• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Asupan Amonia (NH3) Pada Masyarakat Dewasa di Kawasan Sekitar Pemukiman PT. PUSRI Palembang Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Asupan Amonia (NH3) Pada Masyarakat Dewasa di Kawasan Sekitar Pemukiman PT. PUSRI Palembang Tahun 2015"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN ASUPAN AMONIA (NH

3

) PADA MASYARAKAT

DEWASA DI KAWASAN SEKITAR PEMUKIMAN PT. PUSRI

PALEMBANG TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH:

CHANDRA PERDANA

1111101000127

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

Skripsi, 2 Oktober 2015

Chandra Perdana, NIM : 111101000127

GAMBARAN ASUPAN AMONIA (NH3) PADA MASYARAKAT DEWASA

DI KAWASAN SEKITAR PEMUKIMAN PT. PUSRI PALEMBANG

ABSTRAK

Udara merupakan faktor penting dalam kehidupan yang harus dilindungi untuk kelangsungan hidup. Pencemaran udara menimbulkan penyakit yang berkaitan dengan pernafasan dan kardiovaskular hingga mengakibatkan perubahan fungsi fisiologis pada organ tersebut. Salah satu gas pencemar udara adalah gas amonia (NH3). Penggunaan amonia sebagian besar digunakan pada industri pupuk.

Salah satu industri pupuk di Indonesia adalah Perseroan Terbatas (PT) Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional yang menggambarkan asupan amonia pada masyarakat dewasa di sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, penimbangan berat badan sebanyak 309 responden dan pengukuran langsung udara ambien menggunakan impinger di pemukiman sekitar PT. Pusri Palembang yang masuk dalam radius 800 meter, 1050 meter, dan 1300 meter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai konsentrasi amonia rata-rata dalam udara ambien di sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang terletak antara 0,0275 mg/m3 sampai 0,032 mg/m3, nilai laju asupan terletak antara 0,5991 m3/jam sampai 0,6089 m3/jam, nilai lama pajanan terletak antara 21 jam/hari sampai 24

jam/hari, nilai frekuensi pajanan terletak antara 354 hari/tahun sampai 359 hari/tahun, nilai durasi pajanan terletak antara 29 tahun sampai 33 tahun, nilai berat badan terletak antara 56,48 kg sampai 58,99 kg, nilai asupan pajanan amonia terletak antara 0,0061 mg/kg/hari sampai 0,0076 mg/kg/hari. Terdapat perbedaan yang bermakna nilai asupan dari ketiga cluster berdasarkan jarak tempat tinggal dengan sumber emisi amonia dengan nilai p =0,000 (P-value < 0,05).

Kata Kunci : Asupan Amonia, Pemukiman Sekitar PT. Pusri Palembang

Daftar Bacaan : 56 (1986-2015)

TAHUN 2015

(4)

iii

Undergraduated Thesis, 2 October 2015

Chandra Perdana, NIM: 1111101000127

OVERVIEW OF INTAKE AMMONIA ( NH3 ) TO THE COMMUNITY

ADULT IN THE REGION AROUND SETTLEMENT PT .PUSRI PALEMBANG 2015.

The Air is important factor in the life which is to protect the survival. Contaminated air cause a disease related to cardiovascular and respiration until the occurrence of physiological changes as pulmonary function and blood pressure. One of the gas that role in inflicting air pollution is ammonia gas ( NH3 ). The use

of ammonia is largely used in the fertilizer .One of fertilizer industry in indonesia is PT. Pusri Palembang. The research is research quantitative with the design cross sectional describing intake ammonia on the community adult around settlement PT .Pusri Palembang. The data collection was done with the questionnaire , weighing weight as many as 309 respondents and measurement of direct ambient air use impinger in the area around PT .Pusri Palembang in radius 800 meters , 1050 meters, and 1300 meters.This research result indicates that the total amount of the concentration of ammonia average in ambient air in residential areas PT .Pusri Palembang situated between 0,0275 mg/m3 until 0,032 mg/m3 , the value of the rate of intake situated between 0,5991 m3/hours till 0,6089 m3 /hour , the value of long exposure situated between 21 hours/day to 24 hours/day , the value of the frequency of exposure situated between of 354 days/year until 359 days/year , the value of the duration of exposure situated between 29 years until 33 years , the value of weight situated between 56,48 kg until 58,99 kg , the value of intake exposure ammonia situated between 0,0061 mg /kilogram/day until 0,0076 mg/ kilogram/day .There are significant differences intake value of the three clusters based on the distance between their houses to the source of the emission of ammonia (p-value < 0,05).

Keyword : Intake ammonia , settlements around PT.Pusri palembang

Reading List : 56 (1986-2015)

(xi + pages, 2 charts, 3 pictures, 15 tables, 2 graph, 14 attachment )

(5)
(6)
(7)

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

1. Nama Lengkap : Chandra Perdana

2. Tempat Tanggal Lahir : Lubuklinggau, 15 april 1994

3. Alamat Asal : perumnas nikan blok EI no 11,

Lubuklinggau,

sumatera selatan

4. Alamat Domisili : Jl. Kertamukti, kelurahan cireunde. RT.02

RW. 09. No.20

5. Agama : Islam

6. Jenis kelamin : Laki-laki

7. Golongan darah : O

8. Status : Belum Menikah

9. Program Studi : Kesehatan Masyarakat

10.Nomor Telepon : 085758604120

11.Email : cperdana91@yahoo.co.id /

chaper007@gmail.com

II. Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri 47 Kota Lubuklinggau

2. SMP Negeri 2 Kora lubuklinggau

3. MA Negeri 1 (model) Kota Lubuklinggau

4. Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah s.w.t. yang atas rahmat dan

karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

GAMBARAN ASUPAN AMONIA (NH3) PADA MASYARAKAT DEWASA DI

KAWASAN SEKITAR PEMUKIMAN PT. PUSRI PALEMBANG TAHUN 2015

kesempurnaan. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan bagi

penulis demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang

tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini,

khususnya kepada :

1. Bapak DR. H. Arif Sumantri, SKM, M.KES selaku dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dewi Utami Iriani, PhD selaku dosen Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam proses penyusunan skripsi ini.

3. Raihana Nadra Al Kaff, SKM, M.MA selaku dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam proses penyusunan skripsi ini

4. Bapak dan Mamak serta adik-adik ku tercinta yang selalu mendukung,

mendoakan dan kasih sayang kepada penulis untuk lancarnya proses

penyusunan skripsi ini ini,

5. Teman-teman seperjuangan Rois Solichin, Muslim bahori, Sugiarto, Hidayat,

Tri bayu, Hidrial Liza, Mahmud Badarudin.

Pada penulisan VNULSVL ini, penulis merasa masih banyak kekurangan baik

(9)

viii

6. Rekan-rekan Peminatan Kesehatan Lingkungan Rois, Ibnu, Almen, Hari,

Pewe, onoy, ayu, efri, shela, ila, tika, beti, niken, fiya, rahma, ika, manyun, lifi,

awal, sarjeng, sitepu, fella, cepol,

7. Rekan- rekan mahasiswa kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Semoga skripsil ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran

serta pencerahan khususnya bagi penulis, sehingga tujuan yang diharapkan dapat

tercapai, amien.

Jakarta, 2 Oktober 2015

(10)

ix

1.3. Pertanyaan Penelitian ... 5

1.4. Tujuan Penelitian ... 6

1.4.1. Tujuan Umum Penelitian ... 6

1.4.2. Tujuan Khusus Penelitian ... 6

1.5. Manfaat Penelitian ... 7

1.5.1. Manfaat Untuk Peneliti ... 7

1.5.2. Manfaat Untuk Program Studi Kesehatan Masyarakat ... 7

1.5.3. Manfaat Untuk Pemerintah dan PT Pusri Palembang ... 7

1.6. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Udara ... 9

2.1.1. Pengertian ... 9

2.1.2. Komposisi Udara... 9

2.1.3. Jenis-Jenis Udara... 10

2.2. Pencemaran Udara ... 10

2.2.1. Pengertian ... 10

2.2.2. Dampak Pencemaran Udara ... 11

2.3. Amonia ... 12

(11)

x

2.3.2. Sifat Kimia Amonia ... 13

2.3.3. Sumber Amonia ... 14

2.3.4. Pajanan Amonia ... 15

2.3.5. Dampak Gas Amonia Terhadap Kesehatan Manusia ... 17

2.4. Asupan/Intake ... 19

2.5. Teknik Pengambilan Sampel Udara ... 21

2.6. Kerangka Teori ... 23

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 24

3.1. Kerangka Konsep ... 24

3.2. Definisi Operasional ... 26

3.3. Uji Hipotesa ... 27

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 28

4.1 Desain Penelitian ... 28

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

4.3.1. Populasi ... 30

4.3.2. Sampel ... 30

4.3.2.1. Responden ... 30

4.3.2.2. Udara ... 30

4.3.3. Pengambilan dan Perhitungan Sampel ... 31

4.3.4. Metode Pengukuran Konsentrasi Amonia ... 34

4.3.5. Metode Penimbangan Berat Badan ... 38

4.4. Pengolahan dan Penyajian Data ... 39

4.5. Analisis Data ... 40

4.5.1. Analisis Univariat ... 40

4.5.2. Analisis Bivariat ... 41

BAB V HASIL PENELITIAN ... 42

3.1. Profil Lokasi Penelitian ... 42

3.2. Karakteristik Responden ... 42

1.1.1. Umur ... 42

1.1.2. Jenis Kelamin ... 43

1.1.3. Jenis Pekerjaan ... 44

1.2. Deskriptif Variabel Penelitian ... 44

(12)

xi

1.2.2. Laju Asupan ... 45

1.2.3. Lama Pajanan ... 46

1.2.4. Frekuensi Pajanan ... 46

1.2.5. Durasi Pajanan ... 47

1.2.6. Berat Badan ... 47

1.2.7. Asupan Amonia... 48

BAB V1 PEMBAHASAN ... 52

6.1. Keterbatasan Penelitian ... 52

6.2. Konsentrasi Amonia di udara ... 52

6.3. Laju Asupan ... 54

6.4. Lama Pajanan ... 56

6.5. Frekuensi Pajanan ... 57

6.6. Durasi Paparan ... 58

6.7. Berat Badan ... 59

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

7.1. Kesimpulan ... 64

7.2. Saran ... 65

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pencemar Udara dan Dampak Kesehatan ... 13

Tabel 2.2 Sifat Fisika Amonia ... 16

Tabel 2.3Keterangan Perhitungan Intake Non Karsinogenik Pada

Jalur Inhalasi ... 25

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 32

Tabel 5.1 Gambaran Usia Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 ... 42

Tabel 5.2 Gambaran Jenis Kelamin Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 ... 43

Tabel 5.3 Gambaran Jenis Pekerjaan Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 ... 44

Tabel 5.4 Gambaran Konsetrasi Amonia Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri

Palembang Tahun 2015 ... 45

Tabel 5.5 Gambaran Laju Asupan Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015... 45

Tabel 5.6 Gambaran Lama Pajanan Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 ... 46

Tabel 5.7 Gambaran Frekuensi Pajanan Masyarakat Dewasa Di Sekitar

Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 ... 46

Tabel 5.8 Gambaran Durasi Pajanan Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 ... 47

Tabel 5.9 Gambaran Berat Badan Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015... 47

Tabel 5.10 Gambaran Asupan Amonia Masyarakat Dewasa Di Sekitar

Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 ... 48

(14)

xiii

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ...

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Lokasi Penelitian ...

Gambar 4.2 cluster sampling ...

(16)

xv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 5.1 gambaran Nilai Konsentrasi Amonia dan Asupan Amonia Masyarakat Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 ... 49

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Udara merupakan faktor penting dalam kehidupan yang harus dilindungi

untuk kelangsungan hidup. Seiring dengan perkembangan zaman dan pesatnya

pembangunan, kualitas udara mengalami perubahan. Oleh karena itu jika

pembangunan di berbagai bidang tidak diiringi dengan upaya pengelolaan

lingkungan yang baik, maka dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran

udara baik secara langsung maupun tidak langsung (Wardhana, 2004).

Pada umumnya bahan pencemar udara adalah berupa gas-gas beracun dan

partikel-partikel zat padat. Gas-gas beracun ini berasal dari pembakaran bahan

bakar kendaraan, dari rumah tangga dan juga dari industri. Bahan pencemar

udara ini terdispersi dalam udara, sehingga pada kadar tertentu polusi udara

tidak dapat dihindarkan lagi (Sugiarti 2009 ).

Menurut penilaian World Health Organization (WHO) polusi udara

menimbulkan penyakit yang terkait respirasi (pernapasan) dan kardiovaskular,

terganggunya aktivitas harian akibat sakit, gejala batuk, sesak, dan infeksi

saluran pernapasan, hingga terjadinya perubahan fisiologis seperti fungsi paru

dan tekanan darah. Polusi udara diperkirakan memberi kontribusi bagi 2 juta

kematian di seluruh dunia setiap tahun. Lebih dari setengah kematian tersebut

terjadi di negara berkembang (WHO, 2005).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi

(18)

tahun 2007 menjadi 25% pada tahun 2013. Prevalensi ISPA di Provinsi

Sumatera Selatan mengalami peningkatan dari 17,5% pada tahun 2007 menjadi

20% pada tahun 2013. Prevalensi ISPA di Kota Palembang pada tahun 2007

sebesar 6,8% meningkat pada tahun 2014 menjadi 13,8% dan prevalensi ISPA

di pemukiman sekitar PT Pusri sebesar 11,47% pada tahun 2014 yang

menunjukkan angka tersebut masih belum mencapai indikator yang ditetapkan

yaitu 10% (Dinkes Kota Palembang 2014).

Salah satu gas yang berperan dalam menimbulkan pencemaran udara adalah

gas amonia (NH3). Udara yang tercemar gas amonia dapat menyebabkan

gangguan saluran pernafasan. Pada kadar 5-50 ppm gas amonia menyebabkan

hidung kering, kelelahan syaraf, pada kadar 1000-1500 ppm dapat

menyebabkan dyspnea, nyeri dada, kejang pada saluran pernafasan dan

tertundanya edema paru yang berakibat fatal (SIKERNAS, 2012) . Kematian

mendadak akibat pemaparan amonia secara akut terjadi diakibatkan karena

adanya penyumbatan saluran pernafasan, dan adanya infeksi atau komplikasi

lainnya. Hal ini merupakan faktor yang dapat menyebabkan kematian pada

orang-orang yang bertahan selama beberapa hari ataupun seminggu setelah

terpapar amonia (Hutabarat, 2007).

Kadar amonia yang tinggi dapat menjadi indikasi adanya pencemaran bahan

organik yang berasal dari limbah domestik, limpasan pupuk pertanian dan

limbah industri (Sihaloho, 2009). Limbah dengan kandungan amonia sebagian

besar bersumber dari sekresi mamalia dalam bentuk urin (peternakan), pabrik

(19)

3

For Toxic Subtances and Disease Registry (2004) penggunaan amonia

sebagian besar digunakan pada industri pupuk.

Salah satu industri pupuk di Indonesia adalah Perseroan Terbatas (PT)

Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang yang telah berdiri lebih dari 50 tahun di

Indonesia dalam memproduksi amonia. PT. Pusri Palembang menghasilkan

amonia dengan nilai produksi yang meningkat dari 1.381.150 ton pada tahun

2007 menjadi 1.980.020 pada tahun 2013. Bahan baku pembuatan amonia di

PT. Pusri Palembang berasal dari gas bumi yang diperoleh dari Pertamina

dengan komposisi utama metana (CH4) sekitar 70% dan karbon dioksida (CO2)

sekitar 10% (Pusri, 2014).

Pada proses pembuatan pupuk urea PT. Pusri Palembang, limbah yang

dikeluarkan mengandung amonia dalam bentuk gas dapat terdispersi hingga

1300 meter dari tangki amonia (Novrikasari, 2014). Apabila limbah ini dibuang

langsung ke udara ambien dan langsung dimanfaatkan oleh manusia untuk

bernafas maka hal ini akan mempengaruhi kualitas udara ambien dan

mengurangi derajat kesehatan manusia, tidak hanya akan memberikan potensi

bahaya terhadap pekerja, melainkan juga terhadap masyarakat yang tinggal di

sekitar pabrik (Dwirani,2004).

Beberapa penelitian menunjukkan adanya perbedaan asupan amonia di

udara antara masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar industri dengan yang

jauh dari industri. Seperti pada hasil penelitian Haryoto, dkk (2014), ada

perbedaan besar risiko gangguan kesehatan masyarakat yang tinggal di TPA

(20)

menunjukkan bahwa responden yang melakukan aktifitasnya masih dalam

lokasi sekitar penelitian menunjukkan tingkat laju asupan yang tinggi sehingga

makin besar juga risiko responden untuk terpapar udara yang tercemar. Laju

asupan pada jalur inhalasi juga dipengaruhi dengan usia karena perbedaan

Kapasitas Volum Paru (KVP) dimana KVP orang dewasa lebih besar

dibandingkan dengan anak-anak (Syaifudin,1997). Penelitian Juniarto (2011),

menunjukkan semakin lama durasi responden terpajan amonia yang terjadi

maka frekuensi kejadian gangguan kesehatan yang terjadi akan semakin

bertambah.

Berdasarkan hasil pengukuran dari Badan Lingkungan Hidup (BLH)

Palembang di udara ambien sekitar PT. Pusri Palembang tahun 2014

menunjukkan rata-rata konsentrasi gas amonia sebesar 0,327 ppm/24 jam.

Konsentrasi tersebut menurut Irianto (2014) melebihi komposisi udara bersih

dan kering yaitu sebesar 0,01 ppm serta bertambahnya pabrik pembuatan

pupuk urea di PT. Pusri serta kegiatan produksi yang dilakukan setiap hari

(Pusri, 2015), memungkinkan konsentrasi amonia itu meningkat. Hal ini

diperkuat dengan keluhan masyarakat di pemukiman sekitar PT. Pusri

Palembang yang selalu mencium bau amonia yang berasal dari limbah gas PT.

Pusri Palembang.

Maka berdasarkan pernyataaan di atas maka peneliti tertarik untuk melihat

gambaran asupan amonia pada masyarakat dewasa yang tinggal di sekitar

(21)

5

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan data kesehatan, konsentrasi amonia dan keluhan masyarakat

yang tinggal di pemukiman sekitar PT. Pusri Palembang, yang terpajan udara

mengandung amonia secara terus-menerus sehingga berpotensi menyebabkan

gangguan kesehatan pada masyarakat seperti gangguan saluran pernafasan di

pemukiman sekitar PT Pusri Palembang. Oleh karena itu, rumusan masalah

penelitian ini akan dilihat gambaran asupan amonia pada masyarakat dewasa

di pemukiman sekitar PT Pusri Palembang.

1.3.Pertanyaan Penelitian

1. Berapa nilai konsentrasi amonia dalam udara ambien di sekitar pemukiman

PT. Pusri Palembang 2015 ?

2. Berapa nilai laju asupan amonia pada masyarakat dewasa di kawasan sekitar

pemukiman PT. Pusri Palembang 2015 ?

3. Berapa nilai lama pajanan masyarakat dewasa di kawasan sekitar

pemukiman PT. Pusri Palembang 2015 ?

4. Berapa nilai frekuensi pajanan masyarakat dewasa di kawasan sekitar

pemukiman PT. Pusri Palembang 2015 ?

5. Berapa nilai berat badan masyarakat dewasa di kawasan sekitar pemukiman

PT. Pusri Palembang 2015 ?

6. Berapa nilai asupan amonia pada masyarakat dewasa di kawasan sekitar

pemukiman PT. Pusri Palembang 2015 ?

7. Apakah ada perbedaan asupan amonia masyarakat berdasarkan jarak tempat

(22)

1.4.Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan asupan amonia pada

masyarakat dewasa di kawasan sekitar pemukiman PT. Pusri

Palembang tahun 2015.

1.4.2. Tujuan Khusus Penelitian

1. Diketahui nilai konsentrasi amonia dalam udara ambien di sekitar

pemukiman PT. Pusri Palembang 2015

2. Diketahui nilai laju asupan amonia masyarakat dewasa di kawasan

sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang 2015

3. Diketahui nilai lama pajanan masyarakat dewasa di kawasan sekitar

pemukiman PT. Pusri Palembang 2015

4. Diketahui nilai frekuensi pajanan masyarakat dewasa di kawasan

sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang 2015

5. Diketahui nilai berat badan masyarakat dewasa di kawasan sekitar

pemukiman PT. Pusri Palembang 2015 setiap hari

6. Diketahui nilai asupan amonia masyarakat dewasa di kawasan

sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang 2015

7. Diketahui perbedaan asupan amonia masyarakat berdasarkan jarak

(23)

7

1.5.Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Untuk Peneliti

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahun dan

keterampilan peneliti tentang gambaran asupan amonia pada

pemukiman sekitar PT. Pusri Palembang. Selain itu dapat juga

menerapkan disiplin ilmu yang telah dipelajari khususnya bidang

kesehatan lingkungan

1.5.2. Manfaat Untuk Program Studi Kesehatan Masyarakat

Informasi dari penelitian ini dapat menjadi bahan tambahan ilmu

untuk pengembangan kemampuan mahasiswa. Selain itu juga dapat

sebagai bahan yang dapat dikembangkan untuk penelitian berikutnya

dalam melihat hubungan asupan amonia dengan kesehatan.

1.5.3. Manfaat Untuk Pemerintah dan PT Pusri Palembang

Memberikan masukan mengenai gambaran konsentrasi amonia dan

risiko terhadap masyarakat yang ada di pemukiman sekitat PT. Pusri

Palembang sehingga dapat dibentuk program preventif yang sesuai.

1.6.Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross

sectional yang menggambarkan asupan amonia secara inhalasi pada masyarakat

dewasa pemukiman sekitar PT. Pusri Palembang. Penelitian ini dilakukan oleh

mahasiswa peminatan Kesehatan Lingkungan Program Studi Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

(24)

2015. Adapun masyarakat pemukiman yang dimaksud adalah masyarakat

dewasa yang tinggal menetap di pemukiman sekitar PT. Pusri Palembang

dengan radius 800, 1050, dan 1300 meter dari PT. Pusri Palembang dimana

populasi tersebut relatif lama dan sering terpajan oleh polusi akibat limbah

amonia dari PT Pusri Palembang.

Data konsentrasi amonia didapatkan dari pengukuran langsung di udara

ambien di titik yang ditentukan peneliti dengan menggunakan impinger.

Pengumpulan data laju asupan, lama pajanan, frekuensi pajanan masyarakat

sekitar PT. Pusri didapatkan dengan menggunakan kuesioner dan data berat

(25)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Udara

2.1.1. Pengertian

Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang

mengelilingi bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu

konstan. Udara juga merupakan atmosfer yang berada di sekekliling

bumi yang fungsinya sangat penting bagi kehidupan manusia di dunia

ini (Fardiaz, 1992).

Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan. Namun,

kualitas udara yang baik sangat diperlukan oleh manusia, karena dapat

mempengaruhi kesehatan manusia itu sendiri. Menurunnya kualitas

udara akibat terjadinya pencemaran di suatu wilayah seringkali baru

dirasakan setelah dampaknya menyebabkan gangguan kesehatan pada

mahluk hidup, termasuk pada manusia (Fardiaz, 1992).

2.1.2. Komposisi Udara

Udara terdiri dari campuran beberapa macam gas yang

perbandingannya tidak tetap , namun tergantung pada keadaan suhu

udara, tekanan udara dan lingkungan disekitarnya. Komposisi normal

udara terdiri atas gas nitrogen 78,08%, oksigen 20,9%, karbon dioksida

0,03% dan selebihnya terdiri dari gas argon, neon, kripton, xenon dan

(26)

Menurut Irianto (2014) komposisi udara bersih dan kering pada

umumnya tersusun sebagai berikut nitrogen (780,900 ppm), oksigen

(209,400 ppm), argon (9,300 ppm), karbon dioksida (318 ppm), karbon

monoksida (0,1 ppm), helium (5,2 ppm), kripton (1 ppm), xenon (0,008

ppm), nirogen oksida (0,25 ppm), nitrogen oksida (0,0001 ppm),

hidrogen (0,5 ppm), metana, (1,5 ppm), ozon (0,02 ppm), neon (18

ppm), sulfur dioksida (0,0002 ppm), amonia (0,01 ppm).

2.1.3. Jenis-Jenis Udara

Menurut Peraturan Pemerintah RI NO. 41 tahun 1999 tentang

pengendalian pencemaran udara, udara terbagi menjadi udara ambien

dan udara emisi. Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi

pada lapisan troposfer yang berada di dalam wilayah yuridiksi Republik

Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia,

makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Sedangkan udara

emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari

suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara

ambien yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai

unsur pencemar.

2.2.Pencemaran Udara 2.2.1. Pengertian

Berdasarkan keputusan Menteri Negara Kependudukan dan

Lingkungan Hidup RI. No.KEP-03/MENKLH/II/1991, pencemaran

udara adalah masukan atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi

(27)

11

alam, sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi

sesuai dengan peruntukannya.

Polusi udara terdiri atas polusi udara dalam ruang (PUDR), polusi

udara luar ruang (PULR) dan polusi udara akibat dari lingkungan kerja

(Hidayat dkk, 2012 ). Pencemaran udara dapat terjadi dimana-mana,

misalnya di dalam rumah, sekolah, kantor atau yang sering disebut

sebagai pencemar dalam ruang. Selain itu, gejala secara akumulatif juga

terjadi di luar ruang mulai dari tingkat lingkungan rumah, perkotaan,

hingga ke tingkat regional, bahkan saat ini sudah menjadi gejala global

(Ali ,2008).

2.2.2. Dampak Pencemaran Udara

Pencemaran udara menimbulkan dampak buruk terhadap

lingkungan maupun kesehatan diantaranya adalah (Sumantri, 2010):

1. Lingkungan

a. Menyebabkan terjadinya hujan asam

b. Menyebabkan efek rumah kaca

c. Kerusakan lapisan ozon

2. Kesehatan

a. Menyebabkan terjangkitnya penyakit pernafasan, seperti ISPA

b. Memicu terjadinya stress

(28)

Tabel 2.1 Pencemar Udara dan dampak kesehatan

No Agent Dosis Respon Efek Kritis dan

Referensi 1 NH3 2,86E-2 Kenaikan keparahan

rintis dan pneumonia dengan lesi pernafasan hayati tikus subkronik (Brenneman et.al

Amonia adalah gas tajam yang tidak berwarna terdiri dari 1 unsur nitrogen

(N) dan tiga unsur hidrogen (H3) dengan titik didih -33,5oC cairannya

mempunyai panas penguapan yang bebas yaitu 1,37 Kj/g pada titik didihnya

(EPA, 2004).

Emisi NH3 utama mulai terjadi dari sumber peternakan, pertanian, industri

dan sangat dipengaruhi oleh kondisi meteorologi, dispersi dengan cepat di

atmosfer menyebabkan terjadinya pencampuran yang baik dengan udara.

Konsentrasi yang tinggi dapat terjadi pada sumber yang tertutup, hal ini

dikarenakan frekuensi amonia mempunyai kecepatan pengendapan yang besar

(pada tanah semi natural dan hutan), bergantung pada kondisi permukaan

tanah. Sebaliknya, aerosol NH4+ umumnya memiliki kecepatan pengendapan

(29)

13

tertentu tergantung pada kondisi angin dan suhu udara (Sutton dkk,1993). Pada

kondisi normal dengan kecepatan angin normal 3m/s dan suhu 350C jarak

dispersi amonia di atmosfir sejauh 866,2 meter (Hassan dkk, 2009).

Reaksi kimia melibatkan amonia untuk menghasilkan secondary PM2,5 hal

ini bergantung pada konsentrasi nitrat dan sulfat di atmosfer. Pada area dengan

konsentrasi NH3 dan asam nitrat tinggi, serta konsentrasi sulfat rendah, NH3

akan bereaksi sehingga membentuk ammonium sulphat (CENR, 2000).

2.3.1. Sifat Fisika Amonia

Tabel 2.2 Sifat Fisika Amonia

Sifat Fisika Nilai

Massa jenis dan fasa 0,7710 g/L, gas

Kelarutan dalam air 89,9 g/100ml pada 0oC

Titik lebur -77,7 0C (195,42 K)

Temperatur autosulutan 6500C

Titik didih -33,340C (239,81 K)

Keasaman (pKa) 9,25

Kebasaan (pKb) 4,75

Sumber : Toxicological Profile For Ammonia, EPA.2004

2.3.2. Sifat Kimia Amonia

Amonia adalah gas yang mudah terbakar dan bereaksi dengan

oksigen membentuk nitrogen dan air atau nitrogen oksida dan air.

Oksidasi amonia yang baik terhadap hydrazin, bersifat korosif dan

oksidasi garam ammonium pada dicro-mate dan perchlorate dapat

meledak ketika dipanaskan (Lerner dan Lerner, 2008).

Dalam air, amonia mudah terdekomposisi menjadi ion amonium

(30)

NH3 + H2O NH3H2O NH4+ + OH

Amonia merupakan senyawa nitrogen yang mudah larut dalam air

dan bersifat basa sehingga dalam air akan membentuk ammonium

hidroksida. Pada air dengan termperatur 00C dan pH 10, sebanyak 89%

amonia berada dalam bentuk tak terionkan. Reaksi amonia dengan ozon

berlangsung sangat lambat, diperkirakan konstanta kecepatan reaksinya

dengan ozon sekitar 20M-1s-1 dengan t1/2 = 96 jam (pada pH 7;

konsentrasi ozon 1 mg/L) sedangkan proses oksidasi oleh OH radikal

dapat berlangsung lebih cepat yaitu 9.1 x 105 M-1s-1 (Gunten, 2003).

Berikut merupakan reaksi antara amonia dengan ozon :

4 O3 + NH3 NO3 + 4O2 + H2O+

2.3.3. Sumber Amonia

Secara alami amonia diproduksi oleh semua mamalia dalam

metabolisme tubuh. Amonia di produksi setiap hari di dalam tubuh

.Kebanyakan dari amonia diproduksi oleh organ dan jaringan , tapi ada

yang diproduksi oleh bakteri yang hidup di dalam usus (EPA, 2004).

Amonia di atmosfer berasal dari berbagai sumber, antara lain berasal

dari dekomposisi kotoran, industri pembuatan pupuk,proses pemurnian

minyak bumi, peternakan, dan penggunaan pupuk (CENR, 2000;

EPA,2004). Dari sumber tersebut amonia ditemukan di udara, tanah,

dan air. Amonia ditemukan berbentuk gas di dekat lokasi limbah

industri, di larutan air kolam atau badan air dekat limbah, dan amonia

juga ditemukan melekat pada partikel tanah di area pembuangan limbah

(31)

15

2.3.4. Pajanan Amonia

Pajanan adalah pengalaman yang didapat populasi atau organisme

akibat terkena atau terjadinya kontak dengan suatu faktor agen potensial

yang berasal dari lingkungan. Faktor pajanan adalah faktor yang

berkaitan dengan karakteristik dan perilaku manusia yang dapat

membuat populasi atau organisme terpajan suatu agen (EPA, 2011;

ATSDR, 2015). Faktor-faktor tersebut antara lain yaitu jenis agen,

berapa banyak agen tersebut, berapa lama waktu terpajan, seberapa

sering organisme terpajan, darimana jalur agen memajani organisme

atau populasi, kondisi tubuh populasi atau organisme. Jenis paparan

dapat dilihat dari sifat pemapar dan sifat agen. Sifat pemapar seperti zat

kimiawi, fisis, biologis, atau campuran sedangkan sifat agen dibagi atas

2 yaitu :

1. Agen Sistemik

Agen yang apabila berhasil memasuki tubuh organisme, dapat

beredar dan menimbulkan efek di seluruh tubuh

2. Agen Lokal

Agen yang hanya memberi dampak lokal pada organisme di

bagian/organ target tertentu saja, yakni bagian tubuh yang

terpapar.

Menurut EPA (2004) dan Makarovsky dkk (2008) amonia dapat

masuk ke dalam tubuh melalui jalur inhalasi, ingesti, dan dermal.

Amonia dapat masuk ke dalam tubuh jika menghirup udara yang

(32)

garam amonium. Jika amonia mengenai kulit, maka sejumlah kecil

amonia tersebut dapat masuk ke dalam tubuh. Dalam kehidupan

sehari-hari umumnya amonia masuk lewat jalur inhalasi dan ingesti sedangkan

untuk jalur dermal jarang ditemukan. Rata-rata amonia yang masuk ke

tubuh bersumber dari 78,3% lewat jalur inhalasi dan 21,7% lewat jalur

ingesti ( IPCS, 1986 ). Namun amonia di perairan dapat menghilang

melalui proses volatilisasi tekanan parsial dalam larutan meningkat

dengan semakin semakin meningkatnya pH, sedangkan amonia di

dalam tanah akan di ubah menjadi nitrat dalam proses nitrifikasi atau

denitrifikasi oleh bakteri (Effendi, 2003). Sehingga jalur masuknya

amonia lewat jalur ingesti sangat kecil kemungkinannya.

Ketika amonia masuk saat bernafas maka sebagian masuk ke

dalam tubuh akan diserap oleh paru-paru kemudian amonia berikatan

dengan darah yang ada di dalam paru-paru. Darah yang berasal dari

paru-paru kemudian diedarkan ke jantung melalui pembuluh darah vena

pulmonalis. Kemudian darah diedarkan ke suluruh tubuh dan masuk ke

dalam ginjal melalui pembuluh darah arteri renalis. Amonia yang

masuk ke dalam ginjal akan diubah bentuk menjadi ion ammonium oleh

glutamin dengan cara deaminasi yang dikatalis oleh enzim glutaminase.

Ion ammonium disekresikan ke urin sehingga urin menjadi lebih asam,

sedangkan amonia yang tidak dikeluarkan melalui urin akan menumpuk

di dalam ginjal dan akan menyebabkan kerusakan ginjal. Kerusakan

(33)

17

dan sesak nafas karena menurunnya daya perfusi pulmonal (Arisman,

2010).

2.3.5. Dampak Gas Amonia Terhadap Kesehatan Manusia

Penelitian yang dilakukan oleh Arwood dan Ward (1985)

menyatakan banyak terjadi kematian akibat menghirup amonia. Pada

umumnya kematian tersebut adalah akibat paparan akut gas amonia.

Suatu studi dilakukan oleh Hederik dkk (2000) pada petani yang

bekerja pada tempat penyimpanan ternak, pada penelitian ini dilakukan

pengukuran kadar amonia, debu total, jamur dan bakteri,

karbondioksida, endotoxin total, endotoxin yang dapat dihirup. Dari

kesemua itu yang paling berhubungan dengan peningkatan ganngguan

pernafasan adalah amonia dan debu, dan gangguan pernafasan

berkurang pada saat pemaparan dihilangkan kadar amonia berkisar 1,60

mg/m3 dan debu 2,63 mg/m3. Efek pernafasan berupa reaktivitas

Bronchial, inflamasi, batuk-batuk, susah bernafas, sesak nafas,

berkurangnya fungsi paru.

Penelitian cross sectional yang dilakukan oleh Ballal dkk (1998),

pada pekerja laki-laki di dua pabrik pupuk di Saudi Arabia

menunjukkan adanya hubungan antara pemaparan gas amonia dengan

gejala gangguan pernafasan termasuk asma Bronchial. Pekerja pada

pabrik pertama terpapar pada kadar 2,82-183,86 ppm memiliki

gangguan pernafasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja

(34)

Pekerja dapat terpapar dengan amonia dengan cara terhirup gas

ataupun uapnya, tertelan, ataupun kontak dengan kulit, pada umumnya

adalah melalui pernafasan (dihirup). Amonia dalam bentuk gas sangat

ringan, lebih ringan dari udara sehingga dapat naik, dalam bentuk uap,

lebih berat dari udara, sehingga tetap berada dibawah. Gejala yang

ditimbulkan akibat terpapar dengan amonia tergantung pada jalan

terpaparnya, dosis, dan lama pemaparannya. Gejala-gejala yang dialami

dapat berupa mata berair dan gatal, hidung iritasi, gatal dan sesak, iritasi

tenggorokan, kerongkongan dan jalan pernafasan terasa panas dan

kering, batuk-batuk. Pada dosisi tinggi dapat mengakibatkan kebutaan,

kerusakan paru-paru, bahkan kematian, amonia juga dapat masuk ke

dalam tubuh melalui kulit (Hutabarat, 2007 ).

Penelitian De la Hoz dkk. (1996) menemukan dari 94 kasus,

terdapat 20 yang berakibat fatal dan memerlukan pengobatan selama 1

tahun atau lebih.

Efek yang ditimbulkan akibat pemaparan amonia bervariasi

bergantung kadarnya, yaitu (Makarovsky dkk, 2008) :

1. 50 ppm mengakibatkan iritasi ringan pada mata, hidung dan

tenggorokan, toleransi dapat terjadi dalam 2 jam pajanan.

2. 100 ppm, mengakibatkan iritasi tingkat menengah pada mata.

3. 250 ppm, berdampak pada kesehatan ketika terpajan lebih dari 60

menit

4. 500 ppm, merupakan kadar yang memberikan dampak bahaya

(35)

19

5. 700 ppm,berdampak langsung pada mata dan tenggorokan

6. >1500 ppm, mengakibatkan laryngospasm

7. 2500 – 4500 ppm, berakibat fatal setelah pernaparan selama

setengah jam

8. >5000 ppm, berakibat fatal dapat menyebabkan kematian mendadak

2.4. Asupan/Intake

Asupan/intake adalah jumlah asupan risk agent yang diterima rata-rata

sampel per berat badan rata-rata sampel per hari (Kemenkes, 2012). Untuk

menghitung intake digunakan persamaan atau rumus. Data yang digunakan

untuk melakukan perhitungan dapat berupa data primer (hasil pengukuran

konsentrasi agen risiko pada media lingkungan yang dilakukan sendiri) atau

data sekunder (pengukuran konsentrasi agen risiko pada media lingkungan

yang dilakukan oleh pihak lain yang dipercaya seperti BLH, Dinas

Kesehatan, LSM, dll), dan asumsi yang didasarkan pertimbangan

yang logis atau menggunakan nilai default yang tersedia. Data yang

digunakan untuk melakukan perhitungan intake yaitu:

1. Konsentrasi agen risiko

2. Laju asupan atau banyaknya volume udara yang masuk setiap jamnya.

Oleh karena laju asupan berhubungan dengan berat badan, berdasarkan

data yang tersedia oleh Abrianto (2004) merumuskan hubungan berat

badan dengan laju asupan dengan persamaan regresi linier y= 5,3 Ln(x) –

6,9. Dengan y = R (m3/hari) dan x = Wb (kg). Persamaan tersebut telah

digunkan dalam penelitian Rahman, dkk (2008) yang menghasilkan laju

(36)

3. Lamanya atau jumlah jam terpajan setiap harinya

4. Lamanya atau jumlah hari terpajan setiap tahun

5. Lamanya atau jumlah tahun terjadinya pajanan

6. Berat badan

Adapun rumus perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut :

� = � �� �� �� � �

Keterangan :

(37)

21

2.5. Teknik Pengambilan Sampel Udara

Penentuan jumlah titik sampling dilakukan menggunakan kurva

aproksimasi. Jumlah titik yang ditentukan berdasarkan jumlah penduduk di

suatu wilayah dan level pencemaran (Soedomo, 2001). Jumlah penduduk di

lokasi penelitian ini adalah 5165 jiwa dan tingkat pencemaran tergolong

rendah karena terdapat satu sumber potensial. Berdasarkan kategori tersebut

dengan jumlah penduduk di bawah 1 juta jiwa dan tingkat pencemaran rendah

maka diperlukan 10 titik pemantauan udara (Soedomo, 2001). Pengukuran

konsentrasi udara akan dilakukan di pagi, sore, dan malam hari. Dalam SNI

19-7119.6-2005 mengenai penentuan lokasi pengambilan contoh uji

pemantauan kualitas udara ambien, yaitu pengukuran konsentrasi amonia

(38)

angin dominan dapat berasal dari data badan meteeorologi dan geofisika

(BMKG) . Penentuan lokasi pengambilan sampel objek juga ditetapkan

(39)

23

2.6.Kerangka Teori

Bagan 2.1 kerangka teori

(40)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1.Kerangka Konsep

Potensi negatif yang dihasilkan oleh industri pupuk yaitu pencemaran

udara oleh gas amonia dimana pencemaran udara adalah masuknya, atau

tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfer yang dapat

mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan

manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan (MENKLH,

1991).

konsentrasi gas amonia di udara dipengaruhi oleh jarak sumber pencemar

dengan lokasi sampel dimana dalam penelitian ini akan diambil sampel

berjarak 800, 1050, dan 1300 meter dari sumber pencemar (Novrikasari, 2014).

Konsentrasi amonia yang ada di udara dapat memajani manusia tergantung

pada karakteristik pajanan yang terpajan seperti laju asupan, waktu pajanan,

frekuensi pajanan, durasi pajanan, dan berat badan. Dari hasil perhitungan

(41)

25

(42)

3.2.Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur /

motode Cara Ukur Satuan

Skala Ukur 1 Konsentrasi amonia Kandungan gas amonia yang

terdapat dalam satuan volume udara ambien di pemukiman sekitar PT.Pusri pada jarak 1300 meter dari PT. Pusri

Kuesioner wawancara Jam/hari Rasio

4 Frekuensi Pajanan (FE)

Jumlah hari pemajanan amonia yang diterima responden dalam satu tahun dikurangi lama responden meninggalkan wilayah studi

Kuesioner wawancara Hari/tahun Rasio

5 Durasi Pajanan (Dt) Lamanya waktu terpajan oleh

amonia di lokasi penelitian

(43)

27

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur /

motode Cara Ukur Satuan

Skala Ukur

6 Berat Badan Ukuran tubuh dari sisi beratnya saat dilakukan penelitian

diterima rata-rata sampel per berat badan rata-rata sampel per hari

Rumus

Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata asupan berdasarkan jarak tempat tinggal dari sumber emisi

(44)

28

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross

sectional karena semua data diambil pada satu waktu. Penelitian ini bertujuan

untuk menggambarkan asupan amonia di udara pada masyarakat dewasa

pemukiman sekitar PT. Pusri Palembang dengan menganalisa data konsentrasi,

laju asupan, lama pajanan, frekuensi pajanan, durasi pajanan, berat badan dan

asupan yang dibagi menjadi 3 cluster berdasarkan jarak pajanan dari sumber

emisi.

4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah di wilayah sekitar kawasan PT. Pusri Palembang

dengan radius 1300 meter dari sumber emisi amonia PT. Pusri yang terdiri dari

RW 7 dan RW 4 (Kelurahan Sungai Buah), RW 01 dan RW 08 (Kelurahan 3

Ilir ), RW 01 dan RW 04 ( Kelurahan 1 Ilir ), dan RW 04, RW 08 dan RW 07

(Kelurahan Tangga Takat). Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari- Mei

(45)

29

Gambar 4.1 Lokasi Penelitian

Sumber : google earth

Keterangan :

: Radius 1300 meter

(46)

4.3.Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitan ini adalah seluruh masyarakat yang

bermukim pada radius 1300 meter dari sumber emisi PT. Pusri

Palembang.

4.3.2. Sampel

4.3.2.1. Responden

Sampel pada penelitan ini adalah masyarakat dewasa

(>17 tahun) yang bermukim di kawasan industri PT. Pusri di

dalam radius 800 meter, 1050 meter dan 1300 meter dari

cerobong emisi amonia industri PT.Pusri Palembang.

4.3.2.2. Udara

Sampel udara dalam penelitian ini adalah jumlah mg/m3

konsentrasi amonia di udara ambien pada pemukiman sekitar

PT. Pusri Palembang dengan radius 1300 meter dari pusat

(47)

31

Gambar 4.2 Pengambilan Sampel Udara

Sumber : Google Earth

Keterangan

: Radius 1300 meter

: Titik Emisi PT. Pusri Palembang

: Titik Pengambilan Sampel Udara

4.3.3. Pengambilan dan Perhitungan Sampel

Pemilihan sampel penelitian dilakukan di 3 cluster. Dimana cluster

ditentukan berdasarkan jarak emisi gas buang PT. Pusri Palembang ke

pemukiman sekitar PT. Pusri Palembang yaitu 800 meter, 1050 meter,

1300 meter.

Penentuan jarak dimulai dari radius 800 meter ditentukan karena

(48)

penentuan jarak terjauh yaitu 1300 meter ditentukan berdasarkan

penelitian Novrikasari (2014) yang menemukan jarak dispersi limbah

gas amonia dari sumber emisi terdispersi sejauh 1300 meter, dan

penentuan jarak 1050 meter merupakan jarak pertengahan dari jarak

terdekat dan terjauh. Sehingga terbentuk cluster 1 yaitu masyarakat

yang tinggal di radius 800 meter, cluster 2 yaitu masyarakat yang

tinggal di antara radius 800 -1050 meter, cluster 3 yaitu masyarakat

yang tinggal di antara radius 1050- 1300 meter.

Gambar 4.3 cluster sampling

sumber : google earth

Ketetangan :

: Radius 800 meter

: Radisu 1050 meter

(49)

33

Penentuan sampel subyek dalam penelitian ini menggunakan

rumus Lemesshow (1997) yaitu :

� =d N −N � + �−�/ �

−�/ � X Deff

Keterangan:

n : Besar Sampel

N : Besar Populasi

� −�/ : nilai standar distribusi normal

σ : simpangan baku tertentu terhadap populasi

d : tingkat ketelitian yang diinginkan (dalam penelitian ini

digunakan sebesar 5%)

Deff : design effect diasumsikan 2

Dengan menggnakan rumus di atas, diperoleh jumlah sampel

dalam penelitian ini sebagai berikut :

N : 5165 (Data Kelurahan Sungai Buah, 3 Ilir, 1 Ilir, dan

Tangga Takat, 2013 )

� −�/ : 1,96

σ : 0,32 (Haryoto , 2014)

d : 0,05

Deff : 2

(50)

� = , = 309 (dibulatkan)

Total sampel cluster sebesar 309 sampel. Jumlah cluster terdiri dari 3

cluster. Jadi, 309/3 = 103 sampel di setiap cluster.

Penentuan sampel terpilih dilakukan dengan cara random sampling

dari kerangka sampel dari setiap cluster. Semua nama dan alamat yang

ada di kerangka sampel dimasukkan ke dalam toples lalu di kocok dan

diambil satu persatu hingga mencapai jumlah sampel yang diinginkan

yaitu 103 sampel per cluster.

4.3.4. Metode Pengukuran Konsentrasi Amonia

Teknik pengambilan sampel amonia pada penelitian ini mengacu

pada Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-7117.6-2005 yaitu:

1. Prinsip

Gas NH3 pada gas buang buang sumber emisi tidak bergerak

dijerap dengan menggunakan pompa hisap menggunakan larutan

penjerap H3BO3 0,5% lalu tambahkan larutan fenol-pentasiano

nitrosilfelat (III) dan natrium hipoklorit untuk membentuk senyawa

komplek biru indofenol. Warna yang terbentuk diukur serapannya

pada panjang gelombang 640 nm dengan menggunakan

spektrofotometer

2. Pengambilan sampel udara

(51)

35

2) Memasukkan 50 ml larutan penjerap kedalam masing-masing

botol penjerap dan memasukkan pula 50 ml larutan pencuci ke

dalam botol pencuci

3) Memanaskan pipa pengambil contoh uji pada suhu 120o C.

Pertahankan suhu pipa selama pengambilan sampel

4) Mengarahkan aliran gas buang ke posisi pencucian hingga

aliran akan melalui botol pencuci

5) Menghidupkan pompa penghisap udara dan atur laju alir 1

L/menit, matikan pompa setelah 5 menit

6) Mengarahkan aliran gas buang ke posisi pengambilan sampel

hingga lairan akan melalui botol penjerap

7) Membaca penunjukan awal pada gas meter

8) Menghidupkan pompa dan lakukan pengambilan sampel

sampai volume total 20 L dengan mengatur laju alir gas meter

1L/ menit

9) Mencatat temperatur dan tekanan gas buang pada saat

pengambilan sampel dengan menggunakan termometer dan

manometer pada gas meter

10) Mematikan pompa, tutup aliran gas dan baca penunjukan ahir

volum pada gas meter

3. Persiapan pengujian

1) Pembuatan kurva kalibrasi

a. Mengoptimalkan alat spektrofotometer sesuai petunjuk

(52)

b. Menyiapkan pipet 0 mL, 1 mL, 3 mL, 5 mL, 7 mL, 10 mL,

larutan standar amonia ke dalam 6 buah tabung uji 25 mL,

menempatkan masing-masing tabung dengan larutan

penjerap sampai dengan 10 mL

c. Menambahkan 5 mL larutan fenol-natrium nitroprusid dan

aduk dengan baik

d. Menambahkan 5 mL larutan penyangga, aduk dengan baik

dan tunggu selama satu jam

e. Mengukur serapan masing-masing larutan fenol dengan

spektrofotometer pada panjang gelombang 640 nm

f. Membuat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah

amonia (mg)

2) Persiapan sampel

a. Memindahkan larutan yang berisi contoh uji dari kedua botol

penjerap ke dalam labu ukur 250 mL secara kuantitatif

b. membilas botol penjerap dengan air suling dan masukkan ke

dalam labu ukur di atas , encerkan dengan air suling sampai

tanda tera lalu homogenkan

c. memasukkan 100 mL larutan penjerap( blanko lapangan ) ke

dalam labu ukur 250 mL encerkan dengan air suling, larutan

ini digunakan sebagai blanko

3) Pengujian sampel

a. Memasukkan pipet 10 mL larutan sampel pada langkah c

(53)

37

b. Memasukkan pipet 10 mL larutan blanko pada langkah c

butir b) ke dalam tabung uji 25 mL

c. Melakukan pengujian sesuai dengan langkah-langkah

pada bagian 2 butir c – e

d. menghitung konsentrasi contoh uji dengan menggunakan

kurva kalibrasi

4. Perhitungan

Konsentrasi amonia dalam sampel dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut : = − � �

Vs

Dengan pengertian :

C : Konsentrasi NH3 (ppm)

A : Jumlah amoniak pada contoh uji, didapat dari kurva

kalibrasi (µL)

B : Jumlah amoniak pada larutan blanko, didapat dari kurva

kalibrasi (µL NH3)

fp : Faktor pengenceran (250/10)

Vs : Volum gas uji dalam kondisi normal pada 250C, 760 mmHg

(L)

Konversi satuan konsentrasi NH3 : C′= C 7

,

Dengan pengertian :

(54)

C : Konsentrasi NH3 (ppm)

17 : Berat molekul NH3

24,45: Volum gas pada keadaan standar 25o C, 760 mmHg (L)

4.3.5. Metode Penimbangan Berat Badan

Alat timbang harus dikalibrasi setiap hari sebelum ke lapangan untuk

mengecek akurasi alat timbangan. Berdasarkan pedoman Riskesdas

2013 cara kalibrasi adalah sebagai berikut:

1. menggunakan alat kalibrasi sebagai pembanding berat yang

mempunyai berat tetap contohnya: Air dalam kemasan botol 1,5 liter

sebagai pembanding

2. mencatat berat alat kalibrasi tersebut untuk digunakan sebagai

pembanding

3. Bila hasil kalibrasi pada alat timbang berubah angkanya, baterai

sudah harus diganti

Prosedur penimbangan responden dewasa sebagai berikut :

1. Aktifkan alat timbang dengan cara menekan tombol power pada

timbangan. Mula-mula akan muncul garis bergerak-gerak tunggu

sampai muncul angka 0,0. Bila angka 0,0 sudah tidak bergerak-gerak

berarti alat timbang sudah siap digunakan

2. Responden diminta naik ke alat timbang dengan posisi kaki tepat di

tengah alat timbang, tetapi tidak menutupi jendela baca

3. Perhatikan posisi kaki responden tepat di tengah alat timbang, sikap

(55)

39

4. Angka di kaca jendela alat tibang akan muncul, dan tunggu sampai

angka tidak berubah (statis)

5. Catat angka terakhir dan isikan pada kuesioner

6. Minta responden turun dari alat timbang

7. Matikan alat timbangan dengan meneken tombol power

8. Untuk menimbang responden berikutnya, ulangi prosedur 1 s/d 7

4.4.Pengolahan dan Penyajian Data

Data-data primer yang telah dihitung kemudian dilanjutkan dengan

tahap-tahap sebagai berikut :

1. Editing (pemeriksaan data)

Editing merupakan kegiatan pengecekan dan perbaikan terhadap semua

isian kuesioner yang telah dikumpulkan, setelah pengambilan data di

lapangan dan uji laboratorium telah selesai. Kegiatan ini untuk memastikan

bahwa data yang diperoleh tersebut semua terisi, konsisten, relevan dan

dapat dibaca dengan baik

2. Coding (pemberian kode )

Data yang berbentuk kalimat atau huruf yang telah terkumpul dan

dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti

secara manual yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi

data angka atau bilangan. Pemberian kode ini sangat berguna dalam

memasukkan data (data entry). Namun, proses coding ini tidak berlaku

untuk data yang sudah berbentuk angka seperti konsentrasi

(56)

Data yang dalam bentuk kode (huruf atau angka) dimasukkan ke

program komputer untuk diolah.

4. Cleaning (Pembersihan Data)

Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam program

komputer guna menghindari terjadinya kesalahan pemasukan data.

4.5.Analisis Data

4.5.1. Analisis Univariat

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan

software pengolahan data, dengan langkah-langkah

1. Data semua sampel yang sudah didapatkan dari hasil laboratorium

dicatat dan dimasukkan ke dalam komputer

2. Semua data diolah kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif

untuk mengetahui nilai estimasi rata-rata, standar deviasi, nilai

terbesar dan terkecil setiap variabel.

3. Pengolahan data dengan menggunakan rumus digunakan untuk

mengetahui nilai asupan pajanan amonia. Adapun rumus yang

digunakan untuk menghitung nilai asupan adalah sebagai berikut:\

= � � � � � � � � �

Keterangan :

I = intake (mg/kgxhari)

C = konsentrasi (mg/kgxhari)

R = laju ingesti (mg/kg)

(57)

41

Dt = durasi pajanan (lifetime exposure) (tahun)

Wb = berat badan (kg)

tavg = periode waktu rata-rata (30 x 365 hari/tahun untuk

non-karsinogen, 70 tahun x 365 hari/tahun untuk ksrsinogen)

4.5.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan komputer untuk mengetahui apakah ada perbedaan

nilai asupan disetiap cluster. Uji bivariat dilakukan dengan

menggunakan uji Annova jika data yang dikumpulkan berdistribusi

normal. Namun jika data yang dikumpulkan tidak berdistribusi

normal maka digunakan uji Kruskal-Wallis. Variabel yang

dilakukan uji bivariat untuk mencari apakah ada perbedaan rata-rata

asupan disetiap cluster. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai

berikut:

Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata asupan pada ketiga cluster

Ha : ada perbedaan rata-rata asupan pada ketiga cluster

Pengambilan keputusan :

1) Jika sig (p) < 0,05 maka H0 ditolak sehingga terdapat

perbedaan rata-rata asupan pada ketiga cluster

2) Jika sig (p) > 0,05 maka Ho diterima sehingga tidak ada

(58)

42 BAB V

HASIL PENELITIAN 3.1. Profil Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada pemukiman sekitar PT. Pusri

Palembang yang masuk ke dalam radius 800 meter (cluster 1), 1050

meter (cluster 2) dan 1300 meter (cluster 3 ) dari titik emisi PT. Pusri

Palembang yang meliputi wilayah, yaitu Kelurahan Sungai Buah,

Kelurahan 3 Ilir, Kelurahan 1 Ilir, dan Kelurahan Tangga Takat. Daerah

penelitian ini memiliki luas wilayah 1,33 km2 dengan batas-batas

sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Sako

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan kecamatan Ilir Timur II

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Pulau Kamaro

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kalidoni

3.2.Karakteristik Responden

Pada tahap ini yang dipaparkan adalah karakteristik responden

secara umum yang terdiri dari umur, jenis kelamin, status pendidikan,

dan jenis pekerjaan.

1.1.1. Umur

Gambaran usia responden pada penelitian ini dapat dilihatap

(59)

43

Tabel 5.1

Gambaran Usia Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015

Karakteristik 95% CI Min-Max P-value

Umur 40 – 43 17-78 0,000

Dari tabel 5.1 menunjukkan nilai rata-rata usia pada derajat

kepercayaan 95% adalah 40 tahun sampai 43 tahun.

1.1.2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin terbagi dua yaitu laki-laki dan perempuan.

Distribusi responden menurut jenis kelamin dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

Tabel 5.2

Gambaran Jenis Kelamin Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 Jenis

banyak berjenis kelamin perempuan, yaitu 55,3%. Sama halnya

dengan responden di cluster 2 dan cluster 3 dimana jenis

kelamin responden lebih banyak perempuan yaitu 76,7%.

Sehingga total responden dengan jenis kelamin perempuan

lebih banyak daripada responden laki-laki yaitu 69,6%

(60)

1.1.3. Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan responden pada penelitian ini terdiri dari

buruh, dagang, dosen/guru, ibu rumah tangga (IRT), pelajar,

pengangguran, pensiunan, swasta. Adapun distribusi jenis

pekerjaan dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut.

Tabel 5.3

Gambaran Jenis Pekerjaan Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015

Jenis

berdasarkan karakteristik jenis pekerjaan, didominasi oleh jenis

pekerjaan Ibu Rumah Tangga (IRT), terbanyak ada di cluster 3

yaitu 66,1% lalu cluster 2 yaitu 59,3% dan cluster 3 yaitu

41,8%.

1.2. Deskriptif Variabel Penelitian 1.2.1. Konsentrasi Amonia

Konsentrasi amonia pada penelitian ini dibagi menjadi 3

lokasi pengukuran yaitu pada jarak 800 meter (cluster 1), 1050

(61)

45

PT. Pusri Palembang. Adapun gambaran konsentrasi amonia di

sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang tahun 2015 dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.4

Gambaran Konsetrasi Amonia Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015

Berdasarkan tabel 5.4 nilai rata-rata konsentrasi amonia pada

derajat kepercayaan 95% adalah 0,0275 mg/m3 sampai 0,032

mg/m3.

1.2.2. Laju Asupan

Laju asupan pada penelitian ini dihitung dengan persamaan

y = 5,3 Ln(x) – 6,9, dengan y = R dalam satuan m3/hari dan x =

Wb atau berat badan. Adapun gambaran laju asupan masyarakat

dewasa di sekitar pemukiman PT. Pusri palembang tahun 2015

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.5

Gambaran Laju Asupan Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015

(62)

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan nilai rata-rata laju

asupan pada derajat kepercayaan 95% adalah 0,5991 m3/jam

sampai 0,6089 m3/jam.

1.2.3. Lama Pajanan

Gambaran lama pajanan masyarakat dewasa di sekitar

pemukimanan PT. Pusri Palembang Tahun 2015 dapat dilihat

pada tabel berikut

Tabel 5.6

Gambaran Lama Pajanan Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015

Berdasarkan tabel 5.6 nilai rata-rata lama pajanan pada

derajat kepercayaan 95% adalah 21 jam/hari sampai 24

jam/hari.

1.2.4. Frekuensi Pajanan

Gambaran frekuensi pajanan masyarakat dewasa di sekitar

pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 dapat dilihat pada

tabel berikut

Tabel 5.7

Gambaran Frekuensi Pajanan Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015

(63)

Terbesar-47

Berdasarkan tabel 5.7 nilai rata-rata frekuensi pajanan pada

derajat kepercayaan 95% adalah 354 hari/tahun sampai 359

hari/tahun.

1.2.5. Durasi Pajanan

Gambaran durasi pajanan pada masyarakat dewasa di

sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 dapat

dilihat pada tabel berikut

Tabel 5.8

Gambaran Durasi Pajanan Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015

Berdasarkan tabel 5.8 nilai rata-rata durasi pajanan pada

derajat kepercayaan 95% adalah 29 tahun sampai 33 tahun.

1.2.6. Berat Badan

Gambaran berat badan masyarakat dewasa sekitar

pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 dapat dilihat pada

tabel berikut

Tabel 5.9

(64)

Terbesar-Berdasarkan tabel 5.9 nilai rata-rata berat badan pada

derajat kepercayaan 95% adalah 56,48 kg sampai 58,99 kg.

1.2.7. Asupan Amonia

Gambaran asupan amonia pada masyarakat sekitar

pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015 dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 5.10

Gambaran Asupan Amonia Masyarakat Dewasa Di Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015

Berdasarkan tabel 5.10 nilai rata-rata asupan pajanan

amonia pada derajat kepercayaan 95% adalah 0,0061

mg/kg/hari sampai 0,0076 mg/kg/hari.

1.2.8. Perbedaan Asupan Berdasarkan Cluster

Hasil uji statistik perbedaan asupan berdasarkan cluster

dapat dilihat pada tabel 5.11.

Variabel 95% CI SD Terbesar-Terkecil Asupan

Amonia (mg/kg/Hari)

(65)

49

Tabel 5.11

Tabel Perbedaan Rata-Rata Nilai Asupan Masyarakat Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang pada Cluster 1, Cluster 2,

Cluster 3 Tahun 2015

Berdasarkan tabel 5.11 menghasilkan nilai p-value 0,000

yang berarti terdapat berbedaan nilai asupan antara ketiga cluster

tersebut. Nilai rata-rata di setiap cluster menunjukkan disetiap

cluster memiliki perbedaan asupan antara cluster 1 dengan

cluster 2, cluster 1 dengan cluster 3, dan cluster 2 dengan cluster

3.

Nilai asupan amonia didapatkan dari hasil perhitungan

variabel konsentrasi, laju asupan, lama pajanan, frekuensi

pajanan, durasi pajanan, dan berat badan. Berdasarkan dari hasil

statistik semua variabel tersebut menunjukkan yang memiliki

perbedaan nilai rata-rata di setiap cluster adalah variabel

konsentrasi dan berat badan. Maka perbandingan konsentrasi dan

berat badan terhadap nilai asupan amonia dapat dilihat dari grafik

sebagai berikut.

Cluster Jumlah Rata-rata SD P-value

Cluster 1 103 0,002 0,0015

0,000

Cluster 2 103 0,013 0,0085

(66)

50

Grafik 5.1 gambaran Nilai Konsentrasi Amonia dan Asupan Amonia Masyarakat Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015

Berdasarkan grafik 5.1 semakin tinggi nilai konsentrasi amonia maka semakin tinggi nilai asupan amonia. Nilai asupan

amonia tertinggi 0,048 mg/kg/hari terdapat pada nilai konsentrasi 0,057 m3/jam. Sedangkan nilai asupan terendah yaitu

0,00014 mg/kg/hari terdapat pada nilai konsentrasi 0,01 m3/jam. Namun didalam grafik ini hanya memperhitungkan nilai

konsentrasi amonia yang merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi nilai asupan amonia.

(67)

51

Grafik 5.2 Gambaran Nilai Berat Badan dan Asupan Amonia Masyarakat Sekitar Pemukiman PT. Pusri Palembang Tahun 2015

Berdasarkan grafik 5.2 tidak menunjukkan semakin besar nilai berat badan maka semakin besar nilai asupan amonia.

Nilai asupan amonia tertinggi yaitu 0,048 mg/kg/hari terdapat pada nilai berat badan 27,9 kg sedangkan nilai asupan

terendah yaitu 0,00014 mg/kg/hari terdapat pada nilai berat badan 71,3 kg. Namun didalam grafik ini hanya

memperhitungkan nilai berat badan yang merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi nilai asupan amonia

0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06

0 20 40 60 80 100 120

As

u

p

an

Amon

ia

(m

g/kg/h

ar

i)

(68)

52 BAB V1 PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat

mempengaruhi hasil penelitian, diantaranya adalah:

1. Dalam menentukan angka frekuensi pajanan (hari/tahun) hanya

mengandalkan daya ingat responden sehingga dapat terjadi

ketidaktepatan jumlah frekuensi pajanan.

2. Data pendukung seperti suhu, kelembaban, dan kecepatan angin

tidak bisa ditampilkan karena berkaitan dengan syarat administrasi.

3. Pengukuran konsentrasi amonia tidak dilakukan langsung pada

responden namun hanya dilakukan pengukuran di udara ambien

sehingga menghasilkan data yang tidak bervariasi.

6.2. Konsentrasi Amonia di udara

Lokasi penelitian yang dilakukan merupakan lokasi yang masuk

dalam kawasan cemaran limbah gas dari PT. Pusri Palembang yaitu

dalam radius 800, 1050, dan 1300 meter dari sumber emisi. Dari hasil

pemeriksaan 10 titik yang disetiap titiknya dilakukan pengukuran pada

waktu pagi, sore, dan malam menghasilkan nilai rata-rata konsentrasi

terletak antara 0,0275 mg/m3 sampai 0,032 mg/m3. Jika dilihat

konsentrasi di setiap cluster konsentrasi di cluster 2 lebih tinggi

Gambar

Tabel 2.3 Keterangan Perhitungan Intake Non Karsinogenik Pada Jalur Inhalasi
Gambar 4.1 Lokasi Penelitian
Gambar 4.3 cluster sampling
Tabel Perbedaan Rata-Rata Nilai Asupan Masyarakat Sekitar
+4

Referensi

Dokumen terkait