• Tidak ada hasil yang ditemukan

Esai Fotografi Gambuh Jaranan Potret Kesederhanaan Hidup Seorang Gambuh Jaranan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Esai Fotografi Gambuh Jaranan Potret Kesederhanaan Hidup Seorang Gambuh Jaranan"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

ESAI FOTOGRAFI GAMBUH JARANAN

2. 1. Fotografi

2.1.1. Pengertian Fotografi

Fotografi merupakan karya seni. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, fotografi merupakan seni dan proses penghasilan gambar melalui cahaya pada film atau permukaan yang dipekakan. Artinya, fotografi adalah teknis melukis dengan menggunakan cahaya. Dalam hal ini, tampak adanya persamaan antara fotografi dan seni lukis. Untuk menghasilkan suatu karya, seni lukis menggunakan kuas, cat, dan kanvas, sedangkan fotografi menggunakan cahaya (melalui kamera) untuk menghasilkan suatu karya. Tanpa adanya cahaya, karya seni fotografi tidak akan tercipta. Selain cahaya, film yang diletakkan di dalam kamera kedap cahaya memberikan kontribusi yang cukup besar. Sebuah karya seni akan tercipta jika film ini terekspos oleh cahaya.

Andreas Feininger (1955) menyatakan bahwa kemera hanyalah alat untuk menghasilkan sebuah karya seni. Nilai lebihnya tergantung pada “tangan” yang mengoperasikan alat tersebut.

2.1.2. Sejarah Fotografi

(2)

6 ke-11 dunia mulai mengenal sebutan tentang kamera obscura. Dalam bahasa latin memiliki arti “kamar gelap” yang ditemukan oleh Reinerus Gemma-Frisius, seorang ahli fisika dan matematika dari Belanda dengan menggunakan teori yang dilakukan oleh MoTi. Mulai sejak ditemukannya kamera obscura, dunia terus mengalami perkembangan dengan penemuan-penemuan untuk mempercanggih kamera obscura tersebut. Danielo Barbaro, ilmuan berkebangsaan Itali melakukan percobaan dengan selangkah lebih maju, yaitu menambahkan lensa dari sebuah teleskop di sebuah dinding yang berada pada suatu dinding. Dalam percobaan ini, gambar yang dihasilkan tampak lebih jelas dan tajam. Memasuki tahun 1600, camera obscura menjadi sesuatu yang popular, namun masih terdapat kelemahan dalam bidang ruangan yang masih luas dan tidak dapat dibawa kemana-mana. Masalah ini akhirnya dapat teratasi dengan penemuan Johann Zahn pada tahun 1685. Penemuan Johann Zahn yang membuat kamera dengan ukuran yang portable, dengan ukuran jauh lebih kecil dan berbentuk kotak berukuran panjang 23,5 inch dan tinggi 8,5 inch, ditambah dengan pemasangan lensa yang berkualitas lebih baik dengan penambahan cermin sebagai alat untuk memproyeksikan gambar ke sebuah layar diatasnya.

Perkembangan konsep camera obscura kemudian berkembang ketika William Hyde Wollaston menciptakan camera lucida. Lucida diambil dari bahasa latin lucere yang mengandung arti cahaya. Camera lucida menggunakan bantuan sebuah prisma sehingga jauh lebih sederhana dibandingkan dengan camera obscura. Namun pada akhirmya camera obscura maupun camera lucida menjadi cikal bakal dari kamera yang kita kenal saat ini.

(3)

7 meletakkannya di kamera. Namun usaha menghasilkan gambar di atas kertas, tidak sesuai dengan yang diharapkan, karena cahaya yang lemah selain itu Wedgwood tidak sabar, sehingga gambar yang ditunggu-tunggu tidak muncul. Kalau saja Wedgwood menyimpan kertasnya lebih lama, sehingga muncul gambar mungkin saat ini dia dikenal sebagai penemu fotografi.

Seiring berjalannya waktu dan perkembangan peradaban manusia, akhirnya fotografi resmi tercatat pada abad ke-19 bersamaan dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat. Pada tahun 1839 diyakini menjadi tahun awal fotografi. Pada tahun itu di Prancis, rekaman dua dimensi seperti yang dilihat mata sudah bias dipatenkan. Louis Jacques Mande Daguerre, sang penemu fotografi dengan pelat logam.

Namun sebenarmya sebelum itu seorang peneliti Perancis lainnya sudah dapat menghasilkan foto yang kemudian dikenal sebagai foto pertama dalam sejarah manusia. Pada tahun 1826, Joseph Nicephore Niepce, dengan teknik penyinaran melalui kamera obscura yang memakan waktu sampai berjam-jam bahkan berhari-hari dengan karyanya yang berjudul “View from Window at Gras” masih tersimpan di University of Texas, Austin Amerika Serikat.

(4)

8 dikenal sebagai sodiumtrisulfat, dan di dunia fotografi dikenal dengan fixing (penetap). Bahan kimia ini berfungsi untuk menghentikan reaksi antara bahan peka cahaya dengan cahaya, sehingga gambar yang sudh tercipta tidak memudar atau rusak seiring dengan berjalannya waktu. Jadi setelah melapisi pelat yang dilapisi bahan peka cahaya dengan kamera obscura, terus pelat dicuci dengan larutan fixing ini, maka reaksi terhadap cahaya terhenti. Namun disadari akan kurang optimalnya lensa yang digunakan oleh Daguerre, karena dalamproses pengumpulan gambarnya membutuhkan waktu yang sangat lama, akhirnya membuat dua orang professor dari Austria bernama Andreas von Ettinghausen dari Josef Max Petzval menghubungi seorang pemimpin perusahaan optic, Peter von Voigtlander. Tak lama rancangan sebuah lensa baru dipasangkan hasil kerja sama ketiganya pada sebuah kamera rancangan Voigtlander. Kamera dan lensa ini mampu mengumpulkan cahaya 16 kali lebih optimal dari yang digunakan Daguerre dan membuat waktu pencahayaan lebih cepat.

(5)

9 Kemudian Frederick Scott Archer, pada tahun 1851 memperkenalkan bahan baku fotografi yang dikenal dengan Collodion. Bahan kimia tersebut dilapiskan ke kaca, kemudian ditempatkan di kamera Obscura, dan hasilnya jauh lebih baik. Namun bahan ini juga memiliki kelemahan, yaitu gambar yang diambil harus diproses saat collodion masih basah, sehingga kamar gelap untuk memprosesnya harus dibawa ke mana-mana. Metode ini digunakan cukup lama, sampai suatu saat di tahun 1871 Richard Maddox, seorang Doktor mengganti lapisan collodion dengan bahan gelatin, yang menjadi dasar dari film roll saat ini. Dan metode ini menjadi fenomena ketika dikembangkan oleh orang Amerika, bernama George Eastman. Dengan membuat film dan kertas dalam bentuk gulungan sehingga sangat efisien dan ekoomis. Produknya kemudian diberi nama Kodak, yang tidak memiliki arti apapun. Namun nama inilah yang sampai saat ini dikenal ke seluruh dunia sebagai merk prodek-produk fotografi.

Keberhasilan George Eastman dalam mengembangkan plat gelatin yang kering, membuat dirinya pada tahun 1888, mendirikan perusahaan di Rochester, New York. Pabrik ini special membuat plat gelatin kering. Dia beri nama perusahaannya The Eastman Dry Plate Company, kemudian dikenal dengan nama yang sederhana namun sampai saat ini kita kenal yaitu Eastman Kodak.

(6)

10 Eastman Kodak berhasil membuat tiga lapisan warna dalam roll filmnya. Walauoun untuk memproses film dan pengembangannya masih harus ditangani oleh perusahaan Kodak sendiri, tapi hal ini telah membuat sesuatu terobosan yang berarti dalam dunia fotografi. Dalam waktu yang bersamaan sebuah perusahaan di Jerman, Afga, memperkenalkan Alfacolor Neu Slide Film. Akhirnya tahun 1942 proses dan pencetakan film berwarna tidak hanya bisa dilakukan oleh masing-masing perusahaan produsennya tapi bisa diproses sendiri oleh fotografer. Diambil dalam tulisan Andang Iskandar tentang fotografi digital (basic).

2.1.3. Esai Foto

Esai foto bermula dari tahun 1925 ketika Gardner Cowles dan saudaranya John Cowles melakukan survai tentang minat pembaca surat kabar di AS. Dua bersaudara ini melakukan survai berdasarkan penelitian George Gallub yang baru saja lulus dari jurusan Psikologi Universitas Lowa. Dan akhirnya Cowles bersaudara membuat sebuah sajian dari gabungan beberapa foto dan tulisan di Koran The Sunday Register. Dalam waktu singkat Koran tersebut mendapat perhatian luas di AS. Koran The Sunday Register melonjak sampai 50 persen semenjak mereka menampilkan esai foto pertama kali. Mulai saat itu, Cowles bersaudara berpikir lebih jauh untuk membuat esai foto dalam sebuah majalah utuh, dan mulai tahun 1933 Cowles bersaudara mulai memikirkan desain majalah yang akan diterbitkan. Pada bulan Januari 1937, lahirlah majalah Look. Tetapi majalah ini sempat kecurian dan terbit pada bulan November 1936. Meskipun begitu, kedua majalah ini sempat maju pesat secara bersamaan. (Foto Media 1994 NO.1 TAHUN II).

(7)

11 gambar tanpa harus mengulas penyeleseian terhadap masalah tersebut.(Foto Media 1994 NO.1 TAHUN II).

Pada hakekatnya esai foto merupakan gabungan dari foto berita dan foto features. Foto berita merupakan foto yang dibuat tanpa adanya rencana sebelumnya dan sangat terikat aktualitas atau sebenarnya, pentingnya obyek foto, besar dan pentingnya sebuah foto. Foto features merupakan nukilan celah-celah kehidupan manusia yang terjadi setiap hari. Gabungan dari foto berita dan foto features inilah yang menjadikan esai foto menjadi “utuh” dan mempunyai “alur” yang sesuai dengan keinginan pembuatnya.(Foto Media 1994 NO.1 TAHUN II).

(8)

12 Metode EDFAT adalah suatu metode yang digunakan untuk melatih kepekaan dalam melihat detail dan tajam. Metode EDFAT ini merupakan metode yang dikenalkan oleh Walter Cronkite School of Jurnalism dan Telekomunication, Arizone Universit. Metode EDFAT itu sendiri merupakan kependekan dari :

E : Entire atau disebut estabilished shoot, suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan begitu melihat suatu peristiwa, dalam memilih bagian-bagian yang dipilih sebagai objek.

D : Detail, suatu pilihan dari keseluruhan pandangan terdahulu. Unsur ini menentukan objek yang dipilih menjadi “Point of interest”.

F : Frame, tahap dimana kita membingkai suatu detail yang terpilih. Unsur ini menekankan pada kemampuan mengenal arti komposisi, pola, tekstur, dan bentuk subyek pemotretan dengan akurat.

A : Angle atau sudut pandang. T : Time, waktu.

Dalam pencapaian hasil yang maksimal terhadap pesan yang ingin disampaikan untuk mempermudah jalannya komunikasi, terdapat lima faktor yang dapat digunakan sebagai syarat foto yang baik, yaitu :

1. Pesan

Pesan adalah hal utama yang dibutuhkan dalam berkomunikasi, di dalam penyampaian pesan yang baik, foto harus dapat menjadikan menikmat foto mengetahui beberapa aspek dari foto yang kita pamerkan, antara lain : a. Penikmat foto dapat mengetahui subjet matter atau objek foto

(9)

13 b. Penikmat foto dapat mengetahui bentuk

Bentuk dapat dihasilkan karena adanya penggabungan antara titik, garis, tekstur, warna, yang ditampilkan secara seimbang.

c. Penikmat foto dapat mengetahui media yang digunakan d. Penikmat foto dapat mengetahui style yang digunakan

Style yang dihasilkan merupakan pengungkapan dari gaya foto yang dipamerkan oleh pembuat foto. Berbagai macam style foto yang yang ada dipengaruhi oleh faktor periode waktu, gerakan seni, geografi, keadaan saat itu.

2. Estetika / Artistik

Penggunaan unsur seni dalam pembuatan foto. 3. Teknis

Foto yang dihasilkan harus dapat mengungkapkan secara teknis dari pembuatan foto tersebut, mulai diafragma, kecepatan, sampai teknik foto yang digunakan.

4. Media

Media tidak hanya terbatas pada kamera yang digunakan untuk menghasilkan sebuah foto yang kita pamerkan, tetapi media yang dimaksudkan jauh lebih luas, dimulai dari jenis format, ukuran dan jenis cetakan warna, sampai kamera dan properti lain yang digunakan.

5. Presentasi

(10)

14 Bahasa foto dapat sesuai dengan bahasa visual (dapat mengutarakan maksud, pesan, gagasan) mendukung dalam penyampaian pesan tertentu. Bahasa foto terbagi menjadi enam bagian yaitu :

1. Bahsa penampilan

a. Bahasa ekspresi muka

Bahasa ekspresi muka seperti marah, bahagia, sedih, dll, dapat menambah kekuatan pesan yang ditampilkan dari sebuah foto.

b. Bahasa isyarat

Bahasa yang dihasilkan dari gerakan yang dilakukan untuk mengibaratkan pesan tertentu, misalnya menggelengkan kepala yang berarti ketidak mauan akan sesuatu.

c. Bahasa penciuman

Dengan orang menutupkan tangan pada hidungnya, ditambah dengan ekspresi muka pada kening sedikit mengkerut, akan lebih masuk kepada pesan bahwa orang tersebut sedang merasakan bau yang aneh atau tidak enak.

d. Bahasa pendengaran

Seseorang yang mengalami gagal komunikasi dalam pendengaran akibat suasana yang kurang mendukung, akan menunjukkan isyarat berupa gerakan tertentu.

e. Bahasa tindakan

Bahasa tindakan terbagi menjadi dua :

-Visible (tindakan yang terlihat oleh mata, seperti memperlihatkan sebuah keberangkatan dengan melambaikan tangan)

(11)

15 2. Bahasa komposisi

a. Bahasa warna

Warna dapat mempengaruhi manusia karena adanya kesan yang ditimbulkan dari warna tersebut. Misalnya warna hitam yang memiliki kesan elegan, berkabung, dll

b. Bahasa tekstur

Tampilan yang dihasilkan dari tekstur dapat menimbulkan kesan tertentu. Misalnya kesan halus dan kasar.

c. Bahasa garis

Bentuk garis yang dihasilkan akan menampilkan makna tertentu. Misalnya garis zig zag dengan ujung rancing akan menimbulkan kesan kaku dan labil.

d. Bahasa cahaya

-High key memberikan kesan lembut, bersih dikarenakan adanya cahaya yang jatuh pada obyek foto didominasi warna putih.

-Low key memberikan kesan misterius, karena pencahayaan yang jatuh pada obyek foto didominasi warna hitam.

e. Bahasa bentuk

Tampilan dari bentuk tertentu dapat menghasilkan makna tertentu, misalnya bentuk kubus memberi kesan kokoh, bentuk segitiga akan memberikan kesan labil.

f. Bahasa tata letak

(12)

16 3. Bahasa gerak

Fotografi merupakan istilah lain dari menggambar dengan menggunakan cahaya pada sebuah bidang dua dimensi, dimana fotografer tersebut memiliki tantangan untuk menjadikan bidang gambar dua dimensi menjadi tiga dimensi atau memiliki ruang dan gerakkan yang alami.

a. Panning

Teknik dimana fotografer memotret dengan mengikuti laju benda yang bergerak, sehingga gambar obyek yang bergerak terlihat fokus dengan latar belakang yang kabur sesuai dengan arah gerakan.

b. Zooming

Teknik dimana fotografer memotret dengan menggerakkan lensa zoom (in atau out), dengan tujuan fokus pada satu titik, dan kabur pada sisi di luar titik yang fokus.

c. Exposure time

Teknik dimana fotografer memotret pada lintasan dengan kecepatan rendah pada malam hari, dengan tujuan fokus pada bagian background, dan terdapat cahaya dari lampu kendaraan.

d. Multiple Exposure

Teknik dimana fotografer memotret beberapa kali pada satu frame. 4. Bahasa konteks

Suatu hasil yang dapat mengungkap informasi yang terdapat pada foto tersebut, misalnya kapan terjadinya pemotretan, dimana terjadinya pemotretan.

(13)

17 Menurut Nonot .S. Utomo dalam kutipan sebuah “Majalah Foto Media” (2002:58), Selama melakukan pemotretan, beberapa hal dibawah ini dapat menjadi panduan dalam merangkai foto esai

Foto long shot : dipakai untuk menggambarkan suasana subjek dan lingkungan disekelilingnya

Foto medium shot : digunakan untuk memperlihatkan suatu kejadian Foto close up :digunakan untuk memperlihatkan emosi dari subjek itu Foto utama / lead :foto yang paling menonjol dari keseluruhan

Foto portrait :menggambarkan tokoh kunci dari sebuah foto esai

Foto interaksi :menggambarkan bagaimana subjek melakukan interaksi hubungan dengan lingkungan

Foto sekuen :memaparkan tahapan perkembangan pada subjek dalam pemotretan

Foto detail :bertujuan sebagai foto yang memperkuat emosi Close :digunakan sebagi penutup foto

Sebuah foto dalam esai foto tidak harus menampilkan semua ketentuan diatas. Hanya saja, foto utama dan penutup amat penting disajikan sebaik mungkin. Sementara foto lainnya dapat disesuaikan dengan keadaan di lapangan. Hal mendasar yang wajib menjadi acuan saat pemotratan, yakni pemotret dapat menguasai emosinya dan disitulah hendaknya pemotret mengabadikan momment.

(14)

18 2. 2. Kota Kediri

2.2.1 Geografis

Kota Kediri terletak di dataran sedang dengan ketinggian rata-rata 67 meter diatas permukaan air laut, terbelah oleh sungai Brantas yang mengalir dari selatan ke utara menjadi dua wilayah yaitu wilayah barat sungai dan timur sungai. Secara administrasi kepemerintahan, kota Kediri yang mempunyai luas wilayah 63,40 km/persegi terbagi menjadi 3 kecamatan yaitu kecamatan Mojoroto yang meliputi seluruh bagian yang berada di barat sungai Brantas, kecamatan Kota dan kecamatan Pesantren yang berada di timur sungai Brantas.

Seluruh wilayah kota Kediri berbatasan dengan wilayah kecamatan yang berada dibawah pemerintahan kabupaten Kediri, baik batas utara, selatan, dan barat dengan kondisi yang begitu relative datar. Subjek lima sungai yang mengalir di kota Kediri sungai Kresek sepanjang 9 km, sungai Parang sepanjang 7,5 km, sungai Kedak sepanjang 8 km, sungai Brantas 7 km dan sungai Ngampel dengan panjang 4,5 km, dari kelima sungai tersebut, yang terbesar dan terkenal adalah sungai Brantas dan menjadi legenda bagi masyarakat Kediri juga provinsi Jawa Timur.

Secara Geografis, kota Kediri terletak diantara 111,05 derajat – 112,03 derajat bujur timur dan 7,45 derajat – 7,55 derajat lintang selatan dengan luas 63,404 km². Dari aspek tipografi, kota Kediri terletak pada ketinggian rata-rata 67 m diatas permukaan laut, dengan tingkat kemiringan 0-40 %.

o Sebelah utara : Kec. Gampeng Rejo, Kec. Grogol Kab. Kediri

(15)

19 o Sebelah Barat : Kec. Grogol dan Kec. Semen Kab. Kediri.

2.2.2 Sejarah Singkat Kediri

Atas keteladanan Wka Pu Catura dan sebagai dharmanya, maka ditetapkanlah tanah tegal di Wanua Kwak sebagai sawah pardikan oleh Raja Mataram Sri Maharaja Rae Kayuwangi (Prasasti Kwak bertahun saka 801). Maka seiring dengan perkembangan jaman, berkembang pula Wanua Kwak yang hanya sebuah daerah pardikan menjadi satu komunitas kehidupan yang mempunyai system social budaya yang teratur pada jamannya dan berdasarkan prasasti Kwak tahun saka 801 (27 Juli 879 Masehi) dijadikan hari jadi kota Kediri.

2.2.3 Masa Kerajaan Kediri

(16)

20 2. 3. Mistik Kejawen

2.3.1. Pengertian Mistik

Menurut asal katanya, kata mistik berasal dari bahasa Yunani mystikos yang artinya rahasia (geheim), serba rahasia (geheimzinnig), tersembunyi (verborgen), gelap (donker) atau terselubung dalam kekelaman (in het duister gehuld) Kata "mistik", menurut de Jong, seperti juga kata "misteri" berasal dari

kata kerja Yunani "mu-ein" yang mempunyai dua arti. Arti pertama adalah

menutup mata dan mulut, dan arti kedua adalah mengantarkan seseorang ke

dalam suatu rahasia lewat upacara.

Menurut buku De Kleine W.P. Encylopaedie (1950, Mr. G.B.J. Hiltermann dan Prof.Dr.P. Van De Woestijne halaman 971 dibawah kata mystiek) kata mistik berasal dari bahasa Yunani myein yang artinya menutup mata (de ogen sluiten) dan musterion yang artinya suatu rahasia (geheimnis).

Mistik sebagai sebuah paham yaitu paham mistik atau mistisisme merupakan paham yang memberikan ajaran yang serba mistis (misal ajarannya berbentuk rahasia atau ajarannya serba rahasia, tersembunyi, gelap atau terselubung dalam kekelaman) sehingga hanya dikenal, diketahui atau dipahami oleh orang-orang tertentu saja, terutama sekali penganutnya.

(17)

21 harinya setelah seseorang meninggal ( tahlhilan ). Tindakan simbolis dalam seni dicontohkan dengan berbagai macam warna yang terlukis pada kesenian Jawa seperti wayang kulit, Jaranan, dan sebagainya.(Mistik Kejawen olehSuwardi Endraswara)

2.3.2. Pengertian Kejawen

Kejawen adalah faham orang jawa atau aliran kepercayaan yang muncul dari masuknya berbagai macam agama ke Jawa. Kejawen mengakui adanya Tuhan Gusti Allah tetapi juga mengakui mistik yang berkembang dari ajaran tasawuf agam-agama yang ada.

Kejawen merupakan sebuah filsafat seperti halnya Pancasila. Filsafat merupakan sebuah olah piker manusia yang mendasarkan diri pada nilai dan norma yang berkembang pada masyarakat saat itu.

Dalam khasanah ilmu jawa, kejawen dibagi menjadi dua bagian, yaitu abangan dan ilmu hikmah. Ilmu abangan merupakan aliran yang ilmu-ilmu dan kekuatannya bersumber dan berasal dari selain Allah, seperti jin. Sebagai contoh: ilmu santet, ilmu pellet. Ilmu hikmah merupakan aliran ilmu yang kekuatannya bersumber dan berasal dari Allah semata. (Mistik Kejawen olehSuwardi Endraswara)

2.3.3. Latar Belakang Ajaran Kejawen

(18)

22 menjelma ke dalam diri tokoh Puteri Daha yang bernama Dewi Sekartaji atau Galuh Candrakirana, sedangkan Sadono menjadi Raden Panji. Keduanya pernah berpisah, namun akhirnya berjumpa kembali. Perjumpaan Dewi Sri dan Sadono terjadi di Gunung Tidar Magelang. Tempat itu kemudian oleh sadono dan Sri diberi tetenger (tanda) dengan menancapkan paki tanah jawa, hal ini sekaligus untuk mengokohkan tanah jawa. (Mistik Kejawen olehSuwardi Endraswara)

2.3.4. Ritual Kejawen

2.3.4.1. Membakar Kemenyan dan Dupa

Pembakaran kemenyan dan dupa merupakan perwujudan persembahan kepada Tuhan. Kukus (asap) dupa atau kemenyan yang membumbung ke atas, tegak lurus, merupakan tanda bahwa sesajinya dapat diterima.

Menurut pendapat penganut Mistik Kejawen, pembakaran dupa, dan pembakaran kemenyan sama halnya dengan aktifitas masyarakat muslim yang menggunakan wangi-wangian sebelum melakukan ibadah. Baik kemenyan, dupa, maupun wangi-wangian tujuannya hanya untuk menunjukkan akhlak luhur kepada Tuhan. Oleh karena Tuhan jelas mencintai pada hal-hal yang semerbak harum. (Mistik Kejawen olehSuwardi Endraswara)

2.3.4.2. Sesaji

Sesaji, tumbal dan sebagainya termasuk dalam simbol-simbol ritual Kejawen. Sesaji merupakan pelaksanaan dari pikiran, keinginan, dan perasaan pelaku untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Upaya pendekatan diri melalui sesaji sesungguhnya bentuk akumulasi budaya yang bersifat abstrak.

(19)

23 makan secara simbolis kepada roh halus, diharapkan roh tersebut akan jinak, dan mau membantu hidup manusia.

Kepercayaan terhadap roh halus, khususnya dhanyang (roh pelindung) sering diwujudkan dalam bentuk slametan. Salah satu bentuk slametan adalah tumbal, yaitu upaya persembahan untuk penolak bala. (Observasi langsung, Mani, ataupun jathilan ini, merupakan jenis tari ritual yang melibatkan energi supranatural “makhluk lain” yang dipadukan dengan gerak rancak dan dinamis para penarinya yang seringkali mengalami trance/kesurupan. Awalnya kesenian ini merupakan tari persembahan untuk keselamatan (ruwatan) penduduk desa dan terhindar dari sengkala (segala hal yang membayakan). Jaranan dulunya sering digelar ketika ada hajatan bersih desa atau sedekah bumi. Pada perkembangannya, jaranan mampu menarik hati masyarakat di wilayah pedesaan sehingga ketika ada hajatan keluarga, semisal sunatan atau pernikahan, keluarga yang memiliki hajat mendatangkan kesenian jaranan dari siang hingga malam hari.

2.4.2. Sejarah Jaranan

(20)

24 Barong memutuskan untuk melamar Dewi Sekartadji dengan mengirim Pasukannya dibawah pimpinan Patih Pujonggo Anom untuk melamar Dewi Sekartadji. Setibanya Patih Pujonggo Anom beserta Pasukannya di Kerajaan Kediri, Patih Pujonggo Anom memberitahukan maksud kedatangannya untuk mengantarkan lamaran dari Raja Singo Barong untuk Dewi Sekartadji. Setelah Patih Pujonggo Anom beserta prajuritnya menyampaikan jawaban atas lamaran kepada Raja Singo Barong, Raja Singo Barong beserta rombongan prajurit berangkat menuju Kerajaan Kediri melalui jalur dalam tanah dengan menggunakan kesaktiannya. Karena pada waktu itu, di dalam lingkungan Kerajaan Kediri sedang diadakan tarian kuda lumping, dan pada saat bersamaan Raja Singo Barong beserta prajuritnya keluar dari dalam tanah secara tiba-tiba, prajurit dari Kerajaan Kediri merasa terusik karena kedatangan Raja Singo Barong yang muncul secara tiba-tiba. Karena Prajurit Kerajaan Kediri benar-benar marah, perang besar antara Prajurit Kediri dengan Prajurit Raja Singo Barong terjadi begitu cepat. Dalam perang ini, Raja Singo Barong beserta prajuritnya kalah. Dari sinilah awal mula kesenian Jaranan memiliki cerita yang didalamnya terdapat istilah Rampokan. Rampokan merupakan istilah adegan yang digambarkan sebagai peperangan antara Prajurit Kediri yang digambarkan sekumpulan penari kuda lumping melawan Raja Singo Barong yang digambarkan seperti naga.(Observasi langsung, Mani, 2008)

2.4.3. Cerita Modern Jaranan

(21)

25 manusia. Dalam menempuh ke medan perang, prajurit harus melewati berbagai hutan yang belum pernah dilewati oleh manusia. Tidak sedikit prajurit yang gugur dikarenakan ulah para penunggu hutan yang merasa terganggu dari usikan para prajurit yang melewati hutan. (Observasi langsung, Catur, 2008)

2. 5. Gambuh Jaranan

2.5.1. Pengertian Gambuh Jaranan

Gambuh merupakan sebutan dari seseorang yang ahli dibidang sesuatu, biasa disebut sebagai pawang. Gambuh dalam bahasa Jawa yang berarti “nggegemo barang seng ampuh”. “Nggegemo” memiliki arti “peganglah”, “seng ampuh” memiliki arti “barang yang sakti”. Jadi arti gambuh ialah manusia yang mempunyai pegangan yang sakti. Barang sakti yang dimiliki seorang gambuh bukan merupakan pusaka seperti tombak, keris, pedang, dan lainnya. Yang dimaksud barang yang ampuh merupakan hati yang bersih, yang memiliki keikhlasan, percaya dan yakin adanya Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melindungi dan mengatur masing-masing individu. Pada jaman dahulu, peran gambuh dalam jaranan hanya sebagai sarana uji kekuatan dan kepekaan. Kekuatan disini sebagai ajang untuk unjuk kesaktian terhadap masyarakat sekitar, lebih-lebih untuk unjuk kelebihan yang dimilikinya terhadap sesama Gambuh Jaranan. (Observasi langsung, Catur, 2008)

2.5.2. Tugas Gambuh Jaranan

(22)

26 diterima oleh roh halus penjaga tempat berlangsungnya acara, sampai mengalihkan hujan yang akan turun pada tempat berlangsungnya pentas seni jaranan. Kejadian semacam ini pada suatu saat akan terjadi dalam pertunjukan jaranan berlangsung. Oleh karena itu, seorang gambuh jaranan dituntut untuk peka terhadap keadaan yang terjadi. (Observasi langsung, Mani, 2008)

2.5.3. Catur Sudirman

Catur Sudirman merupakan seorang Gambuh Jaranan yang masih berumur 27 tahun. Catur lahir di kota Kediri, tanggal 23 Mei 1981. Kemampuannya menjadi seorang Gambuh Jaranan dimulai ketika menginjak Sekolah Menengah Pertama. Ketika malam tiba, Catur selalu mendengar panggilan-panggilan halus yang menyuruh untuk mendatangi suara tersebut. Semenjak dari situlah, Catur mulai mengerti akan kemampuannya dalam kebudayaan Kejawen.

2. 6. Kata Kunci

Gambuh jaranan merupakan obyek yang menarik yang dapat diabadikan melalui media Fotografi, dikarenakan obyek gambuh jaranan memiliki keunikan dalam aktivitasnya.

(23)

27 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1. Strategi Perancangan

3.1.1. Strategi Komunikasi

3.1.1.1. Tujuan Komunikasi

Komunikasi massa menurut Hewitt (1981) proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal yang bertujuan untuk Mempengaruhi perilaku seseorang, Mengungkapkan perasaan, Menyelesaian sebuah masalah, Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain.

Dengan tujuan agar masyarakat mengenal keberadaan Kota Kediri sekaligus mengetahui kebudayaan asli yang berupa kesenian jaranan dari Kediri yang hampir mengalami kepunahan. Dengan komunikasi yang memberikan gambaran realita kehidupan Gambuh dalam kehidupan, diharapkan dapat menimbulkan sikap positif dari masyarakat.

3.1.1.2. Pesan Utama

Memberikan gambaran tentang realita kehidupan Gambuh Jaranan dalam lingkungan masyarakat dengan tujuan masyarakat untuk lebih mengetahui kesenian Jaranan dan mengetahui kondisi kehidupan seorang gambuh jaranan yang dengan sulit bertahan untuk mempertahankan kesenian jaranan di Kediri.

3.1.1.3. Positioning

(24)

28 1. Gambuh Jaranan di Kota Kediri memiliki ciri yang berbeda jika dibanding dengan

Gambuh jaranan yang ada pada kota lain, diantaranya

 Kediri merupakan daerah awal mulanya terdapat kesenian Jaranan di Indonesia

 Umur Gambuh Jaranan yang masih tergolong muda

 Memiliki wirausaha dalam memenuhi biaya kebutuhan hidup selain menjadi Gambuh Jaranan

 Penggunaan dupa dalam ritual sebagai pengganti kemenyan

 Dapat bersosialisasi dengan baik dalam lingkungan masyarakat dari anggapan negative masyarakat akan arti gambuh sebagai dukun yang berbau ilmu hitam

2. Wisata Budaya, Terutama wisata sejarah peninggalan kerajaan Kediri yang memiliki keterkaitan langsung dengan kesenian Jaranan, misalnya Goa Selomangleng, Sendang Sri Aji Jayabaya.

3.1.2. Strategi Kreatif

1. Pra

o Pengumpulan data Jaranan

Dalam mendapatkan data yang seakurat mungkin, pencarian data didapat melalui internet, interview dengan beberapa orang tertua di kota Kediri yang begitu mengenal dengan cerita Jaranan. Dari pengumpulan data yang didapat, dipilih dan digabung menjadi satu kesatuan yang utuh.

o Pencarian Objek Gambuh Jaranan

(25)

29 o Pendekatan terhadap objek

Sebuah esai foto merupakan sebuah langkah panjang dalam memotret, karena memerlukan waktu yang panjang dalam penciptaannya. Dalam melakukan pemotretan terhadap Catur akan sangat membantu dalam mencapai hasil yang alami apabila kita telah mengenal Catur dan ia tidak merasa canggung dengan keberadaan kita. Salah satu keberhasilan dalam pemotretan esai adalah kemampuan fotografer untuk mencairkan suasana dan membaur dengan lingkungan yang akan difoto, sehingga kehadiran fotografer tidak mengganggu aktifitas dari objek foto.

2. Produksi

o Mulai pemotretan untuk stock foto dan sebagai acuan foto.

Tahap ini dilakukan sebanyak dua kali, hal ini bertujuan sebagai acuan gambar yang memiliki fungsi seperti story board. Dimana kumpulan foto tersebut dalam tekniknya dapat dipelajari dan digunakan kembali pada saat pemotretan berikutnya (pemotretan terakhir). Selain itu juga bertujuan untuk membiasakan seorang Gambuh Jaranan untuk terbiasa dengan adanya kamera yang akan mengabadikan dalam tiap aktifitasnya, cara ini bertujuan untuk mendapatkan kealamian foto.

o Pemotretan terakhir

Pemotretan terakhir dilakukan sehari sebelum adanya pementasan Jaranan. Dari tahap masuk dalam kehidupan Gambuh Jaranan didapatkan kesimpulan bahwa aktifitas yang paling menarik untuk diabadikan adalah sehari sebelum pementasan Jaranan.

(26)

30 Dalam proses digitalisasi, setelah melalui beberapa tahap pra dan produksi, proses pengolahan gambar akan melalui beberapa tahapan yang harus dilalui secara berkesinambungan.

Penggunaan media Fotografi lebih ditujukan untuk memberikan gambaran kepada masyarakat agar masyarakat dapat dengan mudah mengetahui realita kehidupan gambuh jaranan dalam mempertahankan kebudayaan kesenian jaranan.

3.2. Konsep Visual

3.2.1. Format Desain

Format desain yang digunakan dalam media fotografi menggunakan format desain portrait.

3.2.2. Lay Out

Keseimbangan adalah usaha untuk mengkomposisikan bagian-bagian baik kiri maupun kanan, atas maupun bawah, bagian warna hitam dan putih.

(27)
(28)

32 BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

4. 1. Alat dan Bahan sebagai sarana Pemotretan

Pemilihan peralatan pemotretan yang akan digunakan harus melalui perancanaan yang matang, dan harus disesuaikan dengan lokasi pemotretan. Langkah ini akan sangat membantu dalam pemoteretan, dikarenakan alat yang dibawa merupakan alat yang memang dibutuhkan dalam pemotretan. Alat-alat yang dibutuhkan untuk mengatasi berbagai situasi apapun adalah sebagai berikut :

1. Kamera

Dalam pemoteretan ini, lebih mengandalkan pada kamera Digital, produk keluaran NIKON dengan tipe D80. Dengan menggunakan kamera digital, hasil yang diinginkan jauh lebih mudah dicapai dengan melihat berbagai kendala, diantaranya :

NO Masalah Keuntungan Digital

1 Berbagai aktivitas objek yang tidak tentu, kondisi cahaya yang berbeda-beda

(29)

33 2 Banyaknya kegiatan penting

yang dilakukan pada malam hari dengan keadaan yang minim dengan cahaya, yang menyebabkan sulit dalam focus dan memerlukan tingkat kepekaan penangkap cahaya.

Kamera NIKON D80 memiliki tingkatan iso/asa/din mulai dari iso 200 sampai HI 1.

3 Dengan berbagai masalah yang ada, kemungkinan untuk gagal dalam pemotretan sering terjadi.

Kamera NIKON D80 dilengkapi dengan LCD (Liquid Crystal Display atau Tampilan kristal cair) berukuran 3 inci yang dapat memudahkan untuk kor eksi terhadap hasil pemotretan.

4 Cetak dalam ukuran besar Kamera NIKON D80 dilengkapi dengan tiga format image size (2.5M, 5.6M,10M), dimana masing-masing format tersebut dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dalam pencetakan.

2. Lensa

(30)

34 3. Tripod

(31)

35 4. 2. Teknis Produksi

4.2.1. Foto ke Satu

Catur bersama Mbah Slamet melakukan ritual bakar kemenyan sebagai tanda penghormatan kepada Mbah Ronggo atas jasanya yang telah membuka hutan dan menjadikan Desa Semampir.

(32)

36

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/ 7,1/ 20s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Nyekar

(33)

37 4.2.2. Foto ke Dua

Memasak beberapa menu masakan untuk memenuhi kebutuhan makan Catur dan keluarganya.

(34)

38

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/3,5 -1/60 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Rejekiku sek setengah mateng

(35)

39 4.2.3. Foto ke Tiga

Memasak beberapa menu masakan untuk memenuhi kebutuhan makan Catur dan keluarganya.

(36)

40

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/5 -1/4 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Rejekiku sek setengah mateng

(37)

41 4.2.4. Foto ke Empat

Memasak beberapa menu masakan untuk memenuhi kebutuhan makan Catur dan keluarganya.

(38)

42

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/3,8 -1/40 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Rejekiku sek setengah mateng

(39)

43 4.2.5. Foto ke Lima

Catur mulai membersihkan meja makan.

(40)

44

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/4 -1/80 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Rejeki Teko Resikku

(41)

45 4.2.6. Foto ke Enam

Menonton televisi merupakan hiburan yang dapat menghilangkan capek dari aktivitas seharian. Kegemarannya dalam melihat siaran wayang kulit dari televisi sudah melekat semenjak Catur berumur duabelas tahun.

(42)

46

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/9 -1/15 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Leren Sedelut

(43)

47 4.2.7. Foto ke Tujuh

Sejumlah sesaji yang digunakan dalam ritual Jawa untuk menghormati adanya makhluk gaib sebagai sayarat agar makhluk gaib tersebut tidak mengganggu jalannya ritual kepada Tuhan dan dalam kehidupannya sehari-hari.

(44)

48

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/5,6 -1/3 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Sesaji

(45)

49 4.2.8. Foto ke Delapan

Ritual berdoa kepada Tuhan dengan mengheningkan semua yang ada, mulai dari menahan nafas, menahan gerakan tubuh, sampai fikiran yang hanya menuju pada Tuhan dengan segala permintaan yang dipanjatkan.

(46)

50

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/9 -1/13 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Semedi

(47)

51 4.2.9. Foto ke Sembilan

Ritual keris dilakukan untuk menjinakkan dan menguasai keinginan jahat makhluk halus yang ada di dalam keris yang sewaktu-waktu dapat

mengganggunya.

(48)

52

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/9 -1/8 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Jinako kowe

(49)

53 4.2.10. Foto ke Sepuluh

Ritual dupa merupakan ritual yang dilakukan sebagai ritual berdoa kepada Tuhan untuk mengoreksi kesalahan yang diperbuat dalam aktivitas seharian. Ritual doa dilakukan setelah aktivitas itu selesei, menjelang tidur.

(50)

54

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/9 -1/5 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Nyuwun sepurone Gusti Allah

(51)

55 4.2.11. Foto ke Sebelas

Setelah merasa semua aktivitas telah dikerjakan, Catur bergegas tidur untuk mempersiapkan stamina buat pentas seni Jaranan besok pagi.

(52)

56

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/9 -1/15 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Nyare

(53)

57 4.2.12. Foto ke Dua belas

Ritual permisi merupakan ritual yang sangat erat dengan kebudayaan yang ada di Indonesia. Ritual ini dimaksudkan untuk menghargai adanya tuan rumah (leluhur yang membuka hutan menjadi desa) yang memiliki suatu tempat dimana kita bertamu. Dalam ritual ini sebagai permintaan izin sebelum memulai pentas seni Jaranan.

(54)

58

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/9 -1/13 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Kulonuwun

(55)

59 4.2.13. Foto ke Tiga belas

Dalam mengisi waktu luang sebelum acara pentas seni Jaranan dimulai, percakapan antar Gambuh selalu terjadi dalam hal membicarakan apa saja yang harus diwaspadai dalam membentengi lokasi dalam hal gaib untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

(56)

60

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/5 -1/13 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Opo Dawuhe si Mbah

(57)

61 4.2.14. Foto ke Empat belas

(58)

62

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/5 -1/50 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Kendang

(59)

63 4.2.15. Foto ke Lima belas

(60)

64

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/9 -1/200 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Kenong

(61)

65 4.2.16. Foto ke Enam belas

Gong merupakan alat musik yang terbuat dari besi, guna menimbulkan bunyi-bunyian sebagai bass.

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/5 -1/200 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Gong

(62)

66 4.2.17. Foto ke Tujuh belas

Demong saron merupakan alat musik yang terbuat dari besi, guna menimbulkan bunyi-bunyian sebagai melody pertama.

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/5,6 -1/100 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Demong saron

(63)

67 4.2.18. Foto ke Delapan belas

Make up merupakan suatu cara untuk mendapatkan karakter yang diinginkan dalam merubah suatu penampilan.

(64)

68

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/5 -1/30 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Alat kanggo dandan

(65)

69 4.2.19. Foto ke Sembilan belas

Pemain Jaranan tidak hanya harus mengenal segi cerita dan gerakan tari Jaranan saja, tetapi dari segi make up yang digunakan sebagi pemeran prajurit berkuda harus juga dipahami.

(66)

70

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/5,6 -1/10 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Wes Persis Durung yo?

(67)

71 4.2.20. Foto ke Dua puluh

Kupat Jabut dalam bahasa Jawa, “Kupat” yang memiliki arti beras yang ditanak, dibungkus dengan daun kelapa, “Jabut” yang memiliki arti ditarik. Jadi kupat jabut memiliki arti kupat yang ditarik untuk diambil isinya. Judul ini diambil dari konsep pengibaratan akan janji manusia kepada Tuhan yang harus dipenuhi pada hari tertentu jika permintaan yang diinginkan manusia sudah dikabulkan oleh Tuhan.

(68)

72

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/5,6 -1/4 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Kupat Jabut

(69)

73 4.2.21. Foto ke Dua puluh satu

Pecut adalah alat tersakti yang ada pada jaman cerita Jaranan, dimana pecut tersebut dapat merobohkan kekuatan Raja Singo Barong dan kekuatan gaib makhluk halus .

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/9-1/125 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Pecut

(70)

74 4.2.22. Foto ke Dua puluh dua

(71)

75

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/6,3 -1/200 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Suguh

(72)

76 4.2.23. Foto ke Dua puluh tiga

(73)

77

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/9 -1/50 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Areng lan Menyan

(74)

78 4.2.24. Foto ke Dua puluh empat

(75)

79

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/5,6 -1/125 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Mecut

(76)

80 4.2.25. Foto ke Dua puluh lima

Adegan dimana para pemain Jaranan melakukan aksi sama-sama merendahkan kepala Jaranan dengan saling berhadapan. Adegan ini memiliki arti dalam menghadapi musuh yang memiliki kekuatan sebesar apapun, jika dihadapi dengan persatuan dan kesatuan, maka akan terasa lebih siap dalam menghadapinya.

(77)

81

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/5,6 -1/100 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Nggabungne Kekuatan

(78)

82 4.2.26. Foto ke Dua puluh enam

Adegan dimana terjadinya aksi menunggu Caploan (Raja Singo Barong) untuk bertarung dan menjinakkan emosi Raja Singo Barong akibat ditolaknya cinta oleh Dewi Sekartadji.

(79)

83

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/5,6 -1/30 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Ngenteni

(80)

84 4.2.27. Foto ke Dua puluh tujuh

Adegan dimana terjadinya aksi Caploan (Raja Singo Barong) berlari dengan emosi yang menceritakan ketidak terimaan Raja Singo Barong dengan ditolaknya lamaran oleh Dewi Sekartadji.

(81)

85

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/6,3 -1/20 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Ngamok

(82)

86 4.2.28. Foto ke Dua puluh delapan

Adegan dimana terjadinya Rampokan antara Caploan (Raja Singo Barong) dengan Jaranan yang menceritakan perkelahian Raja Singo Barong dengan Prajurit berkuda (Jaranan).

(83)

87

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/4 -1/80 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Rampokkan

(84)

88 4.2.29. Foto ke Dua puluh sembilan

Kesurupan merupakan kejadian dimana manusia telah dimasuki oleh roh yang diundang oleh Gambuh Jaranan dalam acara suguh sebelum dimulainya acara pentas seni Jaranan dimulai. Pada jaman dahulu kesurupan yang terjadi dalam acara pentas seni Jaranan merupakan ajang unjuk kepekaan Gambuh Jaranan untuk menjinakkan Roh yang ada pada tubuh manusia.

(85)

89

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/5,6 -1/60 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Ndadi

(86)

90 4.2.30. Foto ke Tiga puluh

Kesurupan merupakan kejadian dimana manusia telah dimasuki oleh roh yang diundang oleh Gambuh Jaranan dalam acara suguh sebelum dimulainya acara pentas seni Jaranan dimulai. Pada jaman dahulu kesurupan yang terjadi dalam acara pentas seni Jaranan merupakan ajang unjuk kepekaan Gambuh Jaranan untuk menjinakkan Roh yang ada pada tubuh manusia.

(87)

91

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/9 -1/8 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Ndadi

(88)

92 4.2.31. Foto ke Tiga puluh satu

Proses dimana Gambuh berusaha bernegosiasi dengan roh yang merasuki tubuh manusia dengan cara halus (berbicara dengan halus), apabila roh yang merasuki tubuh manusia tersebut belum mau keluar dari tubuh manusia, maka Gambuh dengan kasar akan berusaha mengeluarkan roh yang merasuki manusia tersebut.

(89)

93

NO Bahasan Keterangan

1 Hasil gambar

2 Kamera NIKON D80

3 Format foto Portrait

4 Mattering f/6,3 -1/60 s

5 Software editing Adobe Photoshop CS2 6 Penyimpan data SanDisk 2.0 GB

7 Teknik editting Desaturation, burn, dodging

8 Judul Nggambuh

(90)

94 4. 3. Cetak

Cetak merupakan proses dimana data dari PC (Personal Computer) ditampilkan dalam sebidang kertas dua dimensi. Mesin yang digunakan dalam proses pencetakan menggunakan mesin Jenis Frontier 750. Pencetakan dilakukan dalam lab yang dimiliki oleh JONAS PHOTO Bandung.

Kertas yang digunakan untuk menghasilkan gambar dengan tujuan mengeluarkan warna dari data yang ingin dicetak menggunakan kertas Glossy Fuji Crystal Archive Paper dari FUJIFILM.

Laminasi yang digunakan berjenis doft dengan tujuan meredam warna yang terlalu mengkilap, melindungi gambar dari kerusakan yang diakibatkan dari debu, sentuhan tangan, dll yang mengakibatkan gambar rusak.

4. 4. Finishing

Penambahan garis putih pada foto dimaksudkan untuk memberikan batasan antara foto dengan penetral foto.

(91)

95 4. 5. Buku

Penambahan media berupa buku yang berisi foto-foto yang dipamerkan dengan tambahan beberapa teks dengan tetap mempergunakan konsep “kesederhanaan”.

Cover

Material : Art Paper Kualitas : 230 gr

Ukuran : 40X20 cm Teknis : cetak laser Font : century gothic

(92)

96 Isi :

Material : Art Paper Kualitas : 150 gr

Ukuran : 40X20 cm Teknis : cetak laser Font : calibri

(93)

97 4. 6. Poster

Material : Art Paper Kualitas : 120 gr

Ukuran : 42X27,7 cm Teknis : cetak laser

Font : calibri

(94)

98 4. 7. Leflet

Material : Art Paper Kualitas : 120 gr

Ukuran : 23X17 cm Teknis : cetak laser Font : calibri

(95)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku, budaya, dan adat istiadat merupakan kekayaan yang tidak ternilai bila dilihat dari segi pendidikan, seni, sejarah, dan agama. Kekayaan yang bermacam-macam tersebut dapat berupa kesenian, benda, cerita, dan sebagainya yang bila dikaji lebih jauh mengandung ajaran dan gambaran dari suku atau masyarakatnya. Sebenarnya apabila kita mau menggali dan mengenali, Indonesia memiliki beraneka ragam budaya yang tidak kalah menariknya dengan bangsa barat. Indonesia yang terdiri dari 17.504 pulau, dimana dalam beraneka ragam pulau tersebut terdapat berbagai macam kebudayaan.

(96)

2 Jaranan yang dalam bahasa Jawa memiliki arti “ajaro seng tenanan”, memiliki arti seseorang dalam menjalani hidup, kita harus bersungguh-sungguh dalam setiap melakukan kegiatan, dan didalam melakukan kegiatan tersebut diharapkan agar seseorang tidak mudah putus asa dalam mengalami segala macam hambatan. Dalam Jaranan itu sendiri terdapat istilah Gambuh Jaranan. Gambuh Jaranan adalah manusia yang memiliki pegangan yang sakti. Banyak hal-hal menarik yang bisa dijumpai pada Gambuh Jaranan, antara lain adanya perbedaan cara beribadah yang terdapat dalam diri Gambuh Jaranan yaitu Islam sebagai ajaran agama yang paling utama ditambah dengan unsur Kejawen ( ilmu Jawa ) sebagai pendamping. Biasanya Gambuh Jaranan menggunakan dupa dan kemenyan sebagai media dalam berdoa’ selain sholat lima waktu. Di dalam kesenian Jaranan terdapat poin-poin yang sebenarnya menjadikan kesenian Jaranan tersebut menjadi suatu kelengkapan dalam bidang hiburan yang layak untuk dipertahankan, baik dari sejarah, cerita, seni atribut, dan ritual.

1.2. Identifikasi Masalah

Adapun beberapa faktor yang menjadi penyebab punahnya kesenian Jaranan, ini adalah:

a. Akulturasi Budaya

(97)

3 b. Berkurangnya jumlah pementasan kesenian Jaranan

Kurang minatnya masyarakat terhadap kesenian Jaranan mengakibatkan berkurangnya jumlah pementasan kesenian Jaranan, bahkan hampir tidak sama sekali. Hal ini mengakibatkan kesenian Jaranan ini mulai ditinggalkan masyarakat.

1.3. Rumusan Masalah

Melihat masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan dilakukannya pembahasan tentang “Esai Fotografi Gambuh Jaranan Kediri” ini adalah untuk:

 Bagaimana memberikan informasi kepada masyarakat tentang kesenian Jaranan.

 Bagaimana memberikan informasi kepada masyarakat tentang kehidupan gambuh jaranan dalam masyarakat.

1.4 Batasan Masalah

(98)

4 1.5 Tujuan Perancangan

Melihat masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan perancangan dalam bidang promosi melalui pameran tentang “Esai Fotografi Gambuh Jaranan” ini adalah untuk:

 Menginformasikan kondisi gambuh jaranan saat ini, dengan tujuan masyarakat untuk lebih mengetahui kesenian Jaranan

(99)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

ESAI FOTOGRAFI GAMBUH JARANAN

POTRET KESEDERHANAAN HIDUP SEORANG GAMBUH JARANAN

Dk 26313 Tugas Akhir Semester II 2007/2008

Oleh:

Sigit Wijaya Abadi

52105055

Program Studi Desain Grafis

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

(100)

iv

(101)

v

BAB III STRATEGI PERANCANGANDAN KONSEP VISUAL

3.1. Strategi Perancangan………... 27

BAB IV MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

4.1. Alat dan Bahan Sebagai Sarana Pemotretan………... 32

4.2. Teknis Produksi………... .. 35

Foto ke Satu………... 35

Foto ke Dua………... 36

(102)
(103)

vii

4.5. Buku………... 95

4.6. Poster………... 97

4.7. Leaflet………... 98

DAFTAR PUSTAKA………... 99

(104)

99

DAFTAR PUSTAKA

1. Iskandar, Andang. (2004). GLOSSARY Photography. Indonesia: Bandung.

2. Iskandar, Andang. (2006). fotografi digital (basic). Indonesia: Bandung.

3. Endraswara, Suwardi. (2006). Mistik Kejawen. Indonesia: Yogyakarta.

(105)

ii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan berkat rahmat yang dilimpahkan-Nya, penulis telah dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul “ESAI FOTOGRAFI GAMBUH JARANAN.

Maksud dari penulisan karya tulis ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Program Diploma III Desain Komunikasi Visual. Dalam pembuatan karya tulis ini, penulis tidak terlepas dari kendala-kendala dan kekurangan yang dihadapi baik dalam pengambilan bahan untuk penulisan ini pada saat pembuatan karya tulis ini. Berkat bantuan dan bimbingan dari semua pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayahnya.

2. Bapak Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M,sc selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

3. Bapak Drs. Hary Lubis selaku Dekan Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia.

4. Bapak Taufan Hidayatullah M.Ds selaku ketua Jurusan Desain Komunikasi Visual, Universitas Komputer Indonesia.

5. Bapak Kankan Kasmana S.Sn sebagai koordinator Tugas Akhir.

6. Bapak Andang Iskandar S.Pd, M.Ds sebagai pembimbing Tugas Akhir

(106)

iii

Penulis menyadari akan kekurangan yang ada pada Karya Tulis ini. Oleh karena itu penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, untuk dapat melakukan perbaikan lebih lanjut dimasa mendatang.

Bandung, 26 Juni 2008

(107)

Lembar Pengesahan

ESAI FOTOGRAFI GAMBUH JARANAN

POTRET KESEDERHANAAN HIDUP SEORANG GAMBUH JARANAN

Dk 26313 Tugas Akhir Semester II 2007/2008

Oleh:

Sigit Wijaya Abadi 52105055

Program Studi Desain Grafis

Disahkan Oleh : Pembimbing

(Andang Iskandar, SPd. , M.Ds)

Koordinator Tugas Akhir

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana keterampilan siswa dalam mengkomunikasikan dan menyimpulkan pada materi kolo- id dengan penerapan model pembela-

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana guru memotivasi peserta didik pada mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) SMA Negeri 2 Sungguminasa Kelas XI MIA

Pembacaan nilai RGB dan konversi RGB ke L*a*b* tidak berbeda nyata dengan pembacaan nilai L*a*b* menggunakan alat Kromameter, penggunaan kamera digital dan sofware Matlab

Hasil ini selaras oleh Fandiyanto (2018) bahwa Harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepercayaan Konsumen. 3) Kualitas Produk (X3) berpengaruh langsung

Rata-rata kadar anti mullerian hormon pada premenopause dengan siklus menstruasi tidak normal lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kadar anti mullerian hormon

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa orientasi kognitif calon legislatif perempuan tergambar melalui seberapa besar minat dalam berpolitik dan seberapa

Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.

Berdasarkan tabel 5.13 menunjukkan bahwa dari 47 sampel yang asupan proteinnya cukup terdapat 43 anak yang berstatus gizi baik, 2 anak yang berstatus gizi kurang dan 2 anak