• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Risiko Diversifikasi Sayuran Indigenous (Kasus: Usahatani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan, Kabupaten Cianjur)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Risiko Diversifikasi Sayuran Indigenous (Kasus: Usahatani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan, Kabupaten Cianjur)"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS RISIKO DIVERSIFIKASI SAYURAN

INDIGENOUS

(Kasus : Usahatani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani

Parahyangan, Kabupaten Cianjur)

RISKA DIAN PERTIWI PERMATASARI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko Diversifikasi Sayuran Indigenous (Kasus: Usahatani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan, Kabupaten Cianjur) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Riska Dian Pertiwi Permatasari

(4)

ABSTRAK

RISKA DIAN PERTIWI PERMATASARI. Analisis Risiko Diversifikasi Sayuran

Indigenous (Kasus: Usahatani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan, Kabupaten Cianjur). Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI.

Sayuran Indigenous adalah sayuran asli suatu daerah (lokal) yang merupakan salah satu keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia. Kelompok tani yang bergerak dibidang agribisnis khususnya sayuran di Kabupaten Cianjur salah satunya adalah Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan. Terjadinya fluktuasi produktivitas mengindikasikan adanya risiko dalam usahataninya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kegiatan spesialisasi dan diversifikasi yang dilakukan oleh petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan dengan melihat besarnya risiko yang dihadapi dan menyusun alternatif strategi diversifikasi dengan menyajikan kombinasi komoditas yang tepat untuk mengurangi besarnya risiko usahatani pada kegiatan spesialisai yang dilakukan oleh petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan diskusi serta pengisian kuisioner kepada 25 responden. Responden yang dipilih terdiri dari 10 petani tomat, 10 petani kubis, dan 5 petani leunca. Proses pengambilan sampel responden dilakukan dengan metode purposive sampling.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007.

Sedangkan ukuran risiko yang digunakan meliputi peluang, expected return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Sumber-sumber risiko yang dihadapi petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan adalah curah hujan, kabut, dan serangan hama dan penyakit. Hasil analisis kegiatan spesialisasi menunjukkan bahwa leunca merupakan komoditas dengan coefficient variation terendah yaitu sebesar 0,27. Kombinasi dua komoditas yaitu leunca dan kubis merupakan kegiatan diversifikasi yang paling rendah risikonya yaitu sebesar 0,29 dibandingkan kombinasi dua komoditas yang lain yaitu tomat dan leunca serta tomat dan kubis. Alternatif penanganan strategi yang dapat dijalankan oleh petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan untuk mengatasi adanya risiko produksi adalah pemilihan waktu dan komoditas yang tepat pada kegiatan diversifikasi serta pengendalian hama dan penyakit.

Kata kunci: sayuran indigenous, risiko, spesialisasi, diversifikasi

ABSTRACT

RISKA DIAN PERTIWI PERMATASARI. Indigenous Vegetables Diversification Risk Analysis (Case: Farming Farmers Group Members Mitra Tani Parahyangan, Cianjur). Supervised by ANNA FARIYANTI

(5)

members Group Mitra Tani Parahyangan by looking at the extent of the risks faced by and devise an alternative strategy of diversification by providing the right combination of commodities to reduce the risk of farming on the specialization activities carried out by farmers Group members Mitra Tani Tani Parahyangan.

A methods of collecting data done by means observation, interviews, discussions and filled out the questionnaire to 25 respondents. Respondents were selected consisting of 10 tomato farmers, 10 cabbage farmers, and 5 leunca farmers. The process of sampling respondents conducted by purposive sampling method . Data processing was performed using Microsoft Excel 2007. While the measure of risk used cover opportunities, expected return, variance, standard deviation, and coefficient of variation. Sources of risk faced by farmers Farmers Group members of Mitra Tani Parahyangan is precipitation, fog, and pests and diseases. Results of the analysis indicate that the specialization of activities leunca is a commodity with the lowest coefficient of variation is equal to 0.27. The combination of these two commodities namely leunca and cabbage is the most diversified activities namely lower risk of 0.29 compared to a combination of two other commodities as well as the tomatoes and tomato and cabbage leunca. Alternative strategies that can be run by farmers group members of Mitra Tani Parahyangan to decrease the risk of production is the timing and the right commodity diversification activities and the control of pests and diseases .

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS RISIKO DIVERSIFIKASI SAYURAN

INDIGENOUS

(Kasus : Usahatani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani

Parahyangan, Kabupaten Cianjur)

RISKA DIAN PERTIWI PERMATASARI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Analisis Risiko Diversifikasi Sayuran Indigenous (Kasus: Usahatani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan, Kabupaten Cianjur)

Nama : Riska Dian Pertiwi Permatasari NIM : H34104061

Disetujui oleh

Dr Ir Anna Fariyanti, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah risiko, dengan judul Analisis Risiko Diversifikasi Sayuran Indigenous (Kasus: Usahatani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan, Kabupaten Cianjur). Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Anna Fariyanti, MSi selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ujang Majudin selaku Ketua Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 7

Kondisi Hortikultura di Indonesia 7

Usaha Hortikultura di Indonesia 7

Sumber-Sumber Risiko Komoditi Hortikultura 8

Metode Analisis Risiko Komoditi Hortikultura 9

Strategi Penanganan Risiko Komoditi Hortikultura 10

KERANGKA PEMIKIRAN 13

Kerangka Pemikiran Teoritis 13

Kerangka Pemikiran Operasional 20

METODE 22

Lokasi dan Waktu Penelitian 22

Jenis dan Sumber Data 22

Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data 23

Analisis Risiko pada Kegiatan Spesialisasi 23

Analisis Risiko pada Kegiatan Portofolio 26

Definisi Operasional 28

HASIL DAN PEMBAHASAN 29

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 29

Gambaran Umum Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan 32

Risiko Produksi Sayuran 47

SIMPULAN DAN SARAN 63

Simpulan 63

Saran 63

DAFTAR PUSTAKA 64

LAMPIRAN 67

(12)

DAFTAR TABEL

1 Volume dan Nilai Ekspor Impor Sektor Pertanian Pada Tahun

2010-2011 1

2 Luas Panen Sayuran Tahun 2010-2011 Menurut Kabupaten di Jawa

Barat. 3

3 Luas Panen (Ha), Produksi (Ton), dan Produktivitas (Ton/Ha) Tahun

2010-2011 Menurut Kabupaten di Jawa Barat. 4

4 Daerah Produksi Sayuran Tahun 2009-2011 Menurut Kabupaten Di

Provinsi Jawa Barat 22

5 Luas Wilayah Menurut Penggunaannya Kecamatan Warungkondang,

Kabupaten Cianjur Tahun 2010 29

6 Tingkat Pendidikan Warga Desa Tegallega, Kecamatan

Warungkondang, Kabupaten Cianjur Tahun 2010 30

7 Mata Pencaharian Pokok Warga Desa Tegallega, Kecamatan

Warungkondang, Kabupaten Cianjur Tahun 2010 31

8 Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Usia di Desa Tegallega,

Kecamatan Warubgkondang, Kabupaten Cianjur 33

9 Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur Tahun

2013 34

10 Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur

Tahun 2013 35

11 Karakteristik Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Bertani di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur

Tahun 2013 35

12 Luas Lahan yang Digarap Petani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang,

Kabupaten Cianjur Tahun 2013 36

13 Karakteristik Kepemilikan Lahan Petani Anggota Kelompok tani Mitra Tani Parahyangan di Desa Tegallega, Kecamatan

Warungkondang, Kabupaten Cianjur Tahun 2013 37

14 Karakteristik Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan di DesaTegallega,Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur

Tahun 2013 37

15 Karakteristik Sumber Modal Petani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang,

Kabupaten Cianjur Tahun 2013 38

16 Rata-Rata Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Tomat, Kubis, dan Leunca Per Luas Lahan 1 Ha Kelompok Tani Mitra Tani Mitra

Tani Parahyangan Tahun 2013 44

17 Tingkat Produktivitas (Ton/Ha) Tomat, Kubis, dan Leunca Masing-Masing responden Bulan September 2012-Februari 2013 47 18 Data Curah Hujan Wilayah Kabupaten Cianjur Periode Juni 2012-

(13)

19 Data kelembaban udara untuk wilayah Kabupaten Cianjur periode

Juni 2012-Mei 2013 49

20 Penilaian Ekspected Return Komoditas Tomat, Kubis, dan Leunca

Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan 51

21 Penilaian Risiko pada Kegiatan SpesialisasiKomoditas Tomat, Kubis, dan Leunca yang dilakukan oleh petani anggota Kelompok Tani

Mitra Tani Parahyangan 52

22 Penilaian Risiko pada Kegiatan Portofolio Komoditas Tomat, Kubis, dan Leunca yang dilakukan petani anggota Kelompok Tani Mitra

Tani Parahyangan 54

23 Perbandingan Risiko Produksi Berdasarkan Pendapatan pada Kegiatan Spesialisasi dan Portofolio Tomat, Kubis, dan Leunca yang dilakukan petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan 58 24 Perbandingan Risiko Produksi Berdasarkan Bobot Portofolio

Perencanaan dan yang Ada di Lapangan pada Kegiatan Portofolio Tomat, Kubis, dan Leunca yang Dilakukan Petani Anggota

Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan. 60

DAFTAR GAMBAR

1 Security Market Line 15

2 Grafik diversifikasi dan manfaatnya terhadap pengurangan risiko

portofolio 15

3 Kerangka Pemikiran Operasional 21

4 Pola tanam petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan 39 5 Alur Proses Produksi pada Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan

Tahun 2013 40

DAFTAR LAMPIRAN

1

Daftar Pasar Swalayan Koperasi Mitra Tani Parahyangan 67 2 Jumlah Produksi (Kg) Tomat, Kubis, dan Leunca per Luas Lahan 1

Ha pada Kelompok Tani Mitra Tani Mitra Tani Parahyangan Tahun

2013 69

3 Jumlah Produktivitas (Ton/Ha) Tomat, Kubis, dan Leunca per Luas Lahan 1 Ha pada Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan Tahun

2013 69

4 Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Kelompok Tani Mitra

Tani Parahyangan Komoditas Tomat Tahun 2013 70

5 Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Kelompok Tani Mitra

Tani Parahyangan Komoditas Kubis Tahun 2013 70

6 Penerimaan, Biaya Produksi dan Pendapatan Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan Komoditas Leunca Tahun 2013 71 7 Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Pendapatan Bersih Tomat,

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hortikultura menjadi komoditas yang penting dan strategis karena merupakan kebutuhan pokok manusia. Hal tersebut menyebabkan permintaan produk hortikultura semakin meningkat seiring bertambahnya pendapatan masyarakat dan jumlah penduduk. Selain itu, preferensi konsumen serta pergeseran konsumsi masyarakat pada dasarnya merupakan faktor penarik bagi pertumbuhan produk hortikultura. Akan tetapi, hal tersebut masih mengalami kendala karena tidak didukung dengan produksi yang memadai. Kekurangan kebutuhan hortikultura Indonesia saat ini masih dipenuhi oleh komoditas impor. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 yang menunjukkan volume dan nilai ekspor impor sektor pertanian pada tahun 2010-2011.

Tabel 1 menunjukkan bahwa volume dan nilai ekspor impor sub sektor hortikultura mengalami kenaikan masing-masing sebesar 31,5 persen dan 30,4 persen. Perkembangan volume dan nilai impor hortikultura di Indonesia masih lebih besar dibandingkan ekspornya.

Sayuran merupakan salah satu produk hortikultura yang memiliki prospek yang cerah karena menjadi hal penting yang digunakan untuk memenuhi asupan gizi bagi tubuh manusia. Sayuran sering dibedakan berdasarkan bagian tanaman yang dapat dimakan, yaitu daun, tunas, akar, umbi, kecambah, bunga, buah, dan biji. Masyarakat dapat dengan mudah memperoleh sayuran di berbagai wilayah dengan kualitas, tingkat harga serta jenis yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat daya belinya.

Tabel 1 Volume dan Nilai Ekspor Impor Sektor Pertanian Pada Tahun 2010-2011

No Sub Sektor

(16)

Sampai sejauh ini, program penelitian sayuran masih dititikberatkan pada beberapa komoditas sayuran prioritas seperti kentang, bawang merah, cabai merah, kubis, tomat, dan sebagainya. Pemilihan tersebut berdasarkan justifikasi bahwa jenis sayuran tersebut memiliki atribut biologis relatif lebih baik dibandingkan dengan jenis sayuran lainnya untuk memasuki pasar. Sementara itu, observasi lapangan menunjukkan bahwa berbagai sayuran indigenous, sebenarnya masih tetap dimanfaatkan di masyarakat, walaupun cenderung dalam skala kecil dan bersifat lokal spesifik. Namun demikian, kenyataan juga menunjukkan bahwa keberadaan kelompok sayuran ini mulai terancam karena digantikan oleh berbagai spesies kultivasi.

Sayuran indigenous merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia. Berkaitan dengan semakin meningkatnya kasus gizi buruk yang terjadi di berbagai daerah akibat menurunnya daya beli masyarakat pasca krisis ekonomi, maka pemanfaatan sayuran indigenous merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai sumber nutrisi (gizi). Jenis sayuran

indigenous yang ada di Indoneisa meliputi tanaman perdu dan merambat seperti kemangi, leunca, kenikir, katuk, beluntas, mangkokan, kecipir, pakis, genjer, dan sebagainya. Sayuran ini biasanya tumbuh di pekarangan rumah atau kebun dan dimanfaatkan untuk kepentingan keluarga sendiri seperti dimasak menjadi sayur atau dimakan mentah (lalaban). Akan tetapi, pada kenyataannya di Provinsi jawa Barat sayuran indigenous telah memasuki restoran atau rumah makan yang digunakan sebagai lalaban atau sayur.

Berbeda dengan sayuran prioritas yang telah ditangani secara serius, baik oleh institusi publik maupun swasta, kelompok sayuran indigenous cenderung masih terabaikan. Sebagian besar penelitian menyangkut sistem produksi hanya melibatkan beberapa spesies sayuran yang secara ekonomis dianggap penting. Sementara itu, potensi peranan sayuran indigenous dalam upaya mewujudkan pertanian berkelanjutan melalui diversifikasi. Oleh karena itu, kegiatan penelitian yang diarahkan untuk meningkatkan pemanfaatan sayuran indigenous memiliki nilai strategis yang perlu mendapat perhatian lebih besar. Secara implisit, hal ini memberikan gambaran bahwa konservasi sumberdaya genetik sayuran indigenous

memang merupakan isu penting. Namun demikian, tantangan sebenarnya adalah bagaimana mengangkat potensi manfaat sayuran indigenous agar dapat sejajar atau bersaing dengan sayuran prioritas yang telah berkembang lebih dahulu (AVRDC 1999).

(17)

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah sentra produksi sayuran yang sangat potensi untuk terus dikembangkan dengan didukung oleh kondisi agroekosistem yang cocok untuk pengembangan komoditas pertanian. Provinsi Jawa Barat mempunyai beberapa komoditas unggulan yang berkontribusi sebagai pemasok rata-rata 30 persen terhadap kebutuhan nasional, diantaranya seperti kentang, cabe merah, tomat, bawang merah, jamur, dan kubis1.

Kemampuan produksi sayuran di Provinsi Jawa Barat tidak terlepas dari kontribusi masing-masing Kabupaten/Kota yang menajdi wilayah sentra penghasil sayuran. Sentra produksi sayuran di Provinsi Jawa Barat tesebar di berbagai Kabupaten/Kota dengan jumlah petani sayuran yang beragam, baik yang mengusahakan secara perorangan, maupun dengan membentuk kelompok tani. Perkembangan luas panen tahun 2010-2011 tomat, kembang kol, kubis, dan sawi putih/petsai menurut Kabupaten di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 2.

Berdasarkan pada Tabel 2 Kabupaten Cianjur memiliki potensi untuk mengembangkan usaha budi daya sayuran dengan luas panen yang semakin meningkat dibandingkan dengan Kabupaten lainnya. Kabupaten Cianjur memilki potensi sumber daya pertanian cukup lengkap baik komoditi pangan palawija, sayuran dataran tinggi, sayuran dataran rendah, buah-buahan tropis, perkebunan, bio farmaka, perikanan dan peternakan yang tersebar di 32 Kecamatan dengan 348 desa.

Perkembangan usaha sayuran di Kabupaten Cianjur didukung oleh keberadaan koperasi hortikultura yang membantu petani sayuran. Salah satu koperasi yang menjadi wadah bagi petani sayuran di Kabupaten Cianjur adalah Koperasi Mitra Tani Parahyangan yang beralamat di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Koperasi Mitra Tani Parahyangan merupakan salah salah satu koperasi yang sukses menjalankan program agribisnis melalui metode One Village One Product (OVOP) yang dipopulerkan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil

1 Endang Suhendar. 2012. Peluang Agribisnis Sangat Besar Perlu Terus Peningkatan SDM. http://mediarakyatonline.com (diakses pada tanggal 23 Oktober 2012)

Tabel 2 Luas Panen Sayuran Tahun 2010-2011 Menurut Kabupaten di Jawa Barat.

No Kabupaten

Luas Panen Sayuran Tahun 2010-2011 (dalam hektar)

Tomat Kembang

(18)

Menengah. Kesuksesan itu ditandai dengan omzet koperasi yang beranggotakan sekitar 329 orang mencapai lebih dari Rp1 miliar per bulan. Komoditas agribisnis unggulan yang didistribusikan oleh Koperasi Mitra Tani Parahyangan mengutamakan penggunaan pupuk semi organik. Koperasi tersebut mampu memasok puluhan outlet pasar modern di kawasan Jabodetabek. Dengan jumlah komoditas sayuran yang didistribusikan rata-rata lebih dari 4 ton per hari2.

Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan yang merupakan anggota Koperasi Mitra Tani Parahyangan dibentuk dengan tujuan sebagai wadah bagi petani sayuran di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Namun, usahatani sayuran yang dijalankan petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan menghadapi permasalahan risiko produksi yang menyebabkan produktivitas sayuran mengalami penurunan. Petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan dalam melakukan usahatani sayuran melakukan kegiatan diversifikasi dengan cara tumpang sari.

Diversifikasi merupakan salah satu solusi yang digunakan untuk mengurangi risiko yang ada. Bentuk diversifikasi dalam pengusahaan sayuran umumnya terdiri dari kombinasi beberapa sayuran yang tidak hanya mengacu pada satu komoditas dalam satu periode waktu budidaya. Strategi pengelolaan risiko melalui diversifikasi yang bertujuan untuk menekan risiko dalam usahatani sayuran menjadi hal yang menarik untuk dikaji. Oleh karena itu, penelitian mengenai risiko produksi pada kegiatan diversifikasi usahatani sayuran penting untuk dilakukan.

Perumusan Masalah

Kecamatan Warungkondang merupakan salah satu sentra usahatani sayuran di Kabupaten Cianjur. Namun, usaha produksi sayuran di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur yang demikian perspektif tidak terlepas dari berbagai permasalahan risiko yang diindikasikan dari fluktuasi tingkat produktivitas. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 yang memperlihatkan luas panen, produksi, produktivitas tomat dan kubis di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur pada tahun 2007-2012.

Tabel 3 Luas Panen (Ha), Produksi (Ton), dan Produktivitas (Ton/Ha) Tahun 2010-2011 Menurut Kabupaten di Jawa Barat.

No Tahun

Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian Kec. Warungkondang (2013)

(19)

Berdasarkan pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa produktivitas komoditas tomat dan kubis di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur mengalami fluktuasi. Terjadinya fluktuasi produktivitas mengindikasikan adanya risiko produksi dalam usahataninya.

Petani yang tergabung dalam Kelompok Mitra Tani Parahyangan yang juga anggota Koperasi Mitra Tani Parahyangan terletak di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Kelompok Tani tersebut merupakan salah satu kelompok tani yang bergerak dibidang agribisnis khususnya sayuran. Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan yang berdiri sejak Tahun 1995 memproduksi beberapa macam sayuran seperti tomat, brokoli, sawi putih, terong panjang ungu, kapri, buncis, ketimun, dan sebagainya. Komoditas yang diunggulkan Koperasi Mitra Tani Parahyangan adalah tomat. Hal ini didasarkan pada permintaan tomat dari pasar swalayan yang setiap harinya mencapai 3-4 ton.

Sampai saat ini, hampir sebagian besar produksi sayuran yang dihasilkan petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyang dijual ke Koperasi Mitra Tani Parahyangan. Koperasi berperan sebagai lembaga pengumpul dan penyalur sayuran yang nantinya akan dipasarkan ke Hero Supermarket yang berlokasi di Jakarta, Bogor, dan Sukabumi serta swalayan Makro yang lainnya (Lampiran 1). Disinilah peran penting koperasi sangat dibutuhkan bagi para petani sayuran, karena selain sebagai perantara dalam rantai pemasaran juga berperan dalam memberikan pelayanan kepada anggotanya sebagai penyedia input dan sarana produksi, pembinaan terhadap petani, pemberian kredit, simpan pinjam, dan sebagainya.

Pemasaran sayuran oleh Koperasi Mitra Tani Parahyangan dilakukan rutin setiap hari sesuai dengan kontrak pembelian antara Koperasi Mitra Tani Parahyangan dengan Hero Supermarket serta swalayan makro yang lainnya. Untuk dapat memenuhi permintaan pelanggan seperti yang telah ditetapkan dalam kontrak pembelian Koperasi, Mitra Tani Parahyangan melakukan kerjasama dengan petani. Namun, didalam pengusahaan sayuran yang dijalankan oleh petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan dihadapkan pada permasalahan pada tahapan proses produksi. Sumber dari risiko produksi berupa curah hujan yang tinggi, kabut serta serangan hama dan penyakit yang memberikan dampak kerugian.

Petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan melakukan diversifikasi usaha yaitu dengan melakukan budidaya lebih dari satu komoditas dalam satu lahan dalam periode waktu tertentu. Upaya diversifikasi yang dilakukan petani adalah dalam rangka untuk mengurangi besarnya risiko dalam pengusahaan satu komoditas sayuran. Diversifikasi usaha yang dilakukan oleh petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan dilakukan untuk mengurangi adanya risiko apabila terjadi kegagalan dalam produksi. Terdapat perumusan masalah yang terwujud dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah kegiatan diversifikasi yang dilakukan oleh petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan dapat mengurangi risiko yang dihadapi pada kegiatan spesialisasi?

(20)

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kegiatan spesialisasi dan diversifikasi yang dilakukan oleh petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan dengan melihat besarnya risiko yang dihadapi.

2. Menyusun alternatif strategi diversifikasi dengan menyajikan kombinasi komoditas yang tepat untuk mengurangi besarnya risiko usahatani pada kegiatan spesialisai yang dilakukan oleh petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan.

Manfaat Penelitian

Hasil analisis penelitian ini dapat memiliki kegunaan : A. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan bagi penulis sendiri dan menjadi bahan referensi bagi penelitian berikutnya yang terkait dengan risiko pada usaha diversifikasi sayuran indigenous.

B. Bagi Petani Anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam mewaspadai risiko sehingga dapat meminimalisasi adanya kerugian.

C. Bagi Pembaca dan Masyarakat Lainnya

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan wawasan yang bermanfaat yang terkait dengan sayuran indigenous.

Ruang Lingkup Penelitian

Komoditas sayuran indigenous yang dipilih adalah leunca (Solanum nigrum). Sedangkan komoditas sayuran umum (prioritas) yang dipilih adalah tomat (Lycopersicum esculentum) dan Kubis (Brassica sinensis).

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Hortikultura di Indonesia

Subsektor hortikultura merupakan subsektor yang mempunyai prospek baik dimasa mendatang sehingga dapat diandalkan untuk memajukan perekonomian Indonesia. Permintaan terhadap produk hortikultura khususnya sayuran diperkirakan akan semakin meningkat akibat peningkatan jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran akan gizi masyarakat

Pembangunan subsektor hortikultura, khususnya pengembangan sayuran merupakan salah satu alternatif upaya peningkatan penyediaan sumber kebutuhan vitamin dan mineral. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya hayati melimpah. Tetapi, kebutuhan hortikultura khususnya buah dan sayuran pada saat ini masih dipenuhi oleh komoditas impor. Peningkatan impor tersebut selain disebabkan karena permintaan konsumen domestik yang lebih menyukai produk luar negeri juga disebabkan ketidakmampuan dalam memproduksi produk-produk hortikultura, seperti produksi menurun dan terjadinya gagal panen.

Usaha hortikultura khususnya sayuran di Indonesia seharusnya mampu memberikan banyak keuntungan seperti peningkatan pendapatan sayuran dan penyerapan tenaga kerja. Namun, perkembangan tersebut masih terkendala terutama oleh produktivitas yang masih rendah yang disebabkan oleh lemahnya permodalan usahatani yang kecil, mutu bibit yang rendah, ketergantungan pada alam dan cuaca serta rendahnya penerapan teknologi budidaya. Selain itu daya saing komoditas hortikutura Indonesia juga masih rendah.

Usaha Hortikultura di Indonesia

Usaha pertanian hortikultura khususnya buah dan sayur, dapat menjadi solusi alternatif pendapatan bagi masyarakat. Selain mendukung program pemerintah dalam gerakan mengkonsumsi buah dan sayur di masyarakat, ternyata peluang usaha ini masih sangat besar baik di dalam maupun luar negeri. Kementrian Pertanian Republik Indonesia menyebutkan, bahwa konsumsi buah dan sayur dalam negeri masih rendah dan permintaan buah tropis dan sayur di luar negeri terus meningkat per tahun 2011.

Jika ditinjau dari potensi Indonesia sangat disayangkan jika peningkatan produksi buah dan sayur tidak menjadi perhatian utama pemerintah dan pelaku usaha. Permasalahan yang sering dihadapi dalam melakukan usahatani komoditas hortikultura seperti masalah infrastruktur jalan, pelabuhan, pembiayaan, kualitas produk yang tidak memenuhi pasar, dan tidak terjamin kontinuitas pasokan tentunya bukan lagi persoalan.

(22)

ancaman semangat para pelaku usaha buah dan sayur di Indonesia serta mengurangi kegemaran masyarakat Indonesia terhadap buah dan sayur lokal3.

Jika diperhatikan, permasalahan buah dan sayur Indonesia memang terletak pada rendahnya produksi dan keberlangsungan produksi. Selain itu, Indonesia pun masih belum mempunyai daerah utama atau sektor khusus dalam pengembangan buah dan sayur secara intensif dan berskala luas. Sehingga ini menjadi dugaan, bahwa produktivitas buah dan sayur Indonesia masih belum bisa bersaing di tingkat dunia.

Sumber-Sumber Risiko Komoditi Hortikultura

Risiko yang terdapat produksi pertanian pada umumnya relatif lebih besar bila dibandingkan dengan industri lainnya. Sumber-sumber risiko teknis (produksi) sebagian besar disebabkan faktor-faktor yang sulit diduga, seperti cuaca, penyakit, hama, variasi genetik, dan pelaksana kegiatan (human error). Menurut Purwanti (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Risiko Produksi Sayuran Hidroponik Pada PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm) sumber-sumber risiko produksi di PT Momenta Agrikultura (Amazing Farm) berasal dari dalam lingkungan perusahaan maupun dari lingkungan luar perusahaan diantaranya yaitu kondisi lingkungan dan iklim, tenaga kerja yang kurang terampil dan teliti dalam proses produksi, serangan hama dan penyakit, dan kerusakan sistem irigasi. Sedangkan Sitanggang (2012) menjelaskan bahwa faktor – faktor penyebab adanya risiko dalam usaha tomat dan caisin di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor. Permasalahan yang sering dihadapi petani dalam proses budidaya sayuran tomat dan caisin dalam pengembangan usahanya yaitu risiko produksi. Risiko yang dihadapi mulai dari penanaman bibit yaitu terjadinya tingkat kematian atau mortalitas tanaman yang dapat disebabkan oleh suhu lingkungan sehingga tanaman perlu beradaptasi terlebih dahulu. Pada saat melakukan perawatan masih terdapat kendala yang dihadapi seperti adanya serangan hama dan penyakit, kondisi cuaca cuaca yang tidak pasti, yang berdampak pada penuruna pendapatan perusahaan.

Sembiring (2010) menjelaskan analisis risiko produski sayuran organik menemukan bahwa faktor penyebab timbulnya risiko produksi pada The Pinewood Organic Farm adalah adanya teknologi yang tidak seimbang, lingkunga budidaya seperti human error yang timbul mulai dari penanaman bibit sehingga menyebabkan banyaknya tingkat kematian pada tanaman serta serangan hama dan penyakit, kondisi cuaca atau iklim yang tidak pasti yang menyebabkan terjadinya mortalitas tanaman. Hal yang sama juga diperoleh Cher (2011) dalam penelitiannya yang berjudul risiko produksi sayuran organik pada PT Masada Organik Indonesia, Risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan dalam mengusahakan beberapa jenis komoditi sayuran organiknya disebabkan karena adanya beberapa sumber risiko. Sumber-sumber risiko produksi tersebut adalah cuaca yang sulit diprediksi, tingginya kelembaban akibat timbulnya kabut, serta adanya hama dan penyakit tanaman.

3

(23)

Tarigan (2009) merumuskan permasalahan yang dihadapi Permata Hati

Organic Farm adalah perusahaan memiliki risiko produksi dalam pengembangan usahanya. Hal ini dapat dilihat dari produktivitas yang berfluktuasi setiap periode selama masa tanam berlangsung. Hal ini dikarenakan sayuran organik sangat rentan terhadap perubahan musim sehingga mengakibatkan banyak serangan penyakit terhadap tanaman. Hal ini akan berakibat terhadap penurunan pendapatan perusahaan.

Hasil yang sama juga dijelaskan oleh Mandasari (2012) tentang Analisis Risiko Produksi Tomat dan Cabai Merah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Petani mengalami risiko produksi dalam mengusahakan tomat dan cabai merah. Hasil produksi yang diperoleh pada setiap panennya berfluktuasi, hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan iklim yang sulit diprediksi, adanya serangan hama dan penyakit, dan kondisi kesuburan lahannya. Risiko produksi yang terjadi menyebabkan kerugian bagi petani hingga tidak dapat menutupi biaya produksi yang dikeluarkan pada musim tersebut.

Dari penelitian terdahulu diperoleh variabel-variabel yang menjadi sumber-sumber risiko yaitu faktor cuaca, hama dan penyakit, tenaga kerja yang kurang terampil (human error), kerusakan sistem irigasi dan teknologi yang tidak seimbang. Variabel-variabel tersebut juga diduga menjadi sumber risiko pada pengusahaan sayuran yang ditelitii dalam penelitian ini.

Metode Analisis Risiko Komoditi Hortikultura

Menurut Elton dan Gruber (1995) pengukuran risiko dapat dilakukan dengan metode analisis seperti variance, standard deviation dan coefficient variation. Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai variance

sebagai penentu ukuran yang lainnya. Semakin kecil indikator tersebut mencerminkan semakin rendah risiko yang dihadapi. Purwanti (2011) menjelaskan analisis deskriptif untuk mengetahui sumber-sumber risiko dan analisis risiko. Penilaian terhadap risiko produksi menggunakan pendekatan

ekspected return, ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation).

Cher (2011) menjelaskan perhitungan risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dihitung dengan menggunakan pendekatan nilai variance, standard deviation, dan coefficient variation. Sebelum menilai risiko, terlebih dahulu dihitung peluang dan nilai pengembalian harapan (ekspected return). Sayuran organik yang telah dianalisis masing-masing komoditi yang diusahakan. PT Masada Organik Indonesia melakukan kombinasi dari beberapa kegiatan usahataninya, kombinasi dari beberapa kegiatan dinamakan diversifikasi. Pengusahaan secara diversifikasi ini menjadikan risiko yang dihadapi perusahaan dinamakan risiko portofolio. Perbandingan terhadap risiko produksi spesialisasi dan portofolio dilakukan melalui pengukuran risiko dengan cara menghitung

(24)

Sembiring (2010) menggunakan metode analisis Variance, Standard deviation, Coefficient variation pada kegiatan spesialisasi dan portofolio. Metode analisis yang serupa juga digunakan oleh Tarigan (2009) yaitu menggunakan metode analisis risiko yaitu Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variance serta melihat pengaruh diversifikasi untuk menekan risiko. Komoditas yang dianalisis pada spesialisasi adalah brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting sedangkan kegiatan portofolio adalah tomat dengan bayam hijau dan cabai keriting dengan brokoli. Sedangkan Mandasari (2012) menggunakan metode analisis risiko yaitu variance, standard deviation, dan coefficient variation serta melihat pengaruh diversifikasi (portofolio) untuk mengendalikan risiko.

Strategi Penanganan Risiko Komoditi Hortikultura

Purwanti (2011) menjelaskan strategi penanganan risiko yang dapat dilakukan adalah strategi preventif yaitu strategi yang dilakukan untuk menghindari risiko produksi. Strategi yang dapat dilakukan adalah : (1) Peningkatan pengaturan suhu greenhouse dengan cara memasang memasang penutup yang terbuat dari paranet merupakan salah satu alternatif untuk menghindari penguapan yang berlebihan yang akan menyebabkan busuk akar, serta sistem karantina yang dapat dibuat dengan menggunakan screen atau plastik UV (ultraviolet) dengan dibentangkan pada bak tanam yang terserang hama sehingga membentuk seperti dinding, sehingga dapat meminimalisir penyebaran hama dan penyakit; (2) Peningkatan kualitas perawatan tanaman selama berada di ruang gelap, greenhouse nursery dan greenhouse dengan mengganti peralatan yang sudah rusak atau tidak dapat dipakai lagi yang dapat mengganggu kegiatan produksi; (3) Memperbaiki dan merawat fasilitas fisik secara berkala dilakuka dengan mengganti peralatan yang sudah rusak atau tidak dapat dipakai lagi yang dapat mengganggu kegiatan produksi; dan (4) Mengembangkan sumberdaya manusia dilakukan agar tenaga kerja dapat lebih terampil dan teliti dalam hal pemberian nutrisi, perawatan tanaman, dan penanganan hama dan penyakit tanaman, serta tanaman yang mengalami gejala etiolasi. Sedangkan strategi yang selama ini telah dilakukan oleh perusahaan adalah strategi mitigasi yaitu strategi yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak risiko. Strategi mitigasi yang dilakukan adalah : (1) Sayuran yang terkena hama dan penyakit tidak dapat dijual dijadikan pupuk kompos kemudian dijual ke masyarakat sekitar; (2) Sayuran yang berukuran kecil dijual dalam bentuk mix salad; dan (3) Sayuran yang dijual ke masyarakat sekitar untuk dijadikan pakan ternak.

Tarigan (2011) merumuskan analisis risiko produksi yang dilakukan pada kegiatan portofolio menunjukkan bahwa kegiatan diversifikasi dapat meminimalkan risiko. Penanganan untuk mengatasi risiko produksi Permata Hati

(25)

perlu adanya peningkatan manajemen pada perusahaan dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen yang terarah dengan baik.

Cher (2011) menjelaskan bahwa strategi penanganan risiko PT Masada Organik Indonesia yaitu diversifikasi usaha. Kegiatan diversifikasi tidak membuat risiko produksi menjadi nol artinya walaupun perusahaan telah melakukan diversifikasi, tetapi perusahaan akan tetap menghadapi risiko produksi pada kegiatan usaha sayuran organiknya. Hal ini dapat dilihat pada hasil perbandingan risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dan portofolio berdasarkan produktivitas yang diperoleh yakni dari nilai variance, standard deviation, coefficient variation yang tidak sama dengan nol. Perusahaan dalam menangani risiko produksi tersebut melakukan berbagai macam alternatif strategi antara lain dengan melakukan kemitraan dalam hal produksi, menerapkan teknologi dalam hal pencegahan dengan membuat sungkup untuk mencegah kerusakan tanaman akibat kondisi cuaca yang buruk dan timbulnya kabut, serta menerapkan fungsi - fungsi manajemen dalam menghadapi risiko produksi yang ada. Selain itu, manajemen risiko yang perlu diterapkan perusahaan adalah melakukan fungsi manajemen dengan lebih baik lagi terutama pada fungsi controlling atau pengontrolan. Sembiring (2010) dalam penelitiannya yang berjudul analisis risiko produksi sayuran organik pada The Pinewood Organic Farm, hasil analisis strategi manajemen risiko perusahaan, strategi manajemen risiko yang diterapkan oleh The Pinewood Organic Farm yaitu perusahaan melakukan diversifikasi produk yakni dengan mengusahakan berbagai jenis tanaman.

Sitanggang (2012) dalam penelitiannya yang berjudul analisis risiko produksi tomat dan Caisin di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, strategi yang dapat dilakukan adalah strategi preventif merupakan strategi yang dilakukan untuk menghindari risiko yaitu dengan cara membuat dan memperbaiki sistem prosedur seperti dengan melakukan penyemprotan untuk penanggulangan hama dan penyakit, penggunaan input yang efisien serta strategi mitigasi artinya strategi penanganan risiko yang bertujuan untuk menekan dampak atau kerugian akibat risiko yang ada yaitu dengan melakukan diversifikasi dan tumpangsari antara tanaman tomat dan caisin untuk mengurangi besar kerugian yang akan dihadapi oleh petani. Sedangkan Mandasari (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Risiko Produksi Tomat dan Cabai Merah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko yaitu dengan melakukan perbaikan pola tanam, pengendalian hama dan penyakit, serta pengolahan lahan ketika sebelum ditanami. Selain itu ada pula alternatif tindakan yang dapat mengurangi kerugian akibat terjadinya risiko produksi yaitu dengan pengembangan kreatifitas para ibu rumah tangga dengan menggunakan alat yang sudah ada.

(26)

(2012) disebabkan oleh faktor cuaca yang tidak dapat diprediksi, serangan hama dan penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada komoditas pertanian, kerusakan sistem irigasi, teknologi, kelembaban serta tenaga kerja (human error) yang kurang terampil dan teliti dalam proses produksi.. Dalam analisis risiko sebagian menggunakan alat ukur ekspected return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Analisis risiko portofolio yang dilakukan pada perusahaan dengan metode diversifikasi ternyata dapat mengurangi besaran risiko pada komoditi tunggal (Tarigan, 2009 dan Cher, 2011).

Perbedaan penlitian terdahulu dengan penelitian ini terletak pada lokasi dimana dilakukan penelitian dan komoditi yang menjadi objek penelitian. Kajian penelitian ini difokuskan terhadap risiko produksi usahatani sayuran indigenous

(27)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Konsep Risiko

Risiko berhubungan dengan ketidakpastian, ini terjadi karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Ada banyak dapat mengenai definisi dan ketidakpastian yang dapat memperluas wawasan dalam memahami konsep risiko dan ketidakpastian. Menurut Robison dan Barry (1987) menyebutkan ketidakpastian menunjukkan peluang suatu kejadian yang tidak dapat diketahui oleh pembuat keputusan. Sehingga selama peluang suatu kejadian tidak dapat diukur maka kejadian tersebut termasuk kedalam kategori ketidakpastian.

Risiko (risk) merupakan peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil keputusan dan pada umumnya pengambil keputusan mengalami suatu kerugian. Risiko erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi kedua hal tersebut memiliki makna yang berbeda. Ketidakpastian (uncertainty) adalah suatu kejadian yang tidak dapat diukur oleh pengambil keputusan. Adanya ketidakpastian dapat menimbulkan risiko. Harwood et al. (1999) mengartikan risiko sebagai kemungkinan kejadian yang menimbulkan kerugian. Berdasarkan definisi tersebut terdapat tiga unsur penting dari risiko diantaranya risiko dianggap sebagai suatu kejadian, dari kejadian tersebut mengandung suatu kemungkinan yang dapat terjadi atau tidak terjadi, dan jika terjadi terdapat akibat yang ditimbulkan berupa kerugian.

Dalam berinvestasi, mengukur keuntungan dan risiko investasi merupakan kewajiban yang sangat penting karena keuntungan dan risiko investasi dalam kondisi yang tidak pasti, hukum dasar investasi adalah high return-high risk

(semakin tinggi keuntungan yang diperoleh dalam suatu investasi, makan semakin besar risiko yang ditanggung). Pertanian merupakan kegiatan yang selalu dihadapkan dengan kondisi ketidakpastian setiap harinya. Mulai dari ketidakpastian cuaca, serangan hama, dan harga input maupun output. Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya risiko pada umumnya berasal dari dua sumber yaitu sumber internal dan eksternal. Menurut Harwood et al. (1999), sumber-sumber risiko pertanian dapat diklasifikasikan kedalam lima bagian yaitu: risiko pasar (market risk); risiko produksi (yield risk); risiko kelembagaan (institutional risk); risiko keuangan (financial risk); dan risiko sumber daya manusia (personal risk).

Risiko pasar atau risiko harga yaitu risiko pergerakan harga yang berdampak negatif terhadap perusahaan. Risiko pasar dipengaruhi oleh ketidakpastian harga output, inflasi daya beli, penurunan permintaan terhadap output perusahaan, banyak produk substitusi, mutu produk yang tidak sesuai, persaingan antar sesama produsen, kegagalan strategi pemasaran, kelemahan daya tawar perusahaan dibandingkan dengan pembeli. Sedangkan risiko yang ditimbulkan oleh harga adalah harga yang naik karena adanya inflasi.

(28)

perusahaan tidak mampu mengendalikan faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan. Sumber risiko dari risiko produksi adalah hama dan penyakit, cuaca, musim, bencana alam, teknologi, tenaga kerja, dan lain-lain yang dapat menyebabkan kegagalan panen, produktivitas rendah, dan kualitas yang buruk.

Risiko institusi merupakan risiko yang ditimbulkan adanya aturan/kebijakan tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjadi kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksinya. Perubahan kebijakan ini dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap kegiatan usaha perusahaan, contohnya berupa kebijakan harga bibit tanaman, kebijakan harga jual, kebijakan penggunaan pupuk kimia maupun kebijakan ekspor dan impor.

Risiko finansial atau keuangan merupakan bentuk-bentuk risiko yang dihadapi perusahaan terkait dengan bidang keuangan khususnya dalam hal permodalan. Risiko yang timbul dapat disebabkan karena adanya perputaran barang rendah, laba yang menurun yang disebabkan oleh adanya piutang tak tertagih dan likuiditas yang rendah.

Risiko sumber daya manusia, yaitu risiko yang dihadapi oleh perusahaan yang berkaitan dengan perilaku manusia dalam melakukan kegiatan usaha. Risiko yang disebabkan oleh sumber daya manusia ini dapat menyebabkan kerugian contohnya ketika melakukan kesalahan pencatatan data, kelalaian dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab, pencurian, rusaknya fasilitas produksi, mogok kerja ataupun meninggalnya tenaga kerja pada saat menjalankan tugas.

Teori Portofolio dalam Diversifikasi

Dalam dunia bisnis hampir semua investasi dihadapkan pada unsur risiko dan ketidakpastian. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka dilakukan upaya meminimalisasi kerugian dengan portofolio investasi. Karena investasi yang dilakukan mempunyai unsur ketidakpastian, investor hanya dapat mengharapkan tingkat keuntungan yang akan diperoleh.

Pelaku bisnis mempunyai banyak alternatif dalam melakukan investasi. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh pelaku bisnis dalam menginvestasikan dananya dengan melakukan kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau aset. Kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau aset dinamakan dengan diversifikasi. Kombinasi ini dapat mencapai jumlah yang tidak terbatas. Portofolio yang efisien didefinisikan sebagai portofolio yang memberikan

ekspected return terbesar dengan risiko yang sudah tertentu atau memberikan risiko terkecil. Portofolio yang optimum ini dapat ditentukan dengan memilih tingkat ekspected return tertentu pada suatu tingkatan risiko tertentu atau tingkat risiko paling rendah dengan suatu hasil tertentu.

(29)

E (R)

SML E( )

Risk = 1

Gambar 1 Security Market Line (Bandi, 2010)

Grafik SML di atas menggambarkan hubungan linear antara ekspected return sekuritas tunggal atau portofolio dengan return portofolio pasar. Penambahan tingkat risiko akan meningkatkan return pada saham. Risiko mengukur sejauh mana return saham merespon return portofolio pasar. Semakin besar nilai risiko, maka semakin tinggi nilai ekspected return ekuilibrium.

Teori portofolio membantu para pembuat keputusan dalam mengambil keputusan mengenai kombinasi usaha atau aset yang harus dipilih dikaitkan dengan tingkat risiko yang dihadapi. Pada dasarnya teori portofolio menjelaskan bahwa investor tidak menginvestasikan seluruh dananya hanya untuk satu jenis investasi tetapi melakukan diversifikasi dengan tujuan untuk menekan risiko. Grafik diversifikasi dan manfaatnya terhadap pengurangan risiko portofolio dapat dilihat pada Gambar 2.

(30)

Dalam konteks portofolio, semakin banyak jumlah saham yang dimasukkan dalam portofolio, semakin besar manfaat pengurangan risiko. Meskipun demikian, manfaat pengurangan risiko portofolio akan mencapai akan semakin menurun sampai pada jumlah tertentu, dan setelah itu tambahan sekuritas tidak akan memberikan manfaat terhadap pengurangan risiko portofolio

Strategi Pengelolaan Risiko

Elton dan Gruber (1995) menjelaskan bahwa risiko portofolio lebih kompleks dibandingkan dengan risiko pada aset individu, dimana diharapkan salah satu aset memiliki return yang baik ketika aset lain memiliki return yang menurun. Beberapa strategi penanganan risiko yang dijelaskan oleh Harwood et al

(1999) yaitu:

1. Kegiatan Diversifikasi

Kegiatan diversifikasi merupakan salah satu bentuk strategi penanganan risiko pada kegiatan usahatani tanaman pertanian dengan tidak terfokus pada satu jenis komoditi tanaman, tetapi dengan penganekaragaman jenis tanaman yang diusahakan. Tujuan dari kegiatan ini adalah apabila satu jenis komodti tanaman memiliki hasil yang rendah maka tanaman-tanaman lainnya akan memiliki hasil yang lebih tinggi.

2. Asuransi Pertanian

Asuransi pertanian merupakan salah satu alternatif yang tepat dilakukan oleh petani dalam penanganan risiko. Penanganan risiko melalui alternatif asuransi sebagai bentuk upaya yang dilakukan petani untuk mengalihkan risiko usaha yang dihadapi ke pihak lain. Pengalihan risiko idealnya dilakukan oleh petani pada risiko yang tidak dapat dikendalikan.

3. Kontrak Produksi

Kontrak produksi merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh petani dalam mengurangi risiko yang dihadapi melalui kerjasama produksi dengan petani lainnya dalam memenuhi permintaan dari konsumen. Adanya kontrak produksi ini petani dapat mengurangi risiko pendapatan, dapat mempermudah petani dalam memperoleh peningkatan modal usaha, dan akses pasar menjadi terjamin.

Pengukuran Risiko

Pengukuran risiko mencakup proses penilaian risiko. Menurut Elton dan Grubber (1995) terdapat beberapa penilaian risiko yaitu: perhitungan nilai varian (variance), standar baku (standard deviation) dan koefisien variasi (coefficient variation). Ketiga alat ukur penilaian risiko ini saling berkaitan satu sama lain dengan nilai varian sebagai dasar perhitungan untuk pengukuran lainnya. Standar baku merupakan akar kuadrat dari perhitungan nilai varian sedangkan koefisien variasi merupakan rasio antara nilai standar baku dengan nilai ekspected return.

Ekspected return merupakan nilai atau hasil yang diharapkan oleh pengusaha atau pelaku usaha. Ekspected return dapat berbentuk jumlah produksi, jumlah penjualan dan penerimaan atau pendapatan.

(31)

nilai varian dan standar deviasi digunakan oleh seprang untuk mengambil keputusan dengan membandingkan risiko yang dihadapi pada kegiatan beberapa usaha, maka dikhawatirkan akan terjadi keputusan yang kurang tepat. Dalam menganalisis suatu perbandingan antara kegiatan usaha harus dilakukan dengan satuan yang sama, seperti untuk setiap return dalam hal ini produksi, harga atau pendapatan. Nilai varian dan standar deviasi yang rendah dapat menghasilkan nilai koefisien yang tinggi, demikian juga sebaliknya nilai varian atau standar deviasi yang tinggi dapat menghasilkan nilai koefisien variasi yang rendah. Hal tersebut terjadi karena sangat bergantung ekspected return yang diperoleh dari setiap kegiatan usaha. Dengan ukuran koefisien variasi, perbandingan diantara kegiatan usaha sudah dilakukan dengan ukuran yang sama yaitu risiko untuk setiap return.

Pengukuran nilai ekspected return secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995) :

Keterangan :

= Ekspected return

= Peluang = Return

n = Frekuensi kejadian j = Kejadian

Menurut Elton dan Gruber (1995), terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya sebagai berikut:

a) Variance

Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dan ekspected return yang kemudian dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Nilai variance dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995) :

-

Dimana :

= Variance dari return masing-masing komoditas

= Ekspected Return dari masing-masing komoditas = Peluang

= Return

n = Frekuensi kejadian j = Kejadian

b) Standard deviation

(32)

Keterangan :

= Variance dari masing-masing komoditas

= Standard deviation dari masing-masing komoditas

c) Coefficient variation

Coefficient variation dapat diukur dari rasio standard deviation dengan

return yang diharapkan (ekspected return). Semakin kecil nilai coefficient variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi. Rumus coefficient variation adalah :

= Keterangan :

= Coefficient variation = Standard deviation

= Ekspected return

Sedangkan nilai ekspected return pada analisis risiko portofolio untuk dua atau beberapa aset adalah sebagai berikut (Diether 2009) :

E = E (

= E ( + E ( + E ( = E + E + E

= ∑ Keterangan :

E = Ekspected return gabungan dari beberapa komoditas = Fraction portofolio komoditas 1(pertama)

= Fraction portofolio komoditas 2 (kedua) = Fraction portofolio komoditas 3(ketiga)

E = Ekspected return komoditas 1 (pertama)

E = Ekspected return komoditas 2 (kedua)

E = Ekspected return komoditas 3 (ketiga)

Jika investasi digunakan untuk dua komoditas maka variance gabungan dapat dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber 1995):

σp² = X1σ1² + X2²σ2² + 2 X1X2 σ12

Keterangan :

σp² = Variance portofolio untuk investasi dua aset

σ12 = Covariance antara investasi dua aset yang digabungkan σ1 = Standard deviation komoditas 1 (pertama)

σ2 = Standard deviation komoditas 2 (kedua)

(33)

X2 = Fraction portofolio komoditas 2 (kedua)

Rumus variance gabungan dituliskan sebagai berikut (Diether 2009): σp² = X1²σ1² + 2X1X2σ1σ2 + X2²σ2² + 2X2X3σ2σ3 + 2X1X3σ1σ3 + X3²σ3²

Keterangan :

σp² = Variance portofolio untuk investasi tiga aset yang digabungkan σ1 = Standard deviation komoditas 1 (pertama)

σ2 = Standard deviation komoditas 2 (kedua) σ3 = Standard deviation komoditas 3 (ketiga)

X1 = Fraction portofolio komoditas 1 (pertama)

X2 = Fraction portofolio komoditas 2 (kedua)

X3 = Fraction portofolio komoditas 3 (ketiga)

σ1σ2 = Covariance antara komoditas 1 (pertama) dan komoditas 2 (kedua) σ2σ3 = Covariance antara komoditas 2 (kedua) dan komoditas 3 (ketiga) σ1σ3 = Covariance antara komoditas 1 (pertama) dan komoditas 3 (ketiga)

Setelah diperoleh nilai variance, langkah selanjutnya untuk menganalisis risiko portofolio adalah menghitung standard deviation sebagai berikut (Diether

2009) :

Keterangan :

= Variance dari masing-masing komoditas

= Standard deviation dari masing-masing komoditas Perhitungan coefficient variation adalah sebagai berikut :

= Keterangan :

= Coefficient variation = Standard deviation

= Ekspected return

Perhitungan untuk mengukur risiko portofolio perlu juga memperhatikan nilai koefisien korelasi. Koefisien korelasi merupakan suatu ukuran statistic yang menunjukkan pergerakan bersamaan relatif antara dua varabel. Dalam konteks diversifikasi, ukuran ini akan menjelaskan sejauh mana return dari suatu sekuritas terkait satu dengan lainnya. Nilai koefisien korelasi investasi mempunyai nilai maksimum positif (+1) dan minimum negatif satu(-1). Beberapa kemungkinan korelasi diantara dua aset diantaranya adalah sebagai berikut (Elton dan Gruber 1986) :

(34)

2. Nilai koefisien korelasi negatif satu (-1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset selalu bergerak berlawanan arah.

3. Nilai koefisien korelasi sama dengan nol (0) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua aset tidak ada hubungan satu dengan yang lain.

Pelaku bisnis mempunyai banyak alternatif dalam menginvestasikan dananya. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh pelaku bisnis dalam melakukan investasi yaitu dengan melakukan kombinasi dari beberapa kegiatan usaha. Kombinasi dari beberapa kegiatan usaha atau asset dinamakan diversifikasi. Teori portofolio membantu manajemen dalam pengambilam keputusan mengenai kombinasi investasi yang paling aman dikaitkan dengan tingkat risiko yang dihadapi.

Strategi diversifikasi sangat dibutuhkan oleh para investor. Dalam kenyataan, sangat sulit menentukan probabilitas suatu kejadian karena pertumbuhan ekonomi selalu berubah-ubah. Dengan melakukan diversifikasi, akan banyak peluang yang bisa diraih. Akan tetapi, saat kondisi pasar lemah (resesi), melakukan diversifikasi tidak akan efektif apabila tidak dilakukan secara selektif.

Kerangka Pemikiran Operasional

Petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan yang merupakan anggota Koperasi Mitra Tani Parahyangan mengusahakan berbagai macam sayuran dengan total lahan seluas ± 20 hektar. Petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan dalam mengusahakan bisnisnya menghadapi permasalahan dalam menjalankan usahataninya yaitu risiko produksi. Hal tersebut dapat dilihat dari produktivitas sayuran yang dihasilkan petani mengalami fluktuasi.

Petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan telah melakukan usaha diversifikasi dalam melakukan usahataninya yaitu dengan cara tumpangsari. Usaha diversifikasi yang dilakukan oleh petani bertujuan untuk menekan risiko apabila hanya mengusahakan satu komoditas saja. Upaya diversifikasi yang dilakukan oleh petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan dihadapkan pada beberapa sumber risiko yaitu curah hujan yang tinggi, kabut, serta serangan hama dan penyakit. Untuk mengatasi risiko pada kegiatan diversifikasi petani harus memiliki solusi penanganan yang tepat.

Penelitian ini akan mengkaji analisis produksi yang dilakukan pada kegiatan spesialisasi dan portofolio pada komoditi tomat, kubis, dan leunca. Dalam hal ini akan diperoleh hasil analisis dari risiko produksi yang ada dan untuk itu perlu adanya upaya untuk mengatasi risiko produksi.

(35)

Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional Kegiatan produksi petani anggota

Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan

Fluktuasi produktivitas yang dihadapi petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan

Risiko Produksi

Analisis risiko produksi kegiatan spesialisasi (tunggal):

Tomat, Kubis, dan Leunca

Kombinasi komoditas yang tepat

Analisis Risiko Produksi :  Ekspected Return

Variance

Standard Deviation

Coefficient Variation

Sumber – sumber risiko: 1. Curah Hujan

2. Kabut

3. Hama dan Penyakit

Analisis risiko produksi kegiatan diversifikasi

(Portofolio):

Tomat, Kubis, dan Leunca

(36)

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian risiko produksi sayuran dilaksanakan di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Lokasi dipilih secara sengaja (purposive) karena Kabupaten Cianjur merupakan salah satu sentra produksi sayuran di Jawa Barat. Daerah produksi sayuran tahun 2009-2011 menurut Kabupaten di Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Daerah Produksi Sayuran Tahun 2009-2011 Menurut Kabupaten Di Provinsi Jawa Barat

No Kabupaten

Produksi Sayuran Tahun 2008-2011 (Ton)

Tomat Kubis

2009 2010 2011 2009 2010 2011

1 Bandung 138.486 83.123 166.174 140.973 102.349 103.964

2 Garut 148.511 99.125 73.329 112.388 122.462 105.447

3 Cianjur 49.390 15.400 30.118 14.494 8.660 16.439

4 Sukabumi 16.292 17.288 13.451 2.682 2.131 1.990

5 Majalengka 7.477 6.576 11.293 8.380 21.319 12.145

6 Tasikmalaya 11.268 9.757 5.604 1.167 1.829 1.202

7 Bogor 5.900 4.193 6.852 462 517 1.019

8 Sumedang 8.517 6.157 8.707 11.584 13.953 15.035

9 Kuningan 3.407 2.895 3.678 1270 1353 1.466

10 Subang 6.023 5.778 6.412 430 795 823

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (2012)

Berdasarkan data pada Tabel 4 diketahui bahwa Kabupaten Cianjur merupakan salah satu produsen terbesar di Jawa Barat. Kabupaten Cianjur menempati urutan ketiga setelah Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut dalam memproduksi komoditas tomat dan kubis.

Penelitian ini difokuskan pada kegiatan usahatani sayuran yang dilakukan oleh petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan. Kelompok tani ini merupakan anggota Koperasi Mitra Tani Parahyangan. Waktu pra penelitian dilakukan mulai September 2012 yaitu terhitung sejak pembuatan proposal penelitian. Sedangkan pengambilan data dilakukan pada bulan Januari 2013-Februari 2013.

Jenis dan Sumber Data

(37)

harga produk, biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung, jumlah produksi yang diperoleh selama periode siklus produksi berlangsung serta data-data lainnya yang mendukung sehingga dapat mengetahui risiko yang dihadapi oleh petani anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan. Selain itu, data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian,

Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, internet dan literatur yang relevan.

Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan diskusi serta pengisian kuisioner kepada responden yaitu 25 petani yang merupakan anggota Kelompok Tani Mitra Tani Parahyangan di Desa Tegallega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Responden yang dipilih terdiri dari 10 petani tomat, 10 petani kubis, dan 5 petani leunca. Dimana data yang diambil dari responden merupakan pada kegiatan spesialisasi untuk masing-masing komoditas. Responden yang diambil dalam penelitian ini sebagian besar melakukan kegiatan diversifikasi dalam usahataninya. Data yang diambil berdasarkan komoditas yang dikaji yaitu tomat, kubis, dan leunca yang ditanam oleh petani anggota Kelompok Mitra Tani Parahyangan.

Proses pengambilan sampel responden dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu dengan pertimbangan dari ketua kelompok tani bahwa responden yang dijadikan sampel tersebut dianggap memiliki informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan bantuan program

Microsoft Excel dan kalkulator. Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran umum perusahaann, proses produksi, dan pengelolaan yang diterapkan perusahaan. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan untuk menganalisis analisis risiko produksi pada kegiatan spesialisasi dan diversifikasi melalui analisis risiko yang meliputi nilai variance, standard deviation, dan coefficient variation.

Analisis Risiko pada Kegiatan Spesialisasi

Adanya risiko pada kegiatan bisnis menyebabkan terdapat berbagai kemungkinan suatu kejadian seperti kemungkinan untuk menghasilkan produksi atau pendapatan di atas atau dibawah rata-rata. Konsep risiko mempunyai keterkaitan dengan peluang (probability) suatu kejadian. Peluang dari suatu kejadian pada kegiatan usaha dapat diukur berdasarkan pada pengalaman yang telah dialami pelaku bisnis dalam menjalankan kegiatan usaha. Menurut Djohanputro (2008), mengukur probabilitas pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui kualitas dari risiko, yaitu seberapa besar kemungkinan risiko akan terjadi. Semakin besar kemungkinan suatu risiko akan terjadi, maka semakin tinggi kualitas risiko tersebut. Total peluang dari beberapa kejadian berjumlah satu.

(38)

karena sulitnya petani untuk mengingat data yang sebelumnya. Total peluang dari beberapa kejadian berjumlah satu. Pengukuran peluang (P) diperoleh dari frekuensi kejadian pada setiap kondisi yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung. Secara sistematis dapat dituliskan (Darmawi 2010):

Keterangan :

P = Peluang (probability)

= Frekuensi terjadinya peristiwa yang dihitung peluangnya dari masing-masing komoditi (tomat, kubis, dan leunca)

n = Banyaknya responden dari masing-masing komoditas (tomat, kubis, dan leunca)

Selain konsep peluang, dalam menganalisis risiko sangat penting mengetahui konsep ekspektasi (ekspected). Penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung risiko dapat dilakukan dengan menggunakan ekspected return.

ekspected return adalah alat analisis yang umum digunakan dalam menganalisis mengenai pengambilan keputusan yang berhubungan dengan risiko. Pengukuran nilai ekspected return secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995) :

Keterangan :

= Total Revenue (TR) dari masing-masing komoditas (i = tomat, kubis, dan leunca

= Peluang dari satu kejadian (i = tomat, kubis, dan leunca) = Return/total pendapatan (tomat, kubis, dan leunca) n = Jumlah kejadian = 10

j = Kejadian (1,2,3,…,10)

menunjukkan nilai peluang dari suatu kejadian pada masing-masing kondisi. Peluang dari setiap kejadian diasumsikan relatif sama karena data yang tersedia dari setiap kejadian sulit dinilai mana peluang yang lebih tinggi atau rendah. Nilai peluang dihitung dengan cara yaitu satu dibagi dengan total kejadian proses produksi, sehingga nilai ekspected return nya merupakan nilai rata-rata dari total pendapatan tersebut.

(39)

a) Variance

Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dan ekspected return yang kemudian dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Nilai variance dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995) :

-

Dimana :

= Variance dari return masing-masing komoditas (tomat, kubis, dan leunca)

= Total Reveneu (TR) dari masing-masing komoditas (i = tomat, kubis, dan leunca

= Peluang dari satu kejadian (i = tomat, kubis, dan leunca) = Return/total pendapatan (tomat, kubis, dan leunca) n = Jumlah kejadian = 10

j = Kejadian (1,2,3,…,10)

Dari nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance

maka semakin kecil penyimpangannya sehingga tingkat risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut juga semakin rendah.

b) Standard deviation

Standard deviation dapat diukur dengan menguadratkan nilai variance. Risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi keuntungan, sehingga semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Rumus standard deviation adalah sebagai berikut :

Keterangan :

= Variance dari masing-masing komoditas (i = tomat, kubis, dan leunca) = Standard deviation dari masing-masing komoditas (i = tomat, kubis, dan

leunca

c) Coefficient variation

Coefficient variation dapat diukur dari rasio standard deviation dengan

return yang diharapkan (ekspected return). Semakin kecil nilai coefficient variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi. Rumus coefficient variation adalah :

= Keterangan :

Gambar

Tabel 1 Volume dan Nilai Ekspor Impor Sektor Pertanian Pada Tahun 2010-2011
Tabel 2 Luas Panen Sayuran Tahun 2010-2011 Menurut Kabupaten di Jawa
Gambar 1 Security Market Line (Bandi, 2010)
Gambar 3 Kerangka Pemikiran Operasional
+5

Referensi

Dokumen terkait