• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebaran Spasial dan Temporal Konsentrasi Klorofil-a di Perairan Lombok Selama Lima Tahun (2008-2012)

Sebaran konsentrasi klorofil-a di Perairan Lombok secara umum adalah meningkat pada saat musim timur dan menurun pada musim barat. Peningkatan konsentrasi klorofil-a pada musim timur berkaitan dengan fenomena upwelling di perairan Samudera Hindia yaitu sekitar perairan selatan Jawa (Wyrtki, 1962). Proses upwelling membawa zat hara dari perairan yang lebih dalam ke permukaan sehingga meningkatkan konsentrasi klorofil-a di permukaan. Hal ini sesuai

Pengaturan Proyeksi Citra Aqua MODIS

Level 1 B Citra Aqua MODIS

Level 1 A Geolocate Analisis dan Interpretasi Data Hitung Sebaran Klorofil-a Kesimpulan Layout Citra MODIS Tidak Ya Ya Tidak Mulai

Citra Aqua MODIS Level 2

Data Pendukung : Arah dan Kecepatan Angin, Fenomena ENSO

Selesai

9 dengan penelitian Syamsudin (2004) dimana besarnya transport yang keluar lewat Selat Sunda, Lombok, dan Ombai pada musim barat relatif lebih tinggi daripada musim timur menyebabkan stratifikasi di permukaan laut lebih kuat dan ini akan mengurangi produktivitas biologi. Berkurangnya produktivitas biologi akan menyebabkan kesuburan perairan menurun dan nilai konsentrasi klorofil-a juga menurun. Fenomena upwelling yang terjadi di Samudera Hindia bagian timur juga memberi pengaruh pada perairan Lombok, karena sebagian massa air perairan Lombok merupakan masukan dari massa air Samudera Hindia.

Gambar 4 menunjukkan sebaran spasial konsentrasi klorofil-a selama 5 tahun di perairan Lombok. Kisaran nilai konsentrasi klorofil-a selama 5 tahun di perairan Lombok adalah 0.0010-2.0677 mg/m3

. Peningkatan konsentrasi klorofil-a mulai terlihat pada bulan April dan mencapai nilai konsentrasi tertinggi pada musim timur yaitu pada bulan Agustus. Namun nilai konsentrasi klorofil-a tersebut semakin menurun saat memasuki musim Peralihan II dan mencapai nilai konsentrasi terendah pada musim barat.

Sebaran spasial konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok mulai tinggi pada bulan April (musim peralihan I) dan mencapai maksimum pada bulan Agustus di paparan Jawa-Sumbawa hingga bulan November di paparan Jawa-Sumbawa (akhir musim timur hingga musim peralihan II). Pada bulan Desember (awal musim barat), konsentrasi klorofil-a melemah hingga bulan Maret (awal musim peralihan I). Faktor utama yang menjadi penyebabnya adalah pergerakan angin muson dan perubahan musim.

Selain melihat variasi secara temporal, Gambar 4 dapat menunjukkan variasi spasial konsentrasi klorofil-a, dimana diketahui bahwa peningkatan konsentrasi klorofil-a umumnya jelas terlihat di perairan bagian selatan Pulau Lombok yaitu perairan lepas yang dekat Samudera Hindia, sehingga di sepanjang tahun konsentrasi klorofil-a di selatan perairan lebih tinggi dibandingkan bagian utaranya. Hal ini dikarenakan letaknya yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia yang merupakan daerah upwelling yang paling intensif. Sebaran konsentrasi klorofil-a juga tinggi pada bagian barat dan timur perairan, atau perairan yang dekat dengan daratan Pulau Bali dan Pulau Sumbawa. Letak geografis perairan Lombok pada bagian barat dan timur berbatasan langsung dengan Pulau Bali dan Pulau Sumbawa. Konsentrasi klorofil-a di perairan pantai dan pesisir lebih tinggi disebabkan oleh adanya suplai nutrien melaui run-off (masukan) sungai dari daratan,dapat dilihat pada Gambar 1. Kemudian, pada bagian utara dan selatan perairan Lombok berbatasan dengan Laut Bali dan Samudera Hindia. Mulut bagian utara perairan Lombok merupakan perairan yang dangkal, sedangkan bagian selatan merupakan perairan yang dalam yang berhubungan langsung dengan Samudera Hindia. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi perairan Lombok lebih banyak dipengaruhi oleh sifat perairan Samudera Hindia dibandingkan Laut Bali. Perubahan yang dialami perairan Lombok akan sama dengan perubahan yang dialami Samudera Hindia, dimana pada saat musim timur terjadi proses penaikan massa air yang kaya akan unsur hara. Wyrtki (1962) dalam Wudianto (2001) juga menyebutkan pada Musim Timur terjadi proses penaikan massa air di sepanjang pantai selatan Jawa, Bali sampai Sumbawa.

10

11 Tabel 3 Kelas kadar konsentrasi klorofil-a menurut Arsjad et al. (2004) Kelas Konsentrasi mg/m3 Keterangan

I <0.3 Konsentrasi rendah/ clear water

II 0.3-0.5 Konsentrasi sedang/ medium rich phytoplankton III 0.5-1.0 Konsentrasi tinggi/ rich phytoplankton

IV 1.0-2 Klorofil-a dan muatan suspense tinggi/ slightly turbid water

V >2 Muatan suspense tinggi/ hight turbidity

Berdasarkan hasil sebaran secara spasial ataupun temporal klorofil-a di perairan Lombok, menurut kelas kadar konsentrasi klorofil-a (Tabel 3) paling banyak di setiap bulannya (Gambar 4) berada pada selang konsentrasi 0.001-0.5 mg/m3 yang merupakan termasuk dalam kelas I dan II (kadar konsentrasi klorofil-a rendklorofil-ah dklorofil-an sedklorofil-ang). Pklorofil-adklorofil-a sklorofil-aklorofil-at musim timur (Juni-Agustus) dimklorofil-anklorofil-a selklorofil-ang konsentrasi 0.5-1 mg/m3 mulai meningkat dan mencapai puncak maksimumnya baik secara luas spasialnya ataupun nilai temporalnya dikategorikan dalam kelas III (kadar konsentrasi klorofil-a tinggi) dimana perairan Lombok menjadi sangat subur. Berdasarkan sebaran spasial menurut posisi lintang konsentrasi klorofil-a bahwa di selatan perairan Lombok yang memiliki selang klorofil-a terluas pada kisaran 0.5-1 mg/m3 dengan kategori konsentrasi tinggi termasuk dalam kelas III (Tabel 3), dimana produktivitas perairan yang tinggi di daerah ini akibat adanya fenomena upwelling yang terjadi secara musiman di perairan selatan Jawa yang berhubungan dengan Samudera Hindia tepat di selatan perairan Lombok. Fenomena upwelling yang terjadi di sekitar perairan Lombok disebabkan oleh adanya perbedaan pola pergerakan arah dan kecepatan angin dari perubahan siklus angin musim yang terbagi menjadi empat siklus musim.

Sebaran Spasial dan Temporal Klorofil-a dihubungkan dengan Arah dan Kecepatan Angin

Pola musim yang terjadi di perairan Lombok dipengaruhi oleh pola pergerakan dan kecepatan angin muson. Pola pergerakan angin muson akan mempengaruhi sebaran konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok. Jumlah klorofil-a yang ada di perairan laut umumnya dapat dilihat dari jumlah fitoplankton yang ada di perairan tersebut. Hal ini sesuai menurut (Raymont 1981 dalam Ariyanti 2003) Variasi musiman kelimpahan fitoplankton di daerah subtropis sangat nyata tetapi untuk daerah tropis kurang karena pergantian musimnya tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan parameter fisika dan kimia perairan. Variasi musiman kelimpahan fitoplankton lebih banyak disebabkan oleh pergantian arah angin bukan karena perubahan gradien suhu.

Pergerakan muson yang mempengaruhi pola sebaran konsentrasi klorofil-a diilustrasikan secara spasial juga pada Gambar 6. Pola pergerakan angin pada Gambar 5 dan Gambar 6. menunjukkan bahwa di perairan Lombok di pengaruhi oleh empat musim yaitu musim barat, musim peralihan I, musim timur, dan musim peralihan II. Hal ini diketahui berdasarkan pola pergerakan angin dan kecepatannya, dimana musim barat di perairan Lombok terjadi pada bulan Desember sampai Februari, musim peralihan I pada bulan Maret sampai Mei,

12

musim timur pada bulan Juni sampai Agustus, dan musim peralihan II terjadi pada bulan September sampai Oktober. Bulan Juni yang merupakan awal musim timur memperlihatkan arah angin bergerak dari tenggara dengan kecepatan angin berkisar pada 3.2786-6.4012 m/s (6.3605-12.4183 knot). Bulan Agustus merupakan puncak musim timur dimana kecepatan anginnya yang terkuat yaitu berkisar pada 3.0043-6.7879 m/s (5.8283-13.1685 knot). Pada bulan September sampai Oktober kecepatan angin mulai melemah yaitu sekitar 1.6474-5.3064 m/s (3.1960-10.2944 knot). Pada bulan November terlihat bahwa arah angin mulai mengalami perubahan dan kecepatannya berangsur melemah pada kisaran 0.8999-2.9414 m/s (1.7458-5.7063 knot). Memasuki bulan Desember arah angin bergerak dari arah barat dengan kecepatan 1.1798-2.0775 m/s (2.2888-4.0304 knot). Pergerakan angin muson barat daya terus terjadi hingga memasuki bulan Maret dengan kecepatan antara 0.5063-1.9877 m/s (0.9822-3.8561 knot). Bulan April sampai Mei merupakan periode musim Peralihan I karena kecepatannya berfluktuasi pada kisaran 1.0313-5.4644 m/s (2.0007-10.6009 knot).

Sebaran konsentrasi klorofil-a bila dihubungkan dengan adanya pergerakan arah dan kecepatan angin akan memperkuat pernyataan bahwa tinggi atau rendahnya nilai konsentrasi klorofil-a dipengaruhi oleh angin dan perubahan musim. Puncak konsentrasi klorofil-a terjadi pada bulan Agustus (musim timur) disebabkan oleh adanya penaikan massa air dari angin muson tenggara yang kecepatan anginnya lebih kuat dibandingkan dengan bulan lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wyrtki (1961) bahwa musim timur yang terjadi pada bulan Juni-Agustus berhembus angin yang lebih kencang dan kering dari tenggara menuju barat laut. Kecepatan angin muson tenggara yang tinggi pada perairan selatan Jawa, termasuk Bali dan Sumbawa, menyebabkan penaikan massa air menjadi lebih intensif sehinggga zat hara pada perairan tersebut semakin meningkat. Peningkatan zat hara pada perairan biasanya diikuti oleh peningkatan produktivitas primer. Peningkatan produktivitas primer akan menyebabkan kesuburan perairan meningkat dan nilai konsentrasi klorofil-a juga meningkat.

Sumber: Hofman (1987) diacu oleh Alamsyah (2007)

13 Bila dilihat berdasarkan skala Beaufort (Tabel 4), arah dan kecepatan angin pada musim barat berkisar pada skala kedua atau pada interval 1.6-3.3 m/s dan skala ketiga atau pada interval 3.4-5.4 m/s yang mana kisarannya pada bulan Desember (1.1798-2.0775 m/s), bulan Januari (2.3630-4.4541 m/s), dan Februari (2.1172-3.9243 m/s). Hal ini menyebabkan gelombang laut dimana riuk kecil terbentuk namun tidak pecah, permukaan tetap seperti kaca. Sehingga dapat dikatakan pada musim barat pergerakan angin lambat dan gelombang pun relatif masih kecil yang menyebabkan tidak terjadinya upwelling di perairan untuk membantu menaikan nutrien ke permukaan perairan. Kesuburan perairan sangat dipengaruhi oleh kandungan nutrien, sehingga nutrien sedikit maka kesuburannya pun menurun dan akan berdampak pada nilai konsentrasi klorofil-a yang rendah di daerah tersebut. Pada musim peralihan I, arah dan kecepatan angin terjadi fluktuasi yang mana berkisar pada skala satu, dua, dan tiga, pembagian berdasarkan skala Beaufort (Tabel 4) dengan kisaran 0.5063-1.9877 m/s(bulan Maret), 1.0313-3.0950 m/s (bulan April) dan 2.5774-5.4644 m/s (bulan Mei). Kejadian ini semakin menguatkan bahwa angin bergerak secara acak dan tidak menentu mulai dari arah dan kecepatannya disaat musim peralihan 1. Pada skala tersebut juga menunjukkan kondisi bahwa anginnya bertiup secara perlahan-lahan, sehingga menurut Beaufort kondisi ini akan membangkitkan gelombang yang kecil. Gelombang yang terbentuk memiliki puncak yang halus seperti kaca dan tidak pecah. Angin dari arah timur hampir mendominasi pada seluruh skala Beaufort, sehingga kondisi angin pada arah ini sangat bervariasi dan berdampak pula secara tidak langsung terhadap variasi turun naiknya konsentrasi klorofil-a saat musim peralihan I.

Musim timur di perairan Lombok yang terjadi pada bulan Juni sampai Agustus masing-masing memiliki arah dan kecepatan angin dengan nilai kisaran 3.2786-6.4012 m/s (bulan Juni), 3.2970-6.7020 m/s, dan 3.0043-6.7879 m/s (bulan Agustus). Jika mengacu pada skala Beaufort (Tabel 4), maka pada musim timur termasuk kedalam skala dua, tiga, dan empat. Kondisi ini menunjukkan bahwa angin mulai bertiup menjadi sedang dengan membentuk ombak kecil mulai memanjang dan garis-garis buih sering terbentuk. Gelombang laut yang mulai meninggi ini sangat membantu dalam proses terjadinya upwelling di perairan dengan mengangkat nutrient di dasar ke permukaan, sehingga fitoplankton dapat tumbuh dengan baik dan kesuburan perairan meningkat yang diikuti tingginya nilai konsentrasi klorofil-a. Hal ini sesuai dengan sebaran secara temporal ataupun spasial di perairan Lombok, dimana pada musim timur konsentrasi klorofil-a mencapai nilai maksimum. Musim peralihan II merupakan musim diantara musim timur dan barat, musim ini memiliki arah yang sama dengan musim sebelumnya dengan frekuensi yang lebih kecil sehingga kondisinya relatif lebih tenang. Hal ini sesuai dengan skala Beaufort (Tabel 4) yang menyatakan bahwa saat musim peralihan II di perairan Lombok termasuk kedalam skala satu, dua, dan tiga dengan kisaran di setiap bulannya yaitu 1.9830-5.3064 m/s (bulan September), 1.6474-4.4147 m/s (bulan Oktober), dan 0.8999-2.9414 m/s (bulan November). Variasi skala Beaufort yang terbentuk pada musim peralihan II sesuai dengan hitungan konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok, dimana terjadi variasi nilai sebaran yang didapat dengan kecenderungan fluktuasi penurunan sampai pada bulan November. Jika dihubungkan antara kondisi laut pada skala Beaufort dengan konsentrasi klorofil-a, maka dapat dikatakan saling berbanding lurus. Hal

14

ini disebabkan karena kondisi laut pada skala Beaufort saat musim peralihan II yakni angin berhembus cukup pelan dan diduga di daerah laut yang terbentuk hanyalah riak gelombang yang sangat kecil, hal ini diartikan bahwa telah terjadi gesekan antara permukaan air dengan hembusan angin hanya saja masih sangat kecil. Kondisi ini berbanding lurus dengan sebaran konsentrasi klorofil-a yang menurun saat kecepatan angin juga menurun, sehingga gelombang di laut hanya nampak riak yang tidak mampu membawa massa air di perairan Lombok dimana biasanya mengandung banyak nutrien untuk meningkatkan kesuburan fitoplankton yang menyebabkan tingginya nilai sebaran konsentrasi klorofil-a.

Gambar 5 Pola arah dan kecepatan angin bulanan di perairan Lombok selama 5 tahun Desember

Januari Februari Maret

April Mei Juni

Juli Agustus September

15

Gambar 6 Pola pergerakan angin bulanan dihubungkan dengan keberadaan konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok selama 5 tahun

16

Luas Area Konsentrasi Klorofil-a dan Beratnya Menurut Siklus Musim

Gambar 7 Konsentrasi klorofil-a rata-rata bulanan selama 5 tahun menurut persentase luas area dari selang warna

Berdasarkan pada Gambar 7a. 7b. 7c. 7d. dan 8a. 8b. 8c. 8d. merupakan grafik yang saling berbanding lurus, dimana semakin besar persentase luas area pada selang warna semakin besar pula berat klorofil-a nya. Fluktuasi nilai konsentrasi dan berat klorofil-a di perairan Lombok setiap bulannya pada selang 0 (mg/m3), 0.001-0.5 (mg/m3), dan 0.501-1 (mg/m3) yang mana terjadi peningkatan pada selang 0.001-0.5 (mg/m3) hingga mencapai puncak nilai maksimum di setiap bulan atau setiap musimnya. Hal ini terjadi dikarenakan luasnya area perairan dalam lokasi penelitian ini yang lebih banyak berada jauh dari daratan atau mendekati perairan samudera, sehingga sebaran nilai konsentrasi klorofil-a banyaknya pada selang yang cukup rendah 0.001-0.5 (mg/m3). Daerah perairan samudera tingkat kesuburannya semakin rendah ketika menjauh dari daratan, karena semakin berkurangnya transpor nutrien ke perairan lepas pantai.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 L u as ar ea ( % )

Selang konsentrasi klorofil-a (mg/m3) Desember Januari Februari 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 L u as ar ea (% )

Selang konsentrasi klorofil-a (mg/m3) Maret April Mei 0 20 40 60 80 100 L u as ar ea (% )

Selang konsentrasi klorofil-a (mg/m3) Juni Juli Agustus 0 20 40 60 80 100 L u as ar ea (% )

Selang konsentrasi klorofil-a (mg/m3) September Oktober November

a Musim Barat b Musim Peralihan I

17 Pada selang 1.001-2 (mg/m3) dan 2.001-3 (mg/m3) terjadi sebaran normal konsentrasi klorofi-a di setiap bulannya, dimana persentase areanya sangat kecil bahkan ada yang mencapai 0 % di beberapa bulannya. Sebaran normal ini terjadi disebabkan daerah perairan Lombok yang diambil menjadi lokasi penelitian berada jauh dari daratan dan lebih luas area ke perairan samudera. Perairan samudera sangat sedikit mendapatkan masukan dari daratan, walaupun ada pengaruh angin musim yang bergerak membawa nutrient dari daerah selatan Jawa-Sumbawa tetap saja masih kurang mendukung untuk menjadikan perairan dengan tingkat kesuburan yang tinggi dengan selang 1.001-2 (mg/m3) dan 2.001-3 (mg/m3).

Secara umum grafik perhitungan dalam mencari persentase luas area menurut sebaran spasial di lihat dari selang warna atau selang konsentrasi terjadi fluktuasi yang cukup signifikan dengan naik turunnya grafik mulai dari selang awal 0 (mg/m3) sampai 2.001-3 (mg/m3) di perairan Lombok pada lokasi penelitian yang diambil.

Gambar 8 Berat klorofil-a rata-rata bulanan selama 5 tahun menurut luas area dari selang warna 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 B er at k lor of il -a (k g)

Selang konsentrasi klorofil-a (mg/m3) Desember Januari Februari 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 B er at k lor of il -a (k g)

Selang konsentrasi klorofil-a (mg/m3) Maret April Mei 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 B er at k lor of il -a (k g)

Selang konsentrasi klorofil-a (mg/m3) Juni Juli Agustus 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 B er at k lor of il -a (k g)

Selang konsentrasi klorofil-a (mg/m3) September Oktober November

a Musim Barat b Musim Peralihan I

18

Konsentrasi Klorofil-a Bulanan Selama Lima Tahun (2008-2012) Menurut Siklus Musim

Kondisi perairan Lombok memiliki pola musim yang dipengaruhi oleh pergerakan angin muson dengan empat musim yang di alaminya, yaitu musim barat, musim peralihan I, musim timur, dan musim peralihan II. Pola musim ini juga mempengaruhi sebaran konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok. Gambar 9 menunjukkan nilai konsentrasi klorofil-a yang semakin meningkat saat memasuki periode musim timur dan kembali menurun saat musim peralihan II dan mencapai nilai minimum saat musim barat, serta kemudian sedikit meningkat pada musim peralihan I.

Gambar 9 Fluktuasi rata-rata bulanan konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok selama 5 tahun (2008-2012) menurut musim

Berdasarkan hasil analisis digital-visual terhadap citra komposit klorofil-a secara bulanan selama lima tahun hasil pengolahan citra Aqua MODIS diketahui sebaran konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok bervariasi menurut musim dan letak daerah perairannya. Berdasarkan hasil analisis konsentrasi klorofi-a dari Aqua MODIS selama periode 2008-2012 menunjukkan fluktuasi konsentrasi klorofil-a terendah sebesar 0.1093 mg/m3 (bulan Januari) dan tertinggi sebesar 0.2453 mg/m3 (bulan Agustus). Nilai konsentrasi klorofil-a hasil pengolahan citra Aqua MODIS menurut bulanan selengkapnya terdapat pada Lampiran 1.

Grafik yang dihasilkan dari analisis nilai konsentrasi klorofil-a secara bulanan selama lima tahun terlihat terjadi fluktuasi nilai setiap bulannya dan mencapai nilai-nilai tertinggi saat terjadi musim timur yaitu 0.2301 mg/m3 (bulan Juni), 0.2333 mg/m3 (bulan Juli), dan 0.2453 mg/m3 (bulan Agustus). Sehingga dapat di katakan bahwa konsentrasi klorofil-a mencapai puncaknya pada sekitar musim timur (bulan Juni sampai dengan Agustus) yang dapat dilihat pada Gambar 9.

Pada musim pancaroba awal tahun (April-Mei) sisa arus dari musim barat mulai melemah dan bahkan mulai berbalik arah hingga di beberapa tempat terjadi

19 pusaran (eddies). Konsentrasi klorofil-a di bulan Maret sampai Mei nilainya mulai meningkat secara merata seperti pada Gambar 9. Pada musim pancaroba akhir tahun, sekitar Oktober-November, pola arus berubah lagi, arah arus sering tak menentu, arah arus ke barat mengendor dan arus ke timur mulai menyerbu (Wyrtki, 1961). Sehingga nilai konsentrasi klorofil-a pada pancaroba akhir tahun mulai menurun setiap bulannya yaitu 0.2216 mg/m3 (September), 0.1797 mg/m3 (Oktober), 0.1799 mg/m3 (November).

Musim Barat

Musim barat di perairan Lombok terjadi dari bulan Desember sampai bulan Januari. Hal ini sesuai menurut (Wyrtki, 1961) musim barat terjadi pada bulan Desember sampai Februari yang ditandai dengan adanya curah hujan yang tinggi, dimana pada musim ini sering terjadi hujan lebat dan cuaca mendung atau berawan banyak, serta angin bertiup sangat kencang. Secara umum konsentrasi klorofil-a pada musim barat memiliki nilai terendah pada kisaran bulan Desember sampai Januari, yaitu sebesar 0.1063 mg/m3 (Februari 2008), 0.0758 mg/m3 (Februari 2009), 0.0361 mg/m3 (Desember 2010), 0.0454 mg/m3 (Januari 2011), 0.0525 mg/m3 (Januari 2012) seperti pada Gambar 10. Pada musim barat (bulan Desember - Februari) konsentrasi klorofil-a berada pada kisaran nilai yang terendah, hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Fluktuasi nilai konsentrasi klorofil-a di perairan Lombok pada musim barat

Periode Musim Barat Konsentrasi klorofil-a (mg/m 3 ) 2008 2009 2010 2011 2012 Desember 0,1192 0.2118 0.0361 0.0517 0.1296 Januari 0.2335 0.0951 0.1202 0.0454 0.0525 Februari 0.1063 0.0758 0.1401 0.1174 0.1813

Berdasarkan Tabel 5 dan Gambar 10 terlihat bahwa secara umum nilai konsentrasi klorofil-a pada saat musim barat paling rendah, dimana nilai konsentrasi berkisar antara 0.0004-0.7997 mg/m3. Pada Tabel 5 menunjukkan nilai konsentrasi klorofil-a mencapai nilai tertinggi yaitu pada Januari (2008) sebesar 0.2335 mg/m3, sedangkan nilai konsentrasi klorofil-a mencapai nilai terendah pada Desember (2010) sebsesar 0.0361 mg/m3. Hal ini bisa dikatakan konsentrasi klorofil-a mengalamai fluktuasi penurunan di bulan Januari dari tahun 2008 sampai 2012.

Periode musim barat di perairan Lombok dimulai dari bulan Desember dan berakhir pada bulan Februari. Pada saat musim barat, angin muson bertiup dari barat ke timur dengan kecepatan yang rendah membawa Arus Pantai Jawa (APJ) yang mengalir di sepanjang pesisir selatan Jawa dan membawa massa air yang bersuhu relatif lebih tinggi. Pada Gambar 9 terlihat bahwa nilai konsentrasi klorofil-a pada musim barat di perairan Lombok cenderung paling rendah dibandingkan dengan musim yang lainnya. Hal ini terjadi karena pada musim barat curah hujan tinggi, angin bertiup kencang dan konsentrasi awan umumnya tebal. Kondisi awan yang tebal menyebabkan terhalangnya sinar matahari yang

20

masuk ke perairan sehingga mengurangi efektivitas fitoplankton dalam berfotosintesis (Romimohtarto dan Juwana 2001). Berkurangnya efektivitas fotosintesis yang dilakukan fitoplankton menyebabkan produksi klorofil-a di perairan rendah.

Pada musim barat di Samudera Hindia berkembang angin Muson Barat Laut yang membawa Arus Pantai Jawa (APJ) di sepanjang pantai Selatan Jawa. APJ merupakan arus sempit yang bergerak di sepanjang pantai Selatan Jawa dari arah barat ke timur, berlawanan dengan Arus Katulistiwa Selatan (AKS). Menurut Quadfasel dan Cresswell (1992) dalam Farita (2006), APJ di lapisan permukaan membawa suhu yang lebih hangat (lebih dari 27,5 ºC) dengan salinitas yang rendah. Massa air hangat yang dibawa oleh APJ di perairan Selatan Jawa –

Sumbawa berasal dari Pantai Barat Daya Sumatera dan juga Laut Jawa yang masuk melalui Selat Sunda. Sehingga pada musim barat suhu permukaan laut di perairan Lombok menjadi cukup tinggi. Hal ini disebabkan pula pada musim barat matahari berada pada bumi bagian selatan sehingga daerah yang berada di selatan mendapatkan pancaran sinar matahari yang lebih banyak secara terus menerus sehingga mengakibatkan suhu permukaan laut pada musim ini sangat tinggi. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Nontji (1987) dimana pada saat musim barat bumi bagian utara mengalami musim dingin, sedangkan pada bumi bagian selatan musim panas. Pada saat suhu perairan panas maka fitoplankton tidak dapat berkembang dengan baik, maka konsentrasi klorofil-a yang terkandung pada fitoplankton pun juga semakin sedikit, menyebabkan kesuburan di wilayah perairan tersebut menurun dan nilai konsentrasi klorofil-a juga menurun.

Pada bulan Desember-Februari konsentrasi klorofil-a di daerah pantai jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah yang jauh dari pantai. Hal ini ditunjukkan oleh sebaran secara spasial pada Gambar 4. Hal ini disebabkan oleh tingginya curah hujan di daratan sehingga zat hara yang masuk ke daerah pantai banyak. Banyaknya nutrien yang masuk dari daratan menyebabkan fitoplankton cepat bertumbuh dan bertambah banyak. Zat hara masuk ke perairan melalui run off dari daratan dan aliran sungai, hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Dokumen terkait