ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING OPEN UNEMPLOYMENT RATE IN THE PROVINCE OF LAMPUNG
(PERIOD 2009-2015)
Oleh :
AISYAH SISNITA 20130430045
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING OPEN UNEMPLOYMENT RATE IN THE PROVINCE OF LAMPUNG
(PERIOD 2009-2015)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh :
AISYAH SISNITA 20130430045
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Nama : Aisyah Sisnita
Nomor Mahasiswa : 20130430045
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul : “ ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI LAMPUNG (PERIODE 2009-2015)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya karya
atau pendapat yang pernah ditulis ata diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertlis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila
ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 19 Desember 2016
Istiqomah dalam menghadapi cobaan. Jadilah seperti karang dilautan yang kuat di
hantam ombak dan kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang
lain, karena hidup hanyalah sekali. Ingat hanya pada Allah apapun dan dimanapun
kita berada kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon”.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri”.
mendoakan serta mendukung proses kuliah sampai akhirnya bisa
menyelesaikan skripsi ini.
2. Almamater tercinta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta semoga
semakin maju, terdepan, unggul dan islami tetap menjadi visi kampus dan
dapat meluluskan wisudawan dan wisudawati yang bermanfaat dunia
akhirat.
3. Dosen-dosen yang telah memberikan keikhlasan dalam memberikan ilmu
nya selama masa kuliah semoga amal ibadah bapak ibu dosen menjadi amal
jariyah amiin.
4. Sahabat-sahabat seperjuangan di Unires lorong SBZ, keluarga kecil ku di
Perumahan Quantum Residence no D3 untuk Amirilia, Ami, Cindra, Adek
Zami, Baiq Ryan yang selalu ada saat susah dan senang.
5. Teman-teman yang pernah sama-sama berjuang dalam menyusun skripsi
ini, untuk iraka yang selalu kasih semangat saat down, sumandi yang selalu
memberikan keceriaan saat di BI corner, serta tidak lupa untuk zozo yang
selalu memotivasi karena daftar sidang duluan dan nggak lupa sama rahayu
yang udah jadi temen yang baik selama kuliah.
6. Temen terdekat di kampus dari awal semester sampai akhir untuk Mika dan
Erica yang selalu ada membantu saat susah dan memberikan warna warni
ekonomi 2013 menjadi lebih kompak dan sukses untuk kita semua.
8. Buat asdos terbaik mas mahrus yang selalu meluangkan waktu nya untuk
membantu skripsi ini terimakasih banyak, semoga mendapat limpahan
berkah dari Allah SWT. Amiin.
9. Teruntuk Rendy Julio Herlandez S.T yang sudah menjadi partner terbaik di masa-masa kuliah dan untuk kedepan nya, terima kasih telah mendukung
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
INTISARI ... viii
ABSTRAK ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah ... 9
C. Rumusan Masalah ... 10
D. Tujuan Penelitian ... 11
E. Manfaat penelitian ... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13
A. Landasan Teori ... 13
B. Hubungan Antar Variabel ... 21
C. Penelitian Terdahulu ... 26
D. Kerangka Pemikiran ... 31
E. Hipotesis ... 33
BAB III METODE PENELITIAN... 35
A. Objek dan Subjek Penelitian ... 35
B. Jenis Data ... 36
C. Teknik Pengumpulan Data ... 36
D. Definisi Operasional Variable Penelitian ... 36
E. Metode Analisis Data ... 38
F. Uji Kualitas Data ... 53
D. Perkembangan Jumlah Penduduk di Provinsi Lampung ... 61
E. Perkembangan Upah Minimum Regionaldi Provinsi Lampung .... 63
F. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung ... 66
BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 69
A. Uji kualitas instrumen dan data ... 69
B. Uji Statistik ... 75
C. Interpretasi hasil pengujian Random Effect model ... 77
BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN 83 A. Kesimpulan ... 83
B. Saran ... 85
C. Keterbatasan penelitian ... 86
DAFTAR PUSTAKA
1.2 Jumlah Penduduk di Provinsi Lampung Tahun 2010-2015 (jiwa) .. 6
1.3 Upah Minimum Regional (UMR) di Provinsi Lampung Tahun 2009-2015 (dalam rupiah) ... 7
1.4 Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung Tahun 2009-2015 (dalam persen) ... 8
4.1 Luas wilayah menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung 2015 0.178% ... 56
4.2 Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Kabupaten dan Kota di Provinsi Lampung tahun 2009-2015 (dalam persen) ... 61
4.3 Jumlah Penduduk menurut Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun 2009-2015 (jiwa) ... 63
4.4 Upah Minimum di Provinsi Lampung Periode 2009-2015 (Rupiah) ... 65
4.5 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Lampung Periode 2009-2015 (dalam persen) ... 67
5.1 Uji Heteroskedastisitas ... 69
5.2 Uji Multikolinearitas ... 70
5.3 Uji Hausman ... 71
5.4 Random Effect Model... 72
5.5 Laju Pertumbuhan PDRB ADHK menurut Lapangan Usaha (dalam persen) ... 78
2.1 Kerangka Pemikiran ... 32
3.1 Kerangka Pemikiran Regresi... 44
4.1 Tingkat Pengagguran Terbuka di Provinsi Lampung Tahun 2009-2015 ... 60
4.2 Jumlah Penduduk di Provinsi Lampung Tahun 2009-2015 ... 62
4.3 Upah Minimum Provinsi Lampung Tahun 2009-2015 ... 64
ix
the factors that caused the unemployment in Lampung Provience by gathering data in 12 municipalities and 2 cities from 2009 until 2015. In this research, the samples were 14 municipatilies and cities, that were gathered from varities of institutions like BPS and the sources related to this research. The analyzing tool used was Data Panel Method. Based on the analysis that was conducted, the result indicated that the Total Population and the Human Development Index had significant influence towards the open unemployment in Lampung Provience. Meanwhile the minimum wage has no significant influence towards the Open Unemployment in Lampung Provience.
Keywords: Total Population, Minimum Wage, Human Development Index and
viii
penyebab dari pengangguran yang ada di Provinsi Lampung dengan mengambil data 12 kabupaten dan 2 kota dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2015. Dalam penelitian ini sampel berjumlah 14 kabupaten dan kota, yang diperoleh dari berbagai instansi seperti BPS dan sumber yang berhubungan dengan penelitian ini. Alat analisis yang digunakan dengan menggunakan Metode Data Panel. Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh hasil bahwa, Jumlah Penduduk dan Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh secara signifikan terhadap pengangguran terbuka di Provinsi Lampung. Sedangkan Upah minimum tidak berpengaruh signifikan terhadap pengangguran terbuka di Provinsi Lampung.
Kata kunci : Jumlah Penduduk, Upah Minimum, Indeks Pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Banyaknya permasalahan perekonomian yang ada di Indonesia
menyebabkan negara ini menjadi negara yang kurang pesat dalam membangun
pertumbuhan ekonomi dikarenakan masih banyaknya penduduk Indonesia yang
mengalami kemiskinan, pendidikan yang rendah, serta pekerjaan yang kurang
mendukung agar seseorang bisa mendapatkan upah yang cukup memenuhi
kehidupannya. Salah satu permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini
adalah pengangguran terbuka, dikarenakan pengangguran yang ada di Indonesia
setiap tahun meningkat yang di sebabkan pula karena banyak nya penduduk yang
belum memiliki pekerjaan sedangkan lapangan pekerjaan yang disediakan oleh
pemerintah belum seimbang dengan yang melamar pekerjaan.
Pembangunan ekonomi dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dari sisi sosial maupun ekonomi. Tujuan utama dari pembangunan
ekonomi yaitu membuka kesempatan dan lapangan pekerjaan secara maksimal agar
angkatan kerja bisa terserap dalam proses kegiatan ekonomi disuatu wilayah.
Pengangguran terjadi dikarenakan banyak nya jumlah permintaan angkatan
kerja yang melebihi dari jumlah lapangan pekerjaan yang disediakan oleh suatu
wilayah tersebut yang mengakibatkan pengangguran semakin meningkat. Hal
tersebut yang menjadi permasalahan dikarenakan tidak terserap secara menyeluruh
angkatan kerja di suatu wilayah tersebut.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin menyatakan tingkat
pengangguran di Indonesia pada februari 2016 mencapai 5,5% atau 7.02 juta orang.
Berdasarkan angka tersebut Indonesia masih termasuk negara yang memiliki
tingkat pengangguran yang tinggi tetapi jika dibandingkan agustus 2015, tingkat
pengangguran tahun 2016 mengalami penurunan sebelum nya yang mencapai 7,56
juta atau 6,18% .
Dalam pembangunan ekonomi negara-negara berkembang, pengangguran
yang semakin bertambah jumlahnya merupakan masalah yang lebih rumit dan lebih
serius dari pada masalah perubahan dalam distribusi pendapatan yang kurang
menguntungkan penduduk yang berpendapatan rendah. Keadaan negara-negara
berkembang dalam beberapa dasawarsa ini menunjukkan bahwa pembangunan
yang telah tercipta tiddak sanggup mengadakan kesempatan kerja yang lebih cepat
dari pada pertambahan penduduk yang berlaku. Permasalahan tentang
pengangguran yang mereka hadapi dari tahun ke tahun semakin lama semakin
bertambah serius. Lebih prihatin lagi beberapa negara miskin bukan saja jumlah
pengangguran menjadi bertambah besar, tetapi juga proporsi mereka dari
keseluruhan tenaga kerja semakin bertambah tinggi (Sukirno,1985:65).
Pengangguran termasuk permasalahan yang penting untuk dikaji karena
dampak dari pengangguran bisa berpengaruh negatif untuk suatu negara. Dampak
negatif tersebut adalah kemiskinan semakin tinggi, kriminalitas terjadi
dimana-mana, dapat memacu banyak nya anak jalanan yang mencari uang dengan cara
mengemis yang membuat dampak negatif tersebut berpengaruh besar terhadap
Pengangguran menjadi salah satu masalah yang ada di seluruh negara, baik
negara maju dan negara berkembang. Perbedaan yang terjadi pada negara maju dan
berkembang yaitu apabila pada negara maju munculnya pengangguran dikarenakan
pasang surutnya kegiatan ekonomi dan bisnis, sedangkan pada negara berkembang
dikarenakan tingginya tingkat angkatan kerja, ketiadaan lapangan kerja serta
kelangkaan investasi dan juga masalah politik dalam negri.
Pengangguran menunjukkan kepada setiap individu yang ingin bekerja
tetapi belum mendapatkan pekerjaan. Perhitungan tentang pengangguran dihitung
berdasarkan rasio antara jumlah penganggur dan angkatan kerja. Seseorang yang
menunggu pekerjaan termasuk kategori menganggur.
Melemahnya daya serap angkatan kerja membuat jumlah pengangguran semakin
banyak. Indonesia termasuk negara yang mempunyai jumlah penduduk yang
banyak yang menyebabkan angkatan kerja di Indonesia semakin banyak. Badan
Pusat Statistik dalam Februari 2016 tingkat pengangguran terbuka mencapai 5,50%.
Tabel 1.1
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Lampung Tahun 2009-2015 (dalam persen)
Sumber: BPS Lampung
Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan tingkat pengangguran terbuka di
Provinsi Lampung. Pengangguran Terbuka pada 2009 di Provinsi Lampung sebesar
Tahun TPT
2009 6,62
2010 5,57
2011 6,24
2012 5,13
2013 5,69
2014 4,79
6,62%, tahun 2010 angka pengangguran terbuka di Provinsi Lampung sebesar
5,57%, mengalami kenaikan sebanyak 6,24% pada tahun 2011, pada tahun 2012
mengalami penuruan sebesar 5,13%, dan mengalami kenaikan 5,69% pada tahun
2013, kembali mengalami penurunan drastis pada tahun 2014 sebesar 4,79% dan
akhir tahun 2015 Provinsi Lampung mengalami penaikan 5,14. Pada periode
2009-2015 Provinsi Lampung mengalami kenaikan angka tingkat pengangguran terbuka
pada tahun 2009 sebesar 6,62% , dan persentase paling rendah pada tahun 2014
sebesar 4,79%.
Indonesia termasuk negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar,
dengan demikian sumberdaya manusia yang dihasilkan semakin meningkat, tetapi
disatu hal permasalahan yang sangat berhubungan dengan jumlah penduduk yang
semakin tinggi mengakibatkan timbulnya angkatan kerja yang besar. Angkatan
kerja yang besar tetapi tidak diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan yang
tersedia maka terjadilah pengangguran yang berakibatkan dengan perekonomian.
Kapasitas yang rendah dari negara yang sedang berkembang untuk
meningkatkan output totanya harus diimbangi dengan penurunan tingkat
perkembangan penduduk, sehingga penghasilan riil perkapita akan dapat
meningkat. Degan kapasitas yang rendah untuk menaikkan output totalnya dan tana
diimbangi dengan turunnya tingkat perkembangan penduduk, maka akan terjadi
penundaan pembangunan ekonomi (Suparmoko, 1992:45).
Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar ke
empat di dunia dengan jumlah penduduk sebesar 255.461.700 jiwa pada tahun
negatif bagi negara tersebut. Dampak positif yaitu memiliki sumberdaya manusia
yang banyak dan bisa membantu pertumbuhan ekonomi bagi Indonesia karena
suatu negara yang maju yaitu dengan memiliki sumberdaya yang memadai dan
berkualitas. Sedangkan dampak negatif nya yaitu dengan jumlah penduduk yang
banyak maka suatu negara harus memiliki laangan pekerjaan yang sesuai dan bisa
menyerap angka tenaga kerja yang ada di Indonesia, dikarenakan apabila angkatan
kerja tersebut tidak memiliki pekerjaan maka akan ebrdampak kepada angka
pengangguran yang semakin meningkat di Indonesia.
Jumlah tingkat pengangguran serta angkatan kerja menunjukkan besarnya
jumlah penduduk yang harus diikut sertakan dalam proses pembangunan yang
berarti bahwa tingkat pengangguran dan angkatan kerja merupakan bagian dari
penduduk yang mampu menggerakkan roses ekonomi. Ini menggambarkan bahwa
dinamika proses pembangunan harus mampu melibatkan seluruh angkatan kerja
maka jumlah angkatan kerja yang besar itu dapat menjadi beban bagi pembangunan
ekonomi (Fatihin, 2016:5).
Jumlah penduduk yang besar bagi suatu negara tidak selalu menjadi modal
pembangunan karena tidak semua penduduk memiliki kemampuan untuk
menghasilkan. Oleh karena itu, mendapat kesempatan untuk bekerja (demand for
labor) merupakan hal penting bagi setiap orang yang hendak bekerja, karena orang
Tabel 1.2
Jumlah Penduduk di Provinsi Lampung Tahun 2009-2015 (jiwa)
Tahun Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan
(%)
2009 7.541.739 -
2010 7.634.005 1,22
2011 7.735.914 1,33
2012 7.835.308 1,28
2013 7.932.132 1,23
2014 8.026.191 1,18
2015 8.117.268 1,13
Sumber : BPS Lampung
Berdasarkan Tabel 1.2 menunjukkan jumlah penduduk berfluktuasi setiap
tahunnya dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2015, Provinsi Lampung pada tahun
2009 jumlah penduduk sebesar 7.541.739 jiwa, pada tahun 2010 Provinsi Lampung
mengalami jumlah penduduk sebanyak 7.634.005 jiwa, tahun 2011 Provinsi
Lampung mengalami peningkatan sebanyak 7.735.914, di tahun 2012 penaikan
jumlah penduduk sebanyak 7.835.308 jiwa, kenaikan jumlah penduduk dialami
Provinsi Lampung sebanyak 7.932.132 jiwa sampai tahun 2014 dan 2015 Provinsi
Lampung mengalami penaikan sebanyak 8.026.191 jiwa dan 8.117. 268 jiwa.
Penaikan jumlah penduduk dari tahun ke tahun berpengaruh terhadap tingkat
jumlah lapangan pekerjaan yang ada di wilayah tersebut dikarenakan jumlah umur
angkatan kerja yang bekerja akan mengalami peningkatan.
Kebijakan upah minimum yang di lakukan oleh pemerintah berupaya untuk
mensejahterakan tenaga kerja. Penetapan upah minimum juga memperhatikan
produktivitas dan pertumbuhan ekonomi untuk menyesuaikan perusahaan.
Penetapan upah terdiri dari penetapan Upah Minimum Regional dan upah minimum
upah minimum provinsi berlaku untuk di seluruh wilayah kabupaten dan kota di
provins tersebut.
Tabel 1.3
Upah Minimum Regional (UMR) di Provinsi Lampung Tahun 2009-2015 (dalam rupiah)
Tahun UMR Laju Perkembangan
(%)
2009 619.000 -
2010 767.500 23,9
2011 855.000 11,4
2012 975.000 14,03
2013 1.150.000 17,9
2014 1.399.037 21
2015 1.581.000 13
Sumber : Disnakertrans dan BPS Lampung
Tabel 1.3 menunjukkan jumlah Upah Minimum Regionalyang ada di
Provinsi Lampung dari tahun 2009-2015. Upah minimum terendah pada tahun 2009
sebesar Rp. 619.000 meningkat dari tahun-tahun sebelumnya pada tahun 2013
Upah Minimum RegionalProvinsi Lampung mengalami peningkatan sebesar Rp.
1.150.000, setiap tahunnya total upah minimum yang di teteapkan pemerintah
semakin meningkat. Semakin berkembangnya suatau daerah maka Upah Minimum
Regionaldaerah tersebut akan mengalami peningkatan. Upah minimum tertinggi
yaitu sebesar Rp. 1.581.000 pada tahun 2015. Perekonomian akan semakin baik
apabila upah minimum yang di tetapkan semakin meningkat.
Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar US berpengaruh terhadap
perusahaan yang memproduksi barang dan bahan baku yang digunakan barang
impor, dikarenakan tingginya biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan maka
akan mengurangi tenaga kerja yang ada di perusahaan tersebut yang menyebabkan
Indeks pembangunan manusia menjadi salah satu tolak ukur bagi suatu
daerah untuk melihat seberapa tinggi tingkat pembangunan manusia tersebut.
Menurut pandangan The United Nations Development Programme (UNDP)
merumuskan pembangunan manusia sebagai piliihan untuk manusia dalam
meningkatakan kesempatan mereka dalam memperoleh pendidikan, kesehatan, dan
penghasilan serta pekerjaan.
Pertumbuhan angka indeks pembangunan manusia yang semakin tinggi
menggambarkan bahwa kualitas manusia semakin membaik. Pengangguran akan
semakin berkurang apabila indeks pembangunan manusia semakin meningkat, dari
bidang pendidikan semakin tinggi seseorag meraih pendidikan maka tingkat
pengangguran semakin menurun.
Tabel 1.4
Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Lampung Tahun 2009-2015 (dalam persen)
Tahun IPM
2009 70.93
2010 63.71
2011 64.20
2012 64.87
2013 65.73
2014 66.42
2015 66.95
Sumber : BPS Lampung
Tabel 1.4 menunjukkan tingkat indeks pembangunan manusia yang ada di
Provinsi Lampung pada periode 2009-2015. Pada tahun 2009 indeks pembangunan
manusia sebesar 70,93% dan mengalami penurunan pada tahun 2010 sebesar
63,71%. Pada tahun 2011 sampai dengan 2013 tingkat indeks pembangunan
meningkatnya indeks pembangunan manusia menunjukkan bahwa Provinsi
Lampung mengalami peningkatan dalam pembangunan manusia yang termasuk
kedalam bidang pendidikan, kesehatan dan capaian pembangunan hidup layak.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam
tentang pengangguran terbuka dengan penelitian yang berjudul : ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN
TERBUKA DI PROVINSI LAMPUNG (PERIODE TAHUN 2009-2015).
B. Batasan Penelitian
Gambar 1.1
Skema Pengangguran dan Batasan Penelitian
Gambar 1.1 menjelaskan bahwa variabel dependen pengangguran terbuka
yang memiliki 3 variabel independen yaitu jumlah penduduk, upah minimm
regional, dan indeks pembangunan manusia yang memiliki batasan penelitian yaitu
Tingkat
PengangguranTerbuka
Jumlah Penduduk
Upah Minimum Regional
Indeks Pembangunan Manusia
Batasan Masalah
12 kabupaten dan 2 kota
hanya menggunakan 12 kabupaten dan 2 kota dari 13 kabupaten dan 2 kota di
Provinsi Lampung serta hanya menggunakan data tahunan dari tahun 2009 sampai
dengan tahun 2015.
C. Rumusan Masalah
Di sebuah negara berkembang permasalahan yang masih menjadi hambatan
bagi suatu negara untuk sejahtera dan berkembang menjadi negara dengan
perekonomian yang tinggi yaitu masalah mengenai pengangguran. Karena dengan
adanya pengangguran yang semakin tinggi maka masih banyak seseorang yang
belum mempunyai penghasilan dengan banyaknya tingkat pengangguran yang
semakin tinggi akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan yang rendah dan
tingkat kriminalitas yang tinggi. Besarnya tingkat pengangguran dipengaruhi oleh
berbagai hal antara lain Jumlah Penduduk, Upah Minimum Regional, dan Indeks
Pembangunan Manusia. Maka dari itu perlu dilakukan analisis mengenai tingakat
pengangguran dan faktor-faktor yang di Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka dapat
dirumuskan beberapa masalah penelitian sebagai berikut :
1. Apakah Jumlah Penduduk berpengaruh terhadap jumlah pengangguran di
Provinsi Lampung?
2. Apakah Upah Minimum Regional berpengaruh terhadap jumlah
pengangguran di Provinsi Lampung?
3. Apakah Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh terhadap jumlah
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka dapat
dirumuskan beberapa masalah penelitian sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis pengaruh Jumlah Penduduk terhadap jumlah
pengangguran di Provinsi Lampung.
2. Untuk menganalisis pengaruh Upah Minimum Regional terhadap jumlah
pengangguran di Provinsi Lampung.
3. Untuk menganalisis pengaruh Indeks Pembangunan Manusia terhadap
jumlah pengangguran di Provinsi Lampung.
E. Manfaat penelitian
Melalui penelitian ini, maka diharapkan hasil yang dapat diambil
manfaatnya sebagai berikut :
1. Bagi pemerintah dan Lembaga Terkait Provinsi Lampung
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi atau masukan
terhadap pemerintah dan lembaga Provinsi Lampung serta bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan untuk mengatasi pengangguran
di Provinsi Lampung.
2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan
pengetahan tentang cara penulisan karya ilmiah yang bak, menerapkan
teori-teori yang teah didapatkan di bangku kuliah yang digunakan sebagai
3. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan bacaan dan sumber
referensi bagi pembaca dan memberikan informasi tentang tingkat
pengangguran terbuka di Provinsi Lampung. Selanjutnya dapat digunakan
sebagi perbandingan bagi peneliti selanjutnya dalam mengadakan penelitian
dengan judul sejenis.
4. Bagi Masyarakat Umum
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori
1. Pengertian dan Konsep Pengangguran
Pengangguran adalah masalah makroekonomi yang mempengaruhi manusia
secara langsung dan merupakan masalah yang paling berat. Bagi kebanyakan orang,
kehilangan pekerjaan berarti penurunan standar kehidupan dan tekanan psikologis
(Mankiw, 2006:154).
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam indikator ketenagakerjaan,
pengangguran merupakan penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari
ekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang tidak
mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja.
Pengangguran adalah suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong
dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat
memperolehnya. Seseorang yang tidak bekerja tetapi tidak secara aktif mencari
pekerjaan tidak tergolong sebagai pengangguran. Faktor utama yang menimbulkan
pengangguran adalah kekurangan pengeluaran agregat. Para pengusaha
memproduksi barang dan jasa dengan maksud untuk mencari keuntungan.
Keuntungan tersebut hanya akan diperoleh apabila para pengusaha dapat menjual
barang yang mereka produksikan. Semakin besar permintaan, semakin besar pula
barang dan jasa yang akan mereka wujudkan. Kenaikan produksi yang dilakukan
akan menambh penggunaan tenaga kerja. Dengan demikian, terdapat hubungan
yang erat diantara tingkat pendapatan nasional yang dicapai (GDP) dengan
pengggunaan tenaga kerja yang dilakukan; semakin tinggi pendapatan nasional
(GDP), semakin banyak penggunaan tenaga kerja dalam perekonomian (Sukirno,
1994).
Untuk mengukur tingkat pengangguran pada suatu wiayah bisa didapat dari
persentase membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja.
a. Teori-Teori Pengangguran
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang Teori-Teori Pengangguran di
Indonesia yaitu :
1) Teori Klasik
Pandangan dari Teori Klasik bahwa pengangguran dapat dicegah dengan
sisi penawaran dan mekanisme harga di pasar bebas yang dapat menjamin
terciptanya permintaan yang menyerap semua penawaran (supply). Pandangan
Klasik juga berpandangan bahwa pengangguran terjadi dikarenakan mis-alokasi
sumber daya yang sifatnya sementara kemudian dapat diatasi melalui mekanisme
pasar (Gilarso. T,2004).
2) Teori Keynes
Teori Keynes menyatakan bahwa berlawanan dengan Teori Klasik, karena
Keynes berpeendapat bahwa masalah dari pengangguran timbul disebabkan oleh
adanya permintaan agregat yang rendah. Sehingga memperlambat pertumbuhan
ekonomi bukan disebabkan oleh rendahnya produksi tetapi rendahnya konsumsi.
Keynes berpendapat bahwa hal ini tidak bisa diserahkan ke mekanisme pasar bebas.
Ketika tenaga kerja mengalami peningkatan maka upah akan turun dan penurunan
penurunan upah tersebut menggambarkan daya beli masyarakat terhadap suatu
barang. Hal tersebut akan mengakibatkan produsen mengalami kerugian dan tidak
dapat menyerap kelebihan tenaga kerja. Selain itu, pada kenyataan nya upah
cenderung sulit untuk mengalami penurunan. Sehingga Teori Keynes dianggap
tidak tepat.
3) Teori Kependudukan dari Malthus
Teori Malthus dalam buku Ekonomi Sumber Daya (Mulyadi. S,2014:5)
menyatakan bahwa manusia berkembang jauh lebih cepat dibandingkan produksi
hasil-hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia berkembang
sesuai dengan deret ukur (geometric progression, dari 2 ke 4,8,16,32 dan
seterusnya), sedangkan pertumbuhan produksi makanan hanya meningkat sesuai
dengan deret hitung (arigmatic progression, dari 2 ke 4,6,8 dan seterusnya). Karena
perkembangan jumlah manusia jauh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan
produksi hasil-hasil pertanian, maka Malthus meramal bahwa suatu ketika akan
terjadi malapetaka yang akan menimpa umat manusia.
Apabila dijelaskan secara rinci teori Malthus menyatakan bahwa penduduk
cenderung bertambah secara tak terbatas sampai mencapai batas persediaan
makanan, dan permasalahan ini menimbulkan manusia saling bersaing dengan
adanya persaingan ini maka akan ada manusia yang tersisih dan tidak mampu
memperoleh makanan. Penjelasan tersebut bisa diartikan semakin banyaknya
jumlah penduduk maka akan terciptanya angkatan kerja yang semakin banyak pula,
dan hal ini tak diimbangi dengan kesempatan kerja yang tersedia. Dikarenakan
mendapatkan pekerjaan akan menjadi pengangguran. Dapat dikatakan bahwa teori
Malthus dapat digunakan dalam menganalisis masalah pengangguran.
2. Bentuk-Bentuk Pengangguran
Pengangguran terjadi karena ketidaksesuaian antara permintaan dan
penyediaan dalam pasar kerja. Bentuk-bentuk ketidaksesuaian pasar kerja
(Sumarsono,2009:251) yaitu :
a) Pengangguran Friksional
Pengangguran Friksional adalah pengangguran yang terjadi karena
kesulitantemporer dalam mempertemukan encari kerja dan lowongan kerja yang
ada. Kesulitan temporer ini dapat berbentuk : a)tenggang waktu yang diperlukan
selama proses/prosedur pelamaran dan seleksi, atau terjadi karena faktor jarak atau
kurangnya informasi; b)kurang nya mobilitas encari kerja dimana lowongan pekerja
justru terdapat bukan disekitar tempat tinggal si pencari kerja ;c)pencari kerja tidak
mengetahui dimana tersedianya tenaga-tenaga yang sesuai. Pengagguran ini
terhambat dikarenakan proses permintaan dan penawaran tenaga kerja tidak lancar,
penyebab hambatan ini ada dua yaitu tempat dan waktu.
b) Pengangguran Musiman
Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi karena
pergantian musim. Diluar musim panen dan turun kesawah, banyak orang yang
tidak mempunyai kegiatan ekonomis, mereka hanya sekedar menunggu musim
yang baru. Selama masa menunggu mereka tergolong sebagai pengangguran
musiman. Kegiatan ekonomi masyarakat seringkali terpengaruh oleh irama musim.
dimana kegiatan mengendur. Pergantian antara musim giat dan musim kendur
terjadi secara teratur dalam periode satu tahun, selama kegiatan menegndur terjadi
pengangguran yang akan terpecahkan secara otomatis bisa tiba masa giat kembali.
c) Pengangguran Siklikal
Gejala ekonomi mengikuti perilaku alam bahkan gejala biologis. Seperti
halnya banjir merupakan gejala alam. Demikian pula dengan kegiatan ekonomi, ada
saatnya terjadi ekspansi kegiatan meningkat, atau timbul kejenuhan dan penurunan
kegiatan. Setelah itu diikuti kenaikan intensitas kegiatan lain. Pada masa ekspansi
seseorang lebih optimisme, dalam situasi ini dampak bagi kesempatan kerja positif.
Kenaikan permintaan tenaga kerja akan mengurangi pengangguran begitupun
sebaliknya. Hal ini terekam oleh naiknya tingkat pengangguran. Pengangguran
yang beriraman seperti ini disebut pengangguran siklikal yang terjadi sesuai dengan
konjuktor atau Bussiness Cycles yang dapat terjadi di lima tahun sekali.
d) Pengangguran Struktural
Pengangguran struktral adalah pengangguran yang terjadi karena erubahan
dalam struktur atau komposisi perekonomian. Perubahan struktur yang demikian
memerlukan perubahan dalam keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan,
sedangkan pihak pencari kerja tidak mampu menyesuaikan diri dengan
keterampilan baru tersebut. Salah satu kemajuan ekonomi adalah terjadinya
perubahan dominasi eranan ekonomi yang dimainkan oleh setiap sektor dalam
e) Pengangguran Teknologis
Dalam pertumbuahan industri terlihat bahwa teknologi yang dipakai dalam
proses produksi selalu berubah. Perubahan teknologi merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Perubahan teknologi produksi
membawa dampak kesempatan kerja keberbagai arah. Kekuatan substitutif
merombak spesifikasi jabatan yang ditimbulkan membawa dampak negatif bagi
kesempatan kerja berupa pengangguran.
f) Pengangguran karena kurangnya perminataan agregat
Permintaan total masyarakat merupakan dasar untuk diadakannya kegiatan
investasi. Pengeluaran investasi memberikan peluang untuk tumbuh kesempatan
kerja. Bila permintaan terhadap barang dan jasa menurun, maka timbulah
penurunan pada permintaan tenaga kerja. Kurangnya permintaan agregat diartikan
sebagai mendasar bukan sementara bulanan atau sementara tahunan, tetapi
merupakan kondisi yang berlaku dalam jangka panjang. Profil yang perlu diketahui
adalah tempat terjadinya pengangguran menurut pendidikan yang perlu diketahui
pengangguran tidak terdidik atau berpendidikan rendah dapat lebih mudah
ditangani karena kesempatan kerja bagi tenaga berketerampilan mudah lebih besar,
sehingga kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan lebih besar.
3. Pengangguran Berdasarkan Cirinya
Menurut (Sukirno,1994) berdasarkan cirinya, pengangguran dibagi kedalam
a) Pengangguran Terbuka
Pengangguran terbuka terjadi dikarenakan adanya pertambahan lowongan
pekerjaan yang lebih rendah/sedikit dari ppertumbuhan tenaga kerja. Permasalahan
tersebut mengakibatkan erekonomian semakn banyak jumlah tenaga kerja yang
tidak bias terserap oleh lapangan pekerjaan yang ada. Dampak dari permasalahan
ini dalam jangka panjang mereka tidak melakukan suatu pekerjaan yang
mengakibatkan mereka menganggur secara nyata dan separuh waktu, oleh karena
itu permasalahn seperti ini disebut pengangguran terbuka. Kegiatan ekonomi yang
menurun juga dapat mengakibatkan pengangguran terbuka atau kemajuan teknologi
yang mengurangi penggunaan tenaga kerja akibat dari kemunduran perkembangan
suatu industri.
b) Pengangguran Tersembunyi
Pengangguran tersembunyi dominan ke sektor pertanian dan jasa. Setiap
kegiatan ekonomi memerlukan tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang
dugunakan tergantung kepada banyak nya faktor, salah satu faktor yang perlu
dipertimbangkan adalah besar kecilnya suatu perusahaan, jenis perusahaan, mesin
yang digunakandan tingkat produksi yang dihasilkan. Di negara berkembang
banyak ditemukan jumlah tenaga kerja yang lebih banyak dari tenaga kerja yang
diperukan. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan disebut dengan pengangguran
tersembunyi.
c) Pengangguran Bermusim
Pengangguran bermusim terjadi lebih banyak disektor pertanian dan
dan mendapatkan penghasilan. Pada musim hujan enyadap kaert dan nelayan tidak
dapat melakukan pekerjaan, sedangkan pada musiim kemarau para petani tidak
dapat menggarap tanahnya. Saat para petani dan nelayan tidak melakukukan
pekerjaan maka mereka termasuk menganggur. Pengangguran tersebut di
golongkan sebagai pengangguran musiman.
d) Setengah Menganggur
Di negara berkembang terjadinya migrasi dari desa ke kota sangat pesat
yang menyebabkan tidak semua orang yang berpindah ke kota mendapatkan
pekerjaan. Sebagian akan menjadi pengangguran sepenuh waktu. Disamping itu ada
yang tidak menggangur, tetapi tidak bekerja sepenuh waktu, dan jam kerja mereka
jauh lebih sedikit dari yang normal. Diasumsikan mereka hanya bekerja satu hingg
dua minggu dalam sebulan atau hanya empat jam dalam sehari. Pekerjaan yang
hanya mempunya masa kerja seperti ini digolongkan sebagai setengah menganggur,
dan jenis pengangguran ini di sebut underemployment.
4. Cara-cara Mengatasi Pengangguran
Adapun upaya untuk mengatasi pengangguran, yaitu :
a) Peningkatan di bidang pendidikan
b) Peningkatan latihan kerja agar dapat memenuhi kebutuuhan keterampilan
sesuai tuntutasn industri modern.
c) Meningkatakn dan mendorong kewirausahaan.
d) Membuka kesempatan kerja ke luar negri.
B. Hubungan Antar Variabel
Pada bagian ini tentang teori dan menjelaskan hubungan natar variabel
independen (Jumlah Penduduk, UMR, dan IPM) terhadap variabe dependen
(Pengangguran Terbuka).
1. Hubungan Jumlah Penduduk terhadap Pengangguran Terbuka
Pertumbuhan penduduk menjadi salah satu faktor yang menyebabkan tinggi
rendahnya tingkat pengangguran disuatu wilayah. Pada usia produktif populasi
penduduk dalam jumlah besar dapat meningkatkan output produksi atau dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi disuatu wilayahnya (Fatimah,2016:19).
Dengan populasi yang semakin tinggi akan menyebabkan pengangguran
dan pengangguran yang tidak teratasi akan mengakibatkan kemiskinan pada
wilayah tersebut. Dalam teori bonus demografi bahwa suatu wilayah akan
menjadikan bsarnya populasi penduduk sebagai kekuatan dari wilayahnya ketika
rata-rata usia populasi tersebut di usia 15-24 tahun, dikarenakan pada usia produktif
akan meningkatkan output produksi dan menngkatkan pertumbuhan ekonomi.
Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik
yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan, produktivitas, tingkat
sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan, sebagai ukur dasar untuk
mengembangkan, kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia
bertakwa, berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan dan hidup layak.
Dalam teorinya tersebut Malthus berpendapat bahwa manusia akan tetap
miskin karena terdapat kecenderungan pertambahan penduduk berjalan lebih cepat
secara tak terbatas hingga mencapai batas persediaan makanan, dan hal ini
menimbulkan manusia saling bersaing untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya
dengan cara mencari sumber makanan, dengan persaingan ini maka akan ada
sebagian manusia yang tersisih dan tidak mampu lagi memperoleh bahan makanan.
Pada masyarakat modern dapat diartikan bahwa dengan semakin pesatnya jumlah
penduduk menghasilkan angkatan kerja yang semakin banyak pula, namun hal ini
tidak diimbangi dengan kesempatan kerja yang ada. Karena jumlah kesempatan
kerja yang semakin sedikit itulah kemudian antara individu satu dengan yang lain
saling bersaing untuk memperoleh pekerjaan, dan yang tersisih dalam persaingan
tersebut menjadi golongan penganggur. Sehingga dapat dikatakan bahwa teori ini
bisa digunakan untuk menganalisis tentang pengangguran.
Pertambahan penduduk dapat diibaratkan deret kali atau deret ukur sehingga
pelipat-gandaan jumlah penduduk dalam setiap 25 tahun, sedangkan peningkatan
sarana-sarana kehidupan berjalan lebih lambat, yankni menurut deret hitung atau
deret tambah.
Menurut (Nachrowi dalam David, 2016) menyatakan bahwa bertambahnya
jumlah penduduk secara absolut akan berdampak ada bertambahnya jumlah
angkatan kerja. Tingginya populasi peduduk akan menjadi beban bagi
masing-masing daerah karena lapangan pekerjaan yang semakin terpatas dan tidak di
imbangi dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah.
2. Hubungan Upah Minimum Regional terhadap Pengangguran Terbuka
Upah minimum adalah penerimaan bulanan terendah (minimum) sebagai
jasa yang telah di lakukan dalam bentuk uang yang ditetapkan atas persetujuan
perundang-undangan dan di bayar atass dasar perjanjian kerja antara pengusaha dan
karyawan.
Menurut Undang-Undang No 13 pada pasal (1) ayat 30 tentang
Ketenagakerjaan Upah adalah hak pekerja atau buruh yang diterima dan dinyatakan
dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada
pekerja atau buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,
kesepakatatan atau peraturan perundang-undangan termasuk tunjangan bagi
pekerja atau buruh dan keluarga atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan
dilakukan (Amin, 2016:6).
Tingkat upah memiliki pengaruh yang cukup kuat terhadap pengangguran,
dikarenakan upah minimum diperlukan untuk memenuhi kebuthan para pekerja,
agar sampai pada tingkat pendapatan “living wage” yang berarti bahwa orang
bekerja akan mendapat pendapatan yang layak untuk hidupnya. Upah minimum
dapat mencegah pekerja dalam eksploitasi tenaga kerja terutama low skilled. Upah
minimum dapat meningkatkan produktifitss tenaga kerja dan mengurangi
konsekuensi pengangguran seperti yang diperkirakan teori ekonomi konvensional
(Albaraqi,2016:).
Setiap kenaikan upah akan diikut dengan turunnya tenaga kerja karena
menyebabkan bertambahnya pengangguran. Semakin tinggi upah yang ditetapkan
maka akan meningkatkan biaya produksi, maka untuk melakukan efisiensi
Dalam penelitian (Ramiayu,2016:4) yaitu apabila upah riil berada diatas
tingkat keseimbangan, hal ini berarti penawaran tenaga kerja lebih tinggi dari
permintaan tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja yang berlebih berarti angaktan
kerja yang tinggi dan tidak dapat di tampung oleh perusahaan, sehingga dapat
menyebabkan tingginya angka pengangguran di masyarakat.
Tujuan penetapan upah minimum antara lain :
a) Menghindari dan mengurangi ersaingan yang tidak shat sesama pekerja
dalam kondisi pasar yang surplus.
b) Menghindari atau mengurangi adanya eksploitasi pekerja oleh
pengusaha yang memanfaatkan kondisi pasar kerja untuk akumulasi
keuntungannya.
c) Mengurangi tingkat kemiskinan absolut bagi masyarakat.
d) Menciptakan hubungan industri yang lebih aman dan harmonis.
3. Hubungan Indeks Pembangunan Manusia terhadap Pengangguran Terbuka
Pembangunan manusia merupakan tujuan pembangunan itu sendiri dimana
manusia memainkan peranan dalam membentuk kemampuan dalam menyerap
teknologi modern untuk mengembangkan kapasitasnya agar tercipta kesempatan
kerja untuk mengurangi jumlah pengangguran dan untuk melakukan pembangunan
manusia yang berkelanjutan. Dengan teratasinya jumlah pengangguran dan
mendapatkan pendapatan yang tinggi akan berpengaruh terhadap peningkatan
pembangunan manusia melalui peningkatan bagian pengeluaran rumah tangga yang
Efek dari pengangguran akan menurunkan kesejahteraan masyarakat,
semakin menurun kesejahteraan masyarakat karena pengangguran maka akan
meningkatkan rendahnya indeks pembangunan manusia di karenakan tidak dapat
memiliki pendapatan untuk memenuhi kebuthan untuk kebutuhannya. Sebaliknya,
efek dari indeks pembanguna manusia yang rendah akan mempengaruhi tingkat
pengangguran dikarenakan pendidikan, kesehatan dan daya kemampuan daya beli
masyarakat menurun. Semakin tinggi tingkat indeks pembangunan manusai maka
tingkat pengangguran akan menurun, dan semakin rendah tingkat indeks
pembangunan manusia maka tingkat pengangguran semakin tinggi.
Indeks pembangunan manusia mencangkup empat indikator yaitu angka
harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan kemampuan daya
beli. Indeks pembangunan manusia menempatkan manusia sebagai fokus dan
sasran akhir dari seluruh kegiatan pembangunan yang berpijak kepada
produktivitas, pemerataan dan kesinambungan serta pemberdayaan. Salah satu
indikator kesuksesan dalam keberhasilan pembangunan yaitu indeks pembangunan
yang meningkat.
Peranan pemerintah perlu menekankan kebijakan terutama dan
meningkatkan pembangunan manusia dan mendorong penelitian serta
pengembangan untuk meningkatakn produktivitas manusia. Semakin tnggi tingkat
pendidikan maka pengetahuan dan keahlian yang dimiliki akan mendorong
peningkatan produktivitas kerjanya. Perusahaan akan memproleh hasil yang lebih
baik dan mempekerjakan produktivitas yang tinggi, dan perusahaan akan bersedia
C. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian David Albarqi
Penelitian mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya tersebut berjudul KAJIAN EMPIRIS TENTANG
TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI JAWA TIMUR (STUDI PADA 8
KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh jumlah penduduk, upah minimum, Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB), dan tingkat pendidikan terhadap tingkat pengangguran
terbuka di 8 Kabupaten/Kota di Jawa Timur dengan menggunakan metode data
panel.
Penelitian ini menggunakan 8 Kabupaten/Kota di Jawa Timur berdasarkan
alat Tipologi Klasen periode 2002-2014. Penelitian ini menggunakan metode data
panel. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari beberapa sumber
yaitu, Badan Pusat Statistik Daerah Jawa Timur dan Disnakertrans Jawa Timur.
Penelitian ini menggunakan software Eviews untuk menguji data penelitian. Hasil
analisis untuk model ini menunjukkan variabel Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) berpengaruh signifikan positif terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT). Variabel upah minimum dan tingkat pendidikan berpengaruh signifikan
negatif terhadap TPT. Variabel pertumbuhan penduduk tidak memiliki pengaruh
terhadap TPT.
2. Penelitian Hanggoro Setyo Prayogo
Pada penelitian mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap Pengangguran Terbuka (Studi
Kasus : Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah 2002-2013). Pengangguran
merupakan permasalahan yang selalu terjadi dalam suatu perekonomian yang harus
diatasi untuk meningkatkan pendapatan dan juga tingkat kesejahteraan. Provinsi
Jawa Tengah mempunyai pengangguran terbuka ketiga terbesar dan upah minimum
kedua terkecil dibandingkan dengan 29 Provinsi lainnya di Indonesia. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh upah minimum dan PDRB terhadap
pengangguran terbuka Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan data panel dengan
metode analisis regresi linier berganda model Fixed Effect dengan least square
dummy variabel. Data runtut waktu yang digunakan adalah 2002-2013 dengan data
cross-section 35 Kabupaten/Kota Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukan
bahwa variabel upah minimum berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengangguran terbuka di Jawa Tengah. akibat dari perpindahan tenaga kerja yang
mencari lapangan kerja baru dengan tingkat upah yang lebih tinggi. Selain itu,
variabel PDRB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran
terbukadi Jawa Tengah, akibat dari pertumbuhan ekonomi yang meningkatkan
kapasitas perekonomian serta mempengaruhi besarnya penggunaan tenaga kerja.
3. Penelitian Deasy Dwi Ramiayu
Penelitian mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis di Universitas Brawijaya
yang berjudul Analisis pengaruh rata-rata lama sekolah, upah minimum, dan
pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran terbuka kabupaten/kota jawa
timur tahun 2009 sampai dengan 2013. Meningkatnya angka pengangguran di Jawa
pemerintah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh rata-rata lama
sekolah, upah minimum, dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran
terbuka di seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur tahun 2009 sampai 2013. Alat
analisis yang digunakan adalah regresi data panel dengan Fixed Effect Model, uji t
parsial, uji F simultan, uji koefisien determinasi (R2), dan uji asumsi klasik yaitu
autokorelasi, multikolinearitas dan heteroskedastisitas. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel rata-rata lama sekolah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka. Adapun variabel upah minimum
tidak signifikan yang berarti Upah Minimum Regional/kota tidak berpengaruh
secara nyata terhadap tingkat pengangguran terbuka. Variabel lainnya yaitu
pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat
pengangguran terbuka.
4. Penelitian Mokhammad Bisri Amin
Penelitian mahasiswa jurusan ilmu ekonomi fakultas ekonomi dan bisnis
universitas brawijaya yang berjudul pengaruh upah minimum, pertumbuhan
ekonomi, dan inflasi terhadap tingkat pengangguran terbuka di jawa timur tahun
2005-2013. Pengangguran yang tinggi berdampak langsung maupun tidak langsung
terhadap kemiskinan, kriminalitas dan masalah-masalah sosial politik yang juga
semakin meningkat. Jawa Timur merupakan Provinsi dengan penduduk terbesar di
Indonesia. Hal ini akan sangat memungkinkan terjadinya pengangguran di wilayah
Jawa Timur. Fenomena tersebut juga dibarengi dengan melambatnya
perekonomian yang terjadi akhir-akhir ini seperti peningkatan upah minimum yang
tersebut menjadi ancaman dan permasalahan Jawa Timur ke depannya. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh upah minimum, pertumbuhan ekonomi,
dan Inflasi terhadap pengangguran di Jawa Timur. Data yang digunakan adalah data
panel, yakni data series periode 2005-2013 serta data cross section sebanyak 8
kabupaten/kota di Jawa Timur dengan pendekatan Random Effect Model. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Upah minimum dan pertumbuhan ekonomi
berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka sedangkan
inflasi berpengaruh positif terhadap tingkat pengangguran terbuka.
5. Penelitian Radewa Rizki Mirwa Wijaya
Penelitian mahasiswa jurusan ilmu ekonomi fakultas ekonomi dan bisnis
universitas brawijaya yang berjudul pengaruh upah minimum, PDRB, dan populasi
penduduk terhadap tingkat pengangguran terbuka (studi kasus gerbangkertasusila
tahun 2007-2012). tujuan penelitian dilakukan adalah untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi dari tingkat pengangguran terbuka di
Gerbangkertasusila. Peneliti menempatkan penagngguran terbuka sebagai variable
dependen dan mengambil variabel independen : upah minimum, PDRB, dan
populasi penduduk. Sehingga peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh masing
-masing variabel upah minimum, PDRB, dan populasi penduduk terhadap tingkat
pengangguran terbuka di Gerbangkertasusila. Data yang digunakan menggunakan
data panel dengan mengambil 7 kabupaten/kota yang terdapat di
Gerbangkertasusila dengan runtut waktu 6 tahun (2007-2012). Melalui data
sekunder yang diambil dari studi pustaka baik literature BPS, jurnal dan penelitian
(REM) dibantu dengan software Stata 10 dalam pengoperasiannya. Hasil penelitian
pada model pertama menunjukkan pengaruh variabel upah minimum (X1) terhadap
variabel tingkat pengangguran terbuka (Y) diperoleh nilai signifikansi sebesar
0,000 < 0,05 dengan nilai koefisien bertanda negatif sebesar 0,0883934 yang
menyatakan bahwa setiap kenaikan upah minimum sebesar 1 persen akan
menurunkan tingkat pengangguran terbuka sebesar 0,09 persen di
Gerbangkertasusila. Pada model kedua menunjukkan pengaruh variabel PDRB
(X2) terhadap variabel tingkat pengangguran terbuka (Y) diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 dengan nilai koefisien bertanda positif sebesar
0,0295291 yang menyatakan bahwa setiap kenaikan PDRB sebesar 1 persen maka
tingkat pengangguran terbuka akan meningkat sebesar 0,03 persen di
Gerbangkertasusila. Pada model ketiga menunjukkan pengaruh variabel populasi
penduduk (X3) terhadap variabel tingkat pengangguran terbuka (Y) diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 dengan nilai koefisien bertanda negative sebesar
0,0330812 yang menyatakan bahwa setiap kenaikan populasi penduduk sebesar 1
persen akan menurunkan tingkat pengangguran terbuka sebesar 0,03 persen di
Gerbangkertasusila.
6. Penelitian Syahrina dan Abdul Wahab
Penelitian mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis islam universitas islam negri
alaudin makasar yang berjudul pengaruh upah minimum dan pertumbuhan
penduduk terhadap tingkat pengangguran di kota makasar. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh upah dan pertumbuhan penduduk terhadap tingkat
bersifat kuantitatif merupakan data time series dari tahun 2001-2011 tentang upah,
pertumbuhan penduduk dan tingkat pengangguran yang didapat dari Badan Pusat
Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan, literatur atau buku dan laporan-laporan
yang berkaitan dengan penulisan ini. Teknik pengumpulan data adalah melakukan
pencatatan langsung mengenai data yang dipergunakan seperti data tingkat
upah/UMP Kota Makassar jumlah pertumbuhan penduduk serta data jumlah tingkat
pengangguran Kota Makassar, dalam bentuk time series data dari tahun 2001-2011
(11 tahun). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi linear berganda dengan teknik Ordinary Least Square (OLS). Hasil
penelitian bahwa secara simultan upah dan pertumbuhan penduduk berpengaruh
signifikan terhadap tingkat pengangguran dengan Pengujian secara parsial
menunjukkan bahwa upah dan pertumbuhan penduduk berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pengangguran di Kota Makassar.
D. Kerangka Pemikiran
Atas dasar teoritis dan beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai
berbagai hubungan antara variabel independen (Jumlah Penduduk, Upah Minimum
Regional, dan Indeks Pembangunan Manusia) dengan variabel dependen (Tingkat
Penganguran Terbuka), sebagai mana dijelaskan diatas dan disesuaikan dengan
kondisi yang ada di Provinsi Lampung dari tahun 2009-2015, maka faktor-faktor
yang mempengaruhi banyaknya tingkat pengangguran terbuka di 12 Kabupaten dan
2 Kota Madya (Kabupaten Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Selatan,
Pesawaran, Pringsewu, Mesuji, Tulang Bawang Barat, Kota Bandar Lampung, dan
[image:46.595.160.489.196.439.2]Kota Metro) dapat digambarkan dengan mengembangkan model sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Dari gambar di atas, penulis ingin mengkaji dan menguji apakah Jumlah
Penduduk, Upah Minimum Regional, dan Indeks Pembangunan Manusia
berpengaruh terhadap pengangguran terbuka di Provinsi Lampug. Landasan teori
yang dipakai untuk variabel jumlah penduduk menggunakan teori kependudukan
Malthus yaitu pertumbuhan penduduk lebih cepat daripada pertumbuhan hasil dari
pertanian yang menyebabkan penduduk harus bersaing agar bisa memperolah
bahan makanan. Landasan teori yang digunakan untuk variabel upah minimum
menggunakan teori ketenagakerjaan karena ketika upah riil naik maka akan
meningkatkan penawaran tenaga kerja yang tidak bisa terserap secara optimal
dengan lapangan kerjaan yang ada. Landasan teori variabel indeks pembangunan Jumlah Penduduk
(+)
Tingkat
Pengangguran
Terbuka
Indeks Pembangunan
Manusia (-) Upah Minimum
manusia yaitu menggunakan teori pembangunan manusia menurut BPS bahwa
Indeks Produktivitas rendah Pembentukan modal rendah Pendapatan rendah
Investasi rendah Permintaan barang rendah Investasi rendah Tabungan rendah
Pembentukan modal rendah Pendapatan rendah Produktivitas rendah pembangunan
manusia (IPM) merupakan ukuran capaian pembangunan manusia berbasis
sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM menggambarkan beberapa
komponen, yaitu capaian umur panjang dan sehat yang mewakili bidang kesehatan;
angka melek huruf, partisipasi sekolah dan rata-rata lamanya bersekolah mengukur
kinerja pembangunan bidang pendidikan; dan kemampuan daya beli masyarakat
terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari ratarata besarnya pengeluaran
per kapita dan untuk memenuhi indikator di Indeks Pembangunan Manusia harus
mengurangi penganguran. Untuk mengujinya penelitian ini menggunakan analisis
regresi dengan menggunakan data time series dengan menggunakan Model Data
Panel.
E. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian
dan kerangka pemikiran dari penelitian ini, maka dapat diajukan hipotesisi
penelitian sebagai berikut :
1. Diduga Jumlah Penduduk berpengaruh positif terhadap Jumlah Tingkat
Penganguran Terbuka di Provinsi Lampung.
2. Diduga Upah Minimum Regional berpengaruh positif terhadap Jumlah
3. Diduga Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh negatif terhadap
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Objek dan Subjek Penelitian
1. Objek Penelitian
Daerah penelitian yang digunakan adalah seluruh Kabupaten dan Kota
Madya yang berada di Provinsi Lampung, yaitu :
a. Kabupaten Lampung Barat
b. Kabupaten Tanggamus
c. Kabupaten Lampung Selatan
d. Kabupaten Lampung Timur
e. Kabupaten Lampung Tengah
f. Kabupaten Lampung Utara
g. Kabupaten Way kanan
h. Kabupaten Tulang Bawang
i. Kabupaten Pesawaran
j. Kabupaten Pringsewu
k. Kabupaten Mesuji
l. Kabupaten Tulang Bawang Barat
m. Kota Bandar Lampung
n. Kota Metro
2. Subjek Penelitian
Variabel dependen yang digunakan ada penelitian ini adalah Tingkat
Pengangguran Terbuka sedangkan independen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Jumlah Penduduk, Upah Minimum Regional, dan Indeks Pembangunan
Manusia.
B.Jenis Data
Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dan data sekunder berupa
data time series dan cross section dalam bentuk data tahunan selama periode tahun
2009 sampai dengan tahun 2015. Data dalam penelitian ini diperoleh dari Badan
Pusat Statistik (BPS) di Provinsi Lampung serta sumber lain yang terkait dengan
penelitian ini.
C.Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini dikumpulkan oleh penulis dengan
menggunakan metode library research atau kepustakaan yaitu penelitian yang
menggunakan bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan ilmiah, artikel, jurnal,
majalah, laoran-laporan penelitian ilmiah yang berhubungan dengan topik
penelitian. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan melakukan
pencatatan secara langsung berupa data time series dan cross series dari data tahun
2009 sampai dengan 2015 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan instansi
lainnya yang terkait dengan penelitian ini.
D.Definisi Operasional Variable Penelitian
1. Variabel Tingkat Pengangguran Terbuka dalam penelitian ini adalah jumlah
mempersiapkan usaha, atau mereka yang tidak mencari pekerjaan karena
merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah
punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja, dan pada waktu bersamaan
mereka tidak bekerja. TPT memberikan indikasi tentang penduduk usia
kerja yang termasuk dalam kelompok penganggur dan persentase jumlah
pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. Data yang digunakan adalah
tingkat pengagguran terbuka tahun 2009-2015. Variabel ini menggunakan
satuan persen. Rumus TPT = �� �ℎ �� � � �� ����
�� �ℎ � � � � �� � x 100%.
2. Variabel Jumlah penduduk dalam penelitian ini adalah semua orang yang
berdomisili di Provinsi Lampung menurut kabupaten/kota selama 6 bulan
atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi
bertujuan untuk menetap. Data yang digunakan adalah jumlah
penduduk tahun 2009-2015. Variabel ini menggunakan satuan jiwa.
3. Variabel Upah Minimum Regional dalam penelitian ini adalah merupakan
balas jasa untuk faktor roduksi tenaga kerja (dalam arti luas, termasuk gaji,
honoranium, uang lembur, tunjangan, dsb). Data yang digunakan adalah
Upah Minimum Regionaltahun 2009-2015. Variabel ini menggunakan
rupiah.
4. Variabel Indeks Pembangunan Manusia dalam penelitian ini adalah
mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen
dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui
pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang
memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk
mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan hidup waktu lahir.
Mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator angka
melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi
hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli masyarakat terhadap
sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran
per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian
pembangunan untuk hidup layak. Data penelitian ini adalah indeks
pembangunan manusia tahun 2009-2015. Variabel dalam penelitian ini
menggunakan persen.
Rumus IPM =1/3 [ X(1) +X(2) +X(3) ] ... (3.1)
Ket :
X(1) : Indeks Harapan Hidup
X(2) : Indeks Pendidikan = 2/3(Indeks Melek Huruf)+1/3(Indeks Rata-rata
Lama Sekolah)
X(3) : Indeks Standar Hidup Layak
E.Metode Analisis Data
Metode analisis regresi data panel dipilih penulis dalam menganalisis data
pada penelitian ini. Analisis regresi data panel digunakan untuk melihat sejauh
mana pengaruh variabel-variabel bebas yang digunakan dalam meneliti Tingakat
Pengangguran Terbuka yang ada di Provinsi Lampung.
Data Panel adalah gabungan antara data runtut waktu (time series) dan data
dalam sebuah observasi mempunyai beberapa keuntungan yang diperoleh. Pertama,
data panel yang merupakan gabungan dua data time series dan cross section mampu
menyediakan data yang lebih banyak sehingga akan lebih menghasilkan degree of
freedom yang lebih besar. Kedua, menggabungkan informasi dari data time series
dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah
penghilangan variabel (omitted-variabel).
Keunggulan regresi data panel menurut (Wibisono dalam
Basuki,2015:271-272) antara lain :
1. Panel data mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara eksplisit
dengan mengizinkan variabel spesifik individu.
2. Kemampuan mengontrol heterogenitas ini selanjutnya menjadikan data
panel dapat digunakan untuk menguji dan membangun modl perilaku
kompleks.
3. Data panel mendasarkan diri pada observasi cross-section yang
berulang-ulang (time series), sehingga metode data panel cocok digunakan sebagai
study of dynamic adjustment.
4. Tingginya jumlah observasi memiliki implikasi ada data yang lebih
informative, lebih variatif, dan kolinieritas (multiko) antara data semakin
berkurang, dan derajat kebebasan (degree of freedom/df) lebih tinggi
sehingga dapat diperoleh hasil estimasi yang lebih efisiensi.
5. Data panel dapat digunakan untuk mempelajari model-model perilaku yang
6. Data panel dapat digunakan untuk meminimalkan bias yang mungkin
ditimbulkan oleh agregasi data individu.
a. Model Regresi Data Panel
Model regresi dari judul di atas sebagai berikut ini :
= + + 2 2 + + + � ... (3.2)
Keterangan :
= Variabel dependen
= Konstanta
2 = Koefisien variabel 1,2,3
= Variabel independen 1
2 = Variabel independen 2
= Variabel independen 3
i = Kabupaten/Kota
t = Periode Waktu ke-t
� = Error Term
1) Penentuan Model Estimasi
Dalam metode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel
dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, antara lain (Basuki, 2015) :
1. Common Effect Model
Merupakan pendekatan model data panel yang paling sederhana karena
hanya mengkombinasi data time series dan cross section. Pada model ini tidak di
perhatikan dimensi waktu maupun individu, sehingga diasumsikan bahwa perilaku
pendekatan Ordinary Least Square (OLS) atau teknik kuadrat terkecil untuk
mengestimasi model data panel.
2. Fixed Effect Model
Model ini mengasumsikan bahwa perbedaan individu dapat diakomodasi
dari perbedaan intersepnya. Untuk mengestimasi data panel model Fixed Effect
menggunakan teknik variabel dummy untuk menangkap perbedaan budaya kerja,
manajerial, dan intensif. Namun demikian slopnya sama antar perusahaan. Model
estimasi ini sering juga disebut dengan teknik Least Squares Dummy Variabel
(LSVD).
3. Random Effect Model
Model ini akan mengestimasi data panel dimana variabel gangguan
mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Pada model Random
Effect perbedaan intersep diakomodasikan oleh error terms masing-masing
perusahaan. Keuntungan menggunakan model Random Effect yakni
menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini juga disebut dengan Error
Component Model (ECM) atau teknik Generalized Least Square (GLS).
Untuk memilih model yang paling tepat terdapat beberapa pengujian yang
dapat dilakukan, antara lain :
a. Uji Statistik F (Uji Chow)
Untuk mengetahui model mana yang lebih baik dalam pengujian data panel,
bisa dilakukan dengan penambahan variabel dummy sehingga dapat diketahui
bahwa intersepnya berbeda dapat diuji dengan uji Statistik F. Uji ini digunakan
lebih baik dari regresi model data panel tanpa vaiabel dummy atau metode Common
Effect.
Hipotesis nul pada uji ini adalah intersep sama, atau dengan kata lain model
yang tepat untuk regresi data panel adalah Commont Effect, dan hipotesisi
alternatifnya adalah intersep tidak sama atau model yang tepat untuk regresi data
panel adalah Fixed Effect.
Nilai Statistik F hitung akan mengikuti distibusi statistik F dengan derajat
kebebasan (deggre of freedom) sebanyak m untuk numerator dan sebanyak n-k
untuk denumerator, m merupakan jumlah restrisi atau pembatasan di dalam model
tanpa variabel dummy. Jumlah restriksi adalah jumlah individu dikurang satu. N
merupakann observasi dan k merupakan jumlah parameter dalam model Fixed
Effect.
Jumlah observasi (n) adalah jumlah individu dikali dengan jmlah periode,
sedangkan jumlah parameter dalam model Fixed Effect (k) adalah jumlah variabel
ditambah jumlah individu. Apabila nilai F hitung lebih besar dari F kritis maka
hipotesis nul di tolak yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel adalah
Fixed Effect. Dan sebaliknya, apabila nilai F hitung lebih kecil dari F kritis maka
hipotesisi nul diterima yang artinya model yang tepat untuk regresi data panel
adalah model Commont Effect.
b. Uji Hausman
Hausman telah mengembangkan suatu uji untuk memilih apakah metode
Fixed Effect dan metode Random Effect lebih baik dari metode Common Effect. Uji
dalam metode Fixed Effect dan Generalized Least Square(GLS) dalam metode
Random Effect adalah efisien sedangkan Ordinary Least Square (OLS) dalam
metode Commont Effect tidak efisien. Dilain pihak, alternatifnya adalah metode
OLS efisien dan GLS tidak efisien. Karena itu, uji hipotesis nul nya adalah hasil
estimasi keduanya tidak berbeda sehingga uji Hausman bisa dilakukan berdasarkan
perbedaan estimasi tersebut.
Statistik u