• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebaran Spasial Konsentrasi Klorofil-a di Perairan Lombok dari Data Citra Aqua MODIS Selama Lima Tahun (2008-2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sebaran Spasial Konsentrasi Klorofil-a di Perairan Lombok dari Data Citra Aqua MODIS Selama Lima Tahun (2008-2012)"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

SEBARAN SPASIAL KONSENTRASI KLOROFIL-A DI

PERAIRAN LOMBOK DARI DATA CITRA AQUA

MODIS SELAMA LIMA TAHUN (2008-2012)

MUHAMMAD RIANDY

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Sebaran Spasial Konsentrasi Klorofil-a di Perairan Lombok dari Data Citra Aqua MODIS Selama Lima Tahun (2008-2012)” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

MUHAMMAD RIANDY. Sebaran Spasial Konsentrasi Klorofil-a di Perairan Lombok dari Data Citra Aqua MODIS Selama Lima Tahun (2008-2012). Dibimbing oleh JAMES P. PANJAITAN dan SYARIF BUDHIMAN.

Penelitian tentang Sebaran Spasial Konsentrasi Klorofil-a di Perairan Lombok dari Data Citra Aqua MODIS Selama Lima Tahun (2008-2012) di laksanakan dari bulan Juni 2013 hingga Agustus 2013. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung dan menganalisis sebaran spasial konsentrasi klorofil-a, dan menganalisis fluktuasi klorofil-a selama lima tahun (2008-2012) menurut siklus musim di Perairan Lombok dari data citra Aqua MODIS. Secara umum penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu (1) pengumpulan data; (2) pengolahan data; (3) analisis dan interpretasi data. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu citra satelit komposit level 2 harian dari Aqua MODIS periode Januari 2008 - Desember 2012 dari situs www.oceancolor.gsfc.nasa.gov. Sebagai data penunjang, digunakan data arah dan kecepatan angin bulanan yang didownload dari situs http://www.ecmwf.int. Data lainnya yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) bulanan dari Januari 2008 sampai Desember 2012. Data ini digunakan untuk mengetahui fenomena ENSO (El Nino Southern Oscillation) yang terjadi selama periode penelitian dan pengaruhnya pada fluktuasi konsentrasi klorofil-a yang terjadi di lokasi penelitian.

Secara umum, fluktuasi konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok memiliki empat pola musiman yaitu minimum dengan kisaran 0.0004-0.7997 mg/m3 terjadi pada musim barat (Desember-Februari), relatif meningkat dengan kisaran 0.0002-1.2272 mg/m3 terjadi pada musim peralihan I (Maret-Mei), mencapai maksimum dengan kisaran 0.0001-1.6731 mg/m3 terjadi pada musim timur (Juni-Agustus) dan kembali menurun setelah mencapai puncak di musim timur dengan kisaran 0.0040-1.5883 mg/m3 yang terjadi pada musim peralihan II (September-November). Konsentrasi klorofil-a yang rendah pada musim barat diduga berkaitan erat pada pola pergerakan dan kecepatan angin muson yang menyebabkan jumlah curah hujan yang tinggi, angin bertiup kencang dan konsentrasi awan umumnya tebal. Sedangkan konsentrasi klorofil-a yang relatif tinggi pada musim timur disebabkan oleh pergerakan massa air dari Selatan Jawa-Sumbawa yang mempunyai konsentrasi klorofil-a relatif tinggi dan suhu relatif dingin karena di lokasi ini terjadi proses upwelling pada periode yang sama.

Fenomena ENSO yang terjadi pada Oktober 2009 - Maret 2010 adalah fenomena El Nino lemah-sedang menyebabkan konsentrasi klorofil-a yang tertinggi pada bulan Oktober dan Desember tahun 2009 dibandingkan dengan Oktober dan Desember pada tahun yang lainnya. Pada Agustus 2008 - Januari 2009 terjadi fenomena La Nina lemah-sedang, sedangkan La Nina kuat pada Juli-Desember 2010 menyebabkan konsentrasi klorofil-a pada Musim Barat memiliki nilai terendah pada Desember 2010 dan musim peralihan II memiliki nilai terendah pula pada November 2010.

(5)

ABSTRACT

MUHAMMAD RIANDY. Spasial Distribution of Chlorophyll-a Concentration in Water Lombok from Aqua MODIS Image Data For Five Years (2008-2012). Supervised by JAMES P. PANJAITAN and SYARIF BUDHIMAN.

Research on Spatial Distribution of Chlorophyll-a Concentration in Sea Arround Lombok Island taken from Aqua MODIS Image Data For Five Years (2008-2012) carried on from June 2013 to August 2013. This research aims to calculate and analyze the spatial distribution of chlorophyll-a concentration, and analyze the chlorophyl-a fluctuations five-year (2008-2012) according to the cycle of the seasons in sea arround Lombok island from Aqua MODIS image data. This study consisted of three phases, namely (1) data collection, (2) data processing, (3) analysis and interpretation of data. The data used in this research is a daily composite satellite image of level 2 Aqua MODIS on period January 2008 - December 2012 from www.oceancolor.gsfc.nasa.gov website. As the supporting data used were monthly data of speed and direction wind are downloaded from http://www.ecmwf.int webssite. The other data is SOI (Southern Oscillation Index) monthly from January 2008 until December 2012. This data is used to determine the ENSO phenomenon (El Niño Southern Oscillation) that occurred during the case of research period and their effect on chlorophyll-a concentration fluctuations that occurred in the location of research.

In general, fluctuations in the concentration of chlorophyll-a in the sea arround Lombok island has four seasonal pattern with the minimum range of 0.0004-0.7997 mg/m3 occurred in west season (December to February), the concentration of chlorophyll-a increase relatively in the range of 0.0002-1.2272 mg/m3 that occurred in the first transitional season (March to May), the of chlorophyll-a reached maximum in the range 0.0001-1.6731 mg/m3 that occurred in east monsoon (June to August) and decreased after reaching the peak of the eastern season with a range of 0.0040-1.5883 mg/m3 which occurs in the transition II (September-November). Low chlorophyll-a concentrations were on the west season is thought to relate closely to the movement pattern and speed of the monsoon, which causes a high amount of rainfall, the wind blew hard and generally has thick cloud. Meanwhile, the concentration of chlorophyll-a are relatively high on the east monsoon caused by the movement of the water masses of the South Java and Sumbawa that have relatively high chlorophyll-a concentrations and relatively cold sea surface temperatures at this location occurs because upwelling process in the same period.

ENSO phenomenon that occurred in October 2009 - March 2010 is the phenomenon of weak-moderate El Nino causes chlorophyll-a concentrations were highest in October and December 2009 compared by October and December of others. August 2008 - January 2009, there was a weak La Nina phenomenon-being, whereas strong La Nina in the July-December 2010 led to the concentration of chlorophyll-a in West season has the lowest value in December 2010 and the transitional season II also has the lowest value in November 2010.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan

pada

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

SEBARAN SPASIAL KONSENTRASI KLOROFIL-A DI

PERAIRAN LOMBOK DARI DATA CITRA AQUA

MODIS SELAMA LIMA TAHUN (2008-2012)

MUHAMMAD RIANDY

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Sebaran Spasial Konsentrasi Klorofil-a di Perairan Lombok dari Data Citra Aqua MODIS Selama Lima Tahun (2008-2012) Nama : Muhammad Riandy

NIM : C54090069

Program Studi : Ilmu dan Teknologi Kelautan

Disetujui oleh

Dr Ir James P. Panjaitan, MPhil Pembimbing I

Syarif Budhiman, SPi MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir I Wayan Nurjaya, MSc Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul

“Sebaran Spasial Konsentrasi Klorofil-a di Perairan Lombok dari Data Citra Aqua MODIS Selama Lima Tahun (2008-2012)” dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 hingga Agustus 2013 dimulai dari pengolahan data sekunder di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) (Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jarak Jauh) PUSPATJA, Jakarta Timur dan penyelesaian data di laboratorium SIG dan Penginderaan Jauh, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr Ir James P. Panjaitan, MPhil selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Syarif Budhiman, SPi MSc selaku Dosen Pembimbing II dari LAPAN PUSPATJA yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sampai menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr Ir Vincentius P. Siregar DEA selaku Dosen Penguji tamu dan Bapak Dr Ir Henry M. Manik MT selaku Koordinator Program Studi yang telah yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

3. Ibu Emiyati, SSi MSi dari LAPAN PUSPATJA selaku Pembimbing lapang pengolahan data yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada penulis sampai menyelesaikan skripsi ini.

4. Ayahanda Idang Triyadi dan Ibunda Neneng Susilawati serta keluarga besar yang telah memberikan semangat, doa, dan dukungannya

5. Sahabat Seperjuangan Riza, Rio, Hari, Fatkur, Umay, Fajar, Reza, Ferdy, Hendi serta teman seperjuangan di BEM TPB, BEM FPIK, dan JAKNAS BEM KM.

6. Arlina, Sarah, Budi dan Rhere atas kerjasamanya selama penelitian, serta keluarga besar ITK 46 Crazier terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. .

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

METODE ... 2

Waktu dan Tempat ... 2

Alat dan Bahan ... 2

Metode Penelitian ... 3

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 8

Sebaran Spasial dan Temporal Konsentrasi Klorofil-a di Perairan Lombok Selama Lima Tahun (2008-2012) ... 8

Sebaran Spasial dan Temporal Klorofil-a dihubungkan dengan Arah dan Kecepatan Angin ... 11

Luas Area Konsentrasi Klorofil-a dan Beratnya Menurut Siklus Musim ... 16

Konsentrasi Klorofil-a Bulanan Selama Lima Tahun (2008-2012) Menurut Siklus Musim ... 18

Fluktuasi Temporal Klorofil-a dihubungkan dengan ENSO ... 25

KESIMPULAN DAN SARAN ... 27

Kesimpulan ... 27

Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 27

LAMPIRAN ... 30

(12)

DAFTAR TABEL

1 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian………. 3 2 Contoh hasil perhitungan persentase, luas area, dan berat klorofil-a

menurut selang warna bulan Januari rataan 5 tahun……….. 7 3 Kelas kadar konsentrasi klorofil-a menurut Arsjad et al. (2004) ………. 11

4 Skala Beaufort………... 12

5 Fluktuasi nilai konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok pada musim

barat………... 19

6 Fluktuasi nilai konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok pada musim

peralihan 1………. 21

7 Fluktuasi nilai konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok pada musim

timur………. 22

8 Fluktuasi nilai konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok pada musim

peralihan II………. 24

9 Nilai SOI dan fenomena yang akan terjadi……… 25 10 Nilai SOI pada Januari 2008 - Desember 2012………. 25

DAFTAR GAMBAR

1 Peta Lokasi Penelitian………... 3

2 Diagram alir pengolahan data citra……… 7

3 Diagram alir penelitian……….. 8

4 Sebaran spasial konsentrasi klorofil-a rata-rata bulanan 5 tahun di

perairan Lombok………... 10

5 Pola arah dan kecepatan angin bulanan di perairan Lombok selama 5

tahun……….. 14

6 Pola pergerakan angin bulanan dihubungkan dengan keberadaan klorofil-a di perairan Lombok selama 5 tahun……….. 15 7 Konsentrasi klorofil-a rata-rata bulanan selama 5 tahun menurut

persentase luas area dari selang warna……….. 16 8 Berat klorofil-a rata-rata bulanan selama 5 tahun menurut luas area dari

selang warna………... 17

9 Fluktuasi rata-rata bulanan konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok selama 5 tahun (2008-2012) menurut musim……… 18 10 Fluktuasi rata-rata bulanan konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok

saat musim barat……… 20

11 Fluktuasi rata-rata bulanan konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok

saat musim peralihan I………... 21

12 Fluktuasi rata-rata bulanan konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok saat musim timur………... 22 13 Fluktuasi rata-rata bulanan konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok

saat musim peralihan II………... 24 14 Hubungan nilai SOI dan konsentrasi klorofil-a bulanan selama 5

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Fluktuasi nilai konsentrasi klorofil-a rata-rata bulanan di perairan Lombok selama 5 tahun (2008-2012)………... 30 2 Contoh cuplikan data mentah ASCII yang sudah di excel keseluruhan

nilai konsentrasi klorofil-a bulan Agustus rataan 5 tahun di setiap titik longitude dan latitude di luasan perairan Lombok………. 30 3 Contoh cuplikan data mentah arah dan kecepatan angin rata-rata bulan

Januari (2008-2012)………... 32

4 Contoh cuplikan data hasil arah dan kecepatan angin bulan Januari di perairan Lombok yang sudah diolah untuk ditampilkan secara spasial… 33 5 Hasil perhitungan persentase, luas area dan berat klorofil-a menurut

selang warna bulanan rataan 5 tahun (Februari, Maret, April)………….. 34 6 Hasil perhitungan persentase, luas area dan berat klorofil-a menurut

selang warna bulanan rataan 5 tahun (Mei, Juni, Juli)……...…………. 35 7 Hasil perhitungan persentase, luas area dan berat klorofil-a menurut

selang warna bulanan rataan 5 tahun (Agustus, September, Oktober)….. 36 8 Hasil perhitungan persentase, luas area dan berat klorofil-a menurut

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Klorofil-a merupakan pigmen penting yang terdapat pada fitoplankton yang digunakan untuk proses fotosintesis. Hal ini menjadikan klorofil-a sebagai salah satu parameter yang memiliki peranan dalam menentukan besarnya produktifitas primer di perairan (Platt 1986 dalam Susilo 2000). Kesuburan perairan dapat dilihat dari tinggi rendahnya produktivitas primer yang dihasilkan. Hal ini erat kaitannya dengan kelimpahan fitoplankton, dimana fitoplankton yang merupakan produsen primer akan dimakan oleh zooplankton, dan zooplankton juga akan dimakan oleh hewan yang berada pada tropic level yang lebih tinggi. Sehingga, apabila kelimpahan fitoplankton pada suatu perairan tinggi, maka dapat dikatakan bahwa perairan tersebut cenderung memiliki produktivitas primer yang tinggi pula.

Penginderaan klorofil-a didasarkan pada kenyataan bahwa semua fitoplankton mengandung klorofil, pigmen berwarna hijau yang ada pada setiap tumbuhan. Klorofil-a cenderung menyerap warna biru dan merah, dan memantulkan warna hijau. Spektrum cahaya yang dipantulkan oleh klorofil-a ini dapat diindera oleh sensor satelit. Hasil penginderaan dapat menunjukkan sebaran biomassa fitoplankton yang dijabarkan dalam satuan klorofil (mg/m3). Konsentrasi klorofil-a dalam suatu perairan dapat dijadikan suatu indikator dalam menentukan tingkat kesuburan perairan. Keuntungan penggunaan satelit untuk penginderaan klorofil-a adalah pengamatan satelit dapat dilakukan dalam cakupan wilayah yang sangat luas dalam waktu yang bersamaan. Salah satu satelit yang mengindera fitoplankton di laut atau informasi tentang variasi warna perairan adalah satelit Aqua Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) yang baru diluncurkan pada tanggal 4 Mei 2002 (Maccherone 2005). Satelit ini memiliki orbit sun-synchronous, dimana pergerakannya dapat bersifat mendekati kutub (nearpolar) maupun melewati kutub (polar orbital). Satelit Aqua Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) melintasi bumi dari selatan ke utara pada sore hari pada waktu 13.30 waktu lokal (Maccherone 2005).

Hasil Penelitian Susanto et al. (2006) mengenai variabilitas konsentrasi klorofil-a di Perairan Indonesia dengan menggunakan data citra satelit SeaWiFS, bahwa pada saat Muson Tenggara (Juli-Oktober) konsentrasi klorofil-a tinggi terjadi di wilayah Selatan Jawa hingga Perairan Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba, dan Timor, dan Selatan Karimata. Sedangkan pada Muson Barat Laut, konsentrasi klorofil-a tinggi terjadi di wilayah Selat Malaka, Kalimantan Bagian Timur dan Selat Makassar. Menurut Penelitian Wiyadi (2012) dengan daerah yang lebih sempit di perairan Selat Lombok perairan yang menghubungkan antara P. Bali dan P. Lombok pada koordinat 7.5° LS – 9.5° LS dan 115.25° BT – 116.25° BT. Secara normal kisaran konsentrasi klorofil-a di perairan Selat Lombok bervariasi mengikuti musim. Sebaran konsentrasi klorofil-a pada musim timur akan meningkat dan pada musim barat akan menurun.

(16)

2

fenomena alam yang terjadi di perairan sekitar perairan Lombok dapat memberikan pengaruh pada perairan Lombok. Selain itu, terjadinya fenomena ENSO yang bersiklus tidak teratur dengan periode 2 tahun hingga 7 tahun dapat mempengaruhi kondisi suatu perairan termasuk perairan Lombok.

Menurut Arsjad et al. (2004) pemetaan klorofil-a perlu dilakukan guna mengetahui pola sebaran klorofil-a pada waktu tertentu, karena keberadaan klorofil-a merupakan salah satu indikator keberadaan ikan, dan juga mempengaruhi kehidupan biota laut pada umumnya. Sebaiknya pemetaan klorofil-a dilakukan dalam jangka panjang sehingga diketahui sebaran rata-rata pola sebaran tahunan atau musiman. Oleh karena itu, kajian mengenai konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok selama lima tahun ini sangat penting dilakukan, dimana informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengetahui produktifitas primer perairan, menduga kesuburan suatu perairan, dan dalam penentuan daerah penangkapan ikan.

Tujuan Penelitian

1. Menduga, menganalisis, dan membuat peta sebaran spasial konsentrasi klorofil-a di Perairan Lombok

2. Menganalisis perubahan klorofil-a selama 5 tahun (2008-2012) menurut siklus musim di Perairan Lombok

3. Menganalisis hubungan fluktuasi konsentrasi klorofil-a dengan fenomena ENSO di Perairan Lombok

METODE

Waktu dan Tempat

Lokasi dari obyek penelitian tentang sebaran spasial klorofil-a di Perairan Lombok dengan koordinat 8000‟ - 9025‟ LS dan 115075‟ - 116085‟ BT Gambar 1. Persiapan dan pemrosesan citra satelit dilakukan di LAPAN dan laboratorium SIG dan Penginderaan Jauh, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor pada bulan Juni-Agustus 2013.

Alat dan Bahan

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data citra Satelit Aqua MODIS tahun 2008-2012, dengan tujuan untuk melihat pola siklus musiman konsentrasi dan sebaran klorofil-a selama lima tahunan. Data pendukung yang digunakan dalam penelitian ini adalah data arah dan kecepatan angin serta fenomena ENSO di perairan Lombok selama lima tahun (2008-2012). Prosedur penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.

(17)

3

Tabel 1 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian

Alat Kegunaan Bahan

Perangkat Komputer/Laptop Pengolahan Data Data Citra Aqua MODIS Software Ermapper 7.0 Pengolahan Citra Data Arah dan Kecepatan

Angin Software Global Mapper 8 Pengolahan Citra Peta Indofull Software SEADAS 6.2 Pengolahan Citra Peta Lombok Software ArcView / ArcGIS Pengolahan Citra Data SOI bulanan Software ODV 4.0 Pengolahan Angin

Software Surfer 10 Pengolahan Angin Software WRPlot View Pengolahan Angin Metode Penelitian

Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data Citra Satelit

Data yang dipilih untuk penelitian ini adalah citra satelit Aqua MODIS yang bersih dari tutupan awan. Untuk memilih citra MODIS yang bersih dari tutupan awan, dapat dilihat dari citra level 2 klorofil-a pada situs http://oceancolor.gsfc.nasa.gov. Setelah memilih tanggal data citra yang diinginkan setiap bulannya dari tahun 2008-2012, maka data bisa didownload satu

(18)

4

persatu setiap harinya. Data MODIS yang digunakan ada 2 macam, yaitu level 1A Geolocation dan level 1B Calibrated Radiances. Data satelit Aqua MODIS level 1A Geolocation berisi informasi lintang dan bujur geodetic, serta penutupan darat (landmask) atau laut (seamask) untuk setiap sampel 1 km (Kempler 2002). Level 1B Calibrated Radiances berisi radiansi yang sudah terkalibrasi dan ada geolokasinya untuk 36 kanal spectral pada resolusi 1 km. Level 1B juga sudah terkoreksi radiometric (Kempler 2002). Pada level 1B belum dapat dibedakan antara darat dan laut karena data ini masih mengandung hamburan cahaya dari komponen-komponen atmosfer yang mengganggu proses interpretasi citra warna air laut.

Data citra MODIS level 2 yang ideal digunakan untuk penelitian ini harus memiliki penutupan awan rendah pada luasan areal yang dibutuhkan. Pengolahan data citra MODIS untuk menduga konsentrasi klorofil-a menggunakan perangkat lunak SEADAS (SeaWiFS Data Analysis System) 6.2. Perangkat lunak inderaja ini dapat beroperasi rnenggunakan sistem operasi: Macintosh OSX 10.3/10.4, CentOS 4.2, Fedora Core 4/2, Red Hat 7.3, dan Solaris 2.712.8. Pada pemrosesan ini menggunakan sistem operasi linux Fedora Core 2.

Berikut ini tahapan-tahapan dalam pemprosesan data citra dengan menggunakan perangkat lunak SEADAS (Sea WiFS Data Analysis System) 6.2. Pemilihan citra

Pada tahap ini dipilih citra yang tidak tertutup oleh awan. Pemilihan data citra MODIS pada musim barat relatif lebih sulit dibandingkan pada musim lainnya, karena jumlah awan cukup besar pada musim barat. Permukaan bumi yang tertutup awan pada citra menghalangi kegiatan pemprosesan data. Citra yang memiliki penutupan awan yang rendah memiliki informasi yang lebih lengkap dan baik sedangkan apabila penutupan awan relatif tinggi maka informasi yang dihasilkan memiliki tingkat akurasi yang rendah.

Koreksi atmosferik dan nilai konsentrasi klorofil-a (Level 1 to Level 2)

Program MSL12 (Multi Sensor Level 1 to Level 2 Processing) pada perangkat lunak SEADAS 6.2 digunakan untuk melakukan pemrosesan data citra MODIS level 1 menjadi level 2 dan citra telah terkoreksi secara atmosferik serta telah mengandung nilai sebaran konsentrasi klorofil-a. dengan menggunakan algoritma OC3M :

dimana: Ca = konsentrasi klorofil-a (mg/m3) R = rasio reflektansi

Rrs = remote sensing reflectance Pengaturan / pemilihan proyeksi

(19)

5 proyeksi yang digunakan untuk penelitian ini ialah proyeksi Mercator untuk tampilan citra berbentuk datar dan mempertahankan kondisi arah dan sudut. Terkadang data citra yang berada pada jangkauan penelitian tidak seluruhnya digunakan dan data citra dapat dipotong pada daerah yang diinginkan dengan melakukan cropping dan pada tahapan ini pula dilakukan pemotongan/cropping daerah citra yang dibutuhkan.

Layout citra

Proses pada tahapan ini dan berikutnya menggunakan program SEADISP, meliputi penampilan garis pantai (coast line), garis koordinat (grid), penampilan warna pada citra, gradasi skala warna, perubahan skala dan interpretasi berdasarkan posisi yang ditentukan sehingga terlihat perpindahan antar posisi yang ditandai dengan adanya garis yang saling menghubungkan. Data geofisik berupa konsentrasi klorofil-a dalam satuan mg/m3 berbentuk file berekstensi ascii (asc) diperoleh pada tahapan ini. Diagram alir pengolahan data citra dapat dilihat pada Gambar 2.

Metode Pengolahan Data Angin dan SOI (Southern Oscillation Index) Data angin yang digunakan adalah data angin bulanan yang diperoleh dengan cara men-download dari situs Europen Center for Medium-Range Weather Forecasts (ECMWF) (http://www.ecmwf.int) pada koordinat 8000‟-9025‟ LS dan 115075‟-116085‟ BT. Data angin hasil download berupa file berekstensi *.nc yang berisi bujur lintang dan kecepatan angin (u dan v). Periode data angin dari Januari 2008 hingga Desember 2012 yang merupakan hasil perata-rataan bulanan selama lima tahun.

Data SOI (Southern Oscillation Index) diperoleh dari situs Australian Government Bureau of Meteorology (www.bom.gov.au). Data SOI yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data SOI bulanan dari Januari 2008 sampai Desember 2012. Data ini digunakan untuk mengetahui fenomena ENSO yang terjadi selama periode waktu penelitian.Metode untuk memperoleh data SOI yang digunakan oleh Badan Meteorologi Australia adalah sebagai berikut (Australian Government Bureau of Meteorology 2008).

SOI = 10 × (Pdiff –Pdiffav) ………..(2)

Metode Perhitungan Luas Area dan Berat Klorofil-a Menurut Selang Warna Konsentrasi Klorofil-a

(20)

6

Selisih derajat dua garis lintang atau dua garis bujur dapat memberikan informasi jarak yang ingin kita ketahui. Jarak lintang dan bujur yang sudah dihitung dapat dikalikan untuk menghitung luas suatu daerah perairan pada penelitian kali ini.

Bumi memiliki diameter 12,756 km, dan keliling ± 40,000 km. Lingkar bumi sebesar 3600 garis bujur berarti setiap 10 adalah ± 111 km. Artinya setiap 10 garis bujur/lintang pada peta mewakili jarak sebesar 111 km sebenarnya di permukaan bumi. Pada peta penelitian ini di perairan Lombok merupakan peta wilayah yang luas sehingga informasi koordinat lintang dan bujur cukup menggunakan satuan derajat. Untuk peta yang memuat informasi garis lintang/bujur dalam derajat dan menit dapat mengacu pada hitungan sebagai berikut :

- 10 = 111 km - 10= 60 „ (menit)

- 1′ = (1/60) × 111 km = 1.851 km

Untuk menghitung luas area penelitian pada penelitian ini dilakukan perhitungan sebagai berikut :

- 115075‟– 116085‟ BT selisih derajat garis bujur - (1160 - 1150) + (85‟-75‟) = 10 10‟

- 10 = 60 × 1.851 km = 111.06 km - 10‟ = 10 ×1.851 km = 18.51 km

Total panjang garis Bujur 111.06 km + 18.51 km = 129.57 km - 9025‟ – 8000‟ LS selisih derajat garis lintang

- (90 – 80) + (25‟- 00‟) = 10 25‟ - 10 = 60 ×1.851 km = 111.06 km - 25‟ = 25 ×1.851 km = 46.273 km

Total panjang garis Lintang 111.06 km + 46.273 km = 157.335 km

Untuk menghitung total luas area penelitian pada peta penelitian adalah sebagai berikut :

Total panjang garis lintang x total panjang garis bujur = total luas area penelitian - 157.335 km × 129.57 km = 20,385.896 km2 = 20,385.896 × 1,000,000 =

20,385,896,000 m2

Menghitung persentase luas area klorofil-a menurut selang warna dapat dilakukan dengan melihat jumlah data klorofil-a (∑N) di setiap selang warna.

Hitung luas daratan dan perairan untuk memisahkan luas total area perairan yang akan kita cari luas area klorofil-a nya dengan rumus sebagai berikut :

- (Jumlah data daratan/perairan : Total jumlah data daratan + perairan) × Total luas area penelitian

- Contoh Luas Perairan : (112046 : 152256) × 20,385.896 km2 = 15108.85 km2 = 15,108,850,000 m2

Hitung persentase luas area klorofil-a sesuai selang warna atau nilai kisaran konsentrasi klorofil-a dengan rumus sebagai berikut:

- (Jumlah data klorofil-a selang X : Total jumlah data klorofil-a semua selang) × 100%

(21)

7 Hitung luas area klorofil-a sesuai selang warna atau nilai konsentrasi klorofil-a dengan rumus sebagai berikut :

- (Persentase luas area klorofil-a selang X × Luas area perairan) × 1,000,000 (untuk menjadikan besaran luasnya m2)

- Contoh selang 0.001-0.5 mg/m3 : (98.89% × 13569.71 km2) × 1,000,000 = 13,569,710,000 m2

Hitung berat klorofil-a menurut selang warna atau selang konsentrasi klorofil-a dengan rumus sebagai berikut :

- ([Luas area klorofil-a selang X × 1 m (kedalaman)] × Nilai selang warna / konsentrasi klorofil-a)

- Contoh selang 0.001-0.5 mg/m3 : ([13,569,710,000 m2 × 1 m] × 0.001-0.5 mg/m3) = 15,110,000 – 7,554,420,000 mg

Jadi berat klorofil-a selang 0.001-0.5 mg/m3 : 7,554,420,000 – 15,110,000 = 7,539,320,000 mg = 7539.32 kg

Tabel 2 Contoh hasil perhitungan persentase, luas area, dan berat klorofil-a menurut selang warna bulan Januari rataan 5 tahun

Keterangan

Perairan 76011 66.56 13569.71

Selang

(22)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebaran Spasial dan Temporal Konsentrasi Klorofil-a di Perairan Lombok Selama Lima Tahun (2008-2012)

Sebaran konsentrasi klorofil-a di Perairan Lombok secara umum adalah meningkat pada saat musim timur dan menurun pada musim barat. Peningkatan konsentrasi klorofil-a pada musim timur berkaitan dengan fenomena upwelling di perairan Samudera Hindia yaitu sekitar perairan selatan Jawa (Wyrtki, 1962). Proses upwelling membawa zat hara dari perairan yang lebih dalam ke permukaan sehingga meningkatkan konsentrasi klorofil-a di permukaan. Hal ini sesuai

Pengaturan Proyeksi Citra Aqua MODIS

Level 1 B Citra Aqua MODIS

Level 1 A Geolocate

Analisis dan Interpretasi Data Hitung Sebaran

Klorofil-a

Kesimpulan

Layout

Citra MODIS

Tidak Ya

Ya Tidak

Mulai

Citra Aqua MODIS Level 2

Data Pendukung : Arah dan Kecepatan Angin, Fenomena ENSO

Selesai

(23)

9 dengan penelitian Syamsudin (2004) dimana besarnya transport yang keluar lewat Selat Sunda, Lombok, dan Ombai pada musim barat relatif lebih tinggi daripada musim timur menyebabkan stratifikasi di permukaan laut lebih kuat dan ini akan mengurangi produktivitas biologi. Berkurangnya produktivitas biologi akan menyebabkan kesuburan perairan menurun dan nilai konsentrasi klorofil-a juga menurun. Fenomena upwelling yang terjadi di Samudera Hindia bagian timur juga memberi pengaruh pada perairan Lombok, karena sebagian massa air perairan Lombok merupakan masukan dari massa air Samudera Hindia.

Gambar 4 menunjukkan sebaran spasial konsentrasi klorofil-a selama 5 tahun di perairan Lombok. Kisaran nilai konsentrasi klorofil-a selama 5 tahun di perairan Lombok adalah 0.0010-2.0677 mg/m3

. Peningkatan konsentrasi klorofil-a mulai terlihat pada bulan April dan mencapai nilai konsentrasi tertinggi pada musim timur yaitu pada bulan Agustus. Namun nilai konsentrasi klorofil-a tersebut semakin menurun saat memasuki musim Peralihan II dan mencapai nilai konsentrasi terendah pada musim barat.

Sebaran spasial konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok mulai tinggi pada bulan April (musim peralihan I) dan mencapai maksimum pada bulan Agustus di paparan Jawa-Sumbawa hingga bulan November di paparan Jawa-Sumbawa (akhir musim timur hingga musim peralihan II). Pada bulan Desember (awal musim barat), konsentrasi klorofil-a melemah hingga bulan Maret (awal musim peralihan I). Faktor utama yang menjadi penyebabnya adalah pergerakan angin muson dan perubahan musim.

(24)

10

(25)

11 Tabel 3 Kelas kadar konsentrasi klorofil-a menurut Arsjad et al. (2004) Kelas Konsentrasi mg/m3 Keterangan

I <0.3 Konsentrasi rendah/ clear water

II 0.3-0.5 Konsentrasi sedang/ medium rich phytoplankton III 0.5-1.0 Konsentrasi tinggi/ rich phytoplankton

IV 1.0-2 Klorofil-a dan muatan suspense tinggi/ slightly turbid water

V >2 Muatan suspense tinggi/ hight turbidity

Berdasarkan hasil sebaran secara spasial ataupun temporal klorofil-a di perairan Lombok, menurut kelas kadar konsentrasi klorofil-a (Tabel 3) paling banyak di setiap bulannya (Gambar 4) berada pada selang konsentrasi 0.001-0.5 mg/m3 yang merupakan termasuk dalam kelas I dan II (kadar konsentrasi klorofil-a rendklorofil-ah dklorofil-an sedklorofil-ang). Pklorofil-adklorofil-a sklorofil-aklorofil-at musim timur (Juni-Agustus) dimklorofil-anklorofil-a selklorofil-ang konsentrasi 0.5-1 mg/m3 mulai meningkat dan mencapai puncak maksimumnya baik secara luas spasialnya ataupun nilai temporalnya dikategorikan dalam kelas III (kadar konsentrasi klorofil-a tinggi) dimana perairan Lombok menjadi sangat subur. Berdasarkan sebaran spasial menurut posisi lintang konsentrasi klorofil-a bahwa di selatan perairan Lombok yang memiliki selang klorofil-a terluas pada kisaran 0.5-1 mg/m3 dengan kategori konsentrasi tinggi termasuk dalam kelas III (Tabel 3), dimana produktivitas perairan yang tinggi di daerah ini akibat adanya fenomena upwelling yang terjadi secara musiman di perairan selatan Jawa yang berhubungan dengan Samudera Hindia tepat di selatan perairan Lombok. Fenomena upwelling yang terjadi di sekitar perairan Lombok disebabkan oleh adanya perbedaan pola pergerakan arah dan kecepatan angin dari perubahan siklus angin musim yang terbagi menjadi empat siklus musim.

Sebaran Spasial dan Temporal Klorofil-a dihubungkan dengan Arah dan Kecepatan Angin

Pola musim yang terjadi di perairan Lombok dipengaruhi oleh pola pergerakan dan kecepatan angin muson. Pola pergerakan angin muson akan mempengaruhi sebaran konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok. Jumlah klorofil-a yang ada di perairan laut umumnya dapat dilihat dari jumlah fitoplankton yang ada di perairan tersebut. Hal ini sesuai menurut (Raymont 1981 dalam Ariyanti 2003) Variasi musiman kelimpahan fitoplankton di daerah subtropis sangat nyata tetapi untuk daerah tropis kurang karena pergantian musimnya tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan parameter fisika dan kimia perairan. Variasi musiman kelimpahan fitoplankton lebih banyak disebabkan oleh pergantian arah angin bukan karena perubahan gradien suhu.

(26)

12

musim timur pada bulan Juni sampai Agustus, dan musim peralihan II terjadi pada bulan September sampai Oktober. Bulan Juni yang merupakan awal musim timur memperlihatkan arah angin bergerak dari tenggara dengan kecepatan angin berkisar pada 3.2786-6.4012 m/s (6.3605-12.4183 knot). Bulan Agustus merupakan puncak musim timur dimana kecepatan anginnya yang terkuat yaitu berkisar pada 3.0043-6.7879 m/s (5.8283-13.1685 knot). Pada bulan September sampai Oktober kecepatan angin mulai melemah yaitu sekitar 1.6474-5.3064 m/s (3.1960-10.2944 knot). Pada bulan November terlihat bahwa arah angin mulai mengalami perubahan dan kecepatannya berangsur melemah pada kisaran 0.8999-2.9414 m/s (1.7458-5.7063 knot). Memasuki bulan Desember arah angin bergerak dari arah barat dengan kecepatan 1.1798-2.0775 m/s (2.2888-4.0304 knot). Pergerakan angin muson barat daya terus terjadi hingga memasuki bulan Maret dengan kecepatan antara 0.5063-1.9877 m/s (0.9822-3.8561 knot). Bulan April sampai Mei merupakan periode musim Peralihan I karena kecepatannya berfluktuasi pada kisaran 1.0313-5.4644 m/s (2.0007-10.6009 knot).

Sebaran konsentrasi klorofil-a bila dihubungkan dengan adanya pergerakan arah dan kecepatan angin akan memperkuat pernyataan bahwa tinggi atau rendahnya nilai konsentrasi klorofil-a dipengaruhi oleh angin dan perubahan musim. Puncak konsentrasi klorofil-a terjadi pada bulan Agustus (musim timur) disebabkan oleh adanya penaikan massa air dari angin muson tenggara yang kecepatan anginnya lebih kuat dibandingkan dengan bulan lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wyrtki (1961) bahwa musim timur yang terjadi pada bulan Juni-Agustus berhembus angin yang lebih kencang dan kering dari tenggara menuju barat laut. Kecepatan angin muson tenggara yang tinggi pada perairan selatan Jawa, termasuk Bali dan Sumbawa, menyebabkan penaikan massa air menjadi lebih intensif sehinggga zat hara pada perairan tersebut semakin meningkat. Peningkatan zat hara pada perairan biasanya diikuti oleh peningkatan produktivitas primer. Peningkatan produktivitas primer akan menyebabkan kesuburan perairan meningkat dan nilai konsentrasi klorofil-a juga meningkat.

Sumber: Hofman (1987) diacu oleh Alamsyah (2007)

(27)

13 Bila dilihat berdasarkan skala Beaufort (Tabel 4), arah dan kecepatan angin pada musim barat berkisar pada skala kedua atau pada interval 1.6-3.3 m/s dan skala ketiga atau pada interval 3.4-5.4 m/s yang mana kisarannya pada bulan Desember (1.1798-2.0775 m/s), bulan Januari (2.3630-4.4541 m/s), dan Februari (2.1172-3.9243 m/s). Hal ini menyebabkan gelombang laut dimana riuk kecil terbentuk namun tidak pecah, permukaan tetap seperti kaca. Sehingga dapat dikatakan pada musim barat pergerakan angin lambat dan gelombang pun relatif masih kecil yang menyebabkan tidak terjadinya upwelling di perairan untuk membantu menaikan nutrien ke permukaan perairan. Kesuburan perairan sangat dipengaruhi oleh kandungan nutrien, sehingga nutrien sedikit maka kesuburannya pun menurun dan akan berdampak pada nilai konsentrasi klorofil-a yang rendah di daerah tersebut. Pada musim peralihan I, arah dan kecepatan angin terjadi fluktuasi yang mana berkisar pada skala satu, dua, dan tiga, pembagian berdasarkan skala Beaufort (Tabel 4) dengan kisaran 0.5063-1.9877 m/s(bulan Maret), 1.0313-3.0950 m/s (bulan April) dan 2.5774-5.4644 m/s (bulan Mei). Kejadian ini semakin menguatkan bahwa angin bergerak secara acak dan tidak menentu mulai dari arah dan kecepatannya disaat musim peralihan 1. Pada skala tersebut juga menunjukkan kondisi bahwa anginnya bertiup secara perlahan-lahan, sehingga menurut Beaufort kondisi ini akan membangkitkan gelombang yang kecil. Gelombang yang terbentuk memiliki puncak yang halus seperti kaca dan tidak pecah. Angin dari arah timur hampir mendominasi pada seluruh skala Beaufort, sehingga kondisi angin pada arah ini sangat bervariasi dan berdampak pula secara tidak langsung terhadap variasi turun naiknya konsentrasi klorofil-a saat musim peralihan I.

(28)

14

ini disebabkan karena kondisi laut pada skala Beaufort saat musim peralihan II yakni angin berhembus cukup pelan dan diduga di daerah laut yang terbentuk hanyalah riak gelombang yang sangat kecil, hal ini diartikan bahwa telah terjadi gesekan antara permukaan air dengan hembusan angin hanya saja masih sangat kecil. Kondisi ini berbanding lurus dengan sebaran konsentrasi klorofil-a yang menurun saat kecepatan angin juga menurun, sehingga gelombang di laut hanya nampak riak yang tidak mampu membawa massa air di perairan Lombok dimana biasanya mengandung banyak nutrien untuk meningkatkan kesuburan fitoplankton yang menyebabkan tingginya nilai sebaran konsentrasi klorofil-a.

Gambar 5 Pola arah dan kecepatan angin bulanan di perairan Lombok selama 5 tahun Desember

Januari Februari Maret

April Mei Juni

Juli Agustus September

(29)

15

(30)

16

Luas Area Konsentrasi Klorofil-a dan Beratnya Menurut Siklus Musim

Gambar 7 Konsentrasi klorofil-a rata-rata bulanan selama 5 tahun menurut persentase luas area dari selang warna

Berdasarkan pada Gambar 7a. 7b. 7c. 7d. dan 8a. 8b. 8c. 8d. merupakan grafik yang saling berbanding lurus, dimana semakin besar persentase luas area pada selang warna semakin besar pula berat klorofil-a nya. Fluktuasi nilai konsentrasi dan berat klorofil-a di perairan Lombok setiap bulannya pada selang 0 (mg/m3), 0.001-0.5 (mg/m3), dan 0.501-1 (mg/m3) yang mana terjadi peningkatan pada selang 0.001-0.5 (mg/m3) hingga mencapai puncak nilai maksimum di setiap bulan atau setiap musimnya. Hal ini terjadi dikarenakan luasnya area perairan dalam lokasi penelitian ini yang lebih banyak berada jauh dari daratan atau mendekati perairan samudera, sehingga sebaran nilai konsentrasi klorofil-a banyaknya pada selang yang cukup rendah 0.001-0.5 (mg/m3). Daerah perairan samudera tingkat kesuburannya semakin rendah ketika menjauh dari daratan, karena semakin berkurangnya transpor nutrien ke perairan lepas pantai.

0

Selang konsentrasi klorofil-a (mg/m3)

Desember

Selang konsentrasi klorofil-a (mg/m3)

Maret

Selang konsentrasi klorofil-a (mg/m3)

Juni

Selang konsentrasi klorofil-a (mg/m3)

September Oktober November

a Musim Barat b Musim Peralihan I

(31)

17 Pada selang 1.001-2 (mg/m3) dan 2.001-3 (mg/m3) terjadi sebaran normal konsentrasi klorofi-a di setiap bulannya, dimana persentase areanya sangat kecil bahkan ada yang mencapai 0 % di beberapa bulannya. Sebaran normal ini terjadi disebabkan daerah perairan Lombok yang diambil menjadi lokasi penelitian berada jauh dari daratan dan lebih luas area ke perairan samudera. Perairan samudera sangat sedikit mendapatkan masukan dari daratan, walaupun ada pengaruh angin musim yang bergerak membawa nutrient dari daerah selatan Jawa-Sumbawa tetap saja masih kurang mendukung untuk menjadikan perairan dengan tingkat kesuburan yang tinggi dengan selang 1.001-2 (mg/m3) dan 2.001-3 (mg/m3).

Secara umum grafik perhitungan dalam mencari persentase luas area menurut sebaran spasial di lihat dari selang warna atau selang konsentrasi terjadi fluktuasi yang cukup signifikan dengan naik turunnya grafik mulai dari selang awal 0 (mg/m3) sampai 2.001-3 (mg/m3) di perairan Lombok pada lokasi penelitian yang diambil.

Gambar 8 Berat klorofil-a rata-rata bulanan selama 5 tahun menurut luas area dari selang warna

Selang konsentrasi klorofil-a (mg/m3)

Desember

Selang konsentrasi klorofil-a (mg/m3)

Maret

Selang konsentrasi klorofil-a (mg/m3)

Juni

Selang konsentrasi klorofil-a (mg/m3)

September Oktober November

a Musim Barat b Musim Peralihan I

(32)

18

Konsentrasi Klorofil-a Bulanan Selama Lima Tahun (2008-2012) Menurut Siklus Musim

Kondisi perairan Lombok memiliki pola musim yang dipengaruhi oleh pergerakan angin muson dengan empat musim yang di alaminya, yaitu musim barat, musim peralihan I, musim timur, dan musim peralihan II. Pola musim ini juga mempengaruhi sebaran konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok. Gambar 9 menunjukkan nilai konsentrasi klorofil-a yang semakin meningkat saat memasuki periode musim timur dan kembali menurun saat musim peralihan II dan mencapai nilai minimum saat musim barat, serta kemudian sedikit meningkat pada musim peralihan I.

Gambar 9 Fluktuasi rata-rata bulanan konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok selama 5 tahun (2008-2012) menurut musim

Berdasarkan hasil analisis digital-visual terhadap citra komposit klorofil-a secara bulanan selama lima tahun hasil pengolahan citra Aqua MODIS diketahui sebaran konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok bervariasi menurut musim dan letak daerah perairannya. Berdasarkan hasil analisis konsentrasi klorofi-a dari Aqua MODIS selama periode 2008-2012 menunjukkan fluktuasi konsentrasi klorofil-a terendah sebesar 0.1093 mg/m3 (bulan Januari) dan tertinggi sebesar 0.2453 mg/m3 (bulan Agustus). Nilai konsentrasi klorofil-a hasil pengolahan citra Aqua MODIS menurut bulanan selengkapnya terdapat pada Lampiran 1.

Grafik yang dihasilkan dari analisis nilai konsentrasi klorofil-a secara bulanan selama lima tahun terlihat terjadi fluktuasi nilai setiap bulannya dan mencapai nilai-nilai tertinggi saat terjadi musim timur yaitu 0.2301 mg/m3 (bulan Juni), 0.2333 mg/m3 (bulan Juli), dan 0.2453 mg/m3 (bulan Agustus). Sehingga dapat di katakan bahwa konsentrasi klorofil-a mencapai puncaknya pada sekitar musim timur (bulan Juni sampai dengan Agustus) yang dapat dilihat pada Gambar 9.

(33)

19 pusaran (eddies). Konsentrasi klorofil-a di bulan Maret sampai Mei nilainya mulai meningkat secara merata seperti pada Gambar 9. Pada musim pancaroba akhir tahun, sekitar Oktober-November, pola arus berubah lagi, arah arus sering tak menentu, arah arus ke barat mengendor dan arus ke timur mulai menyerbu (Wyrtki, 1961). Sehingga nilai konsentrasi klorofil-a pada pancaroba akhir tahun mulai menurun setiap bulannya yaitu 0.2216 mg/m3 (September), 0.1797 mg/m3 (Oktober), 0.1799 mg/m3 (November).

Musim Barat

Musim barat di perairan Lombok terjadi dari bulan Desember sampai bulan Januari. Hal ini sesuai menurut (Wyrtki, 1961) musim barat terjadi pada bulan Desember sampai Februari yang ditandai dengan adanya curah hujan yang tinggi, dimana pada musim ini sering terjadi hujan lebat dan cuaca mendung atau berawan banyak, serta angin bertiup sangat kencang. Secara umum konsentrasi klorofil-a pada musim barat memiliki nilai terendah pada kisaran bulan Desember sampai Januari, yaitu sebesar 0.1063 mg/m3 (Februari 2008), 0.0758 mg/m3 (Februari 2009), 0.0361 mg/m3 (Desember 2010), 0.0454 mg/m3 (Januari 2011), 0.0525 mg/m3 (Januari 2012) seperti pada Gambar 10. Pada musim barat (bulan Desember - Februari) konsentrasi klorofil-a berada pada kisaran nilai yang terendah, hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Fluktuasi nilai konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok pada musim barat

Periode Musim Barat Konsentrasi klorofil-a (mg/m 3 konsentrasi klorofil-a pada saat musim barat paling rendah, dimana nilai konsentrasi berkisar antara 0.0004-0.7997 mg/m3. Pada Tabel 5 menunjukkan nilai konsentrasi klorofil-a mencapai nilai tertinggi yaitu pada Januari (2008) sebesar 0.2335 mg/m3, sedangkan nilai konsentrasi klorofil-a mencapai nilai terendah pada Desember (2010) sebsesar 0.0361 mg/m3. Hal ini bisa dikatakan konsentrasi klorofil-a mengalamai fluktuasi penurunan di bulan Januari dari tahun 2008 sampai 2012.

(34)

20

masuk ke perairan sehingga mengurangi efektivitas fitoplankton dalam berfotosintesis (Romimohtarto dan Juwana 2001). Berkurangnya efektivitas fotosintesis yang dilakukan fitoplankton menyebabkan produksi klorofil-a di perairan rendah.

Pada musim barat di Samudera Hindia berkembang angin Muson Barat Laut yang membawa Arus Pantai Jawa (APJ) di sepanjang pantai Selatan Jawa. APJ merupakan arus sempit yang bergerak di sepanjang pantai Selatan Jawa dari arah barat ke timur, berlawanan dengan Arus Katulistiwa Selatan (AKS). Menurut Quadfasel dan Cresswell (1992) dalam Farita (2006), APJ di lapisan permukaan membawa suhu yang lebih hangat (lebih dari 27,5 ºC) dengan salinitas yang rendah. Massa air hangat yang dibawa oleh APJ di perairan Selatan Jawa – Sumbawa berasal dari Pantai Barat Daya Sumatera dan juga Laut Jawa yang masuk melalui Selat Sunda. Sehingga pada musim barat suhu permukaan laut di perairan Lombok menjadi cukup tinggi. Hal ini disebabkan pula pada musim barat matahari berada pada bumi bagian selatan sehingga daerah yang berada di selatan mendapatkan pancaran sinar matahari yang lebih banyak secara terus menerus sehingga mengakibatkan suhu permukaan laut pada musim ini sangat tinggi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Nontji (1987) dimana pada saat musim barat bumi bagian utara mengalami musim dingin, sedangkan pada bumi bagian selatan musim panas. Pada saat suhu perairan panas maka fitoplankton tidak dapat berkembang dengan baik, maka konsentrasi klorofil-a yang terkandung pada fitoplankton pun juga semakin sedikit, menyebabkan kesuburan di wilayah perairan tersebut menurun dan nilai konsentrasi klorofil-a juga menurun.

Pada bulan Desember-Februari konsentrasi klorofil-a di daerah pantai jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah yang jauh dari pantai. Hal ini ditunjukkan oleh sebaran secara spasial pada Gambar 4. Hal ini disebabkan oleh tingginya curah hujan di daratan sehingga zat hara yang masuk ke daerah pantai banyak. Banyaknya nutrien yang masuk dari daratan menyebabkan fitoplankton cepat bertumbuh dan bertambah banyak. Zat hara masuk ke perairan melalui run off dari daratan dan aliran sungai, hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.

0

(35)

21 Musim Peralihan I

Musim peralihan I di perairan Lombok terjadi dari bulan Maret sampai bulan Mei. Pada musim peralihan I dimana terjadi perpindahan musim barat ke musim timur, arah dan pola angin tidak teratur dan cenderung acak (Wyrtki 1961). musim peralihan I merupakan akhir dari musim barat dan permulaan dari musim timur, sehingga nilai konsentrasi klorofil-a mulai mengalami peningkatan dengan kisaran antara 0.0002-1.2272 mg/m3.

Tabel 6 Fluktuasi nilai konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok pada musim peralihan I

Periode Musim Peralihan I Konsentrasi klorofil-a (mg/m 3

Pada bulan Maret sebaran konsentrasi klorofil-a memiliki nilai yang rendah sebesar 0.1149 mg/m3 sampai 0.1886 mg/m3 saat musim peralihan I (Tabel 6), hal ini dikarenakan pada bulan itu masih dapat pengaruh besar musim barat yang memiliki curah hujan tinggi dan tutupan awan tebal. Pada Bulan Mei nilai konsentrasi klorofil-a mulai mengalami peningkatan di setiap tahunnya sebesar 0.1564 mg/m3 sampai 0.2220 mg/m3, yang merupakan permulaan dari musim timur dan pola angin mengalami perubahan, ketika musim barat angin bertiup dari arah baratlaut menuju ke tenggara, sedangkan pada musim timur berlaku sebaliknya dan intensitas uap air/awan pun berangsur-angsur menurun. Hal ini juga dapat direpresentasikan pada Gambar 11.

0

(36)

22

Pada musim peralihan I (Maret-Mei) konsentrasi klorofil-a tidak berbeda jauh dari musim barat. Hal ini terjadi karena kondisi cuaca yang hampir sama dengan musim barat. Pada musim ini curah hujan masih tinggi. Tingginya curah hujan disebabkan oleh posisi matahari yang berada di belahan bumi selatan menyebabkan pemanasan maksimum di belahan bumi selatan sehingga tekanan udara menjadi rendah di Australia dan tinggi di Asia. Hal tersebut menimbulkan pergerakan angin muson barat yang membawa uap air serta konsentrasi awan yang banyak untuk daerah Indonesia termasuk perairan Lombok (Hutabarat dan Evans 1985).

Musim Timur

Musim timur di perairan Lombok terjadi dari bulan Juni sampai bulan Agustus. Nilai klorofil-a pada musim timur berada pada nilai tertingginya pada kisaran bulan Juni sampai September, yaitu sebesar 0.2658 mg/m3 (Agustus 2008), 0.2810 mg/m3 (Agustus 2009), 0.2545 mg/m3 (Juni 2010), 0.2624 mg/m3 (September 2011), dan 0.2368 mg/m3 (Juni 2012). Musim timur terjadi pada bulan Juni-Juli-Agustus dan ditandai dengan curah hujan yang rendah. Pada musim ini berhembus angin muson tenggara atau angin timur yang berhembus dari arah timur ke arah barat. Pergerakan angin ini timbul karena adanya perpindahan massa udara bertekanan tinggi dari Australia menuju Asia yang bertekanan rendah (Wyrtki 1961).

Tabel 7 Fluktuasi nilai konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok pada musim timur

Periode Musim Timur Konsentrasi klorofil-a (mg/m 3

(37)

23 Berdasarkan Tabel 7 dan Gambar 12 terlihat bahwa secara umum nilai konsentrasi klorofil-a pada saat musim timur mencapai puncaknya, dimana nilai konsentrasi berkisar antara 0.0001-1.6731 mg/m3. Tabel 7 menunjukkan nilai konsentrasi klorofil-a mencapai nilai tertinggi yaitu pada bulan Agustus (2009) sebesar 0.2810 mg/m3, sedangkan nilai konsentrasi klorofil-a mencapai nilai terendah pada bulan Agustus (2012) sebsesar 0.1879 mg/m3. Hal ini bisa di katakan konsentrasi klorofil-a mengalamai fluktuasi penurunan di bulan Agustus dari tahun 2008 sampai 2012.

Menurut Wyrtki (1962); Nontji (1993); Purba (1995) dalam Gaol (2003), pada periode musim timur di perairan Samudera Hindia berhembus Angin Muson Tenggara yang membuat Arus Katulistiwa Selatan (AKS) semakin berkembang di sepanjang pantai Selatan Jawa. AKS yang bergerak di sepanjang pantai Selatan Jawa mendorong massa air di perairan tersebut ke arah barat daya, sehingga terjadi kekosongan dan kekosongan ini diisi oleh massa air yg berasal dari lapisan yang lebih dalam, atau yang lebih dikenal dengan peristiwa upwelling. Menurut Susanto et al. (2001), variasi tahunan yang berkaitan dengan upwelling atau penaikan massa air terjadi pada musim timur. Massa air yang dingin dan bersalinitas tinggi terbawa oleh Arus Katulistiwa Selatan (AKS) yang bergerak melalui perairan barat Sumatera terdorong ke utara oleh angin muson timur yang bertiup kuat pada musim timur. Berdasarkan grafik fluktuasi konsentrasi klorofil-a pada Gambar 9 terlihat bahwa konsentrasi klorofil-a pada saat musim timur lebih tinggi dibandingkan pada saat musim lainnya. Hal ini disebabkan karena pada musim timur fenomena penaikan massa air di perairan Lombok terjadi lebih intensif. Menurut Arinardi (1989) dalam Nikyuluw (2005), penaikan massa air mengakibatkan peningkatan kandungan fitoplankton. Daerah dimana terjadinya penaikan massa air umumnya memiliki zat hara yang lebih tinggi dibandingkan daerah sekitarnya. Tingginya kandungan zat hara akan merangsang pertumbuhan fitplankton di lapisan permukaan. Perkembangan fitoplankton sangat erat hubungannya dengan tingkat kesuburan perairan, maka proses penaikan massa air selalu dihubungkan dengan meningkatnya produktivitas primer suatu perairan. Gaol (2003) juga mengatakan bahwa perairan samudera Indonesia bagian timur (selatan Jawa-Sumbawa) merupakan daerah upwelling dan upwelling yang efektif terjadi pada musim timur. Adanya upwelling pada perairan selatan Jawa diduga menyebabkan tingginya konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok. Zat hara dari daerah upwelling tersebut dibawa oleh arus ke perairan lombok sehingga fitoplankton berkembang dengan cepat, sehingga daerah perairan tersebut akan meningkatkan kesuburan dan nilai konsentrasi klorofil-a nya.

Musim Peralihan II

(38)

24

Tabel 8 Fluktuasi nilai konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok pada musim peralihan II

Periode Musim Peralihan II Konsentrasi klorofil-a (mg/m 3

Pada bulan September nilai konsentrasi klorofil-a mencapai nilai maksimum di setiap tahunnya saat musim peralihan II dengan kisaran sebesar 0.1800 mg/m3 sampai 0.2624 mg/m3 yang merupakan periode akhir dari musim timur sehingga masih mendapatkan pengaruh baik dari perpindahan massa air ataupun kandungan nutrien di perairan yang masih cukup banyak. Hal ini dapat di representasikan dengan melihat Gambar 13. Pada bulan November sebaran konsentrasi klorofil-a memiliki nilai yang rendah sebesar 0.1074 mg/m3 sampai 0.2109 mg/m3 saat musim peralihan II (Tabel 8), hal ini dikarenakan pada bulan ini merupakan permulaan dari musim barat dan pola angin mengalami perubahan, ketika musim timur angin bertiup dari arah tenggara menuju ke baratlaut, sedangkan pada musim barat berlaku sebaliknya dan intensitas uap air/awan pun berangsur-angsur meningkat serta curah hujan mulai tinggi dan tutupan awan tebal mulai menutupi wilayah daratan dan perairan

Gambar 13 Fluktuasi rata-rata bulanan konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok saat musim peralihan II

Pada musim peralihan I dan II memiliki pola yang hampir sama jika di lihat dari sebaran spasial konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok pada Gambar 4. Pada bagian sekitar pesisir Pulau Lombok dan timurlaut perairan Lombok sebaran konsentrasi klorofil-a cukup tinggi dan lebih merata pada bagian pesisir, sedangkan di bagian selatan di daerah perairan lepas mendekati Samudera Hindia relatif lebih rendah. Hal ini disebabkan pada daerah pesisir masih mendapat pasokan nutrien dari daratan yang massa airnya mengarah pula ke arah timurlaut

(39)

25 perairan Lombok karena dipengaruhi arah angin musim peralihan I dan musim peralihan II, dan wilayah di selatan Pulau Lombok memiliki jumlah klorofil-a yang rendah pada perairan lepas dapat disebabkan oleh pola angin peralihan yang acak tidak sampai ke daerah selatan sehingga tidak ada yang membawa massa perairan pesisir (penuh dengan nutrien) ke laut lepas. Hal ini yang membuat di perairan lepas daerah selatan terdapat jumlah konsentrasi cukup rendah. Musim peralihan I dan II mengalami pola yang sama keduanya yaitu menjadi awal musim timur dan awal musim barat serta akhir musim timur dan akhir musim timur, sehingga pola angin yang di dapat sama dan membuat sebaran spasial konsentrasi klorofil-a nya tidak terlalu jauh berbeda. Secara sebaran temporalnya musim peralihan II relatif memiliki nilai sebaran konsentrasi klorofil-a yang lebih tinggi dibandingkan saat musim peralihan I, hal ini dikarenakan musim peralihan II terjadi setelah musim timur sehingga mendapat pengaruh yang lebih besar dari kondisi saat musim timur (konsentrasi klorofil-a mencapai puncaknya) baik dari pola angin, perpindahan massa air, dan transport nutrien.

Fluktuasi Temporal Klorofil-a dihubungkan dengan ENSO

Fenomena ENSO memiliki dua fase yang berbeda yaitu El Nino dan La Nina, dimana salah satu parameter yang dapat menunjukkan terjadinya kedua fase tersebut yaitu nilai SOI (Southern Oscillation Index). Penentuan terjadinya El Nino dan La Nina didasarkan pada fluktuasi nilai SOI, yang dapat dilihat pada Tabel 10. Berdasarkan fluktuasi SOI pada Januari 2008 - Desember 2012 (Tabel 11) dan penggolongan fenomena SOI (Tabel 10), pada Agustus 2008-Januari 2009 terjadi La Nina lemah-sedang. Sedangkan pada Oktober 2009 - Maret 2010 terjadi fenomena El Nino lemah-sedang dan pada Juli-Desember 2010 terjadi fenomena La Nina kuat.

Tabel 9 Nilai SOI dan fenomena yang akan terjadi (Malaysian Meteorological Service 2001)

Nilai SOI (P Tahiti-P Darwin) Fenomena yang akan terjadi Di bawah -10 selama 6 bulan El Nino kuat

- 5 s/d - 10 selama 6 bulan El Nino lemah-sedang

- 5 s/d + 5 selama 6 bulan Normal

+ 5 s/d + 10 selama 6 bulan La Nina lemah-sedang Di atas + 10 selama 6 bulan La Nina kuat

(40)

26

Nilai SOI pada Januari 2008 – Desember 2012 menunjukan bahwa pada tahun 2008 nilai SOI tertinggi terjadi pada bulan Februari (21.3) dengan nilai konsentrasi klorofil-a (0.1063 mg/m3), sedangkan nilai SOI terendah terjadi pada bulan Mei (-4.3) dengan nilai konsentrasi klorofil-a (0.2007 mg/m3). Pada tahun 2009, 2010, 2011, dan 2012 nilai SOI tertinggi terjadi pada bulan Februari (14.8), Desember (27.1), April (25.1), dan Januari (9.4) dengan nilai konsentrasi klorofil-a mklorofil-asing-mklorofil-asing yklorofil-aitu (0.0758 mg/m3), (0.0361 mg/m3), (0.2156 mg/m3), dan (0.0525 mg/m3). Sedangkan nilai SOI terendah terjadi pada bulan Oktober (-15), Februari (-14.5), Juni (0.2), dan Juni (-10.4) dengan nilai konsentrasi klorofil-a masing-masing yaitu (0.2172 mg/m3), (0.1401 mg/m3), (0.2358 mg/m3), (0.2368 mg/m3). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar antara nilai SOI dan konsentrasi klorofil-a saling berbanding terbalik, dimana semakin tinggi nilai SOI maka semakin rendah nilai konsentrasi klorofil-a nya meskipun ini tidak membentuk pola yang sama terjadi disetiap bulan selama lima tahun (2008-2012).

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara nilai SOI dengan konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok menunjukan bahwa nilai SOI tidak memiliki hubungan yang berpola sama, seperti pada musim timur (Juni-Agustus) disetiap tahunnya merupakan musim dengan nilai konsentrasi klorofil-a tertinggi tetapi nilai SOI beragam ada yang masuk ke dalam nilai (+) dan nilai (-).

Fenomena La Nina kuat yang terjadi pada bulan Juli – bulan Desember 2010 diduga menyebabkan konsentrasi klorofil-a pada Musim Barat memiliki nilai terendah pada Desember 2010 (Gambar 10) dan Musim Peralihan II memiliki nilai terendah pula pada November 2010 (Gambar 13). Fenomena El Nino lemah-sedang terjadi pada Oktober 2009 - Maret 2010 diduga menyebabkan konsentrasi klorofil-a yang tertinggi pada bulan Oktober dan Desember tahun 2009 dibandingkan dengan Oktober dan Desember tahun yang lainnya (Gambar 14).

(41)

27

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penelitian ini berhasil membuat peta sebaran konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok dengan menunjukkan variasi berdasarkan pola musim. Nilai konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok secara spasial maupun temporal pada musim timur (0.0001-1.6731 mg/m3) lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi klorofil-a pada musim lainnya yaitu musim barat (0.0004-0.7997 mg/m3), musim peralihan I (0.0002-1.2272 mg/m3), dan musim peralihan II (0.0040-1.5883 mg/m3). Fenomena ENSO tidak memiliki pola yang pasti jika dilihat berdasarkan grafik hubungan nilai konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok dengan nilai SOI.

Saran

Perlu dilakukan kajian lanjutan dengan waktu pengambilan data penelitian yang lebih panjang dan penambahan parameter lain pada materi penelitian lanjutan seperti suhu, arus, dan tinggi paras muka laut sehingga variabilitas konsentrasi klorofil-a dapat diketahui.

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah H. 2007. Pemanfaatan Turbin Angin Dua Sudu Sebagai Penggerak Mula Alternator Pada Pembangkit Listrik Tenaga Angin [Skripsi]. Semarang : Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Semarang.

Arinardi OH. 1989. Upwelling di Selat Bali dan Hubungannya dengan Kandungan Plankton serta Perikanan Lemuru (Sardinella longiceps). Penelitian Oseanologi Perairan Indonesia. Jakarta. Buku I. P3O-LIPI.

Ariyanti H. 2003. Sebaran Permukaan Klorofil-a dan Hubungannya dengan Parameter Oseanografi di Teluk Jakarta [Skripsi]. Bogor. Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Arsjad ABSM, Y Siswantoro, dan RS Dewi. 2004. Inventarisasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup. Sebaran Chlorophyll-a di Perairan Indonesia. Cibinong. Bogor. Pusat Survei Sumberdaya Alam Laut. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional.

Australian Government Bureau of Meteorology. 2008. http://www.bom.gov.au/climate/IOD. (diunduh tanggal 10 November 2013:10.56 am).

(42)

28

Gaol JL. 2003. Kajian Karakteristik Oseanografi Samudera Hindia Bagian Timur Dengan Menggunakan Multi Sensor Citra Satelit Dan Hubungannya Dengan Hasil Tangkapan Ikan Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) [Disertasi]. Bogor. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Hatta M. 2002. Hubungan antara Klorofil-a dan Ikan Pelagis dengan Kondisi Oseanografi di Perairan Utara Irian Jaya. Bogor. Makalah Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Hendiarti N, SI Sachoemar, A Alkatiri, dan B Winarno. 1995. Pendugaan Lokasi Upwelling di Perairan Selatan P. Jawa – Bali Berdasarkan Tinjauan Parameter Fisika Oseanografi dan Konsentrasi Klorofil-a. Prosiding Seminar Kelautan Nasional 1995. Jakarta. Panitia Pengembangan Riset dan Teknologi Kelautan serta Industri Maritim, Hal. I.10 – I.19.

Hutabarat S dan SM Evans. 1985. Pengantar Oseanografi. Jakarta. UI Press.

Kempler S. 2002. Parameter Data Product Glossary. From The World Wide Web : http://daac.gsfc.nasa.gov/data/dataset/MODIS/glossary.html. (diunduh tanggal 29 September 2013:03.45 pm).

Maccherone B. 2005. About MODIS. http://modis.gsfc.nasa.gov/. (diunduh tanggal 10 November 2013:10.44 am).

Malaysian Meteorological Service. 2001. http://www.met.gov.au/climate. (diunduh tanggal 10 November 2013:10.56 am)

NASA. 2008. About MODIS. http://modis.gsfc.nasa.gov/about. (diunduh tanggal 29 September 2013:03.45 pm).

Nikyuluw LLU. 2005. Kajian Variasi Musiman Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-a dalam Hubungannya dengan Penangkapan Lemuru di Perairan Selat Bali [Tesis]. Bogor. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Nontji A. 1987. Laut Nusantara. Jakarta. Djambatan.

O'Reilly RC, Munakata Y, and McClelland JL. 1998. Computational Cognitive Neuroscience: Understanding the Mind by Simulating the Brain. Cambridge, MA. MIT Press.

Romimohtarto K dan S Juana. 2001. Biologi Laut (Ilmu pengetahuan tentang biota laut). Jakarta. Djambatan.

Susanto RD, AL Gordon, dan Q Zeng. 2001. Upwelling Along the Coasts of Java and Sumatera and its Relation to ENSO. Geophysical Research Letters. 28:1.559-1.602.

Susanto RD, TS Moore II, and J Marra. 2006. Ocean Color Variability in the Indonesian Sea During the Sea WiFS Era. Geochem., Geophys., Geosyst. 7 (5):1525-1541.

Susilo SB. 2000. Penginderaan Jauh Kelautan Terapan. Bogor. Penerbit Institut Pertanian Bogor.

Syamsudin F. 2004. Mencari Lokasi Upwelling.

http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0402/02/ilpeng/832408.htm. (diunduh tanggal 29 September 2013:03.45 am).

Wiyadi SH. 2012. Variabilitas Kesuburan Perairan dan Hubungannya dengan Kondisi Oseanografi di Selat Lombok [Skripsi]. Bogor. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

(43)

29 Penangkapan [Disertasi]. Bogor. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Wyrtki K. 1961. Physical Oceaography of South East Asia Waters. Naga Report. Vol 2. Scripps Institution of Oceanography La Jolla California. The University of California.

(44)

30

Konsentrasi klorofil-a (mg/m3)

Kisaran Rata-rata

Januari 0.0010-1.1340 0.1093

Februari 0.0014-1.2294 0.1242

Maret 0.0002-1.1196 0.1479

April 0.0008-1.7399 0.2039

Mei 0.0006-1.8460 0.1955

juni 0.0002-1.8398 0.2302

Juli 0.0004-1.7615 0.2333

Agustus 0.0016-2.0677 0.2453

September 0.0046-1.7982 0.2216

Oktober 0.0069-1.8548 0.1797

November 0.0008-1.9106 0.1799

Desember 0.0006-1.1494 0.1098

Lampiran 2 Contoh cuplikan data mentah ASCII yang sudah di excel keseluruhan nilai konsentrasi klorofil-a bulan Agustus rataan 5 tahun di setiap titik longitude dan latitude di luasan perairan Lombok

Longitude Latitude Konsentrasi klorofil-a (mg/m3)

(45)
(46)

Lampiran 3 Contoh cuplikan data mentah arah dan kecepatan angin rata-rata bulan Januari (2008-2012)

Longitude Latitude V (m/s) U (m/s)

2008 2009 2010 2011 2012

Rata2 5

tahun 2008 2009 2010 2011 2012

Rata2 5 tahun

115.5 -7.5 3.227 2.950 2.59 2.762 3.536 3.0130 -3.734 -3.375 -3.696 -3.415 -3.311 -3.5062

116.25 -7.5 2.166 1.871 1.659 1.845 2.349 1.9780 -3.998 -3.572 -4.165 -3.816 -3.680 -3.8462

117 -7.5 2.249 1.963 1.621 1.946 2.312 2.0182 -4.766 -4.209 -4.814 -4.578 -4.413 -4.5560

115.5 -8.25 3.746 3.562 3.101 3.265 4.036 3.5420 -3.154 -2.858 -3.421 -2.820 -2.848 -3.0202

116.25 -8.25 2.038 1.827 1.656 1.714 2.245 1.8960 -2.490 -2.298 -3.106 -2.393 -2.416 -2.5406

117 -8.25 1.237 1.014 1.030 0.989 1.347 1.1234 -2.777 -2.513 -3.250 -2.711 -2.681 -2.7864

115.5 -9 4.030 3.808 3.414 3.532 4.104 3.7776 -4.612 -3.934 -4.512 -3.956 -4.093 -4.2214

116.25 -9 3.242 3.016 2.565 2.809 3.192 2.9648 -3.588 -3.099 -3.703 -3.191 -3.297 -3.3756

117 -9 2.322 2.113 1.717 2,000 2.167 2.0638 -3.038 -2.589 -3.141 -2.834 -2.802 -2.8808

115.5 -9.75 3.486 3.257 3.070 2.986 3.518 3.2634 -6.543 -5.485 -6.177 -5.766 -5.789 -5.9520

116.25 -9.75 3.668 3.380 2.985 3.089 3.465 3.3174 -6.376 -5.384 -6.068 -5.736 -5.714 -5.8556

117 -9.75 3.486 3.118 2.630 2.863 3.076 3.0346 -5.746 -4.835 -5.567 -5.334 -5.181 -5.3326

Gambar

Tabel 1 Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian
Tabel 2 Contoh hasil perhitungan persentase, luas area, dan berat klorofil-a         menurut selang warna bulan Januari rataan 5 tahun
Gambar 3 Diagram alir penelitian
Gambar 4 Sebaran spasial konsentrasi klorofil-a rata-rata bulanan 5 tahun di perairan Lombok
+7

Referensi

Dokumen terkait

poslije Krista od Rimljana te posljedično širenje Židova u četiri ugla zemlje iz Palestine (eng. Destruction of the Second Temple in 70 AD by the Romans and the consequent

Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widyaningsih (2010) tentang Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Strategi Think Talk

7DPDQ 1DVLRQDO .XWDL PHUXSDNDQ VDODK VDWX WDPDQ QDVLRQDO GL ,QGRQHVLD \DQJ

Pada penelitian yang dilakukan oleh Handayani &amp; Sudarmiati (2012) mengenai pengetahuan remaja putri tentang cara melakukan SADARI, didapatkan sebagian besar

Menurut Moeller (2005), proses pelaporan audit internal dimulai dengan mengidentifikasi temuan-temuan, menyiapkan draf laporan untuk mendiskusikan temuan- temuan dan

Pada bagian utara dari tebing barat tidak dijumpai struktur antiklin seperti halnya di tebing timur, akan tetapi hanya terdapat perlapisan batuan yang relatif tegak yaitu dengan

Dari gambar di atas terlihat bahwa pemasangan sensor phase failure relay yang telah dikombinasikan dengan kontaktor magnit, adapun prinsip kerjannya adalah jika sensor PFR

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara langsung dari lapangan dengan melakukan wawancara. Penulis melakukan wawancara