• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN

6.2. Konsentrasi Amonia di udara

Lokasi penelitian yang dilakukan merupakan lokasi yang masuk dalam kawasan cemaran limbah gas dari PT. Pusri Palembang yaitu dalam radius 800, 1050, dan 1300 meter dari sumber emisi. Dari hasil pemeriksaan 10 titik yang disetiap titiknya dilakukan pengukuran pada waktu pagi, sore, dan malam menghasilkan nilai rata-rata konsentrasi terletak antara 0,0275 mg/m3 sampai 0,032 mg/m3. Jika dilihat konsentrasi di setiap cluster konsentrasi di cluster 2 lebih tinggi dibandingkan konsentrasi di cluster 3 dan cluster 1.

53

Hal ini berbeda dengan hasil penelitian Haryoto, dkk (2014) yang menghasilkan semakin dekat jarak pengambilan sampel udara ambien terhadap sumber emisi semakin besar konsentrasi amonianya. Hal ini disebabkan karena perbedaan kondisi geografis lokasi penelitian dimana penelitian Haryoto,dkk (2014) masyarakat langsung terpapar amonia dari tempat pembuangan sampah, sedangkan lokasi pada penelitian ini di cluster 1 lokasi lebih dekat dengan hutan pelindung atau green barrier yang dibuat PT. Pusri Palembang untuk mereduksi limbah gas di udara sehingga masyarakat yang tinggal di cluster 1 masih terlindungi dengan hutan pelindung, dimana hutan merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk menyerap gas beracun salah satunya adalah gas amonia (IPCS, 1986).

Konsentrasi amonia di cluster 2 lebih tinggi juga kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi cerobong sumber emisi amonia lebih tinggi daripada hutan pelindung, maka ketika gas amonia dikeluarkan dari cerobong di dukung dengan kecepatan angin, suhu, kelembaban udara, dan sifatnya yang cepat mengendap (Sutton, dkk. 1993), memungkinkan posisi tingginya konsentrasi amonia ada di cluster 2 dibandingkan cluster 3 karena lokasi di cluster 3 yang sudah terlalu jauh dari sumber emisi dan cluster 1 yang dekat dengan hutan pelindung. Hal ini sejalan dengan penelitian Suhananto (2013) yang menghasilkan tingkat risiko pajanan PM10 pada wilayah tidak bervegetasi lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah bervegetasi.

Untuk konsentrasi amonia di udara ambien pada penelitian ini baik minimum, maksimum dan nilai rata-rata pada cluster 1, cluster 2, dan

cluster 3 tidak ada yang melebihi baku mutu bila dibandingkan

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 Tentang Baku Mutu Amonia Di Udara Ambien dan Peraturan Gubernur Sumsel No 18 Tahun 2005 dengan baku mutu yang sama yaitu 2,0 ppm (1,3 mg/m3). Bila dibandingkan nilai standar yang dikeluarkan ATSDR (2004) dan EPA (2004) konsentrasi amonia pada cluster 1, cluster 2,

dan cluster 3 juga masih dibawah standar yang sudah ditetapkan yaitu

masing-masing 0,07 mg/m3 dan 0,1 mg/m3.

Namun, karena PT. Pusri Palembang melakukan kegiatan produksi setiap hari maka memungkinkan konsentrasi amonia dapat meningkat jika PT. Pusri Palembang tidak menjaga kondisi penyaring limbah gasnya, atau mayarakat, pemerintah, maupun PT. Pusri Palembang tidak menjaga hutan pelindung sebagai media untuk mereduksi gas beracun seperti amonia. Amonia merupakan gas beracun yang dapat mengendap dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan dampak kesehatan bagi manusia terutama masyarakat yang berada pada lokasi berisiko terpapar amonia dalam jangka waktu yang lama.

6.3. Laju Asupan

Nilai rata-rata (mean) laju asupan masyarakat dewasa di sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang tahun 2015 terletak antara 0,5991 m3/jam sampai 0,6089 m3/jam yang didapatkan dari hasil perhitungan

55

m3/hari dan x = W

b atau berat badan yang didapatkan dengan cara

penimbangan langsung.

Semua laju asupan pada cluster 1, cluster 2, dan cluster 3 memiliki nilai dengan interval yang sama. Hal ini sejalan dengan penelitian Rahman, dkk (2008) yang menghasilkan nilai laju asupan sebesar 0,6 m3/jam. Angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan nilai default

EPA yaitu 0,83 m3/jam. Perbedaan ini disebabkan default berat badan yang digunakan EPA adalah 70 kg sekitar 20% lebih berat daripada berat badan pada sampel masyarakat sekitar pemukiman PT. Pusri Palembang.

Pada penelitian ini laju asupan sangat bergantung pada berat badan responden semakin besar berat badan responden maka semakin besar laju asupan responden. Telihat dari analisa data yang dihasilkan dimulai dari berat badan 55,7 kg responden memiliki laju asupan di atas 0,60 m3/jam dan sebaliknya responden dengan berat badan dibawah 55,7 kg memiliki laju asupan di bawah 0,60 m3/jam. Sesuai dengan teori

Syaifudin (1997) yang menyatakan semakin besar berat badan seseorang maka semakin besar juga kapasitas volume paru seseorang yang memungkinkan udara lebih banyak masuk ke dalam tubuh. Sehingga, semakin besar volume paru-paru seseorang yang dimasuki udara mengandung gas beracun seperti amonia, memungkinkan semakin besar risiko seseorang tersebut memiliki dampak yang tidak aman terhadap kesehatannya.

Dari hasil analisa yang didapatkan tidak menunjukkan bahwa semakin tua usia responden semakin tinggi nilai laju asupannya, namun berdasarkan jenis kelamin terlihat bahwa responden perempuan lebih banyak memiliki laju asupan di atas rata-rata hal ini kemungkinan disebabkan karena responden pada penelitian ini lebih banyak ibu rumah tangga yang kesehariannya lebih banyak berada pada lokasi pajanan amonia.

6.4. Lama Pajanan

Nilai rata-rata lama pajanan harian terletak antara 21 jam/ hari sampai 24 jam/hari yang didapatkan dari hasil wawancara langsung kepada responden. Lama pajanan di cluster 1 lebih rendah yaitu 22 jam/hari dibandingkan cluster 2 dan cluster 3 dengan lama pajanan sama yaitu 24 jam/hari hal ini dikarenakan masyarakat yang di cluster

1 lebih banyak keluar setiap harinya dari pemukiman (dalam satuan jam ) dibandingkan masyarakat cluster 2 dan cluster 3. Hal ini dapat dilihat dari jenis pekerjaan responden di cluster 1 yang sebagian besar memiliki pekerjaan yang meninggalkan pemukiman seperti buruh, dagang, dan pekerja swasta Berdasarkan hasil wawancara saat pengumpulan data selain pekerjaan, hal lain yang menyebabkan responden meninggalkan pemukiman adalah kegiatan sehari-hari seperti mengantar anak ke sekolah dan ke pasar.

Lama pajanan selama 24 jam/hari merupakan lama pajanan masksimal dalam di kehidupan dalam satuan jam/hari, sehingga jika terpapar dalam waktu maksimal maka akan semakin besar pula peluang

57

responden memiliki besar risiko yang tidak aman, seperti penelitian Ramadhona (2014) yang menunjukkan semakin lama seseorang terpapar amonia semakin besar risiko kesehatan yang dapat diterima. Dari responden yang diteliti responden dengan lama pajanan 24 jam/hari banyak yang berjenis kelamin perempuan dengan pendidikan terakhir SMP/SMA, dan perempuan dengan pendidikan terakhir SMP/SMA pada penelitian ini didominasi dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga.

Maka ibu rumah tangga berpotensi lebih tinggi memiliki risiko terkena dampak kesehatan terhadap pajanan amonia karena ibu rumah tangga dalam kesehariannya lebih banyak melakukan aktivitas di lokasi berisiko terpajan amonia setiap harinya hal ini sejalan dengan penelitian Daud, dkk (2012) yang menghasilkan bahwa ibu rumah tangga memiliki risiko tidak aman terhadap pajanan SO2 di udara ambien.

6.5. Frekuensi Pajanan

Frekuensi pajanan adalah jumlah hari pemajanan amonia yang diterima responden dalam satu tahun dikurangi lama responden meninggalkan lokasi penelitian dalam satuan hari. Nilai rata-rata frekuensi pajanan terletak antara 354 hari/tahun sampai 359 hari/tahun. Frekuensi pajanan pada cluster 1, cluster 2 dan cluster 3 menunjukkan interval yang sama .

Hal ini disebabkan karena responden penelitian ini kebanyakan tidak meninggalkan lokasi penelitian sampai 1 hari penuh dan juga banyak responden merupakan orang asli lokasi penelitian sehingga

pada saat hari raya atau hari libur panjang responden tidak meninggalkan lokasi penelitian sampai 1 hari penuh karena keluarga besar mereka juga tinggal di daerah dekat dengan lokasi penelitian.

Terlihat dari data yang didapatkan bahwa responden yang memiliki frekuensi pajanan di atas rata-rata juga memiliki usia lebih dari 42 tahun dan tinggal dipemukiman dari mereka kecil hingga saat penelitian ini dilakukan.

Frekuensi pajanan yang diterima responden pada penelitian ini cukup tinggi karena 359 hari/tahun mendekati jumlah keseluruhan hari dalam satu tahun. Hal tersebut dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan bagi responden disebabkan karena responden terus menerus terpajan udara yang mengandung amonia, sebagaimana penelitian Wardani (2012) yang menunjukkan semakin besar frekuensi sesorang dalam satu tahun terpapar zat berbahaya di udara ambien maka semakin besar risiko kesehatan yang diterima.

Dokumen terkait