Jaringan Informasi dan
Kerjasama Perpustakaan
Ol eh:
Syakirin Pangaribuan
Pust akawan Madya Universit as Sumat era Ut ara
Disampaikan pada:
PELATIHAN PERPUSTAKAAN BAGI KETUA/ PENGELOLA PERPUSTAKAAN
PTS KOPERTIS WILAYAH – I DAERAH NANGROE ACEH DARUSSALAM
Jaringan Informasi dan Kerjasama Perpustakaan
OUTLINE
Pendahuluan ... Pengertian Sistem Jaringan Informasi ... Alasan Perpustakaan memerlukan kerjasama dan jaringan ... Komponen jaringan informasi ... Bentuk-bentuk kerjasama perpustakaan ... Persiapan dan Tipe kerjasama ... Sarana Bantu kerjasama ... Kerjasama dan jaringan regional dan internasional ... Daftar Pustaka ...
Hal. 1 2 3 4 5 8 10 10 12
Pendahuluan
Masyarakat modern memerlukan tersedianya informasi yang dapat menunjang
segala kegiatan pendidikan, penelitian dan perkembangan kebudayaan, ekonomi serta
sosial yang diselenggarakan oleh masyarakat itu sendiri. Informasi yang dimaksud
disini adalah informasi yang bersumber pada literatur dalam berbagai bentuk maupun
tingkatan teknologi dan pengetahuan. Penyediaan informasi literatur ini
diselenggarakan melalui badan-badan pengelola informasi seperti : perpustakaan, pusat
dokumentasi, pusat analisis informasi, pusat referal, badan arsip dan lain sebagainya.
Masing-masing badan ini mempunyai fungsi dan tugasnya sendiri yang sedikit banyak
berbeda antara satu dengan lainnya.
Penting sekali bahwa semua jenis badan pengelola informasi khususnya yang
berada dalam suatu negara, berusaha membentuk jaringan informasi dan bekerjasama
dalam suatu koordinasi yang bersama-sama merupakan suatu infrastruktur, suatu
sistem nasional guna penyediaan dan penggunaan informasi.
Di Indonesia dapat dikatakan bahwa informasi belum dikelola secara terpadu,
masing-masing badan pengelola informasi mengerjakan dengan cara tersendiri
informasi literatur yang dimilikinya terpisah dari yang lain. Hal ini menyulitkan
pengguna (masyarakat) untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Meskipun sejak
tahun 1971 pembentukan jaringan cukup banyak di Indonesia (± 32 sistem jaringan
informasi), tetapi didalam perkembangannya kebanyakan diantaranya hampir tidak
berjalan sesuai yang diharapkan.
Apabila kita perhatikan pada Undang-Undang tentang Perpustakaan No. 43
Tahun 2007, komitmen penterapan jaringan informasi jelas dinyatakan dalam pasal 14
ayat (5,6,7) dan pasal 42 ayat (3) sebagai berikut:
Pasal 14:
Perpustakaan untuk mengoptimalkan pelayanan kepada pemustaka.
(6) Layanan perpustakaan terpadu diwujudkan melalui kerjasama antar perpustakaan (7) Layanan perpustakaan secara terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
dilaksanakan melalui jejaring telematika.
Pasal 42:
(3) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan peningkatan layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan memanfaatkan sistem jejaring perpustakaan yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Bergabungnya suatu perpustakaan kedalam jaringan adalah suatu keharusan,
oleh karena tidak satupun perpustakaan di dunia yang mampu berswasembada akan
informasi. Jumlah terbitan baik di dalam negeri maupun luar negeri sudah sedemikian
besar dan berkembang pesat, spesifikasi dan kwalitas informasi yang dibutuhkan
pengguna juga semakin tinggi dan bervariasi, sementara di sisi lain perpustakaan
mempunyai kemampuan yang sangat terbatas.
Pengertian Sistem Jaringan Informasi
Terdapat banyak defenisi yang dikemukakan para ahli tentang Sistem Jaringan
Informasi dari berbagai sudut pandang disiplin ilmu. Dilihat dari sudut tinjauan ilmu
perpustakaan dan informasi, penulis cukup mengutip pendapat dua ahli berikut:
Prof. Dr. Sulistyo-Basuki, MA, MLIS:
“Jaringan informasi adalah suatu sistem terpadu dari badan-badan yang bergerak dalam bidang pengolahan informasi, seperti perpustakaan, pusat dokumentasi, pusat analisis informasi, pusat referal, clearing house dengan tujuan menyediakan pemasukan data yang relevan tanpa memperhatikan bentuk maupun asal data untuk keperluan masyarakat pemakai” (Sulistyo-Basuki, 1996:12).
K.E. Miller dalam Perpustakaan Nasional RI (1992:61) menyebutkan:
“Jaringan Informasi adalah kerjasama yang dilakukan oleh unit-unit perpustakaan/informasi atau unit yang menangani informasi yang bergabung bersama karena mereka memiliki materi informasi yang sama atau berada di wilayah yang sama atau didasarkan pada kesamaan-kesamaan lainnya, unit-unit tersebut secara bersama memanfaatkan dan mendayagunakan sumber-sumber informasi yang ada pada mereka, termasuk juga memanfaatkan keahlian yang mereka miliki, peralatan teknologi serta hal-hal lainnya yang diperlukan untuk memberi layanan informasi yang efektif”.
Dari kedua definisi tersebut di atas dapat dicatat bahwa jaringan informasi
merupakan komunitas dari badan pengelola informasi (tidak hanya berbagai jenis
perpustakaan) yang bergabung untuk bekerjasama sebagai suatu totalitas sistem.
Bergabungnya badan pengelola informasi tersebut untuk lebih memberdayakan
pelaksanaan tugasnya melayani masyarakat melalui resources sharing sumberdaya.
Mereka bergabung dimotivasi oleh banyak persamaan masalah yang dihadapi, baik
tugas dan tujuan, kelemahan sumberdaya manusia, sarana dan prasarana, daerah,
kerjasama tersebut mereka bersinergi menambah kekuatan untuk mengimbangi
peningkatan kwantitas dan kwalitas kebutuhan informasi masyarakat pemakai.
Jaringan Informasi dan Kerjasama Perpustakaan adalah dua istilah yang tidak
mempunyai perbedaan yang prinsifil. Penggunaan istilah tersebut hanya
dilatarbelakangi historis. Istilah Jaringan Informasi sering digunakan terutama karena
didalam kerjasama tersebut telah digunakan teknologi informasi dan komunikasi (ICT),
selain hal tersebut pada jaringan informasi badan-badan yang bergabung tidak hanya
perpustakaan tetapi juga badan pengelola informasi lain yang bukan perpustakaan.
Alasan Perpustakaan Memerlukan Kerjasama dan Jaringan
Meningkatnya jumlah publikasi yang diterbitkan setiap tahun sehingga perpustakaan tidak mampu membeli buku baru dalam jumlah besar untuk kepentingan
pembacanya.
Semakin berkembangnya jenis media penyampaian informasi
Kebutuhan pemakai yang meningkat, karena berkembangnya pendidikan, serta majunya ilmu pengetahuan sehingga memaksa orang yang sudah bekerja harus
belajar kembali agar ilmu mereka tidak ketinggalan
Tuntutan masyarakat untuk memperoleh informasi yang sama baiknya dengan tidak memandang dimana pun mereka berada
Berkembangnya teknologi khususnya teknologi komputer dan telekomunikasi
Tuntutan penghematan. Perpustakaan tidak harus membeli semua buku yang terbit, karena anggarannya yang terbatas.
Komponen Jaringan Informasi
(a) Struktur organisasi yang harus dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai sudut seperti dari segi hukum, perencanaan serta pengambilan kebijakan.
(b) Rencana kerjasama baik jangka pendek, menengah dan jangka panjang
(c) Simpul (nodes), yaitu peserta jaringan
(d) Pemakai
(e) Tingkat jasa peserta. Karena peserta jaringan berbeda-beda kemampuannya, perlu ditetapkan jasa apa yang ditawarkan oleh masing-masing simpul, untuk siapa, dan bagaimana bentuknya.
(f) Sistem komunikasi antar simpul harus diatur, misalnya komunikasi antar sesama simpul, dengan pusat/koordinator bahkan dengan simpul jaringan lain.
(h) Katalog Induk terpusat untuk mengetahui dimana saja dokumen tersimpan diantara simpul
(i) Pedoman pemilihan dokumen apa saja yang akan disimpan oleh peserta jaringan serta bagaimana kemutakhirannya
(j) Prosedur evaluasi unjuk kerja jaringan, yang berguna untuk kajian terhadap jaringan serta perubahan yang diperlukan
(k) Program pelatihan bagi para pemakai serta peserta jaringan.
Struktur Jaringan Informasi
Bentuk jaringan akan mempengaruhi saluran komunikasi serta pola
berita antara sesama peserta (simpul). Bentuk tersebut juga akan mempengaruhi
hubungan peserta karena hubungan melalui simpul perantara akan berbeda pola unjuk
kerja dengan hubungan langsung dengan sebuah simpul. Pada gambar di bawah ini
titik (lingkaran kecil) merupakan simpul sedangkan garis merupakan hubungan
komunikasi.
1. Jaringan Terpimpin, dipimpin/dikoordinasikan oleh Pusat/Koordinator.
Gbr-1. Jaringan Terpimpin Gbr.-1a. Jaringan Terpimpin dengan Pusat Khusus
( 6 saluran komunikasi ) ( 7 saluran komunikasi )
Gbr-1c. Hubungan Jaringan Terpimpin dengan Pusat Khusus Dengan Jaringan Terpimpin Lainnya. ( 14 saluran komunikasi )
2. Jaringan Non Terpimpin (tidak dikendalikan oleh Pusat/Koordinator)
Gbr-2. Jaringan Non terpimpin Gbr-2a. Jar. Non Terpimpin dengan Pusat Khusus (6 simpul menghasilkan 15 saluran kom.) (21 saluran komunikasi)
3. Jaringan Hirarkhis (Berjenjang)
Contoh:
Bentuk-bentuk Kerjasama Perpustakaan
Hampir semua kegiatan kerja kerumahtanggaan (house keeping) perpustakaan
dapat dikerjasamakan, mulai dari kegiatan persiapan pengadaan, akuisisi, pertukaran
publikasi, pengolahan dokumen, penyimpanan, penelusuran, pelayanan kepada
pengguna, pinjam antar perpustakaan, peningkatan kemampuan profesi pustakawan
dan lain-lain. Intensitas kerjasama berbeda-beda sesuai yang disepakati, namun
keuntungan yang diperoleh dari kerjasama harus diperhitungkan dengan teliti.
Diantara yang paling umum dilakukan dalam berbagai kerjasama adalah sebagai
berikut:
Kerjasama Pengadaan
Kerjasama pengadaan paling banyak dilakukan berbagai perpustakaan oleh
karena beberapa keuntungan yang diperoleh adalah efisiensi anggaran, mempermudah
seleksi dan pemesanan terutama buku luar negeri, menghindarkan duplikasi koleksi,
dan lain-lain. Cara pelaksanaan kerjasama bisa dengan menggunakan anggaran
masing-masing tetapi dikhususkan pada subyek-subyek tertentu yang disepakati. Model
lain adalah dengan menggabungkan anggaran kemudian melakukan pembelian
bersama yang biasanya dikelola sampai kepemilikan dan pelayanan bersama.
Pertukaran publikasi
Pertukaran publikasi juga penting dilakukan terutama terhadap buku dalam
bidang subyek yang tidak dibutuhkan pada perpustakaan tertentu tetapi berguna bagi
benar-benar digunakan secara maksimal. Sejak tahun 1958 UNESCO telah
merekomendasikan pertukaran ini melalui Konvensi internasional yang dimuat dalam
Unesco Journal of Information Science, Librarianship and Archives Studies.
Penyusunan dan pengembangan katalog induk
Didalam suatu kerjasama mutlak harus disusun katalog induk. Katalog induk
adalah katalog gabungan dari katalog perpustakaan yang mengadakan kerjasama.
Fungsinya adalah sebagai sarana untuk mengetahui apa saja koleksi yang dimiliki
perpustakaan peserta dan dimana lokasi penyimpanan/ketersediaannya. Katalog induk
ini harus selalu diupdate karena menjadi sarana penting bagi perpustakaan peserta
dalam menyelenggarakan pelayanan kepada pemakai masing-masing.
Kerjasama pelayanan teknis
Kerjasama pelayanan teknis meliputi kegiatan kerja pengatalogan, klasifikasi
dan penetuan tajuk subyek. Keuntungan dalam kerjasama ini adalah keseragaman
bentuk katalog yang akan mempermudah pertukaran data, efisiensi terhadap
penggunaan sumberdaya manusia (pustakawan) serta meningkatkan kemampuan kerja
pustakawan perpustakaan masing-masing. Pada jenis kerjasama ini kita mengenal
pengatalogan terpusat yang hanya diwakilkan kepada Tim kerja tertentu yang ditunjuk
jaringan. Saat ini kita mengenal adanya KDT (katalog dalam Terbitan) atau CIP
(Catalogue in Publication) adalah merupakan pengembangan dari kerjasama ini.
Kerjasama penyimpanan
Pertambahan koleksi yang terus menerus akan mengakibatkan ruangan
perpustakaan menjadi penuh, hal ini mendorong beberapa perpustakaan menyewa
suatu gedung untuk tempat penyimpanan bersama. Koleksi yang disimpan biasanya
adalah yang mulai menurun frekwensi penggunaannya. Hal ini dirasakan lebih efisien
dan lebih hemat biayanya daripada membangun gedung baru.
Kerjasama antar pustakawan
Kerjasama sumberdaya manusia dalam profesi yang sama (pustakawan) juga
sangat penting dilakukan terutama untuk sharing pengetahuan yang akan
meningkatkan kwalitas profesional pustakawan itu sendiri. Biasanya kerjasama ini
dilakukan dalam perbagai pertemuan ilmiah, studi banding dan lain-lain. Kerjasama ini
dilakukan baik dalam lingkup nasional (IPI), regional (CONSAL), serta internasional
Kerjasama pendidikan dan pelatihan
Kerjasama ini sangat berguna untuk upaya menyetarakan pengetahuan dan
kemampuan kinerja para pustakawan pada masing-masing peserta. Pelatihan ini
biasanya diselenggarakan oleh koordinator jaringan atau komite khusus yang ditunjuk.
Selain berbagai pertemuan formal termasuk juga dalam hal ini adalah penerbitan jurnal
atau bulletin yang diedarkan kepada peserta jaringan (ih house).
Kerjasama pinjam antar perpustakaan
Pinjam antar perpustakaan (inter library loan) telah dilakukan sejak ratusan
tahun yang lalu. Bentuk kerjasama ini dapat dibagi menurut kawasan lokal, regional,
nasional. Sementara tingkat internasional masih merupakan gagasan yang belum
seluruhnya dapat dilaksanakan. Di Indonesia sendiri kerjasama ini pernah dilakukan
beberapa perpustakaan di Jakarta dan Bogor.
Kerjasama pemberian jasa informasi
Kerjasama pemberian jasa informasi sebenarnya sama dengan istilah silang
layan, artinya masing-masing perpustakaan memberikan jasa untuk perpustakaan lain.
Misalnya Perpustakaan USU suatu ketika memerlukan informasi tentang penelitian
cakang kelapa sawit, akan menghubungi Perpustakaan PPKS Marihat di Pematang
Siantar yang memang khusus mengelola subjekkelapa sawit. Perpustakaan PPKS
melakukan penelusuran literatur kelapa sawit tersebut dan mengirimkan hasilnya
kepada Perpustakaan USU. Dalam jasa ini juga selalu diselenggarakan layanan
pengiriman dokumen (Document Delivery Services).
Kerjasama penyediaan fasilitas
Mungkin anda pernah mengunjungi sebuah perpustakaan lain, pada
perpustakaan tersebut anda bukan anggota. Apakah yang anda alami ? Mungkin
seorang petugas menanyakan identitas anda berupa kartu tanda anggota (KTA)
perpustakaan, KTP atau Kartu Mahasiswa atau tanda pengenal lainnya. Di beberapa
perpustakaan malahan petugas sering kali menanyakan surat pengantar dari instansi
anda . Untuk mengatasi hal tersebut beberapa perpustakaan kerjasama dan sepakat
agar menyediakan fasilitas untuk masing-masing anggota seluruh perpustakaan
peserta cukup dengan menunjukkan karta anggota perpustakaan yang turut mengikat
Persiapan dan Tipe Kerjasama
Kesepakatan para pihak yang bekerjasama
Pada umumnya kerjasama tercipta selah adanya kesepakatan. Kesepakatan itu terjadi
setelah munculnya gagasan dan pertemuan para pihak. Kesepakatan bisa dalam bentuk tertulis
dan tidak tertulis. Apabila kesepakatan itu tertuang dalam bentuk tertulis maka akan mengikat
para pihak yang bersepakat, namun terdapat juga kerjasama yang berjalan berdasarkan
kesepakatan yang tidak tertulis. Kesepakatan tertulis tentu saja lebih formal dan lebih jelas
dibandingkan dengan tidak tertulis.
Syarat Peserta
Untuk menjadi anggota suatu jaringan informasi, sebuah perpustakaan tentu harus
memenuhi syarat. Adapun syarat perpustakaan peserta sebuah jaringan adalah:
(a) Perpustakaan memiliki koleksi
Koleksi tersebut harus terpelihara dalam arti fisik koleksi tersusun sistematis dalam
pengerakan dan tersedianya katalog sebagai sarana temubalik. Selain itu koleksi juga
harus bertumbuh dan dinamis.
(b) Koleksi tersebut terbuka untuk pemakai luar
Prinsip terbuka untuk pemakai luar harus menjadi komitmen dari setiap perpustakaan yang
bekerjasama. Meskipun perpustakaan menterapkan prioritas bagi pemakai sendiri tetapi
hal ini menjadi alasan untuk menolak permintaan perpustakaan lain oleh karena
sebaliknya perpustakaan sendiri juga membutuhkan bantuan dari perpustakaan lainnya.
(c) Memiliki anggaran tetap
Anggaran merupakan syarat penting bagi suatu perpustakaan yang bekerjasama.
Sebaiknya perpustakaan menyediakan pos anggaran untuk pelaksanaan kerjasama. Hal ini
diperlukan dalam hal pengadaan sarana, komunikasi, dan lain-lain. Salah satu masalah
dalam pelaksanaan jaringan di Indonesia adalah karena kebanyakan perpustakaan belum
memiliki anggaran rutin.
(d) Tersedia petugas yang mengelola perpustakaan.
Perpustakaan harus menyediakan petugas tetap untuk menangani pelayanan kerjasama
dan mereka sebaiknya harus bekerja fulltime bukan paruh waktu dan sebaiknya ditentukan
kwalifikasi pendidikan dan pengalaman kerja oleh Pusat jaringan.
Klasifikasi berdasarkan tujuan
Jaringan dapat dibagi berdasarkan tujuannya. Tujuan tersebut dapat berupa :
pendayagunaan bersama informasi bibliografis semacam cantuman pengkatalogan,
pendayagunaan patungan melalui pinjam antar perpustakaan, pengembangan koleksi bersama,
katalog induk majalah dan peminjaman timbal balik
Kategori berdasarkan jenis perpustakaan
Jenis perpustakaan yang menjadi peserta jaringan dapat dibagi menjadi tipe tunggal
dan tipe ganda. Tipe tunggal artinya jaringan perpustakaan yang melibatkan hanya satu jenis
perpustakaan saja, misalnya jaringan perpustakaan perguruan tinggi, jaringan perpustakaan
sekolah, dan sebagainya. Tipe ganda apabila peserta jaringan tersebut lebih dari satu jenis
perpustakaan.
Berdasarkan Geografi
Jaringan perpustakaan berdasarkan geografis dapat dibagi lagi menjadi tipe tunggal
atau ganda dan dapat pula dibatasi pada kota, propinsi, atau kawasan yang lebih luas,
misalnya Sumatera, Indonesia bagian Barat, dll. Sebuah perpustakaan dapat menjadi anggota
lebih dari satu jaringan perpustakaan. Sebagai contoh Perpustakaan USU menjadi anggota
Jaringan Perpustakaan Perguruan Tinggi, anggota Jaringan Informasi IPTEK, anggota
Jaringan Informasi Kedokteran dan Kesehatan.
Jaringan Komersial versus Nirlaba.
Jaringan dapat dibagi menjadi jaringan komersial dan jaringan nirlaba. Pangkalan data
komersial adalah penjaja jasa yang menyediakan data bibliografi, teks lengkap untuk pemakai
dengan tujuan mencari keuntungan. Kegiatan pangkalan data komersial sebenarnya hampir
sama dengan jasa pangkalan data nirlaba, yang membedakan hanyalah ketentuan harus
membayar saja, sedangkan jasa lainnya sama saja. Contoh pangkalan data komersial misalnya
adalah UTLAS (University of Toronto Library Automation System) yang berasal dari Toronto
(Canada). Contoh lain adalah OCLC (Online Computer Library Center, Inc) yang berpusat di
Dublin, Ohio USA. Badan ini menawarkan berbagai jenis pelayanan perpustakaan dengan
Sarana Bantu Kerjasama
Bibliografi Katalog Induk
Katalog Induk Buku (Union Catalog)
Katalog Induk Majalah (Union List)
Katalog Audio Visual Indeks / Abstrak Direktori.
Kerjasama Perpustakaan dan Jaringan Informasi Regional Dan Internasional
Seusai perang dunia ke II terbentuknlah sebuah badan internasional yang
beranggotakan negara-negara sedunia. Badan tersebut dikenal dengan nama United
Nations Organization (UNO/UN), di Indonesia disebut Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB). PBB melalui badan bawahannya UNESCO sangat banyak memprakarsai
pembentukan jaringan informasi internasional.
Timbulnya tuntutan untuk mengadakan kerjasana internasional dibidang
perpustakaan dan dokumentasi disebabkan karena meningkatnya jumlah terbitan di
dunia, meningkatnya kebutuhan pemakai akan informasi, serta berkembangnya
teknologi komunikasi.
Dalam bidang informasi, tujuan kerjasama internasional adalah:
memberikan tanggapan yang lebih memuaskan akan kebutuhan informasi bagi pemakai di seluruh dunia,
memanfaatkan semaksimal mungkin akumulasi pengetahuan untuk kemajuan
manusia
memperbaiki produktivitas sistem informasi yang telah ada dengan menarik pemakai menggalang keharmonisan dan integrasi berbagai sistem informasi untuk mencapai
tujuan bersama.
Salah satu contoh dalam hal ini adalah Jaringan Informasi Bidang Kedokteran
dan Kesehatan. Pusat/koordinator jaringan internasional untuk bidang kedokteran
adalah World Health Organization (WHO) yang berpusat di Jenewa (Switzerland). WHO
memiliki badan bawahan (regional office) di berbagai belahan dunia, seperti : AFRO,
AMRO/PAHO, EMRO, EURO, SEARO, WPRO, dll. Indonesia dalam hal ini merupakan
bagian kawasan regional SEARO (Southeast Asia Regional Office). SEARO berpusat di
Bangkok (Thailand).
Literatur bidang kedokteran dihimpun secara nasional yang selanjutnya
jaringan bidang Kedokteran adalah Badan LitBang Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Pusat Regionalnya adalah SEARO di Bangkok Thailand dan selanjutnya pusat
internasional (global) adalah WHO di Jenewa (Switzerland).
Jaringan internasional yang hampir sama dengan WHO sebagai salah satu
sumber informasi terbesar dan terlengkap untuk bidang kedokteran adalah National
Library of Medicine (NLM) yang berada di Bethersda, Maryland (USA). NLM adalah
perpustakaan nasional Amerika Serikat untuk bidang kedokteran yang memiliki
jaringkan dengan perpustakaan lain di berbagai negara di dunia.
WHO : http://www.who.int/, dan NLM: http://www.nlm.nih.gov/
Beberapa Contoh Jaringan Informasi dan Kerjasama Perpustakaan di Indonesia
No. Nama Jaringan Informasi Koordinator Jaringan Anggota Jaringan Tahun Dibentuk
1 Jaringan Informasi bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
PDII LIPI Jakarta BATAN, ITT, ITB Bandung, Perp. PT, dll.
1971
2 Jar. Inf. Bidang Biologi dan Pertanian Pustaka Bogor Perp. Perg. Tinggi, Perp. Dinas Pertanian, Puslit bid. Pertanian, dll.
1971
3 Jar. Inf. Bidang Kesehatan & Kedokteran Badan Lit. Bang Depkes RI.
Perp. Perg. Tinggi, Perp. Dinas Kes., Rumah Sakit, dll.
1971
4 Jar. Inf. Bidang Hukum & Perundang-undangan BPHN Jakarta Perp. Perg. Tinggi, Direktorat Hukum Pemda, Kanwil Dep. HAM, Pengadilan, dll.
1975
5 Jar. Inf. Bidang Masalah Bangunan dan Perumahan
Dir. Jend. Cipta Karya, Jakarta
REI, dll.
6 Jar. Inf. Bidang HANKAM Dep. HANKAM, Jakarta
Perpustakaan TNI (ABRI) 1972
7 Jar. Inf. Masalah Lingkungan Kantor Menteri Neg. Lingk. Hidup Jakarta
18 peserta 1980
8 Jar. Inf. Pengkajian Islam Masjid Istiqlal, Jakarta
Berbagai Perpustakaan IAIN 1986
9 Jar. Inf. Wanita dan Pembangunan PDII LIPI Jakarta 1981
10 Kerjasama Perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri Wilayah Barat
Bergilir Perpustakaan PTN se Indonesia Wilayah Barat
1985
11 Kerjasama Perpustakaan Perguruan Tinggi Negeri Wilayah Timur
Bergilir Perpustakaan PTN se Indonesia Wilayah Timur
1976
12 Dan lain-lain
Contoh Jaringan Informasi dan Kerjasama Perpustakaan di beberapa negara
No. Nama Jaringan Alamat Situs Web Negara
1 Ohio Public Library Information Network (OPLIN)
http://www.oplin.lib.oh.us/ United States
2 Developing Library Network http://delnet.nic.in/ India
3 EPA National Library Network http://www.epa.gov/natlibra/index.html Washington, USA
4 The MITITEX Library Information Network http://www.minitex.umn.edu/about/ Minnesotta, USA
5 Pinellas Publoic Library Cooperative (PPLC) http://www.pplc.us/ Florida, USA
6 European Environment Library Network
(EELNet)
Daftar Pustaka
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Proyek Pengembangan Perguruan Tinggi Bantuan Luar Negeri. 1988. Laporan Seminar Mekanisme kerjasama Perpustakaan. Jakarta : Dirjen Dikti Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. LN No. 129 Tahun 2007, TLN No. 4774 Tahun 2007.
National Library of Medicine (NLM). 16 June 2008. Network of Medical Libraries. 23 July 2008. http://www.nlm.nih.gov/network.html
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. 1992. Pembinaan jaringan layanan perpustakaan dan informasi bidang perpustakaan khusus. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.
Sulistyo-Basuki. 1996. Kerjasama dan jaringan perpustakaan. Jakarta : Universitas Terbuka.
World Health Organization (WHO). 2008. Library & Information Networks for