PT. ANEKA INTIPERSADA, PT. MINAMAS PLANTATION,
SIAK, RIAU
RUDY RYANTO
A24080153
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
MANAJEMEN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PINANG SEBATANG
ESTATE,PT. ANEKA INTIPERSADA, PT. MINAMAS PLANTATION, MAREDAN, RIAU
Management Fertilization of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) In Pinang Sebatang Estate, PT.Aneka Intipersada,PT. Minamas Plantation, Maredan, Riau
Rudy Ryanto1 dan Ahmad Junaedi2 1
Mahasiswa, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB 2
Staf Pengajar, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB
Abstract
The internships was conducted in Pinang Estate, PT. Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation within 3 months commencing on February 13, 2012 until May 13, 2012. Internship activities include all activities undertaken in the field consisted of technical aspects and managerial aspects, both in the field and in the office. Technical aspects were follow and implement the prosess of fertilization from the start of repackage fertilizer stage in storage until sowing fertilizer, the process of harvesting fresh fruit bunches (FFB) in the field until the sorting process at the mill, field maintenance processes like weeds control with herbicide applications and planting host plants for predator (beneficial plant). The author had the opportunity to follow the seeding process starts from the preparation area nurseries, sorting seeds to planting seeds into the baby bag. The author also perform managerial aspects such as helping krani division to entry the data all the work in Division IV PSE with applications on line using the System, Application and Products (SAP), assist staff in the preparation of auditor training Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), follow and assist the organization of supervision before leaving for work in the morning meeting. Based on the observation, generally, implementation of fertilization has been going according to Standard Operational Procedure (SOP) and has fulfilled the accuracy of fertilization.
RUDY RYANTO. Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) di Pinang Sebatang Estate, PT. Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation, Siak, Riau. (Dibimbing oleh AHMAD JUNAEDI).
Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang
cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan produksi
TBS secara maksimum dan ekonomis, serta ketahanan terhadap hama dan
penyakit. Pemupukan yang baik mampu meningkatkan produksi hingga mencapai
produktivitas standar sesuai dengan kelas kesesuaian lahannnya.
Kegiatan magang ini dilakukan di Pinang Sebatang Estate (PSE), PT.
Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation dalam waktu 3 bulan terhitung mulai
dari tanggal 13 Februari 2012 sampai dengan 13 Mei 2012. Kegiatan magang
mencakup kegiatan aspek teknis dan manajerial, baik di lapangan maupun di
kantor. Aspek teknis yang penulis lakukan antara lain mengikuti dan
melaksanakan proses pemupukan mulai dari tahap penguntilan pupuk di gudang
hingga penaburan pupuk di pokok, proses panen tandan buah segar (TBS) di
lapangan hingga proses penyortiran di pabrik, proses pemeliharaan lapangan
seperti pengendalian gulma dengan aplikasi herbisida dan menanam tanaman
inang untuk predator (tumbuhan yang bermanfaat). Penulis memiliki kesempatan
untuk mengikuti kegiatan pembibitan mulai dari tahap seleksi bibit hingga
penanaman bibit di baby bag.
Penulis juga melakukan aspek manajerial seperti membantu krani divisi
memasukkan data semua pekerjaan di Divisi IV PSE secara on line menggunakan
aplikasi System, Application and Product (SAP), membantu staf dalam persiapan
pelatihan auditor Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Penulis membantu
Asisten Divisi IV PSE dan tim legal untuk mencari dan merapikan seluruh arsip
yang diminta oleh pihak auditor.
Penulis mengamati manajemen pemupukan di PSE dan membandingkan
pengorganisasiannya dengan Gunung Sari Estate (GSE). Berdasarkan data di GSE
(BMS) di PSE dapat digolongkan tidak efisien karena seorang penabur harus
mengeluarkan tenaga lebih banyak dibandingkan karyawan penabur pupuk di
GSE.
Pemupukan yang efektif dan efisien selalu mengacu pada konsep empat
tepat (4 T) yaitu tepat jenis, dosis, cara, dan waktu aplikasi. Kebun PSE
menggunakan pupuk tunggal seperti Urea, MOP dan RP. Penggunaan pupuk
tunggal merupakan keputusan yang tepat karena lebih efisien dari segi ekonomi.
Pada pengamatan tepat dosis kebun PSE sudah tergolong tepat dosis karena
penggunaan sistem untilan yang dapat mengontrol ketepatan dosis, namun perlu
diadakan penyesuaian takaran untilan untuk pemupukan yang lebih efisien. Cara
penaburan pupuk di kebun PSE pada awalnya kurang tepat dimana penaburan
pupuk tidak mencapai daerah belakang pokok sedangkan akar aktif juga terdapat
disana. Pengarahan oleh penulis mampu meningkatkan ketepatan cara penaburan
pupuk namun prestasi kerja menurun. Hal ini dapat diperbaiki dengan cara
memperbaiki sistem kerja penaburan pupuk di PSE. Pemupukan di PSE masih
belum memenuhi kriteria tepat waktu dimana pada semester 2 pemupukan MOP
dilakukan 2 kali karena pupuk MOP semester 1 belum diaplikasi. Kriteria tepat
waktu menjadi penting karena terkait dengan efisiensi dan efektifitas pemupukan.
Keterlambatan pemupukan dapat terjadi antara lain karena keterlambatan
datangnya pupuk dan curah hujan yang tinggi di bulan Oktober hingga Desember.
Penulis juga melakukan pengamatan terhadap aplikasi pupuk organik.
Pengaplikasian janjang kosong di PSE mampu meningkatkan total produksi per ha
setiap blok. Meningkatnya sumber unsur hara pada setiap pokok belum diikuti
dengan penurunan dosis aplikasi sehingga biaya pemeliharaan per satuan luas
PT. ANEKA INTIPERSADA, PT. MINAMAS PLANTATION,
SIAK, RIAU
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
RUDY RYANTO
A24080153
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
ESTATE
,
PT. ANEKA INTIPERSADA,
PT. MINAMAS PLANTATION, SIAK, RIAU
Nama
: RUDY RYANTO
NIM
: A24080153
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi
NIP. 19681101 199302 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr.
NIP. 19611101 198703 1 003
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 4 September 1990. Penulis
merupkan anak pertama dari dua bersaudara dari bapak Baeni dan ibu Triyatmi.
Tahun 2002 penulis lulus dari SDN 04 Kalisari, kemudian pada tahun 2005
penulis menyelesaikan studi di SMPN 179 Jakarta. Pada tahun 2008 penulis lulus
dari SMAN 39 Jakarta. Penulis kemudian diterima di Departemen Agronomi dan
Hortikultura Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur SNMPTN.
Penulis aktif di organisasi kemahasiswaan sebagai wakil ketua umum
Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron) pada tahun 2009/2010 dan
kemudian menjadi ketua umum Himagron pada tahun 2010/2011. Penulis juga
aktif mengikuti kegiatan Himpunan Mahasiswa Agronomi Indonesia pada tahun
2009 – 2011. Pada kegiatan akademik penulis menjadi asisten praktikum mata
kuliah Dasar-dasar Agronomi (AGH 200) dan Manajemen Air dan Hara Tanaman
(AGH 322) pada tahun 2011.
Penulis mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik sejak
tahun 2008. Pada tahun 2011 penulis mendapatkan beasiswa dari perusahaan
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan kesempatan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq.) di Pinang Sebatang Estate, PT. Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation, Siak, Riau”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Triyatmi dan Bapak Baeni serta keluarga besar yang telah memberikan
doa, dukungan dan semangat selama menjalankan studi di IPB.
2. Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi selaku dosen pembimbing skripsi dan
akademik yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama
penulis menimba ilmu di Departemen Agronomi dan Hortikultura hingga
penulis menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr.Ir. Sudradjat, MS dan Dr.Ir. Hariyadi, MS, selaku dosen penguji, atas
saran dan masukan yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini.
4. Saudara Topan dan Aris, Bapak Supriadi, Egianta, Waldi, Bayu, Rahmat
serta seluruh karyawan Pinang Sebatang Estate yang telah membantu
penulis selama kegiatan magang berlangsung.
5. Minamas Plantation atas segala dukungan untuk pengembangan diri
penulis.
6. Keluarga HATORI : Shely, Iput, Taufiq, Pungki, Pandu, Hafizh serta
Keluarga NIU : Salman, Andi, Priyo, Mitha, Nita, Shella, Widya, Ucha,
Nadia serta Jundana yang telah mengisi hari-hari penulis.
7. Kawan-kawan mahasiswa Agronomi IPB maupun Indonesia yang telah
banyak bertukar pikiran dengan penulis.
Bogor, September 2012
Nomor Halaman
1. Jumlah dan Cara Penentuan Pohon Contoh pada Sistem Tersebar ... 5
2. Topografi dan Jenis Tanah di Pinang Sebatang Estate.. ... 12
3. Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di Pinang Sebatang Estate ... 14
4. Produksi dan Produkitivitas Tandan Buah Segar di Pinang Sebatang Estate. ... 14
5. Kriteria Tandan Buah Segar dan Batas Toleransi ... 19
6. Pengamatan Tepat Dosis Pupuk MOP. ... 49
7. Pengamatan Tepat Dosis Pupuk Urea ... 51
8. Perbandingan Kebutuhan Pupuk dan Jumlah Pupuk Tersedia per Pasar dengan Bobot Untilan yang Berbeda. ... 51
9. Pengamatan Prestasi Kerja Sebelum dan Setelah Pengarahan Penulis 52
10. Curah Hujan Juli 2011 – Januari 2012. ... 53
11. Waktu Kedatangan Pupuk, Waktu Aplikasi Rekomendasi serta Waktu Realisasi Pemupukan ... 54
12. Pengamatan Visual Defisiensi Hara. ... 54
Nomor Halaman
1. Suasana Antrian Pagi Supervisi Panen terhadap Karyawan Panen ... 17
2. Penomoran pada Tandan Buah Segar dan Brondolan ... 25
3. Cara Kerja Tim Semprot Mandoran A dan Mandoran B ... 29
4. Rumah Blok Spraying System ... 30
5. Pemanfaatan Agen Biologis Burung Hantu ... 31
6. Beneficial Plant ... 32
7. Proses Pembibitan ... 33
8. Pengambilan Leaf Sampling Unit ... 35
9. Diagram Alur Permintaan dan Penerimaan Pupuk Pinang Sebatang Estate. ... 38
10. (a) Penyimpanan Pupuk, (b) Peguntilan Pupuk , (c) Pemuatan Pupuk ... 39
11. (a) Alat Penabur dan Penakar Pupuk, (b) Penaburan Pupuk ... 40
12. Area Buffer Zone ... 41
13. Cara Kerja Pemupukan Blok Manuring System di Gunung Sari Estate ... 45
Nomor Halaman
1. Jurnal Kegiatan Magang di Pinang Sebatang Estate, PT. Aneka
Intipersada, PT. Minamas Plantation, Maredan, Riau. ... 61
2. Peta Areal Statement Kebun Pinang Sebatang... 66
3. Curah Hujan di Pinang Sebatang Estate tahun 2002 – 2011. ... 67
4.Struktur Organisasi di Pinang Sebatang Estate. ... 68
5. Jumlah Karyawan Staf dan non Staf. ... 69
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Produksi minyak nabati dunia pada tahun 1981 mencapai 41 895 000
metrik ton, di antaranya 5 185 000 metrik ton (12.5%) berasal dari minyak sawit
dan minyak inti sawit (Setyamidjaja, 2006). Sebanyak 85% lebih pasar dunia
kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia. Kebutuhan buah kelapa sawit
meningkat tajam seiring dengan meningkatnya kebutuhan Crude Palm Oil (CPO)
dunia. Luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2010 mencapai
7.8 juta ha dengan produksi total 19.8 juta ton (Ditjenbun, 2010).
Pengembangan kelapa sawit di Indonesia tidak lagi mengandalkan
perluasan lahan karena lahan-lahan kelas S1 untuk kelapa sawit sudah
dioptimalkan. Peningkatan produktivitas menjadi alternatif cara untuk
mengembangkan produksi kelapa sawit Indonesia. Produktivitas kelapa sawit
Indonesia dapat dioptimalkan dengan cara memperbaiki cara pemeliharaan kelapa
sawit (Depkominfo, 2010).
Tanaman kelapa sawit umumnya menempati tanah-tanah yang bereaksi
masam sampai agak masam. Tanah-tanah tersebut memiliki tingkat kesuburan
kimia yang rendah, tetapi kesuburan fisiknya umumnya cukup baik (Poeloengan
et al., 2003). Pemupukan secara berkesinambungan menjadi satu keharusan utuk
mendukung produktivitas tanaman yang cukup tinggi mengingat kelapa sawit
tergolong tanaman yang sangat konsumtif terhadap unsur hara. Tercapainya
produksi tandan buah segar (TBS) yang optimal dan kualitas minyak yang baik
merupakan tujuan dari pemupukan tanaman kelapa sawit (Sutarta et al., 2003).
Pupuk harus dapat digunakan secara efisien dan tepat sasaran. Beberapa
hal yang harus diperhatikan agar pemupukan dapat efisien dan tepat sasaran
adalah meliputi penentuan jenis pupuk, dosis pupuk, metode pemupukan, waktu
dan frekuensi pemupukan, serta pengawasan mutu pupuk (Winarna et al., 2003).
Perkembangan teknologi pemupukan tanaman kelapa sawit sangat pesat.
Perkembangan teknologi tersebut dapat terlihat dari beragamnya jenis atau tipe
pupuk, usaha perbaikan metode penetapan dosis pupuk, pemilihan metode
(Winarna et al., 2003). Manajemen pemupukan yang menerapkan berbagai
teknologi pemupukan diharapkan meningkatkan produksi tanaman kelapa sawit.
Tujuan
Kegiatan magang ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
pengalaman mahasiswa dalam aspek budidaya tanaman kelapa sawit dengan
memahami dan menghayati proses kerja budidaya tanaman kelapa sawit secara
nyata di lapangan. Tujuan secara khusus pada magang ini adalah untuk
mempelajari manajemen pemupukan pada tanaman kelapa sawit yang terdapat di
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit
Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat
dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan
tepung sari kelapa sawit sekarang. Spesies-spesies liar yang ada di Amerika
diasumsikan keluar dari Afrika mengikuti perjalanan manusia pada zaman
prasejarah (Pahan, 2006).
Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan
dalam identifikasi secara ilmiah. Taksonomi kelapa sawit dapat diuraikan sebagai
berikut :
Divisi : Embryophyta Siphonagama
Kelas : Angiospermae
Ordo : Monocotyledonae
Famili : Areraceae
Sub Famili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies : E. gueneensis Jacq.
Tanaman kelapa sawit termasuk ordo monokotil. Bagian vegetatif kelapa
sawit meliputi akar (radix), batang (caulis), dan daun (folium). Akar keluar dari
pangkal batang sangat banyak jumlahnya dan terus bertambah banyak dengan
bertambahnya umur tanaman. Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus ke atas dan
berbentuk slindris. Perakaran kelapa sawit terbagi menjadi akar primer, akar
sekunder, akar tersier, dan akar kuartener. Secara alamiah (pertumbuhan di hutan),
tinggi batang dapat mencapai 30 m, tetapi secara komersial (dalam budidaya
perkebunan) jarang sekali tinggi tanaman kelapa sawit melebihi 15 - 18 m. Hal ini
berhubungan dengan kemudahan pelaksanaan pemanenan buah dan pemeliharaan
lainnya. Daun kelapa sawit bersirip genap dan bertulang sejajar. Panjang pelepah
daun dapat mencapai 9 m, tergantung pada umur tanaman. Pada satu pohon kelapa
sawit yang normal dan sehat umumnya terdapat 40 – 50 pelepah daun
Syarat Tumbuh
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada areal yang memiliki curah hujan
di atas 2 000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan tidak turun selama 3 bulan
menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun. Tanaman
kelapa sawit termasuk tanaman heliofil atau menyukai cahaya matahari.
Penelitian menunjukkan pada bulan-bulan yang penyinaran mataharinya lebih
panjang mempunyai kolerasi positif dengan produksi kelapa sawit. Tanaman
kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, yang penting tidak kekurangan
air pada musim kemarau dan tidak tergenang pada musim hujan (drainase baik).
Tanah-tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit banyak terdapat
di daerah tropis seperti latosol dan alluvial (Sastrosayono, 2003).
Pemupukan
Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang
cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan produksi
TBS secara maksimum dan ekonomis, serta ketahanan terhadap hama dan
penyakit. Selain itu untuk mencapai kondisi tanah yang subur maka perlu
kombinasi pemakaian pupuk organik dan an organik. Pemupukan yang baik
mampu meningkatkan produksi hingga mencapai produktivitas standar sesuai
dengan kelas kesesuaian lahannnya (Sutarta et al., 2003).
Pengambilan contoh daun dan tanah bertujuan untuk memperoleh data
tentang kandungan unsur-unsur hara dalam daun dan tanah melalui analisis
laboratorium. Pengambilan contoh daun harus mewakili kondisi hara tanaman
dalam satu leaf sampling unit (LSU). Menurut Sutarta et al. (2003) pohon-pohon
yang akan digunakan sebagai pohon contoh harus memiliki berbagai persyaratan
antara lain :
1. Pohon-pohon contoh adalah pohon-pohon normal, pohon sakit dihindarkan
dan sebagai gantinya dipilih pohon berikutnya,
2. Pohon-pohon yang tumbuh di pinggir jalan dan parit dihindarkan, sebagai
gantinya pilih 3 pohon berikutnya,
4. Pohon contoh terpilih diberi tanda dengan menggunakan cat pada
batangnya
Sebaran pohon contoh harus disesuaikan dengan luas satu LSU. Penentuan pohon
contoh dengan sistem tersebar dapat disusun dengan interval pemilihan pohon
yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah dan Cara Penentuan Pohon Contoh pada Sistem Tersebar Luas
(ha)
Jumlah Pohon
Jumlah Pohon Contoh Cara penentuan pohon
Pohon % Sumber : Buku Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit (Sutarta, 2003)
Pengambilan contoh daun harus menggambarkan keadaan unsur hara
pohon sawit. Menurut hasil penelitian ternyata daun ke 17 adalah yang paling
sesuai. Jika karena suatu keadaan daun ke 17 rusak pada suatu tanaman maka
diambil daun ke 9 pada seluruh pohon contoh dalam LSU tersebut. Dari daun
contoh diambil sebanyak 8 sampai 12 helai anak daun (4 atau 6 helai dari sebelah
kiri dan 4 atau 6 buah dari sebelah kanan). Anak daun yang diambil adalah bagian
tengah 10-20 cm lalu dibersihkan dengan kapas atau kain yang sudah dicelupkan
ke dalam aquadest. Tulang anak daun/lidi dibuang (Sutarta et al., 2003).
Pengambilan contoh tanah kesuburan ini bertujuan untuk mengetahui
kandungan hara dalam tanah pada lapis olah (berkisar 0-20 cm) untuk mendukung
penyusunan rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit. Contoh tanah untuk
kesuburan tersebut diambil dari dalam dan luar piringan tanaman kelapa sawit.
Pengambilan contoh tanah dilakukan di sekitar pohon Leaf Sampling Unit (LSU).
Jumlah contoh tanah mencakup sekitar 25-50% dari jumlah LSU. Menurut Sutarta
et al. (2003) contoh tanah diambil dari setiap tahun yang sama, jika tahun sama :
a. Diambil satu contoh tanah untuk setiap tahun tanam
b. Satu contoh tanah diambil gabungan beberapa tahun tanam yang
Konsep Empat Tepat
Pemupukan yang efektif dan efisien selalu mengacu pada konsep empat
tepat (4 T) yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu aplikasi
(Poeloengan et al., 2003). Sedangkan untuk memperbaiki kondisi lahan dapat
dilakukan melalui aplikasi bahan organik seperti limbah pabrik kelapa sawit
(PKS).
Pemilihan jenis pupuk harus mempertimbangkan dari segi teknis dan
ekonomis. Menurut Poeloengan et al. (2003), beberapa dasar pertimbangan dalam
penentuan jenis pupuk antara lain umur tanaman, gejala defisiensi hara, kondisi
lahan, dan harga pupuk. Pengetahuan teknis tentang sifat pupuk dan sifat tanah
serta dimana pupuk akan diaplikasikan akan sangat menentukan efisiensi
pemupukan.
Dosis didapat dari hasil analisis daun dan tanah. Pengambilan sampel daun
biasanya pada daun ke-17 karena daun ke-17 merupakan daun paling peka yang
menunjukkan perbedaan paling besar dalam tingkat hara N, P, dan K (Chapman
dan Gray, 1949). Kebutuhan tanaman terhadap pupuk berbeda-beda tiap umur
tanaman. Tanaman muda umumnya lebih responsif terhadap pemupukan bila
dibandingkan tanaman tua. Menurut Lubis (1992), kebutuhan tanaman akan
pupuk pada Tanaman Menghasilkan (TM) lebih besar dibandingkan Tanaman
Belum Menghasilkan (TBM) karena sebagian besar energi pada TM digunakan
untuk generatif sedangkan pada TBM digunakan untuk pertumbuhan.
Hakim (2007) menyatakan bahwa ada beberapa cara pemupukan yang
biasa digunakan:
a) Suface application (Top dressing; broadcast atau disebar di atas tanah
langsung)
b) Furrow application (di dalam rorak-rorak/ di pinggir guludan)
c) Sub soil placement (pocket/ dibenam)
d) Soil injection (dimasukkan ke dalam tanah, biasanya dalam bentuk cairan)
e) Stem injection (langsung dimasukkan ke dalam batang/ kambium sedikit demi
sedikit)
Waktu pemupukan ditentukan oleh iklim terutama curah hujan. Selain itu
juga ditentukan oleh sifat fisik tanah, pengadaan pupuk, serta sifat sinergis dan
antagonis antar unsur hara. Pemupukan akan efektif dilaksanakan jika tanah
mengandung air yaitu pada awal musim hujan atau akhir musim hujan. Pada saat
musim hujan tidak dianjurkan dilakukan pemupukan karena zat hara akan
mengalir (run off) ke tempat yang lebih rendah dan ke sungai. Pagi sampai siang
hari merupakan waktu yang optimal untuk aplikasi pemupukan di lapangan.
Idealnya aplikasi pemupukan dilaksanakan pada saat akar dalam kondisi
baik, artinya tanah dalam keadaan lembab atau basah. Pada musim yang
kemaraunya di bawah 1 bulan, pemupukan dapat dilaksanakan kapan saja dengan
frekuensi di atas 2 kali per tahun. Pada daerah dengan musim kemarau di atas 3
bulan, aplikasi pemupukan harus disesuaikan dengan kondisi perakaran kelapa
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang ini dilaksanakan di Pinang Sebatang Estate (PSE), PT.
Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation, Riau. Magang dilaksanakan selama
tiga bulan dimulai tanggal 13 Februari sampai 13 Mei 2012.
Metode Pelaksanaan
Penulis melaksanakan kegiatan magang dengan mengikuti kegiatan
praktek teknis di lapangan dan kegiatan manajerial baik di perkebunan maupun di
kantor. Jurnal kegiatan magang disajikan pada Lampiran 1. Aspek teknis yang
penulis lakukan selama kegiatan magang berlangsung yaitu mengikuti dan
melaksanakan proses pemupukan mulai dari tahap penguntilan pupuk di gudang
hingga penaburan pupuk di pokok, proses panen tandan buah segar (TBS) di
kebun hingga proses sortir di pabrik, proses pemeliharaan kebun mulai dari
pengendalian gulma dengan aplikasi herbisida, penanaman tanaman inang
predator (beneficial plant) hingga tunas pasar serta penulis berkesempatan
mengikuti proses pembibitan dimulai dari persiapan areal pembibitan, sortir bibit
hingga penanaman bibit ke baby bag. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan
mengikuti waktu dan jadwal yang telah ditentukan oleh Asisten Divisi IV PSE.
Penulis juga melakukan aspek manajerial diantaranya membantu krani
divisi untuk menginput data seluruh kegiatan di Divisi IV PSE secara on line
menggunakan aplikasi System, Aplication and Product (SAP), mengikuti dan
membantu staff PT Aneka Intipersada dalam persiapan dan pelaksanaan pelatihan
auditor Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), serta mengikuti dan membantu
pengorganisasian supervisi sebelum berangkat bekerja dalam apel pagi.
Aspek khusus yang penulis lakukan adalah mengamati pengelolaan
pemupukan di PSE terutama di Divisi IV. Divisi IV PSE menjadi tempat yang
penulis pilih untuk pengambilan data dan informasi pengelolaan pemupukan
Pengumpulan Data dan Informasi
Secara garis besar metode pelaksanaan magang di lapangan adalah
pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan metode langsung dan
tidak langsung. Pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan mengambil data
primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara
langsung melalui pengamatan yang dilakukan oleh penulis selama berada di
lapangan. Kegiatan ini meliputi ketepatan jenis dan dosis pupuk, ketepatan waktu
dan cara aplikasi pemupukan, proses penetapan dosis aplikasi untuk leaf sampling
unit (LSU), jumlah tenaga kerja dalam kegiatan pemupukan, dan gejala defisiensi
hara tanaman, serta dilakukan kegiatan diskusi dengan petugas gudang, KHL,
mandor, dan asisten kebun. Data sekunder diperoleh dari data kebun yang
diberikan oleh kepala kantor kebun dan dari studi pustaka. Penulis juga
mengambil data sekunder seperti data curah hujan, kondisi tanaman, data produksi
dan produktifitas serta data yang terkait dengan pemupukan, struktur organisasi,
dan ketenagakerjaan.
Pengamatan yang dilakukan oleh penulis yang berkaitan dengan aspek
pemupukan antara lain :
1. Ketepatan dosis pupuk. Data ini diperoleh dari pengamatan terhadap 4
orang penabur pupuk pada satu blok. Setiap penabur pupuk penulis
mengamati penabur pupuk hingga pasar tengah atau sekitar 32 pokok.
2. Ketepatan jenis pupuk. Data ini diperoleh dari penggunaan jenis pupuk
di PSE kemudian dibandingkan kelebihan dan kekurangan jika
menggunakan jenis pupuk yang lain.
3. Ketepatan waktu pemupukan. Penulis mengamati data kebun terkait
waktu kedatangan pupuk dan curah hujan kemudian penulis mengaitkan
dengan realisasi waktu pemupukan di PSE.
4. Ketepatan cara pemupukan. Penulis mengamati cara penaburan pupuk
dan metode pemupukan yang dilakukan di PSE kemudian penulis
membandingkan dengan standar penaburan pupuk serta dengan metode
penaburan pupuk di kebun yang lain.
5. Defisiensi unsur hara. Penulis melakukan pengamatan secara visual
6. Aplikasi janjang kosong. Penulis mengamati produktivitas blok yang
telah diaplikasi janjang kosong dengan blok yang belum diaplikasi.
Analisis Data dan Informasi
Pengolahan data dilakukan dengan membandingkan ketepatan dosis, jenis,
waktu, serta cara aplikasi pemupukan untuk dibandingkan dengan studi pustaka.
Penulis juga membandingkan metode penaburan pupuk di PSE dengan kebun lain
yang masih dalam manajemen Minamas Plantation. Penulis juga membandingkan
produktivitas blok yang telah diaplikasi janjang kosong dengan blok yang belum
KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG
Letak Geografis dan Administratif
Pinang Sebatang Estate berada di Desa Maredan, Kecamatan Tualang,
Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Pinang Sebatang Estate merupakan bagian dari
PT Aneka Intipersada yang memiliki 3 kebun dengan 1 pabrik kelapa sawit. PT
Aneka Intipersada merupakan kebun Minamas Plantation yang paling dekat
dengan ibukota provinsi yaitu sekitar ± 40 km. Letak geografis PT Aneka
Intipersada berada di koordinat 0° 32' 25" - 0° 35' 24" LS dan 101° 34' 30" - 101°
39' 21" LU. Ketinggian tempat Pinang Sebatang Estate sekitar ± 52 meter di atas
permukaan laut dengan suhu berkisar antara 28° - 32° C.
Luas Hak Guna Usaha dan Tata Guna Lahan
PT Aneka Intipersada mendapatkan Hak Guna Usaha (HGU) pada tahun
1994 seluas 11 134 ha. Pinang Sebatang Estate memiliki luas areal yang
diusahakan seluas 3 246.8 ha dan areal yang tidak diusahakan seluas 860 ha.
Jumlah areal Pinang Sebatang Estate yang ditanami tanaman kelapa sawit yang
telah menghasilkan (TM) seluas 3 216.8 ha dan areal yang ditanami tanaman
belum menghasilkan (TBM) seluas 30 ha. Luasan areal yang digunakan untuk
prasarana seluas 119.74 ha. Pinang Sebatang Estate terbagi menjadi 4 divisi. Luas
areal yang ditanami pada Divisi I seluas 758.33 ha, Divisi II seluas 741.62, Divisi
III seluas 882.89 ha, dan Divisi IV seluas 863.96 ha. Peta Areal Statement Pinang
Sebatang Estate disajikan pada Lampiran 2.
Pinang Sebatang Estate memiliki penomoran blok lama dan baru.
Penomoran blok baru digunakan untuk meminimimalkan nomor blok. Divisi I
PSE pada penomoran blok lama terdiri dari blok B0 – B1, C0 – C9, D0 – D8, dan
E4 – E8, sedangkan pada penomoran blok baru Divisi I PSE terdiri dari C001 –
C006 dan D002 – D005. Divisi II PSE pada penomoran blok lama terdiri dari blok
A2 – A12, B3 – B11, sedangkan pada penomoran blok baru Divisi II PSE terdiri
dari A001 – A006 dan B003 – B006. Divisi III PSE pada penomoran blok lama
Divisi III PSE terdiri dari A007 – A013 dan B007 – B010. Divisi IV PSE pada
mm/tahun. Data curah hujan PSE tahun 2002 – 2011 disajikan pada Lampiran 3.
Curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada bulan Desember dengan rata-rata 232
mm/bulan. Menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson kondisi iklim di Pinang
Sebatang Estate termasuk dalam klasifikasi iklim A yaitu daerah sangat basah
karena dengan rata-rata bulan basah (BB) sebanyak 10 bulan dan bulan kering
(BK) 1 bulan maka didapatkan nilai Q sebesar 10%. Ketentuan tipe iklim A pada
ketetapan Schmidth-Ferguson adalah 0.5% – 14.3%.
Keadaan topografi dan jenis tanah di PSE disajikan pada Tabel 2. Pada
Tabel 2 terlihat bahwa tanah di PSE didominasi tanah mineral yang mencapai
95.29%. Topografi berbukit di PSE mencapai 94.55%. Tanah gambut di PSE
terdapat di Divisi I PSE.
Tabel 2. Topografi dan Jenis Tanah di Pinang Sebatang Estate
Uraian
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
3 Merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan, mengawasi, dan
mengevaluasi : pengembangan areal baru sesuai dengan jadwal
pemeIiharaan tanaman dan non-tanaman serta panen sehingga dicapai
biaya yang ekonomis.
4 Mengantisipasi kemungkinan kejadian yang merugikan perusahaan.
5 Menciptakan dan menumbuhkan sense of belonging seluruh personil
terhadap perusahaan.
Pinang Sebatang Estate dipimpin oleh Senior Manager dibantu oleh satu
orang Senior Asisten, tiga orang Asisten dan satu orang Kepala Administrasi
(Kasie). Kasie bertanggungjawab terhadap administrasi kebun. Kepala
Administrasi membawahi seluruh pegawai kantor besar dan gudang sentral. Kasie
bekerjasama dengan senior asisten maupun asisten menyediakan segala kebutuhan
kebun maupun traksi. Struktur Organisasi PSE disajikan pada Lampiran 4.
Senior Asisten di PSE bertanggung jawab atas Divisi III, traksi, serta
bekerjasama dengan Kepala Administrasi mengelola gudang. Senior Asisten juga
bertugas mengkoordinasikan seluruh asisten divisi. Senior Asisten menjadi
penanggungjawab sementara (PJS) kebun jika Senior Manager sedang tidak
berada di kebun. Asisten divisi memiliki tugas umum mengelola seluruh kegiatan
operasional di divisi sesuai dengan program, biaya yang telah disetujui dan kultur
teknis dalam buku Agriculture Reference Manual (ARM). Pelatihan terhadap
karyawan baru, membina kesejahteraan karyawan dan memelihara administrasi divisi.
Status karyawan di PSE terdiri atas karyawan staf dan karyawan non staf.
Karyawan staf meliputi Estate Manager, senior asisten, asisten divisi dan kepala
administrasi. Sedangkan karyawan non staf meliputi SKU B dan SKU Harian.
Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman Kelapa sawit yang terdapat di PSE berasal dari 4 varietas yaitu
varietas Marihat, Lonsum, Socfindo serta Guthrie. Varietas marihat mendominasi
populasi yang terdapat di PSE. Tanaman kelapa sawit di PSE ditanam dengan
menggunakan pola tanam segitiga sama sisi dengan jarak tanam rata-rata 9.2 m x
9.2 m x 9.2 m dengan rata-rata jumlah populasi per ha sejumlah 137 pohon. Tahun
tanam di PSE beragam mulai dari tahun tanam 1993 hingga 2001 namun pada
Divisi IV PSE hanya terdapat satu tahun tanam yaitu 1994. Jumlah populasi
tanaman berdasarkan jarak tanam dapat terlihat pada Tabel 3. Pada Tabel 4
disajikan produksi dan produktivitas di PSE pada tahun 2008 hingga Februari
2012.
Tabel 3. Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di Pinang Sebatang Estate
Sumber : Data Kantor Kebun Pinang Sebatang Estate, 2012
Tabel 4. Produksi dan Produkitivitas Tandan Buah Segar di Pinang Sebatang Estate
Tahun Luas (ha) Produksi Sumber : Data Kantor Kebun Pinang Sebatang Estate, 2012
Pada Tabel 4 terlihat berat janjang rata-rata buah sawit di PSE meningkat
secara konsisten setiap tahunnya. Pada tahun 2010 – 2011 produktivitas tanaman
kelapa sawit meningkat hingga mencapai 20.96 ton/ha. Luas areal PSE mengalami
penurunan hal ini dikarenakan sebagian wilayah PSE beralih fungsi menjadi plot
tanaman mother plant Minamas Research Center (MRC).
Fasilitas Kesejahteraan Karyawan
Pinang Sebatang Estate (PSE) memberikan fasilitas kepada karyawan
seperti perumahan karyawan. Perumahan karyawan PSE saat ini terdapat di 3
pondok yaitu pondok 1 untuk karyawan Divisi I dan II, pondok 3 untuk karyawan
Divisi III dan IV serta emplasmen untuk karyawa traksi, kantor serta beberapa
karyawan Divisi IV. Perumahan karyawan PSE saat di emplasment merupakan
perumahan baru dengan lantai keramik dan sudah permanen sedangkan untuk
pondok 1 dan pondok 2 masih semi permanen dengan dinding kayu. Perumahan
karyawan di PSE seluruhnya akan di renovasi menjadi permanen secara bertahap.
Fasilitas pendidikan yang terdapat di lokasi PSE adalah Sekolah Dasar
(SD) yang terdapat di emplasmen dan juga Taman Kanak-kanak yang terdapat di
pondok 1 dan 2. Bis sekolah juga disediakan untuk mengantar dan menjemput
anak-anak karyawan bersekolah. Fasilitas olah raga juga diberikan kepada
karyawan untuk menjaga kesehatan dan menjadi hiburan karyawan di kebun.
Fasilitas seperti lapangan sepak bola, bola voli dan bulu tangkis juga terdapat di
lokasi perumahan karyawan. PSE juga mengadakan lomba-lomba olah raga
maupun lomba untuk anak-anak yang bertujuan untuk menjaga dinamikan
kehidupan di kebun sehingga karyawan tidak mudah jenuh.
Fasilitas beribadah disediakan oleh PSE seperti masjid dan gereja. Bilal
juga disediakan oleh perusahaan untuk mengajak dan mengingatkan karyawan
untuk tetap menjaga keimanan, menjaga kebersihan tempat ibadah dan memberi
pendidikan agama kepada anak karyawan. Fasilitas air dan listrik diberikan
kepada karyawan dan dikelola oleh masing-masing pondok. Perumahan pondok 1
dan 3 diberi fasilitas listrik terbatas hanya 7 jam namun pada emplasment fasilitas
listrik diberikan 24 jam karena aliran listrik menjadi satu dengan kantor besar dan
Kebun PSE memiliki 1 kantor besar dan 4 kantor divisi. Poliklinik hanya
terdapat di Aneka Persada Estate (APE) sedangkan di PSE hanya ada tempat
untuk beristirahat. Karyawan yang mendapatkan izin sakit harus berobat ke
poliklinik di APE lalu kembali ke PSE untuk beristirahat total di ruang kesehatan
hingga jam kerja selesai. Karyawan mendapatkan tunjangan kesehatan gratis,
tunjangan beras bagi karyawan tetap (SKU), tunjangan hari raya (THR) dan bonus
akhir tahun. Upah pokok karyawan SKU sudah sesuai dengan upah minimum
regional dimana upah pokok karyawan SKU sebesar Rp 1 133 500,- / bulan.
Setiap karyawan juga mendapatkan asuransi jaminan sosial tenaga kerja
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Kegiatan penulis di kebun Pinang Sebatang Estate (PSE) Divisi IV dimulai
dari antrian pagi yang dilakukan pada pukul 05.30 – 06.30 setiap harinya.
Kegiatan ini dilakukan untuk merencanakan kegiatan yang akan dilakukan pada
hari tersebut serta evaluasi kegiatan yang telah dilakukan pada hari kemarin.
Kegiatan antrian pagi antara mandor dan asisten divisi dilakukan pada pukul
05.30 – 06.00 setelah itu dilanjutkan antrian pagi untuk mandor dengan anggota
masing-masing (Gambar 1).
Antrian pagi antara mandor dan asisten selalu dimulai dari Mandor 1
menyampaikan safety briefing dilanjutkan rencana kegiatan hari ini serta evaluasi
hari sebelumnya lalu dilanjutkan oleh asisten. Asisten divisi sangat peduli
terhadap keselamatan kerja karyawannya sehingga seringkali ketika antrian pagi
asisten mengingatkan untuk memakai alat pelindung diri (APD) bagi para mandor
maupun karyawan, pengguna sepeda motor juga wajib menggunakan helm
Standard Nasional Indonesia (SNI). Mutu buah adalah salah satu hal yang menjadi
perhatian utama asisten divisi setiap antrian pagi. Materi antrian pagi tidak hanya
pada pekerjaan namun hal sosial masyarakat seperti posyandu maupun acara
Pekan Olahraga dan Seni Kebun Pinang Sebatang Estate juga dapat dibahas ketika
antrian pagi.
Senior Manager PSE terkadang mengecek langsung kondisi karyawan di
divisi. Senior Manager mengikuti dari awal antrian pagi. Kedisiplinan mandor
maupun karyawan menjadi fokus utama Senior Manager PSE. Setiap mandor
diwajikan menggunakan jam tangan agar lebih menghargai waktu dan semakin
meningkatkan kedisiplinan. Senior Manager PSE juga merangkap sebagai
chairman PT Aneka Intipersada sehingga setiap bulan Senior Manager PSE
memimpin rapat evaluasi PT Aneka Intipersada. Rapat tersebut membahas mulai
dari produksi, kesehatan dan keselamatan kerja (K3), hingga kadar ekstraksi
minyak di pabrik. Selama magang penulis mengikuti beberapa kegiatan di kebun
antara lain panen, pengendalian gulma, pemupukan, aplikasi janjang kosong,
hingga pengambilan sampel daun.
Panen
Panen merupakan kegiatan inti di suatu perkebunan kelapa sawit. Kegiatan
panen dilakukan mulai dari potong buah matang hingga transportasi buah ke
Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Mutu buah merupakan hal yang menjadi fokus utama
setiap asisten divisi di PT Aneka Intipersada karena setiap bulannya nilai mutu
buah direkapitulasi oleh Plantation Sustanaible Quality Management (PSQM) lalu
dibuat peringkat seluruh asisten divisi PT Aneka Intipersada. Pada rapat Strategic
Of Unit 16 (SOU16) setiap awal bulan akan diberikan penghargaan kepada 3
divisi yang memiliki nilai teratas dalam mutu buah. Divisi IV. Pinang Sebatang
Estate hampir setiap bulan menduduki posisi 3 teratas namun pada bulan Maret
Divisi IV turun menjadi peringkat 9 karena ditemukan ada satu hari di bulan
Maret buah Divisi IV terkontaminasi pupuk karena dump truck untuk
mengangkut buah belum dicuci setelah mengangkut pupuk. Pada bulan April
Divisi IV PSE kembali menduduki posisi 3.
Kriteria matang panen. Menurut buku Agricultural Reference Manual
Minimum Ripeness Standard (MRS) atau Kriteria matang panen didasarkan atas
jumlah brondolan yang lepas secara alami dari tandan buah yang matang yaitu
sekurang-kurangnya terdapat 5 brondolan per janjang di piringan sebelum panen.
kualitas minyak yang diolah. Meningkatnya buah mentah atau buah kurang
matang dapat menurunkan kandungan minyak dan menimbulkan masalah semasa
proses perebusan dan pemipilan.
Meningkatnya buah mentah juga memberikan dampak di kebun. Pemanen
yang memotong buah mentah akan cenderung lebih cepat siap borong namun
pusingan potong buah akan terlambat. Buah masak yang seharusnya dipanen pada
hari itu menjadi tertinggal di pokok dan akan terus membrondol sehingga pada
pusingan berikutnya buah akan terlampau masak bahkan sebagian telah
membusuk sehingga menjadi buah busuk. Persentase brondolan yang meningkat
menyebabkan output pemanen memotong buah menjadi turun akibat waktu
pemanen banyak tersita untuk mengutip brondolan. Pada kondisi demikian
pemanen akan kembali memotong buah mentah untuk mengejar siap borong
karena memotong buah mentah tidak perlu mengutip brondolan akibatnya
pusingan semakin bertambah terlambat. Kebun Pinang Sebatang Estate sangat
tegas menghadapi buah mentah. Pada Divisi IV buah mentah yang terkirim ke
Pabrik Kelapa Sawit (PKS) akan dikenakan denda sebesar 10 000 rupiah kepada
pemanen dan pemanen diwajibkan mengambil buah mentah tersebut ke PKS.
Kebijakan berbeda diterapkan di Divisi III PSE karena buah mentah yang cukup
sering ditemukan di PKS dan pusingan yang tinggi sehingga denda kepada
pemanen yang memotong buah mentah dinaikkan menjadi 25 000 rupiah.
Minamas Plantation menjaga kualitas buah dengan cara buah yang boleh
dipotong minimum 10 brondolan per janjang. TBS yang dipanen akan
dikelompokkan dan diberikan batas toleransi disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Kriteria Tandan Buah Segar dan Batas Toleransi
Kriteria Batas Toleransi
Unripe (mentah) 0 %
(1-4 brondolan yang lepas per janjang)
Under ripe (kurang matang) < 5 %
Tabel 5. Kriteria Tandan Buah Segar dan Batas Toleransi (Lanjutan)
Kriteria Batas Toleransi
Ripe (matang) < 95 %
( 10 atau lebih brondolan yang lepas per janjang)
Empty bunch (janjang kosong) 0 %
(brondolan yang lepas per janjang > 95 %)
Longstalk (gagang panjang) 0 %
(panjang gagang lebih dari 5 cm)
Old bunch (buah restan) 0 %
(lebih dari 48 jam)
Sumber : Buku Agricultural Reference Manual (Minamas Plantation, 2008)
Kebutuhan tenaga panen. Kebutuhan tenaga kerja di Divisi IV Pinang
Sebatang Estate berdasarkan luas areal Divisi IV PSE. Pada awal bulan Februari
Divisi IV PSE mengalami kekurangan karyawan panen, dimana perbandingan
karyawan dengan luas areal tidak ideal. Perbandingan karyawan dengan luas areal
yang ideal pada kondisi topografi berbukit adalah 1 : 18 + 10% karyawan panen,
namun pada awal bulan Februari perbandingan karyawan dengan luas areal
mencapai 1 : 20 yang artinya 1 karyawan bertanggung jawab atas 20 ha dalam
satu pusingan panen. Jumlah karyawan panen Divisi IV PSE pada awal bulan
Februari adalah 834 ha / 20 ha/HK = 41 karyawan panen, sedangkan jumlah
karyawan ideal untuk areal bergelombang adalah 834 ha / 18 ha/HK + (10 %
Karyawan Panen) = 46 + (10% x 46) = 46 + 5 = 51 karyawan panen. Jumlah
karyawan yang tidak ideal pada bulan Februari menyebabkan pusingan yang
tinggi. Jumlah karyawan kembali normal di akhir bulan Februari karena masuknya
tenaga kerja panen baru sehingga pusingan panen yang tinggi berkisar 11 – 12
hari berangsur turun di bulan Maret hingga normal pada pertengahan bulan Maret
Alat panen. Pokok sawit di areal Pinang Sebatang Estate didominasi oleh
tahun tanam 1994, sedangkan pokok sawit dengan tahun tanam termuda yaitu
2001 sehingga seluruh areal PSE menggunakan egrek sebagai alat panen. Alat
bantu panen yang digunakan selain egrek di kebun PSE adalah angkong, kapak,
goni eks pupuk yang telah dicuci hingga tidak ada bahan kimia tersisa, gancu,
tojok, stempel dan pewarna makanan. Berikut ini merupakan alat panen dengan
penggunaan dan spesifikasinya :
1. Dodos kecil digunakan untuk potong buah tanaman umur 3 – 4 tahun
dengan lebar mata ukuran 8 cm, lebar tengah 7 cm, tebal tengah 0.5 cm,
tebal pangkal 0.7 cm, diameter gagang 4.5 cm, dan panjang total 18 cm.
Dodos besar digunakan untuk potong buah tanaman umur 5 – 8 tahun
dengan lebar mata ukuran 12-14 cm, lebar tengah 12 cm, tebal tengah 0.5
cm, tebal pangkal 0.7 cm, diameter gagang 4.5 cm, dan panjang total 20
cm.
2. Egrek untuk digunakan untuk potong buah tanaman umur > 9 tahun (tinggi
pokok 3 meter) dengan panjang pangkal pisau 20 cm, panjang pisau 45 cm
sudut lengkung dihitung pada sumbu 135° dan berat pisau 0.5 kg, dengan
panjang gagang pisau dari alumunium 6 meter atau dapat disambung
hingga mencapai 9 meter.
3. Egrek digunakan untuk memotong tandan buah yang memiliki ketinggian
lebih dari 9 m (umur >8 tahun).
4. Angkong digunakan untuk mengangkut TBS dan brondolan dari dalam
blok ke TPH.
5. Gancu dan tojok digunakan untuk memuat dan membongkar TBS dari dan
ke alat transport.
6. Karung eks pupuk yang telah dibersihkan digunakan sebagai tempat
pengumpulan brondolan ke TPH dan sebagai alas brondolan di TPH.
7. Stempel dan pewarna makanan digunakan untuk memberi nomor pada
pangkal TBS sehingga krani cek sawit dengan jelas mengidentifikasi
Sarana jalan. Sarana jalan merupakan salah satu faktor yang dapat
memperlancar transportasi panen sehingga sarana jalan harus mendapat perhatian
agar tidak menghambat pengangkutan buah. Jalan di Pinang Sebatang Estate
dibagi menjadi 5 yaitu jalan akses (access road), jalan utama (main road), jalan
pengumpul (collection road), jalan bantu (tertiary road), dan jalan pringgan,
(boundary road). Jalan akses adalah jalan penghubung keluar masuk kebun atau
antar kebun (emplasmen,kantor besar, pabrik, dermaga / bulking station) dengan
lebar jalan 12 meter, jalan utama (main road)merupakan jalan penghubung antar
collection road dan jalan akses dengan lebar jalan 9 meter dengan arah timur -
barat , jalan pengumpul (collection road) adalah jalan pengumpul hasil dengan
lebar badan jalan 7 meter dan memiliki arah utara – selatan, jalan bantu yaitu jalan
tambahan yang dibuat pada areal – areal sulit untuk mendukung pengumpulan
produksi, jalan pringgan merupakan jalan yang dibuat di sepanjang pinggir kebun
dan berfungsi sebagai tanda batas areal kebun, dan digunakan untuk pengawasan
dan pengumpulan hasil. Jalan bantu banyak terdapat di Divisi I dan II Pinang
Sebatang Estate karena topografi arealnya yang berbukit dan berkontur.
Sarana jalan di Divisi IV PSE sudah tercipta dengan baik. Perawatan
terhadap sarana jalan juga rutin dilakukan. Perawatan jalan yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Memperbaiki main road dan collection road. Perawatan main road
menggunakan road grader dengan tujuan membentuk kemiringan
permukaan yang tepat. Pemakaian batu padas berdiameter > 10 cm untuk
menimbun lobang pada badan jalan dengan ketentuan tidak boleh dekat
dengan permukaan jalan (kedalaman minimal 20 cm).
2. Pemeliharaan pasar rintis/jalan pikul dengan cara kimia dan manual.
Pemeliharaan ini dilakukan oleh tim semprot dan karyawan perawatan.
3. Membuat Titi panen atau jembatan kecil di dalam blok untuk
menghubungkan areal yang satu dengan areal lain dalam satu blok yang
terhalang oleh parit atau sungai. Titi panen berfungsi untuk mempermudah
pemanen dalam proses pengangkutan TBS menggunakan angkong ke
4. Tunas jalan adalah kegiatan memotong pelepah/cabang pokok sawit yang
menghalangi sinar matahari dan mengganggu lalu-lintas kendaraan.
Rotasi panen atau pusingan potong buah. Fokus utama kegiatan panen
adalah memotong semua janjang masak panen dengan rotasi panen < 9 hari dan
dengan mutu panen sesuai standar, mengutip seluruh brondolan (loose fruit), serta
mengirimkan seluruh TBS yang dipanen ke PKS selambat-lambatnya dalam
waktu 24 jam. Rotasi panen atau pusingan adalah interval waktu antara satu
perlakuan panen dengan perlakuan panen berikutnya.
Pusingan panen Divisi IV PSE pada bulan Februari tinggi akibat
kurangnya tenaga kerja sehingga pusingan dapat mencapai 14 hari. Memasuki
bulan Maret dengan penambahan tenaga kerja pusingan panen perlahan menurun
dan stabil di 8 hingga 9 hari. Penurunan pusingan ini juga disebabkan oleh
ketegasan asisten terhadap pemanen yang menurunkan buah mentah. Pemanen
yang tidak menurunkan buah mentah secara tidak langsung meningkatkan prestasi
kerja karyawan dalam hektaran demi mendapatkan siap borong. Meningkatnya
hektaran panen akan menyebabkan pusingan panen semakin rendah sehingga
tidak ada buah matang yang tertinggal di pokok.
Taksasi produksi harian selalu dilakukan pada satu hari sebelum kegiatan
panen berlangsung. Taksasi dilakukan oleh mandor panen untuk mengetahui
kerapatan buah, kebutuhan tenaga kerja panen, dan kebutuhan unit untuk
pengangkutan buah ke PKS. Taksasi produksi dilakukan dengan menghitung
jumlah janjang matang tanaman contoh dibagi dengan jumlah tanaman contoh
dan dikali 100%. Tanaman contoh yang digunakan untuk taksasi produksi adalah
10 % dari total populasi tanaman yang ada di tiap blok.
Sistem hancak panen. Sistem hancak panen di Pinang Sebatang Estate
menggunakan sistem hancak giring tetap. Sistem hancak giring tetap adalah
sistem dimana pemanen mendapat hancak yang tetap, pemanen baru boleh pindah
ke hancak blok berikutnya sesuai nomor pemanen jika hancaknya di satu blok
telah selesai.
Sistem hancak panen giring tetap merupakan sistem yang ideal karena
manajemen pelaksanaan panen berdasarkan taksasi produksi dapat dilaksanakan
road yang sama karena panen dimulai bersama dari satu collection road. Sistem
hancak giring tetap juga dapat menghindari kecemburuan sesame pemanen karena
hancak setiap pemanen tetap sesuai nomor pemanen. Pada sistem ini mandor juga
lebih mudah mengawasi pemanen karena pemanen berada di satu areal yang
sama.
Organisasi panen. Struktur organisasi panen di setiap divisi Pinang
Sebatang Estate dimulai dari pemanen yang bertanggung jawab terhadap mandor
panen, setiap mandor panen memiliki satu orang kerani cek sawit yang bertugas
mengecek dan mencatat nomor pemanen yang terdapat di TBS serta brondolan
yang selanjutnya akan dicatat di lembar penerimaan buah (LPB). Mandor panen
bertanggung jawab terhadap mandor 1 dan mandor 1 bertanggung jawab terhadap
asisten.
Sistem organisasi panen yang digunakan di Gunung Sari Estate adalah
Block Harvesting Sistem non Division of Labour (BHS non DOL). Sistem BHS
non DOL ini adalah sistem dimana pemanen, pengutip brondolan dan pengangkut
TBS serta brondolan ke TPH adalah satu orang yang sama. Sistem ini diterapkan
karena sulitnya mencari tenaga kerja pemanen.
Pelaksaan panen. Kegiatan panen diawali dengan antrian pagi antara
mandor panen dan karyawan panen. Antrian pagi dilakukan untuk briefing
kegiatan yang akan dilakukan pada hari tersebut dan evaluasi kerja hari kemarin.
Karyawan dan mandor segera berangkat ke hancak masing-masing untuk
melaksanakan potong buah. Kegiatan potong buah dilaksanakan dari arah yang
sama hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan dan pengangkutan
buah. Setiap pemanen memiliki target basis buah seberat 1300 kg atau sekitar 70
janjang dengan berat janjang rata-rata 19 kg yang harus dipotong setiap harinya.
Pemanen menurunkan pelepah yang menjadi penyangga buah masak
terlebih dahulu. Pelepah yang diturunkan disusun membentuk huruh “U” di
kanan dan kiri pokok serta di gawangan mati. Bentuk huruf “U” mempunyai
tujuan untuk menambah bahan organik di sekeliling pokok tidak hanya di
gawangan mati dan juga pelepah di kiri dan kanan pokok dapat meminimalisir
pelepah mati dimana di bawah pelepah mati terdapat banyak akar muda yang aktif
mencari unsur hara tersedia di tanah.
Tahap selanjutnya setelah pemanen memotong pelepah penyangga buah
adalah pemanen memotong buah yang telah masak kemudian gagang panjang
langsung dipotong menggunakan kapak minimal ± 3 cm dari permukaan buah lalu
potongan gagang dibuang ke gawangan mati. Kegiatan selanjutnya setelah
pemotongan buah di pokok, adalah mengutip semua brondolan yang jatuh di
piringan ke dalam karung. Pemanen menyelesaikan potong buah hingga pasar
tengah kemudian pemanen mengangkut semua brondolan yang telah dikutip serta
TBS yang telah di potong dan disusun di TPH secara teratur dengan ketentuan
kelipatan lima untuk setiap barisnya. Pemanen segera memberi stempel
menggunakan pewarna makanan di pangkal buah sebagai tanda bahwa buah
tersebut dipotong oleh pemanen tersebut sedangkan untuk karung brondolan di
TPH cukup diberi nomor di atas karung menggunakan minyak brondolan pada
potongan gagang panjang (Gambar 2).
(a) Stempel pada TBS (b) Penomoran untuk Brondolan
Gambar 2. Penomoran pada Tandan Buah Segar dan Brondolan
Mandor panen bertugas mengecek mutu hancak panen setelah pemanen
menyelesaikan hancaknya di 1 blok. Mandor akan mengecek secara acak setiap
hari nya 2 pemanen. Setiap pemanen mendapatkan kesempatan yang sama untuk
dievaluasi hancaknya. Mutu hancak yang dicek adalah buah yang di panen setiap
pokok, buah tinggal di pokok, brondolan tinggal, pelepah sengkleh, susunan
pelepah, over prunning, under prunning. Mutu buah di TPH juga di cek oleh
mandor panen dengan kriteria yang harus di cek adalah buah masak, mentah,
kurang masak, empty bunch, janjang panjang, kontaminasi, dan alas LF
kegiatan mandor sebagai laporan kepada asisten divisi realisasi potong buah pada
hari tersebut.
Mandor panen dibantu oleh kerani buah yang bertugas menggrading buah
di TPH dan memuat TBS masak ke mobil muat. Kerani mencatat no pemanen
serta jumlah buah yang dipotong oleh setiap pemanen melalui stempel pada
bonggol buah sehingga premi dan basis setiap pemanen dapat dihitung. Kerani
mengisi Laporan Potong Buah (LPB) yang berisi jumlah buah setiap pemanen dan
besar premi yang diterima mandor panen, mandor 1, dan kerani. Kerani buah
menyerahkan LPB kepada kerani checkroll pagi hari setelah antrian pagi keesokan
harinya.
Kerani checkroll segera menginputkan data dari LPB manual ke SAP atau
database perusahaan sehingga data tersebut selalu terekam rapi dan dapat
dievaluasi oleh kantor pusat Minamas di Jakarta maupun kantor pusat Sime Darby
di Malaysia. Data digital yang diinputkan berfungsi juga untuk menghitung premi
setiap anggota pada tutup buku.
Sistem Upah dan Premi. Sistem upah dan premi di PSE menggunakan
sistem basis borong dimana setiap pemanen akan mendapatkan premi jika pada
hari itu pemanen dapat memotong 1 300 kg sehingga pemanen akan mendapatkan
premi sebesar Rp 13 500,-. Jika dalam satu hari seorang pemanen mampu
memotong lebih dari 1 300 kg maka bobot lebihnya akan dikalikan dengan Rp
45/kg. Jika dalam satu hari seorang pemanen mampu memotong 2 kali basis atau
2 600 kg atau lebih maka pemanen akan mendapatkan premi sebesar Rp 27 000,-
dan bobot lebih dari basis 1 300 kg akan dikalikan dengan Rp 50/kg.
Pengawasan. Pengawasan panen di PSE dilakukan mulai dari mandor
(mandor panen), mantri tanaman, mandor 1, asisten divisi hingga senior manager.
Pengawasan yang dilakukan mandor panen merupakan kegiatan rutin setiap
harinya dimana mandor panen mengawasi karyawan panen bekerja di lapangan
dan mengecek 3 orang pemanen yang ditentukan secara acak setiap harinya.
Mandor panen dibantu buku pemeriksaan mutu buah dimana kriteria mutu hancak
yang di cek adalah buah tiggal, brondolan tinggal, pelepah sengkleh, under
menggunakan buku pemeriksaan buah dengan kriteria buah mentah, kurang
matang, janjang kosong, gagang panjang, alas brondolan serta stempel.
Pengendalian Gulma
Tanaman merupakan tumbuhan yang dibudidayakan dan hasilnya
diinginkan oleh manusia. Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu,
tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan oleh manusia. Gulma merugikan karena
dalam pertumbuhannya gulma berkompetisi dengan tanaman budidaya untuk
memperebutkan unsur hara, ruang, air dan cahaya. Gulma mudah tumbuh baik di
lingkungan yang kaya akan unsur hara hingga miskin hara.
Pengendalian gulma pada dasarnya merupakan usaha untuk meningkatkan
daya saing tanaman pokok dan melemahkan gulma. Tanaman pokok harus
memiliki keunggulan yang terus ditingkatkan sehingga gulma tidak mampu
mengembangkan pertumbuhannya atau hidup berdampingan dengan tanaman
pokok pada waktu yang sama. Pengendalian gulma harus memperhatikan konsep
ambang ekonomi dimana kerugian yang ditimbulkan oleh kehadiran gulma tersbut
harus lebih besar daripada biaya yang harus dikeluarkan untuk pengendaliannya
(Pahan, 2010).
Metode pengendalian gulma yang dilakukan di PSE adalah Blok Spraying
System (BSS). BSS merupakan sistem pengendalian gulma yang dilakukan secara
terencana dan terorganisir sehingga tercipta pengendalian gulma yang efektif,
efisien dan aman dari blok ke blok lainnya. Pengendalian gulma di PSE
menerapkan sistem rayon dimana hanya dikelola oleh satu divisi yaitu Divisi II
PSE. Tim pengendalian gulma dibagi menjadi 2 kelompok atau biasa disebut
geng. Geng semprot mandoran A merupakan tim pengendalian gulma
menggunakan alat Micron Herbi Sprayer (MHS) sedangkan sprayer manual
digunakan oleh geng semprot mandoran B.
Mandoran A. Mandoran A menggunakan alat MHS dimana larutan yang
disemprotkan berbentuk embun sehingga lebih cepat masuk ke dalam jaringan
tanaman. Mandoran A bertugas untuk pengendalian gulma di piringan, pasar rintis
serta TPH. Piringan merupakan daerah di sekililing tanaman kelapa sawit yang
perakaran yang aktif menyerap unsur hara sehingga harus bersih dari gulma. Pasar
rintis merupakan jalan diantara barisan kelapa sawit dimana jalan tersebut
digunakan untuk transportasi buah ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) maupun
kegiatan lainnya. TPH merupakan tempat pengumpulan hasil panen di samping
collection road yang akan dimuat oleh truck ke pabrik kelapa sawit.
Mandoran A menggunakan bahan kimia kimia campuran antara merek
Prima Up dengan Dejavu. Prima Up yang digunakan mengandung bahan aktif
Isopropilamina glyphosate dengan konsentrasi 4% dimana dalam 200 cc herbisida
dicampur dengan 5 litter air. Dejavu mengandung bahan aktif fluroksipir dengan
konsentrasi 1% dimana dalam 50 cc herbisida dicampur dengan 5 litter air.
Campuran larutan tersebut digunakan untuk mengendalikan gulma Eleusine
indica, Axonopus compressus, Borreria latifolia, Cyrtococcum acrescens, Paspalum
conjugatum, dan Ageratum conyzoides.
Keunggulan alat MHS yaitu butiran akan berbentuk embun yang seragam
yaitu 250 mikron sehingga mudah menyerap ke dalam jaringan tanaman. Karyawan
juga tidak perlu memompa seperti di alat semprot punggung semi otomatis karena
MHS menggunakan baterai atapun accu sebagai sumber daya untuk mengalirkan
larutan dan mengeluarkannya. Namun, alat MHS memiliki kelemahan dimana alat ini
mudah rusak baik di sumber daya maupun bagian lainnya sehingga mandor semprot
harus paham mengenai rangkaian sumber daya pada alat MHS sehingga ketika terjadi
kerusakan karyawan langsung menemui mandor untuk mengganti dengan alat
cadangan ketika alat yang rusak diperbaiki oleh sang mandor.
Mandoran B. Mandoran B menggunakan alat semprot punggung semi
otomatis RB-15. Tim semprot mandoran B bertugas untuk mengendalikan gulma
di gawangan. Gawangan merupakan areal yang berada di luar piringan dan pasar
rintis. Gulma yang terdapat di gawangan dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman serta dapat menjadi inang hama dan penyakit. Gulma yang dikendalikan
adalah anak kayu, kentosan serta kerisan.
Mandoran B menggunakan bahan kimia kimia campuran antara merek
Prima Up dengan Meta Prima. Prima Up yang digunakan mengandung bahan aktif
Isopropilamina glyphosate dengan konsentrasi 0.8% dimana dalam 120 cc
herbisida dicampur dengan 15 litter air. Meta Prima mengandung bahan aktif
dicampur dengan 15 litter air. Campuran larutan tersebut digunakan untuk
mengendalikan gulma Melastoma malabatricum, Chromolaena odorata, Mikania
micrantha dan gulma berkayu lainnya.
Fasilitas truck semprot juga diberikan oleh perusahaan untuk mendukung
kinerja tim semprot. Truck berisikan air yang digunakan sebagai pelarut dari
herbisida yang digunakan. Tim semprot mandoran A terdiri dari 16 orang
karyawan semprot dengan prestasi kerja 3.7 ha/HK. Tim Semprot Mandoran B
terdiri dari 12 karyawan dengan prestasi kerja antara 1.5 – 2 ha/HK
Sistem kerja karyawan semprot di PSE adalah menyemprot piringan di
setiap pokok dari collection road A hingga tembus ke collection road B dan masuk
di pasar selanjutnya hingga kembali ke collection road A. Sistem kerja tim
semprot dijelaskan pada Gambar 3.
Gambar 3. Cara Kerja Tim Semprot Mandoran A dan B
Kebun PSE sangat peduli terhadap keamanan dan keselamatan kerja
karyawan semprot. Alat Pelindung diri wajib dikenakan karyawan semprot ketika
bekerja. Alat pelindung diri (APD) tersebut berupa apron, masker hidung,
pelindung mata dan muka, sarung tangan karet, baju lengan panjang dan celana
panjang serta sepatu boot. Fasilitas rumah BSS juga disediakan pihak kebun
dimana fungsi dari rumah tersebut adalah meningkatkan keselamatan dan
kemanan karyawan semprot.
Rumah BSS digunakan pada pagi hari dimana sebelum berangkat kerja
karyawan diwajibkan berganti pakaian kerja lengkap dengan alat pelindung diri
dan menyimpan pakaian yang dikenakan dari rumah di loker. Setelah karyawan
menuju blok yang akan disemprot menggunakan truck semprot. Setelah selesai
bekerja karyawan kembali ke rumah BSS melalui pintu belakang dan langsung
mandi membersihkan diri dari kemungkinan zat kimia yang masih menempel di
tubuh. Setelah berganti pakaian dengan pakaian bersih yang ada di loker
karyawan baru boleh kembali ke rumah. Pakaian dinas yang kotor dikumpulkan
menjadi satu karena ketika karyawan bekerja di lapangan petugas rumah BSS
mencuci baju dinas karyawan semprot yang kotor. Rumah BSS dapat dilihat pada
Gambar 4.
Gambar 4. Rumah Blok Spraying System
Pengendalian Hama
Pengendalian hama di kebun PSE memprioritaskan pemanfaatan
biological control dan minimalisasi penggunaan pestisida, agar produk yang
dihasilkan berwawasan “clean and healthy food”. Pelaksanaan Early Warning
System untuk deteksi hama secara dini, merupakan tindakan yang mendukung
pelaksanaan pengendalian hama secara terpadu atau disebut Intergrated Pest
Management (IPM) (Manual Referensi Agronomi, 2008). Deteksi hama dilakukan
dengan monitoring atau pengamatan secara rutin. Pengamatan rutin akan
menyebabkan kenaikan biaya upah, tetapi pada akhirnya tindakan tersebut
memungkinkan untuk menghemat biaya pengendalian dan mempertahankan
produksi (karena berkurangnya kerusakan yang disebabkan oleh serangan hama
tersebut). Pengelolaan hama di PSE dilakukan dengan 2 metode yaitu
pemanfaatan biological control serta penggunaan pestisida.
Pemanfaatan agen biologi untuk mengendalikan hama merupakan prioritas
utama PSE. Kebun PSE menggunakan burung hantu dan ular sebagai musuh
alami tikus. Burung hantu diberikan kandang pemikat sebagai tempat