• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Masalah Persoalan Hubungan Kerja Antara Pemimpin Perusahaan PT Supraco Indonesia Dengan Buruh Kontraknya Di Lingkungan Perusahaan Chevron Di Kecamatan Minas Kabupaten Siak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisa Masalah Persoalan Hubungan Kerja Antara Pemimpin Perusahaan PT Supraco Indonesia Dengan Buruh Kontraknya Di Lingkungan Perusahaan Chevron Di Kecamatan Minas Kabupaten Siak"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

ANALISA MASALAH PERSOALAN HUBUNGAN KERJA

ANTARA PEMIMPIN PERUSAHAAN PT SUPRACO

INDONESIA DENGAN BURUH KONTRAKNYA DI

LINGKUNGAN PERUSAHAAN CHEVRON DI KECAMATAN

MINAS KABUPATEN SIAK

S K R I P S I

Diajukan Oleh : E K A P R A D I T A

060901020

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT

UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAKSI

Ditengah-tengah persaingan ekonomi secara global, sistem karyawan kontrak ini, diyakini akan mampu menggerakkan roda industri secara dinamis. Hal ini dikarenakan untuk penekanan cost, yang bertujuan untuk menjaga stabilitas proses produksi. Adanya sistem kerja kontrak membuat posisi tawar pekerja atau buruh semakin lemah karena tidak ada kepastian kerja, kepastian upah, jaminan sosial, jaminan kesehatan, pesangon jika di PHK, dan tunjangan-tunjangan kesejahteraan lain. Hubungan yang terjadi antara buruh dengan perusahaan outsourcing dan perusahaan pengguna (pemilik modal), adalah hubungan ketergantungan. Dalam penelitian ini peneliti mengambil objek penelitian yaitu di Perusahaan PT Chevron Pacific Indonesia dan PT Supraco Indonesia yang berada di daerah Minas.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis persembahkan kepada Allah SWT atas bimbingan,

do`a dan anugerah-Nya yang telah memberikan limpahan rahmat dan

hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan

penyusunan skripsi yang berjudul “Analisa Masalah Persoalan Hubungan Kerja

Antara Pemimpin Perusahaan PT Supraco Indonesia Dengan Buruh Kontraknya

Di Lingkungan Perusahaan Chevron Di Kecamatan Minas Kabupaten Siak”.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini sudah tentu

terdapat kesalahan-kesalahan baik dalam segi pemahamannya. Oleh karena itu

penulis akan menerima segala saran dan juga kritik yang membangun dari semua

pihak demi kesempurnaan skripsi ini di masa yang akan dating. Namun, penulis

berharap semoga penyusunan skripsi ini dapat membawa manfaat bagi penulis

khususnya dan bagi para pembaca.

Terimakasih kepada papa Suwito dan mama Pujiwati, terimakasih karena

sudah sabar dan terimakasih atas doa-doa yang tidak putus-putusnya yang

diberikan untuk penulis. Yang selalu bertanya “Eka kapan wisuda?” Semoga papa

dan mama diberikan kelimpahan rezeki, sehat selalu dan umur yang panjang sama

Allah SWT. Amin.

Kepada Bapak Prof. DR. Badaruddin, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu

Sosial Ilmu Politik, Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si sebagai Ketua jurusan

(4)

Sosiologi, Ibu Dra Ria Manurung M.Si yang telah memberikan saran yang

berguna kepada peneliti.

Terimakasih kepada Bapak Prof. Rizabuana, M.Phil., Ph.D, sebagai Dosen

pembimbing dan sekaligus dosen wali, yang telah banyak memberikan

sumbangan pemikiran dan membimbing penulis. Tak lupa juga penulis ucapkan

terimakasih kepada bapak karena sudah meluangkan waktu dan tenaga dalam

membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis mendoakan

agar Bapak dan sekeluarga selalu barada di lindungan-Nya, panjang umur dan

sehat selalu serta tidak lupa penulis meminta maaf yang sebesar-sebesarnya

apabila tanpa disadari penulis pernah melakukan kesalahan dan semoga bapak

bisa memaafkan penulis. Amin.

Kepada seluruh staff pengajar Departemen Sosiologi penulis mengucapkan

terimakasih atas ilmu-ilmu yang tela diberikan. Dan seluruh staff administrasi

FISIP khususnya staff administrasi Departemen Sosiologi penulis mengucapkan

terimakasih.

Yang teristimewa buat adik-adikku, yang tidak pernah bosan mendoakan

penulis dan selalu bertanya “Mbak kapan wisuda?” buat Sandi “ndot” Dwi Yanto,

mudah-mudahan cepat menjadi insinyur dan mbak bisa ke Surabaya (hahaa),

dimudahkan semua apa yang kita lakukan (Amin) dan buat Yuliana “yusu”

Suwito semoga cita-cita tercapai semuanya (termasuk lulus dari sekolah dengan

nilai yang memuaskan dan target jurusan yang akan dicapai. Amin.). Love both of

(5)

Kepada keluarga yang telah mendoakan yang telah mendoakan penulis

Mbah Putri di Madiun dan Mbah Putri di Bukittinggi terimakasih doa-doa

panjangnya buat cucunya. Keluarga di Jakarta (Om Muji dan Kel), keluarga di

Cipanas (Te Jum dan Kel), Keluarga di Bukittinggi (Te Pond an Kel), keluarga di

Pasaman (Pakde Man dan Kel), dan buat Mas Agus terimakasih sudah terus

menanyakan “Eka kapan wisuda” terimakasih atas semua doa-doanya dan semoga

Allah SWT membalas semua kebaikan kita. Amin.

Terimakasih buat Bapak Drs. Henry Sitorus, M.Si yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis pergi ke Sibolga dua kali. Terimakasih untuk

pengalaman dan pelajaran yang luar biasa.

Buat Zul Fadli Alquddus, thank`s for everything. Without you, I can`t do

anything. Specially in Medan. So thank`s to be more than my friend. (ich hoffe,

sind wir immer zusammen). Penulis mendoakan yang terbaik buat Fadli. Amin.

Buat Pak Budi Arief selaku contract owner di PT Chevron Pacific

Indonesia, yang sudah membagi informasi dan memberikan waktu luang kepada

peneliti sehingga peneliti bisa memahami dan mengerti bagaimana karyawan

kontrak bekerja. Terimakasih buat pak Arnif yang menjadi teman peneliti selama

peneliti melakukan penelitian yang memberikan tempat untuk menunggu. Terima

buat Pak Uwo Marsinal Djamaan selaku Project Advisor dan Pak M. Panjaitan

selaku Operation Manager PT Supraco Indonesia yang telah mempermudah

peneliti melakukan peneliti, Kak Maria (terimakasih atas kue-kuenya), Pak Tur,

(6)

Pak Munar, Bang Robert, dan untuk semua karyawan PT Supraco Indonesia

terimakasih atas semua kebaikan dan semua fasilitas yang diberikan.

Buat Kelurahan Pasar Belakang di Sibolga terimakasih telah memberikan

kenangan yang luar biasa hebat, terimakasih atas kebaikan-kebaikan

jalan-jalannya ke Poncan, Pal Lurah, Pak Irsan, Ayu, terimakasih sudah menjadi bagian

dari penulis.

Teman masa mengila Deritawi Panggabean, Herlia Sanra, Ahmi Aulia,

Lizza Febriana. Miss u sooo much guys…:*

Buat anak-anak Sosiologi `06 terimakasih buat Esha “keter”, Imay

“ambo”, Tuti, Asma “ brekele”, Tantri, Yandi “Meyde”, Khalil (kapan kita

jalan-jalan woooiiiiyyy???), Dwi, Delva, Irma “haletku”, Vivi, Nalon, Elin, Nidya,

Angga, Icha, Dilla, Ryan, Regar, Afwan, Haris (kapan kita ke Sibolga lagi?:D)

dan teman-teman lain yang tidak disebutkan satu persatu dan juga buat angkatan

`05, `07, `08, `09, `10 FIGHTING semuaaa yaaa!!

Buat Kak Rosnidawati “Gyleenhaal” Rambe (thanks`s for evrthing.

Terimakasih sudah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini. Terimakasih

atas printer dan kertas-kertasnya:D), Uni Yade Metri Permata (terimakasih untuk

semuanya), buat si boy Mala “suleandro” Dalini (terimakasih dodominya), Kak

Nia, Kak Inez, terima kasih semuanya yang sudah sukses membuat penulis marah

dan gembira :D

(7)

membawa penulis keliling Medan baik panas, hujan, rantai putus, dan ban yang

bocor.

Dan tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada seluruh informan

penelitian yang telah meluangkan waktu untuk memberikan informasi melalui

jawaban atas wawancara penelitian sehinga dapat menjawab semua permasalahan

dari skripsi penulis.

Medan, 26 April 2011

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Buruh Kontrak/Outsourcing... 14

2.2. Hubungan Kerja... 18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian ... 22

3.2.Lokasi Penelitian ... 22

3.3.Unit Analisis Informan ... 23

3.3.1. Informan kunci... 23

3.3.2. Informan Biasa... 23

3.4.Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.5.Interpretasi Data ... 25

3.6.Jadwal Kegiatan ... 26

3.7.Keterbatasan Penelitian ... 27

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 28

4.1.1 Gambaran umum PT Chevron Pacific Indonesia ... 28

4.1.2 Gambaran umum PT Supraco Indonesia ... 31

4.1.3 Struktur Oganisasi dan Manajemen Perusahaan... 33

Personal Qualifications (kualifikasi personal) ... 39

4.1.4 Ketenagakerjaan... 48

4.1.4.1.Prosedur Penerimaan Karyawan/Pekerja ... 48

(9)

4.1.4.4.Sistem Pengupahan ... 57

4.1.4.5.Jaminan Sosial dan Kesehatan ... 59

4.1.4.6.Jadwal dan Waktu Kerja ... 60

4.2. Masalah Persoalan Hubungan Kerja ... 61

4.3. Profil Informan ... 69

4.4. Tanggapan Buruh Kontrak Terhadap Pekerjaan ... 77

4.5. Tanggapan Buruh kontrak Terhadap Sistem Penggajian yang Diterima Setiap Bulan ... 80

4.6. Interaksi Hubungan kerja Buruh Kontrak dengan PT CPI dan PT Supraco Indonesia ... 81

4.7. Hubungan Kerja Antara PT Supraco Indonesia dan PT CPI ... 84

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1. ... 35

Gambar 4.2. ... 36

Gambar 4.3. ... 37

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Panduan Wawancara Chevron

2. Panduan Wawancara Perusahaan Outsourcing

3. Panduan Wawancara Buruh Kontrak

(13)

ABSTRAKSI

Ditengah-tengah persaingan ekonomi secara global, sistem karyawan kontrak ini, diyakini akan mampu menggerakkan roda industri secara dinamis. Hal ini dikarenakan untuk penekanan cost, yang bertujuan untuk menjaga stabilitas proses produksi. Adanya sistem kerja kontrak membuat posisi tawar pekerja atau buruh semakin lemah karena tidak ada kepastian kerja, kepastian upah, jaminan sosial, jaminan kesehatan, pesangon jika di PHK, dan tunjangan-tunjangan kesejahteraan lain. Hubungan yang terjadi antara buruh dengan perusahaan outsourcing dan perusahaan pengguna (pemilik modal), adalah hubungan ketergantungan. Dalam penelitian ini peneliti mengambil objek penelitian yaitu di Perusahaan PT Chevron Pacific Indonesia dan PT Supraco Indonesia yang berada di daerah Minas.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fenomena buruh kontrak semakin terlihat menaik secara grafik, hampir 70

% perusahaan-perusahaan di Indonesia telah memanfaatkan tenaga kontrak ini

sebagai karyawannya. Ditengah-tengah persaingan ekonomi secara global, sistem

karyawan kontrak ini, diyakini akan mampu menggerakkan roda industri secara

dinamis. Dampak dari krisis moneter yang selalu dijadikan pembenaran terhadap

segala kebijakan pengusaha untuk melakukan efisiensi, penekanan cost, untuk

tujuan menjaga stabilitas proses produksi ini, menjadi acuan menarik dengan

munculnya sistem tenaga kontrak ini.1

Dengan adanya buruh kontrak, maka segala permasalahan antara pengusaha

dan para buruhnya akan semakin mudah untuk diminimalisir. Kita pahami

bersama adanya perbedaan visi dan misi, atau perbedaan target tujuan antara

pengusaha dengan buruh yang tidak mungkin satu rel beriringan sejalan. Tentunya

pengusaha berupaya mempertahankan sistem ini untuk membangun manajemen

yang bisa memanen keuntungan sebesar-besarnya. Sedangkan buruh berjuang

untuk kesejahteraan dirinya, seperti kenaikan gaji, bonus, THR, tunjangan

kesehatan, tunjangan shift, dll. Tentunya, hal ini akan berpengaruh besar terhadap

1

(15)

anggaran finansial perusahaan. Semakin tinggi tuntutan buruh semakin besar pula

cost yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Padahal manajemen punya program

efisiensi. Dari sini kita bisa menilai bahwa buruh dan pengusaha adalah dua kutub

yang berlawanan.

Adanya sistem kerja kontrak membuat posisi tawar pekerja atau buruh

semakin lemah karena tidak ada kepastian kerja, kepastian upah, jaminan sosial,

jaminan kesehatan, pesangon jika di PHK, dan tunjangan-tunjangan kesejahteraan

lain. Semakin sempitnya lapangan pekerjaan membuat buruh tidak dihadapkan

pada banyak pilihan, kecuali menerima kondisi yang ada. Pada saat sekarang ini

banyak perusahaan yang menggunakan tenaga kerja kontrak.

Perusahaan-perusahaan tersebut ada yang merekrutnya sendiri, namun ada juga yang

bekerjasama dengan perusahaan penyedia tenaga pekerjaan yang disebut dengan

perusahaan outsourching atau perusahaan pemborong tenaga kerja.

Pada tahun 2003 pemerintah menetapkan Undang-Undang No. 13 tahun

2003 tentang Ketenagakerjaan sebagai bentuk perlindungan terhadap buruh,

dengan pertimbangan bahwa beberapa undang-undang di bidang ketenagakerjaan

yang lama dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan tuntutan

pembangunan. Dengan adanya UU No. 13 tahun 2003 telah menjadikan titik balik

bumerang bagi gerakan buruh di Indonesia. Dengan adanya Undang-undang

ketenagakerjaan tahun 2003 ini kiranya diusahakan sebagai peraturan yang

menyeluruh dan komprehensif antara lain mencakup pengembangan masyarakat,

peningkatan produktivitas dan daya saing tenaga kerja di Indonesia, upaya

(16)

hubungan industrial. Tetapi bila dilihat maka Undang-undang ini belumlah

menjawab keseluruhan masalah-masalah (Rusli:2004). Gerakan buruh di

Indonesia harus menerima pil pahit yaitu dengan diberlakukannya karyawan

kontrak dan peraturan yang banyak merugikan buruh di Indonesia. Hal ini harus

menjadikan sebuah evaluasi lebih dalam dan tajam bagi para pejuang gerakan

buruh, analis tenaga kerja, pakar, ilmuwan, aktivis mahasiswa dan perburuhan di

Indonesia. Ada sebuah pergeseran besar terjadi pada saat ini tentang status kerja

buruh. Dari status kerja tetap menjadi tetap kerja dengan status kontrak atau

outsourcing. Pertumbuhan jumlah buruh kontrak dan outsourcing dari tahun ke

tahun semakin meningkat.

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan menyatakan bahwa : “Tenaga kerja adalah setiap orang yang

mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat".

Dengan demikian, bahwa kata "setiap orang" dalam pasal di atas dapat

berupa laki-laki atau perempuan yang melakukan suatu kegiatan dengan tujuan

untuk menghasilkan suatu barang atau jasa baik untuk kebutuhan sendiri atau

untuk masyarakat. Akan tetapi, sekarang ini banyak diberitakan, dimana para

buruh kontrak outsourcing merasa tidak diperhatikan kesejahteraan oleh

(17)

kebijaksanaan perusahaan untuk lebih memperhatikan para buruh outsourcing

dalam memberikan perlindungan.2

Masalah perlindungan tenaga kerja dalam pelaksanaannya masih jauh dari

harapan. Kenyataan tersebut terjadi karena berbagai pemikiran inovatif yang

muncul, baik dalam bentuk spesialisasi produk, efisiensi dan lain-lain. Untuk

memperoleh keunggulan kompetitif, ada dua hal yang dilakukan oleh pengusaha

berkaitan dengan ketenagakerjaan, yakni melakukan hubungan kerja dengan

pekerja melalui perjanjian kerja untuk waktu tertentu (PKWT) dan melakukan

outsourcing. Buruh outsourcing merupakan pihak yang paling dirugikan dalam

suatu perjanjian kerja, karena apabila terjadi pemutusan hubungan kerja oleh

perusahaan, maka buruh outsourcing tidak mendapatkan hak-hak normatif Pasal 86 ayat 1,2,3 tentang kesehatan dan keselamatan kerja mengatakan :

“(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : a. keselamatan dan kesehatan kerja;

b. moral dan kesusilaan; dan

c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.

(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. (3) Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

2

(18)

sebagaimana layaknya tenaga kerja atau buruh biasa, walaupun masa kerja sudah

bertahun-tahun. Praktek hubungan kerja kontrak dan outsourcing membawa efek

degradasi atau penurunan pada kondisi kerja dan kesejahteraan buruh. Dalam

hubungan kerja ini tidak ada jaminan pekerjaan karena hubungan kerja bersifat

kontrak dengan rata-rata masa kontrak 1 tahun, hanya mendapatkan upah

mínimum dan menerima beberapa tunjangan yang jumlahnya lebih kecil

dibandingkan yang diterima buruh tetap, untuk memperpanjang masa kontrak

harus mengeluarkan biaya untuk penyalur tenaga kerja, tidak ada kompensasi saat

hubungan kerja berakhir, peluang peningkatan status dan karir sangat kecil. Upah

buruh kontrak selalu lebih rendah dibandingkan buruh tetap. Praktek hubungan

kerja kontrak dan outsourcing cenderung eksploitatif karena untuk melakukan

kewajiban pekerjaan yang sama, buruh kontrak dan outsourcing memperoleh upah

dan hak-hak yang berbeda dan sebagian buruh harus mengeluarkan biaya untuk

mendapatkan pekerjaan atau untuk mempertahankan pekerjaannya.

Menurut pasal 52 ayat 1,2,3 mengatakan,

(1) Perjanjian kerja dibuat atas dasar : a. kesepakatan kedua belah pihak;

b. kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum; c. adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan

d. pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum,

(19)

(2) Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a dan b dapat dibatalkan.

(3) Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang bertentangan dengan ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dan d batal demi hukum.”

Hubungan kerja terjadi setelah adanya perjanjian kerja antara buruh dan

majikan yaitu suatu perjanjian dimana pihak pertama, buruh, mengikat diri untuk

bekerja dengan menerima upah pada pihak lainnya yaitu majikan. Dalam hal ini

mengikat mengikat diri untuk mempekerjakan buruh itu dengan membayar upah.

Yang berarti bahwa pihak buruh dalam melakukan pekerjaan berada di bawah

pimpinan majikan (Soepomo:1975). Hubungan yang terjadi antara buruh dengan

perusahaan outsourcing dan perusahaan pengguna (pemilik modal), adalah

hubungan ketergantungan. Tentunya tipe ketergantungan (dependensi) yang

terjadi yaitu ketergantungan yang tidak seimbang. Dijelaskan bahwa kekuasaan

yang menumpuk di tangan kelompok pemberi upah atau borjuis dalam mengelola

dan menguasai sumber-sumber daya yang terbatas. Sehingga dalam prakteknya

hubungan ketergantungan ini berjalan dengan berat sebelah, karena prinsip para

kapitalis yaitu memaksimalkan keuntungan yang menekankan pada efisiensi dan

produktivitas, sehingga buruh sering dieksploitasi. Hubungan perburuhan dalam

sistem outsourcing sebagaimana yang telah disebutkan diatas sangat merugikan

(20)

Masa kerja buruh outsourcing tidak merupakan faktor penentu, karena tiap

tahun kontrak kerjasama dapat diperbarui, sehingga masa pengabdian dimulai lagi

dari awal saat terjadi kesepakatan kontrak kerja antara perusahaan dengan buruh.

Terjadilah hubungan yang tidak sehat disatu sisi pengusaha diuntungkan dan

dilain sisi buruh dirugikan. Inilah gambaran hubungan buruh dalam sistem

outsourcing.

Hak lainnya seperti, pesangon yang diatur dalam Pasal 156 ayat (2) UU No.

13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, UMPK (Pasal 156 ayat (3)), uang

pengganti perumahan dan pengobatan (Pasal 156 ayat (4)) dan uang pengganti

cuti tahunan yang bersangkutan saat penghentian hubungan kerja, serta uang gaji

yang dihitung sejak diberhentikan, merupakan bukan hak dari buruh outsourcing.

Perusahaan selain menggunakan sistem kontrak dalam waktu tertentu

dengan masa cobaan kerja tiga bulan pada buruhnya, perusahaan juga

menggunakan sistem kerja borongan. Sistem kerja borongan dipergunakan oleh

perusahaan untuk mengimbangi pesanan konsumen dalam jangka waktu tertentu

dengan jumlah yang banyak. Perjanjian kerja antara buruh dengan perusahaan

sering menggunakan sistem perjanjian kerja dalam waktu tertentu berdasarkan

lama waktu dan selesainya suatu pekerjaan yang disebut dengan buruh

outsourcing. Para buruh outsourcing dengan menggunakan perjanjian waktu

tertentu telah merugikan buruh. Dalam hal gaji, buruh hanya memperoleh gaji

pokok dan uang makan yang besarnya minim. Para buruh outsourcing tidak

memperoleh tunjangan kesejahteraan dan kesehatan. Selain itu, buruh outsourcing

(21)

harus menerima perlakuan tersebut, karena begitu sulitnya untuk mencari

pekerjaan.

Kontrak kerja dengan masa percobaan yang dilakukan oleh perusahaan,

secara langsung menguntungkan perusahaan, karena perusahaan tidak akan

menambah upah buruh berdasarkan lama kerja. Penyebab perusahaan dalam

memberikan upah yang murah adalah kemungkinan untuk mendapatkan

keuntungan yang tinggi, tetapi tetap bisa bersaing di dalam maupun luar negeri

(Sulaiman:2008). Perusahaan hanya membayar upah buruh dengan masa

percobaan dan lamanya pekerjaan dapat diselesaikan oleh buruh. Selain itu, buruh

yang terikat perjanjian kerja waktu tertentu tidak mendapatkan jaminan

kesejahteraan sosial buruh (JAMSOSTEK), karena masih dalam masa percobaan.

Keadaan buruh yang demikian, penting diperhatikan untuk mendapat

perlindungan hukum. Perlindungan hukum untuk buruh outsourcing dapat

dilakukan oleh pemerintah dengan mengeluarkan kebijakkan-kebijakkan yang

mengatur perlindungan hukum bagi buruh, sehingga perusahaan akan lebih

memperhatikan kesejahteraan buruh.

Di lain sisi perusahaan harus menghemat pengeluaran perusahaan namun ia

juga akan berhadapan dengan masalah kompetensi. Maka untuk itu, biasanya

perusahaan yang merekrut para karyawan outsourcing biasanya akan mengupah

mereka dengan gaji di bawah UMR. Pada sisi karyawan outsourcing itu sendiri,

mereka mengalami ketidak pastian, sebab sewaktu waktu mereka bisa di PHK

(22)

mendapat hak hak jaminan sosial sebagaimana yang diatur dalam UU ketenaga

kerjaan.

Menghapus sistem outsourcing tentulah tidak semudah membalikkan

telapak tangan. Mengingat ada beberapa pekerjaan pada suatu perusahaan yang

tidak berlaku permanen, seperti tukang cat, cleaning servis, atau pun pekerjaan

yang berkala. Untuk itu kerugian tersendiri bagi perusahaan untuk merekrut

pegawai permanen untuk pekerjaan berkala tersebut. Upah tidak layak, sistem

kontrak, dan outsourcing, masih menjadi masalah utama perburuhan Indonesia.

Serikat pekerja menilai lemahnya pengawasan pemerintah menjadi penyebab

utama berbagai penyimpangan dalam perekrutan buruh. Namun demikian, para

karyawan outsourcing tidak terlindungi dan tidak terpenuhi hak-haknya. Sebagian

besar daripada mereka digaji di bawah UMR mengingat mereka yang biasanya

menjadi karyawan outsourching adalah mereka yang tidak memilik kompetensi

tinggi.3

3

Pada dasarnya hubungan kerja yaitu hubungan antara buruh dan majikan,

terjadi setelah diadakan perjanjian oleh buruh dengan majikan, dimana buruh

menyatakan kesanggupannya untuk bekerja pada majikan dengan menerima upah

dan dimana majikan menyatakan kesanggupannya untuk mempekerjakan buruh

dengan membayar upah (Soepomo:2003).

(23)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka masalah

penelitian yang diajukan adalah “Bagaimana persoalan hubungan kerja yang

terjadi antara pemimpin perusahaan outsourcing dengan buruh kontraknya,

khususnya di lingkungan perusahaan Chevron?”

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui apa saja persoalan-persoalan yang dihadapi buruh kontrak dengan

perusahaan outsourching. Dan juga selain itu untuk mengetahui apakah ada

fenomena menarik yang terjadi antara buruh kontrak dengan perusahan

outsourching di lingkungan perusahaan Chevron.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil yang akan diperoleh dalam penelitian ini secara teoritis diharapkan agar

dapat memperoleh pengetahuan yang lebih baik dan dapat dijadikan bahan

rujukan untuk penelitian selanjutnya. Serta bermanfaat dalam pengembangan

ilmu-ilmu sosial, khususnya ilmu Sosiologi.

2. Manfaat Praktis

Meningkakan kemampuan penulis melalui penelitian ini dapat menjadi bahan

rujukan atau referensi bagi peneliti selanjutnya. Serta sebagai bahan masukan

(24)

1.5. Definisi Konsep

Untuk lebih mempermudah pemahaman dan penganalisiaan masalah yang

akan di tampilkan, disini akan diberi penjelasan tentang konsep-konsep yang

mempunyai kaitan erat dengan permasalahan penelitian. Adapun beberapa konsep

yang digunakan adalah :

a. Buruh pada dasarnya adalah

kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik secara

dalam bekerja. Sedangkan

menggunakan tenaga otot dalam bekerja.

b. Buruh kontrak adalah karyawan yang belum mengalami pengangkatan

sebagai buruh tetap dan memiliki batas masa kerja. Disewa untuk suatu tugas

tertentu atau proyek

c. Pemimpin perusahaan adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam

menjalankan perusahaan. Ahli strategi yang memastikan bahwa sasaran suatu

tujuan akan dapat tercapai. Dalam hal ini perubahan sosial, inovasi tekhnologi dan

meningkatnya kompetisi merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh setiap

pemimpin.

d. Hubungan kerja adalah hubungan antara buruh dan majikan, terjadi setelah

diadakan perjanjian oleh buruh dan majikan, dimana buruh menyatakan

kesanggupannya untuk bekerja pada majikan dengan menerima upah dan majikan

(25)

upah. Dengan demikian hubungan kerja yang terjadi antara pekerja dan pengusaha

adalah merupakan bentuk perjanjian kerja yang pada dasarnya memuat hak dan

kewajiban masing-pihak.

e. PHK adalah pengakhira

mengakibatkan berakhirnya

Setelah hubungan berakhir pekerja atau buruh tidak mempunyai kewajiban untuk

bekerja pada pengusaha. Dan pengusaha tidak berkewajiban membayar upah

kepada pekerja atau buruh tersebut.

f. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha

atau pemberi kerja yang memuat syarat syarat kerja, hak, dan kewajiban para

pihak. Perjanjian kerja tidak mensyaratkan bentuk tertentu, bisa dibuat secara

tertulis yang ditandatangani kedua belah pihak atau dilakukan secara lisan.

g. Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pemberi kepada penerima

kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dan akan dilakukan, berfungsi

sebagai jaminan kelangsungan hidup yang layak bagi kemanusiaan dan produksi,

dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu

persetujuan, undang-undang dan peraturan dan dibayarkan atas dasar suatu

perjanjian kerja antara pemberi dan penerima kerja. Pengusaha membeli atau

menyewanya dengan sejumlah uang: sepuluh ribu, seratus ribu, sejuta, atau

sepuluh juta. Buruh menukarnya dengan tenaga kerjanya kepada pengusaha.

Buruh menyediakan tenaganya untuk digunakan pengusaha: sehari, seminggu,

sebulan, setahun, atau sepuluh tahun. Dilihat dari jangka waktu penerimaannya

(26)

h. Bentuk dan jangka waktu perjanjian kerja. Dapat dibuat dalam bentuk

lisan atau tertulis (Pasal 51 ayat 1 Undang Undang No 13 tahun 2003). Secara

normatif bentuk tertulis menjamin kepastian hak dan kewajiban para pihak,

sehingga jika terjadi perselisihan akan sangat membantu proses pembuktian.

i. Mogok kerja. Peristiwa di mana sejumlah besar

berhenti

mereka dengan majikan mereka, maka mogok kerja dapat terus berlangsung

hingga tuntutan para karyawan terpenuhi atau setidaknya tercapai sebuah

kesepakatan. Tindakan pekerja atau buruh yang direncanakan dan dilksanakan

secara bersama-sama dan atau oleh serikat pekerja/buruh untuk mengehentikan

atau memperlambat pekerjaan.

j. Uang pesangon. Pembayaran dalam bentuk uang dari pengusaha kepada

buruh/pekerja sebagai akibat adanya PHK yang jumlahnya disesuaikan dengan

masa kerja buruh atau pekerja yang bersangkutan. Dapat juga dikatakan bahwa

penghasilan yang dibayarkan oleh penguasaha atau perusahaan kepada karyawan

dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan berakhirnya masa

kerja atau terjadi pemutusan hubungan kerja, termasuk uang penghargaan masa

kerja dan uang ganti kerugian.

k. Gaji adalah suatu bentuk balas jasa ataupun penghargaan yang diberikan

secara teratur kepada seorang pegawai atas jasa dan hasil kerjanya. Dilihat dari

jangka waktu penerimaannya, gaji pada umumnya diberikan pada setiap akhir

(27)

l. Outsourcing atau alih daya adalah proses pemindahan tanggung jawab tenaga

kerja dari perusahaan induk ke perusahaan lain diluar perusahaan induk.

Perusahaan diluar perusahaan induk bisa berupa vendor, koperasi ataupun instansi

lain yang diatur dalam suatu kesepakatan tertentu. Outsourcing dalam regulasi

ketenagakerjaan bisa hanya mencangkup tenaga kerja pada proses pendukung

(non core business unit) ataupun secara praktek semua lini kerja bisa dialihkan

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Buruh Kontrak/Outsourcing

Budaya majikan buruh di Indonesia sudah berlangsung lama sejak

dikenalkannya pertanian pada masyarakat tradisional Indonesia, dengan adanya

tradisi bagi hasil antara buruh dan majikan. Penerapan sistem bagi hasil ini turun

temurun dan diakui sampai sekarang, sehingga sistem pengupahan yang kecil

sudah dikenal cukup lama. Bekerja merupakan aktivitas yang menjadi sarana bagi

manusia untuk menciptakan eksistensi dirinya. Bekerja pada dasarnya adalah

wadah aktivitas yang memungkinkan manusia mengekspresikan segala

gagasannya, kebebasan manusia berkreasi, sarana, menciptakan produk, dan

pembentuk jaringan sosial. Manusia eksis bukan hanya untuk dirinya sendiri,

melainkan untuk orang lain. Persoalan ketenagakerjaan begitu luas dan kompleks

meliputi syarat-syarat kerja termasuk jam kerja dan waktu istirahat, upah dan

jaminan sosial, hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha, keselamatan dan

kesehatan kerja, peningkatan produktifitas perusahaan, penyelesaian perselisihan,

perlindungan tenaga kerja, kebebasan berserikat, perluasan kesempatan kerja

untuk menanggulangi kemiskinan.

Kekuasaan memiliki peranan yang dapat menentukan nasib berjuta-juta

manusia. Adanya kekuasaan cenderung tergantung dari hubungan antara pihak

yang memiliki kemampuan untuk melancarkan pengaruh dengan pihak lain yang

(29)

masyarakat tertentu di dunia ini berbeda-beda dan beraneka macam dengan

masing-masing polanya. Biasanya ada satu pola yang berlaku umum pada setiap

masyarakat, betapapun perubahan-perubahan yang dialami masyarakat itu yang

akan menimbulkan suatu pola yang baru. Namun pola tersebut akan selalu muncul

atas dasar pola lama, yang berlaku sebelumnya. Mungkin dalam keadaan-keadaan

krisis, batas-batasnya mengalami perubahan sedikit, pada umumnya garis tegas

antara yang berkuasa dan yang dikuasai selalu ada. Gejala demikian menimbulkan

lapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan, yang didasarkan pada kekhawatiran

masyarakat akan terjadinya disintegrasi, bila tidak adanya kekuasaan yang

menguasainya.4

Konflik dapat merupakan proses yang bersifat instrumental dalam

pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat

menempatkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok. Konflik

dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan

melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial sekelilingnya. Coser melihat

yang tanpa itu hubungan- hubungan di antara pihak-pihak yang bertentangan akan

semakin menajam. Katup Penyelamat (savety-value) ialah salah satu mekanisme

khusus yang dapat dipakai untuk mempertahankan kelompok dari kemungkinan

konflik sosial. Katup penyelamat merupakan sebua

tidak puas atas sebuah

4

(30)

Menurut Coser konflik dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Konflik Realistis, berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan- tuntutan khusus

yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan

para partisipan, dan yang ditujukan pada obyek yang dianggap

mengecewakan. Contohnya para karyawan yang mogok kerja agar tuntutan

mereka berupa kenaikan upah atau gaji dinaikkan.

2. Konflik Non-Realistis, didorong oleh keinginan yang tidak rasional dan

cenderung bersifat ideologis, konflik ini seperti konlik antar agama, antar

etnis, dan konflik antar kepercayaan yang lainnya. Konflik adalah tujuan itu

sendiri, baik diizinkan atau tidak. Konflik nonrealistismerupakan satu cara

menurunkan ketegangan atau mempertegas identitas satu kelompok, dan cara

ini mewujudkan bentuk-bentuk kekejian yang sesungguhnya turun dari

sumber-sumber lain.

Antara konflik yang pertama dan kedua, konflik yang non realistislah

cenderung yang sulit untuk menemukan resolusi konflik, consensus, dan

perdamaian tidak mudah diperoleh. Bagi Coser sangat memungkinkan bahwa

konflik melahirkan kedua tipe ini sekaligus, sehingga menghasilkan situasi

konflik yang lebih kompleks. (Susan:2009)

Menurut Coser terdapat suatu kemungkinan seseorang terlibat dalam konflik

realistis tanpa sikap permusuhan atau

berkembang dalam hubungan- hubungan yang intim, maka pemisahan (antara

konflik realistis dan non-realistis) akan lebih sulit untuk dipertahankan. Coser

(31)

sayang yang sudah tertanam, sehingga semakin besar juga kecenderungan untuk

menekan daripada mengungkapkan rasa permusuhan. Sedangkan pada hubungan-

hubungan sekunder, seperti misalnya dengan rekan bisnis, rasa permusuhan dapat

relatif bebas diungkapkan. Hal ini tidak selalu bisa terjadi dalam hubungan-

hubungan primer dimana keterlibatan total para partisipan membuat

pengungkapan perasaan yang demikian merupakan bahaya bagi hubungan

tersebut. Apabila konflik tersebut benar-benar melampaui batas sehingga

menyebabkan ledakan yang membahayakan bagi hubungan tersebut. (Susan:2009)

Sekarang ini, dimana para buruh kontrak merasa tidak diperhatikan

kesejahteraannya oleh perusahaan. Sehingga mereka melakukan aksi demonstrasi

yang menuntut kebijaksanaan perusahaan untuk lebih memperhatikan para buruh

kontrak dalam memberikan perlindungan. Masalah perlindungan tenaga kerja

dalam pelaksanaannya masih jauh dari harapan. Kenyataan tersebut terjadi karena

berbagai pemikiran inovatif yang muncul, baik dalam bentuk spesialis produk,

efisiensi, dll. Untuk memperoleh keunggulan kompetitif, ada dua hal yang

dilakukan oleh pengusaha berkaitan dengan ketenagakerjaan, yaitu melakukan

hubungan kerja dengan pekerja melalui perjanjian kerja untuk waktu tertentu.5

Pada sisi lain dalam pemikiran teori konflik, Coser melihat konflik sebagai

mekanisme perubahan sosial dan penyesuaian, dapat memberi peran positif, atau

fungsi positif, dalam masyarakat. Pandangan teori Coser pada dasarnya usaha

(32)

menjembatani teori fungsional dan teori konflik, hal itu terlihat dari fokus

perhatiannya terhadap fungsi integratif konflik dalam sistem sosial. Coser sepakat

pada fungsi konflik sosial dalam sistem sosial, lebih khususnya dalam

hubungannya pada kelembagaan yang kaku, perkembangan teknis, dan

produktivitas, dan kemudian konsern pada hubungan antara konflik dan

perubahan sosial.

2.2 Hubungan Kerja

Hubungan kerja pada dasarnya adalah proses terbinanya komunikasi,

konsultasi musyawarah serta berunding dan ditopang oleh kemampuan dan

komitmen yang tinggi dari semua elemen yang ada di dalam perusahaan.

Undang-undang ketenagakerjaan telah mengatur prinsip-prinsip dasar yang perlu

dikembangkan dalam bidang hubungan kerja. Arahnya adalah untuk menciptakan

sistem dan kelembagaan yang ideal, sehingga tercipta kondisi kerja yang

produktif, harmonis, dinamis, dan berkeadilan. Hubungan industrial juga

mencakup hal yang dikaitkan dengan interaksi manusia di tempat kerja. Dalam hal

ini bisa terjadi berbagai gejolak dan permasalahan. Dampaknya adalah akan

mengganggu suasana kerja (Sutedi,2009:23).

Pengusaha, pekerja atau buruh dengan segala upaya harus mengusahakan

agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja. Kegiatan-kegiatan positif dapat

menghindari terjadinya pemutusan hubungan kerja, antara lain pengaturan waktu

kerja, penghematan, pembenahan metode kerja dan memberikan pembinaan

(33)

terakhir, apabila segala upaya pencegahan telah gagal, baru pemutusan hubungan

kerja boleh di lakukan. Pemutusan hubungan kerja ini merupakan keadaan yang

dapt membawa pengaruh serta akibat ekonomis dan psikologis bagi yang

mengalaminya ataupun keluarganya. Namun dalam kenyataannya keadaan ini

sulit untuk dicegah sepenuhnya, sehingga diperlukan pihak lain untuk

mengaturnya agar tidak ada yang dirugikan. Oleh karena itu perlu dijaga

keseimbangan antara kepentingan buruh di satu pihak dan kepentingan

pengusahan di pihak lainnya (Sunindhia:1988)

Keberadaan buruh kontrak di berbagai perusahaan saat ini mengundang

perhatian serius terhadap penghasilan dan kesejahteraannya. Hal ini dikarenakan

apabila terjadi hubungan kerja oleh perusahaan, maka buruh kontrak tidak

mendapat hak-hak normatif sebagaimana layaknya tenaga kerja atau buruh biasa,

walaupun masa kerja sudah bertahun-tahun. Masa kerja buruh kontrak tidak

merupakan faktor penentu, karena setiap tahun kontrak kerjasama dapat

diperbaharui, sehingga masa pengabdian dimulai lagi dari awal saat terjadi

kesepakatan kontrak kerja antara perusahaan dengan buruh.

Menurut Lewis Coser, kekerasan yang terjadi merupakan bentuk konflik

yang memiliki makna positif bagi struktur sosial dan kelompok sosial. Salah

satunya adalah fungsi pendefinisian kelompok. Dengan adanya konflik, maka

akan memperjelas identitas dan batas dengan kelompok sosial lainnya. Kalau kita

percaya dengan perspektif Coser, maka sebenarnya tidak ada yang perlu

dikhawatirkan dengan kekerasan dan konflik yang berlangsung saat ini, karena

(34)

Jumlah tenaga kerja yang cukup banyak membuat buruh mengembangkan

rasionalitas safety first dalam artian buruh tidak berani untuk memprotes dan

meminta kenaikan gaji atau standar UMR dari pihak perusahaan, hal ini dapat

dilihat dalam sistem perburuhan outsoursing dan kontrak dimana posisi buruh

harus tunduk dan pasrah dengan kondisi yang dialami. Ketika buruh mengadakan

protes akan berakibat padapemberhantian secara langsung oleh manajemen

perusahaan outsourcing atau kontrak. Digantikan oleh tenaga-tenaga kerja lainnya

sebagai tentara-tentara cadangan. Ada beberapa alasan buruh mengembangkan

rasionalitas safety first. Buruh bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok,

sehingga mereka sangat menjaga untuk meminimalkan resiko serta mendahulukan

selamat, beberapa faktor tersebut yaitu :

1. Kuatnya cengkeraman kapitalisme Buruh berada dalam posisi dikuasai oleh

pihak kapitalis, sehingga kondisi ini membuat buruh stagnan tidak berani untuk

melakukan aksi apapun dalam menuntut haknya, karena kuatnya cengkraman

tangan kapitalisme tersebut. Disinilah muncul alienasi dan nilai surplus dalam

istilah Marx. Salah satu kondisi buruh di Indonesia yaitu buruh kehilangan

kesempatan untuk menyalurkan dan mengontrol sendiri hasilnya kerjanya. Dalam

bahasa Marx, buruh teralienasi dari aktivitas produktif, dalam pengertian bahwa

buruh tidak bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka, melainkan mereka

bekerja untuk kapitalis .

Cengkeraman yang kuat inilah yang mengharuskan buruh mengembangkan

(35)

mendahulukan selamat dan meminimalkan resiko dan menerima apa adanya yang

diharuskan oleh perusahaan atau industri.

2. Buruh yang tersedia cukup banyak

Banyaknya ketersedian buruh di Indonesia sebagai tentara cadangan,

mengakibatkan harga buruh murah. Kondisi ini mengakibatkan kesejahteraan

buruh dalam batas mininum yaitu hanya untuk bertahan dalam batas subsistensi.

Kondisi inilah yang membuat buruh pasrah pada kemauan kapitalis, karena

dengan bekerja mereka sudah sangat diuntungkan karena dapat memenuhi

kebutuhan minimum tersebut. Hal inilah yang akan berakibat pada stagnannya

gerakan buruh, karena kesadaran kelas tidak akan muncul ketika buruh patuh dan

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan untuk memperoleh data dalam penelitian

ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Penelitian deskriptif

merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan, memahami, dan

menafsirkan makna suatu peristiwa tingkah laku manusia dalam situasi tertentu

serta menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya.

Pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai pendekatan yang

menghasilkan data, tingkah laku yang didapat dari apa yang diamati.

Mengungkapkan dan memahami sesuatu dibalik fenomena, mendapatkan

wawasan dari penelitian. Alasan menggunakan penelitian kualitatif yakni agar di

dalam pencarian makna dibalik fenomena dapat dilakukan pengkajian secara

komprehensif, mendalam, alami tanpa banyak campur tangan dari peneliti.

Dimana di dalam penelitin ini, pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk

mendeskripsikan persoalan hubungan kerja antara pemimpin perusahaan

outsourching dengan buruh kontraknya di lingkungan perusahaan Chevron.

3.2. Lokasi Penelitian

Di dalam penelitian ini lokasi yang diambil adalah kecamatan Minas,

kabupaten Siak. Alasan pemilihan lokasi ini adalah lokasi tersebut dianggap

(37)

menjawab permasalahan penelitian. Selain itu, di perusahaan Chevron merupakan

salah satu perusahaan yang memiliki karyawan kontrak dalam jumlah yang besar.

3.3. Unit Analisis Informan

Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah :

Informan kunci

Informan kunci yaitu sumber informasi yang aktual dalam menjelaskan

tentang masalah penelitian. Informan kunci yang akan di wawancarai adalah

buruh kontrak di lingkungan perusahaan Chevron di kecamatan Minas Kabupaten

Siak seperti cleaning service, security, kontraktor, petugas pemasang pipa, supir.

dll.

Informan Biasa

- Pemimpin perusahaan Chevron. Meliputi pimpinan perusahaan yang

menangani masalah buruh kontrak.

- Pemimpin perusahaan outsourcing Meliputi pimpinan perusahaan yang

menangani masalah buruh kontrak.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini digolongkan menjadi dua yaitu data primer dan data

sekunder.

1. Data primer

Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan

(38)

a. Wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan tentang untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara

pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau

tanpa menggunakan pedoman wawancara. Data ini berupa teks hasil

wawancara dan diperoleh melalui wawancara dengan informan yang sedang

dijadikan sampel penelitian. Data dapat direkam atau dapat dicatat oleh

peneliti (Bungin,2005:127).

b. Observasi atau pengamatan yaitu kegiatan keseharian manusia dengan

menggunakan pancaindera mata sebagai alat Bantu utamanya selain panca

indera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Oleh karena itu

observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan

pengamatannya melalui hasil kerja pancaindera mata serta dibantu dengan

panca indera yang lainnya (Bungin,2005:133).

a. Data sekunder

Data sekunder yaitu semua data yang diperoleh secara tidak langsung dari

objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan

mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku referensi,

dokumen, majalah, jurnal dan data dari internet yang dianggap relevan dengan

masalah yang diteliti. Buku, jurnal dan yang lainnya diarahkan untuk

mendapatkan gambaran-gambaran mengenai data kependudukan yang menjadi

(39)

3.5. Interpretasi Data

Merupakan metode penganalisaan data dengan cara menyusun data,

mengelompokkannya dan menginterprestasikannya, sehingga diperoleh gambaran

yang sebenarnya mengenai buruh kontrak dan pimpinan perusahaan.

Selain itu interpertasi data adalah sebuah tahap dalam upaya

menyederhanakan dari data yang telah diperoleh dari hasil penelitian di lapangan

maupun dari hasil studi kepustakaan. Data-data yang diperoleh akan dipelajari

kembali, ditelaah, dikelompokkan sesuai dengan permasalahan dari penelitian

yang dilakukan. Observasi akan diuaraikan untuk memperkaya hasil wawancara

sekaligus melengkapi data. Berdasarkan data yang diperoleh akan

diinterpretasikan untuk menghasilkan data secara terperinci dan sistematis yang

(40)

3.6. Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan Ke

1 Pra Proposal 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2 ACC Judul X

3 Penyusunan Proposal X

4 Seminar Proposal X X X

5 Revisi Proposal X

6 Penelitian ke Lapangan X

7 Pengumpulan Data dan Analisis Data X

8 Bimbingan Skripsi X X X

9 Penulisan Laporan Akhir X X

(41)

3.7. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan data sekunder atau tambahan berupa buku, dokumen, jurnal

maupun yang lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini menyebabkan peneliti

mengalami kesulitan di dalam melakukan penganalisaan data lapangan dan

memerlukan waktu yang cukup lama. Dan juga peneliti setelah terjun ke lapangan

memiliki kendala dalam mewawancarai pekerja kontrak. Karena peneliti memiliki

waktu yang tidak banyak untuk melakukan wawancara karena pekerja kontrak

harus melakukan rutinitas atau kerja mereka. Tetapi pada akhirnya penelitian

berjalan lancar karena adanya bantuan dan pengertian baik dari pekerja

(42)

BAB IV

DESKRIPSI DATA DAN INTERPRETASI DATA

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran umum PT Chevron Pacific Indonesia

Chevron Pacific Indonesia (CPI) adalah anak perusahaan dari Chevron

yang bertugas mengeksplorasi minyak yang ada di Riau. Sebelum bernama PT

Chevron Pacific Indonesia, perusahaan ini bernama PT Caltex Pacific Indonesia.

Para karyawan CPI ditempatkan di 4 distrik di daerah propinsi Riau, yaitu Dumai,

Duri, Minas dan Rumbai. Serta daerah remote yaitu Petapahan, Libo, dan Bangko.

CPI juga merupakan perusahaan minyak kontraktor terbesar di Indonesia, dengan

produksi sudah mencapai 11 miliar barrel. CPI pertama kali didirikan di Indonesia

pada awal tahun 1924. Perusahaan ini menemukan sebuah sumur minyak non

produktif yang akhirnya ditutup. Pada tahun 1944, ahli geologi NPPM, Richard H.

Hopper menemukan sumur minyak Minas. Namun usaha pencarian yang tengah

menggebu-gebu itu terpaksa dihentikan dengan pecahnya perang dunia ke II dan

mendaratnya bala tentara Jepang ke Indonesia tahun 1942. Kemudia Toru Oki dan

anggota timnya datang untuk melanjutkan pencarian sumur minyak di Minas. Dan

ditemukanlah sumur minyak yang terbesar di Asia Tenggara, Minas. Sumur ini

awalnya bernama Minas No.1. Minas terkenal dengan jenis minyak Sumatera

Light Crude (SLC) yang baik dan memiliki kadar belerang yang rendah.

Pada masa awal 1950-an, NPPM berubah menjadi Caltex Pacific Oil

(43)

Perawang. Sumur minyak barupun di Duri, Bengkalis dan Petapahan. Nama

Caltex pun berubah kembali di awal 1960-an menjadi Caltex Pacific Company

(CPC). Seiring semakin banyaknya sumur minyak yang ditemukan di daerah

operasi Caltex, peta daerah pun dibuat. Peta daerah ini biasa disebut Kangaroo

Black, karena bentuknya yang seperti kangguru. Di luar Kangaroo Black, Caltex

(yang pada dekade 1970-an mengubah kembali namanya menjadi PT Clatex

Pacific Indonesia) pada saat itu juga mengoperasikan daerah Coastal Plains

Pekanbaru Block (CPP Block).

Pada 1980, CPI merasa memerlukan suatu terobosan untuk meningkatkan

produksi minyak di ladang minyak Duri. Pada tahun ini dibangunlah proyek

sistem injeksi uap terbesar di dunia yaitu Duri Steam Flood, yang diresmikan

Presiden Suharto pada pertengahan 1990-an. Pada tahun 2005, Caltex sebagai

anak perusahaan Chevron dan Texaco Inc. Diakuisasi oleh Chevron bersama

dengan Texaco dan Unocal. Maka, resmi nama PT Caltex Pacific Indonesia

berubah menjadi PT Chevron Pacific Indonesia. Pada tahun 2008, berhasil

memproduksi minyak mentah yang ke 11 milyar barel perode (1952-2008).

Keberhasilan produksi ini didukung oleh kerja keras sekitar 5000 karyawan dan

23.500 partner bisnis yang mendukung kegiatan produksi PT Chevron Pacific

Indonesia. Lapangan Minas mampu memproduksi akumulasi minyak mentahnya

yang ke 4 milyar barel.

PT Chevron Pacific Indonesia telah beroperasi selama 85 tahun di

Indonesia. Chevron telah melaksanakan upaya pembangunan masyarakat untuk

(44)

Jembatan Siak I pada tahun 1950 yang menjadi jalur penghubung distribusi,

dibangunnya SMAN 1 dan mendirikan Politeknik Caltex Riau pada tahun 2001

yang telah banyak mendapat penghargaan baik nasional maupun internasional.

Serta memberi bantuan beasiswa dan biaya perkuliahan kepada generasi muda

Riau. Dimana Chevron terus menawarkan program pelatihan dan peluang

peningkatan pendapatan untuk masyarakat setempat.

Dalam hal ini PT Chevron Pacific Indonesia memiliki The Chevron Way,

yaitu nilai-nilai yang dianut oleh Chevron untuk menjalankan perusahaan. The

Chevron Way menjelaskan siapa Chevron, apa yang Chevron lakukan, apa yang

Chevron yakini, dan apa yang Chevron ingin capai. The Chevron Way diharapkan

dapat menumbuhkan pengertian yang sama tidak saja kepada mereka yang bekerja

dengan Chevron, tetapi juga kepada siapa saja yang berinteraksi dengan Chevron.

Nilai-nilai dari The Chevron Way adalah :

a. Integritas. Jujur terhadap pihak-pihak lain dan terhadap diri sendiri.

b. Kepercayaan. Mempercayai, menghargai, dan mendukung satu dengan yang

lain, dan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan kepercayaan dari kolega

dan para mitra kerja.

c. Keanekaragaman. Menggunakan dan menghargai budaya di tempat kami

bekerja.

d. Terobosan. Menggunakan daya kreativitas untuk mendapatkan cara yang

tidak konvensional dan praktis untuk memecahkan masalah.

e. Kemitraan. Menjadi mitra yang baik dengan pemerintah, kompetitor,

(45)

f. Melindungi manusia dan lingkungan. Menempatkan kesehatan dan

keselamatan karyawan serta perlindungan atas aset dan lingkungan pada

prioritas yang paling tinggi.

g. Kinerja tinggi. Mengutamakan keunggulan dalam setiap hal yang dilakukan

dan selalu berusaha untuk menjadi lebih baik.

Visi dari The Chevron Way adalah :

a. Chevron menyediakan produk-produk energi yang sangat penting untuk

kemajuan ekonomi yang berkelanjutan dan pengembangan manusia di

seluruh dunia.

b. Chevron adalah orang-orang dan organisasi dengan kemampuan dan

komitmen yang tinggi.

c. Chevron adalah mitra terpercaya.

d. Chevron memberikan kinerja berkelas dunia.

4.1.2 Gambaran umum PT Supraco Indonesia

Supraco Indonesia adalah perusahaan swasta dengan lebih dari 30 tahun

pengalaman dalam memberikan layanan terpadu dengan minyak & gas industri di

Indonesia. Didirikan pada tahun 1979 dengan nama PT Summa Prakarsa

Corporation. Summa Prakarsa Corporation, merupakan bagian dari Radiant

Group, yang merupakan salah satu perusahaan paling sukses di sektor energi

Indonesia. Summa Prakarsa Corporation bertujuan pada awalnya untuk

(46)

Indonesia pada saat itu. Salah satu kegiatan usaha yang dikelola adalah ekspatriat

jasa manajemen. Supraco Indonesia telah memperluas kegiatan usahanya ke

daerah lain dalam minyak dan pelayanan sektor gas. Area layanan yang

disediakan saat ini dapat diringkas ke dalam usaha baris berikut: integrated

logistic base management, offshore crane supply dan pemeliharaan, offshore drilling, mobil dan alat berat jasa sewa, pemeliharaan fasilitas produksi jasa,

tenaga kerja dan expatriate management services, dan banyak lainnya terutama

dalam mendukung wilayah operasi.

PT Supraco Indonesia memiliki reputasi yang didirikan sebagai salah satu

perusahaan terkemuka di Indonesia dan industri minyak gas melayani

perusahaan-perusahaan seperti Caltex Pacific Indonesia, BP Indonesia, Total, Unocal, Cnooc,

Conocophillips, Amerada Hess dan banyak lainnya. Dengan sumber daya

manajemen yang berpengalaman, jaringan luas baik lokal & internasional, serta

representasi aktif dalam minyak utama dan kota-kota gas di Indonesia, kami yakin

dalam menawarkan kualitas terbaik dan nilai tambah pelayanan kepada klien.

Visi

a. Diakui sebagai suatu perusahaan yang mempunyai nama baik dalam

memberikan jasa-jasa di bidang Oil&Gas.

b. Menjaga kualitas terhadap pelaksanaan dan komitmen yang kuat atas

kewajiban berkenaan dengan perjanjian yang berhubungan dengan kontrak.

Misi

(47)

b. Semua kegiatan-kegiatan perusahaan harus dijalankan dengan selamat dan

bertanggungjawab terhadap lingkungan.

c. Menciptakan suatu kerjasama dan dukungan lingkungan kerja dalam

memberikan kontribusi kepada anggota-anggota regu secara individu adalah

sangat dihargai dan diakui.

d. Memenuhi semua peraturan dan hukum yang berlaku.

Nilai-nilai

a. Menghargai karyawan-karyawan adalah sebagai modal yang sangat berharga.

b. Menjaga keselamatan, kesehatan, dan lingkungan, baik karyawan-karyawan

ataupun klien.

4.1.3 Struktur Oganisasi dan Manajemen Perusahaan

Struktur Organisasi dan Manajemen Perusahaan

Pengorganisasi merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal,

mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan

diantara para anggota organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan

efisien. Pelaksanaan proses pengorganisasian yang sukses akan membuat suatu

organisasi dapat mencapai tujuannya. Proses ini akan membuat suatu organisasi

merupakan suatu kerangka organisasi yang telah ditetapkan untuk proses

managerial, system, dan pola tingkah laku yang muncul dan terjadi di dalam

(48)

Struktur organisasi perusahaan akan tampak lebih jelas dan tegas bila

digambarkan dalam bagan organisasi, yang bagan tersebur memberikan petunjuk

tentang pembagian kerja, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing

(49)

PROJECT MANAGER

(50)

PROJECT MANAGER

(51)

PROJECT MANAGER

(52)

PROJECT MANAGER

(53)

Personal Qualifications (kualifikasi personal) :

1. General Manager

2. Operation Manager

3. QA/QC Coordinator/Specialist

4. HES Manager

5. HES Officer

6. Rotating Equipment Engineer

7. Rotating Equipment Specialist

8. Electrical & Instrument Specialist

9. Supervisor- Field /Material/Asisstant Analisist

10. Planner

11. Data Management Analist/Asisstant Analisist

12. Head Electrician

13. Head Mechanic

14. Head Instrument Technician

15. Lead Electrician

16. Lead Mechanic

17. Lead Instrument Technician

18. Electrician

19. Mechanic

20. Technician-Maintenance

21. Materialsm

(54)

23. Lead Craftsman

24. Craftsman-B

25. Craft Helper

26. Forerman-A

27. Lead Pipe Fitter

28. Pipe Fitter

29. Heavy Equipment Operator

30. Light Equipment Operator

31. Dispatcher Helper

32. Welder-A Certified

33. Scaffolder

34. Scaffolding Inspector

35. Head Welder

36. Asistant Operator Analist/Field Support/Production

Keseluruhan kualifikasi personal masing-masing dipimpin oleh

supervisor,foreman, dan tenaga kerja biasa. Jumlah karyawan di PT Supraco

Indonesia yang beroperasi di Minas kurang lebih berjumlah 230 orang.

Dalam perolehan data yang didapat, terdapat 11 kategori pekerjaan yang

memiliki peranan penting sebagai indikator yang dapat memberikan jawaban atas

(55)

1. General Manager

Bertanggung jawab untuk mengatur strategi kerja dengan perencanaan yang

handal, mengorganisasi, mengawasi semua kegiatan dan mengevaluasi kinerja

untuk hasil yang optimal.

Rincian tugas :

a. Bertanggung jawab dalam mengelola project dengan strategi perencanaan

yang handal, memonitor semua aktivitas project dan mengevaluasi kinerja

project secara menyeluruh.

b. Membuat laporan tentang kemajuan project secara bulanan.

c. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan progran HES.

d. Bertanggung jawab terhadap terlaksananya semua pekerjaan dengan aman.

e. Bertanggung jawab terhadap kualitas SDM.

f. Bertanggung jawab terhadap kinerja project secara keseluruhan.

Seorang general manager harus mampu berkomunikasi dengan baik dalam

bahasa Indonesia dan bahasa Inggris secara lisan ataupun tulisan, mampu

memimpin pegawai, mampu mengambil keputusan dengan cepat dan tepat,

menguasai teknologi dan serta bidang ilmu yang terkait, menguasai lingkup

pekerjaan dengan baik, serta mampu mendidik dan memotivasi bawahan.

2. Operation Manager

Memimpin, mengkoordinasi, dan mengontrol seluruh aktifitas pelaksanaan

proyek sehari-hari di lapangan.

(56)

a. Bertanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan pegawai di lapangan.

b. Bertanggung jawab terhadap pengadaan atau pemeliharaan kendaraan dan

peralatan untuk kelancaran operasi.

c. Bertanggung jawab terhadap terlaksananya semua pekerjaan dengan aman.

d. Bertanggung jawab terhadap kualitas SDM

e. Bertanggung jawab terhadap kinerja pekerjaan secara keseluruhan

Seorang operation manager harus mampu berbahasa Inggris secara lisan

ataupun tulisan, mampu mengoperasikan komputer, mampu meminpin pegawai,

menguasai teknologi dan serta bidang ilmu yang terkait, mampu mendidik dan

memotivasi pegawai untuk melakukan pekerjaan, menguasai proses aliran fluida

di Minas dan Kotabatak/Petapahan, dan juga menguasai ruang lingkup proyek.

3. QA/QC

Melakukan, mengkoordinir dan mengontrol aktifitas kendali mutu pada

pelaksanaan dan hasil kerja.

Riancian tugas :

Menyiapkan rencana inspeksi dan pengujian sebagai bagian dari quality

assurance program.

a. Terlibat dari review QAP dan permintaan pergantian material.

b. Memonitor pengetesan di lapangan.

c. Melakukan audi mutu.

d. Menyiapkan laporan kendali mutu secara regular.

(57)

menguasai teknologi dan serta bidang ilmu yang terkait, serta menguasai lingkup

kerja proyek.

4. HES Manager

Memimpin seluruh aktivitas HES, termasuk perencanaan pelaksanaan, audit,

dan sosialisasinya ke seluruh pegawai.

Rincian tugas :

a. Membuat rencana kerja HES.

b. Memimpin dan mengkoordinir HES officer yang terlibat proyek.

c. Memfasilitasi rapat HES untuk lingkup proyek.

d. Melakukan investigasi atas suatu insiden dan pelaporannya.

e. Melakukan audit HES.

f. Memimpin pelaksanaan peraturan HES kepada seluruh anggota yang

diwakilinya.

Seorang HES Manager dalam memimpin mampu melakukan investigasi

HES, mampu melakukan audit HES, mengerti tata cara pelaporan, mampu

mengopersikan computer, serta mampu berkomunikasi dalam bahasa inggris baik

secara lisan ataupun secara lisan.

5. HES Officer

Mengkoordinir seluruh aktivitas HES, termasuk sosialisasinya ke seluruh

pegawai.

Rincian tugas :

(58)

b. Memfasilitasi rapat HES.

c. Melakukan investigasi atas suatu insiden.

d. Memimpin pelaksanaan peraturan HES kepada seluruh anggota BP yang

diwakilinya.

6. Supervisor –Field/Material/Data Manajemen

Bertanggung jawab untuk mengatur tim kerja dengan perencanaan yang

handal, mengorganisasi, mengawasi semua kegiatan dan mengevaluasi kinerja

untuk hasil yang optimal.

Rincian tugas :

a. Bertanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan pegawai dalam team.

b. Bertanggung jawab dengan pengadaan/pemeliharaan kendaraan dan peralatan

untuk kelancaran operasi.

c. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program HES.

d. Bertanggung jawab terhadap terlaksananya pekerjaan dalam team dengan

aman.

e. Bertanggung jawab terhadap kinerja pekerjaan dalam team.

Seorang supervisor harus mampu berbahasa Inggris secara lisan ataupun

tulisan, mampu mengoperasikan komputer, mampu meminpin pegawai,

menguasai teknologi dan serta bidang ilmu yang terkait, serta mampu mendidik

dan memotivasi pegawai untuk melakukan pekerjaan, menguasai proses aliran

(59)

7. Planner

Bertanggung jawab untuk mengatur perencanaan kerja dan distribusi beban

kerja dan distribusi beban kerja dan selalu berkoordinasi dengan perusahaan untuk

pencapaian target kerja yang telah di tentukan bersama.

Rincian tugas :

a. Aktif berkomunikasi dengan masing-masing team di perusahaan untuk

perencanaan pekerjaan.

b. Bertanggung jawab atas rencana penyelesaian word order.

c. Bertanggung jawab terhadap distribusi beban kerja kepada masing-masing

team.

d. Bertanggung jawab terhadap laporan kemajuan pekerjaan.

Seorang planner harus mampu berbahasa Inggris secara lisan ataupun tulisan,

mampu mengoperasikan komputer, menguasai teknologi dan serta bidang ilmu

yang terkait, serta menguasai lingkup kerja proyek.

8. Data Manajemen Analyst/Assistant Analyst

a. Melakukan pekerjaan pengambilan data dan download data ke komputer

untuk proses pengolahan data, pencatatan data dan memberikan hasilnya

kepada analyst.

b. Menjamin kebersihan alat dan perkakas sebelum dan sesudah pengambilan

dan pengetesan data.

c. Melaporkan semua laporan kegiatan dan kinerja ke supervisor.

(60)

a. Bertanggung jawab membantu analyst dalam pengambilan data.

b. Bertanggung jawab atas kualitas pengambilan data, pencatatan data dan

pengolahan data.

c. Bertanggung jawab terhadap pemakaian peralatan, perkakas, bahan-bahan,

serta suku cadang.

d. Bertanggung jawab terhadap HES, memakai standar PPE.

e. Bertanggung jawab atas terlaksananya semua pekerjaan dengan aman.

Seorang data manejemen, harus memiliki pengetahuan tentang mekanikal,

memiliki pengetahuan tentang prosedur keselamatan yang berhubungan dengan

pekerjaan pemeliharaan prediktif, memiliki pengetahuan dan mampu dalam

mengoperasikan alat-alat dan perkakas dengan cara-cara yang benar dan selamat,

memiliki pengetahuan dibidang komputer dan mengerti standar program dasar

(MS Office) dan database (SQL), serta yang paling penting menjaga komunikasi

dengan baik kepada tim yang lain.

9. Materialisman

Membantu supervisor material. Menerima, menyimpan dan mengeluarkan,

memelihara kartu sisa persediaan dan inventaris suku cadang, perkakas,

persediaan dan material fasilitas peralatan produksi.

Rincian tugas :

a. Bertanggung jawab terhadap pekerjaan dan peralatan yang dipakai

b. Bertanggung jawab terhadap HES

(61)

Dalam hal ini seorang SPV material, harus memiliki pengetahuan prosedur

kantor dan pengendalian dokumen serta secara umum memiliki pengetahuan

tentang suku cadang material dan perkakas yang dipakai dalam pemeliharaan dan

perbaikan peralatan produksi.

10. Technician—Maintenance

Melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan peralatan produksi yang

berhubungan dengan ruang lingkup peralatan instrumentasi.

Tugas rincian :

a. Bertanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan pekerjaan instrument.

b. Bertanggung jawab terhadap kelancaran operasi.

c. Bertanggung jawab terhadap pemakaian material/sparepart.

d. Bertanggung jawab terhadap HES.

e. Bertanggung jawab terhadap terlaksananya semua pekerjaan dengan aman

dengan SOP (Standar Operating Procedure).

Seorang teknisi dalam hal pemeliharaan peralatan, harus memliki

pengetahuan tentang mekanikal secara umum, memiliki pengetahuan tentang

prosedur keselamatan yang berhubungan dengan instrumental, memiliki

pengetahuan dan mampu merawat dan memperbaiki komponen-komponen

peralatan instrumentasi serta yang paling penting mampu bekerja sama dengan

teman sekerja maupun tim lain yang terkait.

11. Foreman

(62)

a. Bertanggung jawab terhadap pegawai PIPING.

b. Bertanggung jawab terhadap kelancaran operasi.

c. Bertanggung jawab terhadap HES.

d. Terlaksananya semua pekerjaan dengan aman.

e. Kinerja pekerjaan atas grupnya.

f. Mengawasi dan mengkoordinir kegiatan pekerjaan dalam grupnya.

g. Mengoperasikan truk/crane untuk pekerjaan yang membutuhkan crane dan

untuk mengangkut suku cadang, peralatan, material padat/cair, dll.

h. Bertanggung jawab terhadap kualitas pekerjaan.

i. Melakukan perbaikan pada setiap proses, apabila diperlukan dengan

sepengetahuan perusahaan .

j. Melaporkan semua laporan kegiatan dan kinerja kepada supervisor.

Seorang foreman mampu membuat jadwal kerja sehubungan dengan pekerja,

material, perkakas, dan peralatan, mampu memimpin dan melatih pegawai

bawahannya untuk menggunakan peralatan dengan benar dan aman, menguasai

pengetahuan di bidang piping serta mampu membaca gambar tehnik.

4.1.4 Ketenagakerjaan

4.1.4.1 Prosedur Penerimaan Karyawan/Pekerja

Proses seleksi adalah serangkaian langkah kegiatan yang digunakan untuk

memutuskan apakah pelamar diterima atau tidak. Langkah-langkah ini mencakup

pemaduan kebutuhan-kebutuhan kerja pelamar dan organisasi. Proses seleksi

Gambar

GAMBAR 4.2 . STRUKTUR ORGANISASI  CS DAN PEMERIKSAAN
GAMBAR 4.3. STRUKTUR ORGANISASI PENDUKUNG OPERASI
Table 4.1. Contoh Kontrak Jasa Tarif-tarif Imbalan Untuk Bagian Produksi

Referensi

Dokumen terkait