• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktik Hidup Sehat Dan Persepsi Tubuh Ideal Remaja Putri Sma Negeri 1 Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Praktik Hidup Sehat Dan Persepsi Tubuh Ideal Remaja Putri Sma Negeri 1 Kota Bogor"

Copied!
165
0
0

Teks penuh

(1)

PRAKTIK HIDUP SEHAT DAN PERSEPSI TUBUH IDEAL

REMAJA PUTRI SMA NEGERI 1 KOTA BOGOR

FITRI ISNANI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)

ABSTRACT

FITRI

ISNANI. Healthy Living Practices and Body Image of Famele Students at

senior high school 1 in Bogor City. Under supervision of DODIK

BRIAWAN and

TIURMA

SINAGA.

The research aims were to study healthy living practices and perceptions of ideal body among female students. Design of the research was cross sectional study conducted in October 2010 in senior high school 1 Bogor city. Sample consisted of 40 students thin and 40 students normal. The results showed no significant relationship between personal hygiene practices, smoking practice, sports practice and healthy food practice with the nutritional status (p> 0.05). Vitamin C were the most frequet supplements consumed by the thin group (47.5%) and (45.0%) by the normal group. The thin nutritional status (75.0%) and normal (60.0%) have a negative body perception. It is recommended that the female students perception fit with their actual body size.

(3)

RINGKASAN

FITRI ISNANI. Praktik Hidup Sehat dan Persepsi Tubuh Ideal Remaja Putri SMA Negeri 1 Kota Bogor. Dibawah bimbingan Dodik Briawan dan Tiurma Sinaga.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui praktik hidup sehat dan persepsi tubuh ideal remaja putri SMA Negeri 1 kota Bogor. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk: 1) Mengidentifikasi karakteristik contoh (umur, uang saku perbulan, alokasi pengeluaran perbulan) dan keluarga contoh (besar keluarga, penghasilan orangtua, pekerjaan orangtua, pendidikan orangtua), 2) Mengkaji status gizi contoh (IMT/U, rasio lingkar pinggang dan pinggul), 3) Menilai praktik hidup sehat contoh (kebersihan diri, tidak merokok, olahraga teratur, suplemen, makanan sehat), 4) Mengetahui persepsi contoh terhadap tubuh ideal, 5) Mengetahui upaya pencapaian tubuh ideal menurut contoh.

Penelitian ini menggunakan desain Cross Sectional Study yang dilakukan pada bulan Oktober 2010 di SMAN 1 Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara

purposive. Contoh pada penelitian ini dipilih secara purposive sampling dengan kriteria: (a) remaja putri/siswi, (b) siswi kelas XI, (c) tidak dalam keadaan sakit, (d) memiliki status gizi kurus dan normal, (e) bersedia dijadikan sampel. Pada penelitian ini contoh yang diteliti berjumlah 80 orang, yaitu 40 orang contoh berstatus gizi kurus dan 40 orang contoh berstatus gizi normal.

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner. Data primer meliputi karakteristik contoh (umur, besar uang saku perbulan, pengeluaran perbulan), status gizi contoh (berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang dan pinggul), karaktersitik keluarga (besar keluarga, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, penghasilan orang tua), data praktik hidup sehat (kebersihan diri, tidak merokok, olahraga teratur, suplemen, makanan sehat),

dan penilaian persepsi tubuh dengan menggunakan metode Figure Rating Scale

(FRS) yang dikembangkan oleh Stunkard et al. (1983).

Data yang telah dikumpulkan diolah menggunakan program komputer

Microsoft Office Excel dan SPSS 16 for Windows. Proses pengolahan data dimulai dari editing, coding, cleaning, entry, dan analisis data. Analisis statistik yang dilakukan adalah uji korelasi Pearson, uji beda t (Independent t-Test). Data praktik hidup sehat diukur meliputi (kebersihan diri, tidak merokok, olahraga teratur, suplemen, makanan sehat). Pertanyaan terbuka dianalisis secara deskriptif, sedangkan pertanyaan tertutup diniai sesuai dengan skor. Tindakan sangat positif diberi skor 3 (jawaban selalu), tindakan positif diberi skor 2 (jawaban sering), tindakan kurang positif diberi skor 1 (jawaban kadang-kadang), tindakan salah diberi skor 0 (jawaban tidak pernah). Dari total nilai praktik hidup sehat contoh, dikategorikan menjadi tiga, yaitu: 1) praktik tergolong kurang jika skor <60% dari total jawaban yang benar, 2) praktik tergolong cukup apabila skor 60%-80% dari total jawaban yang benar, 3) praktik tergolong baik apabila skor >80% dari total jawaban yang benar (Khomsan 2000).

(4)

contoh berstatus gizi kurus dan 52.5% contoh berstatus gizi normal memiliki keluarga kecil. Contoh berstatus gizi kurus (62.5%) dan normal (67.5%) memiliki orangtua dengan penghasilan Rp>5.000.000. Rata-rata contoh memiliki ayah dan ibu dengan pendidikan terakhir adalah perguruan tinggi (PT).

Tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) antara karakteristik contoh (umur, uang saku, pengeluaran perbulan) dengan karakteristik keluarga (besar keluarga, penghasilan orangtua, pekerjaan orangtua, pendidikan orangtua). Sebagian besar (82.5%) contoh memiliki rasio lingkar pinggang dan pinggul (LPA/LPU) <0.85, baik pada contoh berstatus gizi kurus (100.0%) maupun pada contoh berstatus gizi normal (65.0%).

Praktik kebersihan contoh sudah baik (71.2%), yaitu 77.5% pada contoh berstatus gizi kurus dan 65.0% pada contoh berstatus gizi normal. Lebih dari separuh contoh memiliki skor praktik merokok dalam kategori baik (98.8%), yaitu 100.0% pada contoh berstatus gizi kurus dan 97.5% pada contoh berstatus gizi normal. Sebanyak 55.0% contoh memiliki kebiasaan kadang-kadang (1 kali dalam seminggu) melakukan olahraga selama 30 menit dalam sehari, masing-masing 55.0% pada contoh berstatus gizi kurus dan normal. Sebanyak 49.5% contoh selalu mengonsumsi suplemen (≥ 7 kali/minggu), masing-masing 57.5% pada contoh berstatus gizi kurus dan contoh berstatus gizi normal. Contoh memiliki skor praktik makan sehat termasuk dalam kategori sedang (47.5%), baik pada contoh berstatus gizi kurus (50.0%) maupun contoh berstatus gizi normal (45.0%).

Tidak terdapat hubungan yang nyata antara praktik kebersihan diri, praktik merokok, praktik olahraga, dan praktik makanan sehat dengan status gizi contoh berstatus gizi kurus dan normal (p>0.05). Sebagian besar contoh mengkonsumsi suplemen dengan alasan untuk kesehatan tubuh (50.0%). Jenis suplemen yang paling banyak dikonsumsi oleh contoh adalah suplemen vitamin C (46.3%), yaitu (47.5%) pada contoh berstatus gizi kurus dan contoh berstatus gizi normal (45.0%).

Contoh dengan status gizi kurus (75.0%) dan contoh dengan status gizi normal (60.0%) memiliki persepsi tubuh negatif. Hal ini berarti sebagian besar contoh memiliki harapan yang tidak sesuai dengan tubuhnya saat ini. Upaya pencapaian tubuh ideal yang paling banyak dilakukan oleh contoh adalah melalui makanan (41.3%), yaitu sebanyak 42.5% pada contoh dengan status gizi kurus dan 40.0% contoh dengan status gizi normal. Upaya pencapaian tubuh ideal yang dilakukan contoh melalui makanan yaitu dengan mengatur pola makan, mengurangi porsi makan, makanan berlemak dan berminyak.

(5)

PRAKTIK HIDUP SEHAT DAN PERSEPSI TUBUH IDEAL

REMAJA PUTRI SMA NEGERI 1 KOTA BOGOR

FITRI ISNANI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Praktik Hidup Sehat dan Persepsi Tubuh Ideal Remaja Putri SMA Negeri 1 Kota Bogor

Nama : Fitri Isnani NRP : I 14086025

Menyetujui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN Tiurma Sinaga, B.Sc., MFSA NIP. 1966 0701 199002 1001 NIP. 19610521 198312 2001

Mengetahui,

Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Budi Setiawan. Ms NIP. 196212041989032002

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Praktik Hidup Sehat dan Persepsi Tubuh Ideal Remaja Putri SMA Negeri 1 Kota Bogor sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Program Mayor Ilmu Gizi Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Intitut Pertanian Bogor.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dari berbagai pihak. Dengan rasa tulus dan hormat, penulis menghaturkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN dan Ibu Tiurma Sinaga, BSc., MFSA selaku pembimbing yang dengan penuh kesabaran meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan, saran, kritikan, semangat dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. dr. Mira Dewi, S. Ked., M.Si selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji atas semua saran dan masukannya demi kesempurnaan skripsi ini. 3. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Bogor, guru-guru BK dan siswi kelas XI yang

telah memberi izin dan bantuan selama penelitian.

4. Ayah Rizalmi, bunda Harnida, tante Nuraini Hs dan om Yulius M selaku orangtua tercinta atas kasih sayang yang tulus, dukungan serta doa yang tiada henti untuk penulis.

5. Kak Iniang, uda dan kakak, serta seluruh keluarga besar IK RIDHA yang selalu mendoakan dan memberikan semangatnya kepada penulis.

6. Neldha, Mawi, Cotel, Desri, Dina, serta teman-teman penyelenggaraan khusus S1 mayor Ilmu Gizi angkatan 2 yang selalu memberikan saran, doa dan semangatnya kepada penulis, serta

7. Para pembahas, Nuvi, Ifna, dan Irma yang telah memberikan saran dan masukkannya demi kesempurnaan skripsi ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu serta civitas akademik yang telah membantu dalam proses penyelesain skripsi ini. 9. Anike dan para kru magania semuanya terima kasih atas doa dan dorongan

semangatnya.

(8)

harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya penulis pribadi dan semua pihak pada umumnya. Amin.

Bogor, Mei 2011

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Fitri Isnani lahir di Air Bangis, 30 Mei 1987. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara, dari pasangan Bapak Rizalmi dan Ibu Harnida. Penulis menamatkan Sekolah Dasar di SDN 003 Pekanbaru dan lulus pada tahun 1999, kemudian melanjutkan ke MTsN 1 Pekanbaru dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMAN 6 Pekanbaru dan lulus tahun 2005. Pada tahun 2008 penulis menyelesaikan pendidikan D3 di Politeknik Kesehatan (POLTEKKES) Departemen Kesehatan Provinsi RIAU jurusan gizi dan mendapat gelar sebagai Ahli Madya Gizi (AMG). Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan dan diterima sebagai mahasiswa Program Penyelenggaraan Khusus Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi, Institut Pertanian Bogor.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL ...iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Umum ... 3

Tujuan Khusus ... 3

Kegunaan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Remaja Putri ... 4

Karakteristik Keluarga ... 5

Besar Keluarga ... 5

Pendidikan Orangtua ... 6

Pekerjaan Orangtua ... 6

Pendapatan Keluarga ... 6

Praktik Hidup Sehat ... 6

Kebersihan Diri ... 7

Tidak Merokok ... 7

Olahraga Teratur ... 8

Makanan Sehat ... 8

Status Gizi ... 12

Persepsi Tubuh... 13

Tubuh Ideal ... 14

Pengukuran Persepsi Tubuh ... 15

(11)

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh ... 18

Pengolahan dan Analisis Data ... 20

Definisi Operasional ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

Keadaan Umum Lokasi Penelitian ... 24

Karakteristik Contoh ... 25

Usia contoh ... 25

Uang saku contoh ... 25

Alokasi Pengeluaran Per bulan ... 26

Karakteristik Keluarga ... 27

Besar Keluarga ... 27

Penghasilan orangtua ... 28

Pekerjaan Orangtua ... 29

Pendidikan orangtua ... 30

Status Gizi ... 31

Praktik Hidup Sehat ... 34

Kebersihan Diri ... 34

Tidak Merokok ... 36

Olahraga Teratur ... 38

Suplemen... 40

Makanan Sehat ... 41

Persepsi Tubuh Ideal ... 48

Upaya Pencapaian Tubuh Ideal ... 57

KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

Kesimpulan ... 60

Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Sebaran contoh berdasarkan usia (tahun) dan uang saku

perbulan (Rp) ... 25

Tabel 2 Alokasi pengeluaran per bulan contoh (Rp) ... 27

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga ... 28

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan penghasilan orangtua ... 28

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan dan pendidikan orangtua ... 31

Tabel 6 Sebaran rata-rata ukuran antropometri contoh... 32

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan kategori praktik kebersihan diri ... 35

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan kebersihan diri ... 36

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan nilai skor praktik merokok, kebiasaan merokok, dan pengetahuan dampak merokok ... 37

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan praktik olahraga, kebiasaan olahraga... 38

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan pengertian suplemen, dan frekuensi konsumsi suplemen ... 40

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan skor praktik makanan sehat ... 42

Tabel 13 Sebaran jenis makanan yang tidak baik untuk tubuh ideal menurut contoh ... 45

Tabel 14 Sebaran jenis minuman yang baik untuk tubuh ideal menurut contoh ... 46

Tabel 15 Sebaran persepsi contoh terhadap minuman yang tidak baik untuk tubuh ideal ... 48

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan persepsi tubuh remaja putri saat ini ... 49

Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan persepsi tubuh sehat dan kurang sehat ... 50

Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan persepsi bentuk tubuh ideal, kurus, dan gemuk ... 52

Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan persepsi bentuk tubuh paling menarik dan bentuk tubuh yang menarik lawan jenis ... 53

(13)
(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Kerangka pemikiran mengenai praktik hidup sehat dan persepsi

tubuh ... 17

Gambar 2 Penilaian persepsi tubuh metode Figure Rating Scale (FRS) ... 20

Gambar 3 Sebaran contoh berdasarkan rasio lingkar pinggang dan pinggul ... 34

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Sebaran contoh berdasarkan jenis olahraga yang dilakukan

untuk pencapaian tubuh ideal ... 68

Lampiran 2 Sebaran contoh berdasarkan merek suplemen yang dikonsumsi ... 69

Lampiran 3 Sebaran contoh berdasarkan pertanyaan berkaitan dengan praktik makanan sehat ... 70

Lampiran 4 Sebaran contoh berdasarkan persepsi makanan yang baik untuk tubuh ideal ... 71

Lampiran 5 Sebaran contoh berdasarkan persepsi bagian tubuh yang paling ideal ... 72

Lampiran 6 Hasil uji korelasi pearson karakteristik contoh ... 72

Lampiran 7 Hasil uji korelasi pearson karakteristik keluarga ... 73

Lampiran 8 Hasil uji t-Test antar ukuran tubuh ... 73

Lampiran 9 Hasil uji korelasi pearson antar ukuran tubuh ... 74

Lampiran 10 Hasil t-Test praktik hidup sehat ... 74

Lampiran 11 Hasil uji korelasi pearson praktik hidup sehat ... 75

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebijakan Indonesia Sehat 2010 menetapkan tiga pilar utama yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan bermutu adil dan merata. Kesehatan adalah hak dasar setiap manusia dan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas sumberdaya manusia. Menurut Notoatmodjo (2007), hidup sehat meliputi makan dengan menu seimbang, olahraga teratur, tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol, istirahat yang cukup, mengendalikan stress, serta erat hubungannya dengan kebersihan perorangan (personal hygiene).

Remaja merupakan sumber daya manusia yang memiliki jalan panjang yang menjembatani periode kehidupan anak dan dewasa. Tahapan kehidupan remaja dianggap kritis, namun sering kurang mendapat perhatian dalam berbagai program pelayanan kesehatan, padahal banyak kasus kesehatan saat dewasa ditentukan oleh praktik hidup yang sehat sejak usia remaja.

Menurut Hurlock (1980), remaja memiliki perhatian yang besar pada penampilan, salah satunya adalah pada bentuk tubuh. Hal ini karena perubahan fisik dan psikis yang dialami remaja menimbulkan respon berupa tingkah laku yang sangat memperhatikan perubahan bentuk tubuhnya. Berbeda dengan remaja laki-laki, remaja wanita sering merasa kegemukan, sehingga berusaha untuk membatasi konsumsi pangan secara berlebihan. Saat ini keinginan untuk memiliki tubuh ideal bagi wanita diartikan dengan memiliki tubuh ramping atau langsing. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Briawan et al. (2008) yang menyatakan bahwa sebagian besar remaja merasa tidak puas terhadap bentuk tubuhnya. Sebagian besar remaja putra berkeinginan untuk menaikkan berat badan (76.0%), sedangkan remaja putri berkeinginan menurunkan berat badan (80.0%).

(17)

Abramson (2005) menyatakan bahwa tingkat ketidakpuasan terhadap tubuh tidak dihubungkan dengan besarnya kelebihan berat badan. Hal ini berarti bahwa ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh tidak hanya terjadi pada individu yang memiliki kelebihan berat badan, melainkan juga dapat terjadi pada individu yang memiliki kekurangan berat badan. Seringkali remaja putri memiliki motto bahwa kurus itu indah. Menurut Garwati dan Wijayati (2010) masa remaja merupakan masa pencarian jati diri yang membutuhkan perhatian dan penjagaan khusus berkaitan dengan perkembangan fisik. Masa ketika seseorang mulai memperhatikan keadaan tubuhnya dan sering gelisah jika mendapati tubuh mereka ternyata tidak ideal. Perubahan fisik yang terjadi dengan bertambahnya berat badan terletak di sekitar pinggang, panggul, sehingga sering merasa tidak puas terhadap bagian tubuhnya ini dan memiliki persepsi yang salah tentang konsep tubuh ideal (body image negative).

Untuk berada dalam kondisi tubuh sehat ideal selain postur tubuh yang ideal juga harus dilengkapi dengan keadaan tubuh yang sehat fisik atau jasmani. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan zat gizi yang berasal dari konsumsi makanan sehari-hari (Depkes 2004). Selain itu kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat agar tercapai praktik hidup yang sehat dalam sehari-hari.

Gaya hidup yang sehat dapat dianggap sebagai pola perilaku yang akan memberikan dampak pada kesehatan kita dan selanjutnya berpengaruh juga pada kesehatan orang lain. Untuk itulah perlunya kesadaran untuk melakukan praktik hidup sehat pada remaja putri berkaitan dengan kebersihan diri, tidak merokok, olahraga teratur, suplemen, makanan sehat. Persepsi terhadap tubuh ideal dapat mendatangkan pengaruh yang cukup besar, jika persepsi salah maka upaya pencapaian tubuh ideal juga salah. Persepsi negatif terhadap tubuh dapat mengakibatkan hal-hal yang negatif seperti melakukan diet yang berlebihan, bahkan muntah dengan sengaja serta menggunakan obat pencuci perut dan pil diet. Penggunaan obat cuci perut dan melakukan muntah dengan sengaja dapat membuat keluarnya cairan tubuh secara berlebihan yang akan mengakibatkan hilangnya elektrolit tubuh yang penting bagi kesehatan, bahkan bila ini masih terus dilakukan, maka bisa berujung pada kematian (Wirakusumah 1994).

(18)

memiliki pengetahuan yang lebih baik, serta berasal dari kelas sosial ekonomi ke atas, sehingga diharapkan hasilnya terhadap persepsi tubuh negatif akan lebih baik. Berdasarkan gambaran permasalahan tersebut dan belum banyaknya penelitian khususnya pada remaja putri yang memiliki status gizi kurus, maka peneliti tertarik untuk melihat praktik sehat (kebersihan diri, tidak merokok, olahraga teratur, makanan sehat) dan persepsi tubuh (positif atau negatif) pada remaja putri SMA Negeri 1 Kota Bogor.

Tujuan

Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui praktik hidup sehat dan persepsi tubuh ideal siswi SMA Negeri 1 Kota Bogor.

Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk :

1. Mengidentifikasi karakteristik contoh berstatus gizi kurus dan normal (umur, uang saku dan alokasi pengeluaran perbulan) dan keluarga contoh berstatus gizi kurus dan normal (besar keluarga, penghasilan orangtua, pekerjaan orangtua, pendidikan orangtua)

2. Mengkaji status gizi contoh berstatus gizi kurus dan normal (IMT/U, rasio lingkar pinggang dan pinggul)

3. Menilai praktik hidup sehat contoh berstatus gizi kurus dan normal (kebersihan diri sendiri, tidak merokok, olahraga teratur, suplemen, makanan sehat) 4. Mengetahui persepsi contoh berstatus gizi kurus dan normal terhadap tubuh ideal

5. Mengetahui upaya pencapaian tubuh ideal contoh berstatus gizi kurus dan normal.

Kegunaan

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Remaja Putri

Menurut Mar’at (2009) istilah remaja (adolescence) menunjukkan suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa, yang ditandai oleh perubahan-perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu usia 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan, dan usia 18-21 tahun merupakan masa remaja akhir. Tetapi, Monks, Knoers dan Haditono (2001) dalam Mar’at (2009) membedakan masa remaja atas empat bagian yaitu :

(1). Masa pra-remaja atau pra-pubertas (usia 10-12 tahun) (2). Masa remaja awal atau pubertas (usia 12-15 tahun) (3). Masa remaja pertengahan (usia 15-18 tahun), dan (4). Masa remaja akhir (usia 18-21 tahun).

Masa remaja adalah masa pertumbuhan. Pertumbuhan terjadi baik secara fisik, yang ditandai dengan berkembangnya jaringan-jaringan dan organ tubuh yang membuatnya lebih berisi maupun secara kejiwaan, yaitu kelabilan emosi karena merupakan masa transisi dari jiwa kanak-kanak menuju dewasa (Garwati dan Wijayati 2010).

(20)

Berkaitan dengan perkembangan fisik, remaja adalah masa ketika seseorang mulai memperhatikan keadaan tubuhnya dan sering gelisah jika mendapati tubuh mereka ternyata tidak ideal. Banyak cara dilakukan oleh remaja untuk mendapatkan bentuk tubuh yang menurut mereka lebih bagus dan menarik. Menurut Garwati dan Wijayati (2010) berawal dari pemikiran inilah, kemudian banyak remaja akhirnya terjebak pada pola makan yang tidak sehat. Mereka mengurangi porsi makan, bahkan memangkas jadwal makan. Makan pun menjadi dua kali atau bahkan hanya satu kali sehari.

WHO (2005) mengemukakan bahwa kerangka konseptual dan faktor penyebab masalah gizi pada remaja adalah kurang konsumsi pangan, faktor gaya hidup, penyakit infeksi dan masalah kesehatan lainnya. Kurang konsumsi pangan disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor psikologi dan faktor sosial ekonomi. Faktor psikologi adalah pola makan, kebiasaan makan, gangguan makan dan faktor sosial ekonomi seperti akses terhadap pangan dan ketersediaan pangan. Kurang konsumsi pangan menyebabkan kekurangan zat gizi makro dan mikro serta berbagai penyakit kronik yang menyertainya.

Karakteristik Keluarga

Menciptakan suatu lingkungan yang sehat dan membentuk perilaku masyarakat yang sehat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah pekerjaan, pengetahuan dan pendidikan, besar keluarga, serta lingkungan sosial budaya. Keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih yang terikat oleh hubungan perkawinan, hubungan darah (keturunan), maupun karena adopsi (pengangkatan) dan tinggal dalam satu rumah tangga (Effendy 1995).

Besar Keluarga

(21)

menurun dengan peningkatan besar keluarga (Sanjur 1982 dalam Fitriadini 2010).

Pendidikan Orangtua

Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah seseorang dalam menerima informasi (Hidayat 2004 dalam Fitriadini 2010). Umumnya pendidikan seseorang akan mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat pendidikan orang tua juga berpengaruh terhadap tingkat pemahaman terhadap perawatan kesehatan, higiene dan kesadaran terhadap kesehatan anak dan keluarga (Sukandar 2007).

Pekerjaan Orangtua

Jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan kualitas makanan, karena jenis pekerjaan memiliki hubungan dengan pendapatan yang diterima (Suhardjo 1989). Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga memungkinkan pengalokasian waktu yang lebih besar untuk memperhatikan konsumsi, kesehatan diri dan keluarga.

Pendapatan Keluarga

Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar peluang untuk memilih pangan yang baik. Penurunan daya beli akan menurunkan kuantitas dan kualitas konsumsi pangan serta aksesibilitas pelayanan kesehatan (Sukandar 2007). Status ekonomi dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, hal ini dapat terlihat anak dengan sosial ekonomi tinggi tentunya pemenuhan kebutuhan gizi sangat cukup baik dibandingkan anak dengan sosial ekonominya rendah (Hidayat 2004 dalam Fitriadini 2010).

Praktik Hidup Sehat

(22)

proses belajar akan diperoleh pengalaman yang nantinya dapat membentuk sikap. Kemudian sikap akan dicerminkan dalam bentuk praktik yang sesuai dengan yang diharapkan.

Perilaku merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang. Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati maupun tidak. Perilaku hidup sehat merupakan perilaku yang berkaitan dengan upaya seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.

Menurut Depkes RI (2005), perilaku hidup sehat akan menunjang produktivitas kerja setiap orang. Hidup yang teratur dan memperhatikan faktor kesehatan akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan waktu. Perilaku hidup sehat meliputi semua aktivitas yang kita lakukan mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali. Salah satu syarat untuk menjaga kesehatan adalah menjaga kebugaran badan dengan menjaga berat badan ideal. Berat badan adalah indikator kesehatan yang penting bagi setiap orang. Oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan berat badan secara teratur.

Kebersihan Diri

Menurut Sukandar (2007), hygiene adalah suatu pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada. Usaha higiene adalah usaha kesehatan preventif (mencegah supaya tidak sakit). Tingginya kejadian diare disebabkan perilaku hidup yang kurang sehat yang ditunjukan dengan data cakupan jamban sehat, baik yang masih rendah sehingga menurunkan sanitasi. Perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman sehingga meningkatnya resiko terjangkit diare antara lain menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan dengan air dan sabun sesudah buang air besar, serta tidak membuang tinja dengan benar.

Pembuangan kotoran manusia harus dapat dibuat dengan baik agar tidak mencemari lingkungan sekitar. Sampah adalah segala sesuatu yang tidak terpakai lagi dan harus dibuang, jangan membiarkan sampah terlalu lama pada tempat pengumpulan sampah. Bahaya sampah yang tidak ditangani dengan baik mengakibatkan tumbuhnya kuman sebagai penyebab terjadinya diare, juga mengandung lalat yang mengakibatkan terjadinya penyakit (Sukandar 2007).

Tidak Merokok

(23)

masa anak-anak dan masa remaja. Hampir sebagian remaja memahami akibat-akibat yang berbahaya dari asap rokok tetapi mereka tidak mencoba untuk menghindari untuk berhenti merokok. Alasan yang melatarbelakangi perilaku merokok pada remaja selain faktor dari dalam diri, juga disebabkan faktor lingkungan. Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang disekelilingnya (Komalasari dan Helmi 2010).

Merokok dapat mengganggu kesehatan, seperti sistem pernapasan, paru-paru, jantung. Asap rokok mengandung karbonmonoksida yakni salah satu senyawa karbon yang memiliki afinitas (daya ikat) terhadap Hb 200-300 kali lebih kuat dari pada afinitas terhadap oksigen (O2). Selain itu, asap rokok termasuk radikal bebas (free radical) yang menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker. Merokok meningkatkan kebutuhan vitamin C (sebagai zat antioksidan), merokok juga mengganggu metabolisme vitamin B1, B12, dan kalsium sehingga terjadinya osteoporosis (Irianto 2007).

Olahraga Teratur

Olahraga merupakan aktivitas fisik yang dilakukan secara terencana untuk berbagai tujuan, antara lain mendapatkan kesehatan, kebugaran, rekreasi, pendidikan, dan prestasi. Umumnya setiap wanita ingin memiliki tubuh yang langsing dengan bagian perut, paha, dan pinggul yang kencang. Dengan pinggul yang indah rasanya berpakain apapun menjadi lebih pas. Untuk menurunkan satu kilogram saja berat badan diperlukan banyak aktivitas dan waktu. Jika dilakukan secara rutin, impian menjadi langsing dan sehat bisa tercapai. Hal ini penting terutama bagi wanita (Sumanto 2009).

Aktivitas fisik yang sesuai, aman, dan efektif dalam upaya menurunkan berat badan adalah dengan berolahraga. Karena, latihan-latihan olahraga yang teratur, rutin, dan terukur akan membantu menurunkan berat badan dan memelihara berat badan yang optimal. Keuntungan berolahraga selain dapat menurunkan berat badan juga bermanfaat untuk menguatkan otot dan tulang, melancarkan aliran darah, melancarkan kerja organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, dan pembuluh darah, mengencangkan kulit, serta meningkatkan ketahanan dan kesehatan tubuh (Wirakusumah 1994).

Makanan Sehat

(24)

sekedar kenyang, maka kini konsep makan sudah berkembang lebih luas. Makanan adalah upaya untuk mendapatkan kesehatan yang optimal. Kesehatan ini yang akhirnya menentukan produktivitas dan membuat harapan hidup menjadi lebih panjang (Khomsan dan Anwar 2008). Menurut Wirakusumah (1994) kebiasaan makan makanan sehat mempunyai peranan penting dalam menuju kehidupan yang berarti. Makanan yang sehat adalah makanan yang seimbang kandungan zat gizi dan memperhatikan faktor kesehatan.

Sebaiknya makanan yang dikonsumsi oleh para remaja disesuaikan dengan konsep menu seimbang. Menu seimbang adalah jumlah porsi makanan yang cukup, jenis makanan bervariasi (lengkap zat gizi), dan makanan disesuaikan dengan kebutuhan gizi. Makanan yang bervariasi bermanfaat untuk menghindari rasa bosan dan ketergantungan pada satu jenis makanan saja (Sumanto 2009).

Masa remaja adalah masa pertumbuhan, pada masa ini remaja ingin makan banyak takut gemuk, makan sedikit takut tidak kuat untuk beraktivitas. Sebenarnya gemuk atau langsing tidak masalah yang penting makanan yang masuk kedalam tubuh adalah makanan yang sehat. Dengan makan sehat tubuh akan menjadi kuat, berenergi, dan bergizi baik. Menurut Garwati dan Wijayati (2010) makanan sehat memiliki kandungan nutrisi seimbang yang dibutuhkan oleh tubuh selama sehari. Menu seimbang adalah menu yang disusun menggunakan semua golongan bahan makanan dan penggantinya sehingga susunan makanan tersebut lengkap dan memenuhi kebutuhan akan semua zat-zat gizi untuk mencapai kesehatan optimal (Auliana 1999).

Makanan yang beraneka ragam dijamin dapat memberikan manfaat yang besar terhadap kesehatan. Sebab zat gizi tertentu, yang tidak terkandung dalam satu jenis bahan makanan akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari bahan makanan yang lain. Masing-masing bahan makanan dalam susunan aneka ragam menu seimbang akan saling melengkapi. Makanan yang beraneka ragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi kehidupan gizi seseorang (Departemen Kesehatan RI 2005).

(25)

sehat dan bisa beraktivitas dengan lancar. Berikut pesan-pesan yang harus dilakukan agar seseorang dapat hidup sehat (Depkes RI 2005):

1). Makanlah aneka ragam makanan

Makanan beragam memberikan manfaat yang besar terhadap kesehatan, menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya.

2). Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi

Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup hidangan mengandung sumber tenaga agar dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari seperti bekerja, belajar, olahraga, berekreasi, kegiatan sosial. Kebutuhan energi dapat diperoleh dengan mengkonsumsi bahan makanan sumber karbohidrat, protein, dan lemak.

3). Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi Makanan sumber karbohidrat kompleks merupakan sumber energi utama seperti nasi, jagung, ubi, dan sagu. Akan tetapi makanan sumber karbohidrat kompleks ini kurang memberikan zat gizi lain yang diperlukan tubuh. Sekitar 50-60% kebutuhan energi diperoleh dari karbohidrat kompleks atau setara dengan 3-4 piring nasi. Apabila energi yang melebihi 60% berasal dari karbohidrat kompleks maka biasanya kebutuhan protein, vitamin dan mineral sulit dipenuhi.

4). Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi

Konsumsi lemak dan minyak secara berlebihan akan mengurangi konsumsi makanan lain, karena membuat mudah merasa kenyang. Akibatnya, kebutuhan zat gizi yang lain tidak terpenuhi. Dianjurkan konsumsi lemak dan minyak dalam makanan sehari-hari tidak lebih dari 25% dari kebutuhan energi.

5). Gunakan garam beryodium

Garam beryodium bermanfaat untuk mencegah timbulnya gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY). Kelebihan konsumsi natrium dapat memacu timbulnya penyakit tekanan darah tinggi, untuk itu hindari konsumsi garam berlebihan, dianjurkan mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram atau 1 sendok teh setiap harinya.

(26)

Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Makanan yang banyak mengandung zat besi yang mudah diserap dan nilai biologinya tinggi adalah makanan hewani, khususnya hati, daging ayam dan ikan.

7). Biasakan makan pagi

Makan pagi sangat bermanfaat bagi setiap orang, bagi anak sekolah dapat memudahkan kosentrasi belajar, menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik. Kebiasaan makan pagi juga membantu seseorang untuk memenuhi kebutuhan gizinya sehari-hari.

8). Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya

Air minum harus bersih dan bebas kuman, konsumsi air minum sekurang-kurangnya 2 liter atau setara 8 gelas setiap harinya, agar proses faali dalam tubuh berlangsung lancar dan seimbang.

9). Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur

Kegiatan fisik dan olah raga secara teratur dan cukup dapat membantu mempertahankan derajat kesehatan yang optimal. Untuk mempertahankan berat badan normal, upayakan agar kegiatan fisik dan olah raga selalu seimbang dengan memasukkan energi yang diperoleh dari makanan.

10). Hindari minum-minuman beralkohol

Minum-minuman beralkohol dapat menimbulkan berbagai dampak buruk, diantaranya ketagihan, mabuk, tidak mampu mengendalikan diri. Selain itu minum-minuman alkohol dapat menimbulkan penyakit hati.

11). Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan

Makanan yang aman adalah makanan yang tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau bakteri, tidak mengandung bahan kimia berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga fisik dan gizinya tidak rusak, serta tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat. 12). Bacalah label pada makanan yang dikemas

Peraturan perundang-undangan menetapkan bahwa setiap produk makanan yang dikemas harus mencantumkan keterangan pada labelnya mengenai bahan-bahan yang digunakan, susunan (komposisi) zat gizinya, tanggal kadaluwarsa, dan keterangan penting yang lain.

Suplemen

(27)

digunakan untuk mengganti nutrisi ataupun obat. Suplemen dikonsumsi sebagai tambahan. Suplemen boleh dijual secara bebas, tetapi tidak boleh dijual dengan klaim untuk mengobatai penyakit seperti guna obat (Karyadi 1998).

Suplemen memilki bentuk yang berbeda-beda, bentuknya ada yang berupa tablet, kapsul, serbuk dan cair yang sangat spesifik dan cenderung mirip bentuk obat. Menurut Karyadi (1998) dan Gunawan (1999) suplemen adalah zat tambahan, bukan pengganti zat gizi atau obat. Tidak ada satu butir suplemen pun yang dapat menggantikan khasiat dan keaslian zat-zat gizi yang berasal dari makanan alami yang belum diolah.

Konsumsi suplemen dibutuhkan oleh tubuh jika sering berada pada lingkungan yang tercemar polusi, mengalami gangguan kesehatan akibat kekurangan gizi, dalam kondisi penyembuhan yang memerlukan tambahan suplemen, stres berkepanjangan, setelah menjalani operasi besar, menjalani diet keras, kecanduan rokok, minuman keras dan narkotika, wanita hamil dan menyusui, dan mengalami gangguan metabolisme (Gunawan 1999).

Status Gizi

Masa remaja merupakan masa dimana pertumbuhan dan perkembangannya, baik secara fisik, mental, maupun aktivitas yang semakin meningkat, maka kebutuhan akan makanan yang mengandung zat gizi pun menjadi cukup besar dibandingkan dengan fase-fase lainnya (bayi, balita, anak-anak,dewasa dan manula). Total kebutuhan zat gizi selama masa remaja relatif lebih besar, kecuali pada masa menyusui dan kehamilan, agar tubuh tetap sehat serta tumbuh dan berkembang dengan baik, sebaiknya remaja mengkonsumsi makanan yang sesuai dengan kecukupan gizi yang dianjurkan (Sumanto 2009).

Penilaian status gizi seseorang dapat dilihat dari berbagai macam cara dan metode. Penilaian status gizi pada umumnya terdiri dari penilaian secara langsung dan tidak langsung. Penilaian secara langsung dapat dilakukan dengan metode antropometri, biokimia, klinis, dan biofisik. Penilaian secara tidak langsung dapat dilakukan dengan metode survei konsumsi, statistik vital, dan studi faktor ekologi. Metode yang digunakan dalam penilaian status gizi memiliki kelebihan dan kekurangan pada setiap metodenya. Penggunaan metode penilaian status gizi harus disesuaikan dengan tujuan, ukuran sampel, akurasi, fasilitas, tenaga, waktu dan biaya yang tersedia (Supariasa 2002).

(28)

sampel yang besar, relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, alatnya murah, mudah dibawa, hasilnya akurat dan tepat, dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau, dan umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang, dan gizi buruk, karena sudah ada ambang batas yang jelas (Supariasa 2002).

Menurut Riyadi (2003), status gizi untuk remaja diukur dengan menggunakan metode antropometri melalui perhitungan indeks IMT/U. Menurut WHO (2007) klasifikasi status gizi dengan menggunakan IMT/U terdiri dari sangat kurus (Z<-3 SD), kurus (-3 SD≤Z<-2 SD), normal (-2 SDZ≤+1 SD), gemuk (+1SDZ+2SD), obesitas (Z>+2 SD). Selain itu dilakukan pengukuran terhadap rasio lingkar pinggang dan pinggul. Lingkar pinggang dan pinggul diukur dengan menggunakan meteran. Pengukuran harus dilakukan dengan tepat. Rasio lingkar pinggang dan pinggul untuk perempuan adalah 0,85 cm (WHO 1999).

Persepsi Tubuh

Persepsi individu mengenai tubuh merupakan penilaian yang bersifat subjektif. Setiap remaja memiliki gambaran ideal yang selalu diinginkannya, termasuk bentuk tubuh yang ideal seperti yang ingin dimilikinya. Para remaja selalu disibukkan dengan bentuk tubuh dan mengembangkan citra individual mengenai gambaran tubuh. Citra tubuh ini dikenal dengan body image, yaitu bagaimana remaja memandang dan menilai tubuhnya sendiri. Ketidaksesuaian antara tubuh yang dipersepsi oleh remaja dengan bentuk tubuh idealnya akan memunculkan ketidakpuasan terhadap tubuhnya. Pada masa ini muncul bahaya psikologis, yaitu munculnya konsep terhadap tubuhnya yang negatif dan tidak realistis karena bentuk tubuh yang dilihat tidak sesuai dengan bentuk tubuh yang diharapkan (Hurlock 1980).

Body image tidak hanya berkaitan dengan aspek penampilan fisik, daya tarik maupun kecantikan tetapi lebih dari itu, yaitu berkaitan dengan gambaran mental, pikiran, perasaan, kesadaran remaja mengenai tubuhnya. Penelitian Kim 2001 menemukan bahwa remaja putri yang memiliki gambaran mental negatif mengenai berat badannya cenderung mengalami depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja putri yang memiliki gambaran mental positif terhadap tubuhnya (Na’imah dan Rahardjo 2008).

(29)

pinggang yang tidak berlipat, paha dan betis yang kencang, dan pergelangan tangan yang berukuran sedang (untuk wanita 13.97-16.51 cm dan untuk pria 16.51-17.78 cm). Bagi sebagian besar wanita, tubuh yang indah adalah impian. Oleh karena itu, untuk bisa mewujudkan impian tersebut mereka berusaha keras untuk menjadikan ukuran tubuh mereka ideal.

Tubuh Ideal

Tubuh proporsional merupakan dambaan semua wanita. Semua wanita di dunia, dari golongan apapun, pasti sangat memimpikan punya berat tubuh proporsional. Wanita cantik adalah wanita bertubuh ideal. Ideal dalam artian berat dan tinggi tubuh sesuai dengan ukuran tertentu bahkan cenderung kurus. Menurut Wirakusumah (1994), ukuran tubuh yang ideal adalah ukuran tubuh yang tidak terlalu kurus dan tidak terlalu gemuk, dan terlihat serasi antara berat badan dan tinggi badan. Serasi atau tidaknya perbandingan berat badan dan tinggi badan yang dimiliki seseorang dapat dilihat dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT).

Menurut Lighstone (2002) dalam Siswanti (2007) tubuh ideal adalah persepsi, imajinasi, emosi dan sensasi fisik seseorang dari dan terhadap tubuhnya. Masing-masing orang memiliki perasaan tentang bagian-bagian yang berbeda dari tubuhnya. Setiap manusia dilahirkan unik dan berbeda dalam tampilan fisiknya yaitu ukuran tubuh, bentuk tubuh, postur wajah, postur tubuh, kulit lengan, tangan dan kaki.

Persepsi setiap remaja terhadap tubuh ideal (body image) bisa positif ataupun negatif. Ada bagian-bagian yang mereka sukai dan ada bagian yang tidak mereka sukai dan ingin mereka rubah. Banyak juga remaja yang tidak terlalu peduli dengan bagian tubuhnya. Perasaan oke tentang body image

merupakan langkah yang penting dalam membangun kepercayaan diri, keberhasilan diri dan kepribadain yang positif. Banyak cara menanggulangi kegemukan yang ada, cara paling aman adalah mengkombinasikan diet rendah kalori yang seimbang dan olahraga yang sesuai dengan takaran. Pendekatan diet merupakan tindakan paling penting dalam program penurunan berat badan. Selain itu, dengan melakukan olahraga secara rutin dan sesuai dengan kemampuan tubuh dapat membantu program diet, mengurangi rasa lapar, dan membentuk tubuh ideal (Sumanto 2009).

(30)

Perbanyaklah makan sayuran dan buah-buahan, hindari cemilan yang digoreng, berasa gurih, dan manis. Perhatikan juga pola makan sehari-hari, yakni biasakan memulai hari dengan minum air putih secangkir, lalu makan sayuran, dan selanjutnya makan nasi dan lauk. Usahakan paling tidak dua jam setelah makan baru berangkat tidur (Sumanto 2009).

Olahraga sangat besar manfaatnya sehingga termasuk ke dalam setiap program penurunan berat badan. Olahraga merupakan salah satu upaya dalam mencapai tubuh ideal karena dapat membakar kalori dengan baik. Olahraga yang biasa dipilih adalah jogging. Jogging merupakan pilihan tepat bagi orang-orang yang ingin mencapai tubuh ideal karena membuat oksigen yang terhirup lebih banyak. Olahraga lainnya adalah berenang, bersepeda, skipping dan senam aerobik (Insitos 1997 dalam Marasabessy 2006). Olahraga dianjurkan sebanyak tiga kali seminggu dengan waktu satu jam setiap kali latihan.

Pengukuran Persepsi Tubuh

Pengukuran adalah suatu hal yang penting karena dapat menghubungkan konsep-konsep penelitian yang abstrak dengan realitas (Arza 2007). Persepsi tubuh merupakan suatu hal yang abstrak dan tidak dapat diukur secara langsung. Oleh karena itu diperlukan suatu instrumen yang dapat mengkongretkan persepsi tubuh sehingga dapat diukur secara langsung.

(31)

KERANGKA PEMIKIRAN

Praktik adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang secara berulang-ulang. Praktik hidup sehat merupakan segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang secara berulang-ulang berhubungan dengan kebersihan diri, tidak merokok, olahraga teratur, suplemen, makanan sehat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi praktik hidup sehat, antara lain karakteristik keluarga (besar keluarga, pekerjaan orangtua, pendidikan orangtua, penghasilan perbulan orangtua), serta karakteristik contoh yang meliputi (umur,uang saku, pengeluaran perbulan).

Praktik hidup sehat, karakteristeristik keluarga dan karakteristik contoh akan mempengaruhi status gizi contoh (IMT/U). Selain itu, status gizi dan persepsi tubuh akan mempengaruhi praktik hidup sehat.

(32)

Keterangan :

= Variabel yang diteliti = Hubungan yang diteliti

[image:32.595.88.505.83.598.2]

= Hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran mengenai praktik hidup sehat dan persepsi tubuh

Praktek Hidup Sehat :

- Tidak Merokok - Olah raga teratur - Suplemen

- Makanan Sehat - Kebersihan diri

Status Gizi :

- (IMT/U) - LPA/LPU

Body Image Karakteristik Keluarga :

- Besar keluarga - Pekerjaan orang tua

- Pendidikan terakhir orang tua - Penghasilan perbulan

Karakteristik Contoh :

- Usia

(33)

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study yang dilakukan di SMA Negeri 1 Kota Bogor. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober 2010.

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Bogor. Hal ini dengan pertimbangan bahwa siswi kelas X merupakan siswi-siswi yang baru masuk dan masih beradaptasi dengan sekolah dan teman-temannya, sedangkan sisiwi kelas XII tidak diambil sebagai subjek penelitian dengan pertimbangan bahwa mereka harus mempersiapkan berbagai ujian sebagai syarat lulus. Contoh dipilih secara

purposive sampling dengan kriteria: (a) remaja putri, (b) Berusia 15 – 18 tahun, (c) tidak dalam keadan sakit, (d) memiliki status gizi normal (-2 SD ≤ Z ≤+1 SD) dan kurus (-3 SD ≤ Z < -2 SD) berdasarkan hasil pengukuran Indeks Massa Tubuh terhadap umur (IMT/U), (e) bersedia untuk dijadikan sebagai sampel dalam penelitian.

Penarikan contoh dilakukan pada kelas yang memiliki jam pelajaran Bimbingan Konseling (BK). Kelas yang memiliki jam pelajaran BK dikumpulkan di ruangan BK untuk dilakukan seleksi. Setelah berkumpul di ruang BK, dilakukan pengukuran terhadap berat badan dan tinggi badan terlebih dahulu. Siswi yang memenuhi kriteria hasil IMT/U (-2 SD≤Z≤+1SD) dan (-3SD≤ Z<-2SD) diminta untuk tetap berada di ruangan BK untuk dilakukan wawancara dan pengukuran selanjutnya yaitu lingkar pinggang dan pinggul. Setelah mencapai jumlah yang diinginkan oleh peneliti, pengambilan contoh dihentikan.

Pada penelitian ini contoh yang diteliti berjumlah 80 orang, terdiri dari 40 siswi dengan status gizi normal (-2 SD≤ Z≤+1SD) dan 40 siswi dengan status gizi kurus(-3SD≤ Z<-2SD). Jumlah tersebut didapatkan dari asumsi tingkat kepercayaan 95%, proporsi populasi remaja putri yang kurus dalah 28%, dan presisi 10%. Jumlah contoh pada penelitian ini didapatkan melalui rumus Lemeshow et al. (1997), yaitu sebagai berikut :

n = Z2 1-α/2P(1-P) /d2

(34)

Keterangan : n = jumlah minimal contoh yang harus diambil Z = nilai pada distribusi normal standar (1.96) α = selang kepercayaan (0.05)

p = prevalensi perempuan gizi kurus (28%) d = ketepatan absolut (0.1)

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada contoh yang dilakukan menggunakan kuesioner oleh peneliti.

Data primer meliputi karakteristik keluarga (besar keluarga, pekerjaan orangtua, pendidikan orangtua, penghasilan orangtua), karakteristik contoh (umur, besar uang saku, pengeluaran perbulan, berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang dan pinggul). Data praktik hidup sehat (makanan sehat, tidak merokok, olahraga teratur, konsumsi suplemen, kebersihan diri), status gizi, dan persepsi tubuh ideal.

Data katarkeristik keluarga (besar keluarga, pekerjaan orangtua, pendidikan orangtua, penghasilan orangtua), dan data karakteristik contoh yaitu nama, alamat, usia, uang saku dan alokasi uang saku untuk makanan dan minuman diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner.

(35)

baik dikonsumsi untuk tubuh ideal. Olahraga teratur (kebiasaan olahraga, berapa lama olahraga, jenis olahraga yang bagus untuk tubuh ideal).

Data status gizi meliputi tinggi badan, berat badan, lingkar pinggang dan pinggul diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung terhadap contoh. Alat yang digunakan untuk pengukuran tinggi badan adalah microtoise (ketelitian 0,1 cm), alat untuk pengukuran berat badan adalah timbangan injak. Pengukuran rasio lingkar pinggang dan pinggul (LPA/LPU) pada contoh menggunakan meteran. Pengukuran LPA/LPU dilakukan dengan cara lingkar pinggang diukur pada bagian teramping dari tubuh dan lingkar pinggul diukur pada bagian yang paling menonjol pada pinggul.

Persepsi tubuh ideal dianalisis dengan 11 pertanyaan (memilih sesuai dengan gambar) yang meliputi: pengertian tubuh ideal, tubuh paling ideal, tubuh kurus, tubuh gemuk, tubuh paling menarik bagi diri sendiri, tubuh paling menarik bagi lawan jenis, tubuh sehat, tubuh kurang sehat, tubuh yang diharapkan keluarga, tubuh yang diharapkan teman, tubuh yang diharapkan diri sendiri, dan upaya pencapaian tubuh ideal. Pertanyaan tersebut kemudian dideskripsikan satu persatu sesuai dengan jawaban contoh. Data persepsi tubuh diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner.

Gambar 2 Penilaian persepsi tubuh metode Figure Rating Scale (FRS) Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak sekolah yang memuat data tentang gambaran umum sekolah. Data sekunder digunakan sebagai data pendukung.

Pengolahan dan Analisis Data

(36)

dianalisis dengan uji beda t (Independent t-Test), hubungan antar variable dianalisis dengan uji Pearson.

Karakteristik contoh dikategorikan sesuai dengan umur contoh. Uang saku contoh dibagi menjadi uang transportasi, uang untuk makanan, uang untuk minuman, uang untuk obat-obatan, untuk pendidikan (buku, fotokopi, alat tulis), biaya pulsa, hiburan, perawatan pribadi (perlengkapan mandi, kosmetik), lainnya. Karakteristik contoh dianalisis secara deskriptif.

Data uang saku dikategorikan menggunakan metode Slamet (1993) yaitu terdiri dari rendah, sedang, dan tinggi yang diperoleh dari rumus : IK = NT – NR Keterangan: ∑ Kategori

IK = interval kelas NT = nilai tertinggi NR = nilai terendah

Data uang saku perbulan contoh dikategorikan menjadi 3 yaitu terdiri dari rendah (240000-659999), sedang (660000-107999), tinggi (108000-1500000), dan begitu juga sebaliknya uang saku perhari contoh yang juga dikategorikan menjadi 3 yang terdiri dari rendah (6000-50000), sedang (8000-22000), dan tinggi (22000-36000).

Data tentang persepsi tubuh ideal contoh dianalisis dengan 12 pertanyaan, pertanyaan tersebut kemudian dideskripsikan satu persatu sesuai dengan jawaban contoh. Data berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang dan pinggul digunakan untuk menghitung status gizi contoh. Pengukuran status gizi dilakukan dengan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U). Nilai IMT/U contoh diperoleh dengan menggunakan software anthroplus dari WHO 2007 yang kemudian dikategorikan berdasarkan nilai z-skor. Kategori status gizi berdasarkan anthroplus WHO (2007), yaitu kurus -3SD≤ Z<-2SD, normal -2SD ≤Z≤ +1SD. Rasio lingkar pinggang dan lingkar pinggul (LPA/LPU) didapatkan dari lingkar pinggang dibagi lingkar pinggul. Rasio lingkar pinggang dan pinggul (LPA/LPU) <0.85 menandakan tidak adanya resiko tinggi terhadap penyakit metabolik (WHO 1999).

(37)

berdasarkan sebaran contoh yaitu (1) tidak sekolah, (2) tidak tamat SD/sederajat, (3) tamat SD/sederajat, (4) tamat SLTP/sederajat, (5) tamat SLTA/sederajat, (6) PT yang dianalisis secara deskriptif. Penghasilan keluarga perbulan contoh dikelompokkan dalam empat kategori : (a) ≤Rp.1.500.000, (b) Rp.1.500.000– Rp.3.000.000, (c) Rp.3.000.000-Rp.5.000.000, (d) >5.000.000. Pekerjaan orangtua dikelompokkan menjadi tujuh kategori, yaitu (1) tidak bekerja atau IRT, (2) PNS, (3) TNI/Polri, (4) pegawai swasta, (5) wiraswasta, (6) petani/buruh tani, (7) lainnya.

Hasil uji t-Test antara karakteristik contoh (umur, uang saku perbulan, pengeluaran perbulan) dan karakteristik keluarga contoh (besar keluarga, penghasilan orangtua, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, pendidikan ayah, pendidikan ibu) menunjukkan tidak adanya hubungan yaitu p>0.05.

Data praktik hidup sehat (kebersihan diri, tidak merokok, olahraga teratur, suplemen, makanan sehat) diolah sesuai dengan masing-masing jawaban contoh. Jawaban dari pertanyaan terbuka dianalisis secara deskriptif, sedangkan pertanyaan tertutup dinilai sesuai dengan skor. Tindakan sangat positif diberi skor 3 (jawaban selalu), tindakan positif diberi skor 2 (jawaban sering), tindakan kurang positif diberi skor 1 (jawaban kadang-kadang), dan tindakan salah diberi skor 0 (jawaban tidak pernah). Total nilai praktik hidup sehat contoh dikategorikan menjadi tiga yaitu (1) praktik kurang jika skor <60% dari total jawaban yang benar, (2) praktik cukup apabila skor 60%-80% dari total jawaban yang benar, serta (3) praktik baik apabila skor >80% dari total jawaban yang benar (Khomsan 2000).

(38)

Definisi Operasional

Usia adalah individu yang berusia 15-18 tahun yaitu siswa kelas 1-3 SMA.

Uang Saku adalah total uang yang diterima contoh setiap bulan.

Alokasi Uang Saku Perbulan adalah total pengeluaran contoh yang digunakan untuk membeli makanan dan minuman dalam sebulan terakhir.

Pekerjaan orangtua adalah jenis mata pencarian utama ayah dan ibu untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang ditempuh ayah dan ibu contoh.

Penghasilan orang tua adalah penghasilan rata-rata perbulan ayah dan ibu contoh.

Besar keluarga adalah jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah dan makan dari sumber penghasilan yang sama.

Suplemen adalah produk yang digunakan untuk melengkapi makanan dan minuman yang mengandung satu atau lebih vitamin, mineral untuk memenuhi kebutuhan gizi.

Praktik Makanan sehat adalah mengkonsumsi makanan sehat sesuai dengan pedoman umum gizi seimbang (PUGS) yang terdiri dari KH, protein hewani, protein nabati, sayuran, buahan, susu.

Praktik merokok adalah contoh menghisap rokok karena dapat menimbulkan dampak negative terhadap kesehatan.

Praktik kebersihandiri adalah mengetahui melakukan dan menjaga kebersihan pada diri sendiri seperti mandi dua kali sehari, mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar, menggosok gigi dua kali sehari, dan lain-lain.

Praktik olah raga adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjaga kesehatan secara rutin kurang lebih 30 menit dalam sehari.

Persepsi tubuh adalah pendapat contoh mengenai tubuhnya apakah persepsi positif (persepsi contoh sama dengan status gizi saat ini) atau persepsi negatif (persepsi contoh dengan status gizi saat ini berbeda).

Status Gizi adalah keadaan gizi contoh yang diperhitungkan dengan indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) dengan kategori kurus -3 SD ≤ Z< -2 SD, normal -2 SD ≤Z≤ + 1 SD (WHO 2007).

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

SMA Negeri 1 kota Bogor terletak di jalan Ir. H. Juanda nomor 16 Bogor. SMAN 1 terletak dipusat keramaian, letaknya sangat strategis sehingga banyak kendaraan umum yang melaluinya. Sekolah ini didirikan pada tahun 1946 oleh Prof. Garnadi Prawiro Sudirdjo (Bapak Biologi Nasional).

SMAN 1 kota Bogor memiliki bangunan sekolah seluas 1619 m2, lapangan olahraga dan upacara yang digunakan bergiliran dengan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Bogor seluas 480 m2. Total luas tanah yang dimiliki adalah 3135 m2 yang terdiri dari ruang kepala sekolah, satu ruang guru dan tata usaha, 27 ruang kelas, satu ruang bimbingan dan konseling, satu ruang penjaga sekolah, satu ruang hotspot, satu ruang perpustakaan, satu laboratorium komputer, satu laboratorium bahasa, satu laboratorium IPA, satu aula, satu mushola, ruang koperasi, ruang OSIS, satu ruang unit kesehatan sekolah, dan satu kantin.

SMAN 1 merupakan sekolah favorit dan bertaraf internasional di kota Bogor. Hal ini sesuai dengan visinya “Menjunjung budaya berprestasi dan berbudi pekerti luhur berlandaskan imtaq dan iptek menuju sekolah internasional. SMAN 1 telah berhasil memperoleh peringkat akreditasi A (amat baik) dengan nilai akhir akreditasi 95,10. Hingga saat ini SMAN 1 memiliki motto “Melangkah lebih maju” tetap bertahan menjadi salah satu SMA terbaik yang berhasil membuktikan keberadaannya dengan berbagai prestasi akademik maupun non-akademik, baik tingkat kota, provinsi, nasional, bahkan hingga tingkat internasional.

(40)

Karakteristik Contoh

[image:40.595.113.506.228.430.2]

Contoh dalam penelitian ini adalah siswa remaja putri Sekolah Menengah Atas (SMA) N 1 Bogor kelas XI. Karakteristik contoh yang diteliti adalah usia, uang saku perbulan, dan alokasi pengeluaran. Contoh dalam penelitian ini berjenis kelamin perempuan, dengan jumlah contoh sebanyak 80 orang yang terdiri dari 40 contoh berstatus gizi kurus dan 40 contoh berstatus gizi normal. Tabel 1 Sebaran contoh berdasarkan usia (tahun) dan uang saku perbulan (Rp)

No Peubah

Status Gizi

Total

Kurus Normal

n % n % n %

1 Usia contoh (tahun)

15 11 27.5 13 32.5 24 30.0

16 28 70.0 27 67.5 55 68.8

17 1 2.5 0 0.0 1 1.2

Rata-rata±SD 16±0.5 16±0.5 16±1.7

2 Uang saku perbulan (Rp)

240.000-659.999 (rendah) 34 85.0 35 87.5 69 86.3

660.000-107.999 (sedang) 5 12.5 5 12.5 10 12.5

108.000-1.500.000 (tinggi) 1 2.5 0 0.0 1 1.2

Rata-rata ± SD 535.425±179.875 512.750± 218724 524.087±132.044

Usia contoh

Contoh dalam penelitian ini berusia 15-17 tahun dan persentase terbesar pada usia 16 tahun (68.8%). Monks, Knoers dan Haditono (2001) dalam Mar’at (2009) membedakan masa remaja atas empat bagian yaitu masa pra remaja berada pada umur 10-12 tahun, masa remaja awal umur 12-15 tahun, masa remaja pertengahan umur 15-18 tahun, dan masa remaja akhir umur 18-21 tahun. Oleh karena itu, semua contoh dalam penelitian ini termasuk dalam kategori remaja pertengahan.

Uang saku contoh

(41)

contoh dikelompokkan menjadi tiga kategori berdasarkan sebaran uang saku tertinggi dikurangi uang saku terendah dibagi interval. Nilai uang saku berkisar antara Rp 240.000 sampai Rp 1.500.000 perbulan.

rata uang saku perbulan contoh adalah Rp.524.087±132.044. Rata-rata uang saku contoh berstatus gizi kurus (Rp.535.425±179.875) lebih tinggi dibandingkan contoh berstatus gizi normal (Rp. 512.750± 218.724). Sebagian besar contoh (86.3%) memiliki uang saku Rp.240.000-Rp 659.999. Tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) besar uang saku perbulan yang diperoleh contoh berstatus gizi kurus dan normal. Uang saku dan status gizi dapat mempengaruhi perilaku, apabila uang saku contoh tinggi maka diharapkan pembelian untuk makanan dan minuman juga akan tinggi. Semakin besar uang saku, maka semakin besar peluang anak untuk membeli makanan jajanan baik di kantin maupun diluar sekolah (Andarwulan et al. 2008).

Alokasi Pengeluaran Per Bulan

Pengeluaran per bulan contoh terdiri dari pengeluaran untuk makanan, minuman, obat-obatan, pendidikan (buku, fotokopi, alat tulis), transportasi, biaya pulsa, hiburan, perawatan pribadi (perlengkapan mandi, kosmetik), iuran organisasi, pakaian. Pada penelitian ini, pengeluaran per bulan contoh dibedakan menjadi pengeluaran untuk makanan, minuman, transportasi, biaya pulsa, perawatan pribadi (perlengkapan mandi, kosmetik), hiburan, pendidikan (buku, fotokopi, alat tulis), obat-obatan, lainnya yang terdiri dari iuran organisasi, dan pakaian.

(42)
[image:42.595.107.542.116.337.2]

Tabel 2 Alokasi pengeluaran per bulan contoh (Rp)

Kategori pengeluaran perbulan (Rp)

Status Gizi

Total

Kurus Normal

Rata-rata±SD Rata-rata±SD Rata-rata±SD

Makanan 169.650±62.032 173.600±46.865 171.625±54.661

Minuman 905.00±108.016 78.700±32.197 84.600±79.416

Obat-obatan 8097±5108 12.515±20.129 10.375±14.940

Pendidikan (buku, fotokopi, alat tulis) 38.550±27.405 38.050±18.732 38.300±23.325

Transportasi 154.811±83.858 148.118±52.427 151.606±70.168

Biaya pulsa 50.800±18.948 59.925±33.608 55.363±27.494

Hiburan 43.050±24.031 39.250±25.053 41.150±24.466 Perawatan pribadi (perlengkapan

mandi,kosmetik) 44.500±24.879 48.784±25.911 46.558±25.304

Lainnya iuran organisasi organisasi 60.000±56.569 80.000±40.000 73.333±41.312

Pakaian 55.000±63.640 50.000±14.142 70.000±51.962

Rata-rata±SD 584.850±158.739 573.925±183.494 584.850±158.739

Rata-rata contoh berstatus gizi kurus dan normal, alokasi pengeluarannya digunakan untuk membeli makanan (Rp.171.625±54.661), namun pengeluaran contoh berstatus gizi kurus lebih rendah (Rp.169.650±62.032) dibandingkan contoh berstatus gizi normal (Rp.173.600±46.865). Contoh berstatus gizi kurus lebih banyak mengeluarkan uang saku Rp.55.000±63.640 untuk membeli pakaian dibandingkan contoh berstatus gizi normal yang rata-rata Rp.50.000±14.142 (Tabel 2). Uang saku merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu seperti keperluan harian, mingguan atau bulanan (Napitu 1994). Besar uang saku anak merupakan salah satu indikator sosial ekonomi keluarga.

Karakteristik Keluarga

Besar Keluarga

Menurut Suhardjo (1989) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak (keluarga inti). Besar keluarga pada penelitian ini merupakan keseluruhan jumlah anggota keluarga yang tinggal di dalam satu rumah. Hurlock (1999) membagi besar keluarga menjadi tiga kategori yaitu kecil (≤4 orang), sedang (5-6 orang) dan besar (≥7 orang). Data sebaran besar keluarga contoh dapat dilihat pada Tabel 3.

(43)

contoh memiliki persentase keluarga kecil (51.3) lebih besar dari pada contoh yang memiliki keluarga sedang (47.5%). Kategori keluarga kecil (≤4 orang) sebesar 50.0% pada contoh berstatus gizi kurus dan 52.5% pada contoh berstatus gizi normal. Hanya 2.5% contoh yang memiliki keluarga besar (≥ 7 orang) yaitu pada contoh berstatus gizi normal, sedangkan contoh berstatus gizi kurus tidak memiliki keluarga besar yaitu 0.0%.

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga

Variabel

Status Gizi

Total Kurus Normal

n % n % n %

Besar keluarga (orang)

≤4 orang 20 50.0 21 52.5 41 51.2

5-6 orang 20 50.0 18 45.0 38 47.5

≥ 7 orang 0 0.0 1 2.5 1 1.3

Total 40 100.0 40 100.0 80 100.0

Penghasilan orangtua

Penghasilan orangtua merupakan jumlah penghasilan kedua orangtua yaitu ayah dan ibu selama 1 bulan. Penghasilan orangtua diisi oleh contoh menurut kisaran penghasilan yaitu Rp≤1.500.000, Rp1.500.000-Rp 3.000.000, Rp3.000.000-Rp5.000.000, dan Rp>5.000.000.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan penghasilan orangtua

Variabel

Status Gizi

Total Kurus Normal

n % n % n %

Penghasilan orangtua (Rp/bulan)

Rp ≤ 1500000 0 0.0 2 5.0 2 2.5

Rp 1500000-Rp 3000000 7 17.5 2 5.0 9 11.3

Rp 3000000-Rp 5000000 8 20.0 9 22.5 17 21.2

>5000000 25 62.5 27 67.5 52 65.0

Total 40 100.0 40 100.0 80 100.0

(44)

sebagian besar penghasilan orangtua contoh adalah Rp>5.000.000. Pendapatan orangtua dapat mencerminkan keadaan sosial ekonomi keluarga, ini berarti sosial ekonomi keluarga contoh di SMAN 1 Bogor adalah menengah keatas.

Pekerjaan Orangtua

Pekerjaan orangtua contoh terdiri dari PNS, TNI, swasta, wiraswasta, IRT. Pekerjaan orangtua contoh meliputi pekerjaan ayah dan pekerjaan ibu (Tabel 5). Berdasrkan Tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar ayah contoh bekerja sebagai PNS sebanyak 55.0%, yaitu 50.0% pada ayah contoh berstatus gizi kurus dan 60.0% pada ayah contoh berstatus gizi normal. Hanya 2.5% ayah contoh berstatus gizi kurus dan normal bekerja sebagai TNI. Tidak terdapat perbedaan yang nyata p>0.05 pekerjaan ayah contoh berstatus gizi kurus dan contoh berstatus gizi normal. Hasil analisis korelasi pearson juga menunjukkan tidak adanya hubungan antara pekerjaan ayah dengan status gizi contoh p>0.05 (p=0.448).

Sebagaian besar ibu contoh berperan sebagai ibu rumah tangga (IRT) yang merawat dan mendidik anaknya sebesar 41.3%, yaitu 55.0% pada ibu dari contoh berstatus gizi kurus dan 27.5% ibu dari contoh berstatus gizi normal. Hanya 2.5% ibu dari contoh berstatus gizi normal bekerja sebagai TNI, sedangkan contoh berstatus gizi kurus tidak ada (0.0%) ibunya yang bekerja sebagai TNI. Tidak terdapat perbedaan yang nyata p>0.05 pekerjaan ibu contoh berstatus gizi kurus dan contoh berstatus gizi normal. Hasil analisis korelasi

pearson menunjukkan adanya hubungan antara pekerjaan ibu dengan status gizi contoh p<0.05 (p=0.008).

(45)

Pendidikan orangtua

Pendidikan orangtua contoh meliiputi pendidikan ayah dan pendidikan ibu. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka diasumsikan kemampuannya akan semakin baik dalam mengakses dan menyerap informasi serta menerima suatu inovasi. Pendidikan orangtua dikategorikan menjadi tujuh, yaitu tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tamat SLTP, tamat SLTA, perguruan tinggi (PT). Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan orangtua dibagi dua yaitu sebaran berdasarkan tingkat pendidikan ayah dan sebaran berdasarkan tingkat pendidikan ibu (Tabel 5).

Tingkat pendidikan ayah maupun ibu tidak ada yang tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD, tamat SLTP, tamat SLTA. Tabel 4 menunjukkan sebagian besar contoh di SMA N 1 Bogor memiliki ayah dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi (PT), yaitu 92.5% pada contoh berstatus gizi kurus dan 82.5% contoh berstatus gizi normal. Sebanyak 12.5% pendidikan ayah contoh adalah tamat SLTA, baik pada contoh berstatus gizi kurus (7.5%) maupun contoh berstatus gizi normal (17.5%). Menurut Suhardjo et al. (1988) tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang diperoleh seseorang. Ayah sebagai kepala keluarga bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga perlu pendidikan yang tinggi.

Sebagian besar tingkat pendidikan terakhir ibu contoh adalah perguruan tinggi (PT). Sebesar 82.5% pada ibu contoh berstatus gizi kurus dan 85.0% ibu contoh berstatus gizi normal. Sebanyak 16.3% contoh yang memiliki ibu dengan tingkat pendidikan terakhir adalah SLTA, yaitu 17.5% contoh berstatus gizi kurus dan 15.0% contoh berstatus gizi normal.

(46)
[image:46.595.102.526.110.489.2]

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan dan pendidikan orangtua

No Variabel

Status Gizi

Total Kurus Normal

n % n % n %

1 Pekerjaan ayah

PNS 20 50.0 24 60.0 44 55.0

TNI 1 2.5 1 2.5 2 2.5

Swasta 14 35.0 10 25.0 24 30.0

Wiraswasta 5 12.5 5 12.5 10 12.5

Total 40 100.0 40 100.0 80 100.0

2 Pekerjaan ibu

IRT 22 55.0 11 27.5 33 41.3

PNS 14 35.0 16 40.0 30 37.5

TNI 0 0.0 1 2.5 1 1.3

Swasta 1 2.5 5 12.5 6 7.5

Wiraswasta 3 7.5 7 17.5 10 12.

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran mengenai praktik hidup sehat dan persepsi tubuh
Tabel 1 Sebaran contoh berdasarkan usia (tahun) dan uang saku perbulan (Rp)
Tabel 2 Alokasi pengeluaran per bulan contoh (Rp)
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan dan pendidikan orangtua
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mietittäväksi tulee tutkimusongelman kannalta esimerkiksi kunnan työllisyydenhoidon lähtökohdat, valtion ja kunnan välinen työnjako ja rahoitusvastuut asiassa sekä kunnan

Hubungan Citra Tubuh, Aktivitas Fisik dan Pengetahuan Gizi Seimbang dengan Kejadian Obesitas Pada Remaja Putri Gizi Lebih di SMA Negeri 9 Kota Semarang.. Guidelines

Jika luka terjadi pada area mata akibat benda tumpul, benda tajam, terpapar bahan-bahan kimia, atau masuknya benda asing, penanganan pertama yang harus dilakukan

Berbeda dengan monarki yang menjadikan garis keturunan sebagai landasan untuk memilih pemimpin, pada republik demokrasi diterapkan azas kesamaan di mana setiap orang yang

Hasil analisis regresi hubungan antara kekayaan spesies atau indeks keanekaragaman spesies dengan karakteristik pulau (luas, jarak, bentuk, dan keanekaragaman habitat)

4.2.8.1 Vitamin yang wajib ada dalam produk MP ASI bubuk instan adalah vitamin A, D, dan C dengan ketentuan sebagai berikut: 4.2.8.1.1 Kandungan vitamin A tidak kurang dari 62,5

Cara pengumpulan data penelitian ini adalah dengan metode purposive sampling, dimana setiap pasien yang memenuhi kriteria penelitian yaitu pasien dengan Diabetes

Kepuasan terhadap kinerja produk perumahan diukur dari atribut karakteristik perumahan menurut Seldin (1998) antara lain dimensi/ukuran dari unit rumah, utilitas,