• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Kolaborasi antar Peneliti pada Instansi Badan Litbang Pertanian Periode Tahun 1996-2005

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Kolaborasi antar Peneliti pada Instansi Badan Litbang Pertanian Periode Tahun 1996-2005"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)

1.1 Latar Belakang

Kolaborasi (collaboration) adalah kerjasama antar lebih dari satu orang atau lebih dari satu lembaga dalam sebuah kegiatan baik kegiatan penelitian maupun kegiatan pendidikan. Jadi kolaborasi dalam penelitian berlangsung bila dua peneliti atau lebih bekerja sama dalam sebuah kegiatan penelitian. Masing-masing memberikan sumbangan sumberdaya dan usaha baik intelektual maupun fisik (Prihantono 2002).

Kolaborasi memiliki pengertian yang sedikit berbeda dengan kerjasama (cooperation) khususnya mengenai tujuan. Dalam bidang ilmu perpustakaan dan informasi pengertian kolaborasi berkonotasi bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah merupakan tujuan bersama. Sedangkan pada istilah kerjasama, berkonotasi bahwa untuk mencapai tujuan masing-masing adalah dengan cara bekerjasama. Dengan kata lain tujuan kerjasama adalah mungkin sama namun tidak selalu menguntungkan kedua belah pihak (Sulistyo-Basuki 1994).

Konsep kolaborasi tumbuh dari anggapan bahwa adakalanya sebuah karya tidak dapat ditangani sendiri oleh seorang peneliti sehingga memerlukan bantuan orang lain. Bantuan tersebut dapat berupa nasehat, gagasan atau kritik yang biasa disebut dengan kolaborasi teoritis. Bantuan yang diberikan saat pelaksanaan penelitian dilakukan disebut dengan kolaborasi teknis (Sulistyo-Basuki 1994).

Dengan adanya kolaborasi diharapkan dapat mendorong produktivitas dan perkembangan ilmu. Karena memungkinkan terjadinya pertemuan antara berbagai ide-ide, gagasan dan pemikiran yang tadinya tidak saling berhubungan karena batas-batas disiplin. Dengan kolaborasi juga diharapkan terjadinya difusi ilmu pengetahuan diantara peneliti yang tergabung dalam sebuah kegiatan penelitian (Frenken 2002). Kolaborasi dalam sebuah penelitian dianggap sebagai ujung tombak dunia ilmu pengetahuan sehingga mendapat perhatian besar dari komunitas ilmuwan dan institusi pembuat kebijakan ilmu pengetahuan (Nangpaul 2001).

(25)

dalam sebuah ilmu. Kemudian akan ada pembagian kerja dan memastikan penggunaan yang efektif setiap kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing peneliti.

Ukuran umum yang digunakan untuk melihat kegiatan kolaborasi adalah publikasi dengan banyak pengarang atau ko-pengarang. Interaksi ilmuwan dalam kegiatan kolaborasi ditunjukkan melalui kepengarangan kolaboratif dalam bentuk pengarang. Meskipun masih ada perdebatan mengenai sejauh mana ko-pengarang mencerminkan kegiatan kolaborasi dari sebuah penelitian (Laudel 2001). Walaupun ada keterbatasan pada pengukuran ko-kepengarangan, telah banyak kajian kolaborasi yang menggunakan teknik ini. Salah satu diantaranya adalah De Solla-Price orang pertama yang menganjurkan penggunaan makalah dengan banyak pengarang untuk mengetahui perubahan dalam pola kolaborasi. Dia memberikan bukti baru yang mendukung hasil observasi Smith (1958 ) bahwa jumlah makalah dengan kepengarangan ganda terus bertambah (Katz dan Martin 1997).

Salah satu metode yang digunakan untuk menghitung tingkat kolaborasi adalah metode bibliometrik. Bibliometrik merupakan kajian yang mengaplikasikan metode matematika dan statistik untuk mengukur suatu perubahan baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada sekumpulan dokumen maupun media lainnya (Sulistyo-Basuki 2002). Metode ini memanfaatkan data bibliografis dari dokumen penelitian yang berfungsi sebagai indikator kolaborasi sebagai masukan. Dokumen-dokumen hasil penelitian saat ini secara luas diterima sebagai salah satu indikator sifat, arah, jumlah dan karakteristik sebuah kajian atau disiplin ilmu. Secara kolektif dokumen-dokumen tersebut dapat mewakili data kemajuan ilmiah dalam sebuah bidang ilmu serta interaksi peneliti dalam sebuah komunitas ilmiah. Bahkan dalam periode tertentu data tersebut dapat memberikan gambaran dan pemahaman tentang perubahan komposisi dan pergerakan sebuah disiplin atau ilmu pengetahuan secara umum (Mymoon 2001).

(26)

penelitian komoditas, sumberdaya dan lintas masalah. Selain itu Badan Litbang Pertanian juga memiliki jaringan unit kerja di seluruh provinsi yaitu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Dalam melaksanakan tugasnya Badan Litbang Pertanian didukung sumber daya manusia sebanyak 7812 orang. Dari jumlah tersebut, 2553 orang adalah tenaga fungsional yaitu peneliti, pustakawan, perekayasa, pranata komputer, arsiparis, teknisi litkayasa, statistik, penyuluh, analis kepegawaian dan perencana (Deptan 2008).

Badan Litbang Pertanian mempunyai visi menjadi lembaga penelitian dan pengembangan pertanian terunggul di Asia Tenggara dalam menghasilkan inovasi mendukung pertanian tangguh, sesuai dinamika kebutuhan pengguna. Sedangkan misi Badan Litbang Pertanian adalah:

ƒ Menciptakan, merekayasa, dan mengembangkan inovasi teknologi dan

rekomendasi kebijakan pembangunan di bidang pertanian sesuai dinamika kebutuhan pengguna.

ƒ Meningkatkan efisiensi dan percepatan diseminasi kepada para pengguna serta

meningkatkan penjaringan umpan balik inovasi pertanian.

ƒ Mengembangkan jaringan kerjasama nasional dan internasional dalam rangka

penguasaan IPTEK dan peningkatan peran Badan Litbang Pertanian dalam pengembangan agribisnis dan pembangunan pertanian.

ƒ Mengembangkan kapasitas institusi Badan Litbang Pertanian menuju

pengelolaan litbang yang profesional dan berintegritas moral tinggi.

Untuk menunjang keberhasilan tugas dan misi dari Badan Litbang Pertanian maka diperlukan adanya kolaborasi atau kerjasama diantara peneliti dalam pelaksanaan penelitian. Dengan adanya kerjasama diharapkan masalah-masalah yang kompleks dalam pelaksananaan penelitian dapat diatasi. Seperti pendapat beberapa ilmuwan di atas banyak keuntungan yang didapatkan dengan berkolaborasi. Kolaborasi disini bisa dalam bentuk sumberdaya manusia, keuangan, sarana dan prasarana.

(27)

dikaji bagaimana tingkat kolaborasi peneliti pertanian di Badan Litbang Pertanian, kemudian akan dipetakan ke dalam graf komunikasi formal.

Kegiatan kolaborasi ini akan dilihat dari publikasi dengan banyak pengarang atau ko-pengarang pada artikel hasil penelitian melalui pangkalan data AGRIS yang ada di Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) Bogor. Data hanya diambil dari artikel yang diterbitkan periode tahun 1995-2006 yang terdapat dalam pangkalan data AGRIS.

AGRIS (The International Information System for Agricultural Science and Technology) merupakan jaringan kerjasama informasi pertanian atau hasil penelitian pertanian yang diprakarsai oleh FAO (Food and Agricultural Organization) sejak tahun 1975. Sampai tahun 2008 tercatat 240 negara anggota yang berpartisipasi dalam jaringan informasi AGRIS. PUSTAKA merupakan pusat nasional AGRIS di Indonesia. Untuk itu PUSTAKA harus mengumpulkan informasi tentang pertanian yang ada di Indonesia baik yang diterbitkan Badan Litbang Pertanian ataupun instansi di luar Badan Litbang Pertanian.

1.2 Perumusan Masalah

Tugas dari Badan Litbang Pertanian adalah melakukan penelitian dan pengembangan pertanian. Dansalah satu dari misi Badan Litbang Pertanian yaitu menciptakan, merekayasa, dan mengembangkan inovasi teknologi dan rekomendasi kebijakan pembangunan di bidang pertanian sesuai dinamika kebutuhan pengguna. Dalam mewujudkan hal ini instansi Badan Litbang Pertanian yang terdiri dari pusat – pusat penelitian dan balai penelitian yang tersebar di seluruh propinsi melakukan penelitian yang berhubungan dengan pengembangan teknologi di bidang pertanian. Tenaga penggerak inovasi teknologi pertanian ini adalah peneliti.

(28)

mendapat perhatian besar dari komunitas ilmuwan dan institusi kebijakan ilmu pengetahuan. Katz dan Martin (1997) mengatakan bahwa kolaborasi mendorong perkawinan silang ide-ide dari berbagai ilmu yang akan menambah wawasan dan perspektif baru bagi seseorang. Kolaborasi bisa menjadi pendorong tumbuhnya kreatifitas dan peluang ini akan lebih tinggi jika berkolaborasi dengan orang-orang yang berasal dari berbagai bidang yang berbeda.

Menurut Subramanyam (1983) tingkat kolaborasi peneliti berbeda-beda pada masing-masing disiplin ilmu. Frekuensi peneliti dalam melakukan kolaborasi dengan peneliti lain menentukan tingkat kolaborasi peneliti. Pernyataan itu diperkuat oleh Sulistyo-Basuki (1990) yang menyebutkan tingkat kolaborasi bervariasi antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu yang lain, serta dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lingkungan riset, faktor demografis, dan jenis disiplin ilmu. Tingkat kolaborasi untuk bidang teknologi umumnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan tingkat kolaborasi bidang humaniora.

(29)

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1 Mengetahui tingkat kolaborasi peneliti pertanian di Badan Litbang Pertanian melalui artikel yang diterbitkan periode tahun 1996-2005 dan terdapat pada pangkalan data AGRIS. Dikelompokkan berdasarkan rumpun disiplin ilmu dari isi dokumen hasil penelitian : economic, development and rural sociology (E); plant science and production (F); plant protection (H); postharvest technology (J); animal science, production and protection (L); fisheries and aquaculture (M); agricultural machinery and engineering (N); natural resources and environment (P); processing of agricultural product (Q).

2 Membandingkan tingkat kolaborasi peneliti antar rumpun disiplin ilmu pertanian yang dikaji.

3 Mengetahui hubungan antara kolaborasi peneliti dan produktivitas peneliti.

4 Mengkaji apakah peneliti yang sering berkolaborasi merupakan peneliti yang lebih produktif dan merupakan titik sintesis.

1.4 Manfaat Penelitian

1 Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi Instansi Badan Litbang Pertanian tentang bagaimana kolaborasi peneliti pada instansi ini, sehingga dapat memberikan gambaran dalam upaya pengembangan di bidang pertanian secara bersama dari para peneliti.

2 Memberikan masukan pada pimpinan sebagai pengambil kebijakan terutama pada unsur tercapainya kegiatan penelitian secara berkolaborasi.

(30)

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu semua artikel hasil penelitian yang dihasilkan peneliti Badan Litbang Pertanian yang dipublikasikan tahun 1996-2005. Artikel hasil penelitian bersumber dari laporan hasil penelitian, lokakarya/simposium, majalah ilmiah dan buletin yang terkumpul di pangkalan data AGRIS periode 1996-2007.

Kajian akan dikelompokkan berdasarkan rumpun disiplin ilmu pertanian. Pedoman yang digunakan dalam pengelompokan yaitu AGRIS Categorization scheme yang di terbitkan oleh FAO (Lampiran 1). Categorization scheme adalah pedoman yang digunakan sebagai kontrol subjek dalam AGRIS. Pengkategorian subjek pada AGRIS ini dilakukan dengan memberikan kode pada masing-masing masukan informasi yaitu kode yang terdiri dari huruf dan nomor, misalnya Q untuk processing and preservation. Tiap subjek kategori dibagi lagi ke rumpun – rumpun disiplin ilmu yang lebih spesifik, misalnya Q terdiri dari Q01 (food science and technology), Q2 (food processing and preservation) dan seterusnya. Alat ini digunakan bersama AGROVOC dalam memberikan gambaran secara jelas tentang subjek dari dokumen (Prince-Perciballi 1990).

Subyek penelitian yang akan dikaji yaitu tingkat kolaborasi peneliti di Badan Litbang Pertanian berdasarkan masing-masing rumpun disiplin ilmu pertanian. Kemudian kolaborasi peneliti akan dipetakan ke dalam graf komunikasi. Dari graf komunikasi tersebut akan diketahui peneliti mana yang menjadi titik sintesis pada setiap disiplin ilmu yang dikaji.

(31)

1.6 Hipotesis

1 Ada hubungan antara kolaborasi peneliti dengan produktivitas peneliti dalam penulisan karya ilmiah.

(32)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bibliometrik

Bibliometrics (bibliometrika) sebagai pengganti istilah statistical bibliography artinya aplikasi metode statistika dan matematika terhadap buku serta media komunikasi lainnya. The British Standards Institution memberikan definisi bibliometrika sebagai kajian penggunaan dokumen dan pola publikasi dengan menerapkan metode matematika dan statistika (Sulistyo-Basuki 2002). Dalam definisi tersebut metode matematika dan statistika dapat diterapkan dalam segala bentuk media komunikasi yang telah direkam dalam arti luas baik grafis maupun elektronik.

Informetrika merupakan kajian aspek kuantitatif terhadap informasi dalam setiap bentuk, tidak terbatas pada jasa informasi terekam atau bibliografi. Informetrika lebih luas daripada bibliometrika, karena informetrika mencakup bibliometrika termasuk juga analisa statistik dan matematika (Sulistyo-Basuki 2002). Jadi informetrika mengkaji aspek kuantitatif dari komunikasi informal atau lisan, komunikasi terekam, kebutuhan dan penggunaan informasi. Informetrika dapat menggabungkan, memanfaatkan, memperluas kajian ukuran informasi yang terletak di luar batas bibliometrika dan sainsmetrika.

2.2 The International Information System for Agricultural Science and Technology (AGRIS)

AGRIS merupakan jaringan kerjasama informasi yang diprakarsai oleh FAO (Food and Agricultural Orgnization) untuk bersama sama mengumpulkan, menyimpan serta menyebarkan informasi mengenai literatur pertanian dunia sehingga dapat diakses dari manapun juga. Untuk itu setiap negara anggota berpartisipasi dalam mengolah informasi yang berasal dari negaranya, selanjutnya informasi tersebut digabung dengan informasi yang berasal dari negara anggota lainnya untuk dimanfaatkan melalui pangkalan data AGRIS.

(33)

bertanggung jawab untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, mengindeks, mengkatalog, dan memasukkan data literatur bidang pertanian Indonesia dan diterbitkan di Indonesia yang dikelompokkan menjadi bahan pustaka indonesiana, selanjutnya dikirim ke pusat AGRIS di Roma. Sebagai gambaran tentang data yang dimasukkan dalam pangkalan data AGRIS dapat dilihat pada Lampiran 2.

Disamping itu PUSTAKA juga sebagai pusat deposit bagi terbitan seluruh Departemen Pertanian sesuai instruksi Menteri Pertanian No.43/Kpts/Um/21/1969 yang kemudian diperbaharui oleh SK Menteri Pertanian No.873/Kpts/HM.430/11/1984. Terbitan yang dimaksud adalah laporan hasil penelitian kerja sama, lokakarya/simposium, majalah ilmiah, buletin. Jadi pangkalan data AGRIS juga mencakup hasil-hasil penelitian para peneliti Badan Litbang Pertanian (Sundari 2002).

Literatur pertanian yang sudah terkumpul selanjutnya diproses melalui seleksi dan pengindeksan, yaitu pemilihan literatur khusus bidang pertanian kemudian memprosesnya dengan cara menguraikan data bibliografi, menerjemahkan judul dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, menentukan kategori subjek dan kata kunci (menggunakan AGROVOC) serta informasi lain yang diperlukan untuk memudahkan dalam proses temu kembali informasi.

2.3 Kolaborasi Penelitian

2.3.1 Pengertian

(34)

Sistem kolaborasi digambarkan oleh Egghe (1991) melalui sebuah pasangan himpunan makalah yang ditulis secara bersama atau sekelompok penulis (Gambar 1)

Gambar 1 Sistem kolaborasi peneliti

Dalam Gambar 1, kotak mewakili makalah ilmiah lengkap yang merupakan hasil penelitian dan huruf mewakili nama-nama penelitinya. Keanggotaan kolaborasi dari para peneliti dapat ditentukan dari banyaknya huruf yang berada pada masing-masing kotak. Gambar 1 menunjukkan kolaborasi yang terdiri atas: tiga makalah ditulis oleh dua peneliti (peneliti A dan D; peneliti A dan C; dan peneliti E dan F), dan dua makalah berikutnya masing-masing ditulis oleh tiga peneliti (peneliti A, B, dan C; dan peneliti C, D, dan F).

Dalam tulisannya mengenai kolaborasi penelitian, Katz dan Martin (1997) menyatakan bahwa ada asumsi yang secara luas diterima bahwa kolaborasi dalam penelitian merupakan satu hal yang baik untuk dilakukan oleh karena itu harus didukung dan dikembangkan. Asumsi ini juga mempengaruhi lingkungan pembuat kebijakan ilmu pengetahuan berbagai negara. Banyak upaya telah dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan hubungan ilmu dan teknologi yang dapat dicapai dengan mengembangkan kolaborasi lintas sektor khususnya antara universitas dan industri. Lebih jauh lagi banyak instansi pemerintah yang telah berusaha keras untuk meningkatkan keikutsertaan peneliti mereka dalam kegiatan kolaborasi internasional yang diyakini dapat memberikan banyak keuntungan dan penghematan biaya.

(35)

Ukuran umum yang digunakan dasar untuk mengukur aktifitas kolaborasi adalah terbitan dengan banyak pengarang yang biasa disebut sebagai ko-pengarang (Laudel 2001). Menurut Gordon dalam Surtikanti (2004) asumsi yang digunakan untuk melakukan analisis ko-pengarang adalah :

1 Jumlah makalah yang dihasilkan oleh sekelompok ilmuwan sebanding dengan aktifitas penelitian mereka. Semua karya kolaborasi muncul dalam satu artikel atau lebih.

2 Frekuensi relatif dari ko-kepengarangan dalam kelompok tersebut sebanding dengan tingkat kolaborasi ilmiah dalam kelompok yang bersangkutan.

3 Frekuensi relatif dari produksi makalah ilmiah dengan tingkat kepengarangan ganda yang berbeda-beda (misalnya 1 pengarang, 2 pengarang dsb.) sebanding dengan frekuensi penerbitan makalah dalam majalah penelitian oleh kelompok berdasarkan besar kecilnya kelompok tersebut.

4 Disebabkan komunitas ilmiah mempunyai aturan yang ketat mengenai kepengarangan, maka diasumsikan bahwa secara umum setiap ko-pengarang memberikan kontribusi yang penting pada proyek penelitian yang didokumentasikan pada laporan akhirnya.

Penggunaan analisis ko-pengarang dalam mengukur aktifitas kolaborasi mempunyai kelebihan (Subramanyam 1983):

1 Bentuk data tidak bervariasi.

2 Mudah diperoleh dan dihitung.

3 Dapat dikuantifikasikan.

4 Non-reaktif artinya proses penilaian kolaborasi tidak mempengaruhi proses kolaborasi yang diteliti.

Katz dan Martin (1997) memberikan batasan sejauh mana peneliti dapat dikatakan atau disebut berkolaborasi (kolaborator):

1 Orang yang bekerja sama dalam suatu penelitian dan ikut memberikan kontribusi yang penting yang sifatnya berkali-kali.

(36)

3 Orang yang bertanggung jawab pada satu atau lebih elemen utama penelitian, pelaksanaan eksperimen, analisis dan interpretasi data, penulisan hasil penelitian dalam bentuk laporan.

4 Orang yang bertanggung jawab pada tahap-tahap penting penelitian (pencetus ide, hipotesis asli, atau interpretasi teori).

5 Pemilik proyek proposal asli atau penyandang dana, meskipun kontribusi utamanya hanya pada manajemen penelitian (misalnya ketua tim) bukan pada penelitiannya.

Sedangkan yang tidak termasuk kolaborator adalah:

1 Orang yang memberi kontribusi relatif sedikit dalam proses penelitian. 2 Teknisi atau asisten peneliti.

Menurut Beaver (2001) ada 18 tujuan dalam berkolaborasi yaitu: 1 Akses untuk keahlian.

2 Akses untuk peralatan, sumberdaya atau bahan yang tidak dimiliki. 3 Akses keuangan.

4 Untuk mendapatkan prestise/penghargaan pada peningkatan keahlian. 5 Efisiensi dalam arti dengan dikerjakan oleh berbagai peneliti dari latar

belakang ilmu yang berbeda (multidisiplin) akan lebih efisien. 6 Mendapatkan kemajuan dengan cepat.

7 Masalah yang besar, lebih penting, lebih sulit, lebih global dapat diatasi. 8 Menambah atau meningkatkan produktifitas.

9 Menciptakan jaringan informasi antar peneliti. 10 Sebagai alat belajar kemampuan atau teknik baru.

11 Untuk memuaskan keingintahuan yang berhubungan dengan keahlian. 12 Berbagi pikiran perasaan dengan orang lain.

13 Untuk mengurangi kesalahan dan pendapat yang salah atau kekeliruan. 14 Untuk memperoleh penelitian yang lebih terfokus, sehingga tidak terjadi

penelitian dengan subjek yang sama diteliti didua tempat. 15 Mengurangi kesendirian/isolasi.

16 Untuk mendidik (siswa, diri sendiri ).

(37)

2.3.2 Keuntungan dan Kerugian Berkolaborasi

Dalam sebuah penelitian dibutuhkan keahlian, pengetahuan dan aspek teknis yang sangat kompleks. Untuk itu dibutuhkan kolaborasi antar peneliti dalam pelaksanaan penelitian dengan harapan keahlian yang dibutuhkan dapat memenuhi kebutuhan penelitian yang dilakukan. Banyak keahlian yang mungkin bisa dipelajari oleh seorang peneliti tetapi membutuhkan waktu dan biaya.

Menurut Katz dan Martin (1997) keuntungan berkolaborasi adalah:

1 Adanya kesempatan untuk berbagi pengetahuan, keahlian dan teknik tertentu dalam sebuah ilmu. Dengan kolaborasi akan terjadi pembagian kerja dan memastikan penggunaan yang efektif setiap kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing peneliti.

2 Adanya transfer pengetahuan dan keahlian. Upaya untuk memperbaharui pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat memakan waktu dan ada beberapa masalah dalam melakukan hal tersebut. Diantaranya adalah bahwa tidak seluruh ilmu dan perkembangan terbarunya didokumentasikan, ada banyak pengetahuan yang sifatnya tacit dan tetap dalam kondisi seperti itu sampai ilmuwan yang menguasainya mempunyai waktu untuk menuliskan dan mempublikasikannya.

3 Kolaborasi mendorong adanya pertukaran ide dari berbagai ilmu yang akan menambah wawasan dan perspektif baru dari seseorang. Kolaborasi bisa menjadi pendorong tumbuhnya kreatifitas dan peluang ini akan lebih tinggi jika berkolaborasi dengan orang-orang yang berasal dari berbagai bidang ilmu yang berbeda.

4 Kolaborasi membuka kesempatan persahabatan intelektual. Peneliti tidak saja akan membangun hubungan dengan para peneliti yang terlibat dalam penelitian yang sedang dilakukannya, tetapi juga akan membuka peluang bagi peneliti tersebut untuk masuk dalam jaringan yang lebih luas dalam komunikasi penelitian.

(38)

Disamping keuntungan berkolaborasi Katz dan Martin (1997) juga memaparkan kerugian berkolaborasi yaitu:

1 Meningkatkan biaya tambahan untuk keperluan transportasi baik yang digunakan untuk peneliti maupun peralatan penelitian yang perlu untuk dipindahkan.

2 Bertambahnya waktu yang dibutuhkan untuk membuat proposal bersama, beberapa perjanjian kerja dan kemungkinan penelitian harus dilakukan di beberapa tempat yang berbeda. Juga harus disediakan waktu khusus untuk saling berbagi informasi, diskusi-diskusi untuk menyamakan pendapat dalam menyusun laporan akhir penelitian.

3 Bertambahnya kegiatan administratif yang dibutuhkan akibat banyaknya keterlibatan berbagai pihak. Diperlukan manajemen yang lebih baik dan rapi untuk mengatasi masalah-masalah birokrasi yang muncul.

2.3.3 Jenis Kolaborasi

Menurut Subramanyam dalam Prihantono (2002) ada enam jenis kolaborasi yaitu :

1 Kolaborasi dosen dan mahasiswa, kolaborasi semacam ini sering dijumpai di perguruan tinggi. Pada kolaborasi semacam ini seorang dosen dapat memberikan arahan, gagasan petunjuk ataupun biaya penelitian dan mahasiswa yang melakukannya.

2 Kolaborasi sesama rekan, kolaborasi jenis ini biasa dilakukan di lembaga penelitian. Dalam hal ini penelitian dilakukan oleh sekelompok peneliti, masing-masing anggota memberikan sumbangan sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki dalam berbagai aspek penelitian.

3 Kolaborasi peneliti dan konsultan, kolaborasi jenis ini banyak dilakukan pada proyek penelitian berskala besar. Tim peneliti pada proyek ini menggunakan jasa dari lembaga atau perusahaan lain sebagai konsultan khusus dalam rangka pengumpulan, pengolahan dan analisis data.

(39)

5 Kolaborasi internasional, kolaborasi jenis ini melibatkan beberapa negara atau antar peneliti/ilmuwan dari beberapa negara yang berkaitan dalam suatu penelitian.

6 Kolaborasi penyelia (supervisor dan asisten). Kolaborasi jenis ini biasa dilakukan antara peneliti senior dengan peneliti yunior. Kasus yang paling umum pada kolaborasi ini biasanya dilakukan oleh peneliti di laboratorium. Pada peneliti di laboratorium biasanya seorang peneliti dibantu oleh laboran teknisi.

2.4 Graf Komunikasi Formal

Komunikasi ilmiah adalah penyampaian informasi ilmiah dari satu orang ke orang lain melalui berbagai media. Tujuan komunikasi adalah untuk penyebaran dan pertukaran informasi, penyusunan fakta menjadi bentuk informasi yang memenuhi kebutuhan peneliti/ilmuwan, dan pemberitahuan kepada sesama ilmuwan yang mempunyai disiplin ilmu sama atau saling berkaitan (Schweppe dalam Sumaryanto 1987).

Sulistyo-Basuki (1993) menggambarkan sistem komunikasi ilmiah sebagai penyampaian informasi secara langsung ataupun tidak langsung kepada pengguna atau pemakai informasi (Gambar 2). Penyampaian secara langsung disebut komunikasi informal misalnya melalui lisan, telepon dan lain-lain. Sedangkan penyampaian secara tidak langsung disebut komunikasi formal, yaitu melalui media formal (literatur primer, sekunder dan tersier).

(40)
[image:40.612.166.447.88.299.2]

Gambar 2 Sistem Komunikasi Ilmiah

Leigthon dan Rubinfeld (2006) memaparkan bahwa dalam ilmu matematika dan komputer, teori graf adalah cabang ilmu yang mempelajari sifat-sifat graf. Secara informal, suatu graf adalah himpunan benda-benda yang disebut node yang terhubung oleh edge-edge. Biasanya, graf digambarkan sebagai kumpulan titik-titik (melambangkan verteks) yang dihubungkan oleh garis-garis (melambangkan edge atau disebut juga ties).

Banyak struktur yang bisa direpresentasikan dengan graf, dan banyak masalah yang bisa diselesaikan dengan bantuan graf. Sebuah struktur graf bisa dikembangkan dengan memberi bobot pada tiap edge. Graf berbobot dapat digunakan untuk melambangkan banyak konsep berbeda. Sebagai contoh jika suatu graf melambangkan jaringan jalan maka bobotnya bisa berarti panjang jalan maupun batas kecepatan tertinggi pada jalan tertentu. Ekstensi lain pada graf adalah dengan membuat edgenya berarah, yang secara teknis disebut graf berarah atau digraf (directed graph). Digraf dengan edge berbobot disebut jaringan. Jaringan banyak digunakan pada cabang praktis teori graf yaitu analisis jaringan. Perlu dicatat bahwa pada analisis jaringan, definisi kata "jaringan" bisa berbeda, dan sering berarti graf sederhana (tanpa bobot dan arah).

Pencetus Informasi

Literatur Primer

Sistem Informasi Literatur Sekunder

Komunikasi Formal Pengguna Informasi Komunikasi

(41)

Menurut Suryadi (1995), suatu graf G (V, E) terdiri atas 2 himpunan: (1) Himpunan V, yang elemen-elemennya disebut vertek, (2) Himpunan E yang merupakan himpunan pasangan tidak terukur dari vertek-vertek elemen, disebut himpunan Edge. Jadi suatu graf merupakan suatu himpunan yang terdiri atas himpunan titik (vertex) dan garis (edge) yang menghubungkan kedua titik tersebut. Setiap garis pada suatu graf terletak antara dua titik dan setiap titik disajikan secara eksplisit. Dalam hal ini konfigurasi geometris pada suatu graf adalah dihubungkan atau tidaknya dua titik pada graf tersebut. Banyaknya garis yang bertemu pada suatu titik disebut valensi (degree), dan untuk titik yang valensinya nol disebut dengan titik terasing (isolated point).

Apabila terdapat dua titik yang dihubungkan oleh dua garis atau lebih maka graf tersebut dinamakan multigraph. Suatu graf disebut terhubung (connected graph) jika dan hanya jika setiap dua titik pada graf sekurang-kurangnya dihubungkan oleh satu lintasan (path). Graf tidak terhubung (disconnected graph) jika dan hanya jika terdapat dua titik pada graf yang tidak dihubungkan oleh satu lintasan. Apabila satu titik dan ruas garis pada graf dipangkas, dan mengakibatkan jumlah komponen dalam graf bertambah, maka titik tersebut disebut titik sintesis ( Prihantono 1996).

Prihantono (1996) juga memaparkan disamping harus mengerti pengertian suatu graf maka perlu mengetahui pola graf pengarangnya dan memahami konsep komunikasi formal. Komunikasi formal yang dimaksudkan adalah komunikasi yang dilakukan oleh para peneliti melalui media formal, antara lain melalui majalah, disertasi dan laporan hasil penelitian. Produktivitas hasil penelitian (artikel) dari seorang peneliti dapat diukur melalui media komunikasi formal yaitu dari banyaknya hasil penelitian peneliti yang dipublikasikan pada media formal tersebut.Dalam komunikasi formal, konfigurasi geometris pada suatu graf tidaklah berlaku, karena yang menentukan pada graf adalah dihubungkan atau tidaknya dua titik pada graf tersebut. Oleh karena itu, panjang pendeknya garis, bentuk garis lengkung atau lurusnya garis dalam suatu graf tidak akan berpengaruh terhadap perhitungan dalam graf komunikasi.

(42)

informasi dengan menggunakan graf, salah satu ukuran yang telah dikembangkan oleh Brillouin menunjukkan bahwa jumlah seluruh informasi (Ii) yang diukur dalam bits (binary digits) dalam sebuah pesan atau berita yang terdiri dari simbol-simbol N dari s komponen yang berlainan diberikan dengan formulasi sebagai berikut:

Ni! Ii = K [Ln ___________________ ] N1!.N2….Ns

Dengan ketentuan, bahwa Ni adalah jumlah total titik pada suatu graf, Ns adalah banyaknya titik pada komponen ke-s, dengan s = 1,2,...s, K adalah sebuah konstanta Boltzman yang besarnya 1/ln2, Ln adalah logaritma natural berbasis bilangan e (atau = 2,718282). Dalam graf komunikasi, titik-titik mewakili pengarang.

Formulasi Brillouin pada persamaan tersebut dapat digunakan untuk memberi ciri ketersambungan sebuah grafik, mengidentifikasi titik-titik penting dalam sebuah grafik, dan memberikan ukuran evaluasi dalam sebuah grafik. Dalam struktur graf komunikasi, apabila sebuah titik dipangkas, maka jumlah komponen pada graf itu akan bertambah, berkurang atau tetap.

Dalam hal ini, apabila sebuah titik yang dipangkas atau dihilangkan tersebut memenuhi persyaratan: If - Ii > 0maka titik itu dinamakan titik sintetis, dengan ketentuan bahwa If dan Ii masing-masing adalah nilai ketidakaturan sesudah dan sebelum titik dipangkas dari graf (Shaw 1981).

(43)

Kehadiran titik sintetis akan mengurangi ketidakaturan statistik sebuah grafik dengan menghasilkan lintasan yang menghubungkan titik-titik. Di samping titik sintetis, adapula konsep titik potong artinya sebuah titik apabila dipangkas dari sebuh grafik akan mengubah susunan komponen atau menimbulkan konfigurasi baru, tetapi tidak selalu memenuhi persyaratan : If - Ii > 0. Oleh karena itu, titik potong pada grafik tersebut tidak selalu titik sintetis, tetapi titik sintesis pasti merupakan titik potong.

Untuk menentukan titik sintesis, graf komunikasi dapat dipandang sebagai berikut:

Gambar 3 Graf Komunikasi Formal

Gambar 3 memperlihatkan sebuah graf komunikasi formal, graf ini terdiri atas enam titik, lima garis dan dua komponen. Komponen pertama (N1) terdiri atas empat titik dengan empat garis, sedangkan komponen kedua (N2) terdiri atas dua titik dengan satu garis.

Penentuan titik sintesis pada graf yang disajikan pada Gambar 3 dapat dilakukan dengan menghitung nilai Ii terlebih dahulu. Nilai Ii diperoleh dengan cara sebagai berikut:

Ii = 1/ln 2[ln{Ni!/(N1!.N2!...Ns!)}]

= 1/ln 2 [ln6! – (ln4! + ln2!)] = 1,877

Langkah berikutnya, apabila titik empat dari graf pada Gambar 3 dipangkas maka graf komunikasi formal hasil pemangkasannya dapat dilihat pada Gambar 4. Graf tersebut terdiri dari lima titik, dua garis dan tiga komponen. Komponen pertama (N1) terdiri atas dua titik dengan satu garis, komponen kedua (N2) terdiri dari satu titik, dan komponen ketiga terdiri atas dua titik dengan satu garis.

1

3 2

4

N1 N2

5

(44)

N1 N2 N3

.

Gambar 4 Graf komunikasi ilmiah dengan titik nomor empat dipangkas

Penentuan titik sintesis untuk titik empat dari graf pada Gambar 4 di atas dilakukan dengan menghitung nilai If sebagai berikut :

If = 1/ln 2[ln{Nf!/(N1!.N2!...Ns!)}] = 1/ln 2 [ln5! – (2ln2! + ln1!)] = 2,838

Oleh karena hasil pengurangan If - Ii = 2,838 – 1.877 = 0,480 bits (bernilai positif) maka memenuhi syarat formulasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa titik empat tersebut merupakan titik sintesis sekaligus titik potong.

2.5 Penelitian Terdahulu

Sampai tahun 2007 ada enam penelitian yang telah dipublikasikan melalui media komunimasi ilmiah. Keenam penelitian tersebut dengan menggunakan sumber data pada disiplin ilmu yang berbeda yakni:

1 Sumaryanto (1987) dengan menggunakan sumber Indeks Majalah Ilmiah Indonesia 1982-1985 menyimpulkan bahwa tingkat kolaborasi pengarang pada majalah ilmiah tahun 1982 -1985 untuk semua bidang ilmu adalah sangat rendah (paling tinggi 38,2 %).

2 Sulistyo-Basuki (1993), dengan menggunakan sumber Indeks Majalah Ilmiah Indonesia 1982-1988 menyimpulkan bahwa tingkat kolaborasi penulis Indonesia bidang kedokteran pada Majalah Kedokteran Terbitan Indonesia tahun 1981-1988 adalah sangat rendah (36,80 %). Ia juga berhasil membuktikan bahwa pengarang yang produktif merupakan titik sintesis.

3

2

6 1

5

(45)

3 Sulistyo-Basuki (1994) dengan menggunakan sumber Retrospective Index of Indonesian Learned Periodical 1952-1959 menyimpulkan bahwa tingkat kolaborasi penulis Indonesia bidang kedokteran ataupun bidang pertanian Indonesia pada tahun 1952-1959 adalah sangat rendah 14,82 persen untuk penulis bidang kedokteran dan 8,12 persen untuk bidang pertanian. Tetapi pada penelitian ini Sulistyo Basuki menemukan bahwa pengarang yang produktif merupakan titik sintesis, dan akan menjadi pakar pada masing-masing bidangnya.

4 Banu Susanto (1995) dengan menggunakan sumber abstrak hasil penelitian Lembaga Pemerintah Non-Departemen (LPND) bidang riset dan teknologi 1991-1992 dan Abstract of Science and Technology in Indonesia 1989-1992 menyimpulkan bahwa tingkat kolaborasi peneliti bidang ilmu pengetahuan dan teknologi pada empat LPND (BATAN, LAPAN, BPPT dan LIPI adalah berbeda – beda (persentasi tingkat kolaborasinya mendekati 50 persen). Ia juga menyimpulkan bahwa pengarang yang produktif bukan merupakan titik sintesis.

5 Igif G Prihantono (1996) dengan menggunakan sumber, Majalah, Warta, Prosiding dan KKIT LAPAN 1975-1994 menyimpulkan bahwa tingkat kolaborasi antar peneliti kedirgantaraan berkisar antara 3,03 – 61,21 %. Ia juga menyimpulkan bahwa pengarang yang produktif bukan merupakan titik sintesis.

6 Ratih Surtikanti (2004) mengkaji kolaborasi interdisipliner penelitian pertanian di Indonesia: studi kasus pada program riset unggulan terpadu I-IV

Penelitian kolaborasi di tingkat internasional antara lain:

1 Pada tahun 1963, Derek de Sola Price, menyatakan bahwa perbandingan makalah yang ditulis oleh banyak pengarang semakin meningkat sejak permulaan abad 20. Ia juga meramalkan bahwa bila gejala itu tetap berlangsung maka pada tahun 1980-an tidak akan ada lagi makalah yang ditulis oleh pengarang tunggal.

(46)

makalah, dan mengijinkan rekan yuniornya menjadi penulis senior dengan menempatkan nama rekan yunior sebagai penulis pertama dan lebih muda berkarya sama (kolaborasi) dengan ilmuwan lain.

3 Penelitian serupa dalam bidang sosiologi juga dilakukan oleh Fox (1983) serta bidang sejarah oleh Beaver (1979). Miranda Lee Pao (1981) membuktikan bahwa musikolog yang paling kolaboratif artinya paling tinggi tingkat kerjasamanya juga merupakan penulis yang paling produktif.

4 Navaez-Berthelemot (1993) menggunakan tiga pangkalan data untuk menganalisa kolaborasi antara pengarang Amerika Latin dengan Spanyol pada tahun 1984 hingga 1988. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengarang yang berkolaborasi cenderung untuk menerbitkan tulisan mereka di majalah internasional daripada majalah terbitan Spanyol.

2.6 Kerangka Pemikiran

Pembangunan pertanian telah dan akan terus memberikan sumbangan bagi pembangunan nasional. Pembangunan pertanian dapat mendorong dan menarik pertumbuhan sektor ekonomi lainnya sehingga menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Meskipun demikian masih banyak masalah yang dihadapi dalam pembangunan pertanian di Indonesia sehubungan dengan dinamika lingkungan strategis domestik dan global, antara lain berkaitan dengan jumlah dan pertumbuhan penduduk, kemiskinan, kebutuhan energi dan ketahanan pangan (Deptan 2008).

Dilihat dari pernyataan di atas maka tugas dari peneliti Badan Litbang dalam mewujudkan tugas dan misinya seperti disebutkan pada pendahuluan adalah berat. Rumitnya permasalahan yang diteliti atau keterbatasan dari seorang peneliti, sehingga adakalanya penelitian tidak mampu ditangani sendiri. Kolaborasi dalam penelitian kemudian muncul dan berkembang sebagai solusi terhadap kenyataan tersebut.

(47)

kolaborasi ini akan dihitung dengan menggunakan formulasi Subramanyam (1983).

Data kajian merupakan artikel hasil penelitian dari peneliti Badan Litbang pertanian yang dipublikasikan periode tahun 1996-2005 yang terkumpul dipangkalan data AGRIS.

2.7 Definisi Operasional

Kolaborasi: secara luas diartikan sebagai kerjasama antara dua atau lebih peneliti

yang berasal dari satu atau lebih lembaga, atau negara, juga digunakan sebagai sinonim dari multi pengarang atau ko-pengarang.

Penelitian : penyaluran hasrat ingin tahu manusia dalam taraf keilmuan .

Penelitian selalu berisi dua bagian pokok yaitu pertanyaan yang diajukan yang memerlukan jawaban dan jawaban atas pertanyaan itu.

Ko-pengarang: sebuah kejadian dimana dua atau lebih individu secara

bersama-sama mengarang sebuah tulisan.

Titik Sintesis : apabila suatu titik dan ruas garis pada graf dipangkas dan

mengakibatkan jumlah komponen dalam graf bertambah, maka titik tersebut dinamakan titik sintesis.

Produktivitas : jumlah hasil karya peneliti yang diterbitkan melalui komunikasi

formal pada kurun waktu sepuluh tahun.

Komunikasi ilmiah : penyampaian informasi ilmiah dari satu orang ke orang

lain melalui berbagai media.

Komunikasi formal : penyampaian informasi melalui media formal (literatur

(48)

III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang memusatkan perhatian pada hal-hal yang nyata dan dapat diukur dengan nyata atau angka-angka dan berusaha mengerti hal yang diteliti dengan melakukan pengukuran frekuensi dan intensitas variabel penelitian. Jenis ini secara umum menjadi ciri penelitian bibliometrik, meskipun pada saat interpretasi data akhirnya harus dapat dinyatakan dalam istilah – istilah kualitatif.

Penelitian ini juga termasuk dalam penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran sehubungan dengan subyek penelitian. Subyek dari penelitian yaitu tingkat kolaborasi peneliti pada instansi Badan Litbang Pertanian. Obyek penelitian adalah artikel hasil penelitian peneliti Badan Litbang Pertanian yang diterbitkan pada periode tahun 1996-2005 yang ada pada pangkalan data AGRIS tahun 1996-2007 yang terdapat di PUSTAKA.

3.2 Alur Pelaksanaan Penelitian

(49)
[image:49.612.134.516.73.438.2]

Gambar 5 Alur pelaksanaan penelitian

(50)

Untuk mengetahui hubungan antara kolaborasi peneliti dengan produktivitas peneliti digunakan metode statistik nonparametrik koefisien korelasi peringkat Spearman. Statistik nonparametrik adalah bagian statistik yang parameter dari populasinya tidak mengikuti suatu distribusi tertentu atau memiliki distribusi yang bebas dari persyaratan, dan variansnya tidak perlu homogen (Hasan 2003). Koefisien korelasi peringkat Spearman (rs) adalah ukuran erat tidaknya kaitan antara dua variabel ordinal (data ordinal adalah data yang penomoran objek atau kategorinya disusun menurut besarnya, yaitu dari tingkat terendah ke tingkat tertinggi atau sebaliknya) artinya, (rs) merupakan ukuran atas kadar hubungan antara data yang telah disusun menurut peringkat (ranked data) (Supranto 2001).

Untuk mengetahui apakah peneliti yang sering berkolaborasi merupakan peneliti yang lebih produktif dan merupakan titik sintesis digunakan formulasi Brillouin. Sebelum melakukan penghitungan dengan formulasi Brillouin maka terlebih dulu memetakan kondisi kolaborasi peneliti dalam graf komunikasi.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan memeriksa secara sistematik obyek penelitian. Obyek dari penelitian ini adalah artikel yang merupakan hasil penelitian para peneliti Badan Litbang Pertanian yang dikerjakan oleh para peneliti Badan Litbang Pertanian sendiri atau bekerjasama dengan peneliti dari lembaga lain. Untuk mengetahui apakah peneliti berasal dari Badan Litbang pertanian atau tidak dilihat dari kode instansi yang ada pada masukan data AGRIS. Dan kode instansi ini telah lama diterapkan di PUSTAKA untuk memudahkan dalam penelusuran.

(51)

3.4 Metode Analisis

Metode analisis data yang digunakan pada kajian ini adalah sebagai berikut:

1 Penentuan tingkat kolaborasi peneliti Badan Litbang Pertanian pada periode tahun 1996-2005 dengan penerapan formulasi metode Subramanyam (1983) sebagai berikut :

Nm

C = _________________

Nm + Ns

Dimana:

C = tingkat kolaborasi peneliti dalam sebuah disiplin ilmu, dimana nilai C tersebut berada pada interval nol sampai dengan satu, atau [0, 1].

Nm = total hasil penelitian dari peneliti dalam sebuah disiplin ilmu pada tahun tertentu yang dilakukan secara berkolaborasi.

Ns = total hasil penelitian dari peneliti dalam sebuah disiplin ilmu pada tahun tertentu yang dilakukan secara individual.

Dalam hal ini besarnya nilai C yang merupakan tingkat kolaborasi peneliti tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Apabila nilai C sama dengan 0 (C=0) maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian pada bidang tersebut seluruhnya dilakukan secara individual (peneliti tunggal), berarti tidak ada satu hasil penelitian yang dilakukan secara berkolaborasi. Jadi pelaksanaan penelitian pada bidang tersebut sama sekali tidak memerlukan bantuan atau pendekatan dari disiplin ilmu lain atau lembaga penelitian lain, artinya memang masih dapat dilakukan secara individual.

2) Apabila nilai C lebih besar dari 0 dan kurang dari setengah (0<C<0,5) maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian pada bidang tersebut dilakukan secara individual lebih besar dibanding dengan banyaknya hasil penelitian yang dilakukan secara berkolaborasi. Jadi pelaksanaan penelitian pada bidang tersebut tidak semuannya memerlukan bantuan atau pendekatan dari disiplin ilmu lain atau lembaga penelitian lain.

(52)

sama banyaknya dengan penelitian yang dilakukan secara berkolaborasi. Jadi pelaksanaan penelitian pada bidang tersebut sama-sama memerlukan bantuan dari disiplin ilmu lain atau lembaga penelitian lain.

4) Apabila nilai C lebih besar dari setengah dan kurang dari satu (0,5<C<1) maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian pada bidang tersebut dilakukan secara individual lebih sedikit dibanding dengan banyaknya hasil penelitian yang dilakukan secara berkolaborasi. Jadi pelaksanaan penelitian pada bidang tersebut memang sangat memerlukan bantuan dari disiplin ilmu lain atau lembaga penelitian lain.

5) Apabila nilai C sama dengan satu (C=1) maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian pada bidang tersebut seluruhnya dilakukan secara berkolaborasi (bersama). Jadi pelaksanaan penelitian pada bidang tersebut memang sangat memerlukan bantuan dari disiplin ilmu lain atau lembaga penelitian lain artinya tidak dapat dilaksanakan tanpa bantuan dari disiplin ilmu lain atau lembaga penelitian lain.

2 Pengujian hipotesis pertama yang berbunyi :

Ada hubungan antara kolaborasi peneliti dengan produktivitas peneliti dalam penulisan karya ilmiah pada periode tahun 1996-2005.

Dilakukan melalui Uji Korelasi Rank Spearman (Siegel 1990). Uji ini dapat digunakan untuk menemukan hubungan antara produktivitas dan kolaborasi peneliti tersebut. Dalam hal ini formulasi Spearman disajikan sebagai berikut:

N 6 ∑ di2

i=1

rs = 1 - _________________ ... (1)

N3 – N

Dengan ketentuan bahwa:

rs = koefisien korelasi peringkat Spearman, dengan nilai antara [-1, 1] di = selisih antara kedua peringkat pasangan data X dan Y, dimana Y =

produktivitas (banyaknya artikel yang dipublikasikan) dan X = kolaborasi peneliti

(53)

Dari hasil penghitungan yang diperoleh disimpulkan bahwa apabila rs = +1 atau -1 maka disimpulkan ada hubungan sempurna antara X dan Y. Apabila nilai rs mendekati nol, maka disimpulkan antara X dan Y tidak berkorelasi. Sebaliknya apabila nilai rs mendekati satu, maka X dan Y memiliki korelasi yang sangat tinggi.

3 Pengujian hipotesis kedua yang berbunyi:

Peneliti yang sering berkolaborasi merupakan peneliti yang lebih produktif dan merupakan titik sintesis bila dibandingkan dengan peneliti yang jarang atau tidak berkolaborasi.

Sebelum dilakukan penghitungan dengan menggunakan formulasi Brillouin data yang ada dipetakan ke dalam graf komunikasi formal. Jadi langkah awal adalah menentukan nilai I dengan menggunakan formulasi Brillouin (Shaw, 1981) sebagai berikut:

Ni!

Ii = K [Ln ___________________ ] ………...……. (2)

N1!.N2!….Ns!

Dengan ketentuan bahwa:

Ii = Nilai ketidakaturan seluruh populasi

Ni = banyaknya penulis (titik) yang terlibat dalam penelitian bidang pertanian N1 = banyaknya penulis (titik) pada komponen ke-1

K = suatu konstanta yang bernilai 1/ln2

Selanjutnya penentuan titik sintesisnya dilakukan dengan pemangkasan titik tertentu pada graf komunikasi. Langkah berikutnya yaitu menentukan nilai If dari graf hasil pangkasan salah satu titik tersebut.

Nf!

If= K [Ln ___________________ ]

N1!.N2!….Ns!

Dimana:

If = Nilai ketidakaturan populasi setelah dilakukan pemangkasan terhadap salah satu titik

(54)

Berdasarkan hasil kedua nilai perhitungan tersebut, jika memenuhi persyaratan formulasi (3) maka titik yang dipangkas tersebut merupakan titik sintesis.

(55)

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil penelitian keseluruhan diambil dari pangkalan data AGRIS periode tahun 1996-2005. Secara keseluruhan ditemukan 8492 judul artikel dan 5666 orang peneliti.

Sesuai dengan tujuan penelitian maka dalam pembahasan akan dikelompokkan menjadi empat bagian yaitu: (1) Tingkat kolaborasi peneliti pertanian di Badan Litbang Pertanian, (2) Membandingkan tingkat kolaborasi peneliti antar rumpun disiplin ilmu pertanian yang dikaji, (3) Hubungan antara kolaborasi peneliti dan produktivitas peneliti dan (4) Produktivitas peneliti dan titik sintesis.

4.1 Tingkat Kolaborasi

Dalam penelitian ini penghitungan tingkat kolaborasi dilakukan untuk masing-masing rumpun disiplin ilmu.

4.1.1 Tingkat Kolaborasi Peneliti pada Rumpun Disiplin Ilmu E (Economic

Development and Rural Sociology)

(56)

Tabel 1 Jumlah artikel dan komposisi peneliti untuk rumpun disiplin ilmu E (economic development and rural sociology) di Badan Litbang Pertanian periode tahun 1996-2005

Tahun

Komposisi peneliti

N

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 16 17 18 19

1996 69 48 43 17 3 1 1 - 1 183 1997 31 43 32 20 13 2 2 - 1 144 1998 50 46 48 20 8 3 2 2 1 1 1 182 1999 31 32 49 29 7 2 - 150 2000 39 48 44 16 9 4 7 1 3 1 1 1 1 1 1 177 2001 27 18 16 10 9 2 3 2 3 1 91 2002 39 27 34 13 4 3 3 1 3 3 130 2003 43 23 26 10 6 4 - 2 114 2004 39 16 42 13 10 4 2 1 127 2005 39 42 37 25 8 1 - 152 Jumlah 407 343 371 173 77 26 20 7 14 4 2 2 1 1 1 1 1450 Keterangan: N = Jumlah artikel

Hasil analisis dengan menggunakan metode Subramanyam diketahui bahwa rata-rata tingkat kolaborasi adalah 0,71 (Tabel 2) atau 71 persen dari jumlah hasil penelitian yang dilakukan secara berkolaborasi. Jadi pelaksanaan penelitian pada rumpun disiplin ilmu ini sangat memerlukan bantuan dari peneliti lain atau disiplin ilmu lain.

Tabel 2 Tingkat kolaborasi peneliti pada rumpun disiplin ilmu E (economic development and rural sociology) di Badan Litbang Pertanian periode tahun 1996-2005

Tahun Ns Nm C

1996 69 114 0,62

1997 31 113 0,78

1998 50 132 0,73

1999 31 119 0,79

2000 39 138 0,78

2001 27 64 0,70

2002 39 91 0,70

2003 43 71 0,62

2004 39 88 0,69

2005 39 113 0,74

Jumlah 407 1043 0,71

Keterangan: Ns = hasil penelitian yang dilakukan secara individual; Nm = hasil penelitian yang dilakukan secara berkolaborasi; C = Tingkat Kolaborasi

4.1.2 Tingkat Kolaborasi Peneliti untuk Rumpun Disiplin Ilmu F (plant

science and production)

(57)

ditulis secara berkolaborasi berjumlah 2431 artikel. Dimana kisaran anggota yang berkolaborasi dalam penelitian antara 2-14 orang.

Tabel 3 Jumlah artikel dan komposisi jumlah peneliti untuk rumpun disiplin ilmu F (plant science and production) di Badan Litbang Pertanian periode tahun 1996-2005

Tahun

Komposisi peneliti

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 14 1996 117 114 87 46 11 1 1 1 1 379 1997 31 119 97 62 11 7 1 328 1998 69 74 100 36 25 3 1 1 309 1999 82 119 140 77 18 5 2 443 2000 114 105 126 59 25 8 1 2 440 2001 41 38 59 37 22 5 2 2 1 207 2002 83 93 110 44 19 3 1 1 1 355 2003 72 42 30 21 7 3 2 2 1 180 2004 49 45 76 36 11 6 3 4 49 279 2005 55 56 64 39 6 2 1 1 224

Jumlah 713 805 889 457 155 43 13 16 51 1 1 3144

Keterangan: N = Jumlah artikel

Hasil analisis dengan menggunakan metode Subramanyam diketahui bahwa tingkat kolaborasi berkisar antara 0,60-0,91 (Tabel 4) dengan rata-rata tingkat kolaborasi 0,77. Hal ini berarti 77 persen dari jumlah hasil penelitian dilakukan secara berkolaborasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian pada rumpun disiplin ilmu F sangat membutuhkan bantuan peneliti lain atau disiplin ilmu lain pada pelaksanaan penelitian.

Tabel 4 Tingkat kolaborasi peneliti pada rumpun disiplin ilmu F (plant science and production) di Badan Litbang Pertanian periode tahun 1996-2005

Tahun Ns Nm C

1996 117 262 0.69

1997 31 297 0.91

1998 69 240 0.78

1999 82 361 0.81

2000 114 326 0.74

2001 41 166 0.80

2002 83 272 0.77

2003 72 108 0.6

2004 49 230 0.82

2005 55 169 0.75

Jumlah 713 2431 0,77

(58)

4.1.3 Tingkat Kolaborasi Peneliti untuk Rumpun Disiplin Ilmu H (plant protection)

Hasil penelitian periode tahun 1996-2005 pada rumpun disiplin ilmu H (plant protection) adalah 803 artikel hasil penelitian (Tabel 5) dan jumlah peneliti keseluruhan sebanyak 913 orang. Dari keseluruhan artikel diketahui bahwa artikel yang ditulis secara individu sejumlah 212 artikel dan yang ditulis secara berkolaborasi 591 artikel. Jumlah anggota dalam penelitian secara berkolaborasi berkisar antara 2-10 orang.

Tabel 5 Jumlah artikel dan komposisi peneliti untuk rumpun disiplin ilmu H (plant protection) di Badan Litbang Pertanian periode tahun 1996-2005

Tahun

Komposisi peneliti

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1996 11 15 18 8 5 1 1 59 1997 30 21 33 11 5 100 1998 24 15 21 14 5 1 80 1999 38 43 44 16 6 1 148 2000 20 48 34 9 5 2 1 1 120 2001 11 15 18 8 5 1 1 59 2002 26 31 25 10 1 93 2003 27 13 8 6 1 1 1 57 2004 11 7 16 3 3 1 2 43 2005 14 13 15 2 44

Jumlah 212 221 232 87 35 6 4 3 0 3 803

Keterangan: N = Jumlah artikel

(59)

Tabel 6 Tingkat kolaborasi peneliti pada rumpun disiplin ilmu H (plant protection) di Badan Litbang Pertanian periode tahun 1996-2005

Tahun Ns Nm C

1996 11 48 0.81

1997 30 70 0.81

1998 24 56 0.70

1999 38 110 0.74 2000 20 100 0.83

2001 11 48 0.81

2002 26 67 0.72

2003 27 30 0.53

2004 30 32 0.74

2005 32 30 0.68

Jumlah 212 591 0.74

Keterangan: Ns = hasil penelitian yang dilakukan secara individual; Nm = hasil penelitian yang dilakukan secara berkolaborasi; C = Tingkat Kolaborasi

4.1.4 Tingkat Kolaborasi Peneliti untuk Rumpun Disiplin Ilmu J

( postharvest technology)

Hasil penelitian periode tahun 1996-2005 pada rumpun disiplin ilmu J (postharvest technology) adalah 179 artikel hasil penelitian (Tabel 7) dan jumlah peneliti keseluruhan sebanyak 293 orang. Dari keseluruhan artikel hasil penelitian diketahui bahwa artikel yang ditulis secara individu adalah 50 artikel dan 129 artikel ditulis secara berkolaborasi. Kisaran jumlah anggota dalam berkolaborasi adalah antara 2-10 orang.

Tabel 7 Jumlah artikel dan komposisi jumlah peneliti untuk rumpun disiplin J ( postharvest technology) di Badan Litbang Pertanian periode tahun 1996-2005

Tahun

Komposisi Peneliti

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 N 1996 4 6 4 1 2 17 1997 6 9 7 4 26

1998 7 8 2 2 1 20

1999 11 12 10 3 1 37 2000 5 4 5 3 2 1 20 2001 4 6 4 1 2 17

2002 2 4 1 1 1 9

2003 4 2 2 8

2004 2 3 1 6 2005 5 8 3 3 19

Jumlah 50 50 41 26 4 2 2 4 179

(60)

Hasil analisis dengan metode Subramanyam diperoleh tingkat kolaborasi antara 0,50-0,78 (Tabel 8). Hal ini berarti artikel yang ditulis secara individu lebih kecil daripada artikel yang ditulis secara berkolaborasi. Rata-rata tingkat kolaborasi yaitu 0,72 atau 72 persen dari jumlah artikel yang dihasilkan ditulis secara berkolaborasi.

Tabel 8 Tingkat kolaborasi peneliti pada rumpun disiplin ilmu J (postharvest technology) di Badan Litbang Pertanian periode tahun 1996-2005

Tahun Ns Nm C

1996 4 13 0.76

1997 6 20 0.77

1998 7 13 0.65

1999 11 26 0.70

2000 5 15 0.75

2001 4 13 0.76

2002 2 7 0.78

2003 4 4 0.50

2004 2 4 0.67

2005 5 14 0.74

umlah 50 129 0,72

Keterangan: Ns = hasil penelitian yang dilakukan secara individual; Nm = hasil penelitian yang dilakukan secara berkolaborasi; C = Tingkat Kolaborasi

4.1.5 Tingkat Kolaborasi Peneliti untuk Rumpun Disiplin Ilmu L (animal

science, product and protection)

(61)

Tabel 9 Jumlah artikel dan komposisi jumlah peneliti untuk rumpun disiplin ilmu L (animal science, product and protection) di Badan Litbang Pertanian periode tahun 1996-2005

Tahun

Komposisi Peneliti

N

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1996 33 20 41 29 19 5 2 149 1997 28 18 25 6 2 2 1 82 1998 68 43 76 33 18 7 5 1 1 1 253 1999 56 27 34 32 10 2 1 1 163 2000 25 27 36 24 17 2 2 3 1 1 25 163 2001 33 20 41 29 19 5 2 149 2002 30 18 14 6 2 3 1 74 2003 42 30 26 27 9 4 138 2004 27 27 23 14 2 2 1 2 98 2005 36 48 43 23 8 1 159 Jumlah 378 278 359 223 106 33 14 7 2 2 1 25 1428 Keterangan: N = Jumlah artikel

[image:61.612.128.513.91.299.2]

Hasil analisis dengan menggunakan metode Subramanyam diperoleh bahwa tingkat kolaborasi peneliti untuk rumpun disiplin ilmu L adalah 0,59-0,86 (Tabel 10). Rata-rata tingkat kolaborasi adalah 0,73 atau 73 persen dari hasil penelitian dilakukan secara berkolaborasi. Artinya pelaksanaan penelitian pada rumpun disiplin ilmu ini masih sangat membutuhkan bantuan peneliti atau disiplin ilmu lain.

Tabel 10 Tingkat kolaborasi peneliti pada rumpun disiplin ilmu L (animal science, product and protection) di Badan Litbang Pertanian periode tahun 1996-2005

Tahun Ns Nm C

1996 33 116 0.77

1997 28 54 0.66

1998 68 185 0.73

1999 56 107 0.66

2000 25 138 0.86

2001 33 116 0.78

2002 30 44 0.59

2003 42 96 0.69

2004 27 71 0.72

2005 36 123 0.77

Jumlah 378 1050 0.73

(62)

4.1.6 Tingkat Kolaborasi Peneliti untuk Rumpun Disiplin Ilmu M (fisheries and aquaculture)

Hasil penelitian periode tahun 1996-2005 pada rumpun disiplin ilmu M (fisheries and aquaculture) adalah 387 artikel hasil penelitian (Tabel 11) dan jumlah peneliti keseluruhan sebanyak 455 orang . Dari keseluruhan jumlah artikel tersebut 92 artikel ditulis secara individu dan 295 artikel dilakukan secara berkolaborasi. Jumlah anggota peneliti dalam berkolaborasi berkisar antara 2-10. Tabel 11 Jumlah artikel dan komposisi jumlah peneliti untuk rumpun disiplin

ilmu M (fisheries and aquaculture) di Badan Litbang Pertanian periode tahun 1996-2005

Tahun

Komposisi Peneliti N

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1996 9 2 9 9 3 32

1997 8 8 10 4 2 1 33

1998 14 19 33 7 5 1 79 1999 15 14 18 6 3 1 1 58 2000 17 17 10 7 4 2 1 2 2 62 2001 9 2 9 9 3 32

2002 16 4 4 1 1 26

2003 6 3 5 1 3 18

2004 9 8 13 4 4 38

2005 5 3 1 9

Jumlah 92 89 114 51 26 9 1 3 2 387

Keterangan: N = Jumlah artikel

(63)

Tabel 12 Tingkat kolaborasi peneliti pada rumpun disiplin ilmu M (fisheries and aquaculture) di Badan Litbang Pertanian periode tahun 1996-2005

Tahun Ns Nm C

1996 9 23 0.72

1997 8 25 0.76

1998 14 65 0.82

1999 15 43 0.74

2000 17 45 0.73

2001 9 23 0.72

2002 0 26 1

2003 6 12 0.66

2004 9 29 0.76

2005 5 4 0.44

Jumlah 92 295 0.76

Keterangan: Ns = hasil penelitian yang dilakukan secara individual; Nm = hasil penelitian yang dilakukan secara berkolaborasi; C = Tingkat Kolaborasi

4.1.7 Tingkat Kolaborasi Peneliti untuk Rumpun Disiplin Ilmu N

( agricultural machinery and engineering)

Hasil penelitian periode tahun 1996-2005 pada rumpun disiplin ilmu N (agricultural machinery and engineering) adalah 229 artikel hasil penelitian (Tabel 13) dan jumlah peneliti keseluruhan sebanyak 826 orang. Dari keseluruhan artikel yang dihasilkan 45 artikel ditulis secara individu dan 184 artikel ditulis secara berkolaborasi. Anggota peneliti dalam berkolaborasi berkisar antara 2-11 orang.

Tabel 13 Jumlah artikel dan komposisi jumlah peneliti untuk rumpun disiplin ilmu N (agricultural machinery and engineering) di Badan Litbang Pertanian periode tahun 1996-2005

Tahun

Komposisi Peneliti N

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1996 1 4 8 2 4 1 2 1 2 25

1997 6 3 9 3 2 23

1998 5 6 6 7 2 26

1999 7 3 9 5 24

2000 4 9 10 4 1 28

2001 1 4 8 2 4 1 2 1 2 25

2002 1 6 2 4 13

2003 4 2 3 3 12

2004 6 4 3 1 14

2005 10 11 14 1 2 1 39

Jumlah 45 52 72 32 15 2 1 0 4 2 4 229

(64)

Hasil analisis dengan menggunakan metode Subramanyam diperoleh bahwa tingkat kolaborasi untuk rumpun disiplin ilmu N berkisar antara 0,57-0,96 (Tabel 14). Rata-rata tingkat kolaborasi adalah 0,80 atau 80 persen dari hasil penelitian dilakukan secara berkolaborasi. Artinya pelaksanaan penelitian pada rumpun disiplin ilmu ini sangat membutuhkan bantuan peneliti lain atau disiplin ilmu lain.

Tabel 14 Tingkat kolaborasi peneliti pada rumpun disiplin ilmu ilmu N (agricultural machinery and engineering) di Badan Litbang Pertanian periode tahun 1996-2005

Tahun Ns Nm C

1996 1 24 0.96

1997 6 17 0.74

1998 5 21 0.81

1999 7 17 0.71

2000 4 24 0.86

2001 1 24 0.96

2002 1 12 0.92

2003 4 8 0.67

2004 6 8 0.57

2005 10 29 0.74

Jumlah 45 184 0.80

Keterangan: Ns = hasil penelitian yang dilakukan secara individual; Nm = hasil penelitian yang dilakukan secara berkolaborasi; C = Tingkat Kolaborasi

4.1.8 Tingkat Kolaborasi Peneliti untuk Rumpun Disiplin Ilmu P (natural

resources and environment)

(65)

Tabel 15 Jumlah artikel dan komposisi jumlah peneliti untuk rumpun disiplin ilmu P (natural resources and environment) di Badan Litbang Pertanian periode tahun 1996-2005

Tahun

Komposisi Peneliti N

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1996 8 4 3 3 2 200

1997 12 13 11 6 1 1 44

1998 7 8 16 9 2 42

1999 7 8 13 6 34

2000 18 20 10 7 4 1 1 1 62

2001 1 5 5 1 12

2002 10 8 11 2 4 35

2003 5 6 5 2 1 1 20

2004 5 2 5 2 1 1 16

2005 7 9 7 6 29

Jumlah 80 83 86 44 13 1 1 3 2 1 314

Keterangan: N = Jumlah artikel

[image:65.612.126.515.89.293.2]

Hasil analisis dengan metode Subramanyam diperoleh tingkat kolaborasi untuk rumpun disiplin ilmu P adalah 0,60-0,92 (Tabel 16). Rata-rata tingkat kolaborasi adalah 0,75 atau 75 persen dari hasil penelitian dilakukan secara berkolaborasi. Jadi pelaksanaan penelitian untuk rumpun disiplin ilmu ini masih sangat membutuhkan bantuan dari peneliti atau disiplin ilmu lain.

Tabel 16 Tingkat kolaborasi peneliti pada rumpun disiplin ilmu ilmu P (natural resources and environment) di Badan Litbang Pertanian periode tahun 1996-2005

Tahun Ns Nm C

1996 8 12 0.60

1997 12 32 0.73

1998 7 35 0.83

1999 7 27 0.79

2000 18 44 0.71

2001 1 11 0.92

2002 10 25 0.71

2003 5 15 0.75

2004 5 11 0.69

2005 7 22 0.76

Jumlah 80 234 0.75

(66)

4.1.9 Tingkat Kolaborasi Peneliti untuk Rumpun Disiplin Ilmu Q (Processing and agricultural products)

Hasil penelitian periode tahun 1996-2005 pada rumpun disiplin ilmu Q (Processing and agricultural products) adalah 557 artikel hasil penelitian dan jumlah peneliti keseluruhan sebanyak 716 orang (Tabel 17). Dari keseluruhan jumlah artikel hasil penelitian 135 artikel ditulis secara perorangan dan 422 artikel ditulis secara berkolaborasi. Jumlah anggota peneliti dalam berkolaborasi berkisar antara 2- 9.

Tabel 17 Jumlah artikel dan komposisi jumlah peneliti untuk rumpun disiplin ilmu Q (Processing and agricultural products) di Badan Litbang Pertanian periode tahun 1996-2005

Tahun

Komposisi Peneliti N

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1996 3 7 10 7 5 1 1 1 1 36

1997 14 15 16 4 2 51

1998 23 16 16 10 2 6 73

1999 16 19 25 12 7 2 81

2000 15 19 18 9 3 1 65

2001 3 7 10 7 5 1 1 1 1 36

2002 17 19 11 10 2 59

2003 11 8 8 4 2 1 34

2004 13 15 10 6 3 2 1 50

2005 20 13 18 14 6 1 72

Jumlah 135 138 142 83 37 15 3 2 2 557 Keterangan: N = Jumlah artikel

(67)

Tabel 18 Tingkat kolaborasi peneliti pada rumpun disiplin ilmu ilmu Q (processing and agricultural products) di Badan Litbang Pertanian periode tahun 1996-2005

Tahun Ns Nm C

1996 3 33 0.92

1997 14 37 0.73

1998 23 50 0.68

1999 16 65 0.81

2000 15 50 0.77

2001 3 33 0.92

2002 17 42 0.71

2003 11 23 0.68

2004 13 37 0.74

2005 20 52 0.72

Jumlah 135 422 0.76

Keterangan: Ns = hasil penelitian yang dilakukan secara individual; Nm = hasil penelitian yang dilakukan secara berkolaborasi; C = Tingkat Kolaborasi

Nilai tingkat kolaborasi untuk sembilan rumpun disiplin ilmu berkisar antara 0,71 sampai 0,80 atau dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan secara berkolaborasi lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan secara individu. Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya tingkat kolaborasi antara lain bahwa untuk memacu pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mempercepat alih teknologi kepada pengguna hasil-hasil penelitian, khususnya pengusaha yang bergerak dibidang pertanian/agribisnis maka dilakukan kerjasama penelitian dengan perguruan tinggi, instansi pemerintah dan non pemerintah (kerjasama dalam negeri). Disamping kerjasama dalam negeri dilakukan juga kerjasama dengan pihak luar negeri. Kerjasama dengan pihak luar negeri ini dapat berupa bantuan teknis (bantuan tenaga ahli, training, bantuan peralatan), penelitian kolaboratif (merupakan bentuk kerja sama yang saling menunjang dengan memanfaatkan dana yang ada pada masing-masing pihak, biasanya berupa bantuan tenaga ahli), bantuan proyek (bantuan dalam bentuk pinjaman termasuk pinjaman lunak).

(68)

bekerjasama, (3) pelaksanaan penelitian menjadi lebih ringan karena dipikirkan bersama dan (4) aspek pembinaan, untuk peneliti utama membina peneliti yang ada di bawahnya dalam kegiatan penelitian dengan mengikut sertakan dalam kegiatan penelitian.

4. 2 Perbandingan Tingkat Kolaborasi Peneliti antar Rumpun Disiplin Ilmu

[image:68.612.127.512.421.634.2]

Pada Tabel 19 dapat dilihat tingkat kolaborasi untuk semua rumpun disiplin ilmu yang dikaji berkisar antara 0,71 - 0,80. Tidak terdapat perbedaan tingkat kolaborasi yang menyolok untuk masing – masing rumpun disiplin ilmu. Hal ini disebabkan dalam pelaksanaan penelitian selalu melibatkan peneliti dari rumpun disiplin ilmu yang berbeda. Dengan harapan apabila suatu masalah dipandang dari sisi yang berbeda maka akan diperoleh hasil penelitian yang lebih baik. Sebagai contoh untuk mendapatkan bibit yang baik diperlukan peneliti dari rumpun disiplin ilmu E untuk mengetahui apakah dari segi ekonomi bibit tersebut menguntungkan dan peneliti dari rumpun disiplin ilmu H untuk mengetahui ketahanan bibit tersebut terhadap serangan hama penyakit.

Tabel 19 Tingkat kolaborasi peneliti untuk sembilan rumpun disiplin ilmu yang diteliti periode tahun 1996-2005 di Badan Litbang Pertanian

Rumpun disiplin ilmu Ns Nm C

Economic Development and rural sociologi(E)

407 1043 0,71

Plant science and production (F) 713 2431 0,77

Plant Protection (H) 212 591 0,74

Postharvest technology (J) 50 129 0,72

Animal science, production and protection (L)

378 1050 0,73

Fisheries and aquaculture (M) 92 295 0,76

Agricultural machinery and engineering (N)

45 184 0,80

Natural resources and environment (P)

80 234 0,75

Processing of agricultural products (Q)

135 422 0,76

(69)

4.3 Hubungan antara Kolaborasi dengan Produktivitas Peneliti

Dalam bagian ini akan dibahas tentang tujuan penelitian yang ketiga yaitu untuk mengetahui hubungan antara kolaborasi peneliti dan produktivitas peneliti dan menguji hipotesis yang pertama yang berbunyi ”ada hubungan antara kolaborasi peneliti dengan produktivitas peneliti dalam penulisan karya ilmiah”.

Untuk mengetahui hubungan antara kolaborasi dengan produktivitas peneliti dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Data yang dikorelasikan (Lampiran 3) adalah data kolaborasi peneliti (x) dan produktivitas peneliti (y) dan nilai N (banyaknya pasangan data) adalah 10. Analisis data untuk mengetahui hubungan antara kolaborasi peneliti dan produktivitas peneliti dilakukan untuk masing – masing rumpun disiplin ilmu.

Dari hasil analisis diperoleh koefisien korelasi (rs) dan probabilitas (Tabel 20). Nilai koefisien korelasi untuk 9 disiplin ilmu yang dikaji hampir mendekati 1 (satu), angka ini menunjukkan adanya korelasi yang sangat kuat antara kolaborasi dan produktivitas peneliti. Nilai probabilitas untuk semua rumpun disiplin ilmu lebih kecil dari 0,05 maka dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan antara kolaborasi dan produktivitas peneliti signifikan pada taraf kepercayaan 95 %.

Tabel 20 Hasil analisis uji Korelasi Rank Spearman untuk 9 rumpun disiplin ilmu periode tahun 1996-2005

Rumpun disiplin ilmu Koefisien korelasi Probabilitas

Economic Development and rural sociologi(E)

0,881(**) 0,001

Plant science and production (F) 0,952(**) 0

Plant Protection (H) 0,960(**) 0

Postharvest technology (J) 0,947(**) 0

Animal science, production and protection (L)

0,905(**) 0

Fisheries and aquaculture (M) 0,927(**) 0

Agricultural machinery and engineering (N)

0,917(**) 0

Natural resources and environment (P) 0,970(**) 0

Processing of agricultural products (Q) 0,975(**) 0

(**) Signifikan pada taraf kepercayaan 95%

(70)

Martin (1997) tentang salah satu keuntungan dari kolaborasi yaitu kolaborasi mendorong adanya pertukaran ide dari berbagai ilmuwan yang akan menambah wawasan dan perspektif baru bagi peneliti yang berkolaborasi. Hal ini mendorong tumbuhnya kreativitas dari peneliti dengan demikian produktivitasnya juga akan meningkat.

4.4 Hubungan Produktivitas Peneliti dan Titik Sintesis

Untuk pengujian hipotesis yang kedua yaitu peneliti yang sering berkolaborasi merupakan peneliti yang produktif dan merupakan titik sintesis digunakan formulasi Brillouin.

4.4.1 Rumpun Disiplin Ilmu H (Plant Protection)

Hasil penelitian periode tahun 1996-2005 pada rumpun disiplin ilmu H (plant protection) diketahui jumlah artikel hasil penelitian berjumlah 803 artikel dan jumlah peneliti berjumlah 913 orang. Untuk pengujian hipotesis yang kedua pertama-tama dilakukan dengan memetakan data kolaborasi peneliti dalam graf komunikasi formal (Lampiran 5). Dari hasil pemetaan data kolaborasi peneliti untuk rumpun disiplin ilmu H diperoleh jumlah peneliti perkomponen serta total peneliti yang dapat dilihat pada Tabel 21. Graf komunikasi untuk rumpun disiplin ilmu H terdiri dari 92 komponen dan 850 titik. Dari hasil perhitungan dengan meng

Gambar

Gambar 2  Sistem Komunikasi Ilmiah
Gambar 5  Alur pelaksanaan penelitian
Tabel 10 Tingkat kolaborasi peneliti pada rumpun disiplin ilmu L (animal science, product and protection) di Badan Litbang Pertanian periode tahun 1996-2005
Tabel 16  Tingkat kolaborasi peneliti pada rumpun disiplin ilmu ilmu  P (natural resources and environment) di Badan Litbang Pertanian periode tahun 1996-2005
+7

Referensi

Dokumen terkait

prediksl bahwa keuntungan yang kita dapatkan dari investasi tersebut harus lebih besar daripada suku bunga Bank.Sehingga IRR adalah nilai suku bunga yang

Praktik Pengalaman Lapangan adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Pada infeksi yang tidak berhubungan dengan gigitan he- wan, asumsi yang bisa diterima adalah infeksi mungkin trans- misi lang sung dari hewan tingkat rendah kepada

diharapkan program aplikasi ini dapat dikembangkan lebih lanjut, seperti penambahan perintah- perintah yang biasanya ditampilkan pada menu utama maupun menu popup, misalnya menu

Judul Tesis : HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DAN INTAKE ZAT GIZI DENGAN TINGGI BADAN ANAK BARU MASUK SEKOLAH (TBABS) PADA DAERAH ENDEMIS GAKY DI KECAMATAN PARBULUAN

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2005 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada

Tambahan Lembaran  Negara Republik Indonesia Nomor  5105) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah  Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan

o Atom non logam cenderung untuk menerima elektron sehingga jika tiap-tiap atom non logam berikatan maka ikatan yang terbentuk dapat dilakukan dengan cara..