokasi penelitian adalah ekosistem mangrove di Desa Tanjung Rejo dengan luas sebesar 602,181 ha. Dalam penelitian ini dilakukan Teknik observasi. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode transek garis dan metode plot digunakan untuk mengetahui struktur vegetasi, zonasi mangrove dan tingkat kerapatan vegetasi, sedangkan pengamatan langsung digunakan untuk parameter karakteristik lingkungan. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Struktur vegetasi mangrove terdiri dari tujuh jenis vegetasi mangrove yaitu Rhizophora Apiculata, Avicennia Marina, Sonneratia Alba, Xylocarpus Granatum. Bruguiera Cylindrica, Nypa Fruticans, Acanthus Ilicifolius dengan Rhizophora apiculata, Avicennia marina, Sonneratia alba sebagai vegetasi mendominasi pada tingkai semai, tiang dan pohon. Sedangkan zonasi yang terbentuk adalah zonasi Avicennia-Sonneratia, Rhizopora dan Bruguiera. 2) kerapatan vegetasi mangrove di Desa Tanjung Rejo termasuk kategori rusak. 3)Karakteristik lingkungan untuk parameter suhu air berkisar 280c,
suhu udara 290-310c, salinitas berkisar 14,4 – 22,5‰, substrat tanah berlumpur, lumpur berpasir dan lempung, ph air 6,8-7,3 dan ph tanah 6,4 – 7, 2.
vi DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBIN ... i
KATA PENGANTAR... ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ...v
DAFTAR ISI ... ...vi
B. Penelitian yang Relevan ... 24
C. Kerangka Berfikir ... 26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 28
B. Populasi dan Sampel ... 28
C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 28
D. Alat dan Bahan ... 30
E. Tehnik Pengumpulan Data ... 31
F. Prosedur Penelitian ... 32
vii
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
B. Keadaan Fisik ... 36
C. Keadaan Non Fisik ... 45
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 47
B. Pembahasan ... 67
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 73
B. Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA... . 75
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Uraian Hal
1. Pola Zonasi Mangrove ……….. 19
2. Skema Kerangka Berfikir ………. 27
3. Plot dan sub plot yang digunakan dalam penelitian……….. 33
4. Peta Administrasi Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang ………... 37
5. Peta Penggunaan Lahan Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang ………... 40
6. Fauna di Ekosistem Mangrove Desa Tanjung Rejo ………..…….... 42
7. Peta Sebaran Mangrove Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang ………... 44
8. Peta Sebaran Titik Pengukuran Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut
Sei TuanKabupaten Deli Serdang ………... 48
9. Jenis-jenis Vegetasi Mangrove yang ditemui di lokasi penelitian di
Desa Tanjung Rejo ……… 51
10.Pola Persebaran (Zonasi) Mangrove di Desa Tanjung Rejo ... 57
11.Salah Satu Penampakan Mangrove di Zonasi Avicennnia-Sonneratia ……. 58
12.Salah Satu Penampakan Mangrove di Zonasi Rhizopora ………. 59
13.Salah Satu Penampakan Mangrove di Zonasi Bruguiera ………. 60
14.Pengukuran Salinitas di Ekosistem Mangrove Desa Tanjung Rejo ………... 65
15.Pengukuran pH Air dan Tanah di Ekosistem Mangrove Desa Tanjung Rejo ……. 66
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia dikenal sebagai negara mega-biodiversity dalam hal
keanekaragaman hayati dan garis pantai dengan jumlah pulau mencapai 17.508
dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Keadaan ini menyebabkan Indonesia
memiliki wilayah pesisir yang luas dan berpotensi untuk pembangunan wilayah
jika dikelola dengan baik (Bengen, 2001). Wilayah pesisir merupakan wilayah
peralihan antara ekosistem darat dan laut yang di pengaruhi oleh perubahan di
darat dan laut. Wilayah pesisir merupakan kawasan yang sangat penting, hampir
60% penduduk Indonesia yang tinggal dan beraktivitas di wilayah ini. Dalam
suatu wilayah pesisir terdapat satu atau lebih sistem lingkungan (ekosistem) dan
sumber daya pesisir. Ekosistem pesisir dapat bersifat alami ataupun buatan.
Ekosistem alami yang terdapat di wilayah pesisir antara lain adalah : terumbu
karang, hutan mangrove, padang lamun, pantai berpasir, formasi pes-caprea,
formasi baringtonia, estuaria, laguna dan delta. Sedangkan ekosistem buatan
antara lain berupa: tambak, sawah pasang surut, kawasan pariwisata, kawasan
industri, kawasan agroindrustri dan kawasan permukiman. Ekosistem berperan
dalam mengurangi dampak polusi dari daratan ke laut.
Salah satu komponen ekosistem pesisir dan laut adalah hutan mangrove.
Menurut Bengen (2000), ekosistem hutan mangrove adalah suatu sistem ekologi
yang terdiri dari komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa
2
surut pantai berlumpur. Mangrove mempunyai berbagai fungsi. Fungsi fisiknya
yaitu untuk menjaga kondisi pantai agar tetap stabil, melindungi tebing pantai dan
tebing sungai, mencegah terjadinya abrasi dan intrusi air laut, serta sebagai
perangkap zat pencemar. Fungsi biologis mangrove adalah sebagai habitat benih
ikan, udang, dan kepiting untuk hidup dan mencari makan, sebagai sumber
keanekaragaman biota akuatik dan nonakuatik seperti burung, ular, kera,
kelelawar, dan tanaman anggrek, serta sumber plasma nutfah. Fungsi ekonomis
mangrove yaitu sebagai sumber bahan bakar (kayu, arang), bahan bangunan
(balok, papan), serta bahan tekstil, makanan, dan obat-obatan (Gunarto, 2004).
Ekosistem mangrove merupakan sumberdaya alami (natural resources)
yang memiliki intensitas relasi yang tinggi dengan masyarakat karena hutan
mangrove mudah dijangkau dan berada pada kawasan – kawasan yang sudah
cukup terbuka/ berkembang. Potensi ekonomi mangrove cukup tinggi didukung
oleh kemudahan pemanfaatan dan pemasaran hasilnya. Potensi ini mendorong laju
kerusakan ekosistem mangrove umumnya berlangsung cepat (LPPM, 2005).
Potensi mangrove di Indonesia mengakibatkan banyaknya bentuk
pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat di Indonesia pada umumnya
terhadap mangrove itu sendiri. Menurut Anwar dan Hendra (2007), luas hutan
mangrove Indonesia tinggal 9,2 juta ha (3,7 juta ha dalam dalam kawasan hutan
dan 5,5 juta ha di luar kawasan). Setengah dari luas hutan mangrove yang ada
(57,60 %), berada dalam kondisi rusak parah, diantaranya 1,6 juta ha dalam
kawasan dan 3,7 juta ha di luar kawasan hutan. Kecepatan kerusakan hutan
3
Adanya perubahan lingkungan ekosistem wilayah pesisir laut secara tidak
langsung akan mempengaruhi sistem komunitas yang berada di dalamnya (Irawan
2003), termasuk terhadap keanekaragaman jenis dan struktur komunitas yang
berada dalam ekosistem tersebut. Kerusakan hutan mangrove dapat terjadi secara
alamiah atau melalui tekanan masyarakat. Secara alami umumnya kadar
kerusakannya jauh lebih kecil daripada kerusakan akibat ulah manusia. Kerusakan
alamiah timbul karena peristiwa alam seperti adanya topan badai atau iklim kering
berkepanjangan yang menyebabkan akumulasi garam dalam tanaman. Pada
umumnya kerusakan ekosistem hutan mangrove disebabkan oleh aktivitas
manusia dalam penyalahgunaan sumberdaya alam di wilayah pantai tidak
memperhatikan kelestarian, seperti : penebangan untuk keperluan kayu bakar
yang berlebihan, tambak, permukiman, industri dan pertambangan (Permenhut,
2004).
Menurut F.A.O (2003) mencatat bahwa luas mangrove dunia pada tahun
1980 mencapai 19,8 juta ha, turun menjadi 16,4 juta ha pada tahun 1990, dan
menjadi 14,6 juta ha pada tahun 2000, sedangkan di Indonesia, luas mangrove
mencapai 4,25 juta ha pada tahun 1980, turun menjadi 3,53 juta ha pada tahun
1990 dan tersisa 2,93 juta ha pada tahun 2000.
Hutan mangrove di pesisir pantai timur Sumatera Utara disusun oleh 20
jenis flora mangrove, dengan jenis paling dominan adalah Avicenia marina yang
merupakan jenis pionir. Tumbuhan mangrove yang dijumpai hanya berada pada
tingkat semai dan pancang, sedangkan tingkat pohon tidak dijumpai, sehingga
4
Pada dasarnya ini terjadi penurunan luasan dan kualitas hutan mangrove
secara drastis. Ironisnya, sampai sekarang tidak ada data aktual yang pasti
mengenai luasan hutan mangrove, baik yang kondisinya masih alami maupun
yang telah berubah tutupan lahannya. Umumnya hutan mangrove tidak memiliki
batas-batas yang jelas. Estimasi kehilangan hutan selama tahun 1985 s/d tahun
1997 untuk pulau Sumatera sebesar 3.391.400 ha. Berdasarkan kondisi ekosistem
yang dijumpai tersebut, kawasan mangrove tersebut sudah tidak memungkinkan
lagi bagi vegetasi dan satwa untuk berlindung dan beregenerasi secara alami.
Gambaran kerusakan mangrove juga bisa dilihat dari kemerosotan sumber daya
alam yang signifikan di kawasan hutan mangrove, baik pada ekosistem hutan
pantai, ekosistem perairan, fisik lahan dan lain-lain. Hal ini berakibat langsung
pada menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar hutan mangrove
(Purwoko dan Onrizal, 2002).
Luas hutan mangrove di pesisir timur Sumatera Utara dari tahun ke tahun
mengalami penurunan. Berdasarkan hasil penelitian Onrizal (2010) dengan
menggunakan teknologi penginderaan jarak jauh diketahui bahwa laju kerusakan
mangrove di pesisir timur Sumatera Utara adalah sebesar 2128,103 ha/tahun. Di
beberapa daerah wilayah pesisir Kabupaten Deli serdang sudah terlihat adanya
degradasi dari hutan mangrove akibat penebangan hutan yang melampaui batas
kelestariannya. Hutan mangrove telah berubah menjadi tempat berbagai kegiatan
penduduk untuk keperluan pemukiman, pertambakan, perkebunan, pertanian dan
industri. Hal seperti ini terutama terdapat di kecamatan Percut Sei Tuan yang
merupakan salah satu kecamatan di kabupaten Deli Serdang yang memiliki daerah
5
Salah satu wilayah di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
adalah Desa Tanjung Rejo, desa ini berada di daerah pesisir pantai timur
Sumatera, yang memiliki hutan mangrove di sepanjang garis pantainya. Namun
kondisi hutan mangrove di desa ini mengalami penurunan. Hutan mangrove pada
Desa Tanjung Rejo tahun 2011 memiliki luas hutan mangrove 765.28 Ha menjadi
602,181 ha pada 2015 (Peraturan Desa Tanjung Rejo No. 522/07 Tahun 2015).
Kawasan hutan mangrove di Desa Tanjung Rejo merupakan daerah yang
mempunyai potensi pengambangan khususnya budidaya tambak yang sangat luas.
Oleh karena itu pada penelitian ini ini ingin mengetahui mengenai Karakteristik
ekosistem mangrove di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini ialah berkurangnya luasan pada
ekosistem mangrove di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan.
Berkurangnya luasan ekosistem mangrove mempengaruhi karakteristik ekosistem
mangrove, diantaranya adalah struktur vegetasi ekosistem mangrove, tingkat
kerapatan mangrove dan karakteristik lingkungan ekosistem mangrove di Desa
Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka dalam penelitian ini dibatasi pada
karakteristik ekosistem mangrove berdasarkan struktur vegetasi dan pola
persebaran (zonasi) mangrove, tingkat kerapatan vegetasi mangrove, dan
karakteristik lingkungan di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan
6
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dalam penelitian ini yang
menjadi perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Struktur vegetasi dan Pola persebaran (zonasi) mangrove di Desa
Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang?
2. Bagaimana tingkat kerapatan vegetasi pada ekosistem mangrove di Desa
Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang ?
3. Bagaimana karakteristik lingkungan mangrove di Desa Tanjung Rejo
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Struktur vegetasi dan pola persebaran (zonasi) mangrove di Desa Tanjung
Rejo kecamatan percut sei tuan kabupaten deli serdang.
2. Tingkat kerapatan vegetasi ekosistem mangrove di Desa Tanjung Rejo
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
3. Karakteristik lingkungan mangrove di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut
7
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Sebagai bahan masukan bagi perencanaan pengembangan wilayah pesisir
yang berbasis pengelolaan sumber daya alam yang lestari.
2. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi penduduk dan pemerintah yang
berdomisili di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli
Serdang.
3. Untuk menambah wawasan bagi penulis dalam menulis karya ilmiah
berbentuk skripsi dan Sebagai bahan pembanding bagi penulis lain untuk
73 BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 7 jenis vegetasi mangrove Di Desa
Tanjung Rejo, yaitu Rhizophora apiculata, Avicennia marina, Sonneratia
alba, Xylocarpus granatum. Bruguiera cylindrica, Nypa fruticans, Acanthus
ilicifoli. Vegetasi mendominasi pada kategori semai adalah Rhizophora
apiculata, Avicennia marina, Sonneratia alba, sedangkan vegetasi
mendominasi pada kategori tiang adalah Sonneratia alba dan Rhizophora
apiculata serta vegetasi mendominasi pada kategori pohon adalah Sonneratia
alba dan Rhizophora apiculata. Pola persebaran (zonasi) mangrove
berdasarkan vegetasi yang terbentuk dari daerah dekat laut sampai ke daratan
pada ekosistem mangrove di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang adalah zonasi Avicennia-Sonneratia, Rhizopora, Dan
Bruguiera.
2. Tingkat kerapatan ekosistem mangrove di Desa Tanjung Rejo Kecamatan
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang termasuk kedalam kondisi rusak
dengan tingkat kerapatan kategori pohon sebanyak 494 ind/ha, tiang sebanyak
878 ind/ha dan semai adalah 653 ind/ha.
3. Berdasarkan karakteristik fisika dan kimia lingkungan di Desa Tanjung Rejo
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang adalah (1) suhu air
74
berkisar 14,4 ‰ –22,5 ‰.(3). substrat tanah berlumpur, lumpur berpasir dan
lempung (4) pH air 6,8-7,3 dan pH tanah 6,4 – 7, 2.
B. Saran
1. Dengan kondisi hutan mangrove yang kurang baik di Desa Tanjung Rejo,
maka masyarakat sekitar harus menjaga dan melestarikannya ekosistem hutan
mangrove agar kedepannya bisa dimanfaatkan oleh anak cucu di masa yang
akan datang. Berdasarkan kenyataan tersebut, perlulah kiranya seluruh pihak,
baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat seacara bahu-membahu
memberikan sumbangsih sesuai dengan kemampuan masing-masing untuk
melestarikan ekosistem hutan mangrove tersebut dan kehidupan masyarakat
sekitar.
2. Kerusakan hutan mangrove dapat dicegah dengan perbaikan taraf hidup
penduduk pesisir pantai, peningkatan pengetahuan dan penyadaran
mansyarakat, penegakan hukum, rehabilitasi mangrove dan penanaman
mangrove, dan mengurangi pembuangan limbah ke pesisir dan dengan
bantuan bantuan dari pemerintah baik dana, bibit, dan fasilitas lainnya maka
kelompok tani mangrove dapat lebih maksimal dalam melestarikan ekosistem
75
DAFTAR PUSTAKA
Anwar. C & Hendra, G. 2006. Peranan Ekologis dan Social Ekonomis Hutan Mangrove dalam Mendukung Pembangunan Wilayah Pesisir. http://www.dephut.go.id/files/Chairil_Hendra.pdf. (diakses pukul 07:25, Desember 2016).
Arief, Arifin. 2003. Hutan Mangrove Fungsi & Manfaatnya. Yogyakarta: Kanisius.
Bengen. 2000. Sinopsis Ekosistem Dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir Dan Lautan. Bogor : IPB Pres.
Bengen. 2001. Ekosistem Dan Sumberdaya Pesisir Dan Laut Serta Pengolahan Secara Terpadu dan Berkelanjutan. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir Dan Lautan. Bogor.
Bengen, D.G. 2004. Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pedoman Teknis. Bogor.
Cepi. 2007. Hutan Bakau Manfaat Bagi Lingkungan Dan Kehidupan Manusia. Bandung: Sinergi Pustaka Indonesia.
Dahuri, R. 2000. Pendayagunaan Sumberdaya Kelautan Untuk Kesejahteraan Rakyat. Lembaga Informasi dan Studi Pembangunan Indonesia. Jakarta: LISPI.
Dahuri, R, Dkk. 2013. Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta Timur: Balai Pustaka.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta : Kanisius.
FAO. (2003). Status and Trends in Mangrove Area Worlwide. By Wilkie, M.L. and Fortuna, S. Forest Resources Assesment Working Paper No. 63. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome : FAO.
Fitri Dan Iswayudi. 2010. Evaluasi Kekritisan Lahan Hutan Mangrove Di Kabupaten Aceh Timur. Jurnal Hidrolitan. Bogor: Tahun 2010 (Vol. 1, No. 2): hlm 1-9.
Gunarto. 2004. Konservasi Mangrove Sebagai Pendukung Sumber Hayati Perikanan Pantai. Jurnal Litbang pertanian Tahun 2004 (Vol. 23 No. 1).
Gultom, Sujadi. 2010. Studi Keanekaragaman Mangrove Berdasarkan Tingkat Salinitas Air Laut di Desa Selotong Kecamatan Sicanggang Kabupaten Langkat. Skripsi. Medan : USU-FP.
76
Irwanto. 2006. Keanekaragaman Fauna Pada Habitat Mangrove. http://www.irwantoshut.com (diakses pukul 07:25, 15 November 2016).
Kaswadji, R. 1971. Analisis ekosistem pesisir dan laut. Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB, Bogor.
Kementerian Negara dan Lingkungan Hidup, 2004. Kriteria Baku Kerusakan Mangrove. Dalam: Keputusan Kantor Menteri Lingkungan Hidup No. 201 Tahun 2004, Tentang Kriteria Baku dan Pedoman Penentuan Kerusakan Mangrove. Jakarta.
Kementerian Negara dan Lingkungan Hidup, 2004. Baku mutu air laut. Dalam: Keputusan Kantor Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 51 (Kep. 02/MENKLH/I/1988) tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Jakarta.
Kershaw, K.A. 1979. Quantitatif and Dynamic Plant Ecology. London: Edward Arnold Publishers.
Kordi, H. 2012. Ekosistem Mangrove: Potensi, Fungsi Dan Pengelolaan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Kusumahadi, K. S. 2008. Watak Dan Sifat Tanah Areal Rehabilitasi Mangrove Tanjung Pasir. Jurnal Vis Vitalis. Jakarta : Tahun 2008 (Vol. 1 No. 1).
[LPPM] Lembaga Pengembangan dan Pengkajian Mangrove. 2005. Fungsi Hutan Mangrove. Jurnal of Forestry Policy Analysis. Bogor: Tahun 2005 (Vol. 12 No. 2).
Nontji, A. 2003. Laut Nusantara. Jakarta: PT. Djambatan.
Noor. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Bogor: PKA/WI-IP.
Onrizal, dkk. 2008. Studi Ekologi Hutan Mangrove di Pantai Timur Sumatera Utara. Jurnal Biodiversitas. Medan: Tahun 2008 (Vol. 9 No. 1): hlm. 25-29.
Onrizal. 2010. Perubahan Tutupan Hutan Mangrove di Pantai Timur Sumatera Utara Periode 1977-2006. Jurnal Biologi Indonesia. Bogor: Tahun 2010 (Vol 6 No 2): hlm 163-170.
Peraturan Menteri Kehutanan. 2004. Pembuatan Tanaman Rehabilitasi Hutan Mangrove Gerakan Rehabilitasi Hutan dan Lahan. P. 03/MENHUT-V/2004. Bagian keempat.
Peraturan Desa Tanjung Rejo Nomor 522/07 Tahun 2015 Tentang Daerah Perlindungan Mangrove. Percut Sei Tuan.
77
Saputro, Gb, Dkk. 2009. Peta Mangrove Indonesia. Jakarta: Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut, Badan Koordinasi Survei Dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal).
Saru. 2014. Potensi Ekologis Dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove Di Wilayah Pesisir. Bogor: IPB Press.
Setyawan, A. D. 2008. Struktur komunitas Makrozoobentos Sebagai Bioindikator Kualitas Lingkungan Perairan Hilir Sungai Musi. Tesis. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana IPB.
Sivasothi. 2001. A Guide to Mangroves of Singapore. Volume 1: The Ecosystem and Plant Diversity. Singapore: The Singapore Science Centre.
Supriharyono. 2000. Pelestarian Dan Pengelolaan Sumber Daya Alam Di Wilayah Pesisir Tropis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Supriharyono. 2007. Konservasi Ekosistem Sumber Daya Hayati. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Talib, M.F. 2008. Struktur dan Pola Zonasi (Sebaran) Mangrove serta Makrozoobenthos yang Berkoeksistensi, di Desa Tanah Merah dan Oebelo Kecil Kabupaten Kupang. Skripsi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Bogor: FPIK IPB.
Tomlinson PB. 1986. The Bitany Of Mangrove. Cambridge, UK: Cambridge University Press.
Veronika, 2012. Upaya Konservasi Ekosistem Hutan Mangrove Di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. Medan : Jurusan Pendidikan Geografi FIS-UNIMED.
Wahyuni, Sri. 2009. Pengelolaan Hutan Mangrove di Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan. Skripsi. Medan: Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Widiastoeti, RA. 2000. Studi Tentang Kualitas Air dengan Kelimpahan Plankton Terhadap Udang Windu (Panaeus monodon fab) Pada Tambak Yang Dikelola Secara Tradisional Di Desa Curah Sawo Kabupaten Probolinggo Jawa Timur. Skripsi Fakultas Perikanan. Malang: Universitas Brawijaya.