• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Kekerasan terhadap perempuan masih saja terjadi dimana-mana. Mulai dari ranah privat, terjadi di dalam kelompok atau organisasi di masyarakat, hingga terjadi pada tingkat negara. Berdasarkan Catatan Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2019 yang disusun oleh Komnas Perempuan (2020), bentuk kekerasan yang paling sering terjadi dan selalu berulang adalah kekerasan pada ranah personal. Kekerasan pada ranah personal sendiri merupakan kekerasan yang dilakukan oleh keluarga terdekat seperti suami pada istri atau sebaliknya, orang tua pada anak, dilakukan kerabat dekat, atau oleh pasangan yang belum menikah. Klasifikasi bentuk kekerasan pada perempuan ini telah dijelaskan pada UU No 23 Tahun 2004 mengenai penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT).

Dalam Catatan Kekerasan terhadap Perempuan Tahun 2019 yang disusun oleh Komnas Perempuan (2020), Lembaga mitra pengada layanan mencatat terdapat 11.105 kasus (75%) di ranah privat/personal. Selain itu Komnas Perempuan juga mencatat, dari 1.227 kasus kekerasan berbasis gender, 944 kasus (74%) diantaranya merupakan kekerasan di ranah personal. Berdasarkan Catatab Tahunan Komnas Perempuan Tahun 2020, dari 392.610 laporan perceraian di Pengadilan Agama, penyebab utama perceraian adalah kekerasan terhadap istri yakni sebesar 53% (kekerasan berbasis gender di ranah privat/personal)..

Dalam sistem sosial terdapat berbagai bentuk kekerasan, salah satunya adalah kekerasan berbasis gender (gender-related violence) yang kerap terjadi akibat bias gender. Salah satu bentuk kekerasan berbasis gender yang terjadi di masyarakat adalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang termasuk pada kekerasan di ranah personal. Bias gender berawal dari keyakinan masyarakat terhadap perbedaan peran gender antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran kerap memicu permasalahan karena menjadi penyebab ketimpangan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran juga

(2)

2 menciptakan strata tersendiri dalam rumah tangga dan menjadi pemicu timbulnya superioritas salah satu pihak. Saat ini ini sulit untuk membedakan, apakah sifat dan peran gender di masyarakat tersebut merupakan kodrat biologis, ketetapan tuhan, atau karena terlalu sering disosialisasikan hingga menjadi ‘kebenaran’ yang diakui dan terus diterapkan hingga saat ini.

Mufidah (2008) menjelaskan bahwa dalam kasus KDRT, perempuan lebih memiliki celah untuk menjadi korban karena diskriminasi yang berawal dari bias gender tersebut. Meskipun tidak semua peran gender berakibat diskriminasi, namun banyak peran gender yang secara langsung menyebabkan subordinasi dan marjinalisasi perempuan. Bias ini juga menimbulkan kesalahan persepsi atas perempuan, hak, serta kewajibannya. Manifestasi dari bias gender yang menimbulkan ketidakadilan ini tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya karena saling berkaitan dan mempengaruhi. Tidak ada satu manifestasi yang lebih penting daripada lainnya.

Ketidakadilan ini memiliki spektrum yang sangat luas, mulai dari konstruksi sosial yang diyakini setiap individu sampai menjadi urusan negara karena menyangkut hak hidup para korban yang menjadi warga negara di wilayah tersebut. Maka dari itu, pemecahan masalah perlu dilakukan bersama-sama. Dalam bukunya, Mansour Fakih (1996) telah mengklasifikasikan pemecahan masalah jangka pendek yang berguna sebagai awal menuju pemecahanan masalah jangka panjang. Pemecahan masalah jangka pendek tersebut dapat berbentuk pelibatan perempuan pada program pengembangan masyarakat, pelaksanaan pendidikan dan pengaktifan organisasi perempuan, serta penanaman kepercayaan diri pada perempuan untuk berani dan mulai melawan segala bentuk ketidakadilan dalam hidupnya.

Pemecahan masalah jangka panjang perlu dilakukan untuk memperkokoh usaha praktis ini. Disini, negara berperan aktif sebagai pengubah dan pembuat kebijakan, hukum, dan aturan yang mampu menaungi kebutuhan seluruh warga negaranya untuk merasa aman dan dilindungi. Dalam kasus kekerasan ranah personal pada perempuan, selain menjadi pemecah masalah jangka panjang, pemerintah juga berperan aktif untuk mendampingi para korban. Tugas ini dilakukan oleh Komnas Perempuan di bawah pengawasaan negara. Dalam

(3)

3 pelaksanaan skala kecil, pendampingan korban dilakukan melalui lembaga masyarakat dan institusi pemerintah yang tersebar di seluruh Indonesia.

Jumlah Kekerasan terhadap Perempuan tahun 2007-2019

Hingga saat ini, jumlah kasus yang dilaporkan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir di Indonesia juga meningkat yakni 348.446 kasus (2017), dan 406.178 kasus (2018), dan 431.471 kasus di tahun 2019. Pada tahun 2019, Jawa Timur merupakan provinsi dengan laporan kasus kekerasan terhadap perempuan keempat terbanyak di Indonesia. Di Kota Malang sendiri, dalam Data Kekerasan Tahunan yang disusun oleh DSP3AP2KB Kota Malang mencatat ada 71 kasus (2017), 74 kasus (2018), serta 56 kasus (2019).

Lembaga masyarakat dan institusi pemerintah mulai dipercaya masyarakat untuk mendapat keadilan dan pendampingan. Dari banyaknya lembaga dan institusi tersebut, peneliti memiliki ketertarikan untuk memahami DSP3AP2KB selaku perwakilan pemerintah di setiap kota/kabupaten di Indonesia. DSP3AP2KB merupakan Lembaga Mitra Pengada Layanan yang berada di bawah naungan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (lembaga pemerintah).

Saat ini, hampir seluruh kota/kabupaten di Indonesia telah memiliki Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian

(4)

4 Penduduk, dan Keluarga Berencana (DSP3AP2KB). Dinas yang berada di bawah pengawasan pemerintah kota/kabupaten ini memiliki tata kerja yang telah diatur dalam UU No 7 Tahun 1984 tentang pengesahan, konvensi, penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan dan anak. Selain itu DSP3AP2KB di Kota Malang juga telah diatur dalam Peraturan Walikota Malang No 33 Tahun 2016. Terwujudnya kesetaraan gender, perlindungan perempuan dan anak, serta pengendalian penduduk dan keluarga berencana (KB) merupakan visi utama DSP3AP2KB. Untuk menjalankan visi dan misi, DSP3AP2KB telah menyusun beberapa program yang diharapkan dapat berjalan efektif serta bermanfaat bagi masyarakat. Selain itu DP3AP2KB juga menyediakan layanan KB, pengaduan KDRT, Tim Penggerak PKK, serta Forum Anak di setiap kota/kabupaten.

Pemerintah Daerah juga telah mengatur kinerja pelayanan pemerintah dengan menetapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada UU No 12 Tahun 2008 pasal 11 ayat (4). Pelaksanaan SPM dilakukan pemerintah secara bertahap dengan jangka waktu tertentu. Sesuai dengan SPM, DP3AP2KB wajib memberikan pelayanan alat kontrasepsi secara gratis, konseling mengenai KB dan pembinaan KB pada kader Tribina-UPPKS, pelayanan dan pendampingan korban KDRT, serta memberikan pelayanan pengaduan KDRT. Peneliti ingin mengadakan penelitian pada proses pelayanan dan pendampingan korban KDRT, sesuai dengan SPM poin ketiga yang nantinya akan berujung pada aktivitas pemberdayaan.

Proses pelayanan dan pendampingan pada korban KDRT termasuk dalan aktivitas pemberdayaan yang dilakukan oleh DSP3AP2KB. Pemberdayaan merupakan proses panjang untuk mencapai titik kemandirian pada diri individu dan proses ini harus dilakukan secara bertahap. Sulistiyani (2004) menjelaskan bahwa pemberdayaan terdiri dari tiga tahap yakni penyadaran akan konsep dan identitas diri, peningkatan kapasitas diri, hingga seseorang mencapai kemandirian. Aktivitas pemberdayaan ini tak bisa lepas dari peran komunikasi. Dalam penelitian ini, DSP3AP2KB merupakan komunikator yang dituntut untuk memiliki komunikasi yang tepat dan berdampak di masyarakat. Komunikasi pada korban satu dan lainnya tentu memiliki keunikan tersendiri

(5)

5 karena latar belakang keluarga dan permasalahan yang berbeda. Penelitian ini ingin memahami strategi komunikasi yang digunakan dalam aktivitas pemberdayaan oleh DSP3AP2KB Kota Malang. Peneliti ingin melihat apa saja aktivitas pemberdayaan yang dilakukan pada para perempuan korban KDRT yang mana mereka adalah orang-orang yang tidak berdaya. Selain itu, peneliti berupaya memahami strategi komunikasi dalam aktivitas pemberdayaan tersebut guna melihat bagaimana efektivitas DSP3AP2KB Kota Malang dalam berkomunikasi dalam aktivitas tersebut. Maka dari itu, peneliti berencana untuk mengadakan penelitian dengan judul ‘Strategi Komunikasi dalam Aktivitas Pemberdayaan Perempuan Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (Studi pada Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DSP3AP2KB) Kota Malang).

1.2 Rumusan Masalah

Dalam aktivitas pemberdayaan perempuan korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT):

1. Apa saja aktivitas pemberdayaan yang dilakukan oleh DSP3AP2KB Kota Malang pada perempuan korban KDRT?

2. Bagaimana pelaksanaan strategi komunikasi dalam aktivitas pemberdayaan tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui apa saja aktivitas pemberdayaan yang dilakukan oleh DSP3AP2KB Kota Malang.

2. Memahami strategi komunikasi dalam aktivitas pemberdayaan yang dilakukan oleh DSP3AP2KB pada perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Kota Malang.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Secara Akademis

(6)

6 Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan referensi yang bermanfaat dalam pengembangan penelitian Ilmu Komunikasi. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan dan dikaji kembali oleh peneliti selanjutnya, khususnya bagi peneliti yang akan

melakukan penelitian pada strategi komunikasi, aktivitas

pemberdayaan pada perempuan korban KDRT. 1.4.2 Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada tingkat strata satu (S-1) jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Muhammadiyah Malang.

Referensi

Dokumen terkait

viii.. kenakalan remaja, bagaimana pendidikan akhlak, Bagaimana hubungan kenakalan remaja dengan pendidikan akhiak, sedangkan tujuan penelitian ini untuk mengetahui kenakalan

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan atau pembayaran kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk

Secara umum, teori agensi dan teori sinyal yang digunakan dalam penelitian ini berhasil membuktikan bahwa konflik keagenan akan berkurang jika corporate governance

Untuk menguji pengaruh variabel kualitas pelayanan terhadap loyalitas konsumen nasabah dilakukan dengan membandingkan t-hitung sebesar 15,991 dan t-tabel 1,623 yang berarti

4 diri dan tunduk kepada adat-istiadat Minangkabau dengan cara malakok yaitu masuk kedalam salah satu suku agar bisa dianggap sebagai kemenakan dalam adat Minangkabau

Pengaruh Perbedaan Kecenderungan Gaya Kepemimpinan Orang Tua (Berdasarkan Persepsi Siswa) terhadap Hasil Bela , jar Biologi Siswa.. Kelas 1 Cawu I Di SMU Negeri 1 Arjasa Tahun

• Encapsulation membuat komponen lebih mudah untuk digunakan pada sistem yang awalnya tidak mereka rancang. • Agregasi dan komposisi dapat digunakan untuk

Halaman konfirmasi yang berupa pesan akan ditampilkan yang menyatakan bahwa pemesanan telah berhasil dilakukan dan pelanggan dipersilahkan untuk mengecek email pelanggan