• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Arus Puncak Ekspirasi pada Anak Perokok Pasif Dan Bukan Perokok Pasif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Arus Puncak Ekspirasi pada Anak Perokok Pasif Dan Bukan Perokok Pasif"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA ANAK

PEROKOK PASIF DAN BUKAN PEROKOK PASIF

TESIS

FITRI YANTI 077103003/IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PERBANDINGAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA ANAK PEROKOK PASIF DAN BUKAN PEROKOK PASIF

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik (Anak) dalam Program Magister Kedokteran Klinik

Konsentrasi Kesehatan Anak

pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

FITRI YANTI 077103003/IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : Perbandingan Arus Puncak Ekspirasi pada Anak Perokok Pasif Dan Bukan Perokok Pasif

Nama : Fitri Yanti

Nomor Induk Mahasiswa : 077103003

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak

Menyetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ridwan M Daulay, SpA(K) Ketua

Dr. Muhammad Ali, SpA(K) Anggota

Ketua Program Magister Ketua TKP PPDS

Prof.dr.H.Munar Lubis, SpA(K) dr. H.ZainuddinAmir, SpP(K)

(4)

Telah diuji pada Tanggal: 20 Juli 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahNya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga

dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas

akhir pendidikan Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Kesehatan Anak di

FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala

kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua

pihak di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan

penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pembimbing utama Dr. Ridwan M. Daulay, SpA(K), Dr. Muhammad Ali

SpA(K), yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran

yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian

tesis ini

2. Dr. Helmi Lubis, SpA (K), Dr. Wisman Dalimunthe, SpA dan Dr. Rini S

Daulay, M. Ked (Ped), SpA yang telah sangat banyak membimbing serta

(6)

3. Prof. Dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Program Pendidikan

Dokter Spesialis Anak FK- USU dan Dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K),

sebagai sekretaris program yang telah banyak membantu dalam

menyelesaikan tesis ini.

4. Prof. Dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K), selaku Kepala BIKA Fakultas

Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan periode 2003-2006 dan

Dr. H. Ridwan M Daulay, SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan

periode 2006-2010, yang telah memberikan bantuan dalam penelitian

dan penyelesaian tesis ini.

5. Seluruh staf pengajar di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H.

Adam Malik Medan, yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam

pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini

6. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. DR. dr. H. Syahril Pasaribu,

DTM&H, MSc (CTM), SpA(K) dan Rektor periode sebelumnya Prof. Dr.

H. Chairuddin P Lubis, DTM&H, SpA(K) serta Dekan FK-USU Prof. dr.

Gontar Alamsyah Siregar, SpPD (KGEH) yang telah memberikan

kesempatan untuk mengikuti program pendidikan Dokter Spesialis Anak

di FK- USU

7. Para kepala sekolah dan guru-guru Sekolah Dasar Negeri 050707 Desa

(7)

Sumatera Utara yang telah memberikan izin dan fasilitas pada penelitian

ini sehingga dapat terlaksana dengan baik

8. Teman-teman seangkatan yang tidak mungkin bisa saya lupakan,

Syarifah Julinawati, Fera Wahyuni, Mahrani Lubis, Athaillah, Tri Faranita,

Amalia Utami Putri, Suratmin, Dewi Sari, Ari Kurniasih, Handri Anta yang

selama empat tahun bersama-sama dalam suka dan duka, terima kasih

atas dukungan dan bantuannya selama ini

9. Teman sejawat PPDS Bagian Ilmu Kesehatan Anak terutama Karina

Sugih Arto, Rizki Ardiansyah, Ade Rachmad Yudianto dan semua pihak

yang telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta

penulisan tesis ini.

Teristimewa untuk suami tercinta Dr. Muhammad Rizki Yaznil dan ananda

tersayang Assya Az Zahra dan Muhammad Yazfi, terima kasih atas doa,

pengertian, dukungan dan pengorbanan tanpa kenal lelah yang telah

diberikan selama penulis menempuh pendidikan. Mudah-mudahan Allah

SWT senantiasa melimpahkan rahmat, rezeki, dan karunia Nya buat kita

semua.

Kepada yang tercinta orangtua, Suhaimi dan Siti Rahmah serta

kakak-kakak Rahmi Marlinda dan Yuliana dan adik Dr. Efzah serta mertua dr.

Muhammad Yazim Yakub, SpOG dan Dra. Nilzami R. Yazim, M.Hum yang

selalu mendoakan, memberikan dorongan, bantuan moril dan materil selama

(8)

dukungan selama penulis menyelesaikan pendidikan ini. Semoga Allah SWT

senantiasa melimpahkan kasih sayang dan karuniaNya kepada kita semua

dan segala budi baik yang telah diberikan mendapat balasan yang

setimpal dari Allah Yang Maha Kuasa.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini

bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, Mei 2010

(9)

DAFTAR ISI 2.3. Mekanisme Paparan Asap Rokok pada

Pengurangan Fungsi Paru 6

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 12

3.6. Persetujuan 13

3.7. Etika Penelitian 13

3.8. Cara Kerja 13

3.9. Identifikasi Variabel 14

3.10. Defenisi Operasional 14

3.11. Rencana dan Pengolahan Analisis Data 15

BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.1. Data Demografik dan Karakteristik Subyek 17 4.2. Perbedaan Arus Puncak Ekspirasi pada Perokok

Pasif dan Bukan Perokok Pasif 19

4.3. Distribusi Rata-Rata Arus Puncak Ekspirasi

(10)

BAB 5. PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Subyek Penelitian 21 5.2. Perbedaan Arus Puncak Ekspirasi pada Perokok

Pasif dan Bukan Perokok Pasif 23 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan 27

6.2. Saran 27

RINGKASAN 28

DAFTAR PUSTAKA 32

Lampiran

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Data demografik subyek 18

Tabel 4.3 Distribusi rata-rata arus puncak ekspirasi

menurut lama paparan dan jumlah rokok per hari 19

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Mekanika kerja wright peak flow meter 8

(13)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

FEF25-75 : Force Expiratory Flow between 25% and 75% of FVC MMEF : Maximal Mid Expiratory Flow

SPSS : Statistic Package for the Social Sciences

bb : berat badan

n2 : jumlah subjek bukan perokok pasif

S : simpang baku kedua kelompok ( 20 l/mnt )6 X1 – X2 : perbedaan klinis yang diinginkan

> : Lebih besar dari

< : Lebih kecil dari

(14)

ABSTRAK

Latar belakang: Indonesia menempati urutan kelima di antara negara-negara pengkonsumsi sigaret (rokok) tertinggi di dunia. Diperkirakan lebih dari 43 juta anak tinggal bersama dengan perokok dan terpapar pada asap rokok pasif atau asap rokok lingkungan.Efek ini tidak terbatas pada perokok aktif saja, tetapi juga perokok pasif seperti janin dalam kandungan, neonatus, bayi dan anak.Efek asap rokok terhadap fungsi paru anak bergantung pada sumber, waktu dan dosis paparan dan dimodifikasi oleh jenis kelamin dan status asma pada anak tersebut.

Tujuan: untuk membandingkan nilai arus puncak ekspirasi pada anak perokok pasif dengan bukan perokok pasif dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai arus puncak ekspirasi pada anak perokok pasif.

Metode: Suatu penelitian cross sectional untuk menilai perbedaan nilai arus puncak ekspirasi antara anak perokok pasif dengan bukan perokok pasif. Penelitian dilaksanakan selama Agustus 2009 di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.

Hasil: Sebanyak 170 anak mengikuti penelitian yang dibagi menjadi 100 anak perokok pasif dan 70 anak bukan perokok pasif. Distribusi usia pada masing-masing kelompok hampir sama begitu juga berat badan dan tinggi badan. Terdapat perbedaan yang bermakna arus puncak ekspirasi pada perokok pasif dan bukan perokok pasif, 211.3 l/minute (SD 61.08) and 242.7 l/minute (SD 77.09) secara berurutan (p<0.005). Tidak terdapat pengaruh lama paparan (p=0.079) dan jumlah konsumsi rokok pada anak perokok pasif (p = 0.098).

Kesimpulan: Adanya perbedaan arus puncak ekspirasi pada perokok pasif dan bukan perokok pasif. Namun tidak ada perbedaan yang bermakna nilai arus puncak ekspirasi pada anak perokok pasif baik berdasarkan jumlah konsumsi rokok orang tua per hari maupun lama paparan terhadap asap rokok.

(15)

ABSTRACT

Background Indonesia ranks fifth among countries with the highest aggregate levels of tobacco consumption in the world. It is estimated that more than 43 million children are living with smokers and are exposed to passive or environmental tobacco smoke. Infants and children exposed to ETS have increased rates of respiratory and ear infections, asthma and reduced lung function. The effects of tobacco smoke exposure on lung function in children are dependent on the source, timing and dose of exposure and may be modified by the sex of the child and the child’s asthma status.

Objective To compare peak flow volume between passive with non passive smokers children and to define what factor that contribute to peak flow volume in passive smokers.

Method A cross sectional study was conducted in Desa Telaga Jernih, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara during August 2009. Peak expiratory flow measured with mini-wright peak flow meter.

Results One hundred seventy participants were eligible which consist of 100 passive smokers and 70 non passive smokers children. Distribution of age in both groups was almost the same, as well as the characteristics of weight and height of each group. There were significant difference of peak expiratory flow volume between passive and non passive smokers, 211.3 l/minute (SD 61.08) and 242.7 l/minute (SD 77.09) respectively (P < 0.005). No influence of time of exposure (P = 0.079) and amount of tobacco smoking (P = 0.098).

Conclusion There was a significant difference of peak expiratory flow volume between passive and non passive smokers. No difference of peak expiratory flow volume in passive smoker children by time of exposure nor amount of tobacco smoking.

(16)

ABSTRAK

Latar belakang: Indonesia menempati urutan kelima di antara negara-negara pengkonsumsi sigaret (rokok) tertinggi di dunia. Diperkirakan lebih dari 43 juta anak tinggal bersama dengan perokok dan terpapar pada asap rokok pasif atau asap rokok lingkungan.Efek ini tidak terbatas pada perokok aktif saja, tetapi juga perokok pasif seperti janin dalam kandungan, neonatus, bayi dan anak.Efek asap rokok terhadap fungsi paru anak bergantung pada sumber, waktu dan dosis paparan dan dimodifikasi oleh jenis kelamin dan status asma pada anak tersebut.

Tujuan: untuk membandingkan nilai arus puncak ekspirasi pada anak perokok pasif dengan bukan perokok pasif dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai arus puncak ekspirasi pada anak perokok pasif.

Metode: Suatu penelitian cross sectional untuk menilai perbedaan nilai arus puncak ekspirasi antara anak perokok pasif dengan bukan perokok pasif. Penelitian dilaksanakan selama Agustus 2009 di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.

Hasil: Sebanyak 170 anak mengikuti penelitian yang dibagi menjadi 100 anak perokok pasif dan 70 anak bukan perokok pasif. Distribusi usia pada masing-masing kelompok hampir sama begitu juga berat badan dan tinggi badan. Terdapat perbedaan yang bermakna arus puncak ekspirasi pada perokok pasif dan bukan perokok pasif, 211.3 l/minute (SD 61.08) and 242.7 l/minute (SD 77.09) secara berurutan (p<0.005). Tidak terdapat pengaruh lama paparan (p=0.079) dan jumlah konsumsi rokok pada anak perokok pasif (p = 0.098).

Kesimpulan: Adanya perbedaan arus puncak ekspirasi pada perokok pasif dan bukan perokok pasif. Namun tidak ada perbedaan yang bermakna nilai arus puncak ekspirasi pada anak perokok pasif baik berdasarkan jumlah konsumsi rokok orang tua per hari maupun lama paparan terhadap asap rokok.

(17)

ABSTRACT

Background Indonesia ranks fifth among countries with the highest aggregate levels of tobacco consumption in the world. It is estimated that more than 43 million children are living with smokers and are exposed to passive or environmental tobacco smoke. Infants and children exposed to ETS have increased rates of respiratory and ear infections, asthma and reduced lung function. The effects of tobacco smoke exposure on lung function in children are dependent on the source, timing and dose of exposure and may be modified by the sex of the child and the child’s asthma status.

Objective To compare peak flow volume between passive with non passive smokers children and to define what factor that contribute to peak flow volume in passive smokers.

Method A cross sectional study was conducted in Desa Telaga Jernih, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara during August 2009. Peak expiratory flow measured with mini-wright peak flow meter.

Results One hundred seventy participants were eligible which consist of 100 passive smokers and 70 non passive smokers children. Distribution of age in both groups was almost the same, as well as the characteristics of weight and height of each group. There were significant difference of peak expiratory flow volume between passive and non passive smokers, 211.3 l/minute (SD 61.08) and 242.7 l/minute (SD 77.09) respectively (P < 0.005). No influence of time of exposure (P = 0.079) and amount of tobacco smoking (P = 0.098).

Conclusion There was a significant difference of peak expiratory flow volume between passive and non passive smokers. No difference of peak expiratory flow volume in passive smoker children by time of exposure nor amount of tobacco smoking.

(18)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia menempati urutan kelima di antara negara-negara perokok

tembakau tertinggi di dunia.1,2 Lebih dari setengah (57%) rumah tangga

memiliki sedikitnya satu orang perokok dan hampir semuanya (91.8%)

merokok di dalam rumah. Diperkirakan lebih dari 43 juta anak tinggal

bersama dengan perokok dan terpapar asap tembakau lingkungan.1,3

Paparan asap rokok merupakan ancaman global terhadap kesehatan

manusia, mengakibatkan kelainan pada tubuh khususnya pada sistem

respiratori. Efek ini tidak terbatas pada perokok aktif saja, tetapi juga perokok

pasif seperti janin dalam kandungan, neonatus, bayi dan anak.4,5

Bayi dan anak apabila terpapar asap rokok akan meningkatkan risiko

menderita bronkitis, pneumonia, infeksi telinga tengah, asma dan penurunan

fungsi paru.1,4-10 Akibat asap rokok pada fungsi paru anak bergantung pada

sumber, waktu serta dosis paparan dan dimodifikasi oleh jenis kelamin dan

status asma anak.8

Uji fungsi paru yang obyektif dan terukur memegang peranan penting

dalam diagnosis, evaluasi derajat penyakit dan pengobatan, juga digunakan

sebagai alat survei epidemiologi.11-13 Penilaian fungsi paru sulit dilakukan

pada anak karena anak kurang kooperatif sehingga dirancang suatu alat

(19)

instrumen kecil, portable, murah dan mudah digunakan sebagai perangkat

alternatif untuk mengukur arus puncak ekspirasi dan cukup memadai untuk

memantau penyakit paru obstruktif. Alat ini secara luas telah digunakan pada

penderita asma dan digunakan sebagai uji tapis penyakit respiratori.14

1.2. Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan nilai arus puncak ekspirasi antara anak perokok pasif

dengan bukan perokok pasif.

1.3. Hipotesis

Ada perbedaan nilai arus puncak ekspirasi antara anak perokok pasif dengan

bukan perokok pasif.

1.4. Tujuan Penelitian

1. Membandingkan nilai arus puncak ekspirasi antara anak perokok pasif

dengan bukan perokok pasif

2. Mengetahui faktor-faktor berpengaruh pada nilai arus puncak ekspirasi

(20)

1.5. Manfaat Penelitian

1. Di bidang akademik atau ilmiah: meningkatkan pengetahuan tentang

efek perokok pasif terhadap nilai arus puncak ekspirasi anak

2. Di bidang pelayanan masyarakat: memotivasi anggota keluarga untuk

berhenti merokok setidaknya memotivasi kebiasaan agar tidak

merokok di dalam rumah atau lingkungan anggota keluarga

3. Di bidang pengembangan masyarakat: meningkatkan pengetahuan

masyarakat terutama anggota keluarga perokok dan dampak asap

(21)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perokok Pasif

Perokok pasif atau second hand smoke (SHS) istilah pada orang lain bukan

perokok, terpapar asap rokok secara tidak sadar dari perokok aktif.

Sidestream Smoke (SS) adalah asap rokok sampingan hasil pembakaran

rokok itu sendiri sedangkan Mainsteam Smoke (MS) adalah asap rokok

utama dihembuskan kembali ke udara oleh perokok aktif.6 Kedua keadaan ini

merupakan masalah penting bagi kesehatan lingkungan terutama di

Indonesia karena meningkatnya pengkonsumsi rokok. Data WHO

menyatakan, Indonesia mengalami peningkatan tajam pengkonsumsi rokok

dalam 30 tahun terakhir, dari 33 milyar batang per tahun pada tahun 1970

menjadi 217 milyar batang pada tahun tahun 2000.1,2

Prevalensi perokok aktif di kalangan orang dewasa terus meningkat

dari 26.9% pada tahun 1995 menjadi 32.5% pada tahun 2001. Pria pedesaan

dengan tingkat pendidikan dan pendapatan rendah memiliki prevalensi

perokok lebih tinggi.1,2 Data ini didukung oleh penelitian di Liverpool, tingkat

sosioekonomi rendah merupakan faktor risiko signifikan terpapar asap

rokok.15 Hasil penelitian di Jawa Barat juga menyimpulkan, tingkat pendidikan

dan pendapatan rendah memiliki prevalensi perokok lebih tinggi.16

Suatu penelitian melaporkan, lebih dari setengah anak-anak di Inggris

(22)

1998, 42% anak British terpapar asap rokok setidaknya dari satu orang

perokok aktif di rumah.18

2.2. Efek Perokok Pasif pada Fungsi Paru Anak

Dari berbagai hasil penelitian cross sectional dan analisis longitudinal

terbukti, baik paparan asap rokok aktif maupun pasif selama masa anak akan

mengganggu (mempengaruhi) fungsi paru. Dari hasil analisis 21 penelitian

cross sectional tahun 1979-1997 melaporkan, terjadi pengurangan volume

puncak ekspirasi pada detik pertama atau Force Expiratory Volume One

second (FEV1) pada 18 dari 21 penelitian. Analisis ini menyimpulkan,

umumnya ibu perokok (maternal smoking) semasa hamil mungkin berkaitan

dengan pengurangan fungsi paru janin secara signifikan.19

Penelitian-penelitian lain melaporkan ada efek terpisah pada anak

perokok pasif. Hasil penelitian di Turki pada 360 anak usia 9-13 tahun, bapak

perokok (paternal smoking) sangat erat kaitannya dengan pengurangan

kapasitas vital paksa atau Force Vital Capacity (FVC), laju ekspirasi paksa

pada 25% sampai 75% kapasitas vital atau Force Expiratory Flow between

25% and 75% of FVC (FEF25-75) dan laju ekspirasi puncak. Keadaan ini

terjadi karena di Turki lebih banyak pria perokok dibandingkan wanita.20

Penelitian di Cina juga meaporkan bapak yang merokok lebih dari 30 batang

(23)

keturunannya. Di Cina, prevalensi pria perokok 61%, sedangkan wanita

hanya sekitar 7%.21

Penelitian internasional skala besar pada anak usia berkisar antara 6

hingga 12 tahun melaporkan, paparan asap rokok berpengaruh pada FEV1

dan laju midekspirasi maksimal atau Maximal Mid Expiratory Flow (MMEF),

pengaruh ini semakin nyata pada paparan prenatal.22

Penelitian-penelitian lain membuktikan kontribusi perokok pasif

prenatal dan postnatal pada fungsi paru anak akan terjadi terutama apabila

ibu perokok semasa hamil. Penurunan fungsi paru pada usia remaja

dilaporkan berkaitan dengan paparan dini dari ibu perokok pada 5 tahun

pertama kehidupan anak.23

2.3. Mekanisme Paparan Asap Rokok pada Pengurangan Fungsi Paru

Asap rokok merupakan campuran kompleks antar 4700 bahan kimia,

termasuk radikal bebas dan oksidan (O2-) dalam konsentrasi tinggi.24,25

Beban oksidan bertambah dalam paru akibat pelepasan Reactive Oxygen

Species (ROS) dari makrofag dan neutrofil. Disatupihak peningkatan

sekuestrasi neutrofil pada sirkulasi mikro paru akibat paparan asap rokok

dapat meningkatkan oksidan. Dipihak lain asap rokok juga mengurangi

kapasitas antioksidan di plasma berkaitan dengan penurunan protein

(24)

menyebabkan peningkatan lipid peroksidase dan transkripsi gen sitokin

proinflamasi yang berperan pada obstruksi paru.25

Banyak penelitian mengenai mekanisme efek perokok pasif dilakukan

pada binatang. Penelitian pada manusia dilaporkan, terjadi peningkatan

signifikan ketebalan dinding dalam saluran respiratorik pada anak meninggal

tiba-tiba (sudden infant death syndrome) akibat terpapar asap rokok pasif.

Tidak dijumpai perubahan pada lapisan muskular, mukosa bronkus atau

epitel saluran respiratorik. Peneliti menyimpulkan, perubahan struktural ini

akibat peningkatan pembentukan kolagen.26

2.4. Uji Fungsi Paru

Uji fungsi paru pada anak digunakan untuk mendeteksi disfungsi mekanik,

menentukan derajat disfungsi, dan menentukan apakah jenis disfungsi

obstruktif, restriktif, atau gabungan keduanya. Uji fungsi paru juga berguna

untuk pemantauan proses perjalanan penyakit dan menilai efek intervensi

pengobatan akut maupun jangka panjang.11-13

Peak Flow Meter, salah satu alat yang digunakan untuk menilai Arus

Puncak Ekspirasi (APE) atau Peak Flow Rate (PFR) dengan satuan liter per

menit, mengetahui sedini mungkin adanya penurunan fungsi paru dan

penyempitan ataupun sumbatan saluran respiratorik.27

Sampai saat ini, alat baku yang dipakai untuk mengukur APE adalah

(25)

seperti yang terlihat pada Gambar 2.1. Deras arus udara diukur dengan

gerakan piston yang terdorong oleh arus udara yang ditiupkan melalui pipa

peniup. Piston akan mendorong jarum penunjuk (marker). Karena piston

dikaitkan dengan sebuah pegas, maka setelah arus berhenti, oleh gaya tarik

balik (recoil) piston tertarik ke kedudukan semula dan jarum penunjuk

tertinggal pada titik tunjuk jarum penunjuk.14

Gambar 2.1 Mekanika kerja wright peak flow meter 14

Dari beberapa penelitian dengan menggunakan spirometri, nilai APE

berkorelasi erat dengan FEV1. Pengukuran APE di rumah dengan

menggunakan PFM lebih mudah dibandingkan mengukur FEV1, sehingga

pengukuran APE setiap harinya direkomendasikan secara internasional untuk

penderita asma.28

Hasil pengukuran APE dalam bentuk angka dibandingkan dengan nilai

APE prediksi anak sesuai jenis kelamin, usia, tinggi badan dan dipetakan

dengan sistem zona traffic light. Zona hijau bila nilai APE 80% sampai 100%

(26)

50% sampai 80%, menandakan mulai terjadi penyempitan saluran respiratori,

(27)

2.5. Kerangka Konseptual

Lama paparan Jumlah batang rokok

Tingkat sosioekonom

i Jumlah anggota

keluarga yang merokok di

h

Anak terpapar asap tembakau

Penurunan protein sulfhidryl

(GSH)

Penurunan fungsi Sekuestrasi

neutrofil

Transkripsi gen sitokin

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

: Yang diamati dalam penelitian Lipid

(28)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi cross sectional untuk menilai perbedaan nilai

arus puncak ekspirasi antara anak perokok pasif dengan bukan perokok

pasif.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 050707 Desa Telaga

Jernih, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera

Utara. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2009.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi target, anak berusia 6 sampai 12 tahun. Populasi terjangkau,

populasi target yang menjalani pendidikan di SD Negeri 050707 Desa Telaga

Jernih, Kecamatan Secanggang selama penelitian. Sampel, populasi

terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

3.4. Perkiraan Besar Sampel

Perkiraan besar sampel ditentukan dengan rumus uji hipotesis pada rerata

dua populasi independen:30

(29)

(Zα + Zβ)s 2

(x1 – x2) n1 = n2 = 2

n1 = jumlah subjek perokok pasif

n2 = jumlah subjek bukan perokok pasif

α = kesalahan tipe I = 0,05 → Tingkat kepercayaan 95%

Zα = nilai baku normal = 1,96

β = kesalahan tipe II = 0,2 → Power (kekuatan penelitian) 80%

Zβ = 0,842

S = simpang baku kedua kelompok ( 20 l/mnt )13

X1 – X2 = perbedaan klinis yang diinginkan ( 10 )

(1,96 + 0,842)20 2

(10) n1 = n2 = 2

Dengan menggunakan rumus di atas didapat jumlah sampel untuk

masing-masing kelompok sebanyak 62 orang.

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria Inklusi :

1. Anak usia 6 - 12 tahun perokok pasif dan bukan perokok pasif

2. Bersedia dan mampu melakukan uji fungsi paru dengan alat Peak

Flow Meter

(30)

Kriteria Eksklusi :

1. Ada riwayat atopi / penyakit asma

2. Anak tidak kooperatif

3. Anak perokok aktif

4. Ada kelainan bentuk dinding dada

3.6. Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

Semua sampel penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah

dilakukan penjelasan. Formulir Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) dan

naskah penjelasan terlampir dalam usulan penelitian.

3.7. Etika Penelitian

Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran

Universitas Sumetera Utara.

3.8. Cara Kerja

1. Orang tua sampel menanda tangani informed consent sebagai bukti

kesediaan anaknya diikutkan dalam penelitian ini

2. Orang tua atau anak mengisi data kuesioner

3. Tinggi Badan (TB) diukur dengan menggunakan mikrotoa 2 m. Anak

(31)

Bokong dan tumit menempel ke dinding dan tanpa menggunakan alas

kaki

4. Dilakukan pemeriksaan fisik torak untuk melihat apakah ada kelainan

dinding dada

5. Anak diajarkan cara menggunakan peak flow meter

6. Anak dengan posisi berdiri tegak lurus disuruh menarik nafas dalam

kemudian menghembus peak flow meter dengan ekspirasi maksimal

sesuai peragaan sebelumnya. Cara serupa dilakukan sebanyak 3 kali

dan nilai tertinggi dicatat sebagai nilai APE.

3.9. Identifikasi Variabel

Variable bebas Skala

Perokok pasif Nominal dikotom

Variabel terikat Skala

Arus puncak ekspirasi Numerik

3.10. Definisi operasional

1. Perokok pasif, istilah pada orang lain bukan perokok, terpapar asap

rokok secara tidak sadar dari perokok aktif. Sidestream Smoke (SS)

adalah asap rokok sampingan hasil pembakaran rokok itu sendiri

sedangkan Mainsteam Smoke (MS) adalah asap rokok utama

(32)

2. Arus puncak ekspirasi, nilai kecepatan maksimum arus yang

dihasilkan saat ekspirasi dengan manuver setelah inspirasi maksimal,

diukur saat mulai hingga akhir ekspirasi maksimal dengan satuan liter

per menit. Pada penelitian ini digunakan alat mini wright AFS low

range peak flow meter (Clement Clarke Harlow,UK). Dengan alat ini

deras arus udara yang dapat diukur adalah 0 liter/menit sampai 400

liter/menit

3. Asma, mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik

sebagai berikut: timbul secara episodik, cendrung pada malam/dini

hari (nokturnal) musiman, setelah aktivitas fisik, serta terdapat riwayat

asma atopi lain pada pasien dan/atau keluarganya

4. Anak diikutkan dalam penelitian ini, anak SD perokok pasif dan bukan

perokok pasif usia 6 tahun hingga 12 tahun

5. Jumlah perokok di rumah, jumlah anggota keluarga perokok dalam

rumah

6. Jumlah konsumsi rokok, jumlah batang rokok di konsumsi setiap hari

oleh perokok di rumah

7. Lama paparan, berapa tahun si anak terpapar oleh asap rokok baik

(33)

3.11. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul diolah, dianalisis, dan disajikan dengan menggunakan

program komputer (SPSS Versi 13.0 dan Microsoft Excell tahun 2007).

Interval kepercayaan yang digunakan adalah 95% dan batas kemaknaan P

<0.05.

Untuk menilai perbadingan nilai arus puncak ekspirasi pada perokok

pasif dan bukan perokok pasif digunakan uji t. Untuk mengetahui faktor-faktor

(34)

BAB 4. HASIL

4.1. Data Demografik dan Karakteristik Subyek

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 050707 Desa Telaga Jernih,

Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Luas

wilayah Kecamatan Secanggang adalah 223.27 km2, terdiri dari 15 desa atau

kelurahan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2005, Kecamatan

Secanggang memiliki jumlah penduduk 63 820 jiwa dan 32 SD dengan

jumlah siswa 6079 orang.31

Populasi terjangkau sebanyak 182 anak, 5 (2.7%) menderita asma, 7

(3.9%) tidak kooperatif. Dari 170 sampel (93.4%) memenuhi kriteria inklusi,

terdiri dari 100 perokok pasif dan 70 bukan perokok pasif.

Data-data karakteristik sampel seperti usia, jenis kelamin, berat badan,

tinggi badan, pekerjaan dan pendidikan serta penghasilan orang tua tertera

(35)

Tabel 4.1 Data demografik sampel

Kelompok

Variabel Perokok Pasif

(n = 100) Pekerjaan orang tua **

Buruh/tani Penghasilan orang tua **

< Rp. 300 rb Pendidikan orang tua **

Rendah

Distribusi usia pada masing-masing kelompok yaitu 9.5 tahun dengan

rerata berat badan 24 kg dan tinggi badan 128 cm. Tingkat pendidikan dan

penghasilan orang tua masing masing kelompok rendah dan pekerjaan orang

tua 62 (62%) pada kelompok perokok pasif dan 38 (54.3%) pada kelompok

(36)

4.2. Perbedaan Arus Puncak Ekspirasi pada Perokok Pasif dan Bukan

Perokok Pasif

Terdapat perbedaan bermakna arus puncak ekspirasi pada perokok pasif dan

bukan perokok pasif (P=0.005). Arus puncak ekspirasi pada perokok pasif

211.3 L/menit (SD 61.08) dan arus puncak ekspirasi bukan perokok pasif

242.7 L/menit (SD 77.09).

4.3. Distribusi Rata-Rata Arus Puncak Ekspirasi berdasarkan Lama

Paparan dan Jumlah Rokok per Hari

Tabel 4.3 Distribusi rata-rata arus puncak ekspirasi berdasarkan lama paparan dan jumlah rokok per hari

Variabel N Mean (SD) IK 95% P

Dari tabel di atas terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna

nilai arus puncak ekspirasi dari ketiga kelompok berdasarkan lama paparan

(37)

ada perbedaan yang bermakna dari keempat kelompok. Keadaan ini mungkin

karena lama paparan asap rokok > 5 tahun (68%) dibandingkan dengan 1-3

tahun (14%) dan 18% pada 3-5 tahun, datanya homogen ke lama paparan >

5 tahun. Keadaan serupa ditemukan pada jumlah konsumsi perokok setiap

hari, kurang dari 10 batang mencapai 77% dibandingkan dengan

pengkonsumsi rokok yang lain lebih banyak. Terhadap jumlah anggota

keluarga perokok di rumah, 100% sampel perokok pasif terpapar asap rokok

(38)

BAB 5. PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Subyek Penelitian

Penilaian uji fungsi paru anak tidak mudah dilakukan, umumnya anak tidak

kooperatif.14 Pemeriksaan fungsi paru membutuhkan gerakan-gerakan

(manuver) baku yang sesuai dengan tujuan pemeriksaan. Keberhasilan

pemeriksaan sangat membutuhkan kerjasama antara anak dan alat.

Pemeriksaan optimal diperoleh apabila anak benar-benar mengerti dan dapat

menjalankan instruksi dari instruktor.32-34 Dengan pendekatan yang baik,

dilaporkan bahwa pemeriksaan fungsi paru berulang (tiga kali berturut) pada

anak hasilnya dapat diterima.35 Pada penelitian ini, dilakukan penilaian uji

fungsi paru anak usia berkisar 6 tahun hingga 12 tahun. Dengan pendekatan

yang baik, pemberian instruksi yang mudah dimengerti sampel dapat

menjalankan pemeriksaan uji fungsi dengan baik. Dari 182 anak akan diteliti,

hanya 170 anak diikutkan dalam penelitian ini, 5 anak dieksklusikan karena

asma, dan hanya 7 anak karena tidak kooperatif

Pada saat ini, berbagai alat canggih telah dikembangkan untuk menilai

berbagai aspek fungsi paru. Uji fungsi paru yang ada pada saat ini dan sudah

umum dilakukan adalah seperti tertera pada Tabel 5.1 di bawah ini.

(39)

Tabel 5.1. Ruang lingkup fungsi pernafasan13

Fungsi Pemeriksaan Metode/alat

Ventilasi Volume paru, resistensi

paru, komplains paru

Spirometer, astograf,

body-plethysmograph, helium washout,

closing volume, ventilation scanning

Pertukaran gas Difusi, perfusi Analisis gas darah arteri, perfusion

scanning

Metabolisme VO2 max, anaerobic

threshold (AT), Lactic acid

threshold (LAT)

Breath-by-breath analyzing

Uji fungsi paru biasa dilakukan di klinik untuk keperluan diagnostik

umumnya hanya menyangkut salah satu aspek fungsi paru, yakni fungsi

ventilasi. Salah satu alat uji fungsi ventilasi paru anak yang sering digunakan

adalah spirometri. Alat ini harganya mahal karena semakin canggih dengan

kerumitan tinggi, juga memerlukan koordinasi dengan alat sehingga

operasionalnya relatif terbatas pada sebagian besar pelayanan kesehatan di

negara kita. Telah dirancang suatu alat sederhana yaitu peak flow meter

merupakan sebuah instrumen kecil, portable, murah dan mudah digunakan

sebagai suatu alternatif untuk mengukur arus puncak ekspirasi.13,14 Pada

penelitian ini digunakan alat mini wright AFS low range peak flow meter

(Clement Clarke Harlow,UK). Dengan alat ini deras arus udara yang dapat

(40)

Data WHO tahun 2003 menyatakan, pria pedesaan dengan tingkat

pendidikan dan penghasilan rendah memiliki prevalensi perokok lebih tinggi.1

Data ini didukung oleh penelitian di Liverpool, tingkat sosioekonomi rendah

merupakan faktor risiko signifikan terpapar asap rokok.15 Sesuai penelitian

yang dilakukan di Jawa Barat, tingkat pendidikan dan pendapatan rendah

memiliki prevalensi perokok lebih tinggi.16 Pada penelitian ini, anak perokok

pasif memiliki orang tua dengan tingkat pendidikan dan penghasilan rendah,

mata pencaharian terbanyak adalah buruh atau tani.

5.2 Perbedaan Arus Puncak Ekspirasi pada Perokok Pasif dan Bukan

Perokok Pasif

Hubungan antara paparan asap tembakau lingkungan dan disfungsi paru

telah diteliti beberapa peneliti epidemiologi di beberapa negara. Telah terbukti

paparan asap tembakau lingkungan dapat meningkatkan frekuensi gejala

gangguan respiratorik dan pengurangan fungsi paru,5 seperti meningkatkan

frekuensi batuk, wheezing, produksi sputum dan penyakit respiratorik lain,36-39

pengurangan FEV1,40 FEV1/FVC dan FEF25-75,41 dan peningkatan reaktivitas

jalan nafas.42,43 Bukti ini terlihat jelas pada bayi baru lahir, bayi dan anak

prasekolah.

Data pendukung semakin banyak membuktikan pengaruh asap

tembakau lingkungan pada fungsi paru. Penelitian awal menunjukkan,

(41)

kapasitas vital. Peningkatan signifikan pada kapasitas residual volume dan

functional residual capacity juga tampak jelas menunjukkan adanya spasme

saluran nafas kecil.44 Terdapat bukti kuat, paparan asap tembakau

lingkungan menyebabkan perubahan maturitas paru pada masa anak. Anak

yang terpapar asap tembakau lingkungan mengakibatkan penurunan FEV1,

FEV1/FVC, FEF25-75 dan MMEF dan peningkatan reaktivitas jalan nafas.40-43

Anak terpapar asap tembakau lingkungan pada usia dini mengakibatkan

penurunan fungsi paru lebih cepat pada usia dewasa. Pada penelitian ini,

setelah dilakukan perbandingan arus puncak ekspirasi pada anak perokok

pasif dibanding dengan anak bukan perokok pasif didapatkan hasil yang

berbeda bermakna.

Ibu perokok efeknya lebih besar terhadap paru anak dibandingkan

dengan bapak karena ibu dan anak lebih erat hubungannya baik secara fisik

maupun psikologis. Beberapa penelitian melaporkan ada efek yang terpisah

pada anak perokok pasif. Penelitian di Turki pada 360 anak usia 9-13 tahun,

bapak perokok (paternal smoking) lebih erat kaitannya dengan pengurangan

FVC, FEF25-75 dan laju ekspirasi puncak. Keadaan ini diakibatkan karena di

Turki lebih banyak pria perokok dibandingkan wanita.20 Penelitian di Cina

menunjukkan bapak perokok berkaitan dengan pengurangan signifikan pada

FEV1 dan FVC pada keturunannya. Di Cina, prevalensi perokok pria 61%

dibandingkan dengan wanita hanya berkisar 7%.21 Keadaan ini didukung hasil

(42)

perokok pasif terpapar hanya dari satu orang anggota keluarga perokok yaitu

bapak.

Pada 3285 bayi di Shanghai, terjadi peningkatan 4.5 kali lipat

hospitalisasi karena gejala respiratorik selama 18 bulan pertama terpapar di

rumah dengan lebih dari 20 batang rokok setiap hari.45 derupa dengan hasil

penelitian di Cina, bapak yang merokok lebih dari 30 batang sehari

berhubungan dengan pengurangan signifikan pada FEV1 dan FVC pada

keturunannya.21 Studi longitudinal menunjukkan bahwa paparan asap

tembakau lingkungan berkaitan dengan dosis-respon terhadap fungsi paru

(FEV1) pada anak usia sekolah.45 Pada penelitian ini, 77% anak terpapar

asap tembakau lingkungan dirumah < 10 batang rokok per hari.

Penelitian-penelitian lain membuktikan kontribusi perokok pasif

prenatal dan postnatal terhadap fungsi paru anak akan terjadi terutama

apabila ibu perokok semasa hamil. Penurunan fungsi paru masa remaja juga

dilaporkan berkaitan dengan paparan ibu perokok pada 5 tahun pertama

kehidupan anak.23 Anak dengan ibu perokok sejak 2 tahun pertama usia anak

mempunyai fungsi paru yang lebih rendah, dengan karakteristik gangguan

saluran respiratorik.45 Dari 75 anak dengan ibu perokok selama hamil tapi

tidak setelah melahirkan menunjukkan penurunan 11% FEF25-75 dibandingkan

dengan anak yang tidak pernah terpapar.43 Penelitian terhadap 8863 anak

ditemukan penurunan fungsi paru pada usia 8-12 tahun bila ibu mereka

(43)

hanya dipengaruhi oleh paparan asap tembakau pascanatal tetapi juga

paparan prenatal (ibu perokok selama hamil). Pada penelitian ini

mendapatkan, 68% anak terpapar asap tembakau lingkungan selama > 5

tahun. Tidak dijumpai perbedaan bermakna nilai arus puncak ekspirasi

berdasarkan lama paparan. Disebabkan 100% anak terpapar dengan satu

(44)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Terdapat perbedaan bermakna arus puncak ekspirasi antara perokok pasif

dan bukan perokok pasif. Tidak dijumpai perbedaan bermakna nilai arus

puncak ekspirasi pada anak perokok pasif berdasarkan jumlah konsumsi

rokok orang tua per hari dan lama paparan terhadap asap rokok.

6.2. Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut arus puncak ekspirasi, sebaiknya dilakukan

penelitian kohort prospektif untuk melihat fungsi paru sebelum dan sesudah

(45)

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO Indonesia dan Depkes RI. Konsumsi tembakau & prevalensi

merokok Indonesia. 2003. Dunduh dari

www.litbang.depkes.go.id/tobaccofree. Diakses Juni 2009.

2. USDA data on consumption for Indonesia is based on production. Diunduh dari http://www.fas.usda.gov/psd/completefiles. Diakses Juni 2009.

3. Pradono, Kristanti. 2002. Passive smokers, the forgotten disaster. Institute of Health Research and Development, Ministry of Health.

4. Carlsen KH, Carlsen KCL. Respiratory effects of tobacco smoking on infants ang young children. Pediatr Respir Rev. 2008;9:11-20.

5. Wang S, Witten ML. Environmental tobacco smoke and lung function. Dalam: Watson RR, Witten ML, penyunting. Environmental tobacco smoke. New York: CRC press; 2000. h. 301-5.

6. WHO. Environmental tobacco smoke. Denmark. 2000. Diunduh dari:

www.euro.who.int/8_lets.pdf. Diakses Juni 2009.

7. WHO 1999. International Consultation on Environtmental tobacco Smoke and Child Health. Diunduh dari:

http://www.who.int/tobacco/healthimpact/youth/ets/. Diakses Juni 2009.

8. Henderson AJ. The effects of tobacco smoke exposure on respiratory health in school-aged children. Pediatr Respir Rev. 2008;9:21-8.

9. WHO. Protection from exposure to second-hand tobacco smoke. Policy Recommendation. 2007.

10. Janson C. The effect of passive smoking on respiratory health in children and adults. Int J Tuberc Lung Dis. 2004;5:510-6.

11. Daulay RM, Said M, Naning R, Dadiyanto DW. Prosedur tindakan pada penyakit respiratori. Dalam: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB, penyunting. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008. h. 583-95.

12. Kaswandani N. Uji fungsi paru pada batuk kronik. Dalam: Trihono PP, Kurniati N, penyunting. Strategi pendekatan klinis secara professional batuk pada anak. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM; 2006. h. 26-39.

(46)

Wirjodiarjo M, Supriyatno B, penyunting. Perkembangan masalah pulmonologi anak saat ini. Jakarta: Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak FK-UI; 1994. h. 45-73.

14. Wirjodiarjo M, Said M, Budiman HI. Perbandingan hasil pengukuran peak flow rate antara mini wright peak flow meter dan spirometer elektronik pada anak. Majalah Kedokteran Indonesia. 1992;42:575-84. 15. Delpisheh A, Kelly Y, Brabin BJ. Passive cigarette smoke exposure in

primary school children in Liperpool. Public Health.2006;120:65-9.

16. Ganiwijaya T, Sjukrudin E, Backer GD, Suhana D, Brotoprawiro S, Sukandar H. Prevalensi of cigarette smoking in a rural area of West Java, Indonesia. Tobacco Control. 1995;4:335-337.

32

17. Cook G, Whincup PH, Jarvis MJ, Strachan DP, Papacosta O, Bryant A. Passive exposure to tobacco smoke in children aged 5-7 years: individual, family, and community factors. BMJ. 1994;308:384-9.

18. Bridgwood A, Lilly R, Thomas M, Bacon J, Sykes W, Morris S. Smoking. Dalam: Bridgwood A, Lilly R, Thomas M, Bacon J, Sykes W, Morris S, penyunting. Living in Britain result from the 1998 General Household Survey. London: Office of National Statistics; 1998. h. 116-43.

19. Cook DG, Strachan DP, Carey IM. Health effects of passive smoking. 9; Parental smoking and spirometric indices in children. Thorax.1998;53:884-93.

20. Bek K, Tomac N, Delibas A, Tuna F, Tezic HT, Sungkur M. The effect of smoking on pulmonary function during childhood. Postgrad Med J. 1999;75:339-41.

21. Venners SA, Wang X, Chen C, Wang B, Ni J, Jin Y, dkk. Exposure-response relationship between paternal smoking and children’s pulmonary function. Am J Respir Crit Care Med. 2001;164:973-6.

22. Moshammer H, Hoek G, Luttman GH. Parental smoking and lung function in children: an international study. Am J Respir Crit Care Med. 2006;173:1255-63.

23. Wang X, Wypij D, Gold DR. A longitudinal study of the effects of parental smoking on pulmonary function in children 6-18 years. Am J Respir Crit Care Med. 1994;139:1139-52.

(47)

penyunting. The chemical component of tobacco and tobacco smoke. New York: CRC Press; 2000. h. 27-9.

25. Rahman I, MacNee W. Lung glutathione and oxidative stress: implications in cigarette smoke-induced airway disease. Am J Physiol. 1999;277:1067-88.

26. Elliot J, Vullemin P, Robinson P. Maternal cigarette smoking is associated with increased inner airway wall thickness in children who die from sudden infant death syndrome. Am J Respir Crit Care Med. 1998;158:802-6.

27. Aditama TY, Mangunnegoro H, Fachrurodji H, Saharawati D. penggunaan arus puncak ekspirasi maksimal dalam penilaian faal paru. Medika.1987;7:670-72.

28. Eid N, Yandell B, Howell L, Eddy M, Sheikh S. can peak expiratory flow predict airflow obstruction in children with asthma?. Pediatrics. 2000;105:354-8.

29. American Lung Association. Peak flow meters. June 2008. Diunduh dari: www.lungusa.org/b.22586/peak_flow_meters.htm. Diakses Juni 2009.

30. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismail S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto. 2008. h. 302-31.

31. Website resmi Pemerintah Kabupaten Langkat. Diunduh dari:

http://www.langkatkab.go.id. Diakses pada Agustus 2009.

32. Paton JY. A practical approach to the interpretation of lung testing in children. Pediatric Respiratory Reviews. 2000;1:241-8.

33. Milner AD. Lung Volume measurements in childhood. Pediatrics Respiratory Reviews. 2000;1:135-40.

34. Beardsmore SC. Ethical issues in lung function testing in children. Pediatric respiratory reviews. 2000;1: 342-346.

35. Nystad W, Samuelsen SO, Nafstad P, Edvardsen E, Stensrud T, Jaakkola JJ. Feasibility of measuring lung function in preschool children. Thorax. 2002;57:1021-1027.

36. Ekwo EE, Weinberger MM, Lachenbruch PA, Huntley WH. Relationship of parental smoking and gas cooking to respiratory disease in children. Chest. 1983;84: 662-7.

(48)

38. Forastiere F, Corbo GM, Michelozzi P, Pistelli R, Agabiti N, Brancato G, dkk. Effects of environmental and passive smoking on the respiratory health of children. Int J Epidemiol. 1992;21:66-71.

39. Schulte-Hobein B, Schwartz-Bickenbach D, Abt S, Plum C, Nau H. Cigarette smoke exposure and development of infants throughout the

first year of life: influence of passive smoking and nursing on cotinine levels in breast milk and infant’s urine. Acta Paediatr Scand. 1992;81:550-9.

40. O’Connor GT, Weiss ST, Tager IB, Speizer FE. The effect of passive smoking on pulmonary function and nonspecific bronchial responsiveness in a population based sample of children and young adults. Am Rev Respir Dis. 1987;135:800-4.

41. Sherril DL, Martinez FD, Lebowitz MD, Holdaway MD, Flannery EM,Herbison GP, dkk. Longitudinal effects of passive smoking on pulmonary function in New Zealand children. Am Rev Respir Dis. 1992;145:1136-43.

42. Young S, Souef PNL, Geelhoed GC, Stick SM, Turner KJ, Landau LI.The influence of family history of asthma and parental smoking on airway responsiveness in early infancy. N Engl J Med. 1991;324:1168-75.

43. Frischer T, Kuehr J, Meinert R, Karmaus W, Barth R, Hermann-Kunz E, Urbanek R. Maternal smoking in early childhood: a risk factor for bronchial responsiveness to exercise in primary-school children. J Pediatr. 1992;121:17-25.

44. Pimm P, Shephard RJ, Silverman F. Physiological effects of acute exposure to cigarette smoke. Arch Environ Health. 1978;33:20-6.

45. Bono R, Nebiolo F, Bugiani M, Meineri V, Scursatone E, Piccioni P, dkk. Effects of tobacco smoke exposure on lung growth in adolescents. J Expos Anal Environ Epidemiol.1998;8:335-9.

(49)

Lampiran 1.

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ... Umur ... tahun L / P

Alamat : ...

dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan

PERSETUJUAN

untuk dilakukan pemeriksaan arus puncak ekspirasi pada anak saya :

Nama : ... Umur ... tahun

Alamat Rumah : ...

Alamat Sekolah : ...

yang tujuan, sifat, dan perlunya uji yang tersebut di atas, telah cukup

dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan

tanpa paksaan.

..., ... 2009

Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan

persetujuan

dr. Fitri Yanti

Saksi-saksi : Tanda tangan

1. ...

(50)

Lampiran 2.

PENJELASAN KEPADA ORANG TUA

Yth. Bapak / Ibu ……….

Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri. Nama saya dr. Fitri Yanti, bertugas di divisi Respirologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan. Saat ini, kami sedang melaksanakan penelitian tentang perbandingan nilai arus puncak ekspirasi pada anak perokok dan bukan perokok pasif. Saat ini, jumlah orang tua merokok di rumah semakin tahun semakin meningkat. Efek merokok bukan hanya berpengaruh pada subyek yang merokok saja, tetapi juga berpengaruh pada anak-anak yang terpapar asap rokok tersebut, terutama di rumah. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan fungsi paru pada anak. Apakah terjadi penurunan fungsi paru pada anak yang terpapar dibandingkan yang tidak terpapar asap rokok di rumah. Pemeriksaan fungsi paru dilakukan dengan menggunakan alat Peak Flow Meter. Pemeriksaan dilakukan dengan cara mengukur tinggi badan, kemudian anak diajarkan cara menggunakan peak flow meter yaitu dengan posisi berdiri tegak lurus disuruh menarik nafas dalam kemudian menghembus peak flow meter dengan ekspirasi maksimal. Hal ini dilakukan sebanyak 3 kali dan nilai tertinggi dicatat sebagai nilai arus puncak ekspirasi.

Jika Bapak / Ibu bersedia agar anaknya diperiksa fungsi parunya

dengan alat peak flow meter, maka kami mengharapkan Bapak / Ibu

menandatangani lembar Surat Pernyataan Kesediaan.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Atas perhatian Bapak / Ibu, kami ucapkan terima kasih.

dr.Fitri Yanti

Divisi Respirologi - Dep. Ilmu Kesehatan Anak FKUSU-RS H.Adam Malik Jl. Bunga Lau No. 17 Medan. Telp. 8365663

(51)

Lampiran 3.

Kuesioner

DATA UMUM

1. Nama : ...………...………

2. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

3. Tempat / Tanggal Lahir : ………..………...……...

Apakah anggota keluarga yang tinggal satu rumah anda merokok? A. Ya B. tidak

Jika ya, siapa yang merokok di rumah

A. Ayah B. ibu C. lainnya(sebutkan)….

Sudah berapa lama orang tua anda merokok A. 1-3 thn B. 3-5 th C. > 5 th

Berapa batang rokok perhari

(52)

Lampiran 4

(53)

Lampiran 5

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : dr. Fitri Yanti

Tempat, tanggal lahir : Medan, 15 Juli 1981

Alamat : Jln. Purwosari No. 30 Medan

Nama suami : dr. Muhammad Rizki Yaznil

Nama anak : Assya Az Zahra

Muhammad Yazfi

Pendidikan

1. Sekolah Dasar Negeri 003 Tembilahan, selesai tahun 1994

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 01Tembilahan, selesai tahun 1997 3. Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Tembilahan, selesai tahun 2000.

4. S1 Sarjana Kedokteran (S.Ked), Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, selesai tahun 2004.

5. Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, selesai tahun 2005.

6. S2 Magister Kedokteran Klinik Bidang Pediatrik (M.Ked-Ped) dan Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak (PPDSA) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, tahun 2007 sampai sekarang.

Pendidikan Spesialis

1. Adaptasi di BIKA FK. USU : 01-12-2006 s/d 31-12-2006

2. Pendidikan Tahap I : 02-01-2007 s/d 31-12-2007

3. Pendidikan Tahap II : 02-01-2008 s/d 31-12-2008 4. Pendidikan Tahap III : 02-01-2009 s/d 31-12-2009 5. Pendidikan Tahap IV : 02-01-2010 s/d 31-12-2010

6. Penelitian : Agustus sampai Oktober 2009

7. Tesis : 20 Juli 2010

Gambar

Gambar  2.1 Mekanika kerja wright peak flow meter 14
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Tabel 4.1 Data demografik sampel
Tabel  4.3 Distribusi rata-rata arus puncak ekspirasi berdasarkan lama paparan dan jumlah rokok per hari  Variabel N  Mean (SD) IK 95% P
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67, Lembaga Pengembangan Bahan Ajar, Ujian, dan Sistem Informasi mempunyai fungsi:.. pelaksanaan pengembangan dan

a) Dengan dilakukannya konfigurasi, semua akses ke aplikasi-aplikasi yang berkaitan dengan pekerjaan dan kebutuhan internal pemerintah Provinsi Gorontalo tidak

Dalam teori ekonomi, setiap proses produksi mempunyai landasan teknis yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan

Tesis Nilai Gizi Sifat Fisik ..... ADLN - Perpustakaan

[r]

[r]

*Note : Jika anda menghapus salah sat u TUJUAN, maka Sasar an, Indikator Ker ja, Rencana Kiner ja dati tahun 2013 s.d 2018 yang ber kaitan dengan TUJUAN ter sebut akan ikut

• Sinergi Pemerintah Pusat dan Daerah akan sulit tercapai tanpa adanya dukungan personel yang memadai baik dalam jumlah maupun standar kompetensi yang diperlukan untuk