• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.2. Masalah Persoalan Hubungan Kerja

Dari pihak Chevronnya sendiri selaku contract owner, dalam seminggu ada saja buruh kontrak yang bertemu dengan contract owner. Seperti yang baru-baru ini masalah pesangon yang belum dibayar. Walaupun masalah ini Chevron tidak ada sangkut pautnya (dalam artian ini merupakan urusan buruh kontrak dengan perusahaan kontraktor yang dulu), tetapi para buruh kontrak ini percaya kepada contract owner untuk menampung segala masalah-masalah mereka. Dari pihak Chevronnya hanya bisa menampung segala keluhan mereka dan selanjutnya akan diserahkan oleh perusahaan outsourcing itu sendiri.

Contoh masalah-masalah buruh kontrak :

1. Tentang harga penawaran

Pada awal perjanjian pihak perusahaan kontrak telah menetapkan harga untuk masa kontrak berlangsung. Seiring berjalannya waktu, bahan-bahan ataupun alat-alat yang akan dibeli atau digunakan akan ada mengalami kenaikan dan

contract owner agar harga bisa berubah. Tetapi oleh pihak contract owner nya,

tidak akan merubah harga yang sudah ada dan yang sudah tertera di dalam kontrak yang telah disetujui walaupun dengan alasan apapun. Oleh karena itu, perusahaan kontraktor complain kepada contract owner untuk menaikkan harga yang selain di dalam kontrak karena alasan di atas.

2. Masalah BHL

Buruh harian lepas (BHL), dipakai pada saat ada pekerjaan saja. Walaupun sistem bekerjanya harian, BHL ini memiliki kontrak kerja tetapi sifatnya hanya harian yang harus disetujui. BHL ini ada yang datang kepada contract owner tentang masalah kepegawaian mereka. Contohnya para BHL ini agar mereka jangan menjadi BHL lagi. Mereka meminta agar mereka bisa menjadi “pegawai tetap” dalam artian buruh kontrak. Karena mereka ingin ada memiliki penghasilan yang pasti setiap bulannya. Dalam hal ini contract owner selaku dari Chevron hanya bisa menampung segala keluhan mereka. Dan jika ada kesempatan,

contract owner hanya bisa merekomendasikan mereka kepada perusahaan outsourcing. Selanjutnya sekali lagi kepada pihak outsourcing lah yang

menentukan apakah BHL ini dapat atau layak dijadikan pegawai outsourcing. Dan pihak Chevron tidak ikut campur tangan mengenai diterima atau tidak BHL tersebut.

3. Masalah pesangon

Beberapa bulan kemarin, yang masih hangat dibicarakan yaitu masalah pembayaran pesangon yang belum dibayar. Dalam hal ini untuk 3 tahun kedepan pihak perusahaan outsourcing memenangkan kontrak dengan Chevron.

Seharusnya, pesangon dibayarkan kepada karyawan pada saat pemutusan hubungan kerja atau bisa dikatakan ketika kontrak habis. Sampai tanggal 30 Desember 2010 kemarin, belum juga dibayarkan. Menuru contract owner, ini kali pertama sejak tahun 2004 adanya keterlambatan pembayaran. Dalam hal ini Chevron hanya sebagai jembatan bagi pihak Supraco dan pihak perusahaan

outsourcing yang lama. Chevron hanya sebatas menanyakan kepada pihak yang

lama, masalah mengapa pesangon karyawan belum dibayarkan. Chevron sepenuhnya tidak ikut campur. Dalam hal ini kemungkinan hanya masalah ketidakbenaran dalam manajemen keuangan.

4. Beberapa tahun yang lalu, pekerja kontrak pernah ada yang memalsukan tanda tangan. Dalam hal ini yang dirugikan adalah pihak Chevron. Lalu perusahaan dimana tempat pekerja ini bernaung oleh Chevron di black list dan tidak bisa melanjutkan kontraknya dan tidak bisa melakukan hubungan kerja kepada Chevron selamanya.

5. Adanya masalah dari level tinggi

Dalam hal ini, Chevron bisa saja mengganti posisi mereka. Seperti OM, HES, SPV. Chevron hanya bisa mengganti pimpinan-pimpinan inti apabila memang sudah tidak lagi memiliki kinerja yang bagus dalam mencapai tugas yang telah ditetapkan.. Tetapi kalau yang lainnya, pihak Chevron tidak bisa menggati mereka. Contoh finance. Tetapi pada dasarnya, pihak menejemen peusahaan

outsourcing lah yang menindaklanjuti siapa-siapa saja karyawan yang tidak lagi

6. Permasalahan pembayaran gaji setiap bulan.

Baru-baru ini, adanya kesalahan dalam pembagian gaji. Ini sudah terjadi 2 bulan terakhir ini. Ada beberapa karyawan yang gajinya kurang dibayarkan oleh perusahaan. Dan kekurangan gaji karyawan ini menurut mereka tidakklah sedikit. Bahkan menurut mereka, ada yang gajinya dibayarkan dua kali. Karena kejadian tersebut, kejadian ini sangat mengganggu jam kerja pekerja. Para pekerja pada awalnya mereka tidak mau bekerja. Ternyata adanya pengurangan gaji ini karena gaji mereka langsung dipotong selama dua bulan. Karena jumlah jam kerja mereka terhitung sebelas jam, bukan dua belas jam. Oleh karena itu dari pihak perusahaan kontraktor memberlakukan pemberian gaji sesuai dengan keputusan menteri. Tetapi setelah adanya pengertian dan adanya pemberitahuan secara lagsung dari menejemennya perusahaan, maka kejadian ini masih bisa dikendalikan. Mereka berjanji, dalam 2 minggu ini, sisa gaji mereka akan dibayarkan.

7. Masalah Jam Kerja

Terdapat perbedaan pendapat antara karyawan kontrak dengan menejemen perusahaan itu sendiri. Dalam hal ini, karyawan kontrak membandingkan dengan tempat mereka bekerja dulu yang dihitung jam kerja yaitu dua belas jam. Jika menurut undang-undang perusahaan seharusnya tidak ada dua belas jam kerja. Melainkan sebelas jam kerja. Pada perusahaan yang lama, menejemennya tidak menggunakan atau tidak berpatokan dengan undang-undang ketenagakerjaan. Oleh karena itu para karyawan kontrak mengeluhkan tentang adanya pengurangan gaji mereka. Karena mereka dulunya dari perusahaan kontrak yang lama

memberikan mereka gaji dengan time sheet 12 jam kerja, sedangkan perusahaan yang sekarang mereka membayar 11 jam kerja. Karena pada perusahaan kontrak yang lama, waktu satu jam istirahat mereka di gaji, sedangkan pada perusahaan yang sekarang tidak digaji atau tidak dihitung jam kerja.

Rincian perhitungan over time yang baru yang dilakukan perusahaan sesuai dengan PKWT undang-undang perusahaan pasal 9 yaitu sebagai berikut :

a. Schedule 5:2

Jam kerja karyawan adalah 12 jam, dimana 8 jam regular+1 jam istirahat (tidak dibayar) +3 jam lembur.

- Lembur pada hari kerja

Over time = 5,5 jam

Dengan rincian : (1 jam pertama x 1,5) = 1,5 jam

(2 jam pertama x 2) = 4 jam + 5,5 jam - Lembur pada saat hari istirahat mingguan/hari libur resmi

Over time = 27 jam

Dengan rincian : (8 jam kerja x 2) = 16 jam

(1 jam pertama x 3) = 3 jam

(2 jam pertama x 4) = 8 jam + 27 jam

b. schedule 10:5

Lembur pada hari kerja engan perincian sebagai berikut :

Over time = 7,5 jam

Dengan rincian : (1 jam x 1,5) = 1,5 jam

(3 jam x 2 ) = 6 jam

7,5 jam

Hari-hari libur resmi yang jatuh dalam jadwal kerja dianggap sebagai hari kerja normal.

Mereka baru mengetahui tentang perhitungan over time ini setelah mereka bekerja selama dua bulan. Oleh pihak perusahaan, penetapan kerja 11 jam, baru di lakukan pada 2011 atau Januari 2011. Sedangkan untuk yang dua bulan kemarin, gaji mereka dibayar waktu kerja 12 jam.

8. Dalam hal ini, perusahaan kontrak tidak transparan terhadap pegawainya tentang asal usul upah yang seharusnya menjadi hak mereka. Yang pada kenyataannya upah yang mereka terima berbeda. Contoh :

Table 4.1. Contoh Kontrak Jasa Tarif-tarif Imbalan Untuk Bagian Produksi Production Minas

Job Code

Description Unit Estimated

Volume Fuel (Solar-L) Unit Price (Rp) Estimated Total Price (RUP)

PD1 Cut trees, bush cutting, regreening and housekeeping at ON PLOT Area or OFF PLOT Area. (GS, Tanks, Pums, wellpads, along pipelines, roads,etc). Mandays 18900 4 464,500 8,779,050,000

Penjelasan dari tabel diatas :

1. Job Code, pekerjaan yang harus dilakukan berada di Production 1. 2. Description, pembagian pekerjaan.

3. Unit, bisa dibilang satuan yang mengerjakan. Artinya dalam satu hari dikerjakan oleh satu orang.

4. Estimated Volume, taksiran banyaknya pekerjaan selama tiga tahun sebanyak 18900 pekerjaan.

5. Fuel (solar), bahan bakar yang diperlukan dalam sehari sebanyak 4 liter. 6. Unit Price, satu hari satu orang dibayar Rp 464.500

7. Estimated Total Price, selama tiga tahun untuk kesemua pekerjaan memerlukan biaya sebesar Rp 8.779.050.000.

Dalam pengerjaan memotong pohon misalnya, dalam pengerjaannya, harus selesai dalam satu hari dan dikerjakan oleh satu orang. Upah yang seharusnya mereka terima satu orang menurut perjanjian kontrak, PT CPI membayar upah sebesar Rp 464.500. Apabila dalam pengerjaannya membutuhkan waktu tiga hari, sedangkan pihak pengguna kontrak (pihak CPI) ingin diselesaikan dalam satu hari bisa saja. Berarti dalam pengerjaanya untuk bisa dalam satu hari pengerjaan, mereka membutuhkan tiga orang. Dan juga sama saja. Karena pihak pengguna kontrak membayar per satu orang.

Tetapi, pada kenyataannya, gaji karyawan kontrak ini tidak sesuai. Bahkan mereka hanya mendapat gaji dua sampai tiga jutaan. Walaupun demikian, dari gaji para karyawan inilah perusahaan kontrak dapat membayar para staff-staff, pengadaan mobil, bahan bakar mobil, pengadaan PPE, pembelian seragam, dll. Dan juga disinilah didapat keuntungan untuk perusahaan kontraktor. Oleh sebab itu, perjanjian kontrak bersama antara PT CPI dan PT Supraco Indonesia hanya diketahui oleh pihak menejemennya saja. Karena jika sampai tahu karyawan kontrak yang lain, tentunya mereka menuntuk hak mereka dan kenapa mereka dibayar tidak sesuai dengan yang tertulis diperjanjian.

Walaupun ada masalah-masalah tersebut, tetapi semua masalah tidak sampai melebar. Dalam artian semua masalah tidak sampai terdengar oleh pihak atau unit Chevron yang lain. Seluruh permasalahan karyawan kontrak dapat

mengusahakan kalau ada masalah diselesaikan secara baik-baik. Baaik-baik disini maksudnya adalah membicarakan masalah-masalah yang ada langsung kepada pihak outsourcing. Jika ada kesempatan pihak Chevron (contract owner) akan mendiskusikan kepada pihak outsourcing, tentang bagaimana solusi-solusi dari masalah-masalah yang ada atau masalah yang sedang berkembang. Selain itu juga membicarakan apakah betul ada masalah yang dikeluhkan karyawan kontrak atau tidak yang seperti mereka bilang ke contract owner. Dalam hal ini bisa dibicarakan dalam meeting bulanan, bisa juga pada saat Chevron melakukan kunjungan ke pihak outsourcing (biasanya satu kali dalam sebulan), atau bila ada masalah yang sangat serius, salah satu dari staff pihak outsourcing dipanggil langsung oleh contract owner tentang masalah yang sedang dialami oleh pihak

outsourcing. Oleh karena itu sebabnya, masalah buruh kontrak yang ditangani

Chevron, tidak ada masalah yang sampai terdengar ke unit-unit Chevron yang lain (dalam hal ini semua masalah bisa diselesaikan pada tingkat contract owner).

Para buruh kontrak ini bisa kapan saja bertemu dengan contract owner. Bisa bertemu langsung di kantor atau mereka bisa sms atau menelfon untuk bertemu. Selama tidak mengganggu pekerjaan dari contract owner, contract

owner bersedia mendengar keluhan mereka dan mendiskusikan kepada pihak outsourcing pada saat kunjungan ke pihak outsourcing.

Dokumen terkait