• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keefektifan tiga jenis insektisida nabati terhadap kutu putih papaya Paracoccus marginatus dan keamanannya terhadap kumbang predator Curinus coeruleus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keefektifan tiga jenis insektisida nabati terhadap kutu putih papaya Paracoccus marginatus dan keamanannya terhadap kumbang predator Curinus coeruleus"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

KEEFEKTIFAN TIGA JENIS INSEKTISIDA NABATI

TERHADAP KUTU PUTIH PEPAYA

Paracoccus marginatus

DAN KEAMANANNYA TERHADAP

KUMBANG PREDATOR

Curinus coeruleus

AHMAD SIFA

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

ABSTRAK

AHMAD SIFA, Keefektifan Tiga Jenis Insektisida Nabati terhadap Kutu Putih Pepaya Paracoccus marginatus dan Keamanannya terhadap Kumbang Predator

Curinus coeruleus. Dibimbing oleh AUNU RAUF dan DJOKO PRIJONO.

Paracoccus marginatus merupakan hama penting yang relatif baru di Indonesia dengan daya merusak yang tinggi. Di tempat asalnya, populasi hama P. marginatus dapat ditekan dengan baik oleh berbagai jenis musuh alaminya. Di Indonesia, saat ini musuh alami yang ada belum dapat menekan peningkatan populasi hama P. marginatus hingga tingkat yang tidak merugikan. Oleh karena itu penggunaan insektisida nabati dari bahan tumbuhan seperti Tephrosia vogelii

(3)

KEEFEKTIFAN TIGA JENIS INSEKTISIDA NABATI

TERHADAP KUTU PUTIH PEPAYA

Paracoccus marginatus

DAN KEAMANANNYA TERHADAP

KUMBANG PREDATOR

Curinus coeruleus

AHMAD SIFA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Keefektifan Tiga Jenis Insektisida Nabati terhadap Kutu Putih Pepaya Paracoccus marginatus dan Keamanannya terhadap Kumbang Predator Curinus coeruleus

Nama Mahasiswa : Ahmad Sifa NRP : A34060983

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf, M.Sc Ir. Djoko Prijono, MAgrSc. NIP 19500622 197703 1 001 NIP 19590827 198303 1 005

Mengetahui

Ketua Departemen

Dr. Ir. Dadang, M.Sc NIP 19640204 199002 1 002

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Indramayu pada tanggal 30 April 1988, sebagai anak ke-empat dari empat bersaudara pasangan Bapak Abdul Mughi Muin dan Ibu Masruroh. Penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Krangkeng, Indramayu. Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan pada tahun 2007 diterima di Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB.

(6)

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Keefektifan Tiga Jenis Insektisida Nabati terhadap Kutu Putih Pepaya Paracoccus marginatus dan Keamanannya terhadap Kumbang Predator Curinus coeruleus”. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB dari Agustus 2010 sampai Mei 2011. Penelitian ini merupakan bagian dari

proyek penelitian yang berjudul “Pengembangan Formulasi Insektisida Nabati

Berbasis Ekstrak Tanaman Tephrosia vogelii untuk Mengendalikan Hama Kubis

Crocidolomia pavonana dan Hama Kutu Paracoccus marginatus“ (Ketua

Peneliti: Ir. Djoko Prijono, MAgrSc.), dengan dana dari Program Insentif Riset Terapan, Kementerian Negara Riset dan Teknologi.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf, M.Sc dan Ir. Djoko Prijono, MAgrSc. yang telah bersedia menjadi dosen pembimbing dan telah memberikan bimbingan, arahan, perhatian, dan pemecahan dalam setiap permasalahan, serta ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Ir. Titiek Siti Yuliani, S.U., selaku dosen penguji tamu.

3. Dr. Ir. Abdul Muin Adnan, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik. 4. Kedua orang tua (Abdul Mughni Muin dan Masruroh) dan semua keluarga

yang telah memberikan doa, motivasi, kasih sayang, dan kesabaran.

5. Sahabat saya, Feby Ferdiansyah, Satrio Harjono, dan Fitria Asri yang telah menemani dan senantiasa memberikan motivasi.

6. Rekan-rekan di Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga yang telah membantu dan memecahkan permasalahan selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi.

7. Pihak University Farm rumah kaca Cikabayan, Kampus IPB Dramaga, Bogor.

8. Pihak kebun organik Bina Sarana Bakti, Cisarua, Bogor.

9. Sahabat-sahabat saya di Departemen Proteksi Tanaman IPB Angkatan 43, juga 41, 42, 44, 45, dan 46.

10. Sahabat-sahabat saya di Wisma London Balebak atas pengertian, motivasi, dan toleransinya kepada penulis.

Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Agustus 2011

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Paracoccus marginatus ... 5

Persebaran ... 5

Tanaman Inang dan Gejala Kerusakan ... 5

Biologi ... 6

Pengendalian ... 8

Curinus coeruleus ... 8

Persebaran ... 8

Biologi ... 9

Tephrosia vogelii ... 10

Deskripsi Tanaman ... 10

Sifat Insektisida ... 11

Annona squamosa ... 11

Deskripsi Tanaman ... 11

Sifat Insektisida ... 12

Cinnamomum multiforum ... 12

Deskripsi Tanaman ... 12

Sifat Insektisida ... 13

BAHAN DAN METODE ... 14

Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

Perbanyakan Tanaman Pepaya ... 14

Perbanyakan Kutu Putih Pepaya P. marginatus ... 14

Perbanyakan Kumbang Predator C. coeruleus ... 14

Bahan Insektisida Nabati Uji ... 15

Pengujian Keefektifan Insektisida Nabati terhadap Nimfa P. marginatus ... 15

Metode Semprot Daun ... 15

Metode Semprot Serangga ... 16

Metode Semprot Serangga pada Daun ... 16

Pengujian Keamanan Insektisida Nabati terhadap Larva C. coeruleus ... 17

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

Keefektifan Insektisida Nabati Uji terhadap Nimfa P. marginatus .. 18

Metode Semprot Daun ... 18

(8)

Halaman

Metode Semprot Serangga pada Daun ... 22

Keamanan Insektisida Nabati Uji terhadap Larva C. coeruleus ... 22

KESIMPULAN DAN SARAN ... 24

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Mortalitas kutu putih pepaya P. marginatus akibat perlakuan

insektisida nabati uji dengan metode semprot daun ... 19 2 Mortalitas kutu putih pepaya P. marginatus akibat perlakuan

insektisida nabati uji dengan metode semprot serangga ... 21 3 Mortalitas kutu putih pepaya P. marginatus akibat perlakuan T.

vogelii dengan metode semprot serangga pada daun ... 22 4 Mortalitas kumbang predator C. coeruleus akibat perlakuan

(10)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus Williams & Granara de Willink (Hemiptera: Pseudococcidae), merupakan hama penting yang relatif baru di Indonesia dengan daya merusak yang tinggi. Hama tersebut diketahui pertama kali pada tanaman pepaya di Kebun Raya Bogor pada Mei 2008 dan pada Juli 2008 dilaporkan telah banyak merusak pertanaman pepaya milik petani di Bogor (Muniappan et al. 2008). Di Indonesia, pada tahun 2009 P. marginatus

dilaporkan menyerang lebih dari 21 spesies tanaman dari famili Apocynaceae, Araceae, Caricaceae, Convolvulaceae, Cucurbitaceae, Euphorbiaceae, Fabaceae, Malvaceae, Moraceae, Myrtaceae, Rubiaceae, dan Solanaceae (Sartiami et al.

2009).

Sesuai dengan tipe alat mulutnya, P. marginatus menusukkan stilet ke dalam jaringan epidermis tanaman (buah, daun, dan batang) dan mengisap cairan bagian tanaman tersebut. Hama tersebut juga memasukkan racun ketika mengisap cairan bagian tanaman yang dapat mengakibatkan daun kerdil atau keriting dan daun atau buah rontok. Embun madu yang dihasilkan oleh P. marginatus

menimbulkan embun jelaga yang dapat menghambat proses fotosintesis. Serangan P. marginatus yang berat dapat mengakibatkan buah pepaya tidak layak dimakan bahkan menyebabkan kematian tanaman (Walker et al. 2003; Heu et al.

2007).

Di Hawaii, musuh alami yang menyerang P. marginatus antara lain predator

Cryptolaemus montrouzieri Mulsant, Curinus coeruleus Mulsant, Hyperaspis silvestrii Weise, Symnobius bilucernarius (Mulsant), dan Scymnus sp. (Coleoptera: Coccinellidae), serta Chrysopa sp. (Neuroptera: Chrysopidae); parasitoid Acerophagous papayae Noyes & Schauff, Anagyrus loecki Noyes & Menezes, dan Pseudleptomastix mexicana Noyes & Schauff (Hymenoptera: Encyrtidae); serta cendawan Neozygytes fumosa (Meyerdirk et al. 2004; Heu et al.

2007). Sartiami et al. (2009) melaporkan bahwa predator lokal yang memangsa

(11)

Heteropsylla cubana (Homoptera: Psyllidae) (Wagiman et al. 1989), juga ditemukan menyerang hama P. marginatus pada tanaman pepaya di Bogor (Pramayudi 2010). Baru-baru ini, parasitoid A. papayae Noyes & Schauff (Hymenoptera: Encyrtidae) ditemukan memarasit kutu P. marginatus yang dikumpulkan dari lapangan di sekitar Kecamatan Darmaga, Bogor (Sutardi 2011).

Di Indonesia, perkembangan populasi musuh alami lokal belum dapat mengimbangi perkembangan populasi hama P. marginatus, terutama pada musim kemarau sehingga dapat terjadi serangan yang berat. Pada keadaan serangan hama P. marginatus yang berat, tindakan pengendalian yang dapat dilakukan ialah pengendalian secara mekanis dengan tangan atau alat bantu mekanis, menyemprotkan air dengan tekanan tinggi pada koloni kutu putih, dan penyemprotan dengan air sabun yang diikuti dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif imidakloprid (golongan neonikotinoid) (Sartiami et al. 2009).

Ketika musuh alami dan cara-cara nonkimia lain tidak dapat menekan peningkatan populasi hama P. marginatus hingga tingkat yang tidak merugikan, insektisida yang efektif terhadap hama sasaran dan aman terhadap musuh alami dapat digunakan sebagai alternatif terakhir. Salah satu kelompok insektisida yang memenuhi persyaratan tersebut dan layak diuji ialah insektisida nabati. Tiga jenis tumbuhan yang telah diketahui bersifat insektisida terhadap hama lain ialah

Tephrosia vogelii (kacang babi, Leguminosae), Cinnamomum multiforum

(Lauraceae), dan Annona squamosa (srikaya, Annonaceae) (Prijono et al. 1997; Abizar & Prijono 2010;Febrianni 2011; Hertika 2011).

(12)

Biji A. squamosa telah lama diketahui bersifat insektisida dan aktif terhadap berbagai jenis serangga pemakan daun dan pengisap cairan tanaman (Grainge & Ahmed 1988; Prakash & Rao 1997). Prijono et al. (1997) melaporkan bahwa ekstrak biji srikaya memiliki aktivitas insektisida yang kuat terhadap larva

Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae) dan lebih aktif daripada ekstrak akar tuba, Derris elliptica. Biji srikaya mengandung senyawa aktif insektisida dari golongan asetogenin, terutama skuamosin dan asimisin (Ohsawa

et al. 1994; Zafra-Polo et al. 1996). Senyawa aktif tersebut memiliki cara kerja yang sama dengan rotenon (Zafra-Polo et al. 1996).

Penelitian tentang aktivitas insektisida C. multiforum masih sangat terbatas. Minyak atsiri daun C. multiflorum dilaporkan bersifat insektisida dengan kerja yang cukup cepat terhadap larva C. pavonana (Hertika 2011) dan Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Yponomeutidae) (Febrianni 2011) tetapi aktivitasnya terhadap hama lain belum pernah diteliti. Minyak atsiri daun C. multiflorum

mengandung metileugenol (area puncak GC 49,4%) sebagai komponen utama (Hertika 2011).

Insektisida nabati dapat digunakan secara tunggal dan dalam bentuk campuran. Penggunaan insektisida nabati dalam bentuk campuran dapat menghemat bahan baku bila campuran bersifat sinergis selain dapat memanfaatkan keanekaragaman sumber daya nabati lokal secara optimum. Penggunaan ekstrak daun T. vogelii, ekstrak biji A. squamosa, dan minyak atsiri daun C. multiflorum serta campuran ketiga bahan nabati tersebut diharapkan dapat menekan populasi hama P. marginatus sementara di pihak lain dapat melestarikan musuh alami hama tersebut, termasuk kumbang predator C. coeruleus.

Tujuan Penelitian

(13)

Manfaat Penelitian

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Paracoccus marginatus

Persebaran

Kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus Williams & Granara de Willink (Hemiptera: Pseudococcidae) merupakan hama yang berasal dari Amerika Tengah. Di tempat asalnya, serangga tersebut tidak berstatus sebagai hama yang serius karena adanya musuh alami endemik yang kompleks. Spesimen hama tersebut pertama kali dikoleksi di Meksiko pada tahun 1955, kemudian pada tahun 1992 spesimen hama tersebut telah ditemukan dari wilayah neotropik di Belize, Kosta Rika, Guatemala, dan Meksiko (Williams & Granara de Willink 1992). Pada tahun 1994, hama tersebut dilaporkan telah menyerang berbagai jenis tanaman di 14 negara di Kepulauan Karibia. Selanjutnya hama tersebut telah ditemukan di Bradenton, Florida pada tahun 1998 pada tanaman Hibiscus. Pada Januari 2002, hama tersebut telah dapat dikoleksi dari 18 spesies tanaman berbeda dari 30 daerah di Florida. Hama tersebut ditemukan telah berkembang di wilayah Pasifik di Guam dan Republik Palau pada tahun 2002. Pada tahun 2003, hama tersebut ditemukan telah menyebar di Kepulauan Hawaii (Walker et al. 2003; Tanwar et al. 2010).

Hama kutu putih pepaya telah menyebar di Asia Selatan dan Tenggara antara tahun 2007 dan 2009. Pada tahun 2007, hama tersebut telah ditemukan di India, menjadi hama penting dan telah menyebar di berbagai daerah di negara tersebut (Tanwar et al. 2010). Di Indonesia, hama tersebut dilaporkan pertama kali ditemukan pada Mei 2008 pada tanaman pepaya di Kebun Raya Bogor (Muniappan et al. 2008). Pada tahun 2009, hama tersebut dilaporkan telah menyerang 21 spesies tanaman dari beberapa famili di Provinsi Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta (Sartiami et al. 2009).

Tanaman Inang dan Gejala Kerusakan

(15)

genus tanaman, di antaranya tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti pepaya, alpukat, jarak, jeruk, kamboja, terung, Hibiscus sp., dan ekor kucing. Di Indonesia, pada tahun 2009 P. marginatus dilaporkan menyerang 21 spesies tanaman dari beberapa famili seperti Apocynaceae, Araceae, Caricaceae, Convolvulaceae, Cucurbitaceae, Euphorbiaceae, Fabaceae, Malvaceae, Moraceae, Myrtaceae, Rubiaceae, dan Solanaceae (Sartiami et al. 2009). Di India, Tanwar et al. (2010) melaporkan bahwa P. marginatus ditemukan menyerang dan menyebabkan kerusakan pada beberapa tanaman seperti pepaya, kembang sepatu, jarak, ubi kayu, tomat, terung, kapas, murbei, jambu biji, pohon jati, dan beberapa

jenis gulma.

Kutu putih pepaya P. marginatus sangat aktif pada kondisi kering dan cuaca panas. P. marginatus mengisap cairan bagian tanaman dengan menusukkan stilet ke dalam jaringan epidermis tanaman (buah, daun, dan batang). Hama tersebut juga memasukkan zat beracun ketika mengisap cairan bagian tanaman sehingga dapat mengakibatkan klorosis, pucuk daun kerdil, daun keriting, dan daun/buah rontok. Embun madu yang dihasilkan oleh P. marginatus memicu tumbuhnya embun jelaga yang dapat menghambat proses fotosintesis. Infestasi berat P. marginatus mengakibatkan buah tidak layak dimakan bahkan dapat menyebabkan tanaman mati (Miller et al. 1999; Walker et al. 2003; Heu et al. 2007; Muniappan

et al. 2008).

Biologi

(16)

sekitar 0.2 mm. Setelah sekitar 4 hari, crawler berganti kulit dan disebut nimfa instar II. Pada fase ini, jenis kelamin P. marginatus sudah dapat dibedakan. Nimfa instar II betina berwarna kuning dengan panjang tubuh sekitar 0.7 mm dan lebar sekitar 0.4 mm, sedangkan yang jantan biasanya berwarna merah muda dengan panjang sekitar 0.6 mm dan lebar sekitar 0.3 mm. Lama stadium rata-rata nimfa betina instar II betina dan jantan masing-masing 3.74 dan 4.12 hari. Pada fase nimfa instar III, ukuran tubuh betina lebih besar dibandingkan dengan jantan, tubuh nimfa betina masih berwarna kuning. Fase ini merupakan stadium nimfa paling akhir sebelum menjadi imago dengan lama stadium rata-rata 4 hari. Sementara itu, fase nimfa instar III pada individu jantan merupakan fase prapupa dan setelah 2.25 hari berkembang menjadi instar IV atau disebut dengan pupa. Lama stadium pupa adalah 4.86 hari (Friamsa 2009).

Imago betina berwarna kuning dengan lapisan lilin berwarna putih pada permukaan tubuhnya dan berukuran panjang kira-kira 2.2 mm dan lebar 1.4 mm. Di sekitar tepi tubuh imago betina bagian posterior terdapat sejumlah filamen pendek berlilin dengan panjang kurang dari ¼ kali panjang tubuhnya, tidak memiliki sayap dan bergerak dengan cara merayap atau terbawa oleh tiupan angin. Imago betina meletakkan telur sebanyak 100 sampai 600 butir telur (Miller & Miller 2002). Imago betina memikat imago jantan dengan feromon seks. Karakter penting yang membedakan imago betina P. marginatus dari spesies

(17)

terdapat seta besar (Miller & Miller 2002). Pada kondisi rumah kaca, reproduksi

P. marginatus berlangsung sepanjang tahun (Walker et al. 2003).

Pengendalian

Di Hawaii, terdapat musuh alami endemik yang kompleks, seperti predator

Cryptolaemus montrouzieri Mulsant, Curinus coeruleus Mulsant, Hyperaspis silvestrii Weise, Symnobius bilucernarius (Mulsant), dan Scymnus sp. (Coleoptera: Coccinellidae), serta Chrysopa sp. (Neuroptera: Chrysopidae); parasitoid Acerophagous papayae Noyes & Schauff, Anagyrus loecki Noyes & Menezes, dan Pseudleptomastix mexicana Noyes & Schauff (Hymenoptera: Encyrtidae); serta cendawan Neozygytes fumosa sehingga P. marginatus tidak berstatus sebagai hama yang serius (Meyerdirk et al. 2004; Heu et al. 2007). Di Amerika Serikat, belum ada insektisida kimia spesifik untuk mengendalikan P. marginatus namun beberapa insektisida yang dapat menjadi alternatif adalah insektisida berbahan aktif asefat, karbaril, klorpirifos, diazinon, dimetoat, malation, dan minyak mineral putih. Dosis aplikasi insektisida kimia tersebut sama seperti dosis aplikasi untuk jenis kutu putih lainnya. Akan tetapi untuk mengoptimumkan potensi dan melestarikan alam, pada tahun 1999 Departemen Pertanian Amerika Serikat mengimplementasikan pengendalian secara biologi dengan menggunakan empat spesies parasitoid dari famili Encyrtidae, yaitu A. loecky, A. californicus Compere, A. papayae, dan Pseudaphycus sp. Spesimen parasitoid tersebut kemudian diintroduksi ke Puerto Rico untuk dikembangbiakan dan diteliti di Puerto Rico dan Republik Dominika, kemudian parasitod tersebut diintroduksikan ke Florida pada Oktober 2000. Pada tahun 2002, parasitoid tersebut diintroduksi ke Guam dan dapat menekan populasi P. marginatus hingga 99% serta dapat beradaptasi dengan baik (Meyerdirk et al. 2004).

Curinus coeruleus

Persebaran

(18)

mengendalikan hama kutu putih pada kelapa, Nipaecoccus nipae (Oka et al. 1987). Menurut Nakahara et al. (1987), ternyata serangga ini juga dapat berasosiasi dan dapat menurunkan populasi hama kutu loncat Heteropsylla cubana di Hawaii. Pada tahun 1986, serangga ini diintroduksikan ke Spanyol, Indonesia, Filipina, dan Thailand untuk mengendalikan hama kutu loncat H. cubana (MacDicken 1990). Kumbang predator tersebut pertama kali diintroduksi dari Hawaii ke Indonesia pada Agustus 1986 untuk mengendalikan H. cubana. Pada November 1986 predator tesebut disebarkan ke 50 tempat di Indonesia dan pada tahun 1987 dapat menetap baik (Oka 1990).

Biologi

C. coeruleus mengalami metamofosis sempurna (holometabola), yaitu melalui fase telur, larva, pupa, dan imago. Telur C. coeruleus berbentuk lonjong berwarna putih kusam (krem) terang, semakin lama semakin gelap. Lama stadium telur C. coeruleus berlangsung selama 7 hari. Fase larva melewati empat instar, yaitu instar I sampai IV yang dapat dibedakan berdasarkan ukuran tubuhnya. Lama stadium rata-rata instar I sampai IV berturut-turut 3.11, 2.89, 3.11, dan 6.41 hari, dengan lama perkembangan larva rata-rata 15.53 hari. Fase pupa C. coeruleus dibagi menjadi dua tahap, yaitu prapupa yang berlangsung selama 2.18 hari dan tahap pupa yang berlangsung selama 6.70 hari. Tahap prapupa adalah tahap saat larva dalam kondisi telah diam, menempelkan bagian ujung abdomennya dan melengkungkan badannya, sehingga berbentuk agak membulat, sedangkan tahap pupa adalah tahap saat prapupa akan membuka bagian punggungnya. Tahap pupa berakhir bila kulit pupa terbuka dan keluar serangga dewasa dengan elitra berwarna putih dan dalam waktu 2-3 jam warna elitra tersebut menjadi biru pekat mengkilat (Mahrub & Hartanti 1987; Oka et al. 1987; Rauf et al. 1990).

(19)

menonjol dan berwarna gelap kehitaman sedangkan bentuk mulut imago jantan hampir rata mengikuti garis tepi elitra pada tubuhnya dan berwarna lebih terang (Sudarmadji 1987). Rata-rata lama hidup imago betina 73.75 hari sedangkan imago jantan 71.25 hari. Imago betina mengalami masa praoviposisi yang berlangsung selama rata-rata 14.75 hari dan pascaoviposisi (masa tidak bertelur) yang berlangsung selama rata-rata 11.00 hari. Jumlah telur rata-rata yang diletakkan per betina per hari adalah 13.68 butir. Selama hidupnya rata-rata per betina meletakkan 454 butir telur (Mahrub & Hartanti 1987; Oka et al. 1987; Rauf

et al. 1990).

C. coeruleus memiliki kemampuan memangsa cukup tinggi. Serangga ini dapat dimanfaatkan sebagai musuh alami berbagai jenis hama, di antaranya

Nipaecoccus nipae, Paracoccus marginatus, Heteropsylla cubana, Diaphorina citri (Hodek & Honěk 2009). Bahkan berdasarkan penelitian oleh Yang (2006),

C. coeruleus dapat memangsa telur dan jentik nyamuk Aedes albopictus dengan baik.

Tephrosia vogelii

Deskripsi Tanaman

(20)

Sifat Insektisida

T. vogelii dapat digunakan sebagai insektisida, moluskida, rodentisida, dan racun ikan (Morallo-Rejesus 1986; Minja et al. 2002). T. vogelii memiliki aktivitas insektisida terhadap berbagai jenis hama Lepidoptera dan hama kumbang gudang (Grainge & Ahmed 1988; Prakash & Rao 1997). Koona & Dorn (2005) melaporkan bahwa ekstrak daun T. vogelii dapat menyebabkan kematian dan bersifat sebagai penghambat peneluran terhadap kumbang Acanthoscelides obtectus Say, Callosobruchus maculatus (F.), dan C. chinensis (L.) (Coleoptera: Bruchidae). Baru-baru ini, ekstrak daun T. vogelii juga telah diteliti dan memiliki aktivitas insektisida yang kuat terhadap larva Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae) (Wulan 2008; Panggraito 2011) dan larva Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Yponomeutidae) (Febrianni 2011). Abizar dan Prijono (2010), melaporkan bahwa ekstrak daun dan biji T. vogelii berpotensi sebagai insektisida nabati; ekstrak daun T. vogelii berbunga ungu lebih aktif terhadap C. pavonana dibandingkan dengan ekstrak daun T. vogelii berbunga putih maupun ekstrak biji T. vogelii berbunga ungu dan putih. Sartiami et al. (2009) melaporkan bahwa perlakuan air sabun yang diikuti ekstrak T. vogelii

mampu menekan populasi P. marginatus sebesar 35%.

Ekstrak daun T. vogelii bersifat sebagai racun perut yang kuat dengan efek kontak yang lebih terbatas (Wulan 2008). Senyawa aktif insektisida yang terkandung dalam T. vogelii adalah golongan rotenoid, seperti rotenon, tefrosin, dan deguelin (Delfel et al. 1970; Lambert et al. 1993). Rotenon memiliki aktivitas insektisida yang kuat terhadap berbagai jenis serangga, yaitu sebagai racun perut dan racun kontak (Prakash & Rao 1997; Djojosumarto 2008). Rotenon bekerja dengan menghambat proses respirasi sel di dalam mitokondria (Hollingworth 2001).

Annona squamosa

Deskripsi Tanaman

(21)

buahnya yang dapat langsung dikonsumsi. A. squamosa memiliki daun tunggal, kaku, bertangkai, bunga tunggal, buah majemuk, dan biji berwarna hitam mengkilat (Kardinan 2002). Buah majemuk berbentuk bulat dengan ukuran jari tengah 5-10 cm, kulit luar berlilin. Buah masak memiliki kulit luar berwarna hijau kebiru-biruan, biji dari buah masak berwarna hitam mengkilat dan daging buah berwarna putih (van Steenis et al. 1975). Pembiakan A. squamosa secara generatif dilakukan dengan penanaman biji.

Sifat Insektisida

Sediaan biji A. squamosa memiliki aktivitas insektisida terhadap berbagai jenis serangga pemakan daun dan pengisap cairan tanaman (Grainge & Ahmed 1988; Prakash & Rao 1997). Prijono et al. (1997) melaporkan bahwa ekstrak biji srikaya memiliki aktivitas insektisida yang kuat terhadap larva C. pavonana dan lebih aktif daripada ekstrak akar tuba, Derris elliptica. Berdasarkan penelitian Rejeki (1996), ekstrak biji A. squamosa memiliki aktivitas insektisida terhadap kumbang kacang, Callosobruchus maculatus (F.) (Colleoptera: Bruchidae). Pada penelitian lain, Rahmawati (2011) melaporkan bahwa ekstrak biji A. squmosa

aktif terhadap hama gudang Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera: Curculionidae) dengan LC50 2.8% dan Tribolium castaneum Herbst. (Coleoptera:

Tenebrionidae) dengan LC50 1.84%.

Biji A. squamosa mengandung senyawa asetogenin, terutama skuamosin dan asimisin yang bersifat sebagai racun perut dan racun kontak yang kuat terhadap beberapa jenis serangga (Ohsawa et al. 1994; Zafra-Polo et al. 1996). Senyawa tersebut merupakan racun respirasi sel yang dapat menghambat transfer elektron pada proses respirasi sel sehingga serangga kekurangan energi dan akhirnya mengakibatkan kematian serangga (Zafra-Polo et al. 1996).

Cinnamomum multiforum

Deskripsi Tanaman

(22)

merupakan spesies yang dapat ditemukan di Asia Selatan dan Tenggara. Di Indonesia, tumbuhan dari genus ini biasa disebut dengan kayu manis. Pembiakan secara generatif dapat dilakukan dengan penanaman biji yang diperoleh dari pohon induk yang memiliki umur minimal 10 tahun dan telah masak sempurna (Towaha & Indriati 2008).

Sifat Insektisida

Minyak atsiri daun C. multiforum telah dilaporkan memiliki aktivitas insektisida terhadap larva C. pavonana (Hertika 2011) dan Plutella xylostella

(Febrianni 2011) dengan efek kerja yang cepat. Selain itu, spesies lain seperti C. camphora memiliki aktivitas insektisida terhadap beberapa hama gudang seperti

Sitophilus oryzae dan Bruchus rugimanus (Liu et al. 2005). Kandungan benzil benzoat dan benzilsalisilat pada minyak atsiri daun Cinnamomum spp. dari Malaysia diketahui memiliki aktivitas insektisida yang kuat terhadap larva dan imago nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Jantan et al. 2005).

(23)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB dari Agustus 2010 sampai Mei 2011.

Perbanyakan Tanaman Pepaya

Tanaman pepaya untuk percobaan ditanam dari bibit pepaya jenis California berumur 2 minggu yang diperoleh dari tempat pembibitan pepaya di desa Mekarsari, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor. Bibit pepaya ditanam dalam pot plastik kapasitas 2,5 liter. Media tanam yang digunakan ialah tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Tanaman pepaya dipupuk dengan NPK ± 1 g per pot dan dipupuk NPK lagi setiap 3 minggu.

Perbanyakan Kutu Putih Pepaya P. marginatus

Kutu putih pepaya P. marginatus diperbanyak dalam kurungan mika-kasa berbingkai kayu berukuran 1 m x 0,5 m x 1 m. Tanaman pepaya berumur 2 bulan dimasukkan ke dalam kurungan tersebut kemudian diinfestasi dengan imago P. marginatus. Serangga tersebut dibiarkan berkembang biak sampai jumlahnya mencukupi untuk pengujian.

Perbanyakan Kumbang Predator C. coeruleus

(24)

pakan, dan kertas karton hitam tempat peletakkan telur diganti setiap hari. Telur-telur dipisahkan dan dipindahkan ke dalam kurungan plastik yang berbeda.

Bahan Insektisida Nabati Uji

Insektisida nabati uji yang digunakan adalah ekstrak aseton daun T. vogelii, ekstrak heksana biji A. squamosa, dan minyak atsiri daun C. multiforum yang diperoleh dari Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor. Formulasi insektisida pembanding Confidor 5 WP (bahan aktif imidakloprid 5%) dibeli dari toko pertanian Sarana Tani di Bogor.

Pengujian Keefektifan Insektisida Nabati terhadap Nimfa P. marginatus Pengujian keefektifan ekstrak daun T. vogelii, ekstrak biji A. squamosa,

minyak atsiri daun C. multiforum, dan campuran ketiga bahan nabati tersebut terhadap nimfa P. marginatus dilakukan dengan menggunakan tiga metode, yaitu metode semprot daun, semprot serangga, dan semprot serangga pada daun.

Metode Semprot Daun

(25)

insektisida nabati dan insektisida pembanding dimasukkan ke dalam botol semprot volume 50 ml yang berbeda.

Satu daun pada tanaman pepaya disemprot pada permukaan atas dan bawah sebanyak 20 kali semprot (volume ± 4.4 ml) dengan sediaan bahan insektisida nabati uji atau insektisida pembanding imidakloprid menggunakan botol semprot kemudian dibiarkan kering. Setelah daun kering, pada setiap daun diinfestasikan 15 ekor nimfa instar III betina P. marginatus. Daun percobaan dikurung dengan tabung mika (p = 35 cm, d = 16 cm) yang kedua ujungnya ditutup kain kasa. Jumlah kutu yang mati dicatat pada 24, 48, dan 72 jam setelah perlakuan (JSP).

Percobaan disusun dalam rancangan acak lengkap dengan 10 perlakuan dan 5 ulangan. Data kematian serangga uji pada setiap waktu pengamatan diolah dengan sidik ragam menggunakan program komputer Statistical Analysis System

(SAS) ver. 9.1. Pembandingan nilai tengah antarperlakuan dilakukan dengan uji selang berganda Duncan pada taraf nyata 5%.

Metode Semprot Serangga

Penyiapan sediaan insektisida nabati uji dan insektisida pembanding sama seperti pada metode semprot daun. Nimfa instar III betina P. marginatus

sebanyak 15 ekor ditempatkan pada bagian dasar cawan petri berdiameter 9 cm kemudian disemprot dengan sediaan insektisida nabati uji atau insektisida pembanding imidakloprid dengan volume semprot 5 ml/perlakuan menggunakan menara semprot (spray tower) Potter. Kutu yang telah disemprot diinfestasikan pada satu daun pepaya kemudian dikurung dengan tabung mika-kasa seperti di atas. Jumlah kutu yang mati dihitung pada 24, 48, dan 72 JSP. Rancangan percobaan dan analisis data sama seperti pada percobaan sebelumnya.

Metode Semprot Serangga pada Daun

(26)

Daun pepaya perlakuan dikurung dengan tabung mika-kasa seperti di atas. Jumlah kutu yang mati dihitung pada 24, 48, dan 72 JSP. Rancangan percobaan dan analisis data sama seperti pada percobaan sebelumnya tetapi pada pengujian ini hanya terdapat tiga perlakuan, yaitu ekstrak T. vogelii 0.5% dan 1% serta kontrol.

(27)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keefektifan Insektisida Nabati Uji terhadap Nimfa P. marginatus Metode Semprot Daun

Perlakuan dengan tiga jenis insektisida nabati uji dan campurannya, masing-masing pada dua taraf konsentrasi, mengakibatkan mortalitas nimfa instar III betina P. marginatus yang beragam. Mortalitas nimfa P. marginatus pada semua perlakuan insektisida nabati pada 24 jam setelah perlakuan (JSP) tidak melebihi 25% dan mortalitas serangga uji pada perlakuan insektisida pembanding imidakloprid juga masih rendah, yaitu hanya 33.3%, sedangkan pada kontrol tidak ada kematian serangga uji (Tabel 1). Insektisida nabati pada konsentrasi yang lebih tinggi mengakibatkan mortalitas serangga uji lebih tinggi.

Mortalitas serangga uji pada perlakuan dengan ekstrak biji A. squamosa 1% dan minyak atsiri daun C. multiforum 2% tidak berbeda nyata dengan perlakuan formulasi imidakloprid 0.1% pada 24 JSP. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak biji A. squamosa dan minyak atsiri daun C. multiforum memiliki efek kontak awal yang cukup cepat. Ekstrak biji A. squamosa mengandung senyawa aktif golongan asetogenin, terutama skuamosin dan asimisin, yang bersifat sebagai racun perut dan racun kontak yang kuat terhadap beberapa jenis serangga (Ohsawa et al. 1994). Minyak atsiri daun C. multiforum mengandung metileugenol sebagai komponen utama dan memiliki aktivitas insektisida yang kuat dengan efek kerja yang cepat terhadap ulat krop kubis C. pavonana (Hertika 2011). Sementara itu, imidakloprid merupakan insektisida kimia sintetik golongan neonikotinoid yang selain bersifat sistemik juga memiliki efek kontak yang baik dengan cara kerja sebagai racun saraf (Cox 2001; Brown et al. 2006). Imidakloprid efektif terhadap berbagai jenis serangga menusuk-mengisap dan beberapa jenis serangga pemakan daun (NPIC 2010).

(28)

kuat meningkatkan mortalitas serangga uji dengan tajam pada 48 JSP dan mortalitas serangga uji mencapai 100% pada 72 JSP (Tabel 1). Seperti pada pengamatan 24 JSP, perlakuan dengan ketiga jenis insektisida nabati dan campurannya pada konsentrasi yang lebih tinggi mengakibatkan mortalitas serangga uji yang lebih tinggi pada 48 dan 72 JSP, sementara pada kontrol tidak ada kematian serangga uji. Mortalitas serangga uji pada perlakuan imidakloprid 0.1% lebih tinggi daripada semua perlakuan lain, baik pada 48 JSP maupun 72 JSP. Mortalitas serangga uji akibat perlakuan insektisda nabati pada konsentrasi yang lebih tinggi berkisar antara 52% dan 65% pada 48 JSP yang tidak berbeda nyata di antara perlakuan tersebut.

Pada 72 JSP, mortalitas serangga uji pada perlakuan ekstrak daun T. vogelii

1% lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan insektisida nabati lainnya tetapi tidak berbeda nyata dengan mortalitas pada perlakuan minyak atsiri daun C. multiforum 2% dan campuran 2 (Tabel 1). Daun T. vogelii mengandung senyawa rotenoid yang bersifat insektisida, terutama rotenon, tefrosin, dan deguelin (Delfel

et al. 1970; Lambert et al. 1993). Rotenon memiliki aktivitas insektisida yang

Tabel 1 Mortalitas kutu putih pepaya P. marginatus akibat perlakuan insektisida nabati uji dengan metode semprot daun

Perlakuan Rata-rata mortalitas (%) pada n JSP

a

24 48 72

T. vogelii 0.5% 10.7 bc 40.0 cd 56.0 d

T. vogelii 1% 16.0 bc 52.0 bc 84.0 b

A. squamosa 0.5% 12.0 bc 25.3 e 32.0 e

A. squamosa 1% 22.7 ab 58.7 b 73.3 c

C. multiforum 1% 6.7 c 22.7 e 33.3 e

C. multiforum 2% 22.7 ab 65.3 b 81.3 bc

Campuran 1 b 6.7 c 29.3 de 62.7 d Campuran 2 b 16.0 bc 54.7 b 76.0 bc Imidakloprid 0.1% 33.3 a 93.3 a 100 a Kontrol 0 d 0 f 0 f

a

JSP: jam setelah perlakuan.

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang berganda Duncan pada taraf nyata 5%.

b

Campuran 1: ekstrak T. vogelii 0.25% + A. squamosa 0.25% + C. multiforum 0.5%.

[image:28.595.117.511.471.658.2]
(29)

kuat terhadap berbagai jenis serangga, yaitu sebagai racun perut dan racun kontak (Prakash & Rao 1997; Djojosumarto 2008). Rotenon bekerja sebagai racun respirasi sel di dalam mitokondria yang mengakibatkan serangga kekurangan energi, kematian sel dan jaringan, dan akhirnya mengakibatkan kematian serangga (Hollingworth 2001).

Pada 24 dan 48 JSP mortalitas serangga uji pada perlakuan campuran 2 lebih rendah daripada mortalitas akibat perlakuan ekstrak biji A. squamosa 1% dan minyak atsiri daun C. multiforum 2% serta tidak berbeda nyata dengan mortalitas pada perlakuan ekstrak daun T. vogelii 1%, sementara pada 72 JSP mortalitas pada perlakuan campuran 2 lebih rendah dibandingkan dengan ekstrak daun T. vogelii 1% dan minyak atsiri daun C. multiforum 2% serta tidak berbeda nyata dengan mortalitas pada perlakuan ekstrak biji A. squamosa 1%. Baik pada konsentrasi rendah maupun yang lebih tinggi, konsentrasi komponen dalam campuran hanya setengah konsentasi komponen masing-masing pada pengujian ekstrak tunggal (Tabel 1). Untuk meningkatkan keefektifan campuran, konsentrasi komponen campuran dapat ditingkatkan hingga menyamai konsentrasi komponen masing-masing pada pengujian secara terpisah.

Metode Semprot Serangga

Mortalitas nimfa instar III betina P. marginatus akibat perlakuan dengan tiga jenis insektisida nabati dan campurannya, baik pada konsentrasi tinggi maupun yang lebih rendah, meningkat selama periode pengamatan (24 sampai 72 JSP). Mortalitas P. marginatus akibat perlakuan dengan imidakloprid meningkat dari 87% pada 24 JSP sampai 100% pada 72 JSP sementara pada kontrol tidak ada serangga uji yang mati (Tabel 2). Pada setiap waktu pengamatan, mortalitas P. marginatus akibat perlakuan dengan imidakloprid nyata lebih tinggi daripada mortalitas serangga uji pada semua perlakuan insektisida nabati baik tunggal maupun campuran. Hal tersebut menunjukkan bahwa imidakloprid memiliki efek kontak langsung yang jauh lebih kuat daripada ketiga jenis insektisida nabati uji.

(30)

Tabel 2 Mortalitas kutu putih pepaya P. marginatus akibat perlakuan insektisida nabati uji dengan metode semprot serangga

Perlakuan Rata-rata mortalitas (%) pada n JSP

a

24 48 72

T. vogelii 0.5% 6.7 de 14.7 c 25.3 c

T. vogelii 1% 20.2 b 33.3 b 48.0 b

A. squamosa 0.5% 9.3 bcde 17.3 c 24.0 c

A. squamosa 1% 16.0 b 28.0 b 41.3 b

C. multiforum 1% 5.3 e 14.7 c 21.3 c

C. multiforum 2% 13.3 bc 26.7 b 38.7 b

Campuran 1 b 6.7 cde 16.0 c 20.0 c Campuran 2 b 12.0 bcd 26.7 b 37.3 b Imidakloprid 0.1% 86.7 a 98.7 a 100 a Kontrol 0 f 0 d 0 d

a

JSP: jam setelah perlakuan.

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang berganda Duncan pada taraf nyata 5%.

b

Campuran 1: ekstrak T. vogelii 0.25% + A. squamosa 0.25% + C. multiforum 0.5%.

Campuran 2: ekstrak T. vogelii 0.5% + A. squamosa 0.5% + C. multiforum 1%.

terdapat pada perlakuan dengan ekstrak T. vogelii tetapi di antara perlakuan insektisida nabati tidak terdapat perbedaan mortalitas yang nyata. Pada konsentrasi yang lebih rendah juga tidak terdapat perbedaan mortalitas yang nyata di antara perlakuan insektisida nabati pada ketiga waktu pengamatan (Tabel 2). Pada pengujian ini penyemprotan insektisida nabati pada serangga uji hanya dilakukan satu kali tetapi mortalitas serangga uji masih meningkat pada 48 dan 72 JSP. Hal ini menunjukkan bahwa penetrasi senyawa aktif ketiga jenis insektisida nabati uji melalui kutikula nimfa P. marginatus berlangsung lambat.

Imidakloprid sangat efektif terhadap P. marginatus baik dengan metode semprot daun (Tabel 1) maupun dengan metode semprot serangga (Tabel 2), yang menunjukkan bahwa insektisida tersebut memiliki efek kontak yang kuat terhadap

[image:30.595.115.512.119.308.2]
(31)

berbeda nyata. Seperti pada pengujian dengan metode semprot daun, untuk meningkatkan keefektifan campuran secara kontak langsung, konsentrasi komponen campuran dapat ditingkatkan hingga menyamai konsentrasi komponen masing-masing pada pengujian secara terpisah.

Metode Semprot Serangga pada Daun

Mortalitas nimfa instar III P. marginatus pada metode semprot serangga pada daun (Tabel 3) lebih tinggi daripada mortalitas pada metode semprot daun (Tabel 1) dan metode semprot serangga (Tabel 2). Hal ini karena senyawa aktif

T. vogelii terserap ke dalam tubuh kutu P. marginatus melalui dua cara, yaitu melalui bagian tarsus tungkai kutu yang kontak dengan lapisan residu pada permukaan daun dan melalui kutikula tubuh akibat terkena semprotan langsung. Pada 24 JSP, mortalitas P. marginatus akibat perlakuan dengan ekstrak T. vogelii

0.5% dan 1% masing-masing sudah melebihi 65% kemudian meningkat menjadi 73% dan 88% pada 48 JSP serta 84% dan 96% pada 72 JSP (Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak T. vogelii cukup potensial untuk digunakan dalam pengendalian hama kutu P. marginatus dengan cara penyemprotan hama tersebut pada tanaman pepaya.

Tabel 3 Mortalitas kutu putih pepaya P. marginatus akibat perlakuan ekstrak T. vogelii dengan metode semprot kutu pada daun

Konsentrasi (%, w/v)

Rata-rata mortalitas (%) pada n JSP a

24 48 72

0.5 65.3 b 73.3 b 84.0 b 1 78.7 a 88.0 a 96.0 a Kontrol 0 c 0 c 0 c

a

JSP: Jam setelah perlakuan.

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang berganda Duncan pada taraf nyata 5%.

Keamanan Insektisida Nabati Uji terhadap Larva C. coeruleus

Perlakuan dengan ekstrak T. vogelii 1%, A. squamosa 1%, minyak atsiri C. multiflorum 2% dan campuran 2 menyebabkan mortalitas larva instar III C. coeruleus berturut-turut 6%, 2%, 12%, dan 4%. Mortalitas larva C. coeruleus

[image:31.595.113.512.511.592.2]
(32)

Tabel 4 Mortalitas kumbang predator C. coeruleus akibat perlakuan insektisida nabati uji dengan metode semprot serangga

Perlakuan Rata-rata mortalitas (%) pada n JSP

a

24 48 72

T. vogelii 0.5% 2 c 2 c 2 c

T. vogelii 1% 6 bc 6 bc 6 bc

A. squamosa 0.5% 0 c 0 c 0 c

A. squamosa 1% 2 c 2 c 2 c

C. multiforum 1% 6 bc 6 bc 6 bc

C. multiforum 2% 12 b 12 b 12 b

Campuran 1 b 0 c 0 c 0 c Campuran 2 b 4 bc 4 bc 4 bc Imidakloprid 0.1% 92 a 100 a 100 a Kontrol 0 c 0 c 0 c

a

JSP: jam setelah perlakuan.

Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji selang berganda Duncan pada taraf nyata 5%.

b

Campuran 1: ekstrak T. vogelii 0.25% + A. squamosa 0.25% + C. multiforum 0.5%.

Campuran 2: ekstrak T. vogelii 0.5% + A. squamosa 0.5% + C. multiforum 1%.

rendah, mortalitas serangga uji juga lebih rendah, sementara serangga uji pada kontrol tidak ada yang mati. Perlakuan dengan formulasi imidakloprid 1% mengakibatkan mortalitas larva C. coeruleus yang tinggi, yaitu meningkat dari 92% pada 24 JSP menjadi 100% pada 48 JSP.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan dengan ekstrak daun T. vogelii, ekstrak biji A. squamosa, dan minyak atsiri daun C. multiflorum serta campuran ketiga bahan nabati tersebut mengakibatkan mortalitas yang lebih tinggi pada nimfa P. marginatus dibandingkan dengan pada larva predator C. coeruleus. Penyemprotan ekstrak T. vogelii terhadap kutu P. marginatus yang terdapat pada tanaman lebih efektif daripada penyemprotan bahan uji pada daun atau pada serangga saja. Keefektifan ekstrak A. squamosa dan minyak atsiri C. multiflorum

[image:32.595.115.513.119.309.2]
(33)

KESIMPULAN DAN SARAN

Ekstrak daun T. vogelii dan biji A. squamosa masing-masing pada konsentrasi 1% cukup potensial digunakan untuk mengendalikan hama kutu putih pepaya P. marginatus. Perlakuan ekstrak T. vogelii dengan metode penyemprotan serangga pada daun lebih efektif dibandingkan dengan metode semprot daun atau semprot serangga saja. Minyak atsiri daun C. multiforum memerlukan konsentrasi dua kali lipat untuk menghasilkan keefektifan yang sama dengan ekstrak T. vogelii dan A. squamosa. Perlakuan dengan campuran T. vogelii 0.5%, A. squamosa 0.5%, dan C. multiforum 1% mengakibatkan mortalitas P. marginatus

yang lebih rendah daripada penjumlahan mortalitas akibat perlakuan dengan ketiga bahan nabati tersebut secara terpisah. Namun demikian, ketiga jenis insektisida nabati uji aman terhadap larva predator C. coeruleus. Sementara itu, insektisida pembanding imidakloprid walaupun efektif terhadap kutu P. marginatus juga beracun terhadap larva predator C. coeruleus sehingga harus digunakan dengan sangat hati-hati, bila diperlukan.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Abizar M, Prijono D. 2010. Aktivitas insektisida ekstrak daun dan biji Tephrosia vogelii J.D. Hooker (Leguminosae) dan ekstrak buah Piper cubeba L. (Piperaceae) terhadap larva Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae). Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika 10:1‒12.

Brown LA, Ihara M, Buckingham SD, Matsuda K, Sattelle DB. 2006. Neonicotinoid insecticides display partial and superagonist actions on native insect nicotinic acetylcholine receptors. Journal of Neurochemistry

99:608‒615.

Cox C. 2001. Imidacloprid. Journal of Pesticide Reform 21:15‒21.

Delfel NE, Tallent WH, Carlson DG, Wolf IA. 1970. Distribution of rotenone and deguelin in Tephrosia vogelii and separation of rotenoid-rich fractions.

Journal Agriculture and Food Chemistry 18:385‒390.

Djojosumarto P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta: Agromedia.

Febrianni A. 2011. Aktivitas insektisida ekstrak biji Annona squamosa, minyak atsiri daun Cinnamomum multiforum, dan ekstrak daun Tephrosia vogelii

serta campuran ketiganya terhadap larva Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Yponomeutidae) [skripsi]. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Friamsa N. 2009. Biologi dan statistik demografi kutu putih pepaya Paracoccus marginatus Williams & Granara de Willink pada tanaman pepaya (Carica papaya L.) [skripsi]. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Gaskin MH, White GA, Martin FW. 1972. Tephrosia vogelii: a source of rotenoids for insecticidal and piscicidal use. United States: Dept. of Agriculture. http://gears.tucson.ars.ag.gov/book/chap9/tephrosia.html. [16 Jan 2011].

Grainge M, Ahmed S. 1988. Handbook of Plants with Pest Control Properties. New York: J Wiley.

Hertika C. 2011. Aktivitas insektisida minyak atsiri daun Cinnamomum spp. (Lauraceae) terhadap ulat kubis Crocidolomia pavonana dan pengaruh fitotiksisitas pada bibit brokoli [skripsi]. Bogor: Departemen Kimia, Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor.

Heu RA, Fukada MT, Conant P. 2007. Papaya mealybug Paracoccus marginatus

Willian and Granara de Willink (Hemiptera: Pseudococcidae). Honolulu: State of Hawaii Departement of Agriculture. http://hawaii.gov/hdoa/pi/ppc/ npa-1/npa04-03-PMB.pdf. [16 Jan 2011].

(35)

Hodek I, Honěk A. 2009. Scale insects, mealybug, whiteflies and psyllids (Hemiptera, Sternorrhyncha) as prey of ladybird. Biological Control

51:232‒243.

Holligworth RM. 2001. Inhibitors and uncouplers of mitochondrial oxidative phosphorylation. Di dalam: Krieger R, Doull J, Ecobichon D, Gammon D, Hodgson et al., editor. Handbook of Pesticide Toxicology. Vol 2. San Diego: Academic Press. hlm 1169‒1227.

Jantan I, Yalvema MF, Ahmad NW, Jamal JA. 2005. Insecticidal activities of leaf oils of eight Cinnamomum spesies against Aedes aegepty and Aedes albopictus. Journal of Pharmaceutical Biology 43:526‒532.

Kardinan A. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Koona P, Dorn S. 2005. Extract from Tephrosia vogelii for the protection of stored legume seeds against damage by three bruchid species. Annals of Applied Biology 147:43‒48.

Lambert N, Trouslot MF, Campa CN, Chrestin H. 1993. Production of rotenoids by heterotrophic and photomixotrophic cell cultures of Tephrosia vogelii.

Phytochemistry 34:1515‒1520.

Lee EJ, Kim JR, Choi DR, Ahn YR. 2008. Toxicity of cassia and cinnamon oil compounds and cinnamaldehyde-related compound to Sitophilus oryzae

(Coleoptera: Curculionidae). Journal of Economic Entomology

101:1960‒1966.

Liu CH, Mishra AK, Tan RX, Tang C, Yang H, Shen Yf. 2005. Repellent and insecticidal activities of essential oil from Artemesia princieps and

Cinnamomum camphora and their effect on seed germination of wheat and broad bean. Bioresource Technology 97:1969‒1973.

MacDicken KG. 1990. Cooperative strategies for Leucaena psyllid research. Di dalam: Napompeth B, MacDicken KG. editor. Leucaena Psyllid: Problems and Management. Proceedings of an International Workshop; Bogor, 16‒21 Jan 1989. Arlington (VA): Winrock International. hlm 189‒191. Mahrub E, Hartanti I. 1987. Perkembangan Curinus coeruleus Mulsant.

(Coleoptera: Coccinellidae) di lapangan. Kongres Entomologi III; Jakarta, 30 Sep ‒ 2 Okt 1987. 10 hlm.

Matsuka M dan Niijima K. 1985. Harmonia axiridis. Di dalam: Singh P, Moore RF, editor. Handbook of Insect Rearing. Vol.1. Elsevier: Amsterdam. hlm 265‒268.

Meyerdirk DE, Muniappan R, Warkentin R, Bamba J, Reddy GVP. 2004. Biological control of the papaya mealybug, Paracoccus marginatus

(Hemiptera: Pseudococcidae) in Guam. Plant Protection Quarterly

19:110‒114.

(36)

descriptions of the immature stages and adult male. Proceedings of the Entomological Society of Washington 104:1‒23.

Miller DR, Williams DJ, Hamon AB. 1999. Notes on a new mealybug (Hemiptera: Coccoidea: Pseudococcidae) pest in Florida and the Caribbean: the papaya mealybug, Paracoccus marginatus Williams and Granara de Willink. Insecta Mundial 13:3‒4.

Minja EM, Silim SN, Karuru OM. 2002. Efficacy of Tephrosia vogelii Crude Leaf extact on insects feeding on pigeopea in Kenya. Internaational Chickpea Pigeonpea Newsletter 8:30‒32.

Morallo-Rejesus B. 1986. Botanical insecticides against the diamondback moth. Di dalam: Griggs TD, Talekar N, editor. Diamondback Moth Management. Proceedings of the First International Workshop; Tainan (Taiwan), 11‒15 March, 1985. Shanhua (TW):.AVRDC. hlm 241‒256.

Muniappan R, Shepard BM, Waston GW, Carner GR, Sartiami D, Rauf A, Hamming MD. 2008. First report of the papaya melybug, Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae), in Indonesia and India. Journal of Agricultural and Urban Entomology 25:37‒40.

Nakahara LM, Nagramine W, Matayoshi S, Kamashiro S. 1987. Biological control program on the Leucaena psyllid, Heteropsylla cubana Crawford (Homoptera: Psyllidae) in Hawaii. Leucaena Research Report Special Issue

7:39‒44.

[NPIC] National Pesticide Information Center. 2010. Imidacloprid: technical fact sheet. http://npic.orst.edu/factsheets/imidacloprid.pdf. [26 Jun 2011]. Ohsawa K, Kato S, Manuwoto S. 1994. Bio-active substances from tropical

plants. Di dalam: Sanches FF, Ohsawa K, editor. Natural Bio-active Substances in Tropical Plants. Tokyo: Tokyo University of Agriculture. hlm 65‒72.

Oka IN. 1990. Progress and future activities of the Leucaena psyllid research program in Indonesia. Di dalam: Napompeth B, MacDicken KG. editor. Leucaena Psyllid: Problems and Management. Proceedings of an International Workshop; Bogor, 16‒21 Jan 1989. Arlington (VA): Winrock International. hlm 25‒27.

Oka IN, Bahagiawati AH, Kamandalu AANB, Suatika IB. 1987. Biologi

Curinus coeruleus Mulsant (Coleoptera: Coccinellidae) predator kutu loncat

Heteropsylla spp. (Homoptera: Psyllidae). Kongres Entomologi III; Jakarta, 30 Sep ‒ 2 Okt 1987. 6 hlm.

Panggraito A. 2011. Perbandingan kandungan senyawa rotenoid dan aktivitas senyawa insektisida ekstrak Tephrosia vogelii terhadap hama kubis

Crocidolomia pavonana [skripsi]. Bogor: Departemen Kimia, Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor.

(37)

Pramayudi N. 2010. Neraca hayati dan pemangsaan Curinus coeruleus Mulsant (Coleoptera: Coccinellidae) pada kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus

Williams & Granara de Willink (Hemiptera: Pseudococcidae) [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Prijono D, Gani MS, Syahputra E. 1997. Insecticidal activity of annonaceous seed extracts against Cricidolomia binotalis Zeller (Lepidoptera: Pyralidae).

Buletin Hama dan Penyakit Tumbuhan 9:1‒6.

Rahmawati MI. 2011. Pemanfaatan dua ekstrak tumbuhan sebadai agens pengendalia hama gudang Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera: Curculionidae) dan Tribolium castanaenum Herbst. (Coleoptera: Tenebrionidae) [skripsi]. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Rauf A, Rasyid S, Nurmansyah A. 1990. Laboratory life table of Curinus coeruleus Mulsant (Coleoptera: Coccinellidae), an introduced predator for controlling Heteropsylla cubana Ceawford (Homoptera: Psyllidae). Di dalam: Napompeth B, MacDicken KG. editor. Leucaena Psyllid: Problems and Management. Proceedings of an International Workshop; Bogor, 16‒21 Jan 1989. Arlington (VA): Winrock International. hlm 119‒121. Ravindran PN, Babu NK, Shylaja M. 2004. Cinnamon and Cassia. New York:

CRC Press.

Rejeki YS. 1996. Aktivitas sinergistik ekstrak biji srikaya (Annona squqmosa L.) dan minyak wijen (Sesamum indicum L.) terhadap Callosobruchus maculatus (F.) (Colleoptera: Bruchidae) [skripsi]. Bogor: Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sartiami D, Dadang, Anwar R, Harahap IS. 2009. Persebaran hama baru

Paracoccus marginatus di Provinsi Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional Perlindungan Tanaman; Bogor, 5‒6 Agustus 2009. Bogor: Pusat Kajian Pengendalian Hama Terpadu IPB. hlm 453‒462.

Siswanto, Soehardjan M. 1987. Pengaruh nisbah kelamin terhadap produksi telur Curinus coeruleus Mulsant (Coleoptera: Coccinellidae). Kongres Entomologi III; Jakarta, 30 Sep – 2 Okt 1987. 6 hlm.

Sudarmadji D. 1987. Metode sederhana pembiakan masal predator kutu loncat,

Curinus coeruleus Mulsant (Coleoptera: Coccinellidae). Kongres Entomologi III; Jakarta, 30 Sep ‒ 2 Okt 1987. 7 hlm.

Sutardi S. 2011. Ciri morfologi dan siklus hidup parasitoid Acerophagus papayae Noyes & Schauff (Hymenoptera: Encyrtidae) pada Paracoccus marginatus Williams & Granara de Willink (Hemiptera: Pseudococcidae) [skripsi]. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

(38)

management. http://www.icar.org.in/files/Papaya%20MealybugNCIPM.pdf. [26 Jan 2011].

Towaha J, Indriarti G. 2008. Multifungsi tanaman kayu manis (Cinnamomum).

Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri 14:14‒16.

van Steenis, Den Hoed CGGJD, Bloembergen S, Eyma PJ. 1975. Flora untuk Sekolah di Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita.

Wagiman FX, Mangoendihardjo S, Mangoendihardjo, Mahrub E. 1990. Performance of Curinus coeruleus Mulsant as a predator against Leucaena psyllid. Di dalam: Napompeth B, MacDicken KG. editor. Leucaena psyllid: Problems and Management. Proceedings of an International Workshop; Bogor, 16‒21 Jan 1989. Arlington (VA): Winrock International. hlm 163‒165.

Walker A, Hoy M, Meyerdirk D. 2003. Papaya mealybug, Paracoccus marginatus Williams and Granara de Willink (Insecta: Hemiptera: Pseudococcidae). Gainesville: Institute of Food and Agricultural Sciences, University of Florida. http://edis.ifas.ufl.edu/pdffiles/IN/IN57900.pdf. [16 Jan 2011].

Williams DJ, Granara de Willink MC. 1992. Mealybug of Central and South America. Wallingford: CAB International.

Wulan RDR. 2008. Aktivitas insektisida ekstrak daun Tephrosia vogelli Hook. f. (Leguminosae) terhadap larva Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Pyralidae) [skripsi]. Bogor: Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Yang P. 2006. Laboratory study of predation by Curinus coeruleus (Coleoptera: Coccinellidae) on eggs of Aedes albopictus (Diptera: Culicidae).

Proceedings of the Hawaiian Entomological Society 38:127‒129.

Zafra-Polo MC, Gonzales MC, Estornell E, Sahpaz S, Cortez D. 1996. Acetogenins from Annonaceae, inhibitors of mitochondrial complex I.

(39)

KEEFEKTIFAN TIGA JENIS INSEKTISIDA NABATI

TERHADAP KUTU PUTIH PEPAYA

Paracoccus marginatus

DAN KEAMANANNYA TERHADAP

KUMBANG PREDATOR

Curinus coeruleus

AHMAD SIFA

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(40)

ABSTRAK

AHMAD SIFA, Keefektifan Tiga Jenis Insektisida Nabati terhadap Kutu Putih Pepaya Paracoccus marginatus dan Keamanannya terhadap Kumbang Predator

Curinus coeruleus. Dibimbing oleh AUNU RAUF dan DJOKO PRIJONO.

Paracoccus marginatus merupakan hama penting yang relatif baru di Indonesia dengan daya merusak yang tinggi. Di tempat asalnya, populasi hama P. marginatus dapat ditekan dengan baik oleh berbagai jenis musuh alaminya. Di Indonesia, saat ini musuh alami yang ada belum dapat menekan peningkatan populasi hama P. marginatus hingga tingkat yang tidak merugikan. Oleh karena itu penggunaan insektisida nabati dari bahan tumbuhan seperti Tephrosia vogelii

(41)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus Williams & Granara de Willink (Hemiptera: Pseudococcidae), merupakan hama penting yang relatif baru di Indonesia dengan daya merusak yang tinggi. Hama tersebut diketahui pertama kali pada tanaman pepaya di Kebun Raya Bogor pada Mei 2008 dan pada Juli 2008 dilaporkan telah banyak merusak pertanaman pepaya milik petani di Bogor (Muniappan et al. 2008). Di Indonesia, pada tahun 2009 P. marginatus

dilaporkan menyerang lebih dari 21 spesies tanaman dari famili Apocynaceae, Araceae, Caricaceae, Convolvulaceae, Cucurbitaceae, Euphorbiaceae, Fabaceae, Malvaceae, Moraceae, Myrtaceae, Rubiaceae, dan Solanaceae (Sartiami et al.

2009).

Sesuai dengan tipe alat mulutnya, P. marginatus menusukkan stilet ke dalam jaringan epidermis tanaman (buah, daun, dan batang) dan mengisap cairan bagian tanaman tersebut. Hama tersebut juga memasukkan racun ketika mengisap cairan bagian tanaman yang dapat mengakibatkan daun kerdil atau keriting dan daun atau buah rontok. Embun madu yang dihasilkan oleh P. marginatus

menimbulkan embun jelaga yang dapat menghambat proses fotosintesis. Serangan P. marginatus yang berat dapat mengakibatkan buah pepaya tidak layak dimakan bahkan menyebabkan kematian tanaman (Walker et al. 2003; Heu et al.

2007).

Di Hawaii, musuh alami yang menyerang P. marginatus antara lain predator

Cryptolaemus montrouzieri Mulsant, Curinus coeruleus Mulsant, Hyperaspis silvestrii Weise, Symnobius bilucernarius (Mulsant), dan Scymnus sp. (Coleoptera: Coccinellidae), serta Chrysopa sp. (Neuroptera: Chrysopidae); parasitoid Acerophagous papayae Noyes & Schauff, Anagyrus loecki Noyes & Menezes, dan Pseudleptomastix mexicana Noyes & Schauff (Hymenoptera: Encyrtidae); serta cendawan Neozygytes fumosa (Meyerdirk et al. 2004; Heu et al.

2007). Sartiami et al. (2009) melaporkan bahwa predator lokal yang memangsa

(42)

Heteropsylla cubana (Homoptera: Psyllidae) (Wagiman et al. 1989), juga ditemukan menyerang hama P. marginatus pada tanaman pepaya di Bogor (Pramayudi 2010). Baru-baru ini, parasitoid A. papayae Noyes & Schauff (Hymenoptera: Encyrtidae) ditemukan memarasit kutu P. marginatus yang dikumpulkan dari lapangan di sekitar Kecamatan Darmaga, Bogor (Sutardi 2011).

Di Indonesia, perkembangan populasi musuh alami lokal belum dapat mengimbangi perkembangan populasi hama P. marginatus, terutama pada musim kemarau sehingga dapat terjadi serangan yang berat. Pada keadaan serangan hama P. marginatus yang berat, tindakan pengendalian yang dapat dilakukan ialah pengendalian secara mekanis dengan tangan atau alat bantu mekanis, menyemprotkan air dengan tekanan tinggi pada koloni kutu putih, dan penyemprotan dengan air sabun yang diikuti dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif imidakloprid (golongan neonikotinoid) (Sartiami et al. 2009).

Ketika musuh alami dan cara-cara nonkimia lain tidak dapat menekan peningkatan populasi hama P. marginatus hingga tingkat yang tidak merugikan, insektisida yang efektif terhadap hama sasaran dan aman terhadap musuh alami dapat digunakan sebagai alternatif terakhir. Salah satu kelompok insektisida yang memenuhi persyaratan tersebut dan layak diuji ialah insektisida nabati. Tiga jenis tumbuhan yang telah diketahui bersifat insektisida terhadap hama lain ialah

Tephrosia vogelii (kacang babi, Leguminosae), Cinnamomum multiforum

(Lauraceae), dan Annona squamosa (srikaya, Annonaceae) (Prijono et al. 1997; Abizar & Prijono 2010;Febrianni 2011; Hertika 2011).

(43)

Biji A. squamosa telah lama diketahui bersifat insektisida dan aktif terhadap berbagai jenis serangga pemakan daun dan pengisap cairan tanaman (Grainge & Ahmed 1988; Prakash & Rao 1997). Prijono et al. (1997) melaporkan bahwa ekstrak biji srikaya memiliki aktivitas insektisida yang kuat terhadap larva

Crocidolomia pavonana (F.) (Lepidoptera: Crambidae) dan lebih aktif daripada ekstrak akar tuba, Derris elliptica. Biji srikaya mengandung senyawa aktif insektisida dari golongan asetogenin, terutama skuamosin dan asimisin (Ohsawa

et al. 1994; Zafra-Polo et al. 1996). Senyawa aktif tersebut memiliki cara kerja yang sama dengan rotenon (Zafra-Polo et al. 1996).

Penelitian tentang aktivitas insektisida C. multiforum masih sangat terbatas. Minyak atsiri daun C. multiflorum dilaporkan bersifat insektisida dengan kerja yang cukup cepat terhadap larva C. pavonana (Hertika 2011) dan Plutella xylostella (L.) (Lepidoptera: Yponomeutidae) (Febrianni 2011) tetapi aktivitasnya terhadap hama lain belum pernah diteliti. Minyak atsiri daun C. multiflorum

mengandung metileugenol (area puncak GC 49,4%) sebagai komponen utama (Hertika 2011).

Insektisida nabati dapat digunakan secara tunggal dan dalam bentuk campuran. Penggunaan insektisida nabati dalam bentuk campuran dapat menghemat bahan baku bila campuran bersifat sinergis selain dapat memanfaatkan keanekaragaman sumber daya nabati lokal secara optimum. Penggunaan ekstrak daun T. vogelii, ekstrak biji A. squamosa, dan minyak atsiri daun C. multiflorum serta campuran ketiga bahan nabati tersebut diharapkan dapat menekan populasi hama P. marginatus sementara di pihak lain dapat melestarikan musuh alami hama tersebut, termasuk kumbang predator C. coeruleus.

Tujuan Penelitian

(44)

Manfaat Penelitian

(45)

TINJAUAN PUSTAKA

Paracoccus marginatus

Persebaran

Kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus Williams & Granara de Willink (Hemiptera: Pseudococcidae) merupakan hama yang berasal dari Amerika Tengah. Di tempat asalnya, serangga tersebut tidak berstatus sebagai hama yang serius karena adanya musuh alami endemik yang kompleks. Spesimen hama tersebut pertama kali dikoleksi di Meksiko pada tahun 1955, kemudian pada tahun 1992 spesimen hama tersebut telah ditemukan dari wilayah neotropik di Belize, Kosta Rika, Guatemala, dan Meksiko (Williams & Granara de Willink 1992). Pada tahun 1994, hama tersebut dilaporkan telah menyerang berbagai jenis tanaman di 14 negara di Kepulauan Karibia. Selanjutnya hama tersebut telah ditemukan di Bradenton, Florida pada tahun 1998 pada tanaman Hibiscus. Pada Januari 2002, hama tersebut telah dapat dikoleksi dari 18 spesies tanaman berbeda dari 30 daerah di Florida. Hama tersebut ditemukan telah berkembang di wilayah Pasifik di Guam dan Republik Palau pada tahun 2002. Pada tahun 2003, hama tersebut ditemukan telah menyebar di Kepulauan Hawaii (Walker et al. 2003; Tanwar et al. 2010).

Hama kutu putih pepaya telah menyebar di Asia Selatan dan Tenggara antara tahun 2007 dan 2009. Pada tahun 2007, hama tersebut telah ditemukan di India, menjadi hama penting dan telah menyebar di berbagai daerah di negara tersebut (Tanwar et al. 2010). Di Indonesia, hama tersebut dilaporkan pertama kali ditemukan pada Mei 2008 pada tanaman pepaya di Kebun Raya Bogor (Muniappan et al. 2008). Pada tahun 2009, hama tersebut dilaporkan telah menyerang 21 spesies tanaman dari beberapa famili di Provinsi Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta (Sartiami et al. 2009).

Tanaman Inang dan Gejala Kerusakan

(46)

genus tanaman, di antaranya tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi seperti pepaya, alpukat, jarak, jeruk, kamboja, terung, Hibiscus sp., dan ekor kucing. Di Indonesia, pada tahun 2009 P. marginatus dilaporkan menyerang 21 spesies tanaman dari beberapa famili seperti Apocynaceae, Araceae, Caricaceae, Convolvulaceae, Cucurbitaceae, Euphorbiaceae, Fabaceae, Malvaceae, Moraceae, Myrtaceae, Rubiaceae, dan Solanaceae (Sartiami et al. 2009). Di India, Tanwar et al. (2010) melaporkan bahwa P. marginatus ditemukan menyerang dan menyebabkan kerusakan pada beberapa tanaman seperti pepaya, kembang sepatu, jarak, ubi kayu, tomat, terung, kapas, murbei, jambu biji, pohon jati, dan beberapa

jenis gulma.

Kutu putih pepaya P. marginatus sangat aktif pada kondisi kering dan cuaca panas. P. marginatus mengisap cairan bagian tanaman dengan menusukkan stilet ke dalam jaringan epidermis tanaman (bua

Gambar

Tabel 1 Mortalitas kutu putih pepaya P. marginatus akibat perlakuan insektisida nabati uji dengan metode semprot daun
Tabel 2 Mortalitas kutu putih pepaya P. marginatus akibat perlakuan insektisida nabati uji dengan metode semprot serangga
Tabel 3 Mortalitas kutu putih pepaya P. marginatus akibat perlakuan ekstrak T. vogelii dengan metode semprot kutu pada daun
Tabel 4 Mortalitas kumbang predator C. coeruleus akibat perlakuan insektisida nabati uji dengan metode semprot serangga
+5

Referensi

Dokumen terkait

Zakat merupakan suatu landasan bagi tumbuh dan berkembangnya kekuatan sosial ekonomi dan kehidupan umat Islam. Sebagaimana rukun Islam yang lain, ajaran zakat memiliki dimensi

Dari uraian di atas telah tampak dengan jelas bahwa tahnik (memasukkan kurma ke mulut bayi yang baru lahir) adalah praktik yang dilakukan Nabi. Hadis yang

3) p bahwa pembajakan sudah merupakan hal yang biasa dan tidak lagi merupakan tindakan melanggar undang-undang. 4) Faktor pendidikan, selama ini masyarakat kurang mendapatkan

Di dalam penelitian ini tidak memiliki sampel dan populasi penelitian. Penelitian ini hanya menggunakan subyek penelitian, karena, didalam menentukan kelas penelitian, peneliti

CSR yang akan kita jalankan memiliki ketertarikan di hadapan masyarakat apalagi pemirsa SCTV, begitu juga Haryanto Salino mengatakan hal yang mendukung teori di atas,

Searching the multimedia data is not an easy task, whereas textual information can be retrieved by the relational software available today.. Apart from size planning, it is complex

Harga Penawaran Rp 225,- /saham JADWAL Perkiraan Tanggal Efektif 28 Juni 2011 Perkiraan Masa Penawaran 1,4,5 Juli 2011 Perkiraan Tanggal Penjatahan 07 Juli 2011 Perkiraan

Berdasarkan hasil lembar observasi aktifitas mahasiswa yang diisi oleh oerfer diperoleh : data hasil pengamatan aktivitas mahasiswa selama kegiatan pembelajaran,