ANALISIS KANDUNGAN FORMALDEHID PADA PENGHARUM RUANGAN BERBENTUK GEL YANG BEREDAR
DI PASARAN KOTA MEDAN TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh :
NIM. 061000064 AISYAH PRATIWI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS KANDUNGAN FORMALDEHID PADA PENGHARUM RUANGAN BERBENTUK GEL YANG BEREDAR
DI PASARAN KOTA MEDAN TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh
NIM : 061000064 AISYAH PRATIWI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul
ANALISIS KANDUNGAN FORMALDEHID PADA PENGHARUM RUANGAN BERBENTUK GEL YANG BEREDAR
DI PASARAN KOTA MEDAN TAHUN 2010
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
NIM : 061000064 AISYAH PRATIWI
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tangal 6 Juli 2010
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
(Ir. Evi Naria, M.Kes) (Dr.Dra.Irnawati Marsaulina, MS) NIP. 19680320 199303 2 001 NIP. 19650109 199403 2 002
Penguji II Penguji III
(Ir. Indra Chahaya, M.Si) (dr. Wirsal Hasan, MPH) NIP. 19681101 199303 2 005 NIP.19491119 198701 1 001
Medan, Juli 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan
ABSTRAK
Pengharum ruangan adalah produk rumah tangga, secara eksplisit melepaskan bahan- bahan kimia yang dikandungnya ke udara dan dihirup oleh konsumen, tujuan penggunaannya akan mengakibatkan saluran pernafasan menghirup zat yang ada dalam produk. Menghirup bahan kimia berbahaya yang ditambahkan dalam produk menimbulkan banyak efek negatif yang merugikan kesehatan manusia.
Jenis penelitian ini adalah penelitian survai deskriptif. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi formaldehid pada pengharum ruangan berbentuk gel dengan metode reaksi asam kromatropat dan untuk mengetahui kadar formaldehid dengan metode titrasi. Sampel sebanyak 20 pengharum ruangan berbentuk gel yang terdiri dari 10 merek dengan masing – masing merek diambil 2 aroma yaitu jeruk dan apel. Sampel diperoleh dari pusat perbelanjaan Carrefour dan diperiksa di Balai Laboratorium Kesehatan Medan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 sampel pengharum ruangan berbentuk gel yang terdiri dari 10 aroma jeruk dan 10 aroma apel ada 4 sampel yang mengandung formaldehid. Pada pengharum ruangan berbentuk gel aroma jeruk kadar formaldehid merek Saudi Choice sebesar 1,10% dan Dahlia 1,84%. Pada sampel pengharum ruangan berbentuk gel aroma apel kadar formaldehid merek Saudi Choice sebesar 0,92% dan dahlia 0,95%.
Kesimpulan yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar formaldehid pada pengharum ruangan bentuk gel aroma jeruk lebih besar dari pengharum ruangan bentuk gel aroma apel.
Disarankan kepada masyarakat agar lebih teliti dalam memilih produk pengharum yang terdaftar pada Departemen Kesehatan dan kepada produsen sebaiknya mencantumkan tabel komposisi pada pengharum ruangan berbentuk gel tersebut serta lebih ditingkatkan lagi pengawasan terhadap produk-produk yang menggunakan bahan kimia berbahaya yang beredar di pasaran oleh Direktorat Perlindungan Konsumen.
ABSTRACT
Room’s fragrances are household products, explicitly releasing the chemicals they contain into the air and inhaled by the consumer, the purpose of its use will lead to respiratory inhaled substances that exist in the product. Inhaling dangerous chemicals were added in the product caused many negative effects on human health.
. This research is a descriptive survey. The research objective identify formaldehyde-shaped gel at room fragrances with kromatrorat acid reaction method and determine levels of formaldehyde by titration method. Sample of 20 room’s fragrances, gel-shaped room consisting of 10 brands with each brand was taken 2 aroma of oranges and apples. Samples obtained from the Carrefour shopping center and checked in the Central Health Laboratory Field.
Results showed that 20 samples of gel-shaped room’s fragrances consisting of 10 orange’s aroma and 10 apples aroma there were 4 samples containing formaldehyde. In orange’s aroma of gel-shaped room fragrances, content formaldehyde of the Saudi Choice’s brand for 1,10% and Dahlia’s brand for 1,84%. In the sample room fragrances, while apple’s aroma of gel-shaped room fragrances, content formaldehyde of the Saudi Choice’s brand for 0,92% and Dahlia’s brand for 0,95%.
Conclusion Result showed that formaldehyde concentration gel-shaped orange’s aroma greater than gel-shaped apple’s aroma.
Recommended to the public to be more careful in choosing products that are listed on the fragrances, the Department of Health and the manufacturer should include the composition tables of gel-shaped room fragrances and further enhanced oversight of products that use hazardous chemicals that circulate in the market by the Directorate of Consumer Protection .
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Aisyah Pratiwi
Tempat/ Tanggal Lahir : Kisaran/ 30 Maret 1988
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Jumlah Anggota Keluarga : 5 (Lima)
Alamat Rumah : Jl. Wiliem Iskandar Kisaran Timur,
21223
Riwayat Pendidikan
1. Tahu 1994 – 2000 : SD N 010088 Kisaran
2. Tahun 2000 – 2003 : SMP N 1 Kisaran
3. Tahun 2003 – 2006 : SMA N 1 Kisaran
4. Tahun 2006 – 2010 : FKM USU Medan
Pengalaman Organisasi
1. Anggota PEMA FKM USU Periode Tahun 2007 - 2008
2. Anggota PHBI Periode Tahun 2008 – 2009
3. Relawan Rumah Zakat
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia Nya serta shalawat dan salam kepada Rasulullah S.A.W sehingga penulis
dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “ANALISIS KANDUNGAN
FORMALDEHID PADA BEBERAPA MEREK PENGHARUM RUANGAN BERBENTUK GEL YANG BEREDAR DI PASARAN KOTA MEDAN TAHUN 2010”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara.
Selama penyusunan Skripsi ini penulis banyak mendapatkan dorongan,
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil untuk
itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Ir. Indra Chahaya, M.Si, Selaku ketua Departemen Kesehatan Lingkungan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Ir. Evi Naria, M.Kes, Selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan, saran dan pengarahan dalam penyempurnaan
skripsi ini.
4. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, M.Si, Selaku Dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan pengarahan dalam
5. Seluruh Dosen khususnya Dosen Departemen Kesehatan Lingkungan FKM USU
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam mengikuti perkuliahan
di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
6. Seluruh staf Pegawai dan karyawan terkhususnya kak Dian dan ibu Ainun yang
telah membantu kelancaran skripsi ini.
7. Dra. Norma Sinaga, selaku Kepala Bagian Toksologi Laboratorium Kesehatan
Medan yang telah memberikan bimbingan, saran dan pengarahan dalam
penyempurnaan skripsi ini.
8. Orang tua tercinta Ayah (H. Suyono Cokro), Ibu (Hj. Juliah) yang telah banyak
memberikan nasehat, motivasi, doa dan kasih sayang kepada penulis. Juga
kepada saudara tersayang Ramadhan Pratama dan Rezki Ananda.
9. Sahabat – sahabat terbaik penulis Rafiah, Yati, Siti, Yeni tuit, Hilda, Dhee,
Rahma, Dedek, Kak Yesi.
10.Semua pihak yang membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.
Medan, Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
Daftar Riwayat Hidup ... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi……….. vii
Daftar Tabel ... ix
Daftar Lampiran ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1. Tujuan Umum ... 5
1.3.2. Tujuan Khusus ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1. Pencemaran Udara ... 7
2.2. Pencemaran Udara dalam Ruangan ... 9
2.3. Pengharum Ruangan ... 11
2.3.1. Jenis – Jenis Sediaan Pengharum Ruangan dan Zat yang Dikandung ... 13
2.3.2. Kandungan Zat Kimia yang Tidak Boleh Ada dalam Pengharum Ruangan ... 14
2.4. Formaldehid ... 15
2.4.1. Identifikasi Formaldehid ... 15
2.4.2. Sumber – Sumber Formaldehid ... 17
2.4.3. Metabolisme Formaldehid dalam Tubuh ... 18
2.4.4. Penggunaan Formaldehid dalam Kehidupan Sehari – hari ... 20
2.4.5. NAB Formaldehid dalam Tubuh ... 21
2.5. Dampak Kesehatan Pencemaran Udara ... 21
2.6. Dampak Kesehatan Formaldehid ... 22
2.6.1. Dampak Kesehatan Jangka Pendek... 22
2.6.2. Dampak Kesehatan Jangka Panjang ... 22
2.7. Dampak Kesehatan Pengharum Ruangan yang Mengandung Formaldehid ... 23
2.8. Alternatif Menghilangkan Bau dalam Ruangan ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 27
3.1. Jenis Penelitian ... 27
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 27
3.2.2. Waktu Penelitian ... 28
3.2.3. Objek Penelitian dan Sampel ... 28
3.3. Metode Pengumpulan Data ... 28
3.3.1. Data Primer ... 28
3.3.2. Data Sekunder ... 29
3.4. Prosedur Penelitian ... 29
3.4.1. Alat dan Bahan... 29
3.4.2. Cara Kerja ... 30
3.5. Definisi Operasional ... 31
3.6. Analisis Data ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 33
4.1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Formaldehid Pada Pengharum Ruangan Berbentuk Gel ... 33
4.1.1. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Pengharum Ruangan Berbentuk Gel ... 33
4.1.2. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid Pada Pengharum Ruangan Berbentuk Gel ... 34
BAB V PEMBAHASAN... 36
5.1. Pemeriksaan Formaldehid Pada Pengharum Ruangan Berbentuk Gel ... 36
5.1.1. Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Pengharum Ruangan Berbentuk Gel ... 36
5.1.2. Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid Pada Pengharum Ruangan Berbentuk Gel ... 37
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 40
6.1. Kesimpulan ... 40
6.2. Saran ... 40
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Pengharum Ruangan Berbentuk Gel
Aroma Jeruk di Kota Medan Tahun 2010 ...33
4.2. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Pengharum Ruangan Berbentuk Gel
Aroma Apel di Kota Medan Tahun 2010 ...34
4.3. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Pengharum Ruangan Berbentuk Gel
Aroma Jeruk di Kota Medan Tahun 2010 ...34
4.4. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Pengharum Ruangan Berbentuk Gel
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Gambar prosedur pemeriksaan sampel pengharum ruangan bentuk Gel
Lampiran 2 : Berita Kesehatan Nasional Dinas Kesehatan Sumatera Barat Lampiran 3 : Perhitungan kadar formaldehid
Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 5 : Surat Keterangan Penelitian
ABSTRAK
Pengharum ruangan adalah produk rumah tangga, secara eksplisit melepaskan bahan- bahan kimia yang dikandungnya ke udara dan dihirup oleh konsumen, tujuan penggunaannya akan mengakibatkan saluran pernafasan menghirup zat yang ada dalam produk. Menghirup bahan kimia berbahaya yang ditambahkan dalam produk menimbulkan banyak efek negatif yang merugikan kesehatan manusia.
Jenis penelitian ini adalah penelitian survai deskriptif. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi formaldehid pada pengharum ruangan berbentuk gel dengan metode reaksi asam kromatropat dan untuk mengetahui kadar formaldehid dengan metode titrasi. Sampel sebanyak 20 pengharum ruangan berbentuk gel yang terdiri dari 10 merek dengan masing – masing merek diambil 2 aroma yaitu jeruk dan apel. Sampel diperoleh dari pusat perbelanjaan Carrefour dan diperiksa di Balai Laboratorium Kesehatan Medan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 sampel pengharum ruangan berbentuk gel yang terdiri dari 10 aroma jeruk dan 10 aroma apel ada 4 sampel yang mengandung formaldehid. Pada pengharum ruangan berbentuk gel aroma jeruk kadar formaldehid merek Saudi Choice sebesar 1,10% dan Dahlia 1,84%. Pada sampel pengharum ruangan berbentuk gel aroma apel kadar formaldehid merek Saudi Choice sebesar 0,92% dan dahlia 0,95%.
Kesimpulan yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar formaldehid pada pengharum ruangan bentuk gel aroma jeruk lebih besar dari pengharum ruangan bentuk gel aroma apel.
Disarankan kepada masyarakat agar lebih teliti dalam memilih produk pengharum yang terdaftar pada Departemen Kesehatan dan kepada produsen sebaiknya mencantumkan tabel komposisi pada pengharum ruangan berbentuk gel tersebut serta lebih ditingkatkan lagi pengawasan terhadap produk-produk yang menggunakan bahan kimia berbahaya yang beredar di pasaran oleh Direktorat Perlindungan Konsumen.
ABSTRACT
Room’s fragrances are household products, explicitly releasing the chemicals they contain into the air and inhaled by the consumer, the purpose of its use will lead to respiratory inhaled substances that exist in the product. Inhaling dangerous chemicals were added in the product caused many negative effects on human health.
. This research is a descriptive survey. The research objective identify formaldehyde-shaped gel at room fragrances with kromatrorat acid reaction method and determine levels of formaldehyde by titration method. Sample of 20 room’s fragrances, gel-shaped room consisting of 10 brands with each brand was taken 2 aroma of oranges and apples. Samples obtained from the Carrefour shopping center and checked in the Central Health Laboratory Field.
Results showed that 20 samples of gel-shaped room’s fragrances consisting of 10 orange’s aroma and 10 apples aroma there were 4 samples containing formaldehyde. In orange’s aroma of gel-shaped room fragrances, content formaldehyde of the Saudi Choice’s brand for 1,10% and Dahlia’s brand for 1,84%. In the sample room fragrances, while apple’s aroma of gel-shaped room fragrances, content formaldehyde of the Saudi Choice’s brand for 0,92% and Dahlia’s brand for 0,95%.
Conclusion Result showed that formaldehyde concentration gel-shaped orange’s aroma greater than gel-shaped apple’s aroma.
Recommended to the public to be more careful in choosing products that are listed on the fragrances, the Department of Health and the manufacturer should include the composition tables of gel-shaped room fragrances and further enhanced oversight of products that use hazardous chemicals that circulate in the market by the Directorate of Consumer Protection .
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di
bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam
kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan
daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal. Pencemaran udara
dewasa ini semakin menampakkan kondisi yang sangat memprihatinkan (Depkes RI).
Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain
industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut
merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas.
Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam seperti
kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dll. Dampak dari pencemaran
udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara yang berdampak
negatif terhadap kesehatan manusia (Depkes RI).
Polusi udara meningkatkan angka kematian dini yang disebabkan oleh kanker
paru-paru dan gangguan pernafasan lain serta penyakit kardiovaskuler. Kondisi
pernafasan yang buruk akibat paparan polusi udara mengarah pada peningkatan
penggunaan obat, sakit, dan menurunkan kinerja dalam belajar dan bekerja. Dalam
laporan Kesehatan Dunia, 2002, diperkirakan 1,6 juta kematian prematur tiap tahun
disebabkan oleh polusi udara dalam ruangan (WHO,2006).
Menurut Kepala Badan Kependudukan Nasional (Baknas) Rozy Munir yang
dikutip oleh Utami (2005), diseluruh dunia diperkirakan 2,7 juta jiwa meninggal
udara dalam ruangan. Secara konsisten EPA (Environmental Protection Agency of
America) mengurutkan polusi dalam ruangan sebagai urutan ke lima yang paling
beresiko terhadap lingkungan pada kesehatan umum.
Menurut National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) 1997
yang dikutip oleh Depkes RI (2005), penyebab timbulnya masalah kualitas udara
dalam ruangan pada umumnya disebabkan oleh beberapa hal yaitu kurangnya
ventilasi udara (52%), adanya sumber kontaminan di dalam ruangan (16%),
kontaminan dari luar ruangan (10%), mikroba (5%), bahan material bangunan (4%),
lain-lain (13%).
Sebagian besar polutan udara dalam ruangan terdiri dari bahan kimia yang
berasal dari penggunaan pembersih, pengharum ruangan, pestisida, dan materi yang
berhubungan dengan mebel dan konstruksi, pemanasan, dan peralatan memasak, juga
dari sumber-sumber polutan udara bebas (SCHER, 2006).
Pengharum ruangan adalah produk rumah tangga secara eksplisit melepaskan
bahan–bahan kimia yang dikandungnya ke udara dan dihirup oleh konsumen, tujuan
penggunaannya akan mengakibatkan saluran pernafasan menghirup zat yang ada
dalam produk. Menghirup bahan kimia berbahaya yang ditambahkan dalam produk
menimbulkan banyak efek negatif yang merugikan kesehatan manusia. Penggunaan
secara umum produk pengharum ruangan di dalam ruangan dapat menyebabkan
peningkatan konsentrasi gas udara ruangan dan partikel pencemaran udara. Bila
peningkatan terjadi ditempat kita berada, maka pemaparan partikel pencemaran
melalui inhalasi manusia akan terjadi. Pada peristiwa ini partikel pencemaran secara
resiko kesehatan. Karena sebagian besar orang menghabiskan waktu di dalam
ruangan, maka peningkatan tersebut sangat memprihatinkan (Nazaroff, 2006).
Peristiwa di Bali pertengahan Maret 2006 lalu sejumlah siswa sebuah SD,
terpaksa dilarikan ke RS karena keracunan aroma sisa pengharum mobil yang dibawa
salah seorang siswa. Kejadian tersebut sebenarnya bisa kita jadikan pelajaran
berharga, pengharum ruangan tidak 100% aman. Wewangian yang harum justru bisa
meracuni dan mengganggu kesehatan kita. Sementara penggunaan beragam pewangi
seolah tak dapat dihindari di zaman modern ini (Viktor, 2008).
Menurut Budiawan yang dikutip oleh Viktor (2008) pada prinsipnya semua
zat pewangi beresiko terhadap kesehatan. Terutama pada mereka yang berada pada
kondisi rentan seperti ibu hamil, bayi, dan anak, ataupun orang yang sangat sensitif
terhadap zat-zat pewangi. Sayangnya, baru sekitar 80% zat pewangi teruji
keamanannya terhadap manusia. Disinilah kewaspadaan konsumen betul-betul
dituntut. Adapun pewangi yang sudah dilarang The International Fragrance
Asosiation (IFRA) diantaranya pewangi yang mengandung musk ambrette, geranyl
nitrile, dan 7 methyl coumarin. Sedangkan yang berbentuk gel dilarang bila
mengandung zat-zat pengawet yang berbahaya bagi kesehatan, seperti formaldehid
dan methylchloroisothiozilinone. Jadi, tidak semua pewangi memberi efek negatif
bagi kesehatan. Artinya kita masih bisa menggunakan pewangi yang beredar di
pasaran.
Menurut laporan dari National Institute of Occupational Safety and Health
(NIOSH) yang dikutip oleh David (2009) bahan kimia berbahaya dalam pengharum
antara lain mengiritasi mata, hidung, tenggorokan, kulit, mengakibatkan mual,
pusing, pendarahan, hilang ingatan, kanker dan tumor, kerusakan hati, menyebabkan
iritasi ringan hingga menengah pada paru-paru, termasuk gejala seperti asma.
Menurut US EPA 1994 yang dikutip oleh Hodgson (2002) formaldehid,
aldehid dan terpen hidrokarbon merupakan senyawa yang dominan. Eksposur untuk
formaldehid menjadi perhatian karena formaldehid adalah paling ampuh mengiritasi
indra dan kemungkinan diklasifikasikan sebagai karsinogen manusia.
Ketika formaldehid hadir di udara pada tingkat melebihi 0,1 ppm, beberapa
individu mungkin mengalami efek samping seperti mata berair, sensasi terbakar di
mata, hidung dan tenggorokan, batuk, sesak nafas, mual, dan iritasi kulit. Beberapa
orang sangat sensitif terhadap formaldehid, sementara yang lain tidak mengalami
reaksi pada tingkat eksposur yang sama (WHO, 1989).
Dari penelitian yang dilakukan Nolodewo (2007) didapat bahwa kelompok
yang terpapar formaldehid berbentuk asap mempunyai kemungkinan 7,5 kali lebih
besar untuk menderita Kanker Nasofaring (KNF) daripada kelompok yang tidak
terpapar asap formaldehid (Nolodewo, 2007).
1.2. Rumusan Masalah
Pengharum ruangan berbentuk gel tidak diperbolehkan beredar jika
mengandung formaldehid. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui apakah
pengharum ruangan berbentuk gel yang beredar di pasaran Kota Medan mengandung
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya kandungan formaldehid pada berbagai jenis
pengharum ruangan berbentuk gel yang digunakan dalam ruangan dan mobil serta
membandingkan kadar formaldehid berdasarkan aroma pengharum yang beredar
dipasaran dan sering digunakan oleh masyarakat.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apakah pengharum ruangan berbentuk gel yang ada di
pusat perbelanjaan Carefour terdeteksi mengandung formaldehid.
2. Untuk mengetahui besarnya kadar formaldehid pada 10 merek pengharum
ruangan berbentuk gel dengan setiap merek diambil 2 aroma yang ada dipusat
perbelanjaan Carefour.
3. Untuk mengetahui perbandingan jumlah kadar formaldehid berdasarkan
aroma pengharum ruangan
1.4. Manfaat Penelitian
1. Memberikan masukan kepada Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Dinas
Kesehatan dan instansi terkait lainnya untuk lebih memperhatikan kandungan
pengharum ruangan yang dipasarkan dimasyarakat.
2. Sebagai masukan dan informasi kepada masyarakat yang menggunakan
pengharum ruangan berbentuk gel.
3. Menambah wawasan ilmiah bagi peneliti, terutama yang berhubungan dengan
4. Sebagai referensi bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut tentang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Udara
Menurut Susana yang dikutip oleh Fitria (2008), udara sebagai salah satu
komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling utama untuk
mempertahankan kehidupan. Metabolisme dalam tubuh makhluk hidup tidak
mungkin dapat berlangsung tanpa oksigen yang berasal dari udara. Selain oksigen
terdapat juga zat-zat lain yang terkandung di udara yaitu karbon monoksida, karbon
dioksida, formaldehid, jamur, virus, dan sebagainya. Zat-zat tersebut jika masih
berada dalam batas-batas tertentu masih dapat dinetralisir, tetapi jika sudah
melampaui ambang batas maka proses netralisir akan terganggu. Peningkatan
konsentrasi zat-zat di dalam udara tersebut dapat disebabkan oleh aktivitas manusia.
Menurut Yoga yang dikutip oleh Fitria (2008) udara dapat dikelompokkan
menjadi udara luar ruangan (outdoor air) dan udara dalam ruangan (indoor air).
Kualitas udara dalam ruang sangat mempengaruhi kesehatan manusia, karena hampir
90% hidup manusia berada dalam ruangan. Sebanyak 400 sampai 500 juta orang
khususnya di negara yang sedang berkembang sedang berhadapan dengan masalah
polusi udara dalam ruangan. Di Amerika, isu polusi udara dalam ruang ini mencuat
ketika EPA pada tahun 1989 mengumumkan studi polusi udara dalam ruangan lebih
berat daripada di luar ruangan. Polusi jenis ini bahkan bisa menurunkan produktivitas
kerja hingga senilai US $10 milyar.
Menurut UU No. 32 tahun 2009, pencemaran lingkungan hidup adalah masuk
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan
hidup yang telah ditetapkan.
Menurut Salim yang dikutip oleh Utami (2005) pencemaran udara diartikan
sebagai keadaan atmosfir, dimana satu atau lebih bahan-bahan polusi yang jumlah
dan konsentrasinya dapat membahayakan kesehatan mahluk hidup, merusak properti,
mengurangi kenyamanan di udara. Berdasarkan definisi ini maka segala bahan padat,
gas dan cair yang ada di udara yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman disebut
polutan udara, sedangkan menurut Mukono (2006), yang dimaksud pencemaran udara
adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara
normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia (atau
yang dapat dihitung dan diukur) serta dapat memberikan efek pada manusia,
binatang, vegetasi dan material karena ulah manusia (man made).
Menurut Sunu yang dikutip oleh Utami (2005), pencemaran udara dapat
dibedakan menjadi dua yaitu pencemaran udara bebas dan pencemaran udara di
dalam ruangan (indoor air pollution). Bahan atau zat yang dapat mencemari udara
dapat berbentuk gas dan partikel. Menurut Soedomo (2001), berdasarkan ciri fisik,
bahan pencemar dapat berupa partikel (debu, aerosol, timah hitam), gas (CO, Nox,
Sox, H2S) dan energi (suhu dan kebisingan), sedangkan menurut kejadian atau
terbentuknya ada pencemar primer (yang diemisikan langsung oleh sumber) dan
pencemar sekunder (yang terbentuk karena reaksi di udara antara berbagai zat).
Menurut Sastrawijaya (2000), pencemaran udara dapat digolongkan dalam
tiga kategori, yaitu pergesekan permukaan, penguapan dan pembakaran. Pencemaran
dan ukurannya dapat bermacam-macam misal penggergajian dan pengeboran.
Penguapan merupakan perubahan fase cair menjadi gas seperti perekat sedangkan
pembakaran merupakan reaksi kimia yang berjalan cepat dan membebaskan energi,
cahaya dan panas. Pembakaran tidak sempurna dapat menghasilkan bahan pencemar,
misalnya karbon monoksida
2.2. Pencemaran Udara dalam Ruangan
Kualitas udara dalam ruangan (Indoor Air Quality) merupakan masalah yang
perlu mendapat perhatian karena akan berpengaruh terhadap kesehatan manusia.
Menurut National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) yang dikutip
oleh Depkes RI (2005), penyebab timbulnya masalah kualitas udara dalam ruangan
pada umumnya disebabkan oleh beberapa hal yaitu kurangnya ventilasi udara (52%),
adanya sumber kontaminan didalam ruangan (16%), kontaminan dari luar ruangan
(10%), mikroba (5%), bahan material bangunan (4%), lain-lain (13%).
Sesuai dengan keputusan Menteri No.829/MENKES/SK/VII/1999, kualitas
udara di dalam rumah harus memenuhi:
1. Suhu udara nyaman berkisar antara 180 sampai 30 0C
2. Kelembapan udara berkisar antara 40% sampai 70 %
3. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
4. Pertukaran udara (air exchange rate)= 5 kaki kubik per menit per penghuni
5. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam
Menurut Hasil pemeriksaan The National Institute of Occupational
Safety and Health (NIOSH) yang dikutip oleh Mukono (2010), menyebutkan ada 5
sumber pencemaran di dalam ruangan yaitu :
1. Pencemaran dari alat-alat di dalam gedung seperti asap rokok, pestisida,
bahan-bahan pembersih ruangan.
2. Pencemaran di luar gedung meliputi masuknya gas buangan kendaraan
bermotor, gas dari cerobong asap atau dapur yang terletak di dekat
gedung, dimana semuanya dapat terjadi akibat penempatan lokasi lubang
udara yang tidak tepat.
3. Pencemaran akibat bahan bangunan meliputi pencemaran formaldehid, lem,
asbes, fiberglass dan bahan-bahan lain yang merupakan komponen
pembentuk gedung tersebut.
4. Pencemaran akibat mikroba dapat berupa bakteri, jamur, protozoa dan produk
mikroba lainnya yang dapat ditemukan di saluran udara dan alat pendingin
beserta seluruh sistemnya.
5. Gangguan ventilasi udara berupa kurangnya udara segar yang masuk,
serta buruknya distribusi udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi
udara.
Pencemaran udara memperberat keadaan penyakit ataupun membuat saluran
pernafasan menjadi lebih peka terhadap penyebab penyakit yang telah ada. Sifat zat
pencemar akan menentukan jaringan tubuh yang akan terkena penyakit. Menurut
Crosby yang dikutip oleh Soemirat (2005), toksikan dalam ruang tertutup dapat
klorida, larutan pembersih yang mengandung klor, gas CO, asap rokok yang
mengandung zat toksik, serta yang paling penting adalah polusi yang mengandung
gas radon.
Sebagian besar polutan udara dalam ruangan terdiri dari bahan kimia yang
berasal dari penggunaan pembersih, pengharum ruangan, pestisida, dan materi yang
berhubungan dengan mebel dan konstruksi, pemanasan, dan peralatan memasak, juga
dari sumber- sumber polutan udara bebas ( SCHER, 2006).
2.3. Pengharum Ruangan
Pengharum ruangan adalah produk-produk konsumen yang mengurangi bau
yang tidak menyenangkan di ruangan tertutup. Pengharum ruangan tersebut bisa
dalam bentuk lilin, semprotan aerosol, diffuser, potpourri, gel dan mekanis atau
pelepasan panas produk.
Pada awalnya pengharum ruangan modern diperkenalkan pada tahun 1948.
Fungsinya didasarkan pada teknologi militer untuk dicampurkan dalam insektisida
dan diadaptasi ke dalam semprotan bertekanan menggunakan clorofluorocarbon
(CFC) propelan. Parfum yang berbentuk kabut halus harum akan tetap diam diudara
dalam waktu yang panjang. Jenis produk ini menjadi standar industri dan penjualan
pengharum ruangan mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Pada tahun 1950-an,
banyak perusahaan mulai menambahkan bahan kimia yang melawan bau. Bahan
kimia ini yang dimaksudkan untuk menetralisir atau menghancurkan bau termasuk
tak jenuh ester, pra-polmer, dan rantai panjang aldehid (Wikipedia, 2009).
Pada tahun 1970-an pasar pengharum ruangan bergeser dari aerosol karena
metode penyampaian pengharum ruangan yang menjadi popular saat itu, seperti lilin
wangi, reed diffusers, bunga rampai, dan panas produk rilis.
Jauh dari mengharumkan ruangan kimia berbasis pengharum ruangan dan
deodorizer menambahkan bahan kimia berbahaya ke udara yang kita hirup.
Pengharum ruangan bekerja dengan mematikan sistem saraf penciuman kita, dengan
bagian hidung kita dilapisi dengan lapisan berminyak, menutupi bau yang
menyinggung dengan bau yang berbeda, atau dengan menonaktifkan bau. Pengharum
ruangan dibuat dari sejumlah bahan kimia termasuk formaldehyde yang bersifat
karsinogen dan sensitizer, neftalen yang dicurigai karsinogen, xylem suatu racun saraf
dan kemungkinan memproduksi toksin, gas butane yang merupakan racun saraf,
kresol, etanol, fenol dan penguat aroma (Wikipedia, 2009).
Menurut Park et al (2006), produk beraroma adalah produk konsumen yang
khusus ditujukan untuk menyebarkan bau yang menyenangkan. Peningkatan jumlah
produk ini saat ini tersedia di pasar pada berbagai aplikasi dan penggunaannya
berkembang. Sebagian besar penduduk menggunakan pengharum ruangan dirumah
dan mobil. Produk beraroma dapat dikategorikan dalam kelompok berikut:
pengharum ruangan, lilin wangi, minyak atsiri, semprotan, bunga rampai, pengharum
toilet, kemenyan, parfum untuk menyetrika.
Tahun 1986 The National Academy of Sciences AS menentukan pengharum,
termasuk didalamnya pengharum ruangan, sebagai salah satu dari enam kategori
bahan kimia yang perlu mendapatkan uji kemampuan meracuni saraf. Karena
kebanyakan pengharum ruangan bekerja dengan mengganggu daya cium. Pengharum
pemati saraf pencium. Hampir sepertiga bahan kimia tambahan dalam parfum dan
produk wewangian termasuk dalam kategori senyawa beracun.
Pemakaian produk pengharum ruangan cenderung tanpa aturan yang jelas.
Bebas disemprotkan ke seluruh ruangan duduk, digantung dekat AC, dipasang di
dalam mobil. Lalu bahan kimia itu akan secara teratur menguap ke udara, menempel
di rambut, pakaian, bahkan diberbagai perabot disekitar kita (Viktor, 2008).
Kandungan wewangian banyak berasal dari bahan kimia yang telah dizinkan,
produk beraroma sering juga mengandung bahan kimia lain sepeti pelarut dan
propellants dalam semprotan. Bahan kimia yang telah diidentifikasikan dalam emisi
dari pengharum ruangan cenderung memicu reaksi alergi pernafasan dan senyawa gas
ini juga dapat diserap oleh kulit yang menyebabkan alergi kulit. Selain itu, melalui
adsorpsi pada bahan-bahan dan benda-benda di dalam ruangan, senyawa primer dan
sekunder meningkatkan resiko kontak dengan kulit dan munculnya alergi kulit
(Wijnhoven, 2008).
2.3.1. Jenis- Jenis Sediaan Pengharum Ruangan dan Zat yang Dikandung
Menurut Wolkof yang dikutip oleh Daniel (2008) banyak wewangian adalah
campuran kompleks senyawa organik yang mudah menguap (VOCs), dan campuran
dari beberapa VOCs di dalam ruangan telah dikaitkan dengan beberapa efek yang
merugikan kesehatan dan menyebabkan sick building syndrome.
Konsentrasi dari beberapa VOCs dan juga total VOCs dihasilkan dari
penggunaan beberapa jenis pengharum ruangan (kertas dupa, lilin wangi, gel
pengharum, pengharum ruangan cair, listrik difusser dan semprotan) (Nazaroff,
Di pasaran ada berbagai jenis pewangi. Ada yang padat (biasanya pewangi
yang diperuntukkan untuk toilet dan lemari), ada yang cair, gel, dan ada juga yang
semprot. Sementara penggunaannya ada yang diletakkan begitu saja, atau
ditempatkan dibibir AC atau kipas angin. Zat pewangi yang beredar di pasaran, yakni
yang berbahan dasar air dan berbahan dasar minyak. Pewangi berbahan dasar air
umumnya memiliki kestabilan aroma (wangi) relatif singkat (sekitar 3-5 jam). Itulah
mengapa pewangi berbahan dasar air relatif lebih aman bagi kesehatan dibandingkan
pewangi berbahan dasar minyak. Memang, pewangi berbahan dasar minyak lebih
tahan lama sehingga harga jualnya bisa lebih mahal. Pewangi jenis ini biasanya
menggunakan beberapa bahan pelarut/cairan pembawa, diantaranya isoparafin,
diethyl phthalate atau campurannya. Sementara jenis pewangi yang disemprotkan
umumnya mengandung isobutene, n-butane, propane dan campurannya. Untuk
bentuk gel disertai kandungan bahan gum. Adapun zat aktif aroma bentuk ini
umumnya berupa campuran zat pewangi, seperti limonene, benzyl asetat, linalool,
sitronellol, ocimene, dan sebagainya (Viktor, 2008).
2.3.2. Kandungan Zat Kimia yang Tidak Boleh Ada dalam Pengharum Ruangan
Menurut Budiawan yang dikutip oleh Viktor (2008), pada prinsipnya semua
zat pewangi beresiko terhadap kesehatan. Terutama pada mereka yang berada pada
kondisi rentan, seperti ibu hamil, bayi, dan anak-anak, ataupun orang yang sangat
sensitif terhadap zat-zat pewangi. Sekitar 80 % zat pewangi teruji keamanannya
terhadap manusia. Disinilah kewaspadaan konsumen betul-betul dituntut. Adapun
diantaranya pewangi yang mengandung musk ambrette, geranyl nitrile, dan 7 methyl
coumarin. Sedangkan yang berbentuk gel dilarang bila mengandung zat-zat pengawet
yang berbahaya bagi kesehatan, seperti formaldehid dan methylchloroisothiozilinone.
Menurut laporan dari National Institute of Occupational Safety and Health
yang dikutip oleh David (2009), dari 2983 bahan berbahaya sekitar 884 nya
digunakan dalam industri wewangian. Sedangkan bahan kimia berbahaya dalam
pengharum ruangan dari hasil penelitian diantaranya butane, propane, ammonia,
fenol, dan formaldehid. Efeknya pada manusia antara lain mengiritasi mata, hidung,
tenggorokan, kulit, mengakibatkan mual, pusing, pendarahan, hilang ingatan, kanker
dan tumor, kerusakan hati, menyebabkan iritasi ringan hingga menengah pada
paru-paru, termasuk gejala seperti asma. Sedangkan bahan lainnya, seperti benzyl acetate,
benzyl alcohol, ethanol, limonene, dan linalool bisa menyebabkan muntah, turunnya
tekanan darah, merusak sistem kekebalan tubuh, menurunkan kemampuan motorik
spontan, dan depresi.
2.4. Formaldehid
2.4.1 Identifikasi Formaldehid
Nama kimia : Formaldehid
Rumus kimia : CH2O [HCHO]
Nama sistematis : metanal
Nama lain : formaldehid, metanal, metilen oksida, oxymethilen,
metilaldehid, oxhomethan, morbicid asam
Formaldehid tidak bewarna, mudah terbakar, berbau tajam, kimia yang
digunakan dalam bahan bangunan dan untuk menghasilkan banyak produk rumah
tangga. Menurut laporan komisi keamanan produk konsumen AS (1997) biasanya
hadir didalam ruang dan udara terbuka pada tingkat yang rendah, biasanya kurang
dari 0,03 bagian per juta bagian formaldehid (ppm), bahan yang mengandung
formalin dapat melepaskan gas formaldehid ke udara, salah satu paparan di udara
adalah emisi knalpot kendaraan ( NCI, 2009).
Pada suhu kamar formaldehid murni merupakan gas tanpa warna dengan bau
yang menyengat. Pada konsentrasi rendah di udara (0,1-1,1 ppm) dapat menyebabkan
iritasi mata, tenggorokan, dan bronchial, dan konsentrasi-konsentrasi yang lebih
tinggi dapat menyebabkan sakit asma, kontak kulit dapat menyebabkan infeksi kulit.
Formaldehid sangat beracun bagi pencernaan, menyebabkan kerusakan pada ginjal
dan terkadang hingga menyebabkan kematian. Ini merupakan hasil dari gangguan
mekanis yang dicerna methanol dan juga dikenal sebagai alcohol wood, dan
merupakan salah satu alasan bahwa meminum alkohol adalah sangat beracun.
Formaldehid membunuh virus, jamur, dan bakteri melaui reaksi gugus NH2 dalam
protein yang digunakan dalam desinfektan dan sterilisasi, tidak dapat digunakan pada
kulit dan umumnya digunakan sebagai specimen biologis (Murry, 2007).
Menurut Anwar dalam Wulandari (2008) formaldehid memusnahkan sel
jaringan hidup dan bakteri dengan masuk kedalam sel dan mengeringkan cairan sel
kemudian menggantikannya dengan bahan berupa jelli yang kaku dan akan
mempertahankan bentuk sel. Dasar ini digunkan untuk mengawetkan mayat dan
Formaldehid mudah terbakar, tidak berwarna, dan mudah berpolimerisasi
pada suhu dan tekanan normal dalam ruangan. Formaldehid dapat larut dalam air,
etanol, dan dietil eter, digunakan dalam bentuk polimerisasi. Dalam atmosfer
teroksidasi oleh sinar matahari menjadi karbon dioksida. ( WHO, 2001).
2.4.2 Sumber- Sumber Formaldehid
Formaldehid adalah aldehid yang paling umum di lingkungan. Secara alami
konsentrasinya < 1 µg/m3 dengan rata- rata sekitar 0,5 µg/m3. Dalam lingkungan
perkotaan, konsentrasi udara bebas lebih bervariasi dan tergantung pada lokal kondisi
biasanya rata-rata tahunan berkisar antara 1 sampai 20 µg/m3. Puncaknya diperparah
oleh lalu lintas atau inverse, dapat berkisar hingga 100 µg/m3 ( WHO, 2001).
Bahan dasar dalam pengharum ruangan biasanya mencakup formaldehid,
bahan bakar aerosol, petroleum distillates, dan p-dichlorobenzene. Persiapan
pengharum ruangan sering juga meliputi terpene seperti limonene. Aldehid, keton,
ester, alcohol, dan wewangian sintetis lainnya juga digunakan. Sebuah laporan yang
dikeluarkan pada tahun 2005 oleh Biro Europeen des Unions de consommateurs
(BEUC) menemukan bahwa banyak produk pengharum ruangan memancarkan
alergan dan polutan udara beracun termasuk benzena, formaldehid, terpen, styrene,
ftalat, dan toluene. Pengharum ruangan dapat juga berisi fosfat, pemutih klorin, atau
ammonia (Wikipedia, 2009).
Formaldehid secara alami terbentuk di troposphere selama reaksi
hidrokarbon. Ini bereaksi dengan OH radikal dan ozon untuk membentuk aldehid
pada pembentukan karbon monoksida dan karbon dioksida, hydrogen, dan air
(WHO,1989).
Terpen dan isoprene yang dipancarkan oleh dedaunan bereaksi dengan OH
radikal membentuk formaldehid sebagai produk setengah jadi. Menurut Beretetskii et
al, 1981, formaldehid merupakan salah satu senyawa volatile terbentuk pada awal
tahap dekomposisi residu tanaman di tanah (WHO,1989).
Formaldehid terjadi secara alami dalam makanan, dan makanan dapat
terkontaminasi sebagai hasil fumigasi (misalnya gandum), memasak (sebagai produk
pembakaran), dan pembebasan dari resin berbasis peralatan makanan (WHO 2001).
Formaldehid digunakan dalam tekstil, pewarna dan industri kosmetik sebagai
desinfektan, bahan pembasmi kuman, insektisida, fungisida dan bahan pengawet.
Formaldehid juga digunakan dalam produksi resin sebagai perekat dan pengikat
dalam produk kayu dan kertas. Formaldehid juga ditemukan dalam banyak produk
rumah tangga dan produk-produk pembakaran. Sumber yang paling umum adalah
paparan pembakaran boiler dan gas dari kendaraan bermotor, asap rokok, wallpaper,
pernis dan cat, serta kayu chipboard resin dan urea formaldehid insulasi busa yang
merupakan sumber utama ( BEUC, 2005).
2.4.3 Metabolisme Formaldehid dalam Tubuh
Formaldehid juga dapat diproduksi dalam tubuh. Methanol dapat diokidasi
untuk memproduksi formaldehid. Dalam tubuh enzim hati yang di dehidrogenasi
alkohol berfungsi untuk mendetoks alkohol dengan mengoksidasi, mengkatalisis,
konversi dari methanol ke formaldehid. Formaldehid kemudian bereaksi dengan
Hasilnya racun methanol dapat menyebabkan kebutaan, gangguan pernafasan,
guncangan, dan kematian ( Denniston, 2007).
Formaldehid masuk ke dalam tubuh melalui beberapa jalur:
1. Pernafasan
Penguapan formaldehid diserap oleh paru-paru. Pada kasus akut, formaldehid
terdeteksi dari baunya, namun individu yang sensitif terpapar formaldehid dapat
mengalami sakit kepala, iritasi mata, dan saluran pernafasan pada level dibawah
ambang batas bau ( 0,5-1 ppm).
2. Kontak kulit atau mata
Paparan uap formaldehid pada mata menyebabkan iritasi. Bergantung pada
konsentrasi formaldehid, cairan formaldehid dapat menyebabkan tidak nyaman dan
iritasi atau efek yang berat seperti kebutaan. Formaldehid diabsorpsi melalui kulit
intak dan menyebabkan dermatitis kontak alergi atau dermatitis kontak iritan.
3. Pencernaan
Telah dilaporkan mengonsumsi cairan formaldehid 37% 30 ml dapat
menyebabkan kematian pada orang dewasa. Dapat menyebabkan trauma mukosa
saluran cerna, mual, muntah, nyeri, pendarahan, dan perforasi. Efek sistemik
termasuk depresi susunan saraf pusat dan koma, penekanan pernafasan dan gagal
ginjal (Amiruddin, 2006).
2.4.4 Penggunaan Formaldehid dalam Kehidupan Sehari- hari
Formaldehid sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
banyak manfaat seperti anti bakteri atau membunuh kuman sehingga dimanfaatkan
sebagai pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat dan berbagai
serangga lainnya.
Formalin berasal dari larutan formaldehid dalam air dan pelarut lain,
umumnya methanol yang berfungsi sebagai stabilisator, mempunyai cara yang unik
dalam sifatnya sebagai desinfektan. Formaldehid membunuh bakteri dengan
membuat jaringan dalam bakteri dehidrasi (kekurangan air) sehingga sel bakteri akan
kering dan membentuk lapisan baru dipermukaan. Artinya, formalin tidak saja
membunuh bakteri, tetapi juga membentuk lapisan baru yang melindungi lapisan
dibawahnya, supaya tahan terhadap serangan bakteri lain. Bila desinfektan lainnya
mendeaktifasikan serangan bakteri dengan cara membunuh dan tidak bereaksi dengan
bahan yang dilindungi, maka formaldehid akan bereaksi secara kimiawi dan tetap ada
dalam materi tersebut untuk melindungi dari serangan berikutnya.
Dalam dunia fotografi formaldehid digunakan untuk pengerasan lapisan
gelatin dan kertas. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea, bahan pembuatan
produk parfum, pengawet produk kosmetik, pengeras kuku, dan bahan untuk insulasi
busa. Dibidang industri kayu sebagai perekat untuk produk kayu lapis (plywood).
Dalam konsentrasi yang kecil (< 1 %) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai
barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut,
perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet. Didunia kedokteran formalin
biasanya digunakan untuk pengawetan mayat. Untuk pengawetan biasanya digunakan
2.4.5 NAB Formaldehid dalam Tubuh
Menurut IPCS (International Programme on Chemical Safety), secara umum
ambang batas aman formaldehid didalam tubuh adalah 1 miligram per liter. Bila
formalin masuk ketubuh melebihi ambang batas tersebut maka dapat mengakibatkan
gangguan pada organ dan sistem tubuh manusia. Akibat yang dtimbulkan tersebut
dapat terjadi dalam waktu singkat atau jangka pendek dan dalam jangka panjang,
bisa melalui hirupan, kontak langsung atau tertelan (WHO, 1989).
2.5. Dampak Kesehatan Pencemaran Udara
Kualitas udara di dalam ruangan mempengaruhi kenyamanan lingkungan
ruang kerja. Kualitas udara yang buruk akan membawa dampak negatif terhadap
pekerja /karyawan berupa keluhan gangguan kesehatan. Dampak pencemaran udara
dalam ruangan terhadap tubuh terutama pada daerah tubuh atau organ tubuh
yang kontak langsung dengan udara meliputi organ sebagai berikut :
1. Iritasi selaput lendir: Iritasi mata, mata pedih, mata merah, mata berair
2. Iritasi hidung, bersin, gatal: Iritasi tenggorokan, sakit menelan, gatal, batuk
kering
3. Gangguan neurotoksik: Sakit kepala, lemah/capai, mudah tersinggung, sulit
berkonsentrasi
4. Gangguan paru dan pernafasan: Batuk, nafas berbunyi/mengi, sesak nafas,
rasa berat di dada
5. Gangguan kulit: Kulit kering, kulit gatal
6. Lain-lain: Gangguan perilaku, gangguan saluran kencing, sulit belajar
2.6. Dampak Kesehatan Formaldehid 2.6.1. Dampak Kesehatan Jangka pendek
Ketika formaldehid hadir di udara pada tingkat melebihi 0,1 ppm, beberapa
individu mungkin mengalami efek samping, seperti mata berair, sensasi terbakar di
mata, hidung dan tenggorokan, batuk, sesak nafas, mual, dan iritasi kulit. Beberapa
orang sangat sensitif terhadap formaldehid, sementara yang lain tidak mengalami
reaksi pada tingkat eksposur yang sama.
2.6.2. Dampak Kesehatan Jangka Panjang
Menurut IARC yang dikutip oleh SCHER (2006), formaldehid dapat dengan
mudah dan benar-benar ( > 90%) diserap oleh saluran pernafasan bagian atas dalam
tikus dan monyet. Gejala pertama yang terjadi setelah formaldehid berada dalam
pernafasan adalah kesulitan bernafas, kemudian iritasi mata, muntah, kejang, dan
kematian dengan konsentrasi yang sangat tinggi yaitu 120 mg/m3. Menurut WHO
2002 kerusakan dan iritasi pada epitel hidung adalah efek yang terjadi pada efek
jangka panjang. Paparan pada hewan 1mg/m3, manusia terpapar formalin tingkat ≥
0,1 mg/m3 telah mengalami iritasi.
Menghirup uap formaldehid dapat menyebabkan masalah pernafasan dan
gejala mirip asma, seperti sesak nafas, mengi ,batuk dan dada sesak. Pemajanan
berulang dapat menyebabkan bronkitis dengan gejala batuk dan sesak nafas.
Formaldehid diketahui karsinogen pada manusia tanpa tingkatan resiko
pemaparan dan menyebabkan iritasi mata, hidung, tenggorokan, dan paru-paru.
Karena ada banyak sumber formaldehid dalam ruangan itu ditemukan hampir
National Academy of Science (NAS) 1981 dalam WHO (1989), telah meneliti
bahwa gejala pertama pemajanan formaldehid pada kadar konsentrasi 0,1-0,5 ppm
yaitu pada mata, dan iritasi umum pada saluran nafas atas. Bau spesifik formaldehid
mulai tercium pada konsentrasi 0,5 ppm. Gejala-gejala seperti asma bronchial bisa
terjadi pada orang-orang yang terpajan formaldehid pada konsentrasi 0,25 ppm .
Menurut WHO (1989), reaksi individu berbeda terhadap pemajanan
formaldehid, karena diantara populasi normal ada yang sensitif dan tidak. Efek yang
timbul karena pemajanan formaldehid adalah pekerja yang kontak langsung dengan
formaldehid akan menyebabkan dermatitis alergi. Formaldehid yang masuk melalui
inhalasi dapat menyebabkan radang pernafasan akut, pneumonitis, dan asma
bronchial. Formaldehid juga berpotensi menyebabkan karsinogen pada long term
exposure.
2.7. Dampak Kesehatan Pengharum Ruangan yang Mengandung Formaldehid
Formaldehid berasal dari semprotan aerosol, pengharum ruangan, antibiotik,
antiperpiran, antiseptik, butter, dinding rongga isolasi, semen, keju, chipboard lantai,
detergen, solar, desinfektan, desinfektan, pabrik kondisioner, pupuk, karpet, tirai,
busa karet, furniture, perekat, lotion rambut, insektisida, dapur, industri dari vitamin
A dan E, produk susu, pencuci mulut, pemoles kuku, koran dan kertas, gips ortopedi,
pembuat kertas, pasta gigi, pengawet kayu, dll (David, 2009).
Menurut Dr. rer. Nat. Budiawan dari Puska RKL (Pusat Kajian Resiko Dan
Keselamatan Lingkungan), bahwa pemakaian produk apapun yang merupakan zat-zat
menimbulkan gangguan pada sistem saraf. Contohnya pingsan dan gangguan system
pernafasan. Begitu juga jika kontak dengan kulit. Bahan pewangi organik dapat
dengan mudah terserap melalui kulit dan menyebabkan efek pada kulit seperti iritasi
dan dermatitis. Meskipun komponen zat kimia aktif yang dikandung tiap pewangi
berbeda-beda tergantung pada komposisi dan bahan aktif aromanya. Selain itu,
bahaya pewangi umumnya tergantung pada jenis/bentuknya maupun pewangi dan
komponen-komponen kimia aktif yang terkandung didalamnya, disamping faktor
pengaruh lain, seperti jalur paparannya. Dari segi bentuk sediaan yang mudah
menguap (aerosol) lebih beresiko bagi tubuh, terutama jika terjadi kontak langsung
melalui sistem pernafasan. Namun demikian kontak yang terjadi melalui kulit pun
bukan tak beresiko mengingat zat pewangi akan begitu mudah memasuki tubuh
(Viktor, 2008).
The University of Bristol’s Avon Longitudinal Study of Parent and Children
(ALSPAC) menerbitkan temuan yang menunjukkan bahwa paparan senyawa organik
yang mudah menguap melalui penggunaan pengharum ruangan dan aerosol lainnya
di rumah ditemukan berkolerasi dengan peningkatan sakit telinga dan diare pada bayi,
serta meningkatnya depresi dan sakit kepala pada ibu mereka. 32 % lebih banyak bayi
menderita diare dirumah-rumah yang menggunakan pengharum ruangan tiap hari,
dibandingkan rumah-rumah yang menggunakan 1 kali seminggu atau kurang.
Pengharum ruangan juga mempengaruhi ibu rumah tangga yang menggunakan
pengharum ruangan sehari-hari yaitu menderita hampir 10% lebih banyak sakit
dengan menggunakan pengharum ruangan memiliki resiko peningkatan depresi
sebesar 26 % (ALSPAC,2004).
2.8. Alternatif Menghilangkan Bau Dalam Ruangan
Cara Penghilangan bau dalam ruangan tanpa pengharum ruangan menurut
Pipit (2008) adalah sebagai berikut:
1. Bersihkan seluruh peralatan makan yang kotor. Gunakan pembersih alami :
cuka, sabun biasa, baking soda, minyak buah jeruk, boraks.
2. Membersihkan lantai dari debu
3. Mencuci peralatan rumah tangga seperti sprei, sarung bantal, karpet, taplak,
tirai
4. Tuang air mendidih ke dalam saluran air tiap minggu untuk menjaga saluran
air tetap bersih
5. Tingkatkan kualitas ventilasi udara. Membuka jendela atau pintu dapat
menghilangkan bau pengap dalam ruangan dan mengeringkan tempat-tempat
yang lembab
6. Salurkan aroma yang menyegarkan ke dalam ruangan. Gunakan pengharum
udara alami dengan beberapa tangkai bunga dalam vas atau rempah-rempah
7. Jemur pakaian di bawah sinar matahari agar kering dan tidak menimbulkan
bau.
Berbicara mengenai minyak atsiri, kita tidak dapat lepas dari masalah bau dan
aroma, karena fungsi minyak atsiri yang paling luas dan yang paling umum diminati
adalah sebagai pengharum, baik itu parfum untuk tubuh, kosmetik, pengharum
produk rumah tangga lainnya. Berdasarkan uraian diatas maka minyak atsiri dapat
digunakan sebagai alternatif pengharum ruangan yang alamiah dan baik bagi
kesehatan (Agusta, 2000).
Secara kasat mata mungkin sulit untuk mengetahui mana pewangi yang aman
dan mana yang berbahaya. Sebagai tindakan pencegahannya konsumen harus cerdik
memilih pewangi yang terdaftar/ teregistrasi (Viktor, 2008).
2.9. Kerangka konsep
Pengharum ruangan Bentuk gel Aroma
1. Jeruk 2. Apel
Kadar formaldehid Terdeteksi
formaldehid Analisis
keberadaan formaldehid
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survai yang bersifat deskriptif yaitu
untuk menganalisis kandungan formaldehid pada 10 merek pengharum ruangan
berbentuk gel dengan tiap merek diambil 2 aroma yaitu apel dan jeruk pemeriksaan
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
dengan sampel yang diteliti adalah 20 sampel pengharum ruangan berbentuk gel (10
merek dengan masing-masing merek diambil 2 aroma yaitu apel dan jeruk) yang
diambil dari pusat perbelanjaan Carefour. Adapun alasan dipilihnya lokasi di pusat
perbelanjaan tersebut sebagai tempat pengambilan sampel karena :
1. Pusat perbelanjaan tersebut banyak dimanfaatkan masyarakat umum untuk
membeli kebutuhan mereka.
2. Pusat perbelanjaan tersebut banyak menjual berbagai jenis pengharum
ruangan berbentuk gel dengan berbagai aroma sehingga sesuai sebagai tempat
pengambilan sampel.
3. Pusat perbelanjaan dapat dijangkau baik dari segi lokasi maupun dari segi
biaya.
4. Pusat perbelanjaan tersebut cukup besar dan lengkap serta banyak dikunjungi
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada bulan Juni - Juli 2010
3.2.3. Objek Penelitian dan Sampel
Sampel penelitian adalah bebagai jenis merek pengharum ruangan berbentuk
gel yang dipasarkan di masyarakat. Dari ke dua pusat perbelanjaan tersebut diambil
10 merek pengharum dengan masing merek diambil 2 aroma, yaitu aroma jeruk dan
apel dari 13 merek sebagai bahan yang akan langsung dianalisis di laboratorium.
Adapun sampel yang akan dianalisis adalah pengharum ruangan dengan merek:
Glade, Stella, Carrefour, Myshaldan, Ambipur, Winfresh, Dahlia, Saudi choice,
Bagus, dan Denis.
Adapun alasan penulis memilih merek ini adalah selain harganya terjangkau,
sampel ini juga yang tersedia di pusat perbelanjaan Carrefour yang banyak digunakan
oleh masyarakat. Sampel diatas diambil dengan metode Purposive Sampling dimana
sampel diambil dengan pertimbangan bahwa pengharum ruangan tersebut banyak
dibeli masyarakat. Alasan mengambil aroma jeruk dan apel karena aroma tersebut
paling banyak beredar dimasyarakat.
3.3. Metode Pengumpulan Data 3.3.1. Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil pemeriksaan formaldehid pada beberapa
merek pengharum ruangan berbentuk gel yang dilakukan di Laboratorium Kesehatan
3.3.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari penelitian-penelitian dan literature-literatur yang
mendukung penelitian ini.
3.4. Prosedur Penelitian 3.4.1. Alat dan Bahan
a. Alat- Alat
1. Beaker gelas
2. Buret dan statif
3. Erlenmeyer
4. Gelas ukur
5. Labu Ukur
6. Neraca analitik
7. Pipet ukur
8. Water Bath
b. Bahan- Bahan
1. Asam pospat 10 %
2. Asam sulfat 60 %
3. Aquadest
4. Asam kromatropat 0,5 %
5. HCl 0,1 N
6. Indikator PP
7. Larutan Hidrogen Peroksida encer
9. Sampel pengharum ruagan berbentuk gel
3.4.2. Cara Kerja
A. Pemeriksaan Kualitatif
1. Timbang 10 gram contoh dalam beaker gelas.
2. Tambahkan 50 ml aquadest dan panaskan diatas penangas air pada suhu 600C
selama 30 menit.
3. Pindahkan cairan kedalam labu ukur 100 ml.
4. Diamkan sampai suhu kamar dan tambahkan aquadest hingga tanda garis.
5. Pipet 2 ml cairan, masukkan kedalam tabung reaksi dan tambahkan 5 ml
larutan asam kromatropat 0,5 % dalam asam sulfat 60 % yang dibuat segar
(pereaksi Nash).
6. Masukkan tabung reaksi kedalam penangas air mendidih selama 15 menit dan
biarkan dingin selama 30 menit.
7. Larutan akan berwarna ungu jika mengandung formaldehid.
B. Pemeriksaan Kuantitatif
1. Ditimbang Erlenmeyer kosong
2. Ditimbang sampel sebanyak 3 gram
3. Ditambahkan 25 ml H2O2 encer dan 50,0 ml NaOH kemudian dipanaskan
dipenangas hingga buih berhenti (15 menit)
4. Sampel dikeluarkan dari penangas air kemudian didinginkan selama 30 menit
5. Ditambahkan indikator PP (Phenolfthalen) sebanyak 3 tetes ke dalam larutan
sampel
7. Sampel dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai warna kembali menjadi warna
semula
8. Dilihat berapa ml HCl yang habis
9. Dibuat larutan blanko yaitu 25 ml NaOH 0,1 N ditambah indikator PP
sebanyak 3 tetes kemudian dititrasi dengan HCl 0,1 N hingga warna merah
jambu hilang.
10.Rumus Kadar Formaldehid
3.5. Definisi Operasional
1. Pengharum Ruangan adalah suatu produk yang digunakan untuk
menghilangkan aroma tidak sedap di dalam ruangan, terdapat dalam berbagai
bentuk dan aroma.
2. Gel adalah salah satu bentuk pengharum ruangan yang sifatnya antara padat
dan cair yang pada suhu kamar akan menguap.
3. Aroma jeruk dan apel adalah jenis aroma dari pengharum ruangan berbentuk
gel yang paling sering digunakan.
4. Analisis keberadaan formaldehid adalah pemeriksaan laboratorium untuk
melihat keberdaan formaldehid dalam pengharum ruangan berbentuk gel
dengan titrasi.
6. Tidak terdeteksi formaldehid adalah tidak ditemukan kandungan formaldehid dalam pengharum ruangan berbentuk gel.
7. Kadar formaldehid adalah jumlah kandungan formaldehid yang ditemukan dalam pengharum ruangan berbentuk gel dalam satuan persentase (%).
3.6. Analisis Data
Sampel pengharum ruangan berbentuk gel diperiksa dilaboratorium dengan
menggunakan metode asam kromatropat untuk melihat ada tidaknya kandungan
formaldehid kemudian dihitung kandungan formaldehidnya dengan menggunakan
metode titrasi. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Formaldehid Pada Pengharum Ruangan Berbentuk Gel
4.1.1. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Pengharum Ruangan Berbentuk Gel
Hasil pemeriksaan kualitatif formaldehid pada 20 sampel pengharum ruangan
berbentuk gel yang dijual dipusat perbelanjaan Carrefour dilakukan di Laboratorium
[image:47.612.116.524.332.494.2]Kesehatan Medan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Pengharum Ruangan Berbentuk Gel Aroma Jeruk di Kota Medan Tahun 2010
No Merek Sampel Reaksi Asam Kromatropat Hasil
1 My Shaldan Tidak terbentuk warna ungu Formaldehid (-)
2 Glade Tidak terbentuk warna ungu Formaldehid (-)
3 Stela Tidak terbentuk warna ungu Formaldehid (-)
4 Carefour Tidak terbentuk warna ungu Formaldehid (-)
5 Ambipur Tidak terbentuk warna ungu Formaldehid (-)
6 Saudi Choice Terbentuk warna ungu Formaldehid (+)
7 Winfresh Tidak terbentuk warna ungu Formaldehid (-)
8 Dahlia Terbentuk warna ungu Formaldehid (+)
9 Bagus Tidak terbentuk warna ungu Formaldehid (-)
10 Denish Tidak terbentuk warna ungu Formaldehid (-)
Berdasarkan tabel 4.1. di atas dapat diketahui bahwa pada 10 sampel
pengharum ruangan berbentuk gel aroma jeruk yang diperiksa secara kualitatif
dengan menggunakan reaksi Asam Kromatropat menunjukkan terjadinya perubahan
warna ungu pada 2 sampel. Hal ini menunjukkan bahwa pengharum ruangan
Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Pengharum Ruangan Berbentuk Gel Aroma Apel di Kota Medan Tahun 2010
No Merek Sampel Reaksi Asam Kromatropat Hasil
1 My Shaldan Tidak terbentuk warna ungu Formaldehid (-)
2 Glade Tidak terbentuk warna ungu Formaldehid (-)
3 Stela Tidak terbentuk warna ungu Formaldehid (-)
4 Carefour Tidak terbentuk warna ungu Formaldehid (-) 5 Ambipur Tidak terbentuk warna ungu Formaldehid (-)
6 Saudi Choice Terbentuk warna ungu Formaldehid (+)
7 Winfresh Tidak terbentuk warna ungu Formaldehid (-)
8 Dahlia Terbentuk warna ungu Formaldehid (+)
9 Bagus Tidak terbentuk warna ungu Formaldehid (-)
10 Denish Tidak terbentuk warna ungu Formaldehid (-)
Berdasarkan tabel 4.2. di atas dapat diketahui bahwa pada 10 sampel
pengharum ruangan berbentuk gel aroma apel yang diperiksa secara kualitatif dengan
menggunakan reaksi Asam Kromatropat menunjukkan terjadinya perubahan warna
ungu pada 2 sampel. Hal ini menunjukkan bahwa pengharum ruangan berbentuk gel
2 sampel tersebut mengandung formaldehid.
4.1.2. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid Pada Pengharum Ruangan Berbentuk Gel
Hasil pemeriksaan kuantitatif formaldehid pada 20 sampel pengharum
ruangan berbentuk gel yang dijual dipusat perbelanjaan Carrefour dilakukan di
Laboratorium Kesehatan Medan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.3. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid Pada Pengharum Ruangan Berbentuk Gel Aroma Jeruk di Kota Medan Tahun 2010
No. Merek Sampel
Berat Sampel (mg) Volume Titrasi (ml) Kandungan Formaldehid (%)
IFRA (The International Fragrance)
1 Saudi Choice 3476,4 2,10 1,10% 0
Tabel 4.3. menunjukkan bahwa 2 sampel pengharum ruangan berbentuk gel
aroma jeruk memiliki kandungan formaldehid. Pada merek Saudi Choice kandungan
formaldehid sebesar 1,10% dan pada merek Dahlia sebesar 1,84%.
Tabel 4.4. Hasil Pemeriksaan Kuantatif Formaldehid Pada Pengharum Ruangan Berbentuk Gel Aroma Apel di Kota Medan Tahun 2010
No. Merek Sampel
Berat Sampel (mg)
Volume Titrasi (ml)
Kandungan Formaldehid (%)
IFRA (The International Fragrance)
1 Saudi Choice 3762,0 2,10 0,92% 0
2 Dahlia 3118,4 2,30 0,95% 0
Tabel 4.4. menunjukkan bahwa 2 sampel pengharum ruangan berbentuk gel
aroma apel memiliki kandungan formaldehid. Pada merek Saudi Choice kandungan
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Pemeriksaan Formaldehid Pada Pengharum Ruangan Berbentuk Gel
5.1.1. Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Pengharum Ruangan Berbentuk Gel
Pemeriksaan kualitatif formaldehid pada pengharum ruangan berbentuk gel
diperiksa dengan metode asam kromatropat, dimana pada akhir reaksi ini ditandai
dengan terjadinya perubahan warna menjadi warna ungu yang menunjukkan adanya
formaldehid pada pengharum ruangan berbentuk gel tersebut, dan sebaliknya apabila
tidak terjadi perubahan warna ungu, maka tidak menunjukkan adanya formaldehid
pada pengharum ruangan berbentuk gel tersebut.
Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitatif formaldehid pada pengharum
ruangan, diperoleh 2 merek pengharum ruangan berbentuk gel yang terdeteksi
mengandung formaldehid yaitu merek Saudi Choice dan Dahlia.
Pemeriksaan ini menunjukkan masih terdapatnya pengharum ruangan
berbentuk gel yang beredar dipasaran Kota Medan mengandung formaldehid, hal ini
bertentangan dengan peraturan yang dikeluarkan IFRA (The International Fragrance
Asosiation) bahwa tidak boleh ada kandungan formaldehid pada pengharum ruangan
berbentuk gel.
Ciri-ciri fisik pengarum ruangan berbentuk gel yang mengandung formaldehid
adalah bentuk gel lebih padat dan lebih kenyal bila di tekan elastis sedangkan
pengharum ruangan berbentuk gel yang tidak mengandung formaldehid mengikuti
sifat air bila diletakkan pada suhu udara yang rendah akan menguap dan mengeras
Dalam pengharum ruangan formaldehid berfungsi sebagai pengawet dan
pembentuk gel. Menurut Anwar dalam Wulandari (2008) formaldehid memusnahkan
sel jaringan hidup dan bakteri dengan masuk kedalam sel dan mengeringkan cairan
sel kemudian menggantikannya dengan bahan berupa gel yang kaku dan akan
mempertahankan bentuk sel. Dasar ini digunkan untuk mengawetkan mayat dan
hewan yang dijadikan pajangan.
5.1.2. Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid Pada Pengharum Ruangan Berbentuk Gel
Apabila sampel yang diperiksa secara kualitatif mengandung formaldehid
maka dilanjutkan pemeriksaan kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui berapa
besar kandungan formaldehid dalam pengharum ruangan berbentuk gel dengan
menggunakan metode titrasi, larutan sampel akan menjadi merah jambu setelah
ditambahkan indikator PP (Phenolfthalen) yang berfungsi menetralkan larutan sampel
kemudian dititrasi dengan HCl 0,1% menjadi kembali warna semula.
Berdasarkan hasil pemeriksaan kuantitatif, kandungan formaldehid
menunjukkan angka yang bervariasi pada 4 sampel yang terdeteksi formaldehid. Pada
sampel merek Saudi choice aroma jeruk didapat kadar formaldehid sebesar 1,10%,
merek Dahlia aroma jeruk sebesar 1,84%, merek Saudi Choice aroma apel sebesar
0,92%, merek Dahlia aroma apel sebesar 0,95%.
Data di atas menunjukkan bahwa persentase kadar formaldehid yang
terkandung di dalam beberapa merek pengharum ruangan berbentuk gel yang beredar
di pasaran kota Medan cukup besar, menurut International Programme on Chemical
konsentrasi 0,05%, sedangkan menurut peraturan yang dikeluarkan oleh IFRA (The
International Fragrance Asosiation) bahwa tidak boleh ada kandungan formldehid di
dalam pengharum ruangan berbentuk gel.
Pada pengharum ruangan berbentuk gel ini, efek negatif dari formaldehid
dirasakan dalam jangka waktu yang relatif lama. Formaldehid merupakan zat kimia
berbahaya, National Academy of Science (NAS) 1981 dalam WHO (1989), telah
meneliti bahwa gejal