• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Ulang Layout dalam Upaya Meningkatkan Utilisasi Kapasitas Pengolahan di PT. Nubika Jaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perancangan Ulang Layout dalam Upaya Meningkatkan Utilisasi Kapasitas Pengolahan di PT. Nubika Jaya"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN ULANG LAYOUT DALAM UPAYA

PENINGKATAN UTILISASI KAPASITAS

PENGOLAHAN DI PT. NUBIKA JAYA

TESIS

Oleh

YUDI DAENG POLEWANGI 117025003/TI

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERENCANAAN ULANG LAYOUT DALAM UPAYA

PENINGKATAN UTILISASI KAPASITAS

PENGOLAHAN DI PT. NUBIKA JAYA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik Dalam Program Studi Teknik Industri Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH

YUDI DAENG POLEWANGI

117025003

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : PERENCANAAN ULANG LAYOUT DALAM UPAYA

PENINGKATAN UTILISASI KAPASITAS

PENGOLAHAN DI PT. NUBIKA JAYA

Nama : Yudi Daeng Polewangi

NIM : 117025003

Program Studi : Teknik Industri

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinuligga, M. Eng Dr. Ir. Nazaruddin, MT

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinuligga, M. Eng Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME

(4)

Telah Diuji Pada

Tanggal : 14 Juli 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M. Eng Anggota : Dr. Ir. Nazaruddin, MT

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

PERENCANAAN ULANG LAYOUT DALAM UPAYA PENINGKATAN

UTILISASI KAPASITAS PENGOLAHAN DI PT. NUBIKA JAYA

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh

siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan

telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Juli 2014 Yang membuat pernyataan,

(6)

ABSTRAK

Tata letak pabrik (plant layout) dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang produksi, kelancaran gerakan bahan (material), pekerja dan sebagainya. Terganggunya kelancaran produksi dapat dilihat dari imbalance capacity (ketidakseimbangan lintasan) yang mengalami kendala.

Jumlah produksi yang dihasilkan oleh PT. Nubika Jaya tidak sesuai dengan target produksi yang ditetapkan, dimana target produksi yang ditetapkan adalah sebesar 98% dari kapasitas produksi yang tersedia. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penyusunan rangkaian tata letak di lantai produksi untuk meningkatkan utilisasi kapasitas pengolahan di pabrik yang diukur dengan berdasarkan aspek keteraturan aliran, ketersediaan kapasitas dan ketersediaan area/ruang.

Pada layout lantai produksi yang saat ini digunakan oleh perusahaan, aliran material berbentuk tidak beraturan, ketersediaan kapasitas berkisar pada 93,1% dengan penggunaan ruangan sebesar 21,9%. Setelah dilakukan perancangan ulang layout dengan metode Apple didapat aliran material

mengalami perubahan menjadi bentuk U shape dimana terjadi juga pengurangan jarak dan waktu sehingga diharapkan dapat meningkatkan penggunaan kapasitas mencapai 98% dan penggunaan ruang meningkat sebesar 32,3%.

(7)

ABSTRACT

Plant layout can be defined as the procedure of regulating plant facilities to support production, the continuity material movement, employees, and so on. The disruption of the production can be seen from imbalance capacity as the constraints.

The amount of production yielded by PT. Nubika Jaya is not in line with the production target of 90% of the production capacity available. Based on this condition, a series of layout on the production is done to increase the utility of the processing capacity in the plant which is measured, based on the aspect of flow regulation, the availability of capacity, and the availability of area/space.

In the layout of production today which is used by companies, material flow is in irregular shape, the availability of capacity is around 93.1% with the use of space of 21.9%. After redesign of the layout with Apple method is done, material flow changes to U shape in which the distance is reduced so that it is expected that it can increase the use of capacity to 98% and the use of space to 32.3%.

(8)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Yudi Daeng Polewangi

Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 12 November 1985

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Nama Orang Tua

Ayah : Zulkifli Effendi

Ibu : Tengku Dina Murad

Alamat Rumah : Jl. Brig. Jend. Katamso No. 66 Istana Maimoon Medan

Jl. Rakyat Gg. Bersama No. 4B Medan

Pendidikan

Tahun 1992-1998 : SD Negeri 060855 Medan Tahun 1998-2001 : SMP Negeri 12 Medan Tahun 2001-2004 : SMU Negeri 18 Medan

Tahun 2004-2009 : Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Medan

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

atas segala ridho dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Penulis melaksanakan penelitian di PT. Nubika Jaya (Permata Hijau

Group). Pada tesis ini penulis membahas, menganalisis dan memberikan

usulan-usulan perbaikan yang menyangkut tata letak lantai produksi di pabrik kelapa

sawit. Adapun judul tesis ini adalah ”Perancangan Ulang Layout dalam Upaya

Meningkatkan Utilisasi Kapasitas Pengolahan di PT. Nubika Jaya”.

Penulis juga berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun tesis ini

dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan dan fasilitas yang tersedia serta

dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak.

Tesis ini tidak akan pernah terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Allah SWT atas ridho dan karunia-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan tesis ini.

Kepada kedua orang tua penulis, Zulkifli Effendi dan T. Dina Murad, serta

kakak dan adik, Yuana Delvika, ST. MT dan Murad Daeng Patiroang, SH, tak

lupa juga seluruh keluarga besar yang telah mendoakan dan memberikan

dukungan baik dukungan moril maupun dukungan materil.

Bapak Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng, selaku Ketua Program

Studi Teknik Industri, Sekolah Pasca Sarjana, Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Utara, sekaligus pembimbing utama penulis dalam menyusun laporan

(10)

yang telah meluangkan waktu untuk memberikan pembekalan, bimbingan,

evaluasi serta revisi dalam penyusunan laporan ini. Terima kasih juga saya

ucapkan kepada Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku Sekretaris Program Studi

Teknik Industri, Sekolah Pasca Sarjana, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera

Utara beserta Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu dosen Program Studi Teknik Industri,

Sekolah Pasca Sarjana, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan ilmu yang sangat berharga kepada penulis. Semoga ilmu ini dapat

menjadikan penulis sebagai orang yang berguna dan semoga Allah SWT

membalas kebaikan Bapak dan Ibu.

Bapak Tansri Lugito (PT. Permata Hijau Group) dan Bapak Arlan Syam

(PT. Nubika Jaya) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melakukan penelitian di perusahaan dan membimbing penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

Rafika Ramadhani, SE yang telah membantu dan memberikan dorongan

kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Teman-teman mahasiswa Magister

Teknik Industri angkatan XIV (Meri andriani, ST. MT, Cut Ita Erliana, ST. MT,

Abdul Azis Syarif, ST. MT, Tiarma Simanihuruk, ST. MT, Ferdyanta Sitepu, ST

dan M. Afif, ST), semoga pertemanan ini menjadi kenangan terindah bagi kita

semua dihari nanti.

Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari kesempurnaan karena

keterbatasan penulis dan untuk itu penulis memohon maaf atas kekurangan

tersebut. Semoga tesis ini memberi manfaat bagi pembaca.

Medan, Juli 2014

(11)

DAFTAR ISI

2.2 Tujuan Perencanaan dan Pengaturan Tata Letak Pabrik . 8 2.3 Prinsip Dasar dalam Perencanaan Tata Letak Pabrik ... 11

2.4 Jenis Persoalan Tata Letak ... 13

2.5 Jenis Tata Letak dan Dasar Pemilihannya ... 15

2.6 Operasi dan Produksi ... 25

2.7 Penelitian Terdahulu ... 26

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 29

3.1 Sejarah Perusahaan ... 29

3.1.1 Kredibilitas dan Integritas ... 30

3.1.2 Sistem Manajemen Mutu ... 30

3.1.3 Sistem Fully Integrated ... 30

3.1.4 Produk ... 30

3.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha ... 32

3.3 Lokasi Perusahaan ... 32

3.4 Visi dan Misi PT. Nubika Jaya ... 32

3.5 Struktur Organisasi dan Manajemen ... 33

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 36

4.1 Metode Penelitian ... 36

4.2 Lokasi Penelitian ... 38

4.3 Data ... 38

4.3.1 Sumber Data ... 38

4.3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 39

4.4 Kerangka Konseptual ... 39

BAB 5 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... 41

5.1 Pengumpulan Data ... 41

5.1.1 Tata Letak Fasilitas Produksi ... 41

5.1.2 Aliran Material di Lantai Pabrik ... 43

5.1.3 Data Proses Produksi di Lantai Pabrik ... 44

5.1.4 Urutan Proses Produksi ... 45

(12)

5.2 Pengolahan Data ... 47

5.2.1 Tahapan Perancangan Tata Letak Pabrik ... 47

5.2.2 Pembentukan Aliran Material di Lantai Pabrik Setelah Perancangan Tata Letak ... 60

5.2.3 Perbandingan Jarak Angkut Layout Awal dengan Jarak Angkut Final Layout ... 60

5.2.4 Perbandingan Lama Waktu Produksi Layout Awal Dengan Lama Waktu Produksi Final Layout ... 61

5.2.5 Analisa Capacity Avaibility ... 62

5.2.6 Perbandingan Space Avaibility... 62

BAB 6 ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 63

6.1 Analisa Kondisi Awal Lantai Produksi ... 63

6.1.1 Analisis Tata Letak ... 64

6.1.2 Analisis Data Proses dan Urutan Proses ... 64

6.1.3 Analisis Volume Produksi ... 66

6.2 Pembahasan Tata Letak ... 66

6.2.1 Perancangan Tata Letak dengan Metode Apple .... 67

6.2.2 Analisis Aliran Material di Ruang Produksi ... 70

6.2.3 Analisis Perbandingan Jarak di PT. Nubika Jaya .. 70

6.2.4 Analisis Perbandingan Lama Waktu Produksi di PT. Nubika Jaya ... 71

6.3 Analisis Utilisasi Kapasitas Pengolahan ... 71

6.3.1 Analisa Keteraturan Aliran ... 72

6.3.2 Analisa Ketersediaan Kapasitas ... 72

6.3.3 Analisa Ketersediaan Area/Ruang ... 73

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

7.1 Kesimpulan ... 74

7.2 Saran ... 75

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1.1 Jumlah Produksi CPO (Tahun 2013) ... 3

1.2 Lama Waktu Proses Pada Produksi Kelapa Sawit ... 3

1.3 Luas Lantai Pabrik PT. Nubika Jaya Saat Ini ... 4

5.1 Kondisi Lantai Pabrik PT. Nubika Jaya ... 43

5.2 Proses Dan Pengkodean Pada Lantai Produksi ... 45

5.3 Jarak Perpindahan Antar Stasiun Pada Layout Awal ... 45

5.4 Target Produksi Dan Volume Produksi CPO (Tahun 2013)... 47

5.5 Operation Process Chart Pembuatan CPO ... 48

5.6 Sistem Penilaian Activity Relationship Chart (ARC) ... 53

5.7 Alasan Tingkat Hubungan ... 53

5.8 Work Sheet ... 54

5.9 Perbandingan Jarak Angkut Layout Awal Dengan Jarak Angkut Final Layout ... 61

5.10 Perbandingan Lama Waktu Produksi Layout Awal Dengan Lama Waktu Produksi Final Layout ... 61

5.11 Kapasitas Terpakai 2013 ... 62

6.1 Lama Waktu Proses Pada Produksi Kelapa Sawit ... 63

6.2 Flow Chart Pengolahan Kelapa Sawit ... 65

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Tata Letak Berdasarkan Aliran Produksi (Product Layout) ... 18

2.2 Tata Letak Berdasarkan Fungsi Proses (Process Layout) ... 20

2.3 Tata Letak Berdasarkan Kelompok Produk ... 22

2.4 Tata Letak Berposisi Tetap (Fixed Position Layout) ... 24

4.1 Diagram Alir/Tahapan Penelitian ... 37

4.2 Pola Hubungan Antara Variabel Dependen Dan Variabel Independen .. 40

5.1 Layout Pabrik Saat Ini ... 42

5.2 Aliran Material di Lantai Produksi Pengolahan Kelapa Sawit ... 44

5.3 Block Diagram Pembuatan CPO ... 46

5.4 Activity Relationship Chart (ARC) ... 52

5.5 Block Template ... 55

5.6 Activity Relationship Diagram (ARD) ... 56

5.7 Area Allocating Diagram (AAD) ... 58

5.8 Final Layout ... 59

5.9 Aliran Material Baru Di Lantai Produksi ... 60

6.1 Aliran Material PT. Nubika Jaya ... 70

6.2 Perbandingan Total Dan Rata-Rata Jarak ... 71

(15)

ABSTRAK

Tata letak pabrik (plant layout) dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang produksi, kelancaran gerakan bahan (material), pekerja dan sebagainya. Terganggunya kelancaran produksi dapat dilihat dari imbalance capacity (ketidakseimbangan lintasan) yang mengalami kendala.

Jumlah produksi yang dihasilkan oleh PT. Nubika Jaya tidak sesuai dengan target produksi yang ditetapkan, dimana target produksi yang ditetapkan adalah sebesar 98% dari kapasitas produksi yang tersedia. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penyusunan rangkaian tata letak di lantai produksi untuk meningkatkan utilisasi kapasitas pengolahan di pabrik yang diukur dengan berdasarkan aspek keteraturan aliran, ketersediaan kapasitas dan ketersediaan area/ruang.

Pada layout lantai produksi yang saat ini digunakan oleh perusahaan, aliran material berbentuk tidak beraturan, ketersediaan kapasitas berkisar pada 93,1% dengan penggunaan ruangan sebesar 21,9%. Setelah dilakukan perancangan ulang layout dengan metode Apple didapat aliran material

mengalami perubahan menjadi bentuk U shape dimana terjadi juga pengurangan jarak dan waktu sehingga diharapkan dapat meningkatkan penggunaan kapasitas mencapai 98% dan penggunaan ruang meningkat sebesar 32,3%.

(16)

ABSTRACT

Plant layout can be defined as the procedure of regulating plant facilities to support production, the continuity material movement, employees, and so on. The disruption of the production can be seen from imbalance capacity as the constraints.

The amount of production yielded by PT. Nubika Jaya is not in line with the production target of 90% of the production capacity available. Based on this condition, a series of layout on the production is done to increase the utility of the processing capacity in the plant which is measured, based on the aspect of flow regulation, the availability of capacity, and the availability of area/space.

In the layout of production today which is used by companies, material flow is in irregular shape, the availability of capacity is around 93.1% with the use of space of 21.9%. After redesign of the layout with Apple method is done, material flow changes to U shape in which the distance is reduced so that it is expected that it can increase the use of capacity to 98% and the use of space to 32.3%.

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Tata letak pabrik merupakan landasan utama dalam pengaturan tata letak

produksi dan area kerja yang memanfaatkan luas kerja untuk menempatkan

mesin-mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, serta memperlancar

gerakan perpindahan material sehingga diperoleh suatu aliran bahan dan kondisi kerja yang teratur, aman dan nyaman, sehingga mampu menunjang upaya

pencapaian tujuan pokok perusahaan.

Tata letak adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Tata letak

pabrik (plant layout) dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan bahan

(material) baik yang bersifat temporer atau permanen, pekerja dan sebagainya. Dalam tata letak pabrik ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu pengaturan

mesin dan pengaturan departemen yang ada di pabrik. Bila menggunakan istilah

tata letak pabrik hal ini sering diartikan sebagai pengaturan peralatan atau fasilitas

produksi yang sudah ada ataupun juga bisa diartikan sebagai perancangan tata

letak pabrik yang baru (newplant layout).

Menurut I Made Aryantha, tata letak fasilitas yang baik dan sesuai dengan

keadaan perusahaan merupakan salah satu faktor utama untuk mengoptimalkan

waktu dan biaya produksi. Perencanaan fasilitas mempunyai pengaruh yang

sangat besar dalam proses operasi perusahaan. Masalah utama dalam produksi

(18)

departemen ke departemen lain, sampai material tersebut menjadi barang jadi. Hal ini terlihat sejak material diambil dari gudang bahan baku dan dibawa ke beberapa departemen di bagian produksi untuk diproses sampai akhirnya dibawa

ke gudang barang jadi.

Keteraturan aliran produksi (regularity of flow) harus diperhatikan dalam perencanaan tata letak karena perancangan lantai produksi merupakan salah satu

bagian dari perencanaan tata letak pabrik. Terganggunya kelancaran produksi

dapat dilihat dari imbalance capacity (ketidakseimbangan lintasan) yang mengalami kendala. Oleh karena itu sangat penting sekali memaksimalkan

kelancaran aliran produksi dengan memperhatikan perancangan tata letak pabrik.

Perancangan tata letak lantai produksi dan area kerja adalah suatu permasalahan

yang sering dijumpai dalam industri manufaktur. Masalah ini tidak dapat

dihindari, sekalipun hanya sekedar mengatur peralatan/mesin didalam ruangan

atau lantai produksi, serta dalam ruang lingkup yang kecil dan sederhana.

PT. Nubika Jaya merupakan sebuah perusahaan manufaktur yang

memproduksi penyulingan minyak nabati, inti sawit, biodiesel dan oleokimia

manufaktur. Pada Tabel 1.1 terlihat bahwa jumlah produksi yang dihasilkan oleh

perusahaan tidak sesuai dengan target produksi yang ditetapkan oleh perusahaan,

dimana target produksi yang ditetapkan adalah sebesar 98% dari kapasitas

(19)

Tabel 1.1. Jumlah Produksi CPO (Tahun 2013)

Bulan Target

(Kg)

Pencapaian (Kg)

Januari 21.814.800 21.423.000

Februari 19.447.500 17.810.000

Maret 25.606.420 22.865.000

April 22.957.480 21.324.000

Mei 28.546.420 19.798.000

Juni 26.177.760 25.663.000

Juli 32.202.800 31.375.000

Agustus 25.970.000 26.125.000

September 28.618.940 28.111.000

Oktober 25.606.420 24.329.000

November 25.606.420 25.599.000

Desember 24.723.440 24.983.000

Total 307.278.400 289.405.000

Sumber : PT. Nubika Jaya

Jumlah produksi di perusahaan dapat ditingkatkan dengan mempersingkat

waktu produksi, sehingga produksi yang dihasilkan oleh perusahaan dapat

memenuhi target sebesar 98% yang ditetapkan oleh pihak manajemen perusahaan.

Adapun data waktu produksi pengolahan kelapa sawit dapat terlihat pada Tabel

1.2.

Tabel 1.2 Lama Waktu Proses Pada Produksi Kelapa Sawit

No Proses Waktu (Menit)

1 Penerimaan & Penimbangan 8

2 Transportasi 40

3 Perebusan 120

4 Transportasi 25

5 Steam Boiler 27

6 Transportasi 3

7 Pemisahan Berondolan 150

(20)

Susunan mesin-mesin di ruang produksi kelapa sawit juga tidak

mendukung tata urutan proses produksi yang baik sehingga aliran barang menjadi

tidak beraturan. Menurut Apple (1990), aliran barang yang direncanakan dengan

baik dan cermat mempunyai beberapa keuntungan, antara lain:

1. Menaikkan efisiensi dan produktivitas.

2. Pemanfaatan ruangan pabrik yang lebih efisien.

3. Mengurangi waktu dalam proses.

4. Meminimumkan gerakan balik (back tracking).

Pemanfaatan ruang yang terpakai di area produksi pengolahan kelapa

sawit PT. Nubika Jaya juga belum maksimal. Ruang yang terpakai untuk lantai

produksi pengolahan kelapa sawit saat ini hanya sebesar 21,9% yaitu 2.522 m2

dari total area yang tersedia sebesar 11.500 m2 (100 m x 115 m). Hal ini terlihat

pada tabel 1.3.

Tabel 1.3 Luas Lantai Pabrik PT. Nubika Jaya Saat Ini

No Stasiun Ukuran (M) Luas (M2)

1 Penerimaan & Timbangan 29 x 18 522

2 Perebusan 88 x 14 1232

3 Steam Boiler 10 x 5 50

4 Pemisahan Berondolan 10 x 15 150

5 Kempa 3 x 5 15

6 Pemurnian 5 x 18 90

7 Recovery Kernel 5 x 17 85

8 Tangki Timbun 21 x 18 378

Total 2522

1.2. Rumusan Masalah.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada PT. Nubika Jaya,

permasalahan yang akan dicari pemecahannya melalui penelitian ini adalah

stagnansi yang terjadi di dalam lintasan yang berakibat kepada target produksi

(21)

1.3. Tujuan Penelitian.

Sesuai dengan pokok pembahasan penelitian, maka tujuan yang akan

dicapai adalah untuk mendapatkan rancangan ulang layout yang lebih efektif sehingga proses produksi berjalan lancar dan dapat meningkatkan utilisasi

kapasitas agar dapat tercapai target yang telah ditetapkan.

1.4. Manfaat Penelitan.

Adapun manfaat yang bisa diambil dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Perusahaan.

Hasil penelitian dapat dimanfaatkan oleh perusahaan bilamana akan

diadakan perubahan layout untuk pengembangan perusahaan. 2. Bagi Peneliti.

Hasil penelitian dapat dijadikan referensi nyata dalam persoalan

pengembangan fasilitas pabrik dan mencari solusi dari sudut pandang

akademis.

3. Bagi Institusi.

Hasil penelitian dapat dijadikan literatur tambahan sehingga

memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

1.5. Batasan Masalah.

Untuk dapat melihat keakuratan layout yang akan dirancang, maka penulis membuat batasan-batasan berikut:

1. Prinsip dasar yang digunakan adalah prinsip jarak perpindahan bahan

(22)

2. Rancangan hanya membahas tahap perencanaan (planning), analisis (analysis) dan perancangan (design), tidak membahas tahapan penerapan (implementation) dan pengujian (testing).

3. Rancangan yang diusulkan adalah rancangan konseptual.

1.6. Asumsi yang Digunakan.

Agar penyelesaian masalah dapat dilakukan sesuai dengan teori yang

dipakai, maka perlu dibuat asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. Tidak ada perubahan urutan operasi yang mempengaruhi proses

produksi.

2. Pola data produksi mengikuti periode Januari-Desember 2013.

3. Kondisi lantai produksi menggunakan pola yang ada di perusahaan

(23)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Tata Letak Pabrik.

Tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan

fasilitas-fasilitas pabrik dengan memanfaatkan luas area secara optimal guna menunjang

kelancaran proses produksi (Wignjosoebroto, 2003 : 67) atau tata letak pabrik

(plant layout) dapat juga didefinisikan sebagai suatu rencana atau aktivitas perencanaan, penyusunan yang optimal dari fasilitas-fasilitas suatu industri yang

meliputi tenaga kerja, peralatan operasi, ruang penyimpanan, peralatan

penanganan material dan semua pelayanan pendukung sesuai dengan rancangan

terbaik dari struktur yang terdiri dari fasilitas-fasilitas ini. Tata letak yang baik

selalu melibatkan tata cara pemindahan bahan di pabrik, sehingga kemudian

disebut tata letak pabrik dan pemindahan bahan.

Rekayasawan yang merancang fasilitas harus mengevaluasi, menganalisis,

membentuk konsep dan mewujudkan sistem bagi pembuatan barang dan jasa.

Dengan kata lain, merupakan pengaturan tempat sumber daya fisik yang

digunakan untuk membuat produk. Rancangan ini umumnya digambarkan sebagai

rencana lantai yaitu susunan fasilitas fisik (perlengkapan, tanah, bangunan dan

sarana lain) untuk mengoptimumkan hubungan antara petugas pelaksana, aliran

bahan, aliran informasi dan tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan

usaha secara efisien, ekonomis dan aman (Apple, 1990 : 2).

Pada dasarnya, dalam pengaturan fasilitas produksi dalam pabrik.

(24)

1. Pengaturan tata letak mesin dan fasilitas produksi lainnya (machines layout), yaitu pengaturan dari semua mesin-mesin dan fasilitas yang diperlukan untuk proses produksi di dalam tiap-tiap departemen yang

ada di pabrik.

2. Pengaturan tata letak departemen, yaitu pengaturan bagian atau

departemen, serta hubungannya antara satu departemen dengan yang

lainnya di dalam pabrik.

2.2. Tujuan Perencanaan dan Pengaturan Tata Letak Pabrik.

Secara garis besar tujuan utama dari tata letak pabrik adalah mengatur area

kerja dan segala fasilitas produksi yang paling ekonomis untuk operasi produksi

yang aman dan nyaman sehingga dapat menaikkan moral kerja dan kinerja

(performance) dari operator (Apple, 1990 : 5-8). Lebih spesifik lagi, suatu tata letak pabrik yang baik akan dapat memberikan keuntungan-keuntungan dalam

sistem produksi, sebagai berikut:

a. Memperlancar proses manufaktur.

Tata letak pabrik yang direncanakan haruslah menjamin proses

pengolahan yang efisien. Oleh karena itu diusahakan agar:

1.Penyusunan peralatan dan mesin yang efektif sehingga aliran

bahan lancar dan mendekati garis lurus dengan mengurangi

gerakan bolak-balik.

2.Mengurangi waktu menunggu pada proses produksi.

3.Aliran bahan yang terencana sehingga setiap daerah kerja dapat

dibedakan dengan jelas untuk menghindari tercampurnya alat-alat

(25)

b. Mengurangi proses pemindahan bahan (minimasi material handling). Biaya pemindahan bahan merupakan salah satu elemen biaya dari

total biaya produksi yang harus dikeluarkan perusahaan. Perhitungan

biaya pemindahan ini biasanya sebanding dengan jarak pemindahan

bahan yang harus ditempuh, sedangkan jarak pemindahan bahan dapat

dianalisis dengan memperhatikan tata letak fasilitas produksi yang ada

di pabrik. Karena itu, dalam perancangan tata letak pabrik diusahakan

agar jarak pemindahan bahan menjadi seminimal mungkin.

c. Menjaga fleksibilitas susunan peralatan.

Kemungkinan perubahan jumlah dan bentuk produksi sangat penting

diperhatikan dalam tata letak pabrik. Tata letak pabrik yang baik dapat

dengan mudah diubah menurut kebutuhan produksi.

d. Mengurangi inventory in process.

Sistem produksi pada dasarnya menghendaki sedapat mungkin agar

bahan baku berpindah dari satu operasi ke operasi berikutnya dengan

secepat-cepatnya dan berusaha mengurangi bertumpuknya barang

setengah jadi (material in process). Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengurangi waktu tunggu (delay) dan mengurangi antrian bahan yang menunggu untuk segera diproses.

e. Menurunkan investasi pada peralatan.

Susunan mesin, peralatan dan susunan departemen yang tepat dan

(26)

f. Penghematan penggunaan luas lantai.

Suatu perencanaan tata letak pabrik yang optimal akan mampu

mengatasi segala pemborosan pemakaian ruangan yang disebabkan

oleh lalu lintas bahan dalam pabrik, penumpukan material, jarak antar

mesin yang berlebihan dan lain-lain, serta akan berusaha untuk

mengoreksi semua pemborosan tersebut.

g. Memelihara pemakaian tenaga kerja seefektif mungkin.

Tata letak pabrik yang tidak baik akan membutuhkan tenaga kerja

yang lebih besar sehingga merupakan suatu pemborosan. Pemakaian

tenaga kerja dengan efektif dan efisiesn dapat dilakukan dengan cara:

1. Mengurangi pemindahan bahan yang dilakukan secara manual.

2. Mengurangi faktor yang mengakibatkan pekerja banyak berjalan

dalam pabrik.

3. Melakukan keselarasan antara mesin dan operator sehingga antara

mesin dan operator tidak mengalami idle.

4. Mengadakan pengawasan yang efektif terhadap karyawan.

h. Memberikan suasana kerja yang menyenangkan.

Memberikan suasana kerja yang menyenangkan kepada para pekerja

seperti pengaturan letak penerangan, ventilasi serta keselamatan kerja

yang terjamin.

2.3 Prinsip-Prinsip Dasar dalam Perencanaan Tata Letak Pabrik.

Dalam perencanaan dan pengaturan tata letak pabrik. Terdapat enam

(27)

a. Prinsip integral secara total.

That layout is best which intergrates the man, material, machinery supporting activities, and any other considerations in way that result in the best compromise”.

Prinsip ini menyatakan bahwa tata letak pabrik adalah merupakan

integrasi secara total dari seluruh elemen produksi yang ada menjadi

satu unit operasi yang besar.

b. Prinsip jarak perpindahan bahan yang paling minimal.

Other things being equal, than layout is the best permits the materials to move the minimum distance between operations”.

Hampir semua proses yang terjadi dalam suatu industri mencakup

beberapa gerakan perpindahan dari material, yang tidak bisa dihindari

secara keseluruhan. Dalam proses pemindahan bahan dari satu operasi

ke operasi lain, waktu dapat dihemat dengan cara mengurangi

perpindahan jarak tersebut. Hal ini dapat dilaksanakan dengan

menerapkan operasi yang berikutnya sedekat mungkin dengan operasi

sebelumnya.

c. Prinsip aliran suatu proses kerja.

Other things being equal, than layout is the best that arranges the work area for each operations or process in the same order or sequence that forms, treats or assembles the materials”.

Dengan prinsip ini, diusahakan untuk menghindari adanya gerak balik

(28)

interupsi. Ide dasar dari prinsip aliran konstan dengan minimum

interupsi, kesimpangsiuran dan kemacetan.

d. Prinsip pemanfaatan ruangan.

Economy is obtained by using effectively all available space-both vertical and horizontal”.

Makna dasar tata letak adalah suatu pengaturan ruangan yang akan

dipakai oleh manusia, bahan baku dan peralatan penunjang proses

produksi lainnya, yang memiliki tiga dimensi yaitu aspek volume

(cubic space) dan bukan hanya sekedar aspek luas (floor space). Dengan demikian, dalam perencanaan tata letak, faktor dimensi

ruangan ini juga perlu diperhatikan.

e. Prinsip kepuasan dan keselamatan kerja.

Other things being equal, than layout is the best which makes works satisfying and safe for workers”.

Kepuasan kerja sangat besar artinya bagi seseorang dan dapat

dianggap sebagai dasar utama untuk mencapai tujuan. Dengan

membuat suasana kerja menyenangkan dan memuaskan, maka secara

otomatis akan banyak keuntungan yang bisa kita peroleh. Selanjutnya,

keselamatan kerja juga merupakan faktor utama yang harus

diperhatikan dalam perencanaan tata letak pabrik. Suatu layout tidak dapat dikatakan baik apabila tidak menjamin atau bahkan justru

(29)

f. Prinsip fleksibilitas.

Other things being equal, than layout is the best that can be adjusted and rearrange at minimum cost and inconvenience”.

Prinsip ini sangat berarti dalam masa dimana riset ilmiah, komunikasi

dan transportasi bergerak dengan cepat, yang mana hal ini akan

mengakibatkan dunia industri harus ikut berpacu mengimbanginya.

Untuk ini kondisi ekonomi akan bisa tercapai apabila tata letak yang

ada telah direncanakan cukup fleksibel untuk diadakan

penyesuaian/pengaturan kembali (relayout) dengan cepat dan biaya yang relatif murah.

2.4. Jenis Persoalan Tata Letak.

Masalah dan jenis persoalan dalam tata letak pabrik beragam jenisnya

(Apple, 1990 : 16-18). Jenis dari persoalan tata letak pabrik antara lain:

1. Perubahan rancangan.

Seringkali perubahan rancangan produk menuntut perubahan proses

atau operasi yang diperlukan. Perubahan ini mungkin hanya

memerlukan penggantian sebagian kecil tata letak yang telah ada atau

berbentuk perancangan ulang tata letak. Hal ini bergantung kepada

perubahan yang terjadi.

2. Perluasan departemen.

Perluasan departemen dapat terjadi bila ada penambahan produk di

suatu komponen produk tertentu. Hal ini mungkin hanya berupa

penambahan sejumlah mesin yang dapat diatasi dengan membuat

ruangan atau mungkin diperlukan perubahan seluruh tata letak jika

(30)

3. Pengurangan departemen.

Jika jumlah produksi berkurang secara drastis dan menetap, perlu

dipertimbangkan pemakaian proses yang berbeda dari proses

sebelumnya. Perubahan seperti mungkin menuntut disingkirkannya

peralatan yang telah ada dan merencanakan pemasangan jenis

peralatan lain.

4. Penambahan produk baru.

Jika terjadi penambahan produk baru yang berbeda prosesnya dengan

produk yang telah ada, maka dengan sendirinya akan muncul masalah

baru. Peralatan yang ada dapat digunakan dengan menambah beberapa

mesin baru pada tata letak yang ada dengan penyusunan ulang

minimum atau mungkin memerlukan persiapan departemen baru dan

mungkin juga dengan pabrik baru.

5. Memindahkan satu departemen.

Memindahkan satu departemen dapat menimbulkan masalah yang

besar. Jika tata letak yang ada masih memenuhi, hanya diperlukan

pemindahan ke lokasi lain. Jika tata letak yang ada sekarang tidak

memenuhi lagi, hal ini menghadirkan kemungkinan untuk perbaikan

kekeliruan yang lalu. Hal ini dapat berubah kearah tata letak ulang

wilayah yang baru.

6. Penambahan departemen baru.

Masalah ini dapat timbul karena adanya penyatuan, seperti pekerjaan

mesin bor dari seluruh departemen disatukan ke dalam satu

departemen terpusat. Masalah ini dapat juga terjadi karena kebutuhan

(31)

sebelumnya. Hal ini dapat terjadi untuk membuat suatu komponen

yang selama ini dibeli dari perusahaan lain.

7. Peremajaan peralatan yang rusak.

Peremajaan ini menuntut pemindahan peralatan yang berdekatan

untuk mendapatkan tambahan ruang.

8. Perubahan metode produksi.

Setiap perubahan kecil dalam suatu tempat kerja sering kali

mempunyai pengaruh terhadap tempat kerja yang berdekatan. Hal ini

menuntut peninjauan kembali atas wilayah yang terlibat.

9. Penurunan biaya.

Hal ini merupakan akibat dari setiap keadaan pada masalah-masalah

sebelumnya.

10.Perencanaan fasilitas baru.

Persoalan ini merupakan persoalan tata letak terbesar. Perancangan

umumnya tidak dibatasi oleh kendala fasilitas yang ada. Perancangan

bebas merencanakan tata letak yang paling baik yang dapat dipakai.

Bangunan dapat dirancang untuk menampung tata letak setelah

diselesaikan. Fasilitas dapat ditata untuk kegiatan manufaktur terbaik.

2.5. Jenis Tata Letak dan Dasar Pemilihannya.

Susunan mesin dan peralatan pada suatu perusahaan akan sangat

mempengaruhi kegiatan produksi, terutama pada efektivitas suatu proses produksi

dan kelelahan yang dialami oleh operator di lantai produksi. Kegiatan yang

berhubungan dengan perancangan susunan unsur fisik suatu kegiatan dan selalu

(32)

rancangannya dikenal dengan Tata Letak Pabrik (Wignjosoebroto, 1996 :

148-150).

Tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai perencanaan dan

penggabungan (integration) dari aliran komponen-komponen suatu produk untuk mendapatkan interelasi yang paling efektif dan paling ekonomis antara pekerja,

peralatan, pemindahan bahan mulai dari bagian penerimaan bahan baku sampai

pengolahan bahan dan akhirnya mengirimkan produk jadi ke konsumen.

Tata letak pabrik yang baik dapat diartikan sebagai penyusunan yang

teratur dan efisien dari semua fasilitas-faslitas pabrik dan tenaga kerja yang ada di

pabrik. Fasilitas pabrik disini tidak hanya mesin-mesin tetapi juga service area

termasuk tempat penerimaan dan pengiriman barang, maintenance, gudang dan sebagainya. Disamping itu juga, sangat penting diperhatikan keamanan dan

kenyamanan pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Oleh karena itu tata letak

pabrik yang baik adalah tata letak yang memiliki daerah kerja yang memiliki

interrelation, sehingga bahan-bahan dapat diproduksi secara ekonomis.

Tata letak pabrik sangat berkaitan erat dengan efisiensi dana efektivitas pekerjaan. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kegiatan produksi akan lebih ekonomis bila aliran suatu bahan

dirancang dengan baik.

2. Pola aliran bahan menjadi dasar terhadap suatu susunan peralatan

yang diukur.

3. Alat pemindahan bahan (material handling) akan mengubah pola aliran bahan yang statis menjadi dinamis dengan melengkapinya

(33)

4. Susunan fasilitas-fasilitas yang efektif disekitar pola aliran bahan akan

memberikan operasi yang efektif dari berbagai proses produksi yang

saling berhubungan.

5. Operasi yang efisien akan meminimumkan biaya produksi.

6. Biaya produksi yang minimum akan memberikan profit yang lebih

tinggi.

Dalam tata letak pabrik, sangat ditentukan oleh susunan mesin-mesin yang

ada di pabrik yang membentuk suatu aliran produksi. Berdasarkan hal ini ada 4

(empat) tipe tata letak pabrik yang utama, yaitu:

1. Tata letak pabrik berdasarkan aliran produksi (Product Layout atau

Production Line Product).

Product layout dapat didefinisikan sebagai metode atau cara pengaturan dan penempatan semua fasilitas produksi yang diperlukan

ke dalam suatu departemen tertentu atau khusus. Suatu produk dapat

dibuat/diproduksi sampai selesai di dalam departemen tersebut. Bahan

baku dipindahkan dari stasiun kerja ke stasiun kerja lainnya di dalam

departemen tersebut dan tidak perlu dipindah-pindahkan ke

departemen yang lain.

Dalam product layout, mesin-mesin atau alat bantu disusun menurut urutan proses dari suatu produk. Produk-produk bergerak secara terus

menerus dalam suatu garis perakitan. Product layout akan digunakan bila volume produksi cukup tinggi dan variasi produk tidak banyak

dan sangat sesuai untuk produksi yang kontinu. Gambar tata letak

(34)

G

) Mesin Pelengkung Mesin Drill

Mesin Drill

Gambar 2.1. Tata Letak Berdasarkan Aliran Produksi (Product layout) (Wignjosoebroto, 2003)

Tujuan dari tata letak ini adalah untuk mengurangi proses pemindahan

bahan dan memudahkan pengawasan di dalam aktivitas produksi

sehingga pada akhirnya terjadi penghematan biaya.

Keuntungan tipe Produt Layout adalah:

a. Layout sesuai dengan urutan operasi, sehingga proses berbentuk garis.

b.Pekerjaan dari satu proses secara langusng dikerjakan pada proses

berikutnya, sebagai akibatnya penyimpanan barang setengah jadi

menjadi kecil.

c. Total waktu produksi per unit menjadi kecil.

d.Mesin dapat ditempatkan dengan jarak yang minimal. Konsekuensi

dari operasi ini adalah material handling dapat dikurangi.

e. Memerlukan operator dengan keterampilan rendah, training

(35)

f. Lokasi yang tidak begitu luas dapat digunakan untuk transit dan penyimpanan barang sementara.

g.Memerlukan aktivitas yang sedikit selama proses produksi

berlangsung.

Sedangkan kerugian dari Product Layout adalah:

a. Kerusakan dari satu mesin akan mengakibatkan terhentinya proses

produksi.

b.Layout ditentukan oleh produk yang diproses, perubahan desain produk memerlukan penyusunan layout ulang.

c. Kecepatan produksi ditentukan oleh mesin yang beroperasi paling

lambat.

d.Membutuhkan supervisi secara umum tidak terspesifikasi.

e. Membutuhkan investasi yang besar karena mesin yang sejenis akan

dipasang lagi kalau proses yang sejenis diperlukan.

2. Tata letak pabrik berdasarkan fungsi (Process Layout).

Dalam process/functional layout semua operasi dengan sifat yang sama dikelompokkan dalam departemen yang sama pada suatu

pabrik/industri. Mesin atau peralatan yang mempunyai fungsi yang

sama dikelompokkan jadi satu, misalnya semua mesin bubut dijadikan

satu departemen, mesin bor dijadikan satu departemen dan mesin mill

dijadikan satu departemen. Dengan kata lain material dipindah menuju

departemen-departemen sesuai dengan urutan proses yang dilakukan.

Gambar tata letak pabrik berdasarkan fungsi proses dapat dilihat pada

(36)

Gambar 2.2. Tata Letak Berdasarkan Fungsi Proses (Process Layout) (Wignjosoebroto, 2003)

Process layout dilakukan bila volume produksi kecil dan terutama untuk jenis produk yang tidak standar, biasanya berdasarkan order.

Kondisi ini disebut sebagai job shop. Tata letak process layout banyak dijumpai pada sektor industri manufaktur maupun jasa.

Kelebihan atau keuntungan menggunakan layout tipe ini adalah: a. Penggunaan mesin dapat dilakukan dengan efektif, konsekuensinya

memerlukan sedikit mesin.

b.Fleksibilitas tenaga kerja dan fasilitas produksi besar dan sanggup

berbagai macam jenis dan model produk.

c. Investasi mesin relatif kecil karena digunakan mesin yang umum

(general purpose).

d.Keragaman tugas membuat tenaga kerja lebih tertarik dan tidak

(37)

e. Adanya aktivitas supervisi yang lebih baik dan efisien melalui

spesialisasi pekerjaan, khususnya untuk pekerjaan yang sulit dan

memerlukan ketelitian yang tinggi.

f. Mudah untuk mengatasi breakdown pada mesin, yaitu dengan cara memindahkannya ke mesin yang lain dan tidak menimbulkan

hambatan-hambatan dalam proses produksi.

Sedangkan sisi kelemahan atau kekurangannya adalah:

a. Aliran proses yang panjang mengakibatkan material handling lebih mahal karena aktivitas pemindahan material. Hal ini disebabkan karena tata letak mesin tergantung pada macam proses atau fungsi

kerjanya dan tidak tergantung pada urutan proses produksi.

b.Total waktu produksi lebih panjang.

c. Inventori barang setengah jadi cukup besar, jadi menyebabkan

penambahan tempat.

d.Diperlukan keterampilan tenaga kerja yang tinggi guna menangani

berbagai macam aktivitas produksi yang memiliki variasi besar.

e. Kesulitan dalam menyeimbangkan tenaga kerja dari setiap fasilitas

produksi karena penempatan mesin yang terkelompok.

3. Tata letak pabrik berdasarkan kelompok produk (Group Tecnology Layout).

Tipe tata letak ini biasanya komponen yang tidak sama

dikelompokkan kedalam satu kelompok berdasarkan kesamaan bentuk

komponen, mesin atau peralatan yang dipakai. Pengelompokkan

(38)

dikelompokkan dalam satu kelompok dan ditempatkan dalam sebuah

manufacturing cell. Gambar tata letak pabrik berdasarkan kelompok produk dapat dilihat pada Gambar 2.3.

G

) Mesin Bubut Mesin Drill

Perakitan

Gambar 2.3. Tata Letak Berdasarkan Kelompok Produk (Wignjosoebroto, 2003)

Kelebihan tata letak berdasarkan kelompok teknologi ini adalah: a. Karena group technology memanfaatkan kesamaan komponen

produk, maka dapat mengurangi pemborosan waktu dalam

perpindahan antar kegiatan yang berbeda.

b.Penyusunan mesin didasarkan atas family product sehingga dapat mengurangi waktu set up, mengurangi ongkos material handling

dan mengurangi area lantai produksi.

c. Apabila ada urutan proses tang terhenti maka dapat dicari alternatif

lain.

(39)

e. Operator makin terlatih, cacat produk dapat dikurangi dan dapat

mengurangi bahan yang terbuang.

Seperti halnya tipe tata letak fasilitas yang lain, tipe tata letak

berdasarkan kelompok produk juga mempunyai

kekurangan-kekurangan, yaitu:

a. Utilisasi mesin yang rendah.

b.Memungkinkan terjadinya duplikasi mesin.

c. Biaya yang cukup tinggi untuk realokasi mesin.

d.Membutuhkan tingkat kedisiplinan yang tinggi karena ada

kemungkinan komponen yang diproses berada pada sel yang

salah.

4. Layout berposisi tetap (Fixed Position Layout).

Sistem berdasarkan product layout maupun process layout, produk bergerak menuju mesin sesuai dengan urutan proses yang dijalankan.

Layout yang berposisi tetap ditunjukkan bahwa mesin, manusia serta komponen-komponen bergerak menuju lokasi material untuk menghasilkan produk. Layout ini biasa digunakan untuk memproses barang yang relatif besar dan berat sedangkan peralatan yang

digunakan mudah untuk dilakukan pemindahan. Contoh dari industri

ini adalah industri pesawat terbang, penggalangan kapal, pekerjaan

konstruksi bangunan. Gambar tata letak berdasarkan posisi tetap dapat

(40)

G

Gambar 2.4. Tata Letak Berposisi Tetap (Fixed Position Layout) (Wignjosoebroto, 2003)

Keuntungan tata letak tipe ini adalah:

a. Karena yang berpindah adalah fasilitas-fasilitas produksi, maka

perpindahan material dapat dikurangi.

b.Bila pendekatan kelompok kerja digunakan dalam kegiatan

produksi, maka kontinuitas produksi dan tanggung jawab kerja

bisa tercapai dengan sebaik-baiknya.

Sedangkan kerugian dari tipe tata letak ini adalah:

a. Adanya peningkatan frekuensi pemindahan fasilitas produksi atau

operator pada saat operasi berlangsung.

b.Adanya duplikasi peralatan kerja yang akhirnya menyebabkan

perubahan space area dan tempat untuk barang setengah jadi. c. Memerlukan pengawasan dan koordinasi kerja yang ketat

(41)

2.6. Operasi dan Produksi.

Operasi dan produksi adalah bidang yang bertanggung jawab langsung

atas pembuatan barang dan jasa yang menjadi output perusahaan. Bidang ini merupakan wadah bagi perusahaan untuk menggabungkan kemampuan perusaahn

dengan kebutuhan atau keinginan pemakai di pasar. Berbagai hal yang harus

dipertimbangkan dalam perumusan kebijakan di bidang operasi dan produksi ini,

antara lain: (Pardede, 2011:129)

1. Jenis barang atau jasa yang dibuat serta ciri-ciri dan sifat-sifat barang

tersebut.

2. Jenis kebutuhan yang akan dipenuhi: barang-barang akan dibuat untuk

persediaan (made to stock) ataukah berdasarkan pesanan (made to order).

3. Jadwal dan tingkat pengembangan barang dan pembuatan barang

baru.

4. Tempat kedudukan perusahaan yang meliputi kedudukan kantor dan

kilang.

5. Tata letak pusat-pusat kerja: tata letak menurut barang (product layout) atau tata letak menurut pekerjaan (process layout).

6. Bauran jumlah dan jenis manusia dan mesin pada kegiatan

pengolahan.

7. Daya kerja (capacity) perusahaan: disesuaikan dengan permintaan atau dengan rencana pengembangan perusahaan.

(42)

9. Siasat pembuatan barang: tingkat produksi tetap, menurut permintaan

atau luwes.

10.Standard dan rancangan pekerjaan.

11.Mutu barang atau jasa yang dibuat: mutu yang sebenarnya (quality in real) atau mutu menurut pemakai (quality in perception).

12.Tingkat penguasaan teknologi dan tingkat kesegeraan penyesuaian

terhadap teknologi baru.

2.7. Penelitian Terdahulu

1. Rachmad Hidayat (Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 2 No.1 2014: 37-44).

Melakukan penelitian dengan judul “Perancangan Ulang Shop Floor Layout

Untuk Meminimasi Waste”.

Dalam peneltiannya melakukan beberapa langkah diantaranya menentukan

mesin yang akan diatur layout-nya, membuat matriks hubungan antar mesin, menghitung space yang dibutuhkan tiap mesin dan menghitung nilai Total Closeness Rating (TCR). Penelitian ini membandingkan layout awal dengan

layout usulan. Jarak perpindahan menurun 31,3%. Ongkos matrial handling

menurun 28,54%. Waste menunggu, potential failure mode yang dapat diminimasi. Lama produk berada dalam lintasan produksi lebih cepat menjadi

8,73 jam per produksi. Flow time per produksi mengalami penurunan 8,29%. Efisiensi lintasan produksi meningkat 5,64%.

(43)

Penelitian ini dilakukan disebuah pabrik pembuatan ban mobil penumpang

yang berlokasi di daerah Sunter, Jakarta Utara. Dengan tujuan untuk

meningkatkan produktivitas perusahaan, fokus dari penelitian ini diarahkan

kepada melalukan perancangan ulang layout pabrik tersebut. Masalah utama yang dihadapi perusahaan adalah material yang dihasilkan oleh perusahaan tidak berada di satu lokasi, menyebabkan timbulnya masalah jarak dan waktu

yang berujung kepada ketidakefisian layout. Perancangan ulang layout

menggunakan metode SLP dan analisis aliran yang akan mendukung

keseimbangan lintasan agar tercipta layout yang baik. Dengan menggunakan software ARENA untuk mensimulasi dan menganalisa masalah dalam proses

produksi dan dengan membandingkan alternatif layout untuk memutuskan

layout terbaik. Adapun layout terbaik berdasarkan simulasi dan metode SLP yang didukung analisis aliran dan keseimbangan lintasan akan digunakan

sebagai masukan untuk perusahaan.

3. Uttapol Smutkupt dan Sakapoj Wimonkasame (Proceedings of the International Multiconference of Engineers and Computer Scientists, Vol II March 2009: 1820). Melakukan penelitian dengan judul “Plant Layout

Design with Simulation”.

Pada masa sebelumnya, banyak cara-cara yang dilakukan untuk merancang

layout lantai produksi. Yang paling terkenal dan banyak digunakan adalah metode CRAFT (Computerize Relative Allocation Facilities Technique). Namun hasil yang dikeluarkan oleh metode CRAFT terbatas. Hasil tersebut

hanya menunjukkan rancangan dengan biaya perpindahan yang minimum

antar departemen. Sebagai tambahan dilakukan teknik simulasi untuk

(44)

waktu menunggu dan utilisasi. Untuk menambahkan simulasi tersebut,

digunakan Microsoft Visual Basic yang bertujuan meningkatkan sistem dasar dari metode CRAFT. Kemudian hasil tersebut akan dikoneksikan dengan

sistem ARENA. Akhirnya, sistem simulasi akan mengirim kembali laporan

(45)

BAB 3

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1. Sejarah Perusahaan.

PT. Nubika Jaya merupakan perusahaan pengolahan kepala sawit di bawah

naungan Permata Hijau Group (PHG), sebuah perusahaan kelapa sawit

terintegrasi yang didirikan tahun 1984, dengan bisnis inti di perkebunan kelapa

sawit, penyulingan minyak nabati, inti sawit, biodiesel dan oleokimia manufaktur.

Perusahaan mendistribusikan sawit dan produk minyak lauratnya ke seluruh

dunia. Dimulainya pabrik Biodiesel di PT. Nubika Jaya akan memberikan sumber

terbarukan dan berkelanjutan dari produk-produk energi dan dapat menyediakan

berbagai macam Distilasi dan Fractionated Asam Lemak dan derivatnya.

Semua produk-produk di PT. Nubika Jaya terdaftar pada Kosher dan

tersertifikasi halal. Sukses perusahaan adalah atribut untuk pendirian jangka

panjang di industri, pemanfaatan state-of-the-art teknologi untuk pabrik, ekonomi tinggi skala dan sifat terpadu operasi untuk menghasilkan produk berkualitas

tinggi yang efisien dan biaya yang kita sampaikan kepada konsumen, pemasok

dan komunitas melalui kegiatan memiliki nilai tambah.

Permata Hijau Group adalah anggota RSPO, menekankan pada kelestarian

lingkungan dalam pengelolaan perkebunan dan operasi manufaktur dan

berkomitmen penuh dalam efisiensi energi dan mengukur pengurangan secara

keseluruhan dalam penggunaan bahan bakar fosil, seperti memulai di Mekanisme

Pembangunan Bersih (CDM) diprogram sesuai Protokol Kyoto Threaty.

(46)

kelapa sawit sadar lingkungan turunan sebagian besar bebas dari bahan bakar

fosil.

Bisnis inti perusahaan adalah budidaya kelapa sawit, pengolahan dan

mendistribusikan minyak kelapa sawit, minyak laurat dan asam lemak ke seluruh

dunia. Sekarang perusahaan telah menjadi salah satu pemain utama di industri

dengan total penjualan untuk tahun 2004 melebihi 800.000 metrik ton produk

sawit.

3.1.1. Kredibilitas & Integritas.

Perusahaan terus melayani pelanggan secara lebih baik dengan

menetapkan standar terbaik untuk produk dan tim kerja yang ada di perusahaan.

Perusahaan percaya bahwa hubungan akan saling menguntungkan jika melayani

kemitraan jangka panjang dengan baik.

3.1.2. Sistem Manajemen Mutu.

Perusahaan terus menerapkan keseluruhan sistem manajemen mutu untuk

memaksimalkan sumber daya manusia dan organisasi untuk kebutuhan

produktivitas sehari-hari.

3.1.3. Sistem Fully Integrated.

Berfungsi untuk memberikan keuntungan efisiensi dalam memenuhi

komitmen kepada pemasok dan pelanggan kami.

3.1.4. Produk

Expeller

Spesifikasi Produk:

1. Palm Kernel Expeller (PKE).

(47)

Laurat oil

Spesifikasi Produk:

1. Crude Palm Kernel Oil (CPKO).

a. Asam Lemak Bebas (FFA) sebagai palmitat 5% Max.

b. Moisture & Kotoran (M & I) 0,5% Max.

c. Yodium Nilai (Wijs) 19 Max.

2. Refined Bleached & Deodorised Palm Kernel Oil (RBDPKO).

a. Asam Lemak Bebas (FFA) sebagai laurat 0,1% Max.

b. Moisture & Kotoran (M & I) 0,1% Max.

c. Yodium Nilai (Wijs) 19 Max.

d. Colour (5 1/4" Lovibond Cell) 1.5 Red Max.

3. Palm Kernel Fatty Acid Distillate (PKFAD).

a. Asam Lemak Bebas (FFA) sebagai laurat 50% Min.

b. Moisture & Kotoran (M & I) 1% Max.

c. TFM 95% Min.

Palm Oil

Spesifikasi Produk:

1. Crude Palm Oil (CPO).

a. Asam Lemak Bebas (FFA) sebagai palmitat 5 % Max.

b. Moisture & Kotoran (M & I) 0,5 % Max.

c. Yodium Nilai (Wijs) 51-55.

d. DOBI 2,0-2,2.

2. Refined Bleached & Deodorised Palm Oil ( RBDPO ).

a. Asam Lemak Bebas (FFA) sebagai palmitat 0,1 % Max.

b. Moisture & Kotoran (M & I) 0,1 % Max.

(48)

d. Point lebur (AOCS Cc3 - 25) 33 - 39o C.

e. Colour (5 1/4 " Lovibond Cell) 3 Red Max.

3. Refined Bleached & Deodorised Palm Olein (Olein).

a. Asam Lemak Bebas (FFA) sebagai palmitat 0,1 % Max.

b. Moisture & Kotoran (M & I) 0,1 % Max.

c. Yodium Nilai (Wijs) 56 Min.

3.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha.

PT. Nubika Jaya merupakan industri yang bergerak pada pembuatan

minyak sawit. PT. Nubika Jaya melakukan penyulingan minyak nabati, inti sawit,

biodiesel dan oleokimia manufaktur.

3.3. Lokasi Perusahaan.

PT. Nubika Jaya berlokasi di Jalan Kota Pinang, Desa Blok Songo,

Kecamatan Kota Pinang, Kabupaten Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara.

Seluruh kegiatan administrasi maupun pabrikasi terpusat pada lokasi ini.

3.4. Visi dan Misi PT. Nubika Jaya.

Visi PT. Nubika Jaya adalah “Menjadi perusahaan agribisnis yang

terkemuka dan mampu bersaing di tingkat Nasional dan Internasional”, sedangkan

misi PT. Nubika Jaya adalah:

1. Menghasilkan produksi minyak sawit dan turunannya yang berkualitas untuk

memberikan kepuasan pelanggan.

2. Meningkatkan daya saing produk secara terus menerus yang didukung oleh

sistem kerja, lingkungan kerja dan nilai-nilai perusahaan yang mendorong

munculnya kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan produktivitas dan

(49)

3. Menghasilkan laba yang berkesinambungan untuk menjamin pertumbuhan

dan perkembangan perusahaan serta memberikan manfaat dan nilai tambah

bagi pemilik perusahaan, karyawan dan stakeholder lainnya.

4. Memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam membangun kemitraan

serta menjaga kelestarian lingkungan.

3.5. Struktur Organisasi dan Manajemen.

Struktur organisasi yang diterapkan di PKS PT. Nubika Jaya adalah organisasi

yang fungsional, dimana pabrik dipimpin oleh Mill Manager. Dalam melaksanakan

tugasnya dibantu oleh beberapa staf sesuai dengan bidangnya.

Uraian tugas dan tanggung jawab personil dari organsasi adalah sebagai berikut:

1. Mill Manager.

a. Mengkoordinir penyusunan rencana anggaran belanja tahunan pabrik.

b. Menyusun dan melaksanakan policy umum kebun, sesuai dengan

pedoman dan instruksi kerja dan direksi.

c. Mengajukan saran kepada pimpinan perusahaan.

d. Bertanggung jawab kepada pimpinan perusahaan.

2. Asisten Kepala.

a. Membuat dan menyusun rencana kerja tahunan atau bulanan.

b. Mengkoordinir pekerjaan asisten-asisten proses, maintenance, elektrik

dan labour.

c. Bertanggung jawab kepada manajer.

d. Mengawasi jalannya proses pengolahan.

e. Memberikan saran dan masukan kepada manager baik diminta maupun

tidak dalam rangka peningkatan prestasi kerja dan efisiensi perusahaan.

3. Kepala Tata Usaha.

(50)

b. Menyusun rencana anggaran tahunan yang meliputi:

1. Meneliti dan menilai dalam mata uang, semua rencana yang telah

disusun oleh tiap bagian.

2. Membuat perhitungan harga pokok produksi dan tarif unit kerja.

c. Mengawasi pelaksanaan administrasi dan keuangan kebun.

d. Menyusun daftar gaji karyawan.

e. Mengawasi pemasukan, pengeluaran dan penyediaan barang dari dan ke

gudang.

f. Memberikan saran kepada asisten mengenai waktu yang tepat untuk

pengadaan barang

4. Asisten Proses.

a. Bertanggung jawab kepada asisten kepala.

b. Mempertanggung jawabkan pengolahan pabrik.

c. Menyampaikan saran serta usaha perbaikan kepada kepala pabrik.

d. Membuat laporan dan pertanggung jawaban terhadap mutu minyak sawit

dan inti sawit.

5. Asisten Bengkel.

a. Membantu asisten kepala menyusun rencana perawatan instalasi pabrik

dan menyusun anggaran belanja bidang teknik.

b. Bertanggung jawab kepada asisten kepala.

c. Memperbaiki segala kerusakan yang terjadi di pabrik.

d. Mempelajari data pengolahan agar dapat mengetahui keadaan instalasi

pabrik.

6. Asisten Laboratorium.

a. Bertanggung jawab kepada asisten kepala.

(51)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi ini merupakan sesuatu yang sangat penting karena berhasil

atau tidaknya penelitian, juga tinggi atau rendahnya kualitas penelitian sangat

ditentukan oleh ketepatan penulis dalam memilih metodologi penelitiannya.

Dalam bagian metodologi ini penulis akan menyebutkan sekali lagi

dengan jelas apa yang menjadi fokus didalam penelitian. Penyebutan fokus ini

dimaksudkan agar peneliti sendiri mantap dengan variabel yang akan diteliti

sehingga pandangan hati dan pikiran tertuju ke arah yang telah difokuskan.

4.1. Metode Penelitian.

Adapun metode penelitian yang digunakan bersifat tindakan (Action Research) (Sinulingga, 2011:29), sebab bertujuan untuk mendapatkan tata letak yang lebih baik. Bila ditinjau dari tingkat eksplanasi, penelitian bersifat deskriptif

karena penelitian ini memaparkan setiap variabel yang mempengaruhi masalah

yang ada sekarang secara sistematis dan aktual berdasarkan data yang ada.

Penelitian meliputi proses pengumpulan, penyajian, evaluasi dan pengolahan data

serta analisis dan interpretasi.

Diagram alir atau tahapan-tahapan dalam melakukan penelitian

(52)

STUDI PENDAHULUAN

Stagnansi yang terjadi di dalam lintasan yang berakibat kepada tidak tercapainya target produksi yang ditetapkan sebesar 98%

dari kapasitas produksi

Mendapatkan rancangan ulang layout yang lebih efektif sehingga proses produksi berjalan lancar dan dapat meningkatkan utilisasi kapasitas agar

dapat tercapai target yang telah ditetapkan

1. Sejarah perusahaan 2. Struktur organisasi 1. Layout awal pabrik

2. Aliran material awal 3. Proses produksi 4. Total produksi

DATA PRIMER DATA SEKUNDER

PENGOLAHAN DATA

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Perancangan Tata Letak Pabrik

2. Aliran Material Setelah Perancangan 3. Perbandingan Jarak

4. Perbandingan Waktu Produksi 5. Capacity Avaibility

6. Perbandingan Space Avaibility

ANALISA DAN PERANCANGAN

1. Analisa Layout Perusahaan

2. Perancangan Layout Baru Perusahaan 3. Analisa Aliran Material

4. Analisa Perbandingan Jarak

5. Analisa Perbandingan Waktu Produksi 6. Analisa Capacity Avaibility

7. Analisa Space Avaibility

(53)

4.2. Lokasi Penelitian.

Adapun objek dari pelaksanaan penelitian ini adalah di ruangan produksi

pengolahan kelapa sawit PT. Nubika Jaya, yang beralamat di Jalan Kota Pinang,

Desa Blok Songo, Kecamatan Kota Pinang, Kabupaten Labuhan Batu, Provinsi

Sumatera Utara.

4.3. Data.

4.3.1 Sumber Data.

Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta ataupun angka yang

diperoleh dan akan mempengaruhi kualias dari sebuah penelitian. Berdasarkan

sumbernya data terbagi atas 2 (dua) yaitu data primer dan data sekunder (Sinulingga S,

2011:148).

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara mencari/menggali

secara langsung dari sumbernya oleh peneliti bersangkutan. Adapun

data-data primer yang dikumpulkan adalah sebagai berikut:

a. Layout awal ruang produksi.

b. Aliran material awal.

c. Urutan proses produksi.

d. Jumlah produksi CPO.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua, dengan

kata lain data tersebut tidak diperoleh melalui pengamatan atau

pengukuran langsung terhadap objek yang diteliti atau sama dengan

informasi. Data sekunder seperti hasil produksi perusahaan, sejarah

(54)

4.3.2 Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data pada penelitian yang dilakukan adalah: (Sinulingga, S

2011 : 168).

1. Teknik wawancara, yaitu salah satu teknik pengumpulan data dan informasi

melalui cara komunikasi secara langsung dengan responden, yaitu orang-orang

tertentu yang ditetapkan sebagai sumber data.

2. Teknik observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek

yang akan dipelajari baik dalam lingkungan kerja alamiah maupun dalam

laboratorium.

4.4. Kerangka Konseptual.

Kerangka konseptual merupakan kerangka berfikir mengenai hubungan

antar variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian atau hubungan antar konsep

dengan konsep lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang telah

diuraikan pada studi kepustakaan.

Agar penelitian ini dapat diukur, maka perlu diketahui variabel yang ada

dalam perancangan lintasan keseimbangan variabel bebas dan variabel terikat

(Sinulingga S, 2011:72) adalah sebagai berikut:

1. Variabel dependen/terikat (dependent variable) sering juga disebut variabel

kriteria (criterion variable) adalah variabel yang nilainya dipengaruhi atau

ditentukan oleh nilai variabel lain. Dalam penelitian ini adalah Keefektifan

Layout pabrik kelapa sawit di PT. Nubika Jaya.

2. Variabel independen/bebas (independent variable) sering juga disebut sebagai

variabel prediktor (predictor variable) adalah variabel yang mempengaruhi

variabel dependen baik secara positif maupun negatif. Dalam penelitian ini

(55)

a. Regularity of flow adalah keteraturan aliran dalam melaksanakan kegiatan

mengolah kelapa sawit melalui serangkaian tahapan sehingga

menghasilkan Crude Palm Oil (CPO).

b. Capacity availability adalah perbandingan antara kapasitas mesin yang

tersedia dengan kapasitas mesin yang terpakai di lantai produksi

pengolahan kelapa sawit PT. Nubika Jaya.

c. Space availability adalah perbandingan antara luas area yang terpakai

dengan luas area yang tersedia di lantai produksi pengolahan kelapa sawit

PT. Nubika Jaya.

Kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Regularity of Flow

Capacity Availability Efectiveness Layout

Space Availability

Gambar

Gambar 2.1. Tata Letak Berdasarkan Aliran Produksi (Product layout)          (Wignjosoebroto, 2003)
Gambar 2.2. Tata Letak Berdasarkan Fungsi Proses ( Process Layout)              (Wignjosoebroto, 2003)
Gambar 2.3. Tata Letak Berdasarkan Kelompok Produk       (Wignjosoebroto, 2003)
Gambar 2.4. Tata Letak Berposisi Tetap (Fixed Position Layout)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tata letak fasilitas yang seperti ini dapat menyebabkan ongkos material handling menjadi besar dan hal ini akan berpengaruh terhadap besarnya biaya produksi dan waktu proses

Tata letak Pabrik dan Pemindahan Bahan.. Bandung:

(2018) Metode Systhematic Layout Planning (SLP) dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang menyangkut berbagai macam problem yaitu produksi, transportasi,

Masalah yang dihadapi adalah sering terjadi tidak tercapainya rencana produksi green tire yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan terhadap bagian tire assy, maka dalam

Penataan mesin berdasarkan pada product layout karena urutan proses produksi usulan secara berurutan dimulai dari double spindle milling machine, radial drill machine,

Dengan data yang telah diambil dari data pengaruh terhadap waktu pada bahan baku 10kg memerlukan waktu 3 jam saat pengolahan , pada bahan baku 15kg memerlukan waktu 4

dilakukan penataan ulang layout pabrik ditentukan dengan menghitung jarak perpindahan bahan. Dengan jarak perpindahan bahan yang pendek diharapkan tata letak hasil rancangan dapat

Perbandingan Metode Systematic Layout Planning dengan Software Blocplan dalam Merancang Tata Letak Fasilitas Bagian Produksi di PT.XYZ Tebing Tinggi.Skripsi.Universitas Sumatera Utara..