• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECENDERUNGAN COMPULSIVE BUYING PADA MAHASISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECENDERUNGAN COMPULSIVE BUYING PADA MAHASISWA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECENDERUNGAN COMPULSIVE BUYING PADA MAHASISWA

SKRIPSI

Oleh :

Dinny Fitri Hastuty Yuwana 07810129

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECENDERUNGAN COMPULSIVE BUYING PADA MAHASISWA

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

Dinny Fitri Hastuty Yuwana 07810129

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

1. Judul Skripsi :Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Kecenderungan Compulsive Buying pada Mahasiswa. 2. Nama Peneliti : Dinny Fitri Hastuty Yuwana

3. NIM : 07810129

4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Waktu Penelitian : 22 Maret-14 April 2011

7. Tanggal Ujian : 21 Juli 2011

Malang 22 Juli 2011

Pembimbing I Pembimbing II

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi telah diuji oleh Dewan Penguji Pada Tanggal 21 Juli 2011

Dewan Penguji

Ketua penguji : M. Salis. Yuniardi, S.Psi, M.Psi ( )

Anggota Penguji : 1. Yudi. Suharsono, S.Psi, M.Psi ( )

2. Hudaniah, S.Psi, M. Si ( )

.

Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

(5)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Dinny Fitri Hastuty Yuwana

NIM : 07810129

Fakultas / Jurusan : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul :

Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Kecenderungan Compulsive Buying pada Mahasiswa:

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya. 2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak

bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Mengetahui Malang, 22 Juli 2011

Ketua Program Studi Yang menyatakan

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Hubungan Antara Kontrol Diri dengan Kecenderungan Compulsive Buying pada Mahasiswa”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. Tulus Winarsunu, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dr. Latipun, M.kes, selaku Pembimbing I, dengan ikhlas telah banyak mengorbankan waktu dan tenaga untuk memberikan pengarahan, petunjuk, serta saran demi terselesainya penyusunan skripsi ini.

3. M. Salis. Yuniardi, S.Psi, M.Psi, selaku Dosen Pembimbing II, dengan sabar memberikan pengarahan dan petunjuk kepada penulis yang terkadang perlu beberapa kali penjelasan hingga penulis mampu memahaminya.

4. Yudi Suharsono, S.Psi, M.Psi selaku dosen wali yang telah mendukung dan memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

5. Ayah dan Ibundaku tercinta, yang selalu memberikan dukungan, do’a dan kasih sayang sehingga penulis memiliki motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Sheba, Rani, kiki, Dila, Luthfulloh, Haris, dan Qodia, yang telah membantu dalam pelaksanaan pengumpulan data.

7. Adikku tercinta, Rizal, yang selalu memberikan dorongan agar penulis segera menyelesaikan skripsi ini dan selalu memberikan semangat saat motivasi penulis mulai turun.

8. Teman-teman angkatan 2007, khususnya Kelas C yang selalu memberikan semangat sehingga penulis terdorong untuk menyelesaikan skripsi ini.

(7)

10.Sahabatku Yoga, Rosy dan Ratna yang yang juga selalu memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Tetap semangat untuk menyelesaikan skripsi kalian.

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 20 Juli 2011 Penulis

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... ... i

INTISARI ... ... ii

DAFTAR ISI ... ... ... iii

DAFTAR TABEL ... ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrol diri ... 9

1. Pengertian Kontrol diri ... 9

2. Jenis dan aspek kontrol diri ... 11

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi kontrol diri ... 14

4. Tehnik – tehnik melatih kontrol diri ... 14

B. Compulsive buying ... 15

1. Definisi compulsive buying ... 15

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi compulsive buying ... 17

3. Karakteristik compulsive buying ... 17

4. Gejala klinis compulsive buying ... 19

C. Pengertian Mahasiswa ... 20

D. Hubungan kontrol diri dengan compulsive buying ... 21

E. Kerangka pemikiran ... 23

(9)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ... 25

B. Variabel Penelitian ... 25

1. Identifikasi Variabel Penelitian ... 25

2. Definisi Operasional ... 26

C. Populasi dan Sampel ... 27

D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ... 28

1. Jenis Data ... 28

2. Metode Pengumpulan Data ... 29

3. Validitas dan Reliabilitas ... 33

a. Validitas ... 33

b. Reliabilitas ... ... 36

E.Prosedur Penelitian ... 38

1. Persiapan Penelitian ... 38

2. Pelaksanaan penelitian ... 38

F. Teknik Analisa Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 40

B. Analisis Data ... 43

C. Pembahasan ... 45

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

TABEL 1 : Blue print kontrol diri ... 32

TABEL 2 : Blue print compulsive buying ... 33

TABEL 3 : Analisa kesahihan butir skala kontrol diri ... 35

TABEL 4 : Analisis kesahihan butir skala compulsive buying ... 35

TABEL 5 : Uji keandalan faktor skala kontrol diri ... 37

TABEL 6 : Uji keandalan faktor skala compulsive buying ... 37

TABEL 7 : Uji reliabilitas total ... 37

TABEL 8 : Kategori kontrol diri ... 40

TABEL 9 : Hasil perhitungan deskripsi data skala kontrol diri dan skala compulsive buying ... 40

TABEL 10 : Kategori kontrol diri ... 41

TABEL 11 : Kategori compulsive buying ... 41

TABEL 12 : Profil demografi responden kategori kontrol diri ... 42

TABEL 13 : Profil demografi responden kategori compulsive buying ... 43

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Ade, R. (2006). Motivasi berprestasi mahasiswa ditinjau dari pola asuh. Makalah. Medan : Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Alsa, A. (2003). Pendekatan kuantitatif&kualitatif serta kombinasinya dalam penelitian psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Ancok, D. (1995). Nuansa psikologi pembangunan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.

Arikunto, S. (1996). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktek. Yogyakarta: Rineka cipta.

__________. (2010). Prosedur penelitian : Suatu pendekatan praktik ( ed. revisi ). Jakarta : Rineka Cipta.

Averill, J.R. (1973). Personal control over aversive stimuli and it’s relationship to Stress. Psychological Bulletin, 80, 286 - 303.

Azwar, S. (2003). Penyusunan skala psikologi. Jogyakarta : Pustaka Belajar. ________. (1999). Validitas dan reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Benson, A. (2010). I shop therefore I Am : Compulsive buying and The search for self while, Amerika Serikat.

Black, D. W. & Kuzma, J. M. (2006). Compulsive shopping : When spending begins to consume the consumer. The Journal of Family Practice, 5 (7), 191-216. Black, D. W. (2007). A review of compulsive buying disorder, Journal ofThe World

Psychiatry, 6(1), 14-18.

Calhoun, J.F., & Acocella, J.R. (1990). Psychology of adjustment and human relationship. New York : McGraw Hill, Inc.

Chaplin, J.P. (2002). Kamus lengkap psikologi, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Dittmar, H. (2005). A New look At “ compulsive buying “: Self-Discrepancies and materialistic values as predictors of compulsive buying tendency. Journal Of Social and Clinical Psychology, 24 (6), 832-859.

(12)

Dittmar, Helga, dkk. (2007). When a better self is only a button click away: Associations between materialistic values, emotional and identity-related buying motives, and compulsive buying tendency online. Journal of Social and Clinical Psychology, 26 (3), 334-361.

Faber, R.J. O’Guinn T.C. (1992). A clinical screener for compulsive buying. Journal Consumer research, 19, 459 – 469.

Fakultas Psikologi UMM. (2010). Pedoman penulisan skripsi. Malang : UMM Press. Feist. J.,&Feist. G. (2008). Theories of personality, Yogyakarta : Pustaka Belajar. Ghufron, M., & Risnawita, S. (2010). Teori – teori psikologi. Jogjakarta : AR-RUZZ

MEDIA GROUP.

Hasan, M. Iqbal. (2002). Pokok – pokok materi metodologi penelitian & aplikasinya. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Hurlock, E. B. (1973). Adolescent development. 4nd Tokyo : McGraw Hill Kogakusha, Ltd.

____________ . (1984). Child development. 2nd ed. Singapore : McGraww-Hill Inc.

http://www.detiknews.com http://www.ligagame.com http://www.vhrmedia.com

http://yuxie.wordpress.comsive buying disorder.c

Kerlinger. F.N. (2004). Asas – asas penelitian behavioral, Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Koran, M. Lorrin.,dkk. (2006). Estimated prevalence of compulsive buying behavior in the united states. The American Journal of Psychiatry. 163 (10), 1806-1812.

Lazarus, R.S. (1976). Paterns of adjustment. Tokyo : McGraw Hill Kogakusha, Ltd. Magee, A. (1994). Compulsive buying tendency as a predictor of attidudes and

perceptions. In Advances In Consumer Research, 21, 590 – 594.

Michael, J. Mahoney., & Carl. E. Thoresen, (1975). Behavioral self control : Power to the person. dalam Roberts, T.B. ( Ed.). Four Psychologies Applied to Education (Hal.5-7). New York: American Educational Research Association.

(13)

Poerwanti, E. (1998), Dimensi – dimensi riset ilmiah, Malang : UMM.

Santrock, J. W. (2002). Life – Span development : Perkembangan masa hidup,edisi 5, jilid II. Jakarta : Erlangga.

Sherrell, & Cole. L. (1995). Comparing scales to measure compulsive buying : An exploration of their dimentionality. 22 eds, 419 – 427. Assotiation for

Consumer Research. Diproleh dari http://www.acrwebsite.org/volume/display.asp?id=7656.

Sugiyono. (2002). Metode penelitian bisnis, Bandung : CV. ALFABETA.

Synder, M., & Gangested. S. (1986). On the nature of self monitoring : Matters of assesment, matters of validity. Journal of National Taipei Teachers College, 15, 1 -15.

(14)

 

Nampaknya era globalisasi jaman sekarang ini, mahasiswa semakin menuntut menjadi mangsa produsen. Sebutannya sebagai mahasiswa membuat kebanggan tersendiri karena mereka merasa berkedudukan tinggi diatas jenjang pendidikan sebelumnya. Mereka tak mau dipandang hanya sebagai mahasiswa yang berkutat pada nilai - nilai akademis dan aktivis saja. Terjun sebagai mahasiswa membuat identitas sebelumnya yang ia sandang sebagai pelajar, kini telah berubah sebagai mahasiswa yang memiliki level diatas, berintelektual tinggi, menjadi kritis dan kreatif dalam membangun peradaban bangsa.

Menjadi Mahasiswa di tengah-tengah kehidupan modernisasi yang menghendaki kehidupan hedonisme dan serba instan menjadikan jebakan kepuasan sementara. Mereka masuk ke dalam arus budaya konsumtif yang kian lama meluas, yang paling utama, hal ini dikarenakan pengaruh lingkungan yang kurang mendukung sisi positif dari kebiasaan buruk yang tak patut untuk dicontoh. Perubahan ini tentunya membuat mahasiswa selalu berkeinginan dan ingin memiliki sesuatu yang berbeda dengan yang lain, kebanyakan tingginya gengsi yang melekat pada diri mahasiswa tak terbendung dengan pola hidup yang dijalaninya, karena berkembangnya budaya konsumtif yang saat ini dapat di akses melalui berbagai media seperti internet, majalah, radio, televisi.

Simbol sebagai mahasiswa dimata masyarakat dipandang lebih dari pada yang tidak meneruskan sebagai mahasiswa dengan alasan ekonomi. Di sisi lain, mahasiswa sekarang ini justru menjadi serakah akan dunia gemerlap yang bersuka ria untuk berfoya – foya. Padahal, jika dilihat dari cost bulananya saja, bagi standarisasi jatah yang didapat dari orang tuanya tidak mungkin cukup untuk berfoya-foya.

(15)

 

 

 

2

dirasa sesuai dengan mode saat ini. Penampilan yang memukau diimbangi dengan otak yang briliant, membuat nilai lebih pada diri mahasiswa menjadi eksentris. Mulai dari ujung kaki hingga ujung rambut serasi dengan gaya mahasiswa saat ini. Namun, ketika penampilan dinomor satukan, area kampus menjadi tempat untuk pameran mode sebagai pengganti Mall. Banyak mahasiswa laki – laki maupun perempuan ke kampus dengan penampilan layaknya berkunjung ke Mall. Mereka tak menghiraukan segala peraturan yang ada, walaupun sebenarnya mereka juga tahu dan sadar akan keberadaan mereka saat itu.

Ardhito (2008), menuturkan bahwa hasil surveinya menyebutkan bahwa jumlah belanja pulsa mahasiswa mencapai 7% dari total biaya hidup per bulan. Sedangkan untuk membeli buku, mahasiswa hanya mengeluarkan uang 3% dari total biaya hidup per bulan dan ternyata pengeluaran untuk membeli pulsa HP lebih besar dari pada untuk membeli buku. Selain pengeluaran untuk belanja pulsa dan buku, ada tiga komponen lain yang juga terbilang besar, yakni biaya makan dan minum 31%, biaya kos 17%, dan transportasi 10%. Hal ini berdasarkan dari tingkat rata-rata biaya hidup mahasiswa tingkat sarjana tahun ini Rp 1.278.350 per bulan, sementara untuk pascasarjana Rp 2.182.000 per bulan (http://www.vhrmedia.com).

(16)

 

 

 

3

media elektronik maupun cetak yang mengikat kita (para pengkonsumsi) setiap waktu sehingga memaksa akan keinginan untuk bergaya dalam konsumsi.

Menurut Wignyosukarto(2008), rata-rata setiap mahasiswa membelanjakan uang Rp 1,6 juta / bulan. Jumlah mahasiswa di DIY tahun lalu sekitar 240.000 orang, dengan rincian 140.000 mahasiswa PTS dan 100.000 mahasiswa PTN. Jika setiap mahasiswa mengelurkan uang Rp 1,6 juta per bulan, berarti jumlahnya mencapai Rp 384 miliar per bulan, atau Rp 4,6 triliun per tahun. Ironisnya, untuk biaya pendidikan hanya seperempat bagian saja. Selebihnya untuk biaya hidup, seperti kos, makan, laundry, buku, dan sebagainya. Di satu sisi, besarnya pengeluaran mahasiswa ini bisa memberikan kontribusi positif bagi perekonomian DIY, terutama dalam bisnis makanan, minuman, pondokan, transportasi, komunikasi, teknologi informasi, rekreasi, bisnis retail, dan sebagainya. Tapi, di sisi lain, tren peningkatan biaya hidup mahasiswa serta minimnya alokasi dana untuk kepentingan dunia akademik. (http://www.detiknews.com).

Berdasarkan fenomena konsumtifisme dan hedonis dari mahasiswa jaman sekarang ini, dengan demikian perilakunya bisa dibilang sebagai perilaku Compulsive buying, yang artinya dimana gangguan perilaku yang menyebabkan seorang individu untuk terus melakukan pembelian tanpa konsekuensi keuangan, sosial, atau pun psikologis. Compulsive buying disini sering terjadi di department store dan diskon, toko-toko khusus, dan butik dari mail order, televisi, dan pedagang online, karena sasaran konsumennya adalah para mahasiswa.

(17)

 

 

 

4

peningkatan kemosional dan identitas (di samping keprihatinan ekonomi dan efisiensi) sebagai bentuk yang berbeda dari dimensi membeli secara online. Dan hasil temuan yang di dapat, yakni dari survei utama (N = 126) memberikan dukungan awal yang baik untuk faktor yang diusulkan, hasilnya menunjukkan bahwa orang materialistis yang berusaha untuk meningkatkan emosi dan identitas ketika membeli barang secara online, melaporkan kecenderungan terkuat menjadi compulsive buying di Internet. Sedangkan implikasi untuk intervensi yang dibahas ialah karena tidak terkontrolnya membeli barang-barang yang berlebihan.

Frost (2008), mengemukakan sekitar 80% orang yang memiliki hoarding compulsive, yang dimaksud adalah seorang yang gila belanja yang mana secara terus menerus selalu mendapatkan barang baru. Ia juga mengungkapkan bahwa perilaku ini mempengaruhi sekitar 2 - 5% masyarakat.

Frost juga menuturkan biasanya orang yang suka menimbun barang ini percaya bahwa ada bagian hidupnya yang akan hilang jika barang-barang tersebut disingkirkan. Dan juga timbul rasa kehilangan yang besar atau melebihi rasa cemas dan sedih ketika membuang barang-barang tersebut. Perilaku ini seringkali terlihat bersamaan dengan ganguan mental lainnya. Karena itu sekitar 25% orang yang suka menimbun barang secara kompulsif ini menderita gangguan mental dan sekitar 50% mengalami depresi klinis. (http://www.ligagame.com).

Keranjingan shopping dapat menjadi indikator timbulnya beragam persoalan mulai dari krisis finansial, konflik keluarga, stres, depresi hingga hilangnya kepercayaan diri. Hasil penelitian ini juga mengindikasikan, saat ini banyak orang terjebak pada perilaku belanja kompulsif dan jumlahnya mungkin melebihi yang diperkirakan ( http://yuxie.wordpress.com).

(18)

 

 

 

5

sedangkan sampel dari konsumen panelis perusahaan multinasional (N ¼ 250), dan sampel remaja dengan kisaran usia mulai 16-18 tahun sebesar (N ¼ 195). Hasil ini dikonfirmasi bahwa jenis kelamin sebelumnya telah didokumentasikan sebagai perbedaan, dan hasil tersebut menunjukkan bahwa orang yang usianya muda, lebih rentan untuk menjadi compulsive buying. Temuan utamanya adalah bahwa dukungan nilai materialistis muncul sebagai prediktor terkuat. Nilai materialistis disini disebutkan berasal dari kepemilikan dan perolehan barang-barang material dalam mencapai tujuan utama kehidupan seperti kebahagiaan, kepuasan dan kesuksesan yang berorientasi pada nilai yang tumbuh yakni mengejar harta dan materi untuk mendapatkan citra, status, dan kebahagiaan. Nilai materialistik pada individu yang compulsive buying, dan bahwa secara signifikan perbedaan jenis kelamin dan faktor usia yang telah diamati, dikatakan bahwa semakin banyak orang terlibat dalam perilaku tak terkontrol, membeli secara berlebihan barang-barang yang dapat menyebabkan tekanan psikologis dan efek serius pada kehidupan individu, dan hasil yang disimpulkan sangat berkorelasi antara perilaku compulsive buying dengan faktor jenis kelamin dan usia.

Faber juga menunjukkan hasil dari survei klinisnya yang menyatakan bahwa 80% sampai 95% dari orang dengan Compulsive Buying adalah perempuan. Perbedaan jenis kelamin yang dilaporkan adalah kebanyakan perempuan, diakuinya bahwa mereka menikmati berbelanja, sedangkan laki-laki lebih kepada (collection), mereka hanya sekedar mengumpulkan. Laporan et Al Quran, menunjukkan bahwa hal ini bisa terjadi dalam survei, persentase yang hampir sama antara laki-laki dengan perempuan yang memenuhi kriteria untuk menjadi Compulsive Buying, yakni perbandingannya masing-masing 5,5% untuk laki-laki dan 6,0% untuk perempuan, (Black, 2007).

(19)

 

 

 

6

Dikemukakan oleh Cosmopolitan (2009, Agustus), terdapat bermacam-macam jenis shopilimia, tergantung alasan berbelanja dan lebih disebut dengan emotional shopper, antara lain angry shoper, yaitu berbelanja ketika marah. Tipe

premenstrual shopper, yakni gila belanja menjelang menstruasi dan menjadi uring – uringan bila hasrat membelinya tidak terpenuhi. Tipe comfort shopper, yaitu yang menyukai belanja di akhir pekan untuk menghibur diri setelah bekerja keras selama seminggu.

Benson (2010) mengklasifikasikan penyebab ketika seorang individu yang menjadi compulsive buying. Secara psikologis, compulsive buyers mengalami masa kecil yang kurang bahagia, merasa ditolak, kurang diperhatikan, adanya waktu luang yang tidak dimanfaatkan dengan baik, kurang percaya diri, dan gencarnya promosi barang dan jasa melalui berbagai media yang saat ini sedang diminati melalui belanja online, dan tidak mendapatkan apa yang diinginkan. ketika dewasa, compulsive buyers ini mulai melepaskan ketegangan yang dialami ketika masih kecil. Namun, kebanyakan tidak bisa menghentikan kebiasaan ini, sehingga prosesnya berulang dan membuat kecanduan yang dinamakan dengan compulsive buying.

Salah satu indikator dari compulsive buying ialah dikarenakan kurangnya kontrol perilaku untuk sering menginginkan secara berulang–ulang dalam proses membeli, dan tidak terkontrolnya dorongan untuk membeli, lebih memprioritaskan keinginan (want) dari pada kebutuhan (need) yang diperlukan, (Magee, 1994).

Dalam penelitian ini, seorang compulsive buyer adalah mereka yang memiliki dorongan untuk selalu melakukan kegiatan membeli secara berlebihan dan dilakukan secara berulang-ulang demi melepaskan kejenuhan, serta pelampiasan rasa cemas yang membebani seorang compulsive buyer.

(20)

 

 

 

7

kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi kemampuan untuk mengendalikan perilaku. Kontrol diri disini lebih menekankan bagaimana subyek (mahasiswa) ini bisa mengkontrol perilaku belanjanya yang berlebihan agar tidak disebut dengan individu yang compulsive buying.

Berdasarkan hasil uraian diatas, maka peneliti disini mendefinisikan kontrol perilaku yang memiliki komponen mengatur pelaksanaan (regulated administration) dan memodifikasi stimulus (stimulus modificability), dimana

kemampuan mengatur pelaksanaan merupakan kemampuan individu untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan. Individu dengan kemampuan mengontrol diri baik akan mampu mengatur perilaku dengan menggunakan kemampuan dirinya dan bila tidak mampu individu akan menggunakan sumber eksternal. Selanjutnya ialahn kemampuan mengatur stimulus, yang merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi. Dalam hal ini, kontrol perilaku sebagai dasar dari perilaku compulsive buying yang menyukai kegiatan membeli secara berlebihan, sehingga kurangnya mengontrol dorongan membeli dan kurangnya kontrol untuk menginginkan sesuatu yang lebih tinggi, yang mengakibatkan terjadinya compulsive buying, dan sebaliknya, ketika kontrol perilaku tersebut dapat diminimalisir maka compulsive buying bisa dikendalikan. Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti mengungkapkan alasan untuk meneliti permasalahan ini, yakni dikarenakan peran mahasiswa yang berubah menjadi hedonis dan tidak lagi berpikir logis dalam mengambil suatu tindakan yang rasional, dan kurangnya kontrol diri dalam mengedepankan apa yang memang sangat dibutuhkan dan apa yang tidak dibutuhkan.

A.Rumusan masalah

(21)

 

 

 

8

B.Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mencari hubungan antara perilaku kontrol diri dengan kecenderungan mahasiswa yang memiliki perilaku compulsive buying.

C.Manfaat penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan atau sumbangan pemikiran bagi:

a. Secara teoritis

Untuk memberi wacana dan untuk dijadikan masukan sebagai pencegahan dan penanganan compulsive buying.

b. Secara praktis

Referensi

Dokumen terkait

Semua rangkaian pelayanan pada pasien tahap terminal dilakukan secara terkoordinasi dan terintegrasi dalam suatu rekam medic agar asuhan yang diterima oleh pasien terencana

Untuk dapat menjalankan fungsi pemasaran, yang harus dilakukan dalam periklanan tentu saja harus lebih dari sekedar memberi informasi kepada khalayak, bentuk

Danau Sunter Barat Blok III/No.. Boulevard Barat Blok

Hal tersebut karena semakin lebar jarak antar tanaman sela maka hasil pada masing- masing tanaman menjadi lebih tinggi sehingga menghasilkan nilai LER yang

(3) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2), uraian tugas Kepala Seksi Kesehatan Dasar dan Rujukan adalah sebagai berikut :.. melaksanakan bimbingan

Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu membandingkan hasil penggalian kaidah asosiasi multi obyektif, dengan menggunakan sampel yang dilakukan proses

1. Jika penyedia B/J tidak puas dengan jawaban sanggah maka penyedia B/J dapat melakukan sanggah banding yang disampaikan kepada walikota dengan memberikan jaminan sanggah

Adapun dari hasil wawancara dengan guru koordinator porgram 3S (senyum, sapa, salam) faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendidikan karakter melalui