• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Arus Puncak Ekspirasi Sebelum Dan Sesudah Latihan Fisik Pada Anak Obesitas Dan Tidak Obesitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Arus Puncak Ekspirasi Sebelum Dan Sesudah Latihan Fisik Pada Anak Obesitas Dan Tidak Obesitas"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI SEBELUM DAN SESUDAH LATIHAN FISIK PADA ANAK OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS

Oleh

FEBRINA ZULHIDAYATI SIREGAR

T E S I S

Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Dokter Spesialis Anak

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PERBANDINGAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI SEBELUM DAN SESUDAH LATIHAN FISIK PADA ANAK OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS

Telah disetujui dan disahkan oleh :

Dr. H. Ridwan M. Daulay, SpA(K) Pembimbing I

Dr. H. Chairul Yoel, SpA(K) Pembimbing II

Medan, 14 September 2007

Ketua Program Studi

Ilmu Kedokteran Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(3)

Dengan ini diterangkan bahwa :

Febrina Zulhidayati Siregar

Telah menyelesaikan Tesis sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar Dokter Spesialis Anak pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Tesis ini telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada hari Sabtu, tanggal 22 September 2007.

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.

Tim Penguji : Penguji I

Prof. Dr. Bistok Saing, SpA(K)

...

Penguji II

Prof. Dr. Dr. H. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM),SpA(K)...

Penguji III

Dr. Melda Deliana, SpA(K)

...

Medan, 22 Oktober 2007 Ketua Departemen

Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur saya ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini. Karya tulis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir dalam memperoleh keahlian dalam bidang Ilmu Kesehatan Anak di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Yang terhormat pembimbing utama, Dr. H. Ridwan M. Daulay, SpA(K), Dr. H. Chairul Yoel, SpA(K), serta pembimbing lainnya Dr. Helmi M. Lubis, SpA(K) dan Dr. Gabriel Panggabean, SpA(K), yang telah memberikan bimbingan, bantuan, dan saran-saran yang sangat berharga selama saya melaksanakan penelitian dan penulisan tesis ini.

2. Yang terhormat Prof Dr. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K) dan Dr. H. Ridwan M. Daulay, SpA(K) selaku Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak; Prof. Dr. H. Munar Lubis, SpA(K) dan Dr. Hj. Bidasari Lubis, SpA(K) / Dr. Melda Deliana, SpA(K) selaku Ketua dan Sekretaris Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak FK-USU, yang telah banyak membantu selama saya dalam masa pendidikan.

(5)

4. Yang terhormat Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. H. Chairuddin P. Lubis, SpA(K), DTM&H; Dekan FK-USU serta Ketua TKP PPDS yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak di FK-USU.

5. Pimpinan RSUP H. Adam Malik Medan, RSUD Dr. Pirngadi Medan, dan RS Tembakau Deli yang telah memberikan izin untuk menggunakan fasilitas yang ada selama saya menempuh pendidikan.

6. Kepala Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Harapan 1 beserta staf dan guru-guru di mana penelitian ini dilakukan yang telah memberikan izin dan fasilitas pada penelitian ini sehingga dapat terlaksana dengan baik.

7. Fatimah DA, Hendy Zulkarnain, Nurzahara Siddik, dan Purnama Fitri, terima kasih atas dukungan selama melaksanakan penelitian.

8. Seluruh rekan sejawat peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis yang setiap hari mendampingi dan saling mengingatkan selama menempuh pendidikan keahlian ini, saya sangat berterima kasih.

(6)

memperhatikan dan memberikan dukungan kepada saya, terima kasih yang tak terhingga atas bantuan dan dorongan selama ini.

Teristimewa untuk suami tercinta, Irsan Parulian Panjaitan, SE, yang selalu menjadi sumber kekuatan saya, terima kasih atas pengertian, cinta kasih, pengorbanan, dan doronganmu sehingga semua ini dapat tercapai. Dan untuk kedua belahan jiwa saya, M. Firza Akbar Panjaitan dan M. Kafie Yadaska Panjaitan, kalian adalah anugerah yang tak terhingga dari Allah SWT untuk saya, terima kasih atas kehadiran kalian yang telah menjadi penyemangat hingga saya dapat menyelesaikan pendidikan ini.

Kepada semua pihak yang tidak dapat saya tuliskan satu-persatu, yang telah membantu saya baik moril dan materiil selama saya menempuh pendidikan keahlian ini, tiada kata yang dapat saya ucapkan selain terima kasih setulus-tulusnya, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian dan penulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan, maka dengan segala kerendahan hati diharapkan masukan yang berharga dari semua pihak guna penyempurnaan di masa yang akan datang. Akhirnya penulis mengharapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Medan, Agustus 2007

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan pembimbing ……….. i

Tim penguji ... ii

Kata pengantar ... iii

Daftar isi ... vi

Daftar tabel ... ix

Daftar gambar ... x

Daftar singkatan ... xi

Daftar lambang ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Perumusan masalah ... 4

1.3. Tujuan penelitian ... 4

1.4. Hipotesis nol ... 4

1.5. Manfaat penelitian ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Disfungsi pernafasan pada anak obesitas ... 6

2.2. Pengaruh latihan fisik pada anak obesitas ... 10

2.3. Uji fungsi paru ... 12

2.4. Kerangka konsep ... 17

(8)

3.2. Tempat dan waktu penelitian ... 18

3.3. Populasi penelitian ... 18

3.4. Sampel dan cara pemilihan sampel ... 18

3.5. Perkiraan besar sampel ... 19

3.6. Kriteria inklusi dan eksklusi ... 19

3.7. Bahan dan cara kerja ... 20

3.8. Defenisi operasional ... 21

3.9. Analisa data ... 21

3.10. Identifikasi variabel ... 22

3.11. Masalah etik ... 22

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil ... 23

4.2. Pembahasan ... 26

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... . 30

5.2. Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

LAMPIRAN 1. Surat pernyataan kesediaan ... 35

2. Lembar format penelitian ... 36

3. Data sampel penelitian ... . 37

(9)

spirometri AS-800 (MINATO) ……… 46 6. Tabel indeks masa tubuh CDC NCHS WHO 2000 …….………… 47

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Symptoms of exercise-induced bronchospasm ... 10

2. Mechanism of exercise intolerance in obese patients ... 11

3. Karakteristik dasar subjek penelitian ... 23

4. Perbandingan nilai arus puncak ekspirasi sebelum latihan fisik... 24

5. Perbandingan nilai arus puncak ekspirasi sesudah latihan fisik... 24

6. Perbandingan APE sebelum dan sesudah latihan fisik pada masing-masing kelompok ... 25

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Penumpukan lemak pada dada dan perut pada obesitas ... 7 2. Skema patogenesis obesitas dengan disfungsi dinding dada

terhadap gagal nafas ... 8 3. Penampang bujur mini wright flow meter dan bagian-bagiannya... 13 4. Pola pernafasan normal ... 16 5. Perbandingan kapasitas dan volume paru pada keadaan normal,

(12)

DAFTAR SINGKATAN

APE : arus puncak ekspirasi BB : berat badan

BMI : body mass index

CDC : centre for disease control

cm : centimeter

dkk : dan kawan-kawan EIA : exercise-induced asthma

EIB : exercise-induced bronchospasm ERS : European respiratory society ERV : expiratory reserve volume

FEV1 : forced expiratory volume in 1 second

FEV 25-75 : forced expiratory volume in 25 – 75 second

FK USU : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara FRC : functional residual capacity

FVC : forced vital capacity IMT : Indeks masa tubuh

IRV : inspiratory reserve volume

Kg : kilogram

L/mnt : liter per menit m : meter

NCHS : National Centre for Health Statistics

(13)

SD : Sekolah Dasar SD* : Standard Deviasi

SPSS : Statistical Package for Social Science TB : tinggi badan

TLC : total lung capacity VC : vital capacity

(14)

DAFTAR LAMBANG

n : besar sampel

μ : perkiraan selisih mean α : tingkat kepercayaan

ß : kekuatan uji

: harga varians di populasi Z : deviat baku normal p : tingkat kemaknaan < : lebih kecil dari > : lebih besar dari % : persentase CO2 : karbondioksida

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Obesitas adalah gangguan nutrisi yang paling sering pada anak dan merupakan masalah kesehatan dan epidemi tidak terkontrol di seluruh dunia. 1 Di Amerika Serikat, 1 dari 5 anak didiagnosis dengan obesitas, dan kejadiannya meningkat sebanyak 55% pada anak usia 6 – 17 tahun dari tahun 1981 sampai 1999. 2 Pada tahun 1998 Djer dkk mendapatkan 9,6% kasus obesitas di SD Negeri di kawasan Jakarta Pusat. Tahun 2002, Meilany dkk mendapatkan 27,5% kasus pada anak SD di kawasan Jakarta Timur. Dikutip dari 3 Di Medan pada tahun 1999, Kamelia mendapatkan kejadian obesitas sebesar 20% pada anak SD swasta dan 9% anak SD Negeri. 4 Data-data ini menegaskan, angka kejadian obesitas semakin meningkat tahun dari tahun ke tahun.

Pada masa kanak-kanak dan remaja, penumpukan lemak terjadi jika total energi yang masuk lebih besar dari energi yang dikeluarkan. Ketidakseimbangan energi ini dapat disebabkan masukan energi yang berlebihan dan / atau menurunnya energi yang dipakai untuk metabolisme tubuh, termoregulasi, dan aktivitas fisik. Lebih dari 90% kasus obesitas disebabkan oleh faktor idiopatik (primer/nutrisional), sedangkan hanya sekitar 10% yang disebabkan oleh faktor endogen (kelainan hormonal, sindroma, atau defek genetik). 1,2

(16)

masa tubuh berkorelasi dengan total lemak tubuh pada anak overweight dan obesitas. Nilai normal bervariasi menurut umur dan jenis kelamin, dan dipresentasikan dalam kurva antara persentil 5 – 95. Rekomendasi dari National Health and Nutrition Examination Surveys, dikatakan overweight bila BMI > persentil 85 dan obesitas bila BMI > persentil 95 atau > 30 kg/m² dalam segala usia. 1,2,5,6

Obesitas masa anak berlanjut hingga dewasa dan berhubungan dengan angka kesakitan dan kematian yang lebih tinggi. Penelitian dari National Health and Medical Research Centre, 50% anak obesitas akan tetap obesitas hingga dewasa. Komplikasi jangka pendek obesitas berhubungan dengan pertumbuhan tulang, sistem endokrin, kardiovaskular, dan pencernaan. 7,8

Obesitas berhubungan dengan komplikasi respiratorik seperti obstructive sleep apnoe, sindroma hipoventilasi, dan penurunan fungsi (faal) paru. Obesitas anak dan remaja juga mengakibatkan peningkatan frekuensi saluran respiratorik, gangguan toleransi saat latihan fisik, meningkatnya beban kerja respirasi dan konsumsi oksigen. 9,10

Obesitas mengakibatkan stres tambahan ventilasi saat latihan fisik, bahkan dapat mengakibatkan gangguan fungsi paru. Kenyataannya, latihan fisik lebih memberatkan pada anak obesitas dibandingkan anak sehat tanpa obesitas. Anak obesitas akan lebih mudah sesak selama latihan fisik. 9

(17)

dijumpai, dan penurunan volume statis paru berhubungan dengan derajat obesitas. 12 Namun, Tang dkk tidak menemukan perbedaan bermakna pada hasil pengukuran faal paru antara anak obesitas dan tidak obesitas setelah uji lompat selama 10 menit. 9 Basisio dkk dan Chaussain dkk juga tidak menjumpai kelainan paru yang bermakna pada anak obesitas. Dikutip dari 12

Uji faal paru adalah sebutan umum terhadap deretan studi atau manuver yang dilakukan dengan peralatan standarisasi untuk mengukur faal paru. Uji ini sejak lama dikenal orang sebagai sarana penting untuk penanganan berbagai kelainan paru. Dimasa kini, kekerapan penyakit paru dan saluran respiratorik semakin meningkat sehingga peranan uji faal paru semakin penting baik untuk diagnosis, penilaian keberhasilan terapi maupun meramalkan berbagai penyakit paru dan saluran respiratorik. Uji faal paru dapat dilakukan dengan spirometri, pengukuran volume paru, kapasitas difusi karbon monoksida dan analisa gas darah arteri. 13

Pengukuran faal paru sering sulit dilakukan pada anak karena kurang kooperatif sehingga dibuat suatu uji sederhana yang tidak membutuhkan partisipasi aktif anak. Peak flow meter (PFM) merupakan sebuah instrumen kecil, portable, murah dan mudah digunakan sebagai suatu alternatif untuk mengukur arus puncak ekspirasi. Alat ini secara luas telah digunakan pada penderita asma atau sebagai uji tapis penyakit respiratorik. 13,14

1.2. Perumusan masalah

(18)

1.3. Tujuan penelitian

Untuk membandingkan nilai arus puncak ekspirasi sebelum dan sesudah latihan fisik pada anak obesitas dan tidak obesitas

1.4. Hipotesis nol

Hipotesis nol penelitian ini adalah tidak ada perbedaan nilai arus puncak ekspirasi sebelum dan sesudah latihan fisik pada anak obesitas dan tidak obesitas.

1.5. Manfaat penelitian

1.5.1. Untuk ilmu pengetahuan

Diharapkan penelitian ini akan menambah pengetahuan tentang efek obesitas dan latihan fisik terhadap nilai arus puncak ekspirasi pada anak

1.5.2. Untuk bidang akademik

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Disfungsi saluran respiratorik pada obesitas anak 2.1.1. Efek mekanik / compliance paru

Proses pernafasan dibedakan atas 4 keadaan yaitu : 1.) Ventilasi pulmonal yaitu masuk dan keluarnya udara dari atmosfir ke paru-paru, 2.) difusi oksigen dan CO2 dari udara yang masuk ke pembuluh darah di paru, 3.) transport O2 dan CO2

dari darah ke sel, dan 4.) pengaturan ventilasi. 15

Ventilasi pulmonal terjadi akibat peristiwa mekanik respirasi yang dikenal sebagai inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi merupakan fase aktif dari ventilasi oleh kontraksi otot-otot pernafasan dan diafragma mengakibatkan volume rongga dada meningka, tekanan alveolar menurun sehingga udara mengalir ke paru dan paru mengembang. Pada ekspirasi terjadi relaksasi diafragma dan elastic recoil, volume paru menurun dan tekanan alveolar meningkat sehingga udara terdorong keluar dari paru dan paru menguncup. Peristiwa ini tergantung pada adekuatnya pompa respirator (otot-otot dan dinding dada), alat-alat mekanik saluran respiratorik dan unit penukar gas.

(20)

Pada obesitas terjadi penumpukan berlebihan dari lemak tubuh. Penumpukan lemak di dada dan abdomen membatasi pergerakan dinding dada dan diafragma, berkurangnya compliance (daya kembang) paru dan meningkatkan kerja pernafasan, terutama saat anak berbaring. Lemak akan memaksa otot-otot inspirasi bekerja lebih keras untuk mengembangkan paru. Compliance paru berkurang karena alveoli kolaps, menyebabkan paru semakin kaku dan sulit mengembang selama inspirasi. Kombinasi ini mengakibatkan meningkatnya kerja respirasi. 18,19

Gambar 1. Penumpukan lemak pada dada dan perut pada obesitas

Disfungsi dinding dada akan mengakibatkan gangguan paru-paru restriktif dengan pengurangan volume paru-paru, penurunan nilai arus absolut, rasio forced expiratory volumein1 second (FEV1) / forced vital capacity (FVC) normal,

(21)

dapat mengakibatkan obstruksi saluran nafas. Obesitas pada anak dapat menjadi penyulit tambahan pada saat intubasi. 19,20

IMPAIRMENT OF UPPER

AND LOWER MOTOR SCOLIOSIS

OVERINFLATED CHEST

OBESITY

MUSCULAR DISEASES

DECREASED IN STRENGTH AND/OR EFFICIENCY OF

P1 MAX , PE MAX

REDUCED VENTILATORY RESPONSES TO :

- CO2 TESTS

- EXERCISE TESTS

- SUSTAINED MVV TEST

REDUCED LUNG VOLUME (especially ERV and IRV

MISMATCH V/Q (VP/VT )

INCREASED MINUTE VENTILATION CHEST WALL

COMPLIANCE

HYPOXIA - HYPERCAPNIA

PULMONAL HYPERTENSION with age or

pulmonary complications

RESPIRATORY FAILURE

Gambar 2. Skema patogenesis obesitas dengan disfungsi dinding dada terhadap gagal nafas. 20

2.1.2. Resistensi sistem pernafasan

(22)

pada tingkat saluran respiratorik kecil. Resistensi respiratorik lebih meningkat pada keadaan berbaring, kemungkinan akibat penumpukan lemak di saluran respiratorik supralaring dan meningkatnya aliran darah intrapulmonal yang mengakibatkan saluran respiratorik semakin menyempit. 21 Ülger dkk mendapatkan resistensi pernafasan dan saluran nafas meningkat secara bermakna sesuai derajat obesitas, menegaskan bahwa dengan penambahan beban elastis, anak obesitas mengalami peningkatan resistensi respiratorik diakibatkan penurunan volume paru. 22

2.1.3. Kerja pernafasan

Kerja pernafasan adalah kerja yang harus dilakukan otot-otot respiratorik menghasilkan kekuatan elastik, aliran resistif paru dan dinding dada. Pada obesitas, kerja pernafasan diperkirakan 60% lebih besar dibanding normal, karena meningkatnya energi yang digunakan untuk menggerakkan diafragma. Otot respiratorik bekerja 2 kali lebih keras sehingga otot menjadi lebih cepat lelah. 18,21

2.1.4. Kekuatan dan daya tahan otot-otot pernafasan

Kekuatan otot-otot inspirasi dan ekspirasi sedikit terganggu pada obesitas, diperkirakan oleh karena adanya infiltrasi lemak pada otot dan regangan diafragma yang berlebihan. Daya tahan otot pernafasan yang diukur dengan maximal voluntary ventilation (MVV) berkurang pada obesitas. 19,21

(23)

Uji latihan fisik dilakukan untuk mengetahui adanya hiperreaktifitas bronkus, prinsipnya adalah terjadi bronkokonstriksi akibat hilangnya panas dan cairan pada mukosa saluran nafas selama latihan fisik. 23 Bronkokonstriksi yang terjadi selama atau segera setelah latihan fisik disebut sebagai exercise - induced asthma (EIA). Para ahli juga menggunakan istilah exercise – induced bronchospasm (EIB) untuk menggambarkan adanya gejala-gejala ataupun terjadinya penurunan FEV1 secara bermakna sehubungan dengan latihan fisik.

Biasanya, EIA terjadi beberapa menit setelah aktivitas fisik dan mencapai puncaknya 5 – 10 menit. Aerobik atau lari bebas selama 6 – 8 menit dapat mengidentifikasi EIA anak. Prevalensi EIA pada asma anak berkisar 60% - 95%, dapat tejadi pada sekitar 10% anak tanpa riwayat asma. 24,25

Tabel 1. Symptoms of Exercise - Induced Bronchospasm 24 Shortness of breath or wheezing

Decreased exercise endurance Chest pain or tightness with exercise Cough

Upset stomach or stomachache Sore throat

(24)

18,24

Kaplan dkk mendapatkan bahwa EIA sering terjadi pada anak obesitas.

dikutip dari 9

Ülger dkk menemukan 31,6% anak obesitas positif terhadap uji latihan fisik, dibandingkan hanya 3,3% pada kelompok kontrol. 22

Tabel 2. Mechanism of exercise intolerance in obese patients. 21

Increased resting and exercise metabolic rate High metabolic cost to move body mass Altered mechanics of chest and abdomen Low ventilatory and cardiovascular reserve Low anaerobic threshold relative to body weight Dyspnea

Deconditioning

Pulmonary hypertension Diastolic dysfunction Cardiac ischemia

Claudication microvascular disease Musculoskeletal disturbances Anxiety

2.3. Uji fungsi paru

(25)

Uji faal paru pada anak digunakan untuk : (1) mendeteksi disfungsi mekanik dari saluran nafas, (2) menentukan derajat disfungsi, dan (3) menentukan apakah disfungsi termasuk obstruktif, restriktif, ataupun gabungan keduanya. Uji fungsi paru juga berguna untuk pemantauan proses perjalanan penyakit dan menilai efek interfensi terapi akut maupun jangka panjang. 25

Pada saat ini, berbagai alat canggih telah dikembangkan untuk menilai berbagai aspek faal paru seseorang. Uji faal paru yang paling sering dilakukan pada anak adalah spirometri ekspirasi paksa yang dipakai untuk mengukur volume udara ekspirasi dan angka saat udara di ekspirasi. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan spirometer ataupun pengukur arus ekspirasi seperti pneumotachometer dan peak flow meter. Spirometer merupakan salah satu alat penting dalam penanganan penyakit paru, namun alat ini semakin rumit dan canggih sehingga harganya menjadi lebih mahal dan operasionalnya relatif relatif terbatas pada sebagian besar pelayanan kesehatan di negara kita. 26,27

2.3.1. Prinsip kerja mini wright peak flow meter

(26)

terdorong oleh arus udara yang ditiupkan melalui pipa peniup. Piston akan mendorong jarum penunjuk (marker). Karena piston dikaitkan dengan sebuah pegas, maka setelah arus berhenti, oleh gaya tarik balik (recoil) piston tertarik ke kedudukan semula dan jarum penunjuk tertinggal pada titik jangkauan piston terjauh. Nilai APE dibaca pada titik tunjuk jarum penunjuk tersebut. 14,27

Gambar 3. Penampang bujur Mini Wright Flow Meter dan bagian-bagiannya. 14 2.3.2. Pengukuran APE dengan peak flow meter

Arus puncak ekspirasi adalah nilai kecepatan maksimum arus yang dihasilkan saat ekspirasi, biasanya terjadi pada 150 milidetik pertama dari manuver ekspirasi paksa. Arus puncak ekspirasi yang diukur dengan satuan liter / menit dapat memberi peringatan dini adanya penurunan fungsi paru dan menggambarkan adanya penyempitan atau sumbatan saluran nafas. Tekanan akibat ekspirasi paksa mennyebabkan diafragma bergerak dan membuka area orifisium lebih luas. Nilai APE dipengaruhi oleh beberapa ratus mililiter udara yang dimulai dari inflasi penuh dari paru dan oleh kekuatan otot dada dan perut.

26-29

(27)

Keadaan patologis tersering mempengaruhi APE adalah gangguan struktur ataupun fungsi saluran respiratorik intratorakal yang meningkatkan resistensi arus udara. Arus puncak ekspirasi juga terganggu dengan adanya obstruksi saluran nafas ekstratorakal, kondisi yang membatasi pergerakan dinding dada ataupun fungsi otot-otot pernafasan dan integritas sistem saraf. Pada proses restriktif oleh karena penyakit paru interstisial, hilangnya volume paru disebabkan meningkatnya elastic recoil paru. 29

Dari beberapa penelitian didapatkan bahwa nilai APE berkorelasi baik dengan FEV1. Pengukuran APE di rumah dengan menggunakan PFM sederhana

lebih mudah dibandingkan mengukur FEV1, sehingga pengukuran APE setiap

harinya direkomendasikan secara internasional untuk penderita asma. 28 The Working Party of the European Respiratory Society (ERS) menegaskan bahwa secara teknis dan fisiologis, APE menggambarkan nilai perubahan volume paru.

29 Aditama dkk mendapatkan bahwa pemeriksaan APE dengan PFM

memberikan hasil yang berkorelasi kuat sekali dengan nilai volume ekspirasi paksa (VEP)1 dan kapasitas volume paksa (KVP) yang diperiksa dengan

autospirometri. 27 Namun Gharagozlou dkk menyatakan bahwa nilai APE bukanlah alternatif yang setara dengan FEV1 dalam mendiagnosa EIA, dimana

perubahan bermakna dari FEV1 dapat terjadi tanpa perubahan bermakna dari

nilai APE pada penderita asma. 30

(28)

penyempitan saluran respiratorik, dan zona merah ≤ 50% berarti saluran respiratorik besar telah menyempit. Nilai normal dan prediksi ini berbeda pada anak di Eropa, Amerika, Afrika, dan Asia. 27-29

Beberapa studi telah dilakukan untuk menghubungkan obesitas dengan fungsi paru, dimana sebagian besar peneliti mendapatkan bukti adanya restriksi dengan penurunan bermakna dari functional residual capacity (FRC), total lung capacity (TLC), dan vital capacity (VC). Penurunan FRC berkombinasi dengan rendahnya expiratory reserve volume (ERV) dimana penurunan ERV merupakan uji faal paru yang paling sensitif pada obesitas.

(29)

Gambar 5. Perbandingan kapasitas dan volume paru pada keadaan normal, penyakit restriktif, dan penyakit obstruktif.

2.4. Kerangka konsep

Gambar 6. Kerangka konsep

OBESI TAS BB

Camry® digital Weighing

scale (Kg)

TB

Heigh® Stature

Meter (cm)

BMI

APE

LATI HAN FI SI K

APE APE

APE TI DAK

OBESI TAS LAKI -LAKI

6–12 THN

(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan uji eksperimental dengan disain pre dan post test untuk membandingkan arus puncak ekspirasi sebelum dan sesudah latihan fisik pada anak obesitas dan tidak obesitas.

3.2. Tempat dan waktu

Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Harapan I Medan – Sumatera Utara. Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan Juli 2005.

3.3. Populasi peneltian

Populasi adalah anak Sekolah Dasar (SD) yang berusia 6 – 12 tahun

3.4. Sampel dan cara pemilihan sampel

3.4.1. Sampel penelitian adalah anak SD yang berusia 6 – 12 tahun yang diambil berdasarkan BMI dimana dimasukkan dalam kelompok anak obesitas bila BMI > persentil ke-95, dan kelompok anak tidak obesitas jika BMI antara persentil ke-5 – 85.

3.4.2. Jumlah anak SD yang diikutkan dalam penelitian diambil sesuai dengan perkiraan besar sampel.

(31)

Adapun besarnya sampel ditentukan dengan rumus : n = 2 ² ( Z1 - α / 2 + Z1 – ß) ²

( μ1 - μ2 ) ² n = besar sampel minimum

Z1 - α / 2 = tingkat kepercayaan = 90% = 1,96

Z1 – ß = kekuatan uji = 90% = 1,28

² = harga varians di populasi = 2,25

μ1 - μ2 = perkiraan selisih mean diteliti dengan mean populasi = 2

Dengan memakai rumus diatas, diperoleh jumlah sampel : 27 anak untuk satu kelompok.

3.6. Kriteria inklusi dan eksklusi 3.6.1. Kriteria inklusi

1. Anak sehat berdasarkan pemeriksaan fisik 2. Mendapat persetujuan tertulis dari orang tua 3. Disetujui komite medik.

3.6.2. Kriteria eksklusi

1. Menderita penyakit metabolik / kardiovaskular

2. Riwayat menderita batuk berulang, sesak nafas, atau mengi 2. Tidak mampu menyelesaikan latihan fisik

3.7. Bahan dan cara kerja 3.7.1. Bahan :

(32)

3. Tabel Indeks Masa Tubuh dari CDC NCHS WHO 2000 4. Peak Flow Meter Mini Wright APS (Low range)

3.7.2. Cara kerja

1. Data dasar anak dicatat dalam satu lembaran isian (lampiran). 2. Anak mengisi kuesioner yang disediakan peneliti.

3. Berat badan anak ditimbang dengan hanya memakai seragam sekolah tanpa sepatu. Tinggi badan diukur dengan cara anak berdiri tegak tanpa sepatu dengan tumit rapat ke dinding.

4. Indeks masa tubuh anak dihitung. Anak dimasukkan kedalam kelompok obesitas jika IMT > persentil ke-95 dan kelompok tidak obesitas jika IMT diantara persentil ke-5 - 85

5. Dilakukan pemeriksan fisik untuk menentukan anak dalam keadaan sehat dan mampu untuk melakukan latihan fisik yang akan diikuti.

6. Anak diajarkan cara menggunakan peak flow meter.

7. Kemudian anak dengan posisi berdiri tegak lurus disuruh menarik nafas dalam kemudian menghembus peak flow meter dengan ekspirasi maksimal. Hal ini dilakukan sebanyak 3 kali dan nilai tertinggi dicatat sebagai nilai APE.

8. Anak disuruh berlari bebas dengan pengawasan selama 8 menit.

9. Lima menit kemudian dilakukan kembali pengukuran arus puncak ekspirasi dengan prosedur seperti diatas (nomor 7).

3.8. Defenisi operasional

3.8.1. BMI adalah body mass index : berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat

(33)

3.8.3. Tidak obesitas : IMT antara persentil ke-5 - 85

3.8.3. APE adalah arus puncak ekspirasi : nilai udara maksimal, dengan manuver setelah inspirasi maksimal diukur saat mulai hingga akhir ekspirasi maksimal

3.8.4. Latihan fisik : bentuk aktifitas fisik yang sifatnya formal, terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.

3.9. Analisa data

Data diolah dengan SPSS for WINDOWS 12 (SPSS Inc, Chicago). Uji statistik yang dipakai untuk membandingkan antara kedua kelompok adalah t independent, Chi square, Mann Whitney, dan exact Fisher. Uji dinyatakan bermakna bila p < 0,05.

3.10. Identifikasi variabel 3.10.1. Variabel bebas Obesitas

Latihan fisik

3.10.2. Variabel terikat APE

3.11. Masalah etika 3.11.1. Izin dari orangtua

(34)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

[image:34.595.84.528.256.480.2]

4.1. Hasil

Tabel 3. Karakteristik dasar subjek penelitian Obesitas

(n = 30)

Tidak obesitas (n = 30)

p Karakteristik

Mean SD Mean SD

Usia 10.46 1.01 9.97 1.22 0.076

Berat badan 58.45 13.34 37.27 6.02 0.001

Tinggi badan 147.72 11.02 142.78 6.33 0.037

BMI 27.32 4.62 18.23 2.31 0.001

(35)
[image:35.595.87.519.118.310.2]

Tabel 4. Perbandingan nilai arus puncak ekspirasi sebelum latihan fisik Obesitas

(n = 30)

Tidak obesitas (n = 30)

p

Mean ± SD Mean ± SD

APE 236,83 ± 41,91 276,13 ± 37,87 0,0001

Persentase

80-100% 20 (33,3%) 30 (50%)

50-79% 10 (16,7%) 0 (0%)

0,001

[image:35.595.86.519.555.739.2]

Tabel 4 menunjukkan bahwa sebelum latihan fisik, rerata nilai APE pada kelompok anak obesitas adalah 236,83 l/mnt sedangkan pada kelompok anak tidak obesitas adalah 276,13 l/mnt. Pada kelompok obesitas, 10 (33,3%) anak berada di zona kuning, sedangkan pada kelompok anak normal seluruhnya berada pada zona hijau. Terdapat perbedaan bermakna nilai APE pada kedua kelompok.

Tabel 5. Perbandingan nilai arus puncak ekspirasi sesudah latihan fisik Obesitas

(n = 30)

Tidak obesitas (n = 30)

p

Mean ± SD Mean ± SD

APE 222,03 ± 41,35 266,37 ± 38,57 0,0001

Persentase

80-100% 16 (26,7%) 27 (45,0%)

50-79% 14 (23,3%) 3 (5%)

0,0002

(36)
[image:36.595.87.535.257.566.2]

kelompok anak tidak obesitas menjadi 266,37 l/mnt. Ada 14 anak dari kelompok obesitas dan 3 anak dari kelompok anak tidak obesitas yang berada pada zona kuning.

Tabel 6. Perbandingan APE sebelum dan sesudah latihan fisik pada masing-masing kelompok

Sebelum Sesudah p

Obesitas (n = 30)

APE 236,83 ± 41,91 222,03 ± 41,35 0,0001 Persentase

80-100% 20 (33,3%) 16 (26,7%) 0,292 50-79% 10 (16,7%) 14 (23,3%)

Tidak obesitas (n = 30)

APE 276,13 ± 37,87 266,37 ± 38,57 0,0002 Persentase

80-100% 30 (50,0%) 27 (45,0%) 0,237 50-79% 0 (0%) 0 (0%)

Terdapat perbedaan yang bermakna pada penurunan APE pada kedua kelompok sampel, walaupun penurunan pada kelompok anak tidak obesitas tidak sebesar penurunan pada kelompok anak obesitas (tabel 6).

4.2. Pembahasan

(37)

sama. 7 Dalam penelitian ini sampel adalah anak laki-laki dengan usia dan tinggi badan yang tidak berbeda bermakna, namun berat badan berbeda bermakna secara statistik.

Masalah pernafasan yang berhubungan dengan obesitas terjadi ketika beban tambahan pada dinding dada menekan paru dan mengakibatkan restriksi pernafasan. Obesitas menyebabkan gangguan pada mekanik pernafasan, resistensi aliran udara, pola pernafasan, dan pertukaran gas, yang berhubungan dengan ketidaknormalan pada hasil uji faal paru. Perubahan faal paru ini berhubungan dengan pertambahan berat badan progresif, yang terutama disebabkan berkurangnya daya kembang dinding dada akibat bertambahnya tumpukan jaringan lemak. 21

Banyak peneliti mencoba mendapatkan hubungan antara komposisi tubuh dengan fungsi pernafasan. Fungsi paru terganggu pada penderita obesitas, dan gangguan meningkat seiring dengan peningkatan berat badan. 15 Zerah dkk mendapatkan bahwa frekuensi pernafasan pada penderita obesitas lebih tinggi 25 – 40% dibandingkan orang normal. 32 Luder dkk pada studinya di suatu klinik asma mendapatkan hubungan obesitas dengan penggunaan obat-obatan lebih banyak, nilai APE lebih rendah, dan lebih sering tidak masuk sekolah. Dikutip

dari 10 Ülger dkk meneliti efek obesitas terhadap uji faal pernafasan dan

hubungan antara derajat obesitas dengan parameter uji fungsi pernafasan pada 30 anak obesitas . Hasil yang didapat adalah nilai dasar FVC, FEV1, APE, dan

FEV25-75 pada kelompok anak obesitas lebih rendah dibanding kelompok kontrol. 22

(38)

Penurunan berat badan mengakibatkan peningkatan bermakna dari fungsi paru, dimana diet dan tindakan bedah pada obesitas morbid dapat digunakan untuk meningkatkan parameter spesifik paru dan fungsi otot-otot pernafasan. Hakala dkk pada penelitiannya pada pasien asma yang obesitas mendapatkan bahwa penurunan berat badan dapat mengurangi obstruksi saluran nafas dan variabilitas APE, yang memberi kesan bahwa penurunan berat badan meningkatkan mekanik paru-paru dan merupakan kontrol yang baik terhadap obstruksi saluran nafas. 33 Penelitian lain mendapatkan bahwa setelah penurunan berat badan, didapati peningkatan bermakna dari FRC, volume residual, TLC, dan volume arus ekspirasi. Dikutip dari 18

Sesak nafas, batuk, dan mengi setelah latihan fisik merupakan pertanda dari exercise-induced bronchospasm, yang disangkakan dengan adanya riwayat gejala dan dikonfirmasi dengan uji latihan fisik. Beberapa jenis latihan fisik telah digunakan seperti treadmill, sepeda dan dayung ergometer, tetapi respon tertinggi didapatkan dari lari bebas. 34 Beberapa peneliti mempertimbangkan treadmill sebagai pencetus respon bronkial yang paling baik karena intensitas dan kondisi lingkungan dimana uji dilakukan dapat lebih terkontrol. Namun De la Rubia dkk berpendapat bahwa lari bebas merupakan latihan fisik yang paling mencetuskan asma. Dalam studinya dimana kondisi lingkungan, intensitas latihan fisik dan status saluran respiratorik diawasi selama latihan fisik, tidak ada perbedaan yang bermakna dari nilai spirometri setelah uji lari bebas dan treadmill. 35

(39)

setelah akhir latihan, dan akan mengalami pemulihan dalam 30 – 45 menit. 24 Uji latihan fisik yang dilakukan pada penelitian ini berupa lari bebas dibawah pengawasan selama 8 menit. Latihan fisik dilakukan pada pagi hari yaitu pukul 08.00 – 09.00 WIB dimana kondisi lingkungan masih dapat terjaga. Pengukuran APE dilakukan sesaat sebelum dan 5 menit setelah latihan fisik dilakukan.

Mengingat tehnik dan alat yang sederhana, pemeriksaan APE dengan PFM dapat dipergunakan secara luas. Namun harus diingat beberapa kelemahan dari pemeriksaan APE dengan PFM seperti kemasan, daya tahan alat, terbatasnya fungsi paru yang diukur, dan lain-lain. Setelah pemakaian berulang kali, ada kemungkinan terjadi metal fatique pada pegas Mini Wright Flow Meter. 14,27 Wirjodiardjo dkk menganggap perlu dilakukan penelitian mengenai banyaknya pemakaian terhadap ketepatan dan reprodusibilitas alat Mini Wright Flow Meter. 14 Kotses dkk melaporkan bahwa antara sesama Mini Wright Flow Meter pun terdapat perbedaan yang harus diperhitungkan, sehingga dalam pengukuran sebaiknya dipakai alat yang sama dan jangan diganti-ganti.

Dikutip dari 14

Peak flow meter yang dipakai pada penelitian ini masih baru dan setiap anak menggunakan PFM yang sama untuk pengukuran APE sebelum dan sesudah latihan fisik.

(40)

meskipun APE merupakan cara yang penting pada penatalaksanaan asma, namun tidak sensitif dalam mendeteksi fungsi saluran nafas kecil, dan sebaiknya penggunaan di rumah diikuti dengan pengukuran spirometri secara regular. 36 Wirjodiardjo dkk merekomendasikan bahwa hasil pengukuran APE dengan alat sederhana (misalnya Mini Wright Flow Meter), terutama pada anak, harus dikonversikan kepada nilai baku yang diukur dengan spirometer elektronik. 14 Pada penelitian ini, nilai APE yang didapat dengan menggunakan Mini Wright Peak Flow Meter dikonversikan kepada nilai baku spirometer elektronik AS-800.

(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Arus puncak ekspirasi pada anak obesitas lebih rendah sebelum ataupun sesudah latihan fisik dibandingkan anak tidak obesitas.

5.2. Saran

(42)

DAFTAR PUSTAKA

1. Flodmark CE, Lissau I, Moreno LA, Pietrobelli A, Widhalm K. New insight into the field of child and adolescents’ obesity : the european perspective. Intern J Obes 2004;28:1189-96

2. Moran R. Evaluation and treatment of childhood obesity. Am Fam Physician 1999;59:859-73

3. Sjarif DR. Obesitas pada anak dan permasalahannya. Dalam : Trihono PP, Pudjiarto SP, Sjarif DR, penyunting. Hot Topics in Pediatrics II. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XLV, 18 – 19 Februari 2002. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2002. h. 219-32

4. Kamelia E. Kejadian obesitas pada anak usia 10 – 13 tahun di tiga sekolah dasar negeri dan tiga sekolah dasar swasta Kotamadya Medan. Medan : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK USU, 1999. Tesis

5. Donohoue PA. Obesity. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: Saunders; 2004. h. 173-7

6. Deane S, Thomson A. Obesity and the pulmonologist. Arch Dis Child 2006;91:188-91

7. McLennan J. Obesity in children : tackling a growing problem. Austr Fam Physic 2004;33:33-6

8. Collins LC, Walker JF, Peiris AN. The effect of body fat distribution on pulmonary function tests. Chest 1995;107:1298-302

9. Tang RB, Chao T, Chen SJ, Lai CC. Pulmonary function during exercise in obese children. Chinese Med J 2001;64:403-7

10. Belamarich PF, Luder E, Kattan M, Mitchell H, Islam S, Lynn H, et al. Do obese inner-city children with asthma have more symptoms than nonobese children with asthma?. J Pediatr 2000;106:1436-41

11. Von Mutius E, Schwartz J, Neas LM, Dockery D, Weiss ST. Relation of body mass index to asthma and atopy in children : the National Health and Nutrition Examination Study III. Thorax 2001;56:835-8

(43)

13. Haddad GG, Palazzo RM. Diagnostic approach to respiratory disease. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: Saunders; 2004. h. 1375-9

14. Wirjodiardjo M, Said M, Boediman HI. Perbandingan hasil pengukuran peak flow rate antara mini Wright peak flow meter dengan spirometer elektronik pada anak. Majalah Kedokteran Indonesia 1992;42:575-84

15. Effendi H, Yazir Y. Ventilasi pulmonal. Dalam : Effendi H, Yazir Y, penyunting. Fisiologi pernafasan dan patofisiologinya. Bandung : Penerbit Alumni, 1980. h. 1 - 23

16. Chernick V, West JB. The functional basis of respiratory disease. Dalam : Chernick V, Boat TF, Wilmott RW, Bush A, penyunting. Kendig’s Disorders of the Respiratory Tract in Children. Edisi ke-7. Philadelphia: Elsevier Inc; 2006. h. 29 – 64

17. Fontán JJP, Haddad GG. Respiratory pathophysiology. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: Saunders; 2004. h. 1362-73

18. Poulain M, Doucet M, Major GC, Drapeau V, Sèriés F, Boulet LP, et al. The effect of obesity on chronic respiratory diseases : pathophysiology and therapeutic strategies. CMAJ 2006;174:1293-9

19. Charlebois D, Wilmoth D. Critical care of patients with obesity. Crit Care Nurse 2004;24:19-27

20. Praud JP, Canet E. Chest wall function and dysfunction. Dalam : Chernick V, Boat TF, Wilmott RW, Bush A, penyunting. Kendig’s Disorders of the Respiratory Tract in Children. Edisi ke-7. Philadelphia: Elsevier Inc; 2006. h. 733-43

21. Sharma G, Rochester CL. Respiratory complications of obesity. Chest 2004;18:16-26

22. Ülger Z, Demir E, Tanaç R, Gökşen D, Gülen F, Darcan Ş, Can D, Çoker M. The effect of childhood obesity on respiratory function tests and airway hyperresponsiveness. Turk J Pediatr 2006;48:43-50

(44)

24. Sinha T, David AK. Recognition and management of exercise-induced bronchospasm. Am Fam Physician 2003;67:769-74

25. Liu AH, Spahn JD, Leung DYM. Childhood asthma. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: Saunders; 2004. h. 760-74

26. Castile RG. Pulmonary function testing in children. Dalam : Chernick V, Boat TF, Wilmott RW, Bush A, penyunting. Kendig’s Disorders of the Respiratory Tract in Children. Edisi ke-7. Philadelphia: Elsevier Inc; 2006. h. 168-85

27. Aditama YT, Mangunnegoro H, Fachrurodji H, Depari, Saharawati. Penggunaan arus puncak ekspirasi maksimal dalam penilaian faal paru. Medika 1987;7:670-1

28. Eid N, Yandell B, Howell L, Eddy M, Sheikh S. Can peak expiratory flow predict airflow obstruction in children with asthma?. Pediatrics 2000;105:354-8

29. Quanjer PH, Gregg LI, Miller MR, Pedersen OF. Peak expiratory flow : conclusion and recommendations of a Working Party of the European Respiratory Society. Eur Respir j 1997;10:Suppl.24,2s-8s

30. Gharagozlou M, Kompani F, Movahedi M. Comparison between peak expiratory flow rate and forced expiratory volume in one second in the evaluation of children suspected to have asthma. Iran J Allergy, Asthma Immunol 2004:3(1):21-4

31. Custovic A, Arifhodzic N, Robinson A, Woodcock A. Exercise testing revisited. Chest 1994;105:1127-32

32. Zerah F, Harf A, Perlemuter L, Lorino H, Lorino AM, Atlan G. Effects of obesity on respiratory resistance. Chest 1993;103:1470-6

33. Hakala K, Aarniala BS, Sovijarvi A. Effects of weight loss on peak flow variability, airways obstruction, and lung volumes in obese patients with asthma. Chest 2000;118:1315-21

(45)

35. De la Rubia SG, Fernandez MJP, Solis MS, Moro IMG, Flores DP, Ahumada MP. Exercise-induced asthma in children : a comparative study of free and treadmill running. Ann Allergy Asthma Immunol 1998;80:232-6 36. Goldberg S, Springer C, Avital A, Godfrey S, Bar-Yishay E. Can peak

(46)

Lampiran 1

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN

Dengan ini, saya / orangtua dari :

Nama : ... Usia : ...Tahun ...Bulan ...

Jenis kelamin : LK / PR

Alamat : ...

Sudah mempelajari dan mendapat penjelasan yang sejelas-jelasnya mengenai penelitian dengan judul :

” PERBANDINGAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI SEBELUM DAN SESUDAH LATIHAN FISIK PADA ANAK OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS ”

Dan sesudah mengetahui dan menyadari sepenuhnya risiko yang mungkin terjadi, saya menyatakan bahwa saya mengizinkan dengan rela, anak saya menjadi subyek penelitian dengan catatan sewaktu-waktu bisa mengundurkan diri apabila merasa tidak mampu mengikuti penelitian ini. Demikian pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun.

Medan, ... 2005 Yang membuat pernyataan

(...) Saksi :

Kepala Sekolah Pimpinan Penelitian

(...) (Dr. Febrina Z. Siregar)

(47)

Tanggal : No. :

LEMBAR FORMAT PENELITIAN

PERBANDINGAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI SEBELUM DAN SESUDAH LATIHAN FISIK PADA ANAK OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS

I. IDENTIFIKASI SAMPEL

1. NAMA :

2. JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI / PEREMPUAN *

3. USIA : TAHUN

4. NAMA AYAH :

5. NAMA IBU :

II. DATA PENELITIAN

1. Berat badan : kg

2. Tinggi badan : cm

3. BMI : kg/m²

4. Tekanan darah : mmHg

5. Frekuensi jantung : kali / menit

6. Frekuensi napas : kali / menit

III. KUESIONER

1. Apakah ada menderita batuk selama 3 bulan terakhir ?

A. Ya b. Tidak

2. Apakah pernah menderita sesak nafas ?

A. Ya b. Tidak

3. Apakah ada keluarga (ayah / ibu / kakak / adik) yang menderita sesak

nafas ?

A. Ya b. Tidak

Keterangan :

(48)

Lampiran 4

Daftar nilai baku fungsi paru anak usia SD 28

Umur 6 tahun

Laki-laki Perempuan

Tinggi

Badan APE FEV1 FVC

Tinggi

Badan APE FEV1 FVC

110 139 947 1122 110 120 881 1047

111 140 954 1131 111 123 893 1062

112 142 961 1140 112 126 905 1077

113 144 968 1148 113 129 917 1092

114 145 974 1157 114 132 929 1107

115 147 981 1165 115 135 942 1123

116 149 988 1174 116 138 954 1138

117 150 995 1183 117 141 966 1153

118 152 1001 1191 118 144 978 1168

119 154 1008 1200 119 147 990 1184

120 155 1015 1209 120 150 1003 1199

121 157 1022 1217 121 153 1015 1214

122 159 1028 1226 122 156 1027 1229

123 160 1035 1235 123 159 1039 1244

124 162 1042 1243 124 162 1051 1260

125 164 1049 1252 125 165 1063 1275

126 165 1055 1261 126 168 1076 1290

127 167 1062 1269 127 171 1088 1305

128 169 1069 1278 128 174 1100 1321

129 170 1076 1286 129 177 1112 1336

130 172 1082 1295 130 180 1124 1351

131 174 1089 1304 131 183 1137 1366

132 175 1096 1312 132 186 1149 1381

133 177 1103 1321 133 189 1161 1397

(49)

Umur 7 tahun

Laki-laki Perempuan

Tinggi

Badan APE FEV1 FVC

Tinggi

Badan APE FEV1 FVC

110 140 892 1071 110 138 983 1172

111 142 911 1094 111 139 994 1186

112 144 930 1116 112 141 1005 1199

113 146 949 1139 113 142 1016 1213

114 148 968 1162 114 144 1027 1227

115 151 987 1185 115 146 1038 1240

116 153 1006 1208 116 147 1049 1254

117 155 1025 1231 117 149 1060 1268

118 157 1044 1254 118 150 1071 1281

119 159 1064 1277 119 152 1082 1295

120 161 1083 1300 120 153 1093 1308

121 163 1102 1323 121 155 1104 1322

122 166 1121 1346 122 157 1115 1336

123 168 1140 1368 123 158 1126 1349

124 170 1159 1391 124 160 1137 1363

125 172 1178 1414 125 161 1148 1377

126 174 1197 1437 126 163 1159 1390

127 176 1216 1460 127 164 1170 1404

128 178 1235 1483 128 166 1181 1418

129 181 1254 1506 129 168 1192 1431

130 183 1273 1529 130 169 1203 1445

131 185 1292 1552 131 171 1214 1458

132 187 1312 1575 132 172 1225 1472

(50)

Umur 8 tahun

Laki-laki Perempuan

Tinggi

Badan APE FEV1 FVC

Tinggi

Badan APE FEV1 FVC

112 150 931 1117 112 142 991 1185

113 153 956 1146 113 144 1007 1203

114 155 980 1176 114 147 1022 1222

115 158 1005 1205 115 149 1038 1241

116 160 1029 1235 116 151 1053 1259

117 162 1054 1264 117 153 1069 1278

118 165 1078 1294 118 156 1084 1297

119 167 1103 1323 119 158 1100 1315

120 170 1127 1353 120 160 1115 1334

121 172 1152 1382 121 162 1130 1353

122 175 1177 1412 122 165 1146 1371

123 177 1201 1441 123 167 1161 1390

124 179 1226 1471 124 169 1177 1409

125 182 1250 1500 125 171 1192 1427

126 184 1275 1530 126 173 1208 1446

127 187 1299 1559 127 176 1223 1465

128 189 1324 1589 128 178 1239 1483

129 191 1348 1618 129 180 1254 1502

130 194 1373 1648 130 182 1269 1521

131 196 1398 1677 131 185 1285 1540

132 199 1422 1707 132 187 1300 1558

133 201 1447 1736 133 189 1316 1577

134 203 1471 1766 134 191 1331 1596

135 206 1496 1795 135 194 1347 1614

(51)

Umur 9 tahun

Laki-laki Perempuan

Tinggi

Badan APE FEV1 FVC

Tinggi

Badan APE FEV1 FVC

114 139 923 1101 114 151 996 1191

115 143 949 1133 115 153 1017 1217

116 147 976 1165 116 156 1039 1243

117 151 1002 1197 117 158 1068 1269

118 155 1029 1229 118 160 1081 1295

119 159 1055 1261 119 162 1102 1320

120 163 1082 1293 120 165 1124 1346

121 167 1108 1325 121 167 1145 1372

122 171 1135 1357 122 169 1166 1398

123 175 1161 1389 123 171 1187 1424

124 179 1188 1421 124 174 1208 1450

125 183 1214 1453 125 176 1230 1476

126 186 1241 1485 126 178 1251 1502

127 190 1267 1517 127 180 1273 1527

128 194 1294 1549 128 183 1294 1553

129 198 1320 1581 129 185 1315 1579

130 202 1347 1613 130 187 1336 1605

131 206 1373 1645 131 189 1358 1631

132 210 1400 1677 132 192 1379 1657

133 214 1426 1709 133 194 1400 1683

134 218 1453 1741 134 196 1421 1708

135 222 1479 1773 135 198 1443 1734

136 226 1506 1808 136 201 1464 1760

137 230 1532 1837 137 203 1485 1786

138 234 1559 1869 138 205 1507 1812

139 238 1585 1901 139 207 1528 1838

140 242 1612 1933 140 210 1549 1864

141 245 1638 1965 141 212 1570 1890

142 249 1665 1997 142 214 1592 1915

(52)

Umur 10 tahun

Laki-laki Perempuan

Tinggi

Badan APE FEV1 FVC

Tinggi

Badan APE FEV1 FVC

117 180 1030 1226 117 153 1022 1217

118 184 1056 1258 118 157 1047 1248

119 187 1082 1290 119 160 1073 1279

120 191 1108 1321 120 164 1098 1310

121 194 1134 1353 121 167 1124 1341

122 197 1161 1385 122 171 1149 1372

123 201 1187 1416 123 174 1174 1403

124 204 1213 1448 124 178 1200 1434

125 207 1239 1480 125 181 1225 1464

126 211 1266 1511 126 185 1251 1495

127 214 1292 1543 127 189 1276 1526

128 217 1318 1575 128 192 1301 1557

129 221 1344 1606 129 196 1327 1588

130 224 1371 1638 130 199 1352 1619

131 228 1397 1670 131 203 1378 1650

132 231 1423 1701 132 206 1403 1681

133 234 1449 1733 133 210 1429 1712

134 238 1475 1765 134 213 1454 1743

135 241 1502 1796 135 217 1479 1774

136 244 1528 1828 136 220 1505 1805

137 248 1554 1860 137 224 1530 1836

138 251 1580 1891 138 227 1556 1867

139 254 1607 1923 139 231 1581 1898

140 258 1633 1955 140 235 1606 1929

141 261 1659 1986 141 238 1632 1960

142 264 1685 2018 142 242 1657 1991

143 268 1712 2050 143 245 1683 2022

144 271 1738 2081 144 249 1708 2053

145 275 1764 2113 145 252 1733 2083

146 278 1790 2145 146 256 1759 2114

(53)

Umur 11 tahun

Laki-laki Perempuan

Tinggi

Badan APE FEV1 FVC

Tinggi

Badan APE FEV1 FVC

117 241 1044 1243 117 228 1031 1231

118 242 1074 1279 118 229 1061 1268

119 243 1103 1315 119 230 1092 1304

120 243 1133 1351 120 232 1122 1348

121 244 1163 1386 121 233 1153 1377

122 244 1182 1422 122 234 1183 1413

123 246 1222 1458 123 235 1213 1450

124 246 1252 1494 124 236 1244 1486

125 247 1281 1530 125 237 1274 1523

126 248 1311 1586 126 238 1305 1569

127 249 1341 1602 127 239 1335 1596

128 249 1370 1637 128 240 1365 1632

129 250 1400 1673 129 242 1396 1669

130 251 1430 1709 130 243 1426 1705

131 252 1459 1745 131 244 1457 1742

132 252 1489 1781 132 245 1487 1778

133 253 1518 1817 133 246 1517 1815

134 254 1548 1833 134 247 1548 1851

135 255 1578 1888 135 248 1578 1887

136 256 1608 1934 136 249 1609 1904

137 257 1637 1989 137 250 1639 1936

138 257 1687 2005 138 251 1669 1997

139 258 1697 2032 139 253 1700 2033

140 259 1725 2088 140 254 1730 2070

141 259 1756 2104 141 255 1761 2106

142 260 1786 2135 142 256 1791 2143

143 260 1815 2175 143 257 1821 2179

144 261 1845 2211 144 258 1852 2216

145 262 1874 2247 145 259 1882 2252

146 263 1904 2283 146 260 1913 2289

147 263 1934 2319 147 261 1943 2326

148 264 1983 2355 148 263 1973 2381

149 265 1993 2390 149 264 2004 2398

(54)

Umur 12 tahun

Laki-laki Perempuan

Tinggi

Badan APE FEV1 FVC

Tinggi

Badan APE FEV1 FVC

124 249 1103 1313 124 244 1073 1254

125 251 1138 1355 125 246 1107 1306

126 253 1173 1397 126 248 1142 1348

127 254 1208 1440 127 249 1176 1390

128 256 1243 1482 128 251 1210 1432

129 258 1278 1525 129 252 1245 1475

130 260 1313 1567 130 254 1279 1517

131 262 1348 1609 131 256 1313 1559

132 264 1383 1652 132 257 1348 1601

133 266 1418 1694 133 259 1382 1643

134 268 1453 1737 134 261 1416 1685

135 269 1489 1779 135 262 1451 1727

136 271 1524 1822 136 264 1485 1769

137 273 1559 1864 137 266 1519 1811

138 275 1594 1906 138 267 1554 1853

139 277 1629 1949 139 269 1588 1895

140 279 1664 1991 140 271 1623 1937

141 281 1699 2034 141 272 1657 1980

142 283 1734 2076 142 274 1691 2022

143 284 1769 2118 143 275 1726 2064

144 286 1804 2161 144 277 1760 2106

145 288 1839 2203 145 279 1794 2148

146 290 1874 2246 146 280 1829 2190

147 292 1910 2288 147 282 1863 2232

148 294 1945 2330 148 284 1897 2274

149 296 1980 2373 149 285 1932 2316

150 298 2015 2415 150 287 1966 2358

151 299 2050 2458 151 289 2000 2400

152 301 2085 2500 152 290 2035 2442

153 303 2120 2542 153 292 2069 2484

154 305 2155 2585 154 294 2103 2527

155 307 2190 2627 155 295 2138 2589

156 309 2225 2670 156 297 2172 2611

(55)

Lampiran 5.

Konversi nilai APE (L/mnt) dari Mini Wright Flowmeter ke Spirometri AS-800 (MINATO) 29

Mini Flowmeter AS-800 Mini Flowmeter AS-800

(56)
[image:56.595.112.540.162.712.2]

Lampiran 6

(57)

RINGKASAN

Obesitas berhubungan dengan komplikasi pernafasan dan penurunan volume paru. Obesitas meningkatkan stres pernafasan pada ventilasi selama latihan fisik dan dapat menimbulkan gangguan fungsi paru. Uji faal paru dapat digunakan untuk konfirmasi diagnostik, respon terhadap terapi ataupun prediksi penyakit paru dan saluran respiratorik. Salah satu cara praktis untuk menilai faal paru adalah dengan menggunakan ”Peak Flow Meter ” (PFM) untuk mengukur arus puncak ekspirasi (APE) yang dapat memberikan peringatan dini adanya penurunan fungsi paru.

Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan nilai arus puncak ekspirasi sebelum dan sesudah latihan fisik pada anak obesitas dan tidak obesitas usia 6 – 12 tahun.

Suatu uji eksperimental dengan disain pre dan post test dilakukan pada 30 anak Sekolah Dasar dengan Body Mass Index (BMI) antara persentil ke- 5 – 85 (kelompok tidak obesitas), dan 30 anak dengan BMI > persentil ke-95 (kelompok obesitas). Arus puncak ekspirasi diukur dengan peak flow meter sebelum dan 5 menit setelah latihan fisik selama 8 menit. Berat badan, tinggi badan dan BMI diukur sebelum latihan fisik.

(58)

SUMMARY

Obesity has been associated with respiratory complications and it is believed to reduce lung volume. Obesity imposes additional stress to ventilation during exercise and it may even result in pulmonary function impairment. Lung function tests can be useful to confirmed the diagnostic, respons of therapy or predicting the lung and respiratory diseases. The peak flow meter is an inexpensive, practical way to measure lung function, can serve as an early warning sign of a decrease in lung function.

The aim of this study is to compare the Peak Expiratory Flow Rate before and after physical exercise on obese and non obese primary – school boys (age 6 – 12 years).

An experimental study using pre and posttest design was performed on 30 obese children (BMI above the 95th percentile) and 30 non obese children (BMI between the 5th – 85th percentile), by using Mini Wright Peak Flow Meter to evaluate the Peak Expiratory Flow Rate (PEFR) before and after 8 minutes physical exercise. Height, weight, and Body Mass Index were determined before testing.

(59)

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : Febrina Zulhidayati Siregar Tanggal lahir : 6 Februari 1972

Tempat lahir : Medan NIP : -

Alamat : Jl. Karya I N0. 14 Medan Nama suami : Irsan Parulian Panjaitan, SE Nama anak : 1. M. Firza Akbar Panjaitan

2. M. Kafie Yadaska Panjaitan

Pendidikan

1. Sekolah Dasar di SD Yayasan Pendidikan Harapan I Medan, tamat tahun 1984

2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Yayasan Pendidikan Harapan I Medan, tamat tahun 1987

3. Sekolah Menengah Atas di SMAN 11 Medan, tamat tahun 1990 4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, tamat tahun 1997

Riwayat Pekerjaan

1. Dokter PTT di Puskesmas Muliorejo, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara, tahun 1997 – 2000

Pendidikan Spesialis

(60)

2. Pendidikan Tahap I : 01 – 01 – 2003 s/d 31 – 12 – 2003 3. Pendidikan Tahap II : 01 – 01 – 2004 s/d 31 – 12 – 2004 4. Pendidikan Tahap III : 01 – 01 – 2005 s/d 31 – 12 – 2005 5. Penelitian dan tesis : Juli 2005 dan September 2007

Gambar

Gambar 1. Penumpukan lemak pada dada dan perut pada obesitas
Gambar 2. Skema patogenesis obesitas dengan disfungsi dinding dada terhadap
Tabel 1.  Symptoms of Exercise - Induced Bronchospasm   24
Tabel 2.  Mechanism of exercise intolerance in obese patients.   21
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan : Terdapat pengaruh merokok terhadap penurunan arus puncak ekspirasi pada perokok aktif &amp; pasif di Kelurahan Barabai Baratx. Kata kunci : Rokok, arus

yang berkaitan dengan pengaruh latihan pernafasan diafragma terhadap arus puncak ekspirasi pada anak yang mempunyai hobi renang usia 9-15 tahun. Bagi

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Latihan Pernapasan Buteyko terhadap Arus Puncak Ekspirasi (APE) pada Penderita Asma Mahasiswa

Skripsi dengan judul “Perbedaan Nilai Arus Puncak Ekspirasi antara Karyawan Bagian Produksi dan Karyawan Bagian Administrasi di Pabrik Tekstil Safarijunie Textindo Banyudono Boyolali

Skripsi dengan judul Perbedaan Persentase Nilai Arus Puncak Ekspirasi (APE) Pada Wanita yang Terpapar dan Tidak Terpapar Asap Obat Nyamuk Bakar Di Bekonang

Tujuan Penelitian : Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ada pengaruh infra merah dan latihan nafas terhadap peningkatan arus puncak ekspirasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dibahas pada bab sebelumnya tentang pengaruh Latihan Pernapasan Buteyko terhadap Arus Puncak Ekspirasi (APE)

Hasil uji statistik nilai t=506 dengan p=616, (&gt;0.05) berarti tidak ada perbedaan yang signifikan rerata arus puncak ekspirasi sesudah senam asma pada