• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dakwah melalui pengobatan Dzikir dan Do'a : studi kasus kyai zarqoni di gading serpong tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dakwah melalui pengobatan Dzikir dan Do'a : studi kasus kyai zarqoni di gading serpong tangerang"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

DAKWAH MELALUI PENGOBATAN DZIKIR DAN DO’A

(Studi Kasus Kyai Zarqoni di Gading Serpong-Tangerang)

Oleh:

SITI JARONAH NIM: 106053002018

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

DAKWAH MELALUI PENGOBATAN DZIKIR DAN DO’A

(Studi Kasus Kyai Zarqoni di Gading Serpong-Tangerang)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam

(S. Kom. I)

Oleh:

SITI JARONAH NIM: 106053002018

Dibawah Bimbingan:

Dra. Hj. Jundah Sulaeman, MA NIP: 196200303 199203 2 001

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

ABSTRAK

SITI JARONAH

Dakwah Melalui Pengobatan Dzikir dan Do’a: Studi Kasus Kyai Zarqoni di Gading Serpong–Tangerang.

Dakwah adalah suatu usaha yang merealisasikan ajaran Islam kedalam kenyataan hidup sehari–hari, baik bagi kehidupan seseorang maupun kehidupan masyarakat untuk memperoleh keridhaan Allah swt. Dakwah membutuhkan metode yang tepat agar mampu mewujudkan tujuannya untuk menggugah seseorang kembali ke jalan yang diridhai–Nya, salah satunya dengan menggunakan pengobatan dzikir dan do’a, karena dzikir dan do’a merupakan instrumen yang sangat ampuh sebagai pengendali manusia dalam kesibukan sehari–hari bahkan untuk kesehatan (menyembuhkan dan mencegah dari penyakit). Sebab tidak sedikit orang yang merasa dirinya berdzikir dan berdo’a, tetapi nilainya hampa, tidak mempunyai nilai positif bagi dirinya. Orang yang berpikir dengan sehat tidak mungkin dia akan lupa kepada Allah swt.

Bukanlah rahasia umum lagi manfaat dari pengobatan dzikir dan do’a ini sangat besar bagi kesehatan seseorang. Bahwasanya dzikir dan do’a pada intinya adalah sum-sumnya daripada ibadah. Karena dengan berdzikir dan berdo’a manusia selalu ingat kepada Allah swt, dalam situasi apa pun manusia harus selalu mengingat Allah swt.

Jadi dapat dikatakan bahwa dengan ingat kepada Allah, menurut pengertian yang benar, secara tersurat dan tersirat sesuai dengan kemampuan akan betul–betul berguna bagi kehidupan orang yang beriman. Allah memerintahkan kepada manusia untuk berdzikir dan berdo’a kepada–Nya. Dengan dzikir dan do’a hidup akan terasa nyaman dan tentram.

Dengan penelitian ini penulis ingin mengetahui dakwah Kyai Zarqoni melalui pengobatan dzikir dan do’a di Gading Serpong–Tangerang. Melalui wawancara dan observasi diketahui bahwa yang diteliti meliputi dakwah Kyai Zarqoni di Gading Serpong–Tangerang, pengobatan dzikir dan do’a Kyai Zarqoni terdapat nilai-nilai dakwah, baik dari segi perbuatan dan nasihat beliau kepada pasiennya.

Dalam mensyi’arkan dakwahnya melalui pengobatan dzikir dan do’a termotivasi pada penggalan surat Al–A’raf ayat 96. Menurut Kyai Zarqoni, seseorang tidak akan bisa menerima dakwah dengan baik kalau hatinya beku. Agar hati kita tidak beku, caranya leburkanlah dulu hati itu dengan dzikir dan do’a baru dimasukkan dengan tausiah, muhasabbah dan tentang ajaran syari’at–syari’at Allah, kemudian metode dakwahnya melalui dzikir dan do’a Kyai Zarqoni menggunakan dzikrullah yang dilakukan secara individu atau berjamaah.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt, yang telah memberikan nikmat yang begitu besar dan hidayah–Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, para sahabat, dan para pengikut beliau.

Skripsi ini berjudul “Dakwah Melalui Pengobatan Dzikir dan Do’a: Studi Kasus Kyai Zarqoni di Gading Serpong–Tangerang” diajukan untuk memenuhi bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Tanpa bantuan dan motivasi berbagai pihak rasanya mustahil penggarapan skripsi ini tidak dapat dituntaskan. Untuk itu penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

2. Bapak Drs. H. Mahmud Jalal, MA., selaku Pembantu Dekan Bidang Kepegawaian Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

3. Bapak Drs. Studi Rizal LK, MA., selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

4. Bapak Drs. H. Hasanuddin Ibn Hibban, MA., selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis.

5. Bapak Drs. Cecep Castrawidjaya, MA., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu mengingatkan kepada penulis.

(5)

6. Ibu Dra. Hj. Jundah Sulaiman, MA., selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih banyak atas bimbingan dan saran–sarannya dengan penuh kesabaran dan ditengah–tengah padatnya agenda kesibukan, beliau masih sempat meluangkan waktunya untuk membimbing penulisan skripsi ini hingga selesai.

7. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sudah banyak memberikan bekal ilmu kepada penulis.

8. Segenap Karyawan dan TU Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu penulis dalam hal administrasi atau birokrasi.

9. Pimpinan Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam melengkapi penyusunan skripsi ini.

10.Secara khusus penulis berikan apresiasi yang tinggi dan rasa terima kasih kepada Kyai Zarqoni, dengan keramahan serta tangan terbuka menerima penulis untuk meneliti salah satu metode dakwahnya dan rela meluangkan waktu untuk wawancara dan banyak memberikan informasi yang sangat penulis perlukan.

11.Abinda dan Uminda tercinta, yang tidak terhitung pengorbanannya, dari segi materil maupun spiritual, berkat do’a, dorongan yang amat tulus dan tanpa pamrih. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar.

(6)

12.Kakakku, yang tiada hentinya memberikan informasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

13.Adikku, yang selalu memberikan motivasi kepada penulis hingga skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

14.Kakak Iparku, yang selalu memberikan dukungan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

15.Keponakanku yang imut-imut, yang selalu memberikan penulis merasa terhibur dikala jenuh, sehingga skripsi ini tetap berjalan dengan baik dan lancar.

16.Rahmad Kartolo (teman hidupku), yang tiada hentinya membantu penulis, dan memberikan masukan serta informasi, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan benar.

17.Teman–temanku dari berbagai jurusan, khususan buat teman-teman Jurusan Manajemen Dakwah yang sudah memberikan arahan, informasi kepada penulis, sehingga skripsi ini tetap berjalan dengan baik.

18.Segenap Pengurus LDNU (Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama) Kab. Tangerang, yang telah memberikan informasi-informasi dan dukungannya kepada penulis, sehingga penulisan ini tetap berjalan dengan lancar.

19.Segenap Karyawan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk., khususnya dibagian BIG dan VBO, yang telah memberikan semangat dan do’a kepada penulis, sehingga penulis masih bisa beraktivitas seperti biasanya dan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.

(7)

20.Para pasien Kyai Zarqoni, yang telah bersedia untuk memberikan informasi-informasi dan kerjasamanya, sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan sesuai dengan rencana yang penulis butuhkan.

Semoga Allah swt membalas amal ibadah mereka serta melimpahkan Rahmat dan hidayah–Nya atas segala kebaikan yang telah mereka lakukan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan, hal ini disebabkan karena kemampuan dan pengalaman penulis yang masih terbatas. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna perbaikan dimasa yang akan datang.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, 15 Maret 2010

Penulis

SITI JARONAH

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………...…i

KATA PENGANTAR ………...ii

DAFTAR ISI ………vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.………1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.………7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian..……….………7

D. Metodologi Penelitian.………....8

E. Tinjauan Pustaka………....10

F. Sistematika Penulisan……….11

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Dakwah………..14

a. Pengertian Dakwah………14

b. Komponen-Komponen Dakwah………16

c. Macam-Macam Dakwah...……….17

d. Tujuan dan Landasan Dakwah………...19

(9)

B. Pengobatan Dzikir dan Do’a sebagai Metode Dakwah.……….20

a. Pengobatan……….20

1. Pengertian Pengobatan………20

2. Tujuan Pengobatan………..22

3. Keunggulan Pengobatan Nabi……….23

b. Dzikir……. ………24

1. Pengertian Dzikir………24

2. Bentuk-Bentuk Dzikir……….28

3. Macam-Macam Dzikir………31

4. Manfaat Dzikir………32

5. Perbedaan Dzikir dan Do’a……….35

6. Dzikir dan Do’a sebagai Terapi Medis………...37

c. Do’a…..………..40

1. Pengertian Do’a………...40

2. Tujuan Do’a………44

3. Bentuk –Bentuk Do’a………..44

4. Karakteristik Do’a………...45

5. Do’a dan Tingkatannya yang tertinggi…………...47

6. Do’a dan Dzikir untuk Penyembuhan...48

BAB III PROFIL KYAI ZARQONI A. Riwayat Hidup Kyai Zarqoni……….50

B. Perjuangan Dakwah Kyai Zarqoni……..………...52

C. Kegiatan Dakwah Kyai Zarqoni……….53

(10)

v iii

BAB IV ANALISIS PENGOBATAN DZIKIR DAN DO’A SEBAGAI

METODE DAKWAH KYAI ZARQONI

A. Konsep Dakwah Pengobatan Dzikir dan Do’a Kyai Zarqoni...56 B. Penerapan Pengobatan Dzikir dan Do’a Kyai Zarqoni………...62 C. Hambatan–Hambatan yang dihadapinya serta Penanggulangannya...65

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………67

B. Saran………...………69

DAFTAR PUSTAKA

(11)

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dakwah merupakan kewajiban bagi sebagian manusia untuk melaksanakan dakwah, mengajak kepada jalan yang ma’ruf dan mencegah segala kemunkaran. Ketahuilah bahwa amar ma’ruf memiliki empat rukun, yaitu: Muhtasib (Orang yang mencegah), Muhtasab ‘alaihi (Orang yang dicegah), Muhtasab fihi (Perbuatan yang dicegah), dan Nafs al–muhtasab (Sesuatu yang dicegah).1

Adapun syarat–syarat empat tersebut di atas, adalah:

1. Muhtasib, syaratnya adalah muslim dan mukallaf, termasuk di dalamnya perseorangan, dan tidak dipersyaratkan adanya izin.

2. Muhtasab ‘alaih, syaratnya adalah manusia secara umum.

3. Muhtasab fihi, merupakan rukun lain yang jelas sebagai kemunkaran tanpa memerlukan ijtihad.

4. Nafs al–muhtasab, syarat ini adalah Islam, karena Islam menyuruh kebaikan dan mencegah kemunkaran itu artinya membela Islam.

Dalam berdakwah memang dibutuhkan ketangguhan dan kekuatan untuk membela Islam, hingga ajaran agama tidak tersia-siakan dan mencelakakan manusia. Sebab hakikat dakwah adalah membina dan mempersatukan umat manusia serta menyelamatkan mereka dari kesengsaraan dunia maupun akhirat.2

1

Al – Ghazali, “Mutiara Ihya Ulumuddin,” h. 176 – 177.

2

(12)

2

Kata dakwah dalam ayat-ayat al-qur’an memiliki banyak arti. Sebagaimana Allah swt berfirman dalam QS. Yusuf : 108, yang berbunyi:

Artinya : ”Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan Aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".(QS. Yusuf : 108).3

Ilmu dakwah membicarakan ihwal bagaimana menyampaikan “kabar baik dan benar yang bersumber dari langit.” Kabar baik dan benar itu adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh manusia, agar ia dapat menentukan langkah perbuatan yang akan ia tempuh selanjutnya dan sekaligus merupakan suatu keniscayaan bagi kehidupan individu maupun masyarakat, demi kemaslahatan hidup manusia. Rancangan susunan dan kemasan berbagai kabar berita yang baik dan benar itu bisa berupa pesan, nasihat, pelajaran, koreksi, kritik dan lain-lain. Yang seluruhnya ditujukan dalam rangka mewujudkan keberuntungan dan kebahagiaan hidup duniawi dan ukhrawi.4

Kemampuan berdakwah bukanlah semata-mata ceramah mimbar saja, inilah salah satunya cara berdakwah menurut pandangan orang awam. Padahal banyak sekali metode-metode dakwah yang digunakan para da’i untuk mengajak umat manusia khususnya muslimin dan muslimat menuju jalan keridhaan Allah swt.

3

Departemen Agama Republik Indonesia, “Al-Qur’an dan Terjemahan,” (Jakarta: Diponegoro, 2000), h. 198

4

(13)

3

Dakwah bisa dilakukan dengan metode apa pun juga, misalnya melalui pengobatan dzikir dan do’a ini dan yang terpenting adalah bagaimana caranya agar kapan dan di manapun berada harus mengingat Allah swt. Allah berfirman dalam QS. Yusuf: 108, yang berbunyi:

Artinya: Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan Aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".(QS. Yusuf: 108)

Dari sekian banyak metode dakwah yang digunakan, penulis berusaha untuk mengkaji tentang dakwah melalui pengobatan dzikir dan do’a, karena pengobatan dzikir dan do’a memiliki kekuatan tersendiri, yakni sesuai dengan firman-Nya QS. Al-Baqarah : 152, yaitu :

Artinya : “Karena itu, ingatlah sekalian kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al–Baqarah: 152).5

Penggalan ayat di atas mempunyai makna besar bila dikaji lebih dalam lagi. Bahwa kata ”fadzkurun” (ingatlah kamu sekalian kepada-Ku) ini dianjurkan melalui dzikir, hamdalah dan tasbih, yang dilanjutkan dengan membaca kitab Allah yang diturunkan kepada baginda Nabi besar Muhammad saw dengan penuh

5

(14)

4

penghayatan. Di samping itu kita pun harus memikirkan tentang dalil yang telah Allah paparkan di alam semesta ini agar menjadi tanda bagi kebesaran Allah, kemudian ingatlah Allah, dengan demikian Allah akan membalas amal kita (manusia) dengan pahala dan bahasa yang baik. Allah akan membuka pintu kebaikan, bahkan kita (manusia) akan selalu menang dan berjaya serta berkuasa.6 Ini merupakan tanda ingatnya Allah kepada kita (manusia), sesuai dengan kata “adzkurkum” .

Sebagai seorang muslim, seharusnya ia mengetahui dan menyadari sepenuhnya, bahwa yang paling dekat padanya adalah Allah swt. Kepada–Nya manusia kembali, kepada–Nya manusia meminta, kepada–Nya manusia berharap, kepada–Nya manusia berserah diri dan dengan sendirinya manusia akan menerima apa saja yang telah ditentukan–Nya.

Selain itu do’a pun mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan. Do’a merupakan anugerah Allah yang sangat besar bagi insan yang beriman. Semua aktivitas dan kondisi kehidupan ada do’anya,7 termasuk dalam pengobatan. Allah telah mengajarkan lewat al-qur’an dan Rasul-Nya saw. Do’a itu dipanjatkan hanya kepada Allah, tidak kepada yang lain. Walaupun ada orang yang mau berobat kepada seorang kyai dan seorang kyai tersebut memberikan nasihat atau pencerahan kepada seseorang tersebut (orang yang berobat) , maka do’anya tetap harus ditujukan kepada Allah, kyai hanya perantara saja. Namun, kyai di sini bukan hanya memberi nasihat atau pencerahan saja, akan tetapi dengan berikhtiar untuk mengobati pasiennya dengan dzikir dan do’anya. Manusia hanya berusaha, tetapi Allahlah yang menurunkan bantuannya sehingga

6

Ahmad Musthafa Al-Maraghi, ”Tafsir Al-Maraghi” juz 2, (Semarang: CV. Toha Putra, h. 30-31)

7

(15)

5

usahanya mencapai tujuan, yaitu sembuh. Di sinilah terlihat nilai–nilai dakwah, yaitu dengan memberikan pesan–pesan dakwahnya kepada pasien.

Mengenai hal ini, Allah berfirman dalam QS. Al-A’raaf : 55-56, yang berbunyi:

Artinya : “Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya Rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raaf : 55-56).8

Do’a merupakan pendorong untuk mencapai harapan dan keinginan untuk hidup yang baik, teratur, dan terhindar dari segala hambatan, serta tantangan, ancaman atau pun gangguan. Do’a–do’a itu amat penting guna untuk memperkuat kesehatan mental. Baik untuk penyembuhan atau untuk pencegahan, maupun pembinaan. Jika manusia mampu dan mau berdo’a, insya Allah kesehatan mental kita akan dapat dipertahankan. Selanjutnya ketentraman dan kebahagiaan hidup akan dapat diraih.

Pengobatan Islami khazanah para Nabi dan Wali-Wali Allah, penyembuhan berbagai penyakit medis dan non medis hingga yang kronis sekalipun dengan pertolongan dan ridha Allah. Dunia pengobatan selalu berjalan seiring dengan kehidupan umat manusia. Karena sebagai makhluk hidup, manusia dapat merasakan penyakit ringan maupun berat, jasmani ataupun rohani.

8

(16)

6

Keinginan untuk terlepas dari segala macam penyakit, inilah yang mendorong manusia untuk membuat upaya menyingkap berbagai metode pengobatan, terutama yang penulis ambil dari judul skripsi ini yaitu “Dakwah Melalui Pengobatan Dzikir dan Do’a (Studi Kasus Kyai Zarqoni di Gading

Serpong-Tangerang).

Dalam Islam pun Nabi memberikan berbagai macam teori pengobatan, antara lain:

1. Pengobatan dengan shalat.

2. Pengobatan dengan dzikir dan do’a. 3. Pengobatan dengan puasa.

4. Pengobatan dengan shadaqah. 5. Pengobatan dengan taubat. 6. Pengobatan dengan tindakan. 7. Pengobatan dengan ramuan.

Allah telah berfirman dalam QS. Al-Ra’du : 28, yang berbunyi:

Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram.” (QS. Ar-Ra’du : 28).9

Pada ayat diatas jelaslah Allah bahwa dengan berdzikir dan berdo’a kepada Allah hati akan merasa tentram, tak heran jika Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk banyak mengingat Allah.

9

(17)

7

Setelah penulis melakukan survei, ternyata pengobatan dzikir dan do’a ini banyak diminati masyarakat luas dari kalangan atas sampai kalangan tingkat bawah, sehingga dipandang mempunyai peranan dalam dakwah.

Hal inilah yang membuat penulis tertarik dan terinspirasi untuk meneliti lebih dalam mengenai pengobatan dzikir dan do’a, yang kemudian penulis jadikan bahan sekaligus objek skripsi dengan judul “Dakwah melalui Pengobatan Dzikir dan Do’a (Studi Kasus Kyai Zarqoni di Gading Serpong-Tangerang).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, agar penulisan ini lebih terarah, maka penulis perlu membuat batasan masalah yang akan dijadikan penelitian dan penulisan, yaitu pengobatan dengan dzikir dan do’a Kyai Zarqoni yang memiliki nilai–nilai dakwah.

Berdasarkan pembatasan diatas, maka perumusan yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep dakwah pengobatan dzikir dan do’a Kyai Zarqoni? 2. Bagaimana penerapan pengobatan dzikir dan do’a Kyai Zarqoni? 3. Apa hambatan-hambatan yang dihadapinya serta penanggulangannya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

(18)

8

a. Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang dakwah melalui pengobatan dzikir dan do’a?

b. Untuk mengetahui pengaruh pengobatan dzikir dan do’a terhadap pasien?

2. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian diantaranya : a. Manfaat teoritis

Sebagai tambahan referensi dan menambah jumlah studi mengenai ilmu dakwah melalui pengobatan dzikir dan do’a.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para teoritis, praktisi, dan pemikir dakwah dalam menyikapi perkembangan dakwah di Indonesia, khususnya berkenaan dengan fenomena dakwah yang dilakukan Kyai Zarqoni sebagai institusi yang memiliki kontribusi yang nyata terhadap perkembangan dakwahnya.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode dan Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan adalah deskriptif, yaitu menggambarkan kenyataan sebagaimana adanya.10 Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah metode kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif menurut Klirk dan Millr yaitu penelitian kualitatif sebagai penelitian tradisi penelitian yang tergantung pada pengamatan sesuai dengan kemampuan yang berhubungan

10

(19)

9

langsung dengan orang-orang disekitar objek penelitian dalam bahasa dan peristilahan sendiri.11

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Tangerang di kediaman Kyai Zarqoni, tertanggal 16 November 2009 – 17 Maret 2010.

3. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah Kyai Zarqoni. Sedangkan obyek penelitiannya adalah “Dakwah melalui Pengobatan Dzikir dan Do’a”.

Pada penelitian ini penulis bermaksud mengungkapkan fakta-fakta yang tampak di lapangan dan mendeskripsikannya secara sistematis, faktual dan akurat sebagaimana adanya mengenai pengobatan dzikir dan do’a.

4. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini menggunakan beberapa cara, diantaranya:

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan atau pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang diselidiki.12 Dengan demikian penulis meninjau langsung kegiatan Kyai Zarqoni, guna mendapatkan data yang valid, sehingga data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya.

b. Wawancara

Wawancara adalah teknis dalam upaya menghimpun data yang akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu, yang sesuai

11

Lexi J. Moeloeng, “Metode Penelitian Kualitatif” edisi revisi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 4.

12

(20)

10

dengan data. Kemudian data diperoleh melalui tanya jawab secara lisan dan tatap muka langsung antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai (Kyai Zarqoni).

c. Analisis Data

Analisis data merupakan proses penyederhanaan ke dalam tulisan yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.13 Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisa non statistik yaitu mengambil keputusan atau kesimpulan yang benar melalui proses pengumpulan, penyusunan, penyajian, dan penganalisaan data dari hasil penelitian dengan berwujud kata-kata kedalam tulisan yang lebih luas.14

E. Tinjauan Pustaka

Untuk menentukan judul skripsi ini melakukan tinjauan pustaka (library research), diantaranya:

1. Ahmad Efendi, ”Konsep Zikir menurut Dr. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah.” Skripsi ini disusun pada tahun 2008 dengan pembatasan

pada konsep zikir dalam Tafsir Al-Misbah dan hasil dari zikir menurut Dr. Quraish Shihab.

2. Hilman Afif, ”Analisis Isi Pesan Dakwah Abdul Qadir Jailani di Majelis Dzikir Pondok Pesantren Al-Ishlah Cikarang Utara-Bekasi.” Skripsi

ini disusun pada tahun 2009 dengan pembatasan pada dzikir yang memberikan makna hidup kepada orang beriman sehingga melahirkan akhlak yang baik.

13

Masi Singarimbun, Sofian Effendi, “Metode Penelitian Survei,” (Jakarta: LP3 ES, 1989), cet ke- 1, h. 263.

14

(21)

11

Perjalanan Kyai Zarqoni sebagai praktisi dakwah banyak menarik perhatian masyarakat yang tidak hanya sebatas lingkungannya. Cara pandang atau pemikirannya tentang Islam mudah ditemui. Kyai Zarqoni adalah sosok seorang tokoh yang tidak pernah kenal lelah dalam mengamalkan ilmunya, serta mengembangkan dakwahnya kepada masyarakat.

Materi yang disampaikan oleh beliau mulai dari akhlak, aqidah, keimanan, syari’ah, tasawuf dan hukum. Selain itu segala sisi kehidupan manusia, ekonomi, kesehatan, pendidikan, politik dan lingkungan hidup. Untuk lebih beragamnya informasi, penulis juga mencantumkan khususnya ”Dakwah melalui Pengobatan Dzikir dan Do’a”.

Hal ini sesuai dengan latar belakang penulis sebagai mahasiswi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah.

Dalam penulisan ini, penulis berpedoman pada buku ”Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi,” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh CEQDA tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar mempermudah penulisan skripsi ini, maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

(22)

12

BAB II : LANDASAN TEORITIS

Memuat tentang Dakwah melalui Pengobatan Dzikir dan Do’a. Yang memuat Pengertian Dakwah, Komponen-Komponen

Dakwah, Macam-Macam Dakwah, Tujuan dan Landasan Dakwah, Pengobatan Dzikir dan Do’a sebagai Metode Dakwah. Serta Pengertian Pengobatan, Tujuan Pengobatan, Keunggulan Pengobatan Nabi. Pengertian Dzikir, Bentuk-Bentuk Dzikir, Macam-Macam Dzikir, Manfaat Dzikir, Perbedaan Dzikir dan Do’a, Dzikir dan Do’a Sebagai Terapi Medis. Dan Pengertian Do’a, Tujuan Do’a, Bentuk-Bentuk Do’a, Karakteristik Do’a, Do’a dan Tingkatannya yang tertinggi, Do’a dan Dzikir untuk Penyembuhan.

BAB III : GAMBARAN UMUM

Gambaran umum tentang Profil Kyai Zarqoni yang terdiri dari : Riwayat Hidup Kyai Zarqoni, Perjuangan Dakwah Kyai Zarqoni, dan Kegiatan Dakwah Kyai Zarqoni.

BAB IV : ANALISIS TENTANG PENGOBATAN DZIKIR DAN

DO’A

(23)

13

BAB V : PENUTUP

Bab ini terdiri dari : Kesimpulan dan Saran.

DAFTAR PUSTAKA

(24)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. DAKWAH

1. Pengertian Dakwah

Dakwah dari segi etimologi (bahasa) berarti ”panggilan, ajakan atau seruan”. Arti kata dakwah seperti ini sering dipergunakan dalam ayat–ayat Al-Qur’an, seperti dalam QS. An–Nahl: 125, yang berbunyi :

☺ ☺

Artinya: ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125).

Orang yang memanggil, mengajak atau menyeru atau melaksanakan dakwah disebut sebagai ”da’i”.

Ada beberapa pendapat tentang dakwah menurut istilah, diantaranya :

(25)

15

⌧ ⌧ ☺

14

Artinya: “Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al-Qur’an) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.” (QS. Muhammad: 9).1

Dalam Al–Qur’an surat An–Nahl ayat 125 disebutkan bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia ke jalan Allah dengan cara yang bijaksana, nasihat yang baik serta berdebat dengan cara yang baik pula.

Istilah dakwah itu terdapat dari dua segi atau dua sudut pandang, yakni pengertian dakwah yang bersifat pembinaan dan pengertian dakwah yang bersifat pengembangan. Pembinaan artinya suatu kegiatan untuk mempertahankan, melestarikan dan menyempurnakan umat manusia agar mereka tetap beriman kepada Allah, dengan menjalankan syari’at–Nya sehingga mereka menjadi manusia yang hidup bahagia di dunia dan di akhirat. Sedangkan pengertian dakwah yang bersifat pengembangan adalah usaha mengajak umat manusia yang belum beriman kepada Allah swt.

Dari beberapa pengertian dakwah diatas terdapat kesamaan atau pun perbedaan, diantaranya yaitu :

1. Dakwah adalah suatu usaha atau proses yang diselenggarakan dengan sadar dan terencana.

2. Usaha yang dilakukan adalah mengajak umat manusia kejalan Allah, memperbaiki situasi yang lebih baik (dakwah bersifat pembinaan dan pengembangan).

1

(26)

16

3. Usaha tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, yakni hidup bahagia sejahtera di dunia atau pun di akhirat.

2. Komponen–Komponen Dakwah

Dakwah adalah suatu proses upaya–upaya mengubah sesuatu situasi lain yang lebih baik sesuai dengan ajaran islam, atau proses mengajak manusia ke jalan Allah yaitu Al–Islam. Proses tersebut terdiri dari unsur–unsur komponen dakwah, diantaranya:

1. Wilayah subjek dakwah bisa seseorang atau sekelompok orang yang berorganisasi, bisa dikaji dari sudut pandang Al–Islam.

2. Materi dakwah tak lain adalah Al–Islam yang bersumber dari Al–Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama yang meliputi aqidah syari’ah dan akhlak. Materi yang disampaikan oleh seorang da’i harus cocok dengan bidang keahliannya.

3. Metode dakwah artinya cara–cara yang dipergunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu Al–Islam atau serentetan kegiatan untuk mencapai kegiatan tertentu. Sumber metode dakwah yang terdapat di dalam Al–Qur’an menunjukkan ragam yang banyak seperti hikmah, nasihat yang benar dan mujadalah, diskusi atau berbenah dengan cara yang paling baik. Allah berfirman dalam QS. An–Nahl: 125, yang berbunyi :

☺ ☺

(27)

17

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.( QS. An–Nahl: 125).2

4. Media dakwah adalah peralatan yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah pada zaman modern, contohnya : televisi, video, majalah, dan surat kabar.

5. Objek dakwah adalah manusia baik seorang atau lebih yaitu masyarakat. Dakwah sebagai ilmu merupakan tempat bertemunya ilmu-ilmu keislaman para da’i dan para ulama agama yang menyampaikan ilmu-ilmu tersebut, baik ilmu pasti, ilmu agama, dan ilmu sosial.

3. Macam–Macam Dakwah

Al–Qur’an merupakan sumber utama rujukan dakwah. Al–Qur’an banyak mengemukakan metode dakwah untuk dijadikan panduan oleh para da’i, tiga cara berdakwah yang dikemukakan dalam firman Allah swt QS. An–Nahl: 125, yang berbunyi:

☺ ☺

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik pula. Sesungguhnya Tuhanmu yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

2

(28)

18

jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. An-Nahl: 125).3

Ayat tersebut mengandung arti tentang cara menjalankan dakwah atau seruan terhadap manusia, agar mereka berjalan diatas jalan Allah dengan memakai tiga macam cara, yaitu:4

1.Dakwah bi Al-Lisan

Dakwah bi Al-Lisan yaitu dakwah yang dilaksanakan melalui lisan, yang dilakukan antara lain dengan ceramah–ceramah, khutbah, diskusi, nasihat, dan lain-lain. Metode ceramah ini tampaknya sudah sering dilakukan oleh para juru dakwah, baik ceramah di majelis taklim, khutbah jum’at di masjid-masjid atau ceramah pengajian-pengajian. Dari aspek jumlah barangkali dakwah melalui lisan (ceramah dan yang lainnya) ini sudah cukup banyak dilakukan oleh para juru dakwah di tengah-tengah masyarakat.

2. Dakwah bi Al-Hal

Dakwah bi al-hal adalah dakwah dengan perbuatan nyata yang meliputi keteladanan. Misalnya dengan tindakan amal karya nyata yang dari karya nyata tersebut hasilnya dapat dirasakan secara konkret oleh masyarakat sebagai objek dakwah.

Dakwah bi al-hal dilakukan oleh Rasulullah, terbukti bahwa ketika pertama kali tiba di Madinah yang dilakukan Nabi adalah membangun masjid Al-Quba, mempersatukan kaum Anshar dan Muhajirin. Kedua hal ini adalah dakwah nyata yang dilakukan oleh Nabi yang dapat dikatakan sebagai dakwah bi al-hal.

3

Ibid, h. 224

4

(29)

19

3. Dakwah bi Al-Qalam

Dakwah bi al-qalam, yaitu dakwah melalui tulisan yang dilakukan dengan keahlian menulis di surat kabar, majalah, buku, maupun internet. Jangkauan yang dapat dicapai oleh dakwah bi al-qalam ini lebih luas daripada melalui media lisan, demikian pula metode yang digunakan tidak membutuhkan waktu secara khusus untuk kegiatannya. Kapan saja dan dimana saja mad’u atau objek dakwah dapat menikmati sajian dakwah bi al-qalam ini.

Dalam dakwah bi al-qalam ini diperlukan kepandaian khusus dalam hal menulis, yang kemudian disebarluaskan melalui media cetak (printed publications). Bentuk tulisan dakwah bi al-qalam antara lain bisa berbentuk artikel keIslaman, tanya jawab hukum Islam, rubrik dakwah, rubrik pendidikan agama, kolom keIslaman, cerita religius, cerpen religius, puisi keagamaan, publikasi khutbah, pamflet keIslaman, buku-buku dan lain-lain.

4.Tujuan dan Landasan Dakwah

Di dalam kehidupan perubahan akan selalu terjadi, pasang surut kehidupan, hidup bagaikan roda yang berputar. Demikian juga iman dan taqwa seseorang selalu mengalami naik turun, adakalanya iman seseorang mantap, namun di lain waktu iman surut, tinggal bagaimana seseorang dapat mempertahankan kadar keimanannya.

(30)

20

approach), tujuan dakwah merupakan salah satu unsur dakwah. Di mana antara unsur dakwah yang satu dengan yang lainnya saling membantu, mempengaruhi, dan berhubungan.5

Dr. Wahdi Bachtiar mengungkapkan tujuan dakwah adalah mencapai masyarakat yang adil dan makmur serta mendapat ridha Allah.6 Sedangkan menurut Tarmidzi Taher, bahwa hakikat tujuan dakwah adalah mempertemukan kembali fitrah manusia dengan agama atau menyadarkan manusia supaya mengetahui kebenaran Islam dan mau mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi orang yang baik.7

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya tujuan dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang ingin dicapai atau diperoleh keseluruhan tindakan dakwah. Untuk tercapainya tujuan utama inilah rencana dan tindakan dakwah harus ditujukan dan diarahkan.8

B. PENGOBATAN DZIKIR DAN DO’A SEBAGAI METODE DAKWAH

a. Pengobatan

1. Pengertian Pengobatan

Pada dasarnya, pengobatan terdiri dari dua bagian, yaitu pencegahan dan penyembuhan.9

Islam sangat memperhatikan kedua prinsip ini, dengan memadukan manfaat keduanya dalam jasmani dan rohani untuk memperoleh kesehatan tubuh

5

Asmuni Syukir, “Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam,” (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 49.

(31)

21

dan keselamatan jiwa. Orang mukmin yang kuat lebih Allah sukai daripada orang mukmin yang lemah.

Dengan memperhatikan kedua prinsip tersebut, akan terlihat pengaruh yang nyata pada kaum muslimin generasi pertama sebagai umat manusia paling bersih jiwanya, dan paling kuat tubuhnya. Keistimewaan ini tidak terdapat pada agama lain.

Disamping pencegahan, Islam juga memerintahkan untuk memelihara kehidupan yang dikaruniakan Allah, sebagaimana QS. An–Nisa: 29 yang berbunyi:

⌧ ☺

Artinya: ”Dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.(QS. An–Nisa: 29)10

Nabi Muhammad saw bersabda: ”Inna libadanika ’alaika haqqon” (sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu).

Adapun mengenai pengobatan, Ibnu Qayyim, dalam bukunya yang berjudul Zaadul Ma’aad, menyebutkan pengobatan yang dilakukan Rasulullah terdiri atas tiga macam, yaitu dengan menggunakan obat alami, obat Ilahi, dan kedua–duanya.11

Dalam hal ini, sasaran Islam yang terutama adalah penyembuhan hati dan jiwa serta pencegahan penyakit dan penjagaan dari kerusakannya. Hal itu disebabkan tidak akan bermanfaat memperbaiki badan tanpa memperbaiki hati.

10

Departemen Agama Republik Indonesia, “Al-Qur’an dan Terjemahan,” (Jakarta: Diponegoro, 2000), h. 65

11

(32)

22

Sebab rusaknya badan, sekalipun berbahaya, akan menjadi ringan apabila hati masih dalam keadaan baik.

Oleh karena itulah, kaum muslimin generasi pertama memusatkan perhatian mereka kepada penyakit–penyakit jiwa, sebagaimana ungkapan berikut: ”Aqbil ’ala nnafsi wastakmil fhadaa ilahhaa, pa anta bin nafsi laa bil jismi insan” (Uruslah jiwamu, sempurnakanlah keutamaan–keutamaannya, karena kamu tidak akan disebut manusia berdasarkan (ketegapan) tubuhmu).

2. Tujuan Pengobatan

Tujuan pengobatan adalah untuk menyembuhkan penyakit atau gangguan kesehatan dengan menanganinya secara menyeluruh dan tidak hanya berkonsentrasi pada kumpulan gejala–gejala yang tampak. Dengan demikian, pendekatan pengobatan ini bertujuan untuk menyembuhkan secara menyeluruh yang didasari dari keyakinan bahwa unsur pikiran, emosi, kejiwaan, dan fisik setiap orang terangkum menjadi suatu sistem yang ditentukan oleh hubungan antar masing–masing dan keseluruhan unsur tersebut. Sehingga dalam menangani penyakit atau keluhan dari pasiennya, seorang praktisi memulai dengan mengamati pasiennya itu sebagai individu secara keseluruhan, mulai dari kondisi fisik, pikiran, emosi, asupan nutrisi, lingkungan, keyakinan dan tata nilai. Seluruh aspek kesehatan pasien, terutama segi kejiwaan dan kesejahteraan psikologisnya juga dianggap penting.

(33)

23

1. Untuk menyembuhkan penyakit atau gangguan kesehatan dengan menanganinya secara menyeluruh dan tidak hanya berkonsentrasi pada kumpulan gejala–gejala yang tampak.

2. Untuk memperbaiki gangguan keseimbangan tubuh melalui berbagai cara. Salah satu program pengobatan yang banyak digunakan secara luas untuk pencegahan dan pengobatan, adalah pancakarama yang terdiri dari sebuah prosedur lengkap mengenai relaksasi, pembersihan racun tubuh dan perbaikan fungsi organ tubuh.12

3. Keunggulan Pengobatan Nabi

Perbandingan ilmu kedokteran umum dengan sistem kedokteran dan pengobatan yang diajarkan Nabi Muhammad saw. Jelas sangat jauh sekali. Pengobatan Ilahi dapat menyembuhkan segala macam penyakit yang tidak pernah dicapai oleh para guru besar ilmu kedokteran sekalipun.13

Diantara hal–hal yang tidak mungkin dijangkau oleh para ahli kedokteran ialah: pengobatan rohaniah, kekuatan hati, berpegang teguh kepada petunjuk Allah, bertawakkal, memperlindungkan diri kepada Allah, merasa hina dan kecil dihadapan-Nya, bersedekah, tidak terbenam dalam penyesalan dan lepas dari rasa susah dan bimbang.

Sistem pengobatan di atas ini, telah dipakai oleh banyak bangsa dan hasil yang mereka peroleh adalah kesembuhan yang sempurna, dimana hal ini tidak pernah didapati dalam kamus kedokteran umum.

12

Iwan Hadibroto dan Syamsir Alam., “Selu–Beluk: Pengobatan Alternatif dan Komplementer,” (Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 2006), Cet Ke- 1, h. 51

13

(34)

24

Iwan Hadibroto dan Syamsir Alam telah memperhatikan dan banyak orang menjadi saksi bahwa sistem pengobatan Nabi telah mampu menyembuhkan penyakit–penyakit yang tidak sanggup disembuhkan secara pengobatan fisik. Melainkan harus dengan pengobatan secara psikhis (kerohanian). Hal ini dapat terjadi semata–mata karena rahasia dan tuntunan Ilahi.

Bukan merupakan rahasia lagi, bahwa di dalam diri yang kuat dan jiwa yang kuat, keduanya merupakan paduan kekuatan yang sanggup menolak setiap penyakit yang datang. Tidakkah ruh dan jiwa yang kokoh dan tegar, jiwa yang merasa bahagia dan dekat dengan sang Penciptanya, mencintainya, merasa nikmat ketika berdzikir kepada–Nya, tawakkal dan pasrah hanya kepada–Nya, serta bermohon hanya kepada–Nya merupakan obat yang paling mujarab dan ampuh terhadap segala macam penyakit dan dengan kekuatan yang dimilikinya dapat menghilangkan segala penderitaan.

b. Dzikir

1. Pengertian Dzikir

Dzikir berasal dari bahasa arab (dzikru) yang berarti ingat. Dalam Al– Qur’an dzikir mempunyai makna yang bermacam–macam, yaitu pelajaran, peringatan, dan renungan.

Dibawah ini merupakan pengertian dzikir yang penulis kutip dari para ahli, terutama ahli tasawuf, yaitu:

1. Menurut Amatullah Amstrong

Dzikir adalah mengingat, menyebut atau mengagungkan Allah dengan mengulang–ulang salah satu nama–Nya, kalimat keagungan–Nya.14

14

(35)

25

2. Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah

Dzikir adalah mengingat Allah dengan hati dan menyebutnya dengan lisan, merupakan tempat persinggahan orang-orang yang agung, yang disanalah mereka membekali diri, berniaga dan kesanalah mereka pulang kembali.15

3. Menurut Para Pengamal Tasawuf

Dzikir adalah menyebut nama Allah (Memanggil nama Allah) atau pengulangan nama Tuhan dengan cara yang jelas, bersuara dan tanpa suara (dalam hati).

Penulis merasa bahwa ketiga pengertian dzikir di atas sudah mewakili pengertian–pengertian dzikir yang lain. Dalam kata lain, dapatlah diambil kesimpulan, dzikir merupakan ucapan atau perkataan yang diulang–ulang yang sengaja dilakukan untuk mengingat, menyebut serta mendekatkan diri kepada Allah swt.

Selalu berdzikir kepada Allah swt melalui tasbih, tahmid, takbir, dan istighfar akan membersihkan jiwa dan menentramkan hati. Allah berfirman dalam QS. Ar–Ra’d: 28, yang berbunyi:

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram”.( QS. Ar–Ra’d: 28).16

Seorang muslim yang selalu berdzikir kepada Allah akan merasa dekat dengan Allah dan senantiasa berada dalam perlindungan dan pengawasan–Nya.

15

Ibnu Qayyim Al-jauziyyah., “Madarijus Salim,” (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998), h. 303

16

(36)

26

Pada dirinya muncul rasa percaya diri serta perasaan aman, tentram, dan bahagia.17

Allah Ta’ala menunjukkan kepada manusia supaya berdo’a kepada–Nya setelah banyak–banyak mengingat-Nya, sebab dalam keadaan seperti itu maka akan kuat do’anya dan akan diijabah oleh Allah swt. Allah juga mencela orang yang hanya berdo’a untuk urusan dunianya dan berpaling dari urusan akhirat. Allah berfirman, ”Maka diantara manusia yang berkata, ’Ya Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia’, dan tidak ada bagian untuknya di akhirat”. Sepeninggal kaum jahiliyah, datanglah kaum mukmin. Mereka berdo’a, ”Ya Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan di akhirat, serta lindungilah kami dari azab neraka”. Kemudian Allah menurunkan ayat, ”Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan dari apa yang mereka usahakan, dan Allah cepat perhitungan-Nya”. Do’a ini menghimpun segala kebaikan dunia dan menjauhkan segala kejelekannya. Kebaikan dunia itu mencakup segala tuntutan duniawi, seperti kesehatan, rezeki yang luas, ilmu yang bermanfaat, amal sholeh dan sebagainya. Adapun kebaikan akhirat yang tinggi adalah masuk syurga.18 Dzikir yang penulis maksud disini adalah dzikir untuk pengobatan, yakni mengucap kalimat Allah swt.

Dzikir yang hakiki ialah sebuah keadaan spiritual dimana seorang yang mengingat Allah (Zakir) memusatkan segenap kekuatan fisik dan spiritualnya kepada Allah, sehingga seluruh wujudnya bisa bersatu dengan yang maha mutlak. Dzikir itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti :

- Dzikir jahar (Mengingat Allah dengan bersuara).

17

Dr. Muhammad Utsam Najati, “Ilmu Jiwa: Dalam Al-Qur’an,” (Jakarta: Pustaka Azzam, 2005), cet. Ke–I, h. 296–297.

18

(37)

27

- Dzikir Khafi (Dzikir dengan cara diam). - Dzikir lisan (Mengingat Allah dengan lidah).

- Dzikir nafs (Mengingat Allah tanpa suara, tetapi dengan gerakan dan perasaan bathin).

- Dzikir qalb (Mengingat Allah dengan hati ketika merenungkan keindahan dan keagungan Allah dalam relung hati).

- Dzikir sirr (Dzikir dalam hati yang paling dalam ketika tersingkap berbagai misteri Ilahi), dan

- Dzikrullah (Mengingat Allah melalui salah satu namanya atau firmannya). Dzikrullah yang sempurna, dimana Allah menjadi penglihatan, pendengaran, pembicaraan dan pemahaman sang zakir, dicapai bila setiap atom dalam diri sang zakir terserap dan lenyap dalam mengingat Allah.

Adapun masalah dzikrullah (pernyataan ingat kepada Allah) adalah bahwa kita sebagai hamba-Nya senantiasa menyatakan pernyataan baik rasa syukur, keselamatan, penghormatan, semata-mata karena keagungan dan kebesarannya.19 Perlunya dzikir dan keutamaannya di dalam QS. Ali-’Imran : 190-191,

(38)

28

Artinya: “ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka”.( QS. Ali-’Imran: 190-191).20

Selain itu perlunya dzikir dan keutamaannya juga dijelaskan dalam hadits Riwayat Bukhari, yang artinya:

”Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Allah dengan orang yang tidak berdzikir bagaikan perbedaan antara orang hidup dengan orang mati.”(HR. Bukhari).

Itulah ayat Al-Qur’an dan Hadits yang menjelaskan perlunya dzikir dan keutamaannya. Di antara dzikir yang dapat menenangkan hati dan pikiran adalah membaca hasbunallah 4500 kali setaip hari, tetapi selesai membaca 450 zakir harus berhenti untuk berdoa meminta hal-hal yang diinginkan.

Dengan demikian, dzikir dapat membuat orang yang berdzikir (zakir) menjadi hidup sehat dan bahagia. Kesehatan dan kebahagiaan merupakan dua hal yang selalu didambakan oleh manusia. Banyak orang yang rela mengeluarkan uangnya dalam jumlah besar demi kesehatan dan kebahagiaan.

2. Bentuk-Bentuk Dzikir

Dzikir hanya akan memiliki nilai bila dilakukan sesuai petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Dzikrullah artinya mengingat Allah, mengingat sesuatu berarti menunjukkan hubungan hati dengan yang diingat, ingatan ini berpusat di hati, akal dan lisan hanyalah alat bantu bagi ingatan ini.21

20

Departemen Agama Republik Indonesia, Op. cit. h. 59

21

(39)

29

Para ulama membagi bentuk dzikir itu atas tiga bagian, yaitu; dzikir lisan, dzikir qalbiyah, dan amaliyah.22

a. Dzikir Lisan

Dzikir lisan atau dikenal dzikir jelas atau Jahr (Dzikir Dzaly) adalah suatu perbuatan mengenal Allah dengan mengucapkan kalimat-kalimat thoyyibah yang lebih menampakkan suara yang jelas untuk memantau gerakan hati, misalnya membaca tahlil, tasbih, tahmid, takbir, membaca Al-Qur’an dan do’a-do’a lainnya.

b. Dzikir Qalbiyah

Dzikir qalbiyah atau dzikir hati yaitu merasakan kehadiran Allah, jika melakukan suatu tindakan atau perbuatan, maka ia meyakini dalam hatinya yang paling dalam bahwa Allah senantiasa bersamanya. Sadar bahwa Allah selalu melihatnya. Dia Maha Melihat, Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui. Dzikir qalbiyah ini lazimnya disebut ihsan. Rasulullah saw bersabda, yanga artinya:

“Ihsan yaitu engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, sekalipun engkau tidak dapat melihat-Nya, tapi sesungguhnya Dia melihat-Nya.”

c. Dzikir Amaliyah

Cita-cita semua manusia adalah dzikir amaliyah sebagai manifestasi kesalehan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Agar bisa sampai kepada dzikir amaliyah ini, mesti melakukan dzikir ritual atau lisan terlebih dahulu. Jika hal ini dilakukan, insya Allah akan menjadikan hati dan jiwa

22

(40)

30

bersih dan suci.23 Dan pada saat bersamaan lahirnya kepekaan untuk beramal karena Islam bukanlah agama wacana dan teori, tapi lebih menekankan pada tindakan dan amalnya.

Banyak sekali dzikir yang dibaca dalam setiap pertemuan dengan Kyai Zarqoni. Untuk bentuk-bentuk dzikir yang dibaca atau diamalkan salah satunya adalah mengamalkan ayat kursi untuk mengobati pasien sebanyak 80 juta kali.

Artinya: “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan dibelakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi. Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.” (QS. Al-Baqarah: 255).

Dari Umar bin Khattab ra, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang mengambil air hujan -riwayat lain- gerimis, kemudian dibacakan surat Al–Fatihah tujuh puluh kali, Ayat Kursi tujuh puluh kali, surat Al–Ikhlas tujuh puluh kali, surat Al–Falaq tujuh puluh kali, dan surat An–Nas tujuh puluh kali pula, maka demi Dzat yang menguasai jiwa–Ku (Allah), Jibril memberi kabar bahwa orang yang meminum air tersebut selama tujuh hari berturut–turut, Allah akan

23

(41)

31

menjauhkan jasadnya dari segala penyakit dan menyembuhkan penyakit yang ada pada jasadnya, serta mengeluarkan penyakitnya dari keringatnya, daging dan tulang, serta seluruh anggota tubuhnya”.(HR. Bukhari).

Hadits lain mengatakan, A’isyah ra., bersabda: Ia pernah membawa air zam-zam kemudian Ia memberi tahu (Kepada Para Sahabat). Bahwasanya Rasulullah saw membacakan do’a pada air zam-zam yang ada dalam bejana dari kulit lalu beliau menuangkan air itu pada gelas dan meminumkannya kepada orang-orang yang sakit.” (HR. Muslim).

Bahwasanya air hujan, air zam–zam, dan air mineral yang telah dibacakan ayat kursi sebanyak 80 juta kali24 sebagaimana yang diterangkan dalam Hadits tersebut dapat dijadikan obat untuk penyakit apa saja baik penyakit fisik maupun penyakit psikhis. Jika diantara kita sudah berobat kemana–mana atau bagi yang ingin berobat namun tidak memiliki biaya jangan berkecil hati. Dan jangan meragukan cara di atas karena Rasulullah saw sendiri telah bersumpah akan disembuhkannya segala penyakit dengan air hujan yang telah dibacakan bacaan–bacaan diatas. Percayalah Allah dan Rasul–Nya tidak pernah berdusta.

3. Macam – Macam Dzikir, yaitu :25

1. Ingat kepada Allah dengan memperhatikan alam semesta, dengan demikian kita ingat kepada Allah yang menciptakan alam.

2. Ingat kejadian diri, dengan demikian kita ingat kepada Yang Menciptakan diri yang indah ini.

3. Istighfar. Senantiasa meminta ampun kepada Allah swt.

24

Kyai Zarqoni., “Wawancara Pribadi,” (Tangerang, 16 November, 2009)

25

(42)

32

4. Tasbih.Ingat kehebatan dan dahsyatnya ciptaan-Nya. (Subhanallah). 5. Tahmid. Ingat betapa banyaknya nikmat dan kasih sayang Allah swt.

(Alhamdulillah).

6. Takbir. Ingat betapa besar kekuasaan Allah swt. (Allahu Akbar). 7. Tahlil. Ingat tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah swt.

(Laa Ilaha Ilallah).

8. Shalat. Salah satu cara yang paling sempurna untuk ingat kepada Allah swt. (dirikanlah shalat untuk mengingat Allah swt).

9. Basmallah. Ingat asmaul husna. Nama–nama Allah yang maha indah. 10. Hauqalah. Ingat tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan

Allah. (Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billah).

11. Tilawah. Ingat isi Al-Qur’an. Dalam hal ini ada 5M, yaitu : - Membaca.

- Menterjemahkan.

- Mengkaji atau Menghayati. - Memahami atau Ma’rifah, dan - Mengamalkan.

12. Shalawat. Ingat perjuangan dan pengorbanan Nabi. (Sesungguhnya Allah swt dan para malaikat-Nya mengucapkan shalawat kepada Nabi, maka orang yang beriman harus bershalawat kepadanya).

4. Manfaat Dzikir yaitu :

(43)

33

Hal ini bukanlah merupakan rekayasa penulis yang melebih-lebihkan manfaat dari dzikir itu sendiri. Pada kenyataannya manfaat dzikir yang menimbulkan ketenangan jiwa dan kesembuhan dari segala penyakit. Dzikir bagi manusia sebagaimana yang dijelaskan dalam Al–Qur’an, Hadits Nabi saw dan pengalaman para ulama.26

Agar lebih jelas lagi, penulis paparkan manfaat dzikir yaitu :

1. Meningkatkan kedekatan dan kecintaan kepada Allah swt. Sebagaimana firman Allah swt QS. Ar-Ra’ad : 28 yang berbunyi:

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram”.( QS. Ar-Ra’ad : 28).27

2. Dzikir yang dilakukan secara teratur akan menuntut pelakunya senantiasa mampu mengendalikan hati dan pikirannya, dan dapat menjernihkan pikiran atas kesadarannya untuk memahami akan keberadaan dirinya. 3. Memperoleh cahaya (Nur) dari Allah swt yang dapat menerangi jalan

hidupnya serta diampuni segala dosanya yang telah lalu disebabkan kuatnya belenggu syetan karena tipisnya iman. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt. QS. Al-Ahzab: 41-43 yang berbunyi:

26

Liza., “Zikir menurut Islam dan Kesehatan”

27

(44)

34

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman”.( QS. Al-Ahzab : 41- 43).28

4. Untuk menguatkan keimanan.

5. Dzikir dapat memberikan kekuatan pada jiwa orang yang membaca dan mengamalkannya. Dalam hal ini dzikir merupakan terapi yang sangat berguna bagi jiwa manusia, karena ia dapat menghilangkan kesedihan, kesulitan dan menghilangkan rasa putus asa. Selain itu juga dzikir mengandung unsur psikoterapi yang mendalam bagi pengamalnya.

6. Konsep dzikir yang dilakukan oleh Kyai Zarqoni kepada pasiennya yaitu dilakukan dengan cara dzikrullah, dimaksudkan untuk menghilangkan penyakit-penyakit yang ada dalam tubuh pasien.

Banyak ilmuwan dan ahli kedokteran yang mencoba meneliti hubungan antara dzikir dan do’a dan kesehatan fisik manusia. Dadang Hawari menyebutkan manfaat dzikir untuk kesehatan tubuh, diantaranya:29

1. Penelitian yang dilakukan oleh GW. Comstock dan kawan–kawan (1972) seperti yang dimuat dalam Journal of Chronic Diseases menyatakan

28

Ibid, h. 338

29

(45)

35

bahwa orang–orang yang terbiasa melakukan kegiatan keagamaan secara teratur dan terbiasa memanjatkan do’a kepada Tuhan mereka, ternyata resiko kematiannya akibat jantung koroner lebih rendah 50%, sementara kematian akibat emphysema (paru–paru) lebih rendah 56%, kematian akibat penyakit hati (cirrhosis hepatis) lebih rendah 74%, dan kematian akibat bunuh diri lebih rendah 53%, dibanding orang yang jarang atau tidak melakukan aktivitas keagamaan secara rutin dan tidak pernah berdo’a memohon kepada Tuhan mereka.

2. Penelitian yang dilakukan ilmuwan Larson dan kawan–kawan (1989) terhadap pasien yang memiliki masalah tekanan darah tinggi atau hipertensi dibandingkan dengan kelompok yang tidak memiliki gejala hipertensi, diperoleh kenyataan bahwa komitmen agama kelompok control lebih baik dan dikemukakan bahwa kegiatan agama seperti do’a atau dzikir mencegah seorang dari hipertensi.

3. Penelitian Levin dan Vanderpool (1989) terhadap penyakit jantung dan pembuluh darah menemukan bahwa kegiatan agama akan memperkecil resiko seseorang menderita penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler).

5. Perbedaan Dzikir dan Do’a

(46)

36

detik ia bergantung kepada rahmat dan nikmat Allah, bagaimana pun sibuknya seseorang dalam bekerja, ia diwajibkan untuk mengingat Allah sebagaimana Firman Allah dalam QS. Al–Munafiqun: 9, yang berbunyi:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Al–Munafiqun: 9).30

Sedangkan do’a adalah suatu fitrah di dalam diri manusia. Setiap manusia senantiasa mengalami suka dan duka, mengalami senang dan susah, mengalami sehat dan sakit, mengalami kemajuan dan kemunduran dan lain sebagainya yang datang silih berganti.31

Umumnya, apabila manusia ditimpa bencana dan derita, atau cobaan yang hebat, disitulah manusia menjerit dan mengeluh, sambil memohon dan berdo’a kepada Allah swt dengan sepenuh hatinya. Manusia sangat lemah dan tidak berdaya dalam mengahadapi bencana atau cobaan yang mengerikan, tidak ada tempat untuk meminta tolong, dan tidak ada tempat berlindung, kecuali hanya berdo’a kepada Allah swt.

Sudah menjadi naluri manusia untuk meminta pertolongan kepada orang yang berkuasa, kepada orang yang berada atau kepada orang yang berkedudukan tinggi, apabila dirinya berada dalam kesulitan atau berada dalam situasi yang menyulitkan, yang tidak diatasi oleh dirinya sendiri.

30

Departemen Agama Republik Indonesia, Op. cit. h. 443

31

(47)

37

Tentang hajatnya manusia kepada do’a, Allah swt menerangkan dalam QS. Yunus: 12, yang berbunyi:

Artinya: ”Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Yunus: 12).32

Dari pemaparan ayat diatas dapat diketahui bahwa dzikir dan do’a termasuk rangkaian dari dzikir dan pada intinya adalah ibadah, yang membedakan hanya dari segi bacaannya saja, sedangkan dzikir yang paling utama ialah makrifatullah atau mengenal Allah, sebab: ”Afdhalu Dzikri Fa’lam Annahu Laa Ilaha Illa Allah” (yang utama dan terutama, yang penting dan sangat penting, pemikiran, pengajaran, pendidikan ingatan ialah bahwa wajib engkau ketahui bahwa tidak ada Tuhan yang pantas engkau sembah dialam ini kecuali Allah). Kalimat ”Fa’lam Annahu Laa Ilaha Illa Allah” ini adalah kalimat yang paling utama atau kalimat tauhid yang menyatakan “tidak mau mengakui Tuhan yang lain kecuali hanya ber-Tuhan kepada Allah saja”.33

6. Dzikir dan Do’a sebagai Terapi Medis

Allah swt berfirman dalam QS. As-Syua’ra: 80 yang berbunyi:

32

Departemen Agama Republik Indonesia, Op. cit. h. 167

33

(48)

38

Artinya: “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.” (QS. As-Syu’ara: 80).

Setiap penyakit pasti ada obatnya. Hanya kematian yang tidak mungkin ditemukan obatnya. Bila sekarang ada penyakit yang belum ditemukan obatnya, misalnya HIV, bukan bearti obatnya tidak ada. Hanya belum ditemukan saja. Ada banyak penyakit yang belum ditemukan obatnya, kini dengan mudah kita bisa mendapatkannya. Obatnya bisa berada disekitar kita. Lingkungan kita sudah menyediakan obatnya, Allah berfirman dalam QS. Al-‘Isra: 82, yang berbunyi:

⌦ ⌧

☺ ☺

Artinya: “Dan kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al-‘Isra: 82).

Dalam ayat tersebut terdapat kata syifa’ (penyembuhan terhadap penyakit), yakni fisik dan psikhis. Keduanya bisa bersumber dari pikiran atau perasaan dan dari perut. “Al-Ma’iddatu bait al-daa’, wa al-hiryatu ra’su kulli dawa’ (perut adalah sumber penyakit, dan diet adalah obat segala penyakit).”34 Sakit fisik bisa berpengaruh kepada sakit psikhis, dan sebaliknya sakit psikhis menyebabkan penyakit harus diikuti dengan dzikir dan do’a.

Pentingnya agama dalam kesehatan dapat dilihat dari batasan organisasi, kesehatan dunia (WHO, 1984) yang menyatakan aspek spiritual atau kerohanian merupakan unsur dari salah satu pengertian kesehatan. Bila sebelumnya pada

34

(49)

39

tahun 1947 WHO memberikan batasan kesehatan hanya dari tiga aspek saja, yaitu sehat dalam fisik, psikologik, dan sosial, maka sejak 1984 batasan tersebut ditambah dengan aspek spiritual sehingga pengertian sehat seutuhnya adalah sehat yang meliputi fisik, psikologi, sosial dan spiritual (Bio-Psiko-Sosio-Spiritual).

Bila dikaji secara mendalam, maka sesungguhnya dalam ajaran islam sebagaimana tercantum dalam al-qur’an dan hadits. Banyak ayat dan hadits yang memberikan tuntunan agar manusia sehat seutuhnya dari segi fisik (biologik), kejiwaan (psikologik), sosial maupun spiritual (kerohanian). Allah swt berfirman dalam QS. Fushilat: 44, yang berbunyi:

☺ ☺

⌦ ⌧

Artinya: “Dan jikalau kami jadikan al-qur’an itu suatu bacaan dalam bahasa selain arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" apakah (patut al-qur’an) dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) arab? Katakanlah: "al-qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin, dan orang-orang-orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang al-qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh.” (QS. Fushilat: 44).

Selanjutnya sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad (dari Jabir bin Abdullah), Nabi Muhammad saw bersabda: “Setiap penyakit ada obatnya, jika obat itu tepat mengenai sasarannya, maka dengan izin Allah penyakit itu akan sembuh.” (HR. Muslim dan Ahmad)

(50)

40

do’a. Ada satu cerita yang disampaikan oleh Ubay bin Ka’ab. Suatu ketika Ubay berkata disisi Rasulullah saw., lalu datang seorang Arab badui berkata kepada Nabi, ”Hai Nabi saw, sesungguhnya Aku mempunyai seorang saudara yang sedang dalam keadaan sakit,” Beliau bertanya, “sakit apa”? “Dia menjawab: “sakit lamam (stress ringan). Beliau bersabda: “bawalah saudaramu kesini, “kemudian dia membawanya menghadap kepada Nabi. Kemudian diletakkan tangan beliau diatas tangannya seraya memohon disembuhkan dari sakitnya dengan perantara (Wasilah) dzikir dan do’a, yaitu:

1. Membaca surat al-fatihah.

2. Membaca empat ayat awal surat al-baqarah, dan membaca ayat 263, lalu membaca tiga ayat akhir al-baqarah dan ayat kursi.

3. Membaca ayat 18 dari surat ali-‘imran. 4. Membaca ayat 114 surat thaha.

5. Membaca ayat 3 surat jin.

6. Membaca 10 ayat dari awal surat ah-shaffat.35

C. DO’A

1. Pengertian Do’a

Do’a sebuah kata yang singkat, tapi memiliki kekuatan yang maha dahsyat. Dengan do’a, nasib seseorang bisa berubah, dengan do’a seseorang yang lemah bisa jadi kuat, dengan do’a bencana bisa jadi berkah.36 Adapun pengertian dari do’a menurut epistimology adalah seruan (nida’). Sedangkan menurut istilah syari’at adalah permohonan hamba kepada Tuhan–Nya. Dalam do’a harus ada

35

Ibid, h. 105

36

(51)

41

(da’in) penyeru atau pemohon yaitu hamba, dan harus ada penjawab yang lebih tinggi darinya (mujiibu a’la) yaitu Allah swt. Dan yang dimaksud dengan da’watun dalam ciptaannya, karena itu hendaknya do’a tidak dihadapkan kecuali kepada yang menyebabkan yaitu (Allah).

Do’a merupakan suatu keharusan untuk disampaikan kepada Allah dalam rangka memperkuat posisi keimanan dan ketakwaan setiap diri manusia. Dan do’a merupakan otaknya ibadah,37 karena dengan berdo’a berarti telah menghadapkan segala urusan kepada Allah dan do’a merupakan pernyataan tentang kelemahan manusia di hadapan kekuasaan Allah ta’ala serta merupakan cara untuk mengingat Allah Ta’ala. Setiap orang yang mengalami kondisi sulit, baik ia sakit, berbuat maksiat, dalam keadaan miskin, maka ia tidak akan berdo’a (menyeru) kecuali kepada Allah swt sebab manusia dalam kondisi yang sulit tidak akan pernah membohongi dirinya, karena manusia berdasarkan fitrah keimanannya telah mengetahui bahwa yang kuasa hanyalah Allah swt. Firman Allah menyebutkan dalam QS. Yunus : 1238

Artinya: ”Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdo’a kepada kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Yunus: 12).

37

M. Ridwan Sanusi., M. Roief Syuaeb., “Klasifikasi Ayat-Ayat Al-Qur’an: Berikut Penjelasannya,” (Jakarta: Insida Lantabora, 2006), cet. Ke-1, h. 109

38

(52)

42

Memohon pertolongan kepada Allah dalam segala urusan apapun adalah merupakan cara yang paling tepat untuk menggapai kehidupan yang sejahtera, dengan seperti itu manusia akan selalu ingat bahwa Allah Ta’ala dengan segala kekuatan, kekuasaan dan keagungan selalu bersamanya, dari situlah ia akan merasakan ketentraman, tiada yang kuat kecuali Allah.39

Do’a pun bagian daripada dzikir. Ia adalah permohonan. Setiap dzikir kendati dalam redaksinya tidak terdapat permohonan, tetapi kerendahan hati dan rasa butuh kepada Allah yang selalu menghiasi pedzikir, menjadikan dzikir mengandung do’a.40

Lafadz do’a sering kali disebut dalam al–qur’an dan memiliki makna sebagai berikut:41

1. Ibadah

Seperti yang difirmankan oleh Allah swt dalam QS. Yunus: 106, yang berbunyi:

⌧ ⌧

Artinya: ”Dan janganlah kamu menyembah apa–apa yang tidak memberi manfaat dan tidak memberi mudharat kepadamu selain Allah, sebab jika kamu berbuat demikian maka kamu termasuk orang–orang yang dzalim”.(QS. Yunus: 106).

(53)

43

Seperti difirmankan oleh Allah swt dalam QS. Al-Anbiya: 15, yang berbunyi:

Artinya: ”Maka tetaplah demikian keluhan mereka, sehingga Kami jadikan mereka sebagai tanaman yang telah dituai, yang tidak dapat hidup lagi”.(QS. Al– Anbiya: 15).

3. Panggilan atau Seruan

Allah berfirman dalam QS. Ar-rum: 52, yang berbunyi:

☺ ☺

Artinya: ”Maka kamu tidak akan sanggup menjadikan orang–orang yang mati itu dapat mendengar, dan menjadikan orang–orang yang tuli dapat mendengar seruan, apabila mereka itu berpaling ke belakang.” (QS. Ar–Rum: 52).

Maksud dari ayat ini hanya Allah–lah yang sanggup untuk menjawab panggilan atau seruan. Hanya Allah pula yang mampu membuat orang–orang yang sudah mati bisa mendengar.

4. Meminta Pertolongan

Allah berfirman dalam QS. Al-Fatihah: 5, yang berbunyi:

Artinya: ”Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.” (QS. Al-Fatihah: 5).

(54)

44

5. Permohonan

Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 186, yang berbunyi:

Artinya: ”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 186).

Seruan permohonan hanya patut kita lakukan kepada Allah. Sungguh maha benar Allah dengan segala firmanNya.

6. Memuji

Do’a dapat berarti memuji sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-’Isra: 110, yang berbunyi:

Artinya: ”Katakanlah: ’Serulah (pujilah) Allah atau serulah (pujilah) Ar– Rahman”.(QS. Al – Isra: 110).

2. Tujuan Do’a42

Tujuan do’a terdiri dari berbagai macam, diantaranya:

1. Untuk memohon hidup agar selalu dalam bimbingan dan mendapat petunjuk dari Allah swt.

2. Untuk memohon agar selamat dunia dan akhirat.

3. Untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah swt atas karunia–Nya kepada hamba–hambanya.

42

(55)

45

4. Wujud permintaan untuk perlindungan dari Allah swt atas godaan dan gangguan syetan yang terkutuk.

5. Permohonan yang spesifik, karena mempunyai masalah yang berbeda– beda.

3. Bentuk–Bentuk Do’a

Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya Allah adalah Dzat yang maha hidup lagi maha mulia, Dia akan malu pada hamba–Nya apabila hambanya yang mengetengadahkan tangannya kemudian Dia menolaknya tanpa memberikan sesuatu apapun”.(HR. Abu Dawud).

Dalam psikofitrah ada tiga bentuk do’a yaitu:

1. Do’a yang sungguh–sungguh, memiliki kekuatan yang menolak musibah dan mudah dikabulkan karena bermanfaat bagi umat.

2. Do’a yang lebih lemah dari musibah, namun mampu membuat yang berdo’a menjadi memiliki ketenangan hati.

3. Do’a yang gagal, karena sifat tergesa–gesa dan tidak sabar.43

4. Karakteristik Do’a

Do’a yang diperintahkan oleh Allah kepada hamba–Nya adalah bukti hidup akan adanya hubungan manusia dengan Allah swt. Artinya, munajat yang lahir dari hati manusia untuk berdialog dengan Allah, ketika manusia membutuhkan dan berkeinginan meraih kemurahan dari Allah dan tatapan rahmat Allah yang luas.

43

Gambar

Gambaran umum tentang Profil Kyai Zarqoni yang terdiri dari :

Referensi

Dokumen terkait

Penyiangan gulma yang dilakukan umur 2 mst dan 4 mst berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot kering, jumlah polong dan jumlah biji kacang tanah

Pengamatan pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini dilaksanakan selama enam hari 1 sub tema. Proses pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan sudah sesuai

Pengumuman & Pengiriman Soal (PPS) melalui ULS dan/atau WAG paling lambat 3 (tiga) hari sebelum hari & tanggal (jadwal) UTS tiap MK.. Soal diakses dan dikumpulkan

Adapun kendala praktik pembelajaran Akhlak mengunakan teknik Quantum Teaching di SMP Jati Agung ini sebagai berikut: Ruang kelas yang dibawah standar Kemendiknas, sarana

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan kecemasan menjelang pensiun pada pegawai negeri sipil.. Subjek penelitian adalah 40 orang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi bantuan langsung tunai dan dampak bantuan langsung tunai terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat.Hasil

Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah diolah, mudah merembaskan air dan disebut sebagai tanah ringan.. Sebaliknya tanah yang banyak

Komponen Persepsi peran memiliki tiga dimensi: 1. akurasi Peran , Akurasi peran merujuk pada tingkat dimana persepsi tenaga kerja terhadap rekan kerjanya dapat memenuhi