• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Produksi Ikan Sidat (Anguilla Bicolor Bicolor) Ukuran Awal 2 G/Ekor Dengan Pergantian Air 5%, 10%, 15%, Dan 20% Per Hari Pada Sistem Resirkulasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kinerja Produksi Ikan Sidat (Anguilla Bicolor Bicolor) Ukuran Awal 2 G/Ekor Dengan Pergantian Air 5%, 10%, 15%, Dan 20% Per Hari Pada Sistem Resirkulasi"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA PRODUKSI IKAN SIDAT (

Anguilla bicolor bicolor

)

BERBOBOT AWAL 2 g/ekor DENGAN PERGANTIAN AIR

5%, 10%, 15%, DAN 20% PER HARI PADA SISTEM

RESIRKULASI

SYAHRIR ROHMAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kinerja Produksi Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) Berbobot Awal 2 g/ekor dengan Pergantian Air

5%, 10%, 15%, dan 20% per Hari pada Sistem Resirkulasi” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

(4)
(5)

ABSTRAK

SYAHRIR ROHMAN. Kinerja Produksi Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) Ukuran Awal 2 g/ekor dengan Pergantian Air 5%, 10%, 15%, dan 20% per Hari pada Sistem Resirkulasi. Dibimbing oleh TATAG BUDIARDI dan NUR BAMBANG PRIYO UTOMO.

Salah satu usaha dalam memperbaiki kualitas air pada pemeliharaan ikan adalah dengan sistem resirkulasi. Sampai saat ini, penggunaan sistem resirkulasi pada pemeliharaan ikan sidat masih belum cukup untuk meningkatkan kinerja produksi ikan tersebut. Oleh karena itu masih diperlukan penerapan pergantian air untuk memperbaiki kualitas air yang memburuk. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan volume pergantian air yang terbaik pada produksi ikan sidat melalui kajian parameter produksi, parameter stres dan aspek ekonomi. Ikan sidat yang digunakan pada penelitian ini adalah sidat dengan bobot rata-rata 2,18±0,18 g/ekor. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan volume pergantian air tidak mempengaruhi derajat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan spesifik, koefisien keragaman bobot, rasio konversi pakan dan glukosa darah. Namun dari segi ekonomi, pergantian air yang terbaik adalah 15% per hari.

Kata kunci: ikan sidat, pertumbuhan, resirkulasi, pergantian air

ABSTRACT

SYAHRIR ROHMAN. Performance of eel production (Anguilla bicolor bicolor) at Initial weight 2 grams with 5%, 10%, 15%, dan 20% daily water exchange in recirculating system. Supervised by TATAG BUDIARDI and NURBAMBANG PRIYO UTOMO.

One of the common approach to reform the water quality of closed fish cultivation system is the water recirculation. Until today, the use of recirculation system in eel cultivation have not yield the production performance of the particular fish. It needs water exchange to improve the deteriorating water quality. This research aims to determine the volume of water changes are the best in the production of eels through the study of the production parameters, parameters of the stress and economic aspects. The weight of eel was average 2,18±0,18 g/eel. The results showed that the difference of water exchange volume do not affect the survival rate, general growth rate, specific growth rate, weigh variance coefficient, feed conversion rate and the level of blood glucose. But economically, the best water exchange is 15% daily.

(6)

4

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

KINERJA PRODUKSI IKAN SIDAT (

Anguilla bicolor bicolor

)

BERBOBOT AWAL 2 g/ekor DENGAN PERGANTIAN AIR

5%, 10%, 15%, DAN 20% PER HARI PADA SISTEM

RESIRKULASI

SYAHRIR ROHMAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(7)
(8)

6

Judul Penelitian : Kinerja Produksi Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) Berbobot Awal 2 g/ekor dengan Penerapan Pergantian Air

5%, 10%, 15%, dan 20% per Hari pada Sistem Resirkulasi

Nama : Syahrir Rohman

NIM : C14110041

Disetujui oleh

Dr. Ir. Tatag Budiardi, M.Si. Pembimbing I

Dr. Ir. Nur Bambang PU., M.Si. Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Sukenda, M.Si. Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah yang Maha Esa atas limpahan nikmat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Kinerja Produksi Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) berbobot Awal 2 g/ekor dengan Pergantian Air 5%, 10%, 15%, dan 20% per hari pada Sistem Resirkulasi” ini dapat diselesaikan.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Tatag Budiardi M.Si. dan Bapak Dr. Ir. Nur Bambang PU., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberi bimbingan dan arahan selama penelitian serta dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak H. Sahdan dan Hj. Suptiah selaku orang tua penulis serta teman-teman BDP 48 yang selalu mendoakan dan memberikan bantuannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, September 2015

(10)

8

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 1

Manfaat 1

Hipotesis 1

METODE 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

KESIMPULAN DAN SARAN 13

Kesimpulan 13

Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 13

LAMPIRAN 15

(11)

DAFTAR TABEL

1 Parameter kualitas air yang diukur selama penelitia 5

2 Hasil analisis parameter uji penelitian 6

3 Kualitas air media pemeliharaan ikan sidat dengan Sistem Pergantian Air 5%, 10%, 15%, dan 20% pada Sistem Resirkulasi selama 56 hari

pemeliharaan 8

4 Perhitungan analisis usaha pendederan ikan sidat Anguilla bicolor bicolor dengan pegantian air 5%. 10%, 15% dan 20% per hari selama

satu tahun 10

DAFTAR GAMBAR

1 Bobot rata-rata ikan sidat dengan pergantian air 5% (♦), 10% (■), 15% (▲), dan 20% (Χ) per hari yang dipelihara selama 56 hari 7 2 Biomassa rata-rata ikan sidat dengan pergantian air 5% (♦), 10% (■),

15% (▲), dan 20% (Χ) per hari yang dipelihara selama 56 hari 7 3 Glukosa darah ikan sidat dengan pergantian air 5% (♦), 10%(■), 15%

(▲), 20% (Χ) per hari dan kontrol (●) yang dipelihara selama 56 hari 8 4 Kondisi kualitas air menurut waktu pemeliharaan ikan sidat dengan

pergantian air 5% (♦), 10% (■), 15% (▲), dan 20% (Χ) per hari yang

dipelihara selama 56 hari 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Tata letak akuarium pemeliharaan sidat 15

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan sidat (Anguilla bicolor bicolor) merupakan salah satu komoditas budidaya perikanan yang memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan. Ikan ini memiliki pasar nasional dan internasional. Kebutuhan ikan sidat pada Negara Jepang pada tahun 2013 mencapai 33.000 ton (Shiraishi and Crook 2015). Indonesia memiliki potensi sumberdaya ikan sidat yang tinggi dengan sebaran yang cukup luas yakni di perairan-perairan yang bermuara ke perairan laut dalam (Affandi 2005). Oleh karena itu pemanfaatan sumberdaya ikan sidat mulai berkembang, baik secara ekstensif maupun secara intensif. Namun pada tahun 2007-2011 produksi ikan sidat secara global mengalami penurunan, yaitu dari 281.569 ton pada tahun 2007 menjadi 268.342 ton pada tahun 2011 (Monticini 2014). Penurunan ekspor tersebut merupakan dampak dari kendala yang ada pada budidaya ikan sidat. Menurut Handoyo (2012), kendala yang dihadapi budidaya ikan sidat diantaranya adalah pertumbuhan ikan sidat yang lambat.

Usaha dalam meningkatkan produksi budidaya dapat dilakukan dengan peningkatan padat tebar. Namun penerapan padat tebar tinggi ini akan menyebabkan penurunan kualitas air seperti penurunan oksigen terlarut dan peningkatan amonia yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Kualitas air yang buruk dapat menyebabkan stres pada ikan sehingga mudah terserang penyakit atau bahkan menyebabkan kematian. Menurut Goddard (1996), kepadatan yang tinggi dalam pemeliharaan ikan budidaya haruslah didukung dengan pergantian air yang tinggi. Selain itu, menurut Widiyantara (2009), pergantian air berpengaruh terhadap kualitas media budidaya, diantaranya perbaikan oksigen terlarut dan pengurangan akumulasi sisa metabolisme. Oleh karena itu, penerapan pergantian air dalam pemeliharaan ikan sidat diharapkan mampu mengembalikan kualitas air menjadi baik kembali dan menunjang kinerja metabolisme ikan yang akan berpengaruh pada pertumbuhan ikan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan volume pergantian air yang terbaik pada produksi ikan sidat melalui kajian parameter produksi, parameter stres dan aspek ekonomi.

Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penerapan pergantian air yang terbaik pada produksi ikan sidat, sehingga dapat dicapai target produksi yang maksimal.

Hipotesis

(14)

2

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan selama 56 hari, yaitu sejak bulan Maret hingga bulan Mei 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Rancangan Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) empat perlakuan dengan masing-masing tiga ulangan. Perlakuan tersebut yaitu perlakuan dengan pergantian air 5% per hari (A), pergantian air 10% per hari (B), pergantian air 15% per hari (C), serta pergantian air 20% per hari (D) (Lampiran 1).

Prosedur Penelitian

Persiapan Wadah

Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan ikan sidat adalah akuarium berukuran 80 cm x 40 cm x 40 cm sebanyak 12 unit yang menggunakan sistem resirkulasi. Persiapan penelitian meliputi pembersihan wadah, penempatan wadah, pengisian air, dan stabilisasi sistem. Filter yang digunakan adalah satu unit filter yang berfungsi sebagai filter fisik, kimia, dan biologi. Bahan filter yang digunakan terdiri dari busa, karbon aktif dan zeolit. Sebelum digunakan, akuarium pemeliharaan didesinfeksi dengan cara perendaman menggunakan larutan kalium permanganat (KMnO4) sebanyak 16 mL selama 24 jam kemudian dibilas, dicuci, dan dikeringkan. Akuarium yang telah siap digunakan kemudian diisi air sampai ketinggian 24 cm sehingga volume air 76,8 L. Air media pemeliharaan diatur pada suhu 30○C dengan pemanas air otomatis (automatic water heater) dan dilakukan pemasangan satu titik aerasi pada akuarium untuk menjaga kecukupan suplai oksigen di dalam media. Sistem resirkulasi yang telah selesai disusun kemudian dijalankan selama 3 hari untuk menstabilkan debit air dan pemeriksaan komponen yang belum berfungsi.

Penebaran Ikan

Ikan yang digunakan adalah ikan sidat Anguilla bicolor bicolor stadia elver dengan bobot awal 2,18±0,018 g/ekor yang didapatkan dari di daerah Cilacap, Jawa Tengah. Penebaran dilakukan setelah sistem resirkulasi stabil. Benih ditebar pada masing-masing akuarium sesuai dengan rancangan percobaan. Kepadatan yang digunakan adalah 4 g/L, sehingga biomassa benih yang ditebar pada setiap akuarium berkisar antara 300,02±0,25 g.

Pemeliharaan ikan

(15)

hari dengan menyifon kotoran dasar akuarium dan pergantian air pada malam hari (23.00 WIB) dengan 5%, 10%, 15%, dan 20% dari total volume air pemeliharaan. Perbedaan volume air yang diganti per harinya merupakan perlakuan pada penelitian ini. Air yang digunakan untuk mengganti air akuarium terlebih dahulu diendapkan dan diaerasi pada tandon. Pergantian air dilakukan dengan menggunakan selang berdiameter 0,5 inci sampai volume yang diinginkan. Setelah itu, dilakukan pengisian akuarium dengan air yang berasal dari tandon dengan menggunakan pompa secara perlahan.

Pengambilan sampel

Pengambilan sampel ikan dan air dilakukan setiap 14 hari sekali selama masa pemeliharaan. Ikan sampel berjumlah 30 ekor/akuarium ditimbang menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 g. Pengukuran kualitas air dilakukan di Laboratorium Lingkungan Departemen Budidaya, Institut Pertanian Bogor. Parameter kualitas air yang diukur terdiri atas suhu, oksigen terlarut, pH, TAN, nitrit dan alkalinitas.

Parameter Uji

Derajat Kelangsungan Hidup

Derajat kelangsungan hidup (DKH) merupakan persentase dari perbandingan jumlah ikan yang hidup pada akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan awal tebar. DKH dapat dihitung menggunakan rumus dari Goddard (1996):

DKH = (Nt x N0-1) x100

Keterangan:

DKH = Derajat kelangsungan hidup (%)

Nt = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor) N0 = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)

Laju Pertumbuhan Mutlak

Laju pertumbuhan mutlak (LPM) merupakan perubahan bobot rata-rata individu dari awal sampai akhir pemeliharaan. LPMdapat dihitung menggunakan rumus dari Goddard (1996) :

LPM = (Wt- W0) x t-1

Keterangan:

LPM = Laju pertumbuhan bobot mutlak (g/hari) Wt = Bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (g) W0 = Bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (g) t = Waktu pemeliharaan (hari)

Laju Pertumbuhan Biomassa

Laju pertumbuhan biomassa (LPB) adalah perubahan biomassa rata-rata dari awal sampai akhir pemeliharaan per hari. Laju pertumbuhan biomassa dapat dihitung menggunakan rumus dari Goddard (1996):

(16)

4

Keterangan:

LPB = Laju pertumbuhan biomassa (g/hari)

Bt = Biomassa rata-rata pada akhir pemeliharaan (g) Bo = Biomassa rata-rata pada awal pemeliharaan (g) t = Waktu pemeliharaan (hari)

Laju Pertumbuhan Spesifik

Laju pertumbuhan spesifik (LPS) merupakan laju pertumbuhan bobot individu dalam persen yang dihitung menggunakan rumus Huisman (1987):

LPS = [{(Wt x Wo -1)1/t– 1} x 100]

Keterangan:

LPS = Laju pertumbuhan individu harian (%)

Wt = Bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (g) Wo = Bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (g) t = Waktu pemeliharaan (hari)

Konversi Pakan

Rasio Konversi pakan (RKP) dihitung menggunakan rumus Goddard (1996):

RKP = [F x {(Wt+ Wd) -Wo}-1]

Keterangan :

RKP = Rasio konversi pakan

Wt = Biomassa total ikan pada akhir pemeliharaan (g) Wd = Biomassa total ikan mati selama pemeliharaan (g) W0 = Biomassa total ikan pada awal pemeliharaan (g) F = Jumlah total pakan selama pemeliharaan (g)

Koefisien Keragaman Bobot

Koefisien keragaman bobot (KKB) digunakan untuk menggambarkan perbedaan keragaman dua populasi atau lebih. Koefisien keragaman bobot rata diperoleh dengan membagi nilai simpangan baku dengan rataan bobot rata-rata pada populasi dengan rumus (Steel dan Torrie 1981) :

KKB = (S x Ȳ-1 ) x 100

(17)

berturut-turut dengan menggunakan 4 ulangan untuk setiap harinya. Setelah itu glukosa kontrol dibandingkan dengan glukosa perlakuan.

Parameter Kualitas Air

Pengamatan Kualitas air meliputi suhu, oksigen terlarut (DO), pH, amonia, nitrit, dan alkalinitas dilakukan dari awal sampai akhir pemeliharaan.

Tabel 1 Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian

Parameter Satuan Metode/Alat ukur

Suhu oC Termometer

Oksigen terlarut mg/L DO-meter

pH - pH-meter

Amonia mg/L Spektrofotometer

Nitrit mg/L Spektrofotometer

Alkalinitas mg/L Titrimetrik

Aspek Ekonomi

Aspek ekonomi adalah analisis usaha yang dilakukan untuk mengetahui untung atau rugi suatu usaha yang dijalani. Analisis usaha dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan keuangan untuk mengetahui keberhasilan usaha yang telah dicapai selama kegiatan usaha perikanan dilaksanakan. Berikut ini beberapa parameter yang diamati dalam efisiensi ekonomi (Kadariah et al. 1976):

1) Keuntungan (profit) Keuntungan dihitung menggunakan rumus: Keuntungan = Penerimaan Total - Biaya Total

2) R/C menunjukkan besarnya perbandingan antara penerimaan dan biaya total yang dikeluarkan, dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

R/C = Penerimaan x Total biaya-1

3) Break even point (BEP) penerimaan menunjukkan produksi dikatakan impas jika memperoleh penerimaan sebesar minimal tertentu. BEP penerimaan dihitung menggunakan rumus:

BEP = [(Biaya tetap) x {(1-(Biaya variabel x Penerimaan-1)}-1]

4) Payback periode (PP) merupakan parameter yang digunakan untuk mengetahui lamanya waktu pengembalian modal. PP dapat dihitung menggunakan rumus berikut:

PP = (Biaya Investasi x Keuntungan-1) x Tahun

Analisis Data

(18)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Parameter Produksi

Parameter produksi pada penelitian ini meliputi derajat kelangsungan hidup (DKH), laju pertumbuhan bobot (LPB), laju pertumbuhan mutlak (LPM), laju pertumbuhan spesifik (LPS) rasio konversi pakan (RKP) dan koefisien keragaman bobot (KKB) (Tabel 2).

Tabel 2 Hasil analisis parameter produksi Parameter

Pergantian air

A (5%) B (10%) C (15%) D (20%)

DKH (%) 82,00±1,03a 83,40±2,35a 83,30±3,58a 83,23±1,29a LPB (g/hari) 2,09±0,07a 2,37±0,52a 2,71±0,37a 2,66±0,18a LPM (g/hari) 0,027±0,001a 0,030±0,003a 0,032±0,005a 0,031±0,003a LPS (%/hari) 0,95±0,04a 0,98±0,09a 1,06±0,12a 1,06±0,07a RKP 2,79±0,36a 2,50±0,32a 2,28±0,34a 2,40±0,19a KKB (%) 55,05±4,87a 52,17±2,13a 48,54±15,23a 58,79±7,86a

Angka-angka dalam baris yang sama dan diikuti oleh huruf superscript yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%.

Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa pergantian air dengan volume 5%, 10%, 15% dan 20% per hari tidak memberikan pengaruh nyata (p>0,05) terhadap

derajat kelangsungan hidup (Lampiran 2), laju pertumbuhan bobot (Lampiran 3), laju pertumbuhan mutlak (Lampiran 4), laju pertumbuhan spesifik (Lampiran 5), rasio konversi pakan (Lampiran 6), dan koefisien keragaman bobot (Lampiran 7).

(19)

Waktu pemeliharaan (hari ke-) 20% per hari ditunjukkan dengan hasil dari glukosa darah. Berdasarkan Gambar 3 ikan sidat dalam kondisi normal ikan sidat memiliki glukosa darah 31,33 mg/dL dan ikan sidat yang dipelihara dengan pergantian air memiliki nilai glukosa darah yang fluktuatif selama pemeliharaan. Pada akhir penelitian, glukosa darah ikan sidat perlakuan 5% sebesar 45,56 mg/dL, perlakuan 10% sebesar 48,56 mg/dL, perlakuan 15% sebesar 46,89 mg/dL dan perlakuan 20% sebesar 49,89 mg/dL. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pergantian air tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap glukosa darah ikan sidat (Lampiran 8).

(20)

8

Kualitas air selama pemeliharaan tertera pada Tabel 3, sedangkan kondisi kualitas air menurut waktu pemeliharaan tercantum dalam Gambar 4.

Tabel 3 Kualitas air selama pemeliharaan

Parameter Perlakuan Kisaran Alkalinitas (mg/L) 10,9-70,9 10,9-70,9 10,9-70,9 10,9-70,9 30-500f a: Usui (1974); b: Ritonga (2014); c: Herianti (2005); d: Wahyudi (2015); e: Knosche (1994); f: Boyd (1982)

Nilai DO selama pemeliharaan berkisar antara 3,1-7,5 mg/L, namun nilai tersebut masih dalam kisaran DO optimum dalam pemeliharaan ikan. suhu pada awal pemeliharaan hingga hari ke-42 mengalami kenaikan namun diakhir pemeliharaan mengalami penurunan. Suhu yang didapatkan berkisar 28-30,5○C. Nilai pH pada awal pemeliharaan memiliki nilai rendah, namun pada hari ke-42 pemeliharaan mengalami kenaikan hingga titik 6,35. Nilai amonia pada awal hingga akhir pemeliharaan berfluktuasi yaitu berkisar 0,0009-0,0199 mg/L. Nilai nitrit selama pemeliharaan cenderung naik pada semua wadah namun masih berada dalam kisaran optimal, yaitu nilai 0,02–0,49 mg/L. Nilai Alkalinitas selama penelitian berfluktuasi, yaitu berkisar 10,70-79,20 mg/L.

(21)

DO

(22)

10

Parameter Aspek Ekonomi

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa perlakuan C merupakan perlakuan yang terbaik. Hal ini didasarkan pada keuntungan yang paling tinggi, serta dengan R/C yang paling tinggi, serta payback periode yang paling cepat.

Tabel 4 Analisis usaha pendederan ikan sidat melalui penerapan pegantian air 5%. 10%, 15% dan 20% per hari selama satu tahun.

Pembahasan

Keberhasilan suatu produksi dapat dilihat dari derajat kelangsungan hidup dan pertumbuhan. Derajat kelangsungan hidup dapat digunakan sebagai parameter untuk melihat daya adaptasi ikan terhadap lingkungan. Derajat kelangsungan hidup ikan sidat yang dipelihara dengan pergantian air pada sistem resirkulasi cukup tinggi, yaitu 82,00-87,73%. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi air dan pakan yang diberikan telah memadai. Namun perbedaan volume pergantian air yang diaplikasikan belum berpengaruh nyata pada ikan sidat yang dipelihara (Lampiran 2). Selama pemeliharaan, kematian disebabkan oleh adanya jamur, luka pada ekor, dan adanya ikan yang kurus. Affandi et al. (2013) menjelaskan bahwa kematian ikan sidat sering terjadi akibat adanya ikan sidat yang lemah. Hal ini dikarenakan ikan tidak tahan terhadap penurunan kondisi lingkungan, ikan menjadi lemah, nafsu makan turun, dan selanjutnya terserang penyakit atau dipredasi oleh sidat lain yang ukurannya lebih besar. Disamping itu, kematian terjadi diduga karena pH air selama pemeliharaan memiliki nilai kisaran 5,7-6,9. Menurut Ritonga (2014) pemeliharaan benih ikan sidat berukuran ± 3 g memiliki kisaran pH optimum 6 – 8 dan titik optimum 7.1.

Pertumbuhan diartikan sebagai proses perubahan ukuran panjang, bobot atau volume pada periode tertentu. Selama pemeliharaan, bobot ikan sidat menunjukkan peningkatan untuk setiap perlakuan (Gambar 2). Adanya pertumbuhan menunjukkan bahwa pakan yang diberikan selama percobaan telah melebihi kebutuhan pokok ikan itu sendiri untuk pemeliharaan tubuhnya (maintenance) sehingga selebihnya digunakan untuk pertumbuhan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Effendie (2002) yang menjelaskan bahwa pertumbuhan terjadi apabila ada kelebihan input energi dan protein berasal dari makanan. Selain

Parameter Nilai pada perlakuan

A (5%) B (10%) C (15%) D (20%) Investasi (Rp) 18.038.000 18.038.000 18.038.000 18.038.000

Biaya tetap (Rp) 15.023.604 15.023.604 15.023.604 15.023.604 Biaya tidak tetap (Rp) 68.504.560 68.412.880 68.586.352 68.396.400 Penerimaan (Rp) 90.205.9220 93.610.800 97.733.520 97.733.520 Keuntungan (Rp) 6.677.756 10.174.316 14.123 564 13.673.436 BEP (Rp) 62.517.451 57.720.078 50.861.484 50.975.328

R/C 1,08 1,12 1,16 1,16

(23)

itu, pergantian air selama pemeliharaan mampu menjaga kualitas air tetap baik khususnya kandungan oksigen terlarut dan amonia. Pada penelitian ini, kandungan oksigen terlarut dan amonia masih dalam kisaran optimal (Tabel 3). Menurut Widiantara (2009), Pergantian air berpengaruh terhadap kualitas air media pemeliharaan, terutama oksigen dan akumulasi racun sisa metabolisme.

Laju pertumbuhan biomassa, laju pertumbuhan mutlak dan laju pertumbuhan spesifik pada penelitian ini menunjukkan hasil yang tidak berbeda antar perlakuan (P>0,05) (Tabel 2). Hal tersebut menunjukkan bahwa perbedaan volume pergantian air yang dilakukan masih belum bisa meningkatkan pertumbuhan ikan sidat. Hasil tersebut diduga karena pemberian pakan dengan feeding rate yang sama pada tiap perlakuan, yaitu sebesar 3% biomassa per hari. Pemberian jumlah pakan yang tepat akan mengurangi persaingan perolehan pakan antar ikan, sehingga pertumbuhan ikan akan terus meningkat seiring dengan lamanya pemeliharaan.

Rasio konversi pakan sering dijadikan indikator kinerja teknis dalam mengevaluasi suatu usaha akuakultur (Effendi 2004). Semakin besar nilai konversi pakan maka semakin besar pula pakan yang dibutuhkan dalam mengahasilkan satu kg daging. Nilai konversi pakan yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar 2,40 -2,79%. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa rasio konversi pakan pada fase elver ini umumnya relatif tinggi. Safitri (2014) mendapatkan rasio konversi pakan ikan sidat yang diberikan pakan pasta 3,00-3,24. Demikian pula Agustin(2014) mendapatkan nilai rasio konversi pakan pada ikan sidat yang diberikan pakan pelet 2,98-3,94. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa tingginya nilai konversi pakan pada pemeliharaan sidat terutama pada fase elver adalah adanya pakan yang tidak termakan dan terlarut dalam air sehingga jumlah nyata yang dikonsumsi jauh lebih sedikit dibanding yang diberikan. Ikan sidat termasuk ikan yang relatif sulit diadaptasikan terhadap pakan formulasi sehingga FCR pakan formulasi pada awal pemeliharaan akan selalu tinggi (Affandi et al.2013).

Koefisien keragaman bobot merupakan gambaran dari seberapa besar variasi bobot ikan selama pemeliharaan. Semakin kecil nilai koefisien keragamannya, semakin baik kualitas ikan yang dihasilkan dan semakin tinggi nilai jualnya, begitu pula sebaliknya (Budiardi et al. 2007). Penerapan pergantian air yang berbeda pada pemeliharaan ikan sidat tidak memberikan pengaruh terhadap nilai koefisien keragaman ikan (P>0,05) (Lampiran 7). Nilai yang didapatkan cukup besar, yaitu berkisar antara 48,54-58,79%. Besarnya nilai koefisien keragaman bobot diduga karena terjadi ketidakseragaman ikan dalam memperoleh makanan, artinya ikan yang berukuran lebih besar dapat lebih mudah memperoleh makanan sedangkan ikan yang lebih kecil kalah bersaing dalam memperoleh makanan.

(24)

12

(peningkatan glukosa darah). Namun, pergantian air pada pemeliharaan ikan sidat tidak memberikan pengaruh terhadap glukosa darah ikan sidat (P>0,05) (Lampiran 8).

Oksigen terlarut merupakan salah satu faktor penting bagi kehidupan ikan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan sidat. Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa penerapan pergantian air pada sistem resirkulasi mampu memberikan nilai oksigen terlarut yang optimum, yaitu 3,1-7,5 mg/L. Nilai ini lebih besar dari kisaran optimal untuk pemeliharaan ikan sidat yaitu >3 mg/L (Herianti 2005). Oleh karena itu, nilai kelangsungan hidup pada penelitian ini cukup besar.

Suhu merupakan salah satu sumber stres yang dapat mempengaruhi perubahan fisiologis tubuh ikan. Pada setiap perlakuan, kisaran suhu yang didapatkan selama pengamatan adalah 28-30,5oC. Kisaran suhu ini tergolong masih optimum untuk pertumbuhan ikan sidat. Hal ini diperkuat oleh Usui (1974), yang menyatakan bahwa ikan sidat lebih cepat tumbuh pada daerah yang memiliki suhu tinggi 23-30oC seperti perairan Taiwan, Indonesia, Selatan Jepang, Karibia, Queensland, Tunisia, dan Madagaskar.

Alkalinitas merupakan kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH di perairan. Nilai alkalinitas selama pemeliharaan berkisar 10,9-70,9 mg/L. Menurut Boyd (1982), nilai alkalinitas optimal untuk pemeliharaan ikan yaitu 30-500 mg/L. Berdasarkan tinjauan tersebut maka konsentrasi alkalinitas pada penelitian ini memiliki nilai di luar nilai kisaran yang baik untuk pemeliharaan ikan. Hal ini terjadi karena pH air pemeliharaan tergolong asam, yaitu berkisar 5,71-6,97 (Tabel 3)..Walaupun demikian, nilai tersebut masih dapat ditoleransi oleh ikan sidat karena ikan masih dapat tumbuh dengan baik.

Amonia merupakan senyawa yang sangat beracun bagi ikan karena memiliki kemampuan untuk merusak jaringan ikan jika kadarnya di perairan melebihi batas toleransi ikan (Wahyudi 2015). Pada penelitian ini, nilai amonia selama pemeliharaan 0,0009-0,0199 mg/L. Nilai tersebut masih tergolong rendah dan masih dalam batas optimum pemeliharaan ikan sidat (Tabel 3). Hal ini terjadi disebabkan oleh nilai pH air selama masa pemeliharaan cukup rendah dan cenderung asam sehingga nilai amonia pun rendah. Menurut Boyd (1982), jumlah fraksi amonia semakin menurun dengan semakin menurunnya pH perairan dan sebaliknya. Selain itu, nitrit merupakan bentuk peralihan antara amonia dan nitrat. Nitrit bersifat lebih tidak beracun dibandingkan amonia dan tidak mematikan bagi ikan, dengan kadar optimum sampai 0,5 mg/L (Knosche 1994). Berdasarkan Tabel 3, nilai nitrit masih dalam kisaran optimal, yaitu berkisar 0,02–0,49 mg/l.

(25)

yang berbeda menunjukkan bahwa pemeliharaan ikan sidat dengan pergantian air yang tinggi yaitu 15% per hari dapat menghasilkan keuntungan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pengelolaan usaha dengan pergantian air 15% memberikan hasil yang terbaik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perbedaan volume pergantian air tidak mempengaruhi derajat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan mutlak, laju pertumbuhan spesifik, koefisien keragaman bobot, rasio konversi pakan dan glukosa darah. Namun dari segi ekonomi, pergantian air yang terbaik adalah 15% per hari.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, untuk kegiatan produksi pada pendederan elver ikan sidat disarankan menerapkan pergantian air 15%.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi R. 2005. Strategi pemanfaatan sumberdaya ikan sidat Anguilla spp. di Indonesia. Jurnal Ikhtiologi Indonesia. Vol.5 (2): 77-81.

Affandi R, Budiardi T, Wahju RI, Taurusman AA. 2013. Pemeliharaan ikan sidat dengan sistem air bersirkulasi. JIPI. 18(1):55-60

Agustin C. 2014. Pemberian Pakan Pelet dengan Sumber Protein Berbeda Terhadap Kinerja Pertumbuhan Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor Stadia Yellow Eel [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Boyd CE, 1982. Water Quality Management in Pond Fish Culture. International Center for Aquaculture Experiment Station. Res. Dev. Series No. 22. 30p. Budiardi T, Gemawaty N, Wahjuningrum D. 2007. Produksi ikan neon tetra

Paracheirodon innesi ukuran L pada padat tebar 20, 40 dan 60 ekor/liter dalam sistem resirkulasi. Jurnal Akuakultur Indonesia 6(2), 211-215.

Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta (ID): Yayasan Pustaka Nusatama

Effendi I. 2004. Pengantar akuakultur. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

(26)

14

Handoyo B. 2012. Respon benih ikan sidat terhadap hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang melalui perendaman dan oral. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Herianti I. 2005. Rekayasa lingkungan untuk memacu perkembangan ovarium ikan sidat (Anguilla bicolor). J Oseanol Limnol Indones. No. 37: 25-41. Huisman EA. 1987. Principles of Fish Production. Wageningen Agricultural

Netherland (NL): University Press.

Kadariah L. Karlina CG. 1976. Pengantar Evaluasi Proyek Jilid 1. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.

Knosche R. 1994. An effective biofilter type for eel culture in resirculation system. Aquaculture Engineering. 13:71-82.

Mazeaud MM, Mazeaud F. 1981. Andrenergic responses to stress in fish, p: 49-75 in Pickering AD (Eds): Stress and fish. Academic press, London.

Monticini P. 2014. Eel (Anguilla spp.): Production and Trade According to Washington Convention Legilation. GLOBEFISH Research Programme Vol. 114. Rome FAO 2014, 78p.

Ritonga T. 2014. Respons benih Ikan Sidat (Anguilla bicolor bicolor) terhadap derajat keasaman (pH) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Safitri A. 2014. Kinerja pertumbuhan ikan sidat Anguilla bicolor bicolor stadia

yellow eel yang diberi pakan pasta dengan sumber protein berbeda) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Shiraishi H, Crook V. (2015). Eel market dynamics: an analysis of Anguilla production, trade and consumption in East Asia. TRAFFIC. Tokyo, JAPAN

Steel GD, Torrie JH, 1981. Prinsip-prinsip dan Prosedur Statistika. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Usui A. 1974. Eel culture. 186 pp. Fishing News (Book), West Byfleet & London Wahyudi H. 2015. Respon benih ikan sidat Anguilla bicolor bicolor terhadap

amonia (NH3) media pemeliharaan [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(27)

Lampiran 1 Tata letak akuarium pemeliharaan ikan sidat

Lampiran 2 Hasil analisis stasistikderajat kelangsungan hidup ikan sidat Anova

*) Perlakuan padat tebar tidak berpengaruh nyata terhadap derajat kelangsungan hidup ikan sidat (P>0,05).

Lampiran 3 Hasil analisis stasistik laju pertumbuhan bobot ikan sidat Anova

(28)

16

Lampiran 4 Hasil analisis stasistik laju pertumbuhan mutlak ikan sidat Anova

*) Perlakuan padat tebar tidak berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan mutlak ikan sidat (P>0,05).

Lampiran 5 Hasil analisis stasistik laju pertumbuhan spesifik ikan sidat Anova

Sumber

Keragaman JK DB KT F P

Perlakuan 0,028758 3 0,009586111 1,27108656 0,348*)

Sisa 0,060333 8 0,007541667

Total 0,089092 11

*) Perlakuan padat tebar tidak berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan bobot spesifik ikan sidat (P>0,05).

Lampiran 6 Hasil analisis stasistik rasio konversi pakan ikan sidat ikan sidat Anova

Sumber Keragaman JK DB KT F P

Perlakuan 0,463 3 0,154 1,796 0,266*)

Sisa 0,687 8 0,086

Total 1,149 11

*) Perlakuan padat tebar tidak berpengaruh nyata terhadap rasio konversi pakan ikan sidat (P>0,05).

Lampiran 7 Hasil analisis stasistik koefisien keragaman bobot ikan sidat ikan sidat Anova

Sumber Keragaman JK DB KT F P

Perlakuan 170,148 3 56,716 0,705 0,576*)

Sisa 644,003 8 80,500

Total 814,151 11

*) Perlakuan padat tebar tidak berpengaruh nyata terhadap koefisien keragaman bobot ikan sidat (P>0,05).

Lampiran 8 Hasil analisis stasistik glukosa darah ikan sidat ikan sidat Anova

Sumber Keragaman JK DB KT F P

Perlakuan 32,333 3 10,778 0,017 0,997*)

Sisa 5.018,295 8 627,287

Total 5.050,628 11

(29)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang tanggal 9 Agustus 1992 dari Bapak bernama H. Sahdan dan Ibu bernama Hj. Suptiah. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dengan adik bernama Muhammad Anharuddin.

Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SDN Banyuasih (1998-2004), SMPN 1 Mauk (2004-2007) dan MA Husnul Khotimah (2007-2011). Penulis diterima menjadi mahasiswa Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) 2011.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi pengurus di Dewan Musholah Asrama Tingkat Persiapan Bersama IPB (2011-2012), Pengurus di Lembaga Dakwah Kampus Al-Hurriyyah IPB divisi Islamic Student Centre (2011-2012), Ketua Divisi Human Resource development di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB (2012-2013), Ketua Umum di Lembaga Dakwah Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (2013-2014), Ketua Divisi Syiar di Lembaga Dakwah Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (2014-2015) dan asisten praktikum Pendidikan Agama Islam TPB IPB (2012-2014).

Penulis Merupakan salah satu penerima beasiswa Charoen Pokphand (2013-2014). Penulis juga aktif diberbagai karya tulis dan artikel ilmiah. Lomba yang pernah dimenangkan antara lain pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa DIKTI bidang Penelitian (PKMP) tahun 2013 dan tahun 2014. Selain itu juga penulis pernah menjadi finalis lomba gagasan tertulis tingkat nasional di Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada tahun 2015. Penulis melaksanakan Praktik Lapangan Akuakultur pada tahun 2014 di CV. Mitra Bina Usaha, Kp. Cipicung Rt.02/Rw. 09 Ds. Cibening Kec. Pamijahan, Bogor dengan judul “Pendederan

Ikan Sidat Anguilla bicolor bicolor di CV Mitra Bina Usaha, Cikampak,

Bogor”.

Tugas Akhir dalam pendidikan tinggi sarjana diselesaikan oleh penulis dengan menyusun skripsi yang berjudul “Kinerja Produksi Ikan Sidat

(Anguilla bicolor bicolor) Ukuran Awal 2 g/ekor dengan Pergantian Air 5%,

Gambar

Tabel 1 Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian
Tabel 2 Hasil analisis parameter produksi
Gambar 1 Bobot rata-rata ikan sidat dengan volume pergantian air 5% (♦), 10% (■), 15% (▲), dan 20% (Χ) per hari yang dipelihara selama 56 hari
Gambar 3 Glukosa darah ikan sidat dengan volume pergantian air 5% (♦), 10% (■), 15% (▲), 20% (Χ) per hari dan kontrol (●) yang dipelihara selama 56 hari
+3

Referensi

Dokumen terkait

Mikrofilaria yang beredar dalam darah diisap oleh lalat dan setelah kurang lebih 10 hari di dalam badan serangga, mikrofilaria tumbuh menjadi larva infektif

Hasil dari penelitian ini adalah sebuah sistem informasi yang berbasis SMS Gateway yang mencakup informasi kehadiran dosen dimana dosen mengirimkan sms dengan format

Konsep gerakan sosial dan perubahan perilaku yang terjadi di kawasan hutan produksi-lindung Potorono-Gunung Sumbing merupakan penggabungan dari konsep untuk peningkatan

It elaborates the previous study, notion of subtitling, types of subtitling, notion of translation, translation process, translation shift, readability of

Sebuah skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Sipil S1. © Mufqi Fauzi

(b) Hasil analisa resiko SR; dan hasil catatan mitigasi tidak diisi atau langkah-langkah serta justifikasi yang disampaikan pada catatan tidak tepat atau tidak sesuai

Dalam bab ini membahas tentang analisis perhitungan dan perbandingan biaya modal dari biaya hutang, biaya modal sendiri, dan biaya modal secara keseluruhan atau biaya

Ketika active router dari masing – masing VLAN sudah dapat kembali bekerja secara normal, kondisi ( state ) dari active router tersebut akan berubah menjadi dari Init menjadi