• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimasi salinitas pada pemeliharan benih ikan sidat (Anguilla sp)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Optimasi salinitas pada pemeliharan benih ikan sidat (Anguilla sp)"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMASI SALINITAS PADA PEMELIHARAN BENIH IKAN

SIDAT (Anguilla sp)

JANTY WIDYASTI

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimasi Salinitas pada Pemeliharan Benih Ikan Sidat (Anguilla sp) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013

Janty Widyasti

(4)

JANTY WIDYASTI. Optimasi Salinitas pada Pemeliharan Benih Ikan Sidat (Anguilla sp). Dibimbing oleh RIDWAN AFFANDI dan SIGID HARIYADI.

Konsumsi ikan sidat meningkat setiap tahun dan kebutuhan tersebut dipenuhi dari tangkapan di alam dan hasil budidaya. Ketersediaan benih di alam semakin menurun dan kelangsungan hidup benih saat dibudidayakan masih rendah. Solusinya adalah memperbaiki lingkungan budidaya agar kelangsungan hidup benih tinggi untuk mencegah eksploitasi berlebih dan untuk menjaga kelestarian sidat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan salinitas optimum pada pemeliharaan benih ikan sidat ukuran ±1 gram. Penelitian dilakukan di Laboraturium Fisiologi Hewan Air, MSP, FPIK, IPB pada Bulan Juli 2013 selama 21 hari. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan yakni 0, 1, 2, dan 3 ppt dengan 3 ulangan. Penelitian menggunakan 5 ekor benih ikan sidat per akuarium. Parameter yang diukur adalah gradien osmotik, konsumsi oksigen, proksimat tubuh, penurunan bobot, dan kelangsungan hidup. Data penurunan bobot tubuh dan kelangsungan hidup dianalisis secara Analysis of Variance (ANOVA). Hasil dari analisis ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan salinitas berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap penurunan bobot tubuh. Salinitas optimum untuk pemeliharaan benih ikan sidat ukuran ±1 gram adalah 1 ppt.

Kata kunci: budidaya, salinitas, benih ikan sidat (Anguilla sp)

ABSTRACT

JANTY WIDYASTI. Optimization of Salinity on Rearing of Eel Seed (Anguilla

sp). Supervised by RIDWAN AFFANDI and SIGID HARIYADI.

Eel consumption increased every year and the need to be fulfilled from catches in nature and cultivation. The availability of seed in nature is decreasing and survival rate of seeds cultivated was low. The solution is to improve the cultivation environment of seeds, so survival rate of eel seed is high to prevent over exploitation and to keep sustainability of eel in nature. The aim of the research is to get optimum salinity on eel seed rearing with size at ±1 gram. The research was conducted at Laboratory of Aquatic Animal Physiology, Aquatic Living Resource Management, Faculty of Fisheries and Marine Science, Bogor Agricultural University in July for 21 days. The research employs random completely design which made up by 4 treatments which are salinity of 0, 1, 2, and 3 ppt with 3 replications. Each aquarium filled with 5 eels. The measured parameters were osmotic gradient, oxygen consumption, proximate analysis, weight loss and survival rate. Body weight loss and survival rate data were analyzed by Analysis of Variance (ANOVA). The result of ANOVA indicated that salinity treatment were significantly (P<0.05) influenced the body weight loss. The optimum salinity for rearing eel seed with size ±1 gram is 1 ppt.

(5)

OPTIMASI SALINITAS PADA PEMELIHARAN BENIH IKAN

SIDAT (Anguilla sp)

JANTY WIDYASTI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBER DAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Optimasi Salinitas pada Pemeliharan Benih Ikan Sidat (Anguilla

sp)

Nama : Janty Widyasti NIM : C24090076

Disetujui Oleh

Dr Ir H Ridwan Affandi, DEA Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui Oleh

Dr Ir H M Mukhlis Kamal, MSc Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih pada penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli 2013 ini ialah sidat dengan judul Optimasi Salinitas pada Pemeliharan Benih Ikan Sidat (Anguilla sp).

Terima kasih penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Dr Ir H Ridwan Affandi, DEA dan Bapak Dr Ir Sigid Hariyadi, MSc selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan arahan selama penelitian berlangsung dan dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Dr Ir Tatag Budiardi, MSi selaku penguji atas masukannya. 3. Bapak Dr Ir Achmad Fahrudin, MSi selaku komisi pendidikan atas

masukannya.

4. Bapak Dr Ir H M Mukhlis Kamal, MSc selaku ketua departemen. 5. Bapak Zulhamsyah Imran, SPi MSi selaku pembimbing akademik. 6. Bapak (Slamet Sudiarto), ibu (Wariyah), adik (Devi Widyanita S), dan

seluruh keluarga besar yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil.

7. Teman-teman satu tim penelitian untuk kerjasamanya selama penelitian (Tamimi dan Fatkur)

8. Sahabat yang selalu memberikan dukungan Agung Juliyanto, SPt, Triyani Rosariana, AMd, Rahayu Eka Putri, SE, dan Intan Purnamasari, Shut.

9. Teman-teman MSP 46 (Dewi, Ara, Nisa, Arinta, Atim, Cumil,Pia, Nola, Ika, Eka, Anggi, Azis, Dudi, Nanda, Viska, Arni, Gilang), MSP 47, MSP 48 dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaaat.

Bogor, Desember2013

(10)

DAFTAR TABEL ……….. viii

DAFTAR GAMBAR ……….. viii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. viii

PENDAHULUAN ……….. 1

Latar Belakang ………... 1

Rumusan Masalah ………... 2

Tujuan ……… 2

Manfaat ……….. 2

METODE PENELITIAN ………... 3

Waktu dan Lokasi Penelitian ………... 3

Bahan ………... 3

Ikan Uji ………... 3

Media Penelitian ……….... 3

Alat ………. 3

Rancangan Percobaan ……… 4

Prosedur Penelitian ……… 5

Pemeliharaan Hewan Uji ……….. 5

Sampling Ikan ………... 5

Parameter yang Diamati ………. 6

Parameter Fisika Kimia Air ………... 6

Gradien Osmotik ………... 6

Konsumsi Oksigen ……… 7

Analisis Proksimat ……… 7

Penurunan Bobot Tubuh ……… 7

Kelangsungan Hidup (survival rate) ………. 7

Analisis data ………... 7

HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 8

Hasil ... 8

Pembahasan ... 13

Parameter Fisika Kimia Air ……….. 13

Gradien Osmotik ………...……… 14

Konsumsi Oksigen……….... 16

Analisis Proksimat ……… 16

Penurunan Bobot Tubuh ……… 17

Kelangsungan Hidup (survival rate) ………. 18

KESIMPULAN DAN SARAN ………. 18

Kesimpulan ……… 18

Saran ……….. 18

DAFTAR PUSTAKA ………. 19

LAMPIRAN ………... 21

(11)

DAFTAR TABEL

1 Metode dan alat pengukuran parameter pengamatan ………... 6

2 Hasil pengamatan parameter fisika kimia air selama percobaan ……….. 8

3 Nilai gradien osmotik (Osmol/kg) benih ikan sidat pada setiap perlakuan dan ulangan ……….. 9

4 Nilai tingkat konsumsi oksigen (mg O2/g/jam) benih ikan sidat pada setiap perlakuan dan ulangan ……… 10

5 Proksimat tubuh benih ikan sidat ……….. 10

6 Penurunan bobot tubuh benih ikan sidat ………... 11

7 Persentase kelangsungan hidup ikan sidat ……… 12

8 Hasil scoring optimasi salinitas ……… 13

DAFTAR GAMBAR

1 Alur perumusan masalah penelitian ………. 2

2 Posisi akuarium penelitian ……… 4

3 Nilai gradien osmotik pada perlakuan 0, 1, 2, dan 3 ppt ……….. 9

4 Kandungan lemak benih ikan sidat pada awal dan akhir penelitian……. 11

5 Nilai penurunan bobot tubuh benih ikan sidat pada perlakuan 0, 1, 2, dan 3 ppt ………. 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Gambaran aklimatisasi ………. 21

2 Metode pengambilan cairan tubuh ikan sidat ………... 21

3 Prosedur pengukuran osmolaritas media dan cairan tubuh benih ikan sidat (SOP Osmometer Automatic Roebling Type 13) ……… 21

4 Prosedur pengukuran konsumsi oksigen benih ikan sidat ……… 22

5 Analisis kadar protein tubuh ikan dengan metode semi mikro Kjeldahl; (Takeuchi 1988in Mahi 2000) ………. 23

6 Analisis kadar lemak tubuh ikan dengan metode ether ekstraksi Soxhlet; Takeuchi (1988) in Mahi (2000) ……….. 23

7 Analisis kadar abu tubuh ikan (Takeuchi 1988in Mahi 2000) ………… 24

8 Analisis serat kasar tubuh benih ikan sidat (Takeuchi 1988 in Mahi 2000) ………. 24

9 Analisis kadar air tubuh ikan (Takeuchi 1988 in Mahi 2000) ………... 25

10Hasil uji analisis ragam kelangsungan hidup ………... 25

11Hasil uji analisis ragam penurunan bobot ………. 25

12Hasil perhitungan scoring untuk gradien osmotik ……… 25

13Hasil perhitungan scoring untuk konsumsi oksigen………. 25

14Hasil perhitungan scoring untuk proksimat tubuh ……… 26

(12)

16Hasil perhitungan scoring untuk kelangsungan hidup ………..…... 26

17Data suhu, DO, pH, dan salinitas 0 ppt selama pemeliharaan ... 27

18Data suhu, DO, pH, dan salinitas 1 ppt selama pemeliharaan ... 29

19Data suhu, DO, pH, dan salinitas 2 ppt selama pemeliharaan ... 31

20Data suhu, DO, pH, dan salinitas 3 ppt selama pemeliharaan ... 32

21Data suhu termometer max-min selama pemeliharaan ... 35

22Data bobot tubuh benih ikan sidat pada awal dan akhir penelitian ... 36

23Data jumlah benih ikan sidat yang hidup dan mati selama pemeliharaan 38 24Grafik suhu max-min selama pemeliharaan benih ikan sidatpada salinitas 0, 1, 2, dan 3ppt ………. 38

25Grafik oksigen terlarut (dissolved oxygen) selama pemeliharaan benih ikan sidat pada salinitas 0, 1, 2, dan 3 ppt ……… 39

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan sidat berpotensi untuk dikembangkan karena mempunyai banyak keunggulan, diantaranya adalah dagingnya lembut, memiliki rasa yang enak, dan mengandung zat gizi penting terutama DHA (Asam Dokosaheksaenoat) dan EPA (Asam Eikosapentaenoat) serta vitamin A (Prawesti et al. 2011). Sebagian besar masyarakat Indonesia belum mengenal ikan sidat ini, padahal Indonesia memiliki wilayah penyebaran ikan sidat yang luas antara lain pantai selatan Pulau Jawa, pantai barat Pulau Sumatera, pantai timur Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Maluku, dan Papua (Haryono 2008). Ikan sidat atau unagi banyak dikonsumsi di Jepang, Cina, Korea, Hongkong, Amerika, Belanda, Jerman, Italia, Belgia, Denmark, dan Perancis (Fahmi et al. 2010).

Permintaan ikan sidat meningkat dari tahun ke tahun. Menurut Windi et al

(2012), permintaan ikan sidat di tahun 2010 adalah sebesar 9.6 ton meningkat menjadi 24 ton pada tahun 2012. Pemenuhan kebutuhan akan konsumsi tersebut berasal dari sidat hasil tangkapan di alam dan dari hasil budidaya. Hasil tangkapan ikan sidat menurun pada tahun 2010 sebesar 1 149 ton menjadi 557 ton pada tahun 2011 (KKP 2011). Jadi diharapkan untuk memenuhi permintaan pasar baik secara kuantitas maupun kualitas akan ikan sidat di masa yang akan datang dapat dipenuhi dari hasil budidaya. Permasalahannya adalah ketersediaan benih di alam terbatas, terutama sumberdaya benih ikan sidat di negara-negara Eropa dan Jepang yang dari tahun ke tahun semakin menurun.

Terdapat dua penyebab menurunnya stok benih ikan sidat di alam. Pertama, terjadinya penurunan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran dari kegiatan industri, penambangan emas, rumah tangga, pertanian, fragmentasi habitat (seperti dibangunnya bendungan sungai di daerah Poso), dan aktivitas di sekitar muara sungai. Kedua, akibat adanya penangkapan ikan sidat yang intensif baik benih maupun dewasa. Kegiatan penangkapan ikan sidat secara intensif ini dapat dikurangi jika jumlah benih ikan sidat yang ditangkap sesuai dengan kebutuhan produksi. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan survival rate pada saat pemeliharaan. Survival rate dapat ditingkatkan dengan mengatur parameter lingkungan antara lain salinitas. Apabila survival rate sudah tinggi dan benih ikan sidat berada dalam kondisi prima maka eksploitasi benih dari alam dapat dikurangi dan restocking dapat dilakukan.

(14)

minimal, sehingga ada penghematan energi untuk osmoregulasi, sehingga pertumbuhan dapat maksimal. Kedua, ketika tekanan osmotik tubuh stabil, maka laju metabolisme akan optimal, akibatnya laju biosintesis pembentukan jaringan tubuh akan mendukung pertumbuhan. Dengan kata lain, pada salinitas yang optimal maka pertumbuhan akan maksimal. Karena faktanya, pada salinitas optimal, nafsu makan akan meningkat, konsumsi pakan dapat maksimal, sehingga ketersediaan energi untuk pertumbuhan menjadi maksimal.

Rumusan Masalah

Salinitas media akan mempengaruhi proses fisiologis di dalam tubuh ikan. Oleh sebab itu, antara osmolaritas media dengan osmolaritas cairan tubuh harus berada pada perbedaan yang ideal, sehingga proses fisiologis pada ikan dapat berlangsung dengan baik. Pada gradien osmotik yang ideal metabolisme dapat meningkat sehingga akan memacu selera makan dan tingkat konsumsi pakan, akibatnya energi yang tersedia untuk pertumbuhan akan menjadi lebih banyak. Namun, ketika ikan dipuasakan, maka energi untuk kebutuhan hidupnya akan diperoleh dari hasil katabolisme nutrien cadangan yang terdapat di dalam tubuhnya. Akibat dari katabolisme cadangan tubuh ini maka bobot ikan akan menurun sebanding dengan beban osmotiknya. Penurunan bobot tubuh yang terkecil menunjukkan salinitas atau osmolaritas media tersebut optimum, yakni osmolaritas media yang menghasilkan gradien osmotik terkecil. Lebih jelasnya kerangka pendekatan masalah dapat dilihat pada diagram alir berikut (Gambar 1).

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan salinitas optimum pada pemeliharaan benih ikan sidat (Anguilla sp) ukuran ± 1 gram.

Manfaat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan terutama bagi pembudidaya dan pengelola sumberdaya ikan sidat dalam upaya meningkatkan kelangsugan hidup benih agar terjadi penghematan penggunaan benih pada kegiatan budidaya. Dengan demikian diharapkan nantinya eksploitasi terhadap Salinitas

(15)

3

benih ikan sidat dari alam dapat dikurangi, sehingga kelestarian ikan sidat dapat dipertahankan.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai “Penentuan Salinitas Optimum pada Pemeliharan Benih Ikan Sidat (Anguilla sp) dilaksanakan pada bulan Juli 2013 selama 21 hari di Laboraturium Fisiologi Hewan Air, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Uji osmolaritas dilakukan di Laboratorium Embriologi, Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Uji proksimat ikan dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan, Departemen BDP dan analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Produktivitas Lingkungan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.

Bahan

Ikan Uji

Ikan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah benih ikan sidat (Anguilla sp) dengan bobot awal rata-rata 0.6 ± 0.12 gram/ekor, bobot awal terkecil sebesar 0.38 gram, dan bobot awal terbesar sebesar 1.01 gram. Benih diperoleh dari tempat budidaya di Depok.

Media Penelitian

Media yang digunakan pada penelitian ini adalah air tawar bersumber dari pusat penjernihan air IPB. Air tawar yang digunakan untuk perlakuan terlebih dahulu disaring menggunakan filter dan diendapkan selama dua hari untuk menurunkan kekeruhan air dan diaerasi untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut serta menghilangkan klorinnya. Selain digunakan untuk media yang bersalinitas 0 ppt, air tawar juga digunakan untuk mendapatkan air media yang bersalinitas yang dikehendaki sebagai perlakuan dengan menambahkan garam (1 ppt = 1 gram garam/Liter air).

Alat

(16)

Rancangan Percobaan

Penelitian ini dilakukan di laboratorium, terdiri atas percobaan pendahuluan dan percobaan utama. Percobaan pendahuluan bertujuan untuk mendapatkan kisaran salinitas yang dapat ditolerir oleh benih ikan sidat. Kisaran toleransi tersebut selanjutnya akan digunakan pada percobaan utama sebagai media pemeliharaan benih ikan sidat. Kisaran salinitas yang dicobakan pada percobaan pendahuluan antara lain pada selang 0 ppt hingga 22 ppt (0, 4, 6, 8, 10, 14, 18, dan 22 ppt) masing-masing terdiri atas tiga ulangan. Jumlah ikan yang digunakan pada penelitian pendahuluan sebanyak lima ekor per wadah. Percobaan dilaksanakan selama 4x24 jam. Pada percobaan pendahuluan, parameter yang diukur adalah kelangsungan hidup (survival rate) dan penurunan bobot tubuh.

Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan diketahui bahwa survival rate

benih ikan sidat selama percobaan pada salinitas 0-22 ppt sebesar 100% dan penurunan bobot benih ikan sidat terendah berada pada kisaran salinitas 0-3 ppt. Oleh karena itu, perlakuan salinitas yang digunakan pada percobaan utama memiliki selang 1 ppt antara lain 0, 1, 2, dan 3 ppt. Percobaan utama bertujuan untuk mendapatkan salinitas optimum pada pemeliharaan benih ikan sidat. Percobaan utama menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan.

Data yang diperoleh selanjutnya akan diuji mengikuti model Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan bentuk modelnya menurut Walpole (1995) adalah sebagai berikut:

Yij = U + ti + eij

Keterangan:

Yij = nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dengan ulangan ke-j

U = nilai rata-rata harapan

ti = pengaruh perlakuan ke-i

eij = kesalahan percobaan dari perlakuan ke-i dengan ulangan ke-j

Setiap perlakuan dilaksanakan dalam empat kali ulangan, ikan sidat pada ulangan keempat digunakan untuk keperluan pengukuran parameter: tingkat konsumsi oksigen, gradien osmotik, dan komposisi kimiawi tubuh. Penempatan setiap ulangan pada setiap perlakuan dalam wadah penelitian dilakukan seperti Gambar 2.

A3 A4 C1 C2 C3 C4 B4 B3 A1 A2 D1 D2 D3 D4 B2 B1

Gambar 2 Posisi akuarium penelitian

Keterangan:

A1 : Perlakuan o ppt ulangan 1

A2 : Perlakuan o ppt ulangan 2

A3 : Perlakuan o ppt ulangan 3

A4 : Perlakuan o ppt ulangan 4

B1 : Perlakuan 1 ppt ulangan 1

(17)

5

B3 : Perlakuan 1 ppt ulangan 3

B4 : Perlakuan 1 ppt ulangan 4

C1 :Perlakuan 2 ppt ulangan 1

C2 : Perlakuan 2 ppt ulangan 2

C3 : Perlakuan 2 ppt ulangan 3

C4 : Perlakuan 2 ppt ulangan 4

D1 : Perlakuan 3 ppt ulangan 1

D2 : Perlakuan 3 ppt ulangan 2

D3 : Perlakuan 3 ppt ulangan 3

D4 : Perlakuan 3 ppt ulangan 4

Prosedur Penelitian

Pemeliharaan Hewan Uji

Benih ikan sidat yang digunakan pada percobaan ini, terlebih dahulu diaklimatisasikan, dengan cara dipelihara di dalam akuarium kaca berukuran 100x60x60 cm yang dilengkapi dengan aerasi, filter, heater, dan diberi pakan buatan berupa pasta dengan frekuensi dua kali sehari. Ikan diadaptasikan selama 21 hari. Benih ikan sidat yang telah diaklimatisasikan tersebut kemudian dipindahkan ke dalam wadah percobaan berupa akuarium kaca berukuran 30x30x40 cm secara bersamaan dan secara acak (random) sesuai dengan tingkat salinitas media yang diterapkan, dengan volume air masing-masing wadah adalah 20 liter (tinggi air = 23.5 cm). Kemudian diadaptasikan kembali sesuai dengan perlakuan yang akan diterapkan selama satu hari. Caranya adalah dengan melarutkan garam (1 ppt = 1 gram/ 1 liter air) ke dalam ember kecil berisi air untuk mendapatkan salinitas sesuai yang akan diterapkan. Larutan garam tersebut disalurkan melalui selang kecil yang dipasangi infusan untuk mengatur debit air yang keluar dan kemudian menetes masuk ke dalam akuarium yang berisi air tawar. Campuran larutan garam di dalam ember dengan air tawar di dalam akuarium akan tercampur menjadi salinitas sesuai dengan yang dikehendaki (Lampiran 1). Kepadatan ikan pada masing-masing akuarium adalah lima ekor. Sebelum dimasukkan ke dalam akuarium ikan-ikan tersebut ditimbang bobot awalnya (W0). Setelah itu benih ikan sidat dipelihara kembali selama 21 hari.

Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0.01gram. Untuk menjaga kondisi media agar tetap baik selama percobaan, media percobaan dilengkapi dengan filter dan disirkulasi.

Sampling Ikan

(18)

Tabel 1 Metode dan alat pengukuran parameter pengamatan

Nomor Parameter pengamatan Metode Alat

1 Suhu (oC) - Termometer Max-Min (Maxima-Minima, ketelitian 1 ◦C)

2 Salinitas (ppt) - Refraktometer (Model Ref 201/211/201bp,

7 Nitrit (NO2) (mg/L) Colorimetric Spektrofotometer

8 Osmolaritas cairan tubuh dan air media (Osmol/kg)

Anggoro 1992 Osmometer Automatic Roebling

Pengukuran parameter suhu, salinitas, DO, pH dilakukan setiap hari, alkalinitas, nitrit, dan amonia setiap tujuh hari.Pengukuran osmolaritas dan tingkat konsumsi oksigen dilakukan hanya di akhir penelitian. Prosedur pengukuran dapat dilihat pada Lampiran 2 dan 3 untuk uji osmolaritas, Lampiran 4 untuk tingkat konsumsi oksigen, dan Lampiran 5-9 untuk uji proksimat.

Parameter yang diamati

Parameter Fisika Kimia Air

Analisis fisika kimia air meliputi: suhu, pH, salinitas, dan oksigen terlarut diukur satu kali setiap hari. Kemudian amonia, alkalinitas, dan nitrit diukur satu kali setiap minggu selama pemeliharaan. Data fisika dan kimia air dianalisis secara deskriptif.

Gradien Osmotik

Perhitungan gradien osmotik dihitung berdasarkan rumus yang digunakan Anggoro (1992), yaitu :

(19)

7

Tingkat Konsumsi Oksigen

Tingkat konsumsi oksigen (oxygen consumption/OC) dihitung dengan rumus sebagai berikut:(Liao & Huang 1975).

OC =

Keterangan :

OC = Tingkat konsumsi oksigen (mg O2/g/jam)

V = Volume air dalam wadah (liter)

DOt0 = Konsentrasi oksigen terlarut pada awal pengamatan (mg/l)

DOtn = Konsentrasi oksigen terlarut pada waktu ke-n (mg/l)

W = Bobot ikan uji (g)

T = Periode pengamatan (satu jam)

Analisis Komposisi Kimiawi Tubuh/Proksimat

Analisis komposisi kimiawi tubuh atau proksimat meliputi protein kasar, lemak kasar, serat kasar abu, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) dan kadar air dari daging ikan. Analisis komposisi kimiawi tubuh atau proksimat ikan dilakukan pada awal dan akhir penelitian.

Penurunan Bobot Tubuh

Penimbangan bobot tubuh benih ikan sidat dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Benih ikan sidat dipuasakan selama masa pemeliharaan, yakni 21 hari. Penurunan bobot tubuh atau selisih yang paling kecil menunjukkan salinitas pada media tersebut optimal untuk pertumbuhan. Selisih bobot didapat dengan cara, yakni:

∆W= W0– Wt

Keterangan :

∆W = Selisih bobot tubuh atau penurunan bobot tubuh (gram)

W0 = Bobot rata-rata ikan pada hari ke-0 (gram)

Wt = Bobot rata-rata ikan pada hari ke-t (gram)

Kelangsungan Hidup (survival rate)

Survival rate ikan sidat (Anguilla sp) ditentukan berdasarkan data jumlah ikan yang mati selama pemeliharaan, kemudian dihitung berdasarkan persamaan rumus (Effendie 1997):

SR =

Keterangan :

SR = Tingkat kelangsungan hidup (survival rate)

N0 = Jumlah benih ikan sidat yang hidup pada awal penelitian (ekor)

Nt = Jumlah benih ikan sidat yang hidup pada akhir penelitian (ekor)

Analisis data

(20)

tidak dari perlakuan yang digunakan. Apabila hasil data yang diolah menunjukkan beda nyata maka dilakukan uji lanjut menggunakan uji Duncan.

Optimasi salinitas ditentukan dengan cara scoring (Lampiran 12-16). Cara tersebut digunakan karena parameter yang diuji banyak dan masing-masing memiliki kontribusi yang berbeda, yakni 30% untuk survival rate, 30% untuk penurunan bobot, 13.33% untuk proksimat, 13.33% untuk gradien osmotik dan 13.33% untuk konsumsi oksigen, sehingga total persentase dari lima parameter tersebut adalah 100%. Survival rate dan penurunan bobot mendapatkan persentase yang lebih besar karena kedua parameter tersebut memiliki kontribusi yang sangat besar dibandingkan parameter lainnya yang hanya sebagai pendukung, sehingga persentase untuk proksimat, gradien osmotik dan konsumsi oksigen merupakan sisa persentase dibagi rata.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Parameter Fisika Kimia Air

Data hasil pengukuran parameter fisika kimia air pada setiap perlakuan dan ulangan disajikan pada Tabel 2 dan Lampiran 17-21.

Tabel 2 Hasil pengamatan parameter fisika kimia air selama percobaan

Parameter Kualitas Air

Kisaran dan rata-rata pada perlakuan (ppt)

0 1 2 3

Suhu (◦C) 24.5-30 (*) 24.5-30 (*) 24.5-30 (*) 24.5-30 (*)

27.1-28.6 27.2-28.7 27.2-28.4 28-29.1 (27.9 ± 0.4) (28 ± 0.3) (27.9 ± 0.3) (28.5 ± 1.2) DO (mg/L) 6.97.9 7.09.0 7.29.1 7.18.9

(7.6 ± 0.2) (7.7 ± 0.3) (7.8 ± 0.3) (7.7 ± 0.3) pH 7.1-8.2 7.0-8.0 7.1-8.0 7.28.2

(7.6 ± 0.3) (7.5 ± 0.2) (7.5 ± 0.2) (7.6 ± 0.2) Alkalinitas

(mg/L CaCO3)

4-24 4-36 4-24 4-24

(10±6) (15±11) (10±6) (13±6) Nitrit (mg/L) 0.0006-0.1162 0.1090-0.4454 0.0081-0.5892 0.0284-0.4350

(0.0393±0.0447) (0.1064±0.1514) (0.1730±0.2282) (0.1089±0.1261) Amonia (mg/L) 0.0699-0.2063 0.0863-0.3170 0.0004-0.3672 0.0002-0.4093

(0.1227±0.4010) (0.1555±0.0679) (0.0927±0.1211) (0.1155±0.1348)

Keterangan: tanda (*) menunjukkan suhu harian diukur menggunakan thermometer max-min

(21)

9

Gradien Osmotik

Data hasil pengukuran gradien osmotik benih ikan sidat pada setiap perlakuan dan ulangan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Nilai gradien osmotik (Osmol/kg H2O) benih ikan sidat pada setiap

perlakuan dan ulangan Perlakuan

(ppt)

Sampel (osmol/kgH2O) Gradien osmotik

Air Ikan

0 0.004 0.024 0.020

1 0.033 0.083 0.050

2 0.059 0.060 0.001

3 0.103 0.064 -0.039

Berdasarkan pengukuran gradien osmotik pada benih ikan sidat selama percobaan diketahui bahwa gradien osmotik paling rendah adalah osmolaritas media 0.059 Osmol/kg atau setara dengan salinitas 2 ppt yakni 0.001 Osmol/kg (Gambar 3).

Gambar 3 Nilai gradien osmotik pada perlakuan 0, 1, 2, dan 3 ppt

Tingkat Konsumsi Oksigen

Hasil pengukuran tingkat konsumsi oksigen benih ikan sidat pada setiap perlakuan dan ulangan selama percobaan disajikan pada Tabel 4.

(22)

Tabel 4 Nilai tingkat konsumsi oksigen (mgO2/g ikan/jam) benih ikan sidat pada

Berdasarkan hasil pengukuran tingkat konsumsi oksigen benih ikan sidat pada setiap perlakuan dan ulangan diketahui bahwa tingkat konsumsi oksigen tertinggi adalah pada osmolaritas media 0.059 Osmol/kg atau setara dengan salinitas 2 ppt sebesar 9.16mgO2/g ikan/jamdan konsumsi oksigen terendah pada

osmolaritas 0.033 Osmol/kg atau setara dengan salinitas 1 ppt sebesar 0.78mgO2/g

ikan/jam.

Proksimat Tubuh Benih Ikan Sidat

Data hasil pengukuran proksimat tubuh benih ikan sidat pada setiap perlakuan selama percobaan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Proksimat tubuh benih ikan sidat (%)

Sampel Kadar

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa kadar air dan abu pada akhir percobaan menunjukkan adanya peningkatan. Kadar protein pada akhir percobaan lebih rendah dibandingkan dengan awal percobaan kecuali pada perlakuan 0, dan 2 ppt.

Kadar protein terendah sebesar 15.15% pada perlakuan 3 ppt. Kadar lemak terendah juga dicapai oleh perlakuan 3 ppt sebesar 2.52% dan tertinggi pada perlakuan 1 ppt sebesar 5.12%. Kadar abu tertinggi dicapai oleh perlakuan 3 ppt sebesar 5.94% dan terendah sebesar 4.35% pada perlakuan 1 ppt.

(23)

11

Gambar 4 Kandungan lemak benih ikan sidat pada awal dan akhir penelitian

Berdasarkan Gambar 4 diketahui bahwa penurunan lemak paling sedikit adalah pada salinitas 1 ppt, yakni dengan selisih antara lemak awal dan akhir sebesar 1.71 %. Penurunan lemak paling banyak terjadi pada salinitas 3 ppt, karena selisih antara lemak awal dan akhir paling besar yakni 4.31 %.

Penurunan Bobot Tubuh

Data hasil pengukuran penurunan bobot rata-rata ikan pada setiap perlakuan dan ulangan disajikan pada Tabel 6, Lampiran 10, 11, dan 22.

Tabel 6 Penurunan bobot tubuh benih ikan sidat (gram)

Ulangan Perlakuan (ppt)

0 1 2 3

1 0.27 0.12 0.23 0.19 2 0.26 0.18 0.13 0.17 3 0.22 0.22 0.17 0.20 Rata-rata 0.25±0.03 a 0.17±0.05 b 0.18±0.05 b 0.19±0.02 b

(24)

Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa penurunan bobot tertinggi yakni pada salinitas 0 ppt sebesar 0.25±0.03gram dan terendah pada salinitas 1 ppt sebesar 0.17± 0.05 gram (Gambar 5).

Gambar 5 Nilai penurunan bobot tubuh benih ikan sidat pada perlakuan 0, 1, 2, dan 3 ppt

Kelangsungan Hidup (Survival Rate, SR)

Kelangsungan hidup benih ikan sidat yang dipelihara pada salinitas berbeda disajikan pada Tabel 7 dan Lampiran 23.

Tabel 7 Persentase kelangsungan hidup ikan sidat (%)

Ulangan Perlakuan (ppt)

(25)

13

Scoring Optimasi Salinitas

Berikut ini ditampilkan hasil dari perhitungan tiap-tiap parameter yang berkontribusi untuk menentukan optimasi salinitas pada pemeliharaan benih ikan sidat (Anguilla sp). Berdasarkan hasil pada lampiran perhitungan (Lampiran 12-16) didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 8 Hasil scoring optimasi salinitas

Perlakuan

rate Total Peringkat

0 39.99 39.99 39.99 30 60 209.97 4

1 13.33 53.32 53.32 120 120 359.97 1

2 53.32 13.33 13.33 120 30 229.98 3

3 13.33 26.66 13.33 60 120 233.32 2

Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa salinitas yang optimal untuk pemeliharaan benih ikan sidat (Anguilla sp) adalah pada salinitas 1 ppt. Hasil tersebut didapat karena total skor perlakuan 1 ppt menempati peringkat 1.

Pembahasan

Parameter Fisika Kimia Air

Nilai parameter fisika kimia air media pemeliharaan masih berada pada kisaran yang baik untuk ikan sidat. Selama pemeliharaan didapatkan suhu rata-rata sebesar 27.9-28.5oC dan kisaran suhu antara 24.5-30 oC, suhu media ini adalah suhu yang paling berperan dalam kehidupan benih ikan sidat selama pemeliharaan. Affandi & Suhenda (2003) menyatakan bahwa ikan sidat mampu beradaptasi pada suhu 12-31oC. Pada suhu kurang dari 12oC ikan sidat akan mengalami penurunan nafsu makan, sedangkan suhu 29-30oC adalah suhu yang cocok untuk pertumbuhan ikan sidat. Gambar grafik nilai suhu selama pemeliharaan benih ikan sidat pada salinitas 0, 1, 2, dan 3 ppt disajikan pada Lampiran 24.

(26)

Hasil dari penelitian ini menunjukkan nilai derajat keasaman rata-rata yang didapat sebesar 7.5-7.6 dan kisaran pH antara 7.0-8.2. Nilai tersebut tergolong baik untuk digunakan pada pemeliharaan ikan sidat. Karena pH optimal untuk pertumbuhan ikan sidat adalah 7-8 (Dinas Perikanan Provinsi Jabar 2008). Gambar grafik nilai pH selama pemeliharaan benih ikan sidat pada salinitas 0, 1, 2, dan 3 ppt disajikan pada Lampiran 26.

Konsentrasi amonia yang diperoleh dari hasil penelitian rata-rata sebesar 0.0927-0.1555 mg/liter dan kisaran amonia antara 0.0002-0.4093 mg/liter. Konsentrasi amonia yang dapat ditolerir oleh ikan sidat adalah kurang dari 0.1 mg/liter (Affandi & Suhenda 2003).

Konsentrasi nitrit yang aman untuk pemeliharaan ikan sidat menurut Degani et al (1985) adalah kurang dari 0.5 ppm. Nitrit pada konsentrasi tinggi akan mengoksidasi ion Fe di dalam haemoglobin sehingga menghambat kemampuan darah untuk mengikat oksigen. Pada kondisi ini ikan menjadi kehilangan nafsu makan. Hasil penelitian diperoleh bahwa nilai nitrit rata-rata sebesar 0.0393-0.1064 mg/liter dan kisaran nitrit antara 0.0006-0.5892 mg/liter. Artinya konsentrasi nitrit pada saat penelitian aman dan tidak membahayakan ikan sidat.

Kemudian alkalinitas pada hasil penelitian diperoleh sebesar 4-36 mg/liter, artinya air media pemeliharaan benih ikan sidat termasuk perairan sadah (hardwater). Menurut Effendi (2003) perairan dengan nilai alkalinitas <40 mg/l CaCO3disebut lunak (soft water). Menurut (Affandi & Suhenda (2003), ikan sidat

tumbuh baik pada nilai alkalinitas yang berkisar antara 50-80 mg/liter CaCO3. Air

yang digunakan saat penelitian masih memenuhi persyaratan sebagai media pemeliharaan yang baik.

Gradien Osmotik

Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air, setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan oleh klorida, dan semua bahan organic telah dioksidasi (Effendi 2003).Salinitas termasuk faktor-faktor yang dapat memodifikasi pengaruh faktor lingkungan lain melalui suatu mekanisme pengaturan tubuh ikan (masking factor) jika kondisi perairan berada pada kisaran toleransi (Brett 1979). Salinitas merupakan salah satu parameter kimia air yang keberadaannya dapat bersifat mematikan (lethal factor) jika nilainya berada di luar batas toleransi (Marlina 2011). Perubahan salinitas media akan mengubah nilai osmolaritas media dan akan berpengaruh terhadap osmolaritas cairan tubuh ikan.

(27)

15

Apabila ikan berada pada media yang bersalinitas, maka untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya diperlukan proses osmoregulasi yaitu pengaturan cairan tubuh pada tingkatan yang berbeda terhadap media. Setiap organisme akuatik memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam respons perubahan osmotik lingkungan eksternalnya, dan kecenderungan ini akan mengganggu kondisi internal. Organisme akuatik akan melakukan pengaturan tekanan osmotiknya dengan cara meminimalkan gradien osmotik antara cairan tubuh dengan lingkungannya sehingga mendekati kondisi iso-osmotik (ideal) dan semua ini berhubungan dengan transport aktif yang memerlukan pembelanjaan energi yang digunakan untuk proses tersebut (Affandi dan Tang 2002).

Pernyataan di atas ditunjukkan dengan hasil yang diperoleh yakni gradien osmotik pada osmolaritas media 0.059 Osmol/kgH2O atau setara dengan salinitas

2 ppt sebesar 0.001 Osmol/kgH2O merupakan gradien osmotik terendah

dibandingkan dengan yang lainnya. Artinya penggunaan energi untuk osmoregulasi pada osmolaritas media 0.059 Osmol/kg H2Oatau setara dengan

salinitas 2 ppt paling sedikit diantara yang lainnya. Sebab, semakin tinggi gradien osmotik maka semakin tinggi pula penggunaan energi untuk osmoregulasi (Arjona et al. 2008). Akibatnya akan ada kelebihan energi dari sisa energi yang digunakan untuk osmoregulasi yang dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan (Fujaya 2004).

Pada kondisi hiperosmotik atau hipoosmotik, benih ikan sidat akan mengalami beban kerja osmotik yang besar, sebagai akibat dari tingginya gradien osmotik dari kondisi ideal, dan menyebabkan energi yang digunakan untuk osmoregulasi juga akan semakin besar. Hal tersebut ditunjukkan oleh gradien osmotik pada osmolaritas media 0.033 Osmol/kgH2O atau setara dengan 1 ppt

sebesar 0.050 Osmol/kgH2O, nilai ini merupakan beban osmotik tertinggi

dibandingkan dengan yang lainnya.

Menurut Anggoro et al (2008), apabila gradien osmotik = 0 (atau mendekati nol) artinya regulasi atau pengaturan iso-osmotik (media mendekati iso-osmotik), gradien osmotik >0 artinya regulasi hiper-osmotik (media bersifat hipo-osmotik), dan gradien osmotik <0 artinya regulasi hipo-osmotik (media bersifat hiper-osmotik). Untuk mengkaji tiap-tiap perlakuan dalam regulasi tubuh ikan sidat bersifat hipo-osmotik atau hiper-osmotik yaitu: Perlakuan 0 ppt osmolaritas tubuh ikan > osmolaritas media dimana gradien osmotik bernilai positif, artinya gradien osmotik >0 (Hiper-osmotik). Perlakuan 1 ppt osmolaritas tubuh ikan > osmolaritas media dan gradien osmotik bernilai positif, artinya gradien osmotik >0 (Hiper-osmotik). Perlakuan 2 ppt osmolaritas tubuh ikan > osmolaritas media dan gradien osmotik bernilai positif, namun nilainya mendekati nol, artinya gradien osmotik =0 (Iso-osmotik). Perlakuan 3 ppt osmolaritas tubuh ikan < osmolaritas media dan gradien osmotik bernilai negatif, artinya gradien osmotik <0 (Hipo-osmotik).

(28)

yang lain. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik sebaiknya dilakukan pengujian osmolaritas dengan beberapa kali ulangan.

Tingkat Konsumsi Oksigen

Goenarso (2003) menyatakan bahwa laju metabolisme dapat diekspresikan dalam bentuk konsumsi oksigen per gram berat badan per jam. Pengukuran konsumsi oksigen merupakan cara yang disarankan untuk mengukur laju metabolisme pada ikan. Affandi et al (2012) berpendapat bahwa salinitas berpengaruh terhadap tingkat konsumsi oksigen. Berdasarkan hasil pengukuran tingkat konsumsi oksigen benih ikan sidat yang ditunjukkan pada Tabel 4 diperoleh bahwa nilai konsumsi oksigen yang paling rendah adalah pada ikan yang dipelihara di osmolaritas 0.033 Osmol/kgH2Oatau setara dengan salinitas 1

ppt sebesar 0.78mgO2/g ikan/jam. Berbeda halnya dengan osmolaritas media

0.059Osmol/kgH2O atau setara dengan salinitas 2 ppt yang memiliki tingkat

konsumsi oksigen paling tinggi sebesar 9.16 mgO2/g ikan/jam. Karena pada

kondisi tersebut ikan sidat melakukan proses osmoregulasi untuk mempertahankan kondisi homeostasisnya dengan melakukan aktivitas bergerak dan berenang yang lebih banyak, sehingga respirasi yang dilakukan juga lebih tinggi. Selanjutnya Fujaya (2004) menyatakan bahwa oksigen sebagai bahan respirasi digunakan untuk metabolisme, kaitannya dengan kondisi lingkungan dalam hal ini adalah osmolaritas media.

Yulfiperius et al (2004) menyatakan bahwa pada kondisi lingkungan yang optimal alokasi energi yang digunakan dalam proses metabolisme standar (osmoregulasi) menjadi minimum akibatnya porsi energi untuk pertumbuhan akan meningkat. Sukmaningrum et al (2010) menyatakan ikan-ikan yang dipuasakan, aktivitasnya berkurang dan laju metabolisme basalnya menjadi rendah sehingga laju konsumsi oksigennya lebih rendah.

Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa kebutuhan energi untuk osmoregulasi terkecil terjadi pada salinitas 1 ppt. Artinya beban osmotik terkecil terjadi pada salinitas 1 ppt. Namun pengujian osmolaritas pada Tabel 3 menunjukkan hal yang berbeda, karena beban osmotik terjadi pada salinitas 2 ppt. Hal tersebut dapat terjadi karena pada salinitas 2 ppt tekanan osmotik tubuh dengan tekanan osmotik media mendekati iso-osmotik. Jadi ada kelebihan energi setelah digunakan untuk osmoregulasi yang dapat digunakan untuk aktivitas lainnya, sehingga aktivitas benih ikan sidat pada salinitas 2 lebih tinggi. Sesuai dengan pernyataan Sukmaningrum et al (2010) yang menyebutkan bahwa semakin tinggi aktivitasnya, semakin tinggi pula konsumsi oksigennya.

Analisis Kimiawi/Proksimat Tubuh Benih Ikan Sidat

(29)

17

Berdasarkan hasil uji proksimat yang telah dilakukan diketahui bahwa lemak pada awal hingga akhir percobaan mengalami penurunan. Selisih lemak yang paling kecil terdapat pada perlakuan 1 ppt, yaitu sebesar 1.71 %. Hal ini menunjukkan bahwa benih ikan sidat pada perlakuan 1 ppt menggunakan lemak dan merubahnya menjadi sumber energi untuk melakukan adaptasi hanya sedikit. Sukmaningrum et al (2010) berpendapat bahwa ikan yang berukuran kecil, laju metabolismenya lebih tinggi daripada ikan yang berukuran besar, dengan demikian kebutuhan energi berhubungan dengan bobot tubuh. Gambar 3 menunjukkan bahwa selisih kandungan lemak di dalam tubuh benih ikan sidat awal dengan akhir penelitian pada salinitas 2 ppt bukan merupakan yang terkecil. Artinya pada salinitas 2 ppt sedikit lebih banyak menggunakan lemak untuk mengubahnya menjadi energi dibandingkan dengan salinitas 1 ppt. Kelebihan energi pada salinitas 2 ppt yang digunakan untuk osmolaritas digunakan untuk aktivitas lainnya, sehingga kandungan lemak pada akhir penelitian menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan benih ikan sidat yang dipelihara pada salinitas 1 ppt.

Penurunan Bobot Tubuh

Beban osmotik yang besar akan menyebabkan pertumbuhan yang menurun. Keadaan ini dapat diketahui dari penurunan bobot benih ikan sidat yangdipelihara pada salinitas 0, 1, 2, dan 3 ppt. Penurunan bobot terkecil pada ikan yang dipelihara pada salinitas 1 ppt sebesar 0.17±0.05 g dan yang terbesar pada 0 ppt yaitu sebesar 0.25±0.03 g karena energi yang tersedia banyak digunakan untuk melakukan proses osmoregulasi.

Sebaliknya, penurunan bobot yang hanya sedikit terjadi pada salinitas 1 ppt karena penggunaan energi untuk osmoregulasi hanya sedikit, sehingga kelebihan energi dari sisa proses osmoregulasi dapat dimanfaatkan untuk proses-proses lainnya, seperti pertumbuhan ataupun reproduksi (Carrion et al 2005). Pada gradien osmotik yang ideal metabolisme dapat meningkat sehingga akan memacu selera makan dan tingkat konsumsi pakan sehingga tersedia energi untuk pertumbuhan. Sukmaningrum et al (2010) berpendapat bahwa ikan yang berukuran kecil, kecepatan metabolismenya lebih tinggi daripada ikan yang berukuran besar, dengan demikian kebutuhan energi berhubungan dengan bobot tubuh.

Ikan-ikan yang dipuasakan, aktivitasnya berkurang, sehingga laju metabolisme basalnya menjadi rendah. Jadi laju konsumsi oksigennya lebihrendah, tapi memiliki bobot tubuh akhir yang lebih tinggi. Sebaliknya aktivitas benih ikan sidat pada salinitas 2 ppt yang lebih tinggi dibandingkan dengan salinitas 1 ppt membuat metabolisme pada salinitas 2 ppt juga lebih tinggi daripada salinitas 1 ppt. Jadi laju konsumsi oksigennya lebih tinggi dan memiliki bobot tubuh akhir yang lebih rendah dibandingkan dengan benih ikan sidat yang dipelihara pada salinitas 1 ppt.

(30)

dan fungsi pakan sebagai sumber energi dapat digunakan untuk pertumbuhan (Affandi 2005).

Kelangsungan Hidup

Apabila gradien osmotik antara cairan tubuh dengan media lingkungannya terlalu tinggi, maka akan menyebabkan proses fisiologis terganggu, stres bahkan dapat menyebabkan kematian (mortalitas) (Porchase et al. 2009). Kematian tertinggi terjadi pada osmolaritas media 0.059 Osmol/kgH2O atau setara dengan

salinitas 2 ppt sebesar 60±20 %. Kemudian pada osmolaritas media 0.033 Osmol/kg H2O atau setara dengan 0 ppt sebesar 73±31%, osmolaritas media 0.103

Osmol/kgH2O atau setara dengan salinitas 3 ppt sebesar 87±23 %, pada

osmolaritas 0.033 Osmol/kgH2O atau setara dengan salinitas 1 ppt sebesar

87±12%. Artinya benih ikan sidat pada perlakuan 1 ppt memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan benih ikan sidat pada perlakuan lainnya. Untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, ikan memiliki toleransi pada kisaran tertentu, terhadap perubahan lingkungan yang terjadi. Kemampuan organisme di dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan dipengaruhi beberapa faktor baik itu jenis ikan, umur atau ukuran ikan, kepadatan ataupun kondisi kualitas air dimana tempat ikan tersebut hidup (Affandi & Riani 1995). Terjadinya perubahan lingkungan ataupun kualitas air yakni salinitas, adalah salah satu penyebab stres yang akan menyebabkan benih ikan sidat mengalami peningkatan glukosa dalam darah dan dapat mempengaruhi pertumbuhan, kesehatan, dan kelangsungan hidup (survival rate) (Affandi & Tang 2002).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Salinitas media pemeliharaan 1 ppt merupakan salinitas optimal bagi benih ikan sidat (Anguilla sp).

Saran

(31)

19

DAFTAR PUSTAKA

Affandi R, Riani E. 1995. Pengaruh salinitas terhadap derajat kelangsungan hidup pertumbuhan benih ikan sidat (elver), Anguilla bicolor bicolor. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia.3(1): hlm 39-48.

Affandi R, Tang UM. 2002. Fisiologi Hewan Air.UNRI Pers 217 hal.

Affandi R, Suhenda N. 2003. Teknik budidaya ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor). Prosiding Forum Nasional Sumberdaya Perikanan Tropik. Jakarta (ID): BPPT.

Affandi R. 2005. Strategi pemanfaatan sumberdaya ikan sidat (Anguilla spp) di Indonesia. Jurnal Iktiologi Indonesia. 5(2).

Affandi R, Ezraneti R, Nirmala K. 2012. Kondisi fisiologi ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) yang dipelihara pada media yang terpapar merkuri dengan tingkat salinitas berbeda. Jurnal Iktiologi Indonesia. 12(2): hlm 185-194. [APHA] American Public Health Association. 2012. Standard methods for the

examination of water and wastewater. Washington DC (US): American Public Health Association 800 I Street, NW.

Anggoro S. 1992. Efek osmotik berbagai tingkat salinitas media terhadap daya tetas telur dan vitalitas larva udang windu (Penaeus monodon FAB) [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Anggoro S, Subandiono, Tri Supratno. 2008. Teknik domestikasi udang liar Metapenaeus elegans (udang jahe) asal segara anakan melalui optimasi media dan pakan [laporan penelitian]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Arjona JF, Chacoff LV, Jarabo IR, Goncalves O, Pascoa I, Maria P, Rio MD,

Mancera JM. 2009. Tertiary stress responses in Senegalese sole (Solea senegalensis Kamp 1858) to osmotic challenge: implication for osmoregulation, energy metabolism and growth. Journal Aquaculture. p419-426.

Brett JR. 1979. Environmental Factors and Growth,in Hoar WS, Randall DJ, Brett JR (eds). Fish Physiology. New York (US): Academic Press.

Carrion RL, Alvarellos SS, Guzman JM, Rio MD, Soengas JL, Mancera JM. 2005. Growth performance of gilthead sea bream (Sparus aurata) in different osmotic conditions: implications for osmoregulation and energy metabolism. Journal Aquaculture. p849-861.

Degani G, Horowitz A, Levanon. 1985. Effect of protein level in purified diet and of density, ammonia and 02 level on growth of juvenile European eels

(Anguilla Anguilla L). Journal Aquaculture. 46(3): p 193-200.

Dinas Perikanan Provinsi Jabar. 2008. Budidaya sidat pada jaring apung. Bandung (ID): Dinas Perikanan Provinsi Jabar.

Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusantara.

(32)

Fujaya Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Jakarta (ID): Rineka Cipta.

Goenarso D, Suripto, Susanti KI. 2003. Konsumsi oksigen, kadar gula darah, dan pertumbuhan ikan mas (Cyprinus carpio) diberi pakan campuran ampas kelapa. Jurnal Matematika dan Sains. 8(2): hlm 51-56.

Haryono. 2008. Sidat, belut bertelinga: potensi dan aspek budidayanya. Jurnal Fauna Indonesia. 8(1): hlm 27-31.

Kania NS. 1995. Pengaruh tingkat salinitas (0, 3, 6, dan 9 ppt) terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan sidat (Anguilla bicolor

McClelland) [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Statistik Perikanan Tangkap Indonesia. Jakarta (ID): KKP.

Liao IC, Huang HJ. 1975. Studies on the respiration of economic prawn in Taiwan: oxygen consumption and lethal dissolved of egg up to young prawn of Penaeus monodon Fabricius. Journal of the Fisheries Society of Taiwan. 4(1): hlm 33-50.

MahiII. 2000. Pengaruh kadar protein dan imbangan energi protein pakan berbeda terhadap retensi protein dan pertumbuhan benih ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor)[Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Marlina E. 2011. Optimasi osmolaritas media dan hubungannya dengan respon fisiologis benih ikanbaung (Hemibagrus nemurus)[Tesis]. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.

Porchase MM, Luis R, Martines C, Ramos R. 2009. Cortisol and glucose reliable indicator of fish. Journal of Aquatic Science. 4(2): p157-178.

Prawesti M, Subekti S,Arief M. 2011. Pengaruh kombinasi pakan buatan dan pakan alami cacing sutera (Tubifex Tubifex) dengan persentase yang berbeda terhadap retensi protein, lemak dan energi pada ikan sidat (Anguilla Bicolor). Jurnal Universitas Airlangga.

Sukmaningrum S, Sulistyo I, Sudibyo PHT. 2010. Efek pemuasaan secara periodik terhadap retensi protein dan retensi energi ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum). Prosiding Seminar Nasional Biologi. Purwokwerto (ID): Biodiversitas dan Bioteknologi Sumberdaya Akuatik. Tesch. 1977. The Eel: Biology and Management of Anguilla Eels. London (GB):

Chapman and Hall.

Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika, edisi ke-3. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Windi L, Peni SP, Ratna BW, Renda D, Syaiful H, Syatrya U, Tri MR, Yuwono I N,Isman. 30 April 2012. Emas lunak yang mulai marak.Agrina.

Yulfiperius, Toelihere MR, Affandi R,Sjafei DS. 2004. Pengaruh alkalinitas terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan lalawak (Barbodes sp).

(33)

21

LAMPIRAN

Lampiran 1 Gambaran aklimatisasi

Lampiran 2 Metode pengambilan cairan tubuh ikan sidat

Ikan sidat yang akan diambil cairan tubuhnya (plasma darah) dimasukkan kedalam wadah penggerus lalu ditambahkan larutan antikoagulan 3.8 % (3,5 gram Na- sitrat dalam 100 ml akuades) dengan perbandingan 1 : 3 ( 1 gram benih sidat : 3 ml larutan antikoagulan).

1. Hasil gerusan dimasukkan kedalam tabung eppendorf 1.5 ml kemudian disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit

2. Dengan menggunakan syringe 1 ml ambil cairan plasma (terletak pada lapisan atas) lalu masukan ke tabung eppendorf yang lainnya untuk dianalisis lebih lanjut.

Lampiran 3 Prosedur pengukuran osmolaritas media dan cairan tubuh benih ikan sidat (SOP Osmometer Automatic Roebling Type 13)

1. Sambungkan kabel ke sumber listrik dan tekan tombol main power (terletak dibagian depan). Alat akan melakukan prosedur pemanasan selama 15 – 30 menit (untuk menunggu suhu turun/dingin)

2. Kalibrasi :

a. Siapkan microtube 1.5 ml dan masukkan 100 μl akuades dengan hati-hati (agar tidak menimbulkan ruang kosong/bubble di bawah akuades)

b. Cuci/ bilas sensor dengan tisu yang telah dibasahi dengan akuades, lalu keringkan

c. Pasangkan microtube ke alat osmometer, tekan dan biarkan Ember berisi larutan

garam (2 liter)

Akuarium berisi air tawar (18 liter)

(34)

d. Setelah display menunjukkan angka -70 , jarum terangkat dan menusuk ke microtube 1 kali (jika jarum terangkat dan menusuk sebanyak 3 kali, artinya alat belum siap digunakan)

e. Setelah menusuk microtube, display akan memperlihatkan angka 0 mosm, lalu langsung tekan θ dan keluarkan microtube untuk ganti dengan standar. f. Cuci/bilas kembali sensor dengan tisu yang telah dibasahi dengan akuades

lalu keringkan

g. Siapkan microtube 1.5 ml baru dan masukkan 100 μl standar/osmotor 300 mosm secara hati-hati

h. Pasangkan microtube berisi larutan standar ke alat osmometer, tekan dan biarkan

i. Setelah display memperlihatkan angka 300 mosm, tekan CAL dan keluarkan microtube

j. Cuci/bilas kembali sensor dengan tisu yang dibasahi akuades, lalu keringkan

3. Sampel :

a. Siapkan cairan sampel dan masukkan + 100 μl dalam microtube, kemudian masukkan ke sensor.

b. Turunkan handle sampel, tunggu sampai pengukuran selesai dan lampu

resultnya menyala disertai dengan bunyi “bip”

c. Angkat handle

d. Bilas sensor menggunakan kertas tisu yang telah dibasahi dengan akuades

4. Setelah selesai melakukan pengukuran :

a.Bersihkan sensor menggunakan kertas tisu yang dibasahi akuades

b.Pada saat tidak digunakan sensor harus ditutup dengan tabung eppendorf kosong ( handle dalam posisi turun)

c. Matikan main power: off

d. Cabut aliran listrik dari pusat listrik.

Lampiran 4 Prosedur pengukuran konsumsi oksigen benih ikan sidat

1. Siapkan akuarium, lalu diisi air dengan volume 7 liter sampai penuh, kemudian ditutup dengan steyrofoam untuk menghindari terjadinya difusi (tanpa ada rongga udara), buat lubang untuk masuknya probe DO-meter

2. Masukan air media sesuai perlakuan yang ditetapkan pada akuarium lalu tutup. 3. Catat kandungan oksigen awal (tercapai pada saat nilai yang tertera pada DO-

meter tidak berubah lagi).

4. Timbang 3 ekor benih sidat yang telah dipuasakan, kemudian masukkan ke dalam akuarium tersebut (lakukan dengan secepatnya).

(35)

23

Lampiran 5 Analisis kadar protein tubuh ikan dengan metode semi mikro Kjeldahl ; (Takeuchi 1988in Mahi 2000).

1. Sampel 0.5 – 1.0 gram ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu kjeldahl nomor 1 dan salah satu labu (nomor 2) digunakan sebagai blanko dimana labu itu tidak dimasukkan sebagai sampel.

2. Ke dalam labu nomor 1, Ditambahkan 3 gram katalis (K

2 SO4 + CuSO45H2O)

dengan rasio 9:1 dan 10 ml H

2SO4 pekat

3. Labu nomor 2 dipanaskan selama 3 – 4 jam, sampai cairan di dalam labu berwarna hijau, setelah itu pemanasan di perpanjang lagi 30 menit

4. Larutan didinginkan, lalu ditambahkan air destilatab 30 ml, Kemudian larutan nomor 2 dmasukkan ke dlam labu takar, tambahkan larutan destilata sampai volume larutan mencapai 100 ml

5. Dilakukan proses destilasi untuk membebaskan kembali NH

3yang berasal dari

proses destruksi pada nomor 4 6. Labu erlenmeyer diisi 10 ml H

2SO4 0.05 N dan ditambahkan 2-3 tetes indikator

(methyl red/methylin blue) dipersiapkan sebagai penampung NH

3yang

dibebaskan dari labu nomor 4

7. Labu destilasi diisi 5 ml larutan nomor 4, Lalu ditambahkan larutan sodium hydroxide 30 %.

8. Pemanasan dengan uap terhadap labu destilasi (nomor 7) dilakukan minimum 10 menit setelah kondensasi uap terlihat pada kondensor

9. Larutan dalam labu erlenmeyer ditetrasi dengan 0.05 N larutan sodium

F = Faktor koreksi dari 0.05 N larutan NaOH S = Bobot sampel (gram)

* = setiap ml 0.05 N NaOH equivalen dengan 0.0007 gram Nitrogen ** = Faktor Nitrogen

Lampiran 6 Analisis kadar lemak tubuh ikan dengan metode ether ekstraksi Soxhlet; Takeuchi (1988) in Mahi (2000).

1. Labu ekstraksi dipanaskan pada suhu 110o C selama satu jam. Kemudian didinginkan selama 30 menitdalam eksikator. Panaskan kembali selama 30 menit, lalu dinginkan, kemudian ditimbang. Proses tersebut diulang sampai tidak ada perbedaan bobot labu lebih dari 0.3 mg. bobot ektraksi (A).

2. 1-2 gram sampel dimasukkan ke dalam tabung filter, lalu dipanaskan pada suhu 90-100oC selama 2-3 jam.

(36)

4. Panaskan ether pada labu ekstraksi dengan menggunakan water bath, suhu 70oC selama 16 jam.

5. Panaskan labu ekstraksi pada suhu 100o C, kemudian ditimbang (B). 6. % lemak =

Lampiran 7 Analisis kadar abu tubuh ikan dengan metode ether ekstraksi Soxhlet; Takeuchi (1988) in Mahi (2000).

1. Cawan porselen dipanaskan pada suhu 600oC selama 1 jam dengan menggunakan muffle furnace, kemudian dibiarkan sampai suhu muffle furnace turun sampai 110oC, lalu cawan porselen dikeluarkan dan disimpan dalam eksikator selama 30 menit, lalu ditimbang (A).

2. Masukkan sampel lalu ditimbang (B), penimbangan sampai empat desimal. 3. Panaskan dalam muffle furnace pada suhu 600oC, sampai bahan berwarna

putih.Cawan porselen dikeluarkan lalu didinginkan dalam eksikator selama 30 menit lalu ditimbang (C).

4. % kadar abu =

Lampiran 8 Analisis serat kasar tubuh benih ikan sidat (Takeuchi 1988 in

Mahi 2000)

1. Bahan (A gram) dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 350 ml, ditambah dengan 50 ml H2SO4 0.3 N kemudian dipanaskan diatas hot plate selama 30 menit.

2. Tambahkan 25 ml NaOH 1.5 N, kemudian dipanaskan kembali selama 30 menit.

3. Panaskan kertas saring dalam oven, dieksikator selama 10 menit kemudian ditimbang (X1). Pasang kertas saring pada corong butchner yang dihubungkan dengan vacuum pump.

4. Larutan yang telah dipanaskan dituang ke dalam corong butchner. Lakukan pembilasan berturut-turut menggunakan 50 ml air panas, 50 ml H2SO4 0.3 N,

50 ml air panas dan 25 ml aceton.

5. Panaskan cawan porselen pada suhu 105-110oC selama 1 jam dan didinginkan dengan eksikator.

6. Masukkan kertas saring dari corong butchner ke dalam cawan, panaskan pada suhu 105oC, dieksikator dan ditimbang (X2).

(37)

25

Lampiran 9 Analisis kadar air tubuh ikan (Takeuchi 1988 in Mahi 2000)

1. Cawan dipanaskan pada suhu 105oC selama 3 jam.

2. Bahan seberat A gram dimasukkan ke dalam cawan dan ditimbang (X gram). 3. Cawan yang sudah berisi bahan dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105oC

selama 3 jam, selanjutnya didinginkan dalam eksikator dan ditimbang (Y gram).

4. Prosedur nomor 3 diulang kembali, jika tidak ada perubahan berat, maka pengukuran selesai.

5. % kadar air =

Lampiran 10 Hasil uji analisis ragam kelangsungan hidup

Sumber Keragaman DB JK KT Fhitung Pr>F Ppt 3 1 466.6667 488.8889 0.9800 0.4499 Galat 8 4 000.0000 500.0000

Total 11 5466.6667

Lampiran 11 Hasil uji analisis ragam penurunan bobot

Sumber Keragaman DB JK KT Fhitung Pr>F

Ppt 3 0.0593 0.0198 2.9200 0.0418 Galat 56 0.3790 0.0068

Total 59 0.4383

Lampiran 12 Hasil perhitungan scoring untuk gradien osmotik

Selang kelas Kategori skor

Perlakuan

(ppt) Nilai Skor Skorx13.33% 0.001–0.013 4 0 0.0200 3 39.99 0.013–0.026 3 1 0.0500 1 13.33 0.026–0.038 2 2 0.0010 4 53.32 0.038–0.050 1 3 0.0390 1 13.33

Lampiran 13 Hasil perhitungan scoring untuk konsumsi oksigen

Selang kelas Kategori skor

Perlakuan

(38)

Lampiran 14 Hasil perhitungan scoring untuk proksimat tubuh

Selang kelas Kategori skor

Perlakuan

(ppt) Nilai Skor Skor x 13.33% 2.52-3.17 1 0 3.99 3 39.99 3.17-3.82 2 1 5.12 4 53.32 3.82-4.47 3 2 2.84 1 13.33 4.47-5.12 4 3 2.52 1 13.33

Lampiran 15 Hasil perhitungan scoring untuk penurunan bobot

Selang kelas Kategori skor

Perlakuan

(ppt) Nilai Skor Skor x 30% 0.17–0.19 4 0 0.25 1 30 0.19–0.21 3 1 0.17 4 120 0.21–0.23 2 2 0.18 4 120 0.23–0.25 1 3 0.23 2 60

Lampiran 16 Hasil perhitungan scoring untuk kelangsungan hidup (survival rate)

Selang kelas Kategori skor

Perlakuan

(39)

27

Lampiran 17Data suhu, DO, pH, dan salinitas 0 ppt selama pemeliharaan

Hari/Tanggal Ulangan Suhu DO pH Salinitas

Kamis/11 Juli 2013

1 27.7 7.8 8.2 0 2 27.5 7.8 8 0 3 28.2 7.6 8 0

Jumat/12 Juli 2013

1 27.5 7.4 7.7 0 2 27.1 7.7 7.5 0 3 27.3 7.7 7.4 0

Sabtu/13 Juli 2013

1 28.1 7.6 7.9 0 2 27.9 7.2 7.7 0 3 28.3 7.4 7.6 0

Minggu/14 Juli 2013

1 27.8 7.2 8.1 0 2 27.4 7.9 8 0 3 27.7 7.6 7.9 0

Senin/15 Juli 2013

1 27.8 7.8 7.6 0 2 27.6 7.6 7.4 0 3 27.7 7.8 7.4 0

Selasa/16 Juli 2013

1 28.2 7.1 7.9 0 2 27.8 7.2 7.8 0 3 27.9 7.3 7.8 0

Rabu/17 Juli 2013

1 28.3 7.6 7.7 0 2 27.8 7.7 7.6 0 3 28 7.8 7.6 0

Kamis/18 Juli 2013

1 28.3 7.6 7.6 0 2 27.8 7.2 7.5 0 3 28.1 7.8 7.5 0

Jumat/19 Juli 2013

(40)
(41)

29

Lampiran 18 Data suhu, DO, pH, dan salinitas 1 ppt selama pemeliharaan

(42)

Hari/Tanggal Ulangan Suhu DO pH Salinitas

Senin/22 Juli 2013

1 27.6 7.8 7.3 1 2 27.7 7.8 7.3 1 3 27.8 7.8 7.3 1

Selasa/23 Juli 2013

1 27.3 8.1 7.5 1 2 27.5 7.9 7.6 1 3 27.5 8.1 7.7 1

Rabu/24 Juli 2013

1 27.8 8.2 8 1 2 28.1 7.8 7.9 1 3 28 7.9 7.9 1

Kamis/25 Juli 2013

1 27.7 7.8 7.5 1 2 28 7.4 7.5 1 3 28.1 7.8 7.6 1

Jumat/26 Juli 2013

1 27.4 7.4 7.6 1 2 27.6 7.3 7.6 1 3 27.7 7.4 7.7 1

Sabtu/27 Juli 2013

1 27.6 7.6 7.6 1 2 27.8 7.8 7.7 1 3 27.9 7.7 7.7 1

Minggu/28 Juli 2013

1 28 7.6 7.5 1 2 28.3 7.7 7.5 1 3 28.2 7.4 7.5 1

Senin/29 Juli 2013

1 28.3 7.8 7.2 1 2 28.3 7.5 7.3 1 3 28.4 7.6 7.2 1

Selasa/30 Juli 2013

1 28 7.9 7.6 1 2 28.2 7.8 7.5 1 3 28.2 7.6 7.5 1

Rabu/31 Juli 2013

(43)

31

Lampiran 19 Data suhu, DO, pH, dan salinitas 2 ppt selama pemeliharaan

(44)

Hari/Tanggal Ulangan Suhu DO pH Salinitas

Lampiran 20 Data suhu, DO, pH, dan salinitas 3 ppt selama pemeliharaan

(45)
(46)

Hari/Tanggal Ulangan Suhu DO pH Salinitas

Kamis/25 Juli 2013

1 28.5 8 7.6 3 2 28.5 7.7 7.7 3 3 28.6 7.7 7.8 3

Jumat/26 Juli 2013

1 28.2 7.5 7.6 3 2 28.3 7.6 7.7 3 3 28.3 7.7 7.8 3

Sabtu/27 Juli 2013

1 28.5 8 7.6 3 2 28.4 7.5 7.7 3 3 28.5 7.7 7.8 3

Minggu/28 Juli 2013

1 28.8 7.6 7.5 3 2 28.9 7.8 7.6 3 3 28.8 7.9 7.6 3

Senin/29 Juli 2013

1 29 7.3 7.3 3 2 29.1 7.6 7.3 3 3 29.1 7.5 7.4 3

Selasa/30 Juli 2013

1 28.6 7.3 7.5 3 2 28.7 7.7 7.6 3 3 28.8 7.6 7.6 3

Rabu/31 Juli 2013

(47)

35

Lampiran 21 Data suhu thermometer max-min selama pemeliharaan

Hari/Tanggal

(48)

penelitian

Perlakuan (ppt) Ulangan W0 Wt

0

1

0.68 0.55 0.62 0.35 0.53 0.29 0.51 0.2

0.5 0.11

2

0.87 0.5 0.78 0.42

0.6 0.41 0.59 0.41 0.51 0.29

3

0.96 0.69 0.71 0.53 0.67 0.44 0.54 0.35 0.52 0.28

1

1

1.01 0.99 0.71 0.54 0.57 0.43 0.56 0.43 0.51 0.35

2

0.63 0.57 0.74 0.48 0.58 0.46 0.52 0.37 0.51 0.21

3

(49)

37

2

1

0.79 0.68 0.62 0.52 0.62 0.31 0.58 0.3 0.58 0.21

2

0.9 0.66 0.7 0.64 0.55 0.53 0.55 0.4 0.54 0.34

3

0.64 0.63 0.61 0.42 0.61 0.38 0.58 0.38 0.52 0.29

3

1

0.68 0.54 0.66 0.48 0.58 0.42 0.53 0.32 0.53 0.26

2

0.88 0.79 0.61 0.39 0.52 0.35 0.52 0.34 0.5 0.33

3

(50)

pemeliharaan

(51)

39

Lampiran 25 Grafik oksigen terlarut (Dissolved oxygen) selama

pemeliharaan benih ikan sidat pada salinitas 0, 1, 2, dan 3 ppt

Lampiran 26 Grafik derajat keasaman (pH) selama pemeliharaan benih ikan sidat pada salinitas 0, 1, 2, dan 3 ppt.

(52)

Penulis dilahirkan pada tanggal 15 Januari 1992 di Bekasi. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Slamet Sudiarto dan Ibu Wariyah.

Pendidikan formal penulis yaitu dimulai dari sekolah dasar di SDN Duren Jaya 6 Bekasi pada tahun 1997. Sekolah menengah pertama di SMPN 3 Bekasi pada tahun 2003. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan SMA PGRI 1 Bekasi pada tahun 2006. Lalu pada tahun 2009 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan jurusan Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.

Gambar

Tabel 1  Metode dan alat pengukuran parameter pengamatan
Tabel 2  Hasil pengamatan parameter fisika kimia air selama percobaan
Tabel 3  Nilai gradien osmotik (Osmol/kg H2O) benih ikan sidat pada setiap
Gambar 4 Kandungan lemak benih ikan sidat pada awal dan akhir penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis data, diperoleh bahwa persepsi dukungan organisasi berpengaruh negatif terhadap organizational citizenship behavior secara parsial, tetapi secara

Dukungan sosial keluarga sebagai bentuk bantuan yang diterima oleh siswa dapat semakin meningkatkan pemahaman siswa mengenai kedisiplinan berlalu lintas dan

atau lebih dan atas beban satu pihak lainnya atau lebih bagi dan atas beban semua pihak timbali balik (Boerma Burhan, 1999). Dalam kaitannya dengan kegiatan yang dilakukan oleh

Dari 13 kasus perceraian yang terjadi di luar pengadilan yang tidak diselesaikan melalui Mahkamah Syari’yah Kota Langsa, ditemukan 9 kasus diantaranya bahwa

Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata persentase pencapaian indikator kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan

Menghitung elevasi dari endapan sedimen yang mencapai bendungan yang merupakan titik dasar kedalaman baru ( new zero elevation ) berdasarkan hasil perpotongan antara

Hal ini tentu berdampak pada penataan letak toko modern (minimarket) yang berdekatan dengan toko kelontong dan letak toko modern yang berada di sistem jaringan