• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Model Quality of Experience untuk Televisi IPTV secara Empiris

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Model Quality of Experience untuk Televisi IPTV secara Empiris"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

UNTUK IPTV SECARA EMPIRIS

KUSDARNOWO HANTORO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengembangan Model

Quality of Experience untuk IPTV secara Empiris adalah benar karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber-sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tulisan ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2014

Kusdarnowo Hantoro NIM G651110181

(3)

RINGKASAN

KUSDARNOWO H. Pengembangan Model Quality of Experience untuk IPTV secara Empiris. Dibimbing oleh HERU SUKOCO dan HARY BUDIARTO.

Quality of Experience (QoE) terkait erat dengan harapan, pengalaman dan persepsi subyektif pelanggan terhadap kinerja aplikasi komunikasi multimedia. Sedang Quality of Service (QoS) terbatas pada ukuran kualitas jaringan. Untuk mendapatkan nilai QoE berdasarkan pengukuran nilai-nilai QoS, maka ITU (International Telecommunication Union) merekomendasikan suatu metode dalam merumuskan hubungan kuantitatif antara QoS dan QoE dengan nama ITU-T G.1070.

Langkah awal yang dilakukan yaitu dengan mempersiapkan scenario yang diarahkan pada cakupan infrastruktur jaringan IPTV yang terdiri dari stasiun pusat (headend), transmisi local (core network) dan transmisi public (access network). Langkah berikutnya yaitu melakukan pengukuran QoS dengan cara mengalirkan video berformat H.264 melalui infrastruktur jaringan IPTV dengan bit rate antara 1000 hingga 8000 kbps. Pada masing-masing node jaringan tersebut, dilakukan perekaman video serta data-data jaringannya (packet loss, delay dan jitter). Langkah selanjutnya melakukan penghitungan nilai QoS ke QoE menggunakan ITU-T G.1070 dan membandingkan rekaman video dengan hasil pengukuran ITU-T G.1070.

Hasil pengukuran pada stasiun pusat (headend) menunjukkan nilai packet loss yang kecil (≤0.10%), delay (≤32ms), jitter (≤5ms) dan nilai QoE video (Vq) yang stabil berkisar antara 4 (Good). Ini menunjukkan bahwa kondisi jaringan

headendsudah menunjukkan jaminan terhadap QoE video yang baik.

Untuk pengukuran pada transmisi lokal (core network) dengan bit rate ≥ 2000 kbps menunjukkan nilai packet loss yang kecil (≤0.10%) dan nilai QoE video berkisar antara 4 (Good). Delay rata-rata RTP sebesar kurang lebih 60 ms dan jitter RTP rata-rata 16.5 ms memberikan pengaruh terhadap QoE video yang fluktuatif. Sedang untuk TCP hasilnnya relative lebih baik karena nilai QoS yang kecil (packet loss 0.0%,delay rata-rata 5 ms, jitter rata-rata 5.2 ms). Nilai QoE yang fluktuatif menunjukkan kinerja jaringan yang belum cukup baik dalam mendukung layanan IPTV.

Pada pengukuran transmisi publik (access network) dengan bit rate≥2000 kbps menunjukkan nilaipacket loss rata-rata yang kecil (≤0.10%), delay rata-rata RTP sebesar kurang lebih 60 ms dan jitter RTP rata-rata 7.2 ms dan nilai QoE video yang stabil antara 4 (Good) dan 5 (Excellent). Sama seperti headend, kinerja jaringan sudah menunjukkan jaminan layanan IPTV.

(4)

SUMMARY

KUSDARNOWO H. Pengembangan Model Quality of Experienceuntuk Televisi IPTV secara Empiris. Supervised by HERU SUKOCO and HARY BUDIARTO.

Quality of Experience is closely related to expectations, customer experience and subjective perception of the performance of multimedia communications applications. Quality of Service is limited to the size of the network quality.

The initial step in conducting the study is to prepare the IPTV network infrastructure consisting of a central station (headend), local transmission (core network) and a public transmission (access network). The next step is to do the Quality of Service measurement by flowing through IPTV network infrastructure a video format H.264 with a bit rate ranging from 1000 to 8000 kbps. Each node of the network is recording video packet data network (packet loss, delay and jitter). After that, map Quality of Service to Quality of Experience value using the ITU - T G1070.

Transmission measurements at the central station (headend) show that the small values of QoS. Packet loss values lower than 0.10%, the value is lower than 32ms delay, and jitter values lower than 5ms. Video QoE value (VQ) ranged between 4 (Good). Stable QoE ensure good network performance.

For transmission measurements on the local (core network), with a bit rate of ≥2000 kbps, shows that packet loss value is small (≤ 0.10%) and video QoE values ranged between 4 (Good). Average delay of RTP is approximately 60 ms and average jitter of RTP is 16.5 ms giving effect to the choppy video QoE. As for the TCP, it is relatively better because of the small value of QoS. Value of packet loss is approximately 0.0%, average delay is 5 ms and average jitter is 5.2 ms. Fluctuations QoE describe poor network performance to support IPTV services.

For the measurement of the transmission to the public (access network) shows that the value of small packet loss (≤0.10%), the value of the RTP delay is around 60ms and jitter values of the RTP is 7.2ms. Video QoE value stable range between 4 (Good). Just as the headend, network performance has provided a good guarantee for IPTV services.

(5)

@ Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tidak merugikan kepentingan IPB.

(6)

PENGEMBANGAN MODEL

QUALITY OF EXPERIENCE

UNTUK IPTV SECARA EMPIRIS

KUSDARNOWO HANTORO

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Komputer

pada

Program Studi Ilmu Komputer

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)

Judul : Pengembangan Model Quality of Experience untuk IPTV secara Empiris

Nama : Kusdarnowo Hantoro

NIM : G651110181

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Heru Sukoco, SSiMT Dr Hary Budiarto, MKom

Ketua Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Ilmu Komputer

Dr Wisnu Ananta, STMT Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(9)

PRAKATA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala limpahan karunianya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik pada tesis penelitian ini dilakukan sejak Maret hingga September 2013 ialah tentang kualitas video IPTV yang merupakan aplikasi jaringan komputer yang berjudul Pengembangan Model Quality of Experience untuk IPTV secara Empiris.

Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Komputer pada Program Ilmu Komputer Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr Heru Sukoco, SSiMT dan Bapak Dr Hary Budiarto, MKom selaku komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Dr Irman Hermadi, SKomMSc selaku dosen penguji yang telah mem-berikan arahan dan masukan untuk perbaikan tesis ini.

3. Bapak Toto Haryanto, SKomMSi selaku moderator dan Sekretaris Jurusan yang banyak memberikan petunjuk untuk kelancaran penyelesaian tesis. 4. Bapak Rusdianto Roestam, MScPhD dan Bapak Dr AA Ananda Kusuma

beserta anggota Tim IPTV BPPT lainnya yang telah memberikan arahan dan kesempatan untuk melakukan penelitian ini.

5. Bapak Ir M Istanto Wahyuhadi almarhum selaku General Manager pada PT. TV One yang memberikan pandangannya tentang topik penelitian ini. 6. Kedua orang tuaku, almarhum Bapak dan Ibu tercinta, yang telah

melahirkan dan mendidikku untuk selalu tawakal kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

7. Keluargaku tercinta yang selalu membantu dan berdoa siang dan malam untuk kelancaran penyusunan laporan tesis ini.

8. Staf Pengajar Program Studi Ilmu Komputer.

9. Staf Administrasi Departemen Ilmu Komputer atas kerjasamanya membantu kelancaran proses administrasi hingga akhir studi.

10. Rekan-rekan MKOM13 yang setia berdiskusi dan membantu dengan ikhlas.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan tesis ini, namun demikian penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat untuk bidang ilmu komputer, bidang pendidikan dan bidang umum lainnya. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi nusa, bangsa dan agama. Amin .

Bogor, April 2014

(10)

DAFTAR ISI

PRAKATA VII

DAFTAR GAMBAR IX

DAFTAR TABEL X

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup 3

2 TINJAUAN PUSTAKA 4

Televisi digital dan IPTV 4

Infrastruktur Jaringan IPTV 5

Quality of Service 6

Quality of ExperiencedanMean Opinion Score 7

Metodologi pengukuran QoE dan ITU-T G.1070 8

3 METODOLOGI PENELITIAN 13

Konfigurasi Server 15

Persiapan Infrastruktur 16

Perekaman Video 18

Penyimpanan nilai-nilai QoS 19

Pemetaan nilai parameter QoS 20

4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 21

Pengukuran Skala Lab (1 segmen) 21

Pengukuran Skala LAN (2 segmen) 23

Pengukuran Skala WAN (Antar Gedung) 28

5 SIMPULAN DAN SARAN 33

(11)

DAFTAR GAMBAR

1. Komponen standar sistem siaran IPTV 4

2. Infrastruktur Jaringan IPTV 5

3. Pengukuran QoE IPTV 7

4. Ilustrasi perbedaan pengukuran yang digunakan untuk menemukan relasi

QoS ke QoE 8

5. Diagram model ITU-T G.1070 9

6. Video Quality Estimation ITU-T G.1070 10

7. Topologi fisik jaringan BPPT 13

8. Topologi lojik jaringan IPTV BPPT 14

9. Metode Penelitian 15

10. Topologi untuk pengukuran 17

11. Topologi pengukuran untuk 1 segmen (headend) 17

12. Topologi untuk pengukuran 2 segmen (core network) 18

13. Topologi untuk pengukuran 2 segmen berbeda area (access network) 18 14. Pengukuran nilaipacket lossterhadap nilai video bit rate skalaheadend 22

15. Pengukuran nilai kualitas video pada skalaheadend 22

17. Hasil perekaman video streaming pada skalaheadend 23

16. Pengukuran nilai delay dan jitter pada skalaheadend 23

18. Perbandingan nilaipacket lossvideo menggunakan protocol RTP dan TCP

pada skalacore network 25

19. Perbandingan nilai kualitas video menggunakan protocol RTP dan TCP

pada skalacore network 26

20. Perbandingan nilai delay menggunakan protocol RTP dan TCP pada skala

core network 26

22. Hasil perekaman video pada bit rate 1000 kbps 27

21. Perbandingan nilai jitter menggunakan protocol RTP dan TCP pada skala

core network 27

23. Hasil perekaman video pada bit rate 3000 kbps 28

25. Perbandinganpacket lossmenggunakan protokol RTP dan TCP pada skala

access network 30

24. Perbandingan delay menggunakan protocol RTP dan TCP pada skalaaccess

network 30

26. Perbandingan nilai jitter menggunakan protokol RTP dan TCP pada skala

access network 31

27. Perbandingan nilai kualitas video menggunakan protokol RTP dan TCP

pada skalaaccess network 31

(12)

DAFTAR TABEL

1.Mean Opinion Score 8

2.Codec Information 11

3. Koefisien database 11

4. Struktur file hasil perekaman jaringan (pcap) 20

5. Hasil Pengukuran pada skala headend 21

6. Hasil pengukuran dgn protokol RTP skalacore network 24

7. Hasil pengukuran dgn protokol TCP skalacore network 25

8. Hasil pengukuran dgn protokol RTP skalaaccess network 29

(13)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan jaringan internet dengan segala kelebihannya memberikan peluang bagi penerapan siaran televisi digital berbasis internet. Perkembangan spektrumbroadband yang dapat melayani data dengan kecepatan tinggi memberi peluang layanan televisi digital berbasis IP (Internet Protocol) disebut dengan IPTV. Menggunakan jaringan IP berarti membutuhkan kehandalan jaringan yang baik yang dapat menjamin kualitas layanan yang dapat dirasakan oleh pelanggan (Quality of Experience/QoE). Perlu penelitian pendahuluan tentang kemampuan jaringan dalam mendukung IPTV (Simpson 2006).

QoE merupakan nilai hasil pengukuran kualitas layanan jaringan yang sangat dibutuhkan oleh penyedia layanan multimedia seperti IPTV. Dengan mendapatkan nilai ini, esuaimaka para penyedia layanan bisa memberikan layanan sesuai dengan nilai QoE yang didapatkan sehingga bisa memberikan kepuasan kepada para pengguna layanannya (karena pengguna layanan mendapatkan kualitas layanan sesuai dengan yang ditawarkannya).

Hasil kajian dari laboratorium Universitas Catalunya, Spanyol (Cerqueira

et al. 2009) menunjukkan sebagian besar teknik-teknik pengukuran QoS pada jaringan berguna untuk mengkontrol tingkatan kualitas aplikasi baik pada jaringan kabel dan nirkabel. Metrik QoS saat ini, sepertipacket loss rate, packet delay rate, packet jitter dan throughput, umumnya digunakan untuk menunjukkan dampaknya terhadap tingkatan kualitas video dari sudut pandang jaringan, tetapi tidak merefleksikan pandangan dari sisi pemakai. Akibatnya, parameter-parameter QoS ini gagal menangkap aspek subyektif dari sisi pengalaman pemakai.

Untuk mengatasi keterbatasan pengukuran QoS dalam merefleksikan aspek subyektif pemakai (QoE) sebagai indikator bagaimana perangkat jaringan dapat mencerminkan kebutuhan pemakai membuat banyak peneliti tertarik melakukan penelitian. Arianit Maraj dan Adrian Shehu (Maraj dan Shehu 2012) dari Polytecnic University Kosovo melakukan penelitian tentang aspek-aspek yang mempengaruhi kualitas QoS terhadap QoE yang merupakan kriteria utama dalam implementasi pada jaringan layanan IPTV.

Pablo Pérez dari Alcatel Lucent, Madrid (Perez et al. 2011) mengajukan model Qualitative Monitoring QoE (QuEM) yang dapat mendeteksi dan mengukur ketidaksesuaian (impairment) yang disebabkan gangguan transmisi jaringan data paket. Pengamatan subyektif dilakukan untuk mengamati stream

dan menilai QoE IPTV.

Yu-Chun Chang dan teman-teman membuat sebuah peta yang dapat digunakan memvisualisasikan antara metric QoS dan QoE (Chang et al. 2010) yang disebut dengan RadarChart. Penelitian tentang HTTP video streaming telah menggunakan RadarChart untuk memetakan antara QoS dan QoE (Mok et al.

2011).

(14)

yang menghubungkan parameter QoE dan QoS secara eksponensial, disebut dengan hipotesa IQX. Jose Joskowicz dan rekan-rekan dari ETSE Telecommunication. Campus Universitario, Vigo, Spanyol, mengajukan suatu formulasi matematika sederhana untuk mengestimasi kualitas persepsi video berdasarkan codec yang digunakan, format tampilan, bit rate dan bobot gambar bergerak pada konten video. Pendekatan ini menyajikan kemudahan dalam menghitung kualitas QoE video karena kualitas QoE video adalah fungsi dari bit rate sehingga tidak membutuhkan simulasi atau perangkat lunak yang rumit untuk mengestimasinya.

NTT DoComo, Jepang secara intensif melakukan penelitian tentang hubungan secara kuantitatif antara QoE dan QoS. Hal ini diperlukan agar dapat membangun mekanisme kontrol yang efektif dari QoE ke QoS dengan parameter terukur (Yamagishi dan Hayashi 2008). Pada tahun 2013, ITU (International Telecommuncation Union) telah mengadopsi hasil penelitian tersebut sebagai rekomendasi standar ITU-T G.1070 bagi pengukuran QoE berdasarkan

parameter-parameter QoS dan informasi videocodec.

Saat ini PDIS (Pusat Data, Informasi dan Standardisasi) BPPT telah menyediakan layanan IPTV pada jaringan BPPT. Untuk mendapatkan gambaran terhadap hasil implementasi pada jaringan nyata layanan IPTV di BPPT maka perlu dilakukan pengukuran QoE siaran IPTV. Karena itu, untuk merealisasikan tujuan tersebut, rekomendasi ITU-T G.1070 dipilih untuk diterapkan sebagai standar pengukuran QoE bagi kinerja layanan IPTV di BPPT.

Perumusan Masalah

Untuk dapat menjaga persaingan, penyedia jasa layanan internet/Internet Service Provider (ISP) harus mempertahankan kualitas layanannya terhadap pelanggan agar tidak berpindah ke ISP lain. ISP menggunakan parameter kualitas layanan jaringan (network Quality of Service/QoS) seperti packet loss, delay atau

jitter untuk memberikan jaminan layanan yang berkualitas. Namun parameter-parameter tersebut hanya cukup memberikan gambaran kondisi jaringan komputer dan belum cukup memberikan gambaran dari sisi kualitas layanan kepada pelanggan akhir. Tingkat kualitas yang dirasakan oleh pelanggan akhir tersebut disebut denganQuality of Experience.Sehingga diperlukan nilai-nilai untuk:

1. Memprediksi tingkat kualitas kinerja jaringan pada layanan IPTV

2. Mengetahui tingkatan QoS agar dapat memberikan nilai QoE yang diinginkan pada layanan IPTV.

3. Mengetahui bagaimanakah korelasi antara nilai QoS dan QoE pada layanan penyiaran IPTV.

Tujuan Penelitian

(15)

1. Diperolehnya nilai baku dari parameter QoS pada penyiaran IPTV 2. Memberikan gambaran kinerja layanan jaringan IPTV yang diterapkan

di BPPT

3. Diperolehnya alat bantu pengukuran QoS yang baku untuk layanan IPTV.

.

Manfaat Penelitian

Hasil akhir penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak terkait yaitu:

1. Penyedia Jasa Layanan Internet

Untuk memberikan pilihan layanan kepada pelanggan sesuai kehandalan jaringan yang dimiliki

2. Manajemen jaringan

Data kualitas QoE yang dihasilkan dapat menjadi dasar untuk mengambil kebijakan pemeliharaan jaringan

3. Peneliti bidang QoE

Bisa dijadikan bahan informasi tambahan bagi para peneliti tentang implementasi ITU-T G.1070 dalam menganalisis keterkaitan QoS dan QoE.

Ruang Lingkup

Berkaitan dengan waktu pelaksanaan penelitian ini, maka perlu dibatasi ruang lingkup penelitian supaya lebih terarah, yaitu:

1. Penelitian dilakukan dalam lingkungan jaringan BPPT di Serpong, Tangerang

2. Metode pengukuran menggunakan ITU-T G.1070

3. Pengukuran dilakukan terhadap QoEvideo streamingsaja 4. Penerapan pengukuran terbatas pada jaringan kabel (TV cable) 5. Pengukuran dilakukan terhadap nilai kualitas obyektif (packet loss,

delaydanjitter) pada jaringan komputer BPPT secarareal time. 6. Hasil akhir berupa filecapture(format pcap) yang merupakan data

utama dalam menganalisa jaringan.

7. Perangkat yang digunakan dalam melakukan penelitian ini yaitu : a. Komputer Server IPTV SysMaster berbasis Linux CentOS b. Komputer Klien Intel Core i3 (2 unit) dan Core i7 (2 unit) c. Perangkatpacket analyzerWireshark danpacket monitoring

PRTG

d. Televisi LED 42 inci e. 1 unit Set Top Box

(16)

2 TINJAUAN PUSTAKA

(

Televisi digital dan IPTV

Sistem televisi digital terdiri dari sekumpulan perangkat standar seperti ditunjukkan pada gambar 1 yaitu yang menggambarkan video dan audio sebagai komponen dasar siaran televisi digital; kemampuan interaksi dan layanan-layanan baru lainnya (seperti e-commerce, akses Internet) adalah layanan tambahan pada sistem sebagai middleware. Layanan-layanan ini disediakan oleh televisi digital bersamaan dengan transmisi data video dan audio. Ini adalah konsep baru siaran televisi bagi pemakai, dimana pengiriman data aplikasi tidak memiliki hubungan langsung dengan acara televisi (Marcelo 2009).

Gambar 1. Komponen standar sistem siaran IPTV

(17)

Gambar 2 me

menunjukkan secara umum infastruktur jaring t pendukungnya (Driscoll 2007).

ata Center

ngan “national headend”, merupakan pusat da konten dari berbagai sumber seperti video, cont aggregator, kabel, saluran satelit. Begitu dite

keras mulai dari encoder,server video hingga keamanan data disiapkan agar konten video dise

basis IP.

etwork

stilah ini mengacu pada fasilitas komunikasi hubungkan node utama.Core network/ backbone

pertukaran informasi antara sub-jaringan yang rusahaan yang melayani satu organisasi, istilah unakan, sedangkan untuk penyedia layanan, istila

digunakan.

ss Network

ngan yang menghubungkan langsung ke pengg

Access network terhubung ke "backbone" y ur berkecepatan tinggi yang terdiri dari berbag

Gambar 2. Infrastruktur Jaringan IPTV

ringan IPTV serta

t data IPTV yang

content producer, diterima, berbagai ga IP router dan disebarkan melalui

si kapasitas tinggi

bone menyediakan ng berbeda. Untuk ah backbonelebih stilahcore network

(18)

saling terhubung. Kumpulan switch tersebut dapat membentuk suatu jaringan kampus atau kota di suatu negara.

4. IPTVCD

IPTVConsumer Device(IPTVCD) adalah perangkat yang memungkinkan untuk mengakses IPTV. IPTVCD terkoneksi ke access network dan berfungsi mendekodekan dan memproses aliran data video yang berbasis IP. IPTVCD yang meminimalisasi atau mengurangi efek dari masalah jaringan saat memproses konten IPTV. Dengan semakin banyaknya penggunaan broadband, fungsionalitas IPTVCD terus berubah dan bertambah canggih.

Quality of Service

QoS (Quality of Service) adalah istilah pada jaringan komputer yang menunjukkan tingkatan jaminan layanan kinerja. Secara praktis, QoS adalah mekanisme pengukuran yang menjamin data audio dan video terkirim pada jaringan dengan delay yang minimum(Brent Kelly, 2002).

Komponen-komponen QoS meliputi :

= [ ] (1)

= | | | | | |[ ] (2)

= 100% (3)

Delay adalah selisih waktu antara pengiriman dan penerimaan paket data. Sebagai contoh jika paket data dikirim pada pukul 9.00 kemudian diterima pukul 9.05 maka delaynya adalah 5 menit (9.05 –9.00).One way delaymerupakan nilai rata-rata delay dari sejumlah N paket data yang dikirim.

Perubahan atau selisih dari delay disebut dengan jitter. Sebagai contoh, jika delay paket data pertama 5 menit, paket ke dua 3 menit dan paket ke empat 7 menit maka jitter paket pertama adalah 2 menit (5 – 3 menit) dan jitter paket ke dua 4 menit ( 7–3 menit).

(19)

Quality of ExperiencedanMean Opinion Score

Pengertian dari QoE (Quality of Experience) menurut ITU-T Focus Group (ITU-T 2007) adalah persepsi subyektif pemakai (end user) terhadap keseluruhan pemanfaatan aplikasi atau layanan. Tidak seperti pengukuran QoS yang dilakukan hanya terhadap jalur komunikasi, pengukuran QoE IPTV meliputi pula proses

coding/decoding, analisa jaringan transmisi dan persepsi dari pelanggan seperti ditunjukkan pada Gambar 3 (Cerqueiraet al. 2009).

Pengertian QoE dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok yaitu :

1. Kualitas isi audio/video dari sumber

2. QoS, yang merujuk pada proses pengiriman konten sepanjang jaringan 3. Persepsi manusia/pemakai (Human perception) di antaranya termasuk

ambiensi, tingkatan harapan kualitas dan lain-lain

Dua kategori pertama mudah untuk dilakukan pengukuran sedang yang terakhir sulit dilakukan. Persepsi pemakai sering dilakukan dengan pengukuran berdasarkan Mean Opinion Score (MOS) yang diperoleh dari beberapa tes panel terhadap pemakai (Kuiperset al. 2010).

Pada ranah pengukuran QoE menggunakan skala MOS, video dipertimbangkan sebagai meta-metric yang dihasilkan dari nilai-nilai metrik lainnya untuk menghasilkan nilai komputasi dari persepsi pemakai. Dengan mengkombinasikan delay, nilai jitter yang diterima, codec untuk komunikasi dan packet loss maka dapat dihasilkan nilai komputasi untuk memprediksi nilai QoE.

MOS diukur dengan 5 skala pengukuran (ITU-T P800 1996) seperti terlihat pada Tabel 1, yaitu :

(20)

Tabel 1. Mean Opinion Score

Skala MOS

5 Excellent

4 Good

3 Fair

2 Poor

1 Bad

Metodologi pengukuran QoE dan ITU-T G.1070

Terdapat tiga metodologi untuk pengukuran QoE seperti ditunjukkan pada Gambar 4, yaitu :

1. No-Reference Model (NR), NR tidak memerlukan pengetahuan dari sumber asli untuk pembanding dalam memprediksi QoE saat memantau parameter-parameter QoS pada kondisi nyata (real time). 2. Reduce-Reference Model (RR), menggunakan pengetahuan yang

terbatas dari sumber aslinya untuk dikombinasikan saat pengukuran pada kondisi nyata (real time) agar mendapat prediksi nilai QoE. 3. Full-Reference Model (FF), menggunakan pengetahuan dari sumber

asli sebagai referensi saat pengukuran sebenarnya.

Cara yang paling dapat diandalkan untuk mengukur QoE adalah tes subyektif, dimana biasanya urutan video disajikan kepada pemirsa yang berbeda, dan hasilnya dirata-ratakan. Tes subyektif sulit untuk diterapkan, dan perlu waktu yang cukup. Untuk alasan ini, dikembangkan metode pengukuran RR dengan menggunakan kualitas metrik berbeda untuk mengevaluasi dan estimasi kualitas video. Yamagishi dari NTT DoComo(Takahashi dan Yamagishi 2008) mengusulkan kepada ITU sebuah model matematis eksperimental yang kemudian menjadi rekomendasi untuk pengukuran QoE yaitu ITU-T G.1070. Model ITU-T

(21)

G.1070 (ITU-T 2012) menggunakan parameter obyektif untuk mendapatkan prediksi nilai persepsi subyektif (QoE). Model ITU-T G.1070 menggunakan perhitungan terhadap parameter yang terkait dengan video, suara dan komunikasi jaringan (delay,jitterdanpacket-loss).

Gambar 5. Diagram model ITU-T G.1070

Hal-hal yang terkait video akan menentukan parameter-parameter kualitas video yaitu :

• Parameter Video 1. Video codec:

1. Tipecodec(MPEG-2,MPEG-4 dll) 2. Format Video (QVGA, VGA dll) 3. Key frame

4. Ukuran layar video (diagonal) 2. Video bit rate

3. Frame rate

Sedang hal-hal yang terkait jaringan komunikasi yaitu : • Parameter jaringan

(22)

2. Packet loss

Pada Gambar 6 di bawah menunjukkan metode pengukuran kualitas video yang berdasarkan pada parameter-parameter video dan jaringan.

Gambar 6. Video Quality Estimation ITU-T G.1070

Fungsi estimasi nilai kualitas video

Persamaan berikut ini digunakan untuk menghitung nilai perkiraan (Vq) dari MOS (Mean Opinion Score) Video.

= 1 + (4)

Nilai Vq berkisar antara 1 dan 5 sesuai nilai MOS. Vq memberikan nilai kualitas video yang diakibatkan oleh pengaruh packet-loss, perubahan frame rate dan

video bit rateyang dinyatalan dengan persamaan berikut :

(5)

Dimana PplV adalah packet-loss yang dihasilkan dari pengukuran, dan DPplV adalah degradasipacket lossyang diakibatkan perubahanframe ratedanvideo bit rate.Seperti yang ditunjukkan pada persamaan berikut :

(23)

Icoding

merupakan nilai distorsi kualitas gambar dasar (basic I frame) video

= ( ( ) ( ) (7)

DFrV adalah penurunan nilai frame rate yang dipengaruhi video bit rate selama transmisi pada jaringan.

= + , 0 < , : (8)

Optimal frame rate (Ofr)merupakan nilai frame rate yang terbaik yang dihasilkan pada video bit rate tertentu.

= + , 1 < 30, : (9)

Koefisien-koefisien v1,v2,v3 ...v12 dihasilkan dari tabel database standar dari ITU sebagai berikut :

Tabel 3. Codec Information

(24)

Contoh :

Jika video codec yang akan dikirim (streaming) adalah H.264 standar ITU maka parameter-parameter yang digunakan adalah pada bagian kolom #5. Bila hasil pengukuran pada video bit rate 2000 kbps dan frame rate = 30 fps dan didapatkan

packet loss0.1%, maka :

BrV= 3000 kbps,FrV= 30 fps dan PplV= 0.1 % sedangka nilai variable pada kolom #5 adalah :

v1= 5.517,v2= 1.29 x 10-2, dan seterusnya hinggav12= 13.648.

Sehingga, dari persamaan (8) diperoleh nilai DFrV sebesar 1.834 dan dari persamaan (6) dan (7) didapatDPplV= 3.363 maupunIcoding= 2.950

(25)

3 METODOLOGI PENELITIAN

Infrastruktur Jaringan BPPT

Penelitian dilakukan pada jaringan dalam kondisi sebenarnya, untuk itu perlu pemahaman tentang topologi jaringan fisik dan lojik BPPT. Lokasi pengujian berada di Puspitek Serpong, Tangerang, Banten. Gambar 7 berikut adalah topologi fisik jaringan BPPT.

Gambar 7. Topologi fisik jaringan BPPT

(26)

Secara lojik seperti di

Gambar 8. Topologi lojik jaringan IPTV BPPT

i ditunjukkan Gambar 8, topologi jaringan IPTV n yaitu pertama jaringan pada gedung Teknol

ai headend dan core network. Sedang di unit gan Q2) sebagaiaccess network.

Metode Penelitian

litian yang dilakukan seperti ditunjukkan pada mempersiapkan skenario yang diarahkan ngan IPTV yang terdiri dari stasiun pusat (heade

ork) dan transmisi publik (access net

server dan klien pada jaringan. Langkah be ukuran QoS dengan cara mengalirkan video be ur jaringan IPTV pada bit rate antara 1000 hin ng node jaringan tersebut, dilakukan perekam nnya (packet loss, delay dan jitter). Selanjut

ai QoS ke QoE menggunakan ITU-T kaman video dengan hasil pengukuran ITU-T G

PTV BPPT terbagi knologi 3 (disebut unit-unit lainnya di

da Gambar 9 yaitu n pada cakupan

headend), transmisi

(27)

Gambar 9. Metode Penelitian

Konfigurasi Server

(28)

berjalan dengan baik dan benar.

Konfigurasi server broadcaster meliputi konfigurasi IP, port encoder dan System Master Console. Master console memiliki fungsi menu yang berbeda –beda, ada sebanyak 14 fungsi namun hanya 4 saja yang difungsikan yaitu meliputi :

1. System Management

Merupakan bagian konfigurasi global dari broadcaster server yang terdiri dari manaemen user, manajemen jaringan, manajemen servis, manajemen lokasi, dan manajemen samba server.

2. Channel Management

Digunakan untuk melakukan manajemen dari setiap channel yang telah dibuat atau yang belum dibuat, meliputi: penamaan channel, nomer id channel, tipe channel, encoder section ( bagian ini mengatur parameter-parameter konten yang harus diberikan seperti: video output, audio output, resolusi, output aspect ratio, sample rate, burst sample rate, audio delay dan volume, ASI video dan audio PID, output I-frame Interval per detik, keluaran video dan audiocodec).

3. User Objects Management

Library dari konten-konten VOD yang terdapat pada samba server akan di atur dalam user objects management. Bagian pengindeksan dari setiap konten dari samba server diperlukan untuk dapat menentukan index dari setiap konten, nama konten, penamaan ekstensi konten, dan pengarahan dari alamat konten tujuan agar dapat dipanggil oleh system.

4. Local FilesManagement

Sebagai media dengan fungsi monitoring dari setiap file – file konten VOD yang telah di unggah sebelumnya. File–file konten VOD yang telah ada pun tidak semua file – file konten akan tampak pada window samba directory, hanya berjumlah 18 – 20 konten yang dapat terlihat jelas pada

window samba directory

Persiapan Infrastruktur

(29)

Sehingga te

• Peng

• Peng

(cor

• Peng

gedun Seperti tam ini:

Gambar 11.

Gambar 10. Topologi untuk pengukuran

terdiri dari:

Pengujian pada 1 segmen mewakili jaringan PD Pengujian pada 2 segmen ( 1 router) mewakili P (core network)

Pengujian pada 2 segmen berbeda area (2 router gedung Teknologi 3 dan BPPT (access network) ampak pada Gambar 11, Gambar 12, dan Gamba

11. Topologi pengukuran untuk 1 segmen (headend)

n PDIS (headend) i PDIS dan PTIK

outer) mewakili

ork)

(30)

Perekaman Video

Perekaman video pada yaitu 3 node. Perek

ada sisi klien dilakukan di beberapa titik/node ekaman akan menangkap gambar video maupun kan. Sumber video yang akan digunakan mengg n frame rate 30 fps dan jumlah frame 220 yang

(National Telecommunication and Information communication System)(NTIA,2013).

deo akan dialirkan (streaming) menggunakan i dari 1000 kb/s hingga 8000 kb/s. Lalu akan di

mbar 12. Topologi untuk pengukuran 2 segmen (core netwo

bar 13. Topologi untuk pengukuran 2 segmen berbeda area

node. Jumlah node

(31)

Perekaman data jaringan

Perekaman data jaringan menggunakan aplikasi packet analyzer Wireshark dan dilakukan bersamaan waktunya dengan perekaman video. Jumlah node yang ditetapkan yaitu 3 titik (node). Pemilihan waktu perekaman yaitu pk 09.00, 12.00 dan 15.00. Pemilihan waktu ini untuk mengetahui beban trafik jaringan yang terjadi. Setiap pengujian akan dicatat nilaipacket loss, delaydan jitternya.

Agar memudahkan dalam mendokumentasikan data rekaman maka perlu memberikan nama file hasil perekaman dengan aturan sebagai berikut:

a. File perekaman data jaringan Urutan penamaan file :

[codec][noskenario][bitrate 2digit didepan]-[pengujianke]

Contoh :

Mpg2Q1a25-0010.pcap Artinya :

Codec : MPEG-2, Skenario topologi : Q1a,Bitrate: 2500, pengujian ke 10.

b. File perekaman video

Urutan penamaan file sama seperti data jaringan hanya ditambahkan vdo di akhir file.

[codec][noskenario][bitrate 2digit didepan]-[pengujianke]vdo Contoh :

Mpeg2Q1a25-0010vdo.pcap Artinya :

Codec : MPEG-2, Skenario topologi : Q1a,Bitrate: 2500, pengujian ke 10.

Penyimpanan nilai-nilai QoS

(32)

Tabel 4. Struktur file hasil perekaman jaringan (pcap)

No. Time Source Destination Protocol Length Info

Delta Time

1 0.000000 10.x.x.x 10.y.y.y RTP 82

Unknown RTP

version 0 0.000000

2 0.000152 10.x.x.x 10.y.y.y RTP 82

Unknown RTP

version 0 0.000152

3 0.000289 10.x.x.x 10.y.y.y RTP 82

Unknown RTP

version 0 0.000137

4 0.000354 10.x.x.x 10.y.y.y RTP 82

Unknown RTP

version 0 0.000065

5 0.000451 10.x.x.x 10.y.y.y RTP 82

Unknown RTP

version 0 0.000097

6 0.000582 10.x.x.x 10.y.y.y RTP 82

Unknown RTP

version 0 0.000131

7 0.000685 10.x.x.x 10.y.y.y RTP 82

Unknown RTP

version 0 0.000103

8 0.000984 10.x.x.x 10.y.y.y RTP 82

Unknown RTP

version 0 0.000299

Keterangan :

No : nomor frame paket

Time : waktu tiba frame paket/delay

Source : IP Server

Destination : IP Klien

Protocol : Protokol yang digunakan

Length : ukuran frame paket

Delta : selisih delay (jitter)

Dari data-data yang sudah terkumpul akan didapatkan nilai-nilai QoS (delay, jitter danpacket loss).

Pemetaan nilai parameter QoS

(33)

4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil dari kegiatan pengujian kualitas video yang dilakukan pada jaringan PDIS telah menghasilkan sebanyak lebih dari 100 gambar. Pengukuran dilakukan menggunakan Wireshark. Uji coba streaming telah dilakukan pada skala lab (1 segmen) untuk headend, LAN (2 segmen) untuk core network dan WAN (antar gedung) untukacess network.

Pengukuran Skala Lab (headend)

Pengukuran ini untuk mengetahui kualitas QoE video terdistribusi pada skala lab pada PDIS yang merupakan headend stasiun siaran utama. Tujuannya ialah melakukan pengukuran dalam lingkungan perangkat yang terjamin kelayakannya.

Proses streaming ini dilakukan dengan mentransmisikan video menggunakan protokol RTP. Perekaman data menggunakan Wireshark yang berbasis open source. Untuk perekaman video menggunakan aplikasi video capturing Camtasia versitrial.

Tabel 5. Hasil Pengukuran pada skala headend

Bit Rate (kbps) Packet Loss (%)

Perhitungan Vq menggunakan formulasi ITU-T G.1070

Pada Tabel 5, dari hasil pengukuran didapatkan nilai packet loss yang stabil (<0.10%). Hasil perhitungan menggunakan G.1070 didapat nilai kualitas QoE video berada di kisaran 4 (Good). Pada Gambar 14 tampak nilai packet loss

(34)

Secara umum dengan nilai packet loss0.10% pada rentang bit rate 1000 sd 2500 kbps dan 0.00% pada bit rate > 2500 kbps menunjukkan bahwa kondisi jaringan

headend sudah menunjukkan jaminan terhadap kualitas QoE video yang baik (Gambar 15).

i

Penurunan nilai delay menjadi sekitar 25 ms (artinya terjadi percepatan dalam transmisi) pada rentang 1000 sd 2500 kbps berpengaruh sangat kecil terhadap

packet loss. Untuk peningkatan delay dengan kisaran 30 ms dan jitter yang stabil (<5 ms) tidak berpengaruh terhadap packet loss seperti yang ditunjukkan pada Gambar 16.

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000

M

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000

(%

)

Video Bit rate (kbps)

Packet Loss (%)

Gambar 14. Pengukuran nilai packet loss terhadap nilai video bit rate skalaheadend

(35)

Vq = 3.70, Bit rate = 1000 kbps Vq = 3.80, Bit rate = 1000 kbps

Vq = 4.20, Bit rate = 2500 kbps Vq = 4.18, Bit rate = 2500 kbps

Gambar 17. Hasil perekaman video streaming pada skalaheadend

Gambar 17 tampak Vq memiliki nilai yang hampir sama yaitu 4.18 dan 4.20 untuk bit rate sebesar 2500 kbps. Pada bit rate 1000 kbps, Vqmemiliki selisih 0.1 (3.70 dan 3.80), sehingga perbedaan videonya lebih tampak jelas.

Pengukuran Skala LAN (core network)

Tujuan pengukuran ini untuk mengetahui kualitas QoE video terdistribusi skala

0 5 10 15 20 25 30 35

1000 1500 2000 2500 3000 4000 5000 6000 7000 8000

M

ic

ro

se

co

n

d

Video Bit Rate (kbps)

Delay Jitter

(36)

LAN pada PDIS yang merupakancore network stasiun siaran utama. Hal lainnya adalah melakukan pengukuran pada jaringan transmisi untuk mengetahui kualitas atau kemampuan jaringan dalam mendukung siaran IPTV. Pengukuran dilakukan pada lingkungan jaringan Gedung Teknologi 3 BPPT Serpong dimana terdapat unit kerja PTIK dan PDIS.

Pengukuran dengan protokol RTP

Proses streaming dilakukan dengan mentransmisikan video menggunakan protocol RTP. Video dialirkan (streaming) dari server ke klien dengan berbagai kombinasi bit rate antara 1000 hingga 8000 kbps. Perekaman data menggunakan Wireshark yang berbasis open source. Untuk perekaman video menggunakan aplikasivideo capturingCamtasia versitrial.

Tabel 6. Hasil pengukuran dgn protokol RTP skala core network

Bit Rate (kbps) Packet Loss (%)

Jitter(ms) Delay(ms) Vq*)

1000 2.62 26.80 102.55 2.10

2000 2.25 11.59 19.59 1.70

3000 0.08 26.13 96.21 3.90

4000 0.00 9.18 36.49 3.80

5000 0.00 6.65 115.96 4.10

6000 0.06 21,04 63.79 4.00

7000 0.04 16.35 24.78 4.10

8000 0.00 14.20 24.78 4.30

*)

Perhitungan Vq menggunakan formulasi ITU-T G.1070

Pada Tabel 6, dari hasil pengukuran didapatkan nilai packet loss yang stabil (<0.10) pada bit rate≥3000 kbps. Sedang untuk bit rate < 3000 kbps, nilaipacket loss cukup besar (>2%) sehingga kualitas videonya rendah seperti ditunjukkna Gambar 22. Delay dan jitter memiliki nilai yang fluktuatif dengan nilai rata-rata 60 ms dan 16.5 ms namun memiliki kecenderungan penurunan pada bit rate yang makin besar (Gambar 19 dan Gambar 21). Dari hasil perhitungan menggunakan G.1070 didapat nilai kualitas QoE video berada di kisaran 4 (Good) pada video bit rate ≥ 3000 kbps. Ini menunjukkan delay dan jitter tidak berpengaruh pada kualitas video dengan bit rate≥3000 kbps (Gambar 23).

Pengukuran dengan protokol TCP

(37)

Wireshark yang berbasis open source. Untuk perekaman video menggunakan aplikasivideo capturingCamtasia versitrial.

Tabel 7. Hasil pengukuran dgn protokol TCP skala core network

Bit Rate (kbps) Packet Loss (%)

Jitter (ms)

Delay(ms) Vq*)

1000 0.01 5.47 5.41 3.79

2000 0.00 5.60 5.42 4.19

3000 0.00 5.29 4.69 4.27

4000 0.00 5.29 3.52 4.32

5000 0.00 5.28 3.82 4.35

6000 0.00 5.27 3.06 4.37

7000 0.00 5.28 3.81 4.38

8000 0.00 5.79 4.47 4.39

*)

Perhitungan Vq menggunakan formulasi ITU-T G.1070

Pada Tabel 7, dari hasil pengukuran didapatkan nilai packet loss yang stabil mendekati 0 ms pada semua bit rate (Gambar 18). Delay dan jitter memiliki nilai yang relatif kecil yaitu pada kisaran 5 ms (Gambar 20 dan Gambar 21). Rata-rata nilai kualitas video dengan TCP adalah di atas 4 (Good) seperti ditunjukkan pada Gambar 19.

0 2000 4000 6000 8000

P

Packet Loss RTP vs TCP

PLR TCP PLR RTP

(38)

Pada Gambar 20 tampak delay RTP lebih besar dibandingkan dengan delay pada TCP, dan bersifat fluktuatif atau tidak stabil khusunya pada bit rate kurang dari 3000 kbps. Hasil proses videonya (Gambar 22) cenderung membaik sesuai peningkatan bit rate .

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000

M

0 2000 4000 6000 8000

(m Gambar 19. Perbandingan nilai kualitas video menggunakan protocol RTP dan

TCP pada skalacore network

(39)

(a) Vq = 2.10, Bit rate = 1000 kbps, RTP

(b)Vq = 3.79, Bit rate = 1000 kbps, TCP

Gambar 22. Hasil perekaman video pada bit rate 1000 kbps

Gambar 22 di atas menunjukkan efek noisy yang disebabkan hilangnya piksel pada saat pengiriman data video menggunakan RTP. Sedangkan stabilitas Vqpada TCP terjadi karena TCP adalah connection oriented protocolsehingga setiap data yang dikirmkan akan selalu dikonfirmasikan.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

0 2000 4000 6000 8000

(m

s)

Video Bit Rate (kbps)

Jitter RTP vs TCP

Jitter RTP

Jitter TCP

(40)

(a)Vq = 3.90, Bit rate = 3000 kbps, RTP

(b)Vq = 4.27, Bit rate = 3000 kbps, TCP

Gambar 23. Hasil perekaman video pada bit rate 3000 kbps

Dari hasil perhitungan menggunakan G.1070 didapat nilai kualitas Woe video berada di kisaran 4 (Good) untuk protocol TCP seperti tampak pada Gambar 19. Dengan delay dan jitter yang kecil (kurang lebih 5 ms) memberikan stabilitas kualitas video yang baik untuk protocol TCP (Gambar 22(b) dan Gambar 23(b)). Seperti halnya pada pengukuran headend, protocol TCP dan RTP menghasilkan kualitas yang stabil pada bit rate ≥3000 kbps (Gambar 23). Untuk RTP, pengaruh besaran delay dan jitter hanya terjadi pada bit rate dengan nilai kurang dari 3000 kbps.

Pengukuran Skala WAN (access network)

Tujuan pengukuran ini untuk mengetahui kualitas Woe video terdistribusi skala WAN pada BPPT Serpong yang merupakanaccess network yang terhubung ke pelanggan akhir. Hal lainnya adalah melakukan pengukuran pada jaringan akses untuk mengetahui kualitas atau kemampuan jaringan dalam mendukung siaran IPTV. Pengukuran dilakukan pada lingkungan jaringan Gedung Teknologi 3 BPPT Serpong dan lingkungan jaringan di luar Gedung Teknologi 3 yang masih berada dalam kawasan Puspitek.

Proses streaming ini dilakukan dengan mentransmisikan video menggunakan protocol RTP menggunakan VLC sebagai server maupun klien. Dan protocol TCP menggunakan SysMaster sebagai server dan DMC Tornado sebagai klien.Wireshark digunakan untuk menangkap data jaringan pada sisi client. Data yang direkam oleh Wireshark akan berbentuk file pcap, file capture (pcap) ini diproses untuk mendapatkan paket data jaringan. Rincian delay dan

(41)

Tabel 8. Hasil pengukuran dgn 29rotocol RTP skala access network

Bit Rate (kbps) Packet Loss (%)

Jitter(ms) Delay(ms) Vq*)

1000 2.76 22.30 300.31 2.00

1500 0.15 8.09 47.77 3.79

2000 0.00 6.19 33.59 4.19

2500 0.02 5.34 33.07 4.15

3000 0.00 4.67 22.50 4.27

4000 0.02 3.92 19.93 4.23

5000 0.01 4.24 16.34 4.30

6000 0.00 2.95 14.85 4.37

*)

Perhitungan Vq menggunakan formulasi ITU-T G.1070

Pada Tabel 8 dan 9, dari hasil pengukuran didapatkan nilaipacket loss yang stabil (≤0.15) pada semua bit rate kecuali untuk protocol RTP. Sedang delay dan jitternya memiliki nilai yang relative stabil.

Tabel 9. Hasil pengukuran dgn 29rotocol TCP skala access network

Bit Rate (kbps) Packet Loss (%)

Jitter(ms) Delay(ms) Vq*)

1000 0.00 1.14 9.01 3.80

1500 0.02 0.50 1.55 4.04

2000 0.01 0.54 1.20 4.16

2500 0.00 0.93 9.94 4.24

3000 0.00 3.07 8.51 4.27

4000 0.00 0.73 10.84 4.32

5000 0.00 1.14 10.76 4.35

6000 0.00 0.73 12.59 4.37

*)

Perhitungan Vq menggunakan formulasi ITU-T G.1070

(42)

Gambar 25. Perbandingan packet loss menggunakan 30rotocol RTP dan TCP pada skala access network

Penurunan delay yang berarti terjadi peningkatan kecepatan dalam pengiriman data (Gambar 24) berpengaruh pada penurunan packet loss (Gambar 25) yang pada akhirnya meningkatkan kualitas video. Hal ini menunjukkan jaminan kualitas jaringan yang baik dalam mendukung siaran IPTV.

-0.50

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

(%

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

m

(43)

Peningkatan kualitas yang tajam dan penurunan jitter (Gambar 26) pada bit rate 1500 kbps untuk RTP hingga menyamai kualitas TCP menunjukkan bahwa jitter tidak berpengaruh terhadap kualitas untuk bit rate yang tinggi (lebih dari 1500 kbps).

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

m Gambar 27. Perbandingan nilai jitter menggunakan protokol RTP dan TCP

pada skala access network

(44)

Vq = 2.00, Bit rate = 1000 kbps, RTP

Vq = 3.80, Bit rate = 1000kbps , TCP

Gambar 28. Hasil perekaman video pada video bit rate 1000 kbps skalaaccess network

Pada pengujian skala WAN terlihat kualitas video hampir sama, baik menggunakan protocol RTP maupun TCP. Pada gambar 16 di atas dengan nilai Vq

= 2.00 kualitasnya hampir sama denganVq= 3.80.

Gambar 28 menunjukkan dengan Vq = 2.00 untuk RTP danVq= 3.80 untuk TCP seperti memiliki kualitas yang sama tapi sebenarnya berbeda karena kualitas video

Vq = 2.00 berjalan tersendat-sendat sementara Vq = 3.80 berjalan lancar. Hal ini terjadi karenapacket loss RTP lebih besar daripada TCP namun paket frame yang hilang tidak pada posisi yang sama sehingga tidak tampak kerusakan pada frame piksel gambar untukVq= 2.00.

(45)

5 SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Hasil pengukuran yang telah dilakukan menghasilkan beberapa kesimpulan diantaranya kualitas video yang tidak terpengaruh delay untuk nilai <35ms dan

jitter untuk nilai <5ms. Pengukuran di berbagai scenario menunjukkan pada video bit rate dengan besaran ≥2000 kbps dapat memberikan jaminan QoE yang baik. Pemilihan penggunaan protocol TCP menunjukkan kinerja yang lebih baik daripada RTP. Pengamatan visual dari hasil pengukuran video streaming di pengguna akhir maka rekomendasi ITU-T G.1070 dapat digunakan sebagai tools

untuk memprediksi nilai QoE video.

SARAN

(46)

DAFTAR PUSTAKA

Brent Kelly. 2002. Quality of Service In Internet Protocol ( IP ) Networks Prepared for the International Communications Industries Association To support Infocomm 2002.Wainhouse Research, 1–5.

Cerqueira, E., Curado, M., Yannuzzi, M., dan Monteiro, E. 2009. An Overview of Quality of Experience Measurement Challenges for Video Applications in IP Networks.Advance Network Architecture University of Catalunya.

Chang, Y., Chang, C., Chen, K., dan Lei, C. 2010. Radar Chart: Scanning for

High QoE in QoS Dimensions. InIEEE CQR.

Driscoll, G. O. 2007. Next Generation IPTV Services and Technologies. New Jersey (US). John Wiley & Sons Inc.

[ITU-T]. International Telecommunication Union - Telecommunication Standarization Sector. 1996. ITU-T P.800 Methods for objective and subjective assessment of quality(Vol. 800).

[ITU-T]. International Telecommunication Union - Telecommunication Standarization Sector. 2007.ITU-T P10/G.100: Vocabulary for performance and quality of service.ITU-T P.10/G.100(Vol. 100).

[ITU-T]. International Telecommunication Union - Telecommunication Standarization Sector. 2012. ITU-T G.1070 Opinion model for video-telephony applications.

Kuipers, F., Kooij, R., dan Vleeschauwer, D. De. 2010. Techniques for Measuring Quality of Experience. Di dalam: The 8th international conference on Wired/Wireless Internet Communications. doi:10.1007/978-3-642-13315-2_18

Maraj, A., dan Shehu, A. 2012. Analysis of Different Parameters that Affect QoS/QoE for Offering Multi-IPTV Video Simultaneously in TK. Journal of Computer and Communcation,9, 1412–1423.

Marcelo, A. 2009. Digital Television System. Cambridge, New York (US). Cambridge University Press.

Markus Fiedler, B. 2010. A generic quantitative relationship between Quality of Experience and Quality of Service.IEEE Network,24(March).

(47)

Perez, P., Gutierrez, J., Ruiz, J. J., dan Garcia, N. 2011. Qualitative Monitoring of Video Quality of Experience. Di dalam:2011 IEEE International Symposium on Multimedia, 470–475. doi:10.1109/ISM.2011.83

Simpson, W. 2006.Video Over IP (p. 515). Oxford (UK). Focal Press.

Takahashi, A., dan Yamagishi, K. 2008. Global Standardization Activities Recent Activities of QoS / QoE Standardization, ITU-T SG12(Vol. 6).

(48)
(49)

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 29 Juli 1966 sebagai anak terakhir dari 9 bersaudara dari pasangan Soedarsono Hantoro dan Kuswati. Lulus sebagai sarjana bidang teknik computer dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada tahun 1993. Berkarir sebagai praktisi bidang IT hingga tahun 2000. Kemudian mengabdi penuh sebagai dosen hingga tahun 2004.

Gambar

Gambar 1. Komponen standar sistem siaran IPTV
Gambar  2 me beberapa perangkat pe 1. IPTV Data C Dikenal  denga menerima  kont content  aggre perangkat  ker perangkat keam jaringan berba 2
Gambar 3. Pengukuran QoE IPTV
Tabel 1. Mean Opinion Score Skala MOS 5 Excellent 4 Good 3 Fair 2 Poor 1 Bad
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tetapi karena ia tinggal bersama keluarga besar dan masuk dalam kategori cacat mental ringan yang dapat di didik maka pemenuhan kewajiban istri oleh penyandang cacat mental

Dari hasil perhitungan dan analisis yang dilakukan, maka diperoleh bentuk hubungan linier dari efisiensi modal kerja dan likuiditas digunakan analisis regresi

[r]

Maksudnya untuk menjelaskan penerapan peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum khususnya pelaksanaan pembayaran

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh variasi waktu aging pada kristalinitas ZSM-5 yang disintesis secara langsung dari kaolin Bangka tanpa

menunjukkan bahwa semakin berat tubuh ikan akan linear dengan tingkat kematangan gonad (TKG) dan nilai indek gonad somatic[15]. Berdasarkan jenis kelaminnya, nilai GSI untuk ikan

Apabila lembaga pendidikan ini memperlakukan mahasiswa sebagai pelanggan dengan mengevaluasi kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang dirasakan mahasiswa

[r]