• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimisasi dan Karakterisasi Nanokurkuminoid Tersalut Asam Palmitat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Optimisasi dan Karakterisasi Nanokurkuminoid Tersalut Asam Palmitat"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMISASI DA

TER

HARWA

FAKULTAS MATE INSTIT

DAN KARAKTERISASI NANOKURKU

TERSALUT ASAM PALMITAT

RWANDI RUDIYANTO EKAPUTRA

DEPARTEMEN BIOKIMIA

ATEMATIKA DAN ILMU PENGETAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

RKUMINOID

TRA

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimisasi dan Karakterisasi Nanokurkuminoid Tersalut Asam Palmitat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2013

(4)

ABSTRAK

HARWANDI RUDIYANTO EKAPUTRA. Optimisasi dan Karakterisasi Nanokurkuminoid Tersalut Asam Palmitat. Dibimbing oleh LAKSMI AMBARSARI dan WARAS NURCHOLIS.

Kurkuminoid merupakan pigmen kuning yang berasal dari tanaman rhizomaCurcuma xanthorhizaRoxb. Bioavailabilitas kurkuminoid sangat rendah di dalam air, laju pelarutan yang lambat, dan ketidakstabilan di dalam pencernaan. Masalah ini dapat diatasi dengan penggabungan senyawa kurkuminoid ke dalam sistem koloid pembawa, seperti nanopartikel. Tujuan penelitian ini adalah membuat nanokurkuminoid sebagai bahan sediaan obat dengan tingkat kestabilan yang tinggi dalam kondisi penyimpanan pada jangka waktu tertentu dan menentukan nanokurkuminoid yang optimum dengan melakukan karakterisasi (ukuran partikel, zeta potensial, dan morfologi) nanokurkuminoid. Homogenisasi selama 5 menit menghasilkan nanokurkuminoid yang optimum dengan ukuran partikel sebesar 166.17 ± 39.64 nm dan indeks polidispersitas sebesar 0.20 ± 0.06. Efisiensi penjerapan kurkuminoid di dalam nanokurkuminoid yang didapatkan sebesar 86.02 %. Serbuk nanokurkuminoid mempunyai morfologi permukaan berongga-rongga kecil dan bentuknya tidak beraturan.

Kata kunci: kurkuminoid, nanopartikel lipid padat, SEM-EDS, stabilitas

ABSTRACT

HARWANDI RUDIYANTO EKAPUTRA. Optimization and Characterization of Curcuminoid Loaded Palmitic Acid Nanoparticle. Supervised by LAKSMI AMBARSARI and WARAS NURCHOLIS.

Curcuminoid is a yellow pigment derived from the rhizomes Curcuma xanthorhiza Roxb. Curcuminoid has restrict bioavailability in the water, slow dissolution rate, and instability in the gastrointestinal tract. These problems can be resolve with incorporation of curcuminoid into solid lipid nanoparticle as colloidal carrier system. The aims of this research are to produce nanocurcuminoid as material of medical preparation with high stability in conditional storage and determine the optimum nanocurcuminoid characters (particle size, zeta potensial, and morphology). Five minutes homogenization produce optimum nanocurcuminoid with particle size of 166.17 ± 39.64 nm and polydispersity index of 0.20 ± 0.06. The entrapment efficiency of curcuminoid obtained in this study was about 86.02 %. Surface morphology of nanocurcuminoid’s powder showed small hollow-cavity and irregular shape.

(5)

OPTIMISASI DAN KARAKTERISASI NANOKURKUMINOID

TERSALUT ASAM PALMITAT

HARWANDI RUDIYANTO EKAPUTRA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

Judul : Optimisasi dan Karakterisasi Nanokurkuminoid Tersalut Asam Palmitat Nama : Harwandi Rudiyanto Ekaputra

NIM : G84090021

Disetujui oleh

Dr. Laksmi Ambarsari, M.S. Waras Nurcholis, S.Si., M.Si.

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. I Made Artika, M.App.Sc. Ketua Departemen Biokimia

(9)

PRAKATA

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya. Shalawat dan salam, semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman. Karya ilmiah yang berjudul Optimisasi dan Karakterisasi Nanokurkuminoid Tersalut Asam Palmitat diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains pada departemen Biokimia.

Ucapan terima kasih, penulis sampaikan kepada Dr. Laksmi Ambarsari, M.S dan Waras Nurcholis, S.Si, M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan saran, kritik, dan bimbingannya. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Muslih Abdul Mujib selaku pembimbing penelitian yang telah membantu selama kegiatan di Laboratorium Kimia Fisik dan Laboratorium Biofisika Material. Terima kasih juga kepada keluarga atas segala doa dan dukungan morilnya, serta kepada semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2013

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

METODE 3

Bahan 3

Alat 3

Prosedur Analisis 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Hasil 5

Pembahasan 8

SIMPULAN DAN SARAN 13

Simpulan 13

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 17

(11)

DAFTAR TABEL

1. Hasil ukuran partikel nanokurkuminoid dengan variasi waktu

homogenisasi 6

2. Stabilitas penyimpanan nanokurkuminoid pada suhu 4℃ 6

3. Komposisi unsur serbuk nanokurkuminoid menggunakan SEM-EDS 7

DAFTAR GAMBAR

1. Emulsi nanokurkuminoid yang telah didinginkan setelah homogenisasi dengan variasi waktu (a) 1 menit, (b) 3 menit, dan (c) 5 menit 5 2. Morfologi permukaan nanokurkuminoid dengan perbesaran (a) 600×,

(b) 700×, dan (c) 2000× 7

DAFTAR LAMPIRAN

1. Diagram alir penelitian 17

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Temulawak merupakan salah satu tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Temulawak diklasifikasikan ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermathophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledoneae, bangsa Scritamineae, suku atau family Zingiberaceae, marga Curcuma, dan spesies

Curcuma xanthorhiza Roxb (Afifah 2010). Metabolit sekunder yang terdapat dalam rimpang temulawak (Curcuma xanthorhiza Roxb, suku Zingiberaceae) yaitu kurkumin, demetoksikurkumin, bisdemetoksikurkumin, dan minyak atsiri (Quiles et al. 2002). Kurkuminoid merupakan pigmen kuning yang berasal dari tanaman rhizoma Curcuma xanthorhiza Roxb. Kurkuminoid mengandung gugus fenolik dan ikatan terkonjugasi ganda, yang tidak stabil terhadap cahaya dan pH rendah. Kurkuminoid diidentifikasi sebagai 1,6-heptadiena-3,5-dion-1,7-bis(4-hidroksi-3-metoksifenil)-(1E,6E), dan lebih dikenal dengan diferuloilmetana (Anandet al. 2007).

Kurkuminoid komersial mengandung sekitar 77 % diferuloilmetana (kurkumin), 17 % demetoksikurkumin, dan 6 % bisdemetoksikurkumin (Anandet al. 2007). Aktivitas farmakologis kurkuminoid lainnya adalah chemosensitising,

radiosensitising, penyembuhan luka, antijamur, antimikroba, imunomodulator, antioksidan, antihepatotoksik, dan antikanker (Narlawar et al. 2008). Kurkuminoid mengalami fotodegradasi setelah terkena cahaya UV dan daylight

(Ansari et al. 2005). Perlakuan pemanasan berupa pendidihan serbuk kunyit selama 20 menit menyebabkan kandungan kurkuminoid mengalami penurunan sebesar 32 % (Suresh et al. 2007). Kurkuminoid mempunyai efek biologis, tetapi secara oral bioavailabilitas kurkuminoid sangat rendah di dalam tubuh tikus dan manusia (Chirio et al. 2011). Banyak obat yang bermasalah terhadap bioavailabilitasnya, hal ini disebabkan oleh rendahnya kelarutan obat tersebut di dalam air, laju pelarutan yang lambat, dan ketidakstabilan di dalam pencernaan (Severino et al. 2011). Obat tersebut yang dimasukkan secara oral mempunyai daya serap yang rendah karena kelarutan dalam air yang sangat rendah, hal ini menyebabkan kerugian terhadap molekul obat secara farmakokinetik. Masalah ini dapat diatasi dengan penggabungan senyawa kurkuminoid ke dalam sistem koloid pembawa (Ekambaram et al. 2012). Sistem koloid pembawa juga disebut sistem penghantar.

(13)

2

tinggi. Rantai hidrofobik dari fosfolipid melekat pada matriks lemak (Ristanti 2008).

Kurkuminoid membutuhkan sistem koloid pembawa karena mempunyai bioavailabilitas yang rendah. Kurkuminoid mempunyai efisiensi penjerapan yang tinggi ketika berada di dalam bentuk mikropartikel lemak padat. Penelitian mikrokurkumin tersalut asam palmitat menghasilkan efisiensi penjerapan yang tinggi sebesar 74.58 ± 0.03 %. Efisiensi penjerapan tersebut dihasilkan oleh mikrokurkumin yang berukuran 131.00 ± 20.22 µm (Yadav et al. 2008). Mujib (2011) melakukan penelitian tentang nanopartikel kurkuminoid tersalut lemak padat. Nanokurkuminoid yang dibuat, menghasilkan efisiensi penjerapan yang tinggi sebesar 77.65 % dengan ukuran 199.03 ± 67.62 nm. Polaritas asam lemak akan mempengaruhi interaksi asam lemak dengan kurkuminoid dan mekanisme pelepasan obat. Hal ini juga akan mempengaruhi kestabilan nanopartikel lemak padat dalam membawa kurkuminoid. Kestabilan nanopartikel lemak padat dapat memberikan indikasi tentang lamanya masa penyimpanan nanopartikel lemak padat yang telah mengandung kurkuminoid di dalamnya. Kurkuminoid tidak stabil dalam pH rendah, tapi ketika kurkuminoid disalutkan ke dalam nanopartikel lemak padat akan mempunyai ketahanan terhadap pH rendah.

Nanokurkuminoid yang dibuat akan mengalami proses optimisasi. Hal ini bertujuan memperbesar daya angkut nanopartikel dalam mengangkut kurkuminoid, sehingga kurkuminoid yang dilepaskan ke arah target menjadi lebih efektif. Nanokurkuminoid yang telah dioptimisasi dapat dikarakterisasi dengan cara menganalisis ukuran partikel dan zeta potensial dari nanokurkuminoid. Nanokurkuminoid dengan stabilitas tinggi dapat dilihat melalui nilai zeta potensialnya dan endapan yang terbentuk selama masa penyimpanan. Nanokurkuminoid dalam bentuk cair akan dikeringbekukan hingga menjadi serbuk. Serbuk nanokurkuminoid selanjutnya dijadikan sebagai model obat oral. Morfologi serbuk nanokurkuminoid dilihat menggunakan scanning electron microscopy, dan dianalisis kandungan unsurnya dengan energy dispersive X-ray spectroscopy.

Perumusan Masalah

Emulsi dan serbuk nanokurkuminoid yang akan dibuat, berasal dari ekstrak temulawak lokal. Sediaan obat nanokurkuminoid memerlukan tingkat kestabilan yang tinggi agar tidak mengagregasi selama masa penyimpanan. Hal ini memerlukan pengujian yang lebih lanjut mengenai optimisasi dan karakterisasi nanokurkuminoid sebagai bahan sediaan obat. Optimisasi dilakukan pada tahap pembuatan nanokurkuminoid dengan variasi waktu homogenisasi. Variasi waktu homogenisasi yang diberikan akan mempengaruhi tingkat kestabilan nanokurkuminoid yang dibuat. Tingkat kestabilannya dikaji melalui karakterisasi nanokurkuminoid yang mencakup ukuran partikel, zeta potensial, dan morfologinya.

Tujuan Penelitian

(14)

3

pada jangka waktu tertentu dan menentukan karakterisasi (ukuran partikel, zeta potensial, dan morfologi) dari nanokurkuminoid yang telah dioptimisasi.

Manfaat Penelitian

Ekstrak temulawak lokal dapat digunakan sebagai pengisi nanopartikel tersalut lemak padat dan sebagai pengganti kurkumin komersial. Serbuk nanokurkuminoid dapat dijadikan bahan sediaan obat oral dalam bentuk tablet atau kapsul. Sediaan obat serbuk nanokurkuminoid akan memiliki masa penyimpanan yang lama di dalam suhu dingin atau suhu ruang. Bioavailabilitas tinggi akan dimiliki oleh kurkuminoid dalam bentuk nanopartikel, sehingga meningkatkan penjerapannya di dalam tubuh.

METODE

Bahan

Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini, antara lain pasta kurkuminoid dari rimpang temulawak Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITRO), asam palmitat (MERCK), poloksamer 188 (BASF), air

reverse osmosys(RO), larutan metanol 99.99 %, dan maltodekstrin.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain tabung kaca, tabung Eppendorf, batch pemanas, hotplate, peralatan kaca, pipet mikro, pengaduk magnet, homogenizer (Dispergierstation TB.10 IKA), ultrasonic processor (130 Watt 20 kHz, Cole-Parmer), mikrosentrifus (MIKRO 200R, Hettich Zentrifugen),

freeze dryer, spektrofotometer UV-Vis (Ocean Optic USB4000), zeta potensial analyzer dan particle size analyzer(Delsa NanoC, Beckman Coulter), dan SEM-EDS (JED-2300 AnalysisStation).

Prosedur Analisis

Pembuatan Nanokurkuminoid Tersalut Asam Palmitat (Mujib 2011)

Fase lemak yang terdiri atas 1.0 g asam palmitat dan 0.1 g pasta kurkuminoid dipanaskan pada suhu 75 ℃lalu diaduk dengan ultrasonikator di

dalambatchpemanas. Fase berair yang terdiri atas 0.5 g poloksamer 188 dan 100 mL air reverse osmosys (RO) dipanaskan pada suhu 75 ℃ lalu diaduk

menggunakan stirer magnetik. Fase lemak kemudian didispersikan ke dalam fase berair. Campuran fase lemak dan fase berair lalu diaduk di atas hotplate dengan stirer magnetik pada suhu 75 ℃. Emulsi nanokurkuminoid yang dihasilkan

(15)

4

diletakkan ke dalam botol kaca kecil untuk diultrasonikasi dengan amplitudo 20 % selama 1 jam. Hal ini dilakukan hingga semua emulsi nanokurkuminoid tersonikasi.

Efisiensi Penjerapan (Yadavet al. 2008)

Larutan standar kurkuminoid dibuat dari ekstrak kurkuminoid yang dilarutkan dalam larutan campuran. Larutan campuran dibuat dari metanol dan air dengan perbandingan 8 : 1. Deret standar kurkuminoid dibuat menggunakan larutan standar kurkuminoid. Nanokurkuminoid yang dihasilkan disentrifugasi dengan kecepatan 14000 rpm (18,626×g) pada suhu 4℃selama 40 menit dan

supernatannya didekantasi. Residunya dicuci dengan larutan campuran untuk mengekstraksi kurkuminoid yang terjerap dan disentrifugasi kembali. Serapan supernatan diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 426.58 nm. Efisiensi penjerapan dihitung dengan persamaan:

Efisiensi penjerapan = Konsentrasi kurkuminoid terjerap

Konsentrasi kurkuminoid yang ditambahkan × 100 % Konsentrasi kurkuminoid terjerap diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan persamaan regresi linear dari deret standar kurkuminoid.

Analisis Zeta Potensial (Thatipamula et al. 2011) dan Analisis Ukuran Partikel (Panget al.2009)

Zeta potensial nanokurkuminoid diukur menggunakan Delsa Nano C, Beckman Coulter. Sampel berada pada pH fase cair di antara 1-13. Pengukuran zeta potensial dilakukan pada temperatur 25℃dan kekuatan medan listrik sebesar

100 mV. Ukuran partikel nanokurkuminoid ditentukan dengan menggunakan Delsa Nano C, Beckman Coulter berdasarkan distribusi jumlah. Rentang pengukuran partikel antara 0.6 nm - 1 μ m dengan berat molekul minimal 267

Dalton dan konsentrasi 1-40 ppm.

Uji Stabilitas (Viveket al.2007)

Nanokurkuminoid dengan homogenisasi selama 5 menit, diletakkan ke dalam tabung kaca dan disimpan dalam suhu dingin 4 ℃ selama 60 hari.

Sebanyak 10 mL diambil dari sediaan emulsi cair nanokurkuminoid dan dimasukkan ke dalam tabung kaca, selanjutnya dilakukan analisis ukuran partikel dan zeta potensialnya. Ukuran rata-rata partikel (PSA) dan zeta potensial diukur dalam interval waktu yang berbeda, yaitu pada hari ke-1, 3, 7, 15, 30, 45, dan 60. Endapan yang terbentuk di dasar tabung dan warna emulsi cair dari nanokurkuminoid juga diamati selama masa penyimpanan.

Scanning Electron Microscopy dan Energy Dispersive X-ray Spectroscopy

(Huda 2012)

(16)
(17)

6

Tabel 1 Hasil ukuran partikel nanokurkuminoid dengan variasi waktu homogenisasi

Waktu homogenisasi Rata-rata ukuran partikel (nm)

Rata-rata indeks polidispersitas

1 menit Tidak terukur Tidak terukur

3 menit 109.03 ± 11.40 0.27 ± 0.03

5 menit 166.17 ± 39.64 0.20 ± 0.06

Efisiensi Penjerapan

Kurkuminoid yang terjerap di dalam asam palmitat diekstraksi mengunakan metanol : air (8 : 1). Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan untuk mengetahui daerah serapan kurkuminoid, seperti yang tertera pada Lampiran 2. Kurkuminoid yang terekstrak dari nanokurkuminoid yang telah dioptimumkan, mempunyai efisiensi penjerapan sebesar 86.02 %. Persentase ini lebih besar jika dibandingkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mujib (2011), sebesar 77.65 %. Hal ini berarti kapasitas nanopartikel untuk mengangkut kurkuminoid dalam penelitian ini, lebih besar jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya.

Studi Stabilitas Nanokurkuminoid

Nanokurkuminoid yang telah optimum (homogenisasi 5 menit), selanjutnya dipelajari stabilitasnya selama masa penyimpanan 60 hari di dalam lemari pendingin pada suhu 4℃. Parameter yang menjadi acuan selama masa

penyimpanan nanokurkuminoid adalah ukuran partikel, indeks polidispersitas, zeta potensial, warna emulsi, dan endapan nanokurkuminoid di dasar tabung. Tabel 2 menunjukkan bahwa nanokurkuminoid yang disimpan selama 60 hari pada suhu 4 ℃ mempunyai ukuran partikel, indeks polidispersitas, dan zeta

potensial yang beragam. Emulsi cair nanokurkuminoid selama masa penyimpanan berwarna kuning. Nanokurkuminoid tidak mengagregasi selama masa penyimpanan, sehingga tidak terbentuk endapan di dasar tabung.

Tabel 2 Stabilitas penyimpanan emulsi nanokurkuminoid pada suhu 4℃

Hari 1 140.57 ± 21.62 0.27 ± 0.02 Tidak terukur Kuning Tidak ada 3 103.90 ± 5.64 0.38 ± 0.01 -1.34 ± 0.44 Kuning Tidak ada 7 112.43 ± 14.64 0.32 ± 0.05 1.66 ± 0.38 Kuning Tidak ada 15 246.23 ± 21.56 0.21 ± 0.01 Tidak terukur Kuning Tidak ada 30 321.60 ± 29.92 0.20 ± 0.07 Tidak terukur Kuning Tidak ada 45 232.80 ± 26.77 0.18 ± 0.05 Tidak terukur Kuning Tidak ada 60 156.10 ± 37.26 0.27 ± 0.07 Tidak terukur Kuning Tidak ada

Morfologi Permukaan dan Komposisi Unsur Serbuk Nanokurkuminoid

(18)

Komposisi unsur Rata-rata persentase massa (% massa)

Rata-rata persentase atom (% atom)

C 56.50 ± 3.33 64.63 ± 4.18

O 40.42 ± 5.61 34.69 ± 4.64

Al 0.21 ± 0.15 0.11 ± 0.08

Cl 0.11 ± 0.05 0.04 ± 0.03

K 0.10 ± 0.13 0.04 ± 0.05

Cu 2.44 ± 1.69 0.53 ± 0.37

Au 0.52 ± 0.59 0.04 ± 0.04

A B

(19)

8

Pembahasan

Nanokurkuminoid

Nanopartikel kurkuminoid tersalut asam palmitat pada penelitian ini terdiri atas fase lemak dan fase air. Fase lemak dibuat dari pasta kurkuminoid sebanyak 0.1 g dan asam palmitat sebanyak 1.0 g. Fase air dibuat dari 100 mL air reverse osmosys (RO) dan poloksamer 188 sebanyak 0.5 g. Formulasi ini merupakan formulasi terbaik yang dibuat oleh Mujib (2011) dengan modifikasi dari formulasi Yadav et al. (2008). Yadav et al. (2008) membuat formulasi mikropartikel kurkumin tersalut lemak padat dengan konsentrasi kurkumin 1.0 % (b/v) : lemak 1.0-10.0 % (b/v) : poloksamer 188 0.5 % (b/v) dengan volume 100 mL.

Fase lemak didapatkan dengan pemanasan kurkuminoid dan asam palmitat dalambatchpemanas bersuhu 75℃. Fase air dibuat dengan pemanasan campuran

air RO dan poloksamer 188 di hot plate bersuhu 75℃. Fase lemak kemudian

didispersikan ke dalam fase air, diaduk selama 5 menit. Formula dihomogenisasi dengan kecepatan 13500 rpm dalam tiga waktu, yaitu 1 menit, 3 menit, dan 5 menit. Formula yang dihasilkan berupa emulsi cair berwarna kuning. Emulsi cair itu didinginkan di dalam penangas air. Homogenisasi kedua fase bertujuan menyatukan fase lemak dengan fase air hingga menjadi emulsi kurkuminoid dan menyeragamkan ukurannya dalam bentuk nanopartikel.

Teknik homogenisasi dingin bertujuan mencegah terjadinya kerusakan senyawa bioaktif akibat suhu pemanasan, dan mencegah terpisahnya obat hidrofilik dari fase lemak ke fase berair (Weisset al. 2008). Emulsi di dalam botol A mendapat perlakuan homogenisasi selama 1 menit. Emulsi di dalam botol A mengalami penggumpalan kembali, ketika proses pendinginan berlangsung. Variasi waktu homogenisasi yang diberikan mempengaruhi ukuran dan kestabilan ketiga emulsi. Emulsi yang dibuat dengan homogenisasi selama 3 menit dan 5 menit, memiliki kondisi yang stabil dan tidak ada penggumpalan setelah pendinginan. Emulsi yang tidak stabil diduga karena fase lemak dan fase air di dalam emulsi belum menyatu dengan baik.

Poloksamer 188 yang berada di dalam fase air, berfungsi sebagai pengemulsi yang menstabilkan lapisan nanokurkuminoid tersalut asam palmitat. Poloksamer 188 adalah kopolimer polioksietilen-polioksipropilen nonionik yang digunakan sebagai pengemulsi pada industri farmasi. Poloksamer 188 diidentifikasikan sebagai HO(CH2CH2O)80(CH2CH(CH3)O)27(CH2CH2O)80H. Rantai polioksietilen bersifat hidrofilik, dan rantai polioksipropilen bersifat hidrofobik (Rowe et al. 2009). Pengemulsi tunggal atau gabungan berguna menstabilkan tebaran lemak dan mencegah penggumpalan partikel agar lebih efisien (Mukherjee et al. 2009; Kamble et el. 2010). Pengemulsi atau surfaktan juga memiliki peran dalam mengendalikan proses kristalisasi nanopartikel lemak padat dan memperbaiki stabilitas kinetik struktur kristal yang dihasilkan (Weisset al. 2008).

(20)

9

diperoleh dari energi tertinggi yang diaplikasikan pada emulsi tanpa merusak emulsi tersebut. Energi ultrasonik yang digunakan akan berbanding lurus dengan ukuran emulsi yang menjadi semakin kecil. Energi ultrasonik yang terlalu besar dapat menyebabkan ketidakstabilan nanopartikel lemak padat dan depolimerisasi sebagian besar polimer di dalam emulsi tersebut.

Prinsip ultrasonikasi sangat berkaitan dengan fenomena kavitasi akustik yaitu pembentukan, pertumbuhan, dan pecahnya gelembung yang terbentuk dalam medium cairan (Schroeder et al. 2009). Ketika gelombang ultrasonik menjalar dalam medium cairan, terjadi siklus regangan dan rapatan. Tekanan yang menurun akan mengakibatkan terjadinya regangan, sehingga membentuk gelembung yang akan menyerap energi dan gelombang ultrasonik. Gelembung tersebut memuai hingga mencapai ukuran maksimum, dan akhirnya pecah. Gelembung yang pecah akan diikuti dengan mereduksinya ukuran partikel. Kavitasi dipengaruhi oleh frekuensi ultrasonik, suhu, tekanan, konsentrasi, dan viskositas (Hielscher 2005).

Emulsi yang telah diultrasonikasi akan mengalami penyeragaman ukuran partikel menjadi nanopartikel. Hasil emulsi yang diperoleh merupakan nanokurkuminoid. Karakterisasi nanokurkuminoid dapat dilakukan denganphoton correlation spectroscopy (PCS), transmission electron microscopy (TEM), dan

scanning electron microscopy (SEM). Karakterisasi ini bertujuan melihat keseragaman ukuran partikel nanokurkuminoid yang berkaitan erat dengan fungsinya sebagai sistem penghantaran obat. Keseragaman ukuran partikel dalam bentuk nano dan distribusinya ditentukan dari nilai indeks polidispersitas partikel tersebut. Indeks polidispersitas (IP) adalah nilai yang menyatakan lebarnya distribusi ukuran partikel di dalam suatu emulsi. Nilai IP kurang dari 0.3 menunjukkan bahwa ukuran partikel mempunyai distribusi yang sempit, dan nilai IP lebih besar dari 0.3 menunjukkan distribusi yang lebar (Yenet al. 2008).

Nanokurkuminoid yang dibuat dengan homogenisasi selama 1 menit tidak dapat ditentukan ukuran partikelnya menggunakan particle size analyzer (PSA). Hal ini disebabkan oleh penggumpalan emulsi nanokurkuminoid yang terjadi saat proses pendinginan setelah homogenisasi. Analisis ukuran partikel dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan terhadap nanokurkuminoid dengan homogenisasi 3 menit (botol B) dan 5 menit (botol C). Hasil PSA dari kedua botol dapat dilihat pada Tabel 1. Emulsi nanokurkuminoid pada botol B mempunyai ukuran partikel rata-rata sebesar 109.03 ± 11.40 nm, sedangkan emulsi nanokurkuminoid pada botol C mempunyai ukuran partikel rata-rata 166.17 ± 39.64 nm. Nilai IP rata-rata dari nanokurkuminoid pada botol B sebesar 0.27 ± 0.03, sedangkan nilai IP rata-rata nanokurkuminoid pada botol C sebesar 0.20 ± 0.06.

(21)

10

Efisiensi Penjerapan

Kapasitas pemuatan obat (efisiensi penjerapan) yang tinggi harus dimiliki oleh suatu sistem penghantaran obat, seperti nanopartikel tersalut lemak padat. Efisiensi penjerapan dinyatakan dengan persentase obat yang terjerap di dalam fase lemak terhadap obat atau senyawa aktif yang ditambahkan (Parhi dan Suresh 2010). Efisiensi penjerapan nanokurkuminoid dihitung dengan mengukur jumlah obat yang terjerap di dalam fase lemak. Kurkuminoid yang terjerap di dalam asam palmitat diekstraksi menggunakan metanol : air (8 : 1), setelah disentrifugasi terlebih dulu. Perbandingan ini merupakan perbandingan pelarut metanol dan air yang dapat mengekstrak kurkuminoid tanpa merusak matriks asam palmitat.

Kurkuminoid yang telah terekstrak, selanjutnya dihitung konsentrasinya berdasarkan metode spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum 426.58 nm. Efisiensi penjerapan kurkuminoid yang dihasilkan oleh Mujib (2011) adalah 0.80 % pada formula I, 77.65 % pada formula II, dan 86.85 % pada formula III. Efisiensi penjerapan kurkuminoid di dalam nanokurkuminoid yang didapatkan sebesar 86.02 %. Efisiensi penjerapan kurkuminoid yang didapatkan dalam penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan efisiensi penjerapan kurkuminoid pada formula II Mujib (2011), dengan komposisi bahan yang sama. Yadav et al. (2008) menghasilkan efisien penjerapan kurkumin sebesar 74.58 % dengan formulasi mikropartikel. Partikel dengan ukuran yang lebih besar (mikropartikel) mempunyai volume yang lebih besar juga, sehingga kapasitas peyalutan atau penjerapan zat aktif menjadi lebih besar juga.

Nilai efisiensi penjerapan bergantung pada jumlah zat aktif yang ditambahkan pada pembuatan nanopartikel lemak padat. Hal ini disebabkan oleh perbandingan antara zat aktif yang terjerap dan zat aktif yang ditambahkan. Pengemulsi seperti poloksamer 188 dapat meningkatkan kelarutan zat aktif di dalam media pendispersi, sehingga kurkuminoid terlarut dalam media pendispersi (Abdelbary dan Fahmy 2009). Efisiensi penjerapan juga dipengaruhi oleh kelarutan zat aktif di dalam lemak cair. Jika zat aktif tidak larut sempurna dalam lemak cair, maka sebagian zat aktif akan terlepas dari matriks lemak, dan terlarut dalam media pendispersi yang distabilkan oleh pengemulsi. Kelarutan zat aktif pada lemak cair dapat ditingkatkan dengan menambahkan surfaktan untuk zat peningkat kelarutan (Parhi dan Suresh 2010).

Studi Stabilitas Nanokurkuminoid

Nanokurkuminoid pada botol C disimpan di dalam lemari pendingin pada suhu 4 ℃. Nanokurkuminoid sebagai sistem penghantaran obat diuji tingkat

kestabilannya pada kondisi penyimpanan selama 60 hari. Parameter uji kestabilan nanokurkuminoid selama masa penyimpanan 60 hari, yaitu ukuran partikel dari nanokurkuminoid, zeta potensial, indeks polidispersitas, perubahan warna, dan endapan yang terbentuk di dasar botol penyimpanan.Particle size analyzer(PSA) mempunyai rentang pengukuran dari 0.6 nm hingga 1μ m, dengan berat molekul minimal 267 Dalton dan konsentrasi 1-40 ppm. Zeta potential analyzer

(22)

11

sehingga ukuran partikel yang terukur adalah ukuran dari partikel tunggal. Hasil pengukuran yang didapat berada dalam bentuk distribusi partikel, sehingga dapat menggambarkan keseluruhan kondisi sampel (Rawie 2010).

Particle size analyzer menggunakan metode dynamic light scattering

(DLS). Metode ini juga disebut quasi-elastic light scattering (QELS). Alat ini berbasis photon correlation spectroscopy. DLS dapat digunakan untuk sampel-sampel dalam ukuran nanometer. Pengukuran partikel dengan menggunakan PSA-DLS biasanya menggunakan metode basah, yaitu menggunakan media pendispersi untuk mendispersikan material uji. Metode ini lebih akurat jika dibandingkan dengan metode kering ataupun pengukuran partikel dengan metode ayakan dan analisis gambar untuk sampel-sampel berukuran kecil. Sampel-sampel dalam ukuran nanometer dan submikron memliki kecenderungan aglomerasi yang tinggi (Rawie 2010).

Zeta potensial adalah parameter muatan listrik antara partikel koloid. Semakin tinggi nilai potensial zeta maka akan semakin mencegah terjadinya flokulasi, yaitu peristiwa penggabungan koloid dari yang kecil menjadi besar (Sinko 2006). Zeta potensial disebut juga sebagai area yang menunjukkan adanya beda potensial antara stern layer dan difuse layer dari koloid. Stern layer adalah lapisan kuat ion positif yang berdekatan dengan lapisan negatif dari koloid. Difus layer adalah keseimbangan dinamik antara ion positif dan ion negatif tersebut. Kedua lapisan tersebut digunakan untuk menerangkan distribusi dari ion-ion di sekeliling partikel. Zeta potensial digunakan untuk mengetahui kestabilan suatu larutan, untuk memprediksi morfologi permukaan suatu partikel, dan untuk mengetahui muatan permukaan atausurface charge(Gogoi dan Sarma 2013).

Zeta potensial menunjukkan tingkatan tolak-menolak dan mengatur derajat tolak-menolak antara partikel yang bermuatan sama yang saling berdekatan. Zeta potensial juga berkaitan dengan stabilitas fisik. Pada sistem koloid, nilai zeta potensial yang tinggi akan memberikan stabilitas larutan untuk menolak agregasi. Ketika nilai zeta potensial rendah maka daya tarik menarik muatan antar partikel dispersi melebihi daya tolak-menolaknya, sehingga terjadi flokulasi (agregasi atau sedimentasi). Jadi, koloid dengan dengan nilai zeta potensial tinggi adalah koloid dengan elektrik yang stabil. Zeta potensial pada nanopartikel mencerminkan potensi muatan dari partikel yang dipengaruhi oleh komposisi dari partikel dan medium nanopartikel terdispersi (Li dan Tian 2007).

Nanokurkuminoid selama masa penyimpanan masih berwarna kuning. Ultrasonikasi yang dilakukan telah menyeragamkan emulsi kurkuminoid menjadi ukuran nanopartikel, sehingga kestabilan morfologinya meningkat dan proses pengendapan kembali berlangsung sangat lama. Hal ini terbukti dengan tidak adanya endapan di dasar botol. Kestabilan morfologi nanokurkuminoid dipengaruhi oleh komposisi kurkuminoid, asam palmitat, air, dan poloksamer 188 yang digunakan (Parhi dan Suresh 2010). Stabilitas suatu partikel dapat dilihat juga dari pengukuran zeta potensial. Konsentrasi zeta potensial suatu partikel yang dapat diukur sebesar 0.1 %.

(23)

12

dan 60 tidak dapat diukur karena konsentrasi nanokurkuminoid berada di bawah 0.1 %. Jika dilihat dari zeta potensial yang dihasilkan, nanokurkuminoid mempunyai ketidakstabilan yang tinggi. Hal ini bertolak belakang dengan kondisi nanokurkuminoid cair yang tidak memiliki endapan di dasar tabung selama masa penyimpanan. Nanokurkuminoid pada hari ke-3 memiliki muatan zeta potensial yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar nanokurkuminoid yang terdispersi di dalam air mendapatkan muatan negatif karena cenderung mengabsorpsi ion hidroksil. Muatan negatif yang terukur dapat dipengaruhi oleh poloksamer 188 yang berguna sebagai surfaktan nonionik. Nanokurkuminoid pada hari ke-7 mempunyai muatan zeta potensial yang positif. Perubahan muatan partikel di dalam nanokurkuminoid dapat terjadi selama masa penyimpanan. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya muatan negatif yang berasal dari air (Huda 2012).

Ukuran partikel rata-rata nanokurkuminoid selama masa penyimpanan 60 hari mengalami peningkatan dan penurunan (Tabel 2). Ukuran partikel rata-rata nanokurkuminoid pada hari ke-1 sebesar 140.6 ± 21.6 nm. Ghaffari et al. (2010) melakukan uji stabilitas terhadap nanopartikel amikasin tersalut lemak padat. Ukuran nanopartikel rata-rata yang didapat sebesar 150 nm. Ukuran partikel ini meningkat selama masa penyimpanan 60 hari pada suhu 4℃. Ukuran partikel

nanokurkuminoid yang fluktuatif dapat disebabkan oleh pengambilan sampel dari botol sediaannya. Nanokurkuminoid yang terdapat di dalam botol sediaan mempunyai beragam ukuran, sehingga pada saat pengukuran PSA mempunyai hasil yang fluktuatif. Indeks polidispersitas memiliki tiga rentang, yaitu monodispersi (kurang dari 0.3), polidispersi (0.3-0.7), dan superdispersi (lebih dari 0.7). Indeks polidispersitas pada masa penyimpanan 60 hari, sebagian besar mempunyai nilai di bawah 0.3. Nanokurkuminoid yang dibuat mempunyai ukuran yang hampir seragam dan distribusi yang sempit.

Morfologi Permukaan dan Komposisi Unsur Serbuk Nanokurkuminoid

Prinsip kerja scanning electron microscopy (SEM) adalah menembakkan permukaan benda dengan berkas elektron berenergi tinggi untuk menggambarkan profil permukaan benda. SEM memiliki resolusi yang lebih tinggi karena panjang gelombang de Broglie yang dimiliki elektron lebih pendek daripada gelombang optik. SEM akan mempunyai pencitraan yang tajam dengan syarat permukaan benda harus bersifat sebagai pemantul elektron atau dapat melepaskan elektron sekunder ketika ditembak dengan berkas elektron. Metode pelapisan SEM terhadap benda bukan logam, yaitu evaporasi dansputtering. Logam pelapis yang umumnya digunakan adalah emas (Abdullah dan Khairurrijal 2009).

Nanokurkuminoid yang telah dikeringbekukan hingga menjadi serbuk, dilihat morfologinya menggunakan SEM, dan kandungan unsurnya menggunakan EDS. Serbuk nanokurkuminoid mengalami perbesaran ukuran partikel hingga menjadi mikropartikel, setelah ditambahkan maltodekstrin. Serbuk nanokurkuminoid yang diukur menggunakan SEM, mempunyai ukuran partikel sebesar 10-20 μ m. Perbesaran ukuran partikel nanokurkuminoid disebabkan oleh adanya penyalutan maltodekstrin dengan komposisi yang tidak sesuai. Perbesaran SEM yang digunakan untuk mengamati serbuk nanokurkuminoid adalah 600×, 700×, dan 2000×.

(24)

13

nanokurkuminoid yang diamati pada perbesaran 600× dan 700× memiliki bentuk yang tidak beraturan, seperti lempengan yang patah dengan ukuran yang berbeda. Serbuk nanokurkuminoid yang diamati pada perbesaran 2000× memiliki bentuk permukaan bergelombang dan berongga-rongga kecil dengan ukuran yang berbeda. Huda (2012) melakukan SEM terhadap serbuk kurkumin standar dan nanokurkumin dengan perbesaran 2000×. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa serbuk kurkumin standar memiliki bentuk kristal seperti jarum patah dengan ukuran yang berbeda, sedangkan nanokurkumin memiliki bentuk bulat tidak beraturan dan permukaannya halus berlubang kecil. Jika hasil SEM antara penelitian ini dan Huda (2012) dibandingkan, maka serbuk nanokurkuminoid memiliki bentuk yang berbeda dengan morfologi permukaan berlubang kecil.

Energy dispersive X-ray spectroscopy (EDS/ EDX) adalah teknik analisis untuk karakterisasi kandungan kimia suatu sampel. EDS menggunakan fluoresensi sinar-X yang bergantung pada pengamatan sampel melalui interaksi antara radiasi elektromagnetik dan materi, menganalisis sinar-X yang dipancarkan oleh materi setelah adanya tumbukan dengan partikel bermuatan. Serbuk nanokurkuminoid dilapisi dengan unsur emas terlebih dahulu. Pelapisan emas ini bertujuan menjadikan serbuk nanokurkuminoid menjadi partikel logam, sehingga dapat memantulkan sinar-X yang dipancarkan. Analisis EDS terhadap serbuk nanokurkuminoid menunjukkan bahwa serbuk nanokurkuminoid mengandung unsur karbon (C), oksigen (O), aluminium (Al), klorida (Cl), kalium (K), cuprum (Cu), dan emas (Au). Hasil analisis setiap unsur berupa grafik yang menunjukkan persentase massa dan persentase atom di dalam serbuk nanokurkuminoid. Pengukuran EDS terhadap sampel dilakukan sebanyak tiga kali.

Analisis kuantitatif pada grafik EDS merupakan perbandingan antara energi yang dihasilkan setiap unsur dan jumlah kelimpahan unsur tersebut di dalam suatu partikel. Unsur karbon di dalam nanokurkuminoid merupakan unsur dengan persentase massa terbesar yaitu 56.50 ± 3.33 %, dan persentase atomnya sebesar 64.63 ± 4.18 %. Hal ini disebabkan oleh senyawa nanokurkuminoid yang mengandung unsur karbon dari kurkuminoid, asam palmitat, dan poloksamer 188. Kandungan oksigen di dalam nanokurkuminoid memiliki persentase massa sebesar 40.42 ± 5.61 % dan persentase atom sebesar 34.69 ± 4.64 %. Kandungan oksigen yang terdeteksi ini berasal dari asam palmitat dan poloksamer 188. Hasil EDS juga menunjukkan adanya unsur emas yang terukur pada sampel nanokurkuminoid. Persentase massa unsur emas yang terukur sebesar 0.52 ± 0.59 %, sedangkan persentase atomnya sebesar 0.04 ± 0.04 %. Unsur emas yang terdeteksi di dalam nanokurkuminoid karena serbuk nanokurkuminoid mengalami pelapisan menggunakan unsur emas karena serbuk ini bukan partikel logam.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(25)

14

sebesar 0.20 ± 0.06. Efisiensi penjerapan kurkuminoid yang didapatkan sebesar 86.02 %. Nanokurkuminoid yang disimpan selama 60 hari memiliki zeta potensial, ukuran partikel, dan indeks polidispersitas yang beragam. Serbuk nanokurkuminoid mempunyai kedalaman sebesar 10 mm. Serbuk nanokurkuminoid mempunyai morfologi permukaan yang berongga-rongga kecil halus dan berbentuk tidak beraturan, seperti lempengan patah. Unsur karbon di dalam nanokurkuminoid merupakan unsur dengan persentase massa terbesar yaitu 56.50 ± 3.33 %, dan persentase atomnya sebesar 64.63 ± 4.18 %.

Saran

Maltodekstrin perlu ditambahkan ketika pembuatan nanokurkuminoid dengan komposisi yang benar. Hal ini bertujuan menjaga nanokurkuminoid dalam ukuran nano dan tidak mengalami perubahan ukuran saat proses pengeringan beku. Bioavailabilitas kurkuminoid dari nanokurkuminoid perlu diketahui peningkatannya dengan melakukan uji disolusi secarain vitro.

DAFTAR PUSTAKA

Abdelbary G, Fahmy RH. 2009. Diazepam-Loaded Solid Lipid Nanoparticles: Design and Characterization.AAPS PharmSciTech.10:211–219.

Abdullah M, Khairurrijal. 2009. Review: Karakterisasi Nanomaterial. Jurnal Nanosains & Nanoteknologi. 1(2):1-9.

Afifah E. 2010. Khasiat dan Manfaat Temulawak: Rimpang Penyembuh Aneka Penyakit. Yogyakarta (ID): Agromedia.

Anand P, Kunnumakkara AB, Newman RA, Aggarwal BB. 2007. Bioavailability of Curcumin: Problems and Promises. Molecular Pharmaceutics 4:807-818.

Ansari MJ, Ahmad S, Kohli K, Ali J, Khar RK. 2005. Stability-indicating HPTLC Determination of Curcumin in Bulk Drug and Pharmaceutical Formulations. Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis

39:132-138.

Anton N, Benoit JP, Sauliner P. 2008. Design and Production of Nanoparticles Formulated From Nano-emulsion Templates – A Review. Journal of Controlled Release128:185-199.

Chirio D, Gallarate M, Peira E, Battaglia L, Serpe L, Trotta M. 2011. Formulation of Curcumin-Loaded Solid Lipid Nanoparticles Produced by Fatty Acids Coacervation Technique.Journal of Microencapsulation28(6):537-548. Ekambaram P, Sathali AAS, Priyanka K. 2012. Solid Lipid Nanoparticles: A

Review.Scientific Reviews and Chemical Communications. 2(1):80-102. Ghaffari S, Varshosaz J, Saadat A, Atyabi F. 2010. Stability and antimicrobial

effect of amilacin-loaded solid lipid nanoparticles.International Journal of Nanomedicine6:35-43.

(26)

15

Hielscher T. 2005. Ultrasonic Production of Nano-Size Dispersions and Emulsions. [terhubung berkala] http://www.hielscher.com [25 okt 2010]. Huda M. 2012. Pembuatan Nanopartikel Lipid Padat untuk Meningkatkan Laju

Disolusi Kurkumin [skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia.

Jung T. 2000. Biodegradable Nanoparticles for Oral Delivery of Peptide: is there a role for polymer to affect mucosal uptake? European Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics50:147-160.

Kamble VA, Jagdale DM, Kadan VJ. 2010. Solid Lipid Nanoparticles As Drug Delivery System. International Journal of Pharma and Bio Sciences 1:1–

9.

Lakkireddy JS, Adhikari BSR, Dwarkanath et al. 2006. Tumoricidal Effects of Etoposide Incorporated Into Solid Lipid Nanoparticles After Intraperitoneal Administration in Daltons Lymphoma Bearing Mice. The APPS Journal. 8(2):29.

Li LC, Tian Y. 2007. Zeta Potential. Dalam: Encyclopedia of Pharmaceutical Technology. Ed ke-1. New York (US): Marcel Dekker. hlm 429-458. Mujib MA. 2011. Pencirian Nanopartikel Kurkuminoid Tersalut Lemak Padat

[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mukherjee S, Ray S, Thakur RS. 2009. Solid Lipid Nanoparticles: A Modern Formulation Approach in Drug Delivery System. Indian J. Pharm. Sci. 71:349–358.

Narlawar J, Marcus P, Stefanie L, Karlheinz B, Sabine K, Thomas D, Sascha W, Eckhard M, Boris S. 2008. Curcumin-Derived Pyrazoles and Isoxazoles:

Swis Army Knives or Blunt Tools for Alzheimer’s Disease?

ChemMedChem3:165-172.

Pang X, Cui F, Tian J, Chen J, Zhou J, Zhou W. 2009. Preparation and Characterization of Magnetic Solid Lipid Nanoparticles Loaded with Ibuprofen.Asian Journal of Pharmaceutical Science4:132-137.

Parhi R, Suresh P. 2010. Production of Solid Lipid Nanoparticles-Drug Loading and Release Mechenism. Journal of Chemical and Pharmacheutical Research2:211-227.

Quiles JL, Mesa MD, Tortosa CLR, Aguilera CM, Battio M, Gil A, Tortosa MCR. 2002. Curcuma longa Extract Supplementation Reduces Oxidative Stress and Attenuates Aortic Fatty Streak Development in Rabbits. Arteriolscler Thromb Biol22: 1225-1231.

Ristanti EY. 2008. Potensial Lemak dan Minyak dari Tanaman Perkebunan sebagai Bahan baku Material Pembawa dalam Sistem Penghantaran Obat.

Jurnal Industri Perkebunan. 3(2):61-68.

Rawie A. 2010. Technical Paper: Basic Principles of Particle Size Analysis. Worcestershire (GB): Malvern Instruments Limited.

Rowe RC, Sheskey PJ, Quinn ME. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6thEdition. London: Pharmaceutical Press.

Schroeder A, Kost J, Barenholz Y. 2009. Ultrasound, liposomes, and drug delivery: principles for using ultrasound to control the release of drugs fromliposomes.Chemistry and Physics of Lipids162:1-16.

(27)

16

Nanoparticles (SLN and NLC) for Oral Drug Delivery. Journal of Drug Delivery2012:1-10.

Sinko PJ. 2006. Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika. Ed ke-5. Joshita, Amalia, penerjemah. Jakarta: EGC. hlm 585-587.

Suresh D, Manjunatha H, Srinivasan K. 2007. Effect of Heat Processing of Spies on The Concentrations of Their Bioactive Principles: Tumeric (Curcuma longa), Red Paper (Capsicum annuum), and Black Paper (Piper nigrum).

Journal Food Composition Analysis20:346-351.

Thatipamula RP, Palem CR, Gannu R, Mudragada S, Yamsani MR. 2011. Formulation and In Vitro Characterization of Domperidone Loaded Solid Lipid Nanoparticles and Nanostuctured Lipid Carriers. DARU. 19(1):23-32.

Vivek K, Reddy H, Murthy R. 2007. Investigation of The Effect of The Lipid Matrix on Drug Entrapment, in Vitro Release, and Physical Stability of Olanzapine-Loaded Solid Lipid Nanoparticles. AAPS Pharmaceutical Science Technology. 8(4):16-24.

Weiss J, Decker EA, McClements DJ, Kristbergsson K, Helgason T, Awad T. 2008. Solid Lipid Nanoparticles as Delivery Systems for Biactive Food Components.Food Biophysics3:146-154.

Yadav V, Vinay P, Sarasija S, Yadav S. 2008. Curcumin Loaded Palmitic Acid Microparticles.InPharm Communique1:15-18.

Yen FL, Wu TH, Lin LT, Cham TM, Lin CC. 2008. Nanoparticles formulation of

Cucuta chinensis prevents acetaminophen-induced hepatotoxicity in rats.

(28)

17

Lampiran 1 Diagram alir penelitian

SEM-EDS Zeta potensial

analyzer Uji Stabilitas dan

Uji Disolusi Efisiensi

penjerapan

Freeze drying Ditambahkan

maltodekstrin 90 mL Particle size analyzer

Nanopartikel kurkuminoid tersalut asam palmitat

• Ultrasonikasi dengan amplitudo 20 % selama 1 jam

• Dinginkan dalam lemari es

Homogenisasi (13500 rpm) selama 1 menit, 3 menit, dan 5 menit

Dicampurkan pada suhu 75℃(1 : 1)

Dicampurkan pada suhu 75℃

Dicampurkan pada suhu 75℃

Poloksamer 188 + Air RO Kurkuminoid

(29)
(30)

y = 3.522x + 0.064 R² = 0.995

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25

A

bs

or

ba

ns

i

Konsentrasi (mg/mL)

(31)

20

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 Desember 1990 dari ayah Harpadi, S.H. dan Tri Warnanikanti. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 71 Jakarta pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Gambar

Tabel 2 Stabilitas penyimpanan emulsi nanokurkuminoid pada suhu 4 �

Referensi

Dokumen terkait

Pada penulisan ilmiah ini penulis mencoba untuk membuat aplikasi tentang system penjualan dalam suatu perusahaan yang bertujuan untuk membantu dan memudahkan para karyawan

Aktor yang terlibat dalam pemberian pelayanan kesehatan dengan sistem satu pintu di RSUD dr. Saiful Anwar Malang berasal dari pihak pemerintah, swasta, dan

Jika cahaya yang datang mengandung lebih dari satu panjang gelombang, maka masing-masing panjang gelombang akan memiliki jarak pisahnya sendiri, yang berbeda satu

2011: 109). Pengaturan lingkungan keluarga orang tua angkatnya dalam peraturan perundang-undangan yang berdasarkan keputusan atau penetapan akan datang tidak

Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ners dengan judul “ Analisis

Pada gambar 4.12 juga terdapat coding session yang digunakan untuk memastikan apakah user sebelumnya telah mengisi starting point dan end point jika iya maka akan tampil

Dalam menentukan strategi pemasaran dapat dilakukan dengan cara mendeskripsikan pemasaran dengan pendekatan marketing mix sehingga menghasilkan alternatif strategi

Hasil analisis data menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara ukuran perusahaan terhadap pengungkapan sukarela modal intelektual,