• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVIEW JURNAL 030

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REVIEW JURNAL 030"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

REVIEW JURNAL

Judul Jurnal :

Atribusi Kekerasan dalam Rumah Tangga,

Kesadaran Terhadap Kesetaraan Gender, dan

Strategi Menghadapi Masalah Pada Perempuan

Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga

Penulis

:

Siti Rohmah Nurhayati

Jurnal

:

Jurnal Psikologi

Penerbit

:

Fakultas Psikologi UGM

Volume

:

32, No. 1, Juni, hal. 34-46

Tahun

:

2005

Reviewer :

Rachmawati

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRI

(2)

1. Latar Belakang Masalah, Teori dan Tujuan Penelitian

Penulis artikel ini melihat adanya fenomena kekerasan terhadap perempuan yang semakin memprihatinkan karena pelaku kekerasan justru berasal dari orang-orang yang dipercaya, disayangi dan dicintai, yaitu keluarga. Ironisnya, kekerasan terhadap perempuan yang dilakukan oleh pasangan intimnya justru menduduki peringkat tertinggi diantara berbagai macam bentuk kekerasan terhadap perempuan (Department of Public Information, United Nations, 1995). Oleh karena itu, penulis memfokuskan penelitiannya pada perempuan yang mengalami kekerasan yang dilakukan oleh pasangan intimnya, atau yang lebih dikenal dengan istilah kekerasan dalam rumah tangga (Jhonson & Sacco dalam Hakimi, dkk, 2001).

Hasil studi literatur dan temuan data yang dikumpulkan oleh penulis juga melihat meskipun kekerasan terhadap istri terbukti secara tidak langsung maupun langsung menimbulkan akibat yang buruk, baik bagi korban maupun anak-anaknya, namun kebanyakan istri yang menjadi korban kekerasan cenderung memilih untuk bertahan dalam situasi tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Puslitkes Atmajaya dengan Rifka Annisa ( Hayati, 1999), tampak bahwa 76% dari 125 korban yang berkonsultasi ke RAWCC memilih kembali kepada suami.

Penulis menyatakan bahwa kekerasan yang menimpa perempuan secara berulang-ulang merupakan suatu situasi yang menekan dan menyakitkan. Oleh karena itu, setiap perempuan memiliki cara masing-masing untuk menghadapi dan mengurangi tekanan berupa kekerasan yang dilakukan oleh suaminya. Cara tersebut dalam ilmu Psikologi disebut dengan coping atau strategi memecahkan masalah (SMM)

(3)

(1) SMM-M merupakan usaha individu untuk mengurangi atau menghilangkan stress yang dirasakannya dengan cara menghadapi masalah yang menjadi penyebab timbulnya stress secara langsung. Usaha yang dilakukan individu lebih banyak diarahkan kepada bentuk-bentuk usaha untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.

(2) SMM-E merupakan usaha yang dilakukan oleh individu untuk mengurangi atau menghilangkan stress yang dirasakannya tidak dengan menghadapi masalahnya secara langsung, tetapi lebih diarahkan untuk menghadapi tekanan emosi dan untuk mempertahankan keseimbangan afeksinya.

Penulis memaparkan bahwa penelitian tentang SMM pada umumnya menemukan bahwa SMM-M berhubungan dengan penyesuaian yang lebih baik dan SMM-E berkaitan dengan penyesuaian yang lebih buruk (Aldwin dalam Park, dkk, 2001) serta distress dan gangguan (Stanton, dkk, 1994). Secara khusus, Causey dan Dubow (dalam Lengua & Stormshak, 2000) menemukan bahwa SMM seperti pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dihubungkan dengan tingkat simptom yang lebih rendah, sedangkan strategi avoidant dihubungkan dengan tingkat simptom yang lebih tinggi.

Namun dalam kenyataannya, para perempuan korban kekerasan justru cenderung menggunakan SMM-E dalam menghadapi kekerasan dari suaminya. Sebagaimana yang ditunjukkan dalam penelitian Fawcett, dkk (1999), bahwa para perempuan korban kekerasan melakukan beberapa strategi antara lain dengan bersikap sabar, bertoleransi, diam, berhubungan seks dengan pasangan atau melakukan apapun perintah pasangan.

Pemilihan strategi menghadapi masalah dipengaruhi beberapa faktor. Diantara faktor-faktor tersebut penulis mengambil faktor penilaian kognitif dari Folkman (1984), dimana penilaian yang hampir setiap waktu digunakan oleh individu adalah penilaian sebab akibat atau yang disebut dengan atribusi.

(4)

dkk, 1984). Teori atribusi menyatakan bahwa setelah mengalami peristiwa negatif atau menyakitkan, seseorang akan membuat atribusi untuk memudahkan penyesuain, karena atribusi membantu mereka merasa bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan (Kelley, dalam Tennen, 1986).

Disisi lain penulis juga melihat bahwa kekerasan dalam rumah tangga merupakan masalah yang berkaitan erat dengan bias gender yang biasa terjadi di masyarakat patriarkal, dimana distribusi kekuasan antara laki-laki dan perempuan timpang, sehingga kaum laki-laki mendominasi institusi sosial dan tubuh sosial (Arivia, 1996). Dominasi kekuasan laki-laki (suami) atas perempuan (istri) ini mencakup pula dorongan untuk mengontrol istrinya, termasuk mengontrol tubuhnya dengan melakukan kekerasan (Skrobanek, 1991).

Menurut Djojonegoro (1995), jika seseorang memiliki kesadaran gender, ia akan mengetahui, menghayati, dan memiliki keterikatan terhadap potensi, kebutuhan, peluang, hak dan kewajibannya, sehingga dapat merencanakan kegiatan yang tepat dalam rangka pengembangan potensinya. Selain itu dengan kesadaran akan kesetaraan gender, seseorang tidak lagi memegang pandangan yang menilai peran laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan serta mempunyai kontrol dan dominasi terhadap perempuan. Oleh karena itu perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga yang telah memiliki kesadaran terhadap kesetaraan gender akan menghadapi masalah kekerasan yang dialaminya secara aktif karena menyadari bahwa kekerasan yang dialaminya merupakan persoalan ketidakadilan yang harus dihentikan

2. Metode

 Subjek penelitian yang diambil oleh penulis artikel adalah perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga berjumlah 45 orang.

 Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan snowball

 Subjek juga diperoleh melalui Pengadilan Agama Kabupaten Bantul

 Metode pengumpulan data menggunakan skala, meliputi:

1. Skala strategi menghadapi masalah (SMM), yang merupakan

(5)

dari 5 aspek. Sementara skala SMM-E terdiri dari 8 aspek. Skala ini terdiri dari 26 aitem.

2. Skala atribusi kekerasan dalam rumah tangga. Skala ini terdiri dari 24

aitem yang meliputi 3 dimensi yaitu lokasi penyebab, stabilitas, dan pengendalian.

3. Skala kesadaran terhadap kesetaraan gender. Skala ini terdiri dari 20

aitem yang meliputi 4 dimensi.

Reliabilitas ke-3 skala tersebut bergerak dari 0,827 sampai dengan 0,897. Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis regresi dengan menggunakan metode stepwise.

 Analisis data menggunakan analisis regresi dengan metode stepwise

3. Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan yang kuat antara lokasi penyebab, stabilitas, pengendalian, dan kesadaran terhadap kesataraan gender dengan strategi menghadapi masalah yang berorientasi pada masalah (SMM-M). Dari penelitian ini diketahui bahwa 84% SMM-M perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga dapat dijelasakan dari atribusi mereka terhadap kekerasan dalam ruumah tangga, yang meliputi lokasi penyebab, stabilitas, dan pengendalian, serta kesadaran mereka terhadap kesataraan gender. Dari hasil diatas juga dapat dikatakan bahwa lokasi penyebab, stabilitas, dan pengendalian, serta kesadaran mereka terhadap kesataraan gender, secara bersama-sama dapat memprediksi SMM-M. Semakin eksternal lokasi penyebab, semakin tidak stabil, semakin dapat dikendalikan, serta semakin tinggi kesadaran terhadap kesataraan gender, maka akan semakin tinggi SMM-M.

(6)

memprediksi SMM-E. Semakian tinggi kesadaran terhadap kesataraan gender akan semakin rendah SMM-E.

4. Komentar Reviewer

Kekurangan artikel:

1. Judul kepanjangan (aturan APA, maksimal jumlah kata untuk judul artikel adalah 12 kata)

2. Tujuan penelitian tidak dijelaskan dalam artikel

3. Tidak menjelaskan metode penelitian yang digunakan apakah menggunakan pendekatan kuantitatif, kualitatif atau eksperimen, meskipun dari penyajian data terlihat pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kuantitatif

4. Tidak ada penjelasan variabel apa saja yang akan diteliti dalam penelitian, meskipun dari judul variabel yang diungkap dapat terlihat.

5. Tidak membedakan hasil antara subjek yang didapat melalui Pengadilan Agama Kab. Bantul yang sedang dalam proses perceraian dengan subjek yang tidak sedang proses perceraian.

6. Tidak menjelaskan validitas skala yang digunakan sebagai alat ukur, karena tidak ada penjelasan dari penulis apakah skala tersebut telah diuji kevalidannya atau belum. Padahal uji validitas adalah hal mutlak dalam sebuah penelitian ilmiah.

7. Tidak menjelaskan secara detil masing-masing nilai reliabilitas alat ukur.

8. Hasil penelitian tidak memaparkan berapa jumlah subjek yang memilih SMM dengan SMM-M dan yang memilih SMM-E, namun pembahasan hasil membedakan hal tersebut.

9. Hasil olah data yang disajikan tidak ada penjelasan secara deskriptif mengenai angka-angka pada Tabel 2 (mungkin yang dimaksud tabel 1, hal.6) maupun tabel 2 halaman 7, sehingga bagi pembaca yang awam dalam membaca data statistik akan sangat kebingungan membaca artikel ini.

10. Tidak terbuktinya hipotesis ke-2 ( Kelebihan artikel

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis yang dilakukan pada ikan tuna dalam penelitian ini menghasilkan lama waktu pengosongan lambung pada ikan tuna jenis mata besar, sirip biru selatan, maupun

Nilai Mean Platelet Volume (MPV) yang terdapat dalam pemeriksaan darah rutin dapat dijadikan penanda keparahan fibrosis hati pada pasien hepatitis B kronik.. Tujuan:

Secara umum, teori agensi dan teori sinyal yang digunakan dalam penelitian ini berhasil membuktikan bahwa konflik keagenan akan berkurang jika corporate governance

[r]

[r]

Journalist Visit Program (JVP) , Fasilitasi Peliputan Media Massa pada Sidang Internasional, Dialog Interaktif tentang Pelaksanaan Politik Luar Negeri Indonesia,

Keduanya menggunakan aplikasi perangkat lunak yang sama dengan perbedaan terletak pada media komunikasinya, dimana GPS10 menggunakan teknologi bluetooth sedangkan

• Encapsulation membuat komponen lebih mudah untuk digunakan pada sistem yang awalnya tidak mereka rancang. • Agregasi dan komposisi dapat digunakan untuk