• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3. METODE PENELITIAN

5.1. Karakteristik Subyek Penelitian

Penilaian uji fungsi paru anak tidak mudah dilakukan, umumnya anak tidak

kooperatif.14 Pemeriksaan fungsi paru membutuhkan gerakan-gerakan

(manuver) baku yang sesuai dengan tujuan pemeriksaan. Keberhasilan

pemeriksaan sangat membutuhkan kerjasama antara anak dan alat.

Pemeriksaan optimal diperoleh apabila anak benar-benar mengerti dan dapat

menjalankan instruksi dari instruktor.32-34 Dengan pendekatan yang baik,

dilaporkan bahwa pemeriksaan fungsi paru berulang (tiga kali berturut) pada

anak hasilnya dapat diterima.35 Pada penelitian ini, dilakukan penilaian uji

fungsi paru anak usia berkisar 6 tahun hingga 12 tahun. Dengan pendekatan

yang baik, pemberian instruksi yang mudah dimengerti sampel dapat

menjalankan pemeriksaan uji fungsi dengan baik. Dari 182 anak akan diteliti,

hanya 170 anak diikutkan dalam penelitian ini, 5 anak dieksklusikan karena

asma, dan hanya 7 anak karena tidak kooperatif

Pada saat ini, berbagai alat canggih telah dikembangkan untuk menilai

berbagai aspek fungsi paru. Uji fungsi paru yang ada pada saat ini dan sudah

umum dilakukan adalah seperti tertera pada Tabel 5.1 di bawah ini.

Tabel 5.1. Ruang lingkup fungsi pernafasan13

Fungsi Pemeriksaan Metode/alat

Ventilasi Volume paru, resistensi

paru, komplains paru

Spirometer, astograf, body-plethysmograph, helium washout, closing volume, ventilation scanning

Pertukaran gas Difusi, perfusi Analisis gas darah arteri, perfusion

scanning

Metabolisme VO2 max, anaerobic

threshold (AT), Lactic acid threshold (LAT)

Breath-by-breath analyzing

Uji fungsi paru biasa dilakukan di klinik untuk keperluan diagnostik

umumnya hanya menyangkut salah satu aspek fungsi paru, yakni fungsi

ventilasi. Salah satu alat uji fungsi ventilasi paru anak yang sering digunakan

adalah spirometri. Alat ini harganya mahal karena semakin canggih dengan

kerumitan tinggi, juga memerlukan koordinasi dengan alat sehingga

operasionalnya relatif terbatas pada sebagian besar pelayanan kesehatan di

negara kita. Telah dirancang suatu alat sederhana yaitu peak flow meter

merupakan sebuah instrumen kecil, portable, murah dan mudah digunakan

sebagai suatu alternatif untuk mengukur arus puncak ekspirasi.13,14 Pada

penelitian ini digunakan alat mini wright AFS low range peak flow meter

(Clement Clarke Harlow,UK). Dengan alat ini deras arus udara yang dapat

Data WHO tahun 2003 menyatakan, pria pedesaan dengan tingkat

pendidikan dan penghasilan rendah memiliki prevalensi perokok lebih tinggi.1

Data ini didukung oleh penelitian di Liverpool, tingkat sosioekonomi rendah

merupakan faktor risiko signifikan terpapar asap rokok.15 Sesuai penelitian

yang dilakukan di Jawa Barat, tingkat pendidikan dan pendapatan rendah

memiliki prevalensi perokok lebih tinggi.16 Pada penelitian ini, anak perokok

pasif memiliki orang tua dengan tingkat pendidikan dan penghasilan rendah,

mata pencaharian terbanyak adalah buruh atau tani.

5.2 Perbedaan Arus Puncak Ekspirasi pada Perokok Pasif dan Bukan

Perokok Pasif

Hubungan antara paparan asap tembakau lingkungan dan disfungsi paru

telah diteliti beberapa peneliti epidemiologi di beberapa negara. Telah terbukti

paparan asap tembakau lingkungan dapat meningkatkan frekuensi gejala

gangguan respiratorik dan pengurangan fungsi paru,5 seperti meningkatkan

frekuensi batuk, wheezing, produksi sputum dan penyakit respiratorik lain,36-39

pengurangan FEV1,40 FEV1/FVC dan FEF25-75,41 dan peningkatan reaktivitas

jalan nafas.42,43 Bukti ini terlihat jelas pada bayi baru lahir, bayi dan anak

prasekolah.

Data pendukung semakin banyak membuktikan pengaruh asap

tembakau lingkungan pada fungsi paru. Penelitian awal menunjukkan,

kapasitas vital. Peningkatan signifikan pada kapasitas residual volume dan

functional residual capacity juga tampak jelas menunjukkan adanya spasme

saluran nafas kecil.44 Terdapat bukti kuat, paparan asap tembakau

lingkungan menyebabkan perubahan maturitas paru pada masa anak. Anak

yang terpapar asap tembakau lingkungan mengakibatkan penurunan FEV1,

FEV1/FVC, FEF25-75 dan MMEF dan peningkatan reaktivitas jalan nafas.40-43

Anak terpapar asap tembakau lingkungan pada usia dini mengakibatkan

penurunan fungsi paru lebih cepat pada usia dewasa. Pada penelitian ini,

setelah dilakukan perbandingan arus puncak ekspirasi pada anak perokok

pasif dibanding dengan anak bukan perokok pasif didapatkan hasil yang

berbeda bermakna.

Ibu perokok efeknya lebih besar terhadap paru anak dibandingkan

dengan bapak karena ibu dan anak lebih erat hubungannya baik secara fisik

maupun psikologis. Beberapa penelitian melaporkan ada efek yang terpisah

pada anak perokok pasif. Penelitian di Turki pada 360 anak usia 9-13 tahun,

bapak perokok (paternal smoking) lebih erat kaitannya dengan pengurangan

FVC, FEF25-75 dan laju ekspirasi puncak. Keadaan ini diakibatkan karena di

Turki lebih banyak pria perokok dibandingkan wanita.20 Penelitian di Cina

menunjukkan bapak perokok berkaitan dengan pengurangan signifikan pada

FEV1 dan FVC pada keturunannya. Di Cina, prevalensi perokok pria 61%

dibandingkan dengan wanita hanya berkisar 7%.21 Keadaan ini didukung hasil

perokok pasif terpapar hanya dari satu orang anggota keluarga perokok yaitu

bapak.

Pada 3285 bayi di Shanghai, terjadi peningkatan 4.5 kali lipat

hospitalisasi karena gejala respiratorik selama 18 bulan pertama terpapar di

rumah dengan lebih dari 20 batang rokok setiap hari.45 derupa dengan hasil

penelitian di Cina, bapak yang merokok lebih dari 30 batang sehari

berhubungan dengan pengurangan signifikan pada FEV1 dan FVC pada

keturunannya.21 Studi longitudinal menunjukkan bahwa paparan asap

tembakau lingkungan berkaitan dengan dosis-respon terhadap fungsi paru

(FEV1) pada anak usia sekolah.45 Pada penelitian ini, 77% anak terpapar

asap tembakau lingkungan dirumah < 10 batang rokok per hari.

Penelitian-penelitian lain membuktikan kontribusi perokok pasif

prenatal dan postnatal terhadap fungsi paru anak akan terjadi terutama

apabila ibu perokok semasa hamil. Penurunan fungsi paru masa remaja juga

dilaporkan berkaitan dengan paparan ibu perokok pada 5 tahun pertama

kehidupan anak.23 Anak dengan ibu perokok sejak 2 tahun pertama usia anak

mempunyai fungsi paru yang lebih rendah, dengan karakteristik gangguan

saluran respiratorik.45 Dari 75 anak dengan ibu perokok selama hamil tapi

tidak setelah melahirkan menunjukkan penurunan 11% FEF25-75 dibandingkan

dengan anak yang tidak pernah terpapar.43 Penelitian terhadap 8863 anak

ditemukan penurunan fungsi paru pada usia 8-12 tahun bila ibu mereka

hanya dipengaruhi oleh paparan asap tembakau pascanatal tetapi juga

paparan prenatal (ibu perokok selama hamil). Pada penelitian ini

mendapatkan, 68% anak terpapar asap tembakau lingkungan selama > 5

tahun. Tidak dijumpai perbedaan bermakna nilai arus puncak ekspirasi

berdasarkan lama paparan. Disebabkan 100% anak terpapar dengan satu

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Terdapat perbedaan bermakna arus puncak ekspirasi antara perokok pasif

dan bukan perokok pasif. Tidak dijumpai perbedaan bermakna nilai arus

puncak ekspirasi pada anak perokok pasif berdasarkan jumlah konsumsi

rokok orang tua per hari dan lama paparan terhadap asap rokok.

6.2. Saran

Diperlukan penelitian lebih lanjut arus puncak ekspirasi, sebaiknya dilakukan

penelitian kohort prospektif untuk melihat fungsi paru sebelum dan sesudah

DAFTAR PUSTAKA

1. WHO Indonesia dan Depkes RI. Konsumsi tembakau & prevalensi

merokok Indonesia. 2003. Dunduh dari

www.litbang.depkes.go.id/tobaccofree. Diakses Juni 2009.

2. USDA data on consumption for Indonesia is based on production. Diunduh dari http://www.fas.usda.gov/psd/completefiles. Diakses Juni 2009.

3. Pradono, Kristanti. 2002. Passive smokers, the forgotten disaster. Institute of Health Research and Development, Ministry of Health.

4. Carlsen KH, Carlsen KCL. Respiratory effects of tobacco smoking on infants ang young children. Pediatr Respir Rev. 2008;9:11-20.

5. Wang S, Witten ML. Environmental tobacco smoke and lung function. Dalam: Watson RR, Witten ML, penyunting. Environmental tobacco smoke. New York: CRC press; 2000. h. 301-5.

6. WHO. Environmental tobacco smoke. Denmark. 2000. Diunduh dari:

www.euro.who.int/8_lets.pdf. Diakses Juni 2009.

7. WHO 1999. International Consultation on Environtmental tobacco Smoke and Child Health. Diunduh dari:

http://www.who.int/tobacco/healthimpact/youth/ets/. Diakses Juni 2009. 8. Henderson AJ. The effects of tobacco smoke exposure on respiratory

health in school-aged children. Pediatr Respir Rev. 2008;9:21-8.

9. WHO. Protection from exposure to second-hand tobacco smoke. Policy Recommendation. 2007.

10. Janson C. The effect of passive smoking on respiratory health in children and adults. Int J Tuberc Lung Dis. 2004;5:510-6.

11. Daulay RM, Said M, Naning R, Dadiyanto DW. Prosedur tindakan pada penyakit respiratori. Dalam: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB, penyunting. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008. h. 583-95.

12. Kaswandani N. Uji fungsi paru pada batuk kronik. Dalam: Trihono PP, Kurniati N, penyunting. Strategi pendekatan klinis secara professional batuk pada anak. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM; 2006. h. 26-39.

13. Wirjodiarjo M. Evaluasi klinik fungsi paru dalam pemecahan masalah kesehatan anak. Dalam: Rahajoe N, Rahajoe NN, Boediman I, Said M,

Wirjodiarjo M, Supriyatno B, penyunting. Perkembangan masalah pulmonologi anak saat ini. Jakarta: Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak FK-UI; 1994. h. 45-73.

14. Wirjodiarjo M, Said M, Budiman HI. Perbandingan hasil pengukuran peak flow rate antara mini wright peak flow meter dan spirometer elektronik pada anak. Majalah Kedokteran Indonesia. 1992;42:575-84. 15. Delpisheh A, Kelly Y, Brabin BJ. Passive cigarette smoke exposure in

primary school children in Liperpool. Public Health.2006;120:65-9. 16. Ganiwijaya T, Sjukrudin E, Backer GD, Suhana D, Brotoprawiro S,

Sukandar H. Prevalensi of cigarette smoking in a rural area of West Java, Indonesia. Tobacco Control. 1995;4:335-337.

32

17. Cook G, Whincup PH, Jarvis MJ, Strachan DP, Papacosta O, Bryant A. Passive exposure to tobacco smoke in children aged 5-7 years: individual, family, and community factors. BMJ. 1994;308:384-9.

18. Bridgwood A, Lilly R, Thomas M, Bacon J, Sykes W, Morris S. Smoking. Dalam: Bridgwood A, Lilly R, Thomas M, Bacon J, Sykes W, Morris S, penyunting. Living in Britain result from the 1998 General Household Survey. London: Office of National Statistics; 1998. h. 116-43.

19. Cook DG, Strachan DP, Carey IM. Health effects of passive smoking. 9; Parental smoking and spirometric indices in children. Thorax.1998;53:884-93.

20. Bek K, Tomac N, Delibas A, Tuna F, Tezic HT, Sungkur M. The effect of smoking on pulmonary function during childhood. Postgrad Med J. 1999;75:339-41.

21. Venners SA, Wang X, Chen C, Wang B, Ni J, Jin Y, dkk. Exposure-response relationship between paternal smoking and children’s pulmonary function. Am J Respir Crit Care Med. 2001;164:973-6.

22. Moshammer H, Hoek G, Luttman GH. Parental smoking and lung function in children: an international study. Am J Respir Crit Care Med. 2006;173:1255-63.

23. Wang X, Wypij D, Gold DR. A longitudinal study of the effects of parental smoking on pulmonary function in children 6-18 years. Am J Respir Crit Care Med. 1994;139:1139-52.

24. Rodgman A, Perfetti TA. Identified components of tobacco and tobacco smoke in the master cataloq. Dalam: Rodgman A, Perfetti TA,

penyunting. The chemical component of tobacco and tobacco smoke. New York: CRC Press; 2000. h. 27-9.

25. Rahman I, MacNee W. Lung glutathione and oxidative stress: implications in cigarette smoke-induced airway disease. Am J Physiol. 1999;277:1067-88.

26. Elliot J, Vullemin P, Robinson P. Maternal cigarette smoking is associated with increased inner airway wall thickness in children who die from sudden infant death syndrome. Am J Respir Crit Care Med. 1998;158:802-6.

27. Aditama TY, Mangunnegoro H, Fachrurodji H, Saharawati D. penggunaan arus puncak ekspirasi maksimal dalam penilaian faal paru. Medika.1987;7:670-72.

28. Eid N, Yandell B, Howell L, Eddy M, Sheikh S. can peak expiratory flow predict airflow obstruction in children with asthma?. Pediatrics. 2000;105:354-8.

29. American Lung Association. Peak flow meters. June 2008. Diunduh dari: www.lungusa.org/b.22586/peak_flow_meters.htm. Diakses Juni 2009.

30. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismail S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto. 2008. h. 302-31.

31. Website resmi Pemerintah Kabupaten Langkat. Diunduh dari:

http://www.langkatkab.go.id. Diakses pada Agustus 2009.

32. Paton JY. A practical approach to the interpretation of lung testing in children. Pediatric Respiratory Reviews. 2000;1:241-8.

33. Milner AD. Lung Volume measurements in childhood. Pediatrics Respiratory Reviews. 2000;1:135-40.

34. Beardsmore SC. Ethical issues in lung function testing in children. Pediatric respiratory reviews. 2000;1: 342-346.

35. Nystad W, Samuelsen SO, Nafstad P, Edvardsen E, Stensrud T, Jaakkola JJ. Feasibility of measuring lung function in preschool children. Thorax. 2002;57:1021-1027.

36. Ekwo EE, Weinberger MM, Lachenbruch PA, Huntley WH. Relationship of parental smoking and gas cooking to respiratory disease in children. Chest. 1983;84: 662-7.

37. Dodge R, The effects of indoor pollution on Arizona children. Arch Environ Health. 1982;37:151-9.

38. Forastiere F, Corbo GM, Michelozzi P, Pistelli R, Agabiti N, Brancato G, dkk. Effects of environmental and passive smoking on the respiratory health of children. Int J Epidemiol. 1992;21:66-71.

39. Schulte-Hobein B, Schwartz-Bickenbach D, Abt S, Plum C, Nau H. Cigarette smoke exposure and development of infants throughout the

first year of life: influence of passive smoking and nursing on cotinine levels in breast milk and infant’s urine. Acta Paediatr Scand. 1992;81:550-9.

40. O’Connor GT, Weiss ST, Tager IB, Speizer FE. The effect of passive smoking on pulmonary function and nonspecific bronchial responsiveness in a population based sample of children and young adults. Am Rev Respir Dis. 1987;135:800-4.

41. Sherril DL, Martinez FD, Lebowitz MD, Holdaway MD, Flannery EM,Herbison GP, dkk. Longitudinal effects of passive smoking on pulmonary function in New Zealand children. Am Rev Respir Dis. 1992;145:1136-43.

42. Young S, Souef PNL, Geelhoed GC, Stick SM, Turner KJ, Landau LI.The influence of family history of asthma and parental smoking on airway responsiveness in early infancy. N Engl J Med. 1991;324:1168-75.

43. Frischer T, Kuehr J, Meinert R, Karmaus W, Barth R, Hermann-Kunz E, Urbanek R. Maternal smoking in early childhood: a risk factor for bronchial responsiveness to exercise in primary-school children. J Pediatr. 1992;121:17-25.

44. Pimm P, Shephard RJ, Silverman F. Physiological effects of acute exposure to cigarette smoke. Arch Environ Health. 1978;33:20-6.

45. Bono R, Nebiolo F, Bugiani M, Meineri V, Scursatone E, Piccioni P, dkk. Effects of tobacco smoke exposure on lung growth in adolescents. J Expos Anal Environ Epidemiol.1998;8:335-9.

46. Cunningham J, Dockery DW, and Speizer FE, Maternal smoking during pregnancy as a predictor of lung function in children. Am. J. Epidemiol. 1994;139:1139-46.

Lampiran 1.

Dokumen terkait