ABSTRACT
STUDY OF ANTIDIABETIC ACTIVITY OF NORI FROM PEGAGAN LEAF (Centella asiatica) AND SEAWEED COMBINATION
(Eucheuma cottonii)IN ALLOXAN INDUCED MICE
By
Ratri Cahya Handayani
Diabetes mellitus is a disease with high glucose level in blood. This disease is hyperglycemic with other body metabolic disruption that is caused hormonal system damaging. Blood glucose level control can be done by using medical plants like pegagan leaf (Centella asiatica) and seaweed (Eucheuma cottonii). Pegagan leaf and seaweed can be made as nori, functional food. Nori is a food with the thin layer shape green blackish colored. This research is purposed to get the combination of pegagan leaf and seaweed that is produced nori with the best sensory characteristic and to find out the activity of nori antidiabetic from
(K6), 200 (K7), 250 (K8), 300 (K9), and 350 mg/kg bb (K10). The combination of pegagan leaf and seaweed produced nori with the best sensory characteristics. The characteristics are: having slightingly scented of pegagan leaf (2,83),
slightingly taste liked (3,27), texture liked (4,13), slightingly color liked (3,57), and the overall acceptance of slightingly liked (3,63). Nori infusa dosage from the best combination of pegagan leaf and seaweed is able to reduce blood glucose level of aloksan inducted mice and pancreas histology is 100 mg/kg bb dosage, the decrease of mice blood glucose is from 472 mg/dL becomes 169 mg/dL with the congestion pancreas condition or the increase of blood cell amount in blood vessel lumen.
ABSTRAK
KAJIAN AKTIVITAS ANTIDIABETES NORI KOMBINASI DAUN PEGAGAN (Centella asiatica) DAN RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii)
PADA MENCIT YANG DIINDUKSI ALOKSAN
Oleh
Ratri Cahya Handayani
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa yang tinggi pada darah. Penyakit ini merupakan hiperglikemia yang disertai dengan berbagai gangguan metabolik tubuh akibat kerusakan sistem hormonal.
Pengendalian kadar glukosa darah dapat dilakukan dengan menggunakan tanaman obat, seperti daun pegagan (Centella asiatica) dan rumput laut (Eucheuma
cottonii). Daun pegagan dan rumput laut dapat dibuat menjadi nori yang
Terdapat kombinasi perlakuan terbaik dan dilakukan analisis kadar glukosa darah dan histologi pankreas mencit dengan berbagai dosis infusa nori kontrol normal (K1), kontrol positif (K2), kontrol negatif (K3), dosis 50 (K4), 100 (K5), 150 (K6), 200 (K7), 250 (K8), 300 (K9), dan 350 mg/kg bb (K10). Kombinasi daun pegagan dan rumput laut menghasilkan nori dengan sifat sensori terbaik, yaitu nori agak beraroma daun pegagan (2,83), rasa agak disukai (3,27), tekstur disukai (4,13), warna agak disukai (3,57), dan penerimaan keseluruhan agak disukai (3,63). Dosis infusa nori 100 mg/kg bb merupakan kombinasi daun pegagan dan rumput laut terbaik yang mampu menurunkan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan. Penurunan kadar glukosa darah mencit dari 472 mg/dL menjadi 169 mg/dL dengan kondisi pankreas kongesti atau adanya peningkatan jumlah sel darah di dalam lumen pembuluh darah.
KAJIAN AKTIVITAS ANTIDIABETES NORI KOMBINASI DAUN PEGAGAN (Centella asiatica) DAN RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii)
PADA MENCIT YANG DIINDUKSI ALOKSAN
Oleh
RATRI CAHYA HANDAYANI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
KAJIAN AKTIVITAS ANTIDIABETES NORI KOMBINASI DAUN PEGAGAN (Centella asiatica) DAN RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii)
PADA MENCIT YANG DIINDUKSI ALOKSAN
(Skripsi)
Oleh
RATRI CAHYA HANDAYANI
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tanaman pegagan... 9
2. Struktur kimia triterpenoid ... 10
3. Rumput lautEucheuma cottonii... 12
4. Struktur kimia senyawa karagenan ... 13
5. Nori ... 14
6. Proses pembuatannoridari kombinasi daun pegagan dan rumput laut ... 21
7. Alur pembuatan infusanorikombinasi daun pegagan dan rumput laut ... 28
8. Bagan alir penelitian pemberian infusanoridari kombinasi daun pegagan dan rumput laut ... 29
9. Rata-rata kadar glukosa darah mencit pada beberapa waktu pengukuran setelah diberi infusanorikombinasi daun pegagan daun rumput laut ... 42
10. Histologi pankreas mencit ... 49
11. Proses pencetakannorikombinasi daun pegagan dan rumput laut... 69
12. Proses pengeringannorikombinasi daun pegagan dan rumput laut .... 69
13.Norikombinasi daun pegagan dan rumput laut ... 69
14. Uji sensorinorikombinasi daun pegagan dan rumput laut... 70
vii
16. Induksi mencit dengan aloksan ... 70
17. Pengukuran kadar glukosa darah... 71
18. Proses pemberian infusanoripada mencit... 71
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... iii
DAFTAR GAMBAR ... v
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan ... 4
1.3. Kerangka Pemikiran ... 4
1.4. Hipotesis ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pegagan (Centella asiatica) ... 8
2.2. Rumput Laut ... 11
2.3.Nori ... 13
2.3. Aloksan ... 14
2.4. Diabetes Mellitus ... 16
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 18
3.2. Alat dan Bahan... 18
3.3. Metode Penelitian ... 19
3.4. Pelaksanaan Penelitian ... 20
3.4.1.PembuatanNoridari Kombinasi Daun Pegagan dan Rumput Laut ... 20
3.4.2. Uji Sensori ... 22
ii
a. Uji Pendahuluan Dosis Aloksan ... 24
b. Uji Antidiabetes pada Mencit ... 25
3.5. Pengamatan ... 29
3.5.1. Analisis Glukosa Darah ... 30
3.5.2. Histologi Pankreas Mencit ... 30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Sensori ... 33
4.1.1. Aroma ... 33
4.1.2. Rasa... 34
4.1.3. Tekstur ... 35
4.1.4. Warna ... 36
4.1.5. Peneriman Keseluruhan ... 38
4.2. PenentuanNoriTerbaik ... 39
4.3. Uji Pendahuluan Dosis Aloksan ... 41
4.4. Kadar Glukosa Darah Mencit setelah diberi InfusaNoridari Kombinasi Daun Pegagan dan Rumput Laut... 42
V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 52
5.2. Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 54
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kandungan gizi per 100 g daun pegagan segar ... 9
2. Kuisioner uji sensorinoridari kombinasi daun pegagan dan rumput laut ... 23
3. Pembagian kelompok mencit uji pendahuluan aloksan ... 24
4. Pembagian kelompok dan perlakuan dosis infusanori... 26
5. Komposisi pakan standar mencit ... 26
6. Proses dehidrasi histologi pankreas mencit ... 31
7. Hasil uji lanjut BNJ kombinasi daun pegagan dan rumput laut terhadap teksturnori... 35
8. Hasil uji lanjut BNJ kombinasi daun pegagan dan rumput laut terhadap warnanori... 37
9. Hasil uji lanjut BNJ kombinasi daun pegagan dan rumput laut terhadap penerimaan keseluruhannori... 38
10. Rekapitulasi hasil pengamatan organoleptiknorikombinasi daun pegagan dan rumput laut ... 40
11. Hasil uji pendahuluan kadar glukosa darah mencit setelah diberi berbagai infusanori... 41
12. Rekapitulasi kadar glukosa darah mencit ... 43
13. Data uji sensori aromanoridari kombinasi daun pegagan dan rumput laut ... 59
iv
15. Analisis ragam uji sensori aromanoridari kombinasi daun
pegagan dan rumput laut ... 60 16. Uji BNJ uji aromanoridari kombinasi daun pegagan dan
rumput laut ... 60 17. Data uji sensori rasanoridari kombinasi daun pegagan dan
rumput laut ... 61 18. Uji kehomogenan (kesamaan) ragam (bartlett’s test) uji rasa
noridari kombinasi daun pegagan dan rumput laut... 61 19. Analisis ragam uji sensori rasanoridari kombinasi daun
pegagan dan rumput laut ... 62 20. Uji BNJ uji rasanoridari kombinasi daun pegagan dan
rumput laut ... 62 21. Data uji sensori teksturnoridari kombinasi daun pegagan dan
rumput laut ... 63 22. Uji kehomogenan (kesamaan) ragam (bartlett’s test) uji tekstur
noridari kombinasi daun pegagan dan rumput laut... 63 23. Analisis ragam uji sensori teksturnoridari kombinasi daun
pegagan dan rumput laut ... 64 24. Uji BNJ uji teksturnoridari kombinasi daun pegagan dan
rumput laut ... 64 25. Data uji sensori warnanoridari kombinasi daun pegagan dan
rumput laut ... 65 26. Uji kehomogenan (kesamaan) ragam (bartlett’s test) uji warna
noridari kombinasi daun pegagan dan rumput laut... 65 27. Analisis ragam uji sensori warnanoridari kombinasi daun
pegagan dan rumput laut ... 66 28. Uji BNJ uji warnanoridari kombinasi daun pegagan dan
rumput laut ... 66 29. Data uji sensori penerimaan keseluruhannoridari kombinasi
daun pegagan dan rumput laut ... 67 30. Uji kehomogenan (kesamaan) ragam (bartlett’s test) uji
penerimaan keseluruhannoridari kombinasi daun pegagan dan
v
31. Analisis ragam uji sensori penerimaan keseluruhannoridari
kombinasi daun pegagan dan rumput laut ... 68 32. Uji BNJ uji penerimaan keseluruhannoridari kombinasi daun
Bismillahirrohmanirrohiim
Sembah sujud dan syukur kepada-Mu ya Allah atas limpahan karunia, kemudahan, serta kasih sayang-Mu
Yang memberikan kekuatan, membekali dengan ilmu, dan memperkenalkan keindahan islam-Mu
Dengan kerendahan hati yang tulus, bersama keridhaan-Mu ya Allah kupersembahkan karya ini untuk Bapak dan Ibu tersayang
yang selalu menyayangi dan mencintai setulus hati Nasihat, semangat, dukungan, ridho, dan do’a
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Rajabasa Lama, Lampung Timur pada tanggal 7 Agustus 1992, sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Ngadirin dan Ibu Tuginem.
Penulis mengawali pendidikan di Taman Pendidikan Kanak-kanak (TK) Pertiwi Rajabasa Lama, Lampung Timur diselesaikan pada tahun 1999, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN 1 Rajabasa Lama, Lampung Timur pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 1 Labuhan Ratu, Lampung Timur diselesaikan pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) MAN 1 Metro Lampung Timur Program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diselesaikan pada tahun 2011. Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Ujian Tertulis.
Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif di Organisasi Himpunan
SANWACANA
Alhamdulillaahi robbil‘aalamiin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat, petunjuk serta ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi iniyang berjudul “Kajian Aktivitas Antidiabetes Nori
Kombinasi Daun Pegagan (Centella asiatica) dan Rumput Laut (Eucheuma cottonii) pada Mencit yang Diinduksi Aloksan”. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Subeki, M.Si., M.Sc. selaku pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan pengarahan, saran, nasihat, dan masukan dalam proses penelitian dan penyelesaian skripsi penulis.
2. Ibu Ir. Susilawati, M.Si., selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung, pembimbing skripsi, dan pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, nasihat, pengarahan, dan saran dalam proses penelitian dan penyelesaian skripsi. 3. Ibu Dr. Ir. Sussi Astuti, M.Si. selaku pembahas atas saran, bimbingan dan
evaluasinya terhadap karya skripsi penulis.
5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen pengajar yang telah membekali ilmu selama proses perkuliahan di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
6. Staff administrasi dan PLP laboratorium di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
7. Kedua orang tua dan adik tersayang yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan yang selalu menyertai penulis dalam doanya untuk melaksanakan dan menyelesaikan skripsi.
8. Teman seperjuangan selama penelitian Ani Agung Asmara, dan teman-teman tersayang Yoan, Bundo, Titian, Pute, Sihol, Inun, Nabila, Mboy, Marle, ST, Wildan, Wahyu, Yudha, mbak Elin, mbak Yani, mbak Lia, bang Ruli, kak Aldi, Agung yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian, semangat, doa, dan kebersamaannya.
9. Keluarga kecil “JANJI GERHANA” angkatan 2011 dan Keluarga besar HMJ THP FP Unila.
Penulis berharap semoga Allah SWT membalas segala amal dan kebaikan semua pihak di atas dan skripsi ini dapat bermanfaat. Aamiin.
Bandar Lampung, Desember 2015 Penulis,
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang dan Masalah
Pegagan (Centella asiatica) adalah salah satu tumbuhan herbal yang dapat tumbuh di negara tropis seperti Indonesia. Pegagan merupakan tanaman rumput-rumputan yang belum banyak dibudidayakan dan hanya tumbuh liar di pekarangan rumah dan di hutan. Daun pegagan banyak mengandung senyawa triterpenoid, fosfor, karotenoid, brahmosida, asam brahmat, asam sentelat, asam sentolat, saponim, resin, pektin,hidrocotyline, vellarine asaticoside, thankunside, isothankuside, madecassoside, mesoinositol, centellose, mucilage(Wijayakusumaet al., 1994; Musyarofah, 2006). Berdasarkan kandungan tersebut, daun pegagan dapat digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit diabetes (Chauhanet al., 2010).
2
kandungan protein sebesar 25-50%, lemak 2-3%, vitamin B1229μ g(Hiroyuki, 1993; Kayama, 1985). Selain itunorimengandung serat tinggi mencapai 34% (Urbano dan Goni, 2002). Dengan kandungan nutrisi tersebut menjadikannori sebagai salah satu makanan diet bagi masyarakat Jepang (Hiroyuki, 1993). Makanan yang mengandung serat tinggi dapat mencegah terjadinya penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus.
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa yang tinggi pada darah. Penyakit ini merupakan hiperglikemia yang disertai dengan berbagai gangguan metabolik tubuh akibat kerusakan sistem hormonal (Bilous, 2002). Penyakit diabetes menjadi salah satu penyakit kronik yang banyak ditemukan pada abad ke-21. Di Indonesia saat ini terdapat 9,1 juta penderita diabetes dan menempati urutan ke-5 terbesar di dunia (Azwar, 2014).
Data terbaru yang dikeluarkanInternational Diabetes Federation(IDF)
3
Pengobatan diabetes tipe 2 dapat dilakukan dengan pemberian obat oral
antidiabetik yang dapatmerangsang sel β-langerhans pankreas untuk mensekresi hormon insulin. Sedangkan pengobatan diabetes tipe 1 dilakukan dengan
penyuntikan insulin ke tubuh. Hal ini disebabkankarena sel β-langerhans
pankreas sudah rusak sehingga penderita diabetes tipe 1 harus mendapat suntikan insulin dari luar (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005). Pemberian insulin dapat menyebabkan efek samping seperti hipoglikemia (Lauet al., 2012).
Hipoglikemia adalah keadaan kadar gula darah dibawah nilai normal (<45-50mg/dL). Selain hipoglikemia, efek samping pemberian hormon insulin dapat meningkatkan berat badan sebesar 0,3-6,4 kg seminggu setelah pemakaian (Owen et al., 2010; Lauet al., 2012). Oleh karena itu, pembuatan produk pangan
fungsional baru untuk mencegah penyakit diabetes yang efektif, aman, dan tidak ada efek samping sangat diperlukan.
4
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendapatkan kombinasi daun pegagan (Centella asiatica) dan rumput laut (Eucheuma cottonii) yang menghasilkannoridengan sifat sensori terbaik. 2. Mengetahui aktivitas antidiabetesnoridari kombinasi daun pegagan dan
rumput laut dengan sifat sensori terbaik pada berbagai dosis infusanoripada mencit yang diinduksi aloksan.
1.3. Kerangka Pemikiran
Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan sekresi insulin atau fungsi insulin. Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah agar tetap normal. Proses metabolisme insulin berperan penting, yaitu memasukan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Fungsi insulin adalah memasukkan gula dari dalam otot ke jaringan sehingga tubuh dapat menghasilkan tenaga. Insulin merupakan hormon yang dikeluarkan oleh selβdi pankreas (Waspadji, 2009). Untuk meningkatkan kadar glukosa darah, hewan percobaan disuntik dengan aloksan. Aloksan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk menginduksi kadar glukosa darah pada hewan percobaan. Pemberian aloksan merupakan cara yang cepat untuk membuat hewan percobaan mengalami penyakit diabetes (hiperglikemik) (Lenzen, 2008).
5
menerus atau berkepanjangan. Gejala yang ditimbulkan oleh penderita diabetes antara lain sering buang air, terdapat gula pada air seni, sering merasakan haus yang berlebihan, sering lapar, kekurangan energi, mudah lelah, dan berat badan menurun (Prameswari dan Widjanarko, 2014). Untuk mencegah agar tidak menderita penyakit ini adalah dengan cara mengatur pola makan yang sehat dan seimbang dengan mengkonsumsi makanan yang memiliki senyawa triterpenoid, seperti pegagan.
Pegagan merupakan tanaman obat yang mengandung senyawa aktif seperti triterpenoid glikosida terutama asiatikosida, asam asiatik, asam madekasik, madekasosida (Hashimet al., 2011). Glikosida triterpenoid merupakan antilepra dan penyembuh luka (Chakrabarty and Deshmukh, 1976), dan menstimulasi sintesis kolagen (Widgerowet al., 2000). Herba pegagan dapat mengendalikan kondisi hiperkolesterolemia dan hipertrigliseridemia sebagai komplikasi dari diabetes mellitus.
6
Herba pegagan dapat meningkatkanuptake glucosedengan meningkatkan respon reseptor insulin sehingga dapat digunakan sebagai obat antidiabetes mellitus tipe 2 (Vohraet al., 2011 dalam Brinkhauset al., 2000). Fraksi triterpenoid herba pegagan dapat digunakan sebagai obat diabetes mikroangiopati dengan meningkatkan mikrosirkulasi dan menurunkan permeabilitas pembuluh darah kapiler (Jamilet al., 2007).
Pemberian ekstrak etanol dan metanol herba pegagan dosis 250 mg/kg bb, masing-masing menunjukkan aktivitas antidiabetes sebesar 48% dan 30% pada tikus wistar jantan yang terinduksi aloksan dosis 120 mg/kg bb (Chauhanet al., 2010). Menurut Gayathriet al. (2011), pemberian ekstrak etanol herba pegagan dosis 200 mg/kg bb memiliki aktivitas antidiabetes setara dengan obat
antidiabetes glibenklamid dosis500 μ g/kgbb pada tikus wistar jantan yang terinduksi streptozotosin 50 mg/kg bb. Selain memiliki aktivitas antidiabetes, ekstrak etanol herba pegagan dapat menurunkan berat badan hewan uji, kadar urea, protein, total lipid, dan kolesterol darah. Berdasarkan penelitian Saryudi (2009), pemberian ekstrak etanol herba pegagan dosis 0,01; 0,5; dan 1 g/kg bb menyebabkan penurunan kadar glukosa darah secara berurutan sebesar 16,05%, 32,35%, dan 45,81%.
7
Rumput lautEucheuma cottoniimerupakan salah satu hasil perairan yang banyak mengandung senyawa karagenan yang mampu menahan laju absorbsi glukosa dari saluran cerna menuju pembuluh darah sehingga mampu menahan laju
peningkatan glukosa darah, sehingga rumput lautEucheuma cottoniidigunakan sebagai obat antihiperglikemik pada penderita diabetes mellitus (Nugroho dan Purwaningsih, 2004). Karagenan merupakan serat makanan pengikat kation yang dapat mempengaruhi proses pemecahan karbohidrat (disakarida) di dalam
intestinum yang akan mempengaruhi proses penyerapan monosakarida, sehingga dapat menahan laju peningkatan kadar glukosa darah post-prandial dan
mengurangi penurunan balik gula darah yang akan merangsang selera makan (Nugroho dan Purwaningsih, 2006; Wikantiet al., 2002).
1.4. Hipotesis
1. Terdapat kombinasi daun pegagan (Centella asiatica) dan rumput laut (Eucheuma cottonii) yang menghasilkannoridengan sifat sensori terbaik. 2. Terdapat dosis infusanoridari kombinasi daun pegagan dan rumput laut
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pegagan (Centella asiatica)
Pegagan (Centella asiatica) merupakan tanaman yang dapat tumbuh di Indonesia. Tanaman ini dikenal dengan nama daun kaki kuda, rumput kaki kuda, antanan gede, panegowang, kisu-kisu, pegaga, tapak kuda, dan kuku kuda. Pegagan merupakan tanaman herba tahunan yang tumbuh menjalar dan berbunga
sepanjang tahun. Tanaman ini tidak berbatang, menahun, mempunyai rimpang pendek dan stolon-stolon yang merayap, panjang 10-80 cm, akar keluar dari setiap buku-buku, banyak percabangan yang membentuktumbuhan baru, daun tunggal, bertangkai panjang (Depkes RI, 1997).
Klasifikasi pegagan menurut Nurendah, 1982 adalah sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledone Ordo : Umbillales
Famili : Umbillferae (Apiaceae) Genus : Centella
Species :Centella asiatica
9
brahmosida, asam brahmat, asam sentelat, asam sentolat, saponim, resin, pektin, hidrocotyline, vellarine asaticoside, thankunside, isothankuside, madecassoside,
mesoinositol, centellose, mucilago,garam K, Na, Ca, Fe, Mg, vitamin B, vitamin
[image:30.595.114.303.238.483.2]C, dan minyak atsiri (Wijayakusuma, 1994; Musyarofah, 2006).
Tabel 1. Kandungan gizi per 100 g daun pegagan segar
Kandungan Gizi kadar
Kalori 34 kal
Air 89,3 g
Protein 1,6 g
Lemak 0,6 g
Karbohidrat 6,9 g
Serat 2,0 g
Abu 1,6 g
Kalsium 170 mg
Β-karoten 6580 µg
Tiamin 0,15 mg
Riboflavin Niasin Asam askorbat Fosfor Besi Kalium 0,14 mg 1,2 mg 4 mg 30 mg 3,1 mg 414 mg Sumber: Kristinaet al., 2009
[image:30.595.198.428.526.715.2]10
Kandungan bahan aktif yang ditemukan dalam pegagan antara lain triterpenoid, minyak esensial, flavonoid, fitosterol,β-karoten dan bahan aktif lainnya.
Kandungan triterpenoid saponin dalam pegagan berkisar 1-8%. Unsur yang utama dalam triterpenoid adalah asiatikosida, centellosida, madekassosida
brahmosida, brahminosida, serta centellasaonin-B, C dan D yang berfungsi dalam proses sintesa kolagen (Wijayakusuma, 1994; Musyarofah, 2006). Struktur kimia triterpenoid pada daun pegagan dapat dilihat pada Gambar 2.
H H H O O-R2 H H OH R1 H HO H
(!) R1=H, R2=OH
(2) R1=OH, R2=OH
(3) R1=H,
(4) R1=OH, R2=rha-glc-glc-OH
[image:31.595.215.410.278.490.2]H
Gambar 2. Struktur kimia triterpenoid pada daun pegagan (1) asiatic acid, (2) madecassic acid, (3) asiaticoside, (4) madecassoside
11
misalnya dalam menghambat produksi jaringan bekas luka yang berlebihan (Annisa, 2006).
2.2. Rumput Laut
[image:32.595.181.446.443.618.2]Rumput lautEucheuma cottoniimerupakan salah satu sumber daya perairan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan pangan dan obat-obatan (Kordi, 2010). Rumput laut merupakan tanaman tingkat rendah, tidak memiliki akar, batang dan daun sejati, namun rumput laut ini menyerupai batang yang disebut thallus (Anggadiredjo, 2009). Rumput laut yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia adalah rumput laut dari kelasRhodophytajenis Eucheuma cottonii(Gambar 3). Rhydophytayang biasanya disebut merupakan alga multiseluler dan memiliki ukuran yang besar. Warna merah pada rumput laut disebabkan karena adanya pigmen fikoeritrin (Pitriana, 2008).
12
Klasifikasi rumput laut kelasRhodophytamenurut Doty (1985); Khasanah (2013) sebagai berikut:
Devisi : Rhodophyta Kelas : Rhodophyceae Bangsa : Gigartinase Suku : Solierisceae Marga : Eucheuma
Genus :Eucheuma cottonii
Secara kimia rumput laut terdiri dari protein 5,4%, karbohidrat 33,3%, lemak 8,6%, serat kasar 3%, dan abu 22,2%. Rumput laut juga mengandung asam amino, vitamin, dan mineral seperti natrium, kalium, iodium, zat besi, dan
magnesium (Murti, 2011). Oleh sebab itu rumput laut banyak digunakan sebagai bahan pangan oleh masyarakat. Pemanfaatan rumput laut sebagai bahan pangan adalah dengan mengolah rumput laut menjadi agar dan karagenan.
13
[image:34.595.116.507.156.332.2]polisakarida linear dengan berat molekul di atas 100 kDa (Winarno, 1996; WHO, 1999). Struktur kimia karagenan dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Struktur kimia senyawa karagenan (1) kappa karagenan, (2) iota karagenan, (3) lambda karagenan
2.3.Nori
Noriadalah salah satu produk olahan rumput laut alami yang telah dikeringkan (Giury, 2006). Norimerupakan produk olahan rumput laut yang berasal dari Jepang (Gambar 5). Pada dasarnya Jepang merupakan penghasil rumput laut, sehingga rumput laut tersebut dijadikan sebagai panganan yang enak, praktis, dan bergizi. Noridapat dikonsumsi secara langsung, dimakan dengan nasi, digunakan sebagai pembungkus makanan sepertisushidanonigiri. Norimerupakan salah satu makanan yang memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dengan kandungan protein 25-50% (bk), lemak 2-3% (bk) (Kayama, 1985), vitamin B12sebesar 29 (Hiroyuki, 1993). Norijuga mengandung beberapa asam amino yang
menguntungkan bagi tubuh, diantaranya asam glutamat, glisin, dan alanin yang berperan sebagai cita rasa padanori(Winarno, 1996). Selain itu,nori
14
[image:35.595.223.408.141.297.2]dan Goni, 2002). Noridapat digunakan sebagai salah satu makanan diet oleh masyarakat Jepang (Hiroyuki, 1993).
Gambar 5.Nori
2.4. Aloksan
Aloksan atau mesoxalylcarbamida dengan rumus molekul C4H2N2O4merupakan senyawa hasil kondensasi dari satu molekul urea dengan satu molekul asam mesooksalat. Aloksan memiliki efek diabetogenik ketika diberikan secara intravena, intraperitoneal atau subkutan. Dosis aloksan yang diberikan kepada hewan percobaan disesuaikan dengan hewan atau spesies, rute pemberian, dan status gizi. Hewan yang dipuasakan terlebih dahulu sebelum diberikan aloksan akan rentan terhadap aloksan (Szkudeski, 2001).
15
selektif dari selβ-pankreas. Aloksan merupakan senyawa kimia yang tidak stabil dengan bentuk molekul menyerupai glukosa. Akibat kesamaan tersebut,
transporter glukosadlut 2yang terdapat pada membran sel β menerima senyawa glukomimetik dan mentransportnya ke dalam sitosol (Lenzen, 2008).
Fluktuasi kadar glukosa darah setelah pemberian aloksan terlihat 4 fase menurut Lenzen (2008), yaitu:
a. Fase hipoglemika yang terjadi dalam waktu 30 menit setelah injeksi aloksan. Hal ini terjadi karena penghambat glukokinase yang menyebabkan
penghambatan fosforilasi glukosa. Penghambatan ini akan menyebabkan penurunan konsumsi dan peningkatan ketersediaan ATP yang kemudian akan menyebabkan stimulasi sekresi insulin.
b. Fase kedua dimulai dengan peningkatan dari kadar glukosa darah dan
penurunan dari kadar insulin plasma. Fase hiperglikemika pertama ini terjadi sekitar satu jam setelah pemberian diabetogen dan bertahan kurang lebih 2-4 jam.
c. Terjadi fase hipoglikemia kembali. Biasanya terjadi 4-8 jam setelah
pemberian dan akan bertahan selama beberapa jam. Keadaan hipoglikemia ini terkadang sangat parah sampai menyebabkan kejang dan bahkan fatal tanpa pemberian glukosa. Keadaan hipoglikemia transisi ini dihasilkan akibat dari keluarnya insulin dari selβ-langerhans pankreas akibat kerusakan sel-sel tersebut.
-16
langerhans pankreas. Fase ini dapat terlihat pada 12-18 jam setelah pemberian aloksan.
2.5. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Terdapat dua jenis diabetes, yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes mellitus tipe 2. Diabetes mellitus tipe 1 merupakan diabetes yang jarang atau sedikit populasinya. Diabetes tipe 1 disebabkan oleh kerusakan sel-selβ -langerhans yang disebabkan oleh reaksi autoimun. Pada pulau -langerhans
kelenjar pankreas terdapat beberapa tipe sel, yaitu sel β, sel α dan sel σ. Sel-sel β memproduksi insulin, sel-sel α memproduksi glukagon, sedangkan sel-sel σ memproduksi hormon somatostatin. Namun demikian serangan autoimun secara selektif menghancurkan sel-sel β. Destruksi autoimun dari sel-sel β-langerhans kelenjar pankreas langsung mengakibatkan defesiensi sekresi insulin. Defisiensi insulin inilah yang menyebabkan gangguan metabolisme yang menyertai diabetes mellitus tipe 1.
17
hiperglikemia. Salah satu manifestasi dari keadaan ini adalah cepatnya penderita diabetes mellitus tipe 1 mengalami ketoasidosis diabetik apabila tidak
mendapatkan terapi insulin (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005).
Diabetes mellitus tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan diabetes mellitus tipe 1, terutama terjadi pada orang dewasa tetapi kadang-kadang juga terjadi pada remaja. Penyebab dari diabetes mellitus tipe 2 karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu
merespon insulin secara normal, keadaan ini disebut resietensi insulin. Disamping resistensi insulin, pada penderita diabetes mellitus tipe 2 dapat juga timbul
gangguan-gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa hepatik yang berlebihan. Namun, tidak terjadi pengrusakan sel-sel β-langerhans secara autoimun
sebagaimana terjadi pada diabetes mellitus tipe 1.
Defisiensi fungsi insulin pada penderita diabetes mellitus tipe 2 hanya bersifat relatif, tidak absolut. Obesitas yang pada umumnya menyebabkan gangguan pada kerja insulin, merupakan faktor risiko yang biasa terjadi pada diabetes tipe ini, dan sebagian besar pasien dengan diabetes tipe 2 bertubuh gemuk. Selain terjadi penurunan kepekaan jaringan pada insulin, yang telah terbukti terjadi pada sebagian besar dengan pasien diabetes tipe 2 terlepas pada berat badan, terjadi pula suatu defisiensi jaringan terhadap insulin maupun kerusakan respon sel α
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dan Balai Penelitian Veteriner Bandar Lampung pada Juni - Oktober 2015.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun pegagan diperoleh dari Ramadhan horti Pekalongan-Lampung Timur, rumput laut jenisEucheuma cottoniidari pasar Bambu Kuning Bandar Lampung yang diperoleh dari pantai Kalianda, mencit jantan berumur 2 bulan dari Balai Veteriner Bandar Lampung, aloksan (Sigma), dan komposisi pakan mencit dibuat dengan menggunakan metode Prashant (2005) dengan komposisi pati jagung 65 g, kasein 20 g, minyak kedelai 9 g, mineral mix 4 g, dan vitamin mix 2 g.
19
3.3. Metode Penelitian
Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) non faktorial. Uji sensorinorikombinasi daun pegagan dan rumput laut terdiri dari 9 perlakuan dengan 3 ulangan. Daun pegagan dan rumput laut dikombinasikan dengan formulasi 90:10 (F1), 80:20 (F2), 70:30 (F3), 60:40 (F4), 50:50 (F5), 40:60 (F6), 30:70 (F7), 20:80 (F8), dan 10:90 ( F9). Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam untuk mendapatkan penduga ragam galat dan uji signifikan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antar perlakuan.
Kehomogenan data diuji dengan uji Bartlet dan kemenambahan data diuji dengan uji Tuckey. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan data dianalisis lebih lanjut menggunakan Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf nyata 5%.
20
3.4. Pelaksanaan Penelitan
3.4.1. Pembuatannoridari kombinasi daun pegagan dan rumput laut
21
22
3.4.2. Uji sensori
Uji sensori terhadapnorikombinasi daun pegagan dan rumput laut dilakukan dengan metode uji hedonik dan skoring. Pengujian ini bertujuan untuk
23
Tabel 2. Kuisioner uji sensorinorikombinasi daun pegagan dan rumput laut KUISIONER
Nama : Tanggal : Sampel:
Di hadapan Anda disajikan tujuh sampelnoridari kombinasi pegagan dan rumput laut. Evaluasi sampel-sampel di hadapan anda berdasarkan warna, tekstur, rasa, dan penerimaan keseluruhan menggunakan metode uji hedonik/kesukaan dan aroma menggunakan metode skoring dengan cara mencicipi sampel satu persatu. Gunakan skala yang tersedia untuk menunjukkan penilaian anda terhadap masing
–masing parameter sample.
KODE WARNA TEKSTUR RASA AROMA PENERIMAAN
KESELURUHAN
Keterangan :
a. Warna b.Tekstur
1.Sangat tidak suka 1.Sangat tidak suka 2.Tidak suka 2.Tidak suka
3.Agak suka 3.Agak suka
4.Suka 4.Suka
5.Sangat suka 5.Sangat suka
c. Rasa d. Aroma
1.Sangat tidak suka 1. Sangat beraroma daun pegagan 2.Tidak suka 2. Beraroma daun pegagan 3.Agak suka 3.Sedikit beraroma daun pegagan 4.Suka 4. Tidak beraroma daun pegagan 5.Sangat suka 5. Sangat tidak beraroma daun pegagan e. Penerimaan Keseluruhan
24
3.4.3. Aktivitas antidiabetesnori
a. Uji Pendahuluan Dosis Aloksan
[image:45.595.113.519.292.448.2]Uji pendahuluan untuk menetapkan dosis efektifitas aloksan dalam menginduksi diabetes pada mencit. Mencit secara acak dibagi menjadi 5 kelompok dengan masing-masing perlakuan seperti pada Tabel 3.
Tabel 3. Pembagian kelompok mencit uji pendahuluan aloksan
Kelompok Jumlah mencit
(ekor)
Perlakuan
Kontrol 3 Injeksi aquades 50 µl intraperitoneal Aloksan dosis 1 3 Injeksi aloksan 140 mg/kg bb
intraperitoneal
Aloksan dosis 2 3 Injeksi aloksan 160 mg/kg bb intraperitoneal
Aloksan dosis 3 Aloksan dosis 4
3 3
Injeksi aloksan 180 mg/kg bb intraperitoneal
Injeksi aloksan 200 mg/kg bb intraperitoneal
25
b. Uji Antidiabetes pada Mencit
Pengujian antidiabetes pada mencit dilakukan berdasarkan metode Haryanto, (1999). Pada uji ini digunakan tiga kelompok mencit kontrol, yaitu kontrol normal, kontrol negatif, dan kontrol positif. Kelompok kontrol normal untuk mengetahui kadar glukosa darah mencit yang tidak mengalami diabetes dan diberi pakan standar. Kelompok kontrol positif untuk mengetahui kadar glukosa darah mencit yang mengalami diabetes dan diberi obat antidiabetes glibenclamide dengan dosis 500μ g/kgbb dan pakan standar. Sedangkan kelompok kontrol negatif untuk mengetahui kadar glukosa darah mencit yang mengalami diabetes dan diberi pakan standar.
Dosis aloksan ditetapkan berdasarkan hasil uji perlakuan injeksi aloksan pada penelitian pendahuluan. Pada hari ke-7 pasca induksi aloksan, semua kelompok mencit dianalisis kadar glukosa darahnya. Mencit kemudian dikelompokkan berdasarkan perlakuan dosis pemberian dosis infusanorikombinasi daun pegagan dan rumput laut dengan formulasi terbaik berdasarkan uji sensori yaitu 0, 50, 100, 150, 200, 250, 300, dan 350 mg/kg bb. Penentuan jumlah hewan uji dan
26
Tabel 4. Pembagian kelompok dan perlakuan dosis infusanori
Kelompok
Jumlah Mencit (ekor)
Perlakuan
Kontrol normal (K1) 3 Diberi larutan aquades 50L
Kontrol positif (K2) 3 Dibuat diabetes, diberi obat antidiabetes glibenclamide
Kontrol negatif (K3) 3 Dibuat diabetes, diberi aquades 50L Dosis 50 mg/kg bb (K4) 3 Dibuat diabetes, diberi infusanoridosis 50
mg/kg bb
Dosis 100 mg/kg bb (K5) 3 Dibuat diabetes, diberi infusanoridosis 100 mg/kg bb
Dosis 150 mg/kg bb (K6) 3 Dibuat diabetes, diberi infusanoridosis 150 mg/kg bb
Dosis 200 mg/kg bb (K7) 3 Dibuat diabetes, diberi infusanoridosis 200 mg/kg bb
Dosis 250 mg/kg bb (K8) 3 Dibuat diabetes, diberi infusanoridosis 250 mg/kg bb
Dosis 300 mg/kg bb (K9) 3 Dibuat diabetes, diberi infusanoridosis 300 mg/kg bb
Dosis 350 mg/kg bb (K10) 3 Dibuat diabetes, diberi infusanoridosis 350 mg/kg bb
Tabel 5. Komposisi pakan standar mencit Komposisi
(g/100 g)
Jumlah
Pati jagung 65
Kasein 20
Minyak kedelai 9
Mineral mix 4
Vitamin mix 2
Total 100
(Prashant, 2005).
[image:47.595.107.331.466.589.2]27
Setelah mencit diabetes, masing-masing mencit diberi perlakuan dengan dosis infusanorisesuai dosis yang telah ditetapkan. Pemberian infusanoridari
kombinasi daun pegagan dan rumput laut dilakukan setiap hari selama 7 hari pada hari ke-8 pasca induksi aloksan. Noriyang digunakan adalah formulasi daun pegagan dan rumput laut terbaik berdasarkan uji sensori.
Pemberian infusanoripada mencit dilakukan dengan cara lembarannori
28
29
Gambar 8. Bagan alir penelitian pemberian infusanoridari kombinasi daun pegagan dan rumput laut
3.5. Pengamatan
30
penerimaan keseluruhan. Setelah itu,noridengan kombinasi terbaik dilakukan uji antidiabetes pada mencit yang diinduksi aloksan. Pengamatan histologi pankreas dilakukan terhadap pankreas mencit setelah hari ke-29.
3.5.1. Analisis glukosa darah
Pemeriksaan kadar glukosa darah mencit dilakukan pada hari ke-15, 22, 29 setelah induksi aloksan dengan cara memotong ujung ekor mencit. Pemeriksaan kadar glukosa pada hari ke-7 bertujuan untuk mengetahui apakah mencit yang telah diinduksi aloksan telah menderita penyakit diabetes. Sedangkan
pemeriksaan kadar glukosa pada hari ke-29 bertujuan untuk mengetahui kondisi mencit yang menderita penyakit diabetes sembuh setelah diberikan infusanori dari kombinasi daun pegagan dan rumput laut. Pemeriksaan kadar glukosa darah dilakukan dengan cara sampel darah pada ujung ekor mencit ditempelkan pada strip alat glukometer (accu chek) dan kadar glukosa darah akan terbaca secara digital. Setiap mencit yang akan dilakukan pengambilan sampel darah untuk pengukuran kadar glukosa darah terlebih dahulu dipuasakan selama 16 jam.
3.5.2. Histologi pankreas mencit
31
[image:52.595.128.512.236.419.2]dicuci dengan air mengalir. Jaringan dipotong setebal 2-4 mm. Potongan-potongan jaringan tersebut ke dalamembedding cassette. Kemudian dicuci dengan air mengalir dan dilakukan dehidrasi dengan meletakkanembedding cassettepada kertas tisu. Tahapan dehidrasi seperti pada Tabel 6.
Tabel 6. Proses dehidrasi histologi pankreas mencit
Tahap Waktu Zat kimia
Dehydration 2 jam Alcohol 80%
2 jam Alcohol 95%
1 jam Alcohol 95%
1 jam Alcohol absolute I 1 jan Alcohol absolute II 1 jam Alcohol absolute III
Clearing 1 jam Xylol I
1 jam Xylol II
1 jam Xylol III
Imprenasi 2 jam Paraffin I
2 jam Paraffin II 2 jam Paraffin III
Setelah perlakuan dehidrasi dilakukan embeddingyaitu dengan cara
membersihkan sisa-sisa paraffin yang ada padapandengan memanaskan beberapa saat di atas api dan usap dengan kapas. Paraffin cair disiapkan dengan cara
paraffin dimasukan ke dalam cangkir logam dan dimasukkan dalam oven dengan suhu diatas 58oC. Paraffin cair dimasukan ke dalampandan dipindahkan
32
Paraffin dipotong-potong sesuai dengan letak jaringan yang ada dengan menggunakan scalpel/pisau hangat dan diletakan pada balok kayu, diratakan pinggirnya dan buat ujungnya sedikit meruncing, memblok paraffin siap dipotong dengan menggunakan mikrotom. Selanjutnya dilakukancuttingdengan cara memotongan dilakukan pada ruangan dingin. Sebelum dipotong, diblok terlebih dahulu lalu didinginkan dan dilakukan pemotongan kasar dan dilanjutkan dengan memotongan halus dengan ketebalan 4-5 mikro. Setelah pemotongan dipilih lembaran jaringan yang paling baik, selanjutnya mengapungkan pada air dan menghilangkan kerutannya dengan cara menekan salah satu sisi lembaran jaringan tersebut dengan ujung jarum dan sisi yang lain ditarik menggunakan kuas runcing. Kemudian dipindahkan lembaran jaringan tersebut ke dalamwater bathselama beberapa detik sampai mengembang sempurna dan diambil lembaran jaringan tersebut dengan slide bersih dan ditempatkan ditengah atau pada sepertiga atas atau bawah, dicegah jangan sampai ada gelombang udara dibawah jaringan.
52
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Kombinasi daun pegagan (Centella asiatica) dan rumput laut (Eucheuma cottonii) formulasi 20:80 menghasilkannoridengan sifat sensori terbaik, yaitunoriagak beraroma daun pegagan (2,83), rasa agak disukai (3,27), tekstur disukai (4,13), warna agak disukai (3,57), dan penerimaan keseluruhan agak disukai (3,63).
2. Infusanoridari kombinasi daun pegagan dan rumput laut terbaik pada formulasi 20:80 menurunkan kadar glukosa darah mencit dari 472 mg/dL menjadi 169 mg/dL pada dosis 100 mg/kg bb dengan kondisi pankreas kongesti atau adanya peningkatan jumlah sel darah di dalam lumen pembuluh darah.
5.2 Saran
53
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan membandingkannoridari kombinasi daun pegagan dan rumput laut dengannoriasli dari Jepang terhadap aktivitas antidiabetes pada mencit yang diinduksi aloksan.
54
DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredja, J.T. 2006.Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta. Anggadiredja, J.T. 2009.Rumput Laut, Pembudidayaan, Pengolahan, &
Pemasaran Komoditas Perikanan Potensial. Penebar Swadaya. Depok.
Annisa. 2006. Pengaruh Pemberian Ekstrak Air Daun Pegagan (Centella asiatica) terhadap Kemampuan Kognitif dan Kadar Neurotransmiter Monoamin pada Hipokampus Tikus (Rattus norvegicus L.) Galur Wistar Jantan Dewasa. (Skripsi). ITB. Bandung.
Azwar, K. 2014.DKI Rancang Roadmap Diabetes. Republika edisi 17 Nopember 2014.
Besung, K.N. 2009. Pegagan (Centella asiatica) Sebagai Pencegah Infeksi Pada Ternak.Jurnal Penelitian vol.2 no. 1 26 Agustus 2009. Universitas Udayana. Bali.
Bilous. 2002.Seri Kesehatan Bimbingan Dokter pada Diabetes. Dian Rakyat. Jakarta.
Brinkhaus, B., M. Lindner, D. Schuppan, and E. G. Hahn. 2000. Chemical, pharmacological and clinical profile of the East Asian medical plant Centella asiatica.Journal Phytomedicine. 7(5):427-448.
Chauhan, P.K., I.P. Pandey, V.K. Dhatwalia, and Singh. 2010. Anti-diabetic effect of ethanolic and methanolic leaves extract of Centella asiatica on alloxan induced diabetic rats.International Journal of Pharma and Bio Sciences. 6 (2): 1-6.
Chakrabarty and Deshmukh. 1976.Centella asiaticain the treatment of leprosy. Journal Science Culture. 42: 573.
Departemen Kesehatan RI. 1997.Buku Panduan Manajemen Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Tingkat Propinsi. Depkes RI. Jakarta.
55
Ditjen Bina Farmasi dan Alkes. 2005.Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Halaman 9, 29, 30, 32, 39, 43.
Doty, M.S. 1985.Eucheuma alvareziisp.nov (Gigartinales, Rhodophyta)from Malaysia. Di dalam: Abbot IA, Norris JN (editors).Taxonomy of Economic Seaweeds. California Sea Grant College Program. p 37–45. Fardiaz, D. 1989.Hidrokoloid. IPB. Bogor.
Fennema, O.R. 1996.Food Chemistry, 3rded. Marcel Dekker. New York.
Gayathri, V., P. Lekshmi, and R.N. Padmanabhan. 2011. Anti-diabetes activity of ethanol extrac ofCentella asiaticaL., Urban (Whole plant) in
streptozotocin-induced diabetic rats, isolation of active fraction and toxicity evaluation of the extrac.International Journal of Medicinal and Plants.1(3):278-286.
Giury, M. 2006. The irish seaweed industry. http://www.seaweed.ie/Algae.html. Diakses pada tanggal 25 November 2014.
Guyton, A.C. dan J. E. Hall. 2005.Textbook of Medical Physiology 11thEdition. EGC. Jakarta.
Hartono, A. 2006.Terapi Gizi dan Diet rumah Sakit. Buku Kedokteran. ECG. Jakarta.
Haryanto. 1999. Uji Efek Hipoglikemik Infusa Herba Sambiloto (Andrographis paniculata Ness.) Pada Tikus Putih Jantan Diabetes Pemberian
Streptozotocin. (Skripsi). Fakultas Farmasi UBAYA. Surabaya. Hashim, P., H. Sidek, M. Helan, A. Sabery, U. D. Palanisamy, and M. Ilham.
2011. Triterpene composition and bioactivities ofCentella asiatica. Journal Molecules. 16:1310-1322.
Hiroyuki, N. 1993. http://www.rawfood.com/products/0372.html. Diakses pada tanggal 25 November 2014.
Hsu, Ya-Ling. 2004. Asiatic Acid, a triterpen, induces apoptosis and cell cycle arrest through activation of extracellular signal-regulated kinaseand p38 mitogen-activated protein kinase pathways in human breast cancer cell. Journal of Pharmacology and Experimental Therapeutics.Vol 313 No.1.
56
Jamil, S.S., Q. Nizami, and M. Salam. 2007.Centella asiatica(Linn.) urban. A review.Journal Natural Products Radiance. 6 (2): 158-170.
Katzug, B.G. 2007.Basic and Clinical Pharmacology 10thEdition.The McGraw Hill Companies. Singapore.
Kayama.1985. http://www.rawfood.com/products/0373.html. Diakses pada tanggal 25 November 2014.
Khasanah, U. 2013. Analisis Kesesuaian Perairan Untuk Lokasi Budidaya Rumput LautEucheuma cottonidi Perairan Kecamatan Sajoanging Kabupaten Wajo. (Skripsi). Universitas Hasanuddin. Makasar. Kordi, K.M.G.H. 2010.Kiat Sukses Budidaya Rumput Laut di Laut dan di
Tambak. Andi. Yogyakarta.
Kumar, Vinay, S. Ramzi, Cotran, L. Stanley, and Robbins. 2007.Buku Ajar Patologi Robbins. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Ed.7, Vol.1.
Kristina, N.N., D.K. Edy, dan K.L. Putri. 2009. Analisis Fitokimia dan
Penampilan Polapita Protein Tanaman Pegagan (Centella asiatica) Hasil Konservasi In Vitro.Jurnal Tanaman obat dan aromatik. Vol. 20 No. 1, 2009. 11–20.
Lau, A.N., T. Tang, H. Halapy, K. Thorpe, and C.H. Yu. 2012. Initiating Insulin in Patients with Type 2 Diabetes.Canadian Medical Association Journal. 184(7):767-775.
Lenzen, S. 2008. The mechanisms of alloxan and streptozotocin-induced diabetes. Journal Diabetologia. 51:216-226.
Mahendra, B., dan R. Evi. 2005.Atasi Stroke dengan Tanaman Obat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Murti, I. 2011. Khasiat Rumput Laut si Pengganti Garam.
http://els.fkik.umy.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=10670. Diakses pada tanggal 4 Desember 2014.
Musyarofah, N. 2006. Respon tanaman pegagan terhadap pemberian pupuk alami dibawah naungan. (http://74.125.153.132/search?q=cache:8xRkG8eaeasJ). Diakses pada tanggal 27 November 2014.
Nugroho, B.A., dan E. Purwaningsih. 2004. Pengaruh diet ekstrak rumput laut (Eucheuma sp) terhadap kadar glukosa darah tikus putih (Rattus
57
Nugroho, B.A., dan E. Purwaningsih. 2006. Perbedaan diet ekstrak rumput laut (Eucheuma sp) dan insulin dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus) hiperglikemia.Jurnal Media Medika Indonesia. 41(1):23-30.
Nurendah, P.S. 1982.Laporan Penelitian Sifat Ekbolik Komponen Jamu yang Digunakan terhadap Kehamilan. Puslitbang Farmasi, Badan Litbangkes Depkes RI.
Owen, V., I.Seetho, and I. Idris. 2010. Predictor of responders to insulin theraphy at 1 years among adult with type 2 diabetes.Diabetes, Obesity, and Metabolism Journal. 12(10):865-870.
Pitriana. 2008.Bio Ekspo Menjelajah Dunia dengan Biologi. Jatra Graphic. Solo. Prabowo, W. 2002.Centella Anti Radang. P.T. Intisari Mediatama. Jakarta. Prashant, S. 2005. Effect of the antioxidant properties of millet species on
oxidative stress and glycemic status in alloxan-induced rats.Journal Nutrition Research. 25:1109-1120.
Prameswari, O. M., dan S. B. Widjanarko. 2014. Uji efek ekstrak air daun pandan wangi terhadap penurunan kadar glukosa darah dan histopatologi tikus diabetes mellitus.Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(2):16-27.
Pringgoutomo, S., S. Himawan, dan A. Tjarta. 2002.Buku Ajar Patologi I. Sagung Seto. Jakarta.
Qurratuaeni. 2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terkendalinya Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Jakarta. (Skripsi). UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta. Saryudi. 2009. Efek Anti hiperglikemik Ekstrak Etanol Herba Pegagan (Centella
asiaticaL. Pada tikus jantan (Rattus norvegicus,L) Galur Wistar dengan uji Toleransi Glukosa Oral. (Skripsi). Universitas Ahmad Dahlan.
Yogyakarta.
Suheimi, K. 2007.Fisiologi Folikulogenesis dan Ovulasi. Dalam makalah pada symposium pertemuan ilmiah.
Szkudelski, T. 2001. The mechanism of alloxan and streptozotocin action inβ cells og the rat pancreas.Journal Physiological Research. 50 (1): 536-546. Teddy, M. 2009. Pembuatan Nori Secara Tradisional dari Rumput Laut Jenis
58
Urbano, M.G., dan Goni, I. 2002. Bioavailability of nutrient in rats fed on edible on edible seaweeds, nori (Porphyra tenera) and wakame (Undaria
Pinnatifada) as a source of dietary fibre.Journal Food Chemistry. 76:281-286
Walde, S.S., C.Dohle, P.Schott-Ohly, and H. Gleichmann. 2002. Molecular target structures in alloxan-induced diabetes in mice.Journal Life Sciences. 71:1681–1694.
Waspadji, S. 2009.Buku Ajar Penyakit Dalam: Komplikasi Kronik Diabetes, Mekanisme Terjadinya, Diagnosis dan Strategi Pengelolaan. FK UI pp. Jakarta. 1923-24.
WHO. 1999.WHO Monographs on Selected Medical Plants.WHO. Geneva. Vol.1.
Widgerow, A.D., L.A. Chait, R. Stals, and P.J. Stals. 2000. New innovations in scar management.Journal Aesthetic and Plastic Surgery. 24:227–234. Wijayakusuma, H., Wirian, A.S., Yaputra T, Dalimartha, S, dan Wibowo, B.
1994.Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Pustaka Kartini. Jakarta. Wikanti, T., Khaeroni, dan L. Rahayu. 2002. Pengaruh pemberian natrium alginat
terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus.Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 8(6): 21-32.
Winarno, F.G. 1990.Teknik Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Hal. 35, 38.