• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah Konsumsi Pakan Udang Galah Macrobrachium rosenbergii yang Diberi Pakan dengan Jenis Atraktan Berbeda.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jumlah Konsumsi Pakan Udang Galah Macrobrachium rosenbergii yang Diberi Pakan dengan Jenis Atraktan Berbeda."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

i

JUMLAH KONSUMSI PAKAN UDANG GALAH

Macrobrachium rosenbergii

YANG DIBERI PAKAN DENGAN

JENIS ATRAKTAN BERBEDA

SYADDAM HUSEIN FATAGAR

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi “Jumlah Konsumsi Pakan Udang Galah Macrobrachium rosenbergii yang Diberi Pakan dengan Jenis Atraktan Berbeda” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Syaddam Husein Fatagar

(4)

iv

ABSTRAK

SYADDAM HUSEIN FATAGAR. Jumlah Konsumsi Pakan Udang Galah Macrobrachium rosenbergii yang Diberi Pakan dengan Jenis Atraktan Berbeda. Dibimbing oleh NUR BAMBANG PRIYO UTOMO dan TATAG BUDIARDI.

Penggunaan atraktan diharapkan dapat memberikan korelasi positif terhadap jumlah konsumsi pakan dan pertumbuhan udang galah. Penelitian ini bertujuan menentukan penggunaan jenis atraktan yang terbaik dari sumber yang berbeda yaitu tepung cumi, tepung rebon dan terasi dalam merangsang nafsu makan udang galah. Percobaan dilakukan menggunakan 8 buah akuarium berukuran 100x50x35 cm3 dengan padat tebar udang 10 ekor/akuarium. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan penambahan atraktan pada pakan dan diulang dua kali, yaitu pakan komersial yang ditambahkan 2 % tepung cumi, 2 % tepung rebon, dan 2 % terasi yang kemudian dicetak ulang, serta pakan tanpa penambahan atraktan sebagai pakan kontrol. Pakan uji diberikan secara at satiation. Penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan penambahan terasi 2 % memberikan hasil yang terbaik dengan jumlah konsumsi pakan sebesar 56,11±1,54 gram sehingga dapat digunakan sebagai atraktan pada pakan udang galah.

Kata kunci: atraktan, jumlah konsumsi pakan, Macrobrachium rosenbergii.

ABSTRACT

SYADDAM HUSEIN FATAGAR. Total Feed Consumption of Giant Freshwater Prawn Macrobrachium rosenbergii Fed with Different Types of Attractants. Suvervised by NUR BAMBANG PRIYO UTOMO and TATAG BUDIDARDI. The addition of attractants is expected to give positive correlations to the amount of feed taken and the growth of the shrimp. The purpose of this study was to determine the best attractant of three different sources squid meal, small shrimp meal and shrimp paste in order to stimulate the appetite of the shrimps. The experiments were performed using 8 units of aquariums sized 100x50x35 cm3 with stocking density of 10 shrimps/aquarium. Design used in this study was completely randomized design with three treatments of attractants addition on commercial feed in duplicaty. As much as 2% of squid meal, 2% of small shrimp meal, and 2% of shrimp paste was added to the commercial feed of each treatment using re-pelleting method while commercial feed without addition of attractants was used as the control diet. Feed test was given using at satiation method. The results showed that the best treatment of this study was the addition of 2% of shrimp paste which showed total feed consumption of 56.11±1.54 gram which could be concluded that it could be used as attractant for giant freshwater prawn feed.

(5)

v

JUMLAH KONSUMSI PAKAN UDANG GALAH

Macrobrachium rosenbergii

YANG DIBERI PAKAN DENGAN

JENIS ATRAKTAN BERBEDA

SYADDAM HUSEIN FATAGAR

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

pada

Departemen Budidaya Perairan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

vii

Judul Skripsi : Jumlah Konsumsi Pakan Udang Galah Macrobrachium rosenbergii yang Diberi Pakan dengan Jenis Atraktan Berbeda.

Nama : Syaddam Husein Fatagar

NIM : C14100103

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Disetujui oleh

Dr. Ir. Nur Bambang Priyo Utomo, M.Si. Pembimbing I

Dr. Ir. Tatag Budiardi, M.Si. Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Sukenda, M.Sc. Ketua Departemen

(8)

viii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 sampai Februari 2014 yang bertempat di Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor ini ialah atrakan pada pakan udang galah, dengan judul “Jumlah Konsumsi Pakan Udang Galah Macrobrachium rosenbergii yang Diberi Pakan dengan Jenis Atraktan Berbeda”.

Terima kasih dan penghargaan penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Nur Bambang Priyo Utomo, M.Si dan Bapak Dr. Ir. Tatag Budiardi, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini, serta Bapak Wasjan dan Mba Retno di Laboratorium Nutrisi Ikan, Kang Yoshi di Pabrik pakan BDP, dan Kang Abe di Laboratorium Lingkungan atas bantuannya selama pelaksanaan penelitian. Selain itu, ucapan terimakasih juga diucapkan kepada Ayahanda Hayatu Fatagar, Ibunda tercinta Alm. Djohora Niulain, Abang Indra Fatagar, Abang Achmad Fatagar, Abang Moh Natsir Fatagar, Tata Rahma Fatagar, dan Tata Siti Juleha Fatagar atas doa, kasih sayang, dan dukungannya. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Kepala Sekola SMA N 1 Kokas, Bapak La Ona, beserta guru-guru SMA N 1 Kokas, Cyntia Agustin, Amalia Safitri, Astrid Miradias, Asih Makarti Muktitama dan Agasthya Kuswandi, Pemerintah Daerah Kabupaten Fak Fak, keluarga UKM Bola Voli IPB, teman-teman BDP angkatan 47, Keluarga Besar BUD Fak Fak, dan Keluarga Besar IMAPA Bogor serta pihak lain atas segala doa, bantuan dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi penulis serta bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Juni 2014

(9)
(10)

x 1 Hasil analisis proksimat pakan uji dalam bobot kering ... 2

2 Kualitas air dalam sistem pemeliharaan udang galah yang diberi pakan uji selama 40 hari pemeliharaan ... 3

3 Tingkat kelangsungan hidup (TKH), laju pertumbuhan harian (LPH), konversi pakan (FCR), jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi lemak (RL), dan retensi protein (RP) udang galah Macrobrachium rosenbergiiselama 40 hari pemeliharaan... 5

DAFTAR LAMPIRAN

1 Prosedur analisis proksimat ... 11

2 Analisis statistik derajat kelangsungan hidup (DKH) ... 13

3 Analisis statistik laju pertumbuhan harian (LPH) ... 14

4 Analisis proksimat konversi pakan (FCR) ... 14

5 Analisis statistik jumlah konsumsi pakan (JKP) ... 14

6 Analisis statistik retensi lemak (RL) ... 15

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Udang galah Macrobrachium rosenbergii merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomis tinggi. Permintaan udang galah dalam negeri masih mengalami peningkatan, misalnya daerah Jakarta membutuhkan setidaknya 2 ton per hari (KKP 2013). Selain itu KKP (2013) juga menambahkan beberapa daerah yang membutuhkan pasokan udang galah masih sangat banyak seperti Bali, Yogyakarta, dan Bandung. Diperkirakan total permintaan udang galah dalam negeri mencapai 20 ton per hari. Permintaan udang galah di setiap tahun terus meningkat seiring berkembangnya parawisata Indonesia. Harga jual udang galah relatif tinggi yaitu berkisar antara Rp.50.000,00 – 60.000,00/kg sehingga mendorong peningkatan usaha budidayanya (KKP 2013). Selain pasar domestik udang galah juga sangat diminati pasar luar negeri seperti Thailand, Cina, India dan Jepang. Namun kenyataannya dalam usaha budidaya udang galah masih menunjukkan tingkat kelangsungan hidup yang rendah dan pertumbuhan relatif lambat. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor seperti pengelolaan lingkungan dan pakan.

Udang galah memiliki sifat kanibal, terutama jika pakan yang diberikan tidak mencukupi dan dengan mutu yang kurang baik. Hutabarat (1985) mengatakan bahwa kebiasaan makan dipengaruhi oleh aroma dari pakan. Oleh karena itu, dengan penggunaan aktraktan diharapkan dapat memberikan korelasi positif terhadap jumlah konsumsi pakan dan pertumbuhan udang galah.

Hertrampf dan Pascual (2000), menyatakan bahwa atraktan mengandung sinyal yang memungkinkan organisme akuatik mengenal pelet lebih baik sebagai makanannya. Atraktan umumnya dihasilkan dari asam amino bebas yang juga berperan sebagai komponen untuk memacu pertumbuhan dan sumber energi (Yufera et al. 2002). Bahan lain yang dapat digunakan sebagai aktraktan adalah tepung cumi, tepung rebon, dan terasi. Menurut Hertrampf dan Pascual (2000), tepung cumi mengandung 619-982 mg glisin/betain/100g daging cumi. Kandungan asam amino bebas yang terdapat dalam tepung udang rebon meliputi glisin 2,58%, alanin 2,64%, prolin 1,81% dan histidin 0,85% (Gernat 2001).

Terasi merupakan suatu produk fermentasi ikan atau udang dalam bentuk pasta atau padat. Terasi biasanya terbuat dari udang-udang kecil (Atya sp.) atau disebut rebon yang dibuat menggunakan metode fermentasi oleh beberapa jenis mikroba (Sjachri dan Hardjo 1975). Fermentasi juga menghasilkan komponen atau senyawa volatil, dan beberapa senyawa lainnya yang menyebabkan bau asam busuk, amonia dan bau khas yang merangsang. Dengan penggunaan aktraktan ini diharapkan dapat meningkatkan konsumsi pakan yang baik pada udang galah juga meminimalkan terjadinya kanibalisme ketika molting.

Tujuan

(12)

2

METODE PENELITIAN

Rancangan Percobaan

Percobaan dilakukan secara eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan dua ulangan. Perlakuan digunakan untuk menguji penambahan atraktan pada pakan udang galah, yaitu pakan A (kontrol, tanpa atraktan), pakan B (atraktan tepung cumi 2 %), pakan C (atraktan tepung udang rebon 2 %), serta pakan D (atraktan terasi 2 %).

Prosedur Penelitian

Pembuatan Pakan Uji

Pakan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan komersial. Pakan ini ditepungkan (grinding) dengan blender kemudian ditambahkan atraktan, yaitu dengan menggunakan tepung cumi, tepung rebon, dan terasi basah. Pakan dibuat dengan mencampur pakan komersial dengan beberapa jenis atraktan tersebut pada dosis 2%. Selanjutnya dilakukan pengadukan dengan menggunakan alat pembuatan pakan (mixer) agar bahan pakan dapat tercampur rata. Setelah pakan tercampur rata, pakan dicetak kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 60ºC selama 4 jam. Setelah pakan dibuat dilakukan analisis proksimat untuk mengetahui kandungan nutrien dalam pakan uji. Pada Tabel 1 tertera hasil analisis proksimat pakan uji dalam bobot kering.

Tabel 1 Hasil analisis proksimat pakan uji dalam bobot kering Komposisi nutrien (%) Ekstrak Tanpa Nitrogen; 3)DE :Digestible energy; 4) Energi per gram protein

Pemeliharaan Ikan

Pemeliharaan udang diawali dengan persiapan wadah berupa 8 unit akuarium berukuran 100x50x35 cm3 serta dua buah bak fiber sebagai tandon. Sebelum digunakan wadah dibersihkan. Bagian luar dinding akuarium dilapisi dengan plastik hitam untuk menghindari stres pada udang. Air kemudian diisi hingga ketinggian sekitar 15 cm dan aerasi dipasang dengan baik.

(13)

3

akuarium sebelum diberi perlakuan. Setiap akuarium diisi sebanyak 10 ekor udang. Pemeliharaan udang galah menggunakan shelter berupa paralon. Setiap akuarium memiliki 10 shelter yang disesuaikan dengan jumlah udang galah yang ditebar. Pakan diberikan secara at satiation (sekenyangnya) sebanyak 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Sisa pakan yang digunakan ditimbang setiap hari untuk menghitung jumlah konsumsi pakan pada udang galah. Waktu pemeliharaan adalah 40 hari. Selama pemeliharaan semua udang ditimbang setiap 10 hari. Udang yang mati selama pemeliharaan, diangkat dan ditimbang. Selama masa pemeliharaan juga dilakukan uji kualitas air pada awal, tengah dan akhir pemeliharaan. Pengukuran kualitas air dengan parameter suhu, pH, DO, alkalinitas dan amoniak. Kondisi kualitas air selama penelitian disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Kualitas air pada sistem pemeliharaan udang galah yang diberi pakan uji selama 40 hari.

Amoniak mg/L <0,03123 <0,03028 <0,07503 <0,1588 <0,1a) a) Wickins dan Lee (2002); b) Boyd (1982)

Analisis Proksimat

Analisis proksimat dilakukan pada pakan uji dan tubuh udang. Analisis kadar air dilakukan dengan pengovenan selama 6 jam (Takeuchi 1988). Untuk mengetahui nilai retensi protein (Takeuchi 1988) dan retensi lemak (Takeuchi 1988). Analisis protein dilakukan dengan metode Kjehdahl, serat kasar dengan metode pelarutan asam dan basa kuat serta pemanasan, lemak tubuh metode Folch, dan kadar abu dengan metode pemanasan dalam tanur pada suhu 600 ºC (Takeuchi 1988). Untuk keperluan uji proksimat tubuh udang, digunakan lima ekor udang untuk setiap perlakuan.

Analisis Data

(14)

4

Derajat Kelangsungan Hidup

Derajat kelangsungan hidup (survival rate, SR) yaitu perbandingan antara jumlah ikan yang hidup pada akhir dan awal pemeliharaan, yang dihitung dengan menggunakan rumus (Zonneveld et al. 1991):

Keterangan:SR= Kelangsungan hidup ikan

Nt= Jumlah individu ikan uji pada akhir pemeliharaan (ekor) No= Jumlah individu ikan uji pada awal pemeliharaan (ekor) Laju Pertumbuhan Harian

Untuk mengetahui laju pertumbuhan harian (spesific growth rate, SGR) yaitu bobot ikan yang ditimbang saat awal dan akhir perlakuan kemudian dihitung rata-rata bobotnya. Laju pertumbuhan harian (α) ikan dapat dihitung menggunakan rumus (Huisman 1987):

Keterangan: SGR= Laju pertumbuhan harian (%)

Wt = Rata-rata bobot individu pada waktu akhir percobaan (g) Wo= Rata-rata bobot individu pada waktu awal percobaan (g) t = Waktu percobaan (hari)

Konversi Pakan

Konversi pakan (feed conversion ratio, FCR) merupakan satuan yang menyatakan banyaknya pakan yang dihabiskan untuk menghasilkan 1 kg ikan yang rumusnya adalah sebagai berikut (Takeuchi 1988):

Keterangan:Bt = Biomassa ikan pada akhir pemeliharaan (kg) B0 = Biomassa ikan pada awal pemeliharaan (kg) Bd = Biomassa ikan yang mati selama pemeliharaan (kg) F = Jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan (kg)

Jumlah Konsumsi Pakan

Jumlah konsumsi pakan (JKP) udang diukur dengan cara menimbang jumlah pakan yang dimakan setiap harinya selama penelitian atau dihitung dengan rumus sebagai berikut (Watanabe 1988):

Jumlah konsumsi pakan (g) = jumlah pakan awal (g) - jumlah pakan akhir(g) SR = Nt X 100%

N0

FCR = F

(15)

5

Retensi Lemak

Retensi lemak (RL) adalah persentase lemak yang meningkat pada suatu organisme per satuan lemak yang dikonsumsi (Watanabe 1988):

x 100%

Retensi Protein

Retensi protein (RP) adalah persentase protein yang meningkat pada suatu organisme per satuan protein yang dikonsumsi (Watanabe 1988):

x 100%

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Data derajat kelangsungan hidup (SR), laju pertumbuhan harian (SGR), konversi pakan (FCR), jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi lemak (RL), dan retensi protein (RP) udang galah Macrobrachium rosenbergii selama 40 hari pemeliharaan disajikan pada Tabel 3. Nilai SR, JKP, RL, dan RP menunjukkan

SR (%) 90,00±0,00ab 95,00±7,07b 90,00±0,00ab 80,00±0,00a SGR (%) 0,93±0,15a 1,01±0,13a 1,15±0,02a 1,25±0,05a FCR 2,36±0,39a 1,96±0,39a 1,90±0,06a 1,71±0,25a JKP (g) 48,58±1,49a 47,00±1,54a 50,16±1,17a 56,11±1,54b RL (%) 53,00±6,66a 93,70±1,06b 83,55±0,95b 78,30±8,07b RP (%) 77,00±8,62a 108,49±1,09b 107,22±1,19b 99,03±10,23ab

1)

Angka-angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang berganda Tukey),

2)

konsumsi pakan (JKP), laju pertumbuhan harian (SGR), kelangsungan hidup (SR), konversi pakan (FCR), retensi lemak (RL), retensi protein (RP)

3)

A = tanpa atraktan; B = Cumi 2%; C = Rebon 2%; D = Terasi 2%

(16)

6

kelangsungan hidup yang paling tinggi adalah 95,00% yaitu pada pakan B, dan yang terendah adalah 80,00% yaitu pada pakan D. Laju pertumbuhan harian tidak berbeda nyata antar perlakuan (P>0,05) dengan nilai yang berkisar antara 0,93-1,25 %. Konversi pakan juga tidak berbeda nyata antar perlakuan (P>0,05) dengan nilai yang berkisar antara 1,71-2,36. Jumlah konsumsi pakan pada perlakuan A, B, dan C tidak berbeda nyata (P>0,05), namun ketiganya berbeda nyata dengan perlakuan D (P<0,05). Perlakuan D menunjukkan jumlah konsumsi pakan tertinggi, yaitu sebesar 56,11 gram. Nilai retensi lemak tidak berbeda nyata antara perlakuan B, C, dan D (P>0,05), namun berbeda nyata dengan perlakuan A (P<0,05). Perolehan nilai retensi lemak tertinggi adalah pada pakan B sebesar 93,70% dan yang terendah adalah pada pakan A sebesar 53,00%. Nilai retensi protein berbeda nyata (P<0,05) antara pakan A dengan B dan C, namun tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan pakan D. Nilai retensi protein tertinggi yaitu 108,49% pada pakan B, sementara terendah yaitu 77,00% pada pakan A.

Bobot rata-rata individu udang galah selama pemeliharaan 40 hari dengan pemberian pakan yang mengandung jenis atraktan yang berbeda ditunjukkan pada Gambar 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama pemeliharaan terjadi peningkatan bobot rata-rata udang galah untuk semua perlakuan. Pakan dengan penambahan terasi 2% menunjukkan pertumbuhan yang tinggi.

Gambar 1 Grafik bobot rata-rata udang galah selama 40 hari pemeliharaan pada perlakuan (♦) kontrol, (■) cumi 2%, (▲) rebon 2%, dan (x) terasi 2%.

Pembahasan

Kelangsungan hidup udang galah selama pemeliharaan menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Kematian ini diduga disebabkan oleh peningkatan amoniak (0,1558 mg/L) di luar batas toleransi. Hal ini didukung oleh Adisukresno (1997) yang menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup udang galah, antara lain adalah adanya tempat berlindung dan bernaung yang cukup, kualitas air, pemberian pakan yang cukup dan padat penebaran. Wickins dan Lee (2002) yang menyatakan bahwa amoniak yang baik

(17)

7

bagi budidaya udang galah adalah <0,1 mg/L. Hal ini dapat mengakibatkan udang mengalami stres yang beranjut pada molting atau kematian. Menurut Segal dan Roe (1975), kematian udang galah terjadi karena tingkat kanibalisme yang tinggi terutama pada saat udang dalam keadaan pergantian kulit (molting). Pada kondisi tersebut udang sangat lemah sehingga peluang pemangsaan antar sesama lebih besar.

Menurut Manurung (2011), ikan bisa memiliki pertumbuhan yang baik karena kemampuannya memanfaatkan nutrien pakan menjadi nutrien tubuh dan mengonversi nutrien menjadi energi. Nilai FCR cenderung menurun dari perlakuan A sampai dengan perlakuan D, yang menunjukkan bahwa semakin efisien ikan dalam memanfaatkan energi pakan.

Pakan dengan penambahan terasi 2 % dapat meningkatkan jumlah konsumsi pakan yang nyata pada udang galah yaitu sebesar 56,11 gram. Jumlah konsumsi pakan dipengaruhi oleh adanya atraktan yang berkaitan dengan palatabilitas pada pakan (Irawan 2013). Menurut Probait (2012), atraktan merupakan perangsang dari pakan ikan yang bertujuan untuk meningkatkan aroma dan rasa. Pakan dengan penambahan 2 % terasi diduga memiliki palatabilitas yang baik, selain dapat juga digunakan sebagai atraktan pada pakan udang galah. Selain itu, terasi memiliki kekhasan yang terletak pada bau yang menyengat dan warna kemerahan. Menurut Aristyan et al (2014), pada pembuatan terasi terjadi penguraian senyawa kompleks secara biologis menjadi senyawa yang lebih sederhana (asam amino). Dengan demikian, terasi dengan semua sifat-sifat yang dimiliki tersebut dapat berperan dengan baik sebagai atraktan pada pakan udang yang dibuktikan dengan meningkatnya jumlah konsumsi pakan udang galah.

Retensi lemak atau protein merupakan presentase lemak atau protein yang dimakan oleh ikan selama masa percobaan yang dapat disimpan dalam tubuh ikan (Halver dan Hardy 2002). Berdasarkan hasil analisis diperoleh retensi lemak tertinggi yang terdapat pada perlakuan B yaitu pakan dengan penambahan tepung cumi 2% dengan nilai sebesar 93,70%. Sementara yang terendah yaitu terdapat pada perlakuan A (pakan kontrol) sebesar 55,00%. Berdasarkan hasil tersebut diduga bahwa lemak yang diserap dan disimpan dengan baik di dalam tubuh udang galah. Lemak yang disimpan dapat digunakan untuk keperluan metabolisme udang galah serta dapat diubah menjadi energi. Menurut NRC (1993), lemak tersebut juga digunakan untuk pembentukan berbagai penyusun membran sel serta sebagai pelarut vitamin.

(18)

8

Menurut Steffens (1989), bahwa semakin sesuai profil asam amino essensial dalam pakan terhadap tubuh ikan maka semakin banyak bagian dari asam amino yang disintesis menjadi protein.

Kualitas air memiliki peranan penting terhadap kelangsungan hidup udang galah. Berdasarkan data pengukuran yang diperoleh kualitas air masih dalam kisaran yang dapat ditoleransi. Udang galah dapat hidup pada suhu 25-320C dan diluar dari batas ini udang akan mengalami stres. Wickins dan Lee (2002) menyatakan bahwa suhu optimal dalam pemeliharaan udang galah adalah 26-32 0

C. Berdasarkan data pengukuran kisaran suhu berada pada 24,2-26,4 0C. Diduga pada kisaran suhu tersebut udang galah masih bisa bertahan hidup. Nelson dan Knight (1997) menyatakan bahwa suhu media akan menaikkan laju metabolisme dan proses ganti kulit pada udang galah. Selain itu, peningkatan suhu sampai batas toleransi udang menyebabkan laju pertumbuhan meningkat. Pada suhu yang relatif rendah, udang galah tidak dapat tumbuh dengan baik karena proses ganti kulit yang diperlukan agar udang dapat tumbuh membutuhkan suhu yang cukup hangat. Peningkatan suhu juga berpengaruh terhadap kelarutan oksigen di perairan dan amonia dalam media kultur.

Oksigen terlarut yang diperoleh selama pemeliharaan berkisar antara 5,2-7,9 mg/L. Kandungan oksigen terlarut dalam air yang dapat mendukung kehidupan udang yaitu antara 4-8 mg/L. Menurut Wickins dan Lee (2002), kandungan optimal oksigen terlarut untuk pertumbuhan udang galah adalah 6-8 mg/L dan kandungan oksigen terlarut sebesar 3 mg/L merupakan titik kritis bagi udang. Selama pemeliharaan konsentrasi oksigen terlarut masih berada pada kisaran normal sehingga udang dapat tumbuh dengan baik. Konsentrasi oksigen terlarut terbaik untuk kehidupan udang galah adalah lebih besar dari 5 mg/L. Nilai pH atau keasaman merupakan salah satu sifat kimia yang secara langsung berpengaruh terhadap laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang galah. Pada pH rendah, senyawa amonium yang dapat terionisasi (NH4+) akan banyak ditemukan di perairan. Nilai pH selama pemeliharaan diduga masih pada kisaran normal yaitu 7,23-8,37. Hal ini didukung oleh Wickins dan Lee (2002) yang menyatakan bahwa pH ideal untuk udang galah berkisar antara 7,0-9,0. Jika pH terlalu rendah maka akan menurunkan kelangsungan hidup hingga 50 %. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2009) terhadap udang galah strain generik pada media ber-pH 5. Boyd (1982) juga berpendapat pH berkaitan erat dengan alkalinitas. Semakin tinggi nilai alkalinitas akan cenderung meningkatkan nilai pH. Nilai alkalinitas akan nol jika pH kurang dari 5.

(19)

9

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan atraktan pada pakan dapat merangsang nafsu makan udang galah. Perlakuan pakan dengan penambahan terasi 2% menunjukkan hasil terbaik yang memberikan jumlah konsumsi pakan udang galah yang tertinggi yaitu sebesar 56,11 gram.

Saran

Penambahan terasi 2% disarankan untuk digunakan sebagai atraktan di dalam pakan udang galah. Perlu adanya penelitian lanjutan tentang penambahan waktu pemeliharaan untuk menentukan laju pertumbuhan, retensi lemak dan protein yang terbaik. Selain itu juga perlu dilakukan kontrol kualitas air yang baik agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup udang galah.

DAFTAR PUSTAKA

Adisukresno S. 1997. Prelimenary Study on The Culture of The Freshwater Prawn (Macrobrachium rosenbergii). Jepara (ID): Bulletin Brackishwater Aquaculture Development Center. p : 227-236

Aristiyan I, Ratna I, Laras R. 2014. Pengaruh perbedaan kadar garam terhadap mutu organoleptik dan mikrobiologis terasi rebon Acetes sp..J Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan. 3(2) : 60-66

Boyd CE, 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier Scientific Publishing Company. New York.

Gernat AG. 2001. The effect of using different levels of shrimp meal in laying hen diets. J Poultry Science. 80 : 633-636.

Hardjo S, Sjachri M. 1975. Pengelolahan Secara Tradisional dari Beberapa Jenis Bahan Industri di Indonesia. Proyek Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Halver JE, Hardy RW. 2002. Fish Nutrition, third ed. New York: Academy Press Inc.

Hertrampf JW, Pascual FP. 2000. Handbook on Ingredients for Aquaculture Feeds. London. Kluwer Academic Publishers. 573 pp.

Huisman EA. 1987. Principles of Fish Production. Departement of Fish Cultureand Fisheries, Wageningen Agricultural University. Wageningen. Netherlands. p; 57-122,

Hutabarat C. 1985. Pengaruh Waktu dan Umpan Terhadap Hasil Tangkapan Rawai di Perairan Selat Rupat. Kecamatan Rupat Riau. [skripsi]. Fakultas Perikanan Universitas Riau, Pekanbaru.

Irawan WS. 2013. Evaluasi tepung bungkil biji karet Hevea brasiliensis yang dihidrolisis cairan rumen domba sebagai pengganti bungkil kedelai dalam pakan ikan patin Pangasius sp. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

(20)

10

Manurung LDI. 2011. Efektivitas Pengurangan Tepung Ikan pada Kadar Protein yang Berbeda dalam Pakan Ikan Lele (Clarias sp.). [Tesis]. Institut Pertanian Bogor.

NRC [National Research Council]. 1993. Nutrient Requirement of Fish. Washington D.C: National Academic Press.

Nelson, Knight AW. 1977. Ecological energetics and its application to the evaluation of diet for aquatic species, with regard to the giant prawn Macrobrachium rosenbergii Proc. World Mariculture. Soc., 8:779-783 Probiat. 2012. Membuat Atraktan Sederhana.

http//:www.probiat-indonesia.com/2013/03/membuat-atraktan-sederhana.html. [24 Maret 2014] Putri EN. 2009. Derajat Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Udang Galah Macrobrachium rosenbergii de Man Strain Jenerik dan Strain Sulawesi pada Media Pemeliharaan ber-pH Asam. [Skripsi]. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Segal E, Roe A. 1975. Growth and Behaviour of post juvenil Macrobrachium

rosengbergii (de Man) in close convinement. in James W. Avault, Jr., ed. Proceeding of The Sixth Annual Meeting world Maricultur Society. Lousianan State University. Washington, 67-79.

Steffens W. 1989. Principle of Fish Nutrition. Chichester (GB): Ellis Horwood Limited.

Takeuchi T. 1988. Laboratory work chemical evaluation of dietary nutrition. In Watanabe T, ed. Fish Nutrition and Mariculture. JICA Textbook the General Aquaculture Course. Tokyo (JP): Kanagawa internat. Fish. Training Center. p 179-229. Aquatic Bioscience. Tokyo University of Fisheries. JICA.

Wickins J, Lee DOC. 2002. Crustacean Farming Ranching and Culture. 2nd Edition. London (GB): Blackweel Science.

(21)

11

LAMPIRAN

Lampiran 1 Prosedur analisis proksimat Kadar Lemak

Metode ekstraksi Soxhlet

1. Labu ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 1100 C dalam waktu 1 jam, kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang bobot labu tersebut (X1)

2. Sampel ditimbang sebanyak 3-5 gram (A), dan dimasukkan ke dalam selongsong tabung filter dan dimasukkan ke dalam Soxhlet dan pemberat diletakkan di atasnya.

3. N-hexan 100-150 ml dimasukkan ke dalam Soxhlet sampai selongsong terendam dan sisa N-hexan dimasukkan ke dalam labu.

4. Labu yang telah dihubungkan dengan soxhlet dipanaskan di atas water bath sampai cairan yang merendam sampel soxhlat berwarna bening.

5. Labu dilepaskan dan tetap dipanaskan hingga N-hexan menguap.

6. Labu dan lemak yang tersisa dipanaskan dalam oven selama 60 menit, kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2). Metode Folch

1. Sampel ditimbang sebanyak 2-3 gram (A) dan dimasukkan ke dalam gelas homogenizer dan ditambahkan larutan kloroform / metanol (20xA), sebagian disisakan untuk membilas pada saat penyaringan.

2. Sampel dihomogenizer selama 5 menit, kemudian disaring dengan pompa vakum.

3. Sampel yang telah disaring tersebut dimasukkan dalam labu pemisah yang telah diberi larutan MgCl2 0,03 N (0,2 x C), kemudian dikocok dengan kuat minimal selama 1 menit. Labu yang berisis sampel ditutup dengan alumunium foil dan didiamkan selama 1 malam.

4. Labu silinder dikeringkan dalam oven terlebih dahulu pada suhu 110 0C selama 1 jam, didinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang (X1).

5. Lapisan bawah yang terdapat dalam labu pemisah disaring ke dalam labu silinder kemudian dievaporator sampai kering. Sisa kloroform/metanol yang terdapat dalam labu ditiup dengan menggunakan pompa vakum.

6. Setelah sisa kloroform/metanol dalam labu habis, labu dimasukkan ke dalam oven selama 1 jam, didinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang (X2)

Kadar Lemak (%) = –

Kadar Air

(22)

12

2. Bahan ditimbang 2-3 gram (A)

3. Cawan dan bahan dipanaskan dalam oven pada suhu 1100 C selama 4-6 jam kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2)

Kadar Air (%) = – dan dimasukkan ke dalam labu kjehdahl.

3. 10 ml H2SO4 pekat ditambahkan ke dalam labu kjehdahl, kemudian labu tersebut dipanaskan dalam rak oksidasi pada suhu 4000C selama 3-4 jam sampai terjadi perubahan warna cairan dalam labu menjadi hijau bening. 4. Larutan didinginkan lalu ditambahkan air destilasi 100 ml, kemudian larutan

dimasukkan ke dalam labu takar dan diencerkan dengan akuades sampai volume larutan mencapai 100 ml. Larutan sampel tersebut kemudian didestilasi.

Tahap Destilasi

1. Beberapa tetes H2SO4 dimasukkan ke dalam labu, sebelumnya labu diisi setengahnya dengan akuades untuk menghindari kontaminasi oleh amoniak lingkungan. Kemudian di didihkan selama 10 menit.

2. Erlenmeyer diisi 10 ml H2SO4 0,05 N dan ditambahkan 2 tetes indikator metil red diletakkan di bawah pipa pembuangan kondensor dengan cara dimiringkan sehingga ujung pipa tenggelam dalam cairan.

3. 5 ml larutan sampel dimasukkan ke dalam tabung destilasi melalui corong yang kemudian dibilas dengan akuades dan ditambahkan 10 ml NaOH 30 % lalu dimasukkan melalui corong tersebut dan ditutup.

4. Campuran alkalin dalam labu destilasi disuling menjadi uap air selama 10 menit sejak terjadi pengembunan pada kondensor.

Tahap Titrasi

1. Larutan hasil destilasi dititrasi dengan larutan NaOH 0,05 N. 2. Volume hasil titrasi dicatat.

3. Prosedur yang sama juga dilakukan pada blanko. Kadar protein (%) =

Keterangan : Vb = Volume hasil titrasi blanko (ml) Vs = Volume hasil titrasi sampel (ml) S = Bobot sampel (g)

* = Setiap ml 0,05 NaOH ekivalen dengan 0,0007 g Nitrogen ** = faktor Nitrogen

Kadar Serat Kadar

1. Kertas saring dipanaskan dalam oven selama 1 jam pada suhu 1100C. Setelah itu didinginkan dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang (X1)

(23)

13

3. H2SO4 0,3 N sebanyak 50 ml ditambahkan ke dalam Erlenmeyer kemudian dipanaskan di atas pembakar Bunsen selama 30 menit. Setelah itu NaOH 1,5 N sebanyak 25 ml ditambahkan ke dalam Erlenmeyer dan dipanaskan kembali selama 30 menit.

4. Larutan dan bahan yang telah dipanaskan kemudian disaring dalam corong Buchner dan dihubungkan pada pompa vakum untuk mempercepat filtrasi. 5. Larutan dan bahan yang ada pada corong Buchner kemudian dibilas secara

berturut-turut dengan 50 ml air panas, 50 ml H2SO4 0,3 N, 50 ml air panas, dan 25 ml aseton.

6. Kertas saring dan residu bahan dimasukkan dalam cawan porselin, lalu dipanaskan dalam oven 105-110 0C selama 1 jam kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2).

Kadar Abu

1. Cawan dipanaskan dalam oven pada suhu 100 0C selama 1 jam dan kemudian dimasukkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X1)

2. Bahan ditimbang 2-3 gram (A)

3. Cawan dan bahan dipanaskan dalam tanur pada suhu 600 0C sampai menjadi abu kemudian dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit, didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (X2)

Kadar Abu (%) = – % Lampiran 2 Analisis Statistik Derajat Kelangsungan Hidup

a. Anova

(24)

14

Lampiran 3 Analisis Statistik Laju Pertumbuhan Harian

a. Anova

Sumber Keragaman JK DB KT F P

Perlakuan 0,118 3 0,039 3,623 0,123

Sisa 0,043 4 0,011

Total 0,161 7

P>0,005 artinya perlakuan tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan harian. Lampiran 4 Analisis statistik derajat konversi pakan

a. Anova

Sumber Keragaman JK DB KT F P

Perlakuan 0,442 3 0,147 1,565 0,329

Sisa 0,377 4 0,094

Total 0,819 7

P>0,005 artinya perlakuan tidak berpengaruh terhadap konversi pakan.

Lampiran 5 Analisis Statistik Jumlah Konsumsi Pakan

a. Anova

Sumber Keragaman JK DB KT F P

Perlakuan 95,081 3 31,694 15,201 0,012

Sisa 8,340 4 2,085

Total 103,420 7

P<0,005 artinya perlakuan berpengaruh terhadap jumlah konsumsi pakan b. Uji Tukey

Perlakuan N

α = 0,05

A B

2 2 47,0000

1 2 48,5750

3 2 50,1550

4 2 56,1100

(25)

15

Lampiran 6 Data Retensi Lemak

a. Anova Sumber

Keragaman JK DB KT F P

Perlakuan 1799,273 3 599,758 21,501 0,006

Sisa 111,579 4 27,895

Total 1910,853 7

P>0,005 artinya perlakuan tidak berpengaruh terhadap retensi lemak. b. Uji Tukey

Perlakuan N

α = 0,05

A B

1 2 52,9950

4 2 78,2950

3 2 83,5500

2 2 93,7000

P 1,000 0,134

Lampiran 7 Data Retensi Protein

a. Anova Sumber

Keragaman JK DB KT F P

Perlakuan 1273,745 3 424,582 9,353 0,028

Sisa 181,585 4 35,668

Total 1455,330 7

P>0,005 artinya perlakuan tidak berpengaruh terhadap retensi protein.

b. Uji Tukey

Perlakuan N

α = 0,05

A B

1 2 77,0050

2 2 99,0250 99,0250

3 2 107,220

4 2 108,4900

(26)

16

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kokas Papua Barat tanggal 19 Januari 1991 dari bapak Hayatu Fatagar dan ibu Alm. Djohora Niulain. Penulis merupakan anak ke-enam dari 6 bersaudara dengan kakak Siti Juleha Fatagar, kakak Moh. Natsir Fatagar, kakak Rahma Fatagar, kakak Indra Fatagar, dan kakak M. Achmad Fatagar.

Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SD Inpres Kokas (1997-2003), SMP N 1 Kokas (2003-2006), SMA N 1 Kokas (2006-2009). Penulis diterima menjadi mahasiswa Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Kabupaten Fak Fak pada tahun 2010.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi pengurus di Lembaga Pengajar Qur’an Al-Hurriyyah IPB divisi Mujawad (2011-2012), menjadi Ketua UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Bola Voli IPB (2011-2012), menjadi Dewan Perwakilan Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor, Divisi Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa, Badan Pengawas Harian (BPH) UKM Bola Voli IPB (2012-2013), Anggota HIMAKUA (Himpunan Mahasiswa Akuakultur) divisi BOS, ketua divisi perlombaan Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) 2011, anggota panitia Akuakultur Festival divisi logstran (2012), asisten Teknologi Pembuatan dan Pemberian Pakan Ikan periode semester ganjil (2013/2014), asisten praktikum Nutrisi Ikan BDP IPB periode semester genap (saat ini), asisten Ikan Hias periode semester genap (saat ini), dan Asisten Teknologi Produksi Plankton, Benthos dan alga (TP2BA) periode semester genap (saat ini).

Penulis juga merupakan Pasukan Pengibar Bendera di HUT RI, juara 2 pemenang lomba karaoke tingkat kabupaten, juara 1 Musabahqoh Tillawatil Qur’an (MTQ) Mahasiswa IPB, peserta Kejuaraan Bola Voli Nasional (Kejurnas) Mahasiswa di Jakarta, peserta Musabahqoh Tillawatil Qur’an (MTQ) Mahasiswa IPB di Padang Sumatera Barat, pemenang lomba proposal kewirausahaan oleh Kementrian UKM Indonesia dalam acara Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN), Penulis melakukan Praktek Lapang Akuakultur pada tahun 2013 di Balai Budidaya Laut Batam (BBL Batam), jalan balerang, pulau Setoko, Provinsi Kepulauan Riau.

Gambar

Tabel 2 Kualitas air pada sistem pemeliharaan udang galah yang diberi pakan uji selama 40 hari
Gambar 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama pemeliharaan terjadi

Referensi

Dokumen terkait

Dengan skenario moderat dan skenario optimis menunjukan bahwa investasi ini layak dijalankan serta skenario pesimis menunjukkan sebaliknya maka kesimpulan dari hasil studi

QHJDWLI WHUKDGDS OLQJNXQJDQ 2OHK NDUHQD LWX SHUOX DOWHUQDWLI SHQJDZHW RUJDQLN \DQJ OHELK UDPDK OLQJNXQJDQ $SOLNDVL EDKDQ SHQJDZHW SDGD ND\X NDUHW DODP GDSDW PHQJJXQDNDQ

Dari hasil observasi, hasil penilaian kemampuan membaca permulaan, dan hasil belajar pada siklus II, selanjutnya dievaluasi untuk melakukan tindakan bahwa aktivitas

Beberapa perkara telah dapat dikesan dalam kajian ini, meliputi status penampilan sumber seni budaya Malaysia dalam internet yang muncul dalam laman web, blog, akhbar dan majalah

Sementara itu, saran untuk pengembangan produk lebih lanjut antara lain (1) pengembangan perangkat pembelajaran yang berbasis learning cycle 7e ini masih terbatas pada

Analisis data dilakukan secara diskriptif dengan fokus ke atas pola belanjawan, amalan penelitian, penilaian perbelanjaan dan perancangan kewangan secara konsisten

Bagan kerja Metode Winkler untuk mengukur kelarutan oksigen (DO) (Suin, 2002)... Bagan kerja Metode Winkler untuk mengukur BOD 5

gagasan dan menyampaikan melalui bahasa tulis kepada masyarak pembaca untuk dipahami. Fungsi utama dari menulis pada prinsipnya adalah sebagai alat komunikasi yang tidak