KEANEKARAGAMAN LUMUT EPIFIT PADA
GYMNOSPERMAE
DI KEBUN RAYA BOGOR
FIBO ADHITYA
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
FIBO ADHITYA. Keanekaragaman Lumut Epifit pada Gymnospermae di Kebun Raya Bogor. Dibimbing oleh NINA RATNA DJUITA danNUNIK SRI ARIYANTI.
Penelitian mengenai keanekaragaman lumut epifit umumnya dilakukan pada Angiospermae
sedangkan pada Gymnospermae masih jarang dilakukan. Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan tempat konservasi ex-situ. Berbagai jenis pohon di KRB menyediakan tempat tumbuh bagi jenis-jenis lumut epifit. Selain itu KRB memiliki suhu dan kelembapan udara pada kisaran optimum untuk pertumbuhan lumut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keanekaragaman jenis lumut epifit pada Gymnospermae di KRB. Sampel lumut diamati pada Gymnospermae di Blok I yang terdiri atas suku Cycadaceae dan Blok II yang merupakan anggota suku Pinaceae, Araucariaceae,
Gnetaceae, dan Podocarpaceae. Hanya pohon dengan diameter ≥ 20 cm yang dipilih sebagai sampel pohon. Sampel lumut diambil pada pangkal pohon (0-200 cm) pada posisi arah mata angin utara, selatan, barat, dan timur. Lumut epifit yang diperoleh dalam penelitian ini ada 18 jenis termasuk ke dalam 12 marga dan 7 suku. Suku dengan jumlah jenis paling banyak dijumpai adalah
Lejeuneaceae. Jenis lumut yang paling sering dijumpai adalah Lejeunea tuberculosa dan
Octoblepharumalbidum. Kedua lumut tersebut dijumpai pada 6 dari 13 pohon sampel. Rata-rata frekuensi kehadiran (persentase kehadiran) jenis-jenis lumut paling tinggi dijumpai pada bagian barat (2,1%) kemudian utara (1,8%). Jenis-jenis lumut lebih sering dijumpai pada bagian pangkal pohon 0-100 cm daripada 100-200 cm.
Kata Kunci:Gymnospermae, Kebun Raya Bogor, keanekaragaman, lumut epifit.
ABSTRACT
FIBO ADHITYA. Diversity of Epiphytic Bryophytes on Gymnospermae in Bogor Botanical Garden. Supervised by NINA RATNA DJUITA andNUNIK SRI ARIYANTI.
Researchs on diversity of epiphytic bryophytes are more common observed on
Angiospermae than those on Gymnospermae. Bogor Botanical Garden (BBG) is an ex-situ conservation in which the sample plants are collected around the world for conservation purpose. Trees in the Botanical Garden provide substrats for epiphytic bryophytes. The temperature and humidity in the Botanical Gardens were the optimum range for the bryophyte growth. The aim of this research was to observe diversity of epiphytic bryophytes on Gymnospermae in BBG. The bryophyte samples were collected from Gymnosperm trees in Blok I which is Cycadaceae familly and those in Blok II which are the familly of Pinaceae, Araucariaceae, Gnetaceae, dan
Podocarpaceae. Only the trees have ≥ 20 cm (dbh) of trunk base were sampled. Bryophytes were collected from the trunk base at 0-200 cm above the ground, at four cardinal direction (north, south, west, and east). In total 18 species of epiphytic bryophytes were found, included 12 genera and 7 families. The family which had the highest number of species was Lejeuneaceae. The most common species on Gymnosperm trees in the Botanical Garden were Lejeunea tuberculosa and
Octoblepharum albidum. Both of them were found at 6 trees of 13 total tree samples. The species were found more frequently at west (2,1%) and north (1,8%) part than east and south part of the host trees. They more frequently inhabit the trunk base on 0-100 cm than 100-200 cm.
KEANEKARAGAMAN LUMUT EPIFIT PADA
GYMNOSPERMAE
DI KEBUN RAYA BOGOR
FIBO ADHITYA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Keanekaragaman Lumut Epifit pada
Gymnospermae
di Kebun
Raya Bogor
Nama
: Fibo Adhitya
NIM
: G34070076
Menyetujui
Pembimbing I
Nina Ratna Djuita, S.Si, M.Si.
Ketua
Pembimbing II
Dr. Nunik Sri Ariyanti, M.Si.
Anggota
Mengetahui,
Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si.
Ketua Departemen Biologi
PRAKATA
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah potensi dan bimbingan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Keanekaragaman Lumut Epifit pada Gymnospermae di Kebun Raya Bogor.
Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada Ibu Nina Ratna Djuita, S.Si, M.Si dan Dr. Nunik Sri Ariyanti, M.Si selaku pembimbing penelitian atas bimbingan, saran, dan bantuan yang diberikan selama penelitian hingga karya ilmiah ini selesai, Ir. Hadisunarso, M.Si selaku penguji atas kritik dan sarannya, Kepala Kebun Raya Bogor beserta staf atas izinnya untuk pengambilan sampel lumut, Dr. Sri Sudarmiyati T., M.Sc, Dr. Ir. Sulistijorini, dan Dra. Hilda Akmal, M.Si yang telah banyak memberi arahan, saran, dan masukan dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pak Parman, Kak Indah Wahyuni, Kak Saiful Bachri, Marinda Sari Sofiyana, dan teman-teman Biologi Angkatan 44 atas dorongan dan semangatnya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, dan keluarga besar atas perhatian, doa, dan kasih sayangnya. Penelitian ini terdorong oleh keinginan untuk mengetahui keanekaragaman jenis lumut epifit pada Gymnospermae di KRB. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat sebagai tambahan informasi dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Bogor, Juli 2012
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, Provinsi Jawa Barat, pada tanggal 27 Agustus 1989 dari pasangan Budi Santoso dan Runtiko. Penulis merupakan anak tunggal.
Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Bina Insani Bogor dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih mayor Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dengan Minor Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
BAHAN DAN METODE ... 1
Waktu dan tempat ... 1
Pengambilan Sampel ... 1
Identifikasi Sampel ... 1
Analisis Data ... 1
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 1
Keanekaragaman Jenis Pohon Inang dan Lumut Epifit ... 1
Keanekaragaman dan Persebaran Jenis Lumut pada Blok I dan Blok II ... 2
Keanekaragaman dan Persebaran Jenis Lumut Berdasarkan Jenis Pohon Inang... 3
Keanekaragaman dan Persebaran Jenis Lumut Berdasarkan Letaknya pada Batang ... 3
Deskripsi Jenis-Jenis Lumut yang Ditemukan di KRB ... 4
SIMPULAN ... 6
DAFTAR PUSTAKA ... 6
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Persentase Lejeuneaceae yang dijumpai pada Gymnospermae di Kebun Raya Bogor yang diperoleh pada penelitian ini (KRB I) dibandingkan pada A- ngiospermae dari penelitian di KRB sebelumnya (KRB II), pada Angiospermae di perkebunan (HA I), dan pada Angiospermae di hutan alam (HA II)
dan (HA III). Sumber data: KRB II= Apriana 2010 dan Junita 2010,
HA II= Sporn et al. 2010, dan HA III= Gradstein & Culmsee 2012 ... 2
2 Jumlah jenis lumut epifit pada Gymnospermae di KRB pada Blok I dan Blok II ... 3
3 Rata-rata frekuensi kehadiran lumut epifit berdasarkan letaknya pada pohon inang Gymnospermae yang diperoleh dari penelitian ini ( ) dibandingkan dengan rata-rata frekuensi kehadiran lumut epifit berdasarkan letaknya pada pohon inang Angiospermae dari penelitian Apriana (2010) ( ). Keterangan: U= utara, S= selatan, B= barat, dan T= timur ... 3
4 Rata-rata persentase jenis lumut yang dijumpai pada ketinggian 0-100 cm dan 100-200 cm pada pangkal pohon inang Gymnospermae di KRB yang diperoleh pada penelitian ini ( ) dibandingkan pada pangkal pohon inang Angiospermae di KRB dari penelitian Apriana (2010) ( ) dan Junita (2010) ( ) ... 4
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1 Peta Kebun Raya Bogor ... 92 Sketsa denah blok I ... 10
3 Sketsa denah blok II ... 11
4 Deskripsi jenis Gymnospermae ... 12
5 Persebaran jenis lumut epifit berdasarkan ketinggian letak lumut pada pohon (0-100 cm dan 100-200 cm) dan arah mata angin (U= utara, S= selatan, B= barat, T= timur) pada pohon inang di Blok I dan Blok II ... 14
6 Pohon inang Gymnospermae dan jumlah jenis lumut epifit per pohon inang di Blok I dan Blok II ... 15
7 Daftar istilah botani untuk lumut ... 16
8 Jenis lumut hati epifit pada Gymnospermae di Kebun Raya Bogor ... 17
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan tempat konservasi ex-situ dengan luas mencapai 87 hektar, terletak pada ketinggian 235-250 m dpl (LIPI 2001). Vegetasi yang ada di KRB merupakan tumbuhan contoh dari berbagai negara yang ditanam untuk konservasi. Berbagai jenis pohon di KRB menyediakan tempat tumbuh bagi jenis-jenis lumut epifit. Area KRB memiliki suhu berkisar 22,6-28,5 oC dan kelembaban udara berkisar 71-92% (Fitri et al. 2003). Asakawa (2007) melaporkan bahwa lumut hidup pada lingkungan yang lembab dan akan tumbuh optimal pada suhu berkisar 15-25 oC, serta dengan kelembaban udara di atas 50%, sehingga KRB merupakan tempat yang sesuai bagi tumbuhnya lumut.
Tumbuhan lumut merupakan kelompok terbesar kedua setelah tumbuhan berbunga (350.000 jenis) dan diperkirakan jumlahnya di dunia ada 15.000-25.000 jenis (Gradstein
et al. 2001; Glime 2006). Lumut dapat dibedakan menjadi tiga kelompok utama yaitu lumut hati, lumut tanduk, dan lumut sejati (Hallingbäck & Hodgetts 2000). Penelitian lumut di Jawa telah dilakukan sejak sekitar 200 tahun lalu, tetapi informasinya masih belum lengkap. Beberapa publikasi lumut di Jawa akhir-akhir ini masih melaporkan beberapa catatan baru seperti buku dan publikasi dalam bentuk jurnal (Tan et al.
2006; Söderström et al. 2008, Gradstein et al.
2010; Haerida et al. 2010). Inventarisasi lumut khususnya di Bogor telah dilakukan oleh beberapa ahli di antaranya Schiffner (1898), Fleischer (1902-1904), dan Verdoorn (1934a,1934b).
Penelitian lumut epifit pada Angiospermae
di KRB telah dilakukan oleh Apriana (2010) dan Junita (2010). Dari hasil penelitiannya, Apriana (2010) memperoleh 33 jenis lumut hati berdaun, sedangkan Junita (2010) memperoleh 42 jenis lumut sejati epifit. Sampai saat ini masih jarang dilakukan penelitian mengenai lumut epifit pada
Gymnospermae di wilayah tropik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keanekaragaman jenis lumut epifit pada
Gymnospermae di KRB.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai Oktober 2011. Pengambilan
lumut dilakukan di KRB pada bulan Februari 2011, sedangkan identifikasinya dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA IPB.
Pengambilan Sampel
Lumut diambil pada tumbuhan
Gymnospermae di KRB yang berada pada Blok I yang terdiri atas suku Cycadaceae dan Blok II yang merupakan anggota suku
Pinaceae, Araucariaceae, Gnetaceae dan
Podocarpaceae. Peta KRB, sketsa denah Blok I, dan Blok II masing-masing disajikan pada Lampiran 1, 2, dan 3, sedangkan deskripsi Gymnospermae disajikan pada Lampiran 4. Tumbuhan yang dipilih memiliki diameter batang ≥ 20 cm. Lumut diambil dari batang pohon pada kisaran ketinggian 0-200 cm pada posisi arah mata angin utara, selatan, barat, dan timur. Data yang dicatat adalah nomor koleksi sampel lumut, arah mata angin, tekstur kulit pohon, dan diameter batang pohon. Sampel lumut yang diperoleh kemudian dibuat herbarium dan diidentifikasi dengan menggunakan buku kunci identifikasi.
Identifikasi Sampel
Lumut diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi, yaitu Flora de Buitenzorg Volume 2 (Fleischer 1902), The Philippine Journal of Science Volume 68 (Bartram 1939),
A Handbook of Malesian Mosses Volume I, II, III (Eddy 1988, 1990, 1996), Mosses of Singapore and Malaysia (Johnson 1980), dan
Guide to Liverworts and Hornwort of Java
(Gradstein 2011).
Analisis Data
Setelah nama jenis lumut diketahui, kemudian jenis lumut yang ada pada
Gymnospermae dibandingkan dengan penelitian lumut epifit sebelumnya pada
Angiospermae, dilihat persebaran lumut pada blok, arah mata angin, dan ketinggian tempat melekatnya pada pohon. Selain itu juga dilihat persebaran jenis lumut pada pohon inang dari jenis-jenis yang berbeda dan memiliki diameter, serta tekstur kulit pohon berbeda. Ciri-ciri lumut yang diamati untuk identifikasi disusun dalam bentuk deskripsi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keanekaragaman Jenis Pohon Inang dan Lumut Epifit
2
dalam 12 marga dan 7 suku. Pada penelitian ini diperoleh lebih banyak jenis lumut sejati (12 jenis) daripada lumut hati berdaun (6 jenis). Suku Lejeuneaceae (5 jenis) paling banyak ditemukan di KRB dibandingkan anggota suku lainnya (Lampiran 5). Anggota suku ini juga banyak dijumpai dalam penelitian lumut pada Angiospermae di KRB (Apriana 2010; Junita 2010), di perkebunan dan hutan hujan tropis sub pegunungan (Ariyanti et al. 2008; Sporn et al. 2010), dan di hutan hujan tropis pegunungan (Gradstein & Culmsee 2010) (Gambar 1).
Gambar 1 Persentase Lejeuneaceae yang dijumpai pada
Gymnospermae di Kebun Raya Bogor yang diperoleh pada penelitian ini (KRB I) dibandingkan pada Angiospermae dari penelitian di KRB sebelumnya (KRB II), pada
Angiospermae di perkebunan (HA I), dan pada
Angiospermae di hutan alam (HA II) dan (HA III). Sumber data: KRB II= Apriana 2010 dan Junita 2010, HA I= Ariyanti et al. 2008, HA II= Sporn et al. 2010, dan HA III= Gradstein & Culmsee 2010.
Ada beberapa faktor yang diduga dapat menyebabkan suku Lejeuneaceae banyak dijumpai, yaitu Lejeuneaceae merupakan suku dari lumut hati berdaun yang memiliki jumlah jenis terbesar (Goffinet & Shaw 2009; Gradstein 2011), dan anggota suku ini memiliki kantung air yang memungkinkannya dapat beradaptasi untuk menyimpan air dan mengurangi resiko kekeringan, sehingga menyebabkannya dapat bertahan hidup dengan baik (Gradstein & Pócs 1989).
Anggota Gymnospermae yang dijadikan sebagai sampel ada 9 jenis dari total 13 pohon (Lampiran 6). Empat pohon yang diambil dari Blok I merupakan satu jenis Gymnospermae
yang sama, yaitu Lepidozamia hopeii dari suku Cycadaceae; sedangkan 9 sampel pohon di Blok II merupakan Gymnospermae yang terdiri atas 8 jenis, 2 jenis dari suku Pinaceae
(Pinus caribaea dan P. montizumae), 3 jenis dari suku Araucariaceae (Araucaria
cunninghamii, A. columnaris, dan Agathis robusta), 1 jenis dari suku Gnetaceae
(Gnetum gnemon) dan 2 jenis dari suku
Podocarpaceae (Podocarpus neriifolius
(jantan dan betina), dan P. chinensiswell). Jumlah jenis lumut epifit per pohon pada Blok I berkisar 2-5 dengan rata- rata 4 jenis per pohon, sedangkan pada Blok II berkisar 0-6 dengan rata-rata 3 jenis per pohon (Lampiran 6). Hasil ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan penelitian Gradstein & Culmsee (2010) pada Angiospermae di hutan hujan tropis pegunungan. Menurut peneliti ini, jumlah jenis lumut per pohon 9-21, dengan rata-rata 15 per pohon. Tetapi, lebih banyak jika dibandingkan dengan penelitian Putrika (2012) di hutan Universitas Indonesia. Jumlah jenis lumut per pohon yang didapat peneliti ini memiliki rata-rata 1-2,5 jenis per pohon. Keanekaragaman jenis lumut cenderung dipengaruhi oleh tipe habitat. Kebun Raya Bogor memiliki kanopi pohon yang terbuka, jika dibandingkan dengan yang berada di hutan alam. Keanekaragaman lumut di KRB ini lebih tinggi daripada penelitian Putrika (2012) di hutan Universitas Indonesia, diduga karena KRB memiliki kondisi lingkungan yang lebih sesuai untuk pertumbuhan lumut, sedangkan tempat tumbuh lumut epifit pada penelitian Putrika (2012) cenderung kering, lebih terbuka, dan banyak kendaraan yang lewat di sekitar lokasi.
Kebanyakan lumut (9 jenis) hanya dijumpai pada satu pohon inang, tetapi ada dua jenis lumut yang dijumpai pada enam pohon inang. Kedua jenis lumut itu adalah
Lejeunea tuberculosa dan Octoblepharum albidum. Lumut L. tuberculosa ditemukan pada pohon Gymnospermae pada nomor 1, 2, 7, 8, 11 dan 12 sedangkan O. albidum
ditemukan di pohon Gymnospermae pada nomor 1, 2, 3, 10, 12, dan 13, jenis yang lainnya dijumpai pada 2-5 pohon inang. Berdasarkan hal ini keberadaan jenis lumut tidak spesifik dijumpai pada jenis pohon tertentu. Hal yang serupa juga diperoleh dari penelitian pada inang Angiospermae yang dilakukan di hutan Universitas Indonesia (Putrika 2012).
Keanekaragaman dan Persebaran Jenis Lumut pada Blok I dan Blok II
Lumut epifit lebih banyak ditemukan di Blok II (13 jenis) daripada Blok I (10 jenis) (Gambar 2). Jenis lumut yang terdapat pada Blok I saja adalah Exodictyon sulivantii,
Syrrhopodon prolifer, Fissidens autoicus,
F. intromarginatulus, dan F. perpusillus. 0
10 20 30 40
KRB I KRB II HA I HA II HA III
Jenis lumut yang hanya terdapat pada Blok II adalah Lejeunea sordida, Lopholejeunea eulopha, Frullania apiculata, Calymperes boulayi, Meiothecium bogoriense, M. jagorii,
M. microcarpum, dan sp.1(lumut sejati). Lumut yang terdapat pada kedua Blok adalah Cheilolejeunea trifaria, C. incisa,
Lejeunea tuberculosa, Leucobryum chlorophylosum, dan O. albidum. Banyaknya jumlah jenis lumut epifit di Blok II mungkin dipengaruhi oleh sampel pohon yang terdiri atas beberapa jenis Gymnospermae. Ariyanti
et al. (2008) menyebutkan keanekaragaman jenis lumut berhubungan dengan tipe habitat. Habitat yang heterogen memiliki keanekaragaman yang lebih banyak dibandingkan dengan yang homogen.
Gambar 2 Jumlah jenis lumut epifit pada Gym-
nospermae di KRB pada Blok I dan Blok II.
Keanekaragaman dan Persebaran Jenis Lumut Berdasarkan Jenis Pohon Inang
Pada penelitian ini jenis lumut epifit paling banyak ditemukan (6 jenis) pada pohon
P. montizumae dengan diameter batang 39,5 cm, namun pada diameter yang sama di pohon yang lain (L. hopeii), hanya dijumpai dua jenis. Pada pohon A. cunninghamii
dengan diameter batang 66,2 cm yang merupakan diameter terbesar, hanya dijumpai dua jenis, sedangkan pada diameter batang 23,6 cm di pohon L. hopeii (sampel nomor 2) yang merupakan diameter terkecil dijumpai lima jenis lumut. Ada juga pohon yang tidak ada lumutnya, yaitu pohon dengan diameter batang 37,9 cm pada pohon P. caribaea. Hal ini menunjukan keanekaragaman jenis lumut per pohon tidak dipengaruhi oleh ukuran diameter pohon, diameter besar atau kecil suatu jenis pohon bukan berarti jumlah lumut epifit yang diperoleh banyak atau sedikit tetapi hanya menunjukkan perbedaan jenis lumut epifit yang diperoleh. Ariyanti et al.
(2008) dan Strazdina (2010) menyebutkan bahwa diameter batang bukan merupakan faktor yang signifikan mempengaruhi jumlah jenis lumut per pohon, tetapi dalam penelitan Mežaka & Znotina (2010) dilaporkan bahwa diameter batang pohon merupakan faktor
signifikan untuk kemunculan jenis lumut per pohon. Hal signifikan tersebut hanya ditunjukkan oleh total jenis lumut perpohon.
Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh 13 jenis lumut dari 11 pohon berkulit kasar, dua jenis lumut dari satu pohon berkulit halus, dan tiga jenis lumut dari satu pohon berkulit halus dan kasar (Lampiran 6). Pada penelitian lain, tekstur kulit pohon kemungkinan besar merupakan faktor penting yang ikut mempengaruhi distribusi lumut epifit. Gradstein & Culmsee (2010) melaporkan bahwa batang pohon yang berkulit kasar memiliki jumlah jenis lumut epifit yang lebih banyak dibandingkan dengan batang pohon yang berkulit halus. Meskipun ada perbedaan jumlah lumut dari sampel pohon bertekstur kasar dan halus, tetapi dalam penelitian ini tidak bisa dibandingkan karena jumlah sampel yang berbeda. Lebih banyak jenis lumut di pohon yang berkulit kasar mungkin bukan karena tekstur pohon tetapi karena sampel pohon yang lebih banyak (Lampiran 6).
Keanekaragaman dan Persebaran Jenis Lumut Berdasarkan Letaknya pada Batang
Rata-rata frekuensi kehadiran (persentase kehadiran) jenis lumut pada Gymnospermae
lebih banyak dijumpai pada kulit pohon di bagian barat (2,1%) dan utara (1,8%), dibandingkan dengan bagian selatan (1,4%) dan timur (1,2%) jenis (Gambar 3). Lumut lebih banyak dijumpai pada bagian barat dan utara, kemungkinan karena pada bagian tersebut relatif sedikit terkena cahaya matahari dan lebih lembab dibandingkan dengan arah yang bertolak belakang dengannya.
Gambar 3 Rata-rata frekuensi kehadiran lumut epifit
berdasarkan letaknya pada pohon inang
Gymnospermae yang diperoleh dari penelitian ini ( ) dibandingkan dengan rata-rata frekuensi kehadiran lumut epifit berdasarkan letaknya pada pohon inang Angiospermae dari 0
5 10 15
Blok I Blok II
Ju m la h j en is l u m u t 0 1 2 3 4 5 6
U S B T
Ra ta -ra ta f re k u en si k eh a d ira n
4
penelitian Apriana (2010) ( ). Keterangan: U= utara, S= selatan, B= barat, dan T= timur.
Apriana (2010), yang meneliti tentang lumut hati pada Angiospermae, menemukan bahwa jenis lumut epifit lebih sering dijumpai pada bagian timur, sedangkan pada penelitian Junita (2010) juga di Angiospermae, jenis lumut sejati epifit lebih sering dijumpai pada pohon bagian barat dengan persentase penutupan dan jumlah jenis lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Dalam penelitian Mežaka & Znotina (2006) dilaporkan bahwa jumlah jenis lumut epifit lebih sering pada arah selatan dibandingkan arah lainnya. Banyaknya lumut pada arah mata angin tersebut dikarenakan pada arah selatan jarang terkena cahaya matahari dan lebih lembab, selain itu posisinya bertolak belakang dengan arah utara yang lebih banyak terkena cahaya matahari yang membuatnya menjadi lebih kering. Friedel et al. (2006) dan Ariyanti et al. (2008) menyebutkan bahwa banyak jenis lumut menyukai tempat yang ternaungi dan kelembaban yang tinggi.
Lumut lebih banyak dijumpai pada bagian pangkal pohon 0-100 cm (10 jenis) daripada bagian pohon yang lebih tinggi 100-200 cm (8 jenis) (Gambar 4). Pada penelitian Apriana (2010) dan Junita (2010) didapatkan hasil yang sama, bahwa lumut lebih banyak dijumpai pada bagian tersebut. Hal ini dikarenakan pada pangkal pohon terdapat banyak humus atau dekat dengan tanah, sehingga jenis-jenis lumut yang tumbuh di tanah dapat juga tumbuh di pangkal pohon.
Gambar 4 Rata-rata persentase jenis lumut yang dijumpai pada ketinggian 0-100 cm dan 100-200 cm pada pangkal pohon inang Gymnospermae di KRB yang diperoleh pada penelitian ini ( ) dibandingkan dengan pangkal pohon inang
Angiospermae di KRB dari penelitian Apriana (2010) ( ) dan Junita (2010) ( ).
Deskripsi Jenis-Jenis Lumut yang Ditemukan di KRB
Pengenalan jenis lumut hati dan sejati epifit pada Gymnospermae di KRB dapat
dilihat pada deskripsi di bawah ini, istilah botani dalam deskripsi untuk lumut dapat dilihat pada Lampiran 7, gambar lumut hati epifit disajikan pada Lampiran 8, sedangkan gambar lumut sejati epifit disajikan pada Lampiran 9.
Lumut hati epifit Cheilolejeunea incisa
Jenis lumut ini memiliki ukuran 8-12 mm, berwarna hijau, susunan daun incubous, lobe
berbentuk segi empat, sel daun isodiametric;
lobule pendek,1/2-3/4 lobe, terdapat gigi, gigi terdiri atas satu tonjolan; underleaves berbagi, ukuran sinus 1/4 panjang underleaves.
C. trifaria
Jenis lumut ini memiliki ukuran 3-7 mm, berwarna kuning keputihan, susunan daun
incubous; lobe berbentuk bulat telur; sel daun
isodiametric; lobule pendek, 1/4-1/2 lobe, terdapat gigi, gigi terdiri atas satu tonjolan;
underleaves berbagi, ukuran sinus 3/4 panjang
underleaves.
Frullania apiculata
Jenis lumut ini memiliki ukuran panjang tanaman 6-14 mm, berwarna hitam keunguan, susunan daun incubous, lobe berbentuk bulat telur; sel daun isodiametric; lobule melekat pada lobe dengan satu sel saja, tidak terdapat gigi; underleaves berbagi, sinus 1/4-1/2 panjang underleaves.
Lejeunea sordida
Jenis lumut ini memiliki ukuran 3-5 mm, berwarna cokelat, susunan daun incubous,
lobe berbentuk bulat telur; sel daun
isodiametric; lobule pendek, 1/4-1/2 lobe, dan tidak terdapat gigi; underleaves berbagi, ukuran sinus 1/4 panjang underleaves.
L. tuberculosa
Jenis lumut ini memiliki ukuran 5-7 mm, berwarna hijau, susunan daun incubous, lobe
berbentuk bulat telur; sel daun isodiametric;
lobule pendek, 1/3 lobe, tidak terdapat gigi;
underleaves berbagi, ukuran sinus 1/4-1/2 panjang underleaves.
Lopholejeunea eulopha
Jenis lumut ini memiliki ukuran panjang tanaman 5-16 mm, berwarna cokelat, susunan daun incubous, lobe berbentuk bulat telur; sel daun isodiametric, tepi lobule bagian ujung melekat pada lobe dengan satu sel; tidak terdapat gigi; underleaves tidak berbagi, sinus tidak ada. 0 2 4 6 8 10
0-100 cm 100-200 cm
Lumut sejati epifit Calymperes boulayi
Jenis lumut ini memiliki ukuran 2-3 mm, termasuk ke dalam lumut acrocarpus, berwarna hijau; daun tersusun spiral, bentuk daun lanset, tidak memiliki border, tulang daun percurrent halus, sel cancellina convex
dengan dinding sel yang tebal, cancellina
berukuran 1/4 panjang daun, tepi daun bergigi, ujung daun runcing, ada gemma, sel daun isodiametric, kadang tidak berpapil, tidak memiliki alar cells.
Exodictyon sullivantii
Jenis lumut ini memiliki ukuran 2-3 mm, termasuk ke dalam lumut acrocarpus, berwarna hijau, susunan daun spiral, bentuk daun lanset, memiliki border, tulang daun
percurrent tanpa cilia, tidak ada cancellina, tepi daun bergigi, ujung daun runcing, tidak ada gemma; sel daun kotak, ada mamilla, tidak memiliki alar cells.
Fissidens autoicus
Jenis lumut ini memiliki ukuran 1- 4 mm, termasuk ke dalam lumut acrocarpus, berwarna hijau, daun tersusun atas dua deret, bentuk daun lanset, memiliki setengah daun proksimal berduplikasi membentuk vaginant lamina, memiliki border,tersusun atas sel-sel yang pendek dalam dua lapis, tulang daun
excurrent, tepi daun bergigi, ujung daun runcing; sel daun isodiametric, unimamilla, tidak memiliki alar cells.
F. intromarginatulus
Jenis lumut ini memiliki ukuran 1-2 mm, termasuk ke dalam lumut acrocarpus, berwarna hijau, daun tersusun atas dua deret, bentuk daun lanset, memiliki setengah daun proksimal berduplikasi membentuk vaginant lamina, memiliki border;tersusun atas sel-sel yang pendek dalam dua lapis, tulang daun
excurrent, tepi daun bergigi, ujung daun runcing; sel daun isodiametric,
pluripapillose, tidak memiliki alar cells.
F. perpusillus
Jenis lumut ini memiliki ukuran 1-2 mm, termasuk ke dalam lumut acrocarpus, berwarna hijau, daun tersusun atas dua deret, bentuk daun lanset, memiliki setengah daun proksimal berduplikasi membentuk vaginant lamina, tidak memiliki border; tersusun atas sel-sel yang pendek dalam satu lapis, tulang daun excurrent, tepi daun bergigi, ujung daun runcing; sel daun isodiametric,
pluripapillose, tidak memiliki alar cells.
Leucobryum chlorophylosum
Jenis lumut ini memiliki ukuran 9-12 mm, berwarna putih, termasuk ke dalam lumut
acrocarpus, susunan daun spiral, bentuk daun lanset, tidak memiliki border, tulang daun
excurrent, pada irisan melintang daun dijumpai sel chlorocyst terletak ditengah dan
leucocyst ditepi bisa sampai 3 lapisan pada kedua sisi chlorocyst, tepi daun rata, ujung daun runcing; sel daun kotak, tidak memiliki
papilla/mamilla, tidak memiliki alar cells.
Meiothecium bogoriense
Jenis lumut ini memiliki ukuran 1-2 mm, berwarna hijau, termasuk ke dalam lumut
acrocarpus, susunan daun spiral, bentuk daun bulat telur, tidak memiliki border, tidak ada tulang daun, tepi daun bergigi, ujung daun runcing; sel daun rhombic, tidak memiliki
papilla/mamilla, alar cells terdiferensiasi dengan jelas.
M. jagorii
Jenis lumut ini memiliki ukuran 5-12 mm, berwarna hijau, termasuk ke dalam lumut
acrocarpus, susunan daun spiral, bentuk daun bulat telur, tidak memiliki border, tidak ada tulang daun, tepi daun bergigi, ujung daun runcing, sel daun rhombic, tidak memiliki
papilla/mamilla, alar cells memiliki bentuk agak lonjong, terletak pada bagian tengah, berwarna kuning.
M.microcarpum
Jenis lumut ini memiliki ukuran 1-4 mm, berwarna hijau, termasuk ke dalam lumut
acrocarpus, susunan daun spiral, bentuk daun bulat telur, tidak memiliki border, tidak ada tulang daun, tepi daun bergigi, ujung daun runcing; sel daun rhombic, tidak memiliki
papilla/mamilla, alar cells memiliki bentuk lonjong, terletak pada bagian sisi, berwarna bening, sedangkan bagian tengah kuning.
Octoblepharum albidum
Jenis lumut ini memiliki ukuran 4-5 mm, termasuk ke dalam lumut acrocarpus, susunan daun spiral, bentuk daun lanset, tidak memiliki border; tulang daun lebar, penampang melintang daun berbentuk segitiga; dengan sel-sel chlorocyst di antara
leucocyst bagian atas dan bawah, tepi daun rata, ujung daun runcing; sel daun kotak, tidak memiliki papilla/mamillae, tidak memiliki
6
Syrrhopodon prolifer
Jenis lumut ini memiliki ukuran 2-5 mm, termasuk ke dalam lumut acrocarpus, berwarna hijau, susunan daun spiral, bentuk daun lanset, memiliki border, tulang daun
percurrent halus; cancellina berukuran 3/4 panjang daun, sel cancellina isodiametric; dinding sel tidak tebal, tepi daun rata, ujung daun runcing, tidak ada gemma; sel daun isodiametrik, memiliki papilla, tidak memiliki
alar cells. sp.1
Jenis lumut ini memiliki ukuran kurang dari 1 mm, termasuk ke dalam lumut
pleurocarpous, susunan daun spiral, bentuk daun bulat telur, tidak memiliki border, tidak ada tulang daun, tepi daun rata, ujung daun runcing; sel daun belah ketupat, tidak memiliki papilla/mamilla, memiliki alar cells.
SIMPULAN
Lumut epifit yang diperoleh dalam penelitian ini ada 18 jenis termasuk ke dalam 12 marga dan 7 suku. Suku dengan jumlah jenis paling banyak dijumpai adalah
Lejeuneaceae. Jenis lumut yang paling sering dijumpai adalah Lejeunea tuberculosa dan
Octoblepharum albidum. Kedua lumut tersebut dijumpai pada 6 dari 13 pohon sampel. Rata-rata frekuensi kehadiran (persentase kehadiran) jenis-jenis lumut paling tinggi dijumpai pada bagian barat (2,1%) kemudian utara (1,8%). Jenis-jenis lumut lebih sering dijumpai pada bagian pangkal pohon 0-100 cm daripada 100-200 cm.
DAFTAR PUSTAKA
Apriana D. 2010. Keragaman dan Kelimpahan Lumut Hati Epifit di Kebun Raya Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Ariyanti NS, Bos MM, Kartawinata K,
Tjitrosoedirdjo SS, Guhardja E, dan Gradstein SR. 2008. Bryophyte on tree trunk in natural forest, selectively logged forest and cacao agroforests in Central Sulawesi, Indonesia. Biol Conser 141: 2516-2527.
Asakawa Y. 2007. Biologically active compounds from bryophyte. Pure Apll. Chem. 79:557-580.
Bartram EB.1939. The Philippine Journal of Science. Volume ke-68. Manila: Bureau of Printing.
Eddy A. 1988. A Hand Book of Malesian Mosses. Volume ke-1, Sphagnales to Dicranales. London: British Museum (Natural History).
Eddy A. 1990. A Hand Book of Malesian Mosses. Volume ke-2, Leucobryaceae
to Buxbaumiaceae. London: British Museum (Natural History).
Eddy A. 1996. A Hand Book of Malesian Mosses. Volume ke-3, Splachnobryace ae to Leptostomataceae. London: British Museum (Natural History). Fitri A, Kusrini MD, Priyono A. 2003.
Keanekaragaman jenis amfibi (Ordo Anura) di Kebun Raya Bogor. Di dalam Konservasi Amfibi dan Reptil di Indonesia. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan; Bogor 8 Mei 2003. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Fleischer M. 1902-1904. Flore de
Buitenzorg.Volume ke-2. Leiden: E .J. Brill.
Friedel A, Oheimb GV, Dengler J, Härdtle. 2006. Species diversity and species of epiphytic Bryophytes and lichens - a comparison of managed and unmanaged beech forest in NE Germany. Feddes Repertorium. 117: 172-185.
Glime JM. 2006. Physiological Ecology. Volume ke-1. WWW Bryoecol. [terhubung berkala] http://www.bryo-ecol.mtu.edu/ [13 Agustus 2011]. Goffinet B, Shaw AJ. 2009. Bryophyte
Biology Second Edition. New York: Cambridge Univ Pr.
Gradstein SR, Pócs T. 1989. Tropical Rain Forest Ecosystem. Amsterdam: Elsevier Science.
Gradstein SR, Churchill SP, Salazar-Alen N. 2001. Guide to The Bryophytes of Tropical America. New York: The New York Botanical Garden.
Gradstein SR, Culmsee H. 2010. Bryophyte diversity on tree trunk in motane forest of Central Sulawesi, Indonesia.
Tropical Bryology 31: 95-105.
Gradstein SR et al. 2010. Bryophytes of Mount Patuha, West Java, Indonesia.
Reinwardtia 13: 107-123.
Haerida I, Gradstein SR, Tjitrosoedirdjo SS. 2010. Lejeuneaceae subfamily Ptychanthoideae (Hepaticae) in West Java. Gard Bull Singapore 62: 53-103. Hallingbäck T, Hodgetts N. 2000. Mosses,
Liverworts, and Hornworts. Status Survey and Conservation Action Plan for Bryophytes. United Kingdom : Information Press.
Johnson A. 1980. Mosses of Singapore and Malaysia. Singapore: Singapore University Press.
Junita N. 2010. Lumut Sejati Epifit pada Pangkal Pohon di Kebun Raya Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
[LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2001. An Alphabetical List of Plant Species Cultivated in The Bogor Botanical Garden. Bogor: CV. Riza Graha Jaya.
Mezaka A, Znotina V. 2006. Epiphytic bryophytes in old growth forests of slopes, screes and ravines in north-west Latvia. Acta Universitatis Latviensis
710 :103 - 116.
Mezaka A, Znotina V. 2010. Epiphytic bryophyte and lichen communities in relation to tree and forest stand variables in Populus tremula forest of south-east Latvia. Acta Biol. Univ. Daugavp. 2 : 1–8.
Putrika A. 2012. Komunitas Lumut Epifit di Kampus Universitas Indonesia Depok [tesis]. Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.
Schiffner V. 1898. Conspectus Hepaticarum Archipelagi indici. Batavia: Staatsdruckerei.
Söderström L, Hagborg A, von Konrat M, Renner M. 2008. Early Land Plants Today: Liverwort Checklist of Checklist. Botany 47:105-130.
Sporn GS et al. 2010. Vertical distribution of epiphytic bryophyte in an Indonesia rainforest. Biodivers Conserv 19: 745 - 760.
Strazdina L. 2010. Bryophyte community composition on an island of Lake Cieceres, Latvia: dependence on forest stand and substrate properties.
Environmental and Experimental Biology 8: 49-58.
Tan BC et al. 2006 Mosses of Gunung Halimun National Park, West Java, Indonesia. Reinwardtia 12:205-214. Verdoorn FR. 1934a. A Year Book Devoted
to The Study of Mosses and Hepatics.
Ann Bryol Supl I: 1-183.
Verdoorn FR. 1934b. A Year Book Devoted to The Study of Mosses and Hepatics.
Lampiran 1 Peta Kebun Raya Bogor
Keterangan: A: Blok I terdiri atas suku Cycadaceae
B: Blok II terdiri atas Pinaceae, Araucariaceae, Gnetaceae dan Podocarpaceae
Skala 1:5000 B
10
Lampiran 2 Sketsa Denah Blok I
Keterangan: II.E.14, II.E.49, II.E.53, II.E54 ( Lepidozamia hopeii)
II.E.49
II.E.53
II.E.54
Lampiran 3 Sketsa denah blok II
Keterangan: Araucariaceae: V.F.40, V.F.103
Podocarpaceae: V.F.115, V.F.116, V.F.117
Gnetaceae: V.F.114
Pinaceae: V.F.10, V.F.83, V.F.105
Skala 1:500
V.F.103 V.F.40 V.F.117
V.F.116 V.F.115
V.F.114 V.F.105
V.F.10
12
Lampiran 4 Deskripsi jenis Gymnospermae Agathis robusta
Jenis Gymnospermae ini memiliki habitus berupa pohon, batang kasar, pepagan mengelupas, serat kulit rapat dan kecil. Daun tunggal, berhadapan, bentuk lanset, dan ujung runcing. Strobilus tersusun aksilar/terminal pada cabang pendek, strobilus jantan berukuran lebih kecil daripada strobilus betina. Biji bersayap.
Araucaria columnaris
Jenis Gymnospermae ini memiliki habitus berupa pohon, batang kasar dan berbentuk tabung, pepagan mengelupas. Daun tunggal, tersusun spiral, bentuk lanset, ujung runcing. Strobilus tersusun aksilar/terminal pada cabang pendek, strobilus jantan berukuran lebih kecil daripada strobilus betina, strobilusjantan oblong-lonjong, strobilus betina bulat telur. Biji bersayap.
A. cunninghamii
Jenis Gymnospermae ini memiliki habitus berupa pohon, batang kasar dan berbentuk tabung, pepagan mengelupas. Daun tunggal, tersusun spiral, bentuk lanset, ujung runcing. Strobilus tersusun aksilar/terminal pada cabang pendek, dapat memproduksi strobilusapabila berumur 15-25 tahun, strobilus jantan berukuran lebih kecil daripada strobilus betina, strobilus jantan lonjong, strobilus betina bulat telur. Biji bersayap.
Gnetum gnemon
Jenis Gymnospermae ini memiliki habitus berupa pohon, batang halus, pepagan bergelang. Daun tunggal, bentuk bulat telur, ujung runcing. Strobilus jantan terdiri atas satu lingkaran bunga betina yang mandul di bagian atas dan bunga jantan tersusun spiral di bagian bawah, strobilus betina terdiri atas 1 lingkaran bunga yang subur.
Lepidozamiahopeii
Jenis Gymnospermae ini memiliki habitus berupa pohon, batang kasar dan berbentuk tabung, pepagan berlekah (pepagan luar yang seakan-akan membentuk alur; huruf V atau bentuk sampan atau perahu). Daun majemuk menyirip, tersusun spiral dan dipisahkan oleh cataphylls (daun pertama yang tidak berkembang lagi), bentuk lanset, ujung runcing, tulang dauntidak bercabang. Strobilus jantan mengandung banyak sekali mikrosporofil yang tersusun spiral, bagian bawah mikrosporofil terdapat mikrosporangia (kantung sari), dalam megasporofil terdapat megasporangia. Biji berbentuk oblong atau ellipsoidal dengan bagian luar sarcotesta (kulit biji yang berdaging) berwarna merah.
Pinus caribaea
Jenis Gymnospermae ini memiliki habitus berupa pohon, batang kasar, pepagan bersisik. Daun berkarang, bentuk bulat telur, ujung runcing. Strobilus jantan memiliki mikrosporofil, masing-masing mikrosporofil memiliki dua mikrosporangia yang tersusun spiral dan mikrospora bersayap, strobilusbetina memiliki bakal biji yang tersusun spiral. Biji bersayap.
P. montizumae
Lampiran 4 (lanjutan)
Podocarpus chinensiswell
Jenis Gymnospermae ini memiliki habitus berupa pohon, batang kasar, pepagan berlekah. Daun tunggal, bentuk lanset, ujung runcing. Strobilus jantan banyak memiliki mikrosporofil, masing-masing mikrosporofil memiliki dua mikrosporangia, strobilus betina memiliki satu biji. Embrio memiliki dua kotiledon.
P. neriifolius
Jenis Gymnospermae ini memiliki habitus berupa pohon, batang kasar, pepagan berlekah. Daun tunggal, susunan tersebar, bentuk lanset, ujung runcing. Strobilus jantan memiliki banyak mikrosporofil, masing-masing mikrosporofil memiliki dua mikrosporangia, strobilus betina memiliki satu biji. Embrio memiliki dua kotiledon.
14
Lampiran 5 Persebaran jenis lumut epifit berdasarkan ketinggian letak lumut pada pohon (0-100 cm dan 100-200 cm) dan arah mata angin (U= utara, S= selatan, B= barat, T= timur) pada pohon inang di Blok I dan Blok II.
Kelompok
Blok
0-100 cm 100-200 cm Nomor Pohon Inang Suku
U S B T U S B T Jenis
Lumut Hati Frullaniaceae
Frullania apiculata I - - - -
II - - - - + - - - 10
Lejeuneaceae
Cheilolejeunea incisa I - - + + - - - - 3 II + - + + - - - - 5,10,12,13
C. trifaria I + + + - - - 1,2
II + - - - 10
Lejeunea sordida I - - - -
II - - - + - 5,12
L. tuberculosa I + - + + - - - - 1,2 II - + + + - - - - 7,8,11,12
Lopholejeunea eulopha I - - - -
II + + - - - 7
Lumut Sejati Calymperaceae
Calymperes boulayi I - - - -
II - - - - + - - - 10
Exodictyon sullivantii I - - + - - - 1
II - - - -
Syrrhopodon prolifer I - - + - - - 1
II - - - -
Fissidentaceae
Fissidens autoicus I + + + + - - - - 2,4
II - - - -
F. intromarginatulus I - + - - - 3,4
II - - - -
F. perpusillus I - + - - - 2
II - - - -
Leucobryaceae
Leucobryum chlorophylosum I - - - + - 3
II - - - - + - + - 10
Octoblepharaceae
Octoblepharum albidum I - - - - + + + + 1,2,3 II - - - - + + + - 10,12,13
Sematophyllaceae
Meiothechium bogoriense I - - - -
II - - - - + - - - 11
M. jagorii I - - - -
II - - - - + + + + 6,8,12,13
M.microcarpum I - - - -
II - - - + 6
sp.1 I - - - -
II - - + - - - 7
Lampiran 6 Pohon inang (Gymnospermae) dan jumlah jenis lumut epifit per pohon inang di Blok I dan Blok II.
Blok
Pohon Inang (Gymnospermae)
Jumlah Jenis Lumut Nama Pohon
Nomor Sampel Pohon
Nomor Pohon
Diameter Batang
(cm)
Tekstur Kulit Pohon
I
Lepidozamia hopeii 1 II.E.49 26.7 Kasar 5
L. hopeii 2 II.E.54 23.6 Kasar 5
L. hopeii 3 II.E.53 33.7 Kasar 4
L. hopeii 4 II.E.55 39.5 Kasar 2
Rata-rata jenis lumut per pohon inang 4
II
Araucaria columnaris 5 V.F.40 65.6 Kasar 2
A. cunninghamii 6 V.F.103 66.2 Kasar 2
Agathis robusta 7 V.F.83 44.9 Halus dan
Kasar 3
Gnetum gnemon 8 V.F.114 42.7 Halus 2
Pinus caribaea 9 V.F.105 37.9 Kasar 0
P. montizumae 10 V.F.10 39.5 Kasar 6
Podocarpus chinensiswell 11 V.F.115 25.5 Kasar 2
P. neriifolius (jantan) 12 V.F.117 34.4 Kasar 5
P. neriifolius (betina) 13 V.F.116 34.4 Kasar 3
16
Lampiran 7 Daftar istilah botani untuk lumut
Acrocarpous : Tumbuhan lumut yang tumbuh tegak dan menghasilkan sporofit pada bagian ujung batang.
Alar cells : Sel pada bagian sudut atau tepi basal daun yang berbeda ukuran, bentuk, dan warna dari sel pada bagian daun yang lain.
Border : Tepi daun yang terdiferensiasi baik bentuk, ukuran, warna, ataupun ketebalan.
Cancellina : Bagian basal daun yang tersusun oleh sel-sel yang kosong transparan dan biasanya berukuran besar dibandingkan sel lainya.
Chlorocyst : Sel yang berisi klorofil.
Cilia : Bagian yang menyerupai rambut-rambut halus.
Excurrent : Tulang daun yang melebihi ujung daun.
Gemma : Alat reproduksi aseksual pada lumut.
Incubous : Susunan daun pada lumut hati, daun lateral menutupi daun lateral diatasnya.
Isodiametric : Bentuk teratur dengan diameter yang sama.
Lamina : Helaian daun yang tipis, separuh daun yang rata, berbeda dengan tulang daun.
Leucocyst : Sel yang tidak berisi klorofil.
Lobe : Bagian dari daun lateral dari lumut hati yang biasanya berukuran besar.
Lobule : Bagian daun lateral yang membentuk kantung pada lumut hati.
Mamilla : Penonjolan dinding sel sehingga terjadi perluasan lumen sel yang menonjol.
Oblong : Bangun daun apabila memiliki panjang berbanding lebar 2 1/2-3:1.
Papilla : Penonjolan padat pada permukaan dinding sel.
Percurrent : Pertulangan daun yang memanjang dan berakhir di ujung daun atau sebelum ujung daun.
Pleurocarpous : Tumbuhan lumut yang tumbuh merayap dan menghasilkan sporofit pada bagian lateral batang.
Pluripapillose : Memiliki beberapa papilla.
Rhombic : Sel berbentuk belah ketupat.
Sinus : Belahan pada underleaves.
Underleaves : Daun yang tersusun pada posisi ventral pada lumut hati berdaun.
Unimamillate : Memiliki satu mamillae.
Lampiran 8 Jenis lumut hati epifit pada Gymnospermae di Kebun Raya Bogor
Keterangan: a, b. C. trifaria c, d. F. apiculata
18
Lampiran 9 Jenis lumut sejati epifit pada Gymnospermae di Kebun Raya Bogor
ABSTRAK
FIBO ADHITYA. Keanekaragaman Lumut Epifit pada Gymnospermae di Kebun Raya Bogor. Dibimbing oleh NINA RATNA DJUITA danNUNIK SRI ARIYANTI.
Penelitian mengenai keanekaragaman lumut epifit umumnya dilakukan pada Angiospermae
sedangkan pada Gymnospermae masih jarang dilakukan. Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan tempat konservasi ex-situ. Berbagai jenis pohon di KRB menyediakan tempat tumbuh bagi jenis-jenis lumut epifit. Selain itu KRB memiliki suhu dan kelembapan udara pada kisaran optimum untuk pertumbuhan lumut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keanekaragaman jenis lumut epifit pada Gymnospermae di KRB. Sampel lumut diamati pada Gymnospermae di Blok I yang terdiri atas suku Cycadaceae dan Blok II yang merupakan anggota suku Pinaceae, Araucariaceae,
Gnetaceae, dan Podocarpaceae. Hanya pohon dengan diameter ≥ 20 cm yang dipilih sebagai sampel pohon. Sampel lumut diambil pada pangkal pohon (0-200 cm) pada posisi arah mata angin utara, selatan, barat, dan timur. Lumut epifit yang diperoleh dalam penelitian ini ada 18 jenis termasuk ke dalam 12 marga dan 7 suku. Suku dengan jumlah jenis paling banyak dijumpai adalah
Lejeuneaceae. Jenis lumut yang paling sering dijumpai adalah Lejeunea tuberculosa dan
Octoblepharumalbidum. Kedua lumut tersebut dijumpai pada 6 dari 13 pohon sampel. Rata-rata frekuensi kehadiran (persentase kehadiran) jenis-jenis lumut paling tinggi dijumpai pada bagian barat (2,1%) kemudian utara (1,8%). Jenis-jenis lumut lebih sering dijumpai pada bagian pangkal pohon 0-100 cm daripada 100-200 cm.
Kata Kunci:Gymnospermae, Kebun Raya Bogor, keanekaragaman, lumut epifit.
ABSTRACT
FIBO ADHITYA. Diversity of Epiphytic Bryophytes on Gymnospermae in Bogor Botanical Garden. Supervised by NINA RATNA DJUITA andNUNIK SRI ARIYANTI.
Researchs on diversity of epiphytic bryophytes are more common observed on
Angiospermae than those on Gymnospermae. Bogor Botanical Garden (BBG) is an ex-situ conservation in which the sample plants are collected around the world for conservation purpose. Trees in the Botanical Garden provide substrats for epiphytic bryophytes. The temperature and humidity in the Botanical Gardens were the optimum range for the bryophyte growth. The aim of this research was to observe diversity of epiphytic bryophytes on Gymnospermae in BBG. The bryophyte samples were collected from Gymnosperm trees in Blok I which is Cycadaceae familly and those in Blok II which are the familly of Pinaceae, Araucariaceae, Gnetaceae, dan
Podocarpaceae. Only the trees have ≥ 20 cm (dbh) of trunk base were sampled. Bryophytes were collected from the trunk base at 0-200 cm above the ground, at four cardinal direction (north, south, west, and east). In total 18 species of epiphytic bryophytes were found, included 12 genera and 7 families. The family which had the highest number of species was Lejeuneaceae. The most common species on Gymnosperm trees in the Botanical Garden were Lejeunea tuberculosa and
Octoblepharum albidum. Both of them were found at 6 trees of 13 total tree samples. The species were found more frequently at west (2,1%) and north (1,8%) part than east and south part of the host trees. They more frequently inhabit the trunk base on 0-100 cm than 100-200 cm.
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebun Raya Bogor (KRB) merupakan tempat konservasi ex-situ dengan luas mencapai 87 hektar, terletak pada ketinggian 235-250 m dpl (LIPI 2001). Vegetasi yang ada di KRB merupakan tumbuhan contoh dari berbagai negara yang ditanam untuk konservasi. Berbagai jenis pohon di KRB menyediakan tempat tumbuh bagi jenis-jenis lumut epifit. Area KRB memiliki suhu berkisar 22,6-28,5 oC dan kelembaban udara berkisar 71-92% (Fitri et al. 2003). Asakawa (2007) melaporkan bahwa lumut hidup pada lingkungan yang lembab dan akan tumbuh optimal pada suhu berkisar 15-25 oC, serta dengan kelembaban udara di atas 50%, sehingga KRB merupakan tempat yang sesuai bagi tumbuhnya lumut.
Tumbuhan lumut merupakan kelompok terbesar kedua setelah tumbuhan berbunga (350.000 jenis) dan diperkirakan jumlahnya di dunia ada 15.000-25.000 jenis (Gradstein
et al. 2001; Glime 2006). Lumut dapat dibedakan menjadi tiga kelompok utama yaitu lumut hati, lumut tanduk, dan lumut sejati (Hallingbäck & Hodgetts 2000). Penelitian lumut di Jawa telah dilakukan sejak sekitar 200 tahun lalu, tetapi informasinya masih belum lengkap. Beberapa publikasi lumut di Jawa akhir-akhir ini masih melaporkan beberapa catatan baru seperti buku dan publikasi dalam bentuk jurnal (Tan et al.
2006; Söderström et al. 2008, Gradstein et al.
2010; Haerida et al. 2010). Inventarisasi lumut khususnya di Bogor telah dilakukan oleh beberapa ahli di antaranya Schiffner (1898), Fleischer (1902-1904), dan Verdoorn (1934a,1934b).
Penelitian lumut epifit pada Angiospermae
di KRB telah dilakukan oleh Apriana (2010) dan Junita (2010). Dari hasil penelitiannya, Apriana (2010) memperoleh 33 jenis lumut hati berdaun, sedangkan Junita (2010) memperoleh 42 jenis lumut sejati epifit. Sampai saat ini masih jarang dilakukan penelitian mengenai lumut epifit pada
Gymnospermae di wilayah tropik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keanekaragaman jenis lumut epifit pada
Gymnospermae di KRB.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai Oktober 2011. Pengambilan
lumut dilakukan di KRB pada bulan Februari 2011, sedangkan identifikasinya dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA IPB.
Pengambilan Sampel
Lumut diambil pada tumbuhan
Gymnospermae di KRB yang berada pada Blok I yang terdiri atas suku Cycadaceae dan Blok II yang merupakan anggota suku
Pinaceae, Araucariaceae, Gnetaceae dan
Podocarpaceae. Peta KRB, sketsa denah Blok I, dan Blok II masing-masing disajikan pada Lampiran 1, 2, dan 3, sedangkan deskripsi Gymnospermae disajikan pada Lampiran 4. Tumbuhan yang dipilih memiliki diameter batang ≥ 20 cm. Lumut diambil dari batang pohon pada kisaran ketinggian 0-200 cm pada posisi arah mata angin utara, selatan, barat, dan timur. Data yang dicatat adalah nomor koleksi sampel lumut, arah mata angin, tekstur kulit pohon, dan diameter batang pohon. Sampel lumut yang diperoleh kemudian dibuat herbarium dan diidentifikasi dengan menggunakan buku kunci identifikasi.
Identifikasi Sampel
Lumut diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi, yaitu Flora de Buitenzorg Volume 2 (Fleischer 1902), The Philippine Journal of Science Volume 68 (Bartram 1939),
A Handbook of Malesian Mosses Volume I, II, III (Eddy 1988, 1990, 1996), Mosses of Singapore and Malaysia (Johnson 1980), dan
Guide to Liverworts and Hornwort of Java
(Gradstein 2011).
Analisis Data
Setelah nama jenis lumut diketahui, kemudian jenis lumut yang ada pada
Gymnospermae dibandingkan dengan penelitian lumut epifit sebelumnya pada
Angiospermae, dilihat persebaran lumut pada blok, arah mata angin, dan ketinggian tempat melekatnya pada pohon. Selain itu juga dilihat persebaran jenis lumut pada pohon inang dari jenis-jenis yang berbeda dan memiliki diameter, serta tekstur kulit pohon berbeda. Ciri-ciri lumut yang diamati untuk identifikasi disusun dalam bentuk deskripsi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keanekaragaman Jenis Pohon Inang dan Lumut Epifit
dalam 12 marga dan 7 suku. Pada penelitian ini diperoleh lebih banyak jenis lumut sejati (12 jenis) daripada lumut hati berdaun (6 jenis). Suku Lejeuneaceae (5 jenis) paling banyak ditemukan di KRB dibandingkan anggota suku lainnya (Lampiran 5). Anggota suku ini juga banyak dijumpai dalam penelitian lumut pada Angiospermae di KRB (Apriana 2010; Junita 2010), di perkebunan dan hutan hujan tropis sub pegunungan (Ariyanti et al. 2008; Sporn et al. 2010), dan di hutan hujan tropis pegunungan (Gradstein & Culmsee 2010) (Gambar 1).
Gambar 1 Persentase Lejeuneaceae yang dijumpai pada
Gymnospermae di Kebun Raya Bogor yang diperoleh pada penelitian ini (KRB I) dibandingkan pada Angiospermae dari penelitian di KRB sebelumnya (KRB II), pada
Angiospermae di perkebunan (HA I), dan pada
Angiospermae di hutan alam (HA II) dan (HA III). Sumber data: KRB II= Apriana 2010 dan Junita 2010, HA I= Ariyanti et al. 2008, HA II= Sporn et al. 2010, dan HA III= Gradstein & Culmsee 2010.
Ada beberapa faktor yang diduga dapat menyebabkan suku Lejeuneaceae banyak dijumpai, yaitu Lejeuneaceae merupakan suku dari lumut hati berdaun yang memiliki jumlah jenis terbesar (Goffinet & Shaw 2009; Gradstein 2011), dan anggota suku ini memiliki kantung air yang memungkinkannya dapat beradaptasi untuk menyimpan air dan mengurangi resiko kekeringan, sehingga menyebabkannya dapat bertahan hidup dengan baik (Gradstein & Pócs 1989).
Anggota Gymnospermae yang dijadikan sebagai sampel ada 9 jenis dari total 13 pohon (Lampiran 6). Empat pohon yang diambil dari Blok I merupakan satu jenis Gymnospermae
yang sama, yaitu Lepidozamia hopeii dari suku Cycadaceae; sedangkan 9 sampel pohon di Blok II merupakan Gymnospermae yang terdiri atas 8 jenis, 2 jenis dari suku Pinaceae
(Pinus caribaea dan P. montizumae), 3 jenis dari suku Araucariaceae (Araucaria
cunninghamii, A. columnaris, dan Agathis robusta), 1 jenis dari suku Gnetaceae
(Gnetum gnemon) dan 2 jenis dari suku
Podocarpaceae (Podocarpus neriifolius
(jantan dan betina), dan P. chinensiswell). Jumlah jenis lumut epifit per pohon pada Blok I berkisar 2-5 dengan rata- rata 4 jenis per pohon, sedangkan pada Blok II berkisar 0-6 dengan rata-rata 3 jenis per pohon (Lampiran 6). Hasil ini lebih sedikit jika dibandingkan dengan penelitian Gradstein & Culmsee (2010) pada Angiospermae di hutan hujan tropis pegunungan. Menurut peneliti ini, jumlah jenis lumut per pohon 9-21, dengan rata-rata 15 per pohon. Tetapi, lebih banyak jika dibandingkan dengan penelitian Putrika (2012) di hutan Universitas Indonesia. Jumlah jenis lumut per pohon yang didapat peneliti ini memiliki rata-rata 1-2,5 jenis per pohon. Keanekaragaman jenis lumut cenderung dipengaruhi oleh tipe habitat. Kebun Raya Bogor memiliki kanopi pohon yang terbuka, jika dibandingkan dengan yang berada di hutan alam. Keanekaragaman lumut di KRB ini lebih tinggi daripada penelitian Putrika (2012) di hutan Universitas Indonesia, diduga karena KRB memiliki kondisi lingkungan yang lebih sesuai untuk pertumbuhan lumut, sedangkan tempat tumbuh lumut epifit pada penelitian Putrika (2012) cenderung kering, lebih terbuka, dan banyak kendaraan yang lewat di sekitar lokasi.
Kebanyakan lumut (9 jenis) hanya dijumpai pada satu pohon inang, tetapi ada dua jenis lumut yang dijumpai pada enam pohon inang. Kedua jenis lumut itu adalah
Lejeunea tuberculosa dan Octoblepharum albidum. Lumut L. tuberculosa ditemukan pada pohon Gymnospermae pada nomor 1, 2, 7, 8, 11 dan 12 sedangkan O. albidum
ditemukan di pohon Gymnospermae pada nomor 1, 2, 3, 10, 12, dan 13, jenis yang lainnya dijumpai pada 2-5 pohon inang. Berdasarkan hal ini keberadaan jenis lumut tidak spesifik dijumpai pada jenis pohon tertentu. Hal yang serupa juga diperoleh dari penelitian pada inang Angiospermae yang dilakukan di hutan Universitas Indonesia (Putrika 2012).
Keanekaragaman dan Persebaran Jenis Lumut pada Blok I dan Blok II
Lumut epifit lebih banyak ditemukan di Blok II (13 jenis) daripada Blok I (10 jenis) (Gambar 2). Jenis lumut yang terdapat pada Blok I saja adalah Exodictyon sulivantii,
Syrrhopodon prolifer, Fissidens autoicus,
F. intromarginatulus, dan F. perpusillus. 0
10 20 30 40
KRB I KRB II HA I HA II HA III
3
Jenis lumut yang hanya terdapat pada Blok II adalah Lejeunea sordida, Lopholejeunea eulopha, Frullania apiculata, Calymperes boulayi, Meiothecium bogoriense, M. jagorii,
M. microcarpum, dan sp.1(lumut sejati). Lumut yang terdapat pada kedua Blok adalah Cheilolejeunea trifaria, C. incisa,
Lejeunea tuberculosa, Leucobryum chlorophylosum, dan O. albidum. Banyaknya jumlah jenis lumut epifit di Blok II mungkin dipengaruhi oleh sampel pohon yang terdiri atas beberapa jenis Gymnospermae. Ariyanti
et al. (2008) menyebutkan keanekaragaman jenis lumut berhubungan dengan tipe habitat. Habitat yang heterogen memiliki keanekaragaman yang lebih banyak dibandingkan dengan yang homogen.
Gambar 2 Jumlah jenis lumut epifit pada Gym-
nospermae di KRB pada Blok I dan Blok II.
Keanekaragaman dan Persebaran Jenis Lumut Berdasarkan Jenis Pohon Inang
Pada penelitian ini jenis lumut epifit paling banyak ditemukan (6 jenis) pada pohon
P. montizumae dengan diameter batang 39,5 cm, namun pada diameter yang sama di pohon yang lain (L. hopeii), hanya dijumpai dua jenis. Pada pohon A. cunninghamii
dengan diameter batang 66,2 cm yang merupakan diameter terbesar, hanya dijumpai dua jenis, sedangkan pada diameter batang 23,6 cm di pohon L. hopeii (sampel nomor 2) yang merupakan diameter terkecil dijumpai lima jenis lumut. Ada juga pohon yang tidak ada lumutnya, yaitu pohon dengan diameter batang 37,9 cm pada pohon P. caribaea. Hal ini menunjukan keanekaragaman jenis lumut per pohon tidak dipengaruhi oleh ukuran diameter pohon, diameter besar atau kecil suatu jenis pohon bukan berarti jumlah lumut epifit yang diperoleh banyak atau sedikit tetapi hanya menunjukkan perbedaan jenis lumut epifit yang diperoleh. Ariyanti et al.
(2008) dan Strazdina (2010) menyebutkan bahwa diameter batang bukan merupakan faktor yang signifikan mempengaruhi jumlah jenis lumut per pohon, tetapi dalam penelitan Mežaka & Znotina (2010) dilaporkan bahwa diameter batang pohon merupakan faktor
signifikan untuk kemunculan jenis lumut per pohon. Hal signifikan tersebut hanya ditunjukkan oleh total jenis lumut perpohon.
Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh 13 jenis lumut dari 11 pohon berkulit kasar, dua jenis lumut dari satu pohon berkulit halus, dan tiga jenis lumut dari satu pohon berkulit halus dan kasar (Lampiran 6). Pada penelitian lain, tekstur kulit pohon kemungkinan besar merupakan faktor penting yang ikut mempengaruhi distribusi lumut epifit. Gradstein & Culmsee (2010) melaporkan bahwa batang pohon yang berkulit kasar memiliki jumlah jenis lumut epifit yang lebih banyak dibandingkan dengan batang pohon yang berkulit halus. Meskipun ada perbedaan jumlah lumut dari sampel pohon bertekstur kasar dan halus, tetapi dalam penelitian ini tidak bisa dibandingkan karena jumlah sampel yang berbeda. Lebih banyak jenis lumut di pohon yang berkulit kasar mungkin bukan karena tekstur pohon tetapi karena sampel pohon yang lebih banyak (Lampiran 6).
Keanekaragaman dan Persebaran Jenis Lumut Berdasarkan Letaknya pada Batang
Rata-rata frekuensi kehadiran (persentase kehadiran) jenis lumut pada Gymnospermae
lebih banyak dijumpai pada kulit pohon di bagian barat (2,1%) dan utara (1,8%), dibandingkan dengan bagian selatan (1,4%) dan timur (1,2%) jenis (Gambar 3). Lumut lebih banyak dijumpai pada bagian barat dan utara, kemungkinan karena pada bagian tersebut relatif sedikit terkena cahaya matahari dan lebih lembab dibandingkan dengan arah yang bertolak belakang dengannya.
Gambar 3 Rata-rata frekuensi kehadiran lumut epifit
berdasarkan letaknya pada pohon inang
Gymnospermae yang diperoleh dari penelitian ini ( ) dibandingkan dengan rata-rata frekuensi kehadiran lumut epifit berdasarkan letaknya pada pohon inang Angiospermae dari 0
5 10 15
Blok I Blok II
Ju m la h j en is l u m u t 0 1 2 3 4 5 6
U S B T
Ra ta -ra ta f re k u en si k eh a d ira n
[image:30.595.326.509.531.661.2]penelitian Apriana (2010) ( ). Keterangan: U= utara, S= selatan, B= barat, dan T= timur.
Apriana (2010), yang meneliti tentang lumut hati pada Angiospermae, menemukan bahwa jenis lumut epifit lebih sering dijumpai pada bagian timur, sedangkan pada penelitian Junita (2010) juga di Angiospermae, jenis lumut sejati epifit lebih sering dijumpai pada pohon bagian barat dengan persentase penutupan dan jumlah jenis lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain. Dalam penelitian Mežaka & Znotina (2006) dilaporkan bahwa jumlah jenis lumut epifit lebih sering pada arah selatan dibandingkan arah lainnya. Banyaknya lumut pada arah mata angin tersebut dikarenakan pada arah selatan jarang terkena cahaya matahari dan lebih lembab, selain itu posisinya bertolak belakang dengan arah utara yang lebih banyak terkena cahaya matahari yang membuatnya menjadi lebih kering. Friedel et al. (2006) dan Ariyanti et al. (2008) menyebutkan bahwa banyak jenis lumut menyukai tempat yang ternaungi dan kelembaban yang tinggi.
Lumut lebih banyak dijumpai pada bagian pangkal pohon 0-100 cm (10 jenis) daripada bagian pohon yang lebih tinggi 100-200 cm (8 jenis) (Gambar 4). Pada penelitian Apriana (2010) dan Junita (2010) didapatkan hasil yang sama, bahwa lumut lebih banyak dijumpai pada bagian tersebut. Hal ini dikarenakan pada pangkal pohon terdapat banyak humus atau dekat dengan tanah, sehingga jenis-jenis lumut yang tumbuh di tanah dapat juga tumbuh di pangkal pohon.
Gambar 4 Rata-rata persentase jenis lumut yang dijumpai pada ketinggian 0-100 cm dan 100-200 cm pada pangkal pohon inang Gymnospermae di KRB yang diperoleh pada penelitian ini ( ) dibandingkan dengan pangkal pohon inang
Angiospermae di KRB dari penelitian Apriana (2010) ( ) dan Junita (2010) ( ).
Deskripsi Jenis-Jenis Lumut yang Ditemukan di KRB
Pengenalan jenis lumut hati dan sejati epifit pada Gymnospermae di KRB dapat
dilihat pada deskripsi di bawah ini, istilah botani dalam deskripsi untuk lumut dapat dilihat pada Lampiran 7, gambar lumut hati epifit disajikan pada Lampiran 8, sedangkan gambar lumut sejati epifit disajikan pada Lampiran 9.
Lumut hati epifit Cheilolejeunea incisa
Jenis lumut ini memiliki ukuran 8-12 mm, berwarna hijau, susunan daun incubous, lobe
berbentuk segi empat, sel daun isodiametric;
lobule pendek,1/2-3/4 lobe, terdapat gigi, gigi terdiri atas satu tonjolan; underleaves berbagi, ukuran sinus 1/4 panjang underleaves.
C. trifaria
Jenis lumut ini memiliki ukuran 3-7 mm, berwarna kuning keputihan, susunan daun
incubous; lobe berbentuk bulat telur; sel daun
isodiametric; lobule pendek, 1/4-1/2 lobe, terdapat gigi, gigi terdiri atas satu tonjolan;
underleaves berbagi, ukuran sinus 3/4 panjang
underleaves.
Frullania apiculata
Jenis lumut ini memiliki ukuran panjang tanaman 6-14 mm, berwarna hitam keunguan, susunan daun incubous, lobe berbentuk bulat telur; sel daun isodiametric; lobule melekat pada lobe dengan satu sel saja, tidak terdapat gigi; underleaves berbagi, sinus 1/4-1/2 panjang underleaves.
Lejeunea sordida
Jenis lumut ini memiliki ukuran 3-5 mm, berwarna cokelat, susunan daun incubous,
lobe berbentuk bulat telur; sel daun
isodiametric; lobule pendek, 1/4-1/2 lobe, dan tidak terdapat gigi; underleaves berbagi, ukuran sinus 1/4 panjang underleaves.
L. tuberculosa
Jenis lumut ini memiliki ukuran 5-7 mm, berwarna hijau, susunan daun incubous, lobe
berbentuk bulat telur; sel daun isodiametric;
lobule pendek, 1/3 lobe, tidak terdapat gigi;
underleaves berbagi, ukuran sinus 1/4-1/2 panjang underleaves.
Lopholejeunea eulopha
Jenis lumut ini memiliki ukuran panjang tanaman 5-16 mm, berwarna cokelat, susunan daun incubous, lobe berbentuk bulat telur; sel daun isodiametric, tepi lobule bagian ujung melekat pada lobe dengan satu sel; tidak terdapat gigi; underleaves tidak berbagi, sinus tidak ada. 0 2 4 6 8 10
0-100 cm 100-200 cm
5
Lumut sejati epifit Calymperes boulayi
Jenis lumut ini memiliki ukuran 2-3 mm, termasuk ke dalam lumut acrocarpus, berwarna hijau; daun tersusun spiral, bentuk daun lanset, tidak