PERBANDINGAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA ANAK
PEROKOK PASIF DAN BUKAN PEROKOK PASIF
TESIS
FITRI YANTI 077103003/IKA
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERBANDINGAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA ANAK PEROKOK PASIF DAN BUKAN PEROKOK PASIF
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik (Anak) dalam Program Magister Kedokteran Klinik
Konsentrasi Kesehatan Anak
pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
FITRI YANTI 077103003/IKA
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : Perbandingan Arus Puncak Ekspirasi pada Anak Perokok Pasif Dan Bukan Perokok Pasif
Nama : Fitri Yanti
Nomor Induk Mahasiswa : 077103003
Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak
Menyetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ridwan M Daulay, SpA(K) Ketua
Dr. Muhammad Ali, SpA(K) Anggota
Ketua Program Magister Ketua TKP PPDS
Prof.dr.H.Munar Lubis, SpA(K) dr. H.ZainuddinAmir, SpP(K)
Telah diuji pada Tanggal: 20 Juli 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
UCAPAN TERIMA KASIH
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas
akhir pendidikan Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Kesehatan Anak di
FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.
Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua
pihak di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Pembimbing utama Dr. Ridwan M. Daulay, SpA(K), Dr. Muhammad Ali
SpA(K), yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran
yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian
tesis ini
2. Dr. Helmi Lubis, SpA (K), Dr. Wisman Dalimunthe, SpA dan Dr. Rini S
Daulay, M. Ked (Ped), SpA yang telah sangat banyak membimbing serta
3. Prof. Dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Program Pendidikan
Dokter Spesialis Anak FK- USU dan Dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K),
sebagai sekretaris program yang telah banyak membantu dalam
menyelesaikan tesis ini.
4. Prof. Dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K), selaku Kepala BIKA Fakultas
Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan periode 2003-2006 dan
Dr. H. Ridwan M Daulay, SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan
periode 2006-2010, yang telah memberikan bantuan dalam penelitian
dan penyelesaian tesis ini.
5. Seluruh staf pengajar di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H.
Adam Malik Medan, yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam
pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini
6. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. DR. dr. H. Syahril Pasaribu,
DTM&H, MSc (CTM), SpA(K) dan Rektor periode sebelumnya Prof. Dr.
H. Chairuddin P Lubis, DTM&H, SpA(K) serta Dekan FK-USU Prof. dr.
Gontar Alamsyah Siregar, SpPD (KGEH) yang telah memberikan
kesempatan untuk mengikuti program pendidikan Dokter Spesialis Anak
di FK- USU
7. Para kepala sekolah dan guru-guru Sekolah Dasar Negeri 050707 Desa
Sumatera Utara yang telah memberikan izin dan fasilitas pada penelitian
ini sehingga dapat terlaksana dengan baik
8. Teman-teman seangkatan yang tidak mungkin bisa saya lupakan,
Syarifah Julinawati, Fera Wahyuni, Mahrani Lubis, Athaillah, Tri Faranita,
Amalia Utami Putri, Suratmin, Dewi Sari, Ari Kurniasih, Handri Anta yang
selama empat tahun bersama-sama dalam suka dan duka, terima kasih
atas dukungan dan bantuannya selama ini
9. Teman sejawat PPDS Bagian Ilmu Kesehatan Anak terutama Karina
Sugih Arto, Rizki Ardiansyah, Ade Rachmad Yudianto dan semua pihak
yang telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta
penulisan tesis ini.
Teristimewa untuk suami tercinta Dr. Muhammad Rizki Yaznil dan ananda
tersayang Assya Az Zahra dan Muhammad Yazfi, terima kasih atas doa,
pengertian, dukungan dan pengorbanan tanpa kenal lelah yang telah
diberikan selama penulis menempuh pendidikan. Mudah-mudahan Allah
SWT senantiasa melimpahkan rahmat, rezeki, dan karunia Nya buat kita
semua.
Kepada yang tercinta orangtua, Suhaimi dan Siti Rahmah serta
kakak-kakak Rahmi Marlinda dan Yuliana dan adik Dr. Efzah serta mertua dr.
Muhammad Yazim Yakub, SpOG dan Dra. Nilzami R. Yazim, M.Hum yang
selalu mendoakan, memberikan dorongan, bantuan moril dan materil selama
dukungan selama penulis menyelesaikan pendidikan ini. Semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan kasih sayang dan karuniaNya kepada kita semua
dan segala budi baik yang telah diberikan mendapat balasan yang
setimpal dari Allah Yang Maha Kuasa.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini
bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Medan, Mei 2010
DAFTAR ISI 2.3. Mekanisme Paparan Asap Rokok pada
Pengurangan Fungsi Paru 6
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 12
3.6. Persetujuan 13
3.7. Etika Penelitian 13
3.8. Cara Kerja 13
3.9. Identifikasi Variabel 14
3.10. Defenisi Operasional 14
3.11. Rencana dan Pengolahan Analisis Data 15
BAB 4. HASIL PENELITIAN
4.1. Data Demografik dan Karakteristik Subyek 17 4.2. Perbedaan Arus Puncak Ekspirasi pada Perokok
Pasif dan Bukan Perokok Pasif 19
4.3. Distribusi Rata-Rata Arus Puncak Ekspirasi
BAB 5. PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Subyek Penelitian 21 5.2. Perbedaan Arus Puncak Ekspirasi pada Perokok
Pasif dan Bukan Perokok Pasif 23 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 27
6.2. Saran 27
RINGKASAN 28
DAFTAR PUSTAKA 32
Lampiran
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Data demografik subyek 18
Tabel 4.3 Distribusi rata-rata arus puncak ekspirasi
menurut lama paparan dan jumlah rokok per hari 19
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Mekanika kerja wright peak flow meter 8
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
FEF25-75 : Force Expiratory Flow between 25% and 75% of FVC MMEF : Maximal Mid Expiratory Flow
SPSS : Statistic Package for the Social Sciences
bb : berat badan
n2 : jumlah subjek bukan perokok pasif
S : simpang baku kedua kelompok ( 20 l/mnt )6 X1 – X2 : perbedaan klinis yang diinginkan
> : Lebih besar dari
< : Lebih kecil dari
ABSTRAK
Latar belakang: Indonesia menempati urutan kelima di antara negara-negara pengkonsumsi sigaret (rokok) tertinggi di dunia. Diperkirakan lebih dari 43 juta anak tinggal bersama dengan perokok dan terpapar pada asap rokok pasif atau asap rokok lingkungan.Efek ini tidak terbatas pada perokok aktif saja, tetapi juga perokok pasif seperti janin dalam kandungan, neonatus, bayi dan anak.Efek asap rokok terhadap fungsi paru anak bergantung pada sumber, waktu dan dosis paparan dan dimodifikasi oleh jenis kelamin dan status asma pada anak tersebut.
Tujuan: untuk membandingkan nilai arus puncak ekspirasi pada anak perokok pasif dengan bukan perokok pasif dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai arus puncak ekspirasi pada anak perokok pasif.
Metode: Suatu penelitian cross sectional untuk menilai perbedaan nilai arus puncak ekspirasi antara anak perokok pasif dengan bukan perokok pasif. Penelitian dilaksanakan selama Agustus 2009 di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.
Hasil: Sebanyak 170 anak mengikuti penelitian yang dibagi menjadi 100 anak perokok pasif dan 70 anak bukan perokok pasif. Distribusi usia pada masing-masing kelompok hampir sama begitu juga berat badan dan tinggi badan. Terdapat perbedaan yang bermakna arus puncak ekspirasi pada perokok pasif dan bukan perokok pasif, 211.3 l/minute (SD 61.08) and 242.7 l/minute (SD 77.09) secara berurutan (p<0.005). Tidak terdapat pengaruh lama paparan (p=0.079) dan jumlah konsumsi rokok pada anak perokok pasif (p = 0.098).
Kesimpulan: Adanya perbedaan arus puncak ekspirasi pada perokok pasif dan bukan perokok pasif. Namun tidak ada perbedaan yang bermakna nilai arus puncak ekspirasi pada anak perokok pasif baik berdasarkan jumlah konsumsi rokok orang tua per hari maupun lama paparan terhadap asap rokok.
ABSTRACT
Background Indonesia ranks fifth among countries with the highest aggregate levels of tobacco consumption in the world. It is estimated that more than 43 million children are living with smokers and are exposed to passive or environmental tobacco smoke. Infants and children exposed to ETS have increased rates of respiratory and ear infections, asthma and reduced lung function. The effects of tobacco smoke exposure on lung function in children are dependent on the source, timing and dose of exposure and may be modified by the sex of the child and the child’s asthma status.
Objective To compare peak flow volume between passive with non passive smokers children and to define what factor that contribute to peak flow volume in passive smokers.
Method A cross sectional study was conducted in Desa Telaga Jernih, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara during August 2009. Peak expiratory flow measured with mini-wright peak flow meter.
Results One hundred seventy participants were eligible which consist of 100 passive smokers and 70 non passive smokers children. Distribution of age in both groups was almost the same, as well as the characteristics of weight and height of each group. There were significant difference of peak expiratory flow volume between passive and non passive smokers, 211.3 l/minute (SD 61.08) and 242.7 l/minute (SD 77.09) respectively (P < 0.005). No influence of time of exposure (P = 0.079) and amount of tobacco smoking (P = 0.098).
Conclusion There was a significant difference of peak expiratory flow volume between passive and non passive smokers. No difference of peak expiratory flow volume in passive smoker children by time of exposure nor amount of tobacco smoking.
ABSTRAK
Latar belakang: Indonesia menempati urutan kelima di antara negara-negara pengkonsumsi sigaret (rokok) tertinggi di dunia. Diperkirakan lebih dari 43 juta anak tinggal bersama dengan perokok dan terpapar pada asap rokok pasif atau asap rokok lingkungan.Efek ini tidak terbatas pada perokok aktif saja, tetapi juga perokok pasif seperti janin dalam kandungan, neonatus, bayi dan anak.Efek asap rokok terhadap fungsi paru anak bergantung pada sumber, waktu dan dosis paparan dan dimodifikasi oleh jenis kelamin dan status asma pada anak tersebut.
Tujuan: untuk membandingkan nilai arus puncak ekspirasi pada anak perokok pasif dengan bukan perokok pasif dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai arus puncak ekspirasi pada anak perokok pasif.
Metode: Suatu penelitian cross sectional untuk menilai perbedaan nilai arus puncak ekspirasi antara anak perokok pasif dengan bukan perokok pasif. Penelitian dilaksanakan selama Agustus 2009 di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.
Hasil: Sebanyak 170 anak mengikuti penelitian yang dibagi menjadi 100 anak perokok pasif dan 70 anak bukan perokok pasif. Distribusi usia pada masing-masing kelompok hampir sama begitu juga berat badan dan tinggi badan. Terdapat perbedaan yang bermakna arus puncak ekspirasi pada perokok pasif dan bukan perokok pasif, 211.3 l/minute (SD 61.08) and 242.7 l/minute (SD 77.09) secara berurutan (p<0.005). Tidak terdapat pengaruh lama paparan (p=0.079) dan jumlah konsumsi rokok pada anak perokok pasif (p = 0.098).
Kesimpulan: Adanya perbedaan arus puncak ekspirasi pada perokok pasif dan bukan perokok pasif. Namun tidak ada perbedaan yang bermakna nilai arus puncak ekspirasi pada anak perokok pasif baik berdasarkan jumlah konsumsi rokok orang tua per hari maupun lama paparan terhadap asap rokok.
ABSTRACT
Background Indonesia ranks fifth among countries with the highest aggregate levels of tobacco consumption in the world. It is estimated that more than 43 million children are living with smokers and are exposed to passive or environmental tobacco smoke. Infants and children exposed to ETS have increased rates of respiratory and ear infections, asthma and reduced lung function. The effects of tobacco smoke exposure on lung function in children are dependent on the source, timing and dose of exposure and may be modified by the sex of the child and the child’s asthma status.
Objective To compare peak flow volume between passive with non passive smokers children and to define what factor that contribute to peak flow volume in passive smokers.
Method A cross sectional study was conducted in Desa Telaga Jernih, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara during August 2009. Peak expiratory flow measured with mini-wright peak flow meter.
Results One hundred seventy participants were eligible which consist of 100 passive smokers and 70 non passive smokers children. Distribution of age in both groups was almost the same, as well as the characteristics of weight and height of each group. There were significant difference of peak expiratory flow volume between passive and non passive smokers, 211.3 l/minute (SD 61.08) and 242.7 l/minute (SD 77.09) respectively (P < 0.005). No influence of time of exposure (P = 0.079) and amount of tobacco smoking (P = 0.098).
Conclusion There was a significant difference of peak expiratory flow volume between passive and non passive smokers. No difference of peak expiratory flow volume in passive smoker children by time of exposure nor amount of tobacco smoking.
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia menempati urutan kelima di antara negara-negara perokok
tembakau tertinggi di dunia.1,2 Lebih dari setengah (57%) rumah tangga
memiliki sedikitnya satu orang perokok dan hampir semuanya (91.8%)
merokok di dalam rumah. Diperkirakan lebih dari 43 juta anak tinggal
bersama dengan perokok dan terpapar asap tembakau lingkungan.1,3
Paparan asap rokok merupakan ancaman global terhadap kesehatan
manusia, mengakibatkan kelainan pada tubuh khususnya pada sistem
respiratori. Efek ini tidak terbatas pada perokok aktif saja, tetapi juga perokok
pasif seperti janin dalam kandungan, neonatus, bayi dan anak.4,5
Bayi dan anak apabila terpapar asap rokok akan meningkatkan risiko
menderita bronkitis, pneumonia, infeksi telinga tengah, asma dan penurunan
fungsi paru.1,4-10 Akibat asap rokok pada fungsi paru anak bergantung pada
sumber, waktu serta dosis paparan dan dimodifikasi oleh jenis kelamin dan
status asma anak.8
Uji fungsi paru yang obyektif dan terukur memegang peranan penting
dalam diagnosis, evaluasi derajat penyakit dan pengobatan, juga digunakan
sebagai alat survei epidemiologi.11-13 Penilaian fungsi paru sulit dilakukan
pada anak karena anak kurang kooperatif sehingga dirancang suatu alat
instrumen kecil, portable, murah dan mudah digunakan sebagai perangkat
alternatif untuk mengukur arus puncak ekspirasi dan cukup memadai untuk
memantau penyakit paru obstruktif. Alat ini secara luas telah digunakan pada
penderita asma dan digunakan sebagai uji tapis penyakit respiratori.14
1.2. Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan nilai arus puncak ekspirasi antara anak perokok pasif
dengan bukan perokok pasif.
1.3. Hipotesis
Ada perbedaan nilai arus puncak ekspirasi antara anak perokok pasif dengan
bukan perokok pasif.
1.4. Tujuan Penelitian
1. Membandingkan nilai arus puncak ekspirasi antara anak perokok pasif
dengan bukan perokok pasif
2. Mengetahui faktor-faktor berpengaruh pada nilai arus puncak ekspirasi
1.5. Manfaat Penelitian
1. Di bidang akademik atau ilmiah: meningkatkan pengetahuan tentang
efek perokok pasif terhadap nilai arus puncak ekspirasi anak
2. Di bidang pelayanan masyarakat: memotivasi anggota keluarga untuk
berhenti merokok setidaknya memotivasi kebiasaan agar tidak
merokok di dalam rumah atau lingkungan anggota keluarga
3. Di bidang pengembangan masyarakat: meningkatkan pengetahuan
masyarakat terutama anggota keluarga perokok dan dampak asap
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perokok Pasif
Perokok pasif atau second hand smoke (SHS) istilah pada orang lain bukan
perokok, terpapar asap rokok secara tidak sadar dari perokok aktif.
Sidestream Smoke (SS) adalah asap rokok sampingan hasil pembakaran
rokok itu sendiri sedangkan Mainsteam Smoke (MS) adalah asap rokok
utama dihembuskan kembali ke udara oleh perokok aktif.6 Kedua keadaan ini
merupakan masalah penting bagi kesehatan lingkungan terutama di
Indonesia karena meningkatnya pengkonsumsi rokok. Data WHO
menyatakan, Indonesia mengalami peningkatan tajam pengkonsumsi rokok
dalam 30 tahun terakhir, dari 33 milyar batang per tahun pada tahun 1970
menjadi 217 milyar batang pada tahun tahun 2000.1,2
Prevalensi perokok aktif di kalangan orang dewasa terus meningkat
dari 26.9% pada tahun 1995 menjadi 32.5% pada tahun 2001. Pria pedesaan
dengan tingkat pendidikan dan pendapatan rendah memiliki prevalensi
perokok lebih tinggi.1,2 Data ini didukung oleh penelitian di Liverpool, tingkat
sosioekonomi rendah merupakan faktor risiko signifikan terpapar asap
rokok.15 Hasil penelitian di Jawa Barat juga menyimpulkan, tingkat pendidikan
dan pendapatan rendah memiliki prevalensi perokok lebih tinggi.16
Suatu penelitian melaporkan, lebih dari setengah anak-anak di Inggris
1998, 42% anak British terpapar asap rokok setidaknya dari satu orang
perokok aktif di rumah.18
2.2. Efek Perokok Pasif pada Fungsi Paru Anak
Dari berbagai hasil penelitian cross sectional dan analisis longitudinal
terbukti, baik paparan asap rokok aktif maupun pasif selama masa anak akan
mengganggu (mempengaruhi) fungsi paru. Dari hasil analisis 21 penelitian
cross sectional tahun 1979-1997 melaporkan, terjadi pengurangan volume
puncak ekspirasi pada detik pertama atau Force Expiratory Volume One
second (FEV1) pada 18 dari 21 penelitian. Analisis ini menyimpulkan,
umumnya ibu perokok (maternal smoking) semasa hamil mungkin berkaitan
dengan pengurangan fungsi paru janin secara signifikan.19
Penelitian-penelitian lain melaporkan ada efek terpisah pada anak
perokok pasif. Hasil penelitian di Turki pada 360 anak usia 9-13 tahun, bapak
perokok (paternal smoking) sangat erat kaitannya dengan pengurangan
kapasitas vital paksa atau Force Vital Capacity (FVC), laju ekspirasi paksa
pada 25% sampai 75% kapasitas vital atau Force Expiratory Flow between
25% and 75% of FVC (FEF25-75) dan laju ekspirasi puncak. Keadaan ini
terjadi karena di Turki lebih banyak pria perokok dibandingkan wanita.20
Penelitian di Cina juga meaporkan bapak yang merokok lebih dari 30 batang
keturunannya. Di Cina, prevalensi pria perokok 61%, sedangkan wanita
hanya sekitar 7%.21
Penelitian internasional skala besar pada anak usia berkisar antara 6
hingga 12 tahun melaporkan, paparan asap rokok berpengaruh pada FEV1
dan laju midekspirasi maksimal atau Maximal Mid Expiratory Flow (MMEF),
pengaruh ini semakin nyata pada paparan prenatal.22
Penelitian-penelitian lain membuktikan kontribusi perokok pasif
prenatal dan postnatal pada fungsi paru anak akan terjadi terutama apabila
ibu perokok semasa hamil. Penurunan fungsi paru pada usia remaja
dilaporkan berkaitan dengan paparan dini dari ibu perokok pada 5 tahun
pertama kehidupan anak.23
2.3. Mekanisme Paparan Asap Rokok pada Pengurangan Fungsi Paru
Asap rokok merupakan campuran kompleks antar 4700 bahan kimia,
termasuk radikal bebas dan oksidan (O2-) dalam konsentrasi tinggi.24,25
Beban oksidan bertambah dalam paru akibat pelepasan Reactive Oxygen
Species (ROS) dari makrofag dan neutrofil. Disatupihak peningkatan
sekuestrasi neutrofil pada sirkulasi mikro paru akibat paparan asap rokok
dapat meningkatkan oksidan. Dipihak lain asap rokok juga mengurangi
kapasitas antioksidan di plasma berkaitan dengan penurunan protein
menyebabkan peningkatan lipid peroksidase dan transkripsi gen sitokin
proinflamasi yang berperan pada obstruksi paru.25
Banyak penelitian mengenai mekanisme efek perokok pasif dilakukan
pada binatang. Penelitian pada manusia dilaporkan, terjadi peningkatan
signifikan ketebalan dinding dalam saluran respiratorik pada anak meninggal
tiba-tiba (sudden infant death syndrome) akibat terpapar asap rokok pasif.
Tidak dijumpai perubahan pada lapisan muskular, mukosa bronkus atau
epitel saluran respiratorik. Peneliti menyimpulkan, perubahan struktural ini
akibat peningkatan pembentukan kolagen.26
2.4. Uji Fungsi Paru
Uji fungsi paru pada anak digunakan untuk mendeteksi disfungsi mekanik,
menentukan derajat disfungsi, dan menentukan apakah jenis disfungsi
obstruktif, restriktif, atau gabungan keduanya. Uji fungsi paru juga berguna
untuk pemantauan proses perjalanan penyakit dan menilai efek intervensi
pengobatan akut maupun jangka panjang.11-13
Peak Flow Meter, salah satu alat yang digunakan untuk menilai Arus
Puncak Ekspirasi (APE) atau Peak Flow Rate (PFR) dengan satuan liter per
menit, mengetahui sedini mungkin adanya penurunan fungsi paru dan
penyempitan ataupun sumbatan saluran respiratorik.27
Sampai saat ini, alat baku yang dipakai untuk mengukur APE adalah
seperti yang terlihat pada Gambar 2.1. Deras arus udara diukur dengan
gerakan piston yang terdorong oleh arus udara yang ditiupkan melalui pipa
peniup. Piston akan mendorong jarum penunjuk (marker). Karena piston
dikaitkan dengan sebuah pegas, maka setelah arus berhenti, oleh gaya tarik
balik (recoil) piston tertarik ke kedudukan semula dan jarum penunjuk
tertinggal pada titik tunjuk jarum penunjuk.14
Gambar 2.1 Mekanika kerja wright peak flow meter 14
Dari beberapa penelitian dengan menggunakan spirometri, nilai APE
berkorelasi erat dengan FEV1. Pengukuran APE di rumah dengan
menggunakan PFM lebih mudah dibandingkan mengukur FEV1, sehingga
pengukuran APE setiap harinya direkomendasikan secara internasional untuk
penderita asma.28
Hasil pengukuran APE dalam bentuk angka dibandingkan dengan nilai
APE prediksi anak sesuai jenis kelamin, usia, tinggi badan dan dipetakan
dengan sistem zona traffic light. Zona hijau bila nilai APE 80% sampai 100%
50% sampai 80%, menandakan mulai terjadi penyempitan saluran respiratori,
2.5. Kerangka Konseptual
Lama paparan Jumlah batang rokok
Tingkat sosioekonom
i Jumlah anggota
keluarga yang merokok di
h
Anak terpapar asap tembakau
Penurunan protein sulfhidryl
(GSH)
Penurunan fungsi Sekuestrasi
neutrofil
Transkripsi gen sitokin
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
: Yang diamati dalam penelitian Lipid
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi cross sectional untuk menilai perbedaan nilai
arus puncak ekspirasi antara anak perokok pasif dengan bukan perokok
pasif.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 050707 Desa Telaga
Jernih, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera
Utara. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2009.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi target, anak berusia 6 sampai 12 tahun. Populasi terjangkau,
populasi target yang menjalani pendidikan di SD Negeri 050707 Desa Telaga
Jernih, Kecamatan Secanggang selama penelitian. Sampel, populasi
terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
3.4. Perkiraan Besar Sampel
Perkiraan besar sampel ditentukan dengan rumus uji hipotesis pada rerata
dua populasi independen:30
(Zα + Zβ)s 2
(x1 – x2) n1 = n2 = 2
n1 = jumlah subjek perokok pasif
n2 = jumlah subjek bukan perokok pasif
α = kesalahan tipe I = 0,05 → Tingkat kepercayaan 95%
Zα = nilai baku normal = 1,96
β = kesalahan tipe II = 0,2 → Power (kekuatan penelitian) 80%
Zβ = 0,842
S = simpang baku kedua kelompok ( 20 l/mnt )13
X1 – X2 = perbedaan klinis yang diinginkan ( 10 )
(1,96 + 0,842)20 2
(10) n1 = n2 = 2
Dengan menggunakan rumus di atas didapat jumlah sampel untuk
masing-masing kelompok sebanyak 62 orang.
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi :
1. Anak usia 6 - 12 tahun perokok pasif dan bukan perokok pasif
2. Bersedia dan mampu melakukan uji fungsi paru dengan alat Peak
Flow Meter
Kriteria Eksklusi :
1. Ada riwayat atopi / penyakit asma
2. Anak tidak kooperatif
3. Anak perokok aktif
4. Ada kelainan bentuk dinding dada
3.6. Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
Semua sampel penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah
dilakukan penjelasan. Formulir Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) dan
naskah penjelasan terlampir dalam usulan penelitian.
3.7. Etika Penelitian
Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran
Universitas Sumetera Utara.
3.8. Cara Kerja
1. Orang tua sampel menanda tangani informed consent sebagai bukti
kesediaan anaknya diikutkan dalam penelitian ini
2. Orang tua atau anak mengisi data kuesioner
3. Tinggi Badan (TB) diukur dengan menggunakan mikrotoa 2 m. Anak
Bokong dan tumit menempel ke dinding dan tanpa menggunakan alas
kaki
4. Dilakukan pemeriksaan fisik torak untuk melihat apakah ada kelainan
dinding dada
5. Anak diajarkan cara menggunakan peak flow meter
6. Anak dengan posisi berdiri tegak lurus disuruh menarik nafas dalam
kemudian menghembus peak flow meter dengan ekspirasi maksimal
sesuai peragaan sebelumnya. Cara serupa dilakukan sebanyak 3 kali
dan nilai tertinggi dicatat sebagai nilai APE.
3.9. Identifikasi Variabel
Variable bebas Skala
Perokok pasif Nominal dikotom
Variabel terikat Skala
Arus puncak ekspirasi Numerik
3.10. Definisi operasional
1. Perokok pasif, istilah pada orang lain bukan perokok, terpapar asap
rokok secara tidak sadar dari perokok aktif. Sidestream Smoke (SS)
adalah asap rokok sampingan hasil pembakaran rokok itu sendiri
sedangkan Mainsteam Smoke (MS) adalah asap rokok utama
2. Arus puncak ekspirasi, nilai kecepatan maksimum arus yang
dihasilkan saat ekspirasi dengan manuver setelah inspirasi maksimal,
diukur saat mulai hingga akhir ekspirasi maksimal dengan satuan liter
per menit. Pada penelitian ini digunakan alat mini wright AFS low
range peak flow meter (Clement Clarke Harlow,UK). Dengan alat ini
deras arus udara yang dapat diukur adalah 0 liter/menit sampai 400
liter/menit
3. Asma, mengi berulang dan/atau batuk persisten dengan karakteristik
sebagai berikut: timbul secara episodik, cendrung pada malam/dini
hari (nokturnal) musiman, setelah aktivitas fisik, serta terdapat riwayat
asma atopi lain pada pasien dan/atau keluarganya
4. Anak diikutkan dalam penelitian ini, anak SD perokok pasif dan bukan
perokok pasif usia 6 tahun hingga 12 tahun
5. Jumlah perokok di rumah, jumlah anggota keluarga perokok dalam
rumah
6. Jumlah konsumsi rokok, jumlah batang rokok di konsumsi setiap hari
oleh perokok di rumah
7. Lama paparan, berapa tahun si anak terpapar oleh asap rokok baik
3.11. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang terkumpul diolah, dianalisis, dan disajikan dengan menggunakan
program komputer (SPSS Versi 13.0 dan Microsoft Excell tahun 2007).
Interval kepercayaan yang digunakan adalah 95% dan batas kemaknaan P
<0.05.
Untuk menilai perbadingan nilai arus puncak ekspirasi pada perokok
pasif dan bukan perokok pasif digunakan uji t. Untuk mengetahui faktor-faktor
BAB 4. HASIL
4.1. Data Demografik dan Karakteristik Subyek
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 050707 Desa Telaga Jernih,
Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Luas
wilayah Kecamatan Secanggang adalah 223.27 km2, terdiri dari 15 desa atau
kelurahan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2005, Kecamatan
Secanggang memiliki jumlah penduduk 63 820 jiwa dan 32 SD dengan
jumlah siswa 6079 orang.31
Populasi terjangkau sebanyak 182 anak, 5 (2.7%) menderita asma, 7
(3.9%) tidak kooperatif. Dari 170 sampel (93.4%) memenuhi kriteria inklusi,
terdiri dari 100 perokok pasif dan 70 bukan perokok pasif.
Data-data karakteristik sampel seperti usia, jenis kelamin, berat badan,
tinggi badan, pekerjaan dan pendidikan serta penghasilan orang tua tertera
Tabel 4.1 Data demografik sampel
Kelompok
Variabel Perokok Pasif
(n = 100) Pekerjaan orang tua **
Buruh/tani Penghasilan orang tua **
< Rp. 300 rb Pendidikan orang tua **
Rendah
Distribusi usia pada masing-masing kelompok yaitu 9.5 tahun dengan
rerata berat badan 24 kg dan tinggi badan 128 cm. Tingkat pendidikan dan
penghasilan orang tua masing masing kelompok rendah dan pekerjaan orang
tua 62 (62%) pada kelompok perokok pasif dan 38 (54.3%) pada kelompok
4.2. Perbedaan Arus Puncak Ekspirasi pada Perokok Pasif dan Bukan
Perokok Pasif
Terdapat perbedaan bermakna arus puncak ekspirasi pada perokok pasif dan
bukan perokok pasif (P=0.005). Arus puncak ekspirasi pada perokok pasif
211.3 L/menit (SD 61.08) dan arus puncak ekspirasi bukan perokok pasif
242.7 L/menit (SD 77.09).
4.3. Distribusi Rata-Rata Arus Puncak Ekspirasi berdasarkan Lama
Paparan dan Jumlah Rokok per Hari
Tabel 4.3 Distribusi rata-rata arus puncak ekspirasi berdasarkan lama paparan dan jumlah rokok per hari
Variabel N Mean (SD) IK 95% P
Dari tabel di atas terlihat bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna
nilai arus puncak ekspirasi dari ketiga kelompok berdasarkan lama paparan
ada perbedaan yang bermakna dari keempat kelompok. Keadaan ini mungkin
karena lama paparan asap rokok > 5 tahun (68%) dibandingkan dengan 1-3
tahun (14%) dan 18% pada 3-5 tahun, datanya homogen ke lama paparan >
5 tahun. Keadaan serupa ditemukan pada jumlah konsumsi perokok setiap
hari, kurang dari 10 batang mencapai 77% dibandingkan dengan
pengkonsumsi rokok yang lain lebih banyak. Terhadap jumlah anggota
keluarga perokok di rumah, 100% sampel perokok pasif terpapar asap rokok
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Subyek Penelitian
Penilaian uji fungsi paru anak tidak mudah dilakukan, umumnya anak tidak
kooperatif.14 Pemeriksaan fungsi paru membutuhkan gerakan-gerakan
(manuver) baku yang sesuai dengan tujuan pemeriksaan. Keberhasilan
pemeriksaan sangat membutuhkan kerjasama antara anak dan alat.
Pemeriksaan optimal diperoleh apabila anak benar-benar mengerti dan dapat
menjalankan instruksi dari instruktor.32-34 Dengan pendekatan yang baik,
dilaporkan bahwa pemeriksaan fungsi paru berulang (tiga kali berturut) pada
anak hasilnya dapat diterima.35 Pada penelitian ini, dilakukan penilaian uji
fungsi paru anak usia berkisar 6 tahun hingga 12 tahun. Dengan pendekatan
yang baik, pemberian instruksi yang mudah dimengerti sampel dapat
menjalankan pemeriksaan uji fungsi dengan baik. Dari 182 anak akan diteliti,
hanya 170 anak diikutkan dalam penelitian ini, 5 anak dieksklusikan karena
asma, dan hanya 7 anak karena tidak kooperatif
Pada saat ini, berbagai alat canggih telah dikembangkan untuk menilai
berbagai aspek fungsi paru. Uji fungsi paru yang ada pada saat ini dan sudah
umum dilakukan adalah seperti tertera pada Tabel 5.1 di bawah ini.
Tabel 5.1. Ruang lingkup fungsi pernafasan13
Fungsi Pemeriksaan Metode/alat
Ventilasi Volume paru, resistensi
paru, komplains paru
Spirometer, astograf,
body-plethysmograph, helium washout,
closing volume, ventilation scanning
Pertukaran gas Difusi, perfusi Analisis gas darah arteri, perfusion
scanning
Metabolisme VO2 max, anaerobic
threshold (AT), Lactic acid
threshold (LAT)
Breath-by-breath analyzing
Uji fungsi paru biasa dilakukan di klinik untuk keperluan diagnostik
umumnya hanya menyangkut salah satu aspek fungsi paru, yakni fungsi
ventilasi. Salah satu alat uji fungsi ventilasi paru anak yang sering digunakan
adalah spirometri. Alat ini harganya mahal karena semakin canggih dengan
kerumitan tinggi, juga memerlukan koordinasi dengan alat sehingga
operasionalnya relatif terbatas pada sebagian besar pelayanan kesehatan di
negara kita. Telah dirancang suatu alat sederhana yaitu peak flow meter
merupakan sebuah instrumen kecil, portable, murah dan mudah digunakan
sebagai suatu alternatif untuk mengukur arus puncak ekspirasi.13,14 Pada
penelitian ini digunakan alat mini wright AFS low range peak flow meter
(Clement Clarke Harlow,UK). Dengan alat ini deras arus udara yang dapat
Data WHO tahun 2003 menyatakan, pria pedesaan dengan tingkat
pendidikan dan penghasilan rendah memiliki prevalensi perokok lebih tinggi.1
Data ini didukung oleh penelitian di Liverpool, tingkat sosioekonomi rendah
merupakan faktor risiko signifikan terpapar asap rokok.15 Sesuai penelitian
yang dilakukan di Jawa Barat, tingkat pendidikan dan pendapatan rendah
memiliki prevalensi perokok lebih tinggi.16 Pada penelitian ini, anak perokok
pasif memiliki orang tua dengan tingkat pendidikan dan penghasilan rendah,
mata pencaharian terbanyak adalah buruh atau tani.
5.2 Perbedaan Arus Puncak Ekspirasi pada Perokok Pasif dan Bukan
Perokok Pasif
Hubungan antara paparan asap tembakau lingkungan dan disfungsi paru
telah diteliti beberapa peneliti epidemiologi di beberapa negara. Telah terbukti
paparan asap tembakau lingkungan dapat meningkatkan frekuensi gejala
gangguan respiratorik dan pengurangan fungsi paru,5 seperti meningkatkan
frekuensi batuk, wheezing, produksi sputum dan penyakit respiratorik lain,36-39
pengurangan FEV1,40 FEV1/FVC dan FEF25-75,41 dan peningkatan reaktivitas
jalan nafas.42,43 Bukti ini terlihat jelas pada bayi baru lahir, bayi dan anak
prasekolah.
Data pendukung semakin banyak membuktikan pengaruh asap
tembakau lingkungan pada fungsi paru. Penelitian awal menunjukkan,
kapasitas vital. Peningkatan signifikan pada kapasitas residual volume dan
functional residual capacity juga tampak jelas menunjukkan adanya spasme
saluran nafas kecil.44 Terdapat bukti kuat, paparan asap tembakau
lingkungan menyebabkan perubahan maturitas paru pada masa anak. Anak
yang terpapar asap tembakau lingkungan mengakibatkan penurunan FEV1,
FEV1/FVC, FEF25-75 dan MMEF dan peningkatan reaktivitas jalan nafas.40-43
Anak terpapar asap tembakau lingkungan pada usia dini mengakibatkan
penurunan fungsi paru lebih cepat pada usia dewasa. Pada penelitian ini,
setelah dilakukan perbandingan arus puncak ekspirasi pada anak perokok
pasif dibanding dengan anak bukan perokok pasif didapatkan hasil yang
berbeda bermakna.
Ibu perokok efeknya lebih besar terhadap paru anak dibandingkan
dengan bapak karena ibu dan anak lebih erat hubungannya baik secara fisik
maupun psikologis. Beberapa penelitian melaporkan ada efek yang terpisah
pada anak perokok pasif. Penelitian di Turki pada 360 anak usia 9-13 tahun,
bapak perokok (paternal smoking) lebih erat kaitannya dengan pengurangan
FVC, FEF25-75 dan laju ekspirasi puncak. Keadaan ini diakibatkan karena di
Turki lebih banyak pria perokok dibandingkan wanita.20 Penelitian di Cina
menunjukkan bapak perokok berkaitan dengan pengurangan signifikan pada
FEV1 dan FVC pada keturunannya. Di Cina, prevalensi perokok pria 61%
dibandingkan dengan wanita hanya berkisar 7%.21 Keadaan ini didukung hasil
perokok pasif terpapar hanya dari satu orang anggota keluarga perokok yaitu
bapak.
Pada 3285 bayi di Shanghai, terjadi peningkatan 4.5 kali lipat
hospitalisasi karena gejala respiratorik selama 18 bulan pertama terpapar di
rumah dengan lebih dari 20 batang rokok setiap hari.45 derupa dengan hasil
penelitian di Cina, bapak yang merokok lebih dari 30 batang sehari
berhubungan dengan pengurangan signifikan pada FEV1 dan FVC pada
keturunannya.21 Studi longitudinal menunjukkan bahwa paparan asap
tembakau lingkungan berkaitan dengan dosis-respon terhadap fungsi paru
(FEV1) pada anak usia sekolah.45 Pada penelitian ini, 77% anak terpapar
asap tembakau lingkungan dirumah < 10 batang rokok per hari.
Penelitian-penelitian lain membuktikan kontribusi perokok pasif
prenatal dan postnatal terhadap fungsi paru anak akan terjadi terutama
apabila ibu perokok semasa hamil. Penurunan fungsi paru masa remaja juga
dilaporkan berkaitan dengan paparan ibu perokok pada 5 tahun pertama
kehidupan anak.23 Anak dengan ibu perokok sejak 2 tahun pertama usia anak
mempunyai fungsi paru yang lebih rendah, dengan karakteristik gangguan
saluran respiratorik.45 Dari 75 anak dengan ibu perokok selama hamil tapi
tidak setelah melahirkan menunjukkan penurunan 11% FEF25-75 dibandingkan
dengan anak yang tidak pernah terpapar.43 Penelitian terhadap 8863 anak
ditemukan penurunan fungsi paru pada usia 8-12 tahun bila ibu mereka
hanya dipengaruhi oleh paparan asap tembakau pascanatal tetapi juga
paparan prenatal (ibu perokok selama hamil). Pada penelitian ini
mendapatkan, 68% anak terpapar asap tembakau lingkungan selama > 5
tahun. Tidak dijumpai perbedaan bermakna nilai arus puncak ekspirasi
berdasarkan lama paparan. Disebabkan 100% anak terpapar dengan satu
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Terdapat perbedaan bermakna arus puncak ekspirasi antara perokok pasif
dan bukan perokok pasif. Tidak dijumpai perbedaan bermakna nilai arus
puncak ekspirasi pada anak perokok pasif berdasarkan jumlah konsumsi
rokok orang tua per hari dan lama paparan terhadap asap rokok.
6.2. Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut arus puncak ekspirasi, sebaiknya dilakukan
penelitian kohort prospektif untuk melihat fungsi paru sebelum dan sesudah
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO Indonesia dan Depkes RI. Konsumsi tembakau & prevalensi
merokok Indonesia. 2003. Dunduh dari
www.litbang.depkes.go.id/tobaccofree. Diakses Juni 2009.
2. USDA data on consumption for Indonesia is based on production. Diunduh dari http://www.fas.usda.gov/psd/completefiles. Diakses Juni 2009.
3. Pradono, Kristanti. 2002. Passive smokers, the forgotten disaster. Institute of Health Research and Development, Ministry of Health.
4. Carlsen KH, Carlsen KCL. Respiratory effects of tobacco smoking on infants ang young children. Pediatr Respir Rev. 2008;9:11-20.
5. Wang S, Witten ML. Environmental tobacco smoke and lung function. Dalam: Watson RR, Witten ML, penyunting. Environmental tobacco smoke. New York: CRC press; 2000. h. 301-5.
6. WHO. Environmental tobacco smoke. Denmark. 2000. Diunduh dari:
www.euro.who.int/8_lets.pdf. Diakses Juni 2009.
7. WHO 1999. International Consultation on Environtmental tobacco Smoke and Child Health. Diunduh dari:
http://www.who.int/tobacco/healthimpact/youth/ets/. Diakses Juni 2009.
8. Henderson AJ. The effects of tobacco smoke exposure on respiratory health in school-aged children. Pediatr Respir Rev. 2008;9:21-8.
9. WHO. Protection from exposure to second-hand tobacco smoke. Policy Recommendation. 2007.
10. Janson C. The effect of passive smoking on respiratory health in children and adults. Int J Tuberc Lung Dis. 2004;5:510-6.
11. Daulay RM, Said M, Naning R, Dadiyanto DW. Prosedur tindakan pada penyakit respiratori. Dalam: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB, penyunting. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008. h. 583-95.
12. Kaswandani N. Uji fungsi paru pada batuk kronik. Dalam: Trihono PP, Kurniati N, penyunting. Strategi pendekatan klinis secara professional batuk pada anak. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM; 2006. h. 26-39.
Wirjodiarjo M, Supriyatno B, penyunting. Perkembangan masalah pulmonologi anak saat ini. Jakarta: Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak FK-UI; 1994. h. 45-73.
14. Wirjodiarjo M, Said M, Budiman HI. Perbandingan hasil pengukuran peak flow rate antara mini wright peak flow meter dan spirometer elektronik pada anak. Majalah Kedokteran Indonesia. 1992;42:575-84. 15. Delpisheh A, Kelly Y, Brabin BJ. Passive cigarette smoke exposure in
primary school children in Liperpool. Public Health.2006;120:65-9.
16. Ganiwijaya T, Sjukrudin E, Backer GD, Suhana D, Brotoprawiro S, Sukandar H. Prevalensi of cigarette smoking in a rural area of West Java, Indonesia. Tobacco Control. 1995;4:335-337.
32
17. Cook G, Whincup PH, Jarvis MJ, Strachan DP, Papacosta O, Bryant A. Passive exposure to tobacco smoke in children aged 5-7 years: individual, family, and community factors. BMJ. 1994;308:384-9.
18. Bridgwood A, Lilly R, Thomas M, Bacon J, Sykes W, Morris S. Smoking. Dalam: Bridgwood A, Lilly R, Thomas M, Bacon J, Sykes W, Morris S, penyunting. Living in Britain result from the 1998 General Household Survey. London: Office of National Statistics; 1998. h. 116-43.
19. Cook DG, Strachan DP, Carey IM. Health effects of passive smoking. 9; Parental smoking and spirometric indices in children. Thorax.1998;53:884-93.
20. Bek K, Tomac N, Delibas A, Tuna F, Tezic HT, Sungkur M. The effect of smoking on pulmonary function during childhood. Postgrad Med J. 1999;75:339-41.
21. Venners SA, Wang X, Chen C, Wang B, Ni J, Jin Y, dkk. Exposure-response relationship between paternal smoking and children’s pulmonary function. Am J Respir Crit Care Med. 2001;164:973-6.
22. Moshammer H, Hoek G, Luttman GH. Parental smoking and lung function in children: an international study. Am J Respir Crit Care Med. 2006;173:1255-63.
23. Wang X, Wypij D, Gold DR. A longitudinal study of the effects of parental smoking on pulmonary function in children 6-18 years. Am J Respir Crit Care Med. 1994;139:1139-52.
penyunting. The chemical component of tobacco and tobacco smoke. New York: CRC Press; 2000. h. 27-9.
25. Rahman I, MacNee W. Lung glutathione and oxidative stress: implications in cigarette smoke-induced airway disease. Am J Physiol. 1999;277:1067-88.
26. Elliot J, Vullemin P, Robinson P. Maternal cigarette smoking is associated with increased inner airway wall thickness in children who die from sudden infant death syndrome. Am J Respir Crit Care Med. 1998;158:802-6.
27. Aditama TY, Mangunnegoro H, Fachrurodji H, Saharawati D. penggunaan arus puncak ekspirasi maksimal dalam penilaian faal paru. Medika.1987;7:670-72.
28. Eid N, Yandell B, Howell L, Eddy M, Sheikh S. can peak expiratory flow predict airflow obstruction in children with asthma?. Pediatrics. 2000;105:354-8.
29. American Lung Association. Peak flow meters. June 2008. Diunduh dari: www.lungusa.org/b.22586/peak_flow_meters.htm. Diakses Juni 2009.
30. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismail S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto. 2008. h. 302-31.
31. Website resmi Pemerintah Kabupaten Langkat. Diunduh dari:
http://www.langkatkab.go.id. Diakses pada Agustus 2009.
32. Paton JY. A practical approach to the interpretation of lung testing in children. Pediatric Respiratory Reviews. 2000;1:241-8.
33. Milner AD. Lung Volume measurements in childhood. Pediatrics Respiratory Reviews. 2000;1:135-40.
34. Beardsmore SC. Ethical issues in lung function testing in children. Pediatric respiratory reviews. 2000;1: 342-346.
35. Nystad W, Samuelsen SO, Nafstad P, Edvardsen E, Stensrud T, Jaakkola JJ. Feasibility of measuring lung function in preschool children. Thorax. 2002;57:1021-1027.
36. Ekwo EE, Weinberger MM, Lachenbruch PA, Huntley WH. Relationship of parental smoking and gas cooking to respiratory disease in children. Chest. 1983;84: 662-7.
38. Forastiere F, Corbo GM, Michelozzi P, Pistelli R, Agabiti N, Brancato G, dkk. Effects of environmental and passive smoking on the respiratory health of children. Int J Epidemiol. 1992;21:66-71.
39. Schulte-Hobein B, Schwartz-Bickenbach D, Abt S, Plum C, Nau H. Cigarette smoke exposure and development of infants throughout the
first year of life: influence of passive smoking and nursing on cotinine levels in breast milk and infant’s urine. Acta Paediatr Scand. 1992;81:550-9.
40. O’Connor GT, Weiss ST, Tager IB, Speizer FE. The effect of passive smoking on pulmonary function and nonspecific bronchial responsiveness in a population based sample of children and young adults. Am Rev Respir Dis. 1987;135:800-4.
41. Sherril DL, Martinez FD, Lebowitz MD, Holdaway MD, Flannery EM,Herbison GP, dkk. Longitudinal effects of passive smoking on pulmonary function in New Zealand children. Am Rev Respir Dis. 1992;145:1136-43.
42. Young S, Souef PNL, Geelhoed GC, Stick SM, Turner KJ, Landau LI.The influence of family history of asthma and parental smoking on airway responsiveness in early infancy. N Engl J Med. 1991;324:1168-75.
43. Frischer T, Kuehr J, Meinert R, Karmaus W, Barth R, Hermann-Kunz E, Urbanek R. Maternal smoking in early childhood: a risk factor for bronchial responsiveness to exercise in primary-school children. J Pediatr. 1992;121:17-25.
44. Pimm P, Shephard RJ, Silverman F. Physiological effects of acute exposure to cigarette smoke. Arch Environ Health. 1978;33:20-6.
45. Bono R, Nebiolo F, Bugiani M, Meineri V, Scursatone E, Piccioni P, dkk. Effects of tobacco smoke exposure on lung growth in adolescents. J Expos Anal Environ Epidemiol.1998;8:335-9.
Lampiran 1.
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ... Umur ... tahun L / P
Alamat : ...
dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan
PERSETUJUAN
untuk dilakukan pemeriksaan arus puncak ekspirasi pada anak saya :
Nama : ... Umur ... tahun
Alamat Rumah : ...
Alamat Sekolah : ...
yang tujuan, sifat, dan perlunya uji yang tersebut di atas, telah cukup
dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.
Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan
tanpa paksaan.
..., ... 2009
Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan
persetujuan
dr. Fitri Yanti
Saksi-saksi : Tanda tangan
1. ...
Lampiran 2.
PENJELASAN KEPADA ORANG TUA
Yth. Bapak / Ibu ……….
Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri. Nama saya dr. Fitri Yanti, bertugas di divisi Respirologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan. Saat ini, kami sedang melaksanakan penelitian tentang perbandingan nilai arus puncak ekspirasi pada anak perokok dan bukan perokok pasif. Saat ini, jumlah orang tua merokok di rumah semakin tahun semakin meningkat. Efek merokok bukan hanya berpengaruh pada subyek yang merokok saja, tetapi juga berpengaruh pada anak-anak yang terpapar asap rokok tersebut, terutama di rumah. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan fungsi paru pada anak. Apakah terjadi penurunan fungsi paru pada anak yang terpapar dibandingkan yang tidak terpapar asap rokok di rumah. Pemeriksaan fungsi paru dilakukan dengan menggunakan alat Peak Flow Meter. Pemeriksaan dilakukan dengan cara mengukur tinggi badan, kemudian anak diajarkan cara menggunakan peak flow meter yaitu dengan posisi berdiri tegak lurus disuruh menarik nafas dalam kemudian menghembus peak flow meter dengan ekspirasi maksimal. Hal ini dilakukan sebanyak 3 kali dan nilai tertinggi dicatat sebagai nilai arus puncak ekspirasi.
Jika Bapak / Ibu bersedia agar anaknya diperiksa fungsi parunya
dengan alat peak flow meter, maka kami mengharapkan Bapak / Ibu
menandatangani lembar Surat Pernyataan Kesediaan.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Atas perhatian Bapak / Ibu, kami ucapkan terima kasih.
dr.Fitri Yanti
Divisi Respirologi - Dep. Ilmu Kesehatan Anak FKUSU-RS H.Adam Malik Jl. Bunga Lau No. 17 Medan. Telp. 8365663
Lampiran 3.
Kuesioner
DATA UMUM
1. Nama : ...………...………
2. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
3. Tempat / Tanggal Lahir : ………..………...……...
Apakah anggota keluarga yang tinggal satu rumah anda merokok? A. Ya B. tidak
Jika ya, siapa yang merokok di rumah
A. Ayah B. ibu C. lainnya(sebutkan)….
Sudah berapa lama orang tua anda merokok A. 1-3 thn B. 3-5 th C. > 5 th
Berapa batang rokok perhari
Lampiran 4
Lampiran 5
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap : dr. Fitri Yanti
Tempat, tanggal lahir : Medan, 15 Juli 1981
Alamat : Jln. Purwosari No. 30 Medan
Nama suami : dr. Muhammad Rizki Yaznil
Nama anak : Assya Az Zahra
Muhammad Yazfi
Pendidikan
1. Sekolah Dasar Negeri 003 Tembilahan, selesai tahun 1994
2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 01Tembilahan, selesai tahun 1997 3. Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Tembilahan, selesai tahun 2000.
4. S1 Sarjana Kedokteran (S.Ked), Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, selesai tahun 2004.
5. Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, selesai tahun 2005.
6. S2 Magister Kedokteran Klinik Bidang Pediatrik (M.Ked-Ped) dan Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak (PPDSA) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, tahun 2007 sampai sekarang.
Pendidikan Spesialis
1. Adaptasi di BIKA FK. USU : 01-12-2006 s/d 31-12-2006
2. Pendidikan Tahap I : 02-01-2007 s/d 31-12-2007
3. Pendidikan Tahap II : 02-01-2008 s/d 31-12-2008 4. Pendidikan Tahap III : 02-01-2009 s/d 31-12-2009 5. Pendidikan Tahap IV : 02-01-2010 s/d 31-12-2010
6. Penelitian : Agustus sampai Oktober 2009
7. Tesis : 20 Juli 2010