KARAKTERISTIK FISIK DAN MEKANIK
EDIBLE FILM
BERBAHAN DASAR TAPIOKA-
WHEY PROTEIN
DENGAN
PENAMBAHAN EKSTRAK TEH HIJAU
SKRIPSI
Oleh:
DEVARA HERAYASA FADHILLA
111710101027
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
i
KARAKTERISTIK FISIK DAN MEKANIK
EDIBLE FILM
BERBAHAN DASAR TAPIOKA-
WHEY PROTEIN
DENGAN
PENAMBAHAN EKSTRAK TEH HIJAU
SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Studi Teknologi Pertanian (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Teknologi Pertanian
oleh:
Devara Herayasa Fadhilla
111710101027
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
ii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
1. Allah SWT, yang Maha Sempurna, Maha Penolong pada setiap
hamba-Nya;
2. Papa Isdhijantono Heru, Mama Tjahjaningtyas S dan Adik Binsha yang
selalu memberikan doa tulus, kasih sayang dan semangat yang tak ternilai
harganya untuk mendapatkan hasil yang terbaik;
3. Guru-guru TK AL-Furqan, SD Al-Furqan, SMPN 1 Jember, SMAN 3
Jember hingga dosen-dosen yang selama ini telah memberikan ilmu
pengetahuannya;
iii
MOTTO
You Cannot Change Your Future, But You Can Change Your Habbits And
Surely Your Habits Will Change Your Future
(A.P.J Abdul Kalam)
Memang BAIK menjadi orang Penting, tapi lebih Penting Menjadi Orang Baik
(Hoegeng)
Mereka Tertawa Karena Melihat Aku Berbeda Dan Aku Tertawa Karena
Melihat Mereka Semua Sama
(Kurt Cobain)
Sometimes You Have To Go Up Really High To Understand How Small You
Really Are
(Felix Baumgartner)
iv
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Devara Herayasa Fadhilla
NIM
: 111710101027
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Ilmiah yang berjudul
Karakteristik Fisik Dan Mekanik
Edible Film
Berbahan Dasar
Tapioka-Whey Protein
dengan Penambahan Ekstrak Teh Hijau
adalah benar-benar
hasil karya sendiri, kecuali jika ada pengutipan substansi disebutkan sumbernya
dan belum pernah diajukan kepada institusi manapun serta bukan karya jiplakan.
Saya bertanggung jawab atas keabsahan kebenaran isi laporan ini sesuai dengan
sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan
dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapatkan sanksi akademik jika
dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Jember, 17 Mei 2016
Yang menyatakan,
v
SKRIPSI
KARAKTERISTIK FISIK DAN MEKANIK
EDIBLE FILM
BERBAHAN DASAR TAPIOKA-
WHEY PROTEIN
DENGAN
PENAMBAHAN EKSTRAK TEH HIJAU
Oleh
Devara Herayasa Fadhilla
NIM 111710101027
Pembimbing :
vi
PENGESAHAN
Karya Ilmiah berjudul
Karakteristik Fisik Dan Mekanik
Edible Film
Berbahan Dasar Tapioka-
Whey Protein
dengan Penambahan Ekstrak Teh
Hijau
, karya Devara Herayasa Fadhilla, NIM 111710101027 telah diuji dan
disahkan oleh Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember pada :
hari
: Selasa
tanggal
: 17 Mei 2016
tempat
: Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember
Dosen Pembimbing :
Tim Penguji :
Mengesahkan,
Ketua
Dr. Ir. Herlina M.P
NIP. 196605181993022001
Anggota 1
Dr. Ir. Maryanto, M.Eng
NIP. 195410101983031004
Dekan
Fakultas Teknologi Pertanian
Dr. Yuli Witono, S.TP., M.P
NIP. 196912121998021001
Dosen Pembimbing Utama
Dr. Triana Lindriati, S.T., M.P
NIP. 196808141998032001
Dosen Pembimbing Anggota
vii
RINGKASAN
Karakteristik Fisik dan Mekanik
Edible Film
Berbahan Dasar
Tapioka-
Whey Protein
dengan Penambahan Ekstrak Teh Hijau; Devara
Herayasa F; 111710101027; 55 halaman
;
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember
Kemasan plastik memiliki kelemahan yaitu tidak dapat di degradasidan
komponennya merupakan bahan yang
non food grade.
Kelemahan plastik
tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan
edible film.
Variasi komposisi bahan
dasar berupa karbohidrat dan protein dapat memperbaiki sifat fisik dan mekanik
edible film. Ekstrak teh hijau sebagai antioksidan alami mengandung polifenol
yang cukup tinggi. Polifenol dalam teh hijau dapat membentuk ikatan kompleks
dengan protein dan karbohidrat. Hal tersebut dapat mempengaruhi sifat fisik dan
mekanik
edible film.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh variasi proesentase bahan
dan ekstrak teh hijau yang dtambahkan terhadap sifat fisik dan mekanik
edible
film, serta mengetahui variasi prosentase bahan dan ekstrak teh hijau yang
ditambahkan sehingga dihasilkan
edible film
dengan sifat yang baik. Penelitian ini
dimulai bulan Februari sampai dengan Oktober 2015. Bahan yang digunakan
untuk pembuatan
edible film
pada penelitian ini adalah tapioka,
whey protein, teh
hijau celup dan gliserol.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu rasio bahan dasar yaitu tapioka :
whey protein
100:0, 90:10, 80:20, 70:30 dan 60:40. Faktor yang kedua yaitu
prosentase ektrak teh hijau yaitu 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%. Data yang
diperoleh di uji menggunakan
Annova
dengan bantuan program
Minitab
versi
17.0. Parameter yang diamati meliputi warna, kuat tarik, perpanjangan, kadar air,
kelarutan, ktebalan, uji efektifitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio bahan dasar berpengaruh nyata
terhadap parameter warna (lightness
dan
chroma), kuat tarik, perpanjangan,
kelarutan dan ketebalan. Tetapi, tidak berpengaruh nyata terhadap parameter
kadar air. Konsentrasi penambahan ekstrak teh hijau berpengaruh nyata terhadap
warna (lightness
dan
chroma), kuat tarik, perpanjangan, kadar air, kelarutan, dan
ketebalan. Sedangkan interaksi rasio bahan dasar dan konsentrasi ekstrak teh hijau
berpengaruh nyata terhadap parameter warna (lightness
dan
chroma), kuat tarik
perpanjangan, kelarutan dan ketebalan. Tetapi, tidak berpengaruh nyata terhadap
parameter kadar air.
Hasil pengukuran
lightness
berkisar antara 69,310
82,983. Hasil
pengukuran
chroma
berkisar antara 9,48
26,58. Hasil pengukuran kuat tarik
berkisar antara 0,49Mpa
2,28Mpa. Hasil pengukuran perpanjangan berkisar
antara 10,73%
66,36%. Hasil pengukuran kadar air berkisar antara 8,3990%
12,2088%. Hasil pengukuran kelarutan berkisar antara 51,3631%
79,6620%.
Hasil pengukuran ketebalan berkisar antara 0,17mm
0,23mm.
viii
ix
SUMMARY
Physical and Mechanical Characterization of Edible Film Based
Tapioka-Whey Protein with Green Tea Extract Addition; Devara Herayasa F;
111710101027; 55 pages
;
Department of Agricultural Product Technology;
Faculty of Agricultural Technology; Jember University
Plastic packaging has a weakness which couldn t degradated and its
components is a non-food grade materials. The plastic weaknesses could be
overcome by using edible film. Composition variations of the base material in the
form of carbohydrates and protein that can improve the physical and mechanical
properties of edible film. Green tea extract as a natural antioxidant containing
polyphenols that is high enough. Polyphenols in green tea can form bonds with
proteins and complex carbohydrates. It can affect the physical and mechanical
properties of edible film.
This study aims to determine the effect of materials percentage variations
and green tea extract in the physical and mechanical properties of edible film, and
determine the percentage of materials and green tea extract variations which
resulting edible film with a good characteristics. This study was started
in
February to October 2015. The materials used for the making of edible film in this
study are tapioca, whey protein, green tea bags and glycerol.
The study design used was completely randomized design (CRD) with two
factors. The first factor is the ratio of the basic ingredients are tapioca: whey
protein of 100: 0, 90:10, 80:20, 70:30 and 60:40. The second factor is the
percentage of green tea extract were 0%, 25%, 50%, 75% and 100%. Data
obtained in a test using Annova with the help of Minitab version 17.0. The
observed parameters include color, tensile strength, elongation, moisture content,
solubility, thickness, effectiveness test.
The results showed that the ratio of the raw material significantly affected
the color parameter (lightness and chroma), tensile strength, elongation, solubility
and thickness. However, no significant effect on water content. The concentration
of the addition of green tea extract significantly affect the color (lightness and
chroma), tensile strength, elongation, moisture content, solubility, and thickness.
While interaction ratio and concentration of the basic ingredients of green tea
extract significantly affect the color parameter (lightness and chroma), strong
tensile elongation, solubility and thickness. However, no significant effect on
water content.
Lightness measurement results ranged from 69.310 to 82.983. Chroma
measurement results ranged from 9.48 to 26.58. The results of the measurement of
tensile strength ranging between 0,49Mpa - 2,28Mpa. The results of the
measurement of extension ranged between 10.73% - 66.36%. The results of the
measurement of water content ranging between 8.3990% - 12.2088%. The results
x
of the solubility measurements ranged from 51.3631% - 79.6620%. The results of
measurements of thickness ranging between 0,17mm - 0,23mm.
xi
PRAKATA
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, karena dengan ridho-Nya kami dapat menyelesaikan Karya
Ilmiah yang berjudul
Karakteristik Fisik dan Mekanik
Edible Film
Berbahan
Dasar Tapioka-Whey Protein
dengan Penambahan Ekstrak Teh Hjiau . Karya
Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
strata satu (S1) pada Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Jember.
Keberhasilan penulis dalam penyusunan Karya Ilmiah ini tidak lepas dari
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Yuli Witono, S.TP, M.P selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember dan Dosen Pembimbing Utama, yang telah meluangkan
waktu, pikiran, perhatian, dan pengarahannya demi terselesainya Karya
Ilmiah ini;
2. Ir. Giyarto, M.Sc selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Jember;
3. Dr. Triana Lindriati, S.T., M.P selaku Dosen Pembimbing Utama dan Dr.Ir.
Sih Yuwanti, M.P selaku Dosen Pembimbing Anggota yang telah
meluangkan waktu, pikiran, perhatian, dan pengarahannya demi terselesainya
Karya Ilmiah ini;
4. Segenap Dosen pengajar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember
yang telah membagi ilmu selama masa kuliah;
5. Segenap Teknisi Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan Hasil Pertanian
(Mbak Ketut); Teknisi Laboratorium Rekayasa Proses Hasil Pertanian (Mbak
Wim dan Pak Mistar) yang telah banyak membantu dalam proses penelitian;
6. Kedua Orang tua, Bapak Isdhijantono Heru S. dan Ibu Tjahjaningtyas S dan
Adikku tersayang Dek Binsha yang selalu memberikan doa tulus, kasih
sayang dan semangat yang tak ternilai harganya untuk mendapatkan hasil
yang terbaik;
xii
7. Teman-teman seperjuangan kuliah
FTP 11 UJ
dan
Brotherhood
THP 2011
yang telah memberikan keceriaan, senyuman, semangat dan persahabatan.
8. Keluarga pengusaha muda
Angkringan Ojo Mampir Sediluk (AOMS)
Dandy, Gozalli, Ikhlas, Arsyl dan Eko yang telah memberikan pengalaman
dalam melakukan wirausaha.
9. Partner kerja
DeGe Tour and Travel
Dandy Pradita dan M. Gozalli yang
telah bekerja sama dalam suatu agen biro perjalanan wisata.
10. Sahabat sepermainan
J FAMS
Oky, Pram, Ryan, Wahyu, Ares, Fahmi,
Dwiki, Akbar, Cimol yang selalu meluangkan waktu untuk tertawa bersama,
nongkrong bersama, bantuan, motivasi dan saran-saran yang telah diberikan.
11. Sahabat seperjuangan Fahrizky, Hamidah, Dwika, Faizah, Edhu, Arsyl,
Gozalli, Gondez, Ikhlas, Robby, Mahda, Twin, Ulfa, Iim dan Iguh yang selalu
meluangkan waktu untuk tertawa bersama, nongkrong bersama, bantuan,
motivasi dan saran-saran yang telah diberikan.
12. Teman seperjuangan penelitian Fahrisky dan Istiqomah
yang telah
memberikan bantuan selama penelitian;
13. Semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini masih banyak kekurangan
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan
bermanfaat guna perbaikan Karya Ilmiah. Penulis berharap semoga Karya
Ilmiahini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi semua pihak,
khususnya pembaca.
Jember, 17 Mei 2016
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
... i
HALAMAN PERSEMBAHAN
... ii
HALAMAN MOTTO
... iii
HALAMAN PERNYATAAN... iv
HALAMAN PEMBIMBINGAN
... v
HALAMAN PENGESAHAN
... vi
RINGKASAN
... vii
SUMMARY
... ix
PRAKATA
... xi
DAFTAR ISI
... xiii
DAFTAR GAMBAR
... xv
DAFTAR TABEL
... xvi
DAFTAR LAMPIRAN
... xvii
BAB 1. PENDAHULUAN
... 1
1.1 Latar Belakang
... 1
1.2 Rumusan Masalah
... 2
1.3 Tujuan Penelitian
... 3
1.4 Manfaat Penelitian
... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA... 4
2.1 Definisi
Edible Film
... 4
2.2 Bahan Pembentuk
Edible Film
... 5
2.2.1 Tapioka ... 5
2.2.2
Whey protein
... 6
2.2.3 Teh hijau ... 7
2.2.4 Gliserol ... 8
2.3 Pembuatan
Edible Film
... 9
xiv
BAB 3. METODE PENELITIAN... 13
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 13
3.2 Bahan dan Alat Penelitian
... 13
3.2.1 Alat ... 13
3.2.2 Bahan ... 13
3.3 Metode Penelitian
... 13
3.3.1 Pelaksanaan penelitian... 13
3.3.2 Rancangan penelitian... 15
3.3.3 Parameter pengamatan... 16
3.4 Prosedur Analisis
... 16
3.4.1 Warna... 16
3.4.2 Kuat tarik ... 17
3.4.3 Perpanjangan ... 17
3.4.4 Kadar air ... 18
3.4.5 Kelarutan ... 18
3.4.6 Ketebalan ... 19
3.4.7 Uji efektifitas ... 19
BAB 4. PEMBAHASAN
... 20
4.1 Warna
(Lightness)
... 20
4.2 Warna
(Chroma)
... 21
4.3 Kuat Tarik... 23
4.4 Perpanjangan
... 25
4.5 Kadar Air
... 26
4.6 Kelarutan... 28
4.7 Ketebalan... 30
4.3 Uji Efektifitas
Edible Film
... 31
BAB 5. PENUTUP... 33
5.1 Kesimpulan
... 33
5.2 Saran
... 33
DAFTAR PUSTAKA
... 34
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Struktur kimia amilosa dan amilopektin ... 6
2.2 Struktur kimia gliserol ... 8
3.1 Diagram alir pembuatan ekstrak teh hijau ... 14
3.2 Diagram alir pembuatan
edible film
... 15
3.3 Spesimen uji kuat tarik... 17
4.1
Lightness edible film
pada berbagai rasio tapioka-whey protein
dan penambahan ekstrak teh hijau ... 20
4.2
Chroma edible film
pada berbagai rasio tapioka-whey protein
dan penambahan ekstrak teh hijau ... 22
4.3 Kuat tarik
edible film
pada berbagai rasio tapioka-whey protein
dan penambahan ekstrak teh hijau ... 24
4.4 Perpanjangan
edible film
pada berbagai rasio tapioka-whey protein
dan penambahan ekstrak teh hijau ... 25
4.5 Kadar air
edible film
pada berbagai rasio tapioka-whey protein
dan penambahan ekstrak teh hijau ... 27
4.6 Kelarutan
edible film
pada berbagai rasio tapioka-whey protein
dan penambahan ekstrak teh hijau ... 29
4.7 Ketebalan
edible film
pada berbagai rasio tapioka-whey protein
dan penambahan ekstrak teh hijau ... 30
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Kandungan tapioka per 100 gram bahan... 5
2.2 Kandungan kimia
whey protein
... 7
4.1 Hasil uji beda dengan uji tukey parameter warna
Lightness
... 21
4.2 Hasil uji beda dengan uji tukey parameter warna
Chroma
... 22
4.3 Hasil uji beda dengan uji tukey parameter kuat tarik... 24
4.4 Hasil uji beda dengan uji tukey parameter perpanjangan ... 26
4.5 Hasil uji beda dengan uji tukey parameter kadar air... 28
4.6 Hasil uji beda dengan uji tukey parameter kelarutan ... 29
4.7 Hasil uji beda dengan uji tukey parameter ketebalan... 31
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. Data hasil analisis
lightness edible film
... 39
B. Data hasil analisis
chroma edible film
... 41
C. Data hasil analisis kuat tarik
edible film
... 43
D. Data hasil analisis perpanjangan
edible film
... 45
E.
Data hasil analisis kadar air
edible film
... 47
F.
Data hasil analisis kelarutan
edible film... 49
G. Data hasil analisis
ketebalan edible film
... 51
H. Penentuan perlakuan terbaik
edible film
... 53
!" #
" #$ %$& "#!!' # #' (#&# # # & (#&"&!#)
* "#$ $ ($ $ # + $ ! &#! '# ' +
)," $+ $ + ! $ " ($% & $ ($
" ! ! !$ $)
* ! ( ( " $#) - " (# #
! " $# $ " # . %" #( "' &&#' $ ' $' $#
+ /0# ' 1221 3) ," $ " " $# #$ ( ( (!#
$ # # #! # # && 4# # " "&# !
( #%$ # &! #) 5&& $ ($ "
" $(& ! ! !& # )* ( 6(
# # (# # (" !!! $ !#($ /,# 7&& '
12283)
9:; <=> ?;=@ " $ "$ $#% ! !
( !# $ ( ($ >:;<=> ?;=@ " ( !
$ #&#)
9:; <=> ? ; =@
$ # %## # (!# " # $## !
" # # $ ( ! ! " ! ! $ # /-&+$' ABB13)
9:;<=> ? ; = @ $ ( %!# (!# !" ! $ #
/#" " ((' &#! ' + ' "## C$ $ " $3' (!# (7 C$
#$#% ' (# # #%$ & ! &" $# & ! # ' (! # %"4&'
7 'C$ $# #& (' $#&# /5 # $& '122D3) >:;<=>
?;=@ $ #($ # ( (&#$ & $ # ) -(&# $ !
# ! #$ $ #&' !! $ #& " ($ >:;<=> ? ; =@
( % !# ! >:; <=> ? ; =@ ! # #" # $ #$# $ "#
" ' #%$ " $' $ " # ' " $ ! $# !!#
$ /E#& ' AB8B3) , ! !! FG>H & $ # "
($ >:; <=>?;=@ $ ! #" ?;=@ ! $ '" '%" #( "'
$# ( 7 ' $# ( ( #" # # #%$ & # &
I
JKLM KL NKL M OPQ KJPR PLNKS TPUK UV OW K XKY KL ZV [RVXWZ OP\K] JW [UKL OKQK]
JV] XW KZKL ^_` ab ^ c`bd ] KUK OKJ KZ RKQPLM ]VQV LMUKJP UVUW [KL M KL OK [P UV OW K
XKYKLZV [R V XWZKMK[] VL MY KRPQ UKLU K[KUZV [P RZ P U
^_`ab^c ` b d
NKL MXKP U
ePfKZ fP RP U OKL ]V UKL P U ^_` ab ^ c ` b d KUKL Q V X PY XKPU KJKXPQ K OPQ KUWUKL
] gOPfPUKR P JKOK XKYKL NKL M OP MWL KUKLS hgO PfP UKR P OKJKZ OPQ KUW UKL OVLM KL
]V]iK[P KR P UKL Ug] JgR PR P XKYKL OKR K[ XV [W J K \K]JW [KL UK[XgYPO[ KZ OKL J[gZ V PLS
j KOK JVL VQ PZ P KL kLZPUK lmnopq ^_` ab ^ c ` bd OPXWKZ ] VL MMWL KUKL \K] JW[KL XKY KL
OKRK[ ZKJPgUK O KL PR gQKZ J[gZ VPL UV OVQKP O KL JV LVQPZPKL hK[Z YKL PLMZNKR lmnopq
^_` ab ^ c`bd OPXW KZ ]VL MMWL KU KL \K] JW [ KL OK [ P ZV JWLM Jg[ KL Mr PR gQ KZ J[gZV PL
UV OVQ KP OKL J KZP sKMWL MS jVL VQPZPKL ZV [RV XWZ ] VLMMWLKUKL iK[P KRP \ K] JW [KL
UK[XgYP O[KZ OKL J[gZ V PLS hVLW [WZ eK[Z P UK lmnop q ^_` ab ^ c`bd OVL MKL X KYKL OKRK[
\K] JW [KL ZKJP gUK OKL t u ^v J[gZV PL O KJKZ ]VL M YKR PUKL ^_`ab^ c ` b d OVL M KL RPfKZ
fPR PU OKL ] VUKL P U NKLM QV XPY XKP U OPXKL OPLM ^_`ab^ c ` b d OK[P Z KJP gUK ]KW JWL
tu ^vwxyz ^` {RKsKS
kLZ P gUR POKL ]V [W JKUKL RVL NK| K NKL M OKJ KZ ] V L \V MKY UV [W R KU KL gURP O KZ Pf
OKL ] V] JV [ZKYKL UKL U W KQPZKR OK[P J[gOW U JKL MKL NKL M OP UV] KRS k LZ PgUR POKL
]V [W JKUKL RKQKY RKZ W X KYKL NKL M RV[PL M OPZK]XKYUKL OKQK] JV]XW KZ KL ^_`ab^
c`bdS kLZPgUR POKL KQK] P NKL M R V [PL M OP MWL KU KL NKPZW ZV Y YPsKWS}V Y YPsKW
]V [W JKUKL R KQ KY RKZW X KYKL NKLM UKNK KU KL RV L NK |K fQKigL gPO lU KZV UP Lq NKL M
]V]PQPUP KUZPfPZKR KLZPgURPOKL NKL M UW KZS jVL K]XKYKL V URZ [ KU Z V Y YPsKW OKQK]
JV] XW KZKL ^_` ab ^ c`bd OKJKZ ] V]JVL MK[W YP UV UW KZ KL ZK[PUr |K [L K OKL
JV [JKLsKLM KL^_`ab^c ` b dS
~
_` ab ^ c ` b d OKJKZ OPXW KZ OVLM KL ] VL MMWL KUKL \ K]JW [KL ZKJPgUK OKL t u ^v
J[gZV PL r OP YK[KJU KL \ K]JW [KL UK [XgYPO[KZ OKL J [gZ V PL ZV [RV XWZ O KJKZ ] VLWZ W JP
UV UW [KL MKLOK[PR PfKZ] K R PLM ]KRPL MXKY KLNKL MOPMWL KU KLSLZV [ KURPUK[X gYPO[KZ
OKLJ[gZ V PLOKJ KZOPJVL M K[W YPgQV YJVLK] XKYKLVURZ [KUZV YSjV [Q KUWKLNKL MO KJKZ
]VLMY KR PQUKL ^_` ab ^ c ` bd NKL M XKP U OK[P J[gRVL ZKRV XKYKL Z KJP gUKtu ^ v wxyz ^`{
OKLJVL K]XKY KLVURZ[KUZ VYYPsKWXVQW]OPUVZKYW PS
¡¢£¤ ¤¥ ¢¦ ¢ ¢ ¢ §¦¡ ¥ ¢ ¨
©ª «¤¬¤¦ ¢£¤ ¬¡®¡ ¢¯¢£¡°¤¯¤ ¦ ¯¤±
¤² ¯¦ ¡²¦ ¤¢³ ¬
¢¦ ´±²¦ ¤¡ £¯¢µ¦µ¢¯¢² ´¤²¢²¶·¸ ¹ º¶»¸ º¼ª
½ª «¤¬¤¦ ¢ ®¡¢ ¯¢ £¡°¯¤ ¦ ¯¤ ± ¯¡ ¤² ¯¦ ¡² ¦¤ ¢ ³¬
¢¦´±² ¯¤¢ ¬¬ ¢¯¢¥²
¶·¸ ¹º¶ »¸ º¼
¤ ¬ ² ¦ ¦¡¢²
£¤¡£ ¬´² ¯¢´´¯¤¡¦ ²¤¥ ¡¦ ³¬´ ¢ ¢´ ´ª
¾¿ À
©ª «¤´±¤¡¢²¢°®¯¢£ ²¤´ ¯´²³ ¬´±¬¢²¤¯¤¦ ª
½ª «¤´±¤¡¢² ¢µ°¡´¯¢ ´¤ ¬¤ ¢ £¤´± ¦ ¶· ¸ ¹º¶ »¸º¼ ±¤¡± ¯¡
Ä
ÅÆÅÇÈÉÊ ËÌÆÍÆËÎÍÏÉÆ ÐÆ
ÇÈÑÒÓÔÕ ÖÕ × ÕØÙÚ ÛÜÝÞÚ Üß
S
àáâr
âu
ãu
ã äåæ çè ä éæ èê ëâìât
ëíëà îíïís
íð âïs
àñ âòâí ó âìís
âït
í ìís y
â ïòãà ó âìí
s
íñ âôâïìâïòâïë âï óây
âð ëíã âð âïõëí òu
ï âð âï ìâë âã âð âïâïëà ïò âïáâr
â ìàãñ öïòð ö÷âïõ ìà ïáà óu
ìâï ât
âu
ìà ïy
à ã ìøùú âï(R
ùñàrts
ù ïõ ûüüý). M
à ïöøut
Kr
ù áôú â ëâïB
âó ëþí ï(
ûüü Ä)
ÿåæ çè ä éæèê ã àru
ìâð âïs
âó âôs
âtu
ìà óâìís
ãâð âïâïy
âï ò ñàrs
í îât r
âãâô ó íïòð öïòâï ð âr
à ïât
àr
ñ ö ât
ë âr
í ñ âôâïy
â ïò ë âìât
ëí ãâð âïõëíñà ïú
u
ðu
ïúu
ð ã à óâìís
í ã âð âïâï æy
âïò ñ àr
îu
ïòs
ís
àñ âòâí ìà ïòôâóâïòt
àr
ôâëâì ìàr
ìí ïëâôâï ãâss
â(
ã ís
âó ïy
â ðà óàãñâñ âïõ ùð ÷íòà ïõ áâôây
â,
óíìíëz
ât
t
àr
óârut)
ë âïs
àñ âò âí ìàã ñ âw
âz
ât
âëít
í îs
àrt
âu
ïúu
ð ãà ïíïòð ât
ð âï ìà ïâ ïòâï âïsu
âtu
ã âð âïâïÿåæ çè ä éæ è ê íâó âô
s
âóâôs
âtu
ìà óâìís
ãâðâïâïy
âïò ëâìât
ëíòu
ï âð âïu
ïtu
ð ãà ó íïëöïòíìøù ëöðëâr
íðàrus
âð âïâð íñ ât
îâðúùr
óu
âr.
ÿåæ çè äéæ è êñàr
îu
ïòs
ís
àñ âòâí ñ âr
íàr t
àr
ôâëâìtr
âï÷îàr
ã âss
â(
ã ís
âó ðà óàã ñ âñ âï ât
âu u
âìâír,
ùð ÷ íòà ï ëâï òâs
óâí ïõ óàãâð ëâïz
ât t
àr
óârut)
u
ò âs
àñâòâí æ ä ëâó âã ñ âôâï ã âð âï âïõu
ïúu
ð ãàãìàr
ñ âíð í ìà ï âãìâð â ï ìâïòâïs
àrt
â ëâìât
ëíò öïâð âïu
ïúu
ð ãàãìàrt
âôâïð âïð öâóí
t
âs
ìâïòâïõ ãà óí ïëu
ïòí ìâïò âï ëâr
ís
àr
âïò âï ãíð øùñ â. Fu
ïòs
í äåæçè ä éæ èê ëâìât
ëít
í ïòðât
ð âï ëà ïòâ ï ãà ïâãñ âôðâïñ âôâïs
à ìàrt
í âïú íã íð øùñ â,
âïúíù ð ÷ íëâïõáí
t
âr
âs
â,
ì àw
âr
ïâëâïèææ æzer
(G
ùã âã â,
ý).
M
à ïöøut L
íu (
ûüü)
film
í ïí ñàr
îu
ï òs
ís
àñ âòâí ìà ïòôâóâïòs
àóàðú í îu
ïtu
ðëíî
us
í òâs
ëâï âír,
ëâïã àã ìàr
ñ âíð ís
í îât
ìà ïâïòâ ïâï ãàð âïís.
Edible film
ôârus
ãàãìöïy
âís
í îât-s
íîât y
â ïòs
âã â ëà ïòâïfilm
ðà ãâs
âïs
à ìàrt
íìó âst
íðõy
â ítu
ôârus
ãàãíó íð ís
í îât
ãà ïâôâï âír s
àôí ïòòâ ë âìât
ãàïáà òâô ðàôí óâïòâï ðà óà ã ñ âñ âï ìøù ëöðõ ã àã í óíð í ìàr
ã à âñ íóít
âs s
à óàðú í ît
àr
ôâë âì òâs t
àrt
à ïúu,
ãà ïòàïëâó íð âï ìàr
ìí ïëâôâï ì âëât
âït
àr
ó ârut u
ïúu
ð ãàãìàrt
âôâ ïð âïw
âr
ïâ,
ìíòãà ï âó âãí ëâï òíz
í, s
àrt
â ãà ïâëí ìà ãñ âw
â ñ âôâï âëít
í îs
à ìàrt
í ìàw
âr
ïâ,
ìàï òâw
àt
ëâï ìà ïâãñ âôâr
ùãây
âïòã àãìàr
ñ âíð íãutu
ñ âôâïìâïò âïB
âôâïë âs
âr
edible film
ãàru
ìâð âïñ âôâïy
âïò âãâïu
ïúu
ð ëíðù ï÷öãs
í. P
à ïòàãñâïòâïedible film
ìâëâ ã âð âïâïs
à óâíï ëâìât
ã àãñàr
íð âï ð öâóít
âs
ìøù ëöðy
âïò óàñ íô ñ âíð ëâï ãàãìàr
ìâï âïòë ây
âs
í ãìâïÄ
!"#$ "%
&'&'(
T
)*+,-)T
)*+,-)).)/)0
*)
t
+y
)12 .+*3
r
,/30 .)r
+u
4+
-)
yu s
3
t
3/)0 5 3/)/u
+*6,
s
3s
*312u
* )s
)17 *318u
8 +)17 *3120)18ur
)17 *31 2 31.) *)1 .)1 *31 23r
+1 2)1'T
)*+,-)t
3r
2,/,1 2*,/+s
)-)r
+.)y
)125312)1. 91 2*)t
+y
)1 2t
+1 22+s
343s
)r
:-
:;%
. 312)1-)1. 912)1 )5+/,*3-< +1 ;=>
-
:=>y
)1 2 .)*)t
535*312)ru
0+ -3-31< )/)1 .)1st
)4+/+t
)s
film, s
3rt
) )5+/,?) @=>y
)1 2 5 3ru
*) -)1 *,/+53r
43r
)1<)+ /urus
.)143
r
*3r
)1 *31< +1 2 .)/)5 *35431<u
-)1 23/. K
)1.u
12)1t
)*+,-) *3r
(== 2 6 4)0)1 .)*)t
.+/+0)t
*).)T
)4 3/&'(T
)43/&'(A )1. 91 2)1< )* +,-)*3r
(==2r
)54)0)1K
)1. 91 2)1U
1+t/100gram
Kalori (Kal)
363
Protein (gr)
1,1
Lemak (gr)
0,5
Karbohidrat (gr)
88,2
Zat kapur (mg)
84
Phospor (mg)
125
Zat Besi
1,0
Vit A (SI)
0
Thiamine (mg)
0,4
Vit C (mg)
0
Air (gr)
10-13
Sumber : Lingga (1992)
6
Gambar 2.1 Struktur kimia amilosa (atas) dan amilopektin (bawah).
Sumber : Hee-Young An (2005)
Tapioka berbentuk makromolekul, tidak bermuatan, berbentuk granula yang
padat dan tidak larut dalam air dingin dan jika dipanaskan akan mengalami
gelatinisasi, tapioka dalam keadaan kering berwarna putih dan dalam bentuk gel
berwarna
opaque
(buram) (Mulyoharjo, 1987). Pati dapat menjadi bahan dasar
dalam pembuatan plastik.Pati sendiri memiliki batasan bervariasi terkait dengan
kelarutan dalam air.
Senyawa amilopektin pada tapioka bersifat sangat jernih yang mampu
meningkatkan penampilan, memiliki daya pemekatan yang tinggi sehingga
kebutuhan pemakaian relatif sedikit dan suhu gelatinisasinya rendah yaitu sekitar
64,5
o
C. penggunaan tapioka pada proses pembuatan
edible film
berfungsi agar
film
yang dihasilkan memiliki karakteristik yang baik antara lain permukaan
halus, transparan, kejernihan tinggi, daya lipat tinggi, kekuatan lapis tinggi dan
daya larut lapisan tinggi (Winarno, 1989).
2.2.2
Whey Protein
Whey protein
adalah protein susu yang telah dipisahkan dari
caseinate-nya,
yaitu diekstrak dari
whey
cair (Williams, 2005). Whey adalah hasil ikutan dalam
pembuatan keju dan kasein yang jarang dimanfaatkan Proses pemisahan ini dapat
terjadi saat pembuatan keju. Bentuk
whey protein
awalnya seperti adonan kue
yang mana masih mengandung lemak, abu mineral dan laktosa. Bentuk ini
kemudian mengalami pengolahan lebih lanjut pada temperatur rendah
menghasilkan bubuk berwarna pastel (whey
protein) (Rai dkk, 2007).
Whey
dapat
pula digunakan sebagai peningkat flavor, memodifikasi tekstur, dan meningkatkan
nilai gizi pada produk olahan pangan (Johnson,2007).
[image:25.595.73.518.217.643.2]Whey
merupakan bagian cair dari susu atau serum susu yang dipisahkan dari
curd dalam pembuatan keju konvensional dan pembuatan kasein.
Whey
merupakan protein susu yang tidak tergumpalkan ketika pH susu diturunkan sapai
4,6. Kandungan kimia
whey
protein dalam 100 gram baham dapat dilihat pada
Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Kandungan kimia
whey
protein
Kandungan
Jumlah
Protein
12,13 ± 0,1
Total Gula
48,43 ± 0,3
Kalsium
0,64± 0,2
Lemak
3,9 ± 0,2
Abu
15.12 ± 0,01
Klorida
1,02 ± 0,3
Sumber :
Tovar Jimenez dkk
.
(2012)
Ada beberapa jenis
whey protein
antara lain
Whey
Protein
Concentrate
(WPC),
Whey Protein Isolate
(WPI), dan
Whey Protein Hidrolysate
(WPS). WPI
memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan WPC, sedangkan
kandungan karbohidrat dan lemaknya lebih rendah dibandingkan WPC (Rai dkk,
2007)
Menurut Buckle dkk.,
(1987)
whey
protein dapat mengalami denaturasi oleh
panas pada suhu 65
0
C.
Whey protein
dapat digunakan dalam pembuatan
film
yang
transparan, elastis dan tidak memiliki rasa sehingga cocok digunakan sebagai
pengemas bahan makanan.
2.2.3 Teh Hijau
8
fermentasi dan banyak dikonsumsi orang karena nilai medisnya. Teh hijau juga
digunakan untuk membantu proses pencernaan dan juga karena kemampuannya
dalam membunuh bakteri. Kandungan polifenol yang tinggi dalam teh hijau
dimanfaatkan untuk membunuh bakteri-bakteri perusak dan juga bakteri yang
menyebabkan penyakit dirongga mulut (penyakit periodontal).
Teh hijau mempunyai kadar polifenol yang tinggi. Polifenol merupakan
bentuk dari bioflavonoid dengan beberapa grup fenol. Polifenol dalam teh hijau
adalah katekin. Senyawa polifenol dapat berperan sebagai perangkap radikal
bebas hidroksil (OH) sehingga tidak mengoksidasi lemak, protein dalam sel.
Kemampuan polifenol menangkap radikal bebas, 100 kali lebih efektif
dibandingkan vitamin C dan 25 kali lebih efektif dari vitamin E (Silalahi, 2006).
2.2.4 Gliserol
Gliserol adalah
plasticiizer
yang bersifat hidrofilik yang relatif kecil dan
mudah disisipkan diantara rantai protein dan membentuk ikatan hidrogel dengan
gugus amida dan protein gluten (Cao dkk., 2007). Gliserol merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi laju tranmisi uap air karena gliserol merupakan
plasticizer
yang dapat membuat
film
yang dihasilkan menjadi lebih halus dan
lebih luwes. Apabila laju tranmisi uap air tinggi maka dapat mempengaruhi
struktur air dalam
edible film
sifatnya menjadi menurun dikarenakan ikatan
hidrofilik antara kedua bahan
edible film
yang tidak mampu menyatu satu sama
lain. Struktur kimia gliserol dapat dilihat pada
BC DEC FGHGBC DE C FGHG
Struktur kimia gliserol (Solvay, 2001)
Menurut Marseno (2000), penambahan gliserol pada matriks plastik sangat
diperlukan karena gliserol mempunyai kemampuan mengurangi ikatan hidrogen
pada matrik ikatan intermolekuler. Penambahan gliserol sebagai
plasticizer
dapat
mengurangi kerapuhan dan meningkatkan fleksibilitas
edible film
karena dapat
menurunkan kohesi
edible film, tetapi penambahan gliserol dapat meningkatkan
permeabilitas uap air
edible film
(Perez-Gago dan Krochta, 1999) karena gliserol
merupakan
plasticizer
hidrofilik (Mahmoud dan Savello, 1992). Maka dari itu,
perlu pengubahan struktur
edible film
menjadi hidrofobik.
Edible film
yang
bersifat hidrofobik mempunyai sifat yang menguntungkan bagi makanan yang
dilapisinya. Salah satu bahan yang dapat meningkatkan gugus hidrofobik yakni
dengan penambahan mentega.
IJKLM NO P QRQSTUV WXYZV X[
Proses pembuatan
edible film
dimulai dari pelarutan bahan dasar berupa
hidrokoloid, lipid atau komposit , kemudian dilakukan penambahan
plasticiizer.
Campuran dipanaskan pada suhu 55-70
o
C selama 15 menit.
Film
dicetak
(casting)
dengan cara menuanglan adonan pada permukaan lembar polietilen yang licin
menggunakan
auto-casting machine. Selanjutnya dibiarkan beberapa jam pada
suhu 35
o
C dengan RH ruangan 50%.
Film
yang dihasilkan kemudian dikeringkan
selama 12-18 jam pada suhu 30
o
C RH 50% dan dilanjutkan dengan penyimpanan
(conditioning) dalam ruang selama 24 jam menggunakan suhu dan RH ambient
(Paramawati, 2001).
Bentuk lain dari
edible packaging
adalah
edible coating, yaitu pelapisan
bahan pangan dengan bahan pelapis yang dapat dimakan. Bahan-bahan baku
untuk pembuatan
edible coating
sama dengan
edible film, hanya saja dalam
pembuatan
edible coating
tidak ada penambahan
plasicizer, sehingga pelapis yang
dihasilkan tidak berbentuk
film
(Setyasih, 1999).
Selama pembuatan
edible film
terjadi perubahan - perubahan seperti denaturasi
protein, gelatinisasi, gelasi dan agregasi. Berikut ini adalah perubahan perubahan
yang terjadi selama pembuatan
edible film
:
a. Denaturasi protein
10
dengan suhu tinggi dapat menyebabkan protein terkoagulasi, semakin tinggi suhu
maka protein akan cepat terdenaturasi.
b. Gelatinisasi
Gelatinisasi merupakan perubahan yang terjadi pada granula pati yang
mengalami pembengkakan yang luar biasa dan tidak dapat kembali ke bentuk
semula (Winarno, 2002). Gelatinisasi terjadi apabila pati tersebut mengalami
perlakuan dengan menggunakan suhu tinggi. Pemanasan yang semakin lama akan
mengakibatkan viskositasnya semakin tinggi. Pada saat larutan pati mencapai
suhu gelatinisasi maka granula-granula pati akan pecah sehingga molekul-molekul
pati keluar dan terlepas dari granula serta masuk dalam sistem larutan, hal ini
yang menyebabkan peningkatan viskositas.
c. Gelasi
Gelasi merupakan fenomena agregasi protein dimana interaksi antara
plimer-polimer dan plimer-polimer-pelarut serta gaya tarik dan gaya tolaknya seimbang sehingga
jaringan tersier yang tersusun seperti terbentuk matrik. Matrik ini mampu
mengikat air (Fardiaz dkk., 1992). Gel protein memiliki sifat yang unik yaitu
bersifat seperti bahan padat, tapi pada saat yang sama memiliki banyak
karakteristik dari cairan.
d. Agregasi
Agregasi merupakan proses kristalisasi kembali molekul-molekul plipeptida
yang mengalami gelasi. Molekul-molekul polipeptida berikatan kembali melalui
ikatan hidrogen intermolekuler, dengan demikian mereka menggabungkan
butir-butir polipeptida yang membengkak menjadi semacam jaring-jaring membentuk
mikrokristal dan mengendap. Laju agregasi dipengaruhi oleh suhu, ukuran bentuk
dan kepekatan molekul peptide dan oleh keberadaan benda lain. apabila gelasi
tinggi maka tingkat agregasi juga tinggi sehingga gel yang terbentuk semakin kuat
(Fardiaz dkk., 1992).
\]^ _` abc daefgh ijklh jm
Edible film
digunakan sebagai pengemas makanan yang aman bagi kesehatan.
Kualitas
edible film
harus diperhatikan agar bahan makanan yang dikemas oleh
film
dapat terjaga dengan baik. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas
edble film
antara lain :
1. Ketebalan
film
Menurut McHugh dkk (1994), ketebalan juga sangat mempengaruhi sifat fisik
dan mekanik
edible film, seperti
tensile strength, elongation, dan
water vapor
transmission rate
(WVTR). Faktor yang dapat mempengaruhi ketebalan
edible
film
adalah konsentrasi padatan terlarut pada larutan pembentuk
film
dan ukuran
pelat pencetak. Semakin tinggi konsentrasi padatan terlarut, maka ketebalan
film
akan meningkat. Sebagai kemasan, semakintebal
edible film
maka kemampuan
penahanannya semakin besar, sehingga umur simpan produk akan semakin
panjang.
Menurut Zhang dan Han (2006), ketebalan
film
meningkat sesuai dengan
meningkatnya
plasticizer
dari 4,34-10,87 mmol/g dan berat molekul
plasticizer
dari 92,09-182,2 pada penelitian dengan menggunakan beberapa monosakarida
dan poliols sebagai
plasticizer.
Edible film
dengan gliserol sebagai
plasticizer
mempunyai ketebalan paling tipis jika dibandingkan dengan yang lain, berat
molekulnya paling kecil, mempunyai konsentrasi padatan terlarut paling rendah.
Edible film
yang terlalu tebal dapat memberikan efek yang merugikan.
Menurut Howard dan Dewi (1995) pelapis yang tebal dapat dapat membatasi
pertukaran gas hasil respirasi, sehingga menyebabkan produk mengakumulasi
etanol yang cukup tinggi dan meningkatkan
off- flavor.
2. Perpanjangan
(Elongation)
12
Film
dengan bahan dasar pati bersifatrapuh tapioka adanya amilosa, sehingga
makin tinggi konsentrasi pati akan menurunkan fleksibilitas
film
yang dihasilkan.
Menurut Chick dan Hernandez (2002), bahwa meningkatnya kadar air akan
menurunkan
tensile strength film
yang tidak menggunakan
wax, tetapi dengan
adanya
wax
akan meningkatkan
tensile strength
dan menurunkan
elongation.
Sedangkan menurut Cheng dkk.,
(2006) bahwa peningkatan konsentrasi gliserol
dan sorbitol tidak memberi pengaruh secara signifikan terhadap
tensile strength
film, tetapi meningkatkan flexibilitas dan ekstensibilitas
film.
3 Kuat Tarik
(Tensile strength)
Tensile Strength
adalah ukuran untuk kekuatan
film
secara spesifik, merupakan
tarikan maksimum yang dapat dicapai sampai
film
tetap bertahan sebelum
putus/sobek (Krochta dan De Mulder, 1997). Sifat
tensile strength
tergantung
pada konsentrasi dan jenis bahan penyusun
edible film
terutama sifat kohesi
struktural. Kohesi struktural adalah kemampuan polimer untuk menentukan kuat
atau tidak ikatan antar rantai molekul antar rantai polimer (Santoso dkk, 2011).
4 Daya Larut
Kelarutan
film
merupakan faktor yang penting dalam menentukan
biodegradibilitas
film
ketika digunakan sebagai pengemas. Ada
film
yang
dikehendaki tingkat kelarutannya tinggi atau sebaliknya tergantung jenis produk
yang dikemas (Nurjannah, 2004).
Daya larut
film
sangat ditentukan oleh sumber bahan dasar pembuatan
film.
Edible
film
berbahan dasar pati tingkat kelarutannya dipengaruhi oleh ikatan gugus
hidroksi pati. Makin lemah ikatan gugus hidroksil pati, makin tinggi kelarutan
film.
Edible film
dengan daya larut yang tinggi menunjukkan
film
tersebut mudah
dikonsumsi (Krisna, 2011).
pq prstuvw x uyuz u{|v |q z
rs}v~ y~ ~
¡
¢ £ ¢ ¤ ¥ ¡ ¦
§ ¨ £ ©ªn« ¨ ¬ ©ªn«¦
rsp® q y~~
o¦©¦n¯
¯ ¨ °±²³´ ° µ ²´ ¶ ¨ ¨
¯ ¨ ·¯ ¨ ¯ ¯¸ ¹ ¨
¦
o¦©¦©º
º ¨ ¨
¨ ¹ »¼½¾¿À
)
¥ ¨ (
Á¾³ ²Â°Ã),
¹ ¨ ¨ nª ¹ Ä nª ¹ ÅÆ´Æ¿ Ç Ç °¾ ±°ÇÈ É Ênª ˲ Ì° ÇÀ¾´Í °ÀòÂΠϾ Ž ²Â°Ð¯ ÑÒÓÊ Ê«ªª Ô Í½ ²ÅÕ°ÀÀ¶°Ã°ÇÈ ¦
rsrt~Ö ~y~ ~
o¦o¦n
¯ ¯¸ ¨
¨ °±²³ ´ ° µ ²´¶¦ Ò ¯ ¯¸ n
¯ ¯¸ ¹¨ ¹¨ ¸ ¨
«ªª ¯nªª ×
É nª ¦ ¨ °±²³´°µ²´¶
.
¯ ¨ °±²³´°µ ²´¶¯ ¨ ·¯¨ ¦ ¯ nª ¨ ¯¨
ؽ °ÙÚ ÇÆð²Â
(
nªªÛª ܪÛnª ݪީª ßªÛ oª àªÛ áª)
¦Ð ¨ ¯ ¯ nªª ¯ ¯¸ ¥ (
ªâ ©«%
«ªâ ß«â nªªâ)
¯ © « ¦ Ð ¯ ¹¨ « ¨ ؾðdz¾ÃŽ
ãä
åæçæèé ê
ë å ìí îï îãéï ìðñ ò çñ ðóó îò ìôõìð òæ öóìí ÷øìòìí îçó ìí ò ìô õìð òæ ö öì ïæùñ îð
ùñúìò îöûîùîûí îòû üô å ìíìðýîð óò ìí îçùñíîûñ åñ ïñöîå ìõîðýî öéþãóô
/cm
2
(Marseno
dkk, 1999). Kemudian adonan ditempering pada suhu ruang atau 30
o
C selama ±
15 menit. Setelah itu bahan
ÿyang telah dicetak kemudian dioven pada suhu
50
o
C selama 20 jam.
ÿyang telah terbentuk dilepas dari plat porselen
kemudian disimpan dalam plastik berisi
. Diagram alir pembuatan
[image:32.595.83.522.266.641.2]ekstrak teh hijau dan pembuatan
ÿsecara lengkap dapat dilihat pada
Gambar 3.1 dan 3.2.
Gambar 3.1.Diagram alir pembuatan ekstrak teh hijau
Ampas
Teh hijau 2 g
Penyeduhan 500 ml air suhu 100
0
C
selama 10
Pengadukan
Penyaringan
Ekstrak Teh Hijau
!"# "$
%&'
%&
( ) * ) +
% & ,& *
-*
(
%,-)
) . */ 0 */ ( 1/ + )1 /* 2 345/ 6626 7862 6 79626 7:626);62<6 0*/ ( *) ( /11
* * ++=( 6>7>76>7:>)6 6>? * ) * * @ABCAD EBCFB
(
G HI HJK LMNOKPFQ
)
@ABR FQS HD FB@ABC FT HUFBT FB@AQFBFV FB
(
WX Y Z[\XY]^VHIH_K K LMN_K`
)
@AB RAaFUFBS FTFSbFaScD VAbAB
(
_KC/plat 10 cm x 10cm)
Prosentase Tapioka :
de fgProtein 10 gram
100:0, 90:10, 80:20, 70:30 dan 60:40
Gliserol
2,5 g
Ekstrak Teh Hijau 100ml
0%, 25%, 50%, 75% dan 100%
Tempering, 15
jk
l mnop qo nrsnr tnr tnun vnr s tp wxyz ox{ tp q|p } xrssqr nm nr
A
~~ txrs nr nr uqnr wyz syn} ~ xyp j xuxo n{ p u q tp o nr | qumnr txrsnr q |p xtn}xrssqrnmnrq|p
lllnyn} xuxyxr s n} n unr
nyn} xuxyvnr stpn} nup}xopwqup
n nyr n} xr ssqr nmnr j
(
qu{prsj)
qnuunyp m
(
¡¢£¤ kl¥¦tnon}{nrs.
§)
xywnr | nr snr(
¡¢£j¨)
t ntny¡py
(
£ xuz tx¢{xy }zsynp}xuyp(
¡ ©¡§¨)
x xo nyqu nr(
z u {z yrp u .,
§l)
ª xu xno nr} xr ssqr nmnr «¬ ~ ® £puz u q vzlj
s ¯|p°ªxmupªp un
(
¤x±ny}ztmmj¥¦)
²³´µ¶·¸¹º » ¶¼½ ¾¿ À¸À¸l¦jnyr n} xrssqr nm nr j
(
qu{p rsj)
xrsqmqy nr Ányrn tp o nmqmnr txr snr }xr ss qr nmnr nonu vnr s tpxqu
¬
yang dilakukan pembacaan atau pengukuran warna pada 5 titik
sampel. Langkah pertama yang dilakukan yaitu menghidupkan
¬ dengan cara menekan tombol
ÂÃ. Kemudian meletakkan lensa pada porselin
standar secara tegak lurus dan menekan tombol target maka muncul nilai pada
layar (L,a,b) yang merupakan nilai standart. Lalu melakukan pembacaan pada
sampel dengan kendali tombol target sehingga muncul nilai dE, dL, da dan dh.
Intensitas warna dapat dihitung dengan menggunakan rumus L, a, b :
L = standar L + dL
A = standar a + da
B = standar b + db
Nilai L menyatakan parameter kecerahan
(
Ä Å« ~ )
yang mempunyai nilai
dari 0 (hitam) sampai 100 (putih). Nilai a menyatakan cahaya pantul yang
menghasilkan warna kromatik campuran merah
hijau dengan nilai +a (positif)
dari 0
100 untuk warna merah dan nilai a (negatif) dari 0
(-80) untuk warna
hijau. Nilai b menyatakan warna kromatik campuran biru kuning dengan nila +b
Digital Repository Universitas Jember
(
ÈÉÊ ËÌ ËÍ)
ÎÏÐË ÑÒÇÑÓÔÌÓ Õ ÕÓÔ ËÔÖÎÏÔÔ Ë×Ï Ë ØÙ(
ÔÚ ÖÏÌËÍ)
ÎÏÐ Ë ÑØ(
ÒÇÑ)
ÓÔÌÓÕ ÛÏÐÔÏÙËÐÓÜ
ÝÜÞÜßàÓÏÌáÏÐË Õ
(
âã á äå æÝç ÒèÞÎÏ× Ïéê ëÏÔ ÖÎÕÕÜìßÑÑÑ)
íÉÌÉÔÖÏÔ îïð ñ ÎÚÔÖÏÔ Ó ÕÓÐÏÔ ×Ú ÙÏÐ ÆÑ é é ÎÏÔ ÈÏÔòÏÔÖ çÑ éé Î ËÊ Ë éÈÏÔ
ÌÚÐ×Ú ÙË ëÎÏ ëÓ×ÓÎ Ï×Ï éÌÉ È× ÚÊÙÚÐ ËÊËÊ Ë× Ë ÕÏÖÚ×ÊÚ×ÏéÏÊ ÏÌÓëÏ Ð ËÜàÚ éÓÎ ËÏÔ ÕÚ ÕÓÏÌÏÔ
ÌÏÐ ËÕ È× ÏÊ Ì Ë Õ Î ËÓ ÕÓÐ ÎÚÔÖÏÔ éÚÔÖÖÓÔÏ ÕÏÔ
ó ôïõö÷ ø ùð úöø û ïôü ýù þÿï ôö
ã ëËéÏÎ Ó
ÒÌ ÚÊ ÌÒÑÑ
.
àÚ ÚÈÏÌÏÔ ÈÚÔÏÐ ËÕÏÔÔÏÆèÜÑ éé/menit. Ukuran spesimen dapat
[image:35.595.71.522.192.634.2]dilihat pada Gambar 3.3
Gambar 3.3 Spesimen Uji Tarik (ASTM D638-94 dalam Chang dkk.
,
2000)
Kekuatan tarik ditentukan dari perbandingan kekuatan pada beban maksimum
dengan luas area spesimen
î ïðñ(m
2
). Besarnya kekuatan tarik dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :
=
Keterangan :
= Kekuatan tarik (KPa)
F = Gaya tarik (N)
A = luas area gaya bekerja (m
2
)
3.4.3 Perpanjangan (ASTM, 1995)
Perpanjangan
î ïðñdiukur dengan menggunakan
ó ôï õö÷ø ùð ú öø ûï ôü ýù þÿ ïôöShimadzu EZ-test-500N. Besarnya perpanjangan dihitung menggunakan rumus :
=
o
Keterangan :
= Pertanmbahan panjang (mm)
o
= Panjang mula-mula (mm)
3.4.4 Kadar Air (Metode Thermogravimetri (AOAC, 2005)
Prosedur analisis yang dilakukan yaitu dengan mengeringkan botol timbang
yang akan digunakan dalam oven selama 60 menit pada suhu 100
o
-105
o
C
kemudian diletakkan pada eksikator untuk dilakukan pendinginan, kemudian
ditimbang (a gram). Setelah itu bahan atau
sebanyak 2 gram yang telah
dilakukan pengecilan ukuran dimasukkan kedalam botol timbang dan ditimbang
dengan berat (b gram). Kemudian botol timbang yang berisi bahan di oven selama
6 jam. Setelah itu didinginkan dalam eksikator selama 30 menit dan ditimbang
berat (c gram) perlakuan ini diulang hingga diperoleh berat yang konstan. Kadar
air dalam bahan ditentukan dengan menggunakan rumus :
Kadar air =
x 100
Keterangan :
a = Berat botol timbang
b = berat botol timbang + bahan sebelum pengovenan
c = berat botol timbang + bahan setelah pengovenan
3.4.5 Kelarutan (Sothornvit
2003)
dipotong dengan ukuran 4cm x 7 cm, ditimbang dan dioven dengan suhu
100-150
o
C selama 24 jam (a gram). Kemudian
diletakkan di dalam wadah
yang telah terisi dengan 100 ml aquades dan disimpan dalam suhu ruang selama
24 jam. Selanjutnya
ditiriskan dengan kain saring dan dimasukkan ke dalam
botol timbang (yang telah dikeringkan 30 menit dan ditimbang beratnya) (b
gram). Botol timbang beserta
dipanaskan menggunakan oven pada suhu
100-150
o
C selama 2-3 hari hingga mencapai berat konstan (c gram).
Kelarutan =
(
)
100
Keterangan :
a = Berat
awal
b = berat botol timbang
= Berat akhir
3.4.6 Ketebalan (Menggunakan
! "Mitotuyo 7301).
Pengukuran ketebalan film dilakukan dengan menggunakan
!".
Menggunakan sistem micrometer digital dengan akurasi 0,001mm. Pengukuran
dilakukan pada tiga titik yang berbeda tiap sampel dan diambil rata-ratanya.
3.4.7 Uji Efektifitas (De Garmo dkk, 1984)
a) Memberikan bobot nilai pada masing-masing variabel dengan angka relatif
sebesar 0-1. Bobot nilai yang diberikan tergantung pada kontribusi
masing-masing variabel terhadap sifat-sifat kualitas produk.
b) Menentukan nilai terbaik dan terjelek dari data pengamatan.
c) Menentukan bobot normal variabel, yaitu variabel dibagi bobot total.
d) Menghitung nilai efektivitas dengan rumus
Nilai efektifitas =
1) Menghitung nilai hasil, yaitu bobot normal dikalikan dengan efektifitas.
Menjumlahkan nilai hasil dari semua variabel dan perlakuan terbaik dipilih dari
#$ #%&'()* +*'
%&,-./0123 456
7 89 8:;< = 8:;>?>;@ A8BC DE;; @ 9 8@9; @ F >;B;>98BG H 9 G> IGHG > J;@ =8>; @G> KLM NOK
PMOQ E8BE; <; @ J; H; B 9 ; AGD>;RSTKU AB D98G@ J 8@ F;@ A8@; =E; <; @ 8> H9B ;> 98< <GV;?
J; A;9JGA8B D:8<>8HG = A? :; @H 8E; F;GE8BG>?9 W
XW Y; HG D 9; AG D>;RSTKU ABD9 8G@ = 8= E8BG >; @ A8@ F; B? < HGF@GIG> ; @ 9 8B<; J; A
A;B; = 898B A8@ F; =;9 ; @ Z;B@;
(
OM [T\ ]K ^ ^ _` Z ;B @;(
aTbcQd_` >?;9 9;BG >e A8BA; @V;@F;@e > 8:;B?9; @ J; @ > 898E; :;@e 989 ; AG 9G J;> = 8=E8BG >; @ A8@ F; B? <HG F@GIG >;@98B<;J; AA;B;= 89 8B>;J; B;G BW
fW gD@H 8@9B; HG A8@; =E; <;@ 8> H9 B;> 9 8< <GV;? =8=E8BG>; @ A8@ F;B? < @h; 9 ;
9 8B <;J;A H8=?; A; B; =898B A8@ F;=;9; @>; B;>9 8BG H 9G > IGHG > J; @ = 8>; @G> KL MNOK
PMOQW
iW j@98B;> HG k ;BG ;HG B ;HGD E; <; @ J;H ;B J ; @ > D@H8@9B; HG A8@; = E; <;@ 8> H9 B;> 9 8<
<GV;? = 8=E8BG>; @ A8@ F;B? < @h;9 ; 9 8B <;J;A A; B; = 898B A8@ F; =;9 ; @ Z ; B @;
(
OM [T\ ]K ^ ^_`Z;B @;(
aTbcQd_`>?;99;BG>eA 8B A; @V;@F;@e>8:;B?9 ;@J; @> 898 E; :; @eH 8J; @ F>; @E8B A8@F;B? <9GJ;>@h;9;98B<;J; AA; B;= 89 8B>;J; B;GBW
lW m 8B:;>?; @ h;@ F = 8=G :G>G >?;9 9;BG>e A8B A;@V; @ F;@ =;> HG=? = J; @ > 8:; B? 9; @
h; @F =G @G =? = h;G9 ? A8B:;>?; @ niop J 8@ F;@ ABDH 8@9; H 8 9 ; AG D>; qrs
Z<8h
AB D9 8G @ frs J ; @ 8> H9B ; > 98< <GV;? XrrsW t; H G : ; @; :GHGH A8B: ;>?; @ niop
;J; :; <>?;99 ; BG >fefqgm;uA8B A; @V; @ F; @XvewiC=J; @> 8:;B?9; @pwewi
%
W%&xy5 z56
o8BJ ; H;B> ; @<;HG:A8@8:G9G ;@ h; @ F98:; <JG :;>?>;@H;B; @ h;@ FJ ; A;9JGE8BG >;@
? @9?> A8@8:G 9G; @ H8:; @V?9 @h; h; G 9? =8@ F?>?BJ;h; HG = A; @ =;>; @; @ h;@ F JG :; AG HG
D:8<KLMNOKPMOQ{
ii
| } ~ }} }
Abdorreza, M.N., Cheng, I.H. dan Karim, A.A. 2011. Effect of plasticizers on
thermal properties and heat sealability of sago starch films.
y
o
ll
25: 56-60.
Antika, C.D. 2013. Sifat Fisik mekanik Edible Film yang Dibuat dengan Variasi
Rasio Tapioka-Isolat Protein Kedelai dan pH
r
Jember: Universitas
Jember.
AOAC. 2005.
y
y
. Washington: Benjamin Franlin Station.
ASTM. 1995. ASTM D638-94,
¡
. Philadelphia: American Society
For Testing and Materials.
Britton, G., Jensen, L., dan Fander, P. 1995.
Volume 1B
Berlin:
Berlin Verlag
Buckel, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H dan Wooton, M. 1987.
¢ £ ¤
. Jakarta: Universitas Indonesia.
Cao, N., Y. Fu, dan J. He. 2007. Preparasion And Physical Properties Of Soy
Protein Isolate And Gelatin Composite Films.
¢ ¥ y
. 21:
1153-1162.
Chang, Y.P., P.B Cheah dan C.C.seow. 2000. Filmizing-antifilmizing effect of
water on physical properties of tapioca starch films in the glassy state.
¥
65 (3):445-451
Damodaran, S. dan Paraf, A. 1997. Food Protein and Their Application. Marcel
Dekker, Inc. New York.
De Garmo, E.P., Sullivan, W.G., dan Canada, C.R. 1984.
¦ £ £ ¦y
7
th
Edition.
New York: Mc Millan Publ. Co.
Fardiaz, Andarwulan, Harianto dan Puspitasari. 1992.
Penunjuk Laboratorium:
Teknik Analisis Sifat Kimia dan Fungsional Komponen Pangan
. Bogor:
PAU Pangan dan Gizi. IPB.
35
Gaman, M. P. dan Sherington, K. B. 1992.
Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi
.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Press
.
Gomama, G.S. 2008. Aktivitas Air Dan Tipe Sorpsi Isotermis Edible Film Dari
Tepung Koro Pedang Dengan Penambahan Ekstrak Teh Hijau Pada
Berbagai Suhu Ekstraksi.
Skripsi
. Jember: Universitas Jember.
Gontard, N., Guilbert, S. dan Cuq, J.L. 1993. Water and Glyserol as plasticizer
affect mechanical and water vapor barrier properties of an wheat gluten
film.
J. Food Sciece
. Vol. 57:190-195.
Gramza, A., K. Pawlak-Lemañska, J. Korczak, E. Wsowicz, dan M. Rudzinska.
2005. Tea Extracts as Free Radical Scavengers.
Polish Journal of
Environmental Studies
Vol. 14 No. 6: 861-867.
Hee-Young An. 2005. Effects of Ozonation and Addition of Amino Acids on
Properties of rice Straches.
Disertation
. Faculty of Lousiana State
Universitiy and Agricultural and Mechanical College.
Howard, L.R. dan Dewi, T. 1995. Sensory, Microbiological and Chemical
Qualityof Mini-Peeled Carrots as Affected by Edible Coating Treatment.
J. Food Science.
60(1):142-144.
Hutching, J. B. 1999.
Food Colour and Appearance
.Second Edition. Maryland:
Aspen Publisher, Inc
Johnson. 2000.
US Whey Products in Snacks and Seasoning
. US Dairy Export
Council USA.
Juniaty, Towaha B. 2013. Kandungan Senyawa Kimia Pada Daun Teh
(Camellia
sinensis)
. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Vol. 19
(3) 12-16.
Koswara S. 1995.
Teknologi Pengolahan Kedelai Menjadi Makanan Bermutu
.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Krisna, Dimas D.A. 2011. Pengaruh Regelatinasi Dan Modifikasi Hidrotermal
Terhadap Sifat Fisik Pada Pembuatan Edible Film Dari Pati Kacang Merah
(Vigna Angularis Sp
.).
Thesis.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Krochta, J.M. 1992.
Control of Mass Transfer In Food with Edible Coatings and
Film.
In Singh, R.P. and Wirahartakusumah, M.A. (Ed).Advanced in Food
Engineering.London: CRC Press, Inc.
Krochta J.M., Baldwin E.A. dan Nisperos-Carriedo MO. 1994.
Edible Coatings
and Film to Imrove Food Quality.
New York: Technomic Publi. Co. Inc,
Krochta J.M dan De Mulder Johnston. 1997. Edible and Biodegradable Polymers
Film: Challenges & Opportunities.
J.Food Technology
51 (2): 61-74.
Lindirati, T. 2007. Edible Film dari Tepung Koro Pedang.
Thesis
. Malang:
Universitas Brawijaya
Lingga, P. 1992.
Bertanam Ubi-Ubian
. Jakarta: Panebar Swadaya.
Liu, K.S. 1997.
Soybean : Chemistry, Technology and Utilization
. New York:
Chapman and Hall.
Mahmoud, R., dan P. A. Savello. 1992. Mechanical Properties and Water Vapour
Transferability through Whey Protein Films.
J. Food Science
67(11):
942-940.
Marseno DW. 2000.
Pengaruh Sorbitol Terhadap Sifat Mekanik dan Tranmisi
Uap Air Film dari Pati Jagung
. Prosiding Seminar Nasional Industri
Pangan. Jogjakarta: Universitas Gajah Mada.
Martaningtyas, D.I, 2013. Sifat Fisik daan Mekanik Edible Film Terformulasi dari
Tepung Porang (Amorphophallus oncophyllus), Isolat Protein kedelai dan
Pati Jagung.
Skripsi.
Jember: Universitas Jember
Mc Hugh, T.H., Avena-Bustilos, R. dan Krochta, J.M. 1993. Hydrophilic Edible
Films Modified procedure for water Vapor Permebility and Explanation of
Thickness Effect.
J. Food Science
. 58(4):899-903.
Mulyohardjo, M. 1987.
Teknologi Pengolahan Pati.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada,
Murdianto, W., 2005. Sifat Fisik dan Mekanik
Edible Film
Ekstrak Daun
Janggelan.
Skripsi
. Jogjakarta: Universitas Gajah Mada.
Nurjannah, W., 2004. Isolasi dan Karakterisasi Alginat dari Rumput Laut
Sargassum sp. untuk Pembuatan Biodegradable Film Komposit Alginat
Tapioka
. Skripsi
. Jogjakarta: Fakultas Teknologi Pertanian UGM.
37
Paramawati, R. 2001. Kajian Fisik dan Mekanik Terhadap Karakteristik Film
Kemasan Organik dari Zein Jagung.
Disertasi
. Bogor: Program
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Perez-Gago, M. B. dan J. M. Krochta, 1999.Water Vapor Permeability of Whey
Protein Emulsion Film as Affected by pH.
J. Food Sci.
64: 695-698.
Poeloengasih, C.D dan Marseno, D.W. 2003. Karakteristik Edibele Film
Komposit Protein Biji Kecipir dan Tapioka.
Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan
XIV (3) 224-232.
Robertson, L. G. 1992.
Food Packaging Principles and Practice
.New York:
Marcell Dekker, Inc. USA.
Santoso B.,Pratama F., Hamzah B., Pambayun R. 2011. Pengembangan
Edible
Film
Dengan Menggunakan Pati Ganyong Termodifikasi Ikatan Silang.
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan (
22) 105-109.
Sartika, I. J. 2013. Sifat Fisik dan Mekanik Edible Fil, dengan Variasi Proporsi
Protein Whey-Tapioka dan pH.
Skripsi
. Jember: Universitas Jember.
Setyasih, 1999. Kajian Perubahan Mutu Salak Pondoh dan Mangga Arumanis
Terolah Minimal Berlapis Edible Film Selama Penyimpanan.
Disertasi
.
Bogor: Program Pasca Sarjana IPB.
Silalahi, J. 2006.
Makanan Fungsional
. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Siswono. 2008.
Jaringan Informasi Pangan dan Gizi, volume XIV
. Jakarta: Ditjen
Bina Gizi Masyarakat.
Solvay S.A. 2001. Research and Technology Additives and Processing Aids for
polymer.
Sothornvit, McHught, T.H. dan Krochta, J.M. 2003. Formation Conditions Water
Vapor Permeability and Solubility of Compression-Molded Whey Protein
Filmas.
J. Food Science.
68(6): 1985-1989.
Sudarmadji, S., Haryono, B. dan Suhardi. 1997.
Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan dan Pertanian.
Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Tovar Jiménez, Xóchitl., Ainhoa A.C., Alejandro T.J,, Arturo A.C, dan Claudia
R.M.U. 2012. Traditional Methods for Whey Protein Isolation and
Digital Repository Universitas Jember
Concentrasion: Effects on Nutritional Properties and Biological Activity.
J. Mex. Chem. Soc.
2012, 56(4), 369-377.
Tuminah, S. 2004.
Teh (Camellia sinensis O.K. var. Assamica (Mast) sebagai
Salah Satu Sumber Antioksidan
. Cermin Dunia Kedokteran No. 144:
52-54.
Winarno, F. G., 2002.
Kimia Pangan dan Gizi.
Cetakan ke-XI. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
§ ¨
© ª«¬ ® ª¯
© ª«¬® ª¯ª°±ª²ª³ª´©ª¯ª© ´´µ¶·¸ ¹º»
SS EDIBLE FILM
¼½ ¾½¿ ÀÁ ÃÄÀÅÆÃÇÂ È ÉÊ Ë ÊÌ ÀÈÍÎ ÏÐ ÑÒ ÓÔ ÔÕÖÎ × Ø ÓÙÎ ØÚ
N
Û ÇÂÌÃ ÀËÊ À ÈÜÃ ÀÈÉÀÈ
ÝÀÞÀßÌÀÞÀ
¾ à §
¾ ¼ ¾á¾ ⧽ਠâà½â ã âà½ã¨ âཨâ à ¼ ¾áà âà½ä¨ â 彨 ¨ âཧ§ â¾½¨ä § ¼ ¾á§ â ¾½à§ â å½æç ã¨½æ§ â å½çå ä ¼ ¾áä ãâ ½ ¾¾ ã â½ ¾ã ãâ ½ ¾ã
ã â½ ¾ç ç ¼ ¾áç ãã ½äç ãæ½ ¾ ¾ ãæ½ã ¾ ãæ½ãæ æ ¼àá¾ âå ½ç¾ â¾½å ã â ¾½ç¾ â¾½å§ ã ¼àáà 㨽âã â å½âç 㨽¨ã â å½à§ â ¼à᧠ãâ ½¨¾ ã â½â§ ã⠽㠾 ã â½âà ¨ ¼àáä ãæ½ç ¨ ãæ½âç ãã ½æ¾ ã ã½åà ¾å ¼àáç ãç½æ¾ ã 佨 ¨ ãç½â ¾ ãç½ä ã ¾ ¾ ¼§á¾ âå ½ ¾§ â å½ä ã â ¾½ã¨ â å½â å ¾à ¼§áà ã¨½à¾ ã¨½ä§ ã¨½äç 㨽§æ ¾§ ¼§á§ ãâ ½ ¾ã ã â½àã ãâ ½çç ã ⽧ § ¾ä ¼§áä ã潧ç ãæ½ä¨ ã潧¾ ãæ½§â ¾ç ¼§áç ãä ½âç ã ä½â¾ ãä ½§ç ã ä½æã ¾æ ¼ä ᾠ㨽 ¾§ ã ⽨ã ã¨½å§ ã¨