• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pinang Sebatang Estate, PT. Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation, Siak, Riau.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pinang Sebatang Estate, PT. Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation, Siak, Riau."

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

PT. ANEKA INTIPERSADA, PT. MINAMAS PLANTATION,

SIAK, RIAU

RUDY RYANTO

A24080153

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

MANAJEMEN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PINANG SEBATANG

ESTATE,PT. ANEKA INTIPERSADA, PT. MINAMAS PLANTATION, MAREDAN, RIAU

Management Fertilization of Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) In Pinang Sebatang Estate, PT.Aneka Intipersada,PT. Minamas Plantation, Maredan, Riau

Rudy Ryanto1 dan Ahmad Junaedi2 1

Mahasiswa, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB 2

Staf Pengajar, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB

Abstract

The internships was conducted in Pinang Estate, PT. Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation within 3 months commencing on February 13, 2012 until May 13, 2012. Internship activities include all activities undertaken in the field consisted of technical aspects and managerial aspects, both in the field and in the office. Technical aspects were follow and implement the prosess of fertilization from the start of repackage fertilizer stage in storage until sowing fertilizer, the process of harvesting fresh fruit bunches (FFB) in the field until the sorting process at the mill, field maintenance processes like weeds control with herbicide applications and planting host plants for predator (beneficial plant). The author had the opportunity to follow the seeding process starts from the preparation area nurseries, sorting seeds to planting seeds into the baby bag. The author also perform managerial aspects such as helping krani division to entry the data all the work in Division IV PSE with applications on line using the System, Application and Products (SAP), assist staff in the preparation of auditor training Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), follow and assist the organization of supervision before leaving for work in the morning meeting. Based on the observation, generally, implementation of fertilization has been going according to Standard Operational Procedure (SOP) and has fulfilled the accuracy of fertilization.

(3)

RUDY RYANTO. Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Jacq.) di Pinang Sebatang Estate, PT. Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation, Siak, Riau. (Dibimbing oleh AHMAD JUNAEDI).

Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan produksi

TBS secara maksimum dan ekonomis, serta ketahanan terhadap hama dan

penyakit. Pemupukan yang baik mampu meningkatkan produksi hingga mencapai

produktivitas standar sesuai dengan kelas kesesuaian lahannnya.

Kegiatan magang ini dilakukan di Pinang Sebatang Estate (PSE), PT.

Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation dalam waktu 3 bulan terhitung mulai

dari tanggal 13 Februari 2012 sampai dengan 13 Mei 2012. Kegiatan magang

mencakup kegiatan aspek teknis dan manajerial, baik di lapangan maupun di

kantor. Aspek teknis yang penulis lakukan antara lain mengikuti dan

melaksanakan proses pemupukan mulai dari tahap penguntilan pupuk di gudang

hingga penaburan pupuk di pokok, proses panen tandan buah segar (TBS) di

lapangan hingga proses penyortiran di pabrik, proses pemeliharaan lapangan

seperti pengendalian gulma dengan aplikasi herbisida dan menanam tanaman

inang untuk predator (tumbuhan yang bermanfaat). Penulis memiliki kesempatan

untuk mengikuti kegiatan pembibitan mulai dari tahap seleksi bibit hingga

penanaman bibit di baby bag.

Penulis juga melakukan aspek manajerial seperti membantu krani divisi

memasukkan data semua pekerjaan di Divisi IV PSE secara on line menggunakan

aplikasi System, Application and Product (SAP), membantu staf dalam persiapan

pelatihan auditor Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO). Penulis membantu

Asisten Divisi IV PSE dan tim legal untuk mencari dan merapikan seluruh arsip

yang diminta oleh pihak auditor.

Penulis mengamati manajemen pemupukan di PSE dan membandingkan

pengorganisasiannya dengan Gunung Sari Estate (GSE). Berdasarkan data di GSE

(4)

(BMS) di PSE dapat digolongkan tidak efisien karena seorang penabur harus

mengeluarkan tenaga lebih banyak dibandingkan karyawan penabur pupuk di

GSE.

Pemupukan yang efektif dan efisien selalu mengacu pada konsep empat

tepat (4 T) yaitu tepat jenis, dosis, cara, dan waktu aplikasi. Kebun PSE

menggunakan pupuk tunggal seperti Urea, MOP dan RP. Penggunaan pupuk

tunggal merupakan keputusan yang tepat karena lebih efisien dari segi ekonomi.

Pada pengamatan tepat dosis kebun PSE sudah tergolong tepat dosis karena

penggunaan sistem untilan yang dapat mengontrol ketepatan dosis, namun perlu

diadakan penyesuaian takaran untilan untuk pemupukan yang lebih efisien. Cara

penaburan pupuk di kebun PSE pada awalnya kurang tepat dimana penaburan

pupuk tidak mencapai daerah belakang pokok sedangkan akar aktif juga terdapat

disana. Pengarahan oleh penulis mampu meningkatkan ketepatan cara penaburan

pupuk namun prestasi kerja menurun. Hal ini dapat diperbaiki dengan cara

memperbaiki sistem kerja penaburan pupuk di PSE. Pemupukan di PSE masih

belum memenuhi kriteria tepat waktu dimana pada semester 2 pemupukan MOP

dilakukan 2 kali karena pupuk MOP semester 1 belum diaplikasi. Kriteria tepat

waktu menjadi penting karena terkait dengan efisiensi dan efektifitas pemupukan.

Keterlambatan pemupukan dapat terjadi antara lain karena keterlambatan

datangnya pupuk dan curah hujan yang tinggi di bulan Oktober hingga Desember.

Penulis juga melakukan pengamatan terhadap aplikasi pupuk organik.

Pengaplikasian janjang kosong di PSE mampu meningkatkan total produksi per ha

setiap blok. Meningkatnya sumber unsur hara pada setiap pokok belum diikuti

dengan penurunan dosis aplikasi sehingga biaya pemeliharaan per satuan luas

(5)

PT. ANEKA INTIPERSADA, PT. MINAMAS PLANTATION,

SIAK, RIAU

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

RUDY RYANTO

A24080153

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(6)

ESTATE

,

PT. ANEKA INTIPERSADA,

PT. MINAMAS PLANTATION, SIAK, RIAU

Nama

: RUDY RYANTO

NIM

: A24080153

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi

NIP. 19681101 199302 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr.

NIP. 19611101 198703 1 003

(7)

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 4 September 1990. Penulis

merupkan anak pertama dari dua bersaudara dari bapak Baeni dan ibu Triyatmi.

Tahun 2002 penulis lulus dari SDN 04 Kalisari, kemudian pada tahun 2005

penulis menyelesaikan studi di SMPN 179 Jakarta. Pada tahun 2008 penulis lulus

dari SMAN 39 Jakarta. Penulis kemudian diterima di Departemen Agronomi dan

Hortikultura Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur SNMPTN.

Penulis aktif di organisasi kemahasiswaan sebagai wakil ketua umum

Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron) pada tahun 2009/2010 dan

kemudian menjadi ketua umum Himagron pada tahun 2010/2011. Penulis juga

aktif mengikuti kegiatan Himpunan Mahasiswa Agronomi Indonesia pada tahun

2009 – 2011. Pada kegiatan akademik penulis menjadi asisten praktikum mata

kuliah Dasar-dasar Agronomi (AGH 200) dan Manajemen Air dan Hara Tanaman

(AGH 322) pada tahun 2011.

Penulis mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik sejak

tahun 2008. Pada tahun 2011 penulis mendapatkan beasiswa dari perusahaan

(8)

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah

memberikan kesempatan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Jacq.) di Pinang Sebatang Estate, PT. Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation, Siak, Riau”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Triyatmi dan Bapak Baeni serta keluarga besar yang telah memberikan

doa, dukungan dan semangat selama menjalankan studi di IPB.

2. Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi selaku dosen pembimbing skripsi dan

akademik yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama

penulis menimba ilmu di Departemen Agronomi dan Hortikultura hingga

penulis menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr.Ir. Sudradjat, MS dan Dr.Ir. Hariyadi, MS, selaku dosen penguji, atas

saran dan masukan yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini.

4. Saudara Topan dan Aris, Bapak Supriadi, Egianta, Waldi, Bayu, Rahmat

serta seluruh karyawan Pinang Sebatang Estate yang telah membantu

penulis selama kegiatan magang berlangsung.

5. Minamas Plantation atas segala dukungan untuk pengembangan diri

penulis.

6. Keluarga HATORI : Shely, Iput, Taufiq, Pungki, Pandu, Hafizh serta

Keluarga NIU : Salman, Andi, Priyo, Mitha, Nita, Shella, Widya, Ucha,

Nadia serta Jundana yang telah mengisi hari-hari penulis.

7. Kawan-kawan mahasiswa Agronomi IPB maupun Indonesia yang telah

banyak bertukar pikiran dengan penulis.

Bogor, September 2012

(9)
(10)
(11)

Nomor Halaman

1. Jumlah dan Cara Penentuan Pohon Contoh pada Sistem Tersebar ... 5

2. Topografi dan Jenis Tanah di Pinang Sebatang Estate.. ... 12

3. Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di Pinang Sebatang Estate ... 14

4. Produksi dan Produkitivitas Tandan Buah Segar di Pinang Sebatang Estate. ... 14

5. Kriteria Tandan Buah Segar dan Batas Toleransi ... 19

6. Pengamatan Tepat Dosis Pupuk MOP. ... 49

7. Pengamatan Tepat Dosis Pupuk Urea ... 51

8. Perbandingan Kebutuhan Pupuk dan Jumlah Pupuk Tersedia per Pasar dengan Bobot Untilan yang Berbeda. ... 51

9. Pengamatan Prestasi Kerja Sebelum dan Setelah Pengarahan Penulis 52

10. Curah Hujan Juli 2011 – Januari 2012. ... 53

11. Waktu Kedatangan Pupuk, Waktu Aplikasi Rekomendasi serta Waktu Realisasi Pemupukan ... 54

12. Pengamatan Visual Defisiensi Hara. ... 54

(12)

Nomor Halaman

1. Suasana Antrian Pagi Supervisi Panen terhadap Karyawan Panen ... 17

2. Penomoran pada Tandan Buah Segar dan Brondolan ... 25

3. Cara Kerja Tim Semprot Mandoran A dan Mandoran B ... 29

4. Rumah Blok Spraying System ... 30

5. Pemanfaatan Agen Biologis Burung Hantu ... 31

6. Beneficial Plant ... 32

7. Proses Pembibitan ... 33

8. Pengambilan Leaf Sampling Unit ... 35

9. Diagram Alur Permintaan dan Penerimaan Pupuk Pinang Sebatang Estate. ... 38

10. (a) Penyimpanan Pupuk, (b) Peguntilan Pupuk , (c) Pemuatan Pupuk ... 39

11. (a) Alat Penabur dan Penakar Pupuk, (b) Penaburan Pupuk ... 40

12. Area Buffer Zone ... 41

13. Cara Kerja Pemupukan Blok Manuring System di Gunung Sari Estate ... 45

(13)

Nomor Halaman

1. Jurnal Kegiatan Magang di Pinang Sebatang Estate, PT. Aneka

Intipersada, PT. Minamas Plantation, Maredan, Riau. ... 61

2. Peta Areal Statement Kebun Pinang Sebatang... 66

3. Curah Hujan di Pinang Sebatang Estate tahun 2002 – 2011. ... 67

4.Struktur Organisasi di Pinang Sebatang Estate. ... 68

5. Jumlah Karyawan Staf dan non Staf. ... 69

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Produksi minyak nabati dunia pada tahun 1981 mencapai 41 895 000

metrik ton, di antaranya 5 185 000 metrik ton (12.5%) berasal dari minyak sawit

dan minyak inti sawit (Setyamidjaja, 2006). Sebanyak 85% lebih pasar dunia

kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia. Kebutuhan buah kelapa sawit

meningkat tajam seiring dengan meningkatnya kebutuhan Crude Palm Oil (CPO)

dunia. Luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia pada tahun 2010 mencapai

7.8 juta ha dengan produksi total 19.8 juta ton (Ditjenbun, 2010).

Pengembangan kelapa sawit di Indonesia tidak lagi mengandalkan

perluasan lahan karena lahan-lahan kelas S1 untuk kelapa sawit sudah

dioptimalkan. Peningkatan produktivitas menjadi alternatif cara untuk

mengembangkan produksi kelapa sawit Indonesia. Produktivitas kelapa sawit

Indonesia dapat dioptimalkan dengan cara memperbaiki cara pemeliharaan kelapa

sawit (Depkominfo, 2010).

Tanaman kelapa sawit umumnya menempati tanah-tanah yang bereaksi

masam sampai agak masam. Tanah-tanah tersebut memiliki tingkat kesuburan

kimia yang rendah, tetapi kesuburan fisiknya umumnya cukup baik (Poeloengan

et al., 2003). Pemupukan secara berkesinambungan menjadi satu keharusan utuk

mendukung produktivitas tanaman yang cukup tinggi mengingat kelapa sawit

tergolong tanaman yang sangat konsumtif terhadap unsur hara. Tercapainya

produksi tandan buah segar (TBS) yang optimal dan kualitas minyak yang baik

merupakan tujuan dari pemupukan tanaman kelapa sawit (Sutarta et al., 2003).

Pupuk harus dapat digunakan secara efisien dan tepat sasaran. Beberapa

hal yang harus diperhatikan agar pemupukan dapat efisien dan tepat sasaran

adalah meliputi penentuan jenis pupuk, dosis pupuk, metode pemupukan, waktu

dan frekuensi pemupukan, serta pengawasan mutu pupuk (Winarna et al., 2003).

Perkembangan teknologi pemupukan tanaman kelapa sawit sangat pesat.

Perkembangan teknologi tersebut dapat terlihat dari beragamnya jenis atau tipe

pupuk, usaha perbaikan metode penetapan dosis pupuk, pemilihan metode

(15)

(Winarna et al., 2003). Manajemen pemupukan yang menerapkan berbagai

teknologi pemupukan diharapkan meningkatkan produksi tanaman kelapa sawit.

Tujuan

Kegiatan magang ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan

pengalaman mahasiswa dalam aspek budidaya tanaman kelapa sawit dengan

memahami dan menghayati proses kerja budidaya tanaman kelapa sawit secara

nyata di lapangan. Tujuan secara khusus pada magang ini adalah untuk

mempelajari manajemen pemupukan pada tanaman kelapa sawit yang terdapat di

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat

dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

tepung sari kelapa sawit sekarang. Spesies-spesies liar yang ada di Amerika

diasumsikan keluar dari Afrika mengikuti perjalanan manusia pada zaman

prasejarah (Pahan, 2006).

Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan

dalam identifikasi secara ilmiah. Taksonomi kelapa sawit dapat diuraikan sebagai

berikut :

Divisi : Embryophyta Siphonagama

Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledonae

Famili : Areraceae

Sub Famili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : E. gueneensis Jacq.

Tanaman kelapa sawit termasuk ordo monokotil. Bagian vegetatif kelapa

sawit meliputi akar (radix), batang (caulis), dan daun (folium). Akar keluar dari

pangkal batang sangat banyak jumlahnya dan terus bertambah banyak dengan

bertambahnya umur tanaman. Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus ke atas dan

berbentuk slindris. Perakaran kelapa sawit terbagi menjadi akar primer, akar

sekunder, akar tersier, dan akar kuartener. Secara alamiah (pertumbuhan di hutan),

tinggi batang dapat mencapai 30 m, tetapi secara komersial (dalam budidaya

perkebunan) jarang sekali tinggi tanaman kelapa sawit melebihi 15 - 18 m. Hal ini

berhubungan dengan kemudahan pelaksanaan pemanenan buah dan pemeliharaan

lainnya. Daun kelapa sawit bersirip genap dan bertulang sejajar. Panjang pelepah

daun dapat mencapai 9 m, tergantung pada umur tanaman. Pada satu pohon kelapa

sawit yang normal dan sehat umumnya terdapat 40 – 50 pelepah daun

(17)

Syarat Tumbuh

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada areal yang memiliki curah hujan

di atas 2 000 mm dan merata sepanjang tahun. Hujan tidak turun selama 3 bulan

menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun. Tanaman

kelapa sawit termasuk tanaman heliofil atau menyukai cahaya matahari.

Penelitian menunjukkan pada bulan-bulan yang penyinaran mataharinya lebih

panjang mempunyai kolerasi positif dengan produksi kelapa sawit. Tanaman

kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, yang penting tidak kekurangan

air pada musim kemarau dan tidak tergenang pada musim hujan (drainase baik).

Tanah-tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit banyak terdapat

di daerah tropis seperti latosol dan alluvial (Sastrosayono, 2003).

Pemupukan

Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman yang sehat dan produksi

TBS secara maksimum dan ekonomis, serta ketahanan terhadap hama dan

penyakit. Selain itu untuk mencapai kondisi tanah yang subur maka perlu

kombinasi pemakaian pupuk organik dan an organik. Pemupukan yang baik

mampu meningkatkan produksi hingga mencapai produktivitas standar sesuai

dengan kelas kesesuaian lahannnya (Sutarta et al., 2003).

Pengambilan contoh daun dan tanah bertujuan untuk memperoleh data

tentang kandungan unsur-unsur hara dalam daun dan tanah melalui analisis

laboratorium. Pengambilan contoh daun harus mewakili kondisi hara tanaman

dalam satu leaf sampling unit (LSU). Menurut Sutarta et al. (2003) pohon-pohon

yang akan digunakan sebagai pohon contoh harus memiliki berbagai persyaratan

antara lain :

1. Pohon-pohon contoh adalah pohon-pohon normal, pohon sakit dihindarkan

dan sebagai gantinya dipilih pohon berikutnya,

2. Pohon-pohon yang tumbuh di pinggir jalan dan parit dihindarkan, sebagai

gantinya pilih 3 pohon berikutnya,

(18)

4. Pohon contoh terpilih diberi tanda dengan menggunakan cat pada

batangnya

Sebaran pohon contoh harus disesuaikan dengan luas satu LSU. Penentuan pohon

contoh dengan sistem tersebar dapat disusun dengan interval pemilihan pohon

yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah dan Cara Penentuan Pohon Contoh pada Sistem Tersebar Luas

(ha)

Jumlah Pohon

Jumlah Pohon Contoh Cara penentuan pohon

Pohon % Sumber : Buku Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit (Sutarta, 2003)

Pengambilan contoh daun harus menggambarkan keadaan unsur hara

pohon sawit. Menurut hasil penelitian ternyata daun ke 17 adalah yang paling

sesuai. Jika karena suatu keadaan daun ke 17 rusak pada suatu tanaman maka

diambil daun ke 9 pada seluruh pohon contoh dalam LSU tersebut. Dari daun

contoh diambil sebanyak 8 sampai 12 helai anak daun (4 atau 6 helai dari sebelah

kiri dan 4 atau 6 buah dari sebelah kanan). Anak daun yang diambil adalah bagian

tengah 10-20 cm lalu dibersihkan dengan kapas atau kain yang sudah dicelupkan

ke dalam aquadest. Tulang anak daun/lidi dibuang (Sutarta et al., 2003).

Pengambilan contoh tanah kesuburan ini bertujuan untuk mengetahui

kandungan hara dalam tanah pada lapis olah (berkisar 0-20 cm) untuk mendukung

penyusunan rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit. Contoh tanah untuk

kesuburan tersebut diambil dari dalam dan luar piringan tanaman kelapa sawit.

Pengambilan contoh tanah dilakukan di sekitar pohon Leaf Sampling Unit (LSU).

Jumlah contoh tanah mencakup sekitar 25-50% dari jumlah LSU. Menurut Sutarta

et al. (2003) contoh tanah diambil dari setiap tahun yang sama, jika tahun sama :

a. Diambil satu contoh tanah untuk setiap tahun tanam

b. Satu contoh tanah diambil gabungan beberapa tahun tanam yang

(19)

Konsep Empat Tepat

Pemupukan yang efektif dan efisien selalu mengacu pada konsep empat

tepat (4 T) yaitu tepat jenis, tepat dosis, tepat cara, dan tepat waktu aplikasi

(Poeloengan et al., 2003). Sedangkan untuk memperbaiki kondisi lahan dapat

dilakukan melalui aplikasi bahan organik seperti limbah pabrik kelapa sawit

(PKS).

Pemilihan jenis pupuk harus mempertimbangkan dari segi teknis dan

ekonomis. Menurut Poeloengan et al. (2003), beberapa dasar pertimbangan dalam

penentuan jenis pupuk antara lain umur tanaman, gejala defisiensi hara, kondisi

lahan, dan harga pupuk. Pengetahuan teknis tentang sifat pupuk dan sifat tanah

serta dimana pupuk akan diaplikasikan akan sangat menentukan efisiensi

pemupukan.

Dosis didapat dari hasil analisis daun dan tanah. Pengambilan sampel daun

biasanya pada daun ke-17 karena daun ke-17 merupakan daun paling peka yang

menunjukkan perbedaan paling besar dalam tingkat hara N, P, dan K (Chapman

dan Gray, 1949). Kebutuhan tanaman terhadap pupuk berbeda-beda tiap umur

tanaman. Tanaman muda umumnya lebih responsif terhadap pemupukan bila

dibandingkan tanaman tua. Menurut Lubis (1992), kebutuhan tanaman akan

pupuk pada Tanaman Menghasilkan (TM) lebih besar dibandingkan Tanaman

Belum Menghasilkan (TBM) karena sebagian besar energi pada TM digunakan

untuk generatif sedangkan pada TBM digunakan untuk pertumbuhan.

Hakim (2007) menyatakan bahwa ada beberapa cara pemupukan yang

biasa digunakan:

a) Suface application (Top dressing; broadcast atau disebar di atas tanah

langsung)

b) Furrow application (di dalam rorak-rorak/ di pinggir guludan)

c) Sub soil placement (pocket/ dibenam)

d) Soil injection (dimasukkan ke dalam tanah, biasanya dalam bentuk cairan)

e) Stem injection (langsung dimasukkan ke dalam batang/ kambium sedikit demi

sedikit)

(20)

Waktu pemupukan ditentukan oleh iklim terutama curah hujan. Selain itu

juga ditentukan oleh sifat fisik tanah, pengadaan pupuk, serta sifat sinergis dan

antagonis antar unsur hara. Pemupukan akan efektif dilaksanakan jika tanah

mengandung air yaitu pada awal musim hujan atau akhir musim hujan. Pada saat

musim hujan tidak dianjurkan dilakukan pemupukan karena zat hara akan

mengalir (run off) ke tempat yang lebih rendah dan ke sungai. Pagi sampai siang

hari merupakan waktu yang optimal untuk aplikasi pemupukan di lapangan.

Idealnya aplikasi pemupukan dilaksanakan pada saat akar dalam kondisi

baik, artinya tanah dalam keadaan lembab atau basah. Pada musim yang

kemaraunya di bawah 1 bulan, pemupukan dapat dilaksanakan kapan saja dengan

frekuensi di atas 2 kali per tahun. Pada daerah dengan musim kemarau di atas 3

bulan, aplikasi pemupukan harus disesuaikan dengan kondisi perakaran kelapa

(21)

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang ini dilaksanakan di Pinang Sebatang Estate (PSE), PT.

Aneka Intipersada, PT. Minamas Plantation, Riau. Magang dilaksanakan selama

tiga bulan dimulai tanggal 13 Februari sampai 13 Mei 2012.

Metode Pelaksanaan

Penulis melaksanakan kegiatan magang dengan mengikuti kegiatan

praktek teknis di lapangan dan kegiatan manajerial baik di perkebunan maupun di

kantor. Jurnal kegiatan magang disajikan pada Lampiran 1. Aspek teknis yang

penulis lakukan selama kegiatan magang berlangsung yaitu mengikuti dan

melaksanakan proses pemupukan mulai dari tahap penguntilan pupuk di gudang

hingga penaburan pupuk di pokok, proses panen tandan buah segar (TBS) di

kebun hingga proses sortir di pabrik, proses pemeliharaan kebun mulai dari

pengendalian gulma dengan aplikasi herbisida, penanaman tanaman inang

predator (beneficial plant) hingga tunas pasar serta penulis berkesempatan

mengikuti proses pembibitan dimulai dari persiapan areal pembibitan, sortir bibit

hingga penanaman bibit ke baby bag. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan

mengikuti waktu dan jadwal yang telah ditentukan oleh Asisten Divisi IV PSE.

Penulis juga melakukan aspek manajerial diantaranya membantu krani

divisi untuk menginput data seluruh kegiatan di Divisi IV PSE secara on line

menggunakan aplikasi System, Aplication and Product (SAP), mengikuti dan

membantu staff PT Aneka Intipersada dalam persiapan dan pelaksanaan pelatihan

auditor Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), serta mengikuti dan membantu

pengorganisasian supervisi sebelum berangkat bekerja dalam apel pagi.

Aspek khusus yang penulis lakukan adalah mengamati pengelolaan

pemupukan di PSE terutama di Divisi IV. Divisi IV PSE menjadi tempat yang

penulis pilih untuk pengambilan data dan informasi pengelolaan pemupukan

(22)

Pengumpulan Data dan Informasi

Secara garis besar metode pelaksanaan magang di lapangan adalah

pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan metode langsung dan

tidak langsung. Pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan mengambil data

primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh secara

langsung melalui pengamatan yang dilakukan oleh penulis selama berada di

lapangan. Kegiatan ini meliputi ketepatan jenis dan dosis pupuk, ketepatan waktu

dan cara aplikasi pemupukan, proses penetapan dosis aplikasi untuk leaf sampling

unit (LSU), jumlah tenaga kerja dalam kegiatan pemupukan, dan gejala defisiensi

hara tanaman, serta dilakukan kegiatan diskusi dengan petugas gudang, KHL,

mandor, dan asisten kebun. Data sekunder diperoleh dari data kebun yang

diberikan oleh kepala kantor kebun dan dari studi pustaka. Penulis juga

mengambil data sekunder seperti data curah hujan, kondisi tanaman, data produksi

dan produktifitas serta data yang terkait dengan pemupukan, struktur organisasi,

dan ketenagakerjaan.

Pengamatan yang dilakukan oleh penulis yang berkaitan dengan aspek

pemupukan antara lain :

1. Ketepatan dosis pupuk. Data ini diperoleh dari pengamatan terhadap 4

orang penabur pupuk pada satu blok. Setiap penabur pupuk penulis

mengamati penabur pupuk hingga pasar tengah atau sekitar 32 pokok.

2. Ketepatan jenis pupuk. Data ini diperoleh dari penggunaan jenis pupuk

di PSE kemudian dibandingkan kelebihan dan kekurangan jika

menggunakan jenis pupuk yang lain.

3. Ketepatan waktu pemupukan. Penulis mengamati data kebun terkait

waktu kedatangan pupuk dan curah hujan kemudian penulis mengaitkan

dengan realisasi waktu pemupukan di PSE.

4. Ketepatan cara pemupukan. Penulis mengamati cara penaburan pupuk

dan metode pemupukan yang dilakukan di PSE kemudian penulis

membandingkan dengan standar penaburan pupuk serta dengan metode

penaburan pupuk di kebun yang lain.

5. Defisiensi unsur hara. Penulis melakukan pengamatan secara visual

(23)

6. Aplikasi janjang kosong. Penulis mengamati produktivitas blok yang

telah diaplikasi janjang kosong dengan blok yang belum diaplikasi.

Analisis Data dan Informasi

Pengolahan data dilakukan dengan membandingkan ketepatan dosis, jenis,

waktu, serta cara aplikasi pemupukan untuk dibandingkan dengan studi pustaka.

Penulis juga membandingkan metode penaburan pupuk di PSE dengan kebun lain

yang masih dalam manajemen Minamas Plantation. Penulis juga membandingkan

produktivitas blok yang telah diaplikasi janjang kosong dengan blok yang belum

(24)

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

Letak Geografis dan Administratif

Pinang Sebatang Estate berada di Desa Maredan, Kecamatan Tualang,

Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Pinang Sebatang Estate merupakan bagian dari

PT Aneka Intipersada yang memiliki 3 kebun dengan 1 pabrik kelapa sawit. PT

Aneka Intipersada merupakan kebun Minamas Plantation yang paling dekat

dengan ibukota provinsi yaitu sekitar ± 40 km. Letak geografis PT Aneka

Intipersada berada di koordinat 0° 32' 25" - 0° 35' 24" LS dan 101° 34' 30" - 101°

39' 21" LU. Ketinggian tempat Pinang Sebatang Estate sekitar ± 52 meter di atas

permukaan laut dengan suhu berkisar antara 28° - 32° C.

Luas Hak Guna Usaha dan Tata Guna Lahan

PT Aneka Intipersada mendapatkan Hak Guna Usaha (HGU) pada tahun

1994 seluas 11 134 ha. Pinang Sebatang Estate memiliki luas areal yang

diusahakan seluas 3 246.8 ha dan areal yang tidak diusahakan seluas 860 ha.

Jumlah areal Pinang Sebatang Estate yang ditanami tanaman kelapa sawit yang

telah menghasilkan (TM) seluas 3 216.8 ha dan areal yang ditanami tanaman

belum menghasilkan (TBM) seluas 30 ha. Luasan areal yang digunakan untuk

prasarana seluas 119.74 ha. Pinang Sebatang Estate terbagi menjadi 4 divisi. Luas

areal yang ditanami pada Divisi I seluas 758.33 ha, Divisi II seluas 741.62, Divisi

III seluas 882.89 ha, dan Divisi IV seluas 863.96 ha. Peta Areal Statement Pinang

Sebatang Estate disajikan pada Lampiran 2.

Pinang Sebatang Estate memiliki penomoran blok lama dan baru.

Penomoran blok baru digunakan untuk meminimimalkan nomor blok. Divisi I

PSE pada penomoran blok lama terdiri dari blok B0 – B1, C0 – C9, D0 – D8, dan

E4 – E8, sedangkan pada penomoran blok baru Divisi I PSE terdiri dari C001 –

C006 dan D002 – D005. Divisi II PSE pada penomoran blok lama terdiri dari blok

A2 – A12, B3 – B11, sedangkan pada penomoran blok baru Divisi II PSE terdiri

dari A001 – A006 dan B003 – B006. Divisi III PSE pada penomoran blok lama

(25)

Divisi III PSE terdiri dari A007 – A013 dan B007 – B010. Divisi IV PSE pada

mm/tahun. Data curah hujan PSE tahun 2002 – 2011 disajikan pada Lampiran 3.

Curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada bulan Desember dengan rata-rata 232

mm/bulan. Menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson kondisi iklim di Pinang

Sebatang Estate termasuk dalam klasifikasi iklim A yaitu daerah sangat basah

karena dengan rata-rata bulan basah (BB) sebanyak 10 bulan dan bulan kering

(BK) 1 bulan maka didapatkan nilai Q sebesar 10%. Ketentuan tipe iklim A pada

ketetapan Schmidth-Ferguson adalah 0.5% – 14.3%.

Keadaan topografi dan jenis tanah di PSE disajikan pada Tabel 2. Pada

Tabel 2 terlihat bahwa tanah di PSE didominasi tanah mineral yang mencapai

95.29%. Topografi berbukit di PSE mencapai 94.55%. Tanah gambut di PSE

terdapat di Divisi I PSE.

Tabel 2. Topografi dan Jenis Tanah di Pinang Sebatang Estate

Uraian

(26)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

3 Merencanakan, mempersiapkan, melaksanakan, mengawasi, dan

mengevaluasi : pengembangan areal baru sesuai dengan jadwal

pemeIiharaan tanaman dan non-tanaman serta panen sehingga dicapai

biaya yang ekonomis.

4 Mengantisipasi kemungkinan kejadian yang merugikan perusahaan.

5 Menciptakan dan menumbuhkan sense of belonging seluruh personil

terhadap perusahaan.

Pinang Sebatang Estate dipimpin oleh Senior Manager dibantu oleh satu

orang Senior Asisten, tiga orang Asisten dan satu orang Kepala Administrasi

(Kasie). Kasie bertanggungjawab terhadap administrasi kebun. Kepala

Administrasi membawahi seluruh pegawai kantor besar dan gudang sentral. Kasie

bekerjasama dengan senior asisten maupun asisten menyediakan segala kebutuhan

kebun maupun traksi. Struktur Organisasi PSE disajikan pada Lampiran 4.

Senior Asisten di PSE bertanggung jawab atas Divisi III, traksi, serta

bekerjasama dengan Kepala Administrasi mengelola gudang. Senior Asisten juga

bertugas mengkoordinasikan seluruh asisten divisi. Senior Asisten menjadi

penanggungjawab sementara (PJS) kebun jika Senior Manager sedang tidak

berada di kebun. Asisten divisi memiliki tugas umum mengelola seluruh kegiatan

operasional di divisi sesuai dengan program, biaya yang telah disetujui dan kultur

teknis dalam buku Agriculture Reference Manual (ARM). Pelatihan terhadap

karyawan baru, membina kesejahteraan karyawan dan memelihara administrasi divisi.

Status karyawan di PSE terdiri atas karyawan staf dan karyawan non staf.

Karyawan staf meliputi Estate Manager, senior asisten, asisten divisi dan kepala

administrasi. Sedangkan karyawan non staf meliputi SKU B dan SKU Harian.

(27)

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman Kelapa sawit yang terdapat di PSE berasal dari 4 varietas yaitu

varietas Marihat, Lonsum, Socfindo serta Guthrie. Varietas marihat mendominasi

populasi yang terdapat di PSE. Tanaman kelapa sawit di PSE ditanam dengan

menggunakan pola tanam segitiga sama sisi dengan jarak tanam rata-rata 9.2 m x

9.2 m x 9.2 m dengan rata-rata jumlah populasi per ha sejumlah 137 pohon. Tahun

tanam di PSE beragam mulai dari tahun tanam 1993 hingga 2001 namun pada

Divisi IV PSE hanya terdapat satu tahun tanam yaitu 1994. Jumlah populasi

tanaman berdasarkan jarak tanam dapat terlihat pada Tabel 3. Pada Tabel 4

disajikan produksi dan produktivitas di PSE pada tahun 2008 hingga Februari

2012.

Tabel 3. Populasi Tanaman Kelapa Sawit Berdasarkan Tahun Tanam di Pinang Sebatang Estate

Sumber : Data Kantor Kebun Pinang Sebatang Estate, 2012

Tabel 4. Produksi dan Produkitivitas Tandan Buah Segar di Pinang Sebatang Estate

Tahun Luas (ha) Produksi Sumber : Data Kantor Kebun Pinang Sebatang Estate, 2012

(28)

Pada Tabel 4 terlihat berat janjang rata-rata buah sawit di PSE meningkat

secara konsisten setiap tahunnya. Pada tahun 2010 – 2011 produktivitas tanaman

kelapa sawit meningkat hingga mencapai 20.96 ton/ha. Luas areal PSE mengalami

penurunan hal ini dikarenakan sebagian wilayah PSE beralih fungsi menjadi plot

tanaman mother plant Minamas Research Center (MRC).

Fasilitas Kesejahteraan Karyawan

Pinang Sebatang Estate (PSE) memberikan fasilitas kepada karyawan

seperti perumahan karyawan. Perumahan karyawan PSE saat ini terdapat di 3

pondok yaitu pondok 1 untuk karyawan Divisi I dan II, pondok 3 untuk karyawan

Divisi III dan IV serta emplasmen untuk karyawa traksi, kantor serta beberapa

karyawan Divisi IV. Perumahan karyawan PSE saat di emplasment merupakan

perumahan baru dengan lantai keramik dan sudah permanen sedangkan untuk

pondok 1 dan pondok 2 masih semi permanen dengan dinding kayu. Perumahan

karyawan di PSE seluruhnya akan di renovasi menjadi permanen secara bertahap.

Fasilitas pendidikan yang terdapat di lokasi PSE adalah Sekolah Dasar

(SD) yang terdapat di emplasmen dan juga Taman Kanak-kanak yang terdapat di

pondok 1 dan 2. Bis sekolah juga disediakan untuk mengantar dan menjemput

anak-anak karyawan bersekolah. Fasilitas olah raga juga diberikan kepada

karyawan untuk menjaga kesehatan dan menjadi hiburan karyawan di kebun.

Fasilitas seperti lapangan sepak bola, bola voli dan bulu tangkis juga terdapat di

lokasi perumahan karyawan. PSE juga mengadakan lomba-lomba olah raga

maupun lomba untuk anak-anak yang bertujuan untuk menjaga dinamikan

kehidupan di kebun sehingga karyawan tidak mudah jenuh.

Fasilitas beribadah disediakan oleh PSE seperti masjid dan gereja. Bilal

juga disediakan oleh perusahaan untuk mengajak dan mengingatkan karyawan

untuk tetap menjaga keimanan, menjaga kebersihan tempat ibadah dan memberi

pendidikan agama kepada anak karyawan. Fasilitas air dan listrik diberikan

kepada karyawan dan dikelola oleh masing-masing pondok. Perumahan pondok 1

dan 3 diberi fasilitas listrik terbatas hanya 7 jam namun pada emplasment fasilitas

listrik diberikan 24 jam karena aliran listrik menjadi satu dengan kantor besar dan

(29)

Kebun PSE memiliki 1 kantor besar dan 4 kantor divisi. Poliklinik hanya

terdapat di Aneka Persada Estate (APE) sedangkan di PSE hanya ada tempat

untuk beristirahat. Karyawan yang mendapatkan izin sakit harus berobat ke

poliklinik di APE lalu kembali ke PSE untuk beristirahat total di ruang kesehatan

hingga jam kerja selesai. Karyawan mendapatkan tunjangan kesehatan gratis,

tunjangan beras bagi karyawan tetap (SKU), tunjangan hari raya (THR) dan bonus

akhir tahun. Upah pokok karyawan SKU sudah sesuai dengan upah minimum

regional dimana upah pokok karyawan SKU sebesar Rp 1 133 500,- / bulan.

Setiap karyawan juga mendapatkan asuransi jaminan sosial tenaga kerja

(30)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Kegiatan penulis di kebun Pinang Sebatang Estate (PSE) Divisi IV dimulai

dari antrian pagi yang dilakukan pada pukul 05.30 – 06.30 setiap harinya.

Kegiatan ini dilakukan untuk merencanakan kegiatan yang akan dilakukan pada

hari tersebut serta evaluasi kegiatan yang telah dilakukan pada hari kemarin.

Kegiatan antrian pagi antara mandor dan asisten divisi dilakukan pada pukul

05.30 – 06.00 setelah itu dilanjutkan antrian pagi untuk mandor dengan anggota

masing-masing (Gambar 1).

Antrian pagi antara mandor dan asisten selalu dimulai dari Mandor 1

menyampaikan safety briefing dilanjutkan rencana kegiatan hari ini serta evaluasi

hari sebelumnya lalu dilanjutkan oleh asisten. Asisten divisi sangat peduli

terhadap keselamatan kerja karyawannya sehingga seringkali ketika antrian pagi

asisten mengingatkan untuk memakai alat pelindung diri (APD) bagi para mandor

maupun karyawan, pengguna sepeda motor juga wajib menggunakan helm

Standard Nasional Indonesia (SNI). Mutu buah adalah salah satu hal yang menjadi

perhatian utama asisten divisi setiap antrian pagi. Materi antrian pagi tidak hanya

pada pekerjaan namun hal sosial masyarakat seperti posyandu maupun acara

Pekan Olahraga dan Seni Kebun Pinang Sebatang Estate juga dapat dibahas ketika

antrian pagi.

(31)

Senior Manager PSE terkadang mengecek langsung kondisi karyawan di

divisi. Senior Manager mengikuti dari awal antrian pagi. Kedisiplinan mandor

maupun karyawan menjadi fokus utama Senior Manager PSE. Setiap mandor

diwajikan menggunakan jam tangan agar lebih menghargai waktu dan semakin

meningkatkan kedisiplinan. Senior Manager PSE juga merangkap sebagai

chairman PT Aneka Intipersada sehingga setiap bulan Senior Manager PSE

memimpin rapat evaluasi PT Aneka Intipersada. Rapat tersebut membahas mulai

dari produksi, kesehatan dan keselamatan kerja (K3), hingga kadar ekstraksi

minyak di pabrik. Selama magang penulis mengikuti beberapa kegiatan di kebun

antara lain panen, pengendalian gulma, pemupukan, aplikasi janjang kosong,

hingga pengambilan sampel daun.

Panen

Panen merupakan kegiatan inti di suatu perkebunan kelapa sawit. Kegiatan

panen dilakukan mulai dari potong buah matang hingga transportasi buah ke

Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Mutu buah merupakan hal yang menjadi fokus utama

setiap asisten divisi di PT Aneka Intipersada karena setiap bulannya nilai mutu

buah direkapitulasi oleh Plantation Sustanaible Quality Management (PSQM) lalu

dibuat peringkat seluruh asisten divisi PT Aneka Intipersada. Pada rapat Strategic

Of Unit 16 (SOU16) setiap awal bulan akan diberikan penghargaan kepada 3

divisi yang memiliki nilai teratas dalam mutu buah. Divisi IV. Pinang Sebatang

Estate hampir setiap bulan menduduki posisi 3 teratas namun pada bulan Maret

Divisi IV turun menjadi peringkat 9 karena ditemukan ada satu hari di bulan

Maret buah Divisi IV terkontaminasi pupuk karena dump truck untuk

mengangkut buah belum dicuci setelah mengangkut pupuk. Pada bulan April

Divisi IV PSE kembali menduduki posisi 3.

Kriteria matang panen. Menurut buku Agricultural Reference Manual

Minimum Ripeness Standard (MRS) atau Kriteria matang panen didasarkan atas

jumlah brondolan yang lepas secara alami dari tandan buah yang matang yaitu

sekurang-kurangnya terdapat 5 brondolan per janjang di piringan sebelum panen.

(32)

kualitas minyak yang diolah. Meningkatnya buah mentah atau buah kurang

matang dapat menurunkan kandungan minyak dan menimbulkan masalah semasa

proses perebusan dan pemipilan.

Meningkatnya buah mentah juga memberikan dampak di kebun. Pemanen

yang memotong buah mentah akan cenderung lebih cepat siap borong namun

pusingan potong buah akan terlambat. Buah masak yang seharusnya dipanen pada

hari itu menjadi tertinggal di pokok dan akan terus membrondol sehingga pada

pusingan berikutnya buah akan terlampau masak bahkan sebagian telah

membusuk sehingga menjadi buah busuk. Persentase brondolan yang meningkat

menyebabkan output pemanen memotong buah menjadi turun akibat waktu

pemanen banyak tersita untuk mengutip brondolan. Pada kondisi demikian

pemanen akan kembali memotong buah mentah untuk mengejar siap borong

karena memotong buah mentah tidak perlu mengutip brondolan akibatnya

pusingan semakin bertambah terlambat. Kebun Pinang Sebatang Estate sangat

tegas menghadapi buah mentah. Pada Divisi IV buah mentah yang terkirim ke

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) akan dikenakan denda sebesar 10 000 rupiah kepada

pemanen dan pemanen diwajibkan mengambil buah mentah tersebut ke PKS.

Kebijakan berbeda diterapkan di Divisi III PSE karena buah mentah yang cukup

sering ditemukan di PKS dan pusingan yang tinggi sehingga denda kepada

pemanen yang memotong buah mentah dinaikkan menjadi 25 000 rupiah.

Minamas Plantation menjaga kualitas buah dengan cara buah yang boleh

dipotong minimum 10 brondolan per janjang. TBS yang dipanen akan

dikelompokkan dan diberikan batas toleransi disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Kriteria Tandan Buah Segar dan Batas Toleransi

Kriteria Batas Toleransi

Unripe (mentah) 0 %

(1-4 brondolan yang lepas per janjang)

Under ripe (kurang matang) < 5 %

(33)

Tabel 5. Kriteria Tandan Buah Segar dan Batas Toleransi (Lanjutan)

Kriteria Batas Toleransi

Ripe (matang) < 95 %

( 10 atau lebih brondolan yang lepas per janjang)

Empty bunch (janjang kosong) 0 %

(brondolan yang lepas per janjang > 95 %)

Longstalk (gagang panjang) 0 %

(panjang gagang lebih dari 5 cm)

Old bunch (buah restan) 0 %

(lebih dari 48 jam)

Sumber : Buku Agricultural Reference Manual (Minamas Plantation, 2008)

Kebutuhan tenaga panen. Kebutuhan tenaga kerja di Divisi IV Pinang

Sebatang Estate berdasarkan luas areal Divisi IV PSE. Pada awal bulan Februari

Divisi IV PSE mengalami kekurangan karyawan panen, dimana perbandingan

karyawan dengan luas areal tidak ideal. Perbandingan karyawan dengan luas areal

yang ideal pada kondisi topografi berbukit adalah 1 : 18 + 10% karyawan panen,

namun pada awal bulan Februari perbandingan karyawan dengan luas areal

mencapai 1 : 20 yang artinya 1 karyawan bertanggung jawab atas 20 ha dalam

satu pusingan panen. Jumlah karyawan panen Divisi IV PSE pada awal bulan

Februari adalah 834 ha / 20 ha/HK = 41 karyawan panen, sedangkan jumlah

karyawan ideal untuk areal bergelombang adalah 834 ha / 18 ha/HK + (10 %

Karyawan Panen) = 46 + (10% x 46) = 46 + 5 = 51 karyawan panen. Jumlah

karyawan yang tidak ideal pada bulan Februari menyebabkan pusingan yang

tinggi. Jumlah karyawan kembali normal di akhir bulan Februari karena masuknya

tenaga kerja panen baru sehingga pusingan panen yang tinggi berkisar 11 – 12

hari berangsur turun di bulan Maret hingga normal pada pertengahan bulan Maret

(34)

Alat panen. Pokok sawit di areal Pinang Sebatang Estate didominasi oleh

tahun tanam 1994, sedangkan pokok sawit dengan tahun tanam termuda yaitu

2001 sehingga seluruh areal PSE menggunakan egrek sebagai alat panen. Alat

bantu panen yang digunakan selain egrek di kebun PSE adalah angkong, kapak,

goni eks pupuk yang telah dicuci hingga tidak ada bahan kimia tersisa, gancu,

tojok, stempel dan pewarna makanan. Berikut ini merupakan alat panen dengan

penggunaan dan spesifikasinya :

1. Dodos kecil digunakan untuk potong buah tanaman umur 3 – 4 tahun

dengan lebar mata ukuran 8 cm, lebar tengah 7 cm, tebal tengah 0.5 cm,

tebal pangkal 0.7 cm, diameter gagang 4.5 cm, dan panjang total 18 cm.

Dodos besar digunakan untuk potong buah tanaman umur 5 – 8 tahun

dengan lebar mata ukuran 12-14 cm, lebar tengah 12 cm, tebal tengah 0.5

cm, tebal pangkal 0.7 cm, diameter gagang 4.5 cm, dan panjang total 20

cm.

2. Egrek untuk digunakan untuk potong buah tanaman umur > 9 tahun (tinggi

pokok 3 meter) dengan panjang pangkal pisau 20 cm, panjang pisau 45 cm

sudut lengkung dihitung pada sumbu 135° dan berat pisau 0.5 kg, dengan

panjang gagang pisau dari alumunium 6 meter atau dapat disambung

hingga mencapai 9 meter.

3. Egrek digunakan untuk memotong tandan buah yang memiliki ketinggian

lebih dari 9 m (umur >8 tahun).

4. Angkong digunakan untuk mengangkut TBS dan brondolan dari dalam

blok ke TPH.

5. Gancu dan tojok digunakan untuk memuat dan membongkar TBS dari dan

ke alat transport.

6. Karung eks pupuk yang telah dibersihkan digunakan sebagai tempat

pengumpulan brondolan ke TPH dan sebagai alas brondolan di TPH.

7. Stempel dan pewarna makanan digunakan untuk memberi nomor pada

pangkal TBS sehingga krani cek sawit dengan jelas mengidentifikasi

(35)

Sarana jalan. Sarana jalan merupakan salah satu faktor yang dapat

memperlancar transportasi panen sehingga sarana jalan harus mendapat perhatian

agar tidak menghambat pengangkutan buah. Jalan di Pinang Sebatang Estate

dibagi menjadi 5 yaitu jalan akses (access road), jalan utama (main road), jalan

pengumpul (collection road), jalan bantu (tertiary road), dan jalan pringgan,

(boundary road). Jalan akses adalah jalan penghubung keluar masuk kebun atau

antar kebun (emplasmen,kantor besar, pabrik, dermaga / bulking station) dengan

lebar jalan 12 meter, jalan utama (main road)merupakan jalan penghubung antar

collection road dan jalan akses dengan lebar jalan 9 meter dengan arah timur -

barat , jalan pengumpul (collection road) adalah jalan pengumpul hasil dengan

lebar badan jalan 7 meter dan memiliki arah utara – selatan, jalan bantu yaitu jalan

tambahan yang dibuat pada areal – areal sulit untuk mendukung pengumpulan

produksi, jalan pringgan merupakan jalan yang dibuat di sepanjang pinggir kebun

dan berfungsi sebagai tanda batas areal kebun, dan digunakan untuk pengawasan

dan pengumpulan hasil. Jalan bantu banyak terdapat di Divisi I dan II Pinang

Sebatang Estate karena topografi arealnya yang berbukit dan berkontur.

Sarana jalan di Divisi IV PSE sudah tercipta dengan baik. Perawatan

terhadap sarana jalan juga rutin dilakukan. Perawatan jalan yang dilakukan adalah

sebagai berikut :

1. Memperbaiki main road dan collection road. Perawatan main road

menggunakan road grader dengan tujuan membentuk kemiringan

permukaan yang tepat. Pemakaian batu padas berdiameter > 10 cm untuk

menimbun lobang pada badan jalan dengan ketentuan tidak boleh dekat

dengan permukaan jalan (kedalaman minimal 20 cm).

2. Pemeliharaan pasar rintis/jalan pikul dengan cara kimia dan manual.

Pemeliharaan ini dilakukan oleh tim semprot dan karyawan perawatan.

3. Membuat Titi panen atau jembatan kecil di dalam blok untuk

menghubungkan areal yang satu dengan areal lain dalam satu blok yang

terhalang oleh parit atau sungai. Titi panen berfungsi untuk mempermudah

pemanen dalam proses pengangkutan TBS menggunakan angkong ke

(36)

4. Tunas jalan adalah kegiatan memotong pelepah/cabang pokok sawit yang

menghalangi sinar matahari dan mengganggu lalu-lintas kendaraan.

Rotasi panen atau pusingan potong buah. Fokus utama kegiatan panen

adalah memotong semua janjang masak panen dengan rotasi panen < 9 hari dan

dengan mutu panen sesuai standar, mengutip seluruh brondolan (loose fruit), serta

mengirimkan seluruh TBS yang dipanen ke PKS selambat-lambatnya dalam

waktu 24 jam. Rotasi panen atau pusingan adalah interval waktu antara satu

perlakuan panen dengan perlakuan panen berikutnya.

Pusingan panen Divisi IV PSE pada bulan Februari tinggi akibat

kurangnya tenaga kerja sehingga pusingan dapat mencapai 14 hari. Memasuki

bulan Maret dengan penambahan tenaga kerja pusingan panen perlahan menurun

dan stabil di 8 hingga 9 hari. Penurunan pusingan ini juga disebabkan oleh

ketegasan asisten terhadap pemanen yang menurunkan buah mentah. Pemanen

yang tidak menurunkan buah mentah secara tidak langsung meningkatkan prestasi

kerja karyawan dalam hektaran demi mendapatkan siap borong. Meningkatnya

hektaran panen akan menyebabkan pusingan panen semakin rendah sehingga

tidak ada buah matang yang tertinggal di pokok.

Taksasi produksi harian selalu dilakukan pada satu hari sebelum kegiatan

panen berlangsung. Taksasi dilakukan oleh mandor panen untuk mengetahui

kerapatan buah, kebutuhan tenaga kerja panen, dan kebutuhan unit untuk

pengangkutan buah ke PKS. Taksasi produksi dilakukan dengan menghitung

jumlah janjang matang tanaman contoh dibagi dengan jumlah tanaman contoh

dan dikali 100%. Tanaman contoh yang digunakan untuk taksasi produksi adalah

10 % dari total populasi tanaman yang ada di tiap blok.

Sistem hancak panen. Sistem hancak panen di Pinang Sebatang Estate

menggunakan sistem hancak giring tetap. Sistem hancak giring tetap adalah

sistem dimana pemanen mendapat hancak yang tetap, pemanen baru boleh pindah

ke hancak blok berikutnya sesuai nomor pemanen jika hancaknya di satu blok

telah selesai.

Sistem hancak panen giring tetap merupakan sistem yang ideal karena

manajemen pelaksanaan panen berdasarkan taksasi produksi dapat dilaksanakan

(37)

road yang sama karena panen dimulai bersama dari satu collection road. Sistem

hancak giring tetap juga dapat menghindari kecemburuan sesame pemanen karena

hancak setiap pemanen tetap sesuai nomor pemanen. Pada sistem ini mandor juga

lebih mudah mengawasi pemanen karena pemanen berada di satu areal yang

sama.

Organisasi panen. Struktur organisasi panen di setiap divisi Pinang

Sebatang Estate dimulai dari pemanen yang bertanggung jawab terhadap mandor

panen, setiap mandor panen memiliki satu orang kerani cek sawit yang bertugas

mengecek dan mencatat nomor pemanen yang terdapat di TBS serta brondolan

yang selanjutnya akan dicatat di lembar penerimaan buah (LPB). Mandor panen

bertanggung jawab terhadap mandor 1 dan mandor 1 bertanggung jawab terhadap

asisten.

Sistem organisasi panen yang digunakan di Gunung Sari Estate adalah

Block Harvesting Sistem non Division of Labour (BHS non DOL). Sistem BHS

non DOL ini adalah sistem dimana pemanen, pengutip brondolan dan pengangkut

TBS serta brondolan ke TPH adalah satu orang yang sama. Sistem ini diterapkan

karena sulitnya mencari tenaga kerja pemanen.

Pelaksaan panen. Kegiatan panen diawali dengan antrian pagi antara

mandor panen dan karyawan panen. Antrian pagi dilakukan untuk briefing

kegiatan yang akan dilakukan pada hari tersebut dan evaluasi kerja hari kemarin.

Karyawan dan mandor segera berangkat ke hancak masing-masing untuk

melaksanakan potong buah. Kegiatan potong buah dilaksanakan dari arah yang

sama hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan dan pengangkutan

buah. Setiap pemanen memiliki target basis buah seberat 1300 kg atau sekitar 70

janjang dengan berat janjang rata-rata 19 kg yang harus dipotong setiap harinya.

Pemanen menurunkan pelepah yang menjadi penyangga buah masak

terlebih dahulu. Pelepah yang diturunkan disusun membentuk huruh “U” di

kanan dan kiri pokok serta di gawangan mati. Bentuk huruf “U” mempunyai

tujuan untuk menambah bahan organik di sekeliling pokok tidak hanya di

gawangan mati dan juga pelepah di kiri dan kanan pokok dapat meminimalisir

(38)

pelepah mati dimana di bawah pelepah mati terdapat banyak akar muda yang aktif

mencari unsur hara tersedia di tanah.

Tahap selanjutnya setelah pemanen memotong pelepah penyangga buah

adalah pemanen memotong buah yang telah masak kemudian gagang panjang

langsung dipotong menggunakan kapak minimal ± 3 cm dari permukaan buah lalu

potongan gagang dibuang ke gawangan mati. Kegiatan selanjutnya setelah

pemotongan buah di pokok, adalah mengutip semua brondolan yang jatuh di

piringan ke dalam karung. Pemanen menyelesaikan potong buah hingga pasar

tengah kemudian pemanen mengangkut semua brondolan yang telah dikutip serta

TBS yang telah di potong dan disusun di TPH secara teratur dengan ketentuan

kelipatan lima untuk setiap barisnya. Pemanen segera memberi stempel

menggunakan pewarna makanan di pangkal buah sebagai tanda bahwa buah

tersebut dipotong oleh pemanen tersebut sedangkan untuk karung brondolan di

TPH cukup diberi nomor di atas karung menggunakan minyak brondolan pada

potongan gagang panjang (Gambar 2).

(a) Stempel pada TBS (b) Penomoran untuk Brondolan

Gambar 2. Penomoran pada Tandan Buah Segar dan Brondolan

Mandor panen bertugas mengecek mutu hancak panen setelah pemanen

menyelesaikan hancaknya di 1 blok. Mandor akan mengecek secara acak setiap

hari nya 2 pemanen. Setiap pemanen mendapatkan kesempatan yang sama untuk

dievaluasi hancaknya. Mutu hancak yang dicek adalah buah yang di panen setiap

pokok, buah tinggal di pokok, brondolan tinggal, pelepah sengkleh, susunan

pelepah, over prunning, under prunning. Mutu buah di TPH juga di cek oleh

mandor panen dengan kriteria yang harus di cek adalah buah masak, mentah,

kurang masak, empty bunch, janjang panjang, kontaminasi, dan alas LF

(39)

kegiatan mandor sebagai laporan kepada asisten divisi realisasi potong buah pada

hari tersebut.

Mandor panen dibantu oleh kerani buah yang bertugas menggrading buah

di TPH dan memuat TBS masak ke mobil muat. Kerani mencatat no pemanen

serta jumlah buah yang dipotong oleh setiap pemanen melalui stempel pada

bonggol buah sehingga premi dan basis setiap pemanen dapat dihitung. Kerani

mengisi Laporan Potong Buah (LPB) yang berisi jumlah buah setiap pemanen dan

besar premi yang diterima mandor panen, mandor 1, dan kerani. Kerani buah

menyerahkan LPB kepada kerani checkroll pagi hari setelah antrian pagi keesokan

harinya.

Kerani checkroll segera menginputkan data dari LPB manual ke SAP atau

database perusahaan sehingga data tersebut selalu terekam rapi dan dapat

dievaluasi oleh kantor pusat Minamas di Jakarta maupun kantor pusat Sime Darby

di Malaysia. Data digital yang diinputkan berfungsi juga untuk menghitung premi

setiap anggota pada tutup buku.

Sistem Upah dan Premi. Sistem upah dan premi di PSE menggunakan

sistem basis borong dimana setiap pemanen akan mendapatkan premi jika pada

hari itu pemanen dapat memotong 1 300 kg sehingga pemanen akan mendapatkan

premi sebesar Rp 13 500,-. Jika dalam satu hari seorang pemanen mampu

memotong lebih dari 1 300 kg maka bobot lebihnya akan dikalikan dengan Rp

45/kg. Jika dalam satu hari seorang pemanen mampu memotong 2 kali basis atau

2 600 kg atau lebih maka pemanen akan mendapatkan premi sebesar Rp 27 000,-

dan bobot lebih dari basis 1 300 kg akan dikalikan dengan Rp 50/kg.

Pengawasan. Pengawasan panen di PSE dilakukan mulai dari mandor

(mandor panen), mantri tanaman, mandor 1, asisten divisi hingga senior manager.

Pengawasan yang dilakukan mandor panen merupakan kegiatan rutin setiap

harinya dimana mandor panen mengawasi karyawan panen bekerja di lapangan

dan mengecek 3 orang pemanen yang ditentukan secara acak setiap harinya.

Mandor panen dibantu buku pemeriksaan mutu buah dimana kriteria mutu hancak

yang di cek adalah buah tiggal, brondolan tinggal, pelepah sengkleh, under

(40)

menggunakan buku pemeriksaan buah dengan kriteria buah mentah, kurang

matang, janjang kosong, gagang panjang, alas brondolan serta stempel.

Pengendalian Gulma

Tanaman merupakan tumbuhan yang dibudidayakan dan hasilnya

diinginkan oleh manusia. Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu,

tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan oleh manusia. Gulma merugikan karena

dalam pertumbuhannya gulma berkompetisi dengan tanaman budidaya untuk

memperebutkan unsur hara, ruang, air dan cahaya. Gulma mudah tumbuh baik di

lingkungan yang kaya akan unsur hara hingga miskin hara.

Pengendalian gulma pada dasarnya merupakan usaha untuk meningkatkan

daya saing tanaman pokok dan melemahkan gulma. Tanaman pokok harus

memiliki keunggulan yang terus ditingkatkan sehingga gulma tidak mampu

mengembangkan pertumbuhannya atau hidup berdampingan dengan tanaman

pokok pada waktu yang sama. Pengendalian gulma harus memperhatikan konsep

ambang ekonomi dimana kerugian yang ditimbulkan oleh kehadiran gulma tersbut

harus lebih besar daripada biaya yang harus dikeluarkan untuk pengendaliannya

(Pahan, 2010).

Metode pengendalian gulma yang dilakukan di PSE adalah Blok Spraying

System (BSS). BSS merupakan sistem pengendalian gulma yang dilakukan secara

terencana dan terorganisir sehingga tercipta pengendalian gulma yang efektif,

efisien dan aman dari blok ke blok lainnya. Pengendalian gulma di PSE

menerapkan sistem rayon dimana hanya dikelola oleh satu divisi yaitu Divisi II

PSE. Tim pengendalian gulma dibagi menjadi 2 kelompok atau biasa disebut

geng. Geng semprot mandoran A merupakan tim pengendalian gulma

menggunakan alat Micron Herbi Sprayer (MHS) sedangkan sprayer manual

digunakan oleh geng semprot mandoran B.

Mandoran A. Mandoran A menggunakan alat MHS dimana larutan yang

disemprotkan berbentuk embun sehingga lebih cepat masuk ke dalam jaringan

tanaman. Mandoran A bertugas untuk pengendalian gulma di piringan, pasar rintis

serta TPH. Piringan merupakan daerah di sekililing tanaman kelapa sawit yang

(41)

perakaran yang aktif menyerap unsur hara sehingga harus bersih dari gulma. Pasar

rintis merupakan jalan diantara barisan kelapa sawit dimana jalan tersebut

digunakan untuk transportasi buah ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) maupun

kegiatan lainnya. TPH merupakan tempat pengumpulan hasil panen di samping

collection road yang akan dimuat oleh truck ke pabrik kelapa sawit.

Mandoran A menggunakan bahan kimia kimia campuran antara merek

Prima Up dengan Dejavu. Prima Up yang digunakan mengandung bahan aktif

Isopropilamina glyphosate dengan konsentrasi 4% dimana dalam 200 cc herbisida

dicampur dengan 5 litter air. Dejavu mengandung bahan aktif fluroksipir dengan

konsentrasi 1% dimana dalam 50 cc herbisida dicampur dengan 5 litter air.

Campuran larutan tersebut digunakan untuk mengendalikan gulma Eleusine

indica, Axonopus compressus, Borreria latifolia, Cyrtococcum acrescens, Paspalum

conjugatum, dan Ageratum conyzoides.

Keunggulan alat MHS yaitu butiran akan berbentuk embun yang seragam

yaitu 250 mikron sehingga mudah menyerap ke dalam jaringan tanaman. Karyawan

juga tidak perlu memompa seperti di alat semprot punggung semi otomatis karena

MHS menggunakan baterai atapun accu sebagai sumber daya untuk mengalirkan

larutan dan mengeluarkannya. Namun, alat MHS memiliki kelemahan dimana alat ini

mudah rusak baik di sumber daya maupun bagian lainnya sehingga mandor semprot

harus paham mengenai rangkaian sumber daya pada alat MHS sehingga ketika terjadi

kerusakan karyawan langsung menemui mandor untuk mengganti dengan alat

cadangan ketika alat yang rusak diperbaiki oleh sang mandor.

Mandoran B. Mandoran B menggunakan alat semprot punggung semi

otomatis RB-15. Tim semprot mandoran B bertugas untuk mengendalikan gulma

di gawangan. Gawangan merupakan areal yang berada di luar piringan dan pasar

rintis. Gulma yang terdapat di gawangan dapat mengganggu pertumbuhan

tanaman serta dapat menjadi inang hama dan penyakit. Gulma yang dikendalikan

adalah anak kayu, kentosan serta kerisan.

Mandoran B menggunakan bahan kimia kimia campuran antara merek

Prima Up dengan Meta Prima. Prima Up yang digunakan mengandung bahan aktif

Isopropilamina glyphosate dengan konsentrasi 0.8% dimana dalam 120 cc

herbisida dicampur dengan 15 litter air. Meta Prima mengandung bahan aktif

(42)

dicampur dengan 15 litter air. Campuran larutan tersebut digunakan untuk

mengendalikan gulma Melastoma malabatricum, Chromolaena odorata, Mikania

micrantha dan gulma berkayu lainnya.

Fasilitas truck semprot juga diberikan oleh perusahaan untuk mendukung

kinerja tim semprot. Truck berisikan air yang digunakan sebagai pelarut dari

herbisida yang digunakan. Tim semprot mandoran A terdiri dari 16 orang

karyawan semprot dengan prestasi kerja 3.7 ha/HK. Tim Semprot Mandoran B

terdiri dari 12 karyawan dengan prestasi kerja antara 1.5 – 2 ha/HK

Sistem kerja karyawan semprot di PSE adalah menyemprot piringan di

setiap pokok dari collection road A hingga tembus ke collection road B dan masuk

di pasar selanjutnya hingga kembali ke collection road A. Sistem kerja tim

semprot dijelaskan pada Gambar 3.

Gambar 3. Cara Kerja Tim Semprot Mandoran A dan B

Kebun PSE sangat peduli terhadap keamanan dan keselamatan kerja

karyawan semprot. Alat Pelindung diri wajib dikenakan karyawan semprot ketika

bekerja. Alat pelindung diri (APD) tersebut berupa apron, masker hidung,

pelindung mata dan muka, sarung tangan karet, baju lengan panjang dan celana

panjang serta sepatu boot. Fasilitas rumah BSS juga disediakan pihak kebun

dimana fungsi dari rumah tersebut adalah meningkatkan keselamatan dan

kemanan karyawan semprot.

Rumah BSS digunakan pada pagi hari dimana sebelum berangkat kerja

karyawan diwajibkan berganti pakaian kerja lengkap dengan alat pelindung diri

dan menyimpan pakaian yang dikenakan dari rumah di loker. Setelah karyawan

(43)

menuju blok yang akan disemprot menggunakan truck semprot. Setelah selesai

bekerja karyawan kembali ke rumah BSS melalui pintu belakang dan langsung

mandi membersihkan diri dari kemungkinan zat kimia yang masih menempel di

tubuh. Setelah berganti pakaian dengan pakaian bersih yang ada di loker

karyawan baru boleh kembali ke rumah. Pakaian dinas yang kotor dikumpulkan

menjadi satu karena ketika karyawan bekerja di lapangan petugas rumah BSS

mencuci baju dinas karyawan semprot yang kotor. Rumah BSS dapat dilihat pada

Gambar 4.

Gambar 4. Rumah Blok Spraying System

Pengendalian Hama

Pengendalian hama di kebun PSE memprioritaskan pemanfaatan

biological control dan minimalisasi penggunaan pestisida, agar produk yang

dihasilkan berwawasan “clean and healthy food”. Pelaksanaan Early Warning

System untuk deteksi hama secara dini, merupakan tindakan yang mendukung

pelaksanaan pengendalian hama secara terpadu atau disebut Intergrated Pest

Management (IPM) (Manual Referensi Agronomi, 2008). Deteksi hama dilakukan

dengan monitoring atau pengamatan secara rutin. Pengamatan rutin akan

menyebabkan kenaikan biaya upah, tetapi pada akhirnya tindakan tersebut

memungkinkan untuk menghemat biaya pengendalian dan mempertahankan

produksi (karena berkurangnya kerusakan yang disebabkan oleh serangan hama

tersebut). Pengelolaan hama di PSE dilakukan dengan 2 metode yaitu

pemanfaatan biological control serta penggunaan pestisida.

Pemanfaatan agen biologi untuk mengendalikan hama merupakan prioritas

utama PSE. Kebun PSE menggunakan burung hantu dan ular sebagai musuh

alami tikus. Burung hantu diberikan kandang pemikat sebagai tempat

Gambar

Gambar 1. Suasana Antrian Pagi Mandor Panen terhadap Karyawan Panen
Gambar 3. Cara Kerja Tim Semprot Mandoran A dan B
Gambar 12. Area Buffer Zone
Gambar  14.  Cara  Kerja  Pemupukan  Blok  Manuring  System  di  Pinang  Sebatang Estate
+7

Referensi

Dokumen terkait

&amp; Suarsini E., 2012, Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kulit Batang Sawo Kecik (Manilkara kauki L Dubard) terhadap Bakteri Escherichia coli, Laporan Penelitian, Surakarta,

Hasil penelitian ini menunukan bahwa (1) Pengungkapan CSR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan (2) Profitabilitas sebagai variabel moderating mampu

Pada penelitian ini uji statistik yang digunakan adalah rumus korelasi Chi Square yaitu untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan harga diri

Oleh karena itu, hubungan tidak bermakna pada penelitian ini dimungkinkan oleh status asupan vitamin C responden yang sebagian besar kurang dari AKG yang

Studi pendahuluan yang kedua dilakukan kepada sebuah keluarga masih di kota yang sama dengan responden pertama. Keluarga ini memiliki 3 putra-putri. Anak

Dari hasil semua pemaparan dan pembuktian diatas peneliti menyimpulkan bahwa Program Studi Magister Akuntansi telah berusaha keras dalam melakukan upaya pencapaian visi misi

Membawa : Laptop, Kabel Roll, Modem dan Flasdisk Acara : Kualitas Data Sekolah. Demikian atas perhatian dan kehadirannya disampaikan

- Pengadaan Peralatan Kantor PBJ 1 Paket Bandar Lampung 200.000.000 APBD-P Oktober 2012 Oktober - Desember 2012 Pengadaan Langsung - Pengadaan Perlengkapan Kantor PBJ 1 Paket