Infrastruktur Jaringan BPPT
Penelitian dilakukan pada jaringan dalam kondisi sebenarnya, untuk itu perlu pemahaman tentang topologi jaringan fisik dan lojik BPPT. Lokasi pengujian berada di Puspitek Serpong, Tangerang, Banten. Gambar 7 berikut adalah topologi fisik jaringan BPPT.
Gambar 7. Topologi fisik jaringan BPPT
BPPT memiliki beberapa kantor cabang selain di jalan Thamrin dan Serpong yaitu Yogyakarta, Denpasar, Lampung dan Batam. Penelitian ini dibatasi hanya pada lingkup jaringan di Puspitek,Serpong.
Secara lojik seperti di menjadi 2 bagian y dengan Q1) sebagai BPPT (disebut dengan Q Metode peneliti pertama dengan me infrastruktur jaringan lokal (core network
mengkonfigurasi serve melakukan pengukur melalui infrastruktur Pada masing-masing data-data jaringannya penghitungan nilai membandingkan rekam
Gambar 8. Topologi lojik jaringan IPTV BPPT
i ditunjukkan Gambar 8, topologi jaringan IPTV n yaitu pertama jaringan pada gedung Teknol
ai headend dan core network. Sedang di unit gan Q2) sebagaiaccess network.
Metode Penelitian
litian yang dilakukan seperti ditunjukkan pada mempersiapkan skenario yang diarahkan ngan IPTV yang terdiri dari stasiun pusat (heade
ork) dan transmisi publik (access net
server dan klien pada jaringan. Langkah be ukuran QoS dengan cara mengalirkan video be ur jaringan IPTV pada bit rate antara 1000 hin ng node jaringan tersebut, dilakukan perekam nnya (packet loss, delay dan jitter). Selanjut
ai QoS ke QoE menggunakan ITU-T kaman video dengan hasil pengukuran ITU-T G
PTV BPPT terbagi knologi 3 (disebut unit-unit lainnya di da Gambar 9 yaitu n pada cakupan headend), transmisi network). Kedua, h berikutnya yaitu o berformat H.264 hingga 8000 kbps. aman video serta njutnya melakukan -T G.1070 dan
Gambar 9. Metode Penelitian
Konfigurasi Server
Tujuan dari konfigurasi adalah mengatur perangkat server IPTV dan klien serta perangkat-perangkat pendukung lainnya dalam jaringan dan memastikannya
berjalan dengan baik dan benar.
Konfigurasi server broadcaster meliputi konfigurasi IP, port encoder dan System Master Console. Master console memiliki fungsi menu yang berbeda –beda, ada sebanyak 14 fungsi namun hanya 4 saja yang difungsikan yaitu meliputi :
1. System Management
Merupakan bagian konfigurasi global dari broadcaster server yang terdiri dari manaemen user, manajemen jaringan, manajemen servis, manajemen lokasi, dan manajemen samba server.
2. Channel Management
Digunakan untuk melakukan manajemen dari setiap channel yang telah dibuat atau yang belum dibuat, meliputi: penamaan channel, nomer id channel, tipe channel, encoder section ( bagian ini mengatur parameter-parameter konten yang harus diberikan seperti: video output, audio output, resolusi, output aspect ratio, sample rate, burst sample rate, audio delay dan volume, ASI video dan audio PID, output I-frame Interval per detik, keluaran video dan audiocodec).
3. User Objects Management
Library dari konten-konten VOD yang terdapat pada samba server akan di atur dalam user objects management. Bagian pengindeksan dari setiap konten dari samba server diperlukan untuk dapat menentukan index dari setiap konten, nama konten, penamaan ekstensi konten, dan pengarahan dari alamat konten tujuan agar dapat dipanggil oleh system.
4. Local FilesManagement
Sebagai media dengan fungsi monitoring dari setiap file – file konten VOD yang telah di unggah sebelumnya. File–file konten VOD yang telah ada pun tidak semua file – file konten akan tampak pada window samba directory, hanya berjumlah 18 – 20 konten yang dapat terlihat jelas pada
window samba directory
Persiapan Infrastruktur
Pada Gambar 10 di bawah, topologi pengujian (Q) dibagi menjadi 2 yaitu topologi yang mewakili jaringan pada PDIS dan PTIK di gedung Teknologi 3 (Q1) dan jaringan selain PDIS dan PTIK (Q2) yaitu BPPT Serpong.
Sehingga te • Peng • Peng (cor • Peng gedun Seperti tam ini: Gambar 11.
Gambar 10. Topologi untuk pengukuran
terdiri dari:
Pengujian pada 1 segmen mewakili jaringan PD Pengujian pada 2 segmen ( 1 router) mewakili P (core network)
Pengujian pada 2 segmen berbeda area (2 router gedung Teknologi 3 dan BPPT (access network) ampak pada Gambar 11, Gambar 12, dan Gamba
11. Topologi pengukuran untuk 1 segmen (headend)
n PDIS (headend) i PDIS dan PTIK outer) mewakili
ork)
Perekaman Video
Perekaman video pada yaitu 3 node. Perek
codec yang digunakan. yaitu H.264 dengan fr standar NTIA-ITS (N - International Telecom
Masing-masing video yang berbeda mulai da node klien.
Gamb
Gamba
ada sisi klien dilakukan di beberapa titik/node ekaman akan menangkap gambar video maupun kan. Sumber video yang akan digunakan mengg n frame rate 30 fps dan jumlah frame 220 yang
(National Telecommunication and Information communication System)(NTIA,2013).
deo akan dialirkan (streaming) menggunakan i dari 1000 kb/s hingga 8000 kb/s. Lalu akan di
mbar 12. Topologi untuk pengukuran 2 segmen (core netwo
bar 13. Topologi untuk pengukuran 2 segmen berbeda area
node. Jumlah node aupun information
nggunakan format ng digunakan oleh
ion Administration
kan video bit rate n direkam pada sisi
work)
Perekaman data jaringan
Perekaman data jaringan menggunakan aplikasi packet analyzer Wireshark dan dilakukan bersamaan waktunya dengan perekaman video. Jumlah node yang ditetapkan yaitu 3 titik (node). Pemilihan waktu perekaman yaitu pk 09.00, 12.00 dan 15.00. Pemilihan waktu ini untuk mengetahui beban trafik jaringan yang terjadi. Setiap pengujian akan dicatat nilaipacket loss, delaydan jitternya.
Agar memudahkan dalam mendokumentasikan data rekaman maka perlu memberikan nama file hasil perekaman dengan aturan sebagai berikut:
a. File perekaman data jaringan Urutan penamaan file :
[codec][noskenario][bitrate 2digit didepan]-[pengujianke] Contoh :
Mpg2Q1a25-0010.pcap Artinya :
Codec : MPEG-2, Skenario topologi : Q1a,Bitrate: 2500, pengujian ke 10.
b. File perekaman video
Urutan penamaan file sama seperti data jaringan hanya ditambahkan vdo di akhir file.
[codec][noskenario][bitrate 2digit didepan]-[pengujianke]vdo Contoh :
Mpeg2Q1a25-0010vdo.pcap Artinya :
Codec : MPEG-2, Skenario topologi : Q1a,Bitrate: 2500, pengujian ke 10.
Penyimpanan nilai-nilai QoS
Data yang diperoleh pada saat perekaman data jaringan dengan Wireshark masih berbentuk pcap yang memuat seluruh data paket yang melewati jalur pada jaringan yang diujicobakan. Perlu pemilahan terhadap data paket yang terkait transmisi dari server pengirim ke klien yang dituju. Tabel 4 berikut ini adalah contoh struktur filepcap yang sudah dipilah berdasarkan protocol RTP dengan IP server 10.x.x.x dan IP klien 10.y.y.y.
Tabel 4. Struktur file hasil perekaman jaringan (pcap)
No. Time Source Destination Protocol Length Info
Delta Time 1 0.000000 10.x.x.x 10.y.y.y RTP 82 Unknown RTP version 0 0.000000 2 0.000152 10.x.x.x 10.y.y.y RTP 82 Unknown RTP version 0 0.000152 3 0.000289 10.x.x.x 10.y.y.y RTP 82 Unknown RTP version 0 0.000137 4 0.000354 10.x.x.x 10.y.y.y RTP 82 Unknown RTP version 0 0.000065 5 0.000451 10.x.x.x 10.y.y.y RTP 82 Unknown RTP version 0 0.000097 6 0.000582 10.x.x.x 10.y.y.y RTP 82 Unknown RTP version 0 0.000131 7 0.000685 10.x.x.x 10.y.y.y RTP 82 Unknown RTP version 0 0.000103 8 0.000984 10.x.x.x 10.y.y.y RTP 82 Unknown RTP version 0 0.000299 Keterangan :
No : nomor frame paket
Time : waktu tiba frame paket/delay
Source : IP Server
Destination : IP Klien
Protocol : Protokol yang digunakan
Length : ukuran frame paket
Delta : selisih delay (jitter)
Dari data-data yang sudah terkumpul akan didapatkan nilai-nilai QoS (delay, jitter danpacket loss).
Pemetaan nilai parameter QoS
Parameter-parameter QoS yang digunakan untuk melakukan pengukuran prediksi nilai QoE video adalah packet loss, delay, jitter. Hasil perekaman data QoS jaringan pada tiap-tiap node akan dipetakan menggunakan standar formula ITU-T G.1070 yang dipresentasikan denganVqseperti pada contoh persamaan (4).