• Tidak ada hasil yang ditemukan

II TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Graf Komunikasi Formal

Komunikasi ilmiah adalah penyampaian informasi ilmiah dari satu orang ke orang lain melalui berbagai media. Tujuan komunikasi adalah untuk penyebaran dan pertukaran informasi, penyusunan fakta menjadi bentuk informasi yang memenuhi kebutuhan peneliti/ilmuwan, dan pemberitahuan kepada sesama ilmuwan yang mempunyai disiplin ilmu sama atau saling berkaitan (Schweppe dalam Sumaryanto 1987).

Sulistyo-Basuki (1993) menggambarkan sistem komunikasi ilmiah sebagai penyampaian informasi secara langsung ataupun tidak langsung kepada pengguna atau pemakai informasi (Gambar 2). Penyampaian secara langsung disebut komunikasi informal misalnya melalui lisan, telepon dan lain-lain. Sedangkan penyampaian secara tidak langsung disebut komunikasi formal, yaitu melalui media formal (literatur primer, sekunder dan tersier).

Literatur primer adalah literatur yang memuat hasil penelitian asli kajian mengenai sebuah teori baru atau penjelasan sebuah gagasan dalam sebuah bidang termasuk majalah ilmiah, laporan hasil penelitian dan disertasi. Literatur sekunder merupakan literatur yang berisi informasi mengenai literatur primer. Yang termasuk dalam literatur sekunder adalah bibliografi, indeks, abstrak, kamus, ensiklopedia dan tabel.

Gambar 2 Sistem Komunikasi Ilmiah

Leigthon dan Rubinfeld (2006) memaparkan bahwa dalam ilmu matematika dan komputer, teori graf adalah cabang ilmu yang mempelajari sifat- sifat graf. Secara informal, suatu graf adalah himpunan benda-benda yang disebut node yang terhubung oleh edge-edge. Biasanya, graf digambarkan sebagai kumpulan titik-titik (melambangkan verteks) yang dihubungkan oleh garis-garis (melambangkan edge atau disebut juga ties).

Banyak struktur yang bisa direpresentasikan dengan graf, dan banyak masalah yang bisa diselesaikan dengan bantuan graf. Sebuah struktur graf bisa dikembangkan dengan memberi bobot pada tiap edge. Graf berbobot dapat digunakan untuk melambangkan banyak konsep berbeda. Sebagai contoh jika suatu graf melambangkan jaringan jalan maka bobotnya bisa berarti panjang jalan maupun batas kecepatan tertinggi pada jalan tertentu. Ekstensi lain pada graf adalah dengan membuat edgenya berarah, yang secara teknis disebut graf berarah atau digraf (directed graph). Digraf dengan edge berbobot disebut jaringan. Jaringan banyak digunakan pada cabang praktis teori graf yaitu analisis jaringan. Perlu dicatat bahwa pada analisis jaringan, definisi kata "jaringan" bisa berbeda, dan sering berarti graf sederhana (tanpa bobot dan arah).

Pencetus Informasi Literatur Primer Sistem Informasi Literatur Sekunder Komunikasi Formal Pengguna Informasi Komunikasi informal

Menurut Suryadi (1995), suatu graf G (V, E) terdiri atas 2 himpunan: (1) Himpunan V, yang elemen-elemennya disebut vertek, (2) Himpunan E yang merupakan himpunan pasangan tidak terukur dari vertek-vertek elemen, disebut himpunan Edge. Jadi suatu graf merupakan suatu himpunan yang terdiri atas himpunan titik (vertex) dan garis (edge) yang menghubungkan kedua titik tersebut. Setiap garis pada suatu graf terletak antara dua titik dan setiap titik disajikan secara eksplisit. Dalam hal ini konfigurasi geometris pada suatu graf adalah dihubungkan atau tidaknya dua titik pada graf tersebut. Banyaknya garis yang bertemu pada suatu titik disebut valensi (degree), dan untuk titik yang valensinya nol disebut dengan titik terasing (isolated point).

Apabila terdapat dua titik yang dihubungkan oleh dua garis atau lebih maka graf tersebut dinamakan multigraph. Suatu graf disebut terhubung (connected graph) jika dan hanya jika setiap dua titik pada graf sekurang-kurangnya dihubungkan oleh satu lintasan (path). Graf tidak terhubung (disconnected graph) jika dan hanya jika terdapat dua titik pada graf yang tidak dihubungkan oleh satu lintasan. Apabila satu titik dan ruas garis pada graf dipangkas, dan mengakibatkan jumlah komponen dalam graf bertambah, maka titik tersebut disebut titik sintesis ( Prihantono 1996).

Prihantono (1996) juga memaparkan disamping harus mengerti pengertian suatu graf maka perlu mengetahui pola graf pengarangnya dan memahami konsep komunikasi formal. Komunikasi formal yang dimaksudkan adalah komunikasi yang dilakukan oleh para peneliti melalui media formal, antara lain melalui majalah, disertasi dan laporan hasil penelitian. Produktivitas hasil penelitian (artikel) dari seorang peneliti dapat diukur melalui media komunikasi formal yaitu dari banyaknya hasil penelitian peneliti yang dipublikasikan pada media formal tersebut.Dalam komunikasi formal, konfigurasi geometris pada suatu graf tidaklah berlaku, karena yang menentukan pada graf adalah dihubungkan atau tidaknya dua titik pada graf tersebut. Oleh karena itu, panjang pendeknya garis, bentuk garis lengkung atau lurusnya garis dalam suatu graf tidak akan berpengaruh terhadap perhitungan dalam graf komunikasi.

Sifat graf komunikasi dapat diukur dengan ukuran yang mirip berlaku untuk bidang thermodinamika (Sulistyo-Basuki 1994). Dalam aplikasi komunikasi

informasi dengan menggunakan graf, salah satu ukuran yang telah dikembangkan oleh Brillouin menunjukkan bahwa jumlah seluruh informasi (Ii) yang diukur dalam bits (binary digits) dalam sebuah pesan atau berita yang terdiri dari simbol- simbol N dari s komponen yang berlainan diberikan dengan formulasi sebagai berikut:

Ni! Ii = K [Ln ___________________ ] N1!.N2….Ns

Dengan ketentuan, bahwa Ni adalah jumlah total titik pada suatu graf, Ns adalah banyaknya titik pada komponen ke-s, dengan s = 1,2,...s, K adalah sebuah konstanta Boltzman yang besarnya 1/ln2, Ln adalah logaritma natural berbasis bilangan e (atau = 2,718282). Dalam graf komunikasi, titik-titik mewakili pengarang.

Formulasi Brillouin pada persamaan tersebut dapat digunakan untuk memberi ciri ketersambungan sebuah grafik, mengidentifikasi titik-titik penting dalam sebuah grafik, dan memberikan ukuran evaluasi dalam sebuah grafik. Dalam struktur graf komunikasi, apabila sebuah titik dipangkas, maka jumlah komponen pada graf itu akan bertambah, berkurang atau tetap.

Dalam hal ini, apabila sebuah titik yang dipangkas atau dihilangkan tersebut memenuhi persyaratan: If - Ii > 0maka titik itu dinamakan titik sintetis, dengan ketentuan bahwa If dan Ii masing-masing adalah nilai ketidakaturan sesudah dan sebelum titik dipangkas dari graf (Shaw 1981).

Ukuran Brillouin untuk memberikan status bahwa grafik dari persamaan di atas terlihat ketidakaturan sebuah grafik terputus (disconnected graph) dipengaruhi oleh jumlah total titik dan jumlah total komponen. Status ketidakaturan yang tinggi tidaklah menguntungkan komunikasi informasi karena hanya beberapa titik saja yang relatif bersambung. Sebaliknya status ketidakaturan yang rendah dapat terjadi dalam setiap grafik apabila distribusi titik per komponen tidak merata. Dalam batas bila I=0 maka terdapat lintasan dalam setiap titik ke titik lainnya, sehingga setiap titik pada grafik tersebut minimal dihubungkan oleh satu lintasan (connected graph), dan status ini akan sangat menguntungkan bagi komunikasi informasi (Prihantono 1996).

Kehadiran titik sintetis akan mengurangi ketidakaturan statistik sebuah grafik dengan menghasilkan lintasan yang menghubungkan titik-titik. Di samping titik sintetis, adapula konsep titik potong artinya sebuah titik apabila dipangkas dari sebuh grafik akan mengubah susunan komponen atau menimbulkan konfigurasi baru, tetapi tidak selalu memenuhi persyaratan : If - Ii > 0. Oleh karena itu, titik potong pada grafik tersebut tidak selalu titik sintetis, tetapi titik sintesis pasti merupakan titik potong.

Untuk menentukan titik sintesis, graf komunikasi dapat dipandang sebagai berikut:

Gambar 3 Graf Komunikasi Formal

Gambar 3 memperlihatkan sebuah graf komunikasi formal, graf ini terdiri atas enam titik, lima garis dan dua komponen. Komponen pertama (N1) terdiri atas empat titik dengan empat garis, sedangkan komponen kedua (N2) terdiri atas dua titik dengan satu garis.

Penentuan titik sintesis pada graf yang disajikan pada Gambar 3 dapat dilakukan dengan menghitung nilai Ii terlebih dahulu. Nilai Ii diperoleh dengan cara sebagai berikut:

Ii = 1/ln 2[ln{Ni!/(N1!.N2!...Ns!)}] = 1/ln 2 [ln6! – (ln4! + ln2!)] = 1,877

Langkah berikutnya, apabila titik empat dari graf pada Gambar 3 dipangkas maka graf komunikasi formal hasil pemangkasannya dapat dilihat pada Gambar 4. Graf tersebut terdiri dari lima titik, dua garis dan tiga komponen. Komponen pertama (N1) terdiri atas dua titik dengan satu garis, komponen kedua (N2) terdiri dari satu titik, dan komponen ketiga terdiri atas dua titik dengan satu garis.

1 3 2 4 N1 N2 5 6

N1 N2 N3

.

Gambar 4 Graf komunikasi ilmiah dengan titik nomor empat dipangkas

Penentuan titik sintesis untuk titik empat dari graf pada Gambar 4 di atas dilakukan dengan menghitung nilai If sebagai berikut :

If = 1/ln 2[ln{Nf!/(N1!.N2!...Ns!)}] = 1/ln 2 [ln5! – (2ln2! + ln1!)] = 2,838

Oleh karena hasil pengurangan If - Ii = 2,838 – 1.877 = 0,480 bits (bernilai positif) maka memenuhi syarat formulasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa titik empat tersebut merupakan titik sintesis sekaligus titik potong.

2.5 Penelitian Terdahulu

Sampai tahun 2007 ada enam penelitian yang telah dipublikasikan melalui media komunimasi ilmiah. Keenam penelitian tersebut dengan menggunakan sumber data pada disiplin ilmu yang berbeda yakni:

1 Sumaryanto (1987) dengan menggunakan sumber Indeks Majalah Ilmiah Indonesia 1982-1985 menyimpulkan bahwa tingkat kolaborasi pengarang pada majalah ilmiah tahun 1982 -1985 untuk semua bidang ilmu adalah sangat rendah (paling tinggi 38,2 %).

2 Sulistyo-Basuki (1993), dengan menggunakan sumber Indeks Majalah Ilmiah Indonesia 1982-1988 menyimpulkan bahwa tingkat kolaborasi penulis Indonesia bidang kedokteran pada Majalah Kedokteran Terbitan Indonesia tahun 1981-1988 adalah sangat rendah (36,80 %). Ia juga berhasil membuktikan bahwa pengarang yang produktif merupakan titik sintesis.

3 2 6 1 5 z

3 Sulistyo-Basuki (1994) dengan menggunakan sumber Retrospective Index of Indonesian Learned Periodical 1952-1959 menyimpulkan bahwa tingkat kolaborasi penulis Indonesia bidang kedokteran ataupun bidang pertanian Indonesia pada tahun 1952-1959 adalah sangat rendah 14,82 persen untuk penulis bidang kedokteran dan 8,12 persen untuk bidang pertanian. Tetapi pada penelitian ini Sulistyo Basuki menemukan bahwa pengarang yang produktif merupakan titik sintesis, dan akan menjadi pakar pada masing- masing bidangnya.

4 Banu Susanto (1995) dengan menggunakan sumber abstrak hasil penelitian Lembaga Pemerintah Non-Departemen (LPND) bidang riset dan teknologi 1991-1992 dan Abstract of Science and Technology in Indonesia 1989-1992 menyimpulkan bahwa tingkat kolaborasi peneliti bidang ilmu pengetahuan dan teknologi pada empat LPND (BATAN, LAPAN, BPPT dan LIPI adalah berbeda – beda (persentasi tingkat kolaborasinya mendekati 50 persen). Ia juga menyimpulkan bahwa pengarang yang produktif bukan merupakan titik sintesis.

5 Igif G Prihantono (1996) dengan menggunakan sumber, Majalah, Warta, Prosiding dan KKIT LAPAN 1975-1994 menyimpulkan bahwa tingkat kolaborasi antar peneliti kedirgantaraan berkisar antara 3,03 – 61,21 %. Ia juga menyimpulkan bahwa pengarang yang produktif bukan merupakan titik sintesis.

6 Ratih Surtikanti (2004) mengkaji kolaborasi interdisipliner penelitian pertanian di Indonesia: studi kasus pada program riset unggulan terpadu I-IV

Penelitian kolaborasi di tingkat internasional antara lain:

1 Pada tahun 1963, Derek de Sola Price, menyatakan bahwa perbandingan makalah yang ditulis oleh banyak pengarang semakin meningkat sejak permulaan abad 20. Ia juga meramalkan bahwa bila gejala itu tetap berlangsung maka pada tahun 1980-an tidak akan ada lagi makalah yang ditulis oleh pengarang tunggal.

2 Kajian Zuckerman (1968) terhadap 41 pemenang hadiah nobel menunjukkan korelasi yang tinggi antara karyasama (karya kolaborasi) dengan produktivitas. Umumnya pemenang hadiah nobel menerbitkan lebih banyak

makalah, dan mengijinkan rekan yuniornya menjadi penulis senior dengan menempatkan nama rekan yunior sebagai penulis pertama dan lebih muda berkarya sama (kolaborasi) dengan ilmuwan lain.

3 Penelitian serupa dalam bidang sosiologi juga dilakukan oleh Fox (1983) serta bidang sejarah oleh Beaver (1979). Miranda Lee Pao (1981) membuktikan bahwa musikolog yang paling kolaboratif artinya paling tinggi tingkat kerjasamanya juga merupakan penulis yang paling produktif.

4 Navaez-Berthelemot (1993) menggunakan tiga pangkalan data untuk menganalisa kolaborasi antara pengarang Amerika Latin dengan Spanyol pada tahun 1984 hingga 1988. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengarang yang berkolaborasi cenderung untuk menerbitkan tulisan mereka di majalah internasional daripada majalah terbitan Spanyol.

2.6 Kerangka Pemikiran

Pembangunan pertanian telah dan akan terus memberikan sumbangan bagi pembangunan nasional. Pembangunan pertanian dapat mendorong dan menarik pertumbuhan sektor ekonomi lainnya sehingga menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Meskipun demikian masih banyak masalah yang dihadapi dalam pembangunan pertanian di Indonesia sehubungan dengan dinamika lingkungan strategis domestik dan global, antara lain berkaitan dengan jumlah dan pertumbuhan penduduk, kemiskinan, kebutuhan energi dan ketahanan pangan (Deptan 2008).

Dilihat dari pernyataan di atas maka tugas dari peneliti Badan Litbang dalam mewujudkan tugas dan misinya seperti disebutkan pada pendahuluan adalah berat. Rumitnya permasalahan yang diteliti atau keterbatasan dari seorang peneliti, sehingga adakalanya penelitian tidak mampu ditangani sendiri. Kolaborasi dalam penelitian kemudian muncul dan berkembang sebagai solusi terhadap kenyataan tersebut.

Pada bagian tinjauan pustaka telah dijelaskan kelebihan dan juga alasan mengapa para ilmuwan berkolaborasi dalam pelaksanaan penelitian. Untuk itu dalam penelitian ini ingin mengkaji bagaimana tingkat kolaborasi yang telah terjadi di Badan Litbang Pertanian pada periode tahun 1996-2005. Tingkat

kolaborasi ini akan dihitung dengan menggunakan formulasi Subramanyam (1983).

Data kajian merupakan artikel hasil penelitian dari peneliti Badan Litbang pertanian yang dipublikasikan periode tahun 1996-2005 yang terkumpul dipangkalan data AGRIS.

2.7 Definisi Operasional

Kolaborasi: secara luas diartikan sebagai kerjasama antara dua atau lebih peneliti

yang berasal dari satu atau lebih lembaga, atau negara, juga digunakan sebagai sinonim dari multi pengarang atau ko-pengarang.

Penelitian : penyaluran hasrat ingin tahu manusia dalam taraf keilmuan .

Penelitian selalu berisi dua bagian pokok yaitu pertanyaan yang diajukan yang memerlukan jawaban dan jawaban atas pertanyaan itu.

Ko-pengarang: sebuah kejadian dimana dua atau lebih individu secara bersama-

sama mengarang sebuah tulisan.

Titik Sintesis : apabila suatu titik dan ruas garis pada graf dipangkas dan

mengakibatkan jumlah komponen dalam graf bertambah, maka titik tersebut dinamakan titik sintesis.

Produktivitas : jumlah hasil karya peneliti yang diterbitkan melalui komunikasi

formal pada kurun waktu sepuluh tahun.

Komunikasi ilmiah : penyampaian informasi ilmiah dari satu orang ke orang

lain melalui berbagai media.

Komunikasi formal : penyampaian informasi melalui media formal (literatur

Dokumen terkait